III. A.
DATA PERANCANGAN
Tabel Data Perancangan
Sifat Data
Rincian Data
Utama
Manfaat Data
Penunjang
Dalam Perancangan
Kesiapan Data Sudah
Belum
1 Data Objek Perancanan Sebagai referensi dan untuk
Packaging Sate Manis Kelapa Dasar-Dasar Desain
menentukan perancangan bentuk
√
yang akan di buat Sebagai salah satu media
√
penunjang Untuk perancangan
Buku Desain Kemasan
√
√
Sebagai salah satu media
√
√
penunjang untuk perancangan
2 Data teknis perancangan Untuk mengetahui gambar dan
Sketsa
jenis bentuk yang ingin di
√
Data Riset
Mind Mapping Artikel Plywood
rancang
√
Untuk menentukan warna dan √
juga konsep rak buku
√
Untuk mengetahui Konsep √
Perancangan Desain Packaging
√
Untuk menentukan material yang √
tepat untuk Packaging.
Warna dan
Untuk menentukan warna utama 17
√
Finishing
√
yang sesuai dengan Pacakagnig
√
Sate Manis Kelapa
Tabel 3. Data Perancangan
B.
Teori Yang Digunakan a)
Teori Semiotika
Semiotik secara etimologi berasal dari kata yunani semeion yang berarti “tanda”. Secara Tertimologi semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial masyarakat dan kebudayaan itu merupakan bentuk-bentuk dari tanda. Semiotik juga mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Dalam kajian ini penulis memakai teori Semiotika dari Roland Barthes. Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.1 b)
Teori Ergonomi
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008).
1Teori-teorisemiotikaparaahli,
http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/2008/02/19/teori-teori-semiotikasebuah-pengantar/68/, Di akses 31 Desember 2013 jam 11.00 WIB.
18
Menurut Sutalaksana (1979), egonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman . Ergonomi berkenaan berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi. Ergonomi disebut juga sebagai Human Factors. Ergonomi juga digunakan oleh beberapa ahli pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur , perancangan produk, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri (definisi ini berdasar pada International Ergonomics Association)2 c)
Teori Transformasi Budaya
Teori transformasi budaya yang berkembang di tahun 1970-an merupakan sebuah pendekatan untuk memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada sejarah kebudayaan manusia, termasuk juga karya budaya bendanya. Teori ini pada hakikatnya merupakan bagian dari pendekatan sejarah dalam mengamati sejarah peradaban manusia dari zaman ke zaman yang dicermati dari unsur-unsur artifak yang dihasilkannya. Teori transformasi budaya secara garis besar merupakan pengamatan perubahan dan pergeseran fenomena desain dalam satu rentang waktu tertentu. Dalam rentang waktu tersebut dicatat dan diamati faktor-faktor desain yang menjadi ciri utama perubahan, serta proses akulturasi dan inkulturasi yang terjadi. Secara umum transformasi budaya diawali oleh adanya unsur keterbukaan, baik yang dipaksakan ataupun karena karakter khas kebudayaan tertentu yang mudah menerima kehadiran kebudayaan asing3. (Agus Sachari, 2005 : 13 ) d)
Teori Estetika
Estetika ( juga dieja estetika atau estetika) adalah cabang filsafat yang berhubungan dengan sifat keindahan , seni, rasa, penciptaan dan apresiasi terhadap keindahan. Hal inilebih ilmiah didefinisikan sebagai studi tentang sensor atau sensori emosional, kadang-kadang disebut penilaian terhadap sentimen dan rasa. Lebih luas, para sarjana di lapangan mendefinisikan estetika sebagai "refleksi kritis pada seni, budaya dan alam . " adalah sebuah estetika dari aksiologi , cabang dari filsafat , dan erat terkait dengan filosofi seni . Studi Estetika cara baru dalam melihat dan mengamati dunia.
2 .Teori Ergonomi menurut para ahli,http://ergonomi-teknikindustri.blogspot.com/2009/10/pengertian-ergonomiistilah-ergonomi.html 24 agustus 2014 12:19 WIB 3Sachari, agus. Pengantar Metodologi Penelitian(Jakarta, Erlangga : 2005) Hal 13
19
Definisi Estetika istilah estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 - 1762) melalui beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta Encyclopedia 2001, 1999)Baumgarten menggunakan instilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan intelektual dan pengetahuan indrawi. Dengan melihat bahwaistilah estetika baru muncul pada abad 18, maka pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian estetik. Jika sebuah bentuk mencapai nilai yang betul, maka bentuk tersebut dapat mengandung nilai estetis,sedangkan pada bentuk yang melebihi nilai betul, hingga mencapai nilai baik penuh arti, maka bentuk tersebut dinilai sebagai indah. Dalam pengertian tersebut, maka sesuatu yang estetis belum tentu indah dalam arti sesungguhnya, sedangkan sesuatu yang indah pasti estetis. Banyak pemikir Seni berpendapat bahwa keindahan berhubungan dengan rasa yang menyenangkan seperti Clive Bell, George Santayana, dan R.G Collingwood.(Sutrisno,1993)Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi dari estetika sendiri, salah satu definisi yang cukup lengkap diberikan oleh Hospers, "aesthetics is the branch of philosophy that is concerned withthe analysis of concepts and the solutions of problems that arise when one contemplates aestheticobjects. Aesthetic objects, in turn, comprise all the objects of aesthetic experience; thus, it is onlyafter aesthetic experience has been sufficiently characterized that one is able to delimit the class of aesthetic objects"( Sutrisno,1993. Hal 16). Menurut para ahli definisi estetika adalah: Herbert Read mendefinisikan bahwa keindahan adalah kesatuandan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan–pencerapaninderawi kita. Pada umumnya orang beranggapan bahwa yang indah adalah seni ataubahwa seni adalah selalu indah, dan bahwa yang tidak indah bukanlah seni. Pandangansemacam ini akan menyulitkan masyarakat dalam mengapresiasi seni sebab ini tidakharus selalu indah, menurut pendapat Herbert Read. Bruce Allsopp (1977) Estetika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari prosesprosespenikmatan dan aturan-aturan dalam menciptakan rasa kenyamanan.J.W. Moris (1985) Estetika estetika dikenakan pada obyek yang memiliki nilai indah atautidak indah. (sering diperukarkan dengan seni/art). Estetika = Aesthetics Seni = Art4. e)
4
Teori Warna
Teori Estetika Desain menurut para ahli,http://id.scribd.com/doc/92913874/teori-ESTETIKA 24 agustus 2014
14:37 WIB
20
Menurut Maran L. David dalam bukunya Visual Design in Dress (1987:119) yang dikutip Sulasmi Darmaprawira, menggolongkan warna menjadi dua, yaitu earna eksternal ddan internal. Warna eksternal adalah warna yang bersifak fisika atau faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, secara manusia melihat warna kemudian pengolahanya diotak dan cara mengekspresikanya.5 f)
Prinsip Desain
Dalam perancangan Desain Kemasan Sate Manis Kelapa Keseimbangan Fungsi dari keseimbangan akan lebih terlihat ketika anda menyatukan pandangan pada sebuah kesatuan (unity) desain yang utuh, sehingga tidak tertangkap kesan berat sebelah, penuh sebelah, ramai sebelah danseterusnya. Hal itu disebabkan setiap elemen pada susunan visual telah ditentukan oleh ukurannya, kegelapan/ketebalan atau keringanan. Keseimbangan mempunyai 2 pangkal pokok metoda yang biasa dipakai: keseimbangan simetris yaitu keseimbangan berdasarkan pengukuran dari pusat yang menyebar ke arah sisi dan kanan. Keseimbangan asmetris yang merupakan pengaturan yang berbeda dengan berat benda yang sama disetiap sisi bentuk, warna, nilai, ukuran, bentuk dan tekstur dapat digunakan sebagai unsur balancing. Kesatuan Prinsip kesatuan atau unity ( pakar lain menyebutkan proximity atau kedekatan ) adalah hubungan antara elemen - elemen desain yang semula berdirisendiri serta memiliki ciri - ciri sendiri yang disatukan menjadi satu kesatuan yang baru dan akan memiliki fungsi baru yang utuh. Irama Pola berulang menghasilkan Rhythm / Irama, hal itu dihasilkan dan dibuat oleh unsurunsur yang berbeda-beda dengan pattern yang berirama dan unsur serupa dan konsisten dan mungkin dengan variasi (perubahan dalam bentuk, ukuran, posisi atau elemen) yang menjadi kunci untuk visual ritme.
5Sulasmi
Darmaprawira W.A, Warna, Teori dan Kreatifitas Penggunaanya ( Bandung, Penerbt ITB :2002),l 30
21
Penekanan Pada setiap desain dan tata letak mempuyai sebuah stressing (penekanan) dan "keyword" sebagai bagian titik tolak perhatian dari khalayak.6 siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya. [1] Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen produk-produk pertanian, dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia Saat ini, para penggiat dunia desain kemasan biasanya mengkonsep gagasan-gagasan mereka pada kertas untuk kemudian diperjelas menggunakan software seperti Photoshop, Corel, atau AutoCAD. Sungguh jauh berbeda dari desainer kemasan era dulu yang mungkin hanya mengandalkan kertas atau papan tulis sebagai media untuk menumpahkan sekaligus mengekspresikan ide yang menari-nari di kepalanya. Di dalam proses desain, hal yang paling mungkin dipikirkan oleh para pekerja seni jenis ini adalah soal bentuk/wujud dan kombinasi warna dari kemasan itu sendiri. Di tahapan ini, para desainer cenderung menomorduakan perkara bahan atau besar-kecilnya kemasan. Fokus mereka mungkin hanya untuk bentuk dan warna. Itu dulu. Dan ketika berbicara bentuk, para desainer kemasan produk dituntut untuk menjelajah kemungkinan-kemungkinan tecapainya sebuah kemasan yang bisa diterima oleh target pasar, atraktif, unik (baca: tidak sama dengan kemasan merk lain) sekaligus mampu mendongkrak 6Felisitas,
Johan. Prinsip desain (2014,8 Oktober). Diakses dari http://www.ilmugrafis.com/artikel.php?page=prinsip-prinsip-desain-grafis
22
penjualan. Bila Anda ingin contoh, amati dan lihatlah desain kotak produk-produk besutan Apple seperti Macbook Air dan iMac. Ketika Anda melihat kemasan dua produk laris ini, Anda pasti setuju bahwa ini adalah contoh kemasan yang layak diberi nilai A+. C.
Evaluasi Bila Anda sudah sampai ke tahap evaluasi, ini berarti proses desain sudah selesai. Dengan
kata lain, Anda dan tim Anda berarti sudah mempunyai gambaran jelas tentang bentuk/wujud dan kombinasi warna kemasan yang akan Anda pakai untuk produk Anda. Di fase ini, ada hal-hal tertentu yang layak untuk dipikirkan. Berikut diantaranya; a) Bentuk/wujud kemasan Misalkan Anda ingin menjual habbatussauda yang akan dikonsumsi oleh anak-anak, bentuk kemasan seperti apa yang pantas digunakan? Bentuk tabungkah? Bundar seperti bolakah? Atau disamakan saja seperti botol habatussauda lainnya? b) Kombinasi warna Bila bentuknya sudah dirasa pas, cocokkah kalau menggunakan warna merah muda? Jika jawabannya 'ya', aspek apa yang hendak Anda tonjolkan dengan warna itu? Dan bagaimanakah cara Anda mengkomunikasikannya dengan konsumen Anda? c) Ukuran Apapun kemasan produk Anda, tampaknya bangun itu akan selalu berwujud tiga dimensi. Bicara tentang tiga dimensi akan membawa kita ke persoalan volume atau ukuran kemasan. Berapa banyak varian kemasan yang hendak Anda lepas untuk konsumen Anda d) Peringatan Perlukah mencantumkan peringatan tertentu di kemasan Anda? Misalnya batas usia minimal konsumen Anda atau batas berat atau tinggi badan minimal untuk pengguna produk Anda. e) Informasi Termasuk di dalamnya tentang nutrisi bila produk Anda adalah produk yang bisa dimakan/diminum. Mungkin juga info seputar kandungan bahan pembuat produk bila Anda menjual bumbu penyedap atau suplemen yang merupakan olahan herbal. f) Bahan Bila semua aspek di atas sudah klop, Anda mungkin sampai ke aspek yang satu ini. Apa ya bahan pembuat kemasan ini? Botol dilapisi kacakah? Karton tebal yang mudah didaur ulangkah? Plastik mungkin? Papan atau kayu-kayuankah? Hmmm, kreativitas Anda harus benarbenar diperas di sini. 23
D.
Pembuatan kemasan produk
Bila kemasan yang sudah Anda rancang dan evaluasi ini dirasa sudah pas, sekarang waktunya Anda untuk membuatnya. Tapi hei, tunggu dulu. Enaknya buat sendiri atau order ke pihak ketiga? Tergantung Anda sendiri. Bila barang yang akan Anda jual adalah barang yang sifatnya limited edition dengan banderol harga selangit, saya kira membuat dan memproduksi sendiri kemasan produk tersebut adalah sesuatu yang masuk akal. Ini pun dengan catatan Anda dan tim Anda bisa melakukannya. Bila tidak, ya serahkan saja kepada pihak ketiga yang mampu melakukannya. Begitu pula dengan barang yang sifatnya publik alias massive alias non limited edition, alih-alih membuat kemasannya sendiri, saya pikir akan lebih baik bila menyerahkannya ke pihak ketiga yang mampu melakukannya. Pun dengan catatan bahwa Anda dan tim Anda memang tidak atau belum memiliki fasilitas maupun sumberdaya yang mumpuni untuk membuat kemasan produk Anda. E.
Pengemasan tradisional
Ragam kemasan makanan tradisional yang sering dijumpai seperti kemasan dengan menggunakan daun pisang, kelobot jagung (pelepah daun jagung), daun kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati. Cara pengemasannyapun dilakukan dengan berbagai macam cara seperti dapat dilihat dalam Tabel berikut : Cara mengemas
Bahan kemasan Daun pisang
Menggulung
Daun bambu Daun/kelobot jagung Daun pisang
Merobek
Daun jambu
Membalut dengan pembalut
Menganyam
Daun pisang Daun kelapa Daun kepala
24
Tabel 4. Pembuatan Kemasan Pengemasan, diatas bertujuan untuk melindungi makanan dari kerusakan, juga merupakan daya pikat-bagi orang agar terpesona untuk menikmatinya.[2] i. Persyaratan Bahan Kemas Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu dipertimbangkan aspekaspek mutu produk yang akan dilindungi. Mutu produk ketika mencapai konsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metoda pengolahan dan kondisi penyimpanan. Dengan demikian fungsi kemasan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Kemampuan/daya
membungkus yang
baik
untuk memudahkan
dalam
penanganan,
pengangkutan, distribusi, penyimpanan dan penyusunan/ penumpukan. Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya perlindungan dari udara
panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing, benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme. Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini identifikasi, informasi dan
penampilan seperti bentuk, warna dan keindahan bahan kemasan harus mendapatkan perhatian. Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan pasar, sasaran masyarakat
dan tempat tujuan pemesan. Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah
dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak. Dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi kemasan tersebut maka kesalahan dalam hal memilih bahan baku kemasan, kesalahan memilih desain kemasan dan kesalahan dalam memilih jenis kemasan, dapat diminimalisasi. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut maka kemasan harus memiliki sifat-sifat : Permeabel terhadap udara (oksigen dan gas lainnya). Bersifat non-toksik dan inert (tidak bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia) sehingga dapat
mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk yang dikemas. Kedap air (mampu menahan air atau kelembaban udara sekitarnya). Kuat dan tidak mudah bocor.
25
Relatif tahan terhadap panas. Mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif murah.[3]
ii. Penggolongan Kemasan Cara-cara pengemasan sangat erat berhubungan dengan kondisi komoditas atau produk yang dikemas serta cara transportasinya. Pada prinsipnya pengemas harus memberikan suatu kondisi yang sesuai dan berperan sebagai pelindung bagi kemungkinan perubahan keadaan yang dapat memengaruhi kualitas isi kemasan maupun bahan kemasan itu sendiri. Kemasan dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal antara lain: 1. Frekuensi Pemakaian Kemasan Sekali Pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai.
Contohnya bungkus plastik es, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng. Kemasan yang Dapat Dipakai Berulang Kali (Multi Trip), seperti beberapa jenis botol minuman
(limun, bir) dan botol kecap. Wadah-wadah tersebut umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Kemasan yang Tidak Dibuang (Semi Disposable). Wadah-wadah ini biasanya digunakan untuk
kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai, misalnya kaleng biskuit, kaleng susu, dan berbagai jenis botol. Wadah-wadah tersebut digunakan untuk penyimpanan bumbu, kopi, gula, dan sebagainya.
2. Struktur Sistem Kemas Berdasarkan letak atau kedudukan suatu bahan kemas di dalam sistem kemasan keseluruhan dapat dibedakan atas : Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol
minuman, bungkus tempe) Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya,
seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus, keranjang tempe, dan sebagainya. Kemasan Tersier dan Kuartener, yaitu apabila masih diperlukan lagi pengemasan setelah kemasan
primer, sekunder dan tersier. Umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan. 26
3. Sifat Kekakuan Bahan Kemas Kemasan fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan, misalnya plastik, kertas, foil. Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila
dipaksa dibengkokkan. Misalnya kayu, gelas, dan logam. Kemasan semi kaku/semi fleksibel, yaitu bahan kemas yang memiliki sifat-sifat antara kemasan
fleksibel dan kemasan kaku, seperti botol plastik (susu, kecap, saus) dan wadah bahan yang berbentuk pasta.
4. Sifat Perlindungan Terhadap Lingkungan Kemasan Hermetis, yaitu wadah yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, misalnya
kaleng dan botol gelas. Kemasan Tahan Cahaya, yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan logam,
kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan yang difermentasi. Kemasan Tahan Suhu Tinggi, jenis ini digunakan untuk bahan pangan yang memerlukan proses
pemanasan, sterilisasi, atau pasteurisasi.
5. Tingkat Kesiapan pakai Wadah Siap Pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah
sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya.
Wadah Siap Dirakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.
Kemasan Fleksibel Di samping jenis-jenis kemasan di atas, dewasa ini telah berkembang pesat sistem pengemasan secara fleksibel, yaitu sistem pengemasan yang dapat melentur mengikuti bentuk bahan yang 27
dikemas. Bahan pengemas fleksibel terdiri dari berbagai jenis kertas, cellulose films, film plastik, kertas timah coatings, bonding adhesives, dan kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Pengemas fleksibel ini banyak digunakan dalam pembungkusan berbagai komoditas dan produk olahannya seperti buah-buahan (manisan, pisang sale, durian, nangka), daging (abon, dendeng, sosis), ikan (dendeng ikan, krupuk ikan, ikan teri goreng), makanan lengkap (mie, bihun, sambal goreng), bumbu lengkap (gule, opor, rawon, dan sup), rempah-rempah (cabai giling, kunyit, pala, vanili), makanan lainnya (biskuit, kembang gula, dodol, coklat). Cara mengemas komoditas pertanian dan produk olahan dalam pengemas fleksibel dapat dilakukan dengan cara:
Secara manual, dengan menggunakan tangan tanpa bantuan alat/mesin. Contohnya : membungkus tempe dengan daun atau plastik, kembang gula, membungkus teh dalam kemasan kertas, dan sebagainya.
Semi mekanik, menggunakan tangan dengan dibantu peralatan tertentu, misalnya menutup botol kecap/minuman, penggunaan heat sealer untuk merekatkan plastik.
Mekanis, dengan mesin kemas yang digerakkan oleh tenaga listrik/motor berkecepatan tinggi. Umumnya proses pengemasan bersamaan dengan proses pengisian bahan dalam satu unit mesin seperti pengisian botol minuman ringan, obat-obatan, dan sebagainya. Pemasaran kemasan ini akhir-akhir ini menjadi populer untuk mengemas berbagai produk baik padat maupun cair. Dipakai sebagai pengganti kemasan rigid maupun kemas kaleng atas pertimbangan ekonomis kemudahan dalam penanganan.
28