DAMPAK PERUBAHAN CUACA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN NELAYAN CANTRANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) ASEMDOYONG, PEMALANG
PRAHESTI WIDYA ARI NUGRAHENI
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Dampak Perubahan Cuaca terhadap Produktivitas dan Pendapatan Nelayan Cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong, Pemalang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2015 Prahesti Widya Ari Nugraheni NIM C44110057
ABSTRAK PRAHESTI WIDYA ARI NUGRAHENI. Dampak Perubahan Cuaca Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Nelayan Cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong, Pemalang. Dibimbing oleh PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM dan DOMU SIMBOLON. Masyarakat sekitar PPP Asemdoyong sebagian besar menggantungkan penghidupannya pada sumberdaya pesisir dan laut yang mempunyai resiko tinggi bila cuaca buruk terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data yang digunakan adalah data produksi hasil tangkapan, arah dan kecepatan mata angin, temperatur dan curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 2009-2013 arah angin cenderung ke arah Barat Daya pada musim barat dan musim peralihan 1 sedangkan pada musim timur dan musim peralihan 2 ke arah Selatan. Kecepatan angin tertinggi terjadi pada musim peralihan 2 dan terendah pada musim peralihan 1. Temperatur udara tertinggi terjadi pada musim peralihan 2 dan terendah pada saat musim barat. Curah hujan tertinggi terjadi pada musim barat dan terendah pada musim peralihan 2. Apabila kegiatan penangkapan menggunakan cantrang tidak memberikan jaminan ekonomi bagi nelayan, maka opsi-opsi yang tersedia akan dimanfaatkan untuk mempertahankan kelangsngan hidup. Kata kunci: angin, cantrang, cara adaptasi nelayan, curah hujan, temperatur, dan PPP Asemdoyong
ABSTRACT PRAHESTI WIDYA ARI NUGRAHENI. Impact of Weather Changes on Productivity and Income of Cantrang Fishers in Asemdoyong Coastal Fishing Port (PPP) Pemalang. Supervised by PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM and DOMU SIMBOLON. Communities in around of Asemdoyong Coastal Fishing Port largely depends on coastal and marine resources for their livelihood. The activities would has a high risk, if the weather bad. The research used survey method, which is utilized production catches data, direction and speed of wind data, temperature data and precipitation data. The results showed that the wind direction inclined toward the Southwest in the west monsoon and one transitional season, while in the east season and two transitional season to Southward. In addition, the highest wind speeds occur in the two transitional season and the lowest in one transitional season. Futhermore, the highest air temperature occurred in two transitional seasons and the lowest in the west season. While the highest rainfall occurs in the western and the lowest in two transitional season. When the fishing activities using cantrang has not provided economic security for a fishermen, then the options available will be used to sustain of their life. Keywords: wind, cantrang, fishermen adaptation, rainfall, temperature, and Asemdoyong Coastal Fishing Port
DAMPAK PERUBAHAN CUACA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENGHASILAN NELAYAN CANTRANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) ASEMDOYONG, PEMALANG
PRAHESTI WIDYA ARI NUGRAHENI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul Dampak Perubahan Cuaca terhadap Produktivitas dan Pendapatan Nelayan Cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong, Pemalang.
1) 2)
3)
4)
5) 6)
Penulis mengucapkan terima kasih kepada: Allah SWT yang telah memberi kelancaran selama menyelesaikan skripsi ini. Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi MSi serta Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi selaku dosen pembimbing dan Dr Fis Purwangka, SPi MSi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan bimbingan selama penelitian dan pengerjaan skripsi ini. Ayah (Achmad Aryanto), Ibu (T. Sartinah) dan Kakak (Dwika Ratnaningtyas) atas segala dukungan dan waktu yang telah diberikan serta seluruh keluarga yang banyak memberikan doa. Azizah dan Ebon yang membantu saat penelitian. Ismi, Fitri, Binta, Cyntia, Yuanna, Safira, Cica, Baim, Fandhu, Lukman, Beta, Evi, Fetri atas persahabatannya, Kak Santoso dan Devi atas bantuannya dan keluarga PSP 48 atas kebersamaannya selama ini. Agung Sutriansyah yang banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Seluruh pihak PPP Asemdoyong, TPI Mina Misoyo Makmur serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta yang membantu selama proses penelitian. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, September 2015 Prahesti Widya Ari Nugraheni
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Metode Penelitian
3
Metode Pengumpulan Data
4
Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Unit Penangkapan Cantrang
6
Daerah Penangkapan Ikan
8
Cuaca di PPP Asemdoyong
9
Hubungan Antara Cuaca dengan Produktivitas (CPUE) dan Pendapatan Nelayan
13
Adaptasi Nelayan Cantrang
17
SIMPULAN DAN SARAN
19
Simpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
28
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Kecepatan angin menurut Skala Beaufort Spesifikasi alat tangkap cantrang Spesifikasi kapal cantrang Perbandingan penerimaan nelayan cantrang saat cuaca baik dan buruk
4 7 8 17
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Peta lokasi penelitian Alat tangkap cantrang Kapal cantrang di PPP Asemdoyong Peta sebaran daerah penangkapan ikan Arah mata angin rata-rata tahun 2009-2013 Kecepatan angin tahun 2009-2013 Temperatur udara rata-rata tahun 2009-2013 Curah hujan rata-rata tahun 2009-2013 Hubungan arah angin dengan CPUE tahun 2011-2013 Hubungan kecepatan angin dengan CPUE tahun 2011-2013 Hubungan temperatur dengan CPUE tahun 2011-2013 Hubungan curah hujan dengan CPUE tahun 2011-2013 Persentase pemilihan jenis adaptasi nelayan cantrang dalam memenuhi kebutuhannya
3 6 7 9 10 11 12 13 14 14 15 16 18
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dokumentasi penelitian Pendapatan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong saat cuaca baik Pendapatan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong saat cuaca buruk Data Arah Angin Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 Data Kecepatan Angin Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 Data Temperatur Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 Data Curah Hujan Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 Data Produksi Cantrang di PPP Asemdoyong Tahun 2011-2013 Jumlah Trip Cantrang di PPP Asemdoyong Tahun 2011-2013 Nilai Catch Per Unit Effort (CPUE)
21 22 23 24 24 25 25 26 26 27
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kabupaten Pemalang memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong dan 5 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yaitu TPI Tanjungsari, TPI Asemdoyong, TPI Mojo, TPI Tasikrejo dan TPI Ketapang. Komoditas unggulan perikanan tangkap Kabupaten Pemalang yaitu udang jerbung, ikan teri nasi, rajungan, ikan tenggiri, ikan manyung, ikan layur, ikan bawal putih dan ikan kembung. Dalam melaksanakan kegiatannya nelayan Kabupaten Pemalang khususnya di PPP Asemdoyong menggunakan berbagai macam alat tangkap antara lain cantrang, payang, penggaruk, pancing, dan gillnet. Masyarakat sekitar PPP Asemdoyong sebagian besar menggantungkan penghidupannya pada sumberdaya pesisir dan laut yang mempunyai resiko tinggi bila cuaca buruk terjadi. Wilayah yang paling rentan terkena dampak perubahan cuaca adalah wilayah pesisir karena berbatasan langsung dengan laut serta wilayah dataran rendah yang ada di sekitarnya. Nelayan Asemdoyong melakukan operasi penangkapan ikan salah satunya dengan cantrang yang biasanya beroperasi selama tiga hari apabila cuaca baik. Sistem kerja alat tangkap ini adalah mencari lokasi gerombolan ikan mengandalkan pengalaman dan tandatanda alam seperti adanya riak-riak di permukaan perairan dan bongkahan kayu. Oleh karena itu, operasional alat tangkap ini sangat mengandalkan pengalaman, keterampilan nelayan dan keadaan cuaca. Perubahan cuaca yang cepat dan sulit diprediksi menyebabkan kerentanan meningkat, terutama bagi masyarakat nelayan yang sangat bergantung dengan keadaan cuaca dan ekosistem pesisir. Keadaan alam yang tidak menentu, serta jumlah tangkapan yang terus menurun menimbulkan penurunan penghasilan yang dapat mengancam ketahanan sosial ekonomi masyarakat sehingga memaksa mereka untuk melakukan adaptasiadaptasi yang dapat dilakukan ketika cuaca buruk tiba (Adiatma et al, 2013). Adaptasi merupakan salah satu bagian dari proses evolusi kebudayaan, yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaikan diri atau memberi respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial yang terjadi secara temporal (Mulyadi 2007). Adaptasi yang dilakukan oleh nelayan memungkinkan nelayan mengatur sumberdaya terhadap persoalan-persoalan spesifik seperti fluktuasi hasil tangkapan dan menurunnya sumberdaya perikanan. Adaptasi tidak hanya bermanfaat untuk menyelamatkan perekonomian nelayan namun juga menjaga ekosistem laut dan pesisir melalui suatu pola pemanfaatan yang lestari (Lekatompessy et al. 2013). Menurunnya hasil tangkapan nelayan tersebut akan berdampak pula pada berkurangnya pendapatan nelayan sehingga diperkirakan akan menurunkan tingkat kesejahteraan keluarganya (Lekatompessy et al. 2013). Apabila hal itu terjadi, maka opsi-opsi yang tersedia di lingkungan akan dimanfaatkan sebagai suatu cara adaptasi yang dapat dikembangkan untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan aktivitas penangkapan.
2 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai adaptasi nelayan terhadap cuaca pernah dilakukan oleh Wahyudi (2010) dengan judul Pola Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Iklim dan Cuaca pada Perikanan Payang di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian tersebut menganalisis hubungan cuaca dengan hasil tangkapan, mempelajari kondisi aktual nelayan payang ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi terkait perubahan cuaca serta menganalisis strategi nelayan dalam menghadapi perubahan cuaca. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat enam jenis adaptasi yang kerap dilakukan nelayan payang di Palabuhanratu untuk menutupi kebutuhan keluarga saat cuaca tidak mendukung usaha penangkapan yaitu mengganti alat tangkap, berganti profesi, tidak mencari penghasilan, mengurangi jumlah trip, mengurangi jumlah ABK, dan mengurangi jumlah BBM. Dari keenam jenis adaptasi tersebut terdapat tiga jenis adaptasi yang paling sering dilakukan yakni tidak mencari penghasilan, mengurangi jumlah trip, dan mengurangi jumlah BBM. Adaptasi nelayan cantrang di PPP Asemdoyong belum pernah diteliti sebelumnya sehingga perlu dilakukan penelitian terkait hal tersebut.
Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah: 1) Menentukan kondisi cuaca (baik/buruk) secara temporal; 2) Menganalisis dampak perubahan cuaca terhadap produktivitas dan pendapatan nelayan; 3) Merekomendasikan pola adaptasi nelayan.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1) Memberikan informasi kepada akademisi untuk mengembangkan ilmu; 2) Memberikan informasi alternatif kepada nelayan cantrang di PPP Asemdoyong mengenai sumber pendapatan lain; 3) Sebagai bahan masukan untuk penentuan kebijakan bagi pemerintah daerah ketika terjadi penurunan produktivitas hasil tangkapan; 4) Membantu pengelola Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dalam menentukan kebijakan terhadap nelayan terkait cuaca buruk.
3 METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitan ini dilaksanakan pada Januari-Februari 2015, bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong, Pemalang, Jawa Tengah. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Alat Penelitian Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat tulis, kamera digital dan kuisioner mengenai pola adaptasi nelayan terhadap cuaca buruk. Metode Penelitian Penelitian mengenai adaptasi nelayan cantrang di PPP Asemdoyong menggunakan metode survei. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data adalah kuesioner. Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau suatu daerah (Nazir 2003).
4 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan dan wawancara dengan responden menggunakan kuisioner. Teknik pengumpulan data responden menggunakan purposive sampling atau metode yang dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Umar 2004) yaitu nelayan yang menggunakan alat tangkap cantrang dan berasal dari Asemdoyong yang merupakan pemilik kapal, nahkoda dan ABK. Responden berjumlah 30 orang yang terdiri dari 2 orang peilik kapal, 7 orang nahkoda dan 21 orang ABK. Pengambilan dan pengumpulan data sekunder difokuskan pada jumlah trip cantrang, produksi hasil tangkapan cantrang yang diperoleh dari PPP Asemdoyong dan TPI Mina Misoyo Makmur. Data terkait cuaca meliputi arah dan kecepatan angin, temperatur maksimum serta curah hujan yang terjadi pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta. Analisis Data Cara adaptasi nelayan yang terjadi di PPP Asemdoyong, Pemalang, Jawa Tengah dapat diketahui dengan menganalisis beberapa aspek yaitu: 1) Profil Cuaca Profil cuaca dianalisis secara deskriptif dengan penyajian gambar dan grafik. Profil cuaca yang digunakan yaitu arah dan kecepatan angin, temperatur serta curah hujan tahun 2009 hingga 2013. Kriteria kecepatan angin yang baik atau buruk di analisis menggunakan Skala Beufort (Tabel 1) untuk menentukan deskripsi alam yang terjadi. Tabel 1 Kecepatan angin menurut Skala Beaufort Skala
Nama Angin
Kecepatan Angin (m/s)
Deskripsi Alam
0
Tidak berangin (Calm)
≤ 0,3
Permukaan air laut sangat tenang seperti kaca.
1
Angin lemah (Light air)
0,3-1,5
Kadang timbul lipatan permukaan air dengan penampakan tanpa buih.
2
3
Angin sepoi lemah (Light breeze)
Angin sepoi (Gentle breeze)
1,6-3,3
3,4-5,4
Terbentuk riak gelombang dengan penampakan puncak riak yang tajam (crest) kadang mengkilat seperti kaca, riak tersusun seperti sisik. Riak agak membesar, crest mulai pecah dengan penampakan selaput putih yang menyebar di beberapa tempat.
5
4
Sepoi sedang (Moderate breeze)
5,5-7,9
5
Sepoi agak kencang (Fresh breeze)
8-10,7
6
Sepoi kencang (Strong breeze)
10,8-13,8
7
Angin agak kencang (Near gale)
13,9-17,1
Terbentuk gelombang kecil, makin lama makin memanjang, dengan selaput putih bertambah banyak. Terbentuk gelombang sedang kadang menjadi lebih panjang, selaput putih makin banyak dan kadang terbentuk semburan titik-titik air (spray). Mulai terbentuk gelombang besar dengan lebih banyak semburan spray. Gelombang meninggi dan buih putih dari gelombang yang pecah mulai tertiup angin. Terbentuk gelombang tinggi ukuran sedang tapi lebih panjang. Bagian crest gelombang mulai pecah dan buih putih tertiup angin membentuk mist.
8
Angin kencang (Gale)
9
Angin sangat kencang (Strong gale)
20,8-24,4
10
Angin topan (Storm)
24,5-28,4
Terbentuk gelombang sangat tinggi.
11
Angin ribut (Violent storm)
28,5-32,6
Gelombang meninggi.
12
Angin bohorok (Hurricane)
17,2-20,7
32,7-36,9
Terbentuk gelombang tinggi, laut mulai menggulung dan mist mulai mempengaruhi jarak pandang.
makin
besar
dan
Udara di atas permukaan laut banyak mist dan permukaan laut hamper seluruhnya berwarna putih karena buih, jarak pandang sangat terbatas.
Sumber: Wibisono, 2005. 2) Hubungan Cuaca dengan Produktivitas (CPUE) dan Pendapatan Nelayan (1) Produktivitas (CPUE) Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan hasil tangkapan adalah keadaan cuaca pada saat dilakukannya operasi penangkapan ikan. Pet-Soede, et al. (2001) dan Wiyono, et al. (2005) menerangkan bahwa, perubahan cuaca dan iklim telah mempengaruhi nelayan untuk mengubah waktu dan daerah penangkapan ikannya, sehingga secara keseluruhan akan mengubah jumlah upaya penangkapan ikan. Hubungan cuaca dengan produktivitas (CPUE) dianalisis secara deskriptif dengan penyajian grafik selama tiga tahun 2011 hingga 2013. Nilai CPUE diperoleh dari banyaknya hasil tangkapan dibagi jumlah trip yang dilakukan (Prakarsa et al. 2014):
6 (2) Pendapatan Nelayan Analisis pendapatan bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat dalam usaha dan besar pendapatan/keuntungan (π) (Septiana 2003) yang diperoleh dari usaha yang dilakukan oleh nelayan untuk melakukan operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap cantrang. Pendapatan nelayan (per trip) dihitung dengan rumus sebagai berikut: π = TR – TC Keterangan : π : Pendapatan (Keuntungan); TR (Total Revenue): Total Penerimaan; TC (Total Cost): Total Biaya. 3) Cara Adaptasi Nelayan Cara adaptasi nelayan cantrang di PPP Asemdoyong Pemalang dibagi menjadi empat tipe yaitu mengurangi hari trip, tidak mencari penghasilan, berganti profesi dan membetulkan alat tangkap. Data hasil wawancara dianalisis secara deskriptif dengan penyajian diagram.
HASIL DAN PEMBAHASAN Unit Penangkapan Cantrang Alat tangkap Secara umum alat tangkap cantrang di PPP Asemdoyong tidak berbeda jauh dengan di daerah lain. Alat tangkap cantrang yang digunakan nelayan di Asemdoyong termasuk dalam klasifikasi pukat kantong lingkar yang terdiri atas kantong jaring, badan jaring, sayap, tali ris atas, tali ris bawah, pelampung dan pemberat (Gambar 2).
Sumber: Bambang, 2006. Gambar 2 Alat tangkap cantrang
7 Ukuran mata jaring mulai dari ujung kantong sampai ujung sayap berbeda-beda. Spesifikasi alat tangkap cantrang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Spesifikasi alat tangkap cantrang Bagian Jaring Bahan Kantong jaring Polyethylene (PE) Badan jaring Polyamide (PA) Sayap Polyprophilene (PP) Tali ris atas Polyethylene (PE) Tali ris bawah Polyethylene (PE) Tali Selambar Polyethylene (PE) Pelampung tanda Jerigen minyak dan bambu Plastik bentuk bola Pelampung utama Timah Pemberat 1 Pemberat 2 Pemberat 3
Semen dan batu kerikil Besi berbentuk cincin
Pemberat 4
Batu kali
Ukuran 0,5-1 cm 20-25 cm 30-40 cm 25 m 30 m 400 m 3m
30 cm 21 buah 2 buah d= 15 cm; T= 10 cm; B= 0,5 cm 5 Kg
Kapal Kapal yang digunakan pada saat operasi penangkapan cantrang terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan biasanya kayu jati (Tectona grandis), kayu asem (Tamarindus indica L.) dan kayu johar (Cassia siamea). Ukuran kapal cantrang yang dioperasikan di PPP Asemdoyong antara 6-15 GT. Gambaran tentang kapal cantrang terdapat pada Gambar 3. Kapal cantrang menggunakan bahan bakar solar dengan kebutuhan pada musim puncak sebanyak 300-600 liter sedangkan pada musim paceklik saat cuaca sedang buruk hanya dibutuhkan 30-90 liter solar. Kapal cantrang juga dilengkapi palka untuk menyimpan hasil tangkapan dengan ukuran panjang 3 m, lebar palka 2 m dan dalamnya 1,5-2 m (Lampiran 1).
Gambar 3 Kapal cantrang di PPP Asemdoyong
8 Panjang kapal yang berada di PPP Asemdoyong berkisar antara 9-12 m, lebar kapal 4,5 m dan dalamya 2-3 m. Tenaga penggerak terdiri dari mesin utama dan mesin bantu (line hauler) sebanyak satu buah. Spesifikasi kapal dan mesin kapal cantrang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Spesifikasi kapal cantrang Spesifikasi Keterangan 1) Dimensi utama (1)Panjang (L) 9-12 m (2) Lebar (B) 4,5 m (3) Dalam (D) 2-3 m 2) Mesin (1)Mesin utama 120 PS Mitsubishi 135 PK (2) Mesin bantu (Line Hauler) Dongfeng 23-30 PK Nelayan Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang-orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam kegiatan penangkapan ikan. Nelayan di PPP Asemdoyong sebagian besar hanya tamatan Sekolah Dasar (SD) dan tidak pernah mengikuti pelatihan apapun yang menunjang pekerjaannya sebagai nelayan. Jumlah nelayan dalam operasi penangkapan ikan menggunakan cantrang berjumlah 6 orang. Satu orang bertugas sebagai nahkoda atau juru mudi, satu orang sebagai teknisi mesin kapal dan yang lainnya sebagai ABK kapal cantrang. Juru mudi dan teknisi kapal juga membantu pada saat proses pengoperasian alat tangkap. Pendapatan nelayan cantrang di Asemdoyong berkisar Rp 100.000/orang/trip saat cuaca buruk dan bisa mencapai Rp 1.000.000/orang/trip saat cuaca bagus. Pendapatan nelayan biasanya menggunakan sistem bagi hasil dengan pembagian hasil penjualan ikan dipotong dengan biaya perbekalan untuk trip berikutnya, lalu sisanya dibagi 50% untuk pemilik kapal dan 50% untuk seluruh ABK. Nahkoda biasanya mendapatkan 10% lagi dari pemilik kapal. Tingkat pendidikan yang rendah, terbatasnya keterampilan, dan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya diduga merupakan faktor yang mendorong nelayan untuk mempertahankan profesinya (Wiyono 2008).
Daerah Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan adalah wilayah perairan dimana alat tangkap dapat dioperasikan secara sempurna untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan yang ada di dalamnya (Simbolon et al. 2009). Hal ini dapat diartikan walaupun suatu area perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor seperti keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula sebaliknya. Daerah penangkapan ikan nelayan cantrang di Asemdoyong merupakan Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) 712 yang meliputi perairan Laut Jawa di sekitar Asemdoyong Pantai, Asemdoyong Utara, Comal, Pekalongan, Tegal, Brebes,
9 Wanasari dan Kendal. Biasanya nelayan cantrang yang fishing base-nya di PPP Asemdoyong menangkap ikan sejauh ± 7 mil dari fishing base (Gambar 4).
Gambar 4 Peta sebaran daerah penangkapan ikan
Cuaca di PPP Asemdoyong Pemalang Cuaca merupakan hal yang sangat berpengaruh bagi nelayan cantrang di Asemdoyong, karena cuaca yang menentukan berapa lama operasi penangkapan akan dilaksanakan. Apabila cuaca bagus, nelayan melakukan penangkapan selama tiga hari dan sebaliknya apabila cuaca di sekitar Asemdoyong sedang tidak baik nelayan hanya melakukan kegiatan penangkapan selama satu hari. Umumnya nelayan memiliki kearifan lokal dalam membaca tanda-tanda alam yang terjadi di laut seperti karakteristik tiga pola angin musim, yakni musim barat, musim timur, dan musim peralihan. Musim barat ditandai dengan hujan mulai turun dan menyebabkan sungai-sungai mulai mengalir yang menyebabkan penyuburan daerah-daerah muara dan sekitarnya (Kurniawan et al. 2013). Datangnya musim barat selain membawa berkah karena dimulainya musim ikan, tetapi kadang kondisi laut kurang menguntungkan seperti terjadi hujan deras, angin dan gelombang tinggi menyebabkan nelayan tidak berani melalukan kegiatan penangkapan karena keterbatasan armada penangkapan serta sarana dan prasarana lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, faktor cuaca yang mempengaruhi operasi penangkapan cantrang di PPP Asemdoyong antara lain arah dan kecepatan angin, temperatur udara serta curah hujan. Menurut hasil wawancara dengan nelayan, kebanyakan dari mereka menyatakan bahwa musim puncak penangkapan terjadi justru saat cuaca sedang tidak baik yaitu sekitar bulan
10 Desember sampai Februari, sedangkan bulan Maret sampai Juli dikategorikan musim sedang dan musim paceklik terjadi pada bulan Agustus hingga November. Berikut disajikan data indikator cuaca di PPP Asemdoyong. Arah dan kecepatan angin Arah angin Arah dan kecepatan mata angin merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan penangkapan karena arah dan kecepatan mata angin sangat mempengaruhi aktifitas nelayan saat berada di perairan dan berpengaruh juga terhadap arah arus permukaan. Arah arus permukaan memiliki hubungan yang erat dengan angin (Jalil 2013). Arus merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung terhadap biota yang hidup didalamnya, termasuk menentukan pola migrasi ikan. Arus di laut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah angin (Jalil 2013).
Sumber: BMKG, 2015 (diolah) Gambar 5 Arah mata angin tahun 2009-2013 Berdasarkan data yang diperoleh (Gambar 5), diketahui rata-rata arah mata angin yang terjadi di Asemdoyong tahun 2009 hingga 2013 yaitu ke arah Selatan sebesar 180°. Arah angin pada musim barat (Desember-Februari) dan musim peralihan 1 (Maret s/d Mei) tahun 2009 cenderung ke arah Barat Daya, sedangkan pada musim timur (Juni s/d Agustus) sampai musim peralian 2 (September s/d November) arah angin ke arah Selatan. Tahun 2010 dan 2012 arah angin pada musim barat ke arah Barat Daya sedangkan pada musim peralihan 1, musim timur dan musim peralihan 2 arah angin ke arah Selatan. Tahun 2011 dan 2013 angin bertiup ke arah Barat pada musim Barat dan ke arah Selatan pada musim lainnya. Pergerakan angin pada kedua musim (Barat dan Timur) ini memiliki karakteristik
11 pada muson timur angin bergerak dari Australia ke Asia dan pada muson barat terjadi sebaliknya. Pola ini berpengaruh terhadap aliran massa air di lautan khususnya pada bagian lapisan permukaan dengan ciri pada muson barat massa air bergerak dari arah barat Indonesia menuju ke timur dan didominasi aliran massa air yang berasal dari perairan Samudera Hindia dan hal ini terkait dengan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh (Jalil 2013). Kecepatan angin Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan bahwa kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap tinggi gelombang dan kecepatan arus. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hutabarat (2014) yang menyatakan bahwa umumnya semakin tinggi kecepatan angin yang bertiup maka gelombang yang dihasilkan semakin besar. Besarnya gelombang dapat mempengaruhi operasi penangkapan ikan. Kecepatan angin (knot)
6 5 4 3 2 1
2009
2010
2011
2012
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
MB
0
2013
MB= Musim Barat; MT= Musim Timur; MP1= Musim Peralihan 1; MP2= Musim Peralihan 2
Sumber: BMKG, 2015 (diolah) Gambar 6 Kecepatan angin tahun 2009-2013 Tahun 2009 kecepatan angin tertinggi terjadi pada musim timur (Juni s/d Agustus) yaitu 5,3 knot dan terendah pada musim peralihan 1 (Maret s/d Mei) sebesar 2,7 knot. Pada tahun 2010 dan 2011 kecepatan angin tertinggi terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November) sebesar 4 hingga 5 knot. Kecepatan angin tahun 2012 sebesar 5 knot terjadi pada musim barat, timur dan peralihan 2 kecuali musim peralihan 1 (Maret s/d Mei) sebesar 4 knot. Sedangkan, kecepatan angin teringgi tahun 2013 terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November) sebesar 5 knot, 4 knot pada musim barat dan 3 knot pada musim peralihan 1 dan musim timur. Kecepatan angin pada tahun 2009-2013 di sekitar Asemdoyong berkisar antara 2-9 knot. Menurut Skala Beaufort (Wibisono 2005) kecepatan angin sebesar 9 knot merupakan angin sepoi (Gentle breeze) yang memiliki deskripsi alam riak agak membesar, crest mulai pecah dengan penampakan selaput putih yang menyebar di beberapa tempat, sedangkan kecepatan angin sebesar 2 knot merupakan angin lemah (Light air) yang memiliki deskripsi alam dengan timbul lipatan permukaan air dengan penampakan tanpa buih. Grafik perubahan kecepatan angin dapat dilihat pada Gambar 6.
12 Temperatur udara maksimum Temperatur merupakan salah satu faktor yang mendukung dalam kegiatan operasi penangkapan ikan di PPP Asemdoyong karena nelayan dapat merasakan apabila terjadi perubahan temperatur yang nantinya dapat digunakan sebagai indikator perubahan cuaca. Selain itu suhu atau temperatur yang selalu berubahubah merupakan faktor terbentuknya arus (Wibisono 2005). Temperatur udara berdasarkan musim yang terjadi di PPP Asemdoyong sejak tahun 2009 hingga 2013 disajikan dalam Gambar 7. Profil temperatur udara lima tahun terakhir dapat dilihat bahwa temperatur udara tertinggi pada tahun 2009 terjadi pada musim peralian 2 (September s/d November) yaitu 34,8°C dan terendah pada musim peralian 1 (Maret s/d Mei) sebesar 33,1°C. Tahun 2010 temperatur udara maksimum terjadi pada musim barat (Desember s/d Februari) sebesar 34°C dan terendah pada musim timur (JuniAgustus) sebesar 33,3°C. Temperatur udara tertinggi tahun 2011 , 2012 dan 2013 terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November) yaitu 34,1°C, 34,4°C dan 35,1°C dan terendah pada musim barat (Desember s/d Februari) sebesar 31,7°C (tahun 2011) dan 33°C (tahun 2012 dan 2013). Temperatur udara tertinggi selama lima tahun cenderung terjadi pada akhir tahun yaitu bulan September hingga November dan terendah pada bulan Desember hingga Januari. 36.0
Temperatur (°C)
35.0 34.0 33.0 32.0 31.0
2009
2010
2011
2012
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
MB
30.0
2013
MB= Musim Barat; MT= Musim Timur; MP1= Musim Peralihan 1; MP2= Musim Peralihan 2
Sumber: BMKG, 2015 (diolah) Gambar 7 Temperatur udara tahun 2009-2013 Curah hujan Salah satu indikator cuaca yang digunakan nelayan Asemdoyong untuk melakukan operasi penangkapan ikan adalah curah hujan. Jika terjadi hujan maka kegiatan operasi penangkapan cantrang menjadi terhambat karena cantrang merupakan salah satu alat tangkap yang mengandalkan cuaca pada saat pengoperasiannya. Curah hujan maksimum yang terjadi di PPP Asemdoyong pada tahun 2009 hingga 2013 dapat dilihat pada Gambar 8. Curah hujan tertinggi pada tahun 2009-2013 terjadi pada musim barat (Desember s/d Februari) sebesar 53,7 mm, 47,3 mm, 62 mm, 64 mm dan 67 mm.
13
2009
2010
2011
2012
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
MB
MP2
MT
MP1
100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 MB
Curah Hujan (mm)
Curah hujan terendah pada tahun 2009, 2010 dan 2013 sebesar 24 mm, 43,3 mm dan 19 mm terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November). Sedangkan curah hujan terendah tahun 2011 dan 2012 terjadi pada musim timur (Juni s/d Agustus) sebesar 13 mm dan 0 mm. Curah hujan rata-rata di Asemdoyong pada tahun 2009-2013 sebesar 44 mm. Menurut WMO (World Meteorological Organization) intensitas curah hujan 20-50 mm merupakan kategori hujan sedang. Curah hujan yang tinggi membuat nelayan mengurangi jumlah trip dari tiga hari menjadi satu hari.
2013
MB= Musim Barat; MT= Musim Timur; MP1= Musim Peralihan 1; MP2= Musim Peralihan 2
Sumber: BMKG, 2015 (diolah) Gambar 8 Curah hujan tahun 2009-2013
Hubungan Antara Cuaca dengan Produktivitas (CPUE) dan Pendapatan Nelayan Cuaca merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan penangkapan ikan dimana pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa terdapat beberapa indikator cuaca yang cukup berpengaruh dalam operasi penangkapan ikan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan nelayan di PPP Asemdoyong, dijelaskan bahwa penyebab berkurangnya jumlah trip cantrang dan menurunya jumlah hasil tangkapan cantrang sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca pada saat dilakukannya operasi penangkapan ikan. Hubungan arah angin dengan produktivitas (CPUE) CPUE tertinggi tahun 2011 terjadi pada bulan September (musim peralihan 2) mencapai 271,98 kg/unit dan terendah bulan Desember ketika musim barat hanya 132,922 kg/unit. CPUE tertinggi tahun 2012-2013 terjadi bulan Oktober (musim peralihan 2) sedangkan CPUE terendah tahun 2012-2013 yaitu bulan Januari (musim barat). Arah angin tahun 2011 hingga 2013 pada musim barat cenderung ke arah Barat Daya, Barat dan Barat Laut dan cenderung konstan pada musim lainnya ke arah Selatan (Gambar 9).
600
350
500
300 250
400
200
300
150
200
100
100
Arah angin (°)
CPUE (kg/trip)
14
50
MB MP1 MT MP2 MB MP1 MT MP2 MB MP1 MT CPUE
Des-13
Okt-13
Agst-13
Jun-13
Apr-13
Feb-13
Des-12
Okt-12
Agst-12
Jun-12
Apr-12
Feb-12
Des-11
Okt-11
Agst-11
Jun-11
Apr-11
Feb-11
0 Des-11
0
MP2
Arah angin
Sumber: BMKG, 2015 (diolah) Gambar 9 Hubungan arah angin dengan CPUE tahun 2011-2013
7
500
6 5
400
4
300
3
200
2
MB MP1 MT MP2 MB MP1 MT MP2 MB MP1 MT CPUE
Des-13
Okt-13
Agst-13
Jun-13
Apr-13
Feb-13
Des-12
Okt-12
Agst-12
Jun-12
Apr-12
Feb-12
Des-11
Okt-11
Agst-11
0 Jun-11
0 Apr-11
1 Feb-11
100
MP2
Kecepatan angin
Sumber: BMKG, 2015 (diolah) Gambar 10 Hubungan kecepatan angin dengan CPUE tahun 2011-2013
Kecepatan angin (knot)
600
Des-11
CPUE (kg/trip)
Hubungan kecepatan angin dengan produktivitas (CPUE) Telah diketahui sebelumnya pada profil kecepatan angin bahwa kecepatan angin tertinggi cenderung terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November) dan terendah pada musim peralihan 1 (Maret s/d Mei). Berdasarkan profil kecepatan angin selama lima tahun dapat dilihat bahwa hubungan antara kecepatan angin dengan CPUE cantrang saling berlawanan, artinya ketika kecepatan angin meningkat maka CPUE berkurang (Gambar 10). CPUE tertinggi tahun 2011-2013 cenderung terjadi saat musim peralihan 2 yaitu bulan September ketika kecepatan angin berkisar 3-4 knot. CPUE terendah pada tahun 2011dan 2013 terjadi pada musim barat (Desember dan Januari) ketika kecepatan angin sebesar 5 knot, sedangkan CPUE terendah tahun 2012 terjadi pada bulan November ketika kecepatan angin sebesar 5 knot.
15
CPUE (kg/trip)
600
36.0 35.0 34.0 33.0 32.0 31.0 30.0 29.0 28.0
500 400 300 200 100
MB MP1 MT MP2 MB MP1 MT MP2 MB MP1 MT CPUE
Des-13
Okt-13
Agst-13
Jun-13
Apr-13
Feb-13
Des-12
Okt-12
Agst-12
Jun-12
Apr-12
Feb-12
Des-11
Okt-11
Agst-11
Jun-11
Apr-11
Feb-11
Des-11
0
Temperatur (° C)
Hubungan temperatur dengan produktivitas (CPUE) Berdasarkan profil temperatur udara pada penjelasan sebelumnya dapat dilihat bahwa temperatur udara maksimum terjadi pada bulan September sedangkan perubahan temperatur udara pada bulan lainnya tidak begitu signifikan berkisar antara 33°C-34°C. Temperatur sangat berpengaruh dengan hasil tangkapan karena beberapa hewan laut hidup dalam batas-batas suhu yang tertentu (Nontji 2007). Kondisi oseanografi khususnya suhu dapat mengalami fluktuasi baik harian maupun musiman dan dapat ditemui adanya kondisi yang ekstrim. Sumberdaya ikan pelagis kecil bergantung pada kondisi tersebut, sehingga ketika terjadi perubahan kondisi lingkungan menyebabkan ikan akan merespon dengan menghindar dari lingkungan yang tidak sesuai, respon ini menunjukan bahwa pada sumberdaya ikan terdapat batas-batas toleransi terhadap perubahan berbagai kondisi lingkungan (Jalil 2010) sehingga berpengaruh terhadap jumlah trip dan hasil tangkapan yang diperoleh.
MP2
Temperatur
Sumber: BMKG, 2015 (diolah) Gambar 11 Hubungan temperatur dengan CPUE tahun 2011-2013 Hubungan antara temperatur dengan CPUE pada tahun 2011-2013 (Gambar 11) cenderung berbanding lurus, artinya pada saat temperatur meningkat CPUE meningkat begitupun sebaliknya apabila temperatur rendah produktivitas menurun. Pada bulan Juni ke Juli tahun 2011 ketika temperatur meningkat dari 33°C ke 33,4°C maka CPUE meningkat dari 158,5 kg/unit menjadi 207,8 kg/unit. Hubungan curah hujan dengan produktivitas (CPUE) Menurut hasil wawancara dengan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong, mereka meyatakan bahwa curah hujan sangat mempengaruhi jumlah trip dan hasil tangkapan cantrang. Jika terjadi hujan pada saat berlangsungnya operasi penangkapan maka akan berdampak pada jumlah setting dan hauling yang dilakukan sehingga hasil tangkapan dapat berkurang. Tingginya intensitas penyinaran dan dengan kondisi permukaan laut lebih tenang menyebabkan penyerapan panas ke dalam air laut lebih tinggi sehinga suhu air menjadi maksimum. Sebaliknya pada musim barat (Desember-Februari) suhu mencapai minimum. Hal ini disebabkan karena pada musim tersebut kecepatan angin sangat kuat dan curah hujan yang tinggi. Tingginya curah hujan yang berarti intensitas
16
CPUE (kg/trip)
600
160 140 120 100 80 60 40 20 0
500 400 300 200 100
MB MP1 MT MP2 MB MP1 MT MP2 MB MP1 MT CPUE
Des-13
Okt-13
Agst-13
Jun-13
Apr-13
Feb-13
Des-12
Okt-12
Agst-12
Jun-12
Apr-12
Feb-12
Des-11
Okt-11
Agst-11
Jun-11
Apr-11
Feb-11
Des-11
0
Curah hujan (mm)
penyinaran relatif rendah dan permukaan laut yang lebih bergelombang mengurangi penetrasi panas ke dalam air laut, hal inilah yang mengakibatkan suhu permukaan mencapai minimum dan berpengaruh terhadap hasil tangkapan (Rasyid 2010). Hubungan antara curah hujan dan CPUE dapat dilihat pada Gambar 12. Hubungan antara curah hujan dengan CPUE berlawanan, ketika curah hujan tinggi maka CPUE rendah begitupun sebaliknya, seperti pada bulan Maret 2013 ketika curah hujan mencapai 108 mm dan CPUE 266,4 kg/unit, sedangkan curah hujan bulan April turun menjadi 26 mm dan CPUE meningkat menjadi 304,2 kg/unit.
MP2
Curah hujan
Sumber: BMKG, 2015 (diolah) Gambar 12 Hubungan curah hujan dengan CPUE tahun 2011-2013 Produktivitas (CPUE) nelayan cantrang di PPP Asemdoyong meningkat pada musim peralihan 2 (September s/d November) dan menurun pada musim barat (Desember s/d Februari). Pada saat kecepatan angin dan curah hujan di PPP Asemdoyong tinggi maka CPUE rendah dan sebaliknya. Hal ini tidak terjadi pada temperatur, apabila temperatur tinggi maka CPUE meningkat dan ketika temperatur rendah maka CPUE rendah. Pendapatan nelayan Usaha penangkapan yang dilakukan nelayan tentunya bertujuan agar memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh nelayan tergantung pada besarnya modal dan pendapatan setelah melaut. Modal dalam kehidupan nelayan merupakan hal pokok yang harus ada dalam kegiatan melaut. Beberapa modal nelayan yaitu jaring, mesin, solar, keterampilan dan perbekalan. Modal tersebut yang menjadi sarana nelayan untuk mencari ikan di laut. Adanya modal akan memberikan kemudahan. Modal merupakan salah satu faktor yang menyebabkan nelayan dapat melakukan operasi penangkapan ikan. Hasil tangkapan nelayan salah satunya ditentukan oleh seberapa besar modal yang digunakan dalam melaut, modal tersebut berupa perlengkapan melaut yang memadai (Jamal 2014). Pendapatan (keuntungan) nelayan cantrang di PPP Asemdoyong dapat dilihat pada Tabel 4.
17 Tabel 4 Perbandingan penerimaan nelayan cantrang saat cuaca baik dan buruk Cuaca Baik Cuaca Buruk Jenis Biaya Jumlah (Rp/trip) Jumlah (Rp/tahun) Investasi 342.200.000 342.200.000 Biaya Tetap 572.607 380.240 Biaya Variabel 5.807.000 1.007.000 Total Biaya (TC) 6.379.607 1.387.240 Total Penerimaan (TR) 15.000.000 2.000.000 Pendapatan/ Keuntungan (π) 8.620.393 612.760 Adanya perubahan cuaca yang terjadi di PPP Asemdoyong mengakibatkan berkurangnya hari melaut yang mengakibatkan berkurangnya hasil tangkapan dan menyebabkan perbedaan pendapatan yang diperoleh saat cuaca baik dan buruk. Pendapatan yang diperoleh pada saat cuaca baik adalah Rp. 8.620.393,-/kapal/trip sedangkan Rp. 612.760,-/kapal/trip pada saat cuaca buruk. Meskipun pendapatan pada saat cuaca buruk tidak sebagus saat cuaca baik, nelayan di PPP Asemdoyong tetap mempertahankan profesinya sebagai nelayan karena terbatasnya pendidikan yang dimiliki sedangkan kebutuhan ekonomi harus selalu terpenuhi. Mengingat menangkap ikan merupakan satu-satunya kegiatan ekonomi yang selama ini mereka andalkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mereka cenderung untuk tetap melaut dan membagi resiko usaha bersama (Wiyono 2008). Meskipun sering dirugikan saat cuaca buruk ketika melakukan kegiatan penangkapan, institusi formal seperti bank dan koperasi tidak menjadi alternatif pilihan, karena hambatan birokrasi atau besarnya resiko yang harus ditanggung lembaga formal tersebut (Mulyadi 2007). Apabila penghasilan nelayan tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarganya, nelayan di PPP Asemdoyong lebih memilih meminjam ke tetangga atau pemilik kapal karena birokrasi yang mudah serta tanpa bunga.
Adaptasi Nelayan Cantrang Penentuan cara adaptasi nelayan yaitu melihat bagaimana cara nelayan dalam beradaptasi akibat terjadinya perubahan cuaca, baik secara ekonomi maupun teknologi. Secara ekonomi, nelayan akan mencari sumber pendapatan lainnya apabila dia tidak melaut pada saat cuaca buruk. Secara teknologi, nelayan akan mencari teknologi yang lebih canggih untuk digunakan pada saat melaut, nelayan akan berpindah daerah penangkapan (fishing ground), atau nelayan tidak bekerja saat cuaca buruk melanda. Keadaan cuaca saat kegiatan penangkapan cantrang sangat mempengaruhi pendapatan nelayan dimana nelayan harus mengurangi hari trip bahkan tidak dapat melakukan operasi penangkapan. Kondisi seperti itu membuat nelayan melakukan adaptasi-adaptasi agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Berdasarkan data wawancara dengan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong, terdapat empat tipe adaptasi yang kerap dilakukan nelayan cantrang di Asemdoyong dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Tipe adaptasi pertama dimana nelayan mengurangi hari trip operasi penangkapan cantrang pada saat cuaca tidak mendukung, sedangkan tiga tipe adaptasi lainnya yaitu tidak mencari penghasilan, berganti profesi dan membetulkan alat tangkap (Gambar 13).
18 7% 10%
26%
57%
Mengurangi hari trip Berganti profesi
Tidak mencari penghasilan Membetulkan alat tangkap
Gambar 13 Persentase pemilihan jenis adaptasi nelayan cantrang dalam memenuhi kebutuhannya Pengurangan hari trip adalah berkurangnya waktu operasi penangkapan nelayan cantrang dari yang biasanya tiga hari menjadi satu hari saja tergantung keadaan cuaca dan informasi yang diperoleh dari nelayan lain. Pengurangan jumlah trip dilakukan oleh 26% responden yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini guna menekan biaya (cost) yang digunakan dalam operasi penangkapan. Cara adaptasi yang kedua adalah tidak mencari penghasilan. Berdasarkan data responden yang diperoleh, persentase responden yang memilih jenis adaptasi ini sebagai alternatif dalam memenuhi kebutuhannya adalah 57%. Nelayan yang memilih tidak mencari penghasilan dengan alasan memanfaatkan waktu luangnya untuk beristirahat bahkan untuk bercengkrama dengan keluarga dan warga sekitar dan menunggu hingga cuaca kembali memungkinkan untuk melakukan operasi penangkapan. Persentase responden cara adaptasi ketiga yang mengganti profesinya sebesar 10%. Dalam hal ini mengganti profesi adalah perpindahan profesi ke bidang selain nelayan seperti bertani, budidaya ikan, membuat kerupuk ikan dan kuli bangunan. Nelayan menjadikan pindah pekerjaan bukan strategi adaptasi yang utama, karena begitu kuatnya ketergantungan nelayan terhadap kegiatan penangkapan ikan, maka nelayan akan tetap menjadi nelayan dan mengharap sistem penunjang yang ada di lingkungannya sebagai alternatif yang bisa membantu (Wiyono 2008). Jenis adaptasi keempat yaitu membetulkan alat tangkap dengan persentase 7%. Dalam hal ini membetulkan alat tangkap merupakan kegiatan yang sering dilakukan nelayan saat cuaca tidak mendukung untuk melakukan operasi penangkapan disamping itu agar pada saat cuaca mendukung, alat tangkap yang sebelumnya rusak dapat digunakan kembali.
19
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1) Cuaca baik terjadi pada musim peralihan 2 (September s/d November) dan cuaca buruk terjadi pada musim barat (Desember s/d Februari). 2) Keadaan cuaca khususnya angin, temperatur dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap produktivitas (CPUE) dan pendapatan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong. 3) Terdapat empat tipe adaptasi yang kerap dilakukan nelayan cantrang pada saat cuaca tidak mendukung usaha penangkapan yaitu mengurangi hari trip, tidak mencari penghasilan, berganti profesi dan membetulkan alat tangkap. Saran 1) Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan tema adaptasi nelayan terhadap cuaca buruk dengan menambahkan faktor oseanografi seperti arus dan gelombang. 2) Mengadakan kegiatan-kegiatan untuk nelayan yang tidak mencari penghasilan pada saat cuaca tidak mendukung seperti membuat kerajinan tangan berbahan baku limbah cangkang kerang simping. 3) Tersedia data atau informasi cuaca yang jelas di PPP Asemdoyong dan adanya penyuluhan tentang peringatan cuaca buruk agar tidak melaut.
DAFTAR PUSTAKA Bambang N. 2006. Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Cantrang dan Rawai Dasar Pantai Utara Jawa Tengah. Semarang (ID): Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. 14hlm. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. BMKG: Jakarta (ID). Hutabarat S, Stewart ME. 2014. Pengantar Oseanografi. Jakarta (ID): UI-Press. 159 hlm. Jalil AR. 2010. Distribusi suhu permukaan pada musim barat-timur terkait dengan fishing ground ikan pelagis kecil di perairan Spermonde (ID). Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan. 20(1): 1-7. _______. 2103. Distribusi kecepatan arus pasang surut pada muson peralihan barat-timur terkait hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan Spermonde (ID). Jurnal Ilmu Kelautan. 2(1): 26-32. Jamal B. 2014. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan. Jurnal Ilmiah. Jurusan Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya: Malang (ID). 19 hlm. Kurniawan MR, Daduk S, Gatut B. 2013. Pengaruh pemasangan rumpon pada musim barat terhadap hasil tangkapan alat tangkap payang di perairan Tuban Jawa Timur (ID). PSPK Student Journal. 1(1): 16-20.
20 Lekatompessy HS, Nessa MN, Arief AA. 2013. Strategi adaptasi nelayan pulaupulau kecil terhadap perubahan ekologis. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin: Makassar (ID).15 hlm. Mulyadi. 2007. Ekonomi Kelautan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. 223 hlm. Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. 544 hlm. Nontji A. 2007. Laut Nusantara. Jakarta (ID): Djambatan. 368 hlm. Patriana R. 2011. Pola Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Iklim. [Skripsi]. Bogor (ID). Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. 138 hlm. Pet-Soede C, W.L.T. van Densen, J.G. Hiddink, S. Kuyl, M.A.M. Machiels. 2001. Can fishermen allocate their fishing effort in space and time on the basis of their catch rates? An example from Spermonde Archipelago, SW Sulawesi (ID). Fisheries Management and Ecologi, (8), 15-36. [PPP] Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong. 2011. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong. Pemalang (ID). PPP Asemdoyong. [PPP] Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong. 2012. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong. Pemalang (ID). PPP Asemdoyong. [PPP] Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong. 2013. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong. Pemalang (ID). PPP Asemdoyong. Prakarsa G, Boesono H, Ayunita NND. 2014. Analisis bioekonomi perikanan untuk cumi-cumi (Loligo sp) yang tertangkap dengan cantrang di TPI Tanjungsari Kabupaten Rembang (ID). Journal of Fisheries Utilization Management and Technology. 3(2):19-28. Rindayati H, Susilawati I, Hendrarto B. 2013. Adaptasi Nelayan Perikanan Tangkap Pulau Moro Karimun Kepulauan Riau Terhadap Perubahan Iklim. Prosiding. Magister Ilmu lingkungan. Fakultas Ekonomi. Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan. Universitas Diponegoro: Semarang (ID). 8 hlm. Septiana Y. 2003. Manajemen pengembangan agribisnis pembesaran ikan cupang di Kelurahan Ketami Kecamatan Pesantren Kota Kediri (ID). Jurnal Manajemen Agribisnis. 13(1):1-4. Simbolon D. et al. 2009. Pembentukan Daerah Penangkapan Ikan. Penerbit Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (ID). Umar H. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Thesis Bisnis. Jakarta (ID): Rajawali Press. 242 hlm. Wahyudi D. 2010. Pola adaptasi nelayan terhadap perubahan iklim dan cuaca pada perikanan Cantrang di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 83 hlm. Wibisono MS. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta (ID): Grasindo. 226 hlm. Wiyono ES, Yamada S, Tanaka E, Kitakado T. 2006. Dynamics of Fishing Gear Allocation by Fishers in Small-Scale Coastal Fisheries of Pelabuhanratu Bay (ID). Fisheries Management and Ecology, (13), 185-195. Wiyono ES. 2008. Strategi adaptasi nelayan Cirebon, Jawa Barat (ID). JIPP. 17(3):1-6.
21 Lampiran 1 Dokumentasi penelitian
Kegiatan penyortiran hasil tangkapan
Alat tangkap cantrang
Hasil tangkapan utama
Blong air dan palka pada kapal cantrang
22 Lampiran 2 Pendapatan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong saat cuaca baik No Uraian . 1) Investasi (1) Kapal (2) Mesin utama (3) Mesin bantu (4) Jaring cantrang (5) Lampu Total Investasi 2) Biaya Tetap (1) SIUP (2) Biaya Penyusutan
Uni t
Satuan
1 1 1 1 8
Unit Unit Unit Unit Buah
- Kapal
1
- Mesin utama
1
- Mesin bantu
1
- Jaring cantrang
1
- Lampu
8
(3) Biaya Perawatan - Kapal 1 - Mesin utama 1 - Mesin bantu 1 - Jaring cantrang 1 - Lampu 8 Total Biaya Tetap 3) Biaya Variabel (1) BBM 600 (2) Pelumas 2 (3) Es 40 (4) Bekal makanan (5) Rokok 18 (6) Retribusi Total Biaya Variabel TOTAL BIAYA TOTAL PENERIMAAN Pendapatan (per trip) Sumber: Hasil wawancara (diolah)
Harga (Rp)
25.000
Jumlah (Rp)
200.000.000 35.000.000 6.000.000 100.000.000 200.000 342.200.000
1 Tahun
150.000
120 trip/tahun 120 trip/tahun 120 trip/tahun 120 trip/tahun 120 trip/tahun
167.000
1 Tahun 1 Tahun 1 Tahun 1 Tahun 1 Tahun
84.000 35.000 30.000 42.000 1.700 572.607
29.167 16.700 167.000 340
Liter/trip Liter/trip Balok
6.400 30.000 20.000
Bungkus 1 Trip
17.000
3.840.000 60.000 800.000 600.000 306.000 1.000 5.807.000 6.379.607 15.000.000 8.620.393
23 Lampiran 3 Pendapatan nelayan cantrang di PPP Asemdoyong saat cuaca buruk Uraian 1)
2)
Investasi (1) Kapal (2) Mesin utama (3) Mesin bantu (4) Jaring cantrang (5) Lampu Total Investasi Biaya Tetap (1) SIUP (2) Biaya Penyusutan
Unit
Satuan
1 1 1 1 8
Unit Unit Unit Unit Buah
25.000
Jumlah (Rp)
200.000.000 35.000.000 6.000.000 100.000.000 200.000 342.200.000
1 Tahun
150.000
300 trip/tahun 300 trip/tahun 300 trip/tahun 300 trip/tahun 300 trip/tahun
67.000
1 1 1 1 8
1 Tahun 1 Tahun 1 Tahun 1 Tahun 1 Tahun
34.000 14.000 12.000 17.000 700 380.240
60
Liter/trip
6.400
384.000
1
Balok
20.000
6
Bungkus
17.000
20.000 300.000 102.000 1.000 1.007.000 1.387.240 2.000.000 612.760
- Kapal
1
- Mesin utama
1
- Mesin bantu
1
- Jaring cantrang
1
- Lampu
8
(3) Biaya Perawatan - Kapal - Mesin utama - Mesin bantu - Jaring cantrang - Lampu Total Biaya Tetap 3) Biaya Variabel (1) BBM (2) Pelumas (3) Es (4) Bekal makanan (5) Rokok (7) Retribusi Total Biaya Variabel TOTAL BIAYA TOTAL PENERIMAAN Pendapatan (per trip) Sumber: Hasil wawancara (diolah)
Harga (Rp)
11.700 6.700 67.000 140
24 Lampiran 4 Data Arah Angin Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 Periode 2009-2013 (°) Bulan
2009
2010
2011
2012
2013
Januari 300 320 270 320 320 Februari 320 180 320 180 320 Maret 360 360 320 180 180 April 180 360 220 180 180 Mei 180 180 180 180 180 Juni 180 180 180 180 180 Juli 180 180 180 180 180 Agustus 180 180 180 180 180 September 180 180 180 180 180 Oktober 220 180 180 180 180 November 180 180 180 180 180 Desember 220 180 220 180 220 TOTAL 2680 2660 2610 2300 2480 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (diolah)
Rata-rata arah mata angin bulanan 306 264 280 224 180 180 180 180 180 188 180 204 2546
Lampiran 5 Data Kecepatan Angin Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 Periode 2009-2013 (knot) Bulan
2009
2010
2011
2012
2013
Januari 5 4 6 6 Februari 4 3 5 4 Maret 3 3 4 5 April 3 3 4 4 Mei 2 3 4 4 Juni 9 3 5 5 Juli 3 3 4 5 Agustus 4 4 5 5 September 4 4 6 5 Oktober 4 4 5 5 November 3 4 4 4 Desember 3 4 5 4 TOTAL 47 42 57 56 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (diolah)
4 4 4 3 3 3 3 4 5 5 4 4 46
Rata-rata kecepatan angin bulanan 5 4 3,8 3,4 3,2 5 3,6 4,4 4,8 4,6 3,8 4 50
25 Lampiran 6 Data Temperatur Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 Periode 2009-2013 (°C) Bulan
2009
2010
2011
2012
2013
Januari 33,8 33,5 31 31,8 32,8 Februari 32,3 34 31,4 33,4 32,2 Maret 33,4 34,8 33,7 33 33,7 April 33 33,9 33,3 33,8 33,2 Mei 32,8 33,1 32,6 33,8 33,2 Juni 32,6 33,5 33 33 32,6 Juli 33,8 33,3 33,4 33,2 32,6 Agustus 33,2 33,2 33 33,9 33,8 September 35,7 32,6 34,4 34,6 34,6 Oktober 35,1 33,6 34,2 35 35,6 November 33,6 34,2 33,6 33,7 35,2 Desember 34,5 32,8 33.8 34,1 34,2 TOTAL 403,8 402,5 397,4 403,3 403,7 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (diolah)
Rata-rata temperatur bulanan 32,6 32,7 33,7 33,4 33,1 32,9 33,3 33,4 34,4 34,7 34,1 33,9 402,1
Lampiran 7 Data Curah Hujan Stasiun Meteorologi Tegal Tahun 2009-2013 Periode 2009-2013 (mm) Bulan
2009
2010
2011
2012
2013
47 62 39 71 Januari 96 61 98 59 Februari 48 79 36 81 Maret 45 115 37 28 April 37 40 39 55 Mei 80 64 6 0 Juni 0 28 34 1 Juli 1 67 0 0 Agustus 17 44 3 0 September 7 34 23 10 Oktober 48 52 45 45 November 18 49 62 75 Desember 444 695 422 425 TOTAL Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (diolah)
67 58 108 26 139 96 45 3 0 2 55 66 665
Rata-rata curah hujan bulanan 57,2 74,4 70,4 50,2 62 49,2 21,6 14,2 12,8 15,2 49 54 530
26 Lampiran 8 Data Produksi Cantrang di PPP Asemdoyong Tahun 2011-2013 Periode 2009-2013 (Kg) Bulan
2011
2012
2013
Januari 221.865 382.344 483.362 Februari 286.758 513.015 499.956 Maret 399.526 392.008 528.625 April 527.630 461.703 567.154 Mei 455.894 356.499 402.287 Juni 355.311 315.697 392.006 Juli 359.563 441.790 458.702 Agustus 299.729 275.838 312.738 September 264.360 485.752 449.846 Oktober 260.132 372.324 403.496 November 151.983 194.925 273.456 Desember 107.534 304.731 283.821 TOTAL 3.690.285 4.496.626 5.055.449 Sumber: Laporan Tahunan PPP Asemdoyong (diolah)
Rata-rata produksi bulanan 362.524 433.243 440.053 518.829 404.893 354338 420.018 296.102 399.986 345.317 206.788 232.029 4.414.120
Lampiran 9 Jumlah Trip Cantrang di PPP Asemdoyong Tahun 2011-2013 Periode 2011-2013 (Unit) Bulan
2011
2012
1130 1548 Januari 1540 1381 Februari 2004 1332 Maret 2700 1749 April 2764 1453 Mei 2241 1432 Juni 1730 1493 Juli 1242 940 Agustus 972 981 September 1150 992 Oktober 1057 1021 November 809 1380 Desember 19339 15693 TOTAL Sumber: Laporan Tahunan PPP Asemdoyong (diolah)
2013 2209 1989 1984 1864 1341 1241 1342 1186 1426 1026 989 996 17593
Rata- rata Jumlah trip Cantrang 1629 1636,7 1773,3 2104,3 1852,7 1638 1521,7 1122,7 1126,3 1056 1019,3 1061,7 17541,7
27 Lampiran 10 Nilai Catch Per Unit Effort (CPUE) Bulan
Periode 2011-2013 (Kg/Unit) 2011 2012 2013 196,3 246,9 218,8 186,2 371,4 251,3 199,3 294,3 266,4 195,4 263,9 304,2 164,9 245,3 299,9 158,5 220,2 315,8 207,8 295,9 341,8 241,3 293,4 263,6 271,9 495,1 315,4 226,2 375,3 393,2 143,7 192,6 276,4 132,9 220,8 284,9 2324,8 3515,8 3532,4
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL Sumber: Laporan Tahunan PPP Asemdoyong (diolah)
Rata- rata CPUE 220,7 269,6 253,3 254,5 236,7 231,6 281,8 266,1 360,8 331,6 204,2 212,9 3124,3
28
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 3 Juli 1993 dari ayah Achmad Ariyanto dan ibu T. Sartinah. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara, dengan kakak perempuan bernama Dwika Ratnaningtyas. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 11 Kota Tangerang dan pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis diterima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Daerah Penangkapan Ikan pada tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015. Penulis juga pernah aktif sebagai Badan Pengurus Harian (BPH) sebagai Sekretaris II Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) 2012/2013 dan Sekretaris I pada tahun 2013/2014. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Dampak Perubahan Cuaca terhadap Produktivitas dan Pendapatan Nelayan Cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong, Pemalang”.