Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 30-39 Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PEMASARAN IKAN KOMODITAS UTAMA DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) BAJOMULYO KABUPATEN PATI Strategy Analysis of Marketing Institusional Development of Prime Commodity Fish in Coastal Fishery Port (PPP) Bajomulyo Pati Regency Rizkha Ayudya Yuliasari *), Herry Boesono dan Dian Wijayanto Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedartho, Tembalang (email:
[email protected])
ABSTRAK Kelembagaan pemasaran memiliki peranan penting dalam mendukung keberhasilan usaha nelayan dan mengoptimalkan kegiatan pemasaran ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi rantai pemasaran dan faktor yang mempengaruhi kinerja kelembagaan pemasaran ikan komoditas utama di PPP Bajomulyo, menganalisis marjin pemasaran ikan komoditas utama (ikan Layang dan ikan Kuniran) yang diterima oleh masing- masing pelaku pemasaran di PPP Bajomulyo, dan menganalisis strategi pengembangan yang perlu dilakukan untuk mengembangkan kelembagaan pemasaran ikan di PPP Bajomulyo. Penentuan responden penelitian dilakukan dengan dua cara yaitu untuk penentuan strategi menggunakan analisis SWOT yang pengambilan responden menggunakan wawancara dengan beberapa key person yang berpengaruh dalam penelitian ini. Sementara untuk analisis marjin pemasaran menggunakan quota sampling. Dari hasil penelitian diketahui kinerja proses kelembagaan pemasaran ikan komoditas utama dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Marjin yang diterima oleh pedagang pengumpul kecil dan produsen lebih kecil daripada marjin yang diterima pedagang pengumpul besar. Besar kecilnya marjin pemasaran dipengaruhi oleh keuntungan dan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang serta panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui. Alternatif strategi dalam upaya pengembangan kelembagaan pemasaran ikan komoditas utama (Ikan Layang dan Ikan Kuniran) di PPP Bajomulyo sesuai analisis SWOT didapatkan hasil S-O (Strength – Opportunity). Kata kunci: kelembagaan, pemasaran, analisis SWOT, marjin pemasaran ABSTRACT The marketing institutional has an important role in supporting the success of the fishermen works and optimization of fishery marketing activityThe purpose of this research is for identifying the chain marketing dan the factors which influenced the work of Analysis Strategy of Marketing Institutional of PPP Bajomulyo , analyzing the marketing margin of prime commodity fish ( Scad fish, Yellow Goatfish fish. The method used is descriptive by case study. The determination of sampling location is done by two ways which are for strategy determination using SWOT analysis which in taking the respondents by interview with some key persons who has the influences in this research. On the interview with some key persons, we were using paired comparison. Whereas, for the analysis of the marketing margin, we were using accidental quota sampling. From the results would be known the work of the marketing institutional of prime commodity fish which influenced by internal and external factors. The margin which been received by small collecting seller are smaller than the big collecting seller. The alternative strategy in the effort of the developing of marketing institutional of prime commodity fish on PPP Bajomulyo according to the SWOT analysis which gotten from the results of implementation S.O (Strength - Opportunity). Keywords: institutional, marketing, SWOT analysis, margin marketing
30
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 30-39 Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt
mendapatkan hasil pengembangan yang lebih maksimal. Hasil dari analisis lingkungan ini adalah pengelompokkan pengembangan pemasaran di PPP Bajomulyo yang terdiri dari aspek internal dan eksternal. Dengan menggunakan analisis SWOT dari kedua aspek tersebut diperoleh alternative strategi pengembangan pemasaran di PPP Bajomulyo (Atmajaya dan Nugroho, 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi rantai pemasaran dan faktor yang mempengaruhi kinerja kelembagaan pemasaran ikan komoditas utama di PPP Bajomulyo; menganalisis marjin pemasaran ikan komoditas utama (ikan Layang dan ikan Kuniran) yang diterima oleh masing- masing pelaku pemasaran di PPP Bajomulyo; dan menganalisis strategi pengembangan yang perlu dilakukan untuk mengembangkan kelembagaan pemasaran ikan di PPP Bajomulyo
PENDAHULUAN Kabupaten Pati merupakan kabupaten yang terletak di Pantai Utara Provinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah sekitar 1.419,07 km persegi dengan panjang garis pantai 60 km. Sebesar 31 % dari luas wilayah Kabupaten Pati merupakan kawasan pesisir dengan luas sebesar 432,00 km persegi. Dari 21 kecamatan yang ada di kabupaten Pati, 7 diantaranya berada di daerah pesisir. Salah satu kecamatan yang memiliki garis pantai yang luas terdapat di Kecamatan Juwana. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo yang terletak di Desa Bajomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati merupakan pengembangan dari PPI Bajomulyo. Penetapan kelas PPP tersebut berdasarkan peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 38 tahun 2008, dimana PPP Bajomulyo adalah salah satu dari sembilan PPP di Jawa Tengah yang merupakan unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, 2011). PPP Bajomulyo dibagi menjadi 2 unit yaitu Unit I untuk kapal dengan alat tangkap cantrang, gill net, perawai, jaring cumi, kapal – kapal kecil.Unit II sendiri digunakan untuk kapal dengan alat tangkap purse seine dan kapal pengangkut. Pada setiap unit memiliki ikan dengan jumlah produksi yang besar. Ikan – ikan tersebut menjadi produk utama dalam pemasaran ikan. Komoditas utama ikan PPP Bajomulyo berdasarkan jumlah produksi ikan tertinggi yang terdapat di setiap unit. Unit I ikan dengan jumlah produksi tertinggi yaitu ikan Kuniran (Upeneus sp). Unit II ikan dengan jumlah produksi terbanyak yaitu ikan Layang (Decapterus sp). Pengembangan kelembagaan pemasaran di PPP Bajomulyo memerlukan adanya strategi/ analisis yang dapat memberikan masukan prioritas pengembangan yang harus dilakukan untuk
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Suatu metode penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif dan digunakan untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, yaitu menelaah secara mendalam suatu masalah pada suatu waktu tertentu dan hasil penelitian yang didapat belum tentu dapat digunakan pada daerah penelitian lain meskipun objek penelitiannya sama (Notoatmodjo, 2002). Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan dua cara yaitu untuk penentuan strategi menggunakan analisis SWOT yang pengambilan responden menggunakan wawancara dengan beberapa key person yang berpengaruh dalam penelitian ini (Suherman, 2010).
31
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 30-39 Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt
Pada wawancara dengan beberapa key person, menggunakan pembobotan paired comparisson. Sementara untuk analisis marjin pemasaran menggunakan metode sampling quota sampling. Dalam pengambilan sampel untuk analisis SWOT, sampel yang digunakan adalah orang – orang yang ada hubungannya dan berperan penting dalam peningkatan kapasitas PPP Bajomulyo antara lain yaitu: 1. Kepala PPP Unit I PPP Bajomulyo 2. Kepala PPP Unit II PPP Bajomulyo 3. Ketua Bakul PPP Bajomulyo 4. Ketua Tata Usaha PPP Bajomulyo 5. Juragan kapal HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah Juwana memiliki ketinggian daerah 1-5 m diatas permukaan air laut yang merupakan tanah pantai yang relatif datar. Secara astronomis Kecamatan Juwana terletak pada 111o4’40” BT dan 6o37’30”-6o42’30” LU. Kecamatan Juwana memiliki luas wilayah 5.593 ha (55,93 km2), dengan batas wilayah: 1. Sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa 2. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batangan 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jakenan dan Kecamatan Pati 4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wedarijaksa Tabel 1. Perkembangan Jenis dan Jumlah Alat Tangkap di PPP Bajomulyo Jenis Alat 2008 2009 2010 2011 Tangkap Purse Seine 256 258 242 185 Cantrang 57 59 55 57 Jaring Cumi 36 39 40 43 Gill net 38 42 45 48 Perawai 24 27 29 29 Sumber : PPP Bajomulyo, 2012.
pelagis sampai ikan demersal. Produksi dan rata- rata ikan per spesies tersaji pada tabel 2. Tabel 2. Produksi dan Rata- rata Harga Ikan per Spesies pada Bulan Desember 2012 Jenis Ikan Produksi Nilai Produksi Harga (Kg) (Rp) (Rp) Kembung 26.640 264.284.000 9.920 Bawal 3.664 91.600.000 25.000 Muniran 122.215 171.101.000 1.400 Kuniran 174.373 393.620.000 2.257 Kakap 132.978 292.551.600 22.000 Pari 43.097 107.742.500 2.500 Tongkol 27.701 207.878.000 7.504 Layang 3.059.961 18.667.010.000 6.100 Selar 2.592 24.230.000 9.347 Lemuru 132.139 722.850.000 5.470 Total 3.725.360 20.942.867.100 Sumber: Data Lapangan, 2012. Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa ikan Layang dan ikan Kuniran merupakan ikan dominan di TPI unit I dan TPI unit II Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo. Harga ikan Layang sebesar 82,13% dengan harga sebesar Rp 6.100,00/Kg sementara harga ikan Kuniran yaitu 4,68% dengan harga sebesar Rp 2.257,00/Kg. Oleh karena itu, kedua ikan ini menjadi ikan komoditas utama di PPP Bajomulyo. PPP Bajomulyo mempunyai produksi dan raman produksi tahunan ikan pada tahun 2008-2012 tersaji pada tabel 3. Tabel 3. Produksi Ikan dan Nilai Produksi Alat Tangkap Cantrang di PPP Bajomulyo unit I Tahun Produksi Raman (Rp) (Kg) 2008 4.433.332 8.112.657.000 2009 5.562.833 9.815.347.000 2010 8.399.979 16.991.418.000 2011 10.177.057 25.766.750.000 2012 18.667.010 34.565.660.000 Sumber: PPP Bajomulyo, 2012.
2012 206 57 45 47 28
Jenis ikan yang terdapat di PPP Bajomulyo beragam, mulai dari ikan
32
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 30-39 Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa produksi dan raman produksi dengan alat tangkap cantrang yang didaratkan di PPP Bajomulyo unit I terbesar pada tahun 2012, yaitu sebesar 18.667.010 Kg dengan raman Rp. 34.565.660.000. Adanya peningkatan nilai produksi ini disebabkan karena semakin modernnya penggunaan alat bantu penangkapan yang digunakan untuk memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak. Tabel 4. Produksi Ikan dan Nilai Produksi Alat Tangkap Purse Seine di PPP Bajomulyo unit II Tahun Produksi Raman (Rp) (Kg) 2008 24.518.723 144.981.567.000 2009 27.572.498 128.691.018.000 2010 22.603.319 132.110.150.000 2011 28.205.722 176.226.440.000 2012 30.855.941 170.338.270.000 Sumber: PPP Bajomulyo, 2012. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa produksi dan raman produksi dengan alat tangkap purse seine yang didaratkan di PPP Bajomulyo unit II terbesar pada tahun 2012, yaitu sebesar 30.855.941Kg dengan raman Rp. 170.338.270.000,- . Penurunan produksi signifikan terjadi pada tahun 2010 sebesar 4.969.179 kg dan pada tahun selanjutnya mengalami kenaikan sebesar 5.602.403 kg. Hal ini disebabkan adanya cuaca Untuk jumlah raman yang mengalami peningkatan signifikan terjadi pada tahun 2010 ke 2011 sebesar Rp.44.116.290.000,Hal ini disebabkan dengan kenaikan jumlah produksi ikan sehingga raman yang dihasilkan juga meningkat. Jenis ikan komoditas utama di PPP Bajomulyo Jenis produksi ikan yang dominan didaratkan di PPP Bajomulyo Juwana antara lain ikan Layang (Decapterus sp), ikan Juwi (Sardinella sp), ikan Selar (Selaroides sp), ikan Kembung (Rastrelliger sp), Cumi- cumi (Loligo sp),
Pari (Dasyatis sp), ikan Kuniran (Upeneus sp), ikan Tongkol (Auxix sp), dan ikan Tengiri (Scomberomous sp). Ikan komoditas utama di TPI unit I PPP Bajomulyo yaitu ikan Kuniran (Upeneus sp) sementara ikan komoditas utama di TPI unit II PPP Bajomulyo adalah ikan Layang (Decapterus sp). Harga Keberhasilan usaha nelayan utamanya ditinjau dari peningkatan pendapatan nelayan tergantung pada pembentukan harga ( Hernawati,2002). Pembentukan harga dalam transaksi ditentukan oleh mekanisme pasar atau kekuatan permintaan dan penawaran. Di dalam prakteknya pembentukan harga ditentukan dari banyak ikannya produksi ikan yang mendarat di TPI, musim, dan kisaran harga kemarin (Arifin, 2008). Tabel 5. Produksi dan Harga Rata- rata Ikan Layang di TPI Unit II PPP Bajomulyo Per tanggal 1 – 20 Desember 2012 Tgl Produksi Nilai Harga Rata(Kg) Produksi rata(Rp/Kg) (Rp) 1 146.178 845.560.000 5.791 2 129.160 740.150.000 5.730 3 93.707 675.340.000 7.207 4 107.973 782.990.000 7.251 5 137.261 836.920.000 6.097 6 120.074 806.610.000 6.717 7 125.666 788.530.000 6.274 8 122.715 698.820.000 5.692 9 127.251 701.430.000 5.512 10 132.917 712.320.000 5.359 11 136.296 698.900.000 5.127 12 131.170 610.000.000 4.650 13 113.481 560.600.000 4.940 14 127.528 752.670.000 5.901 15 109.888 644.580.000 5.865 16 88.558 464.350.000 5.243 17 61.934 553.090.000 8.930 18 88.697 589.510.000 6.646 19 84.213 525.040.000 6.234 20 130.835 588.810.000 4.500 Sumber: PPP Bajomulyo, 2012.
33
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 30-39 Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa harga rata- rata ikan Layang di TPI Unit II PPP Bajomulyo Rp 5983,79/Kg. Harga ikan yang paling tinggi yaitu sebesar Rp. 8930,31/Kg dengan jumlah produksi sebesar 61.934 kg. Semakin banyak produksi ikan yang didapatkan nelayan, maka harga ikan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena terjadinya penumpukan ikan. Harga ikan juga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran dari bakul yang sedang mengikuti lelang. Tabel 6. Produksi dan Harga Rata- rata Ikan Kuniran di TPI Unit I Per tanggal 1- 20 Desember 2012 Tgl Produksi Nilai Harga Rata(Kg) Produksi rata(Rp/Kg) (Rp) 1 153.725 306.152.000 1.991 2 132.386 347.813.000 2.627 3 107.254 262.879.500 2.451 4 122.937 324.740.000 2.641 5 147.528 354.782.000 2.404 6 174.373 383.620.600 2.200 7 124.763 268.916.600 2.155 8 163.485 395.142.000 2.417 9 97.458 268.448.000 2.754 10 107.845 321.470.000 2.980 11 148.526 324.789.000 2.186 12 184.256 398.140.000 2.160 13 196.520 401.214.000 2.041 14 124.852 359.845.000 2.882 15 145.245 387.414.000 2.667 16 105.241 298.145.000 2.833 17 95.471 324.781.000 3.401 18 142.143 341.247.000 2.400 19 158.324 398.741.000 2.518 20 148.652 3657.890.000 2.460 Sumber: PPP Bajomulyo, 2012.
ikan semakin rendah. Harga ikan di TPI Unit I ini berpatokan dari harga ikan sehari sebelumnya, dikarenakan tidak ada kegiatan lelang di TPI ini. Sehingga transaksi antara bakul dengan nelayan dapat mencapai harga ikan berdasarkan harga ikan hari sebelumnya. Biaya dan marjin pemasaran Berikut ini besarnya marjin tiap lembaga pemasaran ikan komoditas utama di TPI PPP Bajomulyo. Tabel 7 . Analisis Marjin Pemasaran Ikan Komoditas Utama (Ikan Layang) di TPI PPP Bajomulyo Lembaga Nilai (Rp/Kg) Nelayan Harga Jual 6.500 Pengumpul kecil Harga Beli 6.500 Biaya Pemasaran 147.538,46 Harga Jual 7.675 Marjin 1175 Keuntungan 458,75 Pengolah Harga Beli 6.500 Pengumpul Besar Harga Beli 6.700 Biaya Pemasaran 270.000 Harga Jual 7725 Marjin 1025 Keuntungan 696,12 Konsumen Harga Beli 6.700 Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013.
Berdasarkan tabel 6 diatas diketahui bahwa harga rata- rata ikan Kuniran di TPI Unit I PPP Bajomulyo Rp 2.370,00/Kg. Harga ikan yang paling tinggi yaitu sebesar Rp 3.401,88/Kg dengan jumlah produksi sebesar 95.471 kg. Dikarenakan semakin banyak produksi ikan yang didapat nelayan, maka harga
34
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 30-39 Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt
Tabel 8 . Analisis Marjin Pemasaran Ikan Komoditas Utama (Ikan Kuniran) di TPI PPP Bajomulyo Lembaga Nilai (Rp/Kg) Nelayan Harga Jual 3.400 Pengumpul kecil Harga Beli 3.480 Biaya Pemasaran 111.000 Harga Jual 3480 Marjin 1140 Keuntungan 692,60 Pengolah Harga Beli 3.400 Pengumpul Besar Harga Beli 4.600 Biaya Pemasaran 306.250 Harga Jual 12.125 Marjin 7.525 Keuntungan 7437.34 Konsumen Harga Beli 4.600 Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013.
dengan mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi eksternal dan internal. A. Analisis SWOT Ikan Layang Analisis SWOT ikan Layang dibagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan ( Nugraheni,2013). Faktor eksternal bertujuan untuk menentukan peluang dan ancaman di PPP Bajomulyo. Analisis dengan menggunakan matriks SWOT Berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal yang menggunakan matriks SWOT. Dari matriks SWOT didapatkan 2 strategi yaitu strategi SO (Strength – Opportunity), strategi WO (Weakness- Opportunity), strategi ST (Strenght – Treaths), dan WT (Weakness – Treaths). Strategi SO meliputi memperluas pemasaran dan distribusi ikan seiring dengan tingginya permintaan ikan; memberikan penyuluhan untuk peningkatan kompetensi SDM secara berkelanjutan; dan mengoptimalkan usaha pengolahan ikan sehingga menghasilkan produk perikanan yang berkualitas dan mempunyai nilai tambah yang tinggi (Caseria, 2012). Strategi WO meliputi pemberian bantuan penguatan modal atau memperluas akses modal kepada pelaku usaha pemasaran dan membenahi fasilitas infranstruktur pelabuhan untuk peningkatan usaha perikanan. Strategi ST meliputi pemberian penyediaan akses informasi mengenai harga yang berkembang di pasar dan pengembangan kawasan Juwana menjadi kawasan pengembangan perikanan tangkap yang aman dan memperoleh dukungan dari instansi pemerintah. Sementara strategi WT meliputi pemberian peraturan tentang pembayaran lelang yang tepat; menciptakan kondisi daya saing yang strategis; dan penetapan peraturan daerah yang tegas tentang pengelolaan TPI.
Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul kecil pada ikan Layang dan ikan Kuniran yaitu sebesar Rp 458,75/Kg dan Rp 692,60/Kg untuk ikan Kuniran. Marjin pemasaran yang diperoleh pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar untuk ikan Layang yaitu sebesar Rp 1.175/Kg dan Rp 1.025/Kg. Marjin pemasaran yang diperoleh pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar untuk ikan Kuniran yaitu sebesar Rp 692,60/Kg dan Rp 7.525/Kg. Saluran pemasaran yang dilalui ikan lebih cepat yaitu dari produsen kemudian pedagang pengumpul kecil/ pengumpul besar dan langsung ke konsumen. Makin pendek saluran pemasaran, maka semakin sedikit marjin harga yang diterima oleh konsumen (Rosalina, 2011). Analisis SWOT Analisis SWOT ini bertujuan untuk mencari alternatif strategi dalam upaya pengembangan kelembagaan pemasaran PPP Bajomulyo. Analisis ini dilakukan
35
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 30-39 Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt
Dari keempat hasil strategi, kemudian dilakukan penentuan grand strategy. Grand strategy yang didapat dari skoring yaitu faktor internal sebesar 3,20 dan faktor eksternal sebesar 3,15. Grand strategy terdapat di kuadran I dimana strategi pada kuadaran I adalah strategi SO. Srategi SO dibuat untuk memanfaatkan seluruh kekuatan dan peluang yang ada. Strategi SO yang digunakan yaitu: 1. Memperluas pemasaran dan distribusi ikan seiring dengan tingginya permintaan ikan (I) ; 2. Memberikan penyuluhan untuk peningkatan kompetensi SDM secara berkelanjutan (II) ; dan
3. Mengoptimalkan usaha pengolahan ikan sehingga menghasilkan produk perikanan yang berkualitas dan mempunyai nilai tambah yang tinggi (III). Dari ketiga prioritas diatas, terdapat strategi yang menjadi prioritas utama. Penentuan strategi prioritas utama ini dilakukan dengan menentukan skor yang paling tinggi.
Tabel 9. Penentuan Strategi untuk Prioritas Utama Faktor Strategi I Strategi II B R Skor B R Skor 1. Strength Sa 0,05 2 0,10 0,055 2 0,11 Sb 0,05 2 0,10 0,055 2 0,11 Sc 0,10 4 0,40 0,125 4 0,50 Sd 0,10 4 0,40 0,075 3 0,225 2. Weakness Wa 0,075 3 0,225 0,075 3 0,225 Wb 0,05 2 0,10 0,075 3 0,225 Wc 0,05 2 0,10 0,055 2 0,11 3. Opportunity Oa 0,10 4 0,4 0,055 2 0,11 Ob 0,05 2 0,10 0,055 2 0,11 Oc 0,10 4 0,40 0,05 2 0,11 Od 0,10 4 0,40 0,125 4 0,50 Oe 0,05 2 0,10 0,05 2 0,10 4. Treaths Ta 0,075 3 0,225 0,075 3 0,225 Tb 0,05 2 0,10 0,075 3 0,225 1,00 1,00 Jumlah 3,15 2,885 Sumber: Data yang Diolah, 2013. Keterangan: Sa-Sd : Kekuatan Faktor Internal Wa-Wc : Kelemahan Faktor Internal Oa- Oe : Peluang Faktor Eksternal Ta-Tb : Ancaman Faktor Esternal
B R
36
: Bobot : Rating
B
Strategi III R Skor
0,10 0,10 0,075 0,075
4 4 3 3
0,40 0,40 0,225 0,225
0,05 0,05 0,075
2 2 3
0,10 0,10 0,225
0,10 0,05 0,05 0,10 0,05
4 2 2 4 2
0,40 0,10 0,10 0,40 0,10
0,075 0,05 1,00
3 2
0,225 0,10 3,10
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 30-39 Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt
Berdasarkan hasil penentuan skor, didapatkan bahwa strategi yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan kelembagaan pemasaran ikan Layang di PPP Bajomulyo unit II yaitu Strategi I. Strategi yang diterapkan yaitu memperluas pemasaran dan distribusi ikan seiring dengan tingginya pemasaran ikan. Strategi ini berhubungan dengan kualitas dan ketersediaan SDM pelaku pemasaran ikan Layang, pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan potensi konsumen terhadap ikan Layang B. Analisis SWOT Ikan Kuniran Analisis SWOT ikan Layang dibagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan PPP Bajomulyo. Faktor eksternal bertujuan untuk menentukan peluang dan ancaman di PPP Bajomulyo. Analisis dengan menggunakan matriks SWOT Berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal yang menggunakan matriks SWOT. Dari matriks SWOT didapatkan 2 strategi yaitu strategi SO (Strength – Opportunity), strategi WO (Weakness- Opportunity), strategi ST (Strenght – Treaths), dan WT (Weakness – Treaths). Strategi SO meliputi memperluas pemasaran dan distribusi ikan seiring dengan tingginya permintaan ikan; memberikan penyuluhan untuk peningkatan kompetensi SDM secara berkelanjutan; dan mengoptimalkan usaha pengolahan ikan sehingga menghasilkan produk perikanan yang berkualitas dan mempunyai nilai tambah yang tinggi. Strategi WO meliputi pemberian bantuan penguatan modal atau memperluas akses modal kepada pelaku
usaha pemasaran dan membenahi fasilitas infranstruktur pelabuhan untuk peningkatan usaha perikanan. Strategi ST meliputi pemberian penyediaan akses informasi mengenai harga yang berkembang di pasar dan pengembangan kawasan Juwana menjadi kawasan pengembangan perikanan tangkap yang aman dan memperoleh dukungan dari instansi pemerintah. Sementara strategi WT meliputi pemberian peraturan tentang pembayaran lelang yang tepat; menciptakan kondisi daya saing yang strategis; dan penetapan peraturan daerah yang tegas tentang pengelolaan TPI. Dari keempat hasil strategi, kemudian dilakukan penentuan grand strategy. Grand strategy yang didapat dari skoring yaitu faktor internal sebesar 3,55 dan faktor eksternal sebesar 3,40. Grand strategy terdapat di kuadran I dimana strategi pada kuadaran I adalah strategi SO. Srategi SO dibuat untuk memanfaatkan seluruh kekuatan dan peluang yang ada. Srategi SO dibuat untuk memanfaatkan seluruh kekuatan dan peluang yang ada. Strategi SO yang digunakan yaitu: 1. Memperluas pemasaran dan distribusi ikan seiring dengan tingginya permintaan ikan (I) ; 2. Memberikan penyuluhan untuk peningkatan kompetensi SDM secara berkelanjutan (II) ; dan 3. Mengoptimalkan usaha pengolahan ikan sehingga menghasilkan produk perikanan yang berkualitas dan mempunyai nilai tambah yang tinggi (III).
37
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 30-39 Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt
Tabel 10. Penentuan Strategi untuk Prioritas Utama Faktor Strategi I Strategi II B R Skor B R Skor 1. Strength Sa 0,055 2 0,11 0,10 4 0,40 Sb 0,055 2 0,11 0,10 4 0,40 Sc 0,125 4 0,50 0,075 3 0,225 Sd 0,075 3 0,225 0,075 3 0,225 2. Weakness Wa 0,075 3 0,225 0,05 2 0,10 Wb 0,075 3 0,225 0,05 2 0,10 Wc 0,055 2 0,11 0,075 3 0,225 3. Opportunity Oa 0,055 2 0,11 0,10 4 0,40 Ob 0,055 2 0,11 0,05 2 0,10 Oc 0,05 2 0,11 0,05 2 0,10 Od 0,125 4 0,50 0,10 4 0,40 Oe 0,05 2 0,10 0,05 2 0,10 4. Treaths Ta 0,075 2 0,150 0,075 3 0,225 Tb 0,075 3 0,225 0,05 2 0,10 1,00 Jumlah 2,70 1,00 3,10 Sumber: Data yang Diolah, 2013.
B
Strategi III R Skor
0,05 0,05 0,10 0,10
2 2 4 4
0,10 0,10 0,40 0,40
0,075 0,05 0,05
4 2 2
0,30 0,10 0,10
0,10 0,05 0,10 0,10 0,05
4 2 4 4 2
0,4 0,10 0,40 0,40 0,10
0,075 0,05 1,00
3 2
0,225 0,10 3,225
Keterangan: Sa-Sd : Kekuatan Faktor Internal Wa-Wc : Kelemahan Faktor Internal
Oa- Oe : Peluang Faktor Eksternal Ta-Tb : Ancaman Faktor Esternal
Berdasarkan hasil penentuan skor, didapatkan bahwa strategi yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan kelembagaan pemasaran ikan Layang di PPP Bajomulyo unit I yaitu Strategi III. Strategi yang diterapkan yaitu mengoptimalkan usaha pengolahan ikan sehingga menghasilkan produk perikanan yang berkualitas dan mempunyai nilai tambah yang tinggi. Strategi ini berhubungan dengan peningkatan usaha perikanan sehingga mempunyai daya jual yang lebih tinggi.
dipengaruhi oleh faktor internal (kualitas sumberdaya ikan, ketersediaan sumberdaya ikan, kualitas SDM pelaku usaha pemasaran ikan, ketersediaan SDM pelaku usaha pemasaran ikan, kelembagaan pelaku usaha pemasaran ikan, akses permodalan pelaku usaha pemasaran, dukungan fasilitas infranstruktur) dan faktor eksternal (pertumbuhan ekonomi, daya kondisi politik, daya beli konsumen lokal, potensi konsumen, dukungan dan kebijakan pemerintah Pati, daya saing pensuplai ikan); 2. Kinerja Marjin yang diterima oleh pedagang pengumpul kecil dan produsen lebih kecil daripada marjin yang diterima pedagang pengumpul besar ; dan
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kinerja proses kelembagaan pemasaran ikan komoditas utama
38
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 30-39 Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt
3. Strategi pengembangan yang menjadi prioritas utama dalam upaya pengembagan kelembagaan pemasaran PPP Bajomulyo unit I dan unit II adalah memperluas pemasaran dan distribusi ikan seiring dengan tingginya permintaan ikan dan mengoptimalkan usaha pengolahan ikan sehingga menghasilkan produk perikanan yang berkualitas dan mempunyai nilai tambah yang tinggi .
Hernawati, E. 2002. Pengolahan Ikan secara Tradisional, Prospek dan Peluang Pengembangan, Jurnal Litbang Pertanian, 21(3):92-99. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Nugraheni, H. 2013. Analisis Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang untuk Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap, Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Techonlogy,2(1): 85-94.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Memberikan akses modal dengan bunga kecil kepada pelaku usaha pemasaran ikan (nelayan dan pedagang pengumpul kecil) agar keuntungan yang diterima pelaku usaha pemasaran lebih meningkat; 2. Memperpendek saluran pemasaran agar marjin yang diterima nelayan lebih besar dari pedagang pengumpul besar; dan 3. Adanya perbaikan sarana infranstruktur yang berkaitan dengan pemasaran ikan agar hasil yang diterima lebih tinggi.
Pelabuhan Perikanan Bajomulyo. 2012.
Pantai
(PPP)
Rosalina, D. 2011. Analisis Strategi Pengembangan Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan, Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan,1(1):67-79. Suheman, Agus. 2010. Alternatif Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur, 5(2):65-72.
DAFTAR PUSTAKA Atmajaya, S.B. dan Nugroho, D. 2005. Aplikasi Model Beverton dan Holt bagi Ikan Layang (Decapterus spp) di Laut Natuna dan sekitarnya. Jurnal Penelitian Perikanan 11(6):1-6. Caseria, R.H. 2012. Analisis Kelembagaan dan Biaya Transaksi Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Labuan Pandeglang. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor, 74 hlm. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati. 2011. Statistik Perikanan Kabupaten Pati Jawa Tengah. Pati.
39