DASAR TEOLOGI YANG TEGUH: PANDUAN TEOLOGI SISTEMATIKA DI PERGURUAN TINGGI
DANIEL RONDA www.danielronda.com
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY 2013 i
ISBN: 978-602-14128-1-7
DASAR TEOLOGI YANG TEGUH: PANDUAN TEOLOGI SISTEMATIKA DI PERGURUAN TINGGI Oleh: Daniel Ronda Diterbitkan oleh © 2013 oleh Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar Jl. G. Merapi No 103 Makassar, 90114 Sulawesi Selatan, Indonesia Telp. (0411) 3624129 Fax. (0411) 3629549 Email :
[email protected] website : www.sttjaffray.ac.id Penulis : Daniel Ronda Penyunting : Hengki Wijaya Desain Sampul : Hengki Wijaya Hak Cipta ada pada Penulis (Daniel Ronda)
Cetakan Pertama : Agustus 2013
Dilarang memproduksi sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
vii
BAB1 PROLEGOMENA Mengapa Belajar Teologi? Bahaya Berteologi Definisi Teologi Arti kata Teologi Dogmatika/Doktrin Teologi Sistematika Hubungan Teologi dengan ilmu-ilmu lainnya Aplikasi Ilmu Teologi dalam Kehidupan Kristen Bagaimana Cara Belajar Teologi?
1 3 4 4 4 5 6 8 9
BAB 2 PEWAHYUAN (PENYATAAN ALLAH) Penyataan Umum Penyataan Khusus Model dari Penyataan Khusus
12 13 14
BAB 3 TEOLOGI ALKITAB Firman Allah (1) Arti Firman Allah Kanon Alkitab (2) Tes Penerimaan Kanon Kanon Perjanjian Lama Bukti Kanon Perjanjian Lama Kanon Perjanjian Baru Proses Pengakuan Kanon Perjanjian Baru Bagaimana dengan Kitab Apokrifa? Penolakan Apokrifa sebagai Kanon Karakteristik Alkitab (3) Alkitab Memiliki Otoritas Alkitab Itu Jelas (Clarity atau Perspicuitas) Alkitab Itu Perlu (Necessity) Alkitab Itu Cukup (Sufficiency) Inspirasi (4) Bukti Atas Inspirasi Alkitab Ketidakbersalahan Alkitab (Ineransi) (5) iii
17 17 20 20 21 22 24 25 26 26 27 27 29 31 33 35 37 37
BAB 4 TEOLOGI ALLAH Eksistensi Allah (1) Mengenal Allah (2) Mengenal Allah (Seberapa Jauh Allah dapat Dikenal) Nama-Nama Allah (3) Nama-Nama Allah Sifat-Sifat Allah (4) Atribut (Sifat) Allah yang “Incommunicable” Definisi tentang Sifat Allah Klasifikasi Sifat Allah Sifat Allah yang “Incommunicable” Sifat Allah yang “Communicable” Suplemen: Allah yang Imanen dan Transenden: Seperti Apakah Allah? Allah Tritunggal (5) Beberapa Konsep Yang Keliru Tentang Trinitas Mengapa Ajaran Ini Penting? Pemakaian Analogi Allah Sebagai Pencipta (Penciptaan) (6) Prinsip Dalam Menghubungkan Alkitab Dengan Ilmu Pengetahuan Mujizat (7) Doa (8) Penciptaan Dunia Spiritual :Ajaran Tentang Malaikat (9) Asal Mula Malaikat Jumlah Malaikat Bentuk dan Rupa Malaikat Beda Malaikat dengan Manusia Adakah Malaikat Jatuh? Tugas dan Peran Malaikat
40 43 43 45 45 48 48 48 48 49 51 56 58 60 61 62 62 65 66 67 68 69 69 70 70 70 71
BAB 5 DOKTRIN TENTANG MANUSIA DAN DOSA Manusia (1) Pendahuluan Penciptaan: Mengapa Manusia Diciptakan? Manusia dalam Gambar dan Rupa Allah (2) Esensi Manusia Sebagai Ciptaan Allah Dosa (3) Arti Dan Ajaran Dosa Dalam PL Dan PB Pengaruh Dosa Status Dosa Dalam Kehidupan Orang Percaya iv
73 73 73 75 77 81 81 83 84
BAB 6 KRISTOLOGI DOKTRIN TENTANG YESUS KRISTUS Yesus Kristus (1) Ketuhanan Kristus Pra-eksistensiNya Ketuhanan Yesus Kemanusiaan Kristus (2) Bukti-bukti Kemanusiaan Kemanusiaan Versus KeAllahan Kristus Bagaimana Hubungan Keilahian Dan Kemanusiaannya? Pelayanan Kristus Kebangkitan Yesus Nama-Nama Kristus
85 85 85 87 88 91 91 92 92 92 93
BAB 7 PNEUMATOLOGI TEOLOGI TENTANG ROH KUDUS Pendahuluan Pribadi Roh Kudus (1) Keilahian Roh Kudus (2) Nama Roh Kudus (3) Simbol Roh Kudus (4) Karya Roh Kudus (5) Karunia-Karunia Roh Kudus (6) Apa Itu Karunia Rohani? Tujuan Adanya Karunia Rohani Berapa Banyak Karunia Rohani Dalam Gereja? Daftar Karunia Rohani Yang Ada Di Alkitab Bagaimana Kita Mencari Tahu Karunia Rohani Kita? Karunia Adalah Alat, dan bukan Tanda bahwa Seseorang Sudah Dewasa Kesimpulan Kepenuhan Roh Kudus (7) Masalah Baptisan Roh Pentingnya Dipenuhi Roh Kudus Tentang Bahasa Roh
v
94 94 97 100 102 105 115 115 115 115 115 116 117 118 118 118 120 121
BAB 8 EKLESIOLOGI TEOLOGI TENTANG GEREJA Hakikat Gereja (1) A. Arti Gereja B. Gereja Kelihatan (Visible) dan Gereja Tidak Kelihatan (Invisible) C. Gereja Itu Lokal dan Universal D. Metafora Gereja E. Gereja Sebagai Israel Baru F. Gereja dan Kerajaan Allah (Ladd, 146-156) Tanda Gereja Sejati (2) A. Gereja yang Benar dan Gereja yang Palsu B. Tanda Gereja yang Murni C. Karakteristik Gereja D. Menilai Gereja Saat Ini Tujuan Gereja (3) A. Hubungan Vertikal Kepada Allah Yaitu Penyembahan B. Hubungan Dengan Orang Percaya C. Hubungan Dengan Dunia D. Buat Keseimbangan Antara Ketiganya Kuasa Gereja (4) A. Kuasa Pengajaran B. Peperangan Rohani, Proklamasi Injil dan Penegakan Disiplin Gereja C. Kunci Kerajaan D. Hubungan Kuasa Gereja dan Kuasa Pemerintah E. Disiplin Gereja F. Kuasa untuk menyatakan kemurahan Allah Kepemimpinan Gereja (5) A. Kepemimpinan Dalam Gereja B. Jenis Kepemimpinan Gereja Sakramen Gereja (6) BAB 9 TEOLOGI ESKATOLOGI
124 124 124 125 125 125 126 126 126 127 128 128 129 129 129 129 130 130 130 130 131 131 131 132 133 133 133 134
Kematian (1) Akhir Zaman (2) Berbagai Pandangan Dan Gambar Kerajaan Seribu Tahun (3) Penghakiman Terakhir, Neraka, Dan Sorga (4)
143 145
DAFTAR PUSTAKA
147 vi
138 138
KATA PENGANTAR
Buku
ini
adalah
kumpulan
materi
kuliah
teologi
sistematika selama penulis mengajar di STT Jaffray Makassar. Buku ini diharapkan menjadi pegangan bagi mahasiswa yang menjadi fondasi kokoh sebagai seorang hamba Tuhan. Materi ini adalah dasar saja, dan diharapkan teologi itu bukan hanya deklarasi iman yang hanya dikuasai di kepala tetapi dihidupi sebagai respons kasih kita atas keselamatan yang Tuhan sudah nyatakan. Buku ini juga banyak dibantu pengeditannya oleh beberapa orang. Untuk itu disampaikan terima kasih kepada Hengki Wijaya, Dr. Agustinus Ruben dan Yonatan Salong, M.Th. (kedua dari terakhir adalah mantan asisten dosen) yang membantu mengajarkan materi ini. Buku ini ke depannya akan dikembangkan lebih baik lagi, sehingga buku ini secara luas dapat memberkati.
Makassar, Juni 2013
Daniel Ronda
vii
BAB 1
PROLEGOMENA Mengapa Belajar Teologi? Banyak pertanyaan yang diajukan orang Kristen yang tulus dengan mengatakan, untuk apa belajar teologi? Pertanyaan ini diajukan mengingat seringkali mimbar khotbah banyak berisi kajian teologis masa lalu dengan argumen teolog tempo dulu sehingga membuat jemaat bingung. Padahal teologi secara sederhana dipahami sebagai pokok-pokok iman sehingga perlu diketahui dan dipercayai setiap orang yang mengaku dirinya Kristen. Itu sebabnya tempat teologi bukan hanya di sekolah teologi, tetapi juga di gereja. Ada beberapa sebab mengapa semua orang perlu belajar teologi: Pertama, bahwa setiap orang percaya adalah teolog. Bahwa setiap orang yang mencari jawab atas pertanyaan tentang sesuatu yang mutlak/tertinggi, dia sedang berteologi. Misalnya, seorang yang mencari jawaban atas pertanyaan tentang eksistensi Allah dan bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan adalah seorang teolog.1 Atau ketika seseorang bertanya apa arti hidup, dari mana asal dirinya, apa tujuan hidupnya, dan ke mana hidup itu bermuara, maka dia sedang melakukan aktivitas teologi di mana pertanyaan itu diajukannya dengan mencari jawaban di Alkitab. Kedua, teologi adalah bagian yang sangat mendasar dalam pemuridan (Mat 28:20). Bila teologi didefinisikan sebagai studi secara sistematis tentang apa yang seluruh Alkitab ajarkan tentang berbagai topik, maka tugas dari setiap teolog adalah untuk mengikuti perintah Kristus yaitu memuridkan dengan “Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:20). Jadi dalam memuridkan ada pengajaran dan dalam pengajaran dilakukan dengan menguraikan makna Firman Tuhan dengan memberikan fondasinya. Itu adalah aktivitas teologi.
1
Lihat bahasan Stanley J. Grenz and Roger E. Olson, Who Needs Theology (Downers Grove, IL: InterVarsity, 1996), 13-15. 1
Ketiga, belajar teologi menyenangkan Allah. Yesus memberikan perintah yang terbesar dengan mengutip Shema dari Ulangan 6:5 yang menyatakan, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Mrk 12:30;Mat 22:37;Luk 10:27). Setiap orang percaya mengasihi Allah dengan pikirannya melalui perenungan akan kebenaran tentang siapakah Allah (God’s attributes) dan apa yang telah Dia perbuat (God’s actions). Jadi, dalam mengasihi Allah ada aspek kognitif yang terlibat, dan inilah pentingnya belajar teologi. Tuhan amat senang jika umatNya belajar teologi dengan hati, jiwa dan akal serta kebergantungan akan Tuhan. Keempat, teologi menyiapkan isi dari iman kita. Setiap orang pasti memercayai sesuatu. Yang membedakannya adalah apakah obyek dari kepercayaan atau imannya itu. Iman di dalam Alkitab memiliki satu obyek yaitu Allah sendiri. Teologi pada sisi lain adalah apa yang kita percayai tentang Allah. Iman adalah percaya kepada Allah dan komitmen untuk mengizinkan Allah memimpin dan memerintah kita. Dengan memiliki pengetahuan tentang Allah yang didapat lewat pembelajaran teologi, maka ini merupakan dasar untuk bertumbuh dalam kepercayaan di dalam Allah dan memiliki komitmen yang sungguh kepadaNya. Kelima, teologi menyiapkan pedoman untuk etika Kristen. Alister McGrath pernah menulis, “Ethics Rest Upon Doctrine.”2 Maksudnya adalah teologi harus menjadi dasar dalam melaksanakan prinsip-prinsip bagi tingkah laku orang percaya. Sebagai contoh dalam tulisan-tulisan Paulus, di mana dia selalu memberikan dasar teologis dahulu (indicatives) dan sesudah itu baru ada perintah (imperatives). Contoh, dalam Roma 6 berisi pernyataan-pernyataan (ayat 110) dan kemudian diikuti oleh beberapa perintah (ayat 11-14). Disadari bahwa etika yang solid dan benar adalah karena memiliki fondasi teologi yang baik. Ketika seseorang tidak ada fondasi teologis yang kuat, maka dipastikan etika mereka bersifat humanis dan hanya menjaga masyarakat sipil yang baik tapi mengalami kegamangan soal kegunaan dari memelihara etika yang baik.
2
Alister McGrath, Understanding Doctrine: Its Purpose and Relevance for Today (London: Hodder & Stoughton, 1990), 90-98. 2
Bahaya Berteologi Tidak dapat disangkal bahwa belajar teologi juga menimbulkan banyak masalah, baik dari masalah ringan sampai masalah yang tidak dapat terselesaikan yang mengakibatkan konflik. Masalah itu antara lain: Pertama, teologi seringkali menghancurkan kesederhaan Injil (Rom 1:16-17; 1Kor 1:17,15:1-11). Seringkali dalam berteologi para teolog terlalu rumit dan akademis yang menjelimet sehingga mengaburkan kebenaran yang sederhana tentang Injil. Seharusnya seorang teolog memiliki “seperti iman seorang anak.” Dalam berteologi seharusnya dihindarkan bentuk-bentuk yang komplikatif dan lebih baik mempertajam pengajaran Alkitab seperti: Apa artinya menjadi seorang Kristen? Apakah elemen dasar dari Injil? Apakah makna dari cerita kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus? Siapakah Yesus dan bagaimanakah hubungannya dengan Allah? Bagaimana kematian Yesus menyelamatkan kita? Apa arti iman? Apa arti mengikut Yesus? Teologi harus mampu menjembatani pertanyaan jemaat tentang imannya. Kedua, berteologi kebanyakan menjadi pengganti pengalaman bertemu Allah. Teologi sebagai suatu studi kebenaran tentang Allah seringkali menjadi pengganti yang palsu untuk pengalaman bertemu dengan Allah. Setiap orang perlu bertanya, untuk apa kita perlu memiliki pengetahuan teologi? Bila hanya itu untuk kepentingan pengetahuan, maka teologi akan memunyai dampak buruk bagi kita. Teologi dapat menyebabkan seseorang sombong dan angkuh. Terlalu menekankan pengetahuan intelek/kognitif dalam berteologi dapat menyebabkan seseorang bertumbuh jauh dari Allah. Tetapi pada sisi lain, kita juga harus menghindari upaya anti intelektual dan hanya berpusat pada pengalaman dan emosi belaka.3 Dapat disimpulkan bahwa mengetahui lebih tentang teologi tidaklah membuat seseorang lebih rohani. Ingat bahwa ada perbedaan antara mengenal tentang Dia dan mengenal Dia. Harus dihindari dalam berteologi untuk menggantikan studi tentang Allah dengan berjalan dan bersekutu dengan Allah. Pentingnya memahami bahwa dalam sejarah gereja awal sampai abad pertengahan, seorang teolog selalu memiliki 3
Grenz and Olson, Who Needs Theology, 55-56. 3
hubungan pribadi dalam bentuk meditasi kepada Allah yang panjang. Ketiga, berteologi dapat menjadi alat pemecah gereja. Ada ungkapan “Jesus unites, but theology divides.” Dalam banyak kasus, perpecahan gereja terjadi karena perbedaan teologi baik yang prinsipil maupun untuk hal-hal yang sifatnya sepele. Namun pada sisi lain, terlihat ada perkembangan yang menggembirakan bahwa ada lembaga yang terdiri dari berbagai denominasi dapat bersatu walaupun ada perbedaan teologi. Patut diperhatikan bahwa mengetahui lebih banyak tentang teologi tidak menyebabkan dia bisa menjawab semua pertanyaan kita. Ada banyak pendapat tentang suatu pokok Alkitab dan ini menghasilkan teologi yang berbeda-beda. Ini seharusnya bukan membuat perpecahan, kecuali memang telah menyimpang dalam pokokpokok dasar iman Kristen. Definisi Teologi Arti kata Teologi Kata “teologi” terdiri dari dua kata Yunani: theos yang artinya Allah dan logos artinya pengetahuan, hikmat atau akal, atau lego yang berarti berkata, berbicara, berpikir, memberitahu. Secara literal “teologi” berarti berbicara tentang Allah atau apa yang dipikirkan atau dikatakan tentang Allah. Dogmatika/Doktrin Ada teolog tidak suka memakai istilah teologi dan menggantikannya dengan dogma atau dogmatika. R. Sudarmo mengatakan, “Dogma ialah hasil penyelidikan orang percaya tentang Firman Tuhan yang ditentukan oleh Gereja dan diperintahkan untuk dipercayai.”4 Definisi ini berfokus kepada instruksi Firman Allah dan tidak menekankan berefleksi tentang Allah itu sendiri. Lagipula dogma ditentukan oleh suatu badan atau gereja. Sedangkan arti kata doktrin adalah suatu pandangan, pernyataan yang merupakan hasil dari proses berteologi dalam membahas hal-hal khusus. Misalnya doktrin tentang Allah bisa dibagi menjadi doktrin tentang kekekalan Allah, doktrin Trinitas, doktrin keadilan Allah, dan seterusnya.5 4
R. Sudarmo, Ikhtisar Dogmatika (Jakarta: BPK GM, 1986), 13 Bdk. Wayne Grudem, Systematic Theology (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1994), 25. 4 5
DAFTAR PUSTAKA
Becker, Dieter. Pedoman Dogmatika. Jakarta:BPK Gunung Mulia , 1991. Berends, Bill. Teologia Dasar. Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2010. Berkhof, Louis. A Summary of Christian Doctrine.London UK, Banner of Truth, 2009. Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 1: Doktrin Allah, terj. Yudha Thianto. Jakarta: LRII, 1993. Chung, Sung Wook. Belajar Teologi Sistematika Dengan Mudah (Bandung:Visi, 2011. Ebeling, Gerhard. Theology and Proclamation.London, 1966. Erickson, Millard J. Christian Theology. Manila: CGM, 1995. Fee, Gordon and Dauglas Stuart, How To Read The Bible For All Its Worth. Grand Rapids, Michigan:Zondervan, 1981. Gleason, Randall C. Life in the Spirit. Manila: ISOT ASIA, 1998. Grenz, Stanley J. and Roger E. Olson. Who Needs Theology. Downers Grove, IL: InterVarsity, 1996. Grudem, Wayne. Systematic Theology.Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1994. Harper, George W. Notes: Theology I. Manila: Alliance Biblical Seminary, 1996. Lukito, Daniel Lucas. Pengantar Teologia Kristen 1. Bandung: Kalam Hidup, 1992. McGrath, Alister. Understanding Doctrine: Its Purpose and Relevance for Today. London: Hodder & Stoughton, 1990. 5 147
Milne, Bruce. Mengenali Kebenaran. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993. Muller, Richard. The Study of Theology. Grand Rapids, Michigan:Zondervan, 1991. Packer, J. I. Keep in Step with the Spirit. Old Tappan,N.J.:Fleming H. Revell Co., 1984. Ryrie, Charles C. Teologi Dasar I. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1992. Scheunemann, D. Sungai Air Hidup: Roh Kudus dan PelayananNya. Malang: YPPII, 1979. Sproul, R. C. Essential Truths of the Christian Faith. Wheaton, Ill.: Tyndale, 1992. Sudarmo, R. Ikhtisar Dogmatika. Jakarta: BPK GM, 1986. Thiessen, Henry C. Teologi Sistematik. Malang:Penerbit Gandum Mas, 1995.
6 148