CEDERA SPINAL DANIEL, PUTU DEASY, APRIL, MURNI, DESI, JERRY, DAVID, HERNA, SARI, VANI, OCTA, ESTER,
Medula Spinalis • Medula spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat • Kendali untuk sistem gerak tubuh di bawah kepala • Kendali untuk berbagai organ viseral
Cedera Medula Spinalis • Merupakan gangguan pada susunan saraf dan vaskular • Diikuti oleh proses evolusi kejadian patologis sekunder ( trauma atau jejas sekunder pada MS) • Terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak mengenai daerah servikal dan lumbal, akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompressi, atau rotasi tulang belakang. Daerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung dengan struktur toraks
• Diklasifikasikan sebagai cedera komplet dan cedera inkomplet berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi • Pembagian ini penting untuk meramalkan prognosis dan penanganan selanjutnya. • Teknik yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan sacral sparing
Tipe Trauma Pada MS 1. Destruksi akibat trauma langsung 2. Kompresi oleh pecahan tulang, hematom, diskus, atau komponen vertebra lainnya. 3. Iskemia akibat kerusakan atau penjepitan arteri Fraktur berupa patah tulang sederhana, kompressi, kominutif, dan dislokasi,sedangkan kerusakan pada sumsum tulanng belakang berupa memar, contusio, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, atauperdarahan.
ETIOLOGI • Trauma jatuh, kecelakaan lalu lintas, tekanan yang terlalu berat pada punggung • Non trauma akibat dari patologi atraumatis seperti carcinoma, mielitis, iskemia, dan multipel sklerosis • 80 % disebabkan oleh trauma
PATOFISIOLOGI • Fraktur tulang belakang menyebabkan instabilitas tulang belakang adalah penyebab cedera MS secara tidak langsung. • Apabila trauma terjadi dibawah segmen cervical dan medula spinalis mengalami kerusakan berakibat terganggunya distribusi persarafan pada otot-otot yang disarafi dengan manifestasi kelumpuhan otot-otot intercostal, otot-otot abdomen dan otot-otot pada kedua anggota gerak bawah serta paralisis sfingter pada uretra dan rektum.
• Distribusi persarafan yang terganggu mengakibatkan terjadinya gangguan sensoris pada regio yang disarafi oleh segmen yang cedera tersebut.
Klasifikasi derajat kerusakan MS • •
• • •
Frankel A = Complete, fungsi motoris dan sensoris hilang sama sekali di bawah level lesi. Frankel B = Incomplete, fungsi motoris hilang sama sekali, sensoris masih tersisa di bawah level lesi. Frankel C = Incomplete, fungsi motoris dan sensoris masih terpelihara tetapi tidak fungsional. Frankel D = Incomplete, fungsi sensorik dan motorik masih terpelihara dan fungsional. Frankel E = Normal, fungsi sensoris dan motorisnya normal tanpa deficit neurologisnya
TANDA DAN GEJALA PARAPLEGI AKIBAT SPINAL CORD INJURY A. Gangguan motorik cedera medula spinalis yang baru terjadi, bersifat komplit dan terjadi kerusakan sel-sel saraf pada medula spinalisnya menyebabkan gangguan arcus reflek dan flacid paralisis dari otot-otot yang disarafi sesuai dengan segmen-segmen medula spinalis yang cedera
•
Awal kejadian akan mengalami spinal shock yang berlangsung sesaat setelah kejadian sampai beberapa hari bahkan sampai enam minggu ditandai hilangnya reflek dan flacid.
•
Apabila lesi terjadi di mid thorakal maka gangguan refleknya lebih sedikit tetapi apabila terjadi di lumbal beberapa otot-otot anggota gerak bawah akan mengalami flacid paralisis
•
Setelah 6 minggu, akan berangsur - angsur pulih dan menjadi spastik.
•
Cedera pada medula spinalis pada level atas bisa pula flacid karena disertai kerusakan vaskuler yang dapat menyebabkan matinya sel – sel saraf
B. Gangguan sensorik
Pada kondisi paraplegi salah satu gangguan sensorisnya yaitu paraplegi pain dimana nyeri tersebut merupakan gangguan saraf tepi atau sistem saraf pusat yaitu sel-sel yang ada di saraf pusat mengalami gangguan. Selain itu kulit dibawah level kerusakan akan mengalami anestesi, karena terputusnya serabutserabut saraf sensoris
C. Gangguan bladder dan bowel • Efek gangguan fungsi bladder tergantung : level cedera medula spinalis, derajat kerusakan medula spinalis, waktu setelah terjadinya injury. • Paralisis bladder terjadi pada hari-hari pertama setelah injury selama periode spinal shock. Seluruh reflek bladder dan aktivitas otot-ototnya hilang. Pasien akan mengalami gangguan retensi diikuti dengan pasif incontinensia
• Defekasi adalah kegiatan volunter untuk mengosongkan sigmoid dan rectum. Jika terjadi inkontinensia maka defekasi tak terkontrol oleh keinginan
Pemeriksaan Pemeriksaan radiologi pada cedera leher meliputi: • X foto servikal 3 posisi : AP, lat dan odontoid (open mouth view) • CT Scan dari basis cranii sampai torakal atas (T1-2), potongan axial 1 mm • MRI untuk mengevaluasi medulla spinalis
Penatalaksanaan • ABC : Pada lesi servikal bagian atas, ventilasi spontan akan hilang, sehingga perlu intubasi, Atasi syok, Lakukan pemeriksaan yang teliti, apakah ada cedera medulla spinalis. Bila dicurigai ada cedera servikal dilakukan imobilisasi.
• Imobilisasi dapat dilakukan dengan backboard, cervical ortosis, bantal pasir, dan tape on forehead. • Ada 2 jenis collar neck, yaitu 1. Soft collar minimal membatasi pergerakan leher. Biasanya hanya digunakan pada spinal yang stabil, seperti pada spasme otot servikal. 2. Philadelphia collar biasanya digunakan untuk fraktur servikal tanpa pergeseran atau dengan pergeseran yang minimal. Collar ini membatasi gerakan leher lebih baik dibanding soft collar. Terutama membatasi pergerakan servikal bagian atas.
• Pemeriksaan radiologi diawali dengan foto polos servikal, kemudian dapat dilakukan CT Scan / MRI. Pemberian steroid harus sesegera mungkin • Bila cedera terjadi sebelum 8 jam, metil prednisolon dosis tinggi 30 mg/kgBB intravena perlahan selama 15 menit. Disusul 45 menit kemudian infus 5,4 mg/kgBB/jam selama 23 jam. Metilprednisolon bekerja menghambat peroksidase dan akan meningkatkan asam arakidonat • . Untuk mengobati edema medulla spinalis dapt diberikan manitol 0,25-1,0 gr/kgBB.
• Pada lesi medulla spinalis setinggi servikal dan torakal dapat terjadi vasodilatasi perifer akibat terputusnya intermediolateral kolumna medulla spinalis. Akibatnya terjadi hipotensi. Ini dapat diatasi dengan pemberian simpatomimetik agents, seperti dopamine atau dobutamin. Bradikardi simptomatis dapat diberikan atropin. • Jika terjadi gangguan pernapasan pada cedera servikal, merupakan indikasi perawatan di ICU.
• Profilaksis ulkus peptikum diperlukan karena insidens ulcer stress sampai 29% tanpa profilaksis. Dapat diberikan H2 reseptor antagonis atau antasid. • Tonus kandung kencing mungkin menghilang pada pasien cedera spinal oleh karena syok spinal. Pada pasien ini digunakan kateter Foley untuk mengeluarkan urin dan memantau fungsi ginjal.
• Indikasi operasi pada cedera medulla spinalis adalah : • Perburukan progresif karena retropulsi tulang diskus atau hematoma epidural • Untuk restorasi dan realignment kolumna vertebralis • Dekompresi struktur saraf untuk penyembuhan • Vertebra yang tidak stabil.
• Rehabilitasi untuk fraktur servikal memerlukan waktu yang lama, bulan sampai tahunan.
Terima kasih GBU All