PERANAIY FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DALAM PERBANYAKAN JATI MUNA (Tectona grandrs Linn.f) MELALUI STEK PUCUK OIeh: Ls Ode Alimuddint)
ABSTRACT The arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) is not only play an importance role in improvement of nutrient uptake but also able modifu the roots system which produced through cuttings. This fungi produce plant hormonal i.e. auxin, gibberellin, and sytokinin. An auxin is especially important in stimulation of the adventitious roots initiation. The AMF inoculation, therefore, may increase the adventitious roots production as a prerequisite for life-cuttings, and its semilar with effect of syntetic plant growth regulator of IBA. Even so, the root initiation and spore or hyfa germination should be synchronized in order the effectiveness and efficiency of inoculation in cuttings bed was increased. The aims of the research were ( I ) to obtain the best inoculation technique of AMF for shoot-tip cuttings of Jati Muna, and (2) to estimate the successful of AMF inoculation based on the different inoculation period and additional of IBA. This research was conducted at Greenhouse of Forest Ecology and Silviculrure Laboratory of Bogor Agriculture Institute since March until July 2006. A Completely randomized design with three replications was used in this research. The treatments tried were control (S0), IBA 200 ppm (Sr), AMF inoculation simultanously with cuttings grown (S2), AMF inoculation I week after cuttings grown (S3), AMF inoculation 2 weeks after cuttings grown (So), IBA 200 ppm + AMF inoculation simultanously with cuttings grown (S5), IBA 200 ppm + AMF inoculation I week after cuttings grown (56), and IBA 200 ppm + AMF inoculation 2 weeks after cuttings grown (S7). Results of the research show that the best period for AMF inoculation was two weeks after cuttings grown, with or without IBA. The percentage of root colonization increased ranged from 12.38%o to 34.75o/o, particularly IBA was added. It was tends decreased when AMF inoculated simultaneously with cuttings grown. There was not significant different among treatments on percentage of life- and rooting cuttings. ln shoot heigh and number of leaf parameters tends significantly dereased by increasing of the percentage of root colonization. Results of the research also show that the irchitecture of rooting system was changed by AMF that indicated by increased number and length of secondary roots and total number and length of roots.
Key words: AIVIF, Shoot Tip.Cuttings, IBA, Jati Muna
PENDAHULUAN
Jati (Tectona grandis Linn.f) merupakan salah satu tanaman hutan yang terkenal untuk bahan bangunan dan meubel,
sehingga kebutuhan kayu jati di dalam maupun di luar negeri terus tmeningkat. Produksi kayu jati tidak seimbang dengan
kebutuhan sehingga masih banyak kekurangan pasokan. Pada tahun 1996 kebutuhan kayu sebesar 2,5 juta ml. dan 3
hanya terpenuhi 0,8 juta mt. pada tahun l99g pasokan hanya 0,66 juta m3 (Anonim, 2005).
Kabupaten Muna adalah salah satu jati yang cukup tuas pada masa lampau. Pada tahun 1970-an terdapat lebih
daerah hutan
dari 70.000 ha
pertanaman
ini hanya tersisa kurang dari 1.000 (Menhut, 7005 dikutip Husna, 2005), bahkan Jati Malabar Muna hanya tersisa l3 tanaman dan 7 tunggul bertunas (Leksono, 2001 dikutip Anonim, 2005). Produk kayu jati Muna mempunyai sifat yang khas, yaitu warna dan urat kayu yang indah serta ukuran kayu terasnya lebih sekarang
jati,
tetapi
) Staf Pengajar pada Jurusan Budidaya peinnian
ha
besar dibanding jati Jawa. Ini menunjukkan perlunya upaya konservasi populasi klonal turunannya melalui pembiakan vegetatif pohon "plus". Stek pucuk merupakan salah satu metode pembiakan vegetatif yang dapat dilakukan pada tanaman jati. Menurut Mahfudz et al. (2004) stek pucuk adalah pembiakan vegetatif secara makro dengan
52
menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas axilar pada media persemaian sampai berakar sebelum dipindahkan di lapang. Pentingnya pembiakan stek pucuk pada tanaman jati Muna adalah untuk menyelamatkan gen unggulnya, mengatasi kesulitan pembiakan melalui benih yaitu viabilitas dan produksi benih rendah (.self incompatibility 96-lA0%; Phengklai et al., 1997) dan keragaman tumbuh bibit di lapang tinggi serta untuk mensuplai bibit berkualitas secara cepat dalam jumlah banyak.
Beberapa
hasil penelitian
yang
menunjukkan keberhasilan pembiakan stek
pucuk antara lain dilakukan oleh Kajornsrinhan et al. (2004b) dengan
menggunakan bahan stek berumur 3 minggu
+ NAA (50:50 ppm) mencapai l00yo, sedangkan 200 ppm IBA merupakan konsentrasi terbaik untuk bahan stek berumur I dan I ,A bulan yaitu mencapai 98% stek berakar. Penerapan teknologi mikoriza pada stek belum banyak dicobakan, sedangkan perannya mampu menginisiasi pembentukan akar adventif (Verkade dan Hamilton, 1987; Scagel, 2001), sehingga marnpu mengubah arsitektul morfologi perakaran tahdman kaferta rtlehsintesa auksin yang dilepaskan di yang diberi IBA
Kombinasi FMA dan IBA bersifat sinergis, tetapi bervariasi menurut jenis tanaman dan isolat FMA yang terlibat. Penelitian tentang hal ini pada pembiakan stek juga masih sedikit (Scagel, 2001). Inokulasi FMA di bak penyetekan harus sinkron dengan pertumbuhan akar agar infektivitasnya lebih tinggi. Ketidak hadiran akar inang dalam waktu yang lama pada kondisi media yang basah dan lembab akan mempercepat kematian spora, sehingga upaya untuk menginokulasi stek akan gagal
Berhasilnya inokulasi
FMA di
bak
penyetekan akan meningkatkan efisiensi penggunaan inokulum FMA terutama pada pembibitan skala besar. Bibit bermikoriza hasil pembiakan stek pucuk juga akan lebih mampu beradaptasi pada kondisi tanah marginal karena memiliki sistem perakaran yang banyak dan didukung oleh mitranya yaitu FMA yang membantu penyerapan unsur hara melaiui hifa eksternalnya.
BAHAN DAN MET0DE Penelitian ini dilaksanakan di Rumah
sekeliling pangkal tunas stek
Kaca Ekologi Hutan dan Laboratorium Silviktrltur Fakultas kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung
terlibat dalam pembentukan akar adventif
April2006.
mengindikasikan bahwa FMA mernfunyai peran yang sama dengan zat perangsang akar sintetis seperti IBA. IBA mampu mempertinggi inisiasi
Bahan-bahan yang digunakan adalah propagul G. etunicatum, benih S. vulgore, benih 7i qyandi.s, zeolit, arang sekam, pasir, KOH 2,5 %, HCI l}Yo, HzOzz,s o , Glyserin 50 Yo, Trypan blue 0,02 %o, larutan PVLG, Merzer's reagen, aquades, bayclin, IBA, botol vial, pot kultur (berwarna), polybag l0 x l5 cm, Styrofoam, plastik transparan, dan
yang mempengdruhi perubahan-perubahan yang
ydhg diperantarai hormon (Scagel, 2001;Singh, 2002). Pengaruh ini
primordial akar melalui perangsangan sintesis de novo dengan enzim spcsifik,
mempertinggi ketersedian gula melalui hidrolisis dan translokasinya, mempertinggi jumlah dan re-distribusi amida dan nitrogenamino, dan perangsangan perluasan dinding sel (Hassing, 1986 dikutip Scagel, 2001). Akan tetapi, respon tanaman bervariasi
karena tidak hanya ditentukan oleh
konsentrasin ya y ang harus rendah, tetapi j uga ditentukan oleh sensitivitas sel-sel tanaman
yang dipengaruhi oleh kadar endogennya (Arteca, I 996).
hormon
c!
selanta satu bulan yaitu sejak Maret sampai
label.
Alat-alat yang akan
digunakan
meliputi : mikroskop dissecting, mikroskop binokuler, saringan spora (425 pm, 63 pm, 45 pm), . pinset spora, cawan petri, kaca obyek+cover glass, pipet, timbangan analitik,
oven, autoclave, kamera, counter, ayakan, higrometer, handsprayer, dan alat tulis.
Percobaan ini
menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Perlakuan yang dicobalan
AGRIPLUS,Volume 18 Nomor Lllanuari ZMg, ISSN0gS4-0Ug
I
53
adalah kontrol (S0), IBA 20A ppm (Sr), inokulasi FMA di bak penyetekan saat tanam (S2), inokulasi FMA di bak penyetekan I MST (S3), inokulasi FMA di bak penyetekan 2 MST (S4), IBA 200 ppm + inokulasi FMA di bak penyetekan saat tanam (S5), IBA 200 ppm + inokulasi FMA di bak penyetekan I MST (56), dan IBA 200 ppm + inokulasi FMA di bak penyetekan 2 MST (S7). Setiap perlakuan dan ulangan terdiri dari dua bak penyetekan dengan l5 stek pucuk/bak,
sehingga keseluruhan satuan
amatan
berjumlah 720 stek. Prosedur Penelitian
Mediurn tanam stek dan sungkup Medium penyetekan yang digunakan
adalah campuran arang sekam dan pasir (2:l). Medium ini merupakan medium terbaik untuk pembiakan stek pucuk tanaman
jati (Kajornsrichan, et al. 2004a). Medium dimasukkan dalam bak penyetekan berukuran
27 x 35 cm dengan ketebalan medium * 4 cm. Sungkup plastik transparan dari bahan Styrofoam (tebal 2 cm), berbentuk rumah, berukuran panjang 38 cm, lebdr 30 cm, tinggi l2 cm, dan tinggi kedua sisinya 7 cm dipersiapkan untuk mempertahankan kelembaban di sekitar media penyetekan
tengah
(Gambar l).
Inokulum FMA
Inokulum FMA (G. eluniccttunt) dikulturkan pada wadah pot (berwama) sebesar gelas aqua dengan media tanam zeolit steril. Pada setiap pot kultur ditanami 3 kecambah Shorgum vulgare umur I minggu dan diinokulasi propagul FMA sebanyak 20 glpot. Selanjutnya disiram satu kali sehari dan diberi pupuk dengan hiponex
I g/liter air seminggu sekali. Pada umur 3 bulan, dibuat bahan inokulum untuk diaplikasikan pada stek pucuk dalam
merah (25-5-20)
r-
bentuk propagul mikoriza yaitu campuran spora, hifa, dan akar terkoloni dalam suatu bahan carrier zeolit.
Benilr jati Muna
dipecahkan
dormansinya dengan cara dijemur di bawah terik matahari selama 24 jam dan direndam selama 24 jam secara bergantian selama 4 hari, kernudian diperam dalam karung goni
2 x 24 jam
menjelang benih
disemaikan. Selanjutnya benih disemaikan pada bak semai yang terbuat dari beton berisi media pasir yang telah diayak.
Pada saat
dipindahkan
l0 x
0
l.
Bak penyetekan dengan media campuran arang sekam:pasir (2: l) dan sungkup plastik transparan berbentuk rumah berkerangka Styrofoam
Bahan stek pucuk
selama
Garnbar
bibit berumur 2 minggu,
ke polybag
berukuran
15 cm yang berisi medium campuran tanah olah dan kompos (2: I ). Kemudian dipelihara dengan memberi air yang cukup untuk pertumbuhan bibit.
Zat pengatur tumbuh
Konsentrasi IBA yang digunakan adalah 200 ppnr, yaitu 0,02 g IBA diberi 2 tetes NaOH 2,5 N, ditambahkan dengan air aquades 100 ml, lalu digoyang-goyang hingga tercampur secara merata. Konsentrasi ini merupakan konsentrasi terbaik untuk stek pucuk jati satu mata tunas dari
bibit berumur I dan I t/z
bulan
(Kajornsrich an, et al., 2004). Pelaksanaan penelitian
Pembuatan stek pucuk
Stek pucuk satu mata tunas (ukuran
stek pucuk terbaik untuk tanaman jati; Kajornsrichan,
et al., 2004c) digunakan
dalam penelitian ini dibuat AGRIPLUS,Yolume 18 Nomot Lllanuad 2005, ISSN01S4-012|
-t
dengan
54
memotong pucuk bibit jati Muna yang telah berumur satu bulan dengan gunting stek di pagi hari. Pemotongan ini * I cm di bawah buku kedua dari pucuk dengan kemiringan
grid 0.5 cm. N adalah jumlah garis potong yang dilalui akar (Rowell, 1995).
langsung dinrasukkan ke dalam ember yang berisi air agar tidak layu. Daundaun yang ada dipotong dengan menyisakan
dilakukan pcwarnaarr akar dcngan menggunakan metode dari Brundrett et
45' dan
l/4 bagian daun.
dimana l" adalah kontanta 0.393 untuk lebar
Persentase kolonisasi akar. dihitung setelah
ctl.(1994) dengan rumus
%
Penanaman stek pucuk, pemberian IBA, dan inokulasi propagul FMA di bak penyetekan Setiap bak penyetekan ditanam 15 stek pucuk dengan jarak 4 x 4 cm pada kedalaman hingga node kedua tertutup. Pada perlakuan IBA sebelum stek pucuk ditanam
I
I
:
kolonisasi bidangpandangberm i koria
total bidangpandangyangtliamati
x 100%
Tinggi tunas (cm) dan jumlah daun (helai). Tinggi tunas diukur mulai dari titik pertemuan dua daun yang tersisa pada saat
terlebih dahulu direndam dalam larutan l0 menit. Pada perlakuan FMA, inokulasi dilakukan secara larikan
pembuatan stek.
(diantara baris tanaman) dengan takaran 30 g per bak penyetekan, dalt disesuaikan dengan
Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam (u.ii F) sebagai uji pendahuluarr. Apabila hasil uii rrrenuniukkan pengaruh yang signillkan maka dilaniutkan
tersebut selama
perlakuan waktu yang telah ditetapkan. Selanjutnya diberi sungkup lalu diatur secara acak menurut kaidah RAL. Pemeliharaan stek yaitu dengan cara pengabutan air saat tengah hari yang dilakukan setiap hari, terutama apabila kelenrbaban menurun. Pengamatan
Pengamatan dilakuan pada setiap satuan percobaan 4 minggu setelah tanam (MST) dengan peubah :
Persentase rumus :
oh
stek hidup. dihitung pucuk
stek
dengan
hidup
%
stek berakar, dihitung
stek
pucuk
=
HASIL DAN PEMBAHASAN
FMA terhadap
persentase stek hidup dan
(Tabel l). 'l'abel
I menunjukkan bahwa semua tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap persentase stek hidup dan dengan
berakar
Jumlah dan panjang akar primer
=
dan
sekunder. Panjang akar dilritung berdasarkan Grid Intersect Methul dcngan runtus : R : ).
stek berakar, dengan kisaran secara berurutan
antara 98-100% dan 95-100%. Kisaran persentase ini mirip dengan hasil penetitian Aitken dan Guy (2001) yaitu 90-100% stek hidup. Kemampuan hidup dan berakar stek pucuk jati Muna yang tinggi ini disebabkan karena memiliki semua zat endogen alami dan dalam jumlah yang cukup. Menurut lJartmann el ul. (1997). tanaman yang merniliki semua zat cadangan essensial alanri
(morfogen
akar) plus auksin
akan
membentuk akar dengan cepat pada saat dibuat stek dan ditempatkan pada kondisi lingkungan yang sesuai.
AGRIPLUS,Volume 18 Nomor 0ltanuart 20A8, ISSN0gfl4-012g
\.
e
Daya hidup stek Pengaruh perlakuan waktu inokulasi
perlakuan
IStet< Pucuk Berakar x 100% IStek yang Hidup
xN
dengan pengujian beda antar perlakuan menurut uji Duncan Multiple Range Te.st (DMRT) pada taraf kepercayaan 95 04.
berakar stek pucukljati Muna disajikan pada
IStek Pucuk Hidup x 100% IStek yang Ditanam Persentase rumus :
Analisis Data
g
55
Tabel
l.Persentase hidup dan berakar stek k iati Muna nada umur 4 M ST Stek pucuk Berakar (%)
Perlakuan
E
keluarnya akar adventif pada spesies yang sulit berakar adalah pembentukan cincin sclerenchyma diantara jaringan floem dan kofteks terus berlanjut. Perlakuan auksin akan menyebabkan perluasan dan proliferasi sel korteks, floem, dan kambium sehingga menyebabkan pecahnya cincin sclerenchyma ini ( llartnrann et ql., 1997). Suhu dan kelernbaban juga sangat menentukan keberhasilan pembiakan melalui stek, yang merupakan fungsi. dari surrgkup yang digunakan. Hasil pengukuran rataan suhu dan kelernbaban harian di sekitar rnedia penyetekan selama sebulan 28.75'C dan 90/8%. Suhu tersebut suaian dengarr suhu
Hiduo (% )
Ss
98,00
Sr
98,00
98,00
S2
r
00,00
100,00
S:
98,00
100,00
Sa
r00,00
98,00
s5
98,00
98,00
s6
100,00
r
Sz
98.00
98,00
00,00
terbaik untuk jati yaitu 23-28
(Mascarenhzs et al., 1993) dan kelembaban lrarus melebih 85% (Mahfudz et u\..2003). Menurut Hartmann et al. (1997), kelembaban
Stimulasi akar dengan pemberian 200 ppm IBA tidak memberikan pengaruh berarti terhadap kedua komponen ini. Perlakuan kontrol pun mampu hidup dan berakar dengan baik. Suatu indikasi bahwa stek pucuk jati Muna tidak memerlukan zat perangsang akar apabila kondisi lingkungan
udara yang tinggi akan mempertahankan suhu yang dapat diterima untuk regenerasi metabolisme yang diperlukan pada pangkal stek, menghindari tekanan panas pada daun,
dan mempertalrankan tingkat cahaya yang sesuai untuk fotosintesis dan produksi
mendukung bagi pertumbuhan stek.
fotosintat untuk pemeliharaan stek.
Pembentukan akarltunas adventif
I
suatu tanaman tergantung pada kemampuan sel-selnya untuk berdediferensiasi, yaitu
Pertumbuhan akar
awal sel-sel yang telah terdiferensiasi untuk menginisiasi pembelahan sel dan pembentukan titik kemampuan
Hasil uji DMRTos,65 terhadap pertumbuhan akar stek pucuk jati Muna disajikan pada Tabel 2.
tumbuh meristem baru. Halangan mekanis Tabel 2 Pertumbuh m ana kar stek ki Akar Prinrcr
Pcrlakuan
JA
PA(crn)
Jl'A(cnr)
t3.00 k
t.00 k
t.00
16.(x)'b
0.97
h"
2,00
t4.00
h.
1,23
0b.
Sr
2.00
22.fi)
"h
l.4g
ob
s4
2,00
1g,00
"b
1,42
^b
s5
2.00
9.00
s6
2,00
20.00
Sr
2.00
30.00
so
sr s2
Kcterangan
2,00
:
c
"b u
t,57
u
0.94
'
1.00
b'
Nilai yang diikuti huruf
r Muna Akar Sekundcr JA l'A(cnr) b
umur 4 MST Akar'lirtal
'l'l'A(cm) h"
t5,83
ah
0.g7
h.
l5.ttl
rh
t7, r3
ab
1.23
ub"
t7.t3
ab
l.4g
uh
1.42
"b
2,53
27.97
25.9t
a
t4,74
b
t
9.58
27,67
ab
a
t.57
"
0.94
c
l.u)
h'
'l'l)A(cm)
.r1'A
1.00
|
uC
14.00
b"
t7.90
17.(x)
nh
22.4(r
b"d
16.00
b"
23.19
b"d
27.97
23.00
0b
35.60
ob
25.9r
20"00
uh
34.75
ub
'
20.93
cd
"b
27
"
35.96
I
2.53
h
t4.'t4
b
r9.58
ab
27.67
I
1.00
22,00 32.00
aa
DMR'I' pada taraf kepercayaan 93 o/o. JA = jumlah akar, PA = panjang akar, TpA = rotal panjang akar, Jl'A =.iumlah t.tal akar
AGRTPLUS' volume 18 Nomor Lrlanuail 2009, rssN 0gs4-012s
36
d
^b" 0
56
Tabel 2 rnenunjukkan bahwa inokulasi FMA 2 MST (S4) menghasilkan total akar primer yang lebih panjang, tetapi hanya signifikan perbedaannya terhadap kontrol (So). Sebaliknya, tidak signifikan perbedaan jumlah akar maupun unit panjang akar primer diantara perlakuan meskipun diberi IBA, yang berarti stimulasi akar oleh
IBA tidak
menyebabkan
perubahan
proliferasi sel korteks dan floem. Inokulasi FMA 2 MST dan diberi IBA (Sz) mampu meningkatkan jumlah akar sekunder maupun total panjangnya. lni berarti waktu yang tepat untuk inokulasi FMA pada stek pucuk jati Muna. Pada periode ini akar telah tumbuh memanjang, dan langsung kontak dengan propagul FMA dan membentuk mikoriza., sebab menurut Aitken dan Guy (2001), stek pucuk mampu berakar dalam waktu 8-15 hari. Kombinasi IBA-FMA akan meningkatkan kadar auksin
jaringan akar secara kontinu, sehingga memicu proses dediferensiasi untuk
bernitrogen, dan fenolik sebagai faktor yang sangat penting agar stek dapat berakar.
Totaljumlah dan panjang akar pada perlakuan kombinasi FMA-IBA (Sr) tidak signifikan perbedaannya dibanding Sr, Sr, Sr, dan So. Meningkatnya jumlah total dan panjang akar stek jati Muna pada perlakuan tersebut dapat mensimulasikan kemungkinan keberhasilan dan adaptasinya untuk tumbuh di lapang lebih besar meskipun pada kondisi tanah marginal. Melalui peran kerapatan akar yang tinggi atau akar panjang serta adanya hifa eksternal FMA akan lebih meningkatkan jangkauan eksploitasi akar dan kapasitas serapan unsur hara.
Kolonisasi FMA dan pertumbuhan tunas Persentase kolonisasi tertinggi dihasilkan oleh perlakuan 56,, tetapi tidak signifikan perbedaannya dengan perlakuan
inokulasi FMA lainnya. lni disebabkan karena panjang akar primer pada semua perlakuan FMA relatif sama yaitu antara
menghasilkan titik tumbuh meristem baru. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa
4,05-5,77 cm (Tabel 2).
inokulasi FMA I dan 2 MST tanpa IBA (S:,So) mampu menghasilkan akar sekunder
yang banyak dan panjang sehingga
Akar stek jati muncul pada hari ke-8 maka panjang akar primer pada minggu ke-2 berkisar antara I,l0-1,51 cffi, sehingga
pola arsitektur perakaran. Suatu indikasi bahwa peran FMA sama
cukup efektif untuk terjadinya kolonisasi FMA. Hasil penelitian ini memperkuat kesimpulan Singh (2002\ bahwa panjang
mempengaruhi
dengan IBA dalam meningkatkan massa akar. Sesuai pula dengan pendapat Berta et al. (1995) bahwa kolonisasi FMA meningkatkan percabangan akar. Tidak signifi kan perbedaan pengaruh
IBA (Sr)
dibanding kontrol (So) karena sensitivitas sel-sel jati Muna terhadap IBA relatif rendah. Disarankan oleh Blakesley dan Chaldecott (1993) dikutip Arteca (1996)
bahwa sensitivitas sel terhadap ZPT lebih penting dibanding konsentrasi aktualnya. Sedangkan Hartmann et al. (1997) menyatakan bahwa keseimbangan ZPT dan
sejumlah kofaktor seperti gula. senyawa
akar efektif untuk terjadinya kolonisasi FMA sekitar 0,1-1,5 cm. Sedangkan akar terkoloni terpanjang terdapat pada perlakuan 57, tetapi tidak berbeda dengan Sr, Sn, dan 56 karena total panjang akar dan persentase koloni yang relatif sama (Tabel 2 dan 3).
Adanya kolonisasi akar
secara
sempurna dalam periode waktu 2 minggu menunjukkan tidak perlu dilakukan inokulasi
ulang pada saat pemindahan bibit di polybag. Diagnosa terhadap kolonisasi ini terlihat dari terbentuknya struktur-struktur mikoriza di dalam korteks akar trerupa appressorium. hifa, dan vesikel.
AGRIPLUS,Volume 18 Nomor 0ltanuari 2(M8, ISSN0854-0128
.t
e
c
57
Kolonisasi akar dan pertumbuhan tunas stek pucuk jati Muna pada umur 4 MST KolonisasiAMF Pertumbuhan Tunas Stek KA (%\ PAK (cm) Kelas' TT (cm) JD (helai)
Tabel 3. Perlakuan
I
Sr
0,00 0,00
Sz
1238
So
c
c b
Kelas
l,0g I,lg l,4g
3,00 3,00 4,00
0,00 0,00
b
1)1
a
10,45
u
t,90
a
4,00
a
10,20
u
1,35
bc
4,00
a
9,29
a
l,l4
bc
3,00
b
9,42
a
0,64
d
2,00
c
11,79
u
0,96
cd
2,00
c
b
bc bc ab
b b a
2
13,g4
Sr
"b
Kelas 2
Sr
15,41
ub
Ss
)1 1)
ab
34,75
u
32,79
u
Kelas 2
Kelas 2
So
Kelas J
Sz
Kelas 3
Keterangan
:
Nilai yang
pada kolom yang sama, berarti berbeda tidak signifikan huruf sama oada
pada tarafkepercayaan 95 7o.
TT = tinggi tunas, JD = jumlah daun, KA
:
kolonisasi akar, pAK = panjang akar
terkoloni
q
,s
Gambar 3. Kolonisasi Glomus etunicatum pada akar stek pucuk jati Muna
2 MST. (a) Struktur Appressorium (App) dan hifa ekstraradikal (He) dan (b) Vesikel (V) dan hifa inrraradikal (Hi)
(Pembesaran l00x)
Pada gambar 2a memperlihatkan dua
struktur appressorium sekaligus karena berasal dari hifa dikotom yang tumbuh memanjang dan bukan dari spora yang berkecambah. Sedangkan Gambar Zb
menunjuk(an struktur vesikel dan hifa intraradikel sebagai ciri genera Glo,mus. Terjadinya kolonisasi yang cepat ini mengindikasikan 'adanya kompatibilitas antara fungi G. etunicotunt dengan jati Muna. Peristiwa signaling tersebut sebelum
AGRIPLUS,Yolume 18 Nomot QlJanuari zMg, ISSNQ1S4-LU9
58
dan sesudah kolonisasi belum sepehuhnya dipahami (Smith dan Read, 1997), tetapi dilaporkan bahwa flavonoid merupakan salah satu diantara senyawa yang dilepaskan oleh eksudat akar yang terlibat dalam stimulasi pra-kontak pertumbuhan dan percabangan hifa (Giovannetti dan Sbrana, 1998). Pada perkembangan selanjutnya, hifa menuju akar inang dan menempel pada permukaan sel
epidermis akar dengan
membentuk appressorium (Gadkar et a\.,2001; Harrison, 1999). Selanjutnya diikuti oleh penetrasi hifa ke dalam korteks akar dan membentuk
hifa inter- dan intraselular dan intraselular
dan/ atau
arbuskular vesikel (C iovanneti dan
Sbrana, 1998).
Kuantifikasi akar terkoloni juga dapat dinyatakan dalam panjang akar terkoloni, sebab kolonisasi FMA senantiasa mengikuti pertumbuhan akar. Panjang akar
terkoloni sering dihubungkan
dengan
peningkatan berat kering akar (F.ason et al. 1999\ sebagai salah satu indikator pertumbuhan.
Tabel 3 juga menunjukkan bahwa perlakuan Sr mampu merangsang tinggi tunas yang lebih baik, dan berbeda secara signifikan dengan perlakuan lainnya kecuali 52. Sedangkan jumlah daun yang dihasilkan tidak signifikan perbedaannya dengan 52 dan Sa. Kemungkinan disebabkan oleh kompetisi terhadap cadangan makanan antara tanaman-
fungi relatif rendah, sehingga cukup untuk
menopang pertumbuhan tunas
So dan 57, bahkan lehih rendah dibanding
kontrol. Tampaknya, kolonisasi akar yang peningkatan
pertumbuhan tunas dan daun, sebagai akibat dari kompetisi tersebut. Menurut Johnson et
al. (1997) bahwa asosiasi mikoriza
langsung maupun setelah
dapat
bersifat parasitik setelah beberapa minggu inokulasi.
Fotosintat merupakan bahan utama untuk pertumbuhan tanaman maupun FMA. Menurut Rebertson (1999), fotosintat yang dialokasikan kesuatu daerah pengg4una (sini) tergantung pada fungsi sel-sel pengguno tersebut. Pada organ yang sedang tumbulr. fotosintat merupakan substrat untuk
I
I
perkembangan selanjutnya.
Pada tanaman bermikoriza. suplai
fotosintat yang rendah
'mengakibatkan
penurunan pertumbuhan (Smith dan Read, 1997\, karena akar bermikoriza merupakan pengguna fotosintat yang kuat dibanding akar yang tidak bermikoriza (Douds et al., 2000 dulam Bago e/ a|.,2000). Vierheilig er al. (2000) menyatakan bahwa transfer
fotosintat langsung ke sistem
akar
bermikoriza sekitar 4-20 % atau 3-4% lebih tinggi dibanding akar yang tidak bermikoriza sebagai akibat dari tingginya respirasi akar. Fotosintat yang ditranslokasikan dari
daun ke akar juga sangat berpengaruh
terhadap pembentukan akar. Hartmann et al. (1997) menjelaskan bahwa faktor yang menginduksi akar terdapat di dalam daun dan kuncup, sehingga harus ada sekurangkurangnya satu mata tunas untuk inisiasi akar.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesinrpulan
Kcsimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: (l) inokulasi Glomu.s etunicatum 2 MST di bak penyetekan merupakan waktu yang tepat dan cukup efektif untuk pernbiakan stek pucuk .iati Muna, dan infektivitasnya lebih besar apabila stek pucuk diberi perlakuan IBA; (2) dalam produksi stek pucuk jati Muna, inokulasi cukup diberikan satu kali pada saat di bak penyetekan: (3) inokulasi Glomus etunicatunt mampu mengubah pola sistem perakaran akar adventif stek pucuk jati Muna sebanding dengan penganrh IBA: dan (4) inokulasi FMA tidak berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan persentase daya hidup
AGRrPLas,volumc I8 Nomor L|lanuari zhag, rssNoss4-oua f-
mengalami
transformasi biokimiawi. Ukuran potensial dari pengguna merupakan hal yang penting dari f'ase perkembangan meristematis karena menentukan totaljumlah sel per organ. Oleh karena itu, suplai fotosintat merupakan faktor pembatas dalam inisiasi primordia daun dan
dan
pembentukan daun. Tampak pada penurunan tinggi tunas dan jumlah daun pada perlakuan
tinggi tidak diikuti oleh
mensintesis bahan sel-sel baru baik secara
€
59
dan persentase stek berakar stek pucuk jati Muna. Saran
Dalam
upaya
meningkatkan
efektifitas dan efisiensi
penggunaan
inokulum FMA pada pembiakan stek pucuk dapat ditempuh melalui inokulasi di bak penyetekan secara larikan dua minggu setelah penanaman stek.
Masih dibutuhkan informasi tentang pengaruh perbedaan cara inokulasi FMA yaitu cara sebar, larikan, dan dalam baris
tanaman di
bak penyetekan
dengan
menggunakan beberapa jenis FMA terhadap keberhasilan stek pucukjati Muna.
Kajornsrichan S, Chanpaiseang S, Piyapian
P,
Chairungsririkul T, Sumantakul V, Boontawee B. 2004b. Effect of auxin on the rooting ability of sprout-and shoot tipcutting of5- and 20-year-old-budding from the teak (Tectona grandis Linn.f)clone bank [Abstract]. .1. Forest Research. http://www. forest. go.th/Research/English/a bstracts_si I vic/sak7. htrn
T, Herawan, Hadayatmoko. 20A4. Strategi optimalisasi produksi bibit jati
Mahfudz
(Tectona grandis) m€lalui
teknik
perbanyakan stek untuk pengernbangan Flutan Rakyat. Biotifurda. http://www.bioti forda.or. id/artikei/i mages/ 4 la69e{ I l2a84.pdPPHPSESS|D= l74ad2 8c445dd I e7809f2be282 I ffl 5e
C, Smitinand T, Kartasubrata J, Laming PB, Lim SC, Sosef MSM. 1997. Tectona L.f, Prosea.
Phengklai
DAF'TAR PUSTAKA Anonim. 2005. Hasil seleksi pohon induk Jati
Muna perbanyakan bibit melalui kultur jaringan. Makalah disampaikan dalam Semiloka Kehutanan : Pemanfaatan lahan' lahan kehutanan yang terbuka karena "Penebangon Tanpct Rencana" sebagai
$
sumber pendapatan baru bagai masyarakat lingkungan hutan ataupun masyarakat pada umumnya pada tanggal l0-12 Juni 2005. Universitas Haluoleo. Kendari
Arteca RN. 1996. Plant growth subtances ; Principles and applications. New York. Chapman & Hall. Husnd. 2005. Pemanfaatan pupuk hayati mikoriza dalam rehabilitasi hutan jati di Sulawesi Tenggara. Makalah disampaikan dalam Semiloka Kehutanan : Pemanfaatan lahanlahan kehutanan yang terbuka karena
hnp:l/l ibrary.wur.n l/prosrom/tectona. htm I
[Nov 28, 1997]. Scagel CF. 200 l. Stimulation of adventitious rooting on cuttings from woody perennial plants by exprosure to inoculum of ericoid
and arbuscular mycorrhizal
fungi.
lnlernational utnfcrence on myutrrhizu.s. Adclaidc-Australia. http://www.arserin. gov/ars/Pac WesUCorval lis/herl/SCAC
ELWEB/ PRESEN TAI9N/| CO M%2Shandout%20 2001 .pdf.
Verkade SD, Hamilton
DF. t987. Effect of endomycorrhizal inoculum on root initiation and development of Viburnum sericea cuttings. ,J. Enviro. and Hort. 5 ..
80-250.
"Penebangan Tanpa Rencand' sebagai sumber pendapatan baru bagai masyarakat lingkungan hutan aiaupun masyarakat pada umumnya pada tanggal l0-12 Juni 2005. Universitas Haluoleo. Kendari
AGRIPLUS, Volume 18 Nomor LlJanuari 2WS, ISSN 0854-0Ug