KULIAH 11
DEKONSTRUKSI Disusun oleh : Ikaputra Laretna T Adishakti Dimas Wihardyanto Laboratorium Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan FT-UGM
Constructivism / Konstruktivisme Rusia (1918-1932) Kebutuhan untuk melakukan "revolusi" atau perubahan di Rusia, Di Rusia, konsep klasik internasionalisme mengalami perubahan akhir dekade 20, saat harapan-harapan terselenggaranya segera revolusi dunia surut dan ketika semakin merajalelanya sistem kekuasaan-kekuasaan absolut (autarchic stage) dalam membangun negara sosialis Rusia. Kondisi masyarakat negara sosialis Rusia yang serba ditekan untuk sama rata sama rasa, bisa dicontohkan dengan keseragaman-keseragaman (baca= kesamaan) bahkan paling tidak masih bisa dirasakan dua dekade yang lalu misalnya: hampir kebanyakan mobil di Rusia yang terbatas itu berwarna hitam. Michael Collins mengumpamakan bagaimana suka citanya seseorang yang biasa tinggal di Moskow—dengan mobil-mobil hitamnya tadi—masuk ke dalam jajaran selebriti barat yang bisa memilih lebih dari 30 variasi Mini motor car. Collins dalam introduksi buku PostModern Design (1989) menggambarkan situasi orang itu pada kegembiraan yang luar biasa dan menyebutnya menghadapi keadaan ecstasy of choice (buaian akan pilihan-pilihan yang menyenangkan).[1] Keadaan tak mempunyai pilihan tersebut membawa para arsitek Rusia pada keinginan akan perubahan-perubahan bahkan menjurus pada suatu revolusi.
[1] Collin, Michael dan Andreas Papadakis (1989) Post-Modern Design. London: Academy Editions. hal. 11.
Kebutuhan untuk melakukan "revolusi" atau perubahan di Rusia,
Source : http://www.visualphotos.com/image/2x3433304/close_up_on_ chevrolet_mini_vans_lined_up_ready_for
Chevrolet Mini Vans Baltimore
Source : Unknown
Paul Smiths_ Colorful Mini Cooper
Mini Iseta Cars 1920s
Source : http://retrorambling.wordpress.com/2011/07/04/bmcmini-cooper/
Mini Coopers 2010s
A frozen traffic Jam Russia http://englishrussia.com/index.php/2007/01/page/2/
http://www.superstock.com/stock-photos-images/1663R-23006 motoringalliance.com http://farm1.static.flickr.com/44/119374439_097817624e.jpg?v=0
Constructivism / Konstruktivisme Rusia (1918-1932)
Source : Unknown
http://www.kmtspace.com/kmt/constructivist-arch.htm
Karya Leonidov: Ministry of Heavy Industry di Red Square
Kebutuhan mengkomunikasikan suatu "Revolusi" atau perubahan,
INTI REVOLUSI KONSTRUKTIVIST DARI RUSIA The Russian Revolution brought a new way of life that demanded a new program, a new work ethos, unusual leisure facilities and a collision of all things in modern urban context. [2]
[2] Hadid, Zaha (1991) Recent Work. Dalam Architecture in Transition. Between Deconstruction and New Modernism, Peter Noever. Munich: Prestel-Verlag.hal. 48.
Source : http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?p=79923412
Memahami Perubahan Estetika Arsitektur Konstruktivist Yang menarik dari kelompok arsitek dan artis constructivism Rusia ini, dalam melakukan Revolusi, adalah karena kemunculannya di tengah-tengah perjuangan arsitek-arsitek lain dalam abad mesin yang juga sarat penemuanpenemuan yang merubah kehidupan. Bagaimana posisi kelompok ini dalam mengungkap teori-teorinya dapat dimengerti dari salah satu tulisan El Lissitsky—seorang tokoh konstruktivisme—pada buku Russland (1930) sebagai berikut:
The Building is characteristic of an age that thirsts after glass, iron and concrete. All the accessories that a metropolitan street imposes on building—illustrations, publicity, clock, loudspeaker, even the lift inside—are all drawn into the design as equally important parts and brought to unity. This is the aesthetic of constructivism.[4] Lissitsky mengungkap bahwa estetika "konstruktivisme" adalah pada kesatuan rancangan dari tingkat asesories sampai struktur, kesatuan rancangan pada tingkat bagian maupun keseluruhan, kesatuan rancangan dari ragam teknologi pemakaian bahan sehingga bangunan memberi karakteristik dari suatu metropolitan pada suatu zaman—yang masih membutuhkan "pengembangan-pengembangan" konstruksi (=haus akan pengembangan), bahkan, setelah penemuan-penemuan kaca, baja dan beton.
[4]Lihat Reyner Banham (1960) op.cit hal 165.
Constructivism / Konstruktivisme Rusia (1918-1932)
Sikap Pengembangan Arsitektur "Konstruktivisme" Sikap-sikap pengembangan estetika "konstruktivisme" ini lebih lanjut dapat dimengerti dari tulisan Moisei Ginzburg—pimpinan kelompok Constructivist Architects dari Rusia:
Form is an unknown, 'x', which has always to be evaluated anew by the architect. We have therefore to study not just the elements of architecture, but the methods of transformation of those elements, to understand how changes in the brief must affect the form.[5] Konstruktivisme memberi pelajaran bahwa "bentuk adalah sesuatu yang tak diketahui—x" oleh karenanya arsitek harus "memperbarui cara mengevaluasi bentuk". Dengan Pemikiran ini arsitektur tidak saja dipelajari "elemenelemen"nya, tetapi juga dimengerti "metoda transformasi" dari elemen-elemen itu dan dipahami "bagaimana perubahan-perubahan mempengaruhi bentuk". Ginzburg menempatkan metoda transformasi-transformasi formal ini sebagai komponen yang penting bagi kerja seorang arsitek. Ia menekankan tiga hal penting dalam proses transformasi, yakni: - proses transformasi tak hanya bicara estetika, tetapi meliputi re-organisasi kerja elemen-elemen konstruktif dari bangunan, (konstruksi) - perubahan yang dilakukan adalah obyek dari materialnya sendiri, (bahan) - perubahan yang dikerjakan tidak lepas dari konteks tujuan yang esensial dan persepsi dari pemakai bangunan. (fungsional) [5]Cooke, Catherine (1989) The Development of the Constructivist Architects' design Method. Dalam Papadakis, Andreas et.al. (1989) Deconstruction. London: Academy Editions. hal. 31.
Desain Konstruktivist sebagai fungsi dari Konstruktsiia Tektonika Faktura
Source : http://www.arcadja.com/auctions/en/konstruktivist_russischer/artist/335540/
Apa itu
Konstruktsiia?
http://www.kmtspace.com/kmt/constructivist-arch.htm
Konstruktsiia, merupakan kata yang berkonotasi linguistic. Konstruksi (=struktur) tata bahasa adalah konstruktsiia. Sementara kata untuk konstruksi bangunan atau konstruksi Sosial dipakai kata stroitel' stvo. Persisnya, analisa Catherine Cooke menyebutkan stroitel' stvo adalah suatu proses pengembangan material (material process) sedangkan konstruktsiia adalah suatu proses pemikiran intelektual (intelectual process).[6] [6] Cooke, Catherine (1989) ibid. hal. 22.
Apa itu Tektonika? Tektonika, merupakan kata yang diserap dari geologi, yaitu menunjukkan re-strukturisasi bentukan alam secara paksa yang muncul dan berasal dari perut bumi. Tektonika, juga berarti ke-organik-an (organicness) suatu letusan dari esensi yang paling dalam (=filosofi, ideologi). Tektonika, atau gaya tektonik yang muncul secara organik dan dibentuk pada satu pihak, keluar dari karakter komunisme Rusia sendiri, dan dipihak lain dibentuk dari bahan-bahan industrial yang digunakan secara tepat. Tektonika merupakan sintesa yang menghubungkan nilai-nilai politik dan teknik-teknik industri.[7] Source : http://ahustache6tqh.skyrock.com/1810694392-Vladimir-Tatline-modele-dumonument-pour-la-troisieme-internationale.html
Tatline, tour pour la 3ème Internationale, 1919
[7] Cooke, Catherine (1989) ibid. hal. 24.
Apa itu Tektonika?
Source : Unknown
[7] Cooke, Catherine (1989) ibid. hal. 24.
Apa itu Tektonika?
Source : Unknown
[7] Cooke, Catherine (1989) ibid. hal. 24.
Apa itu Fakktura? Faktura, merupakan kemungkinan-kemungkinan khusus dalam memanipulasi material.[8]
Source : Unknown
.[8] Cooke, Catherine (1989) ibid. hal. 24.
Konstruktsiia dan Dekonstruksi Catherine Cooke menilai gejala dekonstruksi ini adalah gejala yang wajar. Dan Cooke membawa debat dekonstruksi ini lewat pengkajian karya-karya arsitek garda depan Rusia sekitar 50-70 tahun lalu, yang dikenal dengan Konstruktsiia atau Constructivism. Tokoh-tokoh seperti Malevich dan Leonidov, ia khayalkan menjelma sebagai sosok Zaha Hadid; Rem Koolhaas arsitek Belanda yang waktu kecilnya pernah menetap di Indonesia ia samakan dengan arsitek Rusia Lissitzky; Sedang Eisenman dan Iakov Chernikov mempunyai kemiripan lewat skema-skema yang dibuat. Cooke memang tidak sekedar mencari-temukan pasangan antara arsitek Rusia dulu yang Contsructivism dengan arsitek sekarang yang dekonstruksi, lebih dari itu keduanya mempunyai sikap yang sama untuk mencipta arsitektur baru yang lepas dari ikatan-ikatan kemapanan yang sudah ada lewat pola pikir, suatu aturan tertentu dalam proses berfikir. Yang membedakan adalah bahwa mereka, arsitek Rusia, mendasarkan paradigma berfikir logik pada saat "Machine age", sedang kita sekarang jelas Bernard Tschumi —'dekonstruksionis'—ada pada era teknologi informasi dimana ruang diukur dengan waktu.
Source : www.skyscrapercity.com
Konstruktsiia dan Dekonstruksi
Malevich
Source : http://en.wikipedia.org/wiki/Kazimir_Malevich
Dekonstruksi: Cara-cara mempertanyakan Kemapanan style/gaya arsitektur Jacques Derrida, si pakar dekonstruksi, yang pada banyak hal berada pada kubu Eisenman, mengatakan bahwa dekonstruksi sebenarnya tidak berarti merusak yang sudah terbangun baik secara fisik, budaya maupun secara teoritis, untuk hanya sekedar berambisi menciptakan arsitektur baru yang dapat dibangun. Melainkan dekonstruksi adalah suatu cara mempertanyakan mode-mode arsitektur dan lebih penting lagi mempertanyakan filosofinya.[9] Seperti kelompok Constructivist Rusia, bahwa para dekonstruksionist berkarya lewat apa yang disebut dengan "kerja laboratory", Eisenman khususnya juga dianggap bereksperimen dengan mensejajarkan tekstual dan visual. Sehingga karya fisiknya, juga kebanyakan karya dekonstruksi lainnya, bersifat sangat personal. [9]Wawancara Jaques derrida dengan Christopher Norris dalam deconstruction.
Mengurai Dekonstruksi (decompose deconstruction?!) Apa yang membuat arsitek-arsitek—seperti Morphosis; Daniel Libeskind; Zaha Hadid; Jean Noevel; Peter Eisenman, Bernard-Tschumi, Coop-Himmelblau—didudukkan pada jajaran pengemuka gagasan deconstructivist seharusnya diurai dengan perantara pertanyaanpertanyaan di bawah ini:[10] - What actually links them, what do they have in common? Apa sebenarnya tautan antar mereka, apa kesamaan yang mereka punyai? - Is their affinity only confined, perhaps, to the demontage of all those fundamental principles of architecture that were valid in the past, the rejection of all traditions and the principle of perfection—although without generating new utopias, as the modern movement has done? Apakah persamaan mereka terbatas, mungkin, hanya pada demontage ("penghancuran") semua prinsip-prinsip fundamental arsitektur masa lampau, penolakan dari semua tradisi-tradisi dari prinsip yang baku/mantap atau mapan/sempurna—walaupun tanpa mengungkap utopia-utopia baru seperti yang dilakukan gerakan modern? - Is the loss of the theory as the basis of a potentially thriving architecture thus prolonged? Apakah hilangnya teori sebagai basis potensial perkembangan arsitektur sedemikian panjang? - Does theory therefore still continue to follow practice? Apakah teori tetap mengikuti praktek? Architecture which is understood as architecture never allows a one-sided interpretation. Universal character is the real criterion of architecture. [10]Noever, Peter (1991) On Architecture Today. Dalam Architecture in Transition. Between Deconstruction and New Modernism, Peter Noever. Munich: Prestel-Verlag. hal 7-8
Zaha Hadid: Dari Constructivist menggali Orisinalitas Diri. Bertolak dari pemahaman Constructivist untuk Originalitas karyanya. Figur tokoh Malevich dan Leonidov menjadi acuan langkah-langkah karier Zaha Hadid. Pengaruh figur para konstruktivis menyebabkan, Gagasan Zaha Hadid lebih mudah dipahami lewat karya-karyanya secara langsung.
Source : http://arch1101-2010sw.blogspot.com/2010/05/exp-3-bridge.html
Suprematist compsosition, by Kasimir Malevich
"Dynamic City," by Gustav Klucis (1920)
Zaha Hadid: Hong Kong Peak Project: The peak adalah kawasan tertinggi, sehingga figur bangunan harus tidak vertikal, tetapi horizontal; (dengan beam-beam melayang). Idea-idea geologis, muncul dengan ketajaman beam membelah pegunungan Peak Hong Kong.
ZAHA HADID
Source : http://arch1101-2010sw.blogspot.com/2010/05/exp-3-bridge.html
ZAHA HADID
Source : https://arcrev.wordpress.com/2010/09/04/tokoh-deconstruksi-zaha-hadid/
ZAHA HADID
Source : https://arcrev.wordpress.com/2010/09/04/tokoh-deconstruksi-zaha-hadid/
ZAHA HADID
Source : https://arcrev.wordpress.com/2010/09/04/tokoh-deconstruksi-zaha-hadid/
Zaha Hadid:
Folie di Osaka Terletak pada cross section dan ia mencoba membuat beam-beam tajamnya— dari bentuk pesawat terbang yang berimpit—melintas plaza untuk menegaskan arah menyatukan gagasan pengembangan secara geologis. (walaupun untuk itu, orang-orang dengan arah tertentu akan bertabrakan dengan arah beambeam tadi). Source : Ikaputra
Zaha Hadid:
Folie di Osaka Terletak pada cross section dan ia mencoba membuat beam-beam tajamnya— dari bentuk pesawat terbang yang berimpit—melintas plaza untuk menegaskan arah menyatukan gagasan pengembangan secara geologis. (walaupun untuk itu, orang-orang dengan arah tertentu akan bertabrakan dengan arah beambeam tadi). Source : Ikaputra
Zaha Hadid:
Folie di Osaka
Source : Ikaputra
Zaha Hadid:
Folie di Osaka
Source : Ikaputra
Zaha Hadid:
Folie di Osaka
Zaha Hadid: PROGRAM:
spittelau-viaducts-housing-project Housing, restaurants, bars, offices CLIENT: SEG Stadterneuerungs- und Eigentumswohnungsgesellschaft m.b.H. SEG Gasometer, Guglgasse 6 A-1110 Vienna, Austria AREA: 4000 m²
CONCEPT: A series of apartments, offices and artist’s studios weave like a ribbon through, around and over the arched bays of the viaduct, designed by Otto Wagner. The viaduct itself is a protected structure, and may not be interfered with. The three-part structure playfully interacts with the viaduct, generating a multitude of different outdoor and indoor spatial relationships. The perception of these is intensified by the response of the architectural language to the different speeds of the infrastructural elements. Public outdoor spaces are enlivened via the infill of bars and restaurants under the arches of the viaduct. The related service zone flows through the remaining openings of the viaduct and melts into the banks of the canal, creating a lively platform for public life. The rooftops are planned as private retreats and add to the visual activity along the canal. An additional challenge is posed to the project, as the program consists mainly of social housing, though studios and offices are mixed in. Later, the project should be connected to the University of Business and Northern Train Station via a pedestrian and cycle bridge.
Tom Mayne (Morphosis): Pluralistic & Ketidak-pastian
Ia dididik dan dibesarkan pada lingkungan ajaran arsitektur Utopian Determinism yang sangat bersifat Dogmatik dan berkiblat sangat ke Eropa di tahun enam-puluhan. Dengan ciri-ciri[11]: - Pemberdayaan energi untuk masa depan (padahal menurut Thom Mayne kita sekarangpun merancang untuk the future) dengan visi-visi holistic dan analisa serta sintesa yang rasional, - Fokusnya adalah pada infrastrukturinfrastruktur dengan penekanan program, perubahan dan fleksibilitas serta lingkungan. - Tujuannya adalah arsitektur generik dan netral. - Arsitektur sebagai a social art dan dihasilkan secara kolektif.
Source : Ikaputra
(karya Folie Osakanya: Simbiose antara Manusia, Mesin dan Alam)
Menurut Mayne lebih lanjut, Today is imposible to assess a common system of values within our pluralistic world where reality is chaotic, unpredictable, and hence ultimately unknowable.[12]
[11]Mayne, Tom (1991) Connected Isolation. Dalam Architecture in Transition. Between Deconstruction and New Modernism, Peter Noever. Munich: Prestel-Verlag. hal. 73. [12] Mayne, Tom (1991) ibid,
Tom Mayne (Morphosis): Pluralistic & Ketidak-pastian
Source : Ikaputra
(karya Folie Osakanya: Simbiose antara Manusia, Mesin dan Alam)
Daniel Libeskind: Paradox Daniel Libeskind banyak bicara mengenai suatu dekonstruksi yang telah didekonstruksikan sendiri. Bicara mengenai a voided void (kekosongan void)— atau suatu void yang telah dikosongkan. Ia memunculkan arsitektur paradox, suatu gaya bahasa yang tidak konsisten, kontradiksi, kebalikan, dan penuh teka-teki. Source : Ikaputra
Daniel Libeskind: Paradox
Karya Folie di Osaka: Kutub Bunga Pencarian Arsitektur Folie (untuk Expo Flower '90) yang berbicara suatu "bahasa", yakni bahasa geometris yang dibawa sampai batas terjauh arsitektur. Folie juga berbicara tentang simbolsimbol alam (=bunga). Oleh karenanya, pada kenyataannya, bahasa folie ini mengungkap kesulitan-kesulitan antara simbol arsitektur dan alam. Sementara, geometris—yang menjadi tujuan dalam arsitektur itu—adalah alam itu sendiri.
Source : Ikaputra
Daniel Libeskind: Paradox
Karya Folie di Osaka: Kutub Bunga Pencarian Arsitektur Folie (untuk Expo Flower '90) yang berbicara suatu "bahasa", yakni bahasa geometris yang dibawa sampai batas terjauh arsitektur. Folie juga berbicara tentang simbolsimbol alam (=bunga). Oleh karenanya, pada kenyataannya, bahasa folie ini mengungkap kesulitan-kesulitan antara simbol arsitektur dan alam. Sementara, geometris—yang menjadi tujuan dalam arsitektur itu—adalah alam itu sendiri.
Source : Ikaputra
Peter Eisenman: Teori dari tidak adanya Teori Teori Weak Form, dikembangkan dari beberapa gagasan: - Tidak ada kebenaran yang tunggal; tidak ada decidability (=Ketidak-tentuan, segala hal adalah undecidable, Arbitrary); - Banyak hal yang sudah dianggap tidak esensial (tidak ada esensi pada arsitektur, tidak ada esensi pada apapun); - Semuanya itu hanya ada pada excess (keberlebihan/perbuatan Source : Ikaputra yang keterlaluan). Segala wahana (discourses) adalah Singkatnya weak form adalah arbitrary (changeble, mengenai kondisi dari excess, optional); undecidable (tak berketentuan), excessive yakni, tak ada yang tergantung dan tidak punya nilai ontology (teori spesifik dari pada esensi. eksistensi alam) or teleology (teori, pengajaran, keyakinan yang dikembangkan untuk tujuan perancangan); yakni, tidak punya ikatan kuat dengan ruang dan waktu naratif.[13] [13] Eisenman, Peter (1991) Strong Form, Weak Form. Dalam Architecture in Transition. Between Deconstruction and New Modernism, Peter Noever. Munich: Prestel-Verlag. hal. 42-43
Peter Eisenman: Teori dari tidak adanya Teori
Source : Ikapiutra
Peter Eisenman: Teori dari tidak adanya Teori
Source : Ikaputra
Peter Eisenman: Teori dari tidak adanya Teori
Source : Ikaputra
Rem Kolhas: ”The Sky never Change in the City”
Source : Ikaputra
Rem Kolhas: ”The Sky never Change in the City”
Source : Ikaputra
Arsitektur Eisenman dkk: Gaya vs non-gaya Arsitektur Eisenman berbeda dengan arsitektur yang ada, berbeda dengan arah alir isme-isme yang sedang nge-trend. Bahkan ia selalu membuat move yang tidak sama dari satu karya ke karya berikutnya. Oleh karenanya karya-karya Eisenman hampir tidak bisa dikaji dari satu sisi tolok ukur yang sama sekaligus. Dan ia akui bahwa yang sangat wajar bisa didapatkan dalam setiap karyanya adalah "perbedaan" itu. Dan kewajaran untuk berbeda itu, menurutnya adalah kewajaran yang bisa dipelajari dari sejarah. Bahwa Paladio dalam sejarah arsitektur eropa memasukkan unsur-unsur klasik ke dalam arsitektur vernacular sehingga tercipta villa-villa, bahwa adanya inovasi gaya arsitektur sehingga terjadi pergeseran dari Renaisance ke Barok, Barok ke Rococo, Rococo ke neo-klasik adalah kewajaran arsitektur dalam mencari bentuk baru yang sudah pasti berbeda dengan sebelumnya. Dan gejala yang ia katakan sebagai "penggelinciran" arsitektur ini juga dialami oleh Modernism, yang menjungkir-balikkan aturan-aturan klasik untuk kemudian memunculkan hakekat fungsi.[14] Di lain pihak, masa sekarang, saat mana penemuan di berbagai bidang silih berganti mengisi lembaran-lembaran kehidupan manusia, gejala arsitekturnya ia anggap berhenti, bahkan mundur dari upaya menghasilkan kreasi yang baru. Semua rancangan selalu mengacu pada "kemapanan" yang sudah ada: melestarikan sejarah, mengacu pada mode yang ada, ataupun berdasar fungsi yang jelas sudah terdefinisi. Ambisinya menciptakan unpredictable fashion,suatu karya baru, gaya kreatif yang tak terduga sebelumnya, lewat "penggelinciran" kemapanan yang ada. Dan hal inilah yang diserang habis-habisan oleh kritikus Charles Jenks sebagai arsitektur yang menerapkan teori negatif atau positive nihilistic-mengacu pada praktek-praktek 'de-komposisi', 'dis-kontinuitas', 'de-centring' ataupun anti-klasik, anti-nostalgia[15]. Jencks bahkan menganggap dekonstruksi ini sebagai menikmati "kesenangan semu". Dan ia menggolongkan dekonstruksi ke dalam salah satu style atau gaya dari faham Modernism Baru (baca Laras, edisi maret 1992), terutama lewat berbagai sikap melahirkan prefiks-prefiks "de-", "dis-", dengan segala "anti"-nya yang bermuara pada anti-humanisme. Namun Eisenman tegastegas menolak dekonstruksi sebagai gaya dalam arsitektur. Dekonstruksi adalah non-gaya. "Andai dekonstruksi adalah suatu gaya arsitektur, saya akan segera anti terhadapnya!" debat Eisenman kepada Jencks. Ia lebih lanjut menggaris-bawahi bahwa dekonstruksi adalah "ideologi". [14]Lihat House card nya Eisenman: Critic and essey khususnya tulisan Eisenman tentang Misreading. [15] Jencks Charles, (1989). Deconstruction: The Pleasure of Absence. In Deconstruction. pp119 and 126
Dekonstruksi Disusun oleh IKAPUTRA,
Dekonstruksi Di antara ungkapan "De" dan "Dis" Dekonstruksi sering dihubungkan dengan proses dislokasi, dekomposisi, dan dekode
Kritik terhadap Dekonstruksi Dekonstruksi membuat Leon krier, penganut faham Rekonstruksi, teman akrab Eisenman yang musuh dalam ideologi, mengingatkan bahwa sangatlah berbahaya mengubah kemapanan sumber dan nilai sejarah, yang menurutnya tak bisa ditawar lagi, lewat keinginan individu-individu semata.[16] Lebih keras lagi kritik dari Vincent Scully, Profesor sejarah dan seni yang banyak menulis tentang arsitektur modern di Amerika. Scully melihat karya-karya Eisenman sering membuat pusing kepala atau secara visual membuat kota-kota semakin tidak jelas. Walaupun, lanjutnya lagi, kadang-kadang Eisenman menghasilkan keragaman yang menyenangkan bagi penyegaran arsitektur, dan untuk hal ini Eisenman dimaafkan orang, khususnya orang-orang yang tidak begitu peduli akan ada-tidaknya "muslihat" teori di balik keindahan bangunannya[17]. Agaknya Dekonstruksi merupakan suatu pandangan arsitektur yang dibiarkan mengambang "di antara", dibiarkan dalam "kelemahan" faham-faham yang saling mempertahankan "kekuatan" masing-masing, sehingga darinya arsitektur baru bisa sebebas-bebasnya diciptakan lewat ungkap syntax dan debat textual. Dekonstruksi memang bukan faham atau "-ism", namun sudah pasti ideologi yang menciptakan arsitektur garda depan. Seperti diakui Eisenman, ia ingin membawa arsitektur garda depan yang bersifat pinggiran ke tengah gelanggang perkembangan arsitektur secara lebih nyata. Suatu ambisi! [16]Peter Eisenman Vs Leon Krier: "My ideology better then yours", dalam Reconstruction-Deconstruction, hal 9 [17]Scully, Vincent (1989) Theory and delight. PA 10:89. hal 86-87.
Source : Ikaputra
Source : Ikaputra
TERIMA KASIH