DELAPAN BEKAL MENUJU PENEMPATAN Oleh: Ir. Rinaldo, MM Widyaiswara Madya Pusdiklat BPS RI PENDAHULUAN Pada umumnya, seseorang yang telah lulus dari jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi untuk mendapatkan ilmu dan masa depan yang lebih baik. Salah satu sarana yang dapat digunakan adalah dengan melanjutkan pendidikan ke sekolah kedinasan. Sekolah kedinasan menjadi salah satu tempat yang banyak diminati oleh para pencari perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan sekolah kedinasan membebaskan biaya selama kuliah dan setelah lulus akan menempatkan mahasiswanya ke seluruh Indonesia. Salah satu sekolah kedinasan di Indonesia yang banyak diminati adalah Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS). Mereka yang ingin kuliah di STIS harus melalui tahapantahapan rumit dan persaingan yang ketat. Lulusan SMA yang diterima di STIS, akan menempuh pendidikan selama 4 tahun atau maksimal 5 tahun. Mereka akan mempelajari mata kuliah yang berkaitan erat dengan ilmu statistik, disamping ada mata kuliah yang lain seperti tentang kependudukan, ekonomi dan komputasi. Setelah masa pendidikan 4 atau 5 tahun dapat dilalui oleh lulusan STIS, mereka nantinya akan diangkat menjadi PNS dan ditempatkan di BPS seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Ada salah satu tahapan yang harus mereka lalui sebelum nantinya akan bekerja di BPS kabupaten/kota, yaitu magang di BPS Pusat. Menurut UU No. 13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan, magang adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. Magang dapat digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan pengalaman dan mengenal dunia kerja, mengaplikasikan ilmu yang dimiliki, bersosialisasi dan menambah wawasan khususnya tentang dunia kerja yang berkaitan dengan statistik. Dunia kerja sungguh berbeda dengan dunia pada saat berada di bangku perkuliahan. Perbedaan itu terlihat jelas di dalam berbagai aspek antara lain dalam hal berpakaian, waktu antara kerja dengan kuliah dan lingkungan yang sangat berbeda dengan masa perkuliahan. Menghadapi perbedaan tersebut tidaklah mudah. Selain atmosfer yang berbeda, dunia kerja akan penuh dengan persaingan dan tantangan. Dalam dunia pekerjaan, BPS memiliki visi yaitu menjadi pelopor data statistik terpercaya untuk semua. Selain tantangan yang cukup besar dalam proses mengumpulkan data, pegawai BPS juga harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai inti BPS “Profesional, Integritas, Amanah” dalam pekerjaan sehari-hari, baik dari tingkat pusat sampai dengan tingkat kabupaten/kota. Selain itu, dalam memasuki dunia kerja BPS, adanya perubahan budaya kerja seperti disiplin waktu kerja dengan absen harus handkey sampai tingkat kabupaten/kota. Beban kerja yang banyak, dengan sumber daya manusia dan waktu yang sedikit. Membuat pegawai BPS harus mampu kuat dalam menghadapi tantangan di dunia pekerjaan. Maka dari itu, sebagai lulusan STIS, harus mempunyai kekuatan mental terlebih dahulu sebelum terjun di dunia kerja BPS. Tentu tidak hanya itu saja, masih banyak yang harus
dipersiapkan untuk persiapan memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. Berikut 8 bekal lulusan STIS menuju daerah penempatan: I.
Persiapkan mental dan fisik Aspek fisik manusia menurut prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan bagian dari tubuh manusia yang tampak kasat mata. Kepala, kulit, hidung, rambut, tangan, punggung, tulang, sel dan lain-lain merupakan bagian dari tubuh manusia yang tampak secara fisik. Aspek mental manusia merupakan bagian dari tubuh manusia yang tidak kasat mata atau tidak tampak secara fisik. Walaupun tidak tampak secara fisik, aspek mental berkaitan erat dengan fungsi dari fisik manusia seperti syaraf dan otak sebagai pusat sistem syaraf. Aspek ini juga sering disebut kognisi/kognitif dan dikaitkan dengan intelektual, kesadaran, pikiran, persepsi, pembelajaran dan bahkan termasuk emosi. Untuk emosi, beberapa pihak tidak menggolongkannya ke dalam aspek mental, namun disepakati bahwa emosi dipengaruhi mental dan memiliki kesamaan dengan kecerdasan, persepsi dan lainnya yakni sama-sama bersumber dari otak, jadi secara kasar disini emosi bisa disebut masuk dalam aspek mental. Ukuran-ukuran manusia seperti IQ (kecerdasan, ketelitian, daya tahan stres), EQ, dan sejenisnya merupakan ukuran dari aspek mental manusia. Menurut WHO dan ILO kesehatan kerja adalah aspek/unsur kesehatan yang erat bertalian dengan lingkungan kerja dan pekerjaan yang secara langsung/tak langsung dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja. Nitisemito (2002) menyatakan, “Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pegawai yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”. Dalam menghadapi lingkungan baru yang belum diketahui keadaannya ada baiknya kita mempersiapkan dengan matang fisik dan mental yang kuat sebagai tindakan prefentif agar kita kuat menghadapi berbagai kemungkinan lingkungan kerja baik yang sehat maupun kurang sehat. Persiapan fisik dan mental yang dapat dipersiapkan sebelum penempatan ke daerah diantaranya adalah: a. Menjaga kesehatan fisik sebelum penempatan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan sehat, mencukupi kebutuhan cairan tubuh, mencukupi kebutuhan tidur perhari, hal-hal tersebut dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga nantinya akan terbangun semangat untuk bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. b. Rencanakan secara matang kegiatan di daerah penempatan baik dalam mengerjakan pekerjaan maupun untuk melepas penat seperti rencana mengunjungi tempat liburan yang akan dikunjungi untuk menghilangkan kepenatan dan melepas lelah. Liburan merupakan kegiatan yang penting untuk dilakukan karena hal tersebut dapat meningkatkan motivasi kerja c. Bangun semangat kerja untuk memotivasi diri sendiri dan menghindari stress saat bekerja nantinya. Banyak cara untuk menghindari stress diantaranya adalah dengan merelaksasi diri dengan mendengarkan musik, melakukan meditasi, berteriak, tidur, tertawa, berfikir positif, atau bahkan dengan cara melakukan kegiatan yang disenangi (hobi). Hal-hal seperti yang telah dibahas sebelumnya merupakan hal-hal yang penting untuk persiapan fisik dan mental sebelum menuju daerah penempatan, seperti sebuah kalimat dalam bahasa latin Men sana in corpore sano yang artinya didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat begitu pula sebaliknya, maka kita harus menjaga kondisi fisik kita untuk menghadapi
situasi di daerah penempatan yang mungkin akan berbeda dengan lingkungan tempat tinggal kita. II.
Kenali daerah penempatan Status baru dan pekerjaan baru secara tidak langsung membuat kita terjun ke lingkungan yang baru. Bagi sebagian orang survive di tempat kerja baru bukanlah perkara yang mudah. Kita dituntut untuk bisa beradaptasi baik terhadap budaya wilayah tempat bekerja maupun dengan orang-orang di kantor tempat kerja yang baru. Pegawai-pegawai di tempat suatu kantor mulai dari pimpinan hingga stafnya merupakan suatu kesatuan organisasi. Salah satu kunci dari keberhasilan bertahan di tempat/lingkungan kerja yang baru adalah dengan mengenal dan memahami budaya di tempat tersebut serta memahami watak orang-orang atau yang disini bisa disebut sebagai suatu organisasi. Budaya diartikan sebagai way of life atau common way of life pandangan hidup yang berlaku bagi sekelompok masyarakat tertentu (Poepowardojo, ibid). Budaya merupakan suatu pola kebiasaan yang berlaku pada sebuah masyarakat, dan disisi lain organisasi sering dianggap sebagai miniatur masyarakat, maka sesungguhnya organisasi juga mempunyai kebiasaan-kebiasaan tersendiri. Dalam batas-batas tertentu organisasi tidak berbeda dengan sebuah masyarakat, karena organisasi adalah realitas social yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja berdasarkan struktur dan sistem, mempunyai tujuan dan mempunyai identifiable boundary (Daft, 1992). Bekerja ke wilayah kerja yang baru dengan budaya yang berbeda terkadang kerap kali menimbulkan culture stock. Culture stock adalah istilah psikologis untuk menggambarkan keadaan atau perasaan seseorang menghadapi kondisi lingkungan sosial dan budaya yang berbeda (Sulaeman, 1995:32). Culture stock dapat dialami oleh siapa pun yang setelah sekian lama tinggal di suatu tempat kemudian karena suatu hal dia pindah ke tempat lain yang memiliki budaya berbeda. Pada umumnya individu tidak menyadari secara nyata budaya yang mengatur dan membentuk kepribadian dan perilakunya. Ketika individu dipisahkan dari budayanya, baik secara fisik maupun psikis, dan dihadapkan dengan kondisi yang berbeda atau bertolak belakang dengan gambaran dan asumsi yang dipercaya sebelumnya maka pada saat itulah individu menjadi sepenuhnya sadar akan sistem kontrol dari budayanya yang selama ini tersembunyi (Gudykunst dan Kim, 2003). Memasuki budaya yang berbeda membuat individu menjadi orang asing di budaya tersebut, dimana individu berhadapan dengan situasi dimana kebiasaan-kebiasaannya diragukan. Hal ini dapat menimbulkan keterkejutan atau stress. Oleh karena itu terdapat beberapa cara untuk menghindari culture shock ini dalam rangka penempatan kerja ke daerah baru : Pelajari lebih detail Pelajari lebih detail mengenai kebiasaan, adat istiadat, sikap orang-orangnya, makanannya, atau sistem transportasinya dan yang tak kalah penting bahasa daerah setempat. Take it slow Santai dan nikmati setiap proses dalam mengenali tempat baru tersebut, cari tau bagaimana sikap orang-orangnya, makanannya, atau sistem transportasinya. Gunakan tantangan ini sebagai sebuah kesempatan untuk belajar dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan dewasa. Banyak bertanya pada orang yang pernah kesana
Cara mengatasi pergi ke suatu tempat dimana belum ada bayangan bagaimana tempat tersebut adalah dengan banyak bertanya pada orang-orang yang pernah kesana. Selain itu, juga bisa dengan mencari data sebanyaknya di internet tentang tempat tersebut. Persiapkan apa saja yang perlu dibawa kesana. Mencari teman baru Penduduk setempat juga bisa membantu untuk memahami budaya disana lebih baik dan memperkenalkan kita pada orang-orang disekitarnya sehingga akan lebih meningkatkan tingkat kenyamanan dan keamanan pada saat berada di tempat yang baru. III.
Persiapkan Administrasi Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita mendengar istilah “Administrasi”. Secara sadar atau tidak, setiap warga negara pada umumnya akan selalu berhubungan dengan proses administrasi. Pada saat memasuki dunia kerja, kita juga pasti akan selalu berhubungan dengan birokrasi pemerintahan yang memerlukan administrasi. Oleh karena itu, sebelum memasuki dunia kerja di daerah sebaiknya kita mempersiapkan kelengkapan dokumen seperti KTP, KK, Akte kelahiran, SK, NPWP, Buku tabungan, Ijazah, Buku nikah, SIM, dan sebagainya untuk proses administrasi. Sebagai calon pegawai yang akan ditempatkan, kita perlu mengurus gaji, tunjangan, serta urusan lainnya yang memerlukan dokumen untuk administrasi. Istilah administrasi secara etimologis berasal dari bahasa latin Administration yang dapat berarti pemberian bantuan, pemeliharaan, pelaksanaan, pimpinan dan pemerintahan, pengelolaan. Di Italia Istilah ini berkembang menjadi administrazione, menjadi Administration di Perancis, inggris dan jerman. Administrasi juga berasal dari kata Belanda Administratie yang diartikan sebagai istilah tata usaha, yaitu segala kegiatan yang meliputi tulis menulis, mengetik, koresponden, kearsipan dan sebagainya (office work). Dalam bahasa Yunani terdiri atas Ad dan ministrare yang berarti mengabdi atau melayani atau berusaha untuk memenuhi harapan setiap orang. Menurut Prof. Prajudi Atmosudirjo. Administrasi dibedakan menjadi dua pengertian yakni : 1. Administrasi dalam pengertian sempit, berarti tata usaha (administratie) atau Office work. 2. Administrasi dalam pengertian luas dapat ditinjau dari sudut yaitu dari sudut proses, dari sudut fungsi atau tugas dan dari sudut kepranataan. Sejalan dengan perkembangan zaman administrasi berkembang sebagai disiplin ilmu yang berusaha mengembangkan dan mengungkapkan materinya secara berkualitas, agar berdaya dan berhasil guna dalam memberikan tuntutan praktis, bagi pengendalian kerja sama sejumlah manusia didalam suatu organisasi. Dalam kenyataannya bahwa administrasi merupakan deskripsi data pengalaman manusia dalam mengendalikan kerja sama yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sebagai obyektivitas, karena telah teruji keberhasilan penggunaannya di dalam praktik. Dengan kenyataan seperti diuraikan diatas, administrasi merupakan kebutuhan penting bagi manusia yang hidup di dalam masyarakat modern baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. IV.
Ciptakan Komunikasi efektif Bekal penempatan selanjutnya adalah kesiapan kita dalam berkomunikasi secara efektif. Maksud dari komunikasi efektif adalah diterimanya pesan oleh sang penerima pesan (komunikan) sesuai dengan yang dikirimkan oleh pemberi pesan (komunikator), kemudian
komunikan memberikan respon positif sesuai dengan yang diharapkan. Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan. Modal berkomunikasi secara sehat dan efektif penting dimiliki oleh kita yang memiliki tujuan untuk membangun hubungan baru di daerah penempatan nanti. Pembentukan komunikasi ini juga meliputi bagaimana cara kita menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar tempat kerja yang baru. Satu hal yang perlu diingat, kita adalah pendatang baru di daerah tersebut sehingga penting untuk mengenal dan membaur dalam hal positif dengan rekan kerja baru sehingga tercipta suasana yang kondusif dalam pekerjaan. Penempatan di daerah kabupaten/kota sudah menjadi keniscayaan bagi kita. Lingkunan kerja baru membuat kita harus membangun cara-cara yang sesuai dalam berkomunikasi dengan rekan kerja sehingga terjadi penyesuaian dengan pekerjaan yang akan kita hadapi pada masa berikutnya. Ada beberapa kiat yang dapat digunakan untuk membantu membangun komunikasi dan penyesuaian diri dengan lingkungan kerja di daerah penempatan, antara lain: (1) Bersikap positif. Menjadi orang yang menyenangkan dengan menunjukkan sikap yang ramah merupakan langkah dasar penyesuaian diri dengan lingkunan kerja baru; (2) Kenali budaya kerja di tempat tersebut. Pikiran dan sikap setiap orang pasti berbeda-beda sehingga kita perlu mencari tahu lewat komunikasi dan sosialisasi dengan rekan kerja baru dengan tujuan mempersiapkan mental lebih awal untuk menghadapi tantangan; (3) Terbuka menerima kritik dan saran. Salah satu alasan gagalnya seseorang berbaur dalam lingkungan kerja baru adalah kurang terbuka dalam menerima kritik dan saran, padahal kritik dan saran yang bersifat membangun dari atasan dan senior sangat baik bagi kita agar lebih cepat menguasai pekerjaan tersebut. (4) Tentukan target sendiri. Setiap pegawai pasti dibekali dengan target yang harus dicapai dalam sehari, sebulan, atau setahun. Namun, tidak ada salahnya jika kita membuat target sendiri. Silakan kita tentukan hal apa yang ingin dicapai dalam pekerjaan tersebut berikut dengan waktu pencapaiannya, semakin detil target tersebut maka akan semakin baik pula hasil yang diterima. Di samping itu, tahapan pendidikan nilai, pengetahuan, dan keterampilan pada diri kita, atau yang biasanya disebut dengan sosialisasi juga perlu dilakukan, terlebih pada saat awal kita menginjakkan kaki di daerah baru. Melalui proses sosialisasi, kita menjadi tahu bagaimana harus bertindak dan bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budaya baru. Pikiran kita juga akan mulai terwarnai dengan norma dan nilai yang biasanya terjadi di lingkungan baru tersebut. Oleh karena itu, kita juga memerlukan sesuatu fungsi dalam diri sendiri yang menjadi penyaring sekaligus penyatuan nilai yang sudah ada dengan nilai baru yang akan mendatangi kita. Proses sosialisasi menentukan pembentukan kepribadian kita. Apabila kita sejak awal telah memiliki sikap positif maka nilai tersebut dapat kita tularkan kepada masyarakat dan rekan kerja di tempat yang baru. Begitu pula sebaliknya, pengetahuan dan keterampilan dari senior dan rekan kerja harus kita gali sendiri agar dapat meningkatkan kinerja dan membentuk suasana kerja yang baik. V.
Tunjukkan Kesan pertama Setiap interaksi dengan orang yang baru akan menciptakan sebah kesan meskipun hanya dalam waktu beberapa saat. Jika kita berkesan menyenangkan, baik hati, murah senyum dan ramah, maka orang akan cenderung menyukai kita. Namun sebaliknya, jika kita berkesan sombong, galak, jahat, maka orang lain juga akan kurang menyukai kita. Kesan ini selanjutnya
akan berpengaruh terhadap penilaian orang lain kepada kita. Di dunia kerja ini sangatlah penting apalagi ketika kita di daerah penempatan nanti. Kesan yang buruk dari orang lain kepada kita akan mempengaruhi komunikasi atau interkasi selanjutnya. Jika dari awal kita sudah menyenangkan, maka orang tentunya akan mulai mengenal kita lebih dekat lagi. Tetapi jika kesan pertama kita sombong, bermuka masam, maka orang tentunya akan malas untuk mendekati kita, apalagi untuk berkenalan lebih jauh. Bagaimana mungkin kita akan mendapatkan lingkungan kerja yang kondusif jika ada orang yang kurang menyukai kita karena kesalahan kita pada saat pertama kali bertemu dengan orang tersebut. Senyum dan perkenalkan diri kita dengan sebaik mungkin dan penuh percaya diri. Sebagai lulusan STIS yang dikenal pandai dan menguasai ilmu statistik, kita nanti tidak seharusnya menyombongkan diri. Meskipun di dalam kantor itu ada pegawai yang mungkin dari segi pendidikan lebih rendah dari kita, tidak sepantasnya kita berperilaku sombong. Bagaimanapun juga mereka nanti akan menjadi mentor kita di kantor. Dari mereka lah kita akan mendapatkan ilmu tentang pekerjaan, karena mereka lebih lama berada di kantor itu dan pengalaman mereka tentu lebih banyak. Kalau sampai kita sombong baik dalam ucapan maupun tingkah laku, orang akan enggan berhubungan lebih dekat dengan kita. Begitu juga dalam hal penampilan, sebaiknya kita perlu memperhatikan penampilan, cara berpakaian kita, memakai pakaian yang sesuai dengan kondisi di kantor tersebut, dan tampil serapi mungkin agar kesan pertama mereka terhadap kita menjadi baik. Suatu penelitian klasik yang dilakukan oleh Walster, Aronseon, Abrahams, dan Rottman (1996) menunjukkan pentingnya penampilan fisik dalam pembentukan kesan pertama. Meskipun kesan pertama ini belum tentu benar dan sesuai dengan kepribadian kita yang sebenarnya, namun hal itu akan menjadi dasar bagi orang lain untuk melakukan penilaian terhadap kita. VI.
Profesionalitas dalam bekerja Kata profesional berasal dari profesi yang artinya menurut Syafruddin Nurdin, diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk di implementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dapat bekerja secara profesional diperlukan adanya keahlian dalam bidang tertentu. Dalam kasus pekerjaan di Badan Pusat Statistik khususnya di Kabupaten/Kota, makna bekerja secara profesional dapat sedikit dimodifikasi menjadi kita harus dapat menerima pekerjaan dan menjalankannya dengan baik dan penuh tanggung jawab meskipun pekerjaan tersebut bukan merupakan spesialisasi kita. Dalam masa pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), kita memang dilakukan adanya spesialisasi atau penjurusan, yaitu Komputasi Statistik, Statistik Ekonomi dan Statistik Kependudukan. Dengan diberlakukannya penjurusan seperti itu, idealnya lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik nanti saat ditempatkan akan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan penjurusan yang telah dipilihnya. Namun permasalahannya adalah dengan kompleksitas dan intensitas pekerjaan yang begitu tinggi, di daerah khususnya, sangat sulit untuk menerapkan spesialisasi pekerjaan yang sesuai dengan penjurusan waktu pendidikan di STIS. Sangat besar kemungkinan bahwa kita akan mendapatkan pekerjaan yang di luar spesialisasi kita. Dengan keadaan seperti itu, jika nanti di daerah kita mendapatkan pekerjaan yang bukan merupakan spesialisasi kita, kita tetap dituntut untuk tetap dapat melaksanakan pekerjaan secara profesional. Profesional saat bekerja di daerah nanti dapat kita tunjukkan
dengan paling tidak dengan menerima pekerjaan yang diberikan kepada kita meski bukan spesialisasi kita, kemudian kerjakan dengan seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan kita. Jika terdapat kesulitan, bisa bertanya dengan senior ataupun kawan-kawan di daerah lain yang kita kenal lebih tahu dan berkompeten dalam pekerjaan tersebut. Dalam menerapkan bekerja secara profesional di daerah nanti, kita harus mampu mengukur kemampuan diri telebih dahulu dan jangan terlalu memaksa. Kalau memang beban kerja yang diberikan kepada kita sudah terlalu berlebih, ada baiknya kita diskusikan dengan atasan dan dalam melakukan diskusi yang paling penting dengan tutur kata yang sopan dengan kata lain kita bisa melakukan penolakan secara halus tentunya dengan dasar-dasar yang kuat. VII.
Kembangkan diri Kita sebagai calon pegawai yang akan menempati lingkungan kerja baru di daerah kabupaten/kota secara sadar atau tidak sadar akan melakukan penyesuaian diri dengan situasi lingkungan kerja. Saat ini tentu pola pikir kita masih tertuju pada pola pikir “anak magang” yang terbiasa kerja santai serta belum memiliki atasan yang sebenarnya. Padahal, saat ini pegawai dituntut untuk harus selalu bekerja cepat dan profesional dalam rangka peningkatan kinerja pegawai. Pola pikir magang yang biasa tertanam dalam diri kita harus segera diubah dengan pola pikir dan cara kerja pegawai. Oleh karena itu, kita sebagai calon pegawai negeri sipil di daerah nanti harus mengimbangi tuntutan pekerjaan tersebut agar tidak tertinggal untuk pelayanan masyarakat yang lebih baik, salah satunya adalah dengan terus melakukan pengembangan diri. Tanpa pengembangan diri, kemampuan kita tidak akan meningkat atau bahkan justru menjadi semakin buruk sehingga akan lebih sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru. Sehingga, pengembangan diri sangat diperlukan dalam dunia kerja sebagai pembentukan pegawai yang profesional, berintegritas dan selalu berkembang. Menurut Zulkarnaen dkk (2009), pengembangan diri yaitu proses mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan-kemampuan mereka melalui usaha-usaha yang diarahkan oleh diri mereka sendiri. Dalam konteks bahasan di sini, pengetahuan bukan berarti hanya ilmu yang didapat sesuai jurusan/peminatannya pada saat kuliah tetapi juga ilmu yang tidak didapat pada saat kuliah. Seorang pegawai yang berlatar belakang di bidang ekonomi juga dituntut untuk mengerti tentang masalah sosial dan komputasi bahkan masalah teknis administrasi sekalipun. Disitulah kita harus selalu belajar dan mengembangkan ilmu yang mungkin belum dikuasai. Tentunya pembelajaran tersebut bisa dilakukan melalui pengalamanpengalaman yang berulang. Jangan menolak pekerjaan yang diberikan apabila tidak sesuai dengan bidang kita tetapi terima dan anggaplah sebagai sebuah tantangan serta kesempatan untuk menggali ilmu yang lebih luas. Jangan sungkan untuk aktif bertanya dengan para senior. Selain mengembangkan pengetahuan juga diperlukan kemampuan untuk mengembangkan keterampilan. Eagle (2011) menyebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja seorang pegawai atau karyawan maka salah faktor penunjang adalah tingkat keterampilan pegawai itu sendiri. Semakin tinggi tingkat keterampilan seorang pegawai atau karyawan, maka akan dapat meningkatkan kinerja. Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk bekerja secara mudah, cermat dan tepat. Dalam prakteknya, biasakan dan latihlah diri sendiri agar mengerjakan setiap tugas dengan cepat serta jangan menunda-nunda tugas karena semakin lama pekerjaan akan semakin bertambah banyak dan akibatnya tidak ada satu pekerjaanpun yang selesai. Selain itu, jika telah menyelesaikan suatu pekerjaan maka segera laporkan pada atasan tanpa perlu menunggu batas waktu pengerjaan. Jika ditemukan
kesalahan maka masih ada waktu untuk memperbaikinya. Dengan demikian, kesalahan pekerjaan akibat kelalaian dapat diminimalisir. Atasanpun akan menilai kita sebagai pegawai yang cekatan. Kreativitas dan inovatif juga diperlukan demi terselesaikannya tugas dengan cepat dan benar. Menurut Prather dalam Mujahiddien (2011), Orang-orang cenderung menggunakan kreativitas untuk menyempurnakan sistem dimana mereka bekerja. Mereka akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat sistem menjadi lebih baik, lebih cepat, lebih murah dan efisien sehingga dapat dilihat hasilnya secara cepat. Oleh karena itu, kembangkan juga kreativitas dan inovasi kita dalam bekerja. Misalnya, cobalah untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tidak dengan cara yang standar/biasanya. Hal ini dapat menciptakan ide-ide baru yang mungkin lebih baik dan efektif dari langkah kerja biasanya. VIII. Berdoa Manusia diciptakan sebagai makhluk yang lemah, kita tidak bisa memperbaiki masa lalu ataupun mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang. Tidak ada yang bisa menjamin besok tidak ada musibah ataupun kejelekan yang akan menimpa kita, juga tidak ada yang bisa memastikan seluruh rencana ataupun cita-cita kita akan terwujud di masa mendatang. Dengan menyadari kelemahan inilah sepantasnya kita selalu berserah diri dan berdoa kepada Allah. Seluruh kemampuan yang bisa dikerahkan oleh manusia adalah berencana dan berusaha, sedang yang menetapkan ataupun memutuskan berhasil ataupun tidak apa yang kita upayakan hanya Allah. Dengan berdoa kita akan mendapatkan keberanian untuk menghadapi masalah, kekuatan untuk menyelesaikan masalah, keyakinan adanya jalan keluar dari setiap masalah, dan kelapangan dada serta kesabaran dalam setiap himpitan yang dilalui hingga masalah ataupun kesulitan itu hilang. Doa adalah ibadah, pendekatan diri kepada Allah. Semakin dekat seseorang dengan pencipta dan pengatur urusannya, maka semakin mudah urusannya, serta semakin tenang hati dan pikirannya menjalani kehidupan yang selalu akan ada masalah, karena masalah adalah ujian, sedangkan ujian adalah alasan dari hidup manusia di dunia. PENUTUP Semoga dengan dipersiapkannya 8 bekal tersebut, lulusan STIS menjadi tidak ragu lagi bekerja di BPS kabupaten/kota sehingga dapat membangun BPS mencapai visi dan misinya.
Referensi: Lestari, Endang dan Maliki. 2006. Komunikasi yang efektif. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI. Mujahiddien. 4 Desember 2011. Menumbuhkan Kreativitas di Tempat Kerja. http://mujahiddien.wordpress.com/2011/12/04/menumbuhkan-kreativitas-di-tempat-kerja/. Setyorini, Tantri. 21 Februari 2014. 5 Tips untuk beradaptasi di lingkungan kerja baru. Dalam http://www.merdeka.com/gaya/5-tips-untuk-beradaptasi-di-lingkungan-kerja-baru.html