1 EVALUASI PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABIUTASI HUTAN DAN LAHAN (GNRHL/GERHAN) DI KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG (KASUS GERHAN DI KECAMATAN KOTO TA...
EVALUASI PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABIUTASI HUTAN DAN LAHAN (GNRHL/GERHAN) DI KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG (KASUS GERHAN DI KECAMATAN KOTO TANGAH TAHUN 2004-2006}
TESIS
Untuk memenulll sebaglan persyaratan Mencapalderajat SotrjanaStrata 2 Program Studl llmu Lingkungan
DEASY EFNIDAYIESTY L4K007003
PROGRAM MAGISTER ILMU UNGKUNGAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2008
EVALUASI
PROGRAM
GERAKAN NASIONAL REtlABIUTASl
HUTAN DAN LAKAN (GNRHL/GERHAN) DI. KECAMATAN l
(KASUS GERHAN DI KECAMATANKOTO TANGAH TAHUN 2004-2006)
TES IS
Untuk memerilahi sebaglan pen;ya.-atan Menai1>11i oera;at Sarjana Strotta 2 Program Studi llmu Llngkungan
DEASY EFNIDAWESTY L4KD07003
PROGRAMMAGISTER ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2008
LEMBAR PENGESAHAN EVALUASI PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GERHAN) DI KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG {Kasus Gerhan Di Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang Tahun 2004-2006) Di susun Oleh : DEASY EFNIDAWESTY
L4K007003
Telah dipertahankan, direvisi dan disetujui oleh Tim Penguji pada tanggal 19 Juli 2008 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk di terima
Ketua Tim Penguji Prof. Dr. Sudharto. P.Hadi
Anggota Tim Penguji: 1.
Ir. Parfi Khadiyanto, MS.
2.
Dr. Boedi Hendrarto, M.Sc
3.
Ir. Sri Poeryono, MP
~
ror-n~
. .y.~ .
·······~··················
PERNYATAAH Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tests yang saya susun sebagai svarat untuk memperoteh gelar Master dari Program Magister llmu Lingkungan seluruhnya merupakan hasil karya s.aya sendiri. Adapun bagian-baglan tertentu dalam penulisan Tesis ini yang saya kutip dart hasil karya orang lain telah ditullskan surnbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan ettka penulisan ftmiah.
Apabila dikemudian hari dltemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya pl;igiat dalam bagian·basian tertentu, maka saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademlk yang saya sandang dan sanksi-sanks! lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Semarang, 19 Juli 2008
Deasy Efnidawesty
iii
BIODAT A PENULIS
Nama Lengkap penulis adalah Deasy Efnidawesty di lahirkan di Kab. Luwuk (SulawesiTengah) tanggal 19 Desember 1978 dari Ayah bernama Ir. Dasril Aboe Nain dan lbu bernama Salni Efnita (Alm). Penulismenamatkan I
Sekolah Dasar di SON lnpres Birobuli 3 Palu (Sulteng)
Tahun 1990, dan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Bukit Tinggi (Sumbar)tahun 1993 dan kemudian menyelesaikanSekolahMenengahAtas di SMAN 4 Bengkulutahun 1996. Pendidikan Starata 1
ditempuh di
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta pada Fakultas Kehutanan Jurusan Teknologi Hasil Hutan dan tamat pada tahun 2001. Di tahun 2002 diterima sebagai PNS di Pemerintah Daerah Kota Padang dan ditempatkan pada Dinas Pertanian, Peternakandan Kehutanan Kota Padang sejak tahun 2002 hingga saat ini (2008), yaftu pada 8idang Kehutanandan Perkebunan. Dan di tahun 2007 Penulis menerlma Beasiswa darl Bappenas di Magister
llmu
Lingkungan Universitas
Diponegoro dan
menyelesaikanstudi pada bulan Juli tahun 2008.
iv
berhasil
KA TA PENGA.NT AR Segala puji hanya bagi Allah SWT, atas rahmat, karunia dan kemurahanNya hing'i!a penutisen Tesis yang berjudul ~Evaluasi Program
Gerakan NaS1onal RehabUltas1 Hutan dan Lallan (Gerl>an) di Kecamatan Koto Tan11ah Kota Padang (Kasus Gerhan di Kec::amatan Koto Tangah
Tahun
Kota Padang Tahun
Selanjutnya
2004-2006) ini dapat
terselesaikan.
Shalawat dan satam selalu tercurah bagi Nabi Besar
Muhammad Sl>.W. Pada kesernoatan lni Penulls mengucapkan ter1ma kasih yang tak terhingga sebagai penggharsaan tertinggi kepada sernua pihak yang telah
berperan dao memberikan bantuan
moril dan materiil
sejak awal
perkuiiahan hingga terselesaikannya Tesis ini, yaitu ltepada ; 1. Bapak Kepala Pusat Pendidikan Pembinaan dan Pelatihan Perencanaan Badan
Perencanaan
Nasional
(PU!>bindilllat.ren·Bappenas)
beserta
seluruh staf dan ja1arannya atas kesempatan dan dukungan finansial berupa pemberian Beasiswa Bappenas. 2. Bapak Prof. Dr Sudharto. P Hadi selaku Ketua Program Pasca Sarjana Program Studi
Magister
1 lmu Lingkung(IO
Universitas Diponegoro,
Semarang sekaligus Pembimbing Utama, terirna kasih ates arahan, bimbingan dan kesediaan me
bagi Penulis dalam
menyelesaik.an Tesis ini. 3. Bapak Ir. Parfi Khadiyanto, MS, selaku Pembimbing II, terima k.asih
atas segala petunjuk, aranan dan pen!lertiannya dalam membimbing Penulis menyelesaikan Tests ini. 4. Bapak Dr. Boedt Hendrarto. M. SC dan Bapak tr. Sri Puryono, MP selaku Dosen Pensuji Tesis, telimakasih atas segata arahan perbaikan Tesis ini.
5. Seluruh Staf Pengajar di Program Pasca Sarjana Program Studi Magister nmu Lingkun\!an, atas ~ala ilm~ pengetahuan den informasi terkini yang diberikan kepada Penuns,
6. Seluruh staf dan Karyawan di MIL Ulldip, Mas Hastomo, Mas Doni, Mas Sulis, Mbak Fltri dan Mbak Eva, terima kasih atas segata bantuannya. 7. Teristimewa dengan penuh cinta untuk suamiku Riswanto, S.Hut dan Anakku Andra Oean Pratama sebagai inspir asi dan penyemangat hidupku. 8. Keluarga Besar Papi Ir. Dasril Aboe Nain (Ian Marni Efnita (Almh) serta
Keluarga Besar Aba Kamal. MS dan Ama Mudamis yang senantlasa memberikan semangat dan doa dari jauh.
9. Se\uruh Teman-teman senasib dan seperjuangan di Mll-Undip Angkatan 17 Bappeoas Batch·2 dan Angkatari 18
Kelas PU, etas l>antuan,
kerjasama, dukungan dan persahabatnya setama ini. Akhir kata, segala sesuatu yang ada dalam Tesls ini maslh jauh dari sempurna, dan maslh teroapat kekurangan, untuk ltu segala saran dan krftfk yang konstrulltif sangat penu!ls harapkan guna perbalkan dlmasa yang akan dating,
harapan Penulls semog~ Tests lni memberi manfaat
bagt yang membacanya. Amin. Semarang, 19 Juli 2008
3. 3.4. Oampak dan Manfaat Gerh11n A. Aspek Lingkuogan ,. b. Aspek Ekonomi c. Aspek Sosial Budaya , 3.3.5. Usulan Rekcimendasi Perencanaan Gerhan 3 .4. Jenis Data A.. Data Primer •....•...••....................................... B. Data Sektinder
3. 5. Sumber Data 3.6. Sampel
3.7. Model Kerangl(a Pikir PeneUtian BAB. IV. HASIL DAN ANAUSIS
4. 1. Gambaran Lokasi Peoelitian 4.1.1. Kondisi IJmum Kota Padang 4.1.2. Kondisi Hutan clan Lahan KJ1tls di Kota Padang 4.1.3. Kondisi Umum Kecamatan Koto Tangah 4.1.3.1. Kelurahan Batipuh Panjang 4.1. 3.2. Kelurahan ltJbuk Minturun 4. 1.3. 3. Kelurahan Pasir Nan Tigo
4.1. 3. 4. Kelurahan Balai Gadang
4. 2. Gambaran Hasil Penelitian
,.
.. .
. ..
38
38
41 44
.
46
.
46
~ . .
46
.
48
.
.
47 47
48
..
54
.. ..
54 54 55 58 58 58 59
. .. . . .
..
..
4.2. 1. 1. Tahap Perencana<1n Gerhan .. 4.2.1.2. Tahap Pelaksanaan Gertian .. A. Kegiatan Penanaman Reboisasi .. B. Kegiatan Penanaman Hutan Rakyat . C. Kegiatan Penanaman Penghijauan Kota .. D. Kegiatan Pembµatan Surnur Resapan ..... E. Kevia,tan Pemelfharaan Reboisasi dan .
4. 2. 2. Hasil Gertian cti Kecamatan Koto Tangah .......•.•. , .. 4.2. 2.1. Kesuaian sasaran lokasi , .. 4.2.2.2. Perbandingan reallsasi dan target ....•........ .1..2.2. ~. P~ndingan Realisasi jumlah tanernan yang di r;?ncarutkan deogan jumlah tanarnan yang t11mhuh /hidup .. 4.2.2.4. Pe.-l>andingan Realisasi jumlah tanaman yang tumbUh dengan t :'!~,.., r.~,,!k:>
ix
36
.
4. 2. 1. Deskripsi Pelallsanaan Program Gerhan di Kecamatan Koto Tangah dari tahun 20()4·2006 ..
Hutan Rakyat
37
60 60 60 60 65 67 69
72 76
76
77 77 80
81
86
4. 2. 3. Dampak dan Manfaat 4.2. 3. 1. Ditlnjau dui 4.2. 3.2. Ditinjau dari 4.2.3.l. Oitinjau dari
Gerhan............... . . . . . . . . . .. Aspell Lingkungan . .. .. . . .• .. . Aspek Ekonomi . . .. .. . .. .. . Aspek Sosial Budaya
Tabet 14. Kondisi flora sebelum dao sesooah kegiatan Gerhan
93
Tabel 15. Potensi Perbaikan Tata Air kawasan pada lokasi Gerhan Tabet 16. Perbaikan Struktur tanah pada lokasi Gerhan....... ... ..
95 97
Tabet 17. Peningk.atan Produktivitas kawasan pada lokasi Gerhan....
96
Tabel 18. Penlngl
100
Tabel 19. Jenis pekerjaan yang tersedia pada setiap jenis kegiatan .
102
Tabet 20. Pertuasan pe\uang U5aha masyarakat dalam kegiatan Gerhan
103
label 21. Jumlah penyerapan tenaga kerja yang terlibat dalam Gcrhao
105
XJ
Tabet 22. Jumlah penyerapan tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan Gerhan bel'Oasarkan jenis kl"Lamin Clan kelompok umur • .. .. . • . • • .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
107
Tabel 23. Jumlah penyerapan tenaga kerja yang tertibat dalam petaksanaan Geman berdasar1Can mata pencaharian dan pendidi.kan ·····~············". Tabet 24 Efektifitas kegiatan Gerhan terhadap penyedfaan peluang kerja sesuai lcesediaan dan kebutuhan
108
label 25. Peningkatan nilai ekonomi lahan pada Pelaksanaan Gerhan ····························~······················"········· Tabel 26. Nilai ekonomi tegakan setelah dilakukan penanaman
Gambar 9. Bencana banjir dan tanah longsoryang pemah terjadi di Kee Koto Tangah selama tahun t000-2006.... .•.•. .. . ...
Gambar 10.Salah satu pondok kerja dan papan nama kegiatan reb<>isast..........................................................
89
114
Gambar 11. Keaiatan pengangkutan pupull dan pembersihan gulma oleh
anggota kelompok Kerja Reboisasi (terlihat
tanaman mahoni sudah mencapai finggi 2,5 m] . . ... . .....
xiii
151
DAFTAR ISTILAH
BAKORNAS
Badan Koordinasi Nasional
BP DAS
Balai Penielolaan ()aerah Allran Sungai
DAS
Daerah Allran Sungai
DeJ>hUt
Oepartemen Kehutanan
DIPA
l>aflar tstan Penggunaan Anggaran
Dipernakhut
Dinas Pertanian Peternakan dan Kehutanan
Dlrjen
Direktur Jendral
GNRHL/Geman
Gerakan Nasional Rchabilitasi Hutan dan Lahan
HHK
Hasil Hutan kayu
HHBK
Hasil Hutan Bukan Kayu
Kepme11
Keputusan Menteri
LPI
Lembaga Penilai ln(lepenclen
MPTS
Multi Purpose Tree Species (tanaman semusim J
PP
..
Peraturan Pemenniati
Rantek
Rancanean Teknis
RHL
Rehabllitasi ttutan dan Lahan
RLPS
..
Rehabllitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
RTT
Rencana Teknik Tahunan
Satker
satuan Kerja
SPKS
Sistem Perjanjian ~~rja Sama
UPT
Unit Pelaksana Teknis
xiv
EVALUASI PROGRAMGERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUT.AN DAN LAHAN (GERHAN) DI KECAMATAH KOTO TAHGAH KOTA i>ADANG (Studt ICasus Gerhan di Keamatan Koto Tangah Tahun 2004·20061 .ABSTRAK Geman atau Gerakan Nasional Rehabililllsi Hutan dan L.ahan me"-'1akan salall satu gerakan Rehabil!lasi Hutan dan Lahan (RHL) Dephut yang bertujuan merd\abilitaai hulan dan lahan kritis d1 seluruh Indonesia Target Gerhan a.lama 6 tah11n (2002·2007) usua• dengan ~eocana 5 Tahunan RHL adalah n~ehabilitasi hulan d;in !alum knt~ d1 lndonesla ~luas l julaHa. Penelit12n 1ni memfokusllan pada Pelaksanaan Program Gerhai d1 Kecamalan Koto Tangah Kota Padang dan tahun 201)4.2006. yang befada di 4 Kelu18han yartu Babpuh Pania119, Lubll)c M1ntuun, Elalal GaGang dan Pas1r Nan 1190 dan ters-r ulas1 tem3dap obyek yang ditelll• untuk kemudian ditakul:an evaluas1 secara anali:!is kualllattf. Ruang lingkup penebtian 1n1 meliplzti perencanaan, lmplementas4, Hasil dan manfll&t Geltian, ~ rekomendasi petbaik8n pengelolaan Geman d• masa Clatang Metode pengsmbilan datl menggunakan melode w.awancara, observasl dan studi literatur Luas lahan krilis di Kee Kolo Tangah adal"" S.319.99 Ha (Ml, 12 % dafi lua~ Kecamalan). Sedangle
Kata kund: Rehabilitasf Hutan dan Lohan Krftls, Gf'tha11, Evaluasi Pr0tram Gert.an
xv
PROGRAJ\.l EVALUATION OF FOREST AND LAND REHABILITATION NATIONAL MOVEMENT (GNRHT JGERHAN) IN KOTO TANG AH
DISTRICT PADANG MUNICIPALITY (A Ca11e Study of Gerhllo io ltri1.>ts, Baupuh Panjang, Lubuk Minturun. Sahli Gad•ng. anj P1t1ir "Nan Togo and spread over I.el'! different loca:iono. Types of a,_1"'" Movc:men1 perrnrmed consi>ted of Reboisation, Ruta! Po~stry,Urban Rebcis~tkm, Absorption Well, and Preservation of Rural ForesVRehni<mlon. Gqrhan were unplemented under the guidance of W11rl< Unir ol'the Local Office ~f the Ministry cf Asriculrure, Puultry, and Fnresuy of l'llI Office and Farmer Grou?siWork Groups.., part ofTeamwmk Agreement Sysicm (SPKS). Thls ~tudy used •11 cvalta11vt-descripc1\"e rcchniqut, in wlliGh each siage of Oerh1111 hnpl•mencatlon rn Koto Tani:ah 0111ticl was dctenbed Wlthnot any =nipulah<>n on any objecr under Che observation for the rurposc of a qu1liralive anal)tica: ewllllltion. Soopc of the study oons!sr.cd of planning, lmpl•m•ntorion, yield •nd utility of Gwltan, llld recommcnd.ation for tho t\rture Gerhon m•n•iemen1 improvement. Mctho& of data cnl:eciioo wed were int..-view. ObSleJVotlon, and library Sludy Koro Tangoh D1$1ti 3 74 acres (or 1-2% aMually) by usin,11 314,600 1nlli11ve implcmeo121ion by the Work Unit of the lAlcnl Office of Agrrculrurc, l'oullry. and forestry 111 the Oerhan l'f'1l!l7'1Cl ••"
fo,...,
non-wood products
However, the Progra111 sull had adverse efkci. ti>< example, the schedule of unplemcnlation did not fit the predctermuied plaJJrung and the lack of alta;t.iorr lo pos!-plantation management, Furtbe:naurc. direct rnomtori11g frcqU<:OC)' on Ocld by mooi·.or~ team was stilt consideredJtu1dequate. In adduion to this handicap, Severn! Slakeholders (other than Frre
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BAB I. PEHDAHULUAN
1.1. Latar Betakang Hutan berlebihan
merupakan paru-paru duma, Pernyataan inl tidaklah
mengingat
hutan
merupak.an sumber penghasil oksigen
terbesar di bumi. Merusak hutan
sama
artinya dengan rnerusak sumber
ol<si~n yang dibutuhkan manusia di bumi inl untuk untuk bemafas bagi kelangsungan hidupnya. Jni menandakan butan merupakan aset yang vital bagi manusia yang harus dijaga keberadaannya sampai kapanpun, karena
sesungguhnya hutan memllil
top soi\. Hal ini dimungkinkan karena dedaunan can
ranting pohon menghalan~ jatuhoya alr hujan ke permukaan tanall. Begltupun tananam rendah, semak belukar dan rerumputan di kawasan hutan dapat membantu mengurangi energi kinetik air hujan. Sistem perakaran pohon dan tanamsn juga membailtu proses inflitras1 air hujan ke dalam tanah. Namun demikian, tidak semua air hujan tidak segera terinflitrasi
dan akan mengalir secara lambat
sebagai
aliran air
permukaan menuju tefll01t bertopografi lebih rcndah, Oleh karena sistem
1
perakaran pohon dan tanaman di kawasan hutan,
allran air permU
relatif !ambat dan tidali: mudall mengjlds permllkaan tanall yang dilaluinya Sebuah studi di DAS Solo mernbuktikao
hal tersebut.
Penutupan
suatu
kawasan dengan hutan lindung seluas -40% dan 80% dari luas DAS Solo
mernberikan jumlah pengalirao masing-rnasiog 78% dan 54% dari jumlah air hujan yang jatuh di kawasan tersebut (Sarief dalam Diymo, 2005). Selanjutnya secara el
semua kekayaan yang ter1candung di dalam
mcmberikan nilili ckonorni yang tidal< tcmilai.
hutan
Hal ini pulalah yang
acapkali menjadi bumerang bagi hutan itu sendiri dimana pembalakan liar dan kegiatan pertambangan di hutan terjadi dengan tak terkendali hingga nyari~ memusnahkan sebagian besar fungsi hutan. Secera sosia!, keberadaan hutan tidak bisa dilepas dari peranan masyarakat disckitar hutan. KctcrlUdaya diupayakan untuk semakin
melibatkan peran serta masyarakat, terutama masyarakat sekitar kawasan hutan. Indonesia merniliki hutan tropis terluas sctelah Brazil, dengan tuas 10% dari luas hutan tropis yang ada di dunia. Menurut data Stattstik Kehutanan Departemen Ketlutanan, di tahun 1999, jumlah luasan hutan tetap Indonesia mencapai 110.988.883,26
Ha atau 58,03% dari seluruh
luas wilayah
dengan berjalannya waktu,
lndonesia.
Namun seiril'lg
eksploitasi hutan di lndonesia pun mengalami dampak yaitu tingginya laju kerusakan hutan yang menurut Badan Planologi Departemen Kehutanan kerjasama
dengan Univernty South Dakota AS, sampai tahun 2000
dioerkirakan laju degradasi hutan tOOonesia mencapai anaka 2,8 Juta Ha/tahun dengan nilai k~
negara sebesar 83 milyar/llari (Kompas,
2007). Secara umum ada 3 faktor yang mernpercepat laju kerusakan hutan di Indonesia yaitu (1) pe~n atau pembalakan berlebihan dan tak
2
terkendali (resrni maupun liar), (ZJ kebakaran hutan, (3) perubahan fungsi hutan (dari kawasan hutan menjadi perkebunan, pemukiman dan kawasan pertambangan). Sejak akhir tahun 2001 untuk Oepartemen Ener!!i dan Sumber Daya Mineral saja, telah dibuka lahan seluas \ 1,4 juta Ha di kawasan hutan Lindung untuk dikonverSi menjadl areal pertambangan (Departemen Kehutanan, 2005). Kondisi clan terjadinya
sltuasi
hutan
Indonesia saat
ini
men11haruskan
perubahan paradigma pembangunan kehutanan. l<ehutanan
d\masa yang akan datang akan memasuki era rehabilitasi dan konservasi, dimana sumber daya hutan dan lahan harus dikelola
untlk
llJj uan
pemulihan lingkungan guna peroaikan ekonomi nasional jangka panjang. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa kondlsi dan potensi sumber daya hutan
semakin menurun
dan sejalan
dengan hal
tersebut,
rnasyarakat yang hidup di sekitar dan di dalam butan kondisinya juga memprihatinl
ada Program Hutan Kemasyarakatan (Social forestry), Pemberdayaan Masyarakat Oesa Hutan (PMDH) dan Program Pembangunan Hutan 6ersama
Masvarakat (PHSM). Ada pula Program Tanam Sejuta Pohon, Program Penghijauan Nasional, dan Program GERHAN. Seluruh program tersebut
secara bertanao dlharapkan mampu mengendalikan atau bahkan jika memungklnkan menghentikan laju kerusakan hutan di111 lahan di Indonesia dengan
pola
pellbatan
masyarakat
mengoptimalkan hutan rakyat.
rehabilitasi
tegalan,
sekltar
hutan.
Termasuk
ladang, padanR iiembala
serta
hutan lindung yang rusak dan meogantisipasi terjadinya
perambahan/okupasi kawasan hutan Suaka alam maupun Hutan Lindung yang ada
dengan menganut
keberlanjutan
etika
pembangunan yang
sistem dan fungsi sumber daya hutan.
menjamin
Salah satu Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Laban (GNRHL) atau sekarang disingkat
GERHAN. Gerakan ini diawali pada awal tahun 2001 dengan membentuk Tim Koordinasi Perbaikan Lingkungan, mel.alui rehabilitasi lahan dan reboisasi nasionat, kemudian berdasarkan Surat Keputusan Bersama Tlga Menteri Koordinator, yaitu Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, dan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan tanggal 31 Maret 2003. Kemudian ditindaklanjuti oleh lima Menteri Kabinet Golong Royong, yaitu Menko Kesra, Menteri Kehutanan, Menteri Lingkungan Hldup, Menteri Pemuklman dan Prasaran;i Wllayah serta Menteri Dalam Negeri dalam temu Naslonal Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan di MaUno tanggal 12 September 2001. Temu Nasional !tu sendlrl menghasllkan tekad bersama untuk mencegah perusakan lin11kungan, melakukan perbalkan lingl
seuap kawasan hutan dan lahan kosong sebagal komltmen bangsa untuk meningkatkan kualitas llngkungan dan kesejahteraan rakyat. Oengan laju kerusakan hut an dan lahan mencapai rata-rata 1, 6-2 juta hektar pertahun dalam 10 tahun terakhir, sedangkan pemerintah dengan program Gerhan hanya mampu menargetkan merehabilitasl 3 juta nektar nutan dan lahan dalam 5 tahun, maka partisipasi masyarakat luas diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam program Gerhan. Gerhan dicanangka» pertama kali olch Prcsiden Megawati pada tanggal 21 Janua1i 2002 di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta, dan secara serentak akan dilakukan peoanaman bersama di 15 Provinsi. Tujuanoya adateh merehabilitasi seluruh hutan dan lahan l«itis di Indonesia yang berjumlah total sekitar 60, 9 juta Ha. Sasaran penanaman pade tahun 2002 adalah selues 300.000 helrt.ar huten dan lahan ball'. di
4
dalam kawasan ma~un di luar kawasan hutan. setanJutnya pada tahun 2003 dan 2004 penanaman di perluas di provinsi-provinsi lainnya dengan sesaran tahan-Iahan kritis yang ada dengan partisipasi dan dukungan tuas
rnasyarakat Indonesia. Karena skatanya nesional, make pola dan teknis pelaksanaan, lermasuk jenis kegiatan Gerhan adalah sama di seluruh Indonesia namun tetap menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di masina-masing daerah karena pada dasamya kondisi t.iap daerah tidak sama. Di lain pillak, Provinsi Sumatcra Ba rat termasuk satah satu Provi nsi yang memiliki luasan hutan terbesar di Indonesia yang pertu c:tllakukan rehabiljtasi oan upaya lconservasi akibat dari kegiatan pengambilan kayu secara tak terkendali. Khusus untuk Kata Padang, Program Gerhan baru dimulai satu tahun berikutnya yaitu tahun 2003. Kegiatan dalam Gerhan yang dilaksanakan adalah : Pembuatan tanaman Reboisasi, Pembuatan tanaman Hutan Rakyat, Penghijauan Kota, Pembuatan lanaman Mangrove, Pembuatan
Bangunan
Konservasi
dan
Kegiatan
Pemberdayaan/
Pendampingan Masyaral
ini
dilakuk;in h
terbesar
yang dianggap dapat mewakili
karakterlstlk dan permasalahan lahan kritis yang ada yang ada, Dimana luas lahan kritis di Kecamatan Koto Taneah mencapai 9.319, 99 Ha (tersebar di dalam kawasan dan di luar kawasan hutan) atau 40% dari luas kecamatan itu sendiri (23.224,50 Ha). Seiring dengan perkembangannya, pelaksanaan Gerhan di Indonesia sejak tahun 2003 telah banyak menuai sorotan terutama dari kalangan masyarakat pemerhati
lingkun11an dan L.SM Lingkungan yang menilai
bahwa Gerhan memiliki tingkat keberhasilan yang rendah bahkan ada pula yang mcngalami kegagalan. Berdasarkan asumsi masyarakat tentang Gerhan tersebut,
maka
dilakukanlah evaluasi pelallsanaan Gerhan terutama ditinjau dari aspek
lingkungan
can
dampaknya terhadap ekonoml
dan sostat booaya.
Sejauh
mana Gerhan di Kota Padang, khususnya di Kecamatan Koto Tangah telah dapat mengakomodasi seluruh masalah hutan dan lahan kritis yang ada dan bagaimana Gerhan mampo mewujudkan tujuan-tujuannya
dalam
merehabilitasi hutan dan lahan kritis serta dalam l4)ayanya meningkatkan
partistpasi masyarakat sekitar hut.an uotuk ikut andil guna menumbuhkan rasa peduli lingkungan.
1. 2.
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelltlan Adanya Program Gerhan di Kota Padaflll, khususnya di Kecamatan
Koto Tangah, tidak serta merta dapat mengatast berbagai masalah lahan kritis yang ada di daerah eerscbut. Hal ini karena dalam pelaksanaan Geman rnelibatkan banyak stakehoMers yang tidak hanya stakebolders yang menaniant langsung masalah llngkungan dan kehutanan semata, namun juga stakeholder lain seperti Walikota, DPRD, dan TNI, dimana untlJ< mewujudkan keberhasilan Geman dibutuhkan kcrjesama yang balk antar stakeholder. Selain kerjasama yan1 solid, kesadaran dan kornttmen lfngkungan yang tfnggi dart seluruh stakeholder juga dtperlukan menglngat Gerhan adalah program jangka panjane sehinl?ga untuk dapat mellhat keberhasilannya diperlukan waktu yang tidak sebentar. Dilain pihak, karcna dipcrtukan w;iktu yang tidak sebentar untuk melihat hasil Gerhan, maka banyak pihak yang mera11ukan keberhasilan Gerhan. Oteh karena itu pertu suatu pembuktian yang didahului oleh penelitian yang komprehensif akan tingkat kebernasilan Gerhan melalui berbagai indikator
pembuktian. Pelaksanaan dan Keberhasilan Gcrhan
tldak semata hanya keberhasilan penanaman saja, namun lebth jauh dari ltu kebertiasilannya ditinjau dari bagaimana kondisi tanaman pasca penanaman, bagaimana perhatian masyarakat terhadap tanaman Gerhan, bagaimana perhatian Pemda terhadap hasH Gerhan, dan bagaimana keberlanjutan
Gerhan untuk masa y
dapat diketahui dengan mclakukan penelitian dengan mengevatuasi
6
seluruh keglatan Gerhan yang ada di kecamatan Koto Tangafl Kota Padang
secara komprehensif mulai dari tahapan perencanaan hingga dampak yang mum:ul akibat pelaksanaan Gerhan. Berdasarkan perumusan rnasatah, maka muncullah beberapa pertanyaan terkait dengan penelitian ini yaitu: 1. Apakah perencanaan dan pel~naan Gerhan di Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang telah sesuat de~an Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang ada. 2. Sejauh mana tujuan dan sasaran ~an telah di capai 3. Apak
kelemahan dan kekuatan Gerhan yang dapat mempengaruhi keberha.si Ian /ketidal
1. 3. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi proses
perencanaan dan
tahapan pelaksanaan setiap
kegiatan Gerhan di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
serta menganalisis Jukl.ak dan Juknis Gerhan ditinjau dari teori dan fakta
y<1ng ada, 2. Menganalisis hasil Gei11a11 yang dicaµai dari segi efektifitas, efisiensi
dan ketepatan hasil. 3. Mengevaluasi manfaat dan dampak Gerhan dari aspek lingkungan, ekonomi dan Sosial Budaya 4. Memberi usulan bentuk pengelolaan Gcrhan di Kee. Koto Tangah, Kota
Padang.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat sckitar hutan : Mcmbcrikan informasi dan dorongan
untuk depet lebih mementeatkan Gerhan sebagai satah satu sarana datam perbalkan llngkungan dan ekooomi. 2. Bagi Ma~yarakat Umum : Memperoleh informasi tentang pelaksanaan dan hasil dari Gerhan di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.
7
3. Bagi Pemenntah/Pe\aksana
:
Member1 masukan pada Pemkot yaitu
Dinas Pertanian Peternakan dan Kehutanan Kota Padang dalam mengoptimalkan Gerhan sebagai program yang mampu mengakomodir
kebutuhan lingkungan dan masyarakat. 4. Bagi Pemennteh/Pemberi
dana : Memberi masukan peda Departemen
Kehutanan guna perencanaan di masa yang akan datang tentang pola pl!laksana Gerhanyang ideal di daerah, khUSU5rlya di Kota Padang.
8
· UNIVERSITAS DIPONEGORO
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
TINJAUAN MEHGENAI Hl!TAN DAH UHAN
2.1.1. Pengertian Hutan dan
lahan
A. Pengertlan Hutan Hutan secara konsepsiona< yuridis din.imuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undeng-undang Nomor 4 f Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang-undang tersebut, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari definisi hutan yang disebutkan, hamparan
lahan berisi
terdapat unser-uosur yang meliputi : (a}
(bl Berupa hamparan lahan,
Suatu kesatuan ekos!stem,
(c} Berisi sumberdaya
atam hayati beserta
alam lingkungannya yang tidak dapat diptsahkan satu dengan yang lainnya, (d) Mampu memberi manfaat secara lestari.
Keempat ciri
pokok di atas dimiliki suatu wilayah yang dinamakan
hutan, merupakan rangkaian kesatuan komponen yang utuh dan saling l<etef"iantungan terhadap fungsi ekosistem di bumi. Ekslstensi hutan sebagai subekosistem global rnenempatkan posisi penting sebagai paruparu dunia. Sedangkan kawasan hutan lebih lanjut dijabarka.n dalam Keputusan
tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status dan fungsi kawasan hutan, menyebutkan bahwa hutan adalah wilayah tert.entu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Menteri Kehutanan No.
70/Kpts·ll/2001
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Dari definisi dan penjelasan tentang kawasan hutan, terdapat unsur-urrsor meliputi : (a) suatu wilayah tertentu, (b} terdapat hutan atau tldak t1dak terdapat hutan, (c) ditetapllan pemetintah lmenteri} sebagai kawasan hutan, (d) didasarkan pada kebutuhan serta kepentingan masyarakat.
9
Dari unsur pokok yang terkandung di dalam definisi kawasan hutan, dijadikan dasar pertimballian ditetal)kannya wilayan·wilayah tertentu sebaga! kawasan hutan. Kemudiilfl, untuk menjamin diperotehnya manfaat y;mg sebesar-besarnya
dari hutan dan berdasarkan kebutuhan ~sial
ekonomi masyarakat serta be
sellagai kawasan hutan adalah 30 l dari luas daratan. Berdasarkan kriteria
pertimbangan pentingnya kawasan nutan,
maka sesuai dengan peruntukannya meruerl menetapkzn kawasan hutan menjadi:
a. wilayah yang berhutan yang per!u dipertahankan sebagal hutan tetap b.
wilayah
tidak
berflutan
yang perlu dihutankan
kembali dan
dipertahankan sebagai hutan tetap. Pembaglan kawasan hutan befdasar1
dan
pertimbanean
tertentu,
ditetapkan
dalam Peraturan
Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hut.an dan Penyusunan Rencana
Penselolaan
Hutan,
Pemanfaatan
Hutan
dan
Peng11unaan
Kawasan Hutan Pa.sat 5 ayat (2), sebagai berikut :
a. Kawasan Hutan Konservasl yang terdiri dar1 kawasan suaka a.lam (ca11ar alam dan Suaka Margasatwa), Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam~, dan Taman Buru.
b. Hutan Lindung
c. H utan Produksi 8. Pengertlan Lah an Oalam kaitannya den~an sumber daya etam, dlkenal istilah tanah dan laha11 yang pengert1annya seringkali rancu. sesungguhnya pengertian \ahan lebih luas daripada tanah, sebagaimana dfjelaskan menurut FAO (1976) dalam Rayes (2007) bahwa Sllffiberdaya lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang terdiri atas iklirn, topografi, tanah, hidrulogi dan
10
v~etasi dimana pada batas-betas tertentu mempengaruhi kemampuan penggunaanlahan. tanan,
dalam pengertian
yang lebih luas, termasuk kegiatan
manusia bail< dimasa lalu maupun yang sedang berlangsun!!, seperti reklamasi lahan pant.ai atau rawa pasang surut, penebangan hutan atau tindakan konservasi tanah, akan memberikan karakteristik lahan yanll spesifik. Termasuk juga dalam hal ini adalah akibat yang merugikan, seperti terjadinya erosi dan salinitas tanah. Untuk masalah sosial dan ekonomi tidak termasuk dalam konsep lahan. 2. 1.2.
Fungsl Hutan dan L.ahan bagl Kehidupan
Berdasarkan deflnlsl hutan, maka hutan bukan sekedar hanya sekumpulan pohon semata, namun memiliki fungsi yang lebih luas dari itu. Fungsi hutan dapat kita kelompokl
II
Secara sosial, keberadaan hutan tidak bisa dilepas dari peranan
masyarakat disekitar hutan, Ketertaitan yang erat antara hutan deogan masyarakat sekitarnya memberibn
kearifan lokal dalam pengelolaan
hutan. Fungsi sostat budaya diupayakan untuk semakin melibatkan peran serta masvarakat, terutama masyarakat sekitar kawasan hutan. Menurut FAO (1995) dalam Rayes (2007), lahan memiUki beberapa fungsi antara lain : 1. Fungsl produksi. Sebagai basis bagi berbagal
sistem penunjang
kehidupan, melalui produk:si bomassa yang menyedtakan makanan, ,Dakan ternak, serat, bahan bakar kayu dan bahan b1otik lainnya. 2. Fungsi lingkun!lan biotik. Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (teresterial) yans menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan, ~an da1i jasad mikro di atas dan di bawah permukaan tanah. 3. Fungsi pengatur iklim. Lahan dan pellg!unaannya rnerupakan pengatur sumber (sources) dan reset (sink) !liS rumah kaca dan menentukan neraca energl global berupa pantulan, serapen, dan transformasi darl energt radlasl mataharl dan daur hidrolol!l lollal. 4. Funasi hldrolo2l. Lahan mengatur simpanan dan atiran sumberdaya air tanah dan atr perm~an serta mempengaruhi kualitasnya. 5. Fungsi penyimpanan. lahan merupakan gudang berbagai banan mentah dan mineral untuk dimanfaatkan oleti manusia.
6. fungsl pengendali
sampah dan polusi. lahan berfungsi sebagai
penerima, penyarin!!,, penyangga, dan pengubah senyawa-senyawa berbahaya. 7. Fun!jsi ruafl!I kehidupan. l..ahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusis dan aktivitasnya.
12
2.1.3.
Kerusakan hutan dan lahan
Ditinjau dali segi bahasa, kerusakan llngkungan dapat d)clefintsikan sebagai adanya perubahan l~ atau tidak langsung terbadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan \ingkungan hidup tidak
berfungsi lagi
dalam
meounjang pembangunan berkelanjutan. Dalam arti
lain jika lingkungan tersebet rusall, baik fisik maupun hayatinya maka lingkungan tersebut tidak dapat lagi mendukung kehidupan berikutnya (Penjelasan Undang-Undang No.23 tahl.m 1997 tentang Penie\olaan Lingkungan). Oengan definisi tersebut maka kerusakan hutan adalah perubahan
fungsi hutan sehingga hutan tidak dapat mendukung kehidupan di dalamnya termasuk manusia. Untuk kcrusakan hutan, ~da tiga fakti>r utama yang mempercepat laju kerusakan hulan, yailu penebangan/pembalakan berlebihan dan tak terkendali (resmi maupun yang liar), kebakaran hutan serta perubahan fungsi hutan (kawasan hutan lindung menjadi kawasan pertambangan). (Pirngadi, 2004) Lebih lanjut, Pimgadi (2004! menjelaskan bahwa kerusakan lahan adalah perubahan, baik langsung maupun tidak lang~ung, terhadap lahan
sehingga lahan tidak lagi bisa mendukuog kehidupan, khususnya manusia. Secara langsung kita ketahu\ bahwa manusla di bumi ini benar-benar menggantungkan hidupnya dari lahan, manusia mendirikan rumah tinggalnya diatas lahan, manusia beftani dan berkebun juga dtatas lahan, maka dengan kata lain, jika lahan sudah tidak bisa lagi mendukung kehidupan manusia art.inya ketlidupan manusia berakhir sampai Clisini. Kerusakan lahan sudah banyak terjadi dimana-mana, ha! ini dapat dilihat dengan banyaknya lahan yang sudah tidak dapat lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya, atau seballknya lahan yang seharusnya masih berfungsi sesuai peruntuKa;inya malah dirubah fungsinya sehingga dari segl lwantltas lahan-lahan tersebut berkurang Jumlahnya. Secara
umum peniertian kerusakan lahan dapat dibagi menjadi 2 kata11ori, yaitu:
JJ
1.
Kerusakan tanan secara kualitas, artinya sifat·sifat fislk dan kimlawl
lahan sudah rusak sehingga tidalc berlun~i lagi sesuai potensinya. 2. Kerusakan lahan secara kuantitas, artinya secara luasan lehen sudah berkurang karena beralih fungsi,misalnya lahan hutan berubah menjadl lahan pertantan, atau tahan irigasi teknts berubah menjadi kawasan
permukiman dan industn. Dua Katagori kerusalwl lahan tersebut disebabkan oteh penyebab yang t>erbeda pula, Kerusakan tipe yang pertama sering disebabkan oleh karena adanya pencemaran, baik yang disengaja maupun tidak. Seba&ai contoh, pemakaian pupuk yang tidak terkontrol dengan balk, pemakaian
pestistda dan zat-zat kimia lain yang berfungsi untuk mengontrol pengganggu t.anaman,
dan pola tan am yang tidak beraturan blse
menyebabkan lahan menjadi rusak dan tidak produktif. faktor ekstemal sepertt hujan asam akibat pencemaran udara juga dapat menyebabkan kerusakan lahan tipe pertama tersebot. Kerusakan lahan tipe kedua, dimana secara kuantitas lahan dengan funBSi tertentu beralil1 menjadi lahan yang tldak lagi memerlukan fungsi tersebut. Kerusakan lahan tipe tersebut lebth dlsebabkan oleh gejala "tapar tanah" nya manusla. Pertumbuhan penduduk yan11 tl01111i. khu.susnya di kawasan pP,rkotaan (urban area), diseitai dengan pertuml>uhan ekonomi telah membuat kebutuhan akan ruang menjadi semakin besar, sebagai akibatnya dengan terpaksa terjadi allh fungsl lal\&n di sekltar perkotaen tersebut. Sawah
ir1gast cel
sudah banyak terjadi adanya kegiat.an pertambangan berupa pengambilan hasit tambang, khususnya galian C, seperti dan batu yang berlokasi di kawasan lindung, seperti hutan.
14
2.1.4. Dampak Kerusakan Hutan dan Lahan Akibat dari rusaknya hutan dan lahan secara ekstrim dirasakan adalah terjadinya bencana alam, khususnya banjir dan longsor yang telah mengakibatkan kerug1an yang sangat luar biasa, karena bul
15
Akibat kerusakan
lahan
adalah rawan pangan. Indonesia yang sejak
dahutu terkenal sebagai negara agraris, saat ini harus melakukan import beras, suatu hal yang sangat ironis dan tidak mencermlnkan ke agrartsan negara int, hat ini terjadi karena lahao-lah<1n pertanian produktif sudah berubah fungsi menjadi kegiatan yang lain. Data dari Oepartemen Pert a ni an menyebutkan dalam waktu ti ga tah un {2001 · 2003) setuas 610.596 hektar sawah di negeti ini telah berubah menjadi permukiman dan tempat usaha. Penggusuran lahan pert.anian mcnjadi pcrmuklman dan tempat usaha di Pulau Je1.wa terjadi terutama di sekitar kota-kota besar. Penyebab lain merosotnya hasil pertanian adalah karena lahan· lahan yang tidak produktif laai, lahan menjadi sangat tergantung pada