Dari Cetak ke Digital: Kronik Budaya Literasi di Indonesia
Mohammad Rokib*
Abstrak Budaya literasi memainkan peran penting dalam menguatkan bangunan peradaban dunia. Dalam perjalanannya, literasi tidak hanya mewujud pada satu bentuk kecenderungan saja melainkan selalu menubuh dalam semangat zaman. Bentuk cetak sebagai media literasi selama berabad-abad pada gilirannya harus luluh dengan bentuk digital abad ini. Kesadaran publik terhadap kecenderungan baru media digital menandai semangat baru kesadaran literasi yang membentuk “literasi digital”. Melalui pendekatan diakronik kesejarahan, makalah ini berusaha mendeskripsikan bagaimana perkembangan literasi dari masa cetak hingga era digital dalam peradaban dunia khususnya dalam konteks masyarakat Indonesia. Argumentasi yang dikembangkan dalam makalah ini adalah keniscayaan untuk mengembangkan literasi digital sebagai refleksi atas sensibilitas dan kecerdasan baru generasi masa depan. Kata kunci: media cetak, literasi digital, sensibilitas baru.
*
Staf Pengajar Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya
dan
A. Pendahuluan
berhitung,
sebagian kalangan
Budaya literasi selalu menjadi
memahaminya sebagai kemampuan
penanda kemunculan pengetahuan di
berbicara, mengidentifikasi, mengurai,
setiap zaman. Di manapun produksi
dan memahami suatu permasalahan.
pengetahuan
Walter
dihasilkan,
di
sana
J.
Ong
(2002)
terdapat proses literasi yang menjadi
mendeskripsikan
jembatan
penyebaran
salah satu transformasi yang paling
pengetahuan. Penanda-penanda literasi
penting dalam sejarah peradaban yaitu
dapat kita lihat misalnya pada cerita
suatu peralihan dari budaya berbasis
tentang pemikiran dan kisah kematian
oral menuju budaya berbasis tulisan
plato zaman Yunani kuno, lembaran
yang dekat dengan media cetak.
teks surat surat raja-raja Mesir kuno
Peralihan
dalam papyrus, kakawin sutasoma,
dampak yang besar tidak hanya dalam
Negarakertagama, Babad Tanah Jawi,
kaitannya dengan perubahan struktur
Taurat, Zabur, Injil, Alqur’an, hingga
sosial masyarakat, namun juga pada
ebook dan surat kabar/media online.
munculnya cara baru manusia dalam
Setiap media literasi tersebut memiliki
berpikir dan merasa.
bagi
ruang dan waktunya sendiri yang di dalamnya
memerikan
pengetahuan
tertentu.
setiap
peradaban
memberikan
Sebelum manusia mengenal tulisan sejak sekitar 6.000 tahun silam, lebih
didominasi
oleh
diskursus dan wacana lisan atau oral.
telah
Model
transformasi
memunculkan media literasi sebagai
dengan
lisan
bentuk pertukaran dan penyebaran
kemampuan
pengetahuan. Ada dua jenis literasi
berkomunikasi
yang menjadi bagian dari diseminasi
secara langsung. Melalui cara inilah
pengetahuan yaitu keaksaraan (tulisan)
pengetahuan
dan kewicaraan (lisan). Keduanya
secara kontinyu dan rasa kebersamaan
sebenarnya tetap mengacu pada satu
komunitas dipelihara. Ciri-ciri lain
hal
dari
pokok
Meskipun
yaitu
literasi
dunia
menganalisis
tersebut
peradaban
Sudah jamak diketahui bahwa
dan
telah
pengetahuan. identik
dengan
kemampuan untuk membaca, menulis,
budaya
pemberian ekspresi,
pengetahuan
tersebut
menjadi
utama
untuk
dengan
komunitas
kolektif
oralitas peran
sifatnya
diwariskan
itu
penting yang
seperti bagi
agregatif,
175
berlebihan,
konservatif,
partisipatoris, situasional,
empatis,
homeostasional, korespondentif
dengan
lingkungan sekitar, dan lain-lain.
interaktif untuk memudahkan ingatan dan penarikan
struktur
narasi budaya literasi bersifat linier, progresif,
Hadirnya model komunikasi
informasi,
dan
solipsis
(Prasetyo,
2014).
tulis secara gradual menggeser budaya
Cara pandang modern yang
lisan sebagai cara utama memperoleh
lekat dengan tradisi literasi juga bisa
pengetahuan.
diartikan sebagai kemampuan nalar
Kehadiran
memunculkan wacana
tulisan
yang
lebih
manusia
untuk
mengartikulasikan
bersifat analitik, abstrak, dan objektif
segala fenomena sosial dengan huruf
yang menjadi preferensi baru. Jika
dan tulisan. Perkembangan teknologi
pada zaman dahulu wacana diutarakan
yang berpengaruh terhadap kehidupan
dengan tujuan agar didengar oleh
sosial
anggota komunitas secara langsung,
literasi.
kini ujaran diinskripsikan dalam suatu
seringkali menunjukkan pemaknaan
media
baru atas literasi yang dapat diartikan
dan
dapat
diresepsi
oleh
juga
mempengaruhi Kehidupan
mutakhir
siapapun secara pribadi dalam ruang
sebagai
dan waktu yang berbeda dari saat
berpikiran kritis, dan peka terhadap
tulisan dibuat yaitu tulisan lewat
lingkungan sekitar. Literasi juga bisa
media khususnya cetak. Pengetahuan
dimaknai
sebagai
tidak lagi diwariskan dengan cara
seseorang
dalam
mengingatnya melalui memori yang
informasi tertulis atau cetak untuk
dituturkan,
mengembangkan
melainkan
mengobjektivasikannya
dengan ke
dalam
tulisan yang dikemas ke dalam buku
melek
makna
teknologi,
politik,
kemampuan memanfaatkan
pengetahuan
sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas.
dan dokumen (cetak). Pendayagunaan
Terlepas dari apapun makna
indra reseptif pun bergeser dari yang
mutakhir literasi, fakta pergeseran
mulanya berpusat pada telinga (untuk
bentuk literasi yang lebih didominasi
mendengar tuturan lisan)
dari oral dan cetak ke media digital
menjadi
berpusat pada mata (untuk membaca
menyisakan
pertanyaan
teks). Terakhir, jika struktur narasi
hubungan antara kehidupan sosial
budaya oral bersifat hegemonik dan
sehari-hari
dengan
terkait
sensibilitas
176
masyarakatnya. Melihat keterkaitan
masyarakat
antara kehidupan sosial masyarakat
memperoleh pengetahuan dari media
dengan varian bentuk literasi menjadi
digital pun membentuk kecerdasan
penting untuk mengetahui perubahan
dan
sekaligus perkembangan literasi itu
zamannya. Karena itu, makalah ini
sendiri.
akan
Perubahan
tersebut
harus
kontemporer
sensibilitas
yang
tersendiri
memerikan
jawaban
atas
dilihat melalui kerangka kesejarahan
pertanyaan
secara diakronis agar memperoleh
literasi dari cetak ke digital dari sudut
gambaran posisi literasi menghadapi
pandang kesejarahan dunia khususnya
dominasi
Indonesia?
teknologi
kontemporer.
di
Prensky
membuktikan
bahwa
dunia
bisa
teknologi
lepas
masyarakat
dari
seperti
perubahan
(2005) B. Pembahasan
modern, khususnya Amerika Serikat, tidak
bagaimana
di
sentuhan
handphone,
PC,
Literasi dan teknologi adalah dua kata yang sering didiskusikan dalam
sejarah
pengetahuan
laptop, gadget dan televise. Booth
pendidikan.
(2006) bahkan menekankan bahwa
memiliki bidang bahasan yang sangat
teknologi telah mempengaruhi tidak
spesifik. Namun, dua terma tersebut
hanya cara dan gaya hidup melainkan
telah
juga cara dan gaya belajar. Perubahan
sekaligus
simbol
ini tentu saja menuntut perubahan
kontemporer
yang
terhadap cara pendidikan literasi di
literasi teknologi khususnya literasi
dekati dan dianalisis.
digital. Yang dimaksud dengan literasi
tentang 2007;
Beberapa
studi
terdahulu
sejarah
literasi
(Shannon,
Smith,
membaur
digital
ini
keduanya
menjadi
penanda
masyarakat akrab
adalah
dengan
literasi
yang
menggunakan media digital seperti
telah
PC, tablet, android, dan jenis media
menitikberatkan pada pentingnya studi
layar lainnya yang bukan tradisional
literasi dalam konteks pengaruh dunia
seperti
cetak, tulisan ini akan lebih fokus
lembaran lain). Sejauh ini belum ada
terhadap dunia literasi kontemporer
konsensus tetap para pakar terkait
yang lekat dengan teknologi atau
definisi
literasi
Sebagian
digital.
2002)
Memang,
dan
Sebab,
cara-cara
media
dari
cetak
literasi
besar
(buku
digital
pakar
dan
ini. lebih
177
mengarahkan istilah ini kepada bidang
literasi
komputer, sebagian lain ke bidang
membaca dan menulis. Definisi klasik
sosial.
itu terlalu sederhana untuk digunakan Menurut Jenkins (2009: 5-15),
literasi
digital
menggantikan
tidak
serta
bentuk
merta literasi
berarti
kemampuan
untuk
dalam dunia yang multi-wajah dan kompleks seperti saat ini. Karena itu sangat
penting
melihat
definisi,
tradisional. Istilah ini terbangun di atas
penggunaan, dan transformasi dari
fondasi bentuk literasi tradisional.
istilah ini. Menurut Barnhart dan
Secara
Steinmetz (1988), literasi dibentuk
sederhana,
literasi
digital
mengawinkan dua terma yaitu digital
pada
dan literasi. Namun sejatinya istilah
mengkombinasikan kata literate dan
ini lebih kompleks daripada sekadar
akhiran -cy. Kata literate sendiri
kombinasi keduanya. Sebagai contoh,
muncul sebelum tahun 1425 sebagai
terdapat istilah informasi digital yang
kemampuan
merupakan
menulis.
representasi
simbolik
tahun
1883
untuk
Kata
dengan
membaca
tersebut
dan
berkaitan
sebuah data. Adapun literasi merujuk
dengan kata Latin lit(t)eratus yang
pada ketrampilan untuk membaca
bermakna
pengetahuan, menulis secara koheren,
[menulis atau memahami]” (Barnhart
dan berpikir secara kritis tentang kata
& Steinmetz, 1988, h. 602). Tahun
yang
dapat
1878, Noah Webster mendefinisikan
dikatakan secara simplifikatif di sini
secara sederhana sebagai “learned” (h.
bahwa literasi digital adalah sejenis
188). Baru tahun 1892, kamus bahasa
kemampuan
dan
Inggris Webster mengartikan literasi
menulis serta menganalisis obyek
dengan “instructed in learning and
digital yang biasanya tersaji dalam
science” (melatih belajar dan sains).
layar yang bukan cetak.
Ini tentu menarik untuk dicatat bahwa
tertulis.
Karena
untuk
Untuk pemahaman
itu,
membaca
membangun terkait
istilah
definisi
“lettered
tersebut
or
bahkan
learned
tidak
yang
menyebut perilaku/aktifitas membaca
memang tergolong baru baik dalam
yang sekarang dihubungkan dengan
dunia sejarah pengetahuan maupun
arti lawas: membaca dan menulis.
pendidikan, pemikiran yang disepakati
Kamus
banyak orang menganggap bahwa
menulis bahwa literasi adalah “the
Online
Merriam-Webster
178
quality or state of being literate
Dunia
[kualitas atau pernyataan menjadi
khususnya
melek
lebih senang menggunakan istilah
huruf]”
yang
didefinisikan
pendidikan
di
Indonesia,
sekolahan,
nampaknya
sebagai “educated, cultured; able to
pengajaran
read and write; versed in literature,
bahasa daripada menggunakan istilah
creative, and having knowledge or
literasi. Pada masa itu, membaca dan
competence"
Webster
menulis mungkin dianggap cukup
http://www.merriam-
sebagai pendidikan dasar bagi manusia
(Merriam
Online,
bahasa
atau
pelajaran
webster.com/dictionary/literacy).
guna menghadapi tantangan zaman
UNESCO
dan kehidupan sehari-hari.
(2005)
mendefinisikan
literasi dengan “kemampuan individu
Dalam pada itu, tulisan ini
untuk menulis dan membaca dengan
tidak
pemahaman
mendefinisikan
sederhana
dalam
kehidupan sehari-hari”.
secara
simplifikatif literasi
dengan
aktifitas membaca dan menulis an sich
Di Indonesia, kata literasi—
karena
sejarah
komunikasi
dan
yang mungkin maksudnya diserap dari
transformasi pengetahuan tidak hanya
literacy—sudah
digunakan
lewat tulisan melainkan juga oral,
dalam pelbagai forum baik formal
meskipun tulisan menjadi alat primer
maupun informal. Media dan tulisan
dalam saling tukar informasi. Dengan
akademis pun telah sedemikian rupa
demikian, literasi adalah kemampuan
menggunakan istilah ini. Namun, kata
untuk memperoleh makna dari variasi
ini belum bisa secara resmi dikatakan
simbol yang luas (huruf, gambal, peta,
sebagai serapan
bahasa Indonesia
grafik, matematika, notasi music, ikon
karena lema “literasi” belum masuk
computer, simbol alam dan politik)
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dan untuk memahami pesan yang
(KBBI) baik edisi IV maupun versi
disampaikan
online-nya
21
tersebut. Definisi ini juga tidak lepas
September 2014). Walaupun definisi
begitu saja dari sejarah literasi itu
lawas
sendiri
banyak
(akses
literasi
terakhir
adalah
kemampuan
membaca dan menulis, istilah literasi jarang
dipakai
dalam
dari
oleh
satu
simbol-simbol
peradaban
ke
peradaban lainya.
konteks
pembelajaran sekolah di Indonesia.
179
literasi. Sepuluh tahapan itu meliputi
C. Literasi dalam Kronik
Gutenberg
Peradaban
Press
1944,
Periode
Sejarah peradaban dunia telah
Kolonial 1607-1775, Revolusi tahun
mencatat bagaimana manusia dapat
1776-1839, Perang Sipil tahun 1840-
memahami alam sekitarnya melalui
1909, Periode Saintifik 1910-1924,
kemampuan
Kemunculan Riset 1925-1934, konflik
literer.
Baik
dalam
peradaban Barat (Yunani) maupun
internasional
Timur (Arab dan China), sejarah
Pengetahuan dan Revolusi Teknologi
literasi memainkan peran kunci untuk
1950-1969,
komunikasi
pemerintah 1970-1980, komputerisasi
dan
pengetahuan.
transformasi
Setidaknya,
1935-1949,
pesatnya
Perluasan
keterlibatan
terdapat
di sekolah tahun 1981-sekarang. Perlu
beberapa tahapan/fase model-model
diketahui bahwa konteks babakan
literasi yang terdapat dalam setiap
sejarah tersebut terjadi dalam konteks
peradaban dan kebudayaan. Namun,
kesejarahan Amerika Serikat yang
sejauh catatan sejarah tentang literasi
tentu saja dipengaruhi oleh perubahan
yang dapat dilacak di sini, peradaban
peradaban dunia secara umum.
literasi yang menitikberatkan pada
Dalam
konteks
kesejarahan
kemampuan menulis dengan media
Indonesia, setidaknya dapat dikatakan
cetak menjadi sejarah penting karena
ada 5 babakan Crowder yang relevan
bersifat massif (dapat di gandakan dan
untuk didiskusikan disini berdasarkan
disebar dengan mudah) dan trans-
lingkup
ruang (tak terbatas pada ruang publik
dunia, pengaruhnya ke Negara-negara
[umum; seperti ceramah] tapi juga
lain dan perkembangan atau respons
ruang privat).
masyarakat Indonesia atas perubahan
Crowder
(2009:
17-59)
tersebut.
kecenderungan
Tulisan
peradaban
ini
melihat
membuat
tahapan tentang
sejarah
pentingnya 5 babakan sebagai dasar
literasi
yang
dengan
dari literasi yang saat ini mewujud di
perkembangan teknologi sejak jelang
Indonesia. Periode tersebut antara lain
abad modern. Melalui analisis historis
1) Gutenberg Press 1944, 2) Periode
dan
Kolonial
diskursus
terkait
literasi,
Crowder
setidaknya
sepuluh
Saintifik 1910-1924, 4) Perluasan
periode perkembangan dalam bentuk
Pengetahuan dan Revolusi Teknologi
menemukan
1607-1775,
3)
Periode
180
1950-1969, dan 5) komputerisasi di
yang dilaksanakan melalui membaca
sekolah tahun 1981-sekarang.
dan
menulis.
menjadi 1. Periode Gutenberg Press 1440 Jauh sebelum invasi bangsa Eropa ke Negara-negara di Asia, Afrika
dan
Amerika,
teknologi
lebih
dinamis
dengan
dicetak pada masa ini. Gejala baru yang sedikit berbeda dengan
sebelumnya
kecenderungan
satunya
memperoleh
teknologi
baca-tulis
tersediannya buku-buku yang telah
sederhana sudah dimulai dengan salah pengembangan
Aktifitas
adalah
masyarakat pengetahuan
yang secara
cetak. Di Jerman khususnya kota
mandiri dan privat. Dengan membawa
Mainz,
Gutenberg
dan membaca koleksi buku cetak ke
membuat
ruang-ruang pribadi, rumah dan kamar
invensi teknologi baru cetakan yang
mereka, masyarakat dapat dengan
digunakan untuk mencetak buku-buku
leluasa meresapi makna sebuah tulisan
secara massal.
secara mandiri tanpa intervensi dari
percetakan
(Gutenberg
press)
telah
Meskipun terdapat
perbedaan pendapat
tentang siapa
pihak lain sebagaimana intervensi
yang pertama kali menemukan mesin
penceramah
ketika
mereka
cetak, mayoritas sejarawan sepakat
meyampaikan ajaran tertentu di ruang
bahwa Johann Gutenberg adalah orang
publik pengetahuan seperti tempat
pertama yang menggunakan mesin
ibadah dan perkumpulan tertentu.
cetak secara besar-besaran. Sebagian lain menggunakan mesin cetak untuk kepentingan penyebaran Kitab Injil ke berbagai
komunitas
dan
Negara-
negara selain Eropa.
mencetak
Periode ini sejak lama dikenal sebagai sumber dari penyebaran dan tukar pengetahuan interaksional antara
Periode Gutenberg press yang telah
2. Colonial Period 1607-
buku-buku
secara
penjajah penjajah
dengan yang
terjajah.
telah
melawat
Para ke
besar-besaran membuat transformasi
berbagai penjuru dunia tidak hanya
baru pengetahuan dari satu generasi ke
mengambil kekayaan wilayah jajahan
generasi berikutnya. Implikasi logis
melainkan juga membawa budaya,
dari
adalah
gaya hidup dan tradisi mereka ketika
keberlanjutan proses belajar mengajar
tinggal bersama dengan masyarakat
pencetakan
buku
181
terjajah. Salah satu budaya yang
bagi model pendidikan. Awalnya,
dibawa adalah membaca dan menulis
corak pendidikan terutama pada masa
pengalaman
selama
kolonial lekat dengan pendidikan yang
perjalanan. Kebiasaan tersebut sedikit
agamis sementara pada masa ini arah
demi sedikit tertular juga kepada
pendidikan lebih pada orientasi sains
penduduk
pribumi
berusaha
meniru
mereka
terjajah
yang
yang bersifat sekuler. Seorang guru
penjajah
yang
dapat
membawa kebiasaan baru.
mengajak
Salah satu motif yang cukup kuat
dalam
secara
penjajahan
bebas
dan
murid
eksperimentasi
sains
berani
melakukan dan
ujicoba
adalah
lainnya dengan cara belajar bersama-
penyebaran agama yang diajarkan
sama memahami maksud ajaran dan
melalui
untuk
pengetahuan baru. Berbeda dengan
memahami isi pesan dari Kitab dan
masa kolonial yang lebih memusatkan
atau ajaran tertentu. Di Indonesia,
perhatian pada ceramah guru.
aktifitas
baca-tulis
tradisi membaca dan menulis ulang
Adapun di Indonesia, masa ini
tulisan dapat dilacak misalnya pada
masih tergolong
masa kerajaan baik itu Hindu-Budha
Belanda yang mana literasi masih
maupun Islam melalui huruf-huruf
hanya dapat dinikmati oleh kaum elit
jawi
dan priyayi saja. Meskipun terdapat
maupun
Arab.
Kedatangan
masa
penjajahan
penjajah Belanda yang dating kemudia
banyak
membawa dampak pada literasi tulisan
secara
latin. Periode penjajahan ini memang
pembelajaran
terbukti memberikan pengaruh atas
pembelajaran tersebut masih terbatas
budaya literasi masyarakat terjajah.
pada kota tertentu. Adapun di desa dan kota
3. Periode Saintifik 1910-1924 Periode
ini,
menurut
komunitas-komunitas gratis
terpencil,
yang
mengajarkan
bca-tulis,
namun
masyarakat
lebih
banyak mengenyam ajaran baca-tulis Smith
Arab daripada Latin. Komunikasi dan
(2002), ditandai oleh penekanan baru
transformasi pengetahuan saat
atas
atas
didominasi oleh media tulis Arab.
ketrampilan membaca. Di Eropa dan
Dapat membaca dan menulis huruf
Amerika, sejarah mencatat bahwa
Latin bisa dikatakan adalah sesuatu
gerakan sains telah membawa dampak
yang cukup langka saat itu.
investigasi
saintifik
itu
182
sebagai media komunikasi sekaligus 4. Expanding
Knowledge
and
literasi masa itu.
Technological Revolution 1950 1969
McLuhan
(1956:
401)
mengkritik keras bahwa jika media
Periode
ini
ditandai
dengan
baru
televisi
di
Amerika
telah
meluasnya ide-ide demokrasi yang
mengganti secara total ekpresi dan
meluaskan akses dunia pendidikan
interaksi komunitas secara langsung
bagi seluruh lapisan masyarakat baik
dengan
elit maupun rakyat jelata. Adanya
masyarakat tersebut sebenarnya telah
perluasan pengetahuan dan revolusi
beralih ke periode post-literasi (pasca-
teknologi
literasi).
yang
berbagai
digunakan
kepentingan
untuk
visualisai
Dia
gambar,
mencatat
maka
bahwa
termasuk
perubahan tersebut tidak lagi mencipta
kepentingan peperangan mendorong
generasi yang secara keras dan tekun
sistem belajar di dunia pendidikan
berusaha belajar dan memahami buku-
untuk
buku dan manuskrip. Tetapi, budaya
melibatkan
mengembangkan dengan
dan
aktivitas
teknologi.
belajar
yang
dapat
baru
memperoleh
informasi
dan
pengetahuan tersebut dapat mencipta
digarisbawahi pada masa ini adalah
kemalasan
peran televisi yang secara besar-
pengalaman atau representasi realitas
besaran
hidup sehari-hari.
diklaim
turut
membantu
untuk
memahami
memudahkan program literasi pada
Sementara di Indonesia, tahun-
masyarakat secara luas. Boyd (2008)
tahun ini masih belum banyak yang
menyatakan
7000
memiliki televisi. Yang dominan pada
telivisi telah terjual secara cepat dalam
masa ini adalah radio sebagai media
waktu yang tidak lama. Pada awal
propaganda dan penyebaran informasi
1950, tercatat bahwa sekitar 9 persen
sekaligus sumber pengetahuan baru
warga Amerika memiliki televisi di
yang bersifat kilasan bila dibanding
rumah.
dengan buku dan manuskrip atau
bahwa
Tidak
sekitar
lama
kemudian
prosentase tersebut naik menjadi 92
tulisan cetak lainnya.
persen. Jumlah ini tentu saja secara otomatis
menggeser
peran
radio
5. Periode Komputer tahun 1981 -
183
Pada periode ini, IBM menjadi pabrik
pertama
yang
android lainnya. Penguatan literasi
mencipta
tidak hanya dapat ditularkan melalui
personal komputer atau PC yang dijual
media cetak saja melainkan layar-layar
secara luas ke masyarakat. PC ternyata
baru
tidak hanya dijajakan secara bebas di
varian bentuk penguatan literasi baik
pasaran bebas tapi juga digunakan di
dengan
sekolahan
maupun
sebagai
instruksi
dan
keahlian khusus yang mungkin lebih
telah
menawarkan
elektronik
berbagai
book
(ebook)
program-program
literer
interaktif lainnya.
prestisius disbanding dengan sekadar ketrampilan membaca dan menulis. Setiap murid dilatih dan diarahkan
D. Dari Cetak ke Digital: Kilasan Literasi di Indonesia
untuk bisa mengoperasikan komputer. Penggunaan
teknologi
secara
dalam perjalanan bangsa, literasi tidak
massif di sekolah-sekolah mencipta
bisa dilepaskan dari usaha pemerintah
kreativitas
model
melalui gerakan pemberantasa buta
pengembangan literasi namun pada
aksara. Sebagai Negara yang baru
saat yang sama juga melemahkan
berdiri,
kreativitas menulis para pelajar.
Sukarno berjuang keras memberantas
baru
ini
Sejarah telah mencatat bahwa
dalam
pemerintah
pada
masa
Di masa-masa awal penyebaran
buta huruf dengan menyebar guru-
komputer, buku dan media cetak lain
guru untuk mengajar ke pelosok-
tergeser cukup signifikan sehingga
pelosok desa. Soekarno (1962) pernah
memunculkan
menerangkan:
ilmuan.
kritik
Barulah
dari
pada
banyak
thap-tahap
“…
tatkala
kita
berikutnya komputer merambah ke
mengadakan proklamasi
berbagai bidang terutama penyebaran
kemerdekaan
informasi
melalui
internet
dan
tanggal 17 Agustus ’45,
seterusnya.
Bahkan,
inovasi
jenis
djumlah murid Sekolah di
pada
teknologi ini dapat disederhanakan
Rakjat
seluruh
sedemikian rupa sehingga berubah
Nederlandsch-Indie
menjadi tampilan yang slim, ringan
berapa? Pada waktu itu
dan multi fungsi sebagaimana hari ini
djumlah murid diseluruh
kita melihat gadget atau jenis-jenis
Nederlandsch-Indie…
184
adalah hanja ¾ djuta,
Indonesia. “… saja berkata, another
saudara-saudara.
greatest achievement is our succes in
Sekarang
berapa?
our campaign againts illiteracy, sukses
Sekarang sudah mendjadi
kami dalam memberantas butahuruf,
12 djuta, dari ¾ mendjadi
ini adalah djuga greates achievement.”
12 djuta. Dulu, saudara-
Terlepas dari segala bentuk klaim
saudara,
kita
keberhasilan tersebut, literasi yang
mengadakan proklamasi
dimaksud di masa itu adalah jelas
kemerdekaan
tentang baca-tulis sebagai hal dasar
tatkala
pada
tanggal 17 Agustus ’45,
pemberantasan buta aksara.
berapa djumlah murid-
Sebenanya, pada masa tahun
murid sekolah menengah?
1950-an terkait agenda pemberantasan
Djumlah
murid-murid
buta huruf atau buta aksara, ada buku
sekolah menengah pada
bacaan untuk semaian literasi dalam
waktu itu hanja kira-kira
mekanisme pemberantasan buta huruf:
75.000 orang. Sekarang
Terus dan Tjepat: Wanita di Pesisir
berapa? 1 djuta murid-
(Pustaka Rakjat) dan Terus dan Tjepat:
murid
sekolah
Laki-laki
menengah….
Saudara
(Pembangunan-Opbouw). Dua buku
djangan kaget, sekarang
ini jadi bukti ikhtiar negara untuk
sudah 120.000 mahasiswa
selebrasi berliterasi. Buku ini, tepatnya
dan mahasiswi…”
novel ini, telah menjadi penanda dari sejarah
Perjuangan
di
gerakan
Pegunungan
membaca
untuk
pemerintahan
melawan buta aksara waktu itu yang
Sukarno dahulu memang sangat erat
menampilkan tokoh, tema, peristiwa,
kaitannya dengan ambisi ambisi besar
pesan memberi ajakan reflektif bagi
untuk
huruf.
pembaca mengenai diri dan dunia.
Bahkan dalam Hari Proklamasi Bebas
Dua buku ini terbit di masa kekuasaan
Buta Huruf di Djakarta (27 Desember
Soekarno
1962) dia mengatakan bahwa agenda
fenomenal ketimbang Soeharto atau
pemberantasn buta huruf menentukan
presiden-presiden Indonesia.
pemberantasan
martabat
penguasa
buta
dan
sebagai “tokoh literasi”
negara
185
Fokus Indonesia awal hingga
memahami realitas kehidupan sehari-
masa Reformasi dalam kaitan dengan
hari baik itu penyerapan informasi
penyelenggaraan
virtual dari facebook atau media lain
literasi
adalah
penyebaran media cetak alias buku
maupun
secara
melalui bacaan ebook dan sejenisnya.
cukup
jangkauan
gencar.
Di
pemerintah,
masyarakat
telah
bergerak
untuk
luar
sebenarnya
secara
pemerolehan
pengetahuan
Sebagaimana definisi dalam
mandiri
makalah ini tentang literasi yang tidak
memperoleh
melulu urusan membaca dan menulis,
pengetahuan dari tukar informasi dan
kemampuan untuk memahami simbol-
pengetahuan
simbol tertentu termasuk teks-teks
melalui
penerbitan-
penerbitan buku dan majalah secara
tertentu
mandiri di berbagai kota-kota besar di
sekarang adalah kemampuan digital
Indonesia.
atau kecerdasan digital. Masyarakat
Gerakan
masyarakat
yang
dimiliki
tersebut sangat membantu perluasan
Indonesia
literasi saat itu. Barulah kemudian
secara aktif memanfaatkan media
setelah akhir pemerintahan Suharto
digital sebagai sumber informasi dan
dan jelang masa Reformasi, wujud
pengetahuan yang sadar atau tidak
literasi baru melalui media baru seperti
telah menggeser media cetak. Deretan
televise,
computer
novel dan buku-buku tebal perlahan
menguatkan penyebaran informasi dan
mulai dialihkan ke bentuk digital dan
pengetahuan. Masyarakat tidak hanya
secara
disuguhi oleh media cetak melainkan
Indonesia
juga media elektonik sebagai sumber
informasi dan pengetahuan dari media
pengetahuan dan informasi.
digital mereka.
radio
dan
khususnya
generasi
perlahan
para
pula
menikmati
pelajar
masyarakat komunikasi,
Pada masa Reformasi hingga tahun 2000an, komputer, internet, dan gadget
memainkan
sangat
Dalam pemerian kesejarahan
penting dalam penyebaran informasi
tentang perkembangan literasi, terlihat
dan menjadi media untuk memperoleh
jelas bahwa setiap masa memiliki
pengetahuan. Keakraban masyarakat
sensibilitas atau kecendeungan sendiri
Indonesia dengan media baru ini
untuk
membentuk
pengetahuan. Ketika teknologi cetak
cara
peran
E. Simpulan
sendiri
dalam
memperoleh
informasi
dan
186
ditemukan,
beramai-ramai
manusia
menggunakannya sebagai media untuk penyebaran pengetahuan. Demikian
the Word (2nd ed. New York: Routledge. Prasetyo, A. Galih. 2014. “Menulis
juga ketika televisi hingga layar digital
Pasca-Dekonstruksi” dalam
yang berbentuk gadget meluas dan
Verba Littera: Menyelam dalam
dimiliki
Belukar Aksara. Yogyakarta:
banyak
orang,
peralihan
kecenderungan tidak bisa dielakkan sebagai
tanda
semangat
baru
kesadaran literasi yaitu literasi digital.
Garudhawaca. Prensky, M. 2005. What can you learn from a cell phone? Almost anything!. Diakses pada 19
Daftar Pustaka
September 2014 dari
Booth, D. 2006. Reading doesn 't
http://www.innovateonline.info/i
matter anymore. Markham, ON: Pembroke.
ndex.php ?view=article&id=83 Shannon, P. 2007. Reading against
Boyd, L (2008). Brief history of the television industry. Duke Universities Digital Library
democracy. Portsmouth, NH: Heinemann. Smith, N. B. 2002. American reading
Collections Web site:
instruction. Newark, DE:
http://library.duke.edU/digitalcol
International Reading
lections/adaccess/radio-
Association.
tv.html#tv-history
Sukarno. 1962. Kepada Bangsaku.
Jenkins, Henry. 2009. Confronting the Challenges
of
Participatory
Tanpa Tempat: Panitya Pembina Djiwa Revolusi.
Culture: Media Education for the 21st Century. Cambridge, MA: The MIT Press. McLuhan, M. (1956). Educational leadership for a free world. Teachers College Record, 57, 400-403. Ong, Walter J. 2002. Orality and Literacy: The Technologizing of
187