DAMPAK STATUS PEKERJAAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUMBUNG TAHUN 2013
Herawati Dewi 1 Lilik Hidayanti dan Nur Lina 2
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jalan Siliwangi No.24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115 Telp.(0265) 324445
ABSTRAK ASI mengandung nutrisi yang optimal, bayi yang diberi ASI eksklusif daya tahan tubuhnya baik karena bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan dari ibunya melalui plasenta. Keuntungan lain pemberian ASI adalah tidak mudah tercemar; melindungi bayi dari infeksi; lebih murah;mengandung vitamin yang cukup; mencegah anemia akibat kekurangan zat besi; mudah dicerna; menghindarkan bayi dari alergi. Sayangnya, di tahun 2010 baru 33% bayi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis tahun 2012 baru ada 50,7% ibu yang memberikan ASI Eksklusif dari 80% target yang ditetapkan. Di Kecamatan Lumbung tahun 2012 Pencapaian ASI eksklusifnya 37% masih jauh dari 80% target yang diharapkan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI salah satunya adalah Ibu bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak dapat menyusui secara eksklusif. Hal ini menjadi salah satu penyebab belum berhasilnya pelaksanaan ASI eksklusif di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lumbung tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan desain cross sectional.Populasi penelitian adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi berumur 6-8 bulan yaitu sebanyak 86 orang, populasi aktual berdasarkan inklusi menjadi 62 orang responden.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 34 orang ( 54,8% ) bayi mendapat ASI Eksklusif dari ibunya, 2 orang ( 5,9% ) bayi dari ibu yang bekerja, sedangkan 32 orang bayi ( 94,1% ) dari responden yang tidak bekerja. Hasil uji chi square menunjukan p value 0,075 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan status pekerjaan ibu terhadap status pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lumbung tahun 2013. Hasil wawancara menunjukkan bahwa para ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif diantaranya dikarenakan karena alasan air susu tidak keluar atau tidak lancar, merepotkan, atau hanya karena merasa asupan makanan dari ASI saja tidak cukup untuk bayinya. Diperlukan sosialisasi mengenai Peraturan Pemerintah nomor 33 di tingkat Kecamatan, perkantoran baik pemerintah maupun swasta, sarana kesehatan di kecamatan Lumbung, diharapkan agar tenaga kesehatan, kader yang ada lebih aktif mengajak ibu menyusui, ibu hamil,
43
44
post partum untuk datang ke posyandu sehingga dapat diberikan informasi tentang ASI Eksklusif.
Abstract
Breast milk is the optimal nutrition , exclusive breast-fed babies have better immune systems naturally newborns get antibodies from the mother through the placenta . Another advantage of breastfeeding is not easily contaminated ; protect the baby from infection ; cheaper ; contain sufficient vitamins ; prevent anemia due to iron deficiency ; easily digestible ; prevent infants from allergies . Unfortunately , in the year 2010 just 33 % of infants exclusively breastfed in Indonesia. According to data from Kudat District Health Office in 2012 there were only 50.7 % of women who give exclusive breastfeeding from 80 % target set . In the year 2012 Granary District Achievement 37 % exclusive breastfeeding is still far from the 80 % expected target . Factors that may affect breastfeeding one is Mom worked for a living so it can not exclusively breastfeed . This has led to the implementation of exclusive breastfeeding has not been successful in Indonesia. This study aims to determine the relationship of maternal work status on exclusive breastfeeding in the Puskesmas barn in 2013 . This research was an observational study with cross- sectional design of the study is all breastfeeding mothers with infants aged 6-8 months as many as 86 people , the actual population by inclusion to 62 people responden.Hasil research shows that as many as 34 people ( 54.8 % ) Exclusively breastfed babies of mothers , 2 ( 5.9 % ) infants of working mothers , while 32 infants ( 94.1 % ) of the respondents who are not working . Results of the chi square test showed p value 0.075 > 0.05 , so it can be concluded there is no relationship to the mother's employment status exclusive breastfeeding status at the Puskesmas barn in 2013 . Interviews showed that mothers who did not breastfeed exclusively for reasons including because milk does not come out or not smooth , hassle , or just because the food intake of breast milk was not enough for her baby . Necessary socialization of Government Regulation number 33 in the sub-district level , both government and private offices , health facilities in the district Lumbung , it is expected that health workers , there are more active cadre invites nursing mothers , pregnant women , post partum to come to a neighborhood health center so that it can be given information of exclusive breastfeeding . Word key : Breasfeeding, Working mom Kepustakaan : 23 ( 1997 – 2012 )
45
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam Penjelasan PP Republik Indonesia No 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif, ada beberapa kendala dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu ibu tidak percaya diri bahwa dirinya mampu menyusui dengan baik sehingga mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi. Hal ini antara lain disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya dukungan keluarga serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif. Selain itu kurangnya dukungan tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan untuk keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (PP RI no.33 tahun 2012). Di kota– kota besar terdapat trend penurunan pemberian ASI, yang dikhawatirkan akan meluas ke pedesaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI antara lain meniru teman, tetangga, atau orang terkemuka yang memberikan susu formula, pengertian yang salah bahwa menyusui akan menghilangkan daya tarik wanita, ibu bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak dapat menyusui secara eksklusif (Soetjinigsih, 1997). Dalam UU Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2003 pemerintah menetapkan cuti melahirkan selama 3 bulan. Meskipun demikian, ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI Eksklusif dengan cara memerah ASI nya sebelum ibu pergi. Akan tetapi sekarang ini wanita karir lebih cenderung berhenti menyusui sebelum enam bulan karena tidak tersedianya waktu yang dibutuhkan dalam memompa (Setyawati, 2012).Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2008 oleh Nutrition and Health Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan badan penelitian dan pengembangan kesehatan dan Hellen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta,Surabaya, Semarang dan Makasar) serta 8 pedesaan (Sumatera Barat, Banten,Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan) menunjukkan bahwa masa pemberian ASI eksklusif berakhir karena ibu diharuskan kembali bekerja. Hal ini menjadi salah satu penyebab belum berhasilnya pelaksanaan ASI eksklusif di Indonesia. (Setyawati, 2012). Data Susenas tahun 2010 menunjukkan bahwa baru 33% bayi kita mendapat ASI Eksklusif, menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis tahun 2012 baru ada 50,7% ibu yang memberikan ASI Eksklusif dari 80% target yang ditetapkan. Di Kecamatan Lumbung tahun 2012 Pencapaian ASI eksklusifnya 37% masih jauh dari 80% target yang diharapkan. Berdasarkan data di Kecamatan Lumbung (2013), sebanyak 17% dari wanita usia subur yang ada memiliki pekerjaan baik di sektor formal maupun informal. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengetahui hubungan Status Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Lumbung Tahun 2013. Tujuan Penelitian Tujuan Umum penelitian ini adalah : Mengetahui Hubungan Status Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Lumbung Tahun 2013. Sedangkan tujuan khususnya adalah: Pertama Mengidentifikasi Status Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lumbung tahun 2013. Kedua, Mengidentifikasi Status Pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Lumbung tahun 2013.
46
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan desain cross sectional, yang hasilnya akan dianalisis secara deskriptif dan analitik. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi berumur 6-8 bulan yaitu sebanyak 86 orang, populasi aktual 62 orang responden berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut : Pertama, Ibu tidak mengalami kelainan seperti puting lecet, payudara bengkak, mastitis, abses payudara pada saat periode ASI eksklusif. Kedua, bayi tidak mengalami kelainan seperti bayi prematur, ikterik, bayi sumbing. Ketiga, ibu sedang tidak hamil kembali pada saat periode ASI eksklusif. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik dan matang dengan teknik wawancara. Cara Pengumpulan Data Data primer, diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan alat bantu kuesioner. Adapun langkah-langkahnya adalah : Pertama, responden tiap dusun dikumpulkan dalam satu ruangan pada saat hari buka posyandu, apabila responden tidak hadir di posyandu maka peneliti, bidan desa, atau paramedis mendatangi rumah responden selanjutnya responden diwawancara. Sedangkan data sekunder, diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis tahun 2012 dan profil Puskesmas Lumbung tahun 2012. Metode Analisis Data Analisis dan penyajian data dengan cara yaitu : Pertama, analisis Univariat yaitu data yang disajikan agar dapat difahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan, data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi. Kedua, , idengan sistem spss V.16. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square untuk mengetahui hubungan status pekerjaan ibu terhadap status pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Lumbung Tahun 2013. HASIL PENELITIAN Gambaran Lokasi Penelitian Wilayah kerja Puskesmas Lumbung terdiri dari 8 (delapan) desa, 96 Rukun Warga dan 286 Rukun Tetangga. Memiliki luas 2794,332 Ha, dengan jarak ke Kabupaten Ciamis 26 Km. Tingkat pendidikan penduduknya paling tinggi adalah lulusan SD sebanyak (65,7%) dan paling rendah adalah lulusaan S1-S2
47
sebanyak 0,6%. Mata pencaharian yang paling banyak dilakukan oleh penduduk Kecamatan Lumbung adalah Pertanian dan Perikanan (93,80%). Analisis Univariat Karakteristik Responden Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Tingkat Pendidikan N F (%) SMP 42 orang 67,7% SMA 16 orang 25,8% Diploma/Sarjana 4 orang 6,5% Jumlah 62 orang 100% Dari 62 orang sampel sebanyak 42 orang (67,7%) berpendidikan SMP Tabel 4.4 menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan. Responden Berdasarkan Jumlah Anak Dari 62 orang sampel sebanyak 32 orang (51,6% ) baru memiliki anak sebanyak 1 orang . Tabel 4.5 menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Jumlah Anak N F (%) 1 orang 32 orang 51,6% 2 orang 13 orang 21% 3 orang 11 orang 17,7% 4 orang 2 orang 3,2% 5 orang 4 orang 6,5% Jumlah 62 orang 100% Pada tabel 4.6 terlihat hasil perhitungan statistik jumlah responden.Responden memiliki 1-5 orang anak, rata-rata 1,92.
Tabel 4.6 Perhitungan Statistik Jumlah Anak Responden di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 No 1 2 3
Perhitungan Statistik Mean Standar Deviasi Minimal
Nilai 1,92 1,191 1
anak
48
4
Maksimal
5
Persepsi Responden Dari hasil distribusi frekuensi, Ibu yang yakin bisa memproduksi ASI sebanyak 43 orang (69,4%), sisanya 19 orang (30,6%) tidak yakin bisa memproduksi ASI. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Persepsi Ibu Menyusui di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 No
Pertanyaan Persepsi Ibu N F (%) Menyusui 1 Ibu yakin bisa memproduksi ASI a. Ya 43 orang 69,4% b. Tidak 19 orang 30,6% 2 Ibu kuat dan mampu menyusui a. Ya 67,7% 42 orang b. Tidak 32,3% 20 orang 3 Ibu merasa ASI yang ibu produksi cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi a. Ya 66,1% 41 orang b. Tidak 33,9% 21 orang 4 Kesimpulan a. Persepsi Ibu baik 59,7% 37 orang b. Persepsi ibu tidak baik 40,3% 25 orang Sebagian besar responden sebanyak 42 orang (67,7%) merasa bisa, kuat dan mampu menyusui bayinya, sedangkan 20 orang sisanya (32,3%) tidak bisa, kuat, dan mampu menyusui. Sebanyak 41 orang (66,1%) ibu, merasa ASI yang diproduksinya cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Kesimpulannya Persentase Persepsi Ibu dalam hal menyusui bayinya lebih banyak yang baik persepsinya (59,6%) dibandingkan ibu dengan persepsi menyusui bayi yang tidak baik (40,4%).
Motivasi Responden Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi Ibu Menyusui di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 No
Pertanyaan Motivasi
N
F (%)
49
1
2
3
4
Ibu Menyusui Ibu yakin ASI bisa meningkatkan daya tahan tubuh bayiI a. Ya b. Tidak Ibu yakin dengan memberikan ASI dapat mempererat hubungan emosional antara ibu dan bayi a. Ya b. Tidak Ibu akan mampu menghadapi kendala dalam hal menyusui selama periode ASI eksklusif a. Ya b. Tidak Kesimpulan c. Motivasi Ibu baik d. Motivasi ibu tidak baik
62 orang 0 orang
100% 0%
62 orang 0 orang
100% 0%
54 orang 8 orang
87,1% 12,9%
54 orang 8 orang
87,1% 12,9,3%
Pada tabel 4.8 terlihat, seluruh responden (100%) yakin dengan memberikan ASI bisa meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Selaras dengan hal tersebut, seluruh responden pun (100%) yakin dengan memberikan ASI bisa mempererat hubungan emosional antara ibu dan bayi. Sebagian besar responden (87,1%) akan mampu menghadapi kendala dalam hal menyusui selama periode ASI Eksklusif. Kesimpulannya dalam penelitian ini sebanyak 54 orang (87,1%) ibu menyusui memiliki motivasi yang baik dalam menyusui.
Dukungan Lingkungan di Tempat Kerja Pertanyaan ini khusus diberikan kepada responden yang bekerja. Dari 8 orang responden yang bekerja, tidak ada satupun tempat kerjanya yang mendukung pemberian ASI Eksklusif. Baik ibu yang bekerja di sektor formal maupun informal.
Karakteristik Sampel Bayi Berdasarkan Riwayat Kelahiran Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Riwayat Kelahiran di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Riwayat Kelahiran Bayi
N
F (%)
50
Normal 57 orang 91,9% Sectio cesar 5 orang 8,1% Jumlah 62 orang 100% Sebagian besar bayi 57 orang (91,9%) dilahirkan dengan cara normal atau spontan.
Bayi Berdasarkan Tempat Kelahiran Distribusi sampel berdasarkan tempat kelahiran, terlihat pada tabel 4.10 sebanyak 34 orang (54,81%) responden melahirkan bayinya di Puskesmas atau Poned. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Tempat Kelahiran di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Tempat Kelahiran Rumah bersalin Rumah sakit Puskesmas / Poned Bidan Praktek Swasta Rumah Jumlah
N 1 orang 9 orang 34 orang 14 orang 4 orang 62 orang
F (%) 1,6% 14,5% 54,81% 22,6% 6,5% 100%
Bayi Berdasarkan Penolong Persalinan Sebanyak 47 orang (75,8%) responden pada penelitian ini pada saat melahirkan penolong persalinannya oleh tenaga kesehatan dalam hal ini oleh bidan. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Penolong Persalinan di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Penolong Persalinan Dokter Spesialis Dokter Poned Bidan Paraji Jumlah
N 6 orang 8 orang 47 orang 1 orang 62 orang
F (%) 9,7% 12,9% 75,8% 1,6% 100 %
Status Pemberian ASI Eksklusif Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pemberian ASI di Kecamatan Lumbung Tahun 2013
51
No 1
2
3
Pertanyaan Bayi diberi ASI a. Ya b. Tidak Bayi dilakukan IMD a. Ya b. Tidak Bayi diberikan minuman sebelum ASI keluar a. Ya b. Tidak
N
%
62 orang 0 orang
100% 0%
58 orang 4 orang
93,5% 6,5%
6 orang 56 orang
9,7% 90,3%
Responden pada penelitian ini seluruhnya (100%) menyusui bayinya, terlepas bayinya disusui ASI secara eksklusif atau tidak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 62 orang responden, 58 orang (93,5%) melakukan IMD ( Inisiasi Menyusu Dini ) pada bayinya dan hanya 4 orang (6,5%) yang tidak IMD. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bayi yang diberikan minuman sebelum ASI keluar sebanyak 6 orang ( 9,7% ).
Jenis Minuman atau makanan yang diberikan Kepada Bayi Sebelum ASI Keluar Dari 6 orang bayi yang diberikan minuman atau makanan sebelum ASI keluar, 5 orang ( 83,3% ) bayi diantaranya diberikan susu formula. Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Jenis Minuman atau Makanan yang diberikan Kepada Bayi Sebelum ASI Keluar di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Jenis Minuman atau Makanan yang N F (%) Diberikan Kepada Bayi Sebelum ASI Keluar Susu Formula 5 orang 83,3% Pisang yang 1 orang 16,7% dihaluskan Jumlah 6 orang 100%
Umur Bayi Diberi ASI Saja Tanpa Makanan dan Minuman Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 34 orang bayi (54,8%) hanya diberi ASI saja tanpa makanan dan minuman lain. Sebanyak 7 orang bayi (11,3%) mendapatkan ASI saja tanpa makanan dan minuman sampai umurnya 4 bulan. Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Umur Bayi Diberi ASI Saja
52
Tanpa Makanan dan Minuman di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Umur Bayi Diberi ASI Saja Tanpa Makanan dan Minuman 0 Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan Jumlah
N
F (%)
5 orang 1 orang 3 orang 6 orang 7 orang 6 orang 34 orang 62 orang
8,1% 1,6% 4,8% 9,7% 11,3% 9,7% 54,8% 100%
Makanan yang Diberikan Pertama Kali Kepada Bayi Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Makanan yang Diberikan Pertama Kali Kepada Bayi di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Makanan yang Diberikan Pertama Kali N F (%) Kepada Pisang yang 5 orang 8,1% Dihaluskan Biskuit 5 orang 8,1% Bubur susu/Tepung 52 orang 83,8% Jumlah 62 orang 100% Dari 62 responden, 5 orang (8,1%) diantaranya memberikan pisang yang dihaluskan kepada bayi mereka pada saat pemberian makanan yang pertama sedangkan 52 orang (83,3%) sisanya memberikan bubur susu atau bubur tepung.
Minuman yang Diberikan Pertama Kali Kepada Bayi Dari 62 orang sampel sebanyak 51 orang ( 82,2% ) memberikan air putih kepada bayinya sebagai minuman yang pertama kali diberikan. Tabel 4.16 menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan Minuman yang pertama kali diberika pada bayi mereka. Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Minuman yang Diberikan Pertama Kali Kepada Bayi di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Minuman yang Diberikan Pertama Kali Kepada
N
F (%)
53
Susu Formula Susu Non Formula Air Putih Jumlah
10 orang 1 orang 51 orang 62 orang
16,2% 1,6% 82,2 100%
Pemberian ASI Eksklusif ( Bayi ASI Eksklusif atau Tidak ASI Eksklusif ) Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 34 orang ( 54,8% ) bayi mendapat ASI Eksklusif dari ibunya. Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Bayi yang Disusui di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Bayi ASI Eksklusif Ya Tidak Jumlah
N 34 orang 28 orang 62 orang
F (%) 54,8 % 54,2 % 100%
Status Pekerjaan Ibu Tabel 4.18 Disrtibusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Status Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja Bekerja Jumlah
N 54 orang 8 orang 62 orang
F (%) 87,1% 12,9% 100%
Sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 54 orang (87,1%). Tabel 4.19 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Puskesmas Lumbung Tahun 2012 No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
%
1
PNS
1 orang
12,5
2
PTT
1 orang
12,5
3
Honorer
2 orang
25
4
Pedagang
2 orang
25
5
Asisten Rumah Tangga
1 orang
12,5
6
Petani
1 orang
12,5
8 orang
100
Jumlah
54
Responden yang bekerja dibedakan menjadi responden yang bekerja di sektor formal dan informal. Distribusi frekuensi responden yang bekerja berdasarkan jenis pekerjannya dapat dilihat pada tabel 4.20 Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Jenis Pekerjaan Ibu Sektor Informal Sektor Formal Jumlah
N 4 orang 4 orang 8 orang
F (%) 50% 50% 100%
Hubungan Status Pekerjaan Ibu Terhadap Status Pemberian ASI Eksklusif Pada responden yang menyusui secara eksklusif sebagian besar tidak bekerja sedangkan pada responden yang menyusui tidak eksklusif sebagian besar bekerja. Dari hasil uji chi square diperoleh hasil p value 0,075 atau > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan status pekerjaan ibu terhadap status pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lumbung tahun 2013. Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Bayi yang ASI Eksklusif Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu di Kecamatan Lumbung Tahun 2013 Status Pekerjaan Ibu
Status ASI Eksklusif Tidak ASI ASI Eksklusif Eksklusif n % n %
Total
P Value
n % Tidak 32 59,26 22 40,74 54 100 Bekerja 0,075 Bekerja 2 25 6 75 8 100 Total 34 54,83 28 45,17 62 100 Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dari 54 orang responden yang tidak bekerja, 32 orang (59,26%) diantaranya memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan hanya 22 orang (40,74%) bayi tidak diberi ASI eksklusif. Sedangkan pada responden yang bekerja, hanya 2 orang bayi (25%) yang mendapat ASI eksklusif, sisanya 6 orang (75%) bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya. PEMBAHASAN Hasil penelitian di lapangan, menunjukan sebanyak 34 orang (54,8%) responden memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, 2 orang responden diantaranya adalah ibu bekerja. Apabila dibandingkan dengan target 80% yang ditetapkan sesuai indikator sehat 2010, cakupan ASI eksklusif tersebut masih sangat rendah. Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2008 oleh Nutrition and
55
Health Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan badan penelitian dan pengembangan kesehatan dan Hellen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta,Surabaya, Semarang dan Makasar) serta 8 pedesaan (Sumatera Barat, Banten,Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan) menunjukkan bahwa masa pemberian ASI eksklusif berakhir karena ibu diharuskan kembali bekerja. Hal ini menjadi salah satu penyebab belum berhasilnya pelaksanaan ASI eksklusif di Indonesia. (Setyawati, 2012). Meski demikian ibu yang bekerja bukan satu-satunya faktor penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif yang masih sangat rendah disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi ibu dan bayi. Selain itu kurangnya kepedulian keluarga dan dukungan suami, keluarga dan masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif ( Supari, 2006; Kuntari dan Rahmawati, 2006 dalam Firmansyah 2012). Suami mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (milk let down reflex) yang sangat dipengaruhi emosi ibu. Dari hasil analisis bivariat yang dilakukan penulis untuk menguji hubungan status pekerjaan ibu terhadap status pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lumbung tahun 2013 yaitu dengan uji chi square diperoleh hasil p value 0,075 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan status pekerjaan ibu terhadap status pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lumbung tahun 2013. Berbeda dengan hasil penelitian Rohani (2007), faktor pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Yang membuat hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Rohani kemungkinan di Kecamatan Lumbung masih banyak ibu-ibu yang memiliki bayi merasa bangga apabila bayi mereka diberi susu formula. Kecamatan Lumbung yang terdiri dari 8 desa, tiap desa ditugaskan 1 orang bidan desa dirasakan kurang dalam memberikan pelayanan yang optimal khususnya dalam hal penyuluhan mengenai pentingnya ASI eksklusif. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Makdalena (2005), tidak ada hubungan status pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Hasil penelitian Makdalena (2005) menunjukkan sebagian besar ibu menyusui memberikan ASI tidak eksklusif 54,2% sedangkan yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 45,8% dengan status pekerjaan sebagian besar ibu menyusui tidak bekerja sebanyak 96,6%. Secara proporsi responden yang bekerja pada penelitian ini hanya 12,9% sedangkan responden yang tidak bekerja sebesar 87,1%. Hal ini berarti tidak ada hubungan dalam pemberian ASI eksklusif antara responden yang bekerja dengan responden yang tidak bekerja. Responden yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu untuk memberikan ASI Eksklusif sedangkan responden yang bekerja dapat menyediakan ASI Eksklusif cadangan di rumah. Hal ini sesuai dengan pendapat Roesli (2005) bahwa bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian Salfina dalam Firmansyah (2012), sebanyak 59,7% ibu yang bekerja hanya memberi ASI 4 kali dalam sehari, sementara jika pada siang hari diberikan susu formula oleh keluarga atau pengasuhnya. Sejalan dengan penelitian Mardeyanti (2007) dalam Firmansyah (2012), 60% ibu yang bekerja tidak patuh memberikan ASI eksklusif.). Dalam penelitian ini yang diteliti dan di uji statistik adalah hubungan status pekerjaan ibu terhadap status pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lumbung tahun 2013, faktor lain diteliti tetapi tidak di uji. Dari 62 orang sampel sebanyak 42 orang ( 67,7% ) berpendidikan SMP, berpendidikan
56
SMA 16 orang (25,8%), Diploma atau sarjana 4 orang (6,5%). Hasil penelitian Salfina (2003) dalam Firmansyah (2012) ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif adalah ibu dengan pendidikan SD, dan berstatus pekerja lepas (buruh). Hal ini selaras dengan hasil penelitian Ogunlesi (2009) dalam Lestari (2012) yang menyatakan bahwa terdapat proporsi yang lebih tinggi pada ibu yang berpendidikan minimal sekolah menengah menyusui eksklusif dibanding ibu yang berpendidikan lebih rendah.Dalam penelitian ini dari 62 orang sampel sebanyak 32 orang (51,6% ) baru memiliki 1 orang anak, dalam arti kondisi fisik responden masih sehat atau baik sehingga dimungkinkan untuk bisa menyusui Eksklusif anaknya. Hal ini ditunjang pula dengan proses kelahiran bayi dengan cara normal sebanyak 57 orang (91,9%), memungkinkan bayi diberi ASI lebih besar dibandingkan dengan cara tindakan atau operasi cesar. Data Riset Fasilitas Kesehatan Dasar tahun 2011 mengungkapkan bahwa sekitar 40% Rumah Sakit yang melaksanakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi sebagai penerapan 10 langkah keberhasilan (Krishadiyanto, 2012). Dalam penelitian ini sebagian besar responden melahirkan bayinya di fasilitas kesehatan dan dilakukan oleh tenaga kesehatan , hal ini berarti dimungkinkan bayi dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Berdasarkan penelitian Rahardjo (2005) dalam Fauziah (2009) faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama adalah tenaga kesehatan terutama bidan.Pada penelitian ini sebanyak 58 orang (93,5%) responden melakukan IMD pada bayinya. Hal ini terbukti bahwa semua responden memberikan ASI kepada bayinya terlepas mendapatkan ASI secara Eksklusif ataupun tidak. Menurut Roesli (2008), bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui. Akan tetapi ada 6 orang responden ( 9,7% ) yang memberikan minuman atau cairan sebelum ASI keluar kepada bayinya, dengan alasan takut bayinya kelaparan. Aspek budaya atau latar belakang tradisi, daerah tempat tinggal juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi praktek menyusui secara eksklusif. Di daerah pedesaan, pada umumnya ibu menyusui bayi mereka, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kebiasaan yang kurang baik, seperti pemberian makanan pralaktal yaitu pemberian makanan dan minuman untuk menggantikan ASI apabila ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran. Jenis makanan tersebut antara lain air jernih dan madu dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui isapan bayi pada ibu menyusui. Masih banyak juga ibu-ibu tidak memanfaatkan kolostrum yang keluar pada hari-hari pertama, karena dianggap tidak baik untuk makanan bayi atau susu basi (Depkes RI,2005 dalam Rohani, 2007). Adapun dalam penelitian ini sebanyak 5 orang bayi (83,3%) mendapatkan susu formula, sebelum ASI keluar, dan 1 orang bayi (16,7%) diberi pisang yang dihaluskan.Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 34 orang bayi (54,8%) hanya diberi ASI saja tanpa makanan dan minuman lain artinya bayi tersebut lulus ASI Eksklusif. Sebanyak 7 orang bayi (11,3%) mendapatkan ASI saja tanpa makanan dan minuman sampai umurnya 4 bulan. Makanan yang diberikan pertama kali kepada bayi sebagian besar adalah bubur susu atau bubur tepung sebanyak 52 orang bayi (83,8%). Sedangkan sebanyak 51 orang ( 82,2% ) memberikan air putih kepada bayinya sebagai minuman yang pertama kali diberikan. Persentase Persepsi Ibu dalam hal menyusui bayinya lebih banyak yang baik persepsinya (59,6%) dibandingkan ibu dengan persepsi menyusui bayi yang tidak baik (40,4%).Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dapat diwujudkan
57
dengan motivasi yang kuat, pengetahuan dasar tentang menyusui, usaha yang terus menerus, dukungan fasilitas persalinan “Sayang Bayi” (Partiwi dan Purnawati, 2009). Dalam penelitian ini sebanyak 54 orang (87,1%) ibu menyusui memiliki motivasi yang baik dalam menyusui. Menurut Basri (2009) dalam Lestari (2012) nilai atau norma berpengaruh dalam memberikan ASI Eksklusif. Apabila nilai yang dianut suatu keluarga dan masyarakat mendukung untuk memberikan ASI Eksklusif, maka kemungkinan besar perilaku tersebut akan dapat dilaksanakan dengan baik. Keyakinan seseorang juga berpengaruh terhadap motivasi pemberian ASI eksklusif. Seorang ibu yang yakin akan manfaat ASi eksklusif akan termotivasi memberikan ASi Eksklusif, dalam penelitian ini sebanyak 54 orang (87,1%) ibu menyusui memiliki motivasi yang baik dalam menyusui.. Khusus untuk ibu yang bekerja diberikan tambahan pertanyaan mengenai dukungan lingkungan tempat kerja. Dari 8 orang responden yang bekerja, tidak ada satupun tempat kerjanya yang mendukung pemberian Asi Eksklusif, baik ibu yang bekerja di sektor formal maupun informal. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 jelas sekali disebutkan bahwa pengurus tempat kerja yang terdiri atas perusahaan dan perkantoran milik pemerintah, pemerintah daerah dan swasta harus mendukung program ASI Eksklusif. Mereka harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan atau memerah ASI sesuai dengan kondisi kemampuan perusahaan. Sarana-sarana tersebut meliputi : Membangun fasilitas yang layak di tempat kerja untuk kaum ibu yaagang bekerja agar dapat menyusui atau memompa air susunya ( ruang menyusui), memberi kesempatan pada kaum ibu yang bekerja untuk memberikan ASI atau memerah susu ibu selama jam kerja, memastikan bahwa cuti melahirkan selama 3 bulan lebih bersifat fleksibel. Cuti melahirkan disesuaikan dengan masa-masa yang mendekati waktu melahirkan, berdasarkan surat rujukan yang dikeluarkan oleh dokter, yang memungkinkan sang ibu untuk memiliki lebih banyak waktu untuk menyusui setelah melahirkan dan untuk mempersiapkan sang ibu untuk kembali bekerja. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 34 orang (54,8%) bayi mendapat ASI Eksklusif dari ibunya, sedangkan 28 orang (54,25%) tidak mendapatkan ASI eksklusif 2. Sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 54 orang (87,1%). 3. Tidak ada hubungan status pekerjaan ibu terhadap status pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lumbung tahun 2013 dengan nilai P value 0,075.
Saran 1. Diperlukan sosialisasi mengenai pemberian MP ASI pertama kepada bayi 2. Diharapkan agar tenaga kesehatan, kader yang ada lebih aktif mengajak ibu menyusui untuk datang ke posyandu sehingga dapat diberikan informasi tentang ASI Eksklusif kepada ibu hamil, post partum, busui tentang manfaat ASI eksklusif.
58
Daftar Pustaka Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, 2012 Firmansyah Nurhuda dan Mahmudah, Pengaruh Karakteristik (Pendidikan, Pekerjaan), Pengetahuan Dan Sikap Ibu menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif di Kabupaten Tuban, (Jurnal). 2012 Hidayanti, Lilik, Penurunan Pemberian ASI Eksklusif Sebagai Salah Satu Dampak Paparan Iklan Susu Formula, ( Prosiding Seminar Nasional ), 2011 Irni Setyawati dan Emi Sutrisminan, Pentingnya motivasi dan persepsi Terhadap Prilaku pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja, diakses 22 Desember 2012 Lestari, Ade, Motivasi Ibu Bekerja Dalam Memberikan ASI Eksklusif di PT Dewhirst Mens wear Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan Universirtas Padjadjaran, 2012 Makdalena, Yenni, Hubungan Tingkat Pengetahuan, dan Status Pekerjaan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Jeruklegi Wetan Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap, (Skripsi).2005 Rahmah, Laily, Atribusi Tentang Kegagalan Pemberian ASI Pada Ibu Pekerja (Sebuag studi Fenomenologi),Universitas Islam Sultan Agung, 2003 Roesli, Utami, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Elex Media Komputindo, 2001 Roesli, Utami, Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif, Pustaka Bunda, Jakarta, 2008 Roesli, Utami, Kiat Sukses Memberikan ASI Bagi Ibu Bekerja, detikHealth, diakses 12 Desember 2012 Roesli, Utami, ASI Peras Solusi Buat Ibu Bekerja, dari milis ayahbunda – online, 2005, diakses 12 Desember 2012 Rohani, Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, (Skripsi). 2007 Suradi, R. Manajemen Laktasi, Perkumpulan Perinatologi Indonesia, Jakarta, 2004 Soetjiningsih, ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, EGC, 1997