dan ditingkatkan produksinya agar pendapatan petani meningkat. DAFTAR PUSTAKA
Rukmana, R dan Yuyun Yuniarsih.1996.Kedelai Budidaya dan Pascapanen.Kanisius.Yogyakarta.
Suprapto. 1993. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
ini yang membuat petani kedelai bisa mengalami kerugian. Kedelai yang dijual ini sudah berbentuk biji yang bersih, tidak dalam bentuk polong atau tanaman.Petani juga tidak ada yang menjual kedelai dalam bentuk polong ataupun tanaman kering. Semua dijual dalam bentuk biji yang siap digunakan untuk bentuk olahan lain. 3. Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Kedelai Pendapatan usahatani kedelai merupakan pendapatan bersih dari usahatani kedelai yang diperhitungkan dari selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani selama satu musim tanam.Pendapatan usahatani kedelai dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo Musim Tanam Mei – September 2013 Keterangan Per Usahatani Penerimaan Usahatani (Rp) 5.080.000,00 Biaya Usahatani(Rp) 2.290.424,13 Pendapatan Usahatani (Rp) 2.789.575,87 Efisiensi 2,22 Sumber :Analisis Data primer, 2013 Tabel 7.menunjukkan bahwa pendapatan usahatani kedelai sebesar Rp.2.789.575,87,per usahatani. Pendapatan usahatani kedelai dihitung dari selisih penerimaan usahatani
kedelai dengan biaya usahatani kedelai yang dikeluarkan. Bagi petani pendapatan usahatani kedelai ini merupakan hasil tam-bahan atau bonus dari usahataninya yang lain yaitu usahatani padi. Selain itu, bagi petani yang mengusahakan kedelai di musim penghujan, pendapatan usahatani kedelai ini dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan usahatani padi pada bulan berikutnya setelah tanam kedelai. Efisiensi usahatani kedelai sebesar 2,22. Hal ini berarti usahatani kedelai sudah efisien. Nilai 2, 22 menunjukkan bahwa setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan sebesar 2, 22 rupiah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Rata-rata biaya usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo dengan luas lahan per usahatani rata-rata 0,34 Ha adalah sebesar Rp. 2.290.424,13/MT, penerimaan sebesar Rp. 5.080.000,00/MT sehingga pendapatannya sebesar Rp.2.789.575,87/MT.Usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien dengan nilai R/C sebesar 2,22. Saran Usahatani kedelai mampu memberikan pendapatan dan sudah efisien sehingga perlu dikembangkan
besar yaitu Rp 50.000,00, jugakarena faktor ini tidak dapat ditunda dalam penggunaannya. Pada penanaman dan pemanenan perlu tenga kerja yang cukup supaya dapat terselesaikan dengan cepat dan tidak dapat dikerjakan oleh keluarga petani sendiri yang hanya rata-rata dua orang.Apabila tidak menggunakan tenaga kerja dari luar, petani ketinggalan dalam pena-namannya karena tergantung pada tersedianya air (air hujan) dan pada pemanenannya. Biaya sarana produksi yang dikeluarkan antara lain untuk benih, pupuk kandang, pestisida. Benih didapat dari membeli dari pedagang.Pupuk kandang diperoleh tertutama dari rumah tangga petani sendiri.Pestisida yang digunakan adalah Despan dan POMI.Kedua faktor produksi yang terakhir ini didapat dari kios atau toko pertanian yang ada didaerah tersebut. Biaya pajak dikeluarkan petani secara riil tetapi biaya penyusutan tidak riil dikeluarkan.Biaya pajak sudah dihitung oleh pemerintah tetapi biaya penyusutan dihitung dengan memperkirakan penggunaan alat tersebut dalam satu musim tanam dibandingkan umur teknis alat tersebut dengan harga yang telah dikeluarkan petani. Alat-alat tersebut antara lain sabit, cangkul, dan wangkil. Biaya transportasi digunakan untuk mengngkut hasil panen. Alat angkut yang biasa digunakan adalah pick up. 2. Penerimaan Usahatani Kedelai Penerimaan merupakan nilai jual atau hasil usahatani yang
diperoleh petani dalam suatu luas dan waktu tertentu (satu kali musim tanam).Penerimaan usahatani kedelai merupakan perkalian produksi kedelai dengan harga kedelai per kilogram.Penerimaan usahatani kedelai di Kabupaten Sikoharjo disajikan pada Table 6. Tabel 6. Penerimaan pada Usahatani Kedelai Di Kabupaten Sukoharjo Musim Tanam Mei – September 2013 Keterangan Luas Lahan(Ha) Produksi (Kg)
Per Usahatani
Harga (Rp/Kg)
9.633,33
0,34 515,33
Penerimaan 5.080.000,00 (Rp) Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Tabel 6.menunjukkan bahwa penerimaan usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo dengan rata rata luas lahan per usahatani sebesar 0,34 Ha adalah Rp.5.080.000,00. Hal ini diperoleh dari perkalian antara ratarata produksi yaitu 515,55 Kg per usahatani dengan harga kedelai per kilogram sebesar Rp.9.633,33. Penerimaan usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo cukup baik.Tetapi yang menjadi kendala adalah fluktuasi harga kedelai di pasaran.Hal ini bisa menyebabkan kerugian, misalnya pada waktu penanaman harga kedelai tinggi tetapi waktu panen harga kedelai turun.Hal
Keterangan :TKD: Tenaga Kerja Dalam/Keluarga, TKL : Tenaga Kerja Luar, HKP : Hari Kerja Pria
Tabel 5. Biaya pada Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo MT MeiSeptember 2013
Tabel 4.tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja usahatani kedelai sebanyak 34,68 HKP per usahatani. Tenaga kerja ini lebih banyak berasal dari tenaga kerja luar keluarga yaitu sebanyak 31,31 HKP per usahatani, sedangkan tenaga kerja dalam sebanyak 3,75 HKP per usahatani. Hal ini disebabkan sebagian besar petani sudah berusia di atas 60 tahun sehingga banyak menggunakan tenaga kerja luar.Selain itu anggota keluarga yang aktif dalam usahatani kedelai hanya petani dan dan isteri.
Sumber : Analisis data primer, 2013
C. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Kedelai 1.
Biaya Usahatani Kedelai Biaya usahatani yang dipergunakan adalah biaya mengusahakan.Artinya adalah biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga luar. Biaya mengusahakan yang digunakan dalam usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo ini adalah biaya untuk sarana produksi pertanian, te-naga kerja, pajak dan penyusutan, dan transportasi. Adapun biaya mengusahakan usahatani kedelai ini dapat dilihat pada Tabel 5.berikut ini :
No.
Jenis Per Biaya Usahatani 1.458.500,00 1. Biaya sarana produksi (Rp) 788.212,50 2. Biaya tenaga kerja (Rp) 27.224,83 3. Biaya pajak (Rp) 16.486,81 4. Biaya penyusuta n (Rp) Biaya 85.666,67 5 transportas i (Rp) Jumlah 2.290.424,13 (Rp) Sumber : Analisis data primer, 2013 Tabel 5.menunjukkan bahwa biaya mengusahakan kedelai ini adalah Rp.2.290.424,13,- per usahatani. Biaya yang terbanyak digunakan untuk tenaga kerja, yaitu Rp.788.212,5,- per usahatani. Biaya untuk sarana produksi sebesar Rp.1458500 per usahatani, pajak sebesar Rp.27.224,83,- per usahatani, biaya penyusutan alat sebesar Rp.16.486,81,- per usahatani dan biaya transportasi yaitu sebesar Rp.85.666,67,- per usahatani. Biaya yang terbesar dikeluarkan untuk tenaga kerja karena selain per HKP, upah tenaga cukup
Tabel 3. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo Musim Tanam Mei – September 2013 No.
Sarana Produksi
Per Usahatani
1.
Luas lahan (Ha) Benih (Kg) Pupuk Kandang (Kg) Urea (Kg) Pestisida (Despan) Pestisida (Pomi) Pestisida (PLC)
0,34
2. 2. 3. 3. 4. 4. 5. 5. 6. 6. 7. 7.
Tabel 4.. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo, Musim Tanam Mei – September 2013
Keterangan
27 32,4 12,5 0,833 0,666 0,8
Sumber :Analisis Data Primer,2013 Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat bahwa sarana produksi usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo dengan luas lahan per usahatani seluas 0,34 menggunakan benih sebanyak 27 kg, pupuk kandang 32,4 kg, urea12,5 kg, dan pestisida (despan) sebanyak 0,833 kg, pestisida (pomi) sebanyak 0,666, pestisida (PLC) sebanyak 0,8. 2. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Kedelai Tenaga kerja menjadi faktor produksi yang sangat penting dalam suatu proses produksi. Adapun penggunaan tenaga kerja pada usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat dari Tabel 4.sebagai berikut ini:
1. Pengolah an Tanah 2. Penanam an 3. Pemupuk an 4. Penyiang an 5. Pemanen an 6. Pembera ntasan hama 7. Pengangk utan Hasil Jumlah
TKD (HKP)
TKL (HKP)
Jumlah (HKP)
Per
Per
Per
UT
UT
UT
0,47
5,43
5,9
0,44
5,44
5,88
0,22
4,34
4,56
0,55
4,96
5,51
0,38
5,57
5,57
1,43
0
1,43
0,26
5,57
5,83
3,75
31,31
34,68
Sumber : Analisis Data Primer, 2013
Tabel 2. Identitas Petani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 No
Indentitas Petani
1. Rata-rata luas lahan (Ha) 2. Rata-rata umur petani (tahun) 3. Pendidikan Petani a. Tidak Sekolah (Jiwa) b. SD (Jiwa) c. SLTP (Jiwa) d. SLTA (Jiwa) e. S1 (Jiwa) 4. Jumlah anggota rumah tangga (Jiwa) 5. Anggota rumah tangga yang berusahatani (Jiwa)
Jumlah 0,34 59,6 2 25 2 1
0,34 Ha. Petani umumnya berada pada usia produktif, sehingga hal ini mampu mempengaruhi produktivitas petani dalam usahatani kedelai. Pendidikan petani yang sebagian besar adalah tamat sekolah dasar dan hanya sebagian kecil tidak sekolah menunjukkan bahwa petani belum menyadari akan pentingnya pendidikan. Selain itu juga disebabkan karena tidak mampu untuk membiayai sekolah. Hal ini akan mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan dan penyerapan informasi maupun teknologi dalam usahatani kedelai.
2,4
2
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa rata-rata lahan yang dimiliki oleh petani seluas 0,34 Ha. Rata-rata usia petani adalah 59,6 tahun. Usia ini tergolong produktif namun sudah mendekati tidak produktif. Pendidikan petani paling banyak adalah tamat SD. Hal ini menunjukan bahwa pendidikannya rendah. Jumlah anggota rumah tangga rata-rata 2,4. Yang ikut dalam usahatani rata-rata hanya 2 orang. Pengalaman berusahatani kedelai ini rata-rata selama 30,17 tahun. Jadi usahatani kedelai ini telah lama diusahakan oleh petani di Kabupaten Sukoharjo. Petani kedelai di Kabupaten Sukoharjo menguasai lahan rata-rata
B. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja pada Usahatani Kedelai 1. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Kedelai Sarana produksi yang digunakan dalam usahatani kedelai ini meliputi luas lahan, benih, pupuk kandang, pestisida (despan), pestisida (pomi), pestisida (plc), urea.Penggunaan sarana produksi pada usahatani kedelai dapat dilihat pada Tabel 3.berikut ini :
pendapatan dari usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo dan mengetahui efisiensi dari usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo, yang merupakan salah satu daerah sentra usahatani kedelai.Sampel kecamatan dipilih secara purposive yaitu kecamatan Weru dengan kriteria memiliki luas panen, produksi kedelai yang terbesar di Kabupaten Sukoharjo.Sampel Desa yang terpilih adalah Desa Krajan dan Karangayar karena memiliki luas panen dan jumlah produksi tanaman kedelai pertama dan kedua terbesar.Jumal sampel sebanyak 30 rumah tangga petani yang terdiri atas 16 rumah tangga petani di Krajan dan 14 rumah tangga dari desa Karanganyar. Data yang digumakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara. Analisis yang dilakukan meliputi: analisis biaya, pendapatan, dan efisiensi. Untuk mengetahui total biaya usahatani dihitung dengan biaya mengusahakan yaitu biaya alat-alat luar ditambah biaya tenaga kerja dalam keluarga. Total penerimaan adalah perkalian antara jumlah produk kedelai yang terjual dengan harga kedelai tersebut. Dirumuskan sebagai berikut : TR=QxPq……………………..(1) Di mana: TR = Total penerimaan (Rp), Q= Jumlah produk (Q), dan Pq = Harga produk (Rp)
Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya, dirumuskan sebagi berikut : Y=TR–TC…………………………(2) dimana: y= Pendapatan usahatani kedelai (Rp) , TC = Biaya total (Rp) dan TR= Total penerimaan (Rp) Untuk mengetahi efisiensi usahatani kedelai digunakan Revenue Cost Ratio. R/C Ratio Secara matematis dituliskan sebagai berikut : Efisiensiusahatani kedelai R = ………..(3) C dimana: R :Revenue ( penerimaan usahatani kedelai (Rp) ) dan C : Cost ( biaya yang dikeluarkan dalam usahatani kedelai (Rp) ) Kriteria :R/C > 1, berarti usahatani kedelai efisien, R/C = 1, berarti usahatani kedelai dalam kondisi break even point, dan R/C < 1, berarti usahatani kedelai tidak efisien. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Kedelai Petani sebagai pengelola yang menjalankan, mengatur, mengawasi usahatani kedelai menjadi faktor penting dalam usahatani kedelai. Petani yang tidak berpendidikan dan tidak berpengalaman akan menyebabkan usahatani tidak berjalan dengan baik dan menghasilkan produksi yang tidak maksimal. Identitas petani kedelai di Kabupaten Sukoharjo tahun 2013 adalah se-bagai berkut :
PENDAHULUAN
Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas,
Kedelai merupakan komoditas di Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan baku industry. Bahkan dalam tatanan perdagangan pasar internasional kedelai merupakankomoditas ekspor berupa minyak nabati, pakan ternak dan lainlain di berbagai Negara termasuk di Indonesia. Kebutuhan kedelai di dalam negeri tiap tahun cenderung meningkat terus-menerus, sedangkan persediaan produksi belum mampu mengimbanginya ( Rukmana dan yuyun, 1996 ). Menurut Suprapto (1993), perkiraan kebutuhan kacangkacangan termasuk kedelai meningkat sebesar kurang lebih 2,6% per tahun dan ini belum dapat diimbangi produksi, sekalipun berdasarkan luas panen, kedelai menempati urutan ketiga sebagai tanaman palawija setelah jagung dan ubikayu. Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu daerah produksi kedelai di Jawa Tengah.Di tingkat Eks Karisidenan Surakarta, Kabupaten Sukoharjo menempati urutan kedua terbesar.Meskipun pada tahun sebelumnya yaitu dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo tahun 2007-2011 tercatat ada penurunan produksi kedelai.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.berikut :
dan Produksi Kedelai di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2011 Luas Panen
Produktivita
Produksi
(Ha)
s (Kw/Ha)
(Ton)
2007
4251
21.61
9817
2008
3905
21.99
8536
2009
3996
23.13
9243
2010
3795
23.81
8990
2011
2722
18.57
5054
Tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tabel 1.diatas menunjukkan bahwa produksi kedelai di Kabupaten Sukoharjo fluktuatif mengalami penurunan seiring dengan semakin berkurangnya luas panen. Dalam usahatani kedelai, petani berusaha memperoleh keuntungan yang maksimum. Apapun akan diusahakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bahkan dalam kenyataan, petani menghadapi banyak keterbatasan baik keterbatasan lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.Tetapi dalam kondisi tersebut, usahatani kedelai tetap berjalan dan dusahakan untuk mencapai keuntungan yang diharapkan. Agar tercapainya tujuan dalam usahatani kedelai yaitu guna meningkatkan pendapatan rumah tangga petani, maka keputusan yang diambil petani dalam usahatani kedelai akan mempertimbangkan besarnya biaya yang dikeluarkan, penerimaan, pendapatan dan efisiensi. Berkaitan dengan kondisi luas panen, produksi usahatani kedelai di Sukoharjo yaang cenderung menurun maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan
ANALISIS USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO
Vitria Nurul Rossky, Wiwit Rahayu, Mei Tri Sundari Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 Email:
[email protected]. 085742988355 Abstrak : Penelitian ini bertujuan menganalisis besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dan tingkat efisiensi usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif.Pelaksanaan penelitian menggunakan teknik survey.Pengambilan daerah sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan daerah tersebut mempunyai luas lahan, produktivitas dan produksi kedelai terbesar.Kecamatan Weru terpilih menjadi kecamatan sampel dengan desa terpilih adalah desa Karanganyar dan Krajan. Penentuan petani sampel dilakukan secara proporsional random sampling sebanyak 30 orang yang terdiri dari 14 orang petani dari desa Karanganyar dan 16 orang petani dari desa Krajan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya usahatani kedelai sebesar Rp.2.290.424,13,-/Ha, penerimaan usahatani sebesar sebesar Rp.5.080.000,-/Ha dan pendapatan usahatani sebesar Rp.2789.575,87,-/Ha. Nilai R/C rasio sebesar 2,22,-/Ha menunjukkan bahwa usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien. Kata kunci: Usahatani, kedelai, pendapatan, efisiensi Abstract : The Script writing is based on the research which have aims to analyze cost, revenue, and efficiency of soybean farming in Sukoharjo Regency.The research method used is descriptive analttics. The research implementation uses survey technique. The taken area of sample be done on purpose (purposive sampling) which have widest area, largest productivity, and largest production of soybean. Weru subdistrict is chosen be sample of subdistrict and chosen village is Karanganyar village and Krajan village. Sample of farmers are chosen proportionally as much 30 people who consist of 14 farmers from Karanganyar village and 16 farmers from Krajan village. The result of the research shows that mean of wide farm is 0.34hectare. Cost of soybean farming is Rp. 2.290.424,13per farming, revenue Rp. 5.080.000, per farming and net return is Rp. .2789.575,87, per hectare. Efficiency of soybean farming in Sukoharjo Regency is 2,22. Key word: farming, soybean, return, efficiency