28 DAYA BELI KEBUTUHAN DASAR PANGAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA USIA 3-5 TAHUN (Studi di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan) Gusti Rengga Dinata* Muarrofah** Dwi Puji W*** *Mahasiswa S1 Keperawatan **Pembimbing 1 ***Pembimbing 2 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Insan Cindekia Medika Kampus C: Jl Kemuning no 57 Candimulyo Jombang Email :
[email protected]
ABSTRAK Kenaikan kebutuhan dasar pangan seperti beras, lauk pauk, sayur dan buah buahan di Indonesia dari tahun ke tahun, secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan penuruan daya beli masyarakat.Hal ini membuat masyarakat sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan sehingga berdampak pada kurangnya pemenuhan asupan nutrisi balita. Asupan nutrisi yang kurang dapat menyebabkan terjadinya masalah status gizi balita dan apabila terjadi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek kematian pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan daya beli kebutuhan dasar pangan terhadap status gizi balita usia 3-5 tahun. Desain penelitian ini adalah analitik cross sectional. Populasinya adalah keluarga yang memiliki balita berusia 35 tahun sebanyak 236 responden dan diambil sampel sebanyak 128 responden.Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional simple random sampling.Variabel independen penelitian ini adalah daya beli kebutuhan dasar pangan dan variabel dependennya adalah status gizi balita usia 3-5 tahun. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan observasi dan analisis penelitian dengan uji statistik spearman’s rho. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden keluarga memiliki daya beli kebutuhan dasar pangan golongan daya beli menengah sebanyak 82 responden dengan status gizi baik sejumlah 54 responden. Didapatkan nilai p(0,00)
Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 10 No.002 September 2015
29 PENDAHULUAN Tingginya angka kematian pada balita sering dijumpai di negara berkembang seperti indonesia, salah satu penyebabnya adalah keadaan status gizi yang kurang maupun buruk (Sumarni, 2010). Asupan makanan kurang diiringi latar belakang kondisi ekonomi dan kebutuhan dasar semakin meningkat adalah penyebab langsung terjadinya gizi kurang maupun buruk (Wigati, 2009). Jumlah balita dengan gizi kurang maupun buruk di Indonesia dari tahun 2007 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan, Prosentasi tahun 2007 didapatkan sebanyak 5,4% balita dengan gizi buruk, 18,4% dengan balita gizi kurang. Pada tahun 2013 meningkat lagi sebanyak 5,7% balita gizi buruk, 19,6% dengan baita gizi kurang (Riskesdas, 2013). Jawa timur didapatkan data balita dengan gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 19,1% atau diperkirakan sebanyak 570.313 jiwa (Riskesdas, 2013). Kabupaten Magetan merupakan salah satu penyumbang angka terbesar gizi buruk terbanyak diwilayah jawa timur, prevalensi gizi balita menurut indikator BB/ U di Kabupaten Magetan pada tahun 2013 didapatkan sebanyak 1,378 balita dengan gizi kurang (3,87%) dan 257 balita dengan gizi buruk (0,57%). Tentunya ini mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang sebelumnya hanya didapatkan 1.345 balita dengan gizi kurang (3,80%) dan 112 balita dengan gizi buruk (0,32%) (Dinkes Kab Magetan ,2013). Berdasarkan data yang telah didapatkan, kecamatan karas merupakan urutan nomor satu untuk kasus balita gizi kurang maupun buruk, balita dengan gizi kurang didapatkan sebanyak 169 balita dan gizi buruk sebanyak 16 balita (Dinkes Kab Magetan, 2014). Ditinjau dari status ekonomi yang kurang dan kebutuhan dasar pokok dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tentunya akan mempengaruhi keadaan seseorang untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Cakrawati & Mustika, 2011). Harga kebutuhan pokok Indonesia dari tahun 2008 sampai 2012 terus mengalami peningkatan, seperti harga bahan pangan seperti beras naik sebesar 1,9% per tahun, jagung mengalami peningkatan sebesar 11,47% per tahun, kedelai mengalami peningkatan sebesar 5,88% pertahun, daging mengalami pengingkatan sebesar 13,05% pertahunnya, dari kenaikan bahan pokok pangan tersebut secara langsung maupun tidak langsung menimbulkan efek penurunan daya beli masyarakat, kenaikan kebutuhan bahan pokok disebabkan karena terjadinya pelemahan nilai tukar US$ terhadap rupiah yang rata rata 2,7% pertahunnya (Bappenas, 2013). Menurut konsep teori Abraham Maslow (1950) terdapat lima kategori kebutuhan dasar, salah satunya yaitu kebutuhan fisiologis (Physiologic Need). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas paling dasar
yang pertama harus di penuhi, salah satunya kebutuhan memperoleh makanan demi mencukupi kebutuhan nutrisi dan gizi. Apabila kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan sandang, pangan dan papan tidak terpenuhi secara baik tentunya akan menimbulkan kondisi yang patologis, sama halnya dengan kebutuhan akan nutrisi yang tidak terpenuhi secara baik dikarenakan adanya peningkatan kebutuhan dasar pangan akan menyebabkan penurunan status nutrisi yang bisa menyebabkan kurang nutrisi atau gizi (Ambarwati, 2014). Pemberian asupan nutrisi serta gizi yang kurang baik terutama pada anak dan balita akan menurunkan potensi sumber daya pembangunan masyarakat, anak atau balita yang hidupnya dalam masa krisis seperti krisis ekonomi, dikhawatirkan kemampuan intelektualnya tidak mengalami perkembangan sehingga 40 tahun mendatang akan terjadi kemunduran suatu generasi penerus (Cakrawati & Mustika, 2011). Dampak lain yang ditimbulkan dari kasus gizi kurang maupun buruk adalah mengalami gangguan bicara, gangguan perkembangan, penurunan IQ, penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian, serta gangguan rasa percaya diri penerus (Cakrawati & Mustika, 2011) Besarnya angka kasus gizi buruk maupun kurang membuat pemerintah melakukan upaya untuk mengatasinya, adapaun upaya pemerintah yaitu dengan membentuk tim asuhan gizi meliputi dokter, perawat, bidan, ahli gizi serta dibantu tim medis lain, melakukan revitalisasi posyandu, puskesmas yang bertujuan meningkatkan fungsi serta kinerja dari posyandu dan puskesmas, melakukan pemberdayaan keluarga yang bertujuan meningkatkan pengetahuan tentang potensi ekonomi yang dimilikinya serta mengembangkannya untuk mencukupi kebutuhan gizi seluruh anggota keluarga (Rahim, 2014) Menurut uraian yang sudah disampaikan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan daya beli kebutuhan dasar pangan terhadap status gizi balita. METODE DAN BAHAN Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik tipe Cross Sectional, suatupenelitian untuk mempelajaridinamika korelasi antara faktor faktor resikodari efekdengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan datasekaliguspada suatu saatartinya, setiap subjek penelitianhanya diobservasisekali sajadan pengukurandilakukan terhadap status karakter atau variabel subjekpada saat pemeriksaan. Halini tidak berarti bahwa semua subjek peneliti diamati pada waktu yang sama (Notoadmodjo, 2010). Populasi penelitian merupakan keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang akan di teliti (misal, Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 10 No.002 September 2015
30 manusia) (Notoatmodjo, 2011). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai balita usia 3-5 tahun di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan sebanyak 236 orang. Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi itu sendiri yang digunakan sebagai obyek penelitian (Notoatmodjo, 2011). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 144 keluarga yang mempunyai balita usia 3-5 tahun di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan. Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2011). Teknik sampling adalah sebuah cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang sesuai dengan keseluruhan subyek penelitan (Notoatmodjo, 2011). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Random Sampling dengan jenis Proportional Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel penelitian dimana seluruh keluarga yang mempunyai balita usia 3-5 tahun di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan, dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden penelitian dan sampel diambil berdasarkan porsi jumlah masing masing setiap dusun di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan. HASIL Desa temboro terletak di wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan dengan jumlah penduduk sekitar 5.664 jiwa.Desa Temboro memilikil luas wilayah kurang lebih 517.320 ha. Adapun batas desa meliputi, sebelah timur berbatasan dengan Desa Temengguangan Kecamantan Karas Kabupaten Magetan, Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Jungke, sebelah utara berbatasan dengan jalan raya karas dan sebelah barat berbatasan dengan jalan raya Magetan. Desa Temboro terbagi dalam 4 RW dan 33 RT dimana 4 RW tersebut terdiri dari dusun pule, pohtelu, balibatur dan temboro. Pemerintahan desa temboro dipimpin atau dijabat oleh satu orang kepala desa.Hasil penelitian yang didapatkan Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan diketahui bahwa sebagian besar memiliki daya beli kebutuhan dasar pangan golongan daya beli menengah dengan memiliki balita dengan balita dengan status gizi baik sebanyak 54 balita. DATA UMUM Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dibagi menjadi empat kelompok yaitu SD, SMP, SMA dan PT yang dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Pendidikan
Frekuensi
SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total
Persentase
1 19 83 25 128
0,8 14,8 64,8 19,5 100
Sumber: Data primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA dengan Jumlah 83 responden (64,8%) Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Bekerja
Frekuensi 128
Persentase (%) 100,00
Total 128 Sumber: Data primer, 2015
100
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa pekerjaan responden seluruhnya bekerja sebanyak 128 responden (100%). Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan sumber pekerjaan No 1 2
Pekerjaan Pekerja tetap Pekerja tidak tetap Total Sumber: Data primer, 2015
Frekuensi 93 35 128
Persentase (%) 72,7 27,3 100
Berdasarkan tabel 5.3 menujukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan tetap sejumlah 93 responden (72.7%). Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jumlah pendapatan Jumlah pendapatan
>2,5 juta 1,5-2,5 juta < 1,5 juta Total Sumber: Data primer, 2015
Frekuensi
Persentase (%)
24 86 18 128
18,8 67,2 14,1 100
Berdasarkan tabel 5.4 menujukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah pendapatan 1,5 juta-2,5 juta sejumlah 86 responden (67,2%). DATA KHUSUS Daya beli kebutuhan dasar pangan dibagi menjadi tiga kategori yaitu daya beli atas, daya beli menengah dan daya beli bawah yang dapat dilihat ditabel 5.5. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi daya beli kebutuhan dasar pangan No 1 2
Daya beli kebutuhan dasar pangan Daya beli bawah Daya beli menengah Daya beli atas
Frekuensi
(%)
14 82 32
10,9 64,1 25,0
128
100
3 Total Sumber: Data primer, 2015
Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 10 No.002 September 2015
31
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten sebagian besar mempunyai daya beli kebutuhan dasar pangan golongan daya beli menengah sejumlah 82 responden (64,1%). Status gizi balita usia 3-5 tahun dikategorikan menjadi empat yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk yang dapat dilihat ditabel 5.6. Tabel 5.6 Distribusi frekuensi status gizi balita usia 3-5 No 1 2 3 4
Status gizi Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk Total Sumber: Data primer, 2015
Frekuensi 1 84 30 13 128
Persentase (%) 0,8 65,6 23,4 10,2 100
Berdasarkan tebel 5.6 menujukkan bahwa responden (balita) di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan sebagian besar memiliki status gizi baik sejumlah 84 responden (65,6%). Tabel 5.7 Tabulasi silang daya beli kebutuhan dasar pangan dengan status gizi balita usia 3-5 tahun Daya beli kebutuhan dasar pangan
Status gizi balita usia 3-5 tahun Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi baik
Gizi lebih
Total
Daya beli rendah
13
0
1
0
14
Daya beli menengah
0
27
54
1
82
Daya beli atas
0
3
29
0
32
total
13
30
84
1
128
Sumber: Data primer, 2015
Berdasarkan tabulasi silang antara daya beli kebutuhan dasar pangan terhadap status gizi balita usia 3-5 tahun di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan diketahui bahwa sebagian besar memiliki daya beli kebutuhan dasar pangan golongan daya beli menengah dengan memiliki balita dengan balita dengan status gizi baik sebanyak 54 balita. Hasil uji statistik spearman’s rho didapatkan nilai p = 0,000 lebih kecil dari 0,05 atau (p<), yang berarti ada hubungan antara daya beli kebutuhan dasar pangan terhadap status gizi balita usia 3-5 tahun di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian Daya Beli Kebutuhan Dasar Pangan Terhadap Status Gizi Balita
Usia 3-5 Tahun di Desa Temboro Kecamatan Karas kabupaten Magetan meliputi : Penelitian yang telah dilakukan di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan didapatkan bahwa dari 128 responden sebagian besar memiliki daya beli kebutuhan dasar pangan golongan daya beli menengah.Daya beli kebutuhan dasar pangan golongan menengah adalah kemampuan seseorang yang sudah cukup untuk membeli konsumsi bahan pangan bagi dirinya sendiri maupun untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Daya beli menengah dapat dilihat berdasarkan kemampuan individu dalam membeli kebutuhan pangan gizi seimbang empat sehat lima sempurna meliputi bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah buahan dan susu dimana dalam kehidupan sehari hari responden cukup dalam membeli kebutuhan kebutuhan bahan makanan gizi seimbang empat sehat lima sempurna tersebut yang nantinya dapat diolah dan dikonsumsi untuk diberikan kepada balitanya. Menurut peneliti, daya beli kebutuhan dasar pangan golongan menengah dapat dilihat berdasarkan kebiasaan konsumsi bahan pangan yang dibeli dalam sehari hari. Individu yang cukup dalam membeli konsumsi kebutuhan pokok makanan gizi seimbang empat sehat lima sempurna yang nantinya dapat diolah dan dikonsumsi untuk diberikan kepada balita dapat dikatakan memiliki daya beli kebutuhan dasar pangan golongan menengah. Hal ini dapat didukung oleh teori Wahyuni (2011) yang menyebutkan bahwa daya beli kebutuhan dasar pangan dapat dilihat berdasarkan kebiasaan konsumsi bahan pangan dimana seseorang dengan daya beli kebutuhan dasar pangan golongan menengah sudah cukup dalam memenuhi kebutuhan kebutuhan konsumsi gizi seimbang empat sehat lima sempurna dengan baik. Penelitian yang dilakukan di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan didapatkan bahwa 128 responden balita mayoritas memiliki status gizi baik dengan nilai z-score terletak di >-2SD sampai +2SD. Gizi baik adalah asupan gizi seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang bersangkutan dimana kebutuhan gizi ditentukan oleh kebutuhan gizi basal dan aktifitas. Gizi baik balita usia 3-5 tahun dapat dilihat dengan melihat umur serta berat badan. Berat badan merupakan salah satu media pengukuran antropometri yang paling sering digunakan dikarenakan berat badan mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan pola konsumsi makanan dan kesehatan. Setelah melihat umur dan berat badan, status gizi baik dapat dihitung menggunakan rumus indeks antropometri atau zscore. Gizi balita dikatakan baik apabila hasil penghitungan z-score didapatkan nilai z terletak >2SD sampai +2SD.
Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 10 No.002 September 2015
32 Menurut peneliti, gizi baik dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi berbagai makanan yang memiliki nilai gizi baik serta dikonsumsi secara seimbang. Mengkonsumsi makanan yang seimbang setiap hari akan mendapatkan berat badan yang ideal sesuai dengan umur, sehingga dengan metode penghitungan status gizi, diperoleh status gizi yang baik. Adapun manfaat gizi baik untuk balita adalah dapat mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan dengan baik, membantu sistem kekebalan tubuh untuk berfungsi lebih normal dan mencegah terjadinya penyakit yang nantinya balita memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Menurut Rahim (2014) yang menyebutkan bahwa status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya adalah konsumsi makanan, konsumsi makanan sangatlah penting untuk mengetahui apa yang dikonsumsi oleh balita dan berguna untuk mengetahui dan mengukur status gizi dan menemukan faktor yang menyebabkan malnutrisi. Keadaan malnutrisi dalam jangka panjang dapat memicu timbulnya berbagai masalah yaitu penurunan kemampuan intelektual, mengalami gangguan bicara, gangguan pemusatan perhatian, gangguan perkembangan dan pertumbuhan, penurunan IQ serta gangguan rasa percaya diri penerus (Cakrawati & Mustika, 2011) Tabulasi silang antara daya beli kebutuhan dasar pangan terhadap status gizi balita usia 3-5 tahun didesa temboro kecamatan karas kabupaten magetan diketahui bahwa 128 responden sebagian besar memiliki daya beli kebutuhan dasar pangan golongan menengah dengan mempunyai balita dengan status gizi balita sejumlah 54 balita. Daya beli kebutuhan dasar pangan dapat berhubungan dengan status gizi balita dikarenakan sebagian besar responden memiliki daya beli kebutuhan dasar pangan golongan menengah dengan status gizi yang dimiliki balita adalah gizi baik. Menurut peneliti, daya beli kebutuhan dasar pangan dapat berhubungan dengan status gizi balita. Seseorang yang mempunyai kemampuan yang cukup dalam membeli bahan pangan gizi seimbang empat sehat lima sempurna dengan baik dan mengolahnya menjadi sebuah makanan sehat yang nantinya dikonsumsi setiap hari secara rutin untuk balitanya, secara tidak langsung akan merubah nilai dari status gizi balita tersebut. Makanan gizi seimbang empat sehat lima sempurna yang dikonsumsi setiap harinya akan terus diproses didalam tubuh yang digunakan untuk proses metabolisme berupa pertumbuhan dan perkembangan balita. Jadi secara tidak langsung kemampuan seseorang dalam membeli kebutuhan pangan gizi seimbang empat sehat lima sempurna dapat berhubungan dengan status gizi yang dimiliki oleh balita.
Hal ini dibuktikan dengan teori Supariassa (2011) dimana status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu faktor ekonomi, ekonomi seperti pendapatan keluarga, pengeluaran yang dikeluarkan d tiap bulan, kebiasaan konsumsi serta pekerjaan dapat mempengaruhi pola pemenuhan status gizi.Faktor ekomoni dengan dilihat berdasarkan pendapatan yang dihasilkan, secara tidak langsung juga berhubungan dengan daya beli kebutuhan dasar pangan yang nantinya bedampak kepada status gizi balita. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari tujuan penelitian dan hasil penelitian yang diperoleh tentang hubungan daya beli kebutuhan dasar pangan terhadap status gizi balita usia 3-5 tahun di Desa Temboro Kecamatan Kabupaten Magetan, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Daya beli kebutuhan dasar pangan di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan sebagian besar memiliki daya beli kebutuhan dasar pangan golongan daya beli menengah Status gizi balita usia 3-5 tahun di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan sebagian besar memiliki status gizi baik. Ada hubungan antara daya beli kebutuhan dasar pangan terhadap status gizi balita usia 3-5 tahun di Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan. Saran Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara daya beli kebutuhan dasar pangan terhadap status gizi balita usia 3-5 tahun antara maka saran yang dapat disampaikan adalah: Bagi perawat, bidan dan petugas kesehatan Perawat, bidan dan petugas kesehatan diharapkan dapat terus mempertahankan dan meningkatkan pemberdayaan kesehatan terhadap balita, keluarga dan masyarakat dengan memberikan penyuluhan atau sumber informasi tentang pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang. Bagi institusi pendidikan Peneliti menyarankan pada institusi pendidikan untuk terjun langung kepada masyarakat dengan bekerja sama dengan pihak puskesmas maupuk kader posyandu untuk lebih sering memberikan penyuluhan mengenai tentang makanan murah namun bergizi baik dan seimbang. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan terus mengembangkan penelitian penelitian yang berkaitan dengan status gizi pada balita dengan meneliti tentang
Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 10 No.002 September 2015
33 metode pengolahan makanan ibu terhadap status gizi balita.
KEPUSTAKAAN Ambarwati, F.R. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar manusia. Parama Ilmu. Yogyakarta. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Cakrawati, D., Mustika, N.H. 2012.Bahan Pangan Gizi dan Kesehatan.Alfabeta. Bandung. Dewi, A., Pujiastuti, N., Fajar, I. 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Dinas Kesehatan kabupaten magetan.2013. Profil Kesehatan Kabupaten magetan. Hidayat, A.Aziz, A., 2012. Metode Penelitian kebidanan & Teknik Analisa Data, Salemba Medika. Jakarta. Jemadi, Hiswani, Ihsan, M., 2012.Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Telik Tumbia Aceh Muchtadi, D., 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Alfabeta. Bandung. Notoatmodjo, S., 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Nursalam, 2011.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi,Tesis dan Instrumen Penelitian keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Rahim, F.K. 2014.Faktor Risiko Underweight Balita Umur 7-59 Bulan, di Akses April 2015, http://Journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kems
Rohman, A., 2013. Pengaruh Pendidikan terhadap kelayakan kerja di kabupaten kebumen. Rusono, N., 2012. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian.Direktorat Pangan dan Pertanian Bappenas. Jakarta, di Akses pada april 2015 http:// bappenas.go.id/ RPJMN_Bidang _pangan _dan_pertanian_2015 Sumarni, Arsin, Hidayat, Y., 2010.Analisis FaktorFaktor yang mempengaruhi kejadian Gizi Buruk pada Balita di Kabupaten kebumen. Sunyoto, D., 2015. Perilaku Konsumen Pemasaran dan Panduan Riset Sederhana untuk Mengenali Konsumen.PT Buku Seru. Jakarta. Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I., 2011. Penilaian Status Gizi.Penerbit Buku Kedoteran EG. Jakarta Wibisono, Y.H., 2011. Faktor Faktor yang mempengaruhi Perilaku Pembelian Dengan Perilaku Niat Sebagai variabel Intervening pada Situs Kaskus. Widodo, A., Habibi, M., 2008.Pengantar Ekonomi. Piranti Darma Kalokatama, Jakarta. Zakarsi, 2014.Pengaruh Pengangguran Terhadap Daya beli Masyarakat kalbar, di Akses pada April 2015 http:// e-jurnal.ac.id/indek/php. Zufita, Syofiah, N.D., 2013.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Gizi Kurang Buruk Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang.
Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 10 No.002 September 2015