Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi Oleh Dosen Pembimbing
: Teguh Purianto (1302 109 036) : Wibawati, S.Si., M.Si. ABSTRAK
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi, diantaranya adalah masalah kurang energi protein (KEP) yang merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu perhatian yang serius. Diperlukan program nyata dalam mengatasi masalah gizi tersebut yang diantaranya dengan mengolah data secara akurat dan tepat waktu guna mengetahui daerah-daerah mana yang kecenderungan gizi balitanya perlu perhatian lebih serius atau daerah yang terindikasi rawan gizi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kecenderungan status gizi tertentu pada kecamatan pada tahun 2005 dan proporsi status gizi dari tahun 2003 sampai dengan 2005. Penelitian ini berdasarkan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten Trengalek bidang Kesehatan Keluarga Hasil pemetaan kecenderungan status gizi balita terhadap kecamatan di Kabupaten Trenggalek pada tahun 2005 adalah : Gizi Buruk dan Gizi Kurang cenderung banyak dialami balita di kecamatan Panggul, Suruh, Durenan dan kecamatan Tugu. Gizi Baik cenderung banyak dialami balita di kecamatan Bendungan, Dongko, Gandusari, Kampak, Karangan, Munjungan, Pogalan, Pule, Trenggalek dan Watulimo. Program perbaikan gizi di Kabupaten Trenggalek pada tiga tahun terakhir (2003–2005) belum sesuai target. Dimana proporsi balita kurang gizi belum turun tiap tahunnya, yaitu 10.8 % dari 30245 balita yang ditimbang tahun 2003 turun menjadi 9.57 % dari 29905 balita yang ditimbang tahun 2004 dan naik kembali menjadi 10.7 % dari 32435 balita yang ditimbang tahun 2005. Kata kunci : Kecamatan, Status Gizi, Analisis Korespondensi, Proporsi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi. Indikasi kurang gizi pada balita di Indonesia tidak hanya terjadi pada kabupaten/ kota di luar pulau Jawa tetapi juga terjadi pada kabupaten / kota di pulau Jawa. Pentingnya mengolah data secara akurat dan tepat waktu guna mengetahui daerah-daerah mana yang kecenderungan gizi balitanya perlu perhatian lebih serius atau daerah yang terindikasi rawan gizi. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pola kecenderungan status gizi balita pada kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Trenggalek. 2. Bagaimanakah perbedaan proporsi status gizi balita dari tahun ke tahun. 1.3 Tujuan Penelitian Bertitik tolak dari latar belakang dan permasalahan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Memetakan pola kecenderungan status gizi balita pada kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Trenggalek. 2. Mengetahui perbedaan proporsi status gizi balita pada tiga tahun terakhir. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai pertimbangan bagi Pemerintah Daerah untuk perencanaan penyediaan dan distribusi bantuan perbaikan gizi balita di seluruh kecamatan di Kabupaten Trenggalek. 2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk lebih mendalami tentang status gizi balita di Kabupaten Trenggalek.
1
1.5 Batasan Masalah Batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jumlah balita yang ditimbang sesuai dengan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek berdasarkan kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Trenggalek pada tahun 2003 – 2005. 2. Penentuan status gizi balita berdasarkan perbandingan berat badan terhadap umur (BB/U).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Korespondensi Greenacre (1984) mendefinisikan Analisis Korespondensi sebagai teknik yang memperagakan baris dan kolom matriks data (terutama Tabel Kontingensi dua arah) sebagai titik dalam ruang vektor berdimensi rendah. Skala data dalam Analisis Korespondensi adalah nominal atau ordinal.
Secara geometri baris dan kolom dari suatu matriks X(nxp) dengan n baris dan p kolom dipandang sebagai titik-titik (unsur-unsur) dalam suatu ruang berdimensi p atau n. Untuk memudahkan visualisasi baris-baris dan kolom-kolom matriks data asli dalam dimensi yang lebih rendah harus terlebih dahulu dicari matriks P sebagai matriks Analisis Korespondensi dengan cara :
Pnxp =
X nxp 1Tnxp X nxp 1 nxp
(2.1)
dimana 1T = [1. . .1]. Jika X adalah tabel kontingensi maka P(nxp) adalah fungsi probabilitas bersama empirik. Jumlahan baris P dinotasikan oleh r. Dari sini dibuat matrik diagonal dengan elemen diagonal r adalah Dr yang berukuran nxn. Jumlahan kolom dari P(nxp) dinotasikan dengan c. Dari sini dibuat matrik diagonal Dc dengan elemen diagonal c yang berukuran pxp. Dimana notasi matriksnya : r(nx1) = P(nxp).1(px1) c(px1) = PT(pxn).1(nx1) Untuk mengoptimalkan penjelasan profil-profil baris dan kolom matriks dalam suatu ruang berdimensi k, Matriks P dipusatkan secara simetris oleh baris dan kolom yaitu P – rcT yang menjadikan suatu hubungan asli rata-rata profil kedua himpunan titik-titik tersebut. Matriks profil baris dan kolom masing-masing adalah R = D −r 1 P dan C = D c−1 P ′ . Koordinat baris dan kolom melalui perhitungan singular value decomposition (SVD) matriks P – rcT. Nilai yang diperoleh akan sama dengan menghilangkan nilai singular 1, vektor singular kiri pertama, r, dan vektor singular kanan pertama, c (Greenacre, 1984). Penguraian (SVD) matriks P – rcT menghasilkan P – rcT = U Dα VT . Koordinat profil-profil baris dan kolom adalah : F = D −r 1 U Dα ; G = D c−1 V Dα. Penafsiran titik-titik pada grafik dapat dilakukan dengan melihat kontribusi mutlak dan kontribusi relatif. Kontribusi mutlak digunakan untuk melihat proporsi keragaman yang dapat diterangkan oleh masing-masing titik terhadap pembentukan sumbu. Kontribusi relatif digunakan untuk melihat proporsi keragaman yang dapat diterangkan oleh sumbu utama terhadap titik-titik tersebut. Kontribusi relatif yang tinggi pada suatu titik untuk sumbu utama ke-k, berarti sumbu utama tersebut menjelaskan inersia titik tersebut dengan baik. Hubungan yang terjadi dari kedua kontribusi tersebut adalah jika kontribusi mutlak titik terhadap inersia sumbu utama tinggi maka berimplikasi tingginya kontribusi relatif sumbu tersebut terhadap inersia titik, tetapi hubungan sebaliknya tidak terjadi.
2.2 Uji Proporsi Uji proporsi digunakan untuk menganalisa proporsi dari dua populasi. Dimana dari populasi kesatu terdapat proporsi p 1 dan diambil sebuah sampel acak berukuran n 1 dengan jumlah sukses yang muncul x 1. Dari populasi kedua juga terdapat proporsi p 2 dengan sampel acak berukuran n 2 dan jumlah sukses yang muncul x 2 . Kedua sampel diambil secara independen. Hipotesis Uji H0 : H1 : Hipotesis Uji H0 : H1 :
Proporsi Dua Arah : p1 = p2 p1 ≠ p2 Proporsi Satu Arah : p1 ≤ p2 p1 > p2 atau
2
H0 : p1 ≥ p2 H1 : p1 < p2 Statistik uji :
Z= Dimana :
pˆ 1 − pˆ 2
(2.2)
pˆ p .qˆ p [(1 / n1 ) + (1 / n2 )]
pˆ 1 =
x1 n1
;
pˆ 2 =
x2 n2
;
pˆ p =
x1 + x 2 n1 + n2
;
qˆ p = 1 − pˆ p
Keputusan : Terima H 0 untuk –Z 1/2(1-α) < Z < Z 1/2(1-α) atau P-value > α dan Tolak H 0 untuk harga-harga Z yang lainnya atau P-value < α 2.3 Status Gizi Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi. Penentuan status gizi bagi seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan cara, antara lain : Antropometri, Klinis, Biokimia, Biofisik. Di masyarakat saat ini cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi, khususnya dalam pemantauan status gizi balita. Cara ini mudah dilakukan, relatif murah dan cukup akurat. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia. Dalam menentukan status gizi parameter yang sering digunakan antara lain : umur, berat badan dan tinggi badan. Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi dari beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan, yaitu :berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Tetapi indeks BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan sejak tahun 1972. Cara penilaian status gizi balita adalah sebagai berikut : - Nilai indeks antrpometri (BB/U, TB/U atau BB/TB) dibandingkan dengan nilai rujukan WHONCHS. - Dengan menggunakan batas ambang (cut off point) untuk masing-masing indeks maka status gizi balita dapat ditentukan. Standar rujukan yang dipakai untuk penentuan klasifikasi status gizi dengan antropometri ada bermacam-macam tetapi Departemen Kesehatan RI telah menetapkan melalui SK Menkes No. 920/Menkes/SK/VII/2002, untuk menggunakan rujukan baku WHO-NCHS dengan melihat nilai Z-score. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek dengan alamat Jl. Dr. Soetomo no.1 Trenggalek. Data tersebut berdasarkan puskesmas yang tersebar di seluruh Kabupaten Trenggalek. Analisa dilakukan terhadap data dari tahun 2003 – 2005. 3.2 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel status gizi balita, dengan kategori : a. Gizi buruk. c. Gizi baik. b. Gizi kurang. d. Gizi lebih. 2. Variabel kecamatan : Di Kabupaten Trenggalek terdapat 14 kecamatan dengan rincian sebagai berikut : 1. Bendungan 8. Munjungan 2. Dongko 9. Panggul 3. Durenan 10. Pogalan 4. Gandusari 11. Pule 5. Kampak 12. Tenggalek 6. Karangan 13. Tugu 7. Suruh 14. Watulimo
3
3. Variabel tahun : Dalam penelitian ini yang diamati status gizi balita pada tiga tahun terakhir, yaitu : 2003, 2004 dan 2005
3.3 Langkah-langkah penelitian Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum mengenai jumlah balita yang ditimbang pada tiap kecamatan. Visualisasi pendukung Analisis Deskriptif digunakan Pie Chart dan Bar Chart yang menunjukkan jumlah sekaligus persentase jumlah balita yang ditimbang. 2. Uji Chi-square Uji Chi-square digunakan untuk mengetahui dua variabel yang diamati (kecamatan dan status gizi) memiliki hubungan atau tidak. Bila signifikan (ada hubungan) maka dilanjutkan dengan analisis korespondensi. 3. Analisis Korespondensi Analisis korespondensi digunakan untuk menentukan pola kecenderungan antara kecamatan dengan status gizi. Langkah-langkah dalam analisis korespondensi adalah sebagai berikut: a. Data awal (tabel kontingensi) disusun ke dalam bentuk matriks dan dilakukan penguraian nilai singular untuk mengetahui nilai variabilitas data asli yang dijelaskan oleh setiap dimensi atau faktor yang dihasilkan. b. Melakukan pengelompokkan dengan jalan mereduksi jumlah level pada setiap variabelnya ke dalam dimensi atau faktor yang terbentuk dengan kriteria mencari nilai terbesar pada kontribusi mutlak dan kontribusi relatifnya. c. Pengamatan terhadap nilai koordinat dan visualisasi plot profil vektor baris dan kolom tiaptiap faktornya maka dapat diperoleh pola kecenderungan antara status gizi terhadap kecamatan. 4. Uji Proporsi Uji proporsi digunakan untuk mengetahui perbedaan proporsi status gizi balita pada tiga tahun terakhir (2003 – 2005). BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Dari hasil uji chi-square diketahui antara variabel kecamatan dengan status gizi memiliki hubungan (Lampiran B) maka penelitian dilanjutkan dengan analisis deskriptif dan analisis korespondensi. Pada akhir tahun 2005 dari keseluruhan kecamatan di Kabupaten Trenggalek terdapat 32435 balita yang ditimbang. Jumlah terbanyak balita yang ditimbang terdapat di Kecamatan Panggul sebanyak 3269 balita dan mencapai 10.078 % dari keseluruhan balita yang ditimbang dari masing-masing kecamatan. Tertinggi kedua adalah Kecamatan Watulimo sebanyak 3160 balita dengan persentase 9.74 %. Jumlah balita yang ditimbang paling sedikit di kecamatan Bendungan, yaitu 1159 balita dengan persentase 3.57 %. Pada tiga tahun terakhir (2003 – 2005) di Kabupaten Trenggalek jumlah balita yang ditimbang selalu mengalami perubahan dengan status gizi tertentu. Dari tahun ke tahun jumlah tertinggi untuk status gizi balita adalah gizi baik. Sedang untuk jumlah terendah dari status gizi dari tahun ke tahun adalah gizi buruk. Pada tahun 2005 jumlah balita gizi buruk mengalami peningkatan yaitu tercatat 441 (1.36%) dari 32435 balita yang ditimbang, padahal akhir tahun 2004 hanya terdapat 54 (0.18%) balita gizi buruk dari 29905 balita yang ditimbang. Tetapi secara umum dari tahun ke tahun balita di Kabupaten Trenggalek mayoritas status gizinya adalah gizi baik. 4.2 Pemetaan Kecenderungan Status Gizi Terhadap Kecamatan Tujuan utama dari pemetaan adalah untuk mengetahui kecenderungan (kemiripan) vektor-vektor baris menurut kategori kolom maupun kecenderungan vektor-vektor kolom menurut kategori baris. Dengan mengetahui kontribusi mutlak dan korelasi kuadrat dari kecamatan dan jenis status gizi dalam analisis korespondensi, dapat diketahui kecenderungan jenis status gizi tertentu di kecamatan yang mampu dijelaskan oleh faktor utama. Tabel 4.1 merupakan inersia dan proporsi variasi yang dijelaskan oleh faktor utama. Ada tiga faktor (sumbu utama) yang bisa dibuat. Sumbu utama pertama mampu menerangkan 60.3 % keragaman data dengan nilai inersia sebesar 0.122. Sedangkan untuk sumbu utama kedua mampu menerangkan 36.8 %
4
variasi, sehingga total variasi yang bisa diterangkan oleh sumbu utama pertama dan kedua adalah 97.1%.Dengan demikian dapat diambil dua dimensi saja, karena total variasi yang dijelaskan sudah sangat besar (97.1 %). Tabel 4.1 Inersia dan proporsi varians untuk kecamatan dan status gizi
Dimensi 1 2 3 Total
Singular Value .122 .095 .027
Inersia .015 .009 .001 .025
Proporsi Inersia Persentase Kumulatif .603 .603 .368 .971 .029 1.000 1.000 1.000
Tabel 4.2 menjelaskan variabel kecamatan Dari tabel tersebut nilai kontribusi mutlak menyatakan proporsi keragaman yang diterangkan oleh masing-masing variabel terhadap sumbu utamanya. Nilai kontribusi mutlak ini digunakan untuk menentukan suatu titik yang masuk pada suatu dimensi dengan kriteria bahwa titik yang masuk ke dalam suatu dimensi adalah yang mempunyai nilai atau proporsi terbesar. Kontribusi relatif (korelasi kuadrat) menunjukkan proporsi keragaman dari suatu variabel yang dapat diterangkan oleh sumbu utamanya. Pada prinsipnya analisis kontribusi mutlak untuk mengetahui variabel yang mencirikan faktor dan kontribusi relatif untuk mengetahui hubungan variabel terhadap faktor. Tabel 4.2 Massa, kontribusi mutlak, dan korelasi kuadrat untuk Kecamatan Kecamatan Massa Bendungan Dongko Durenan Gandusari Kampak Karangan Suruh Munjungan Panggul Pogalan Pule Trenggalek Tugu Watulimo Total
.036 .090 .072 .085 .041 .073 .041 .063 .101 .062 .083 .087 .070 .097 1.000
Kontribusi Mutlak 1 2 .000 .026 .072 .399 .029 .337 .002 .042 .000 .051 .019 .023 .012 .128 .043 .081 .020 .063 .001 .002 .222 .227 .003 .063 .041 .053 .010 .033 1.000 1.000
Kontribusi Relatif 1 2 Total .013 .868 .880 .228 .772 1.000 .953 .906 .047 .058 .902 .960 .000 .999 .999 .881 .592 .290 .999 .946 .054 .752 .248 1.000 .844 .708 .136 .431 .282 .149 .989 .620 .370 .075 .907 .982 .995 .676 .319 .325 .657 .983
Dengan melihat nilai kontribusi mutlak dari tabel 4.2 maka didapatkan variabel-variabel yang mencirikan atau mendukung faktor utama pertama dan faktor utama kedua adalah sebagai berikut : Faktor I : Faktor II : a. Kecamatan Durenan (33.7 %). a. Kecamatan Bendungan (2.6 %). b. Kecamatan Karangan (2.3 %). b. Kecamatan Dongko (39.9 %). c. Kecamatan Suruh (12.8 %). c. Kecamatan Gandusari (4.2 %). d. Kecamatan Munjungan (8.1 %). d. Kecamatan Kampak (5.1 %). e. Kecamatan Panggul (6.3 %). e. Kecamatan Trenggalek (6.3 %). f. Kecamatan Pogalan (0.2 %). f. Kecamatan Watulimo (3.3 %). g. Kecamatan Pule (22.7 %). h. Kecamatan Tugu (5.3 %). Setelah dilakukan analisis pada variabel baris kemudian dilanjutkan dengan analisis variabel kolom (status gizi). Berdasarkan tabel 4.3 analisis yang dilakukan sama dengan analisis pada variabel baris (kecamatan). Dengan melihat nilai kontribusi mutlak maka variabel-variabel yang mencirikan atau mendukung faktor I dan Faktor II adalah sebagai berikut :
5
Faktor I : a. Gizi Buruk (1.2 %). b. Gizi Kurang (88.6 %). c. Gizi Baik (9.9 %). Faktor II : a. Gizi Lebih (96.1 %). Tabel 4.3 Massa, kontribusi mutlak, dan korelasi kuadrat untuk Status Gizi Status Gizi
Massa
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Active Total
.014 .094 .857 .036 1.000
Kontribusi Mutlak 1 2 .012 .001 .886 .000 .099 .037 .003 .961 1.000 1.000
Kontribusi Relatif 1 2 Total .211 .200 .011 .999 .999 .000 .997 .810 .187 .005 .995 1.000
Gambar proyeksi titik-titik pada gambar 4.3 merupakan visualisasi bersamaan dari variabel baris (kecamatan) dan variabel kolom (status gizi). Dimana variabel ditampilkan dalam koding (kode) angka 1 sampai 14 untuk variabel baris (kecamatan) dan abjad besar A sampai D untuk variabel kolom (status gizi). Plot dua dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Status gizi C (gizi baik) terlihat mengelompok dengan variabel baris (kecamatan) : 1 (Bendungan), 2 (Dongko), 4 (Gandusari), 5 (Kampak), 6 (Karangan), 8 (Munjungan), 10 (Pogalan), 11 (Pule), 12 (Trenggalek) dan 14 (Watulimo). Dapat diartikan bahwa status gizi balita pada tahun 2005 di kecamatan-kecamatan tersebut cenderung gizi baik. 2. Status gizi A (gizi buruk) dan status gizi B (gizi kurang) mengelompok dengan beberapa variabel baris (kecamatan) : 3 (Durenan), 7 (Suruh), 9 (Panggul) dan 13 (Tugu). Sehingga dapat disimpulkan bahwa status gizi balita di kecamatan Durenan, Suruh, Panggul dan kecamatan Tugu cenderung gizi buruk serta gizi kurang. 3. Status gizi D (gizi lebih) terlihat tidak membentuk kelompok dengan variabel baris (kecamatan) maka dapat diartikan bahwa kecenderungan balita di semua kecamatan terhadap gizi lebih sangat kecil.
STATUS GIZI A. Gizi Buruk B. Gizi Kurang C. Gizi Baik D. Gizi Lebih
1,0 11 ,5 7 B 0,0
3
5 14 13 6 9 A C 10 14 12
Dimension 2
-,5
8 2
-1,0
D
-1,5 -2,0 -1,5
-1,0
-,5
Dimension 1
0,0
,5
1,0
KECAMATAN 1. Bendungan 2. Dongko 3. Durenan 4. Gandusari 5. Kampak 6. Karangan 7. Suruh 8. Munjungan 9. Panggul 10. Pogalan 11. Pule 12. Trenggalek 13. Tugu 14. Watulimo
Gambar 4.1 Plot Dua Dimensi Untuk Kecamatan Dan Status Gizi
6
4.3 Proporsi Status Gizi Proporsi suatu status gizi sangat diperlukan dalam program perbaikan gizi balita. Adapun kegunaan dari proporsi status gizi adalah untuk menentukan suatu daerah mengalami rawan gizi atau tidak dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program perbaikan gizi yang telah dilakukan Pemerintah dari tahun ke tahun. Suatu daerah dikatakan rawan gizi bila proporsi balita gizi buruk dan gizi kurang ≥ 15 % (SK. Menkes. RI , 2002). Program perbaikan gizi dikatakan berhasil bila proporsi balita gizi buruk dan gizi kurang dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Adapun yang diamati dari status gizi untuk mengetahui perbedaan proporsi dalam penelitian ini adalah jumlah balita gizi buruk dan gizi kurang yang untuk selanjutnya disebut proporsi balita kurang gizi. Pengujian menggunakan hipotesis uji proporsi dua arah (untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai proporsi) dan uji proporsi satu arah (untuk mengetahui terjadi penurunan atau peningkatan nilai proporsi), dimana : p 1 = proporsi balita kurang gizi tahun 2003. p 2 = proporsi balita kurang gizi tahun 2004. p 3 = proporsi balita kurang gizi tahun 2005. a. Proporsi Balita Kurang Gizi Tahun 2003 dan 2004 Uji Proporsi Dua Arah Hipotesis : H0 : p1 = p2 H1 : p1 ≠ p2 Statistik Uji : P-value = 0.000 ; α = 0.05 Tabel 4.4 Proporsi balita kurang gizi tahun 2003 dan 2004 Tahun 2003 2004
Proporsi 0.108282 0.095703
( pˆ 1 − pˆ 2 )
P-value
α
0.0125793
0.000
0.05
Daerah penolakan : Tolak H 0 jika P-value < α Dari tabel 4.7 dapat diketahui hasil dari uji proporsi balita kurang gizi pada tahun 2003 dan 2004 tolak H0. Hal ini ditunjukkan dari nilai P-value < α, artinya ada perbedaan proporsi balita kurang gizi pada tahun 2003 dan 2004. Karena ada perbedaan proporsi maka akan dilakukan uji proporsi satu arah untuk mengetahui terjadi penurunan atau peningkatan nilai proporsi. Uji Proporsi Satu Arah Hipotesis : H0 : p1 ≤ p2 H1 : p1 > p2 Statistik Uji : P-value = 0.000 ; α = 0.05 Tabel 4.5 Proporsi balita kurang gizi tahun 2003 dan 2004 Tahun 2003 2004
Proporsi 0.108282 0.095703
( pˆ 1 − pˆ 2 )
P-value
α
0.0125793
0.000
0.05
Daerah penolakan : Tolak H 0 jika P-value < α Dari tabel 4.8 dapat diketahui hasil dari uji proporsi balita kurang gizi pada tahun 2003 dan 2004 tolak H0. Hal ini ditunjukkan dari nilai P-value < α, artinya ada penurunan proporsi balita kurang gizi dari tahun 2003 ke tahun 2004.
b. Proporsi Balita Kurang Gizi Tahun 2004 dan 2005 Uji Proporsi Dua Arah Hipotesis : : p2 = p3 H0 H1 : p2 ≠ p3 Statistik Uji : P-value = 0.000 ; α = 0.05
7
Tabel 4.6 Proporsi balita kurang gizi tahun 2004 dan 2005 Tahun 2004 2005
Proporsi 0.095703 0.107292
( pˆ 2 − pˆ 3 )
P-value
α
-0.0115884
0.000
0.05
Daerah penolakan : Tolak H 0 jika P-value < α Dari tabel 4.9 dapat diketahui hasil dari uji proporsi balita kurang gizi pada tahun 2004 dan 2005 tolak H0. Hal ini ditunjukkan dari nilai P-value < α, artinya ada perbedaan proporsi balita kurang gizi pada tahun 2004 dan 2005. Karena ada perbedaan proporsi maka akan dilakukan uji proporsi satu arah untuk mengetahui terjadi penurunan atau peningkatan nilai proporsi. Uji Proporsi Satu Arah Hipotesis : H0 : p2 ≤ p3 H1 : p2 > p3 Statistik Uji : P-value = 1.000 ; α = 0.05 Tabel 4.7 Proporsi balita kurang gizi tahun 2004 dan 2005 Tahun 2004 2005
Proporsi 0.095703 0.107292
( pˆ 2 − pˆ 3 )
P-value
α
-0.0115884
1.000
0.05
Daerah penolakan : Tolak H 0 jika P-value < α Dari tabel 4.10 dapat diketahui hasil dari uji proporsi balita kurang gizi pada tahun 2004 dan 2005 gagal tolak H0. Hal ini ditunjukkan dari nilai P-value > α, artinya tidak terjadi penurunan tetapi terjadi peningkatan proporsi balita kurang gizi dari tahun 2004 ke tahun 2005.
c. Proporsi Balita Kurang Gizi Tahun 2003 dan 2005 Karena proporsi balita kurang gizi mengalami peningkatan dari tahun 2004 ke tahun 2005 maka pengujian selanjutnya dilakukan untuk tahun 2003 dan 2005. Uji Proporsi Dua Arah Hipotesis : H0 : p1 = p3 H1 : p1 ≠ p3 Statistik Uji : P-value = 0.689 ; α = 0.05 Tabel 4.8Proporsi balita kurang gizi tahun 2003 dan 2005 Tahun 2003 2005
Proporsi 0.108282 0.107292
( pˆ 1 − pˆ 3 )
P-value
α
0.000990855
0.689
0.05
Daerah penolakan : Tolak H 0 jika P-value < α Pada tabel 4.11 dapat diketahui hasil dari uji proporsi kurang gizi pada tahun 2003 dan 2005 gagal tolak H0. Hal ini ditunjukkan dari nilai P-value > α, yang mempunyai arti bahwa tidak ada perbedaan proporsi balita kurang gizi pada tahun 2003 dan 2005. Berdasarkan hasil pengujian proporsi di atas dapat diketahui bahwa program perbaikan gizi yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek terlihat cukup berhasil dengan menurunnya proporsi balita kurang gizi dari tahun 2003 ke tahun 2004 (10.8% dari 30245 balita yang ditimbang tahun 2003 menjadi 9.57% dari 29905 balita yang ditimbang tahun 2004). Tetapi pada tahun 2005 program tersebut terlihat kurang berhasil karena proporsi balita kurang gizi mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2004 (9.57% dari 29905 balita yang ditimbang tahun 2004 naik menjadi 10.7% dari 32435 balita yang ditimbang tahun 2005).
8
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil pemetaan kecenderungan status gizi balita terhadap kecamatan di Kabupaten Trenggalek pada tahun 2005 adalah : a. Gizi Buruk dan Gizi Kurang cenderung banyak dialami balita di kecamatan Durenan, Suruh, Panggul dan kecamatan Tugu. b. Gizi Baik cenderung banyak dialami balita di kecamatan Bendungan, Dongko, Gandusari, Kampak, Karangan, Munjungan, Pogalan, Pule, Trenggalek dan Watulimo. 2. Setelah dilakukan analisis proporsi status gizi, dapat disimpulkan : Program perbaikan gizi di Kabupaten Trenggalek pada tiga tahun terakhir belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari proporsi balita kurang gizi belum turun tiap tahunnya, yaitu : a. 10.8 % dari 30245 balita yang ditimbang tahun 2003 turun menjadi 9.57 % dari 29905 balita yang ditimbang tahun 2004. b. 9.57 % dari 29905 balita yang ditimbang tahun 2004 naik menjadi 10.7 % dari 32435 balita yang ditimbang tahun 2005. c. 10.8 % dari 30245 balita yang ditimbang tahun 2003 sama dengan 10.7 % dari 32435 balita yang ditimbang tahun 2005. 5.2 Saran Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian di bidang gizi balita, perlunya untuk mengetahui karakteristik dari jenis-jenis status gizi. Karakteristik tersebut bisa meliputi usia balita, pendidikan terakhir orang tua balita, pendapatan orang tua balita, dll. Perbandingan juga perlu dilakukan terhadap lingkungan balita meliputi geografis, pendapatan rata-rata masyarakat, tingkat pendidikan rata-rata, kepadatan penduduk, dll. DAFTAR PUSTAKA Dinkes. Kabupaten Trenggalek (2005), Profil Kesehatan Kabupaten Trenggalek Tahun 2004 Dinkes. Propinsi Jawa Timur (2005), Pedoman Penentuan Status Gizi Balita Everitt, B, S,. (1994), The Analysis of Contingency Tables, Second Edition, Chapman&Hall, London. Greenacre, J. (1984), Theory and Application of Correspondence Analysis, Academic Press. London. Hair, Joseph F. Jr., Anderson, Rolph E., Tatham, Ronald L., Black, William C., (1998), Multivariate Data Analysis, Fifth Edition. Prentice Hall, New Jersey. Johnson R. A., Wichern D. W., (2002), Applied Multivariate Statistica lAnalysis, Fifth Edition. Prentice Hall, New Jersey. Lebart, L., Morineau, A. (1984), Multivariate Deskriptive Statistical Analysis, John Willey & Sons, Inc. Canada. Sujana, Prof. DR, M.A., M.Sc. (1996), Metoda Statistika, Edisi Keenam, Tarsito, Bandung. Supariasa, I. (2002), Penilaian Status Gizi, Edisi Pertama, EGC, Jakarta.
9