DAMPAK SUBSIDI SUKU BUNGA KREDIT INVESTASI DAN PENINGKATAN TARIF IMPOR KERTAS PADA PERMINTAAN DAN PENAWARAN PULP DAN KERTAS DI INDONESIA
ANGGRIANI OKTAVIA SITANGGANG
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Subsidi Suku Bunga Kredit Investasi dan Peningkatan Tarif Impor Kertas pada Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada pengguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014
Anggriani Oktavia Sitanggang NIM H44100006
ABSTRAK ANGGRIANI OKTAVIA SITANGGANG. Dampak Subsidi Suku Bunga Kredit Investasi dan Peningkatan Tarif Impor Kertas pada Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia. Dibimbing oleh NOVINDRA. Pulp merupakan salah satu bahan baku utama dalam memproduksi kertas, sehingga ketersediaan jumlah produksi pulp dapat mempengaruhi jumlah produksi kertas. Produksi pulp dan kertas yang tinggi belum mampu mencukupi kebutuhan permintaan pulp dan kertas dalam negeri. Peran pemerintah dalam penurunan suku bunga kredit riil investasi dan peningkatan tarif impor kertas sangat diharapkan demi meningkatkan produksi pulp dan kertas dalam negeri serta melindungi industri kertas Indonesia dari aktivitas impor. Penelitian ini dianalisis menggunakan model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Spesifikasi model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas terdiri dari 16 persamaan (14 persamaan struktural dan dua persamaan identitas). Dengan adanya penerapan kebijakan subsidi suku bunga kredit investasi bagi industri pulp dan kertas akan meningkatkan produksi industri pulp dan kertas. Peningkatan tarif impor kertas akan melindungi industri kertas dalam negeri dari produk-produk kertas dari industri luar negeri. Kata kunci : penawaran, permintaan, pulp dan kertas, subsidi suku bunga kredit, tarif impor kertas
ABSTRACT ANGGRIANI OKTAVIA SITANGGANG. The Impact of Real Interest Rate Subsidy for Investement and Increase of Import Tariff for Paper on Supply and Demand for Pulp and Paper in Indonesia. Supervised by Novindra. Pulp in one of the main materials in producing paper so that the availabilty of the quantity production of pulp may influence the quantity of the paper production. The high production of pulp and paper have not yet fullfilled necessary demand pulp and domestic. The goverment role in the decline interest rate for investement and the increase of tariff imported paper are expected to increase the production of pulp and domestic paper and to protect the industry domestic paper from import activity. This research is analysed by using econometric model inside in a form of equations. The specification of the model of Demand and Supply pulp and paper consisting of 16 equations (14 structural equations and two identity equations). By the implementation of the policy of the real interest rate subsidy for investement pulp industry and paper will increase the production of pulp and paper. The increase of the tariff imported paper will protect the industry of domestic paper from the foreign paper production. Keywords: demand, import tariff for paper, paper and pulp, real interest rate subsidy for investment, supply
DAMPAK SUBSIDI SUKU BUNGA KREDIT INVESTASI DAN PENINGKATAN TARIF IMPOR KERTAS TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN PULP DAN KERTAS DI INDONESIA
ANGGRIANI OKTAVIA SITANGGANG
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan Syukur kepada Yesus Kristus yang telah memberikan berkat-Nya pada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan karya ini tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. Ayahanda (Muliater Sitanggang), Ibunda (Tioman br Limbong), dan abang (Sariaman, Jekson, Roni, Andre) serta kakak ku (Sussy) atas segala doa dan semangat, dukungan moril dan materil serta curahan kasih sayangnya kepada penulis. 2. Novindra, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan semangat, perhatian, dukungan, bimbingan, motivasi, saran, dan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Ir. Ujang, M.Si sebagai dosen penguji utama skripsi yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Faroby Falatehan, sebagai dosen pembimbing akademik, atas bimbingan dan perhatiannya selama penulis menjalani perkuliahan. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB. 6. Staf Bidang Sosial Ekonomi Kehutanan (Prof Bintang), Badan Pusat Statistik, Kementerian Perdagangan (Jeremy), Kementerian Perindustrian (Daniel) atas kerjasama dalam penyediaan data yang dibutuhkan oleh penulis. 7. Teman-teman sebimbingan: Miranti, Satria, Dewi, Dian, Astari dan Neneng atas segala semangat dan perhatiannya; serta dan ESL 47 atas kebersamaannya selama ini. 8. Sahabat-sabahat terbaikku: Angga, Anissa, Vinsen, Olga, Yeni, Oktaviola, Entin, Shara, Andre, Agusnu, Atika, Taufik dan kakak ESL 46 yaitu Kak Fitri, Kak Rere, Kak Yuni, Kak Nelis, Kak Diena, Bang Rico Taolin, Bang Beba, Kak Eny, Kak Reni atas persahabatan dan persaudaraannya selama ini. 9. Kekasih ku Koko yang selalu mendampingin dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi selama ini. 10. Semua pihak yang selama ini telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, November 2014
Anggriani Oktavia Sitanggang
PRAKATA Terima kasih Tuhan Yesus Kristus, Engkau membuat segala sesuatu indah pada waktunya, semua dicapai bukan karena kuat dan gagahnya penulis. Penyertaan dan pertolonganMulah yang memampukan penulis menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Dampak Subsidi Suku Bunga Kredit Investasi dan Peningkatan Tarif Impor Kertas pada Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia Penulis mengucapkan terima kasih kepada Novindra, SP,M.Si selaku dosen pembimbing telah banyak mengarahkan dan memberikan ilmu kepada penulis. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Prof Bintang Simangungsong selaku dosen Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data. Terima kasih juga kepada bapak, ibu, serta keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat. Bogor, November 2014
Anggriani Oktavia Sitanggang
DAFTAR ISI Nomor
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvi I.
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
1.1. Latar Belakang......................................................................................
1
1.2. Perumusan masalah ..............................................................................
7
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 10 1.4. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 11 2.1. Produksi kayu bulat .............................................................................. 11 2.2. Perkembangan Luas Hutan Tanaman Industri di Indonesia ................. 12 2.3. Produksi Pulp dan kertas ...................................................................... 13 2.4. Konsumsi Pulp dan Kertas ................................................................... 16 2.5. Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Industri Pulp dan Kertas .................................................................................................... 17 2.5.1. Kebijakan tahun 1980 sampai 1997 ......................................... 17 2.5.2. Kebijakan pada tahun 1998-2001 ............................................. 18 2.5.3. Kebijakan pemerintah pada tahun 2001-sekarang.................... 18 2.6. Studi Penelitian Terdahulu ................................................................... 19 2.6.1. Penelitian tentang analisis permintaan dan penawaran ............ 19 2.6.2. Penelitian tentang pasar Pulp dan Kertas ................................. 20 2.6.3. Penelitian tentang pengaruh Kebijakan Pemerintah terhadap komoditas kehutanan ................................................................ 21 2.7. Pembaruan Penelitian ........................................................................... 22 III. KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................... 27 3.1. Fungsi Produksi dan Penawaran Pulp dan Kertas ............................... 27 3.2. Permintaan Pulp Oleh Industri Kertas .................................................. 28 3.3. Permintaan Kertas Oleh Industri Turunan Kertas ................................ 29 3.4. Harga Pulp dan Kertas .......................................................................... 30 3.5. Teori Permintaan dan Penawaran ......................................................... 31 3.6. Suku Bunga Kredit Investasi ................................................................ 32 3.7. Teori Perdagangan Internasional .......................................................... 35 3.8. Model Persamaan Simultan .................................................................. 40
3.9. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 39 IV. METODE PENELITIAN........................................................................... 42 4.1. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 42 4.2. Metode Analisis Data ........................................................................... 42 4.2.1. Spesifikasi model permintaan dan penawaran pulp dan kertas 42 1. Permintaan Pulp Indonesia ................................................. 44 2. Penawaran Pulp Indonesia ................................................. 44 3. Produksi Pulp Indonesia..................................................... 45 4. Harga Riil Pulp Indonesia .................................................. 45 5. Ekspor Pulp Indonesia........................................................ 46 6. Harga Riil Ekspor Pulp Indonesia ...................................... 46 7. Impor Pulp Indonesia ......................................................... 46 8. ` Harga Riil Impor Pulp Indonesia ....................................... 47 9. Permintaan Kertas Indonesia.............................................. 47 10. Penawaran Kertas Indonesia .............................................. 48 11. Produksi Kertas Indonesia.................................................. 48 12. Harga Riil Kertas Indonesia ............................................... 48 13. Ekspor Kertas ..................................................................... 49 14. Harga Riil Ekspor Kertas Indonesia ................................... 49 15. Impor Kertas....................................................................... 50 16. Harga Riil Impor Kertas ..................................................... 50 4.2.2. Identifikasi Model .................................................................... 50 4.2.3. Metode Pendugaan Model ....................................................... 51 4.2.4. Pengujian Model ...................................................................... 52 4.2.5. Validasi Model ......................................................................... 55 4.2.6. Simulasi Model ........................................................................ 55 VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN PULP DAN KERTAS DI INDONESIA ............. 57 5.1. Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model ........................................... 57 5.1.1. Permintaan Pulp Indonesia....................................................... 58 5.1.2. Penawaran Pulp Indonesia ....................................................... 59 5.1.3. Produksi Pulp Indonesia........................................................... 59 5.1.4. Harga riil pulp Indonesia.......................................................... 61 5.1.5. Ekspor Pulp Indonesia ............................................................. 62 5.1.6. Harga Riil Ekspor Pulp ............................................................ 63 5.1.7. Impor Pulp Indonesia ............................................................... 64
5.1.8. Harga Riil Impor Pulp Indonesia ............................................. 66 5.1.9. Permintaan Kertas Indonesia ................................................... 67 5.1.10. Penawaran Kertas Indonesia ................................................... 68 5.1.11. Produksi Kertas Indonesia ....................................................... 68 5.1.12. Harga Riil Kertas Indonesia .................................................... 70 5.1.13. Ekspor Kertas Indonesia .......................................................... 71 5.1.14. Harga Riil Ekspor Kertas Indonesia ........................................ 72 5.1.15. Impor Kertas Indonesia ........................................................... 73 5.1.16. Harga Riil Impor Kertas Indonesia ......................................... 74 VI. EVALUASI DAMPAK SUBSIDI SUKU BUNGA KREDIT INVESTASI DAN PENINGKATAN TARIF IMPOR KERTAS TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAAN PULP DAN KERTAS .................................................................................................... 76 6.1. Hasil Validasi Model ........................................................................... 76 6.2. Hasil dan Pembahasan Simulasi Model .............................................. 76 6.3. Pemberian Subsidi Suku Bunga Kredit Riil Investasi ......................... 76 6.4. Peningkatan Tarif Impor Kertas Indonesia.......................................... 77 6.5. Ringkasan Hasil ................................................................................... 78 VII. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 79 7.1. Simpulan .............................................................................................. 79 7.2. Saran .................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 82 LAMPIRAN ...................................................................................................... 87 RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 127
DAFTAR TABEL Nomor 1. 2.
Halaman
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 (dalam Triliun Rupiah) .....................
1
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, dalam Sektor Industri Pengolahan Tahun 2007-2011(dalam Triliun Rupiah).................
2
3
3.
Produksi Kayu Bulat Berdasarkan Sumber Produksi (dalam juta m ) .....
3
4.
Perkembangan Produksi Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011 .................................................................................................
4
Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Terealisir Industri Pulp dan Kertas Tahun 2007-2011 .......................................................................................
4
Perkembangan Ekspor Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011 ..................................................................................................
5
7.
Perbandingan Harga Pulp Dunia dan Harga Pulp Domestik .....................
6
8.
Perkembangan Impor Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011 ....
7
9.
Jumlah Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011 ..................................................................................................
7
5. 6.
10.
Produksi Kayu Bulat (juta m3) dari Berbagai Sumber Kawasan Hutan Tahun 1994-2011 ....................................................................................... 12
11.
Perkembangan Luas Hutan Tanaman Industri Pulp di Indonesia .............. 13
12.
Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian " Dampak Suku Bunga Kredit Investasi dan Peningkatan Tarif Impor Kertas terhadap Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia" dengan Penilitian Terdahulu ....... 23
13.
Range Statistik Durbin-Watson ................................................................. 54
14.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Permintaan Pulp Indonesia ........................................................................ 58
15.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Produksi Pulp Indonesia ........................................................................................... 60
16.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Pulp Indonesia .................................................................................... 62
17.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Ekspor Pulp Indonesia ........................................................................................... 63
18.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Ekspor Pulp Indonesia ........................................................................ 64
19.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Impor Pulp Indonesia ........................................................................................... 65
20.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Impor Pulp Indonesia ......................................................................... 66
21.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Permintaan Kertas Indonesia..................................................................... 67
22.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Produksi Kertas Indonesia......................................................................... 69
23.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Kertas Indonesia ................................................................................. 70
24.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Ekspor Kertas Indonesia ........................................................................................ 71
25.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Ekspor Kertas Indonesia .................................................................... 72
26.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Impor Kertas Indonesia ........................................................................................ 73
27.
Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Impor Kertas Indonesia ...................................................................... 75
28.
Hasil Simulasi Historis Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia tahun 2001-2011 ....................................................................... 77
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Perkembangan Produksi Pulp dan Kertas Tahun 1989-2011 .................... 14
2.
Perkembangan Konsumsi Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 1989-2011 ................................................................................................. 17
3.
Kurva Permintaan...................................................................................... 31
4.
Kurva Penawaran ...................................................................................... 32
5.
Mekanisme Perdagangan Internasional..................................................... 34
6.
Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................. 41
7.
Kerangka Model Hipotesis Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas di Indonesia ............................................................................................... 43
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Data dan Sumber Data Model Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas tahun 1989-2011 ............................................................................ 88
2.
Nama Variabel yang Digunakan dalam Model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia ..................................................... 91
3.
Program Komputer Estimasi Parameter Model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia ...................................................... 92
4.
Hasil Estimasi Parameter dalam Model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia ........................................................................ 96
5.
Program Komputer Validasi Parameter Model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia ...................................................... 109
6.
Hasil Validasi Parameter dalam Model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia ........................................................................ 114
7.
Program Komputer Simulasi Parameter Model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia ...................................................... 119
8.
Hasil Simulasi Model ............................................................................... 124
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia karena kontribusinya terhadap nilai Produk Domestik Bruto (PDB) paling besar dibandingkan sektor lapangan usaha lainnya seperti perdagangan, hotel, restoran (14,96 persen), dan pertanian (14,03 persen). Rata-rata kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB dari tahun 2007 sampai 2011 sebesar 27,61 persen yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 (dalam Triliun Rupiah) Lapangan Usaha
2007
2008
1. Pertanian
271,51
284,62
2. Pertambangan dan Penggalian
171,28
Rata-rata Kontribusi (persen)
2010
2011
295,88
304,78
315,04
14,03
172,49
180,20
187,15
190,14
6,96
538,08
557,76
570,10
597,13
633,78
27,61
13,51
14,99
17,14
18,05
18,89
0,79
121,81
131,01
140,27
150,02
159,12
6,69
340,44
363,82
368,46
400,47
437,47
14,96
7. Pengangkutan dan Komunikasi
142,33
165,91
192,19
217,98
241,30
9,15
8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perdagangan
183,66
198,79
209,16
221,02
236,15
9,99
9. Jasa-jasa 181,71 Total 1.964,33 Sumber: BPS, diolah (2013)
193,05 2.082,44
205,43 2.178,83
217,84 2.314,44
232,66 2.464,55
9,82
3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
2009
Sektor industri pengolahan terdiri atas dua bagian, yaitu industri migas dan non migas. Salah satu subsektor industri pengolahan non migas adalah pulp dan kertas. Pulp dan kertas merupakan salah satu subsektor yang juga memberikan kontribusi pada PDB sektor industri pengolahan (Tabel 2).
2
Tabel 2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, dalam Sektor Industri Pengolahan Tahun 2007-2011(dalam Triliun Rupiah) Sektor industri Pengolahan
2007
2008
2009
2010
2011
Ratarata kontribusi (persen)
Ratarata laju pertumbuhan (persen)
a.Migas 1.Pengilangan Minyak Bumi 2.Gas Alam Cair(LNG)
47,80
47,70
46,90
47,20
46,80
20,80
20,90
21,10
21,30
21,50
3,65
0,82
27,00
26,70
25,90
25,90
25,30
4,53
1,64
b.Non Migas 1.Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
490,30
510,10
523,2
550,00
587,00
136,70
139,90
155,6
159,90
174,60
26,42
5,87
2.Industri Tekstil, Barang dan Kulit dan Alas Kaki
52,90
51,00
51,30
52,20
56,10
9,11
1,38
3.Industri Kayu dan Produk lainnya
19,70
20,30
20,10
19,40
19,40
3,42
-0,41
4.Industri Produk Kertas dan Percetakan
25,90
25,50
27,10
27,50
27,90
4,62
1,80
5.Industri Produk Pupuk, Kimia dan Karet
65,50
68,40
69,50
72,80
75,70
12,15
3,54
6.Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam
16,20
16,00
15,90
16,30
17,40
2,82
1,74
7.Industri Logam Dasar Besi dan Baja
8,20
8,00
7,70
7,90
8.90
1,40
1,84
161,40
177,20
172,1
189,90
202,90
31,15
5,43
3,80
3,80
3.90
4,00
4,10
0,67
1,87
538,10
557,80
597,10
633,80
8.Industri Peralatan, Mesin dan Perlengkapan Transportasi 9. Produk Industri Pengolahan lainnya Total PDB sektor industri pengolahan
Sumber: BPS, diolah (2013)
570,10
3
Pada sektor industri pengolahan, rata-rata kontribusi pulp (industri kayu dan produk lainnya) dan kertas berada pada peringkat delapan besar dari sebelas subsektor industri pengolahan. Kontribusi pulp dan kertas dari tahun 2007 sampai 2011 masing-masing sebesar 3,42 persen dan 4,62 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan pulp sebesar -0,41 persen dan kertas sebesar 1,80 persen. Penyebab dari rata-rata laju pertumbuhan pulp yang menurun karena adanya kendala kelangkaan bahan baku kayu dalam proses produksi pulp (Simangunsong, 2007). Pulp dan kertas merupakan salah satu hasil olahan kayu yang diproduksi oleh kawasan hutan. Luas kawasan hutan di Indonesia tahun 2011 mencapai 134,27 juta ha (Kementerian kehutanan, 2011) dan dari luasan kawasan hutan tersebut ada beberapa jenis hutan (IUPHHK-HA, IPK dan ISL, Perhutani, IUPHHK-HTI atau yang sering disebut Hutan Tanaman Industri (HTI)) yang boleh dimanfaatkan hasil kayu bulatnya, seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi Kayu Bulat Berdasarkan Sumber Produksi (juta m3) Hutan alam Tahun
IUPHHKHA
Hutan Tanaman
Hutan konversi (IPK) dan izin sah lainnya(ISL)
Perhutani
IUPHHKHTI
Sumber Lainnya
Total
2007
6,43
4,39
0,04
20,61
0,70
31,47
2008
4,62
2,76
0,09
22,31
2,19
2009
4,85
6,61
0,08
18,95
3,80
29,78 30,49
2010
5,25
14,48
0,09
18,55
3,72
38,37
2011 5,08 0,6 0,11 21,78 25,63 19,84 Rata-rata 1,02 0,12 0,02 4,36 3,97 kontribusi Keterangan: IUPHHK-HA adalah Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam IPK adalah Izin Pemanfaatan Kayu Perhutani adalah Perusahaan Hutan milik Negara Indonesia IUPHHK-HTI adalah Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri Sumber: Kementerian Kehutanan, diolah (2012)
HTI merupakan sumber produksi kayu bulat yang digunakan sebagai input dari produksi pulp. Rata-rata kontribusi HTI dalam total produksi kayu bulat dari tahun 2007 sampai 2011 sebesar 3,97 persen. Produksi kayu bulat pada HTI mempengaruhi produksi industri hilirnya seperti pulp dan kertas. Menurut Mansyur (2006), Indonesia merupakan salah satu negara produsen pulp dan kertas. Indonesia berada pada peringkat ke sembilan terbesar di dunia
4
dalam hal produksi pulp dan berada peringkat ke 12 dalam produksi kertas. Pada Tabel 4 dapat dilihat perkembangan produksi pulp dan kertas dari tahun 2007 sampai 2011. Tabel 4. Perkembangan Produksi Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011 Pulp Tahun
Kertas
Laju pertumbuhan (persen) -
Produksi (juta ton) 7,73
Laju pertumbuhan (persen)
2007
Produksi (juta ton) 5,28
2008
5,75
8,92
9,73
25,94
2009
5,07
-11,89
9,91
1,82
2010
5,82
14,82
9,91
0
2011
6,56
12,71
10,03
1,27
Rata-rata 5,7 Sumber: FAO, diolah ( 2013)
6,14
9,46
7,26
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan produksi pulp (6,14 persen) lebih kecil daripada rata-rata laju pertumbuhan kertas (7,26 persen), Hal ini dikarenakan rata-rata kapasitas terpasang produksi pulp lebih rendah (7,61 juta ton) dibandingkan kapasitas terpasang industri kertas (12,26 juta ton) pada tahun 2007 sampai 2011. Pada Tabel 5 dapat dilihat perkembangan kapasitas terpasang dan kapasitas terealisir pulp dan kertas dari tahun 2007 sampai 2011. Tabel 5. Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Terealisir Industri Pulp dan Kertas Tahun 2007-2011 Kapasitas Terpasang Tahun
Pulp
Kapasitas Terealisir
Kertas
(juta ton)
Pulp
(juta ton)
Kertas
(juta ton)
(juta ton)
2007
6,48
11,02
5,28
7,73
2008
7,90
12,17
5,75
9,73
2009
7,90
12,24
5,07
9,91
2010
7,90
12,89
5,82
9,91
2011
7,90
12,98
6,56
10,03
7,61
12,26
5,69
9,46
Rata-rata Sumber: APKI, 2011
Pada Tabel 5 terlihat bahwa kapasitas terpasang industri pulp dan kertas lebih besar dibandingkan kapasitas terealisir pulp dan kertas. Hal ini dikarenakan sebagian besar mesin-mesin industri yang digunakan oleh industri pulp dan kertas merupakan mesin-mesin industri yang sudah tua (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009). Pernyataan ini juga didukung oleh Situmorang (2009), yang menyatakan industri pulp dan kertas di Indonesia sudah ada dari tahun 1923
5
sehingga sangat dibutuhkannya dana yang besar untuk dilakukannya revitalisasi teknologi dalam industri pulp dan kertas di Indonesia. Tingginya produksi pulp dan kertas memicu Indonesia untuk melakukan ekspor pulp dan kertas. Perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6, dimana rata-rata jumlah ekspor kertas lebih tinggi (3,73 juta ton) daripada rata-rata jumlah ekspor pulp (2,52 juta ton). Ekspor kertas yang cukup tinggi karena industri hilir kertas belum begitu banyak berkembang bila dibandingkan dengan industri hilir pulp. Butuhnya dana investasi yang tinggi merupakan salah satu penyebab industri hilir kertas kurang berkembang di Indonesia (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009). Tabel 6. Perkembangan Ekspor Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011 Tahun
Pulp Ekspor (juta ton)
Kertas Ekspor (juta ton)
Laju pertumbuhan (persen)
Laju pertumbuhan (persen)
2007
2,33
-
3,67
-
2008
2,62
12,64
3,57
-2,49
2009
2,19
-16,30
3,79
5,99
2010
2,55
16,04
3,91
3,22
2011
2,93
15,23
3,73
-4,69
Rata-rata
2,52
6,90
3,73
0,51
Sumber: FAO, diolah (2013)
Ekspor juga dapat dipengaruhi oleh harga domestik yang pada umumnya lebih rendah daripada harga dunia. Perbandingan harga pulp dan kertas domestik dengan harga pulp dan kertas dunia dapat ditunjukkan oleh Tabel 7. Rata-rata harga pulp dunia sebesar Rp 6.041,96/kg lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga pulp domestik sebesar Rp 4.954,72/kg. Kondisi ini karena jumlah rata–rata impor pulp oleh dunia lebih tinggi (45,65 juta ton) daripada jumlah rata-rata impor pulp oleh Indonesia (0,83 juta ton) pada tahun 2007 sampai 2011. Rata-rata harga kertas dunia dari tahun 2007 sampai 2011 sebesar Rp 16.081,46/kg lebih tinggi daripada harga kertas Indonesia sebesar Rp 6.767,43/kg karena jumlah rata-rata impor kertas oleh dunia yang lebih tinggi (110,56 juta ton) daripada jumlah rata-rata impor kertas oleh Indonesia (7,97 juta ton) (FAO, 2013), untuk lebih jelas data impor pulp dan kertas oleh dunia dapat dilihat pada Lampiran 3.
6
Tabel 7. Perbandingan Harga Pulp Dunia dan Harga Pulp Domestik Tahun 2007
Harga Pulp Dunia Domestik (Rp/kg) (Rp/kg) 5.655,54 3.858,40
Harga Kertas Dunia Domestik (Rp/kg) (Rp/kg) 13.685,85 6.721,83
2008
6.565,05
4.124,46
16.851,93
7.000,32
2009
5.314,77
4.702,09
17.352,73
6.316,29
2010
6.370,74
6.672,74
15.319,99
6.892,57
2011 6.303,72 Rata-rata 6.041,96 Sumber: FAO, diolah (2013)
5.415,94 4.954,73
17.196,82 16.081,46
6.906,14 6.767,43
Indonesia tidak hanya melakukan ekspor pulp dan kertas, tetapi juga mengimpor pulp dan kertas. Berdasarkan data Food Agriculture Organization (2013), jumlah ekspor pulp dan kertas yang dilakukan Indonesia lebih besar dibandingkan jumlah impor pulp dan kertas. Alasan Indonesia melakukan impor pulp karena a) bahan baku pulp serat panjang belum mampu dipenuhi industri pulp dalam negeri. Mansyur 2006, mengatakan bahwa industri pulp dalam negeri lebih menekankan produksi pulp serat pendek dibandingkan dengan pulp serat panjang. Indonesia lebih menekankan produksi pulp serat pendek karena bahan baku kayu jarum yang menghasilkan pulp serat panjang lebih sedikit dibandingkan dengan kayu berdaun lebar yang menghasilkan pulp serat pendek padahal untuk produksi kertas tertentu dibutuhkan pulp jenis serat panjang dengan kriteria tertentu, misalnya kertas berharga (APKI, 1999) b) adanya perusahaan kertas non integrated yang tidak memiliki industri pulp sehingga karena alasan persaingan maka industri kertas tersebut memilih membeli pulp dari luar, c) kapasitas terpasang indutri pulp dalam negeri lebih rendah dibandingkan kapasitas terpasang industri kertasnya, sehingga digenjotnya ekspor pulp disatu pihak akan memerlukan kompensasi impor untuk memenuhi kekurangan di pasar domestik di lain pihak. Indonesia melakukan impor kertas karena ada jenis kertas tertentu yang masih sedikit diproduksi di dalam negeri, misalnya kertas khusus (meliputi kertas uang, kertas dekor, kertas label, dan lain-lain) dan kertas kraft, akan tetapi menurut Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (2014), telah terjadi adanya lonjakan impor kertas dan kertas karton. Padahal industri dalam negeri mampu memproduksi jenis kertas yang diimpor tersebut, sehingga menyebabkan industri kertas dalam negeri yang diwakili oleh PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dan PT. Pindo Deli
7
Pulp dan Paper Mills mengajukan perlindungan agar tidak terjadi kerugian serius bagi industri kertas. Perkembangan kuantitas impor pulp dan kertas akan ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8. Perkembangan Impor Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 20072011 Pulp Tahun
Impor (juta ton)
Kertas Impor (juta ton)
Laju pertumbuhan (persen)
Laju pertumbuhan (persen)
2007
0,73
-
0,35
-
2008
0,81
11,97
0,40
16,03
2009
0,88
7,77
0,34
-13,95
2010
0,87
-0,68
0,38
11,13
2011
0,87
-0,42
0,45
18,67
Rata-rata 0,83 Sumber: FAO, diolah (2013)
4,66
0,39
7,97
1.2. Perumusan masalah Perkembangan jumlah permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 9. Pada tabel tersebut terlihat jelas bahwa Indonesia mengalami kelebihan permintaan (excess demand) pada komoditas pulp dan kertas. Permintaan pulp di Indonesia lebih tinggi daripada penawaran pulp sehingga terjadi excess demand. Tabel 9. Jumlah Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011 Tahun
Permintaan a(juta ton) Pulp
Kertas
Penawaran b(juta ton) Pulp
Kertas
2007
4,20
5,99
3,68
4,41
2008
3,80
6,35
3,94
6,56
2009
4,54
6,56
3,75
6,46
2010
4,97
7,75
4,14
6,38
2011
5,52
7,61
4,49
6,76
Rata-rata (juta ton)
4,60
6,85
4,00
6,11
7,65
6,45
5,29
13,01
Rata-rata laju pertumbuhan (persen) Sumber: aAPKI, 2011;bFAO, 2013.
Excess demand disebabkan oleh produksi pulp di Indonesia yang belum mampu memenuhi permintaan pulp oleh industri kertas. Excess demand dapat dilihat Tabel 9 di mana rata-rata jumlah penawaran pulp (4,0 juta ton) lebih rendah daripada rata-rata jumlah permintaan pulp (4,6 juta ton). Dalam mengatasi excess demand, produksi pulp perlu ditingkatkan. Subsidi suku bunga kredit investasi
8
diharapkan dapat meningkatkan produksi pulp dengan meringankan biaya merevitalisasi mesin-mesin industri pulp dan kertas agar kapasitas terpakai sama dengan kapasitas terpasang mesin-mesin produksi pulp dan kertas. Excess demand kertas disebabkan karena rata-rata jumlah penawaran kertas (6,11 juta ton) lebih tinggi dari rata-rata jumlah permintaan kertas (6,85 persen). Hal ini terjadi karena adanya kebutuhan akan jenis specialy paper dan sack kraft paper di Indonesia. Kertas khusus yang masih sangat sedikit diproduksi (7,41 ton) sedangkan permintaannya besar (10,45 ton), begitu juga dengan kertas kraft yang produksinya sebesar 5,41 ton sedangkan permintaan sebesar 126,10 ton dari tahun 2005 sampai 2010 (APKI, 2010). Dalam meningkatkan kapasitas produksi jenis specialy paper dan kraft paper yang masih sangat sedikit diproduksi di Indonesia dibutuhkan dana yang sangat besar, sehingga dibutuhkan subsidi suku bunga kredit riil investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi specialy paper dan kraft paper, dan tindakan yang dilakukan untuk membatasi impor kertas yang mampu diproduksi di Indonesia seperti kertas dan karton maka dibutuhkan kenaikan tarif impor pada jenis kertas tersebut. Industri pulp dan kertas pada kenyataannya memiliki beberapa kendala, yaitu kendala investasi, perdagangan, dan penanganan lingkungan. Biaya untuk membangun satu unit industri pulp dan kertas dengan kapasitas produksi satu juta ton dapat menghabiskan dana sekitar satu miliyar dollar (Balai Litbang Kehutanan, 2012). Hal ini menggambarkan besarnya dana yang dibutuhkan untuk membangun industri pulp dan kertas padahal dana investasi di Indonesia sangat terbatas. Keterbatasan dana investasi untuk membangun industri pulp dan kertas membuat pemerintah menetapkan kebijakan yang dapat memperbaiki iklim investasi bagi industri pulp dan kertas. Paket Deregulasi 23 Mei 1995 berisi perizinan untuk membuka proyek perluasan maupun proyek investasi baru bagi perusahaan-perusahaan yang dinilai mampu mengelola hasil hutan untuk keperluan industri pulp dan kertas melalui program Hutan Tanaman Industri (HTI), kebijakan terbaru yang tercantum dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2011 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal dibidang-bidang usaha tertentu atau sering disebut tax alowance berupa pengurangan penghasilan neto sebesar 30
9
persen dari jumlah penanaman modal yang dibebankan selama 6 tahun berturutturut sebesar 5 persen per tahun dengan syarat industri pulp harus memiliki nilai investasi dibawah dua triliun rupiah dengan tenaga kerja lebih besar atau sama dengan 200 orang serta terintegrasi dengan HTI dan bagi industri kertas yang berhak menerima tax alowance harus memiliki persyaratan penerimaan sesuai dengan kualifikasi masing-masng jenis industri kertas tersebut sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 52 tahun 2011. Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk menarik minat investor untuk melakukan investasi sekaligus memperluas usahanya. Selain kebijakan investasi, pemerintah juga menetapkan kebijakan kebijakan perdagangan dan impor untuk mengembangkan industri pulp dan kertas domestik dengan cara mengubah kebijakan perdagangan pulp dan kertas Indonesia, SK Menteri Keuangan RI nomor 213/KMK.01/1995 isinya pada tahun 1995 bea masuk impor pulp diturunkan dari 5 persen menjadi 0 persen, bea masuk impor kertas tulis cetak 30 persen ditambah biaya tataniaga diturunkan menjadi 0 persen, bea masuk impor kertas industri dan kertas tisu 30 persen ditambah biaya tata niaga diturunkan menjadi 15 persen, akan tetapi bea masuk impor kertas koran 5 persen ditambah biaya tataniaga, tetap 5 persen. Kemudian kebijakan pemerintah yang menangani masalah penanganan lingkungan terdapat pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/MDAG/PER/10/2012 Tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan menetapkan tentang eksportir wajib terdaftar, pengaturan Kriteria Teknis Produk (Permendag), Wajib V-Legal, Wajib Verifikasi oleh Surveyor Independent. Dari berbagai kebijakan tersebut, maka akan mempengaruhi salah satu faktorfaktor permintaan dan penawaran pulp dan kertas domestik dengan demikian beberapa permasalahan dapat dirumuskan menjadi: 1. Faktor-faktor apa saja mempengaruhi penawaran dan permintaan pulp dan kertas di Indonesia? 2. Bagaimana dampak kebijakan subsidi suku bunga kredit investasi dan peningkatan tarif impor kertas terhadap perilaku penawaran dan permintaan pulp dan kertas di Indonesia?
10
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis dampak kebijakan domestik terhadap penawaran dan permintaan pulp dan kertas di Indonesia. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia. 2. Mengevaluasi dampak kebijakan subsidi suku bunga kredit investasi dan peningkatan tarif impor kertas terhadap penawaran dan permintaan pulp dan kertas di Indonesia. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis permintaan dan penawaran pulp untuk kertas secara agregat dari jenis pulp chemical wood pulp (HS Code 4702), mechanical wood pulp ( HS Code 4701), other fibre pulp (HS Code 47) serta semi chemical wood pulp (HS Code 4705), dan kertas di Indonesia secara agregrat (umum) dengan jenis kertas koran (HS Code 4801), kertas lain dan board (HS Code 48), kertas tulis dan cetak (HS Code 4802), tanpa membedakan status pengusahaan dan wilayah produksi serta negara tujuan ekspor maupun negara asal impor. Selain itu, penelitian ini menggunakan pulp untuk kertas tanpa membedakan proses pemasakan. Data yang digunakan pada penelitian ini mulai dari tahun 1989 sampai 2011 karena adanya keterbatasan sumber data mengenai pulp dan kertas di Indonesia. Simulasi subsidi suku bunga kredit investasi dalam penelitian ini lebih ditunjukan pada industri pulp dan kertas dikarenakan sebagian besar industri pulp dan kertas dalam negeri menggunakan mesin yang sudah tua (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009).
11
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produksi kayu bulat Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input merupakan barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi, sedangkan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Pulp merupakan suatu barang output yang dihasilkan dari berbagai macam input sehingga dapat menghasilkan pulp, salah satu barang input yang dibutuhkan adalah kayu bulat. Produksi kayu bulat Indonesia berasal dari berbagai sumber kawasan hutan. Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999, kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap yang terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi tetap dan hutan produksi sementara. Hutan produksi dibagi atas hutan tanaman alam, hutan tanaman dan lainnya, kemudian hutan tanaman alam dibagi atas tiga yaitu Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan areal konversi atau sering disebut Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) serta Izin Sah Lainnya (ISL). IUPHHK-HA adalah izin memanfaatkan hutan produksi yang kegiatannya terdiri dari penebangan, pengangkutan, penanaman, pemeliharaan, pengamatan, pengolahan, dan pemasaran hasil hutan kayu. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.33/Menhut-II/2010, Izin Pemanfaatan Kayu adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan penebangan dan pemanfaatan kayu dari kawasan hutan yang dilepaskan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan, Izin Sah Lainnya (ISL) adalah izin memanfaatkan hutan diluar dari IPK, HTI maupun Perhutani. Hutan tanaman dibagi atas dua yaitu Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) dan Perhutani. IUPHHK-HTI (HTI) menurut pasal Pasal 1 angka 18 PP Nomor 6 Tahun 2007 merupakan hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Hutan tanaman (Perhutani) menurut Undang-Undang Nomor 21 Kementerian kehutanan merupakan hutan milik negara
12
yang dilakukannya pemberian kewewenangan pengolahan hutan kepada pemerintah atau pemerintah daerah menurut kekhasan daerah tersebut. Pada Tabel 10 akan disajikan produksi kayu bulat Indonesia dari berbagai sumber produksi dari tahun 1994 sampai 2011. Tabel 10. Produksi Kayu Bulat (juta m3) dari Berbagai Sumber Kawasan HutanTahun 1994 -2011 Tahun
IUPHHKHA
Areal Konversi dan Izin sah lainnya
Hutan Tanaman
IUPHHKHTI
Total Produksi
1994
17,3
4,84
1,87
0
24,02
1996
15,26
8,70
1,62
0,47
26,06
1998
10,17
6,68
1,68
0,48
19,02
2000
3,45
5,05
1,51
3,78
13,79
2002
3,01
0,18
1,55
4,24
9,00
2004
3,51
1,78
0,92
7,32
13,54
2006
5,58
3,43
0,03
11,45
20,50
2008
4,62
2,76
0,09
22,31
29,72
2010
5,25
14,4
0,09
18,55
38,39
0,60
0,11
19,84
25,64
2011 5,08 Sumber:Kementerian Kehutanan, 2012
2.2. Perkembangan Luas Hutan Tanaman Industri di Indonesia IUPHHK-HTI atau yang sering disebut Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu sumber legal bahan baku pulp di Indonesia ialah Hutan Tanaman Industri (HTI), selain itu sumber bahan baku legal untuk produksi pulp terdiri dari Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) dan Izin Sah Lainnya (ISL) namun hanya berlaku pada tahun 2007 sampai 2009, dan Hutan Tanaman Rakyat akan tetapi alokasi bahan baku kayu bulat untuk produksi pulp sebesar 10 persen (Simangungsong, 2007). HTI dibagi atas dua jenis yaitu HTI pulp yang ditujukan bahan baku kayunya untuk produksi pulp dan HTI perkakas yang bahan baku kayunya ditujukan untuk kayu gergajian, kayu lapis dan lain sebagainya. Pada Tabel 11 dapat dilihat laju pertumbuhan produksi kayu pada hutan HTI Pulp tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 320 persen akan tetapi laju pertumbuhan luas HTI menurun sebesar 32,18 persen. Hal ini karena pada tahun 2000, Hutan Tanaman Industri Indonesia mengalami deforestasi (Sumargo. et al). Deforestasi adalah semua bentuk perubahan kondisi penutupan lahan dari hutan menjadi bukan hutan yang diakibatkan oleh kondisi alam dan atau pelaku deforestasi, baik secara
13
legal atau ilegal dalam kurun waktu tertentu yang bersifat sementara ataupun permanen (Forest Watch Indonesia, 2001). Tabel 11. Perkembangan Luas Hutan Tanaman Industri Pulp di Indonesia Tahun
Luas (1000 ha)
Laju Pertumbuhan (persen)
Produksi (juta m3)
Laju Pertumbuhan (persen)
1989
29,16
1990
65,66
125,17
0,00 0,00
-
1991
104,22
58,73
0,00
-
1992
83,96
-19,44
0,00
-
1993
113,07
34,67
0,00
-
1994
117,94
4,31
0,00
-
1995
162,20
37,53
0,51
-
1996
172,32
6,24
0,47
-7,84
1997
100,88
-41,46
0,61
29,79
1998
82,60
-18,12
0,48
-21,31
1999
85,74
3,80
0,90
87,50
2000
58,15
-32,18
3,78
320,00
2001
56,30
-3,18
5,57
47,35
2002
87,61
55,61
4,24
-23,88
2003
100,50
14,71
5,33
25,71
2004
112,71
12,15
7,33
37,52
2005
142,60
26,52
9,90
35,06
2006
200,17
40,37
21,98
122,02
2007
350,98
75,34
20,61
-6,23
2008
259,65
-26,02
22,32
8,30
2009
237,97
-8,35
18,95
-15,10
2010
388,65
63,32
19,84
4,70
-12,57
26,13
31,70
18,05
7,35
42,21
2011 339,78 Ratarata 150,12 Sumber: Ditjen BUK, diolah (2013)
2.3. Produksi Pulp dan kertas Situmorang (2009) menjelaskan bahwa pulp dan kertas termasuk dalam golongan produk antara (intermediate product), karena produk ini merupakan output bagi suatu perusahaan akan tetapi menjadi input di perusahaan lain seperti industri percetakan. Pulp merupakan produk utama hasil olahan kayu yang digunakan dalam pembuatan kertas melalui proses turunan selulosa, seperti sutera rayon dan selofan (Departemen perindustrian, 1990)
14
10
Juta Ton
8 6 4
Produksi Pulp QPI
2
QKI Produksi Kertas
2011
2009
2007
2005
2003
2001
1999
1997
1995
1993
1991
1989
0
Tahun Sumber : FAO, diolah (2013)
Gambar 1. Perkembangan Produksi Pulp dan Kertas Tahun 1989-2011 Berdasarkan Gambar 1 produksi pulp dan kertas mulai dari tahun 1989 sampai 2011 cenderung meningkat. Pada tahun 2011 produksi pulp dan kertas yang telah dicapai oleh negara Indonesia masing-masing sebesar 6,71 juta ton dan 10,24 juta ton. Produksi pulp dan kertas di Indonesia cenderung mengalami peningkatan, hal ini dapat disebabkan oleh permintaan terhadap pulp yang meningkat dari tahun ke tahun dari domestik maupun dari negara luar. Permintaan pulp dari negara lain dapat dilihat dari permintaan ekspor oleh negara importir seperti China. Pada tahun 2002, China mengimpor pulp dari Indonesia sekitar 6,1 juta ton dan pada tahun 2009 sebesar 10,3 juta ton, terjadi kenaikan sekitar 71 persen (Simangunsong, 2011). Pertumbuhan permintaan impor dari negara lainnya mendorong Indonesia untuk meningkatkan produksi pulp dan kertas. Tujuan utama dalam pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan seratserat yang dapat dikerjakan secara mekanik dan kimia atau dengan kombinasi dua tipe perlakuan tersebut. Pulp-pulp perdagangan yang umum dapat dikelompokkan menjadi tipe-tipe kimia, semikimia, kimia mekanik, dan mekanik. Istilah-istilah pulp rendemen tinggi sering secara bersama digunakan untuk tipe-tipe yang berbeda dari pulp-pulp yang kaya lignin yang memerlukan defibrasi secara mekanik (Departemen Perindustrian, 1990). Departemen Perindustrian (1990) menjelaskan teknis pembuatan pulp secara mekanik adalah proses keterangan lignin dihilangkan sama sekali hingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari bejana pemasak (digester) atau
15
paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak. Proses pembuatan pulp dibagi atas 3 golongan yaitu mechanical proces, semichemical process, dan chemical process: a. Mechanical Process (proses mekanis) Mechanical process
merupakan suatu proses pembuatan pulp
yang
seluruhnyamenggunakan proses mekanis yaitu dengan grinding, milling. Pulp yang dihasilkan dapat digolongkan menjadi 2 mechanical pulp unbleached (pulp coklat) dan bleached (pulp putih). b. Chemical Process (proses kimia) Proses yang menggunakan bahan baku setelah ukurannya dikurangi, dimasak dalam suatu tempat (reaktor) yang bertekanan dan dicampur dengan cairan bahan kimia. Indonesia secara umum masih mampu memproduksi pulp chemical karena jenis kayu Indonesia yang cenderung memiliki serat pendek. c. Semi chemical Process Proses pembuatan pulp yang melalui dua tahap proses yaitu proses mekanis dan teknis. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Pada umumnya kertas dibagi dalam 3 golongan besar yaitu: a. Cultural Paper (kertas budaya), yang terdiri dari jenis kertas newsprint (kertas koran) writing, printing dan business (kertas cetak, tulis, dan keperluan bisnis) dan kertas khusus. b. Industrial Paper (kertas industri) yang terdiri dari wrapping, packaging, dan kraft, boards, cigarette dan kertas khusus jenis kertas industri. c. Other Paper (kertas lainnya), yang terdiri dari tissued, household dan kertas lainnya. Penelitian ini meneliti kertas dengan jenis kertas koran (HS Code 4801), kertas lain dan board (HS Code 48), kertas cetak dan tulis (HS Code 4802). Kertas koran (HS Code 4801) dan cetak dan tulis (HS Code 4802) termasuk dalam kertas budaya dan kertas lain dan board (HS Code 48) termasuk dalam kertas industri. Penggunaan dari 3 jenis kertas tersebut sangat dipengaruhi oleh industri-industri yang bergerak di bidang percetakan, dan tingkat pendidikan sedangkan konsumsi
16
dan industrial bergantung terutama kepada berkembangnya industri-industri dalam negeri. Berdasarkan kepada cara mempersiapkan bahan bakunya maka pabrik kertas digolongkan menjadi 2 bagian besar yaitu integrated dan non integrated (pabrik yang terpadu dan tidak terpadu) (Departemen Perindustrian, 1990). a. Integrated Artinya pabrik kertas yang bahan bakunya (raw material) harus diproses lebih dahulu sehingga menghasilkan pulp untuk selanjutnya digunakan untuk menghasilkan kertas (suatu pabrik kertas yang mempunyai unit pembuatan pulp). b. Non Integrated Artinya pabrik kertas yang hanya ada proses pembuatan kertas saja, berarti bahan baku sudah mengalami suatu tahap proses (bahan bakunya adalah pulp), di Indonesia terdapat beberapa perusahaan kertas yang non integrated sehingga dalam pemenuhan bahan baku pada umumnya perusahaan tersebut melakukan pengimporan pulp dari negara luar. Indonesia memproduksi beberapa jenis kertas seperti, kertas cetak dan tulis, kertas koran, kertas kraft, kertas cigarete, kertas wrapping dan lain-lain. Produksi kertas tertinggi di Indonesia dari tahun 2007 sampai 2010 ialah kertas cetak dan tulis kemudian kertas koran (APKI, 2010). 2.4. Konsumsi Pulp dan Kertas Total nilai konsumsi pulp dunia pada tahun 2009 sekitar 162,20 juta ton dan pada tahun 2009 negara Indonesia mengkonsumsi pulp sekitar 4,54 juta ton dan kertas sekitar 6,56 juta ton, (Gambar 2). Konsumsi pulp dan Indonesia masih kecil dibandingkan negara lain seperti China dan Jepang. Pada tahun 2009 konsumsi pulp dan kertas Indonesia sebesar 4,54 juta ton dan 6,56 juta ton sedangkan negara China mengkonsumsi pulp dan kertas sebesar 17,40 juta ton dan 84,2 juta ton dan Jepang mengkonsumsi pulp dan kertas sebesar 10,40 juta ton dan 26,20 juta ton (FAO, 2010).
Juta ton
17
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Konsumsi Pulp Konsumsi Kertas
Tahun Sumber: APKI, diolah (2011)
Gambar 2. Perkembangan Konsumsi Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 1989-2011 Walaupun konsumsi pulp dan kertas Indonesia masih sedikit namun dapat dilihat dari Gambar 2 bahwa terjadi peningkatan konsumsi pulp dan kertas di Indonesia. Konsumsi pulp di Indonesia diharapkan meningkat seiring dengan berkembangannya industri percetakan, dan jumlah penduduk di Indonesia. 2.5. Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Industri Pulp dan Kertas Dalam rangka meningkatkan peranan industri pulp dan kertas dalam memenuhi kebutuhan di Indonesia, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakaan mulai dari tahun 1980 sampai sekarang. Kebijakan tersebut dapat dilihat pada keterangan berikut: 2.5.1. Kebijakan tahun 1980 sampai 1997 Kebijakan larangan ekspor kayu bulat pertama kali diberlakukan pada Mei 1980 melalui Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri Menteri Pertanian nomor 317/Kpst/Um/5/1980, Menteri Perindustrian nomor 182/m/SK/S/1980 dan Menteri Perdagangan nomor 196/Kpb/V/80. Kebijakan tersebut diberlakukan untuk melindungi kuantitas hutan negara Indonesia untuk tidak terjadi eksploitasi besarbesar demi memperoleh bahan kayu yang kemungkinan untuk diekspor oleh industri-industri luar negeri karena keinginan pemerintah yang berharap industri dalam negeri dalam menghasilkan produk jadi maupun setengah jadi meningkat. Setelah diberlakukan kebijakan tersebut terjadi beberapa dampak positif seperti tumbuhnya industri kayu dalam negeri yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan produk olahan kayu seperti pulp dan kertas dan meningkatnya ekspor produk barang jadi maupun setengah jadi.
18
Kebijakan perdagangan dan impor ditetapkan oleh pemerintah guna memantapkan kebijakan pengembangan industri pulp dan kertas domestik, pemerintah membuat beberapa perubahan dalam kebijakan perdagangan pulp dan kertas Indonesia yang tercantum pada SK Menteri Keuangan RI nomor 213/KMK.01/1995 dimana isinya pada tahun 1995 bea masuk impor pulp diturunkan dari 5 persen menjadi 0 persen, bea masuk impor kertas tulis cetak 30 persen ditambah biaya tataniaga diturunkan menjadi 0 persen, bea masuk impor kertas industri dan kertas tisu 30 persen ditambah biaya tata niaga diturunkan menjadi 15 persen, akan tetapi bea masuk impor kertas koran 5 persen ditambah biaya tataniaga, tetap 5 persen. 2.5.2. Kebijakan pada tahun 1998-2001 Setelah krisis ekonomi tahun 1997, International Monetary Fund (IMF) melakukan desakan kepada pemerintah Indonesia untuk dilakukannya pembebasan larangan ekspor kayu bulat. Hal ini berdampak negatif pada kondisi hutan di Indonesia karena kemungkinan akan terjadi pengekplotasian kayu untuk memenuhi permintaan kayu dari negara luar, setelah itu terdapat kebijakan lain seperti tidak ada pembatasan pelaku ekspor dan dampak negatif yang terjadi pada tahun tersebut adalah maraknya illegal logging dan illegal trading terhadap kayu. dan banyak industri-industri hilir mengalami kesulitan bahan baku kayu. 2.5.3. Kebijakan pemerintah pada tahun 2001-sekarang Pada tanggal 8 Oktober 2001, Pemerintah Indonesia kembali melarang ekspor kayu bulat melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Kehutanan Nomor: 1132/Kpts-II/2001
dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:
292/MPP/Kep/10/2001. Tujuannya disebutkan untuk mencegah dimanfaatkannya kebijakan ekspor kayu bulat/bahan baku serpih oleh pelaku penebangan liar (illegal logging) dan perdagangan gelap (illegal trading) yang mengancam kelestarian sumber daya hutan dan kerusakan lingkungan di Indonesia adalah serta menjamin ketersediaan pasokan bahan baku kayu untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan kayu seperti pulp dan kertas di dalam negeri. Pada tanggal 21 Mei 2003, pemerintah menetapkan suatu kebijakan dalam mengatasi kekurangan bahan baku kayu dalam industri pulp dan kertas. Kebijakan nomor 162/Kpts-II/2003 berisikan tentang percepatan pembangunan Hutan
19
Tanaman untuk pemenuhan bahan baku industri pulp dan kertas, hal ini dilakukan pemerintah akibat dari kelangkaaan bahan baku kayu dalam produksi pulp dan kertas. Percepatan pembangunan hutan tanaman terdiri atas kegiatan-kegiatan perencanaan, penyiapan lahan (land clearing), dan pemanfaatan kayu hasil land clearing, pembuatan jaringan jalan, pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman. Pemerintah mempersulit impor kertas bekas dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan nomor 39 Tahun 2009 mengenai Ketentuan Impor Non Bahan Berbahaya dan Beracun yang mensyaratkan impor kertas bekas harus melalui proses verifikasi penelusuran teknik impor (VPTI). Kebijakan ini dianggap mempersulit industri kertas karena kertas bekas dapat digunakan kembali dalam proses pembuatan kertas terutama untuk industri kertas tissu yang banyak menggunakan kertas bekas sebagai input produksinya. Pada tahun 2011 pemerintah menetapkan suatu aturan yang diharapkan mendorong peningkatan jumlah investasi di Indonesia seperti peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 52 tahun 2011 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal dibidang-bidang usaha tertentu atau sering disebut tax alowance. Kemudian kebijakan pemerintah lainnya yang
ditetapkan
pada
Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor
64/M-
DAG/PER/10/2012 Tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan menetapkan tentang eksportir wajib terdaftar, pengaturan Kriteria Teknis Produk (Permendag), Wajib V-Legal, Wajib Verifikasi oleh Surveyor Independent. 2.6. Studi Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan analisis permintaan dan penawaran serta analisis pasar pulp dan kertas yang dijadikan referensi antara lain Situmorang (2009), Ningrum (2006), Suryandari (2008), Widyantoro. et al (2006), Erwinsyah (2012), Sukmananto (2008), Luo dan Li (2007), Tsang dan Yip (2007), Whiteman dan Brown (2000). Hasil Penelitian akan disajikan pada Tabel 12. 2.6.1. Penelitian tentang analisis permintaan dan penawaran Penelitian terdahulu terkait dengan analisis permintaan dan penawaran adalah Suryandari (2008). Hasil penelitian akan disajikan pada Tabel 12. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kayu bulat sebagai bahan baku industri pengolahan kayu dengan menggunakan metode Ordinary Least
20
Square (OLS). Hasil dari penelitian Suryandari ialah peningkatan harga ekspor kayu lapis kayu gergajian, pulp akan meningkatkan permintaan terhadap kayu bulat (memiliki hubungan yang positif). Hal ini karena bahan baku dalam produksi kayu lapis, kayu gergajian dan pulp adalah kayu bulat. Kemudiam di simpulan bahwa semakin meningkatnya ekspor kayu lapis, kayu gergajian, pulp akan meningkatkan permintaan kayu bulat karena jumlah ekspor yang tinggi mendorong produksi kayu lapis, kayu gergajian dan pulp yang tinggi sehingga permintaan akan kayu bulat oleh industri kayu lapis, kayu gergajian dan pulp pun meningkat. 2.6.2. Penelitian tentang pasar Pulp dan Kertas Penelitian yang terkait dengan pulp dan kertas telah banyak dilakukan seperti Situmorang (2009), Ningrum (2006), Widyantoro. et al (2006). Penelitian ini menganalisis faktor-faktor demand dan supply yang mempengaruhi pulp dan kertas akan tetapi metode yang digunakan berbeda, seperti Situmorang (2005) menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS), Ningrum (2006) menggunakan OLS, dan Widyantoro. et al (2006) mengunakan 2SLS. Hasil penelitian Situmorang menunjukkan bahwa peningkatan penawaran pulp Indonesia di pasar domestik dapat dilakukan dengan cara meningkatkan harga domestik pulp, sedangkan peningkatan penawaran kertas di Indonesia dapat dicapai melalui pengurangan tarif impor dan peningkatan harga ekspor kertas Indonesia. Permintaan pulp dan kertas Indonesia dapat ditingkatkan melalui pengurangan tarif impor. Hasil penelitian Ningrum menunjukkan bahwa perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pasar pulp dan kertas Indonesia lebih didominasi oleh tiga negara yaitu Jepang, China dan Korea Selatan. Harga ekspor pulp, nilai tukar, produksi pulp dan harga ekspor pulp tahun ke-t-1 berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan ekspor pulp Indonesia. Variabel yang memiliki pengaruh paling besar dari permintaan ekspor pulp adalah variabel produksi pulp. Hal ini dapat dilihat dari nilai elastisitas produksi pulp yang lebih dari satu. Pada permintaan kertas, variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah produksi kertas, nilai tukar, variabel harga ekspor kertas, sedangkan variabel dummy larangan ekspor kayu bulat dan variabel harga ekspor kertas pada tahun ket-1 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kertas.
21
Hasil penelitian Widyantoro. et al tahun 2006 menunjukkan bahwa kuantitas pulp yang diekspor oleh negara lain tidak signifikan dipengaruhi oleh tingkat harga dunia dan intervensi pulp oleh negara-negara North- Scan. Sedangkan kuantitas kertas yang diekspor oleh negara lain signifikan oleh impor kertas, namun tidak signifikan dipengaruhi oleh tingkat intervensi pulp oleh negara-negara North-Scan. Kuantitas pulp yang diekspor oleh Indonesia signifikan dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar, suku bunga dan kuantitas pulp yang dimpor oleh Jepang dan Korea Selatan. Kuantitas kertas yang diekspor signifikan dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan suku bunga.
2.6.3.Penelitian tentang pengaruh Kebijakan Pemerintah terhadap komoditas kehutanan Penelitian terdahulu terkait dengan pengaruh kebijakan pemerintah terhadap suatu komoditas telah dilakukan oleh Sukmananto (2008), Luo dan Li (2007), serta Erwinsyah (2012). Hasil penelitian Sukmananto mengenai permintaan produk Industri Pengolahan Kayu Primer menyimpulkan bahwa produksi kayu bulat domestik lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti suku bunga bank dan perubahan upah tenaga kerja, sedangkan harga domestik produk industri pengolahan kayu primer dipengaruhi oleh GDP Indonesia dan permintaan produk industri kayu primer tahun ke-t-1. Hasil penelitian Luo dan Lie menyimpulkan bahwa permintaan kayu lapis terhadap harga kayu lapis sangatlah signifikan, tetapi bersifat inelastis, yaitu berkisar antara -0,16 sampai dengan -0,18. Harga kayu lapis sangat dipengaruhi oleh harga bahan-bahan materialnya, yaitu harga dari kayu pulp sebagai bahan dasar yang penting dalam pembuatannya. Hasil penelitian Erwinsyah menunjukkan bahwa pada umumnya harga bahan baku kayu bulat dan harga kayu olahan bersifat inelastis dimana kenaikan harga membuat industri pengolahan kayu mengurangi pasokan kayu bulat dari hutan alam maupun hutan tanaman secara tidak langsung. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kayu bulat belum bisa digantikan oleh bahan baku lainnya sehingga berapa pun variasi harganya tetap membuat industri kayu olahan seperti pulp dan kertas membutuhkannya. Hasil penelitian Whiteman dan Brown (2000) bahwa, secara umum permintaan akan produk dari indutri perkayuan akan meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan kekuatan perekonomian, kemudian pada penawaran
22
kayu secara umum dapat memenuhi permintaan untuk industri kayu olahan pada masa yang akan datang. 2.7. Pembaruan Penelitian Penelitian mengenai dampak kebijakan pemerintah terhadap analisis permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya. Adapun pembaruan dalam penelitian ini adalah adanya variabel harga ekspor dan harga impor pulp dan kertas dengan menggunakan data terbaru dari tahun 1989 sampai 2011. Selain itu, pembaruan dalam penelitian menggunakan data tarif impor sebagai variabel yang mempengaruhi persamaan harga impor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya seperti yang telah dilakukan oleh Situmorang (2009), Ningrum (2006), dan Widyantoro. et al (2006) adalah penggunaan data terbaru, yaitu data dari tahun 1989 sampai 2011 dan penggunaan data tarif impor pulp dalam persamaan harga impor pulp serta adanya variabel harga ekspor dan impor pulp dan kertas. Perbedaan penelitian ini dengan Suryandari (2008) adalah komoditas yang diteliti, yaitu kayu bulat sebagai salah satu input pembuatan pulp dan kertas. Perbedaan penelitian ini dengan Sukmananto (2008) adalah data yang digunakan dari tahun 1980 sampai tahun 2002 serta jenis industri yang diteliti adalah industri kayu primer sedangkan perbedaan penelitian ini dengan Luo dan Li (2007), yaitu penelitian ini menganalisis faktor-faktor permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia sedangkan Luo dan Li menganalisis industri kayu lapis di Amerika Serikat
Tabel 12. Pulp Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian” Dampak Suku Bunga Kredit Investasi dan Peningkatan Tarif Impor Kertas terhadap Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia” dengan Penelitian Terdahulu No. Nama Judul Metode Persamaan Perbedaan 1 Suriaty Situmorang Analisis Penawaran Metode Two Stage Penelitian ini Penelitian ini dengan penelitian dan Permintaan Pulp Least Squares (2 dengan penelitian sebelumnya yaitu data yang dan Kertas Indonesia SLS) yang akan dilakukan digunakan dari tahun 1989-2011 di Pasar Domestik. menggunakan data sedangkan penelitian sebelumnya time series dan tahun 1975-2000. Kemudian menduga parameter adanya penambahan persamaan dengan persamaan harga ekspor dan harga impor simultan. pada komoditas pulp dan kertas di Indonesia. 2 Agustina Widi Palupi Analisis Permintaan Metode Odinary Persamaan Penelitian ini dengan dengan Ningrum Ekspor Pulp dan Least Square (OLS) penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan Kertas di Indonesia dengan penelitian yang akan adalah persamaan yang akan menggunakan E- dilakukan adalah digunakan dalam menduga views 4.1 meninjau komoditas parameter adalah persamaan pulp, lalu simultan. Kemudian pada menggunakan penelitian ini mengunakan persamaan ekspor variabel dummy yaitu larangan pulp di Indonesia. ekspor kayu bulat sebagai salah satu input produksi pulp. 3 Suryandari Yosefi Analisis Permintaan Metode Weighted Persamaan Perbedaan penelitian ini dengan Suryandari Kayu Bulat Industri Ordinary Least penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan Pengolahan Kayu Square (WLS) penelitian yang akan terdapat pada komoditas yang dengan program dilakukan adalah diteliti yaitu kayu bulat sedangkan Eviews Version 4.0 menggunakan data penelitian yang akan dilakukan time series mulai industri hilir dari kayu yaitu pulp
24
Tabel 12. Lanjutan No. Nama
Judul
Metode
4
Bambang Widyantoro Ekonomi Industri Pulp Metode Two Stage et al dan Kertas Indonesia: Least Squares (2 Analisis Simulasi SLS) Kebijakan dan Tekanan Internasional
5
Erwinsyah
Dampak Kebijakan Provisi Sumberdaya Hutan dan Dana Reboisasi Terhadap Kesejahteraan
Metode Two Stage Least Squares (2 SLS) dan persamaan Ordinary Least Squares (OLS)
Persamaan dari tahun 19752000 dan sama-sama melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Persamaannya yaitu mengolah data dengan menggunakan SAS. Kemudian melakukan simulasi kebijakan untuk melihat pengaruh terhadap industri pulp dan kertas. Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menduga faktor-faktor yang berpengaruh dengan metode 2SLS dan merupakan produk kehutanan
Perbedaan dan kertas. Metode penelitian ini juga menggunakan metode yang berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Metode penelitian yang akan dilakukan adalah 2SLS dengan sistem persamaan simultan. Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah data sekunder yang digunakan dari tahun 1984-2003.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini memfokuskan industri kayu olahannya adalah pulp dan kertas sedangkan peneliti terdahulu menelitih tingkat kesejahteraan industri kayu primer akan adanya kebijakan provisi sumberdaya hutan dan dana reboisasi
25
Tabel 12. Lanjutan No. 6
Nama Judul Bambang Sukmananto Dampak Kebijakan Perdagangan Pada Kinerja Ekspor Produk Industri Kayu Primer Indonesia
7
Haizheng Li Jifeng Luo
8
Metode Metode Two Stage Least Squares (2 SLS)
Persamaan Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan persamaan simultan.
Perbedaan Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah data yang digunakan dari tahun 19802002. Penelitian ini menganalisis industri kayu primer yang terdiri dari pulp, kayu lapis dan kayu gergajian sedangkan penelitian yang akan dilakukan meneliti industri pulp.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu persamaan simultan. Kemudian penelitian ini menelliti kayu primer yaitu harga pada kayu lapis yang dipengaruhi oleh harga pulp kayu. Eric WK Tsang, Paul Economic Distance Menggunakan Persamaannya SL Yip and Survival of Analsis regresi dengan penelitian Foreign Direct berdasarkan model yang akan dilakukan Investment semiparametrik adalah propossi hazard menggunakan dengan logaritma. persamaan simultan
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah lebih terfokus pada parameter harga dari kayu lapis yang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran kayu lapis.
dan Industry MetodeTwo Stage Consolidation and Least Square(2 SLS) Price In The US Lineboard Indusrty
Perbedannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah kegiatan yang di analisis adalah GDP dan FDI.
26
Tabel 12. Lanjutan No. Nama
9
Judul
Adrian Whiteman dan Modelling global Christoper Brown forest product supply and demand: recent result from FAO and their potential implications for New Zealand
Metode
Global Fibre Supply Model (GFSM) dan Global Forest Product Model (GFPM)
Persamaan yang terdiri dari variabel bebas dan tidak bebas. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah produk kehutanan
Perbedaan
Perbedaanya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitian dan wilayah penelitian.
27
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Fungsi Produksi dan Penawaran Pulp dan Kertas Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu (Sugiarto et al. 2005). Secara umum hubungan antara input-output untuk menghasilkan produksi suatu komoditi pertanian (Q) secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Q = f (X1, X2) .....................................................................................
(3.1)
keterangan : Q
= Output (kg/ha)
X1 = Harga input (Rp/ton) X2 = Harga output (Rp/ton) Dirumuskan secara sederhana fungsi produksi pulp dan kertas adalah : QPIt= (HRPIt, HRLIt, URPTt, QPIt-1) ...............................................
(3.2)
QKIt= (HRKIt, HRPIt, URKTt, QKIt-1) ..............................................
(3.3)
keterangan : QPIt
= Jumlah produksi pulp di Indonesia tahun ke-t (juta ton)
QKIt
= Jumlah produksi kertas di Indonesia tahun ke-t (juta ton)
HRPIt
= Harga riil pulp di Indonesia tahun ke-t (Rp/kg)
HRLIt
= Harga riil kayu log Indonesia tahun ke-t (Rp/m3)
URPTt
= Upah riil tenaga kerja sektor industri pulp tahun ke-t (Rp/bulan)
QPIt-1
= Jumlah produksi pulp tahun ke-t-1 (juta ton)
HRKIt
= Harga riil kertas di Indonesia tahun ke-t (Rp/kg)
URKTt
= Upah tenaga kerja sektor industri kertas tahun ke-t (Rp/bulan)
QKIt-1
= Jumlah produksi kertas tahun ke-t-1 (Rp/kg)
Secara teoritis, kuantitas penawaran pulp atau kertas dipengaruhi oleh produksi pulp atau kertas di dalam negeri, impor pulp atau kertas dan dikurangi ekspor pulp dan kertas (Tomek, 1990). Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana fungsi penawaran sebagai berikut: SPIt = QPIt + MPIt – XPIt ...................................................................
(3.4)
SKIt = QKIt + MKIt – XKIt .................................................................
(3.5)
28
keterangan: SPIt = Penawaran pulp Indonesia tahun ke-t (juta ton) MPIt = Impor pulp Indonesia tahun ke-t (juta ton) XPIt = Ekspor pulp Indonesia tahun ke-t (juta ton) MKIt = Impor kertas tahun ke-t (juta ton) XKIt = Ekspor kertas tahun ke-t Lipsey et al. (1993) menyatakan bahwa hukum penawaran pada dasarnya semakin tinggi harga suatu komoditi, makin besar jumlah komoditi yang akan ditawarkan, semakin rendah harga, semakin kecil jumlah komoditi yang ditawarkan. Dolan (1974) dalam Novindra (2011), mengemukakan penawaran suatu komoditas, yaitu harga komoditas itu sendiri, harga komoditas lainnya (sebagai subsitusinya), biaya faktor produksi, biaya perusahaan, tujuan perusahaan, tingkat tekhnologi, pajak, subsidi, harapan harga dan keadaan alam. 3.2. Permintaan Pulp Oleh Industri Kertas Dalam penurunan permintaan input diperlukan analisis fungsi produksi oleh industri pengolahan pulp (industri kertas). Fungsi produksi oleh industri kertas dirumuskan sebagai berikut: QK = q(X1, X2) ..................................................................................
(3.6)
keterangan : QK = jumlah produksi dari industri kertas (unit) X1 = jumlah input pulp (unit), dan X2 = jumlah input lainnya (unit) Bila harga kertas adalah P, harga pulp adalah PX1 dan harga input lainnya adalah PX2, maka fungsi keuntungan dari industri kertas tersebut dapat dispesifikasi sebagai berikut: Π
= P*q(X1.X2) - (PX1*X1 + PX2*X2) ..........................................
(3.7)
Kondisi keuntungan maksimum dari industri kertas diperoleh dari turunan parsial pertama dari fungsi keuntungan (3.7), di mana
∂Π
dan
∂X1
∂Π ∂X2
sama dengan nol, sebagai
berikut: ∂Π
= P*
∂X1
∂Q ∂X1
- PX1 = 0 atau P*MPX1= PX1 ...........................................................
(3.8)
29
∂Π
= P*
∂X2
∂Q ∂X2
– PX2 = 0 atau P*MPX2= PX2 ..........................................................
(3.9)
Keterangan MPX1 dan MPX2 merupakan produk marjinal kemudian P*MPX1 dan P*MPX2 adalah nilai dari produk marjinal dari input X1 dan X2 . Pada persamaan di atas, penggunanan input yang optimal dicirikan oleh kondisi dimana nilai produk marjinal dari masing-masing input (P*MPX1, P*MPX2) sama dengan harga input yang bersangkutan yaitu PX1 dan PX2. Pada industri kertas, permintaan terhadap pulp selain dipengaruhi oleh harga produksi industri kertas, harga input pulp dan harga faktor input lainnya. Dalam model ekonomi, permintaan input tersebut ditulikan sebagai berikut : DPI= f(HK, PX1, PX2,) ......................................................................
(3.10)
dimana DPI adalah permintaan pulp oleh industri kertas, harga kertas (HK), harga input pulp (PX1) dan harga faktor input lainnya (PX2). 3.3. Permintaan Kertas Oleh Industri Turunan Kertas Dalam penurunan permintaan input diperlukan analisis fungsi produksi oleh industri turunan kertas. Fungsi produksi oleh industri pengolahan kertas dirumuskan sebagai berikut: QOK = q(X3, X4) ...............................................................................
(3.11)
keterangan : QOK = jumlah produksi dari industri pengolahan kertas (unit) X3
= jumlah input kertas (unit), dan
X4
= jumlah input lainnya (unit)
Bila harga olahan kertas adalah P, harga kertas adalah PX3 dan harga input lainnya adalah PX4, maka fungsi keuntungan dari industri pengolahan kertas tersebut dapat dispesifikasi sebagai berikut: Π
= P*q(X3.X4)-(PX3*X3 + PX4*X4) ...........................................
(3.12)
Kondisi keuntungan maksimum dari industri pengolahan kertas diperoleh dari turunan parsial pertama dari fungsi keuntungan (3.12), di mana
∂Π ∂X3
dan
∂Π ∂X4
sama
dengan nol, sebagai berikut: ∂Π
= P*
∂Q
∂X3
∂X3
∂Π
∂Q
= P*
∂X4
∂X4
– PX3 = 0 atau P*MPX3= PX3 .......................................................... (3.13) – PX4 = 0 atau P*MPX4= PX4 .......................................................... (3.14)
30
Keterangan MPX3 dan MPX4 merupakan produk marjinal kemudian P*MPX3 dan P*MPX4 adalah nilai dari produk marjinal dari input X3 dan X4. Penggunaan input yang optimal dicirikan oleh kondisi dimana nilai produk marjinal dari masingmasing input (P*MPX3, P*MPX4) sama dengan harga input yang bersangkutan yaitu PX3 dan PX4. Pada industri olahan kertas, permintaan terhadap kertas selain dipengaruhi oleh harga produksi industri olahan kertas, harga input kertas dan harga faktor input lainnya. Dalam model ekonomi, permintaan input tersebut dituliskan sebagai berikut : DKI= f(HOK, PX3, PX4,) ...................................................................
(3.15)
dimana DKI adalah permintaan kertas oleh industri pengolahan kertas, harga olahan kertas (HOK), harga input kertas (PX3) dan harga faktor input lainnya (PX4). 3.4. Harga Pulp dan Kertas Harga pulp atau kertas di pasar domestik ditentukan oleh kekuatan permintaan pulp atau kertas, penawaran pulp atau kertas di Indonesia dan harga pulp atau kertas pada tahun ke-t-1. Harga akan tinggi jika laju permintaan atau impor lebih tinggi, sebaliknya harga akan turun jika terjadi kelebihan penawaran. Dengan demikian, persamaan harga pulp dan kertas sebagai berikut: HRPIt = f( DPIt, SPIt, HRPIt-1) ...........................................................
(3.16)
HRKI t = f(DKIt, SKIt, HRKIt-1) ........................................................
(3.17)
keterangan: HRPIt
= Harga riil pulp di Indonesia tahun ke-t (Rp/kg)
HRKIt
= Harga riil kertas di Indonesia tahun ke-t (Rp/kg)
DPIt
= Permintaan pulp di Indonesia tahun ke-t (juta ton)
DKIt
= Permintaan kertas di Indonesia tahun ke-t (juta ton)
SPIt
= Penawaran pulp di Indonesia tahun ke-t (juta ton)
SKIt
= Penawaran kertas di Indonesia tahun ke-t (juta ton)
HRPIt-1
= Harga riil pulp di Indonesia tahun ke-t-1 (Rp/kg)
HRKIt-1
= Harga riil kertas di Indonesia tahun ke-t-1 (Rp/kg)
Menurut Nicholson (2002), harga pasar mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai pemberi sinyal informasi bagi produsen mengenai berapa banyak barang yang seharusnya diproduksi untuk mencapai laba maksimum dan penentu tingkat
31
permintaan bagi konsumen yang menginginkan kepuasan maksimum. Kenaikan dalam permintaan menyebabkan keseimbangan harga meningkat sehingga permintaan mempengaruhi harga secara positif. Penawaran mempengaruhi harga secara negatif, yaitu jika penawaran meningkat maka harga akan cenderung turun. Hal ini disebabkan kuantitas barang yang ditawarkan oleh produsen lebih besar daripada yang dibutuhkan atau yang diinginkan oleh konsumen. 3.5. Teori Permintaan dan Penawaran Teori penawaran dan permintaan dalam ilmu ekonomi, adalah penggambaran atas hubungan-hubungan di pasar, antara calon pembeli dan penjual dari suatu barang. Analisis suatu model penawaran dan permintaan mengambarkan harga dan kuantitas yang terjual di pasar (Henderson dan Quandt, 1980), penting dilakukannya analisis ekonomi mikro terhadap perilaku serta interaksi para pembeli dan penjual. Selain hal tersebut model juga mampu memperkirakan kondisi dalam suatu pasar yang kompetitif, harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Hukum permintaan merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa “ Kuantitas barang yang akan dibeli pada harga tinggi relatif lebih sedikit daripada harga yang lebih rendah”. Kurva permintaan berkemiringan negatif atau menurun dari kiri atas ke kanan bawah (Sicat dan Arndt, 1991). Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta yang mempunyai sifat hubungan terbalik (Gambar 3). P
S Q Sumber: Lipsey et al.1987
Gambar 3. Kurva Permintaan keterangan : P
= Harga Komoditas
Q
= Kuantitas Komoditas
D
= Kurva permintaan
32
Kurva permintaan didefenisikan sebagai: “kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang yang diminta pada umumnya menurun dari kiri ke kanan bawah”. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang berkaitan, tingkat pendapatan, selera konsumen serta ekspektasi atau perkiraan. Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang tersedia dan dapat dijual oleh penjual pada berbagai tingkat harga, dan pada waktu tertentu. Hukum penawaran pada dasarnya menyatakan ketika semakin tinggi harga suatu barang maka akan semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual begitu juga sebaliknya. ”Kurva penawaran dapat didefenisikan sebagai suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan“(Gambar 4). Kurva penawaran berkemiringan positif, menarik dari kiri bawah ke kanan atas (Sicat dan Arndt, 1991). P
Sumber: Lipsey et al. 1987
S
Q Gambar 4. Kurva Penawaran 3.6. Suku Bunga Kredit Investasi
Menurut Pindyck (2005), suku bunga adalah harga yang dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman. Seperti harga pasar, penentuan tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari loanable funds (dana investasi). Suku bunga terdiri ada dua jenis yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga nominal adalah rate yang terjadi di pasar sedangkan suku bunga riil menggunakan konsep mengukur tingkat kembalian setelah dikurangi dengan inflasi. Suku bunga kredit sangat bergantung pada jenis kredit itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang Perbankan nomor 10 Tahun 1998, menurut tujuan penggunaannya, kredit dibedakan menjadi tiga yaitu kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi. Kredit modal kerja (working capital loan) merupakan kredit yang diberikan dengan tujuan membiayai kegiatan usahanya atau
33
perputaran modal misalnya pembelian barang dagangan. Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada (calon) debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik, yang pelunasannya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai. Jangka waktu kredit ini umumnya lebih dari satu tahun. Penelitian ini menggunakan kredit investasi dikarenakan diperlukannya dana kredit untuk membiayai revitalisasi mesin-mesin industri pulp dan kertas yang sudah tua. Kredit konsumsi (consumer loan) merupakan kredit yang diberikan oleh bank untuk membiayai pembelian barang, yang tujuannya tidak untuk usaha tetapi untuk pemakaian pribadi. Jangka waktu kredit ini dapat berjangka waktu panjang atau pendek. 3.7. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan penawaran dan permintaan atas suatu komoditas antara suatu negara dengan negara lainnya dimana setiap negara tidak menghasilkan semua komoditas atau barang yang dibutuhkan oleh rakyatnya maupun akibat adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditas tertentu. Selain itu, perdagangan internasional terjadi karena adanya keinginan suatu negara untuk memperluas pasaran komoditas ekspornya dan untuk meningkatkan penerimaan devisa bagi kegiatan pembangunan (Gonarsyah, 1983 dan Ruky, 1983 dalam Situmorang 2009). Analisis mengenai penawaran dan permintaan impor di Indonesia dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran dan permintaan domestik untuk kasus dua negara (A dan B) dengan suatu komoditas perdagangan tertentu, misalnya pulp dan kertas. Secara grafis mekanisme penawaran dan permintaan tersebut dilukiskan seperti Gambar 6, keterangan penawaran dan permintaan di negara A adalah Sa dan Da, sedangkan di negara B adalah Sb dan Db. Dalam pengertian atau batasan yang lebih luas, ekspor suatu negara merupakan kelebihan produksi barang atau jasa yang tidak dikonsumsi oleh konsumen negara yang bersangkutan atau tidak disimpan dalam bentuk stock
34
(Labys, 1973; Kindleberger dan Lindert, 1982). Berdasarkan pengertian ini, maka ekspor pulp atau kertas dapat didefinisikan sebagai berikut : QXt
= Qt - Ct + St-1 ..............................................................................
(3.18)
keterangan: QXt
= Jumlah pulp atau kertas yang diekspor pada tahun ke-t (unit)
Qt
= Jumlah produksi pulp dan kertas pada tahun ke-t (unit)
C
= Jumlah konsumsi pulp atau kertas pada tahun ke-t (unit)
St-1
= Jumlah stok pulp atau kertas pada tahun ke-t-1
P
DA
r
P
SA
x
P
ES
DB
SB
PB Pw m
PA
s
ED 0
QA Negara A
Q 0 Qe
Q
Pasar Dunia
(Eksportir)
0
QB
Q
Negara B (Importir)
Sumber : Tweeten, 1992 Gambar 5. Mekanisme Perdagangan Internasional keterangan : PA
= Harga domestik di negara A (pengekspor)
PB
= Harga domestik di negara B (pengimpor)
PW
= Harga dunia Gambar 5 menunjukkan bahwa penawaran di pasar dunia akan terjadi jika
harga dunia lebih besar dari PA sedangkan permintaan pasar dunia akan terjadi jika harga dunia lebih rendah dari PB. Ketika harga dunia berada di PW , maka di negara eksportir terjadi kelebihan penawaran dan di negara importir terjadi kelebihan permintaan. Hal ini menyebabkan negara B melakukan impor dari negara A yang harganya relatif lebih murah. Negara A mengeskpor pulp dan kertas sebesar x dan negara B akan mengimpor pulp dan kertas sebesar m. Adanya pertukaran informasi yang terjadi antara negara A dan negara B akan menyebabkan terjadinya
35
perdagangan dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama. Perpaduan antara kelebihan penawaran di negara eksportir dan kelebihan permintaan di negara importir akan memerlukan harga yang terjadi di pasar dunia, yaitu sebesar PW. Perdagangan menyebabkan besarnya komoditas yang diperdagangkan di pasar dunia sama dengan besarnya komoditas yang ditawarkan negara eksportir dan komoditas yang diminta negara importir. Asumsi yang digunakan dalam persamaan 3.18 adalah : (1) impor pulp atau kertas negara pengeskpor relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan produksinya, sehingga dapat diabaikan, (2) konsumsi domestik negara produsen pada umunya relatif stabil sehingga dianggap konstan, (3) mengingat besarnya jumlah produksi pulp atau kertas jika dibandingkan dengan permintaannya, maka stok di negara produsen dianggap bukanlah berfungsi sebagai penyangga (buffer) untuk mengatur kondisi pasar, hanya merupakan sisa produksi pada akhir tahun yang tidak dapat disalurkan di pasar internasional. Jika konsep penawaran ekspor yang digunakan sama seperti yang diuraikan di atas (pola produksi pulp atau kertas konsisten dengan pola penawaran ekspor), maka untuk menentukan berapa besar keuntungan yang diperoleh produsen melalui penawaran ekspornya dapat digunakan pendekatan harga ekspor yang diharapkan, sehingga fungsi penawaran ekspornya dapat digunakan pendekatan harga ekspor yang diharapkan, sehingga fungsi penawaran ekspor dapat dirumuskan sebagai berikut : QX
= f(P*t).........................................................................................
(3.19)
Menurut Pindyick dan Rubinfeld (1991) dan Koutsoyiannis (1977), harga harapan ekspor dapat diduga dangan menggunakan Cogan’s Adaptif Expectation Model sebagai berikut : P’t - P’t-1 = e(Pt-P’t-1) .................................................................................. keterangan : P’t
= Harga harapan ekspor pulp atau kertas pada tahun ke-t
Pt
= Harga ekspor pulp atau kertas pada tahun ke-t
e
= Koefisien harapan (expectation coeffisien), keterangan 0<e<1
P’t-1
= Harga harapan ekspor pulp atau kertas pada tahun ke-t-1
(3.20)
36
Persamaan (3.19) dan (3.20) di atas dapat diselesaikan secara aljabar, dan akhirnya akan diperoleh : QXt
= f(Pt-Pt-1) ....................................................................................
(3.21)
Persamaan (3.21) menunjukkan bahwa penawaran ekspor pulp atau kertas dipengaruhi oleh harga ekspor pulp atau kertas pada tahun ke-t dan harga ekspor pulp atau kertas tahun ke-t-1. Selain dua faktor tersebut, penawaran ekspor suatu negara juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan nilai tukar valuta asing di negara pengekspor dan di negara partner dagangnya (Branson and Litvak, 1981). Harga pulp atau kertas dari negara yang bersangkutan maupun di tingkat internasional, juga dapat mempengaruhi keberagaman ekspor pulp atau kertas oleh suatu negara. Apabila faktor-faktor tersebut digabungkan dengan persamaan (3.21), maka diperoleh fungsi penawaran ekspor pulp atau kertas suatu negara dalam bentuk dinamis sebagai berikut : QXt
= f(Pt, Ert, Zt, QXt-1) ....................................................................
(3.22)
keterangan: Pt
= Harga ekspor pulp atau kertas pada tahun ke-t
Ert
= Nilai tukar mata uang asing tahun ke-t
Zt
= Faktor-faktor lain yang mempengaruhi ekspor pulp atau kertas tahun ke-t
QXt-1
= Jumlah ekspor pulp atau kertas pada tahun ke-t-1. Permintaan impor suatu negara terhadap suatu barang atau jasa merupakan
kelebihan konsumsi yang tidak sanggup diproduksi di dalam negeri (Labys, 1973). Dengan kata lain, suatu negara akan mengimpor suatu komoditas karena produksi di negara tersebut relatif sedikit dibandingkan dengan konsumsinya. Permintaan impor dapat dirumuskan sebagai berikut : Mt
= Ct-Qt - St-1...............................................................................
keterangan : Mt
= Jumlah impor pulp atau kertas tahun ke-t (unit)
Ct
= Jumlah konsumsi pulp atau kertas tahun ke-t (unit)
Qt
= Jumlah produksi pulp atau kertas tahun ke-t (unit)
St-1
= Jumlah stok pulp atau kertas tahun ke-t-1 (unit)
(3.23)
37
Jika diasumsikan bahwa stok pulp atau kertas negara konsumen adalah konstan, maka konsumsi pulp atau kertas negara konsumen akan konsisten dengan pola permintaan impornya, sehingga berapa besar utilitas yang diperoleh dari konsumsi pulp atau kertas yang diimpor menjadi begitu penting. Bertolak dari hal tersebut, maka fungsi permintaan impor dapat diturunkan dari fungsi konsumsi, sedangkan fungsi konsumsi dapat diturunkan dari fungsi utilitas. Maksimisasi utilitas dengan kendala pendapatan dan tingkat harga tertentu diperoleh fungsi konsumsi sebagai berikut : Ct
= (Yt, PMt) ...................................................................................
(3.24)
keterangan : Yt
= Pendapatan negara pengimpor pada tahun ke-t
PMt
= Harga pulp atau kertas di negara pengimpor pada tahun ke-t Permintaan impor juga dipengaruhi oleh harga impor pulp atau kertas, nilai
tukar valuta asing, impor tahun pulp atau kertas ke-t-1 . Dengan demikian fungsi permintaan impor dapat dirumuskan sebagai berikut : Mt= f(PMt, NTt, Mt-1) ..................................................................................
(3.25)
keterangan : PMt
= Harga impor pulp atau kertas pada tahun ke-t
NTt
= Nilai tukar valuta asing pada tahun ke-t
Mt-1
= Impor pulp atau kertas pada tahun ke-t-1 Selanjutnya mekanisme perubahan harga pulp atau kertas di pasar
internasional dapat terjadi, baik karena kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi perubahan
penawaran
ekspor,
maupun
karena
kekuatan-kekuatan
yang
mempengaruhi perubahan permintaan impor, ataupun karena pengaruh keduanya secara bersama-sama. Sebagai komoditas yang diperdagangkan di pasar internasional, harga pulp atau kertas sangat dipengaruhi oleh pola perdagangan yang terjadi. Menurut APKI (1999), ada dua variabel utama dalam perdagangan yang mempengaruhi harga pulp atau kertas, yaitu variabel internal dan eksternal. Variabel eksternal terutama adalah yang berkaitan dengan kebijaksaaan pulp atau kertas internasional, sedangkan variabel internalnya berkaitan dengan mekanisme pemasaran dan proses produksi pulp atau kertas itu sendiri, misalnya kapasitas produksi, penyediaan bahan baku,
38
distribusi, maupun mutu. Pengertian dari variabel internal dan eksternal yang dimaksud adalah : 1. Faktor interm, meliputi kemampuan untuk memproduksi barang dalam hal jumlah dan variasi atau standar kualitas yang berbeda-beda yang melebihi kebutuhan nasional. 2. Faktor ekstern, meliputi permintaan dan daya beli di pasar atau negara tujuan. Hal ini tergantung pada kebijakan politik maupun ekonomi (izin impor, peraturan lalu lintas devisa dan lain-lain) dari pemerintah di negara tujuan serta perundangan di negara eksportir. Dari uraian di atas, maka fungsi harga pulp atau kertas di pasar dunia dapat dapat dirumuskan sebagai berikut : Pwt
= f(QXt, Mt, Zt) ...........................................................................
(3.26)
keterangan : Pwt
= Harga pulp atau kertas di pasar dunia tahun ke-t
Zt
= Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi harga pulp atau kertas di pasar dunia tahun ke-t Harga pada pasar internasional mempengaruhi harga pada pasar domestik
atau sebaliknya, yang berarti jika terjadi kenaikan harga pulp atau kertas di pasar internasional, maka akan berdampak terhadap kenaikan harga pulp atau kertas di pasar domestik. Kondisi ini akan tercapai jika informasi mudah didapat pada bursa masing-masing negara, sehingga fluktuasi harga pada suatu pasar dapat segera tertangkap oleh pasar lain. Hal ini dapat dijadikan sebagai sinyal dalam pengambilan berbagai keputusan bagi pelaku-pelaku ekonomi yang terlibat di dalamnya. 3.8. Model Persamaan Simultan Menurut Gujarati (1998) sistem persamaan simultan dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang dunia nyata dibandingkan dengan model persamaan tunggal. Hal ini disebabkan karena peubah-peubah dalam persamaan satu dengan yang lainnya dalam model dapat berinteraksi satu sama lain. Persamaan simultan tidak hanya memiliki satu persamaan yang menghubungkan satu variabel endogen tunggal dengan sejumlah variabel penjelas non stokastik atau didistribusikan secara bebas dari unsur gangguan stokastik. Satu ciri unik dari
39
persamaan simultan adalah variabel endogen dari suatu persamaan mungkin muncul sebagai variabel yang menjelaskan (explanatory variabel) dalam persamaan lain dari sistem. Bentuk umum dari persamaan simultan dapat dirumuskan sebagai berikut : Y1i
= α10 + α12 Y2i+ β11 X1i + u1i .......................................................
(3.27)
Y2i
= α20 + α21 Y1i + β21 X1i + u2i. .....................................................
(3.28)
Keterangan Y1 dan Y2 merupakan variabel yang saling bergantung, atau bersifat endogen, dan Xt merupakan variabel yang bersifat eksogen, keterangan u1 dan u2 adalah unsur gangguan stokastik, variabel Y1 dan Y2 kedua-duanya stokastik. Pemilihan model yang akan digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia. 3.9. Kerangka Pemikiran Operasional Produksi pulp Indonesia lebih rendah dibandingkan produksi kertas. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata laju pertumbuhan produksi kertas yang lebih tinggi (7,26 persen) daripada rata-rata laju pertumbuhan produksi pulp (5,70 persen) karena kapasitas produksi kertas lebih tinggi dibandingkan kapasitas produksi pulp. Kapasitas produksi pulp dan kertas lebih tinggi daripada kapasitas terpakai pulp dan kertas, hal ini dikarenakan penggunaan mesin-mesin yang sudah tua pada industri pulp dan kertas sehingga dibutuhkannya biaya yang besar untuk merevitalisasi mesin-mesin tua tersebut. Oleh karena itu, industri pulp dan kertas mengharapkan adanya kebijakan yang meringankan biaya dalam merevitalisasi mesin-mesin tua tersebut, salah satunya dengan pemberian subsidi suku bunga kredit riil investasi. Tingginya produksi pulp dan kertas yang meningkat memicu industri-industri melakukan ekspor pulp dan kertas. Indonesia juga melakukan impor pulp dan kertas dari jenis pulp serat panjang dan jenis kertas khusus serta kertas kraft. Pulp serat panjang diimpor karena adanya keterbatasan bahan baku kayu berdaun jarum yang sangat sedikit di Indonesia dan impor kertas khusus serta kertas kraft dikarenakan kurang berkembangnya industri hilir kertas. Menurut Komite Pengamanan Perdagangan (2014), Indonesia mengalami peningkatan impor kertas dan karton sehingga menyebabkan industri kertas yang diwakili oleh PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dan PT. Pindo Deli Pulp dan Paper Mills mengajukan perlindungan agar
40
tidak terjadi kerugian serius bagi industri kertas. Salah satu kebijakan pemerintah yang dapat menurunkan impor kertas adalah tarif impor kertas Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, maka dibuat model persamaan permintaan dan penawaran pulp dan kertas. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan simultan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia. Hasil analisis yang diperoleh diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pengambil kebijakan dalam pengembangan industri pulp dan kertas di Indonesia. Secara garis besar, kerangka pemikiran operasional dapat ditunjukkan pada Gambar 6.
41
41
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional
42
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data sekunder yang digunakan dalam bentuk data deret waktu (time series) yang dengan periode 1989 sampai 2011. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data pada instansi pemerintah yang memiliki dokumentasi data mengenai kegiatan yang mempengaruhi penawaran dan permintaan pulp dan kertas Indonesia seperti Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kehutanan, Kementerian Ketenagakerjaan dan Imigrasi, Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia serta literatur-literatur data dari penelitian terdahulu. 4.2. Metode Analisis Data Model permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia dalam penelitian ini menggunakan sistem persamaan simultan. Masing-masing persamaan dalam model persamaan simultan diduga dengan metode (two stages least square) 2SLS menggunakan software statistical analysis software/ econometric time series (SAS/ETS) versi 9.1. Dalam mengevaluasi dampak kebijakan pemerintah terhadap permintaan dan penawaran pulp dan kertas menggunakan simulasi historis metode Newton. Prosedur analisis model dalam penelitian ini terdiri dari: 4.2.1. Spesifikasi model permintaan dan penawaran pulp dan kertas Model ekonometrika merupakan gambaran dari hubungan masing-masing variabel penjelas terhadap variabel endogennya khususnya yang menyangkut tanda dan besaran dari penduga parameter sesuai dengan harapan teoritis. Spesifikasi model yang dirumuskan dalam studi ini sangat terkait dengan tujuan yaitu merumuskan model permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia. Model permintaan dan penawaran pulp dan kertas Indonesia dispesifikasi dalam bentuk persamaan simultan yang terkait antar variabel disajikan dalam Gambar 7. Hal ini merupakan hipotesis penelitian yang digambarkan dalam bentuk persamaan struktural yang mencakup variabel eksogen dan endogen.
43
Keterangan :
= Peubah eksogen
= Peubah endogen
Gambar 7. Kerangka Model Hipotesis Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas di Indonesia 43
44
Menurut Koutsoyanis (1977) dalam membangun model ekonometrika terdapat empat tahap utama yang harus dilalui yaitu spesifikasi model, estimasi model, validasi model dan simulasi model. Kriteria model yang baik harus sesuai dengan kriteria teori ekonomi yang dilihat dari statistik Dw maupun Dh sedangkan kriteria statistik yang dilihat dari suatu derajat (goodness of fit) yang dikenal dengan koefisien determinasi (R2) serta nyata secara statistik. 1. Permintaan Pulp Indonesia Permintaan pulp di Indonesia dipengaruhi oleh selisih harga riil pulp Indonesia tahun ke-t, laju pertumbuhan harga riil kertas Indonesia tahun ke-t, produksi kertas Indonesia tahun ke-t berikut: DPIt
= a0+a1*SHRPIt+a2* THRKIt +a3*QKIt+U1
keterangan: SHRPIt
= Selisih harga riil pulp tahun ke-t dengan harga riil pulp ke-t-1 (HRPI t-LHRPIt-1)(Rp/kg)
THRKIt
= Laju pertumbuhan harga riil kertas ((HRKI t - HRKI t-1) /HRKIt-1) (Rp/kg)
QKIt
= Produksi kertas Indonesia (juta ton)
Nilai parameter dugaan yang diharapkan adalah: a1<0 dan a2,a3>0 2. Penawaran Pulp Indonesia Penawaran akan pulp pada tahun ke-t didefinisikan sebagai penjumlahan dari produksi pulp Indonesia pada tahun ke-t dengan impor pulp dikurangi jumlah ekspor pulp Indonesia pada tahun ke-t, sehingga secara matematis penawaran pulp Indonesia dapat dirumuskan sebagai: SPIt
= QPIt+MPIt-XPIt
keterangan: SPIt
= Penawaran pulp Indonesia pada tahun ke-t ( juta ton)
QPIt
= Produksi pulp Indonesia pada tahun ke-t ( juta ton)
MPIt
= Impor pulp tahun ke-t (juta ton)
XPIt
= Ekspor pulp tahun ke-t (juta ton)
45
3. Produksi Pulp Indonesia Bahan baku utama dalam pembuatan pulp di Indonesia menggunakan kayu gelondongan (kayu log) atau dapat juga menggunakan bahan baku non kayu seperti merang, bagase, dan lain-lain, sehingga harga riil kayu log sangat mempengaruhi produksi industri pulp. Selain harga riil kayu log pada tahun ke-t ada beberapa variabel yang mempengaruhi produksi pulp di Indonesia tahun ke-t yaitu; harga riil pulp di Indonesia tahun ke-t, suku bunga kredit riil investasi tahun ke-t, trend waktu tahun ke-t dan produksi pulp Indonesia tahun ke-t-1. Secara matematis, persamaan produksi domestik pulp Indonesia dirumuskan sebagai berikut: QPIt
= b0+b1*HRPIt+b2*HRLIt-1+b3*SBKRIt-1+b4*Tt+b5*QPIt-1+U2
keterangan: HRPIt
= Harga riil pulp Indonesia tahun ke-t (Rp/kg)
HRLIt-1
= Harga riil kayu log Indonesia tahun ke-t-1 (Rp/m3)
SBKRIt-1 = Suku bunga kredit riil investasi tahun ke-t-1 (%/tahun) Tt
= Trend waktu (1,2,3,...i)
QPIt-1
= Produksi pulp Indonesia tahun ke-t-1 (juta ton)
Nilai parameter dugaan yang diharapkan : b1,b4,>0; b2,b3<0 dan 0
= c0+c1*SPIt-1+c2*DPIt-1+c3*HRXPIt+c4*HRPIt-1+U3
keterangan: SPIt-1
= Penawaran pulp di Indonesia tahun ke-t-1 (juta ton)
DPIt-1
= Permintaan pulp di Indonesia tahun ke-t-1 (juta ton)
HRXPIt = Harga riil ekspor pulp pada tahun ke-t (Rp/US$) HRPIt-1
= Harga riil pulp di Indonesia tahun ke-t-1 (Rp/kg)
Nilai parameter dugaan yang diharapkan: c2,c3>0 ; c1<0 dan 0
46
5. Ekspor Pulp Indonesia Ekspor pulp di Indonesia tahun ke-t dipengaruhi oleh selisih harga riil ekspor pulp tahun ke-t, produksi pulp di Indonesia tahun ke-t, nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun ke-t dan jumlah ekspor pulp Indonesia tahun ke-t-1. Persamaan ekspor pulp Indonesia dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut: XPIt
= d0+d1*SHRXPIt+d2*QPIt-1+d3*NTRt+d4*XPIt-1+U4
keterangan: SHRXPIt = Selisih harga riil ekspor pulp di Indonesia tahun ke-t dengan harga riil ekspor pulp Indonesia tahun ke-t-1 (US$/ton) (HRXPIt-HRXPI t-1) QPIt-1
= Produksi pulp di Indonesia tahun ke-t-1 (juta ton)
NTRt
= Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar tahun ke-t (Rp/US$)
XPIt-1
= Jumlah ekspor pulp Indonesia tahun ke-t-1 (juta ton)
Nilai parameter dugaan yang diharapkan adalah: d1,d2, d3>0 dan 0
= Jumlah ekspor pulp di Indonesia tahun ke-t (juta ton)
SHRPWRt= Selisih harga riil pulp dunia tahun ke-t dengan harga riil pulp dunia tahun ke-t-1 (US$/ton) (HRPWR t -HRPWR t-1) t HRXPIt-1 = Harga riil ekspor pulp pada tahun ke-t-1 (Rp/US$) Nilai parameter dugaan yang diharapkan adalah: e2>0;e1<0 dan 0<e3<1 7. Impor Pulp Indonesia Impor pulp di Indonesia tahun ke-t diduga dipengaruhi oleh harga riil impor pulp tahun ke-t, selisih permintaan pulp di Indonesia tahun ke-t, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar tahun ke-t dan impor pulp Indonesia tahun ke-t-1. Persamaan impor pulp Indonesia tahun ke-t dapat dirumuskan sebagai berikut: MPIt
= f0+f1*HRIMPIt+f2*SDPIt+f3*NTRt+f4*MPIt-1+U6
47
keterangan: HRIMPIt = Harga riil impor pulp tahun ke-t (US$/ton) SDPIt
= Selisih permintaan pulp di Indonesia tahun ke-t (juta ton) (DPI-LDPI)t
NTRt
= Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar tahun ke-t (Rp/US$)
MPIt-1
= Impor pulp Indonesia tahun ke-t-1 (juta ton)
Nilai parameter dugaan yang diharapkan adalah: f2>0; f1,f3<0 dan 0
= Impor pulp Indonesia tahun ke-t-1 (juta ton)
TIPt
= Tarif impor pulp tahun ke-t (%/tahun)
HRMPIt-1 = Harga riil impor pulp tahun ke t-1 (US$/ton) Nilai parameter dugaan yang diharapkan: g1, g2>0 dan 0
= h0+h1*SHRKIt+h2SHRKNIt+h3*Tt+h4*DKIt-1+U8
keterangan: SHRKIt
= Selisih harga riil kertas di Indonesia dengan harga riil kertas di Indonesia tahun ke-t-1 (Rp/kg) (HRKIt -HRKIt-1)
SHRKNI = Harga kertas koran di Indonesia (Rp/m3) (HRKNIt -HRKNIt-1) Tt
= Trend waktu tahun t (1,2,3,..i)
DKIt-1
= Permintaan domestik kertas tahun ke-t-1 (juta ton)
Nilai parameter dugaan parameter yang diharapkan: h2, h3>0; h1<0 dan 0
48
10. Penawaran Kertas Indonesia Penawaran kertas di Indonesia pada tahun ke-t didefinisikan sebagai penjumlahan dari produksi kertas Indonesia tahun ke-t dengan impor kertas pada tahun yang sama dikurangi jumlah penawaran ekspor. Persamaan penawaran domestik kertas Indonesia dirumuskan sebagai berikut: SKIt
= QKIt+MKIt-XKIt
keterangan: SKIt
= Penawaran kertas di Indonesia tahun ke-t (juta ton)
QKIt
= Produksi kertas Indonesia tahun ke-t (juta ton)
MKIt
= Impor kertas Indonesia tahun ke-t (juta ton)
XKIt
= Ekspor kertas Indonesia tahun ke-t (juta ton)
11. Produksi Kertas Indonesia Produksi kertas di Indonesia adalah: harga riil pulp di Indonesia tahun ke-t, harga riil kertas Indonesia tahun ke-t, harga riil impor kertas bekas tahun ke-t, harga riil koran di Indonesia tahun ke-t, suku bunga kredit riil investasi tahun ke-t, upah riil tenaga kertas sektor industri kertas tahun ke-t dan produksi kertas di Indonesia tahun ke-t-1. Persamaan produksi kertas di Indonesia dirumuskan sebagai berikut: QKIt
= i0+i1*HRKIt+i2 *HRIKBIt+i3*SBKRIt+i4*URKTt+ i5*QKIt-1+U9
keterangan: HRKIt
=`Harga riil kertas di Indonesia tahun ke-t (Rp/kg)
HRIKBIt = Harga riil impor kertas bekas tahun ke-t (US$/ton) SBKRIt
= Suku bunga kredit riil investasi (%/tahun)
URKTt
= Upah riil tenaga kerja sektor industri tahun ke-t (Rp/bulan)
QKIt-1
= Produksi kertas di Indonesia tahun ke-t-1 (juta ton)
Nilai parameter dugaan yang diharapkan adalah: i1 >0; i2, i3, i4<0; dan 0
= j0+j1*SKIt-1+j2*HRKWRt+j3*HRKIt-1+U10
49
keterangan: SKIt-1
= Penawaran kertas Indonesia tahun ke-t-1 (juta ton)
HRKWRt= Harga riil kertas dunia tahun ke-t (US$/ton) HRKIt-1 = Harga riil kertas Indonesia tahun ke t-1 (Rp/ton) Nilai parameter dugaan yang diharapkan ialah: ,j2>0; j1<0
dan 0<j3<1
13. Ekspor Kertas Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap ekspor kertas di Indonesia tahun ke-t adalah harga riil ekspor produk kertas tahun ke-t-1, produksi kertas tahun ke-t, nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun ke-t, sehingga dari uraian-uraian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: XKIt
= k0+k1*HRXKIt-1+k2*QKIt+k3*NTRt+U11
keterangan: HRXKIt-1= Harga riil ekspor produk kertas tahun ke-t-1(US$/ton) QKIt
= Produksi kertas Indonesia tahun ke-t (juta ton)
NTRt
= Nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun ke-t (Rp/US$)
Nilai parameter dugaan yang diharapkan ialah: k1,k2,k3>0 14. Harga Riil Ekspor Kertas Indonesia Harga riil ekspor kertas tahun ke-t dipengaruhi oleh jumlah ekspor pulp tahun ke-t, trend waktu tahun ke-t dan harga ekspor kertas tahun ke-t-1. Persamaan harga ekspor kertas dapat dirumuskan sebagai berikut: HRXKIt = l0+l1*XKIt+l2*Tt+l3*HRXKIt-1+U12 keterangan: HRXKIt = Harga riil ekspor kertas Indonesia tahun ke-t (US$/ton) XKIt
= Ekspor kertas Indonesia ke-t (juta ton)
Tt
= Trend waktu tahun ke-t (1,2,3...i)
HRXKIt-1 = Harga riil ekspor kertas Indonesia tahun ke-t-1 (US$//ton) Nilai parameter dugaan yang diharapkan: l2>0; l1<0 dan 0
50
15. Impor Kertas Indonesia masih memiliki keterbatasan pada jenis kertas tertentu sehingga keputusan unutk mengimpor kertas masih dilakukan demi memenuhi kertas jenis tertentu yang masih di impor oleh Indonesia. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap impor kertas oleh Indonesia tahun ke-t adalah: harga riil impor kertas tahun ke-t, permintaan kertas di Indonesia tahun ke-t, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar tahun ke-t, dan jumlah impor kertas tahun ke-t-1. Persamaan impor kertas Indonesia dirumuskan sebagai berikut: MKIt
= m0+m1*HRMKIt+m2*DKIt+m3*NTRt+m4*MKIt-1+U13
keterangan: HRKMIt = Harga riil impor kertas tahun ke-t (US$/ton) DKIt
= Permintaan kertas Indonesia tahun ke-t (juta ton)
NTRt
= Nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun ke-t (Rp/US$)
MKIt-1
= Impor kertas Indonesia tahun ke-t-1(juta ton)
Nilai parameter dugaan yang diharapkan ialah: m2>0; m1,m3<0 dan 0<m4<1 16. Harga Riil Impor Kertas Harga riil impor kertas dipengaruhi oleh jumlah impor kertas tahun ke-t, tarif impor kertas tahun ke-t dan harga riil impor kertas tahun ke-t-1. Persamaan harga impor kertas dapat dirumuskan sebagai berikut: HRMKIt = n0+n1*MKIt-1+n2*TIKt+n3*HRMKIt-1+U14 keterangan: HRMKIt = Harga riil impor kertas Indonesia tahun ke-t (US$/ton) MKIt-1
= Jumlah impor kertas Indonesia tahun ke-t-1 (juta ton)
TIKt
= Tarif impor kertas tahun ke-t (%/tahun)
HRMKIt-1= Harga riil impor kertas tahun ke-t-1 (US$/ton) Nilai parameter dugaan yang diharapkan: n1,n2>0 dan 0
51
persamaan dalam model. Rumus identifikasi model struktural menurut order condition adalah (Koutsoyianis, 1977): (K-M) ≤ (G-1) keterangan: K = total peubah dalam model (peubah endogenus dan predetermin) M = jumlah peubah endogenus dan eksogenus yang dimasukkan dalam suatu persamaan G = total persamaan ( jumlah peubah endogenus) Jika: (K-M) = (G-1), maka persamaan dalam model teridentifikasi secara tepat (exactly identified), (K-M) < (G-1), maka persamaan dalam model tidak teridentifikasi (un-identified), dan (K-M) > (G-1), maka persamaan dalam model merupakan identifikasi berlebih (over-identified). Model struktural yang dirumuskan dalam tulisan ini terdiri dari 14 peubah endogenus (G) dan 40 peubah predetermin, yang terdiri dari 11 peubah eksogenus, 4 lag eksogenus dan 25 lag endogenus. Dengan demikian jumlah seluruh peubah yang tercakup dalam model (K) adalah sebanyak 54 peubah sehingga 54 – 6 > 14 – 1 mengikuti rumus identifikasi model dengan kriteria order condition, maka setiap persamaan model adalah over identified. 4.2.3. Metode Pendugaan Model Dari identifikasi model diketahui bahwa masing-masing persamaan dalam model adalah over-identified. Persamaan yang demikian biasanya diduga dengan menggunakan berbagai metode pendugaan, diantaranya adalah Two-Stage Least Squares (2SLS), Three-stage Least Squares (3 SLS), Limited Information Maximum Likelyhood (LIML), atau Full Information Maximum Likelyhood (FIML), metode yang dipilih disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk memperoleh keofisien persamaan struktural secara simultan. Dalam studi ini metode pendugaan yang dipilih adalah metode Two-Stage Least Squares (2SLS). Pengolahan data dilakukan dengan program komputer SAS versi 9.1. Untuk menguji apakah peubah-peubah penjelas (explanatory-variabels) secara bersamap-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah endogen pada masing-masing digunkan uji statistik F. Kemudian untuk menguji apakah masingmasing peubah penjelas secara individual berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah endogen pada masing-masing persamaan digunakan uji statistik t.
52
4.2.4. Pengujian Model Model dapat dikatakan baik jika hasil estimasi model yang telah didapat kemudian diuji. Uji yang dilakukan meliputi uji ekonomi, statistik dan ekonometrika. 1. Uji Ekonomi Uji ekonomi dilakukan berdasarkan tanda yang ada pada setiap variabel bebas dalam model pendugaan. Terdapat variabel yang memiliki tanda bernilai positif maupun bernilai negatif. Tanda positif artinya penambahan satu satuan variabel penjelas akan meningkatkan penawaran atau permintaan pulp dan kertas. Tanda negatif artinya penambahan satu satuan variabel penjelas akan mengurangi penawaran dan permintaan pulp dan kertas. Selain melihat tanda ekonomi dalam setiap persamaan, hal yang perlu dilihat juga adalah elastisitas variabel dalam jangka pendek dan jangka panjang. Elastisitas digunakan untuk mendapat ukuran kuantitatif respon suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi. Untuk model yang dinamis, dapat dihitung elastisitas jangka pendek dan jangka panjang. Nilai elastisitas jangka pendek diperoleh dari perhitungan sebagai berikut (Pindyck dan Rubinfeld, 1998): Esr (Yt, Xt) = βt (Xt)/(Yt) keterangan: Esr (Yt, Xt) = Elastisitas jangka pendek variabel penjelas Xt terhadap variabel endogen Yt βt
= Parameter estimasi variabel penjelas Xt
Xt
= Rata-rata variabel penjelas Xt
Yt
= Rata-rata variabel endogen Yt
Nilai elastisitas jangka panjang dapat diperoleh dari perhitungan sebagai berikut: Elasitisitas Jangka Panjang (ELR) ELR =
𝐸𝑆𝑅(𝑌𝑡𝑋𝑡) 1−𝛽𝑡𝑙𝑎𝑔
Keterangan : β
= Parameter dugaan dari variabel penjelas
βt lag
= Parameter dugaan dari lag endogen
53
2. Uji Statistik Pengujian
model
dengan
pengujian
statistik
dilakukan
dengan
menggunakan uji statistik-F dan uji statistik-T a. Uji Statistik-F Uji statistik-F adalah persamaan yang digunakan untuk mengetahui dan menguji apakah variabel penjelas secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen (Koutsoyiannis, 1977) Hipotesis: H0
: β1=β2...= βi=0
H1
: minimal ada satu βi≠ 0
Keterangan i
= banyaknya variabel bebas dalam suatu persamaan Apabila nilai peluang (P value) uji statistik-F
H0. Tolak H0 berarti variabel penjelas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. Pada software SAS, hasil uji statistik-F bisa dilihat dari nilai Pr. Nilai ini merupakan probabilitas untuk uji data dua arah, sehingga untuk pengujian satu arah nilai probabilitas harus dibagi dua. b. Uji Statistik-t Uji statistik-t adalah persamaan yang digunakan untuk menguji apakah masing-masing variabel penjelas berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen (Koutsoyiannis, 1977). Hipotesis: H0
: βi =0
H1
: Uji satu arah a. βi> 0
b. βi<0
Uji dua arah c. βi≠ 0 Kriteria uji jika: 1. H1 : βj > 0, bila P-value uji statistik-t > α maka terima H0 2. H1 : βj < 0, bila P-value uji statistik-t < α maka tolak H0 Penelitian menggunakan uji satu arah dengan taraf α sehingga apabila P-value uji statistik-t < α sebesar 20%. Hal ini berarti bahwa variabel penjelas berpengaruh
54
nyata secara variabel endogennya. Pada Software SAS, hasil uji statistik nilai Pr. Nilai ini merupakan probabilitas untuk uji dua arah, pengujian satu arah nilai probabilitas harus dibagi dua. 3. Uji ekonometrika Uji ekonometrika yang dilakukan adalah uji autokorelasi sehingga setiap persamaan dalam model terdapat beberapa yang tidak mengandung lag endogenus akan diuji dengan menggunakan Durbin Watson dan persamaan yang mengandung lag endogenus akan diuji menggunakan Durbin-H Statistic (Pindyick and Rubinfield, 1998). Pengujian menggunakan Durbin Watson dapat dilakukan dengan melihat nilai batas bawah (dU) dan batas atas (dL) pada tabel Durbin Watson sedangkan uji menggunakan Durbin-H Statistic yang dirumuskan sebagai berikut: Tabel 13. Range Statistik Durbin-Watson Nilai dw Hasil 4-d1
Cara mencari nilai Durbin h statistic sebagai berikut: h
= {1-0.5 DW}{(N/[1-N(Var Bhat)]}0.5
keterangan: h
= angka Durbin h statistik
N
= jumlah pengamatan contoh
Var Bhart = varians dari koefisien lagged endogenus variabels (SE)2 Dw
= nilai statistik Durbin Watson Pada Durbin h statistic, jika ditetapkan taraf α = 20% diketahui -1,96 ≤ hitung
≤1,96, maka disimpulkan persamaan tidak mengalami serial korelasi. Selanjutnya jika diketahui nilai hitung < -1,96, maka terdapat autokorelasi negatif, sebaliknya jika diketahui nilai hitung > 1,96, maka terdapat autokorelasi positif (Pindyck dan Rubinfield, 1998).
55
4.2.5. Validasi Model Salah satu tahap yang penting di dalam model ekonometrika adalah validasi model. Validasi model yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan tahun 2001 sampai 2011. Kegunaan dari validasi model adalah untuk mengetahui apakah model cukup valid dalam membuat suatu simulasi alternatif kebijakan atau non kebijakan dan peramalan. Tujuan dari validasi model untuk menganalisis sejauhmana model tersebut dapat mewakili dunia nyata. Keragaman antara kondisi aktual dengan yang disimulasi dapat dilihat menggunakan beberapa kriteria statistik, yaitu: RMSPE (Root Mean Square Percent Error), dan U = Theils Inequality Coefficient (Pindyck dan Rubinfield, 1998). Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur-alur nilai aktualnya dalam ukuran relatif (persen), atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Kemudian, statistik U-Theil yang nilainya berkisar antara 0 sampai 1 bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Semakin mendekati nol atau semakin kecil nilai U-Theil, pendugaan model semakin baik. Makin kecil nilai RMSPE dan U-Theil, serta makin besar R2 maka model semakin valid untuk disimulasi. Nilai statitistik tersebut dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut: Yst −Yat
1
RMSPE = √ ∑Tt=1 ( T
Yat
2
) x 100%
1 T
a 2 s √ ∑T t=1(Yt −Yt )
U-Theil =
1 T
1 T
T s2 a2 √ ∑T t=1 Yt + √ ∑t=1 Yt
dimana: Yts
= Nilai simulasi dasar dari variabel endogen
Yta
= Nilai aktual variabel endogen
T
= Jumlah periode simulasi (1, 2, 3, ...., 8)
RMSPE = Root mean Squares Percent Error U-Theil = Theil’s Inequality Coefficient 4.2.6. Simulasi Model Pada dasarnya simulasi model bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan pada masa lampau dan melakukan peramalan untuk masa yang akan datang (Pindyck dan
56
Rubinfeld, 1998). Simulasi model yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan tahun 2001 sampai 2011. Simulasi model diperlukan untuk mempelajari sejauh mana dampak dari perubahan variabel-variabel penjelas terhadap variabel-variabel endogen di dalam model. Dalam penelitian ini analisis simulasi dilakukan terbatas hanya untuk mengevaluasi alternatif kebijakan domestik di dalam produksi pulp dan kertas nasional selama periode penelitian melalui simulasi historis. Adapun skenario untuk simulasi pada penelitian ini adalah: 1. Penetapan subsidi suku bunga kredit sebesar 20% 2. Peningkatan tarif impor kertas sebesar 20% Skenario penetapan subsidi suku bunga kredit riil Indonesia yang dilakukan berdasarkan pengajuan dana investasi yang dibutuhkan oleh industri-industri pulp dan kertas, karena industri pulp dan kertas yang memerlukan dana investasi yang besar dalam merevitalisai mesin-mesin industri pulp dan kertas yang sudah tua. Peryataan tersebut didukung oleh rata-rata kapasitas terpasang pulp (7,61 juta ton) dan kertas (12,26 juta ton) yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata kapasitas yang terealisir pulp (5,69 juta ton) dan kertas (9,46 juta ton) pada tahun 2007 sampai 2011. Hal ini terjadi demi menjaga agar mesin-mesin industri pulp dan kertas tidak rusak karena umur pakainya yang sudah lama sehingga tidak dilakukannya produksi yang sesuai dengan kapasitas terpasangnya. Laju pertumbuhan rata-rata suku bunga kredit riil investasi dari tahun 2000 sampai 2011 sebesar 15,47 persen sehinga dengan meningkatkan suku bunga kredit riil investasi maka diperlukan kebijakan penurunan suku bunga kredit riil investasi sebesar 20 persen agar meringankan industri pulp dan kertas dalam merevitalisasi mesin-mesin industri yang sudah tua. Adapun simulasi penetapakan tarif impor dengan kenaikan 20% karena industri kertas mengalami kerugian akibat peningkatan laju rata-rata pertumbuhan jumlah impor kertas di Indonesia yang terjadi dari tahun 2000 sampai 2011 sekitar 12,49% sehingga perlu dilakukannya kebijakan yang dapat mengurangi jumlah impor kertas demi melindungi produksi kertas dalam negeri.
57
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN PULP DAN KERTAS DI INDONESIA 5.1. Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model Model persamaan simultan yang dirumuskan dalam Bab V dianalisis dengan menggunakan metode pangkat dua terkecil dua tahap (Two Stage Least Square Method) dan data deret waktu (times series) selama periode tahun 1989 sampai 2011. Model simultan ini terdiri dari 16 persamaan, yaitu 14 persamaan struktural dan dua persamaan identitas. Data dan sumber data selama kurun waktu tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1 sedangkan hasil estimasi model disajikan pada Tabel 13 sampai dengan Tabel 26. Model yang baik harus memenuhi kriteria ekonomi, kriteria statistik, dan kriteria ekonometrika (Koutsoyiannis, 1977). Berdasarkan kriteria ekonomi, semua variabel penjelas sudah menunjukkan tanda parameter estimasi yang sesuai harapan (hipotesis) dan logis dari sudut pandang ekonomi. Berdasarkan kriteria statistik, nilai koefisien determinasi (R2) masing-masing persamaan dalam model penelitian berkisar antara 0,247-0,991. Hal ini menunjukan bahwa keragaman masing-masing peubah endogen didalam model dapat dijelaskan dengan baik oleh peubah-peubah penjelas (explantory variabels). Berdasarkan uji statistik F hanya satu persamaan (7 persen) yang memiliki nilai peluang uji statistik-F lebih tinggi dari taraf α= 20 persen. Selanjutnya, hasil uji statistik-t menunjukkan bahwa dengan pengujian satu arah secara individual ada beberapa peubah penjelas yang tidak berpengaruh nyata terhadap peubah endogen pada taraf α = 20 persen. Berdasarkan
kritera
ekonometrika,
hasil
uji
statistik
durbin-w
(DW)`didapatkan kisaran 1,16 sampai 1,81, uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai nilai batas bawah (dL), dan nilai batas atas (dU) serta hasil uji statistik durbin-h (DH) didapatkan kisaran nilai -1,58 sampai 2,63. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada sembilan persamaan tidak mengalami autokorelasi, empat persamaan tidak terdeteksi autokorelasinya, dan satu persamaan yang mengalami autokorelasi. Menurut Pindyck dan Rubinfeld (1998), masalah korelasi serial hanya mengurangi efisiensi estimasi parameter dan tidak menimbulkan bias parameter regresi.
58
Berdasarkan kriteria data pertimbangan model yang cukup besar dari periode pengamatan yang cukup panjang, hasil estimasi model cukup representatif dalam menjelaskan fenomena ekonomi dari permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia. Menurut Pindyck dan Rubienfield (1998), evaluasi model lebih tergantung kepada tujuan dari perumusan model. Rubienfield (1998) menambahkan bahwa walaupun semua persamaan secara individu mempunyai kriteria statisik yang bagus, tetapi tidak menjamin model secara keseluruhan memberikan hasil simulasi yang baik. 5.1.1. Permintaan Pulp Indonesia Hasil estimasi persamaan permintaan pulp di Indonesia mempunyai nilai R2 sebesar 0,94714 (Tabel 14). Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik oleh variabel endogennya. Sebesar 94,7 persen keragaman permintaan pulp di Indonesia dapat dijelaskan oleh selisih harga riil pulp Indonesia tahun ke-t, laju harga riil kertas Indonesia tahun ket dan produksi kertas Indonesia tahun ke-t sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model tersebut. Tabel 14. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Permintaan Pulp Indonesia Variabel Intercept
Parameter Estimasi
Elastisitas SR
Prob>|t|
Variabel label
LR
0,1336
0,2307
SHRPI
-0,00002
-7,80E-05
-
0,355
THRKI
0,0004
0,0019
-
0,3534
QKI****
0,4811
0,9543
-
<,00005
R-squared
0,9471
Prob>|f|
Keterangan:**** berpengaruh nyata taraf *** berpengaruh nyata taraf ** berpengaruh nyata taraf * berpengaruh nyata taraf Sumber : Data diolah (2014)
<,0001
Durbin w stat
Selisih harga riil pulp Indonesia tahun ke-t Laju pertumbuhan kertas Indonesia tahun ke-t Produksi kertas Indonesia tahun ke-t 1,8196
α= 5% α= 10% α= 15% α= 20%
Dapat diketahui bahwa permintaan pulp Indonesia tahun ke-t dipengaruhi secara positif oleh laju harga riil kertas Indonesia tahun ke-t dan produksi kertas Indonesia tahun ke-t. Adapun selisih harga riil pulp Indonesia mempengaruhi permintaan pulp Indonesia tahun ke-t secara negatif.
59
Berdasarkan kriteria statistik, selisih harga riil pulp Indonesia tahun ke-t dan laju pertumbuhan harga kertas Indonesia tahun ke-t tidak signifikan terhadap permintaan pulp Indonesia. Pernyataan ini didukung oleh hasil tabulasi data historis bahwa dalam kurun waktu 1989 sampai 2011 laju pertumbuhan rata-rata permintaan pulp sebesar 12,83 persen. Harga kertas tidak berpengaruh pada permintaan pulp, hal ini menunjukkan bahwa permintaaan pulp Indonesia lebih dipengaruhi oleh produksi kertas Indonesia. Permintaan pulp Indonesia tahun ke-t dipengaruhi oleh produksi kertas Indonesia tahun ke-t secara signifikan dengan nilai parameter peubah produksi kertas Indonesia tahun ke-t sebesar 0,4811 yang berarti bahwa setiap peningkatan satu juta ton produksi kertas Indonesia akan meningkatkan permintaan pulp tahun ke-t sebesar 0,4811 juta ton pulp. Respon permintaan pulp terhadap perubahan produksi kertas Indonesia dalam jangka pendek bersifat inelastis yang berarti produksi kertas naik satu persen hanya menyebabkan kenaikan permintaan pulp lebih rendah dari satu persen. 5.1.2. Penawaran Pulp Indonesia Analisis yang dilakukan terhadap penawaran pulp di Indonesia merupakan persamaan identitas dari penjumlahan produksi pulp Indonesia dengan impor pulp Indonesia dikurangi ekspor pulp Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi produksi, impor, dan ekspor pulp Indonesia akan mempengaruhi penawaran pulp Indonesia. Selanjutnya, perubahan penawaran pulp Indonesia akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. 5.1.3. Produksi Pulp Indonesia Hasil estimasi persamaan produksi pulp di Indonesia mempunyai nilai R2 sebesar 0,9299 ditunjukkan pada Tabel 15. Sebesar 92,99 persen keragaman produksi pulp di Indonesia dapat dijelaskan melalui variabel-variabel harga riil pulp Indonesia tahun ke t, harga riil log kayu bulat Indonesia tahun ke t-1, suku bunga kredit riil investasi Indonesia tahun ke t-1, dan trend waktu dari produksi pulp tahun ke-t-1 sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model tersebut. Dapat diketahui bahwa produksi pulp Indonesia dipengaruhi secara positif oleh harga riil pulp Indonesia, trend waktu, dan produksi pulp Indonesia t-1.
60
Adapun harga riil log kayu bulat Indonesia t-1 dan suku bunga kredit riil investasi Indonesia t-1 mempengaruhi produksi pulp secara negatif. Tabel 15. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Produksi Pulp Indonesia Variabel
Parameter Estimasi
Elastisitas SR
Prob>|t|
Intercept
1,4525
HRPI
0,0001
0,1034
0,225
0,2352
-5,98E-06
-0,1912
-0,4159
0,2286
-0,0454
-0,1152
-0,2506
0,0087
LHRLI LSBKRI**** T
Variabel label
LR 0,1627
0,078
0,2011
LQPI****
0,5402
0,0265
R-squared
0,9299
Prob>|f|
Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf *** berpengaruh nyata taraf ** berpengaruh nyata taraf * berpengaruh nyata taraf Sumber : Data diolah (2014)
<,0001
Durbin h stat
Harga riil pulp Indonesia tahun ke t Harga log kayu bulat tahun ke t-1 Suku bunga kredit riil Indonesia tahun ke t-1 Trend waktu tahun ke t Produksi pulp Indonesia tahun t-1 -
α= 5% α= 10% α= 15% α= 20%
Harga riil pulp Indonesia tahun ke-t tidak berpengaruh pada produksi pulp Indonesia tahun ke-t karena tujuan produksi pulp Indonesia lebih ditekankan untuk ekspor pulp. Harga riil log kayu t-1 tidak berpengaruh pada produksi pulp Indonesia karena produksi pulp sangat memerlukan log kayu bulat sehingga berapapun variasi harganya maka industri pulp akan tetap membelinya (Suryandari, 2008). Tren waktu pada persamaan produksi tidak berpengaruh karena teknologi industri pulp sudah tua. Keberadaan industri pulp dan kertas sudah ada sejak tahun 1923 sehingga membutuhkan dana untuk merevitalisasi mesin-mesin produksi pulp dan kertas yang sudah tua (Situmorang, 2005). Peningkatan suku bunga kredit riil investasi di Indonesia tahun ke-t sebesar satu persen akan menurunkan produksi pulp Indonesia tahun ke-t sebesar 0,0454 juta ton pulp, ceteris paribus. Kemudian bila dilihat berdasarkan keofisien elastisitas, respon produksi pulp Indonesia terhadap suku bunga riil Indonesia t-1 bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini berarti jika pemerintah ingin meningkatkan produksi industri pulp memerlukan kebijakan penurunan suku bunga kredit riil investasi yang cukup besar.
61
Kemudian variabel produksi pulp Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh positif terhadap produksi pulp Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi produksi pulp Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 5.1.4. Harga riil pulp Indonesia Hasil estimasi persamaan harga riil pulp di Indonesia mempunyai nilai R2 yang sebesar 0,23586 (Tabel 16). Sebesar 23,58 persen keragaman harga riil pulp Indonesia dapat dijelaskan oleh penawaran pulp t-1, permintaan pulp Indonesia tahun ke-t, harga riil ekspor pulp Indonesia tahun ke-t dan harga riil pulp Indonesia t-1 sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model tersebut. Dapat diketahui bahwa harga riil pulp Indonesia tahun ke-t dipengaruhi positif oleh permintaan pulp Indonesia tahun ke-t, harga riil ekspor pulp Indonesia tahun ke-t dan harga riil pulp tahun ke-t-1. Adapun penawaran pulp Indonesia tahun ke-t-1 mempengaruhi harga riil pulp Indonesia tahun ke-t secara negatif. Hasil uji statistik-t menunjukkan bahwa penawaran pulp Indonesia tahun ket-1 tidak berpengaruh terhadap harga riil pulp di Indonesia. Pernyataan ini didukung oleh hasil tabulasi data historis bahwa dalam kurun waktu 1989 sampai 2011 nilai rata-rata laju pertumbuhan harga riil pulp Indonesia sebesar 16,46 persen, sedangkan rata-rata laju pertumbuhan penawaran pulp Indonesia sebesar 18,35 persen. Berdasarkan hasil uji statistik-t permintaan pulp Indonesia dan harga riil ekspor pulp berpengaruh terhadap harga riil pulp Indonesia. Permintaan pulp Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh terhadap harga riil pulp di Indonesia namun respon perubahan harga riil pulp terhadap permintaan pulp bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini dikarenakan pulp merupakan bahan baku utama dalam pembuatan kertas sehingga berapapun variasi harganya tetap akan dibeli oleh industri kertas dalam negeri. Begitu juga, dengan respon perubahan harga riil pulp terhadap harga riil ekspor pulp Indonesia bersifat inelastis. Hal ini berarti perubahan perubahan harga riil ekspor pulp hanya membuat perubahan kecil pada harga riil pulp.
62
Tabel 16. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Pulp Indonesia Variabel
Parameter Estimasi
Elastisitas SR
Prob>|t|
Variabel label
LR
Intercept
323,4093
0,4402
LSPI
-160,943
-0,1082
-0,1628
0,3223
Penawaran pulp tahun ke t-1
LDPI*
512,6162
0,4390
0,6603
0,1541
HRXPI***
1,0203
0,2766
0,4161
0,0848
LHRPI***
0,3351
0,3340
0,5024
0,0827 Durbin h stat
Permintaan pulp tahun ke t-1 Harga riil ekspor pulp Indonesia tahun ke t Harga riil pulp Indonesia tahun ke t-1
R-squared 0,2761 Prob>|f| Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf *** berpengaruh nyata taraf ** berpengaruh nyata taraf * berpengaruh nyata taraf Sumber : Data diolah (2014)
0,2761 α= 5% α= 10% α= 15% α= 20%
-
Kemudian variabel harga riil pulp Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh positif terhadap harga riil pulp Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga riil pulp Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 5.1.5. Ekspor Pulp Indonesia Hasil estimasi persamaan ekspor pulp di Indonesia mempunyai nilai R2 sebesar 0,9158 (Tabel 17). Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 91,58 persen ekspor pulp Indonesia dapat dijelaskan melalui variabel-variabel selisih harga ekspor pulp Indonesia tahun ke-t, produksi pulp Indonesia tahun ke- t-1, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar, dan ekspor pulp Indonesia tahun ke-t-1 sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model tersebut sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model tersebut. Dapat diketahui bahwa ekspor pulp Indonesia dipengaruhi secara positif oleh selisih harga ekspor pulp Indonesia, produksi pulp Indonesia tahun ke-t-1, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar, dan ekspor pulp Indonesia tahun ke-t-1. Selisih harga ekspor pulp Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor pulp Indonesia, ini menunjukkan ada kelambanan ekspor dalam pertumbuhan harga riil ekspor pulp yang terjadi, selanjutnya variabel nilai tukar riil rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh terhadap ekspor pulp Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor pulp lebih ditentukan oleh produksi pulp dan ekspor pulp Indonesia pada tahun ke-t-1.
63
Tabel 17. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Ekspor Pulp Indonesia Variabel Intercept SHRXPI
Parameter Estimasi
SR
Prob>|t| 0,2400
0,00008
0,0065
-0,0116
0,3752
0,3063
0,6341
1,1329
0,0019
0,000017
0,1086
0,1941
0,2444
LXPI****
Variabel label
LR
-0,2117
LQPI**** NTR
Elastisitas
0,4402
0,0089 Prob>|f Durbin h R-squared 0,9158 | <,0001 stat Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf α= 5% *** berpengaruh nyata taraf α= 10% ** berpengaruh nyata taraf α= 15% * berpengaruh nyata taraf α= 20% Sumber : Data diolah (2014)
Selisih harga riil ekspor pulp Indonesia tahun ke t produksi pulp Indonesia tahun t-1 Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar tahun ke t Ekspor pulp Indonesia tahun ke t-1 0,9225
Hasil uji statistik-t menunjukkan bahwa produksi pulp Indonesia t-1 dan ekspor pulp Indonesia t-1 berpengaruh nyata terhadap ekspor pulp Indonesia. Kemudian jika dilihat dilihat berdasarkan nilai elastisitasnya, respon ekspor pulp Indonesia terhadap perubahan produksi pulp Indonesia yang bersifat inelastis dalam jangka pendek namun elastis di jangka panjang yaitu dengan nilai elastisitas sebesar 1,1329 artinya jika produksi pulp Indonesia naik sebesar satu persen makan akan meningkatkan ekspor pulp Indonesia sebesar 1,1329 persen dalam jangka panjang, ceteris paribus. Kemudian variabel ekspor pulp Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh positif terhadap ekspor pulp Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi ekspor pulp Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 5.1.6. Harga Riil Ekspor Pulp Hasil estimasi dari persamaan riil ekspor pulp memiliki nilai R2 sebesar 0,9461 persen (Tabel 18). Sebesar 94,61 persen keragaman harga riil ekspor pulp Indonesia dapat dijelaskan melalui analisis terhadap variabel-variabel ekspor pulp Indonesia, selisih harga riil pulp dunia tahun ke-t, dan harga ekspor pulp Indonesia tahun ke-t-1 sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model tersebut. Dapat diketahui bahwa harga riil ekspor pulp Indonesia dipengaruhi secara positif oleh selisih harga riil pulp dunia dan harga ekspor pulp
64
Indonesia t-1. Adapun ekspor pulp Indonesia mempengaruhi harga riil ekspor pulp secara negatif. Tabel 18. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Ekspor Pulp Indonesia Variabel Intercept
Parameter Estimasi
Elastisitas SR
650,8518
Variabel label
0,0382
-232,3290
-0,3537
1,0168
SHRPWR*** *
0,2029
-0,0261
0,0751
LHRXPI****
0,6434
XPI****
Prob>|t|
LR
R-squared 0,91647 Prob>|f| Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf *** berpengaruh nyata taraf ** berpengaruh nyata taraf * berpengaruh nyata taraf Sumber : Data diolah (2014)
<,0001 α= 5% α= 10% α= 15% α= 20%
0,0445
0,0424 <0,0001 5 Durbin h stat
Ekspor pulp Indonesia tahun ke t Selisih harga riil pulp dunia tahun ke t Harga riil ekspor pulp Indonesia tahun t-1 -1,8127
Hasil uji statistik-t menunjukkan bahwa jumlah ekspor pulp, selisih harga dunia pulp, dan harga ekspor pulp pada tahun ke-t-1 berpengaruh nyata terhadap harga riil ekspor pulp. Berdasarkan koefisien elastisitas, respon harga riil ekspor pulp Indonesia terhadap perubahan ekspor pulp Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek namun elastis pada jangka panjang dengan nilai elastisitas sebesar 1,01 yang artinya jika harga riil ekspor pulp Indonesia naik sebesar satu persen maka akan menurunkan ekspor pulp Indonesia sebesar 1,01 persen, ceteris paribus. Hasil pendugaan elastisitas harga riil ekspor pulp Indonesia terhadap perubahan selisih harga riil pulp dunia bersifat inelastis jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini didukung oleh data tabulasi dalam kurun waktu 1989 sampai 2011 dimana rata-rata harga ekspor pulp 2,49 persen sedangkan harga dunia sebesar 6,29 persen. Kemudian variabel harga riil ekspor pulp Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh positif terhadap harga riil ekspor pulp Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga riil ekspor pulp Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 5.1.7. Impor Pulp Indonesia Hasil estimasi pada persamaan impor pulp Indonesia memiliki nilai R2 sebesar 94,20 persen ditunjukkan dalam Tabel 19. Hal ini berarti sebesar 94,20
65
persen keragaman impor pulp Indonesia dapat dijelasskan dengan baik oleh harga riil impor pulp Indonesia, selisih permintaan pulp, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar, dan impor pulp Indonesia t-1 sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model tersebut. Dapat diketahui bahwa impor pulp Indonesia dipengaruhi secara positif oleh selisih permintaan pulp Indonesia dan jumlah impor Indonesia t-1. Adapun harga riil impor pulp Indonesia dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar maupun impor pulp Indonesia bernilai negatif. Tabel 19. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Impor Pulp Indonesia Variabel Intercept HRIMPI*** SDPI** NTR****
Parameter Estimasi
Elastisitas SR
Prob>|t|
0,4446
0,0033
-0,00005
-0,0833
-0,2162
0,0954
0,0635
0,0218
0,0566
0,1405
-0,00001
-0,1487
-0,3858
0,023
LMPI****
0,6164
R-squared
0,8064
Variabel label
LR
0,0003 Prob>|f|
Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf *** berpengaruh nyata taraf ** berpengaruh nyata taraf * berpengaruh nyata taraf Sumber : Data diolah (2014)
<,0001
Durbin h stat
Harga impor riil pulp Indonesia tahun ke t Selisih permintaan pulp Indonesia tahun ke –t Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar tahun ke t Impor pulp Indonesia tahun ke –t 0,3518
α= 5% α= 10% α= 15% α= 20%
Berdasarkan kriteria statsitik, impor pulp Indonesia dipengaruhi oleh harga riil impor pulp Indonesia, selisih permintaan pulp, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar, dan impor pulp Indonesia t-1. Respon impor pulp Indonesia terhadap perubahan harga riil impor pulp Indonesia bersifat inelastis pada jangka pendek maupun jangka panjang yang berarti perubahan harga impor pulp hanya menyebabkan perubahan kecil pada impor pulp. Selanjutnya respon impor pulp Indonesia terhadap perubahan selisih permintaan pulp Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun panjang. Hal ini menunjukan bahwa impor pulp lebih ditentukan oleh impor pulp tahun ke-t-1. Hasil estimasi elastisitas impor pulp Indonesia terhadap perubahan nilai tukar rill rupiah ke dollar adalah inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang karena nilai tukar tidak menjadi pertimbangan utama bagi importir untuk mengimpor pulp dari Indonesia. Variabel impor pulp Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh positif
66
terhadap impor pulp Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi impor pulp Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 5.1.8. Harga Riil Impor Pulp Indonesia Hasil estimasi persamaan harga riil impor pulp Indonesia memiliki nilai R2 sebesar 94,20 persen ditunjukkan pada Tabel 20. Sebesar 94,20 persen keragamaan harga riil impor pulp Indonesia dapat dijelaskan dengan baik oleh impor pulp Indonesia t-1, tarif impor pulp, dan harga riil impor pulp Indonesia sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model tersebut. Dapat diketahui bahwa harga riil impor pulp Indonesia dipengaruhi secara positif oleh impor pulp Indonesia t-1, tarif impor pulp, dan harga riil impor pulp Indonesia. Tabel 20. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Impor Pulp Indonesia Variabel Intercept LMPI TIP*** LHRIMPI****
Parameter Estimasi
Elastisitas SR
Prob>|t|
Variabel label
LR
11,4963
0,4849
234,6284
0,1346
0,4477
0,2660
54,7847
0,0568
0,1892
0,0676
0,6994
0,7980
2,6546
<,00005 Durbin h stat
R-squared 0,9420 Prob>|f| Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf *** berpengaruh nyata taraf ** berpengaruh nyata taraf * berpengaruh nyata taraf Sumber : Data diolah (2014)
<,0001 α= 5% α= 10% α= 15% α= 20%
Impor pulp Indonesia tahun ke t-1 Tarif impor pulp tahun ke t Harga impor riil pulp Indonesia tahun ke t-1 0,5389
Impor pulp Indonesia pada tahun ke-t-1 tidak berpengaruh terhadap harga riil impor pulp Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa harga impor pulp lebih ditentukan oleh harga impor pulp tahun ke-t-1. Hasil uji statistik-t menunjukkan bahwa tarif impor pulp dan harga impor pulp pada tahun ke-t-1 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga impor pulp. Dalam sudut pandang teori ekonomi, respon harga impor pulp Indonesia terhadap tarif impor pulp bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini berarti tarif impor pulp naik satu persen hanya akan menyebabkan kenaikan harga impor pulp lebih rendah dari satu persen.
67
Kemudian, variabel harga riil impor pulp Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh positif terhadap harga riil impor pulp Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga riil impor pulp Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 5.1.9. Permintaan Kertas Indonesia Hasil estimasi pada Tabel 21 menunjukkan nilai R2 sebesar 99,14 persen. Hal ini menunjukaan sebesar 99,14 persen keragamaan permintaan kertas Indonesia dapat dijelaskan dengan baik oleh selisih harga rill kertas Indonesia, selisih harga riil kertas koran Indonesia, trend waktu, dan permintaan kertas Indonesia t-1 sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model tersebut. Dapat diketahui bahwa permintaan kertas Indonesia dipengaruhi secara positif oleh selisih harga kertas koran Indonesia, trend, dan permintaan kertas Indonesia t-1. Adapun selisih harga kertas Indonesia terhadap permintaan kertas Indonesia berpengaruh secara negatif. Tabel 21. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Permintaan Kertas Indonesia Variabel Intercept
Parameter Estimasi
Elastisitas SR
Prob>|t|
0,4812
0,0002
SHRKI****
-0,0001
0,0023
0,0035
0,00025
SHRKNI****
0,00013
0,0041
-0,0063
0,0011
T****
0,1959
LDKI****
0,3476
Variabel label
LR
0,3237 Prob>|f R-squared 0,9914 | Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf *** berpengaruh nyata taraf ** berpengaruh nyata taraf * berpengaruh nyata taraf Sumber : Data diolah (2014)
0,00035 0,4962 <,0001 α= 5% α= 10% α= 15% α= 20%
0,0215 Durbin h stat
Selisih harga riil kertas Indonesia tahun ke t Selisih harga riil kertas koran Indonesia tahun ke t Trend waktu tahun ke t Permintaan kertas Indonesia tahun ke t-1 0,9504
Berdasarkan kriteria ekonomi, respon permintaan kertas Indonesia terhadap perubahan selisih harga riil kertas Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang berarti perubahan harga kertas hanya menyebabkan perubahan yang kecil terhadap permintaan kertas. Peningkatan harga kertas koran Rp 1 per m3 akan meningkatkan permintaan kertas sebesar 0,00013 juta ton kertas, ceteris paribus. Respon permintaan kertas Indonesia terhadap perubahan harga riil
68
kertas koran Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini ditunjukan dari hasil tabulasi dalam kurun waktu 1989 sampai 2011 dimana rata-rata permintaan kertas sebsar 5,60 persen sedangkan laju pertumbuhan rata-rata harga kertas koran sebesar 10,31 persen. Nilai parameter trend waktu sebesar 0,1959 dan bertanda positif yang berarti bahwa rata-rata permintaan kertas meningkat sebesar 0,1959 juta ton setiap tahunnya. Kemudian variabel permintaan kertas Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh positif terhadap permintaan kertas Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi permintaan kertas Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 5.1.10 Penawaran Kertas Indonesia Penawaran kertas Indonesia dianalisis melalui persamaan identitas produksi ditambah impor dikurangi ekspor. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi produksi, impor, dan ekspor akan mempengaruhi penawaran kertas Indonesia. Selanjutnya perubahan penawaran kertas Indonesia akan memberikan pengaruh terhadap variabel endogen lain baik secara langsung maupun tidak langsung. 5.1.11. Produksi Kertas Indonesia Produksi kertas Indonesia yang telah diestimasi mempunyai nilai R2 sebesar 97,97 persen dan ditunjukkan pada Tabel 22. Sebesar 97,97 persen keragaman produksi kertas Indonesia dapat dijelaskan dengan baik oleh variabel-variabel harga riil kertas Indonesia, harga riil impor kertas bekas Indonesia, suku bunga kredit riil investasi Indonesia, upah riil sektor industri kertas Indonesia, dan produksi kertas Indonesia tahun ke-t-1. Dapat diketahui bahwa produksi kertas dipengaruhi secara positif oleh harga riil kertas Indonesia dan produksi kertas Indonesia t-1. Adapun harga riil impor kertas bekas Indonesia, suku bunga kredit riil investasi, dan upah riil tenaga kerja sektor industri kertas mempengaruhi produksi kertas secara negatif. Harga riil kertas Indonesia tidak berpengaruh pada produksi kertas Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga riil kertas Indonesia tidak dapat membuat produksi kertas Indonesia berubah. Selanjutnya, upah riil buruh industri kertas Indonesia tidak berpengaruh terhadap produksi kertas Indonesia. Hal ini karena adanya penggunaan tenaga kerja sudah terikat pada suatu kesepakatan.
69
Tabel 22. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Produksi Kertas Indonesia Variabel Intercept HRKI
Parameter Estimasi 1,4907
Elastisitas SR LR
Prob>|t| 0,05365
0,000024
0.0217
0.2221
0,3588
HRIKBI*
-0,0006
-0.0374
-0.3824
0,1775
SBKRI****
-0,0276
-0.0383
-0.3908
0,0196
-1,73E-07
-0.0349
-0.3568
0,2353
LQKI****
0,9019
0.8417
85.868
<,00005
R-squared
0,9797
Prob>|f|
<,0001
Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf *** berpengaruh nyata taraf ** berpengaruh nyata taraf * berpengaruh nyata taraf Sumber : Data diolah (2014)
α= 5% α= 10% α= 15% α= 20%
URKT
Variabel label
Durbin h stat
Harga riil kertas Indonesia tahun ke-t Harga riil impor kertas bekas Indonesia tahun ke-t Suku bunga kredit riil Investasi tahun ke-t Upah riil industri kertas tahun ke-t Produksi kertas Indonesia tahun ke-t-1 0,9084
Hasil uji statistik-t menunjukkan harga riil impor kertas bekas, suku bunga riil Indonesia, dan jumlah produksi kertas pada tahun ke-t-1 berpengaruh nyata pada produksi kertas di Indonesia. Respon elastisitas produksi kertas Indonesia terhadap harga riil impor kertas bekas Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang yang berarti perubahan harga kertas bekas hanya menyebabkan perubahan kecil terhadap produksi kertas Indonesia. Selanjutnya, suku bunga kredit riil investasi Indonesia sangat mempengaruhi produksi kertas Indonesia karena peningkatan suku bunga kredit riil investasi di Indonesia sebesar satu persen akan menurunkan produksi kertas di Indonesia sebesar 0,0276 juta ton kertas, ceteris paribus. Respon produksi kertas Indonesia terhadap suku bunga kredit riil investasi Indonesia bersifat inelastis. Hal ini berarti jika pemerintah ingin meningkatkan produksi industri kertas maka memerlukan kebijakan penurunan suku bunga kredit riil investasi yang cukup besar. Kemudian variabel produksi kertas Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh positif terhadap produksi kertas Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi produksi kertas Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
70
5.1.12 Harga Riil Kertas Indonesia Hasil estimasi persamaan harga kertas Indonesia mempunyai nilai R2 sebesar 35,07 persen (Tabel 23). Sebesar 35,07 persen keragaman harga riil kertas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penawaran kertas Indonesia t-1, harga riil kertas dunia, dan harga riil kertas Indonesia t-1. Dapat diketahui bahwa pengaruh harga riil kertas dunia dan harga riil kertas Indonesia t-1 bersifat positif terhadap harga riil kertas Indonesia. Adapun penawaran kertas Indonesia t-1 berpengaruh terhadap harga riil kertas Indonesia secara negatif. Tabel 23. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Kertas Indonesia Variabel Intercept
Parameter Estimasi
Elastisitas SR
4686,7630
Variabel label
0,1317
-358,2070
-0,2520
0,3856
HRKWR
0,0989
0,0442
0,0677
LHRKI***
0,3465
LSKI
Prob>|t|
LR
R-squared 0,3507 Prob>|f| Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf *** berpengaruh nyata taraf ** berpengaruh nyata taraf * berpengaruh nyata taraf Sumber : Data diolah (2014)
0,0465 α= 5% α= 10% α= 15% α= 20%
0,2720 0,4360 0,0641 Durbin h stat
Penawaran kertas tahun ke t-1 Harga riil kertas dunia tahun ke-t Harga riil kertas Indonesia tahun ke t-1 -
Harga riil kertas tidak dipengaruhi oleh penawaran kertas Indonesia Penyataan ini didukung oleh hasil tabulasi data historis dalam kurun 1989 sampai 2011, rata-rata laju pertumbuhan harga rill kertas Indonesia sebesar 27,5 persen akan tetapi rata-rata laju pertumbuhan penawaran kertas sebesar 9,73 persen. Begitu pula dengan harga riil kertas dunia tidak berpengaruh terhadap harga riil kertas Indonesia. Hal ini menggambarkan bahwa harga kertas lebih ditentukan oleh harga kertas tahun ke-t-1 Kemudian variabel harga riil kertas Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh positif terhadap harga riil kertas Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga riil kertas Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
71
5.1.13. Ekspor Kertas Indonesia Hasil estimasi parameter ekspor kertas Indonesia memiliki nilai R2 93,03 persen (Tabel 24). Sebesar 93,03 persen keragaman ekspor kertas Indonesia dapat dijelaskan oleh harga ekspor kertas Indonesia tahun ke-t-1, produksi kertas Indonesia, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar. Dapat diketahui bahwa harga ekspor kertas Indonesia tahun ke-t-1, produksi kertas Indonesia, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar berpengaruh secara positif terhadap ekspor kertas Indonesia. Harga riil ekspor kertas Indonesia pada tahun ke-t-1 tidak berpengaruh terhadap ekspor kertas Indonesia. Harga ekspor kertas lebih dipengaruhi oleh produksi kertas dikarenakan industri hilir kertas kurang berkembang (Departeman Perindustrian, 2009). Selanjutnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh terhadap ekspor kertas Indonesia karena nilai tukar bukan menjadi pertimbangan utama bagi eksportir untuk mengekspor kertas. Tabel 24. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Ekspor Kertas Indonesia Variabel
Parameter Estimasi
Elastisitas SR
Prob>|t|
Variabel label
LR
Intercept
-0,8771
0,1669
LHRXKI
0,00004
0,2823
0,4211
QKI****
0,47209
1,3092
<,00005
NTR
0,00001
0,0672
0,2991 Durbin w stat
R-squared 0,9302 Prob>|f| <,0001 Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf α= 5% *** berpengaruh nyata taraf α= 10% ** berpengaruh nyata taraf α= 15% * berpengaruh nyata taraf α= 20% Sumber : Data diolah (2014)
Harga riil ekspor kertas Indonesia tahun ke t Produksi kertas Indonesia tahun ke t Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar 1,1606
Hasil uji statistik-t menunjukkan bahwa produksi kertas berpengaruh nyata terhadap ekspor kertas di Indonesia. Respon ekspor kertas Indonesia terhadap produksi kertas Indonesia dalam jangka pendek bersifat inelastis namun bersifat elastis dalam jangka panjang dengan nilai elastisitas sebesar 1,30 artinya jika ekspor kertas Indonesia naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi kertas Indonesia 1,30 persen dalam jangka panjang, ceteris paribus.
72
5.1.14. Harga Riil Ekspor Kertas Indonesia Hasil estimasi harga riil ekspor kertas Indonesia memiliki nilai R2 94,61 persen dapat dilihat pada Tabel 25. Sebesar 94,61 persen keragaman harga riil ekspor kertas Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel-variabel ekspor kertas Indonesia, trend waktu, dan harga riil ekspor kertas Indonesia tahun ke-t-1. Dapat diketahui bahwa pengaruh trend waktu dan harga riil ekspor kertas Indonesia tahun ke-t-1 bersifat positif terhadap harga riil ekspor kertas Indonesia. Adapun ekspor kertas Indonesia t-1 berpengaruh terhadap harga riil ekspor kertas Indonesia secara negatif. Tabel 25. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Ekspor Kertas Indonesia Variabel Intercept XKI**** T** LHRXKI* ***
Parameter Estimasi
Elastisitas SR
567,6558 -335,0790
Prob>|t|
Variabel label
LR 0,0969
-0,5282
1,7363
0,0252
37,9508
0,1137
0,6957
<,00005 Durbin h stat
R-squared 0,9461 Prob>|f| Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf *** berpengaruh nyata taraf ** berpengaruh nyata taraf * berpengaruh nyata taraf Sumber : Data diolah (2014)
<,0001 α= 5% α= 10% α= 15% α= 20%
Ekspor kertas Indonesia tahun ke-t Trend waktu tahun ke t Harga riil ekspor kertas Indonesia tahun ke t-1 0,4522
Hasil uji statistik-t menunjukkan jumlah ekspor pulp, trend waktu, dan harga ekspor kertas pada tahun ke-t-1 berpengaruh nyata pada harga riil ekspor kertas Indonesia. Respon harga riil ekspor kertas Indonesia terhadap ekspor kertas Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek, tetapi elastis dalam jangka panjang dengan nilai elastisitasnya 1,73 yang berarti jika harga riil ekspor kertas Indonesia naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan ekspor kertas sebesar 1,73 persen, ceteris paribus. Nilai parameter trend waktu sebesar 37,9508 dan bertanda positif yang berarti bahwa harga rata-rata ekspor kertas meningkat sebesar US$ 37,9508 per ton setiap tahunnya, ceteris paribus. Kemudian, variabel harga riil ekspor kertas Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh positif terhadap harga riil ekspor kertas Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga riil ekspor
73
kertas Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 5.1.15. Impor Kertas Indonesia Hasil estimasi persamaan impor kertas Indonesia mempunyai nilai R2 sebesar 88,64 persen dapat dilihat pada Tabel 26. Hal ini menunjukkan bahwa variabelvariabel penjelas dalam persamaan dapat menerangkan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 88,64 persen keragaman impor kertas Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga impor kertas Indonesia, permintaan kertas Indonesia, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar, dan impor kertas Indonesia t-1. Dapat diketahui bahwa permintaan kertas Indonesia dan impor kertas Indonesia t-1 berpengaruh secara positif terhadap persamaan impor kertas Indonesia. Adapun impor kertas Indonesia dipengaruhi oleh harga riil impor kertas impor Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap dollar secara negatif. Tabel 26. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Impor Kertas Indonesia Variabel Intercept
Parameter Estimasi
-3,17E-06
DKI***
0,0346
LMKI
SR
LR
0,0366
0,0421
0,5934 0,3528
0,6815 0,4053
0,1700
HRMKI
NTR****
Elastisitas
-9,11E-06
Prob>|t|
Variabel label
0,0231 0,3252 0,0615 0,0066
0,1293
0,2392 Prob>|f Durbin h R-squared 0,8864 | <,0001 stat Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf α= 5% *** berpengaruh nyata taraf α= 10% ** berpengaruh nyata taraf α= 15% * berpengaruh nyata taraf α= 20% Sumber : Data diolah (2014)
Harga riil impor kertas Indonesia tahun ke-t Permintaan kertas Indonesia tahun ke- t Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar tahun ke-t Impor kertas Indonesia tahun ket-1 -1,5847
Harga riil impor kertas Indonesia tidak berpengaruh terhadap impor kertas Indonesia. Pernyataan ini didukung oleh hasil tabulasi dalam kurun waktu 1989 sampai 2011 dimana rata-rata laju pertumbuhan impor kertas sebesar 7,63 persen sedangkan harga impor kertas sebesar 1,79 persen. Hasil uji statistik-t menunjukkan bahwa permintaan kertas Indonesia dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar memiliki pengaruh yang nyata terhadap jumlah impor kertas. Berdasarkan koefisien elastisitas, respon impor kertas Indonesia
74
terhadap permintaan kertas Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang berarti perubahan permintaan kertas naik sebesar satu persen hanya akan menyebabkan kenaikan impor kertas lebih rendah dari satu persen. Begitu juga, respon nilai mata uang rupiah terhadap dollar dan impor kertas Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang, karena nilai tukar bukan menjadi pertimbangan utama bagi importir untuk mengimpor kertas dari Indonesia (Handayani, 2008). Kemudian variabel harga riil impor kertas Indonesia tahun ke-t-1 tidak berpengaruh terhadap harga riil impor kertas Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga riil impor kertas Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 5.1.16. Harga Riil Impor Kertas Indonesia Hasil estimasi persamaan harga riil impor kertas Indonesia memiliki nilai R2 sebesar 88,66 persen pada Tabel 27. Sebesar 88,66 persen keragaman harga riil impor kertas Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel-variabel impor kertas Indonesia t-1, tarif impor kertas, dan harga riil impor kertas Indonesia t-1. Dapat dibuktikan bahwa impor kertas Indonesia t-1, tarif impor kertas Indonesia, dan harga riil kertas Indonesia t-1 mempengaruhi secara positif terhadap harga riil impor kertas Indonesia. Impor kertas Indonesia pada tahun ke-t-1 tidak berpengaruh terhadap harga riil impor kertas Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan impor kertas Indonesia tidak akan mendorong peningkatan harga riil impor kertas Indonesia. Hasil uji statistik-t menunjukkan bahwa tarif impor kertas dan harga riil impor pulp pada tahun ke-t-1 memiliki pengaruh yang nyata terhadap harga impor kertas. Hal ini berarti bahwa peningkatan tarif impor pulp sebesar satu persen akan meningkatkan harga impor pulp sebesar US$ 62,25 per ton, ceteris paribus. Respon harga riil impor kertas Indonesia terhadap tarif impor kertas Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang, yang berarti harga riil impor kertas naik satu persen hanya menyebabkan kenaikan tarif impor lebih rendah dari satu persen. Hal ini berarti jika pemerintah ingin meningkatkan harga impor kertas maka dibutuhkan kebijakan peningkatan tarif impor kertas yang cukup besar.
75
Tabel 27. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Impor Kertas Indonesia Variabel
Parameter Estimasi
Elastisitas SR
Prob>|t|
Intercept
-291,506
LMKI
837,8657
0,0808
0,2430
0,3718
62,2504
0,2940
0,8830
0,0985
TIK*** LHRMKI****
Variabel label
LR 0,3692
0,6672
R-squared 0,8866 Prob>|f| Keterangan: ****berpengaruh nyata taraf *** berpengaruh nyata taraf ** berpengaruh nyata taraf * berpengaruh nyata taraf Sumber : Data diolah (2014)
<,0001 α= 5% α= 10% α= 15% α= 20%
0,0012 Durbin h stat
Impor kertas Indonesia tahun ke t Tarif impor kertas Indonesia tahun ke t Harga riil impor kertas Indonesia tahun ke t-1 2,6302
Kemudian variabel harga riil impor kertas Indonesia tahun ke-t-1 berpengaruh positif terhadap harga riil impor kertas Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga riil impor kertas Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
76
VI. EVALUASI DAMPAK SUBSIDI SUKU BUNGA KREDIT INVESTASI DAN PENINGKATAN TARIF IMPOR KERTAS TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAAN PULP DAN KERTAS 6.1. Hasil Validasi Model Hasil validasi model tahun 2001 sampai 2011 menunjukkan bahwa variabel endogen memiliki nilai RMSPE di bawah 30 persen sebanyak 11 persamaan dan diatas 30 sebanyak empat persamaan. Nilai rata-rata U-Theil dari hasil validasi model sebesar 0,093. Berdasarkan kondisi tersebut, sebagian besar persamaan di dalam model memiliki daya prediksi yang baik dan valid untuk melakukan simulasi historis. 6.2. Hasil dan Pembahasan Simulasi Model Evaluasi dilakukan dengan dua skenario simulasi historis pada tahun 2001 sampai 2011. Skenario simulasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak perubahan dari pemberian subsidi suku bunga kredit investasi sehingga suku bunga kredit investasi yang diterima investor sebesar 20 persen dan peningkatan tarif impor kertas Indonesia sebesar 20 persen. Hal ini dapat ditunjukkan pada Tabel 28. 6.3. Pemberian Subsidi Suku Bunga Kredit Riil Investasi Tabel 28 menunjukan pemberian subsidi suku bunga kredit riil investasi yang diterima investor sebesar 20 persen memberikan dampak peningkatan produksi pulp dan kertas Indonesia sebesar 2,79 persen dan 2,34 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian subsidi suku bunga kredit riil investasi dapat meningkatkan kapasitas produksi pada industri pulp dan kertas melalui revitalisasi mesin-mesin industri pulp dan kertas yang sudah tua. Peningkatan produksi pulp dan kertas akan menyebabkan ekspor pulp dan kertas meningkat. Peningkatan ekspor pulp dan kertas sebesar 2,60 persen dan 2,78 persen. Hal ini sejalan dengan hasil estimasi model dimana respon ekspor kertas terhadap produksi kertas lebih elastis dibandingkan respon ekspor pulp terhadap produksi pulp. Industri hilir kertas yang kurang berkembang merupakan penyebab produksi kertas Indonesia lebih diperuntukkan untuk memenuhi permintaan kertas dunia. Peningkatan ekspor pulp menyebabkan harga ekspor pulp dan kertas menurun sebesar 8,92 persen dan 12,36 persen. Hal ini sejalan dengan hasil estimasi model
77
dimana respon harga riil ekspor kertas terhadap ekspor kertas lebih elastis daripada respon harga ekspor pulp terhadap ekspor pulp. Pemberian subsidi suku bunga kredit investasi meningkatkan produksi pulp dan kertas sehingga menyebabkan meningkatnya penawaran pulp dan kertas Indonesia sebesar 2,29 persen dan 1,94 persen. Kenaikan penawaran pulp dan kertas Indonesia akan mengakibatkan penurunan harga rill pulp dan kertas sebesar -0,12 persen dan -1,01 persen. Selanjutnya, penurunan harga pulp dan kertas akan meningkatkan permintaan pulp dan kertas sebesar 2,27 persen dan 0,01 persen. Tabel 28. Hasil Simulasi Historis Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia tahun 2001-2011.
Variabel
Nilai Dasar
Satuan
Perubahan dari setiap skenario simulasi (%) Subsidi SBRKI Tarif Impor 20% Kertas naik 20%
Permintaan Pulp Indonesia
41,915
juta ton
2,273649052
0,002385781
Penawaran Pulp Indonesia
3,400
juta ton
2,297058824
0,002941176
Produksi Pulp Indonesia
49,774
juta ton
2,790613573
-4,73362E-05
Harga Riil Pulp Indonesia
3434,7
Rp/kg
-0,125192884
-0,473361765
Harga Riil Impor Pulp Indonesia
740,9
US$/ton
0,134970981
0,035264368
Harga Riil Ekspor Pulp Indonesia
370,7
US$/ton
-8,929053143
0,003365255
Impor Pulp Indonesia
0,8261
juta ton
0,205786224
0,000150304
Ekspor Pulp Indonesia
24,034
juta ton
2,604643422
-1,44849E-05
Permintaan Kertas Indonesia
60,287
juta ton
0,018246056
-6,43749E-07
Penawaran Kertas Indonesia
55,013
juta ton
1,946812572
-0,010906513
Produksi Kertas Indonesia
84,305
juta ton
2,348615147
1,545E-07
Harga Riil Kertas Indonesia
4660,2
Rp/kg
-1,019269559
0,006437492
934,7
US$/ton
0,01069862
16,29399807
603,2
US$/ton
-12,36737401
-2,44353E-05
Impor Kertas Indonesia
0,3338
juta ton
0,000620366
-0,209706411
Ekspor Kertas Indonesia
3,263
juta ton
2,785779957
7,29239E-08
Harga Riil Impor Kertas Indonesia Harga Rill Ekspor Kertas Indonesia
Keterangan : SBKRI= Suku bunga kredit riil investasi TIK = tarif impor kertas Sumber : Data primer, diolah (2014)
6.4. Peningkatan Tarif Impor Kertas Indonesia Peningkatan tarif impor kertas dilakukan dengan tujuan tidak terjadi lonjakan impor kertas yang mampu diproduksi di Indonesia. Pada Tabel 28 dapat dijelaskan peningkatan tarif impor kertas Indonesia sebesar 20 persen mengakibatkan harga riil impor kertas Indonesia meningkat sebesar 16,29 persen dan menurunkan impor kertas sebesar 0,20 persen.
78
Menurunnya impor kertas mempengaruhi permintaan kertas Indonesia menurun sebesar 6,43E-07 persen sehingga menyebabkan penawaran kertas menurun sebesar 0,0109 persen. Turunnya penawaran kertas menyebabkan harga riil kertas meningkat sebesar 0,0064 persen dan memacu industri kertas untuk meningkatkan produksi kertas. Produksi kertas meningkat sebesar 1,545E-07 persen menyebabkan ekspor kertas meningkat sebesar 7,29 E-08 persen. Peningkatan ekspor kertas sebesar 7,29 E-08 persen menyebabkan harga ekspor kertas menurun sebesar -2,4E-05 persen. Selanjutnya pada Tabel 28, dapat dilihat produksi kertas yang meningkat menyebabkan permintaan akan bahan baku kertas yaitu pulp meningkat sebesar 0,0023 persen sehingga menyebabkan permintaan impor pulp Indonesia meningkat sebesar 0,00015 persen dan mengakibatkan harga impor pulp meningkat sebesar 0,00015 persen. Impor pulp yang meningkat menyebabkan penawaran pulp meningkat sebesar 0,0029 persen sehingga harga riil pulp turun sebesar 0,47 persen. Penurunan harga riil pulp menyebabkan penurunan produksi pulp sebesar 4,73E-05 persen sehingga mempengaruhi ekspor pulp yang menurun sebesar 1,49E-05 persen dengan harga ekspor pulp yang meningkat sebesar 0,0033 persen. 6.5. Ringkasan Hasil Kebijakan subsidi suku bunga kredit riil investasi sebesar 20 persen akan menyebabkan industri pulp dan kertas menambahkan kapasitas produksi pulp dan kertasnya sehingga meningkatkan produksi pulp dan kertas Indonesia. Peningkatan produksi menyebabkan penawaran dan ekspor pulp dan kertas meningkat. Selanjutnya peningkatan penawaran pulp dan kertas menyebabkan harga pulp dan kertas Indonesia menurun. Penurunan harga pulp dan kertas Indonesia akan meningkatkan permintaan pulp dan kertas. Kebijakan peningkatan tarif impor kertas sebesar 20 persen akan meningkatkan harga impor kertas sehingga menyebabkan impor kertas menurun. Penurunan impor kertas menyebabkan penawaran kertas juga menurun, hal ini mengakibatkan harga riil kertas meningkat. Tingginya harga riil kertas mampu memicu produksi kertas dalam negeri meningkat. Produksi kertas yang tinggi mengakibatkan permintaan pulp sebagai bahan baku kertas meningkat sehingga dilakukanya impor pulp untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kertas.
79
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, penawaran, harga pulp dan kertas antara lain: a. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan pulp adalah produksi kertas akan tetapi, respon permintaan pulp terhadap produksi pulp bersifat inelastis. b. Faktor yang mempengaruhi penawaran pulp adalah produksi pulp, impor pulp, dan ekspor pulp. c. Faktor yang mempengaruhi harga riil pulp di Indonesia adalah permintaan pulp Indonesia tahun ke-t-1, harga riil ekspor pulp Indonesia dan harga riil pulp pada tahun ke-t-1akan tetapi, respon harga riil pulp terhadap semua variabel penjelas tersebut inelastis. d. Faktor yang mempengaruhi impor pulp adalah harga riil impor pulp, selisih permintaan pulp, nilai tukar rupiah terhadap dollar dan impor pulp tahun ket-1 akan tetapi respon impor pulp terhadap semua variabel penjelasnya inelastis. e. Faktor yang mempengaruhi harga riil impor pulp adalah tarif impor pulp dan harga impor pulp pada tahun ke-t-1 akan tetapi, respon harga riil impor pulp terhadap semua variabel penjelas tersebut inelastis. f. Faktor yang mempengaruhi ekspor pulp adalah produksi pulp tahun ke-t-1 dan ekspor pulp tahun ke-t-1 namun respon ekspor pulp hanya elastis pada produksi pulp tahun ke-t-1. g. Faktor yang mempengaruhi harga riil ekspor pulp adalah jumlah ekspor pulp, selisih harga dunia pulp, dan harga ekspor pulp pada tahun ke-t-1 akan tetapi respon harga riil ekspor elastis hanya pada ekspor pulp Indonesia. h. Faktor yang berpengaruh pada permintaan kertas adalah selisih harga kertas, selisih harga kertas koran, trend waktu, dan jumlah permintaan kertas pada tahun ke-t-1 akan tetapi respon permintaan kertas inelastis pada semua variabel penjelas tersebut
80
i. Faktor yang mempengaruhi penawaran kertas adalah produksi kertas, impor kertas dan ekspor kertas. j. Faktor yang mempengaruhi harga riil kertas di Indonesia adalah harga riil kertas pada tahun ke-t-1 akan tetapi respon harga riil kertas terhadap harga riil kertas tahun ke-t-1 inelastis. k. Faktor yang mempengaruhi impor kertas adalah permintaan kertas, nilai tukar rupiah terhadap dollar dan impor kertas tahun ke-t-1 akan tetapi respon impor kertas terhadap semua variabel penjelasnya inelastis. l. Faktor yang mempengaruhi harga riil impor kertas adalah tarif impor kertas dan harga impor pulp pada tahun ke-t-1 akan tetapi respon harga riil impor kertas terhadap semua variabel penjelasnya inelastis. m. Faktor yang mempengaruhi ekspor kertas adalah produksi kertas dan respon ekspor pulp terhadap produksi kertas elastis. n. Faktor yang mempengaruhi harga riil ekspor kertas adalah ekspor kertas, trend waktu, dan harga ekspor kertas pada tahun ke-t-1 akan tetapi respon harga riil ekspor kertas hanya elastis pada ekspor kertas Indonesia. 2. Penerapan kebijakan subsidi suku bunga kredit investasi sebesar 20 persen akan meningkatkan produksi pulp dan kertas sehingga jumlah ekspor pulp dan kertas meningkat dan produsen kertas dan pulp akan lebih menerima keuntungan. 3. Peningkatan tarif impor kertas sebesar 20 persen akan mengakibatkan menurunnya jumlah impor kertas sehingga diharapkan akan melindungi produk kertas dalam negeri. 7.2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukan, maka dapat disampaikan saran kebijakan sebagai berikut: 1. Dalam rangka meningkatkan produksi pulp dan kertas Indonesia, maka perlu dilakukannya revitalisasi mesin-mesin yang sudah tua sehingga kapasitas terealisir sesuai dengan kapasitas terpasang indurti pulp dan kertas. Untuk itu dibutuhkan pemberian subsidi suku bunga kredit investasi bagi industri pulp dan kertas untuk meringankan biaya dalam merevitalisasi mesin-mesin pulp dan kertas yang sudah tua.
81
2. Peningkatan jumlah impor kertas di Indonesia dapat diatasi dengan cara meningkatkan tarif impor kertas agar industri kertas dalam negeri mampu bersaing dan produksi kertas dalam negeri meningkat. 3. Saran penelitian lanjutan dari penelitian ini yaitu: a. Kendala ketersediaan data menyebabkan model yang dirumuskan dalam studi ini belum terperinci secara spesiifik, sehingga ruang lingkup pembahasannya masih sangat terbatas. Perlunya model yang akan disusun direspesifikasi, khususnya untuk menangkap perilaku permintaan penawaran, harga pulp dan kertas di pasar Indonesia untuk masing-masing jenis pulp dan kertas. b. Perlunya model persamaan industri hilir kertas seperti industri kertas cetak dan tulis, kertas koran dan lain-lain.
82
DAFTAR PUSTAKA
[APKI] Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 1989. Indonesian Paper Trade Directory (With ASEAN supplement). Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, Jakarta. _______________________________________. 1991. Indonesian Paper Trade Directory (With ASEAN supplement). Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, Jakarta. _______________________________________. 1999. Indonesian Pulp and Paper Industry Directory 1999. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, Jakarta. _______________________________________. 2000. Indonesian Pulp and Paper Industry Directory 2000. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, Jakarta. _______________________________________. 2001. Indonesian Pulp and Paper Industry Directory 2001. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, Jakarta. _______________________________________. 2002. Indonesian Pulp and Paper Industry Directory 2000. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, Jakarta. _______________________________________. 2007. Indonesian Pulp and Paper Industry Directory 2007. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, Jakarta. _______________________________________. 2010. Indonesian Pulp and Paper Industry Directory 2010. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, Jakarta. _______________________________________. 2011. Indonesian Pulp and Paper Industry Directory 2011. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, Jakarta. Balai Litbang Kehutanan (Balihut). 2012. Industri Pulp dan Kertas Belum Mandiri.www.balihut.kuok.org/index.php?.option=content&view=article &id=14:industri-pulp-dan-kertas-belummandiri&catid=1beritaterkini&itemid=1. Diakses pada tanggal 10 Juni 2014. Branson and Litvak. 1981. Macroeconomics. Inc. New York. [BPS] Badan Pusat Statistik. 1991. Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia Tahun 1987-1991. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _______________________. 2001. Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia Tahun 1992-2000. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _______________________. 2011. Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia Tahun 2001-2011. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _______________________. 2013. Produk http://www.bps.go.id (13 Mei 2014).
Domestik
Bruto
Tabel.
Departemen Keuangan. 1993. Tarif Bea Masuk Tahun 1993. Departemen Keuangan Indonesia, Jakarta. Departemen Keuangan. 2000. Buku Tarif Bea Masuk Tahun 2000. Departemen Keuangan Indonesia, Jakarta.
83
__________________. 2007. Buku Tarif Bea Masuk Tahun 2007. Departemen Keuangan Indonesia, Jakarta. __________________. 2012. Buku Tarif Bea Masuk Tahun 2012. Departemen Keuangan Indonesia, Jakarta. Departemen Perindustrian. 1990. Perkembangan Industri Kertas dan Pulp di Indonesia dan Dunia A-B. Departemen Perindustrian, Jakarta. [Ditjen BUK] Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan. 2013. Data Strategis Kehutanan Indonesia. Kementerian Kehutanan, Jakarta. Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. 2009. Roadmap Industri Kertas. Departemen Perindustrian, Jakarta. Erwinsyah. 2012. Dampak Kebijakan Provisi Sumberdaya Hutan dan Dana Reboisasi Terhadap Kesejahteraan. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. [FAO] Food Agriculture Organization. 2010. FAOSTAT Database home page (http://www.fao.org/). Food And Agriculture Organization of the United Nations, Rome. ________________________________. 2013. FAOSTAT Database home page (http://www.fao.org/). Food And Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Forest Watch Indonesia/Global Forest Watch. 2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor: Forest Watch Indonesia dan Washington DC: Global Forest Watch. Gujarati D. 1998a. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. PT Erlangga, Jakarta. _________. 1998b. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 2. Terjemahan. Erlangga, Jakarta. Handayani Nunik. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan dan Strategi Pengembangan Ekspor Kertas Indonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Henderson JM, Quandt RE. 1980. Microeconomic Theory: A Mathematical Approach. McGraw-Hill International Student Editions, Singapore. Ibnusantosa. 2000. Prospek dan Tantangan Pengembangan Industri Pulp dan Kertas Indonesia dalam Era Ekolabeling dan Otonomi Daerah. Makalah pada Seminar Sehari Prospek dan Tantangan Pengembangan Agribisnis Pulp dan Kertas dalam Era Ekolabeling dan Otonomi Daerah. Pusat Studi Pembangunan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kementerian Kehutanan. 2011. Statistik Kehutanan Indonesia 2011. Kementerian Kehutanan, Jakarta. __________________. 2012. Statistik Kehutanan Indonesia 2012. Kementerian Kehutanan, Jakarta.
84
Kementerian Ketenagakerjaan dan Imigrasi. 1989-2014. Upah Minimum Sektoral Provinsi dan Kabupaten/Kota Se Indonesia. Kementerian Ketenagakerjaan dan Imigrasi, Jakarta. Kindleberger CP, Lindert PH. 1982. International Economics. Seventh Edition. Richard D. Irwin Inc, New York. Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia. 2014. Pengumuman Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia Nomor 05/KPPI/PENG/06/2014. Kementerian Perdagangan, Jakarta Koutoyiannis A. 1997. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of Econometric Methods Second Edition. The Macmillan Pres Ltd, London. Labys, WC. 1973. Dinamic Commodity`Model: Specification, Estimation and`Simulation. Mass D.C. Helth and Company, Lexinton. Lipsey RG, Steiner PO, and Purvis DD. 1993. Economics. Ten Edition. Terjemahan. Binarupa Aksara, Jakarta. _____________________________________. 1987. Economics. Eight Edition. Harper and Row Publishers. Inc, New York. Lou, Li. 2007. Industry consolidation and price in the US Lineboard industry. Jurnal of Forest Economics. 14(2):93-115. Mansyur. 2006. Kondisi dan Permasalahan Industri Pulp dan Kertas dan Keadaan Pasarnya pada Saat ini dan Kecenderungannya di Masa Mendatang. Makalah pada Seminar Industri Perkayuan Indonesia. Departemen Kehutanan. Jakarta. Nicholson W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Terjemahan. Edisi Kedelapan. Penerbit Erlanga, Jakarta. Ningrum. 2006. Analisis Permintaan Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Novindra. 2011. Dampak Kebijakan Domestik dan Perubahan Faktor Eksternal Terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Minyak Sawit di Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Partadireja. 1980. Penghantar Ekonomika. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta. Pindyck RS, Rubinfeld DL. 1991. Econometric Models and Economis Forecasts. Second Edition. McGraw-Hill Inc, New York. ______________________. 1998. Econometric Models and Economis Forecasts. Fourt Edition. McGraw-Hill Inc, New York. ______________________. 1998. Prenhalindo, Jakarta.
Mikroekonomi
Jilid
1.
Terjemahan.
______________________. 2005. Microeconomics. Sixth Edition. New Jersey Pearson Education Inc, New York.
85
Saisyarpati. 1995. Prospek Penerapan Ekolabeling pada Industri Kayu Tropik di Indonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sicat Gerado P, Arndt HW. 1991. Ilmu Ekonomi untuk konteks Indonesia. LP3ES, Jakarta. Simangunsong Bintang. 2007. RoadMap Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan, Jakarta. _____________________. 2011. Study of Legal Timber Product Demand in Major Markets. MFP, Jakarta. Situmorang Suriaty. 2009. Analisis Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar Domestik. Jurnal Ilmiah ESAI. 2 (1):271-282. Sugiarto, Teddy Herlambang, Barastoro, Rachmat Suidjana, Said Kelana. 2005. Ekonomi Mikro (Sebuah Kasus Komprehensif). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sukmananto Bambang. 2007. Dampak Kebijakan Pergadangan terhadap Kinerja Ekspor produk Industri Pengolahan Kayu Primer Indonesia. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sumargo, Nanggara N, Nainggolan Apriani,. 2011. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Forest Watch Indonesia. Suryandari Elvida. 2008. Analisis Permintaan Kayu Bulat Industri Pengolahan Kayu. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Vol.5 No.1: 1526, Jakarta. Tomek W G, Robinson, K L. 1990. Agricultural Product Price. Cornel University Press,Itcha. Tsang Eric WK, Yip Paul SL. 2007. Economic Distance and Survival of Foreign Direct Investement. Jurnal The Academy of Management. 50(5):11561168. Tweeten L. 1992. Agricultural Trade: Principles and Policies. Westview Press, San Fransisco. Whiteman A, Brown Christoper. 2000. Modelling Global Forest Product Supply and Demand: recent result from FAO and Their Potential Implications for New Zealand. New Zealand Journal of Forestry.44(4): 6-9. Widyantoro Siregar, Sanim, Priyarsono. 2006. Ekonomi Industri Pulp dan Kertas Indonesia: Analsis Simulasi Kebijakan dan Tekanan Internasional. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. 3(2):103-111. World
Bank. 2013. Inflation Annual 1989-2011. http://data.worlbank.org/country/indonesia#cp_wdi. Diakses pada tanggal 28 April 2014.
86
87
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data dan Sumber Data Model Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas tahun 1989-2011 Tahun
QPI
HPI
HRLI
SBKRI
UPT
DPI
SPI
HPWR
XPI
MPI
1989
0.50
577.14
133318.08
14.06
188400.83
0.58
0.66
681.50
0.09
0.24
1990
0.79
786.59
149789.69
15.28
318983.33
0.50
0.87
657.74
0.13
0.22
1991
0.84
616.16
137452.38
13.02
316438.33
0.99
0.95
530.28
0.13
0.24
1992
1.15
645.01
131720.21
16.11
236947.50
1.21
1.50
492.29
0.12
0.47
1993
1.38
760.57
140496.84
16.50
227242.33
1.48
1.97
187.10
0.11
0.71
1994
1.80
1269.67
151922.67
10.90
127250.00
1.76
2.36
476.29
0.13
0.69
1995
2.02
1808.62
155510.73
9.04
156900.00
1.50
2.14
718.59
0.57
0.68
1996
2.56
1199.24
154054.04
9.42
187400.00
2.27
2.07
505.30
1.13
0.64
1997
2.98
1498.46
154449.23
11.25
229600.00
2.82
2.49
461.88
1.29
0.80
1998
1.90
1810.72
123613.40
15.59
266920.00
2.61
0.87
437.00
1.63
0.61
1999
1.73
2198.28
130368.55
-26.24
363200.00
3.47
1.31
441.00
1.18
0.76
2000
4.19
2725.86
134871.48
7.17
451500.00
3.53
3.59
571.51
1.35
0.76
2001
4.43
1183.64
89499.99
14.74
632100.00
3.53
3.30
435.48
1.70
0.56
2002
4.43
2047.55
83459.51
7.05
763700.00
3.55
2.78
404.16
2.25
0.59
2003
4.43
2565.84
81547.84
7.07
722500.00
3.55
2.62
447.29
2.38
0.56
2004
4.43
3486.32
79814.73
10.35
675225.00
3.63
3.38
486.53
1.68
0.63
2005
4.43
2044.13
75033.45
7.88
913050.00
3.79
2.62
494.59
2.47
0.65
2006
3.68
3259.96
58449.88
3.60
1036800.00
3.79
1.64
533.63
2.76
0.72
2007
5.28
3858.40
66942.36
7.45
967750.00
4.20
3.68
618.70
2.33
0.73
2008
5.75
4124.46
63079.79
3.82
1203200.00
3.80
3.94
676.88
2.62
0.81
2009
5.07
4702.09
62182.42
9.69
1103000.00
4.54
3.75
511.53
2.19
0.88
2010
5.82
6672.74
61047.74
8.12
1240550.00
4.97
4.14
700.82
2.55
0.87
2011
6.56
5415.94
61562.83
6.10
1053155.00
5.52
4.49
716.48
2.93
0.87
FAO
BPS
BPS
BI
DEPNAKERTRANS
FAO
FAO
FAO
FAO
FAO
89
Lampiran 1. Lanjutan Tahun
HIMPI
NT
DKI
HKNI
HKI
SKI
QKI
MKI
XKI
1989
667.42
1770.06
1.08
1292.25
1172.19
1.08
1.16
0.12
0.20
1990
531.37
1842.81
1.37
1740.11
1429.87
1.39
1.44
0.11
0.17
1991
504.42
1950.32
1.48
1760.00
1336.96
1.50
1.76
0.11
0.36
1992
466.21
2029.92
1.84
1575.80
1359.36
1.94
2.26
0.16
0.48
1993
385.40
2087.10
2.09
1751.76
1291.60
2.11
2.60
0.18
0.67
1994
476.03
2160.75
2.40
2262.50
1683.83
2.57
3.05
0.21
0.70
1995
479.97
2248.61
2.64
2693.21
2180.81
2.64
3.43
0.14
0.93
1996
485.20
2342.30
3.12
2701.50
1701.79
3.11
4.12
0.20
1.21
1997
446.86
2909.38
3.28
2802.70
2068.54
3.95
4.82
0.27
1.15
1998
448.72
10013.62
2.78
3053.17
5198.33
3.34
5.49
0.12
2.26
1999
447.97
7855.15
3.91
3521.33
4358.65
4.19
6.98
0.14
2.92
2000
667.51
8421.78
4.22
3781.18
5446.67
4.49
6.98
0.23
2.72
2001
461.41
10260.85
4.81
2254.49
2625.66
4.91
7.00
0.23
2.32
2002
436.88
9311.19
5.02
3214.82
2244.53
4.89
7.00
0.26
2.37
2003
469.69
8577.13
5.31
3790.94
1230.56
5.21
7.04
0.23
2.06
2004
522.24
8938.85
5.41
4814.15
4347.70
5.09
7.22
0.35
2.48
2005
513.22
9704.74
5.51
3211.02
1348.01
4.60
7.22
0.35
2.97
2006
556.90
9159.32
5.60
4562.53
4937.34
4.04
7.22
0.33
3.50
2007
663.73
9141.00
5.99
5227.75
6721.83
4.41
7.73
0.35
3.67
2008
730.07
9698.96
6.35
5523.51
7000.32
6.56
9.73
0.40
3.57
2009
532.37
10389.94
6.56
6165.61
6316.29
6.46
9.91
0.34
3.79
2010
743.12
9090.43
7.75
8356.18
6892.57
6.38
9.91
0.38
3.91
2011
759.71
8798.17
7.61
6959.12
6906.14
6.76
10.03
0.45
3.73
FAO
IMF
FAO
BPS
BPS
FAO
FAO
FAO
FAO
90
Lampiran 1. Lanjutan Tahun
HIKBI
T
IHK
UKT
INF
HXKI
HXPI
HMKI
TIK
TIP
HKWR
1989
236.89
1.00
17.09
199563.33
8.04
695.14
529.89
1221.50
30.00
5.00
1092.65
1990
195.98
2.00
18.42
212805.00
6.42
693.65
541.10
1532.15
30.00
5.00
1103.01
1991
179.90
3.00
20.16
263280.00
7.81
576.59
468.35
1528.58
25.00
5.00
1005.68
1992
168.97
4.00
21.67
218752.50
9.42
541.46
443.15
914.90
25.00
5.00
961.43
1993
146.84
5.00
23.77
236424.00
7.53
584.91
355.52
901.27
25.00
5.00
973.48
1994
174.46
6.00
25.80
155100.00
9.69
661.07
555.52
868.79
25.00
5.00
983.82
1995
294.19
7.00
28.23
263200.00
8.52
630.32
382.32
1008.12
15.00
0.00
1204.09
1996
180.44
8.00
30.48
361600.00
9.43
592.24
383.52
1002.97
15.00
0.00
1079.43
1997
114.95
9.00
32.38
401000.00
7.97
656.35
414.61
911.24
15.00
0.00
1007.31
1998
97.36
10.00
51.28
309066.80
6.23
508.87
413.15
1211.69
10.00
0.00
978.81
1999
95.69
11.00
61.79
545200.00
58.39
495.02
402.70
1171.99
10.00
0.00
910.57
2000
164.76
12.00
64.09
515200.00
20.49
621.49
533.77
924.05
5.00
0.00
1080.73
2001
121.27
13.00
71.46
553300.00
3.72
560.69
331.58
949.99
5.00
0.00
1090.38
2002
115.94
14.00
79.95
1440525.00
11.50
537.80
314.81
921.45
5.00
0.00
994.65
2003
186.81
15.00
85.22
1895300.00
11.88
583.52
333.13
1003.91
5.00
0.00
1194.00
2004
142.22
16.00
90.54
2497400.00
6.59
665.40
351.54
1027.77
5.00
0.00
1328.08
2005
147.34
17.00
100.00
1358500.00
6.24
705.40
360.46
1055.70
5.00
0.00
1459.44
2006
149.00
18.00
133.11
1837800.00
10.45
722.49
395.08
1132.48
5.00
0.00
1729.95
2007
188.15
19.00
120.36
1867850.00
6.41
794.62
419.34
1138.54
5.00
0.00
1497.19
2008
188.00
20.00
132.12
1379500.00
9.78
904.55
543.76
1240.06
5.00
0.00
1737.50
2009
141.44
21.00
138.48
1236850.00
4.81
764.04
384.74
1191.72
5.00
0.00
1670.15
2010
226.52
22.00
145.59
1748925.00
5.13
913.09
569.20
1358.96
5.00
0.00
1685.29
2011
262.87
23.00
142.14
1758600.00
6.02
950.90
529.91
1411.30
5.00
0.00
1954.59
FAO
FAO
KEMENKUE
KEMENKUE
BPS
World Bank
BPS
World Bank
FAO
FAO
Lampiran 2. Nama Variabel yang Digunakan dalam Model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia Variabel Endogen HRPI = harga riil pulp Indonesia (Rp/kg) HRKI = harga riil kertas Indonesia (Rp/kg) HRIMPI = harga riil impor pulp Indonesia (US$/ton) HRXPI = harga rill ekspor pulp Indonesia (US$/ton) HRMKI = harga riil impor kertas Indonesia (US$/ton) HRXKI = harga riil ekspor kertas Indonesia (US$/ton) QPI = produksi pulp Indonesia (juta ton) DPI = permintaan pulp Indonesia (juta ton) SPI = penawaran pulp Indonesia (juta ton) QKI =produksi kertas Indonesia (juta ton) DKI = permintaan kertas Indonesia (juta ton) SKI = penawaran kertas Indonesia (juta ton) MPI = jumlah impor pulp Indonesia (juta ton) XPI = jumlah ekspor pulp Indonesia juta (ton) MKI = jumlah impor kertas Indonesia (juta ton) XKI = jumlah ekspor kertas Indonesia (juta ton) Variabel Eksogen HRLI = harga riil log kayu Indonesia (Rp/m3) URPT = upah riil tenaga kerja pulp (Rp/bulan) URKT = upah riil tenaga kerja kertas (Rp/bulan) HRIKBI = harga rill impor kertas bekas Indonesia (US$/ton) HRKNI = harga riil kertas koran Indonesia (Rp/m3) HRPWR = harga riil pulp dunia (US$/ton) HRKWR = harga riil kertas dunia (US$/ton) T = Trend waktu NT = nilai tukar dollar terhadap rupiah (Rp/US$) SBKRI = suku bunga kredit riil investasi (%/tahun) TIK = tarif impor kertas (%/tahun) TIP = tarif impor pulp (%/tahun) Lampiran 3. Perkembangan Impor Pulp dan Kertas Dunia pada Tahun 2007-2011 Impor (juta ton)
Tahun Pulp
Kertas
2007
44.83
119.06
2008
45.51
114.40
2009
43.41
101.11
2010
45.73
109.04
2011
48.78
109.23
45.65
110.57
Rata-rata
92
Lampiran 4. Program Komputer Estimasi Parameter Model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia OPTIONS NODATE NONUMBER; DATA ESTIMASI; SET WORK.ANGGI; /*Membuat Data Riil*/ HRPI = (HPI/IHK)*100; URPT = (UPT/IHK)*100; URKT = (UKT/IHK)*100; HRKI = (HKI/IHK)*100; HRIMPI = (HIMPI/IHK)*100; HRXPI = (HXPI/IHK)*100; HRMKI = (HMKI/IHK)*100; HRXKI = (HXKI/IHK)*100; HRIKBI = (HIKBI/IHK)*100; HRKNI = (HKNI/IHK)*100; HRPWR = (HPWR/IHK)*100; HRKWR = (HKWR/IHK)*100; NTR = (NT/IHK)*100; /*Membuat variabel lag*/ LHRPI = LAG(HRPI); LHRLI = LAG(HRLI); LHRKI = LAG(HRKI); LURPT = LAG(URPT); LURKT = LAG(URKT); LHRIMPI = LAG(HRIMPI); LHRXPI = LAG(HRXPI); LHRMKI = LAG(HRMKI); LHRXKI = LAG(HRXKI); LHRIKBI = LAG(HRIKBI); LHRKNI = LAG(HRKNI); LHRPWR = LAG(HRPWR); LHRKWR = LAG(HRKWR); LQPI = LAG(QPI); LDPI = LAG(DPI); LSPI = LAG(SPI); LQKI = LAG(QKI); LDKI = LAG(DKI); LSKI = LAG(SKI); LNT = LAG(NT); LMPI = LAG(MPI); LXPI = LAG(XPI); LMKI = LAG(MKI); LXKI = LAG(XKI); LSBKRI = LAG(SBKRI); LT = LAG(T); LTIK = LAG(TIK); LTIP = LAG(TIP); LEKSP = LAG(EKSP); LEKSK = LAG(EKSK); /*Membuat selisih*/ SHRPI = HRPI-LHRPI; SHRLI = HRLI-LHRLI; SHRKI = HRKI-LHRKI; SURPT = URPT-LURPT;
93
SURKT SHRIMPI SHRXPI SHRMKI SHRXKI SHRIKBI SHRKNI SHRPWR SHRKWR SDPI SSPI SQKI SQPI SDKI SSKI SNT SMPI SXPI SMKI SXKI SSBKRI ST STIK STIP
= URKT-LURKT; = HRIMPI-LHRIMPI; = HRXPI-LHRXPI; = HRMKI-LHRMKI; = HRXKI-LHRXKI; = HRIKBI-LHRIKBI; = HRKNI-LHRKNI; = HRPWR-LHRPWR; = HRKWR-LHRKWR; = DPI-LDPI; = SPI-LSPI; = QKI-LQKI; =QPI-LQPI; = DKI-LDKI; = SKI-LSKI; = NT-LNT; = MPI-LMPI; = XPI-LXPI; = MKI-LMKI; = XKI-LXKI; = SBKRI-LSBKRI; = T-LT; = TIK-LTIK; = TIP-LTIP;
/*Membuat pertumbuhan*/ THRPI = (HRPI-LHRPI)/LHRPI*100; THRLI = (HRLI-LHRLI)/LHRLI*100; THRKI = (HRKI-LHRKI)/LHRKI*100; TURPT = (URPT-LURPT)/LURPT*100; TURKT = (URKT-LURKT)/LURKT*100; THRIMPI = (HRIMPI-LHRIMPI)/LHRIMPI*100; THRXPI = (HRXPI-LHRXPI)/LHRXPI*100; THRMKI = (HRMKI-LHRMKI)/LHRMKI*100; THRXKI = (HRXKI-LHRXKI)/LHRXKI*100; THRIKBI = (HRIKBI-LHRIKBI)/LHRIKBI*100; THRKNI = (HRKNI-LHRKNI)/LHRKNI*100; THRPWR = (HRPWR-LHRPWR)/LHRPWR*100; THRKWR = (HRKWR-LHRKWR)/LHRKWR*100; TQPI = (QPI-LQPI)/LQPI*100; TDPI = (DPI-LDPI)/LDPI*100; TSPI = (SPI-LSPI)/LSPI*100; TQKI = (QKI-LQKI)/LQKI*100; TDKI = (DKI-LDKI)/LDKI*100; TSKI = (SKI-LSKI)/LSKI*100; TNT = (NT-LNT)/LNT*100; TMPI = (MPI-LMPI)/LMPI*100; TXPI = (XPI-LXPI)/LXPI*100; TMKI = (MKI-LMKI)/LMKI*100; TXKI = (XKI-LXKI)/LXKI*100; TSBKRI = (SBKRI-LSBKRI)/LSBKRI*100; TT = (T-LT)/LT*100; TTIK = (TIK-LTIK)/LTIK*100; TTIP = (TIP-LTIP)/LTIP*100; /*Membuat rasio*/ RHRPI = HRPI/LHRPI; RHRLI = HRLI/LHRLI; RHRKI = HRKI/LHRKI;
94
RURPT RURKT RHRIMPI RHRXPI RHRMKI RHRXKI RHRIKBI RHRKNI RHRPWR RHRKWR RQPI RDPI RSPI RQKI RDKI RSKI RNT RMPI RXPI RMKI RXKI RSBKRI RT RTIK RTIP
= URPT/LURPT; = URKT/LURKT; = HRIMPI/LHRIMPI; = HRXPI/LHRXPI; = HRMKI/LHRMKI; = HRXKI/LHRXKI; = HRIKBI/LHRIKBI; = HRKNI/LHRKNI; = HRPWR/LHRPWR; = HRKWR/LHRKWR; = QPI/LQPI; = DPI/LDPI; = SPI/LSPI; = QKI/LQKI; = DKI/LDKI; = SKI/LSKI; = NT/LNT; = MPI/LMPI; = XPI/LXPI; = MKI/LMKI; = XKI/LXKI; = SBKRI/LSBKRI; = T/LT; = TIK/LTIK; = TIP/LTIP;
/*Membuat data baru*/ EKSP = SPI-DPI; EKSK = SKI-DKI; HRXKP = HRXKI/HRXPI; DPKI = DPI/DKI; RHPHK = HRPI/HRKI; RHKHP = HRKI/HRPI; /*Membuat deskripsi variabel*/ /*label HRPI = 'harga riil pulp Indonesia (Rp/kg)' HRLI = 'harga riil log kayu Indonesia (Rp/m3)' HRKI = 'harga riil kertas Indonesia (Rp/kg)' URPT = 'upah riil tenaga kerja pulp (Rp/bulan)' URKT = 'upah riil tenaga kerja kertas (Rp/bulan)' HRIMPI = 'harga riil impor pulp Indonesia (US$/ton)' HRXPI = 'harga rill ekspor pulp Indonesia (US$/ton)' HRMKI = 'harga riil impor kertas Indonesia (US$/ton)' HRXKI = 'harga riil ekspor kertas Indonesia (US$/ton)' HRIKBI = 'harga rill impor kertas bekas Indonesia (US$/ton)' HRKNI = 'harga riil kertas koran Indonesia (Rp/m3)' HRPWR = 'harga riil pulp dunia (US$/ton)' HRKWR = 'harga riil kertas dunia (US$/ton)' QPI = 'produksi pulp Indonesia (juta ton)' DPI = 'permintaan pulp Indonesia (juta ton)' SPI = 'penawaran pulp Indonesia (juta ton)' QKI = 'produksi kertas Indonesia (juta ton)' DKI = 'permintaan kertas Indonesia (juta ton)' SKI = 'penawaran kertas Indonesia (juta ton)' NT = 'nilai tukar dollar terhadap rupiah (Rp/US$)' MPI = 'jumlah impor pulp Indonesia (juta ton)' XPI = 'jumlah ekspor pulp Indonesia juta (ton)' MKI = 'jumlah impor kertas Indonesia (juta ton)' XKI = 'jumlah ekspor kertas Indonesia (juta ton)'
95
SBKRI T TIK TIP POP IHK RUN;
= 'suku bunga riil Indonesia (%/tahun)' = 'trend' = 'tarif impor kertas (%)' = 'tarif impor pulp (%)' = 'jumlah populasi Indonesia (jiwa)' = 'indeks harga konsumen (%)';*/
PROCSYSLIN SIMPLE 2SLS DATA=ESTIMASI OUTEST=HASIL; ENDOGENOUS
INSTRUMENTS
DPI HRXPI QKI XKI; HRLI URKT NTR TIP
SPI MPI HRKI
QPI XPI HRMKI
HRPI DKI HRXKI
SBKRI T IHK HRKNI
URPT TIK HRPWR CPII;
HRKWR HRIKBI
/*STRUCTURAL EQUATIONS*/ Perm_pulp : MODEL DPI = SHRPI THRKI QKI /DW; Prod_pulp : MODEL QPI = HRPI LHRLI LSBKRI T LQPI/DW; Harga_pulp : MODEL HRPI = LSPI LDPI HRXPI LHRPI/DW; Eks_pulp : MODEL XPI = SHRXPI LQPI NTR LXPI/DW; Hrga_eks_pul: MODEL HRXPI= XPI SHRPWR LHRXPI/DW; Imp_pulp : MODEL MPI = HRIMPI SDPI NTR LMPI/DW; Hrga_imp_pul: MODEL HRIMPI =LMPI TIP LHRIMPI /DW; Perm_kertas : MODEL DKI= SHRKI SHRKNI T LDKI/DW; Prod_kertas : MODEL QKI = HRKI HRIKBI SBKRI URKT LQKI /DW; Harga_kertas: MODEL HRKI = LSKI HRKWR LHRKI /DW; Eks_kertas : MODEL XKI = LHRXKI QKI NTR /DW; Hrga_eks_ker: MODEL HRXKI = XKI T LHRXKI/DW; Imp_kertas : MODEL MKI = HRMKI DKI NTR LMKI /DW; Hrga_imp_ker: MODEL HRMKI = LMKI TIK LHRMKI/DW; /*IDENTITY EQUATIONS*/ SPI : IDENTITY SPI SKI : IDENTITY SKI RUN;
= QPI+ MPI-XPI; = QKI+ MKI-XKI;
HRIMPI SKI MKI
96
Lampiran 5. Hasil Estimasi Parameter dalam Model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia 1. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Pulp Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
PERM_PUL DPI DPI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
3 18 21
Sum of Squares 36.33790 2.028038 38.05782
Mean Square 12.11263 0.112669
Root MSE 0.33566 Dependent Mean 3.04609 Coeff Var 11.01942 Parameter Estimates
Variable Intercept SHRPI THRKI QKI
Parameter DF 1 1 1 1
Standard Estimate 0.133636 -0.00002 0.000434 0.481113
Error 0.177550 0.000065 0.001135 0.026982
F Value
Pr > F
107.51
<.0001
R-Square Adj R-Sq
t Value 0.75 -0.38 0.38 17.83
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
Variable Pr > |t| 0.4614 0.7101 0.7069 <.0001
1.819662 22 -0.00576
0.94714 0.93833
Label Intercept
97
2. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Pulp Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
PROD_PUL QPI QPI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
5 16 21
Sum of Squares
62.05168 4.671717 66.67370
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Mean Square
12.41034 0.29198
F Value 42.50
0.54035 3.43809 15.71668
Pr > F
<.0001
R-Square Adj R-Sq
0.92998 0.90810
Parameter Estimates
Variable Intercept HRPI LHRLI LSBKRI T LQPI
Parameter DF 1 1 1 1 1 1
Standard Estimate 1.452550 0.000100 -5.98E-6 -0.04543 0.078065 0.540267
Error 1.431819 0.000135 7.855E-6 0.017122 0.090728 0.258597
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value 1.01 0.74 -0.76 -2.65 0.86 2.09
Variable Pr > |t| 0.3255 0.4704 0.4573 0.0174 0.4023 0.0530
2.05765 22
Label Intercept
98
3. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Pulp Indonesia The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HARGA_PU HRPI
Analysis of Variance
Source Model Error Corrected Total
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
DF
Sum of Squares
Mean Square
4 17 21
5695051 17288627 22884170
1423763 1016978
1008.45330 3556.87292 28.35224
R-Square Adj R-Sq
F Value 1.40
Pr > F 0.2761
0.24779 0.07080
Parameter Estimates
Variable Intercept LSPI LDPI HRXPI LHRPI
DF 1 1 1 1 1
Parameter Estimate 323.4093 -160.943 512.6162 1.020325 0.335160
Standard Error 2118.097 342.7942 488.0483 0.711406 0.231289
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
Variable t Value Pr >|t|Label 0.15 0.8804 -0.47 0.6447 1.05 0.3083 1.43 0.1696 1.45 0.1655
1.800357 22 0.089455
99
4. Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Pulp Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
EKS_PULP XPI XPI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
4 17 21
Sum of Squares
18.45693 1.695854 20.15279
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Mean Square
4.614233 0.099756
0.31584 1.52780 20.67296
F Value 46.26
R-Square Adj R-Sq
Pr > F
<.0001
0.91585 0.89605
Parameter Estimates
Variable Intercept SHRXPI LQPI NTR LXPI
DF 1 1 1 1 1
Parameter Estimate -0.21174 0.000080 0.306349 0.000017 0.440266
Standard Error 0.293284 0.000248 0.091782 0.000024 0.167756
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value
Pr > |t|
-0.72 0.32 3.34 0.71 2.62
0.4801 0.7504 0.0039 0.4888 0.0178
2.260368 22 -0.13597
Variable Label Intercept
100
5. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Ekspor Pulp Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HRGA_EKS HRXPI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
3 18 21
Sum of Squares
11986809 1092586 12984124
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Mean Square
3995603 60699.23
246.37214 964.40108 25.54665
F Value 65.83
R-Square Adj R-Sq
Pr > F
<.0001
0.91647 0.90254
Parameter Estimates
Variable Intercept XPI SHRPWR LHRXPI
DF 1 1 1 1
Parameter Estimate 650.8518 -232.329 0.202914 0.643474
Standard Error 346.2517 129.2678 0.111287 0.144985
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value
Pr > |t|
1.88 -1.80 1.82 4.44
0.0764 0.0891 0.0849 0.0003
2.578188 22 -0.37304
Variable Label Intercept
101
6. Hasil Estimasi Persamaan Impor Pulp Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
IMP_PULP MPI MPI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
4 17 21
Sum of Squares
0.516028 0.123847 0.641435
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Mean Square
0.129007 0.007285
F Value 17.71
0.08535 0.65632 13.00470
Pr > F
<.0001
R-Square Adj R-Sq
0.80645 0.76091
Parameter Estimates
Variable Intercept HRIMPI SDPI NTR LMPI
DF 1 1 1 1 1
Parameter Estimate 0.446445 -0.00005 0.063788 -0.00001 0.614330
Standard Error 0.144462 0.000037 0.057296 6.425E-6 0.145725
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value
Pr > |t|
3.09 -1.36 1.11 -2.15 4.22
0.0066 0.1908 0.2811 0.0460 0.0006
1.897599 22 0.013082
Variable Label Intercept
102
7. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Impor Pulp Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HRGA_IMP HRIMPI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
3 18 21
Sum of Squares
10987235 675724.8 11662960
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Mean Square
3662412 37540.27
F Value 97.56
193.75310 1094.51344 17.70221
Pr > F
<.0001
R-Square Adj R-Sq
0.94206 0.93241
Parameter Estimates
Variable Intercept LMPI TIP LHRIMPI
Parameter DF 1 1 1 1
Standard Estimate 11.49634 234.6284 54.78477 0.699400
Error 299.1411 368.2696 35.03945 0.082944
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value 0.04 0.64 1.56 8.43
2.213541 22 -0.13601
Variable Pr > |t| 0.9698 0.5321 0.1353 <.0001
Label Intercept
103
8. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Kertas Indonesia
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
PERM_KER DKI DKI
Analysis of Variance
Source
Sum of Squares
DF
Model Error Corrected Total
4 17 21
79.24894 0.685980 79.93492
Mean Square
F Value
19.81223 0.040352
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Pr > F 490.99
0.20088 4.32168 4.64813
<.0001
R-Square Adj R-Sq
0.99142 0.98940
Parameter Estimates
Variable Intercept SHRKI SHRKNI T LDKI
Parameter DF 1 1 1 1 1
Standard Estimate 0.481256 -0.00010 0.000136 0.195955 0.347645
Error 0.110827 0.000023 0.000038 0.047078 0.159070
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value 4.34 -4.28 3.60 4.16 2.19
2.275146 22 -0.14234
Variable Pr > |t| 0.0004 0.0005 0.0022 0.0007 0.0431
Label Intercept
104
9. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Kertas Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
PROD_KER QKI QKI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
5 16 21
Sum of Squares
154.7002 3.197647 157.9898
Mean Square
30.94004 0.199853
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
F Value
154.81
0.44705 6.04214 7.39886
Pr > F
<.0001
R-Square Adj R-Sq
0.97975 0.97342
Parameter Estimates
Variable Intercept HRKI HRIKBI SBKRI URKT LQKI
Parameter DF 1 1 1 1 1 1
Standard Estimate 1.490791 0.000024 -0.00060 -0.02769 -1.73E-7 0.901972
Error 0.873825 0.000066 0.000627 0.012332 2.344E-7 0.071419
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value 1.71 0.37 -0.95 -2.25 -0.74 12.63
1.635594 22 0.181956
Variable Pr > |t| 0.1073 0.7177 0.3551 0.0392 0.4707 <.0001
Label Intercept
105
10. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Kertas Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HARGA_KE HRKI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
3 18 21
Sum of Squares
33996350 62933363 96929713
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Mean Square
11332117 3496298
F Value 3.24
1869.83902 5482.56798 34.10517
Pr > F
0.0465
R-Square Adj R-Sq
0.35073 0.24252
Parameter Estimates
Variable Intercept LSKI HRKWR LHRKI
Parameter DF 1 1 1 1
Standard Estimate 4686.763 -358.207 0.098947 0.346529
Error 4060.822 579.3442 0.605291 0.217314
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value 1.15 -0.62 0.16 1.59
2.182015 22 -0.09466
Variable Pr > |t| 0.2635 0.5441 0.8720 0.1282
Label Intercept
106
11. Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Kertas Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
EKS_KERT XKI XKI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
3 18 21
Sum of Squares 32.30633 2.418305 33.79629
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Mean Square 10.76878 0.134350
F Value 80.15
0.36654 2.17871 16.82365
Pr > F
<.0001
R-Square Adj R-Sq
0.93036 0.91875
Parameter Estimates
Variable Intercept LHRXKI QKI NTR
Parameter DF 1 1 1 1
Standard Estimate -0.87711 0.000040 0.472091 0.000015
Error 0.883331 0.000198 0.081104 0.000027
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value -0.99 0.20 5.82 0.54
1.1606 22 0.406356
Variable Pr > |t| 0.3339 0.8423 <.0001 0.5982
Label Intercept
107
12. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Ekspor Kertas Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HRGA_EKS HRXKI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
3 18 21
Sum of Squares 18478405 1052427 19530312
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Mean Square 6159468 58468.19
F Value 105.35
241.80197 1381.87143 17.49815
Pr > F
<.0001
R-Square Adj R-Sq
0.94611 0.93713
Parameter Estimates
Variable Intercept XKI T LHRXKI
Parameter DF 1 1 1 1
Standard Estimate 567.6558 -335.079 37.95082 0.695747
Error 420.5720 159.8250 30.36921 0.119179
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value 1.35 -2.10 1.25 5.84
2.162392 22 -0.13874
Variable Pr > |t| 0.1938 0.0504 0.2274 <.0001
Label Intercept
108
13. Hasil Estimasi Persamaan Impor Kertas Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
IMP_KERT MKI MKI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
4 17 21
Sum of Squares
0.197756 0.025333 0.223225
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Mean Square
0.049439 0.001490
F Value 33.18
0.03860 0.25208 15.31340
Pr > F
<.0001
R-Square Adj R-Sq
0.88644 0.85973
Parameter Estimates
Variable Intercept HRMKI DKI NTR LMKI
Parameter DF 1 1 1 1 1
Standard Estimate 0.170058 -3.77E-6 0.034616 -9.11E-6 0.129374
Error 0.080691 8.162E-6 0.012367 3.295E-6 0.178468
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value 2.11 -0.46 2.80 -2.77 0.72
2.370057 22 -0.20445
Variable Pr > |t| 0.0502 0.6504 0.0123 0.0132 0.4784
Label Intercept
109
14. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Impor Kertas Indonesia The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HRGA_IMP HRMKI
Analysis of Variance
Source
DF
Model Error Corrected Total
3 18 21
Sum of Squares
82647672 9747804 92395476
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Mean Square
F Value
27549224 541544.7
50.87
735.89719 2453.93297 29.98848
R-Square Adj R-Sq
Pr > F
<.0001
0.89450 0.87692
Parameter Estimates
Variable Intercept LMKI TIK LHRMKI
Parameter DF 1 1 1 1
Standard Estimate -291.506 837.8657 62.25048 0.667254
Error 863.5895 2523.267 46.46860 0.188998
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
t Value -0.34 0.33 1.34 3.53
1.483813 22 0.0783
Variable Pr > |t| 0.7396 0.7437 0.1970 0.0024
Label Intercept
110
Lampiran 6. Program Komputer Validasi Parameter Model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia OPTIONS NODATE NONUMBER; DATA VALIDASI; SET WORK.ANGGI; /*Membuat Data Riil*/ HRPI = (HPI/IHK)*100; URPT = (UPT/IHK)*100; URKT = (UKT/IHK)*100; HRKI = (HKI/IHK)*100; HRIMPI = (HIMPI/IHK)*100; HRXPI = (HXPI/IHK)*100; HRMKI = (HMKI/IHK)*100; HRXKI = (HXKI/IHK)*100; HRIKBI = (HIKBI/IHK)*100; HRKNI = (HKNI/IHK)*100; HRPWR = (HPWR/IHK)*100; HRKWR = (HKWR/IHK)*100; NTR = (NT/IHK)*100; /*Membuat variabel lag*/ LHRPI = LAG(HRPI); LHRLI = LAG(HRLI); LHRKI = LAG(HRKI); LURPT = LAG(URPT); LURKT = LAG(URKT); LHRIMPI = LAG(HRIMPI); LHRXPI = LAG(HRXPI); LHRMKI = LAG(HRMKI); LHRXKI = LAG(HRXKI); LHRIKBI = LAG(HRIKBI); LHRKNI = LAG(HRKNI); LHRPWR = LAG(HRPWR); LHRKWR = LAG(HRKWR); LQPI = LAG(QPI); LDPI = LAG(DPI); LSPI = LAG(SPI); LQKI = LAG(QKI); LDKI = LAG(DKI); LSKI = LAG(SKI); LNTR = LAG(NTR); LMPI = LAG(MPI); LXPI = LAG(XPI); LMKI = LAG(MKI); LXKI = LAG(XKI); LSBKRI = LAG(SBKRI); LT = LAG(T); LTIK = LAG(TIK); LTIP = LAG(TIP); /*Membuat selisih*/ SHRPI = HRPI-LHRPI; SHRLI = HRLI-LHRLI; SHRKI = HRKI-LHRKI; SURPT = URPT-LURPT;
111
SURKT SHRIMPI SHRXPI SHRMKI SHRXKI SHRIKBI SHRKNI SHRPWR SHRKWR SDPI SSPI SQKI SQPI SDKI SSKI SNTR SMPI SXPI SMKI SXKI SSBKRI ST STIK STIP
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
URKT-LURKT; HRIMPI-LHRIMPI; HRXPI-LHRXPI; HRMKI-LHRMKI; HRXKI-LHRXKI; HRIKBI-LHRIKBI; HRKNI-LHRKNI; HRPWR-LHRPWR; HRKWR-LHRKWR; DPI-LDPI; SPI-LSPI; QKI-LQKI; QPI-LQPI; DKI-LDKI; SKI-LSKI; NTR-LNTR; MPI-LMPI; XPI-LXPI; MKI-LMKI; XKI-LXKI; SBKRI-LSBKRI; T-LT; TIK-LTIK; TIP-LTIP;
/*Membuat pertumbuhan*/ THRPI = (HRPI-LHRPI)/LHRPI*100; THRLI = (HRLI-LHRLI)/LHRLI*100; THRKI = (HRKI-LHRKI)/LHRKI*100; TURPT = (URPT-LURPT)/LURPT*100; TURKT = (URKT-LURKT)/LURKT*100; THRIMPI = (HRIMPI-LHRIMPI)/LHRIMPI*100; THRXPI = (HRXPI-LHRXPI)/LHRXPI*100; THRMKI = (HRMKI-LHRMKI)/LHRMKI*100; THRXKI = (HRXKI-LHRXKI)/LHRXKI*100; THRIKBI = (HRIKBI-LHRIKBI)/LHRIKBI*100; THRKNI = (HRKNI-LHRKNI)/LHRKNI*100; THRPWR = (HRPWR-LHRPWR)/LHRPWR*100; THRKWR = (HRKWR-LHRKWR)/LHRKWR*100; TQPI = (QPI-LQPI)/LQPI*100; TDPI = (DPI-LDPI)/LDPI*100; TSPI = (SPI-LSPI)/LSPI*100; TQKI = (QKI-LQKI)/LQKI*100; TDKI = (DKI-LDKI)/LDKI*100; TSKI = (SKI-LSKI)/LSKI*100; TNTR = (NTR-LNTR)/LNTR*100; TMPI = (MPI-LMPI)/LMPI*100; TXPI = (XPI-LXPI)/LXPI*100; TMKI = (MKI-LMKI)/LMKI*100; TXKI = (XKI-LXKI)/LXKI*100; TSBKRI = (SBKRI-LSBKRI)/LSBKRI*100; TT = (T-LT)/LT*100; TTIK = (TIK-LTIK)/LTIK*100; TTIP = (TIP-LTIP)/LTIP*100; /*Membuat rasio*/ RHRPI = HRPI/LHRPI; RHRLI = HRLI/LHRLI;
112
RHRKI = HRKI/LHRKI; RURPT = URPT/LURPT; RURKT = URKT/LURKT; RHRIMPI = HRIMPI/LHRIMPI; RHRXPI = HRXPI/LHRXPI; RHRMKI = HRMKI/LHRMKI; RHRXKI = HRXKI/LHRXKI; RHRIKBI = HRIKBI/LHRIKBI; RHRKNI = HRKNI/LHRKNI; RHRPWR = HRPWR/LHRPWR; RHRKWR = HRKWR/LHRKWR; RQPI = QPI/LQPI; RDPI = DPI/LDPI; RSPI = SPI/LSPI; RQKI = QKI/LQKI; RDKI = DKI/LDKI; RSKI = SKI/LSKI; RNTR = NTR/LNTR; RMPI = MPI/LMPI; RXPI = XPI/LXPI; RMKI = MKI/LMKI; RXKI = XKI/LXKI; RSBKRI = SBKRI/LSBKRI; RT = T/LT; RTIK = TIK/LTIK; RTIP = TIP/LTIP; /*Membuat deskripsi variabel*/ /*label HRPI = 'harga riil pulp Indonesia (Rp/kg)' HRLI = 'harga riil log kayu Indonesia (Rp/m3)' HRKI = 'harga riil kertas Indonesia (Rp/kg)' URPT = 'upah riil tenaga kerja pulp (Rp/bulan)' URKT = 'upah riil tenaga kerja kertas (Rp/bulan)' HRIMPI = 'harga riil impor pulp Indonesia (US$/ton)' HRXPI = 'harga rill ekspor pulp Indonesia(US$/ton)' HRMKI = 'harga riil impor kertas Indonesia (US$/ton)' HRXKI = 'harga riil ekspor kertas Indonesia (US$/ton)' HRIKBI = 'harga rill impor kertas bekas Indonesia (US$/ton)' HRKNI = 'harga riil kertas koran Indonesia (Rp/m 3)' HRPWR = 'harga riil pulp dunia (US$/ton)' HRKWR = 'harga riil kertas dunia (US$/ton)' QPI = 'produksi pulp Indonesia (juta ton)' DPI = 'permintaan pulp Indonesia (juta ton)' SPI = 'penawaran pulp Indonesia (juta ton)' QKI = 'produksi kertas Indonesia (juta ton)' DKI = 'permintaan kertas Indonesia (juta ton)' SKI = 'penawaran kertas Indonesia (juta ton)' NT = 'nilai tukar dollar terhadap rupiah (Rp/US$)' MPI = 'jumlah impor pulp Indonesia (juta ton)' XPI = 'jumlah ekspor pulp Indonesia (juta ton)' MKI = 'jumlah impor kertas Indonesia (juta ton)' XKI = 'jumlah ekspor kertas Indonesia (juta ton)' SBKRI = 'suku bunga riil Indonesia (%)' T = 'trend'
113
TIK TIP POP IHK RUN;
= = = =
'tarif impor kertas (%/tahun)' 'tarif impor pulp (%/tahun)' 'jumlah populasi Indonesia (jiwa)' 'indeks harga konsumen (%)';*/
PROC SIMNLIN DATA=VALIDASI SIMULATE STAT OUTPREDICT THEIL OUT=A; ENDOGENOUS
INSTRUMENTS
LHRPI LHRLI LHRKI LURPT LURKT LHRIMPI LHRXPI LHRMKI LHRXKI LHRIKBI LHRKNI LHRPWR LHRKWR LQPI LDPI LSPI LQKI LDKI LSKI LNTR LMPI LXPI LMKI LXKI LSBKRI LT LTIK LTIP
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
DPI HRPI HRXPI DKI QKI XKI; HRLI URKT NTR TIP
SPI HRIMPI MPI SKI HRKI
QPI
HRMKI
HRXKI
SBKRI T IHK HRKNI
URPT TIK HRPWR CPII;
HRKWR
XPI MKI
HRIKBI
LAG(HRPI); LAG(HRLI); LAG(HRKI); LAG(URPT); LAG(URKT); LAG(HRIMPI); LAG(HRXPI); LAG(HRMKI); LAG(HRXKI); LAG(HRIKBI); LAG(HRKNI); LAG(HRPWR); LAG(HRKWR); LAG(QPI); LAG(DPI); LAG(SPI); LAG(QKI); LAG(DKI); LAG(SKI); LAG(NTR); LAG(MPI); LAG(XPI); LAG(MKI); LAG(XKI); LAG(SBKRI); LAG(T); LAG(TIK); LAG(TIP);
PARM A0 0.133636 B0 1.452550 0.540267 C0 323.4093 D0 -0.21174 E0 650.8518 F0 0.446445
A1 B1
-0.00002 0.000100
A2 0.000434 B2 -5.98E-6
C1 -160.943 C2 512.6162 D1 0.000080 D2 0.306349 E1 -223.329 E2 0.201949 F1 -0.00005 F2 0.063788
A3 0.481113 B3 -0.04543
B4
0.078065 B5
C3 1.020325 C4 0.335160 D3 0.000017 D4 0.440266 E3 0.643474 F3 -0.00001 F4 0.614330
114
G0 H0 I0 J0 K0 L0 M0 N0
11.49634 0.481256 1.490791 4686.763 -0.87711 567.6558 0.170058 -291.506
G1 H1 I1 J1 K1 L1 M1 N1
234.6284 -0.00010 0.000024 -358.207 0.000040 -335.079 -3.77E-6 837.8657
G2 H2 I2 J2 K2 L2 M2 N2
54.78477 0.000136 -0.00060 0.098947 0.472091 37.95082 0.034616 62.25048
G3 0.699400 H3 0.195955 H4 0.347645 I3 -0.02769 I4 -1.73E-7 I5 0.901972 J3 0.346529 K3 0.000015 L3 0.695747 M3 -9.19E-6 M4 0.129374 N3 0.667254;
/*STRUCTURAL EQUATIONS*/ DPI = A0+A1*(HRPI-LHRPI)+A2*((HRKI-LHRKI)/LHRKI)+A3*QKI; QPI = B0+B1*HRPI+B2*LHRLI+B3*LSBKRI+B4*T+B5*LQPI; HRPI = C0+C1*LSPI+C2*LDPI+C3*HRXPI+C4*LHRPI; XPI = D0+D1*(HRXPI-LHRXPI)+D2*LQPI+D3*NTR+D4*LXPI; HRXPI = E0+E1*XPI+E2*(HRPWR-LHRPWR)+E3*LHRXPI; MPI = F0+F1*HRIMPI+F2*(DPI-LDPI)+F3*NTR+F4*LMPI; HRIMPI= G0+G1*LMPI+G2*TIP+G3*LHRIMPI; DKI = H0+H1*(HRKI-LHRKI)+H2*(HRKNI-LHRKNI)+H3*T+H4*LDKI; QKI = I0+I1*HRKI+I2*HRIKBI+I3*SBKRI+I4*URKT+I5*LQKI; HRKI = J0+J1*LSKI+J2*HRKWR+J3*LHRKI; XKI = K0+K1*LHRXKI+K2*QKI+K3*NTR; HRXKI = L0+L1*XKI+L2*T+L3*LHRXKI; MKI = M0+M1*HRMKI+M2*DKI+M3*NTR+M4*LMKI; HRMKI = N0+N1*LMKI+N2*TIK+N3*LHRMKI; /*IDENTITY EQUATIONS*/ SPI = QPI+MPI-XPI; SKI = QKI+MKI-XKI; RANGE TAHUN= 2001 to 2011; RUN;
115
Lampiran 7. Hasil Validasi Model Permintaan dan Pernawaran Pulp dan Kertas Indonesia The SAS System The SIMNLIN Procedure Model Summary Model Variables Endogenous Parameters Range Variable Equations Number of Statements Program Lag Length
16 16 65 Tahun 16 44 1
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Data Set Options DATA= VALIDASI OUT= A
Solution Summary Variables Solved Simulation Lag Length Solution Range First Last Solution Method CONVERGE= Maximum CC Maximum Iterations Total Iterations Average Iterations
16 1 Tahun 2001 2011 NEWTON 1E-8 2.56E-15 1 11 1
Observations Processed Read Lagged Solved First Last
Variables Solved For
12 1 11 13 23
DPI SPI QPI HRPI HRIMPI HRXPI MPI XPI DKI SKI QKI HRKI HRMKI HRXKI MKI XKI
116
Lampiran 7. Lanjutan The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 2001 To 2011 Descriptive Statistics Actual Variable DPI SPI QPI HRPI HRIMPI HRXPI MPI XPI DKI SKI QKI HRKI HRMKI HRXKI MKI XKI
Predicted
N Obs
N
Mean
Std Dev
Mean
11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
4.0805 3.3034 4.9383 3046.9 523.7 370.8 0.7151 2.3499 5.9933 5.3924 8.1825 3873.0 1029.8 662.5 0.3336 3.1237
0.6639 0.8295 0.8409 839.2 71.7830 51.9039 0.1250 0.3939 0.9858 0.9683 1.3739 1452.7 151.8 71.7667 0.0698 0.6971
4.1915 3.4000 4.9774 3434.7 740.9 370.7 0.8261 2.4034 6.0287 5.5013 8.4305 4660.2 934.7 603.2 0.3338 3.2630
Std Dev 0.3842 0.4976 0.7877 169.0 70.4818 219.2 0.0620 0.3684 1.0118 0.5264 0.8017 618.9 98.4826 74.5067 0.0654 0.3404
Statistics of fit
Variable
Mean N
Mean % Mean Abs Mean Abs RMS Error Error Error % Error
DPI SPI QPI HRPI HRIMPI HRXPI MPI XPI DKI SKI QKI HRKI HRMKI HRXKI MKI XKI
11 0.1110 11 0.0966 11 0.0391 11 387.7 11 217.1 11 -0.1424 11 0.1110 11 0.0535 11 0.0355 11 0.1089 11 0.2480 11 787.2 11 -95.1197 11 -59.2934 11 0.000193 11 0.1393
3.7809 8.9206 1.6155 22.8790 43.1575 -1.9409 17.4177 3.5862 0.5605 4.0498 4.2088 53.1100 -8.0803 -8.6705 0.8861 7.6446
0.3099 0.4524 0.4085 786.4 217.1 165.4 0.1110 0.2652 0.2529 0.5180 0.6727 1489.3 126.8 67.6483 0.0296 0.3283
7.4957 18.5933 8.9833 32.4062 43.1575 44.0515 17.4177 12.0923 4.2319 10.5842 8.5087 66.9420 11.5734 10.1382 9.2706 12.7642
RMS % Error Error R-Square 0.3800 0.6272 0.5331 983.6 224.8 189.3 0.1282 0.3162 0.2907 0.6922 0.7143 1880.9 157.6 80.4344 0.0336 0.4099
8.8867 33.9171 12.6144 47.0799 46.3520 50.0982 20.9177 14.7868 4.9563 15.4228 9.2482 108.8 13.9748 11.8721 11.3436 17.7383
0.6395 0.3711 0.5579 .5112 9.791 13.63 .1581 0.2913 0.9043 0.4379 0.7027 .8440 .1847 .3818 0.7449 0.6198
117
Lampiran 7. Lanjutan The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 2001 To 2011 Theil Forecast Error Statistics
Corr Variable N DPI SPI QPI HRPI HRIMPI HRXPI MPI XPI DKI SKI QKI HRKI HRMKI HRXKI MKI XKI
11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
MSE Decomposition Proportion Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U
0.1444 0.3934 0.2842 967402 50547.8 35820.9 0.0164 0.1000 0.0845 0.4791 0.5102 3537951 24833.0 6469.7 0.00113 0.1680
0.87 0.62 0.77 -0.59 0.63 0.50 0.96 0.63 0.95 0.69 0.92 -0.40 0.51 0.70 0.87 0.92
0.09 0.02 0.01 0.16 0.93 0.00 0.75 0.03 0.01 0.02 0.12 0.18 0.36 0.54 0.00 0.12
0.23 0.00 0.06 0.41 0.01 0.95 0.19 0.13 0.05 0.04 0.39 0.37 0.02 0.08 0.02 0.50
0.68 0.98 0.93 0.44 0.06 0.05 0.06 0.84 0.93 0.94 0.49 0.46 0.62 0.37 0.98 0.39
0.49 0.25 0.01 0.42 0.00 0.71 0.22 0.01 0.01 0.37 0.58 0.18 0.10 0.00 0.02 0.69
0.42 0.72 0.99 0.42 0.07 0.29 0.03 0.97 0.98 0.60 0.30 0.65 0.53 0.46 0.98 0.20
0.0920 0.1846 0.1066 0.3122 0.4257 0.5059 0.1769 0.1329 0.0479 0.1265 0.0862 0.4573 0.1515 0.1208 0.0989 0.1283
0.0456 0.0918 0.0531 0.1493 0.1767 0.2367 0.0826 0.0658 0.0239 0.0630 0.0426 0.2135 0.0796 0.0632 0.0495 0.0633
118
Lampiran 7. Lanjutan Theil Relative Change Forecast Error Statistics Relative Change Corr Variable N MSE DPI SPI QPI HRPI HRIMPI HRXPI MPI XPI DKI SKI QKI HRKI HRMKI HRXKI MKI XKI
11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
0.00796 0.0507 0.0128 0.1105 0.1660 0.2579 0.0422 0.0197 0.00289 0.0233 0.00908 0.2783 0.0183 0.0157 0.0131 0.0282
Bias (R)
MSE Decomposition Proportions Reg Dist Var Covar (UM) (UR) (UD) (US)
0.26 0.86 0.72 0.70 0.89 -0.04 0.60 0.77 0.50 0.53 0.42 0.87 0.62 0.86 0.75 0.40
0.16 0.05 0.01 0.22 0.93 0.02 0.71 0.02 0.01 0.04 0.19 0.20 0.33 0.56 0.00 0.18
0.21 0.07 0.13 0.25 0.01 0.78 0.14 0.02 0.21 0.22 0.32 0.05 0.42 0.11 0.00 0.42
0.63 0.88 0.87 0.53 0.06 0.20 0.15 0.96 0.78 0.74 0.49 0.75 0.25 0.33 1.00 0.40
0.02 0.00 0.00 0.04 0.00 0.17 0.03 0.05 0.00 0.00 0.01 0.00 0.17 0.24 0.17 0.06
Inequality (UC) U1 0.82 0.95 0.99 0.74 0.07 0.81 0.26 0.93 0.99 0.96 0.80 0.80 0.51 0.20 0.83 0.76
1.0393 0.5421 0.7069 0.9641 1.8780 2.1781 1.9988 0.5954 0.6828 0.9449 1.1669 0.5565 1.4558 0.8812 0.6049 1.3893
Coe U 0.4808 0.2666 0.3529 0.4141 0.6354 0.7387 0.6083 0.3102 0.3379 0.4571 0.4852 0.2667 0.4956 0.4380 0.3420 0.5426
119
Lampiran 7. Lanjutan The SAS System The SIMNLIN Procedure Model Summary Model Variables Endogenous Parameters Range Variable Equations Number of Statements Program Lag Length
16 16 65 Tahun 16 44 1
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Data Set Options DATA= VALIDASI OUT= A
Solution Summary Variables Solved Simulation Lag Length Solution Range First Last Solution Method CONVERGE= Maximum CC Maximum Iterations Total Iterations Average Iterations
16 1 Tahun 2001 2011 NEWTON 1E-8 8.79E-16 1 11 1
Observations Processed Read Lagged Solved First Last
Variables Solved For
12 1 11 13 23
DPI SPI QPI HRPI HRIMPI HRXPI MPI XPI DKI SKI QKI HRKI HRMKI HRXKI MKI XKI
120
Lampiran 8. Program Komputer Simulasi Model Permintaan dan Pernawaran Pulp dan Kertas Indonesia OPTIONS NODATE NONUMBER; DATA SIMULASI; SET WORK.ANGGI; /*Membuat Data Riil*/ HRPI = (HPI/IHK)*100; URPT = (UPT/IHK)*100; URKT = (UKT/IHK)*100; HRKI = (HKI/IHK)*100; HRIMPI = (HIMPI/IHK)*100; HRXPI = (HXPI/IHK)*100; HRMKI = (HMKI/IHK)*100; HRXKI = (HXKI/IHK)*100; HRIKBI = (HIKBI/IHK)*100; HRKNI = (HKNI/IHK)*100; HRPWR = (HPWR/IHK)*100; HRKWR = (HKWR/IHK)*100; NTR = (NT/IHK)*100; /*Membuat variabel lag*/ LHRPI = LAG(HRPI); LHRLI = LAG(HRLI); LHRKI = LAG(HRKI); LURPT = LAG(URPT); LURKT = LAG(URKT); LHRIMPI = LAG(HRIMPI); LHRXPI = LAG(HRXPI); LHRMKI = LAG(HRMKI); LHRXKI = LAG(HRXKI); LHRIKBI = LAG(HRIKBI); LHRKNI = LAG(HRKNI); LHRPWR = LAG(HRPWR); LHRKWR = LAG(HRKWR); LQPI = LAG(QPI); LDPI = LAG(DPI); LSPI = LAG(SPI); LQKI = LAG(QKI); LDKI = LAG(DKI); LSKI = LAG(SKI); LNTR = LAG(NTR); LMPI = LAG(MPI); LXPI = LAG(XPI); LMKI = LAG(MKI); LXKI = LAG(XKI); LSBKRI = LAG(SBKRI); LT = LAG(T); LTIK = LAG(TIK); LTIP = LAG(TIP); /*Membuat selisih*/ SHRPI = HRPI-LHRPI; SHRLI = HRLI-LHRLI; SHRKI = HRKI-LHRKI; SURPT = URPT-LURPT;
121
SURKT SHRIMPI SHRXPI SHRMKI SHRXKI SHRIKBI SHRKNI SHRPWR SHRKWR SDPI SSPI SQKI SQPI SDKI SSKI SNTR SMPI SXPI SMKI SXKI SSBKRI ST STIK STIP
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
URKT-LURKT; HRIMPI-LHRIMPI; HRXPI-LHRXPI; HRMKI-LHRMKI; HRXKI-LHRXKI; HRIKBI-LHRIKBI; HRKNI-LHRKNI; HRPWR-LHRPWR; HRKWR-LHRKWR; DPI-LDPI; SPI-LSPI; QKI-LQKI; QPI-LQPI; DKI-LDKI; SKI-LSKI; NTR-LNTR; MPI-LMPI; XPI-LXPI; MKI-LMKI; XKI-LXKI; SBKRI-LSBKRI; T-LT; TIK-LTIK; TIP-LTIP;
/*Membuat pertumbuhan*/ THRPI = (HRPI-LHRPI)/LHRPI*100; THRLI = (HRLI-LHRLI)/LHRLI*100; THRKI = (HRKI-LHRKI)/LHRKI*100; TURPT = (URPT-LURPT)/LURPT*100; TURKT = (URKT-LURKT)/LURKT*100; THRIMPI = (HRIMPI-LHRIMPI)/LHRIMPI*100; THRXPI = (HRXPI-LHRXPI)/LHRXPI*100; THRMKI = (HRMKI-LHRMKI)/LHRMKI*100; THRXKI = (HRXKI-LHRXKI)/LHRXKI*100; THRIKBI = (HRIKBI-LHRIKBI)/LHRIKBI*100; THRKNI = (HRKNI-LHRKNI)/LHRKNI*100; THRPWR = (HRPWR-LHRPWR)/LHRPWR*100; THRKWR = (HRKWR-LHRKWR)/LHRKWR*100; TQPI = (QPI-LQPI)/LQPI*100; TDPI = (DPI-LDPI)/LDPI*100; TSPI = (SPI-LSPI)/LSPI*100; TQKI = (QKI-LQKI)/LQKI*100; TDKI = (DKI-LDKI)/LDKI*100; TSKI = (SKI-LSKI)/LSKI*100; TNTR = (NTR-LNTR)/LNTR*100; TMPI = (MPI-LMPI)/LMPI*100; TXPI = (XPI-LXPI)/LXPI*100; TMKI = (MKI-LMKI)/LMKI*100; TXKI = (XKI-LXKI)/LXKI*100; TSBKRI = (SBKRI-LSBKRI)/LSBKRI*100; TT = (T-LT)/LT*100; TTIK = (TIK-LTIK)/LTIK*100; TTIP = (TIP-LTIP)/LTIP*100; /*Membuat rasio*/ RHRPI = HRPI/LHRPI; RHRLI = HRLI/LHRLI;
122
RHRKI = HRKI/LHRKI; RURPT = URPT/LURPT; RURKT = URKT/LURKT; RHRIMPI = HRIMPI/LHRIMPI; RHRXPI = HRXPI/LHRXPI; RHRMKI = HRMKI/LHRMKI; RHRXKI = HRXKI/LHRXKI; RHRIKBI = HRIKBI/LHRIKBI; RHRKNI = HRKNI/LHRKNI; RHRPWR = HRPWR/LHRPWR; RHRKWR = HRKWR/LHRKWR; RQPI = QPI/LQPI; RDPI = DPI/LDPI; RSPI = SPI/LSPI; RQKI = QKI/LQKI; RDKI = DKI/LDKI; RSKI = SKI/LSKI; RNTR = NTR/LNTR; RMPI = MPI/LMPI; RXPI = XPI/LXPI; RMKI = MKI/LMKI; RXKI = XKI/LXKI; RSBKRI = SBKRI/LSBKRI; RT = T/LT; RTIK = TIK/LTIK; RTIP = TIP/LTIP; /*Membuat simulasi*/ /*SBKRI = SBKRI*0.8;*/ TIK= TIK*1.2; /*Membuat deskripsi variabel*/ /*label HRPI = 'harga riil pulp Indonesia (Rp/kg)' HRLI = 'harga riil log kayu Indonesia (Rp/m3)' HRKI = 'harga riil kertas Indonesia (Rp/kg)' URPT = 'upah riil tenaga kerja pulp (Rp/bulan)' URKT = 'upah riil tenaga kerja kertas (Rp/bulan)' HRIMPI = 'harga riil impor pulp Indonesia (US$/ton)' HRXPI = 'harga rill ekspor pulp Indonesia(US$/ton)' HRMKI = 'harga riil impor kertas Indonesia (US$/ton)' HRXKI = 'harga riil ekspor kertas Indonesia (US$/ton)' HRIKBI = 'harga rill impor kertas bekas Indonesia (US$/ton)' HRKNI = 'harga riil kertas koran Indonesia (Rp/m 3)' HRPWR = 'harga riil pulp dunia (US$/ton)' HRKWR = 'harga riil kertas dunia (US$/ton)' QPI = 'produksi pulp Indonesia (juta ton)' DPI = 'permintaan pulp Indonesia (juta ton)' SPI = 'penawaran pulp Indonesia (juta ton)' QKI = 'produksi kertas Indonesia (juta ton)' DKI = 'permintaan kertas Indonesia (juta ton)' SKI = 'penawaran kertas Indonesia (juta ton)' NT = 'nilai tukar dollar terhadap rupiah (Rp/US$)' MPI = 'jumlah impor pulp Indonesia (juta ton)' XPI = 'jumlah ekspor pulp Indonesia (juta ton)' MKI = 'jumlah impor kertas Indonesia (juta ton)'
123
XKI SBKRI T TIK TIP POP IHK RUN;
= = = = = = =
'jumlah ekspor kertas Indonesia (juta ton)' 'suku bunga riil Indonesia (%)' 'trend' 'tarif impor kertas (%/tahun)' 'tarif impor pulp (%/tahun)' 'jumlah populasi Indonesia (jiwa)' 'indeks harga konsumen (%)';*/
PROC SIMNLIN DATA=SIMULASI SIMULATE STAT OUTPREDICT THEIL OUT=A; ENDOGENOUS
INSTRUMENTS
LHRPI LHRLI LHRKI LURPT LURKT LHRIMPI LHRXPI LHRMKI LHRXKI LHRIKBI LHRKNI LHRPWR LHRKWR LQPI LDPI LSPI LQKI LDKI LSKI LNTR LMPI LXPI LMKI LXKI LSBKRI LT LTIK LTIP PARM
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
DPI HRPI HRXPI DKI QKI XKI; HRLI URKT NTR TIP
SPI HRIMPI MPI SKI HRKI
QPI
HRMKI
HRXKI
SBKRI T IHK HRKNI
URPT TIK HRPWR CPII;
HRKWR
XPI MKI
HRIKBI
LAG(HRPI); LAG(HRLI); LAG(HRKI); LAG(URPT); LAG(URKT); LAG(HRIMPI); LAG(HRXPI); LAG(HRMKI); LAG(HRXKI); LAG(HRIKBI); LAG(HRKNI); LAG(HRPWR); LAG(HRKWR); LAG(QPI); LAG(DPI); LAG(SPI); LAG(QKI); LAG(DKI); LAG(SKI); LAG(NTR); LAG(MPI); LAG(XPI); LAG(MKI); LAG(XKI); LAG(SBKRI); LAG(T); LAG(TIK); LAG(TIP);
A0 0.133636 A1 -0.00002 A2 0.000434 A3 0.481113 B0 1.452550 B1 0.000100 B2 -5.98E-6 B3 -0.04543 B4 0.078065 B5 0.540267 C0 323.4093 C1 -160.943 C2 512.6162 C3 1.020325 C4 0.335160 D0 -0.21174 D1 0.000080 D2 0.306349 D3 0.000017 D4 0.440266
124
E0 F0 G0 H0 I0 J0 K0 L0 M0 N0
650.8518 E1 -223.329 E2 0.201949 E3 0.643474 0.446445 F1 -0.00005 F2 0.063788 F3 -0.00001 F4 0.614330 11.49634 G1 234.6284 G2 54.78477 G3 0.699400 0.481256 H1 -0.00010 H2 0.000136 H3 0.195955 H4 0.347645 1.490791 I1 0.000024 I2 -0.00060 I3 -0.02769 I4 -1.73E-7 I5 0.901972 4686.763 J1 -358.207 J2 0.098947 J3 0.346529 -0.87711 K1 0.000040 K2 0.472091 K3 0.000015 567.6558 L1 -335.079 L2 37.95082 L3 0.695747 0.170058 M1 -3.77E-6 M2 0.034616 M3 -9.19E-6 M4 0.129374 -291.506 N1 837.8657 N2 62.25048 N3 0.667254;
/*STRUCTURAL EQUATIONS*/ DPI = A0+A1*(HRPI-LHRPI)+A2*((HRKI-LHRKI)/LHRKI)+A3*QKI; QPI = B0+B1*HRPI+B2*LHRLI+B3*LSBKRI+B4*T+B5*LQPI; HRPI = C0+C1*LSPI+C2*LDPI+C3*HRXPI+C4*LHRPI; XPI = D0+D1*(HRXPI-LHRXPI)+D2*LQPI+D3*NTR+D4*LXPI; HRXPI = E0+E1*XPI+E2*(HRPWR-LHRPWR)+E3*LHRXPI; MPI = F0+F1*HRIMPI+F2*(DPI-LDPI)+F3*NTR+F4*LMPI; HRIMPI= G0+G1*LMPI+G2*TIP+G3*LHRIMPI; DKI = H0+H1*(HRKI-LHRKI)+H2*(HRKNI-LHRKNI)+H3*T+H4*LDKI; QKI = I0+I1*HRKI+I2*HRIKBI+I3*SBKRI+I4*URKT+I5*LQKI; HRKI = J0+J1*LSKI+J2*HRKWR+J3*LHRKI; XKI = K0+K1*LHRXKI+K2*QKI+K3*NTR; HRXKI = L0+L1*XKI+L2*T+L3*LHRXKI; MKI = M0+M1*HRMKI+M2*DKI+M3*NTR+M4*LMKI; HRMKI = N0+N1*LMKI+N2*TIK+N3*LHRMKI; /*IDENTITY EQUATIONS*/ SPI = QPI+MPI-XPI; SKI = QKI+MKI-XKI; RANGE TAHUN= 2001 to 2011; RUN;
125
Lampiran 9. Hasil Simulasi Model 1. Pemberian Subsidi Suku Bunga Kredit Riil Investasi Sehingga Suku Bunga Kredit Investasi Riil Investor Sebesar 20 Persen Variabel
Nilai dasar
Nilai akhir
Subsidi SBKRI 20 persen
Label
DPI
4.1915
4.2868
2.273649052
Permintaan Pulp Indonesia
SPI
3.4
3.4781
2.297058824
Penawaran Pulp Indonesia
QPI
4.9774
5.1163
2.790613573
Produksi Pulp Indonesia
HRPI
3434.7
3430.4
-0.125192884
HRIMPI
740.9
741.9
0.134970981
Harga Rill Impor Pulp Indonesia
HRXPI
370.7
337.6
-8.929053143
Harga Rill Ekspor Pulp Indonesia
MPI
0.8261
0.8278
0.205786224
Impor Pulp Indonesia
XPI
2.4034
2.466
2.604643422
Ekspor Pulp Indonesia
DKI
6.0287
6.0298
0.018246056
Permintaan Kertas Indonesia
SKI
5.5013
5.6084
1.946812572
Penawaran Kertas Indonesia
QKI
8.4305
8.6285
2.348615147
Produksi Kertas Indonesia
HRKI
4660.2
4612.7
-1.019269559
934.7
934.8
0.01069862
HRMKI HRXKI
Harga Rill Pulp Indonesia
Harga Riil Kertas Indonesia Harga Rill Impor Kertas Indonesia Harga Rill Ekspor Kertas Indonesia
603.2
528.6
-12.36737401
MKI
0.3338
0.3338
0.000620366
Impor Kertas Indonesia
XKI
3.263
3.3539
2.785779957
Ekspor Kertas Indonesia
126
Lampiran 9. Lanjutan 2. Peningkatan Tarif Impor Kertas Sebesar 20 Persen Variabel
Nilai dasar
Nilai akhir
Tarif Impor Kertas 20 persen
Label
DPI
4.1915
4.1916
0.002385781
Permintaan Pulp Indonesia
SPI
3.4
3.4001
0.002941176
Penawaran Pulp Indonesia
QPI
4.9774
4.9774
-4.73362E-05
Produksi Pulp Indonesia
HRPI
Harga Rill Pulp Indonesia
3434.7
3434.7
-0.473361765
HRIMPI
740.9
740.9
0.035264368
Harga Rill Impor Pulp Indonesia
HRXPI
370.7
370.7
0.003365255
Harga Rill Ekspor Pulp Indonesia
MPI
0.8261
0.8261
0.000150304
Impor Pulp Indonesia
XPI
2.4034
2.4034
-1.44849E-05
Ekspor Pulp Indonesia
DKI
6.0287
6.0287
-6.43749E-07
Permintaan Kertas Indonesia
SKI
5.5013
5.5007
-0.010906513
Penawaran Kertas Indonesia
QKI
8.4305
8.4305
1.545E-07
HRKI
Produksi Kertas Indonesia
4660.2
4660.5
0.006437492
Harga Riil Kertas Indonesia
HRMKI
934.7
1087
16.29399807
HRXKI
603.2
603.2
-2.44353E-05
Harga Rill Impor Kertas Indonesia Harga Rill Ekspor Kertas Indonesia
MKI
0.3338
0.3331
-0.209706411
Impor Kertas Indonesia
XKI
3.263
3.263
7.29239E-08
Ekspor Kertas Indonesia
127
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Oktober 1992 di Medan, Sumatera Utara dari Bapak Muliater Sitanggang dan Ibu Tioman br Limbong. Penulis adalah putri terakhir dari enam bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD RK Katholik Budi Luhur pada tahun 2004. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidiknya di SMP Tri Sakti 1 Medan pada tahun 2007. Lalu penulis diterima di SMA Negeri 5 Medan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan seperti acara natal civitas IPB tahun 2012 dan 2013, Makrab ESL. Penulis juga aktif mengikuti karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Karya tulis berupa PKM-GT pada tahun 2012. Penulis juga aktif mengikuti berbagai seminar nasional.