ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS POKOK PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO B.ANDA ACEH
FAUZI SYAHPUTRA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Pengembangan Fasilitas Pokok Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Banda Aceh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Fauzi Syahputra NIM C451110041
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
RINGKASAN FAUZI SYAHPUTRA. Analisis Pengembangan Fasilitas Pokok Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Banda Aceh. Dibimbing oleh ANWAR BEY PANE, ERNANI LUBIS dan BUDHI HASCARYO.
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo adalah salah satu pelabuhan perikanan terbesar dan memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap sektor perikanan tangkap di Aceh. Lokasi PPP Lampulo berada di Utara Sumatera memiliki daerah penangkapan ikan (fishing ground) di Selat Malaka dan Samudera Hindia. Perairan ini memiliki potensi ikan pelagis besar seperti tuna dan cakalang yang cukup potensial untuk dieksploitasi. Hal ini terlihat dari peningkatan produksi tuna dan cakalang yang dihasilkan yaitu sebesar 17,3% atau 6.823,158 ton pada tahun 2012 dibandingkan dengan produksi tahun 2010 yaitu sebesar 5.638,270 ton. Jumlah kapal di PPP Lampulo meningkat, pada tahun 2010 sebanyak 241 unit dan meningkat menjadi 307 unit pada tahun 2012 (DKP Aceh, 2012). Pengamatan bulan Agustus-September tahun 2012, memperlihatkan bahwa kondisi dermaga terlihat belum mencukupi melayani kapal-kapal yang melakukan pendaratan hasil tangkapan. Hal ini terlihat adanya antrian kapal yang terjadi pada saat pendaratan hasil tangkapan. Menurut Haiyar pada musim penangkapan ikan, antrian kapal di PPP Lampulo bisa mencapai 3-4 jam melewati batas waktu pendaratan hasil tangkapan untuk pelaksanaan pelelangan ikan; biasanya dilakukan dari pukul 05:00-09:00 WIB. Adanya dua fungsi kegiatan; yaitu pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut pada satu dermaga diatas, semakin memperjelas alasan terjadinya kepadatan aktifitas dan antrian kapal di dermaga tersebut. Kedua hal diatas mengindikasikan diperlukan pengembangan fasilitas pokok antara lain, dermaga pendaratan hasil tangkapan dan dermaga pemuatan bahan kebutuhan melaut di PPP Lampulo. Tujuan dari penelitian ini: (1) Mengetahui pendapat nelayan mengenai fasilitas pokok dan keadaan PPP Lampulo saat ini (2) Menentukan kebutuhan dermaga, dan kolam pelabuhan, untuk saat ini dan kebutuhan 15 tahun kedepan (3) Menentukan strategi pengembangan pelabuhan yang berkaitan dengan pengembangan fasilitas pokok pelabuhan yaitu; dermaga dan kolam pelabuhan untuk 15 tahun kedepan. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Analisis kebutuhan fasilitas pokok PPP Lampulo untuk saat ini dan 15 tahun kedepan menggunakan: data statistik perikanan PPP Lampulo, serta pengukuran dan pengamatan langsung terhadap objek penelitian di PPP Lampulo. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif, meliputi perhitungan proyeksi volume produksi hasil tangkapan, pertumbuhan kapal, panjang dermaga, luas kolam, dan kedalaman kolam yang dibutuhkan untuk 15 tahun mendatang. Analisis dilakukan secara deskriptif kepada nelayan terhadap pendapat mereka akan fasilitas pokok yang tersedia di PPP Lampulo saat ini seperti kecukupan panjang dermaga, fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan dan bahan kebutuhan melaut. Analisis deskriptif juga dilakukan terhadap arah pengembangan PPP Lampulo mengunakan analisis Strengths Weakness Opportunity and Thread (SWOT). Saran arahan strategi yang dapat disimpulkan yaitu; pengembangan fasilitas PPP Lampulo, pengembangan pelayanan PPP lampulo, dan pengembangan kebijakan usaha ke arah pelabuhan industri.
Hasil penelitian menunjukan nelayan PPP Lampulo menginginkan penambahan perbaikan fasilitas pokok seperti ukuran dermaga dan kedalaman kolam PPP Lampulo, nelayan juga membutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang dan kelengkapan pelabuhan lainnya untuk menjaga kualitas hasil tangkapan dan efisiensi waktu pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut. Pemberdayaan nelayan buruh perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan buruh. Berdasarkan proyeksi produksi hasil tangkapan dan proyeksi jumlah kapal yang meningkat, maka perlu dilakukan penambahan ukuran dermaga dan kedalaman kolam yang dibutuhkan untuk jangka panjang 15 tahun mendatang. Perlu adanya penambahan ukuran dermaga pendaratan menjadi 831 m dan dermaga pemuatan 638 m, juga diperlukan penambahan luas kolam pelabuhan menjadi 224.582 m2 dan kedalaman kolam -4 m. Strategi pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo bersifat progresif artinya PPP Lampulo dalam kondisi prima dan mantap, sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Peluang pengembangan sangat besar dan pesat. Strategi pengembangan difokuskan kedalam tiga aspek yaitu; fasilitas, pelayanan, dan kebijakan pengelola PPP Lampulo dan pemerintah Aceh. Kata Kunci: fasilitas pokok, pengembangan, pelabuhan perikanan, Lampulo.
SUMMARY FAUZI SYAHPUTRA. Main Facility Development Analysis of Lampulo Coastal Fishing Port Banda Aceh. Supervised by ANWAR BEY PANE, ERNANI LUBIS and BUDHI HASCARYO The Lampulo Coastal Fishing Port is one of the greatest fishing port in Banda Aceh which contributed highly towards the capture fishery sector in Aceh. This fishing port was located in North Sumatra where its potential fishing ground lies between the Melaka Strait and Indian Ocean. In this water, tuna and skipjack fishery are highly potential to be exploited, this evidence was shown by the escalating tuna and skipjack production result approximately 17,3% or 6.823,158 ton in 2012 compared to the year 2010 which resulted 5.638,270 ton. The fishing vessel number in Lampulo fishing port increased significantly since 2010. Starting from 241 units and increased up to 307 units in 2012 (DKP Aceh, 2012). Observation was conducted on August-September 2012. From this observation it showed that the Lampulo fishing port condition was not feasible in managing the vessels that were on unloading their fish capture result.Haiyar stated, during the fishing season, the fishing vessel queue in Lampulo fishing port could take 3-4 hours long, this exceed the determined fish landing time. Therefore some fishermen could not attend the fish auction which was held at 05.00-09.00 AM. This crowded activity explains why the long queue occurred. Usually, there were two activities that were done by the fishermen in the port. First, the activity in loading the sailing supplies to the boat and second, the unloading of fish capture result when the boat arrived. Those activities indicated why the development of main facility in the Lampulo fishing port should be addressed. The objective of this research were: (1) To find out the fisherman’s opinion towards the present main facility and Lampulo fishing port (2) To determine the pier and port pool requirements from the present time until the next 15 years. (3) To decide the appropriate port development strategy for the present time and the next 15 yearsthat related with the main facility development i.e. Piers and port pool. Case study analysis method has been used in this research. Meanwhile the requirement analysis for the main facility in Lampulo fishing port was using the Lampulo fishing port statistic data, measurement and direct observation towards the research object in Lampulo fishing port has been used in this research as well. Data analysis result was done by descriptive and quantitative way, including the calculation of catch production volume forecast, fishing vessel number increasement, pier length, pond width and depth which are necessary for the next 15 years. Other analysis about fishermen’s opinion about the current facilities in Lampulo fishing port (e.g., pier length, supporting facilities in the fish landing area, and fishing venture needs) was done descriptively. This descriptive analysis was also used to explain the Lampulo fishing port development by using the SWOT. This strategy direction resulted several conclusions (e.g., Lampulo fishing port facilities development and business policy development for the industrial port. This research shows that fishermen in Lampulo fishing port were requesting for the main facility maintenance and development in the Lampulo fishing port (e.g., pier length and pond depth). Other requests that were asked by the fishermen in Lampulo fishing port are the supporting facilities and other port equipments to maintain the fish quality and time
efficiency for the fish landing and provision loading activities. Furthermore, empowering the fisherman labor needs to be addressed in order to raise their welfare. According to the catch result and fishing vessel number escalation forecast, it is necessary to project the pier length and pond depth adjustment for the next 15 years need. The pier length needs to be lengthened up to 831 m and the loading pier up to 638 m. The Lampulo fishing port pier area should also be extended up to 224.582 m2. For exception the pond depth should be -4 m. The Lampulo Coastal Fishing Port Development tend to be progressively. This means that the Lampulo Coastal Fishing Port condition is in perfect condition. Therefore it is possible to expanding, developing and upgrading the port maximally. The development opportunity is feasible and fast. The development strategy can be focused into three aspects: facility, service and theLampulo Coastal Fishing Port administrator policy along with the Aceh government.
Keywords: Main facility, development, fishing port.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
ANALISIS PENGEMBANGAN FASILITAS POKOK PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH
FAUZI SYAHPUTRA
tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Teknologi perikanan tangkap
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
Dosen Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Iin Solihin, SPi, MSi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah Analisis Pengembangan Fasilitas Pokok Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Banda Aceh. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA, Dr Ir Ernani Lubis, DEA dan Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar MSi selaku pembimbing tesis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada staf-staf dari UPTD PPP Lampulo Banda Aceh, yang telah banyak membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, Almarhum Ayahanda tercinta, Ibunda tersayang yang selalu memberikan semangat hingga saat ini serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayang yang diberikan sehingga penulis mampu mencapai titik ini. Terima kasih pula untuk civitas Pasca Sarjana PSP serta sahabat-sahabat terbaik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2015
Fauzi Syahputra
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Jakarta Timur pada tanggal 22 Januari 1987 dari Ayahanda Alm Affiansyah, S E dan Ibunda Srimugiarti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri Kota Baru IX Bekasi dan pada tahun 2002 penulis lulus dari SLTP Marthia Bhakti Bekasi, selanjutnya pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 10 Bekasi dan diterima di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh pada tahun 2006 melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) yang terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan pada Jurusan Ilmu Kelautan. Penulis berhasil memperoleh gelar Sarjana Kelautan pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 berkesempatan melanjutkan pendidikan Program Magister (S-2) pada Mayor Teknologi Perikanan Tangkap, Minor Sistem Pemodelan Perikanan Tangkap, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan biaya sendiri. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengembangan Fasilitas Pokok Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Banda Aceh“.Penelitian yang dilakukan oleh penulis tersebut dibimbing oleh Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA, Dr Ir Ernani Lubis, DEA dan Dr Ir Budhi Hascaryo, M Si. Penulis membuat sebuah jurnal yang di terbitkan oleh Marine Fisheries pada edisi bulan Mei 2015 dengan judul “Analisis Kebutuhan Fasilitas Pokok Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo 15 Tahun Mendatang”. Penulisan jurnal tersebut dibimbing oleh Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA, Dr Ir Ernani Lubis, DEA dan Dr Ir Budhi Hascaryo, M Si.
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Kerangka Pemikiran Hasil Penelitian Terkait yang Telah Dilakukan 2 WAKTU DAN TEMPAT Lokasi dan Waktu Penelitian 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Geografis dan Topografis Volume dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan Unit penangkapan ikan dan Armada Musim pendaratan dan daerah penangkapan ikan (DPI) Nelayan dan pelaku aktivitas di PPP Lampulo 4 PENDAPAT NELAYAN TERHADAP FASILITAS POKOK PPP LAMPULO Pendahuluan Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Pembahasan 5 KEBUTUHAN DERMAGA DAN KOLAM PELABUHAN SAAT INI DAN 15 TAHUN KEDEPAN Pendahuluan Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Pembahasan 6 STRATEGI PENGEMBANGAN PPP LAMPULO BANDA ACEH Pendahuluan Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Pembahasan 8 KESIMPULAN DAN SARAN 9 DAFTAR PUSTAKA
1 1 3 3 3 3 4 4 6 7 7 8 12 14 14 16 16 17 18 23 26 26 27 30 35 39 38 38 41 50 56 57
DAFTAR TABEL 1 Volume Produksi dan persentase pertumbuhan bulanan per jenis ikan dominan didaratkan di PPP Lampulo tahun 2012 2 Nilai produksi bulanan per jenis ikan dominan didaratkan di PPP Lampulo tahun 2012 3 Volume Produksi hasil tangkapan didaratkan di PPP Lampulo menurut jenis unit penangkapan tahun 2012 4 Nilai produksi bulanan ikan didaratkan di PPP menurut jenis unit unit penangkapan tahun 2012 5 Jumlah armada kapal motor menurut kategori ukuran di PPP Lampulo tahun 2005-2012 6 Kriteria jawaban responden 7 Proyeksi produksi hasil tangkapan didaratkan di PPP Lampulo tahun 2015-2029 8 Proyeksi jumlah armada penangkapan di PPP Lampulo 2015-2029 9 Hasil perhitungan kebutuhan ukuran panjang dermaga dan kolam pelabuhan PPP Lampulo saat ini tahun 2014 10 Hasil proyeksi ukuran dermaga dan kolam PPP Lampulo 2015-2029 11 Perkembangan statistik harga ikan per/kg tahun 2009-2012 12 Matrix IFAS pengembangan fasilitas pokok PPP Lampulo 13 Matrix EFAS pengembangan fasilitas pokok PPP Lampulo 14 Matrix SWOT pengembangan fasilitas pokok PPP Lampulo
9 10 11 12 13 17 31 33 34 35 44 46 46 49
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kerangka Penelitian Peta Lokasi Penelitian di PPP Lampulo Banda Aceh Peta wilayah Aceh Grafik perkembangan produksi bulanan per jenis ikan dominan didaratkan di PPP Lampulo tahun 2012 Perkembangan jumlah armada kapal motor berdasarkan kategori ukuran di PPP Lampulo tahun 2012-2015 Kegiatan pendaratan hasil tangkapan yang tinggi di dermaga PPP Lampulo tahun 2013 Antrian kapal saat pemuatan bahan kebutuhan melaut di dermaga PPP Lampulo tahun 2013 Peletakan ikan pari di dermaga yang kondisinya kotor tahun 2013 Ikan cakalang dalam keranjang tanpa diberi es di dermaga PPP Lampulo tahun 2013 Pendapat nelayan terhadap kecukupan ukuran dermaga PPP Lampulo Pendapat nelayan terhadap kondisi dermaga PPP Lampulo Pendapat nelayan terhadap kelengkapan fasilitas pokok PPP Lampulo Pendapat nelayan terhadap kedalaman kolam pelabuhan PPP Lampulo Pendapat nelayan terhadap kecukupan tenaga kerja pendaratan hasil tangkapan dan bahan kebutuhan melaut PPP Lampulo Grafik persamaan regresi produksi hasil tangkapan 2005-2012 Grafik persamaan regresi armada kapal penangkapan ikan 2005-2012 Diagram angka konsumsi ikan Aceh dibandingkan nasional tahun 2010-2012 Pengaturan sistem antrian kapal
4 6 7 8 13 18 19 19 19 20 20 20 20 20 30 32 43 54
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.
Tabel perhitungan panjang dermaga dan kolam pelabuhan Tabel teknik analisis skoring PHA Gambar layout PPP Lampulo Foto penelitian
63 67 71 71
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan perikanan merupakan basis kegiatan yang memiliki hubungan erat terhadap keberhasilan kegiatan penangkapan ikan. Hal ini dikarenakan pelabuhan perikanan melakukan kegiatan persiapan penangkapan ikan bahkan kegiatan-kegiatan pasca operasi penangkapan ikan seperti pendaratan, pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan. Selain itu keterkaitan antar kegiatan tersebut tentunya cukup erat, sehingga apabila salah satu kegiatan mengalami kendala atau hambatan akan berdampak terhadap kegiatan lainnya. Pelabuhan perikanan memiliki fungsi utama antara lain sebagai tempat bertambatnya kapal penangkap ikan yang akan melakukan kegiatan pendaratan hasil tangkapan dan kegiatan pemuatan bahan kebutuhan melaut. Fungsi pelabuhan perikanan akan terlaksana dengan baik apabila dilengkapi dengan fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang, juga yang utama adalah fasilitas pokok seperti dermaga. Dermaga di pelabuhan perikanan terdiri dari dua macam yaitu dermaga pendaratan hasil tangkapan dan dermaga pemuatan bahkan kebutuhan melaut. Kapasitas dermaga pelabuhan perikanan adalah terkait dengan jumlah dan waktu kapal yang akan mendaratkan hasil tangkapan atau memuat bahkan kebutuhan melaut agar tidak terjadi antrian. Dermaga pelabuhan perikanan perlu dikembangkan apabila kapasitasnya telah terlampaui dengan menambah ukurannya agar tidak terjadi antrian. Ukuran panjang dan jumlah kapal mempengaruhi penentuan panjang dermaga. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh (2012), pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo memiliki lahan seluas 3 ha, panjang dermaga saat ini 178 m, kedalaman kolam minus 4 m, lebar kolam 80 m dan panjang alur pelayaran 1500 m. Panjang dermaga PPP Lampulo hanya dapat melayani 6-7 kapal berukuran 40-50 GT, 7-9 kapal berukuran 20-30 GT, 12-17 kapal untuk ukuran 5-19 GT pada waktu bersamaan. Jumlah kapal yang memiliki home base di wilayah Banda Aceh adalah sebanyak 307 kapal motor. Dengan demikian, mengacu pada Permen Kelautan Dan Perikanan Tangkap Kepelabuhan Dan Perikanan No 08 Tahun 2012, maka pelabuhan ini adalah benar termasuk kelas 3. Dermaga PPP Lampulo digunakan sebagai dermaga pendaratan hasil tangkapan dan sekaligus pemuatan bahan kebutuhan melaut;belum dilaksanakan pemisahan dermaga pendaratan dan kebutuhan melaut. Pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut di PPP Lampulo dilakukan pada satu dermaga yang sama. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo adalah salah satu pelabuhan perikanan besar dan memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap sektor perikanan tangkap di Aceh; yang diperlihatkan oleh produksi hasil tangkapan yang tidak dapat diabaikan, hal ini terlihat dari peningkatan produksi tuna dan cakalang yang dihasilkan yaitu sebesar 17,3% atau 6.823,158 ton pada tahun 2012 dibandingkan dengan produksi tahun 2010 yaitu sebesar 5.638,270 ton. Lokasi PPP Lampulo berada di Utara Pulau Sumatera dan memiliki daerah penangkapan ikan (fishing ground) di Selat Malaka dan Samudera Hindia. Perairan ini memiliki potensi ikan pelagis besar seperti tuna dan cakalang yang
2 cukup potensial untuk dieksploitasi. Pengamatan awal oleh peneliti di bulan Agustus-September tahun 2012, memperlihatkan bahwa aktivitas pendaratan sangat padat dan kondisi dermaga terlihat belum mencukupi untuk melayani kapal-kapal yang melakukan pendaratan hasil tangkapan. Jumlah kapal di PPP lampulo meningkat, pada tahun 2010 sebanyak 241 unit dan meningkat menjadi 307 unit pada tahun 2012 (DKP Aceh, 2012). Hal ini terlihat adanya antrian kapal yang terjadi pada saat pendaratan hasil tangkapan. Menurut Haiyar yang bertugas sebagai kepala pelabuhan pada musim penangkapan ikan, antrian kapal di PPP Lampulo minimal mencapai 3-4 jam melewati batas waktu normal pendaratan hasil tangkapan untuk pelaksanaan pelelangan ikan; biasanya dilakukan dari pukul 05:00-09:00 WIB. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Martunis (2014) yang menyatakan bahwa waktu periode padatnya pendaratan hasil tangkapan pada musim sedang terjadi pada pukul 05:00-12:00. Sebagian dari kapal-kapal tersebut harus menunda melakukan pendaratan hasil tangkapan hingga sore hari. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ukuran dermaga sudah tidak sebanding dengan peningkatan volume produksi dan jumlah kapal ikan. Aktifitas pendaratan hasil tangkapan masih dilakukan secara tradisional yaitu oleh tenaga buruh dermaga pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan kebutuhan melaut yang tidak tetap jumlahnya. Adanya dua fungsi kegiatan; yaitu pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut pada satu dermaga diatas, semakin memperjelas alasan terjadinya kepadatan aktifitas dan antrian kapal di dermaga tersebut. Kedua hal diatas mengindikasikan diperlukan pengembangan fasilitas pokok antara lain, dermaga pendaratan hasil tangkapan dan dermaga pemuatan bahan kebutuhan melaut di PPP Lampulo. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, mengacu pada PER.08/MEN/2012 tentang Pelabuhan Perikanan, maka PPP Lampulo termasuk kelas 3 atau Pelabuhan Perikanan Pantai dengan rata-rata aktivitas pendaratan hasil tangkapan 5 ton/per hari. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan rata-rata per hari PPP Lampulo pada tahun 2012 mencapai 23 ton, oleh karena itu perlunya dilakukan pengkajian mengenai pengembangan fasilitas pokok PPP Lampulo sebagai fondasi utama dalam pengembangan PPP Lampulo Banda Aceh. Fasilitas dermaga dan kolam PPP Lampulo dikaji dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, agar dapat mengikuti laju pertumbuhan kapal yang semakin meningkat dan untuk mengantisipasi kebutuhan pada saat ini dan masa yang mendatang. Penelitian sebelumnya juga mengatakan perlu melakukan pengembangan fasilitas-fasilitas di PPP Lampulo salah satunya adalah fasilitas pokok pelabuhan (Kandi, 2005). Pemerintah Aceh terus berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan melalui sektor perikanan. Oleh karena itu, Pemerintah Aceh melakukan pengembangan sektor perikanan, melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, antara lain dengan melakukan pengembangan pelabuhan perikanan. Dalam pengembangan pelabuhan diatas, juga kiranya perlu dilakukan pengkajian strategi yang berkaitan dengan potensi pelabuhan diantaranya kekuatan dan kelemahan pelabuhan untuk menentukan alternatif strategi yang akan digunakan untuk pengembangan pelabuhan.
.
3 Gambaran-gambaran yang telah dikemukakan di atas kiranya mendasari perlunya penelitian analisis pengembangan fasilitas pokok di PPP Lampulo, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh nelayan saat ini berkaitan dengan adanya antrian kapal, dan biaya operasional penangkapan yang terus bertambah. Permasalahan Penelitian Permasalahan pada penelitian ini adalah belum diketahuinya: (1) Berapa kebutuhan dermaga dan kolam pelabuhan untuk saat ini dan 15 tahun ke depan (2) Apa strategi pengembangan pelabuhan yang berkaitan dengan pengembangan fasilitas pokok pelabuhan yaitu; dermaga dan kolam pelabuhan untuk saat ini dan 15 tahun kedepan. Tujuan Penelitan Tujuan dari penelitian ini: (1) Mengetahui pendapat nelayan mengenai fasilitas pokok dan keadaan PPP Lampulo saat ini (2) Menentukan kebutuhan dermaga, dan kolam pelabuhan, untuk saat ini dan kebutuhan 15 tahun kedepan (3) Menentukan strategi pengembangan pelabuhan yang berkaitan dengan pengembangan fasilitas pokok pelabuhan yaitu; dermaga dan kolam pelabuhan untuk 15 tahun kedepan. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat (1) sebagai bahan pertimbangan bagi pemeritah untuk mengembangkan fasilitas pokok PPP Lampulo (2) sebagai informasi bagi yang memerlukan untuk pengembangan dermaga dan kolam sebagai bahan acuan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Fasilitas pokok adalah fasilitas utama yang diperlukan dalam kegiatan suatu pelabuhan. Fasilitas-fasilitas pokok yang terdapat di pelabuhan perikanan atau di pangkalan pendaratan ikan umumnya terdiri dari: (1) Dermaga, merupakan suatu bagian bangunan pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat labuh dan atau bertambatnya kapal, melakukan pendaratan hasil tangkapan, pemuatan bahan kebutuhan melaut dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut. (2) Kolam pelabuhan, merupakan daerah perairan suatu pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga. (3) Pemecah gelombang (breakwater) adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi untuk melindungi pantai atau daerah di sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut. Pada penelitian ini fasilitas pokok yang menjadi topik utama untuk dianalisis hanya dua yaitu fasilitas dermaga dan kolam pelabuhan Fasilitas breakwater tidak termasuk dalam topik penelitian. Hal ini dikarenakan lokasi PPP Lampulo yang berada di muara sungai, sehingga tidak memiliki breakwater.
4 Analisis pada fasilitas dermaga yang dilakukan adalah mengukur kapasitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut dermaga untuk saat ini dan kebutuhan 15 tahun kedepan. Kolam pelabuhan dianalisis menurut kecukupan kedalaman dan luas kolam untuk dilalui oleh kapal penangkap ikan ikan yang beroperasi di PPP Lampulo.
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian digambarkan sebagai-berikut : • • •
PPP Lampulo memiliki DPI pelagis besar yang potensial PPP Lampulo memiliki produksi HT yang besar Sangat padatnya aktifitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut serta meningkatnya jumlah kapal sehingga menimbulkan antrian
1. Analisis deskriptif terhadap pendapat nelayan 2. Analisis proyeksi dan kebutuhan fasilitas pokok (dermaga dan kolam pelabuhan) 3. Analisis SWOT penentuan strategi pengembangan pelabuhan
1) Pendapat nelayan terhadap fasilitas pokok 2) Pengembangan fasilitas (dermaga dan kolam pelabuhan 3) Strategi pengembangan fasilitas dermaga, kolam dan aktivitas pelayanan Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian analisis pengembangan fasilitas pokok pelabuhan perikanan PPP Lampulo Banda Aceh, tahun 2014 Hasil Penelitian Terkait yang Telah Dilakukan Penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis antrian kapal di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Banda Aceh menjadi bahan masukan dalam penelitian ini. Martunis (2014) melakukan penelitian mengenai identifikasi antrian kapal yang mendaratkan hasil tangkapan di PPP Lampulo, mengidentifikasi tingkat utilitas sistem atau tingkat kegunaan fasilitas pelayanan bongkar muat hasil tangkapan, dan mengidentifikasi waktu tunggu kapal dalam antrian di PPP Lampulo. Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus baku model antrian diperoleh bahwa laju kedatangan kapal yang melakukan pendaratan .
5 hasil tangkapan adalah 14 kapal/hari dan laju waktu pelayanan yaitu 16 kapal/hari. Hasil perhitungan juga menunjukkan nilai utilitas dari sistem mencapai optimum. Sinaga et al (2013) meneliti mengenai optimalisasi tingkat pemanfaatan fasilitas pokok dan fungsional di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) dalam menunjang kegiatan penangkapan ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas-fasilitas yang ada di PPSNZJ memiliki kondisi fisik yang masih baik dan masih layak pakai, dengan tingkat pemanfaatan alur pelayaran 87%, luas kolam pelabuhan 96%, dermaga 110% dan TPI 129%. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa fasilitas pokok dan fungsional keseluruhan belum termanfaatkan secara optimal. Berdasarkan analisis SWOT didapatkan hasil penerapan strategi S-O (Strength-opportunity) yang artinya strategi dalam penerapannya menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan suatu peluang. Pada tahun 2013 Nurdyana et al, 2013 meneliti mengenai strategi peningkatan pemanfaatan fasilitas dasar dan fungsional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari Kota Tegal. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pemanfaatan fasilitas lahan PPP Tegalsari 81,6 %, alur pelayaran 40,3 %, luas kolam pelabuhan 17,1 %, kedalaman kolam pelabuhan 68,7 %, dermaga 166,9 %, TPI 75,2 %, dan area parkir 44,3 %. Strategi peningkatan pemanfaatan dapat dilakukan antara lain melakukan pembangunan PPP secara agresif, dengan segera menambah fasilitas pokok, fungsional dan penunjang yang belum terpenuhi; penambahan jumlah armada kapal penangkap ikan, agar produksi ikan dapat dioptimalkan; peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan dan pemberdayaan nelayan dan bakul, pengembangkan kerjasama dengan industri pengolahan ikan; dan penambahan jumlah alat tangkap yang ramah lingkungan yang sesuai dengan target penangkapan ikan ekonomis penting. Yahya et al (2013) meneliti mengenai tingkat pemanfaatan fasilitas pokok dan fungsional serta strategi peningkatan produksi dipelabuhan perikanan pantai Tegalsari kota Tegal Jawa Tengah. Strategi peningkatan produksi dapat dilakukan antara lain: optimalisasi fasilitas pelabuhan yang berguna dalam peningkatan produksi perikanan, meningkatkan hasil jenis dan nilai produksi usaha penangkapan ikan untuk peningkatan produksi, pemeliharaan dan pengembangan fasilitas Pelabuhan Perikanan dan penambahan jumlah alat tangkap yang ramah lingkungan yang sesuai dengan target penangkapan ikan ekonomis penting. Kandi (2005) melakukan penelitian tentang analisis pengelolaan pelabuhan perikanan pantai di desa Lampulo Kecamatan Kuta Alam Provinsi Nangroe Aceh Darusalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi SDI yang masih berpeluang dimanfaatkan khususnya di perairan pantai adalah 21,4% dan di perairan Samudera Hindia sebesar 42.1%. Perairan Selat Malaka telah mengalami over fishing dengan tingkat pemanfaatan mencapai 141.0%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa PPP Lampulo masih dapat dikembangkan. Hal ini disebabkan aktivitas pendaratan HT, pemuatan bahan kebutuhan, melaut, pemasaran dan pendistribusian HT di PPP Lampulo mengalami peningkatan. Latief (2003) meneliti mengenai fasilitas pelabuhan laut di pelabuhan Tanjung Priok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan kapal di pelabuhan Tanjung Priok sudah mengalami keterlambatan, terjadi antrian kapal dan waktu tunggu kapal yang melampaui waktu yang dipersyaratkan, kapasitas dermaga tidak mencukupi lagi sehingga perlu adanya penambahan dermaga.
6
2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Lokasi penelitian bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Propinsi Aceh. Daerah kecamatan ini merupakan pusat aktivitas perikanan tangkap terbesar di Aceh, dan berada dekat pusat Kota Banda Aceh. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari sampai dengan Mei 2014. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian di PPP Lampulo Banda Aceh, Tahun 2013 (Sumber dari peta google ; diolah kembali )
.
7
3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITAN Geografis dan Topografis Aceh memiliki lokasi strategis yang terletak diantara Samudera Hindia dan Selat Malaka serta berinteraksi dengan wilayah, Semenanjung Malaka, Kepulauan Andaman dan Nicobar. Posisi tersebut membuat wilayah ini memiliki potensi kekayaan laut yang besar dan beranekaragam (DKP Aceh 2011). Dengan demikian Kota Banda Aceh sebagai ibukota dan pusat pemerintahan Provinsi Aceh memiliki potensi besar untuk meningkatkan perekonomian daerah melalui bidang perikanan tangkap. Letak geografis Kota Banda Aceh adalah 05016’15” - 05036’16” LU dan 95016’15” - 95022’35” BT; dengan batas-batas wilayah Kota Banda Aceh sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar, Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar, Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia (Gambar 3 ; BPS Aceh 2013).
Gambar 3 Peta wilayah Aceh, Tahun 2013 (Sumber dari peta google; diolah kembali ) Selanjutnya BPS Aceh menyebutkan bahwa Kota Banda Aceh memiliki topografi daerah landai yang beriklim panas dengan suhu udara sekitar 26,80C dan tekanan udara berkisar antara 1.008 atm sampai 1.011,3 atm. Kecepatan angin bertiup antara 4,3 m/s sampai dengan 5,4 m/s. Kota Banda Aceh merupakan daerah yang rentan terkena banjir dari luapan sungai Krueng Aceh. Perairan laut Aceh memiliki salinitas 31-34 ppt menjadikan perairan laut di wilayah ini cukup potensial dalam pengembangan perikanan tangkap khususnya di Kota Banda Aceh.
8 Kota Banda Aceh memiliki wilayah seluas 61,36 km2 yang terdiri dari 9 kecamatan, 20 kelurahan, dan 70 desa. Kecamatan yang berada di Kota Banda Aceh adalah Kecamatan Meuraxa, Jaya Baru, Banda Raya, Baiturrahman, Lueng Bata, Kuta Alam, Kuta Raja, Syiah Kuala, dan Ulee Kareng. Namun, Kecamatan yang memiliki wilayah pantai hanya 2 yaitu Kecamatan Kuta Alam dan Syiah Kuala yang masing-masing memiliki luas wilayah sebesar 10,05 km2 dan 14,24 km2 (BPS Aceh 2013). Kota Banda Aceh memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup baik, Hal ini dikarenakan perairan Aceh memiliki komoditi atau hasil tangkapan yang termasuk dalam komoditi ekonomis penting seperti tuna, tongkol, cakalang, kembung dan bawal (DKP, 2011). Situasi keamanan daerah Aceh yang semakin kondusif membuat pengembangan usaha perikanan tangkap khususnya di Kota Banda Aceh semakin membaik. Jumlah komoditi ekspor ikan tuna dan tongkol di Kota Banda Aceh akan dapat meningkatkan pendapatan daerah dan menarik investor untuk menanamkan modalnya di sektor perikanan. a) Volume dan nilai produksi hasil tangkapan Terdapat beberapa kelompok jenis ikan yang didaratkan di PPP Lampulo diantaranya kelompok pelagis kecil, pelagis besar, dan demersal. Jumlah produksi bulanan dan tahunan berubah-ubah bergantung pada musim ikan, jumlah armada penangkapan yang melakukan operasi penangkapan dan jumlah tripnya. Jumlah produksi ikan di PPP Lampulo mencapai 6.823,158 ton. Jenis ikan hasil tangkapan didaratkan selama 8 tahun terakhir (2005-2012) didominasi oleh jenis ikan; cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol Euthynnus affinis), layang (Decapterus russelli), dan tuna (Thunnus sp). Jenis ikan yang memiliki volume produksi tertinggi pada periode tersebut adalah cakalang. Pada Tahun 2012, volume produksi cakalang mencapai 2.928 ton atau 42,8%, kemudian tongkol dengan jumlah produksi 1.243 ton atau 18,1%, layang sebesar 1.247 ton atau 19,5%, sedangkan produksi yang paling sedikit adalah produksi tuna dengan jumlah produksi sebesar 769 ton atau 10,4% (UPTD PPP Lampulo, 2012 ; Tabel 1). Berikut disajikan volume produksi per jenis ikan dominan yang didaratkan di PPP Lampulo setiap bulannya pada tahun 2012
.
9 Tabel 1 Volume produksi dan persentase pertumbuhan bulanan jenis-jenis ikan dominan didaratkan di PPP Lampulo tahun 2012 Cakalang
Tongkol
Tuna
Layang
Lainya
Bulan VP Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des ∑ (ton) ratarata %
P
VP
P
VP
P
VP
P
VP
P
Jumlah (ton)
(%)
212
-
78
-
16
-
102
-
48
-
456
-
153
27,8
60
-23
33
106
82
-24
58
17
386
-18
213
28,2
87
31
40
18
107
23
62
6
509
24
235
9,4
151
42
67
40
112
4
45
-38
610
17
188
-20,0
97
-56
51
-24
79
-42
62
27
477
-28
247
23,9
194
100
32
-37
106
25
46
-35
625
24
126
-96,0
115
-41
23
-28
61
-74
57
19
382
-64
214
69,8
96
-17
12
-48
44
-39
58
2
424
10
289
26,0
169
76
98
717
93
53
68
15
717
41
371
22,1
45
-276
170
42
120
23
63
-8
769
7
396
6,7
154
71
129
-32
98
-22
76
17
853
10
272
-45,6
107
-44
98
-32
95
-3
43
-77
615
-39
2928
-
1243
-
769
-
1247
-
686
-
6823
-
-
-0,3
-
-12
-
66
-
-7
-
-5
-
-2
Sumber : UPTD Lampulo (2013) Keterangan : VP = volume produksi (ton) P = Persen pertumbuhan (%) Volume produksi ikan cakalang dan ikan tuna di PPPL mengalami satu kali puncak musim pendaratan hasil tangkapan yang terjadi pada bulan Oktober. Puncak musim pendaratan hasil tangkapan ikan tongkol terjadi pada bulan Juni dan September, sedangkan produksi ikan layang mengalami puncak musim pendaratan hasil tangkapan pada bulan Maret, Mei, dan Oktober (Gambar 4). Jumlah produksi ikan bulanan yang didaratkan di PPP Lampulo adalah rata-rata 569 ton per bulan atau rata-rata 23 ton per hari. Secara keseluruhan adanya dua kali peningkatan hasil tangkapan yang didaratkan dalam satu tahun yaitu; pada bulan April sampai dengan Mei dan Oktober (Gambar 4).
Volume produksi (ton)
10 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Cakalang Tongkol Tuna Layang Lainya
Gambar 4 Grafik perkembangan produksi bulanan jenis-jenis ikan dominan didaratkan di PPP Lampulo tahun 2012 Nilai produksi ikan hasil tangkapan dipengaruhi selain oleh kualitas ikan yang di daratkan juga oleh jenis ikan. Semakin baik kualitas ikan yang dijual,maka semakin tinggi harga ikan; jenis-jenis ikan benilai ekonomis tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi; demikian pula sebaliknya untuk jenisjenis ikan ekonomis rendah. Jenis ikan bernilai ekonomis tinggi di PPP Lampulo terdiri dari tuna, tongkol, cakalang, dan layang (UPTD PPP Lampulo, 2012). Nilai produksi ikan hasil tangkapan terbesar berasal dari hasil tangkapan cakalang dengan nilai rata-rata per bulan sebesar Rp. 4.099.532,314, kemudian tongkol Rp. 1.986.331,435, tuna sebesar Rp. 1.592.250,000 dan yang paling sedikit adalah ikan layang sebesar Rp 1.197.294,167 per bulan. Lihat (Tabel 2) Berdasarkan nilai ekonomisnya, maka tuna memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi dengan rata-rata nilai sebesar Rp. 24.527,599 per kg, kemudian tongkol Rp.19.176,168 per kg, cakalang Rp 16.801,362 per kg dan yang paling kecil adalah ikan layang Rp 11.521,676 per kg. Tabel 2
Nilai produksi bulanan jenis-jenis ikan dominan didaratkan Lampulo tahun 2012 Nilai Produksi (Rp 106) Bulan Cakalang Tongkol Tuna Layang Lainya Januari 3.989 1.435 842 1.409 763 Februari 4.337 1.650 945 1.243 575 Maret 2.805 2.225 900 1.738 837 April 1.551 1.585 1.105 846 638 Mei 1.843 2.782 943 996 679 Juni 3.352 3.977 816 1.396 807 Juli 2.541 2.125 483 559 612 Agustus 2.805 2.188 417 667 762 September 5.122 1.123 3.410 1.396 1056 Oktober 3.968 882 3.825 1.464 1152 November 4.424 1.989 3.313 1.294 1035 Desember 2.764 1.872 2.107 1.357 784 Jumlah (Rp) 39.502 23.835 19.107 14.367 9.692 Sumber: UPTD PPP Lampulo (2012) .
di PPP Jumlah (Rp 106) 8.438 8.750 8.505 5.724 7.243 10.348 6.320 6.839 12.107 11.291 12.055 8.884 106.505
11 Berikut disajikan volume produksi hasil tangkapan didaratkan di PPP Lampulo menurut jenis unit penangkapan tahun 2012 Tabel 3 Volume Produksi hasil tangkapan didaratkan di PPP Lampulo menurut jenis unit penangkapan tahun 2012 Volume Produksi (ton) Bulan Jumlah Pancing Ulur Rawai Purse seine Januari 453 3 .... 456 Februari 377 7 3 386 Maret 496 11 2 509 April 590 19 1 610 Mei 465 12 .... 477 Juni 601 23 1 625 Juli 353 28 1 382 Agustus 396 27 1 424 September 678 39 .... 717 Oktober 705 64 .... 769 November 797 54 2 853 Desember 585 28 2 615 Jumlah 6.496 314 13 6.823 Percent (%) 95 % 4% 1% 100% Sumber: UPTD PPP Lampulo (2012) Pada tahun 2012, volume produksi hasil tangkapan terbesar berasal dari unit penangkapan purse seine sebesar 6.496 ton atau 95% dari keseluruhan jumlah produksi hasil tangkapan, sisanya 5% merupakan hasil tangkapan unit penangkapan pancing ulur (314 ton atau 4%) dan rawai (13 ton atau 1%) (Tabel 3). Volume produksi terbesar diperoleh dari pendaratan hasil tangkapan purse seine, hal ini dikarenakan selain jumlah unit penangkapan purse seine lebih banyak dari pada unit penangkapan lainnya, Juga sebagai konsekuensi logis bahwa purse seine merupakan unit penangkapan aktif, sedangkan rawai dan pancing ulur adalah unit penangkapan pasif. Hasil tangkapan bulanan unit penangkapan purse seine tertinggi terjadi pada bulan Oktober – November. Dilihat dari keseluruhan jenis unit tangkapan pada tahun 2012 terlihat bahwa pada bulan September – November merupakan puncak pendaratan hasil tangkapan (Tabel 3). Pendaratan hasil tangkapan terbesar pada tahun 2012 didaratkan dari unit penangkapan purse seine yang terjadi pada bulan Oktober –November tersebut sebesar 797 ton, kemudian untuk ketiga jenis unit penangkapan juga terjadi pada bulan November sebesar 853 ton. Produksi hasil tangkapan PPP Lampulo tahun 2012 berjumlah 6.823 ton yang terdiri dari jenis ikan dominan cakalang, tongkol, layang, dan tuna. Rata-rata produksi unit penangkapan purse seine adalah 21,7 ton/hari, sedangkan unit penangkapan pancing ulur sebesar 1,05 ton/hari dan unit penangkapan rawai sebesar 0.04 ton/hari.
12 Tabel 4 Nilai produksi bulanan ikan didaratkan di PPP Lampulo menurut jenis unit penangkapan tahun 2012 Pancing Ulur Rawai Purse seine Jumlah Bulan 6 (Rp 106) (Rp 10 ) .... Januari 8.418 65 8.483 22 Februari 8.808 153 8.983 17 Maret 8.187 272 8.476 9 April 5.438 448 5.896 .... Mei 7.071 302 7.372 9 Juni 9.786 553 10.349 12 Juli 5.832 673 6.517 8 Agustus 6.199 679 6.887 ..... September 10.903 956 11.859 9.353 1.594 ..... Oktober 10.947 10.330 1.476 22 November 11.827 8.189 701 18 Desember 8.909 98.515 7.873 116, Jumlah 106.505 Sumber: UPTD PPP Lampulo (2012) Sebagaimana volume produksi, nilai produksi tertinggi juga terdapat pada unit penangkapan yang mewakili 92,5 % dan keseluruhan nilai produksi HT didaratkan di PPPL. Jumlah nilai produksi HT didaratkan di PPPL tahun 2012 adalah Rp.98.515,588 nilai produksi bulanan purse seine terjadi pada bulan September, pancing ulur terjadi di bulan Oktober, sedangkan pada rawai terjadi pada bulan Febuari dan November. Nilai produksi bulanan tertinggi untuk keseluruhan jenis unit penangkapan pada tahun 2012 terjadi pada bulan September dan November. (Tabel 4) b) Unit penangkapan ikan dan Armada Jenis unit penangkapan purse seine, pancing ulur, dan rawai merupakan jenis alat tangkap yang dominan berpangkalan di PPP Lampulo. Jumlah unit penangkapan purse seine pada tahun tersebut mencapai 66,4% sedangkan pancing ulur 18%, dan pancing rawai 15,6% dari jumlah keseluruhan unit penangkapan yang mencapai 307 unit. Dengan demikian jenis unit penangkapan yang paling dominan dan berkembang pesat di PPP Lampulo adalah purse seine. Alat tangkap purse seine dan pancing ulur sudah lama digunakan sejak lama sebelum tahun 2005. Alat tangkap pancing rawai baru mulai digunakan sejak tahun 2009, hingga saat ini jumlahnya belum terlalu banyak namun terus mengalami peningkatan tiap tahunnya Armada penangkapan ikan yang terdapat di PPP Lampulo terdiri dari jenis kapal motor (KM) dan perahu motor tempel (PMT), namun yang paling dominan adalah jenis kapal motor. Ukuran kapal motor bervariasi antara 5 GT sampai 60 GT. Seluruh armada di PPP Lampulo tahun 2012 berjumlah 313 unit, terdiri dari 307 unit KM (98%) dan 6 unit PMT (2%) (Tabel 5) .
.
13 Tabel 5 Jumlah armada kapal motor menurut kategori ukuran GT di PPP Lampulo tahun 2005-2012 Jumlah kapal (unit)
Jumlah kapal menurut ukuran GT (unit) Tahun <5
5-10
10-20
20-30
30-50
50-60
2005
27
0
18
25
21
-
91
2006
39
21
18
31
21
-
130 130
2007
39
21
18
31
21
-
2008
39
23
18
37
25
-
2009
31
30
22
37
29
5
2010
31
88
31
43
39
9
2011
50
82
46
53
40
10
71
60
24
142 154 241 281 2012 30 82 40 Sumber: UPTD PPP Lampulo (2012)
307
Jumlah Kapal
Jumlah kapal motor di PPP Lampulo yang menggunakan jasa pelabuhan untuk melakukan kegiatan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut pada tahun 2012 rata-rata sebanyak 14-15 unit kapal/ hari dengan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Lampulo mencapai 22-23 ton/hari. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2005
2006
2007
< 5 GT 20-30 GT
2008
2009
Tahun
2010
2011
5-10 GT
10-20 GT
30-50 GT
50-60 GT
2012
Gambar 5 Perkembangan jumlah armada kapal motor berdasarkan kategori ukuran di PPP Lampulo tahun 2005-2012 Sumber: UPTD PPP Lampulo (2012)
14 Selama kurun waktu tahun 2005-2012 ukuran kapal motor paling dominan dan berkembang pesat di PPP Lampulo adalah kapal yang memiliki ukuran 5-10 GT. Tahun 2012 jumlah kapal yang berukuran 5-10 GT sebesar 26,7% dari jumlah keseluruhan ukuran kapal yang mencapai 307 unit (Gambar 5). c) Musim pendaratan dan daerah penangkapan ikan (DPI) Provinsi Aceh mengalami 2 (dua) musim yaitu musim kemarau yang berlangsung dari bulan April sampai September dan musim penghujan dari bulan Oktober sampai Maret. Keadaan ini selalu bergeser setiap tahunnya. Musim ini dikenal dengan nama Musim Barat (April-September) dan Musim Timur (Oktober-Maret), dan berpengaruh terhadap penangkapan ikan di laut. Musim puncak penangkapan ikan terjadi pada bulan September-November, musim sedang terjadi pada bulan Maret-Agustus, dan musim biasa terjadi pada bulan Desember-Februari. Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 4, tidak terdapat musin panceklik bagi nelayan PPPL yang menggunakan kapal Motor. Musim paceklik diduga terjadi pada nelayan yang menggunakan armada PMT. Daerah penangkapan ikan bagi nelayan yang berbasis di PPP Lampulo adalah di perairan Utara Aceh yaitu di sekitar perairan Sabang dan Meulaboh dengan jarak tempuh sekitar 3-100 mil, dan perairan Samudra Hindia serta Selat Malaka dengan jarak tempuh 15-200 mil. Secara keseluruhan penangkapan ikan dilakukan sepanjang tahun, dengan lama trip harian dan mingguan. Trip penangkapan harian dilakukan selama sehari, yaitu pada malam atau pagi hari, sedangkan trip penangkapan mingguan bisa mencapai lebih dari seminggu melaut. Pencarian daerah penangkapan ikan oleh nelayan Lampulo dilakukan berdasarkan pengalaman melaut yang telah dilakukan sebelumnya secara turun temurun. Pasca tsunami di Aceh tahun 2004 nelayan di Lampulo mendapat bantuan dari Livelihood Service Center yang berada dibawah NGO (Non-government Organization) OISCA dari Jepang, yaitu berupa 2 unit fish finder yang diberikan kepada nelayan secara hibah, sebagai alat bantu dalam mengoperasikan alat tangkap menggunakan kapal berukuran 20-30 GT. Nelayan dapat menemukan daerah penangkapan ikan dengan lebih mudah dan juga dapat memperkirakan jumlah ikan yang menjadi target penangkapan bila menggunakan fish finder. d) Nelayan dan pelaku aktivitas di PPP Lampulo Nelayan di PPP Lampulo dibagi atas beberapa kategori yaitu: 1) Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktunya digunakan untuk bekerja menangkap ikan; 2) Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang pekerjaan utamanya digunakan untuk menangkap ikan. Waktu luangnya digunakan bekerja yang lain; dan 3) Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang memiliki pekerjaan tetap di darat. Waktu luangnya digunakan untuk menangkap ikan di laut hanya sebagai tambahan pendapatan. Pada tahun 2011 jumlah nelayan yang terdapat di PPP Lampulo 1.493 orang yang terdiri atas nelayan penuh sebanyak 1.146 orang atau sebesar 76,8 %, nelayan sambilan utama sebanyak 231 orang atau sebesar 15,4%, dan nelayan sambilan tambahan sebanyak 116 orang atau sebesar 7,7 % (UPTD Lampulo tahun 2013).
.
15 Sebagian besar nelayan atau hampir 80% nelayan di PPP Lampulo termasuk kategori nelayan penuh karena sebagian besar nelayan adalah penduduk yang bertempat tinggal di wilayah sekitar PPP Lampulo sehingga menjadi nelayan adalah pekerjaan yang dipilih sebagai pekerjaan utama. Nelayan yang termasuk nelayan sambilan utama atau sambilan tambahan biasanya mempunyai pekerjaan lain sebagai pengemudi tukang becak atau pedagang ikan eceran. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa latar belakang pendidikan nelayan yang terdapat di PPP Lampulo pada umumnya adalah lulusan SD atau SLTP dimana menjadi nelayan adalah pekerjaan yang biasanya merupakan pekerjaan turunan atau warisan dari orangtua atau keluarga. Jika dibandingkan dengan sebelum peristiwa tsunami, terjadi penurunan jumlah nelayan yang ada di PPP Lampulo, namun tidak terlalu signifikan dikarenakan banyak penduduk pendatang yang berasal dari luar Aceh seperti dari Medan yang bekerja sebagai nelayan di Aceh khususnya di PPP Lampulo. Besaran penurunan jumlah nelayan di PPP Lampulo tidak diketahui dengan pasti disebabkan tidak ada data yang jelas yang memberikan informasi mengenai hal tersebut. Pelaku aktivitas perikanan yang terdapat di PPP Lampulo terdiri dari : a) Tenaga kerja instansi pemerintah (UPTD PP Lampulo, Lab PPMHM, dan Perum PPP Lampulo) b) Tenaga kerja usaha formal (industri, koperasi, asossiasi, perbankan, panglima laot, SPBU), dan c) Tenaga kerja informal (nelayan, pemilik kapal, pedagang, buruh) Dapat dilihat bahwa pada pelaku aktivitas perikanan di PPP Lampulo berasal dari berbagai kalangan dan keluarga mereka merupakan faktor penting dalam penggerak usaha perikanan.
16 4 PENDAPAT NELAYAN TERHADAP FASILITAS POKOK PPP LAMPULO Pendahuluan Nelayan adalah pelaku utama dalam kegiatan usaha perikanan. Nelayan juga merupakan penggerak terjadinya kegiatan usaha perikanan. Pendapat nelayan mengenai kebutuhan fasilitas pokok suatu pelabuhan perikanan sangat penting karena nelayan merupakan pelaku kegiatan yang menggunakan fasilitas pokok pelabuhan. Pendapat nelayan diperlukan selain sebagai indikator terhadap baik atau buruknya fasilitas dan pelayanan yang tersedia di pelabuhan perikanan, juga untuk mengetahui kebutuhan fasilitas pokok yang diinginkan nelaya. Fasilitas pokok yang baik akan menunjang kinerja nelayan, dalam meningkatkan hasil dan kualitas produksi di pelabuhan perikanan. Menurut Lubis (2012) fungsi dan peran pelabuhan perikanan akan berjalan dengan baik apabila dilengkapi dengan berbagai fasilitas, jenis fasilitas yang ada menentukan skala dan tipe pelabuhan yang berkaitan dengan skala usaha perikanannya. Pelabuhan tersebut memiliki fasilitas-fasilitas yang mendukung kinerja dari sebuah pelabuhan. Fasilitas yang dibutukan pada sebuah pelabuhan diantaranya adalah fasilitas pokok (dermaga, kolam, dan breakwater). Saat ini Pemerintah Kota Banda Aceh sedang merencanakan pengembangan fasilitas-fasilitas pelabuhan perikanan terutama fasilitas pokok yang merupakan fasilitas utama pada sebuah pelabuhan dalam rangka mendukung pengembangan perikanan tangkap Kota Banda Aceh; termasuk PPP Lampulo. Namun kebutuhan fasilitas pokok belum dilakukan penelitianya. Fasilitas pokok tersebut berfungsi untuk menjamin kelancaran aktivitas nelayan disuatu pelabuhan. (Lubis, 2012). Pendapat nelayan terhadap kecukupan fasilitas pokok seperti kondisi dan ukuran dermaga, kolam, fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut, jumlah pekerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut, perlu untuk diketahui. Pendapat nelayan menjadi tolak ukur untuk pengembangan fasilitas PPP Lampulo dan oleh pengelola PPP Lampulo sebagai acuan bagi pengelola untuk pengembangan fasilitas pokok yang masih kurang mencukupi. Menurut PER.08/MEN/2012 BAB I ketentuan umum pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat perekonomian daerah dan nasional yang terkait dengan kegiatan perikanan tangkap. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan pelabuhan perikanan di suatu daerah di Indonesia dapat mempengaruhi perkembangan perekonomian daerah dan juga nasional. Pelabuhan perikanan juga memiliki peranan yang sangat penting terhadap pengembangan industri perikanan (Lubis, 2011). Pendapat nelayan mengenai informasi kecukupan fasilitas pokok PPP Lampulo di atas juga penting untuk diperhatikan, dalam upaya pengembangan fasilitas pokok PPP Lampulo dimasa sekarang dan yang akan datang. Melihat potensi perkembangan usaha perikanan dan perekonomian di bidang perikanan yang terus berkembang di Kota Banda Aceh hingga saat ini, maka perlu dilakukan kajian mengenai pendapat nelayan terhadap fasilitas pokok di PPP Lampulo.
.
17 Metodologi Penelitian Alat dan bahan Kuisioner digunakan sebagai alat penelitian untuk mengumpulkan data di lapangan. Bahan dalam penelitian yang digunakan adalah data primer, yang diperoleh melalui hasil pengamatan, hasil wawancara langsung di lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan kuisioner. Data sekunder yang diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo dan dari studi pustaka. Metode Penelitian Metode penelitian atau metode pengambilan data menggunakan metode studi kasus, dengan aspek yang diteliti adalah aspek fasilitas pokok pelabuhan yang dibatasi pada fasilitas dermaga dan kolam pelabuhan. Objek penelitian yang menjadi kajian: (1) kepadatan aktivitas pendaratan HT dan pemuatan bahan kebutuhan melaut (2) pendapat nelayan tentang kecukupan fasilitas pokok (3) kecukupan ukuran dan kondisi dermaga, dan (4) strategi pengembangan Pelabuhan Perikanan Lampulo. Metode pengambilan responden adalah purposive sampling yang dilakukan terhadap 25 nelayan yaitu 7 orang nelayan pemilik, 9 orang nelayan nakoda, dan 9 orang nelayan pekerja. Pendapat nelayan diajukan mengenai kecukupan fasilitas yaitu ukuran dermaga, kondisi dermaga, kecukupan fasilitas dermaga, kedalaman kolam, dan kecukupan tenaga kerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan kebutuhan melaut. Untuk itu kepada nelayan responden diajukan pertanyaan terkait dengan pilihan jawaban seperti; baik, cukup baik, kurang, dan sangat kurang. Pengertian baik, cukup baik, kurang dan sangat kurang, dari jawaban nelayan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 6 kriteria jawaban responden Skor
Baik
4
Cukup baik (Sedang)
3
Kurang
2
Sangat Kurang
1
Fasilitas pokok dermaga dan kolam Kedua nya sudah mencukupi dengan baik. Baru sebagian /Salah satunya sudah mencukupi Keduanya masih kurang Keduanya masih sangat kurang
Kelancaran Aktivitas Pendaratan HT dan pemuatan bahan kebutuhan melaut Melancarkan dengan baik kedua aktivitas. Cukup melancarkan kedua aktivitas Kurang melancarkan aktivitas Menggangu kelancaran aktivitas
Analisis data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriftif kuantitatif, meliputi perhitungan rata-rata persentase simpangan, diagram pie.
18 Hasil Penelitian A. Kepadatan aktivitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan kebutuhan melaut Berdasarkan pengamatan di lapangan, kegiatan aktivitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan kebutuhan melaut di PPP Lampulo terlihat sangat padat. Kunjungan kapal terkait aktivitas pendaratan HT, dan pemuatan perbekalan melaut yang padat dan perdagangan yang ramai aktivitasnya menunjukkan bahwa PPP Lampulo telah menjalankan fungsinya sebagai pelabuhan perikanan dengan cukup baik. Namun aktivitas terlampau padat sehingga berdampak buruk pada sanitasi dan mutu ikan. Pelaku aktivitas perikanan di PPP Lampulo diperkirakan mencapai 1.332 orang per/hari dangan rincian 77 orang pegawai instansi pengelola pelabuhan, 100 orang pegawai sektor formal dan 1.165 orang sektor informal. Peningkatan yang tinggi dari volume produksi hasil tangkapan tahun 20052012 sebesar 3.245 ton atau (96%) dan pertumbuhan kapal motor tahun 20052012 sebesar 216 unit atau (338%), diperkirakan sebagai penyebab utama antrian kapal dan kepadatan aktivitas perdagangan di PPP Lampulo. Ukuran dermaga yang tidak bertambah mengakibatkan pelabuhan tidak mampu untuk melayani pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut secara baik. Selain itu belum adanya pembagian fungsi dermaga antara dermaga pendaratan dan dermaga pemuatan bahan kebutuhan melaut semakin menambah panjang daftar antrian kapal dan mengakibatkan aktivitas di PPP Lampulo semakin padat (Gambar 6) dan (Gambar 7). Besarnya aktivitas dan jumlah pelaku yang melakukan aktivitas di PPP Lampulo, tidak diimbangi dengan fasilitas yang memadai sehingga sanitasi pelabuhan menjadi buruk akibat sampah yang dihasilkan oleh pelaku aktivitas setiap harinya. Selain itu penanganan hasil tangkapan kurang diperhatikan sehingga kualitas ikan menjadi kurang baik. (Gambar 8) dan (Gambar 9)
Gambar 6 Kegiatan pendaratan hasil tangkapan yang tinggi di dermaga PPP Lampulo tahun 2013
.
19
Gambar 7 Antrian kapal saat pemuatan bahan kebutuhan melaut di dermaga pelabuhan PPP Lampulo tahun 2013
Gambar 8 Peletakan ikan pari di dermaga yang kondisinya kotor tahun 2013
Gambar 9 Ikan cakalang dalam keranjang tanpa diberi es di dermaga PPP Lampulo tahun 2013
20
B. Pendapat nelayan terhadap fasilitas pokok dan tenaga kerja terkait Padatnya pelaku aktivitas di PPP Lampulo mengakibatkan fasilitas pokok di PPP Lampulo melebihi kapasitas penggunaannya Pendapat nelayan terhadap fasilitas pokok PPP Lampulo saat ini tahun 2013 dapat dilihat pada (Gambar 10 – Gambar 14). Baik 8% s = 0,7
sangat kurang 16% s = 1,3
kurang 28% s = 2,3
sangat kurang 64% s = 5,3
kurang 48% s=4
Gambar 10 Pendapat nelayan terhadap kecukupan ukuran dermaga PPP Lampulo tahun 2013 sangat kurang 0% kurang 56% s = 4,3
cukup baik 36% s=3
Gambar 11 Pendapat nelayan terhadap kondisi dermaga PPP Lampulo tahun 2013 sangat kurang 12% kurang s =1,3 16% s=1
baik 44% s=4
baik 72% s=6
Gambar 12 Pendapat nelayan terhadap kelengkapan fasilitas pokok PPP Lampulo tahun 2013
Gambar 13 Pendapat nelayan terhadap kedalaman kolam PPP Lampulo tahun 2013 sangat kurang 0%
baik 32% s = 2,6
kurang 68% s = 5,6
Gambar 14 Pendapat nelayan terhadap kecukupan tenaga kerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut PPP Lampulo 2013
.
21
a) Pendapat nelayan terhadap kecukupan ukuran dermaga PPP Lampulo Hasil pengamatan di lapangan terhadap ukuran dermaga menunjukkan bahwa ukuran dermaga di PPP Lampulo belum mencukupi kebutuhan yang ada saat ini, hal ini dapat terlihat pada aktivitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut yang sangat padat sehingga terjadi antrian kapal. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 25 responden, menunjukkan bahwa 64% responden menyatakan ukuran panjang dermaga di PPP Lampulo sangat kurang, 28% responden menyatakan kurang, dan hanya 8% responden yang menyatakan baik (Gambar 10). Hal ini sejalan dengan hasil pengamatan peneliti terhadap kepadatan aktivitas yang sangat padat dan antrian kapal yang terjadi akibat kurangnya panjangnya ukuran dermaga; sebagaimana telah digambarkan diatas. Alasan responden mengatakan bahwa ukuran dermaga PPP Lampulo saat ini masih kurang, karena sangat padat-nya aktivitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut sehingga menimbulkan antrian kapal. b) Pendapat nelayan terhadap kondisi dermaga PPP Lampulo Dermaga, salah salah satu fasilitas pokok pelabuhan, berperan penting dalam proses pemindahan muatan dalam hal ini adalah ikan hasil tangkapan atau bahan kebutuhan melaut nelayan. Kondisi dermaga yang baik, jelas dapat menunjang proses pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut secara baik dan maksimal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi dermaga secara keseluruhan masih layak untuk digunakan akan tetapi pada bagian fender perlu adanya perbaikan karena sebagian besar telah rusak dan diganti hanya dengan menggunakan ban mobil bekas. Selain itu kondisi kebersihan dermaga masih kurang oleh karena itu perlu dilakukan pembersihan secara teratur guna menjaga kebersihan dermaga, sehingga dermaga akan terlihat lebih bersih dan higienis. Hasil wawancara terhadap responden, menunjukkan bahwa 36% responden menyatakan kondisi dermaga di PPP Lampulo cukup baik, 48% responden menyatakan kurang, dan 16% responden yang menyatakan sangat kurang (Gambar 11). dengan demikian 52% responden mengatakan bahwa kondisi dermaga saat ini masih kurang dan sangat kurang terkait dengan kondisi dermaga yang masih kotor. Hasil pendapat ini mengindikasikan bahwa responden atau pengguna pelabuhan belum peduli terhadap kebersihan dermaga, selain itu responden berpendapat perbaikan fender dermaga juga diperlukan. c) Pendapat nelayan terhadap kecukupan fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut PPP Lampulo Fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut merupakan fasilitas yang digunakan untuk mempercepat proses pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut di pelabuhan, agar waktu yang digunakan lebih efisien. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut yang terdapat pada PPP Lampulo hanya ada dua jenis yaitu keranjang ikan dan gerobak dorong, masing-masing berjumlah 193 unit dan 27 unit. Dengan produksi hasil tangkapan yang meningkat setiap tahun-nya sebagian
22 nelayan pemilik merasa fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut masih kurang dan sebagian lainnya tidak dapat digunakan/rusak, sehingga dapat menghambat kinerja dalam pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut. Sebagian pengusaha PPP Lampulo menyiapkan keranjang dan gerobak dorong milik pribadi untuk mempercepat kegiatan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut. Sebanyak 44% responden menyatakan bahwa fasilitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut di PPP Lampulo baik, sedangkan 56% menyatakan kurang, dan tidak ada responden yang menyatakan sangat kurang (Gambar 12). d) Pendapat nelayan terhadap kecukupan kedalaman kolam PPP Lampulo Kolam pelabuhan harus tenang, mempunyai luas dan kedalaman yang cukup, sehingga memungkinkan kapal berlabuh dengan aman dan memudahkan bertambat untuk mendaratkan hasil tangkapan dan memuat bahan kebutuhan melaut. Kedalaman kolam pelabuhan mempengaruhi besar-kecilnya ukuran kapal yang akan bertambat-labuh di pelabuhan tersebut. Kolam PPP Lampulo terletak di daerah dekat muara sungai dengan alur pelayaran sepanjang 1.500m. Pengukuran kedalaman kolam dilakukan dengan menggunakan fish finder dan seutas tali yang telah ditandai dan dikalibrasi menggunakan alat ukur meteran. Diperolah kedalaman kolam pelabuhan Lampulo berkisar antara 3,3 - 4,0 m dengan periode pasang surut sebesar 40 cm. Tingkat kedalaman tersebut sudah mencukupi untuk menampung kapal berukuran 60 GT di PPP Lampulo untuk saat ini. Ukuran kedalaman kolam pelabuhan menjadi indikator berapa ukuran kapal yang dapat masuk ke pelabuhan. Sebanyak 72% responden nelayan menyatakan bahwa kedalaman kolam di PPP Lampulo baik, 16% responden menyatakan kurang, dan hanya 12% yang menyatakan sangat kurang (Gambar 13). Walaupun kedalaman kolam pelabuhan dirasakan mencukupi oleh sebagian besar responden namun dikarenakan PPP Lampulo yang terletak di dekat muara sungai maka perlu dilakukan kontrol kedalaman dan pengerukan kolam pelabuhan secara periodik dan berkelanjutan sehingga kedalaman kolam dapat tetap terjaga sesuai dengan kedalaman kolam yang diperlukan. e) Pendapat nelayan terhadap kecukupan pekerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut PPP Lampulo Pekerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut di PPP Lampulo sebagian besar bekerja sebagai tenaga kerja paruh waktu yang membantu proses pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut tanpa memiliki standard kerja, waktu dan upah. Pengamatan di lapangan memperlihatkan pekerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut masih kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut yang dilakukan di pelabuhan. Hal ini disebabkan jumlahnya tidak tetap dan kualitas pekerja yang belum terampil karena sebagian pekerja masih berstatus pelajar. Waktu untuk mendaratkan hasil tangkapan dan memuat bahan kebutuhan melaut ditentukan oleh jumlah dan keterampilan pekerja. Keterampilan tersebut diperoleh
.
23 berdasarkan pengalaman bukan berdasarkan pelatihan sebagai tenaga kerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut. Sebanyak 68% responden menyatakan bahwa jumlah pekerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut di PPP Lampulo kurang, sedangkan 32% responden menyatakan baik, dan tidak ada responden yang menyatakan sangat kurang (Gambar 14). Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti yang memperlihatkan bahwa pada saat aktivitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut lebih sering bergantung pada jumlah ABK (anak buah kapal) dengan demikian menggunakan tenaga ABK sebagai tenaga kerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut di PPP Lampulo adalah karena lebih disebabkan faktor kurangnya tenaga kerja untuk kegiatan tersebut. Hal yang berbeda bila dibandingkan di pelabuhan perikanan lain seperti di PPS Nizam Zachman Jakarta, proses pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut dilakukan oleh tenaga kerja yang terlatih dengan menggunakan alat-alat untuk memudahkan pendaratan hasil tangkapan dari kapal hingga menuju tempat pelelangan, hal yang sama juga dilakukan pada proses pemuatan bahan kebutuhan melaut. Anak buah kapal hanya bertugas membantu proses penyusunan hasil tangkapan yang akan didaratkan dan memuat bahan kebutuhan melaut yang akan dinaikan ke atas kapal. f) Keterkaitan antara nelayan dan fasilitas pokok di PPP Lampulo Keterkaitan nelayan dan fasilitas pokok dalam aktivitas di pelabuhan perikanan Pantai Lampulo sangatlah erat, artinya adalah nelayan dan fasilitas pokok saling memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan aktivitas pelabuhan. Nelayan merupakan penggerak pada suatu pelabuhan sedangkan fasilitas pokok merupakan penunjang kinerja nelayan, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam kegiatan operasional pelabuhan di perlukan fasilitas pokok yang memadai guna membantu kinerja nelayan agar lebih efektif dan efisien. Pembahasan Nelayan, pedagang, dan pengelola pelabuhan merupakan pelaku utama di PPP Lampulo. Nelayan sebagai motor penggerak utama dalam kegiatan usaha perikanan, sehingga pendapatnya terhadap kecukupan fasilitas pokok di PPP Lampulo merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kegiatan usaha perikanan. Fasilitas pokok PPP Lampulo menunjang kinerja dari nelayan oleh karena itu fasilitas pokok tersebut harus sesuai dengan keinginan nelayan agar nelayan dapat bekerja dengan baik. Fasilitas sangat berperan dalam menunjang aktivitas di pelabuhan perikanan, ketidakcukupan kapasitas dan ukurannya akan menghambat berbagai aktivitas di pelabuhan (Lubis dan Mardiana, 2011). Kebutuhan fasilitas pokok di PPP Lampulo yang menjadi pokok pembahasan adalah: A. Penambahan ukuran dermaga PPP Lampulo Ukuran dermaga yang belum mencukupi mengakibatkan antrian kapal yang mengganggu proses pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut di pelabuhan. Meningkatnya volume produksi hasil tangkapan dan
24 bertambahnya jumlah dan ukuran kapal menjadi alasan penting bagi responden nelayan terhadap kurangnya ukuran dermaga di PPP Lampulo, sehingga perlu dilakukan penambahan ukuran dermaga. Menurut Lubis dan Mardianan (2011) bahwa seiring dengan semakin besarnya pertambahan jumlah dan ukuran kapal perikanan, maka kapal-kapal tersebut memerlukan penambahan ukuran panjang dermaga yang sesuai untuk bersandar. B. Perbaikan kondisi dermaga PPP Lampulo Kondisi dermaga secara keseluruhan masih baik, tidak ada kerusakan yang menggangu aktivitas operasional dermaga pelabuhan. Nelayan yang menyatakan kurang baik, melihat masalah fender dermaga yang sebagian hilang dan rusak sehingga harus diganti namun baru menggunakan ban mobil bekas, perlu menggunakan fender yang sebenarnya. Selain itu sistem sanitasi kebersihan dermaga yang tersumbat juga menjadi perhatian responden nelayan. C. Penambahan fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut PPP Lampulo Fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut yang terdapat di PPP Lampulo berupa keranjang (basket) ikan, terbuat dari kayu sebanyak 193 unit dengan kapasitas per unit 45-55 kg dan gerobak dorong pengangkut ikan 27 unit dengan kapasitas per unit 60-65 kg. Produksi hasil tangkapan yang tinggi mencapai 23 ton per hari, mengakibatkan fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan yang tersedia belum mencukupi, sehingga banyak nelayan pemilik yang membeli sendiri keranjang (basket) ikan untuk memenuhi kebutuhannya untuk memperlancar proses pendaratan hasil tangkapan. Jenis keranjang (basket) yang banyak dipergunakan adalah keranjang (basket) yang terbuat dari kayu dan styrofoam. Jumlah keranjang (basket) dan gerobak dorong pengangkut ikan mengakibatkan proses pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut memerlukan waktu yang lama karena harus menunggu pemakaian yang bergantian. Selain itu kondisi keranjang (basket) yang dipakai secara berkelanjutan tanpa dibersihkan terlebih dahulu, dapat berpengaruh terhadap kualitas ikan yaitu menjadi kurang higienis. Secara umum penggunaan keranjang (basket) dan jenis keranjang (basket) yang digunakan mempengaruhi mutu ikan, sebagaimana juga telah dinyatakan oleh Pane (2008) pada penelitian. Penambahan fasilitas penunjang perlu dilakukan untuk mempercepat proses pendaratan hasil tangkapan, selain itu pemilihan jenis keranjang dan kebersihan keranjang perlu diperhatikan untuk menjaga mutu ikan. Fasilitas penunjang pemuatan kebutuhan melaut yang tersedia saat ini hanyalah 1 unit depo pengisian bahan bakar jenis solar. Pengisian bahan bakar untuk kapal dapat dilakukan saat pendaratan hasil tangkapan telah selesai dilakukan yaitu antara pukul 10:00 WIB sampai dengan 15:00 WIB. Hal ini terjadi karena dermaga pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan kebutuhan melaut dilakukan pada dermaga yang sama. Penyediaan dan pengangkutan es masih terbatas, kebutuhan es yang dibutuhkan per/hari 18,69 ton sedangkan yang tersedia di pelabuhan hanya 2,78 ton, sisa dari kekurangan tersebut diatasi nelayan dengan cara membeli dari luar pelabuhan. Penyediaan dan tempat penyimpanan air bersih yang belum tersedia, kebutuhan air bersih yang dibutuhkan 27,37 ton
.
25 per/hari untuk memenuhi kebutuhan maka nelayan harus membeli air bersih dari mobil-mobil Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Penambahan fasilitas penunjang pemuatan kebutuhan melaut dan pemisahan dermaga perlu dilakukan untuk mempercepat proses pemuatan bahan kebutuhan melaut, selain itu tempat penyediaan dan penyimpanan air bersih juga perlu segera dibangun. D. Pemberdayaan pekerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut PPP Lampulo Pekerja tetap pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut PPP Lampulo tercatat 92 orang. Pekerja lainnya merupakan pekerja sambilan yang bekerja untuk pendapatan tambahan dan sebagian dari pekerja adalah pelajar sekolah. Pekerja sambilan tidak memiliki standar kerja dan upah, terkadang upah yang diberikan berupa pembagian hasil tangkapan. Hal ini yang mengakibatkan pekerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut PPP Lampulo jumlahnya tidak tetap karena tidak adanya standar upah dan jaminan penghasilan untuk pekerja tidak tetap. Jumlah pekerja pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut yang tidak tetap menjadi salah satu alasan lambatnya proses pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut di PPP Lampulo. Pengelola pelabuhan perlu berkoordinasi dengan nelayan pemilik kapal dan pekerja untuk mengatur dan menetapkan standar upah, batas usia pekerja dan penambahan jumlah pekerja tetap yang ada di pelabuhan sehingga masalah lambatnya proses pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan kebutuhan melaut dapat diselesaikan dan membuka lapangan kerja baru di PPP Lampulo. Menurut Maiditama (2012) Pelabuhan merupakan salah satu lahan pekerjaan bagi masyarakat sekitar pelabuhan; berbagai aktivitas di pelabuhan perikanan dapat menyerap banyak tenaga kerja. E. Menjaga kedalaman kolam Kedalaman kolam pelabuhan saat ini barkisar antara 3,3 – 4 m. Nelayan yang memiliki ukuran kapal lebih dari 40 GT mengatakan kedalaman kolam saat ini masih kurang, pernyataan ini disebabkan karena kontur kedalaman yang tidak merata sehingga terkadang pada saat air surut hal ini menjadi masalah bagi kapal berukuran besar. Pihak pengelola pelabuhan mengambil langkah untuk melakukan pengerukan kembali untuk menjaga kedalaman kolam pelabuhan sesuai dengan yang dibutuhkan.
26
5 KEBUTUHAN DERMAGA DAN KOLAM PELABUHAN SAAT INI DAN 15 TAHUN KEDEPAN Pendahuluan Saat ini aktivitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan perbekalan melaut di PPP Lampulo sangat padat. Hal ini akibat dari minimnya ukuran dermaga dan kolam pelabuhan. Kurangnya ukuran dermaga dan kolam pelabuhan menjadikan adanya antrian pada aktivitas pelayanan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan perbekalan melaut. Ukuran dermaga dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran kapal yang bertambat di pelabuhan. Hasil pengamatan terhadap ukuran dermaga di lapangan menunjukkan bahwa ukuran dermaga PPP Lampulo belum mencukupi kebutuhan yang ada pada tahun 2012. Ukuran panjang dermaga yang tersedia adalah 178 m, sedangkan jumlah kapal yang terdaftar di PPP Lampulo mencapai 307 unit dengan kisaran ukuran panjang kapal 20,4 m. Jumlah rata-rata pendaratan kapal 16 unit pada pagi hari, kondisi ini menimbulkan antrian kapal yang mengakibatkan tertundannya proses pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut sehingga merugikan nelayan. Perhitungan dermaga dan kolam pelabuhan yang sesuai dengan kebutuhan saat ini dan 15 tahun kedepan sangat penting dilakukan, untuk mengantisipasi bertambahnya jumlah volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan dan jumlah armada kapal penangkap ikan yang semakin meningkat. Apabila hal ini tidak segera dilakukan maka akan merugikan nelayan dalam hal waktu dan materi. Proyeksi produksi hasil tangkapan dan pertumbuhan jumlah armada kapal penangkap ikan ikan di PPP Lampulo juga perlu dilakukan untuk menentukan sejauh mana kebutuhan fasilitas pelabuhan dimaksud dapat dikembangkan. Dermaga dan kolam pelabuhan merupakan fasilitas pokok pelabuhan yang dapat mendorong fasilitas lainnya untuk dikembangkan, dengan kata lain jika fasilitas pokok berkembang maka fasilitas lainnya akan ikut berkembang dengan sendirinya, oleh karena itu pentingnya dilakukan kajian untuk mengembangkan fasilitas pokok pelabuhan perikanan, hal ini diharapkan dapat mengembangkan fasilitas-fasilitas lainnya sehingga pelabuhan dapat menjalankan fungsi dan perananya dengan baik. Kegiatan-kegiatan di pelabuhan harus pula didukung oleh prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Efisiensi dan efektifitas pelabuhan dapat dilihat dari kecepatan pelayanan suatu pelabuhan dalam menangani kegiatan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut secara cepat. Kapal-kapal melakukan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut, kemudian berangkat lagi tanpa disertai waktu tunggu yang lama untuk sandar pada tambatan dermaga. Fasilitas yang kurang memadai mengakibatkan bertambahnya waktu kapal di dermaga, dengan demikian biaya operasional kapal yang dikeluarkan akan bertambah besar untuk membayar waktu kerja yang tidak produktif. Selain itu kerugian yang didapat akan semakin besar akibat kualitas hasil tangkapan yang semakin menurun (Latif, 2003).
.
27
Metodologi Penelitian Alat dan Bahan Alat penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data adalah; alat pengukur panjang rol meter, tali, fish finder, dan Perangkat lunak statistik dan ms.exel sebagai alat untuk menganalisis. Bahan penelitian yang digunakan dalam menganalisis perhitungan kebutuhan dermaga dan kolam PPP Lampulo saat ini dan 15 tahun kedepan (2015-2029) adalah data produksi hasil tangkapan bulananan dan jumlah armada tahunan di PPP Lampulo, berasal dari statistik perikanan tangkap Aceh dan laporan tahunan UPTD tahun 2005 – 2012. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah studi kasus. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah kebutuhan dermaga dan kolam pelabuhan. Akan dianalisis kebutuhan dermaga dan kolam pelabuhan saat ini dan 15 tahun kedepan. Kebutuhan dermaga dan kolam pelabuhan saat ini dan 15 tahun kedepan dihitung dengan menggunakan data statistik yaitu produksi hasil tangkapan (1), jumlah dan ukuran kapal (2); data hasil pengukuran langsung objek penelitian yaitu panjang dermaga (1), kedalaman kolam (2), panjang kapal (3); data hasil pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu keadaan fasilitas dermaga (1), kolam pelabuhan (2), draft maksimum kapal yang paling besar (3) dan jarak antar kapal saat bertambat di pelabuhan (4). Data hasil wawancara terhadap nelayan dan petugas pelabuhan perikanan digunakan sebagai data pembanding. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus dibawah ini. Perhitungan panjang dermaga dibagi menjadi dua yaitu, dermaga pendaratan hasil tangkapan dan dermaga pemuatan kebutuhan melaut.
28 Panjang dermaga pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan kebutuhan melaut Rumus panjang dermaga pendaratan hasil tangkapan (1) dan Rumus pemuatan kebutuhan melaut (2) dihitung berdasarkan rumus PIANC (1997) Vide Gaythwaite (2004) berikut: L=
𝑛𝑛×𝐿𝐿𝐿𝐿×𝑄𝑄
L=
𝑛𝑛×𝐿𝐿𝐿𝐿×𝑇𝑇𝑇𝑇
𝐷𝐷𝐷𝐷 ×𝑈𝑈×𝑇𝑇 𝐷𝐷𝐷𝐷 ×𝑡𝑡
× 𝑠𝑠 .................................................................................................(1)
× 𝑠𝑠 ................................................................................................(2)
Keterangan: L = Panjang dermaga yang dibutuhkan (m) LOA = Rata-rata panjang kapal (m) LU = Panjang dermaga yang dibutuhkan per kapal (m) = 1,1×LOA Q = Produksi ikan per hari (ton) Dc = Lama fishing trip (hari) T = Waktu diperlukan untuk pendaratan hasil tangkapan per hari (jam/hari) t =Waktu diperlukan untuk bongkar hasil tangkapan per hari (jam/hari) S = Faktor ketidakteraturan (jarak antar kapal) (m) n = Jumlah kapal yang memakai dermaga (unit) U = lama waktu pendaratan hasil tangkapan di dermaga (ton/jam) TS = Waktu rata-rata pemuatan bahan kebutuhan melaut per kapal (produktivitas/jam)
Luas dan kedalaman kolam pelabuhan Penentuan kebutuhan luas dan kedalaman kolam pelabuhan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus yang dipakai oleh Direktorat Jendral Perikanan sebagai berikut Ditjen Perikanan (1981) vide Agussalim (2005): Luas kolam L= Lt+(3×n×l×b) ................................................................................................(3) Keterangan : L = Luas kolam pelabuhan (m2) Lt = Luas untuk memutar kapal (πr2) (m) Lt = 3,14 × Ukuran kapal terpanjang2 3 = Konstanta n = Jumlah kapal maksimum yang berlabuh (unit) l = panjang kapal rata-rata (meter) b = lebar kapal rata-rata (meter)
.
29 Kedalaman kolam pelabuhan D = d +H +S+ C...................................................................................................(4) Keterangan : D = Kedalaman kolam pelabuhan (m) d = Draft kapal terbesar dengan muatan penuh (m) H = Pasang surut kolam pelabuhan (m) S = Tinggi anggukan kapal yang melaju (0,1 sampai 0,3 m) C = Jarak aman dari lunas kapal ke dasar perairan (0,25 – 1 m) Produktifitas dermaga dan ruang lelang Penentuan produktivitas dermaga dan ruang lelang dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Pane, 2013) : 𝑉𝑉𝑉𝑉1
...............................................................................................................(5) PL = ................................................................................................................(6) 𝐿𝐿1
PD =
𝐿𝐿1 𝑉𝑉𝑉𝑉2
Keterangan: PD = produktivitas dermaga (kg/m) PL = produktifitas ruang lelang (kg/m) VP1 = volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan per pendaratan (kg) VP2 = volume produksi hasil tangkapan yang dijual atau lelang per lelang (kg) L1 = Luas dermaga (m2) L2 = Luas lantai ruang lelang (m2)
Kebutuhan dermaga dan kolam pelabuhan 15 tahun kedepan. Perhitungan kebutuhan panjang dermaga, luas dan kedalaman kolam pelabuhan untuk 15 tahun kedepan mengacu pada rumus-rumus (1), (2), (3), (4), dan (5) dengan menggunakan data jumlah kapal, dan jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan. Proyeksi selama 15 tahun merupakan proyeksi jangka panjang yang diambil untuk melihat kemungkinan pengembangan PPP Lampulo. Hasil tangkapan diproyeksi untuk tahun ke 15 tahun proyeksi. Proyeksi pertambahan kapal didapatkan dengan menggunakan software SPSS (Kuncoro, 2011) dan untuk proyeksi produksi hasil tangkapan menggunakan dekomposisi dengan rata-rata bergerak yang pada umumnya mengidentifikasi tiga komponen yaitu kecenderungan (trend), siklik dan faktor musim. Trend/kecenderungan menggambarkan perilaku data dalam jangka panjang yang bersifat fluktuatif, faktor siklus menggambarkan naik turunnya data setiap tahun, sedangkan faktor musim berhubungan dengan fluktuasi periodik yang bersifat konstan. Metode peramalan ini menggunakan model multiplikatif (Gasperz 1996), model persamaannya adalah: Yt = It x Tt x Ct x Et Keterangan: Yt = nilai deret waktu pada periode t It = indeks musiman pada periode t Tt = komponen trend pada periode t Ct = komponen siklik pada periode t Et = komponen galat pada periode t
30 Langkah-langkah penyelesaian model multiplikatif adalah sebagai berikut: 1) Dari data aktual Yt, ditentukan rata-rata bergerak dengan menggunakan data sekunder selama 15 tahun terakhir. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperoleh dugaan dari Tt dan Ct. Mt = Tt x Ct 2) Untuk memperoleh pengaruh musiman (It), dilakukan pembagian fungsi (1) dengan fungsi (2), yaitu: (Yt/Mt) = It x Et Identifikasi pengaruh trend (Tt) yang sesuai dengan data, yaitu data kuadratik 3) Untuk mendapatkan komponen siklik (Ct), persamaan (2) dibagi Tt (Mt/Tt) = Ct 4) Untuk keperluan peramalan, ketiga komponen (It, Tt. Ct) digunakan Ῠ = It x Tt x Ct 5) Rasio antara data aktual (Yt) dengan nilai yang diduga (Ῠt) merupakan pengaruh galat (Et) Et = (Yt/Ῠt) Model multiplikatif yang digunakan untuk peramalan produksi hasil tangkapan menggunakan pendekatan polynomial, dengan pengambilan keputusan persamaan regresi yang digunakan adalah yang memiliki koefisien korelasi terbesar dan error terkecil (Pane, 2013)
Hasil Penelitian
Produksi Hasil Tangkapan (ton)
Persamaan proyeksi produksi hasil tangkapan didaratkan di PPP Lampulo Persamaan regresi yang akan digunakan untuk proyeksi produksi, dibangun dari data bulanan produksi hasil tangkapan PPP Lampulo dalam 8 tahun terakhir 2005-2012. 700
y = -0.012x2 + 4.764x + 23.86 R² = 0.814
600 500 400 300 200 100 0 0
20
40
60
80
100
120
Waktu (Bulan)
Gambar 15 Grafik persamaan regresi produksi hasil tangkapan tahun 2005-2012 Grafik jumlah volume produksi di atas menunjukkan adanya fluktuasi volume produksi setiap bulannya akan tetapi secara keseluruhan perkembangan jumlah volume produksi cenderung meningkat (Gambar 15) .
31 Perhitungan persamaan regresi produksi hasil tangkapan mengasilkan persamaan y= -0,012x24,764x+23,86 {y = proyeksi produksi hasil tangkapan per bulan (ton) ; x = bulan}. Persamaan ini menggambarkan bahwa setiap penambahan x = 1 bulan akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar y = 6,5 ton . Hubungan antar variabel produksi hasil tangkapan (y) ton dan waktu (x) bulan adalah kuat; yang dinyatakan dengan R2 = 0,814. Proyeksi produksi hasil tangkapan PPP Lampulo selama 15 tahun diperoleh dari penerapan persamaan regresi diatas untuk kurun waktu tahun 20152029. Proyeksi produksi hasil tangkapan diatas digunakan untuk menentukan kebutuhan pengembangan fasilitas-fasilitas pelabuhan, dalam hal ini adalah menentukan kebutuhan dan pengembangan fasilitas pokok dermaga dan kolam pelabuhan. Produktivitas dermaga per hari dihitung menggunakan dari rumus produktifitas dermaga yang tercantum pada rumus (5). Tabel 7 Proyeksi produksi hasil tangkapan didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo tahun 2015-2029 Waktu
Dugaan produktivitas Dermaga per Hari (kg/m2)
x = bulan
Tahun
Proyeksi Produksi (ton) y= -0,012x2 +4,764x+23,86
1 2 3 4 5 6
121,122,…..,132 131,132,…..,144 145,146…..,156 156,157…..,168 169,170…..,180 181,182…..,192
2015 2016 2017 2018 2019 2020
6.596 7.537 8.470 9.381 10.254 11.074
31 35 41 44 48 52
7
193,194…..,204
2021
11.828
55
8
205,206…..,216
2022
12.499
59
9
217,218…..,228
2023
13.072
61
10
229,230…..,240
2024
13.534
63
11
241,242…..,252
2025
13.868
65
12
253,254…..,264
2026
14.061
66
13
265,266…..,276
2027
14.096
66
14
277,278…..,288
2028
13.960
65
15
289,290…..,300
2029
13.636
64
No
Proyeksi jumlah volume produksi hasil tangkapan di atas menunjukkan adanya peningkatan volume produksi setiap tahun-nya yang mencapai maksimum pada tahun ke 13 atau tahun 2027 dimana pada tahun 2015 total volume produksi di PPP Lampulo sebesar 6,596 ton, dan meningkat hingga mencapai 14,096 ton pada tahun 2027 atau meningkat 102%. Penurunan proyeksi volume produksi
32 hasil tangkapan diperkirakan terjadi pada tahun 2028-2029 sebesar masingmasing 136 dan 324 ton atau berjumlah 460 ton atau 7,3% dibandingkan dengan volume produksi tahun 2027 (Tabel 7) . Hal ini harus dapat diantisipasi pihak pengelola PPP Lampulo melalui misalnya pengaturan operasional armada penangkapan. Proyeksi produksi hasil tangkapan 2015-2029 diatas memiliki trend yang meningkat dengan asumsi stok ikan yang ada mencukupi, dan kondisi unit penangkapan ikan tetap stabil seperti saat penelitian dilakukan. Persamaan proyeksi jumlah armada kapal penangkap ikan di PPP Lampulo Persamaan regresi yang akan digunakan untuk proyeksi armada kapal penangkap ikan dibangun menggunakan data tahunan armada kapal penangkap ikan PPP Lampulo dalam 8 tahun terakhir 2005-2012.
Jumlah armada Kapal (Unit)
350
y = 31.09x - 62270 R² = 0.904
300 250 200 150 100 50 0 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 16 Grafik persamaan regresi jumlah armada kapal penangkap ikan di tahun 2005-2012 Grafik jumlah kapal di atas menunjukkan ada peningkatan jumlah kapal setiap tahunnya dimana pada tahun 2005 jumlah armada kapal penangkap ikan di PPP Lampulo sebanyak 91 unit kemudian meningkat mencapai 307 unit pada tahun 2012. Perhitungan persamaan regresi armada kapal penangkap ikan mengasilkan persamaan y= 31,09x-62270 (y = proyeksi armada kapal penangkap ikan/unit x = tahun). Persamaan ini menggambarkan bahwa setiap penambahan x = 1 tahun akan meningkatkan armada kapal penangkap ikan sebesar y = 31 unit. Hubungan antar variabel armada kapal penangkap ikan (y) unit dan waktu (x) tahun adalah sangat kuat; yang dinyatakan dengan R2 = 0.904. Proyeksi jumlah armada kapal penangkap ikan di PPP Lampulo selama 15 tahun diperoleh dari penerapan persamaan regresi diatas untuk kurun waktu tahun 2015-2029. Selanjutnya untuk perhitungan sebaran proyeksi armada kapal yang memiliki ukuran GT berbeda. Proyeksi jumlah armada kapal penangkap ikan tersebut (Tabel 8) digunakan untuk menentukan pengembangan fasilitas-fasilitas pokok dermaga dan kolam pelabuhan.
.
33 Tabel 8 Proyeksi jumlah armada penangkapan di PPP Lampulo 2015-2029 Proyeksi jumlah armada (unit) Jumlah Sebaran proyeksi sebaran x= armada Tahun y= 31,09x<5 5-10 10-20 20-30 30-50 50-60 62270 2015
387
39
127
52
77
65
25
2016
418
40
140
56
83
70
28
2017
449
40
153
60
88
75
31
2018
480
41
166
64
94
80
34
2019
511
41
179
69
100
85
37
2020
542
42
192
73
105
90
40
2021
573
42
205
77
111
95
43
2022
604
43
218
81
116
100
46
2023
635
43
231
85
122
106
49
2024
666
44
244
89
127
111
52
2025
698
44
257
93
133
116
55
2026
729
45
270
97
139
121
58
2027
760
45
283
101
144
126
61
2028
791
46
296
105
150
130
64
2029
822
46
309
109
156
135
67
Proyeksi jumlah armada kapal penangkap ikan 2015-2029 menunjukkan adanya peningkatan jumlah armada kapal penangkap ikan setiap tahun-nya dimana pada tahun 2012 jumlah armada kapal penangkap ikan di PPP Lampulo sebanyak 307 unit kemudian meningkat hingga mencapai 822 unit atau 168 % pada tahun 2029. Proyeksi jumlah armada kapal penangkap ikan 2015-2029 memiliki trend yang meningkat dengan asumsi stok ikan yang ada mencukupi. Kebutuhan panjang dermaga dan kolam saat ini Kebutuhan panjang dermaga dan kolam saat ini dihitung dengan menggunakan rumus PIANC dan Ditjen perikanan (Lampiran 1,2,3, dan 4). Hasil perhitungan panjang dermaga diperoleh sebagai berikut (Tabel 9)
34
Tabel 9 Hasil perhitungan kebutuhan ukuran panjang dermaga dan kolam PPP Lampulo saat ini tahun 2014 No
Fasilitas Dermaga pendaratan Dermaga pemuatan Kedalaman kolam pelabuhan Luas kolam pelabuhan
1 2 3 4
Kode
Ukuran saat ini 2014
LE
Kode
Ukuran dibutuhkan Tahun 2014
Selisih
Lk1
362 m
Lk2
259 m
DE
- 4 m DK
-3,8 m
+2m
SE
120.000m2 S K
97.360 m2
+ 22460 m2
178 m
443 m
Keterangan : L E = Panjang dermaga tersedia saat ini (m) D E = Kedalaman kolam pelabuhan saat ini (m) S E = Luas kolam saat ini (m2) Lk1 = Panjang dermaga pendaratan hasil tangkapan yang dibutuhkan (m) Lk2 = Panjang dermaga pemuatan bahan kebutuhan melaut yang dibutuhkan (m) D K = Kedalaman kolam pelabuhan yang dibutuhkan saat ini (m) S K = Luas kolam pelabuhan dibutuhkan saat ini (m2) Hasil perhitungan menunjukkan bahwa perlunya penambahan ukuran panjang terhadap fasilitas dermaga. Saat ini PPP Lampulo hanya memiliki satu dermaga dengan panjang 178 m, yang digunakan sebagai dermaga pendaratan HT dan pemuatan bahan kebutuhan melaut, sedangkan berdasarkan perhitungan dibutuhkan panjang dermaga 621m atau kurang 443m, pembangunan dermaga baru dan penambahan ukuran perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut di PPP Lampulo saat ini. Proyeksi kebutuhan panjang dermaga dan kolam 15 tahun kedepan Proyeksi kebutuhan panjang dermaga dan kedalaman kolam 15 tahun kedepan dihitung menggunakan rumus PIANC dan Ditjen perikanan dengan menggunakan data proyeksi produksi hasil tangkapan dan jumlah kapal 15 tahun mendatang (Lampiran 5 sampai dengan 16). Hasil perhitungan diperlihatkan berikut ini (Tabel 10)
.
35 Tabel 10 Hasil proyeksi ukuran dermaga dan kolam PPP Lampulo tahun 2015 2029 Ukuran dibutuhkan sampai 15 tahun kedepan 5 tahun 10 tahun 15 tahun No Fasilitas Kode kedepan kedepan kedepan tahun tahun 2019 tahun 2024 2029 Dermaga 1 Lkp1 517 m 674 m 831 m pendaratan Dermaga 2 Lkp2 429 m 516 m 638 m pemuatan Luas kolam 139.676 m2 181.993 m2 224.582 m2 3 DK 1 pelabuhan Kedalaman kolam 4 SK 1 -3,8 m -3,8 m -4 m pelabuhan Keterangan : Lkp1 = Panjang dermaga pendaratan hasil tangkapan (HT) yang dibutuhkan 5, 10 dan15 tahun kedepan Lkp2 = Panjang dermaga pemuatan bahan kebutuhan melaut yang dibutuhkan 5, 10 dan15 tahun kedepan D K1 = Kedalaman kolam pelabuhan yang dibutuhkan 5, 10 dan 15 tahun kedepan S K1 = Luas kolam pelabuhan dibutuhkan 5, 10 dan 15 tahun kedepan Hasil perhitungan menunjukkan bahwa perlunya penambahan ukuran panjang dermaga. Saat ini, PPP Lampulo hanya memiliki satu dermaga yang digunakan sebagai dermaga pendaratan HT dan pemuatan bahan kebutuhan melaut. Pembangunan dermaga baru dan penambahan ukuran perlu dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan pelayanan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut di PPP Lampulo 15 tahun yang akan datang.
Pembahasan Proyeksi produksi hasil tangkapan di PPP Lampulo 15 tahun kedepan Hasil tangkapan merupakan salah satu aspek yang paling utama sebagai motor penggerak dan pengembangan aktivitas usaha penangkapan ikan dan perdagangan di PPP Lampulo. Proyeksi hasil tangkapan 15 tahun kedepan dimaksudkan untuk melihat potensi pengembangan fasilitas dermaga dan kolam PPP Lampulo. Namun pengembangan fasilitas pokok secara tidak langsung akan mempengaruhi pengembangan pelabuhan secara umum. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada proyeksi produksi hasil tangkapan 15 tahun kedepan, hal ini ditunjukkan pada Tabel 7 dimana jelas terlihat proyeksi produksi hasil tangkapan meningkat sebesar 102 % yaitu sebesar 14.096 ton pada tahun 2027. Hal ini menggambarkan PPP Lampulo masih berpotensi untuk dikembangkan.
36 Ketersediaan produksi HT di PPP Lampulo diatas adalah sangat penting bagi suatu pelabuhan perikanan. Pane (2010) mengungkapkan bahwa hasil tangkapan merupakan sumber utama adanya aktivitas-aktivitas atau merupakan “daya tarik utama dan awal” untuk kegiatan-kegiatan di PP/PPI. Ketiadaan hasil tangkapan yang didaratkan di PP/PPI membuat ‘mati’-nya suatu PP/PPI, sekurang-kurangnya menjadikan PP/PPI hanya berfungsi minimalis yaitu hanya sebagai penjual atau pelayanan jasa kebutuhan melaut saja. Selanjutnya Lubis (2007), menyatakan bahwa produksi hasil tangkapan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan fasilitas pelabuhan karena produksi hasil tangkapan sebagai salah satu indikator tingkat fungsionalitas suatu pelabuhan perikanan (PP) atau pangkalan pendaratan ikan (PPI). Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan (2011) PPP Lampulo termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 571 dan 572 saat ini perkiraan maksimum potensi lestari (MSY) sumberdaya ikan di WPP 571 diestimasi sebesar 276.100 ton dan WPP 572 sebesar 565.100 ton setiap tahunnya. Saat ini WPP 571 diperkirakan hampir mendekati over fishing oleh karena itu pengembangan perikanan bagi nelayan atau pengusaha penangkapan di PPP Lampulo lebih diarahkan untuk melalukan penangkapan ikan pada WPP 572. Proyeksi jumlah armada kapal penangkap ikan di PPP Lampulo 15 tahun Kapal penangkap ikan memiliki peranan penting dalam penunjang keberhasilan suatu operasi penangkap ikan. Kegiatan operasional yang besar di pelabuhan perikanan mendorong perlu adanya peningkatan dan pengembangan fasilitas-fasilitas di PPP Lampulo salah satunya adalah dermaga dan kolam pelabuhan. Pengembangan fasilitas dermaga dan kolam pelabuhan secara tidak langsung akan mendorong perkembangan PPP Lampulo secara keseluruhan. Menurut Suherman (2011) bahwa jumlah kapal yang berkunjung atau melakukan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut dapat menjadi salah satu indikator besarnya tingkat operasional pelabuhan tersebut. Proyeksi jumlah armada kapal penangkap ikan 15 tahun kedepan dimaksudkan untuk melihat potensi pengembangan fasilitas dermaga dan kolam PPP Lampulo. Hasil penelitian menunjukkan adanya penambahan jumlah kapal yang cukup besar pada hasil proyeksi. Jumlah armada kapal penangkap ikan 15 tahun kedepan meningkat dengan jumlah penambahan kapal rata-rata 31 unit per tahun, hal ini ditunjukan pada (Gambar 16) dimana jelas terlihat proyeksi jumlah total armada kapal penangkap ikan meningkat hingga 176% selama 15 tahun. Hal ini menggambarkan PPP Lampulo perlu untuk dikembangkan untuk mengantisipasi kebutuhan di masa yang akan datang. Peningkatan jumlah kapal mempengaruhi kebutuhan dermaga dan kolam pelabuhan dengan kata lain peningkatan jumlah kapal seharusnya diikuti dengan pertumbuhan ukuran dermaga dan kolam di PPP Lampulo. Lubis dan Mardiana (2011) menyatakan semakin besarnya pertambahan jumlah dan ukuran kapal perikanan, maka kapalkapal tersebut memerlukan penambahan ukuran dermaga dan kolam yang sesuai untuk bersandar.
.
37 Proyeksi kebutuhan ukuran dermaga dan kolam pelabuhan PPP Lampulo 15 tahun kedepan Panjang dermaga pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut yang tersedia saat ini atau tahun 2014 adalah 178 m, sedangkan panjang dermaga pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut yang diperlukan adalah 621 m, dengan rincian panjang dermaga pendaratan hasil tangkapan 362 m dan dermaga pemuatan kebutuhan melaut 259 m, sehingga perlu penambahan dermaga sepanjang 443 m. Kedalaman kolam pelabuhan saat ini mencapai minus 4 m, kedalaman kolam yang dibutuhkan saat ini adalah -3,8 m, maka kedalaman kolam yang ada saat ini sudah mencukupi. Luas kolam pelabuhan saat ini 120.000 m2 , luas kolam yang dibutuhkan saat ini 97.360, maka luas kolam saat ini sudah mencukupi. Pelabuhan Lampulo saat ini hanya memiliki satu dermaga untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut. Penambahan ukuran panjang dermaga dan pembangunan dermaga diperlukan untuk efisiensi waktu tambat-labuh kapal. Proyeksi panjang dermaga pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut yang diperlukan 15 tahun kedepan adalah 1.469 m, dengan rincian panjang dermaga pendaratan hasil tangkapan 831 m dan panjang dermaga pemuatan kebutuhan melaut 638 m. Perlu penambahan dermaga sepanjang 1.291 m. Proyeksi kebutuhan kedalaman kolam yang dibutuhkan 15 tahun kedepan adalah -4 m, maka kedalaman kolam yang ada saat ini sudah mencukupi. Proyeksi luas kolam yang dibutuhkan 15 tahun kedepan adalah 224.582 m2 maka perlu adanya penambahan kolam seluas 104.582 m2. Pelabuhan Lampulo saat ini hanya memiliki satu dermaga yang digunakan sebagai dermaga pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan kebutuhan melaut. Proyeksi peningkatan hasil tangkapan dan jumlah armada kapal (Gambar 16 dan Tabel 8) mendorong adanya penambahan ukuran panjang dermaga dan pembangunan dermaga baru untuk mengantisipasi kebutuhan pelayanan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut serta efisiensi waktu tambat-labuh kapal. Proyeksi produktifitas dermaga pemuatan hasil tangkapan 15 tahun kedepan Hasil proyeksi rata-rata produktivitas dermaga harian selama 15 tahun kedepan menunjukkan peningkatan kepadatan akibat peningkatan proyeksi volume produksi 15 tahun kedepan. Peningkatan kepadatan produktifitas dermaga tersebut dapat menimbulkan resiko kerusakan dermaga akibat melebihi daya tampung yang ada. Produktifitas dermaga dan ruang lelang rata-rata harian PPP Lampulo saat ini atau tahun 2012 dihitung menggunakan rumus Pane (2013) nomor (5) dan (6) sebesar sebesar 31 kg/m2 . Sebagian besar ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Lampulo di pasarkan melalui tempat lelang namun di PPP Lampulo masih banyak ikan yang langsung dijual di dermaga tanpa melalui lelang. Menurut Pane (2013) produksi hasil tangkapan per kali pendaratan yang tidak dilelang atau tidak masuk ruang lelang seperti ikan bagian ABK (anak buah kapal), ikan hasil pancing ABK, dan ikan yang diberikan kepada anak-anak langsung dibawa dari dermaga ke perusahaan pengolahaan ikan.
38 Proyeksi produktifitas dermaga setelah dilakukan penambahan ukuran dermaga untuk 15 tahun kedepan pada tahun ke 5 atau tahun 2019 sebesar 17 kg/m2, tahun ke 10 atau tahun 2024 sebesar 17 kg/m2, dan tahun ke 15 atau tahun 2029 sebesar 14 kg/m2. Adanya penurunan tingkat kepadatan hingga mencapai 55 % jika dibandingkan dengan nilai produktifitas dermaga saat ini yaitu sebesar 31 kg/m2, hal ini diharapkan dapat mengurangi kelebihan daya tampung dermaga.
.
39 6 STRATEGI PENGEMBANGAN PPP LAMPULO BANDA ACEH Pendahuluan Keberhasilan dalam operasional penangkapan ikan tidak terlepas dari dukungan prasarana perikanan yang tersedia, dimana peranan penting prasarana perikanan dapat meningkatkan keterkaitan fungsional antar sub sistem dalam sistem agribisnis perikanan, meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan khususnya desa pantai, menunjang tumbuhnya usaha perikanan skala besar dan skala kecil secara paralel, menunjang terwujudnya sentra produksi perikanan dalam suatu skala ekonomi yang efesien (Lubis, 2002). Pada kenyataannya keberadaan prasarana perikanan yaitu pelabuhan perikanan di Aceh belum menunjukkan peran dan fungsinya yang optimal. Hal ini terlihat dari pelabuhan perikanan yang hampir tidak mampu mendukung kegiatan operasional penangkapan ikan, seperti dermaga dengan panjang 178 m tidak mampu menampung armada penangkapan yang merapat, pabrik es dengan kapasitas 19 ton per hari hanya mampu berproduksi 3 ton per hari dan fasilitas-fasilitas lainya seperti lahan tanah dengan luas 3 ha, bengkel, docking, ketersediaan air bersih dan prasarana fungsional lainnya. Hal ini akibat dari terus berkembangnya usaha perikanan yang ada di Banda Aceh khususnya provinsi Aceh. Kenyataan tersebut mengindikasikan perlunya mengkaji ulang fasilitas pengelolaan prasarana perikanan yang tersedia berikut fasilitasnya, mengkaji faktor pendukung perencanaan pembangunan prasarana perikanan seperti aspek sumberdaya alam yang tersedia, usaha perikanan dan aspek ekonomi dan sosial masyarakat yang menjadi pelaku dalam kegiatan dan pemanfaatan prasarana perikanan tangkap melalui pendekatan sistem. Pendekatan analisis SWOT merupakan cara untuk merumuskan strategi pengembangan PPP Lampulo Banda Aceh yang berkaitan dengan kebutuhan fasilitas dan prasarana untuk masa mendatang. Analisis SWOT merupakan penelitian tentang hubungan antara unsur-unsur internal (kekuatan dan kelemahan) terhadap unsur-unsur eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT digunakan dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menyusun suatu perencanaan yang baik memerlukan dilakukannya penelaahan tentang kondisi dan kenyataan di lapangan untuk mengetahui segala unsur kekuatan maupun kelemahan yang ada. Namun perlu pula diperhatikan unsur peluang atau kesempatan yang ada atau diperkirakan akan timbul kelak serta segala hambatan atau ancaman yang ada atau diperkirakan akan timbul kelak dan mempengaruhi kestabilan kawasan (Amarullah 2007). Pada analisis SWOT ini dibatasi pada pengembangan fasilitas pokok pelabuhan yaitu dermaga dan kolam pelabuhan Metodologi Penelitian Alat dan Bahan Alat penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data adalah kuisioner. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pengelola pelabuhan, pemilik kapal, pengusaha pengolahan ikan dan pengamatan peneliti.
40 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah studi kasus. Penentuan strategi pengembangan yang sesuai di PPP Lampulo Banda Aceh digunakan hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan berkaitan dengan strategi pengembangan PPP Lampulo Banda Aceh. Metode pengambilan responden, dilakukan secara purposive sampling. Jumlah responden adalah 15 orang dengan rincian: 5 orang pengelola pelabuhan, 5 orang pemilik kapal, 5 orang pengusaha pengolahan ikan. Hasil wawancara dan pengamatan berkaitan dengan faktor internal pelabuhan yaitu kekuatan dan kelemahaan, dan faktor eksternal pelabuhan yaitu kelemahan dan ancaman. Komponen-komponen parameter dan indikator faktor internal dan eksternal yang diamati antara lain; 1. Lokasi pelabuhan 8. Konsumsi ikan meningkat 2. Produksi hasil tangkapan 9. Pemanfaatan pelabuhan 3. Aktivitas perikanan 10. Kondisi pelabuhan 4. Armada penangkapan 11. Dukungan pemerintah daerah 5. Fasilitas pokok PPP Lampulo 12. Sumber daya ikan 6. Peralatan penunjang operasional 13. Persaingan antar pelabuhan 7. Kepadatan pendaratan kapal 14. Usaha perikanan Analisis Data Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan atau pembangkit strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti 2006). Menurut Marimin (2004) dan Rangkuti (2006), analisis SWOT mempertimbangkan faktor internal (Internal Factor Evaluation/IFE) yaitu strengths dan weaknesses serta faktor eksternal (External Factor Evaluation/EFE) yaitu opportunities dan threats yang dihadapi dunia usaha, sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi pengembangan. Selanjutnya Rangkuti (2006) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Rencana strategis pengembangan fasilitas pokok pelabuhan perikanan Lampulo, diperoleh dari hasil analisis Strengths, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT). Instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Akan dilakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman yang berkaitan dengan rencana fasilitas pokok di PPP Lampulo. Sebagai hasil analisis, instrumen ini menolong para perencana untuk mengetahui apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan fasilitas pokok PPP Lampulo. Ongge (2008) menyebutkan bahwa analisis dengan matriks SWOT bertujuan untuk mengidentifikasikan alternatif-alternatif strategi yang secara intuitif dirasakan sesuai untuk dilaksanakan. Semua alternatif strategi dikaitkan dengan sasaran yang telah disepakati dan tertulis di dalam matriks SWOT.
.
41 Analisis data menggunakan analisis SWOT untuk mendapatkan strategi pengembangan fasilitas pokok di PPP Lampulo. Analisis SWOT dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1 Mengetahui faktor-faktor SWOT. (1) Faktor Internal : Kekuatan dan kelemahan. (2) Faktor Eksternal : Ancaman dan peluang. 2 Membuat Matrik SWOT. Menentukan strategi Pengembangan fasilitas pokok PPP Lampulo. 1) Strategi Memanfaatkan kekuatan • Pendekatan SO: Langkah pertama yaitu menetapkan terlebih dahulu kekuatan yang diduga paling mungkin digunakan. Perhatian utama pendekatan ini adalah bagaimana merumuskan strategi dengan menggunakan kekuatan yang saat ini dimiliki. Peluang yang akan dimanfaatkan dipilih dari yang paling sesuai dengan kekuatan yang akan digunakan. • Pendekatan ST: Langkah pertama yang dilakukan yaitu menetapkan terlebih dahulu kekuatan yang diduga paling mungkin digunakan. Pendekatan ini berusaha merumuskan strategi dengan acuan awal kekuatan yang dimiliki organisasi. Berdasarkan kekuatan ini kemudian dicari bagaimana cara pemanfaatannya untuk menghindari atau mengurangi ancaman eksternal. 2) Strategi menangani kelemahan • Pendekatan WO: Langkah pertama yaitu menetapkan kelemahan utama yang perlu ditangani. Pendekatan ini bertujuan untuk merumuskan strategi dengan fokus untuk perbaikan-perbaikan internal. Pendekatan ini berusaha mempertanyakan peluang-peluang yang kemungkinan yang bisa lepas karena kelemahan tersebut. • Pendekatan WT: Langkah pertama yaitu menetapkan terlebih dahulu kelemahan utama yang perlu ditangani. Pendekatan ini berusaha untuk merumuskan strategi yang berawal dari perasaan bahwa ada kelemahan yang dirasakan oleh organisasi. Kemudian berpikir seandainya kelemahan ini bisa diatasi, ancaman apa yang bisah dihilangkan. Teknik pembobotan skor pada SWOT menggunakan Proses Hierarki Analitik (PHA) memiliki beberapa prinsip dasar yang harus dipahami, antara lain (Nurani et al, 2002): A. Menyusun hierarki Tidak terdapat aturan baku/khusus dalam menyusun hierarki pada PHA. Hierarki bertujuan untuk dapat memahami persoalan dan menstrukturnya ke dalam bagian-bagian yang menjadi elemen pokoknya dengan cukup rinci untuk pengambilan keputusan yang logis. Menyusun heirarki menggunakan teknik skor dengan skala 1-4 dimana semakin besar nilai skala maka elemen pokok yang di tentukan akan semakin penting pada susunan heirarki. B. Menetapkan prioritas Tujuan dari penetapan prioritas adalah untuk dapat membandingkan tingkat kepentingan dari berbagai pertimbangan yang ada. Terdapat dua langkah dalam
42 menetapkan prioritas yaitu membuat matriks berpasang dan mensintesis berbagai pertimbangan. Penetapan prioritas menggunakan teknik skor dengan skala 1-3 dimana semakin besar nilai skala maka tingkat prioritas semakin besar atau penting. Penyusun heirarki dan menentapkan prioritas akan menghasilkan alternatif strategi hasil dari analisis SWOT. Hasil analisis gambarkan melalui Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Berdasarkan matriks ini, Menurut Marimin (2004) akan terbentuk empat kemungkinan alternatif strategi.
Hasil Penelitian Faktor–faktor internal pengembangan dermaga dan kolam PPP Lampulo Identifikasi faktor internal dan penilaian dilakukan berdasarkan keadaan fasilitas pokok di PPP Lampulo, untuk kemudian diketahui faktor-faktor pendukung yang dapat dijadikan sebagai kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan dermaga dan kolam di PPP Lampulo. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan sebagai berikut: 1) Kekuatan (Strenght): Lokasi PPP Lampulo yang strategis Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo terletak di utara Kota Banda Aceh, dan perairanya mempunyai potensi SDI yang melimpah dan potensial untuk dikembangkan. Kota Banda Aceh merupakan ibu kota provinsi Aceh yang memiliki lokasi strategis dalam pengembangan usaha perikanan. Luas perairan laut provinsi Aceh sekitar 295.370 km² dan terdiri dari perairan kepulauan seluas 56.563 km² dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 238.807 km² dengan panjang garis pantai 1.660 km (BPS Aceh 2011). Secara geografis PPP Lampulo yang terletak di utara Aceh yang pantai utaranya berbatasan dengan Selat Benggala, pantai timurnya berbatasan dengan Selat Malaka dan pantai baratnya berbatasan dengan Samudera Hindia, memiliki potensi sumberdaya ikan yang besar sehingga usaha penangkapan ikan sangat prospektif untuk dikembangkan. Perairan laut Banda Aceh termasuk wilayah pengelolaan perikanan (WPP 571 dan 572). Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan (2011) perkiraan maksimum potensi lestari (MSY) sumberdaya ikan di WPP 571 diestimasi sebesar 276.100 ton dan WPP 572 sebesar 565.100 ton setiap tahunnya. Banyaknya pelaku dan tingginya aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di PPP Lampulo sangat tinggi, Banyak nelayan, pedagang, pengusaha dan pembeli yang melakukan aktivitas di PPP Lampulo. Hal ini mengindikasikan bahwa PPP Lampulo berpotensi untuk lebih dikembangkan. Pelaku aktivitas perikanan di PPP Lampulo diperkirakan mencapai 1.332 orang per hari dangan rincian 77 orang pegawai instansi pengelola pelabuhan, 100 orang pegawai sektor formal dan 1.165 orang sektor informal.
.
43 Peningkatan yang cukup tajam produksi hasil tangkapan Produksi hasil tangkapan PPP Lampulo dalam 8 tahun terakhir 2005-2012 memiliki trend produksi hasil tangkapan yang meningkat cukup tajam, hal ini ditunjukan pada Gambar 15 dengan peningkatan sebesar 91 % periode tahun 2005 -2012, atau rata-rata 13 % setiap tahunya Peningkatan yang tajam jumlah armada dan ukuran kapal penangkap ikan Jumlah armada kapal penangkap ikan ikan di PPP Lampulo periode 20052012 memiliki trend meningkat, dimana laju pertumbuhan 2005-2012 sebesar 237 % selama periode tersebut atau rata-rata 33,8 % setiap tahunya (Gambar 16). Ukuran kapal motor pada periode tahun 2005-2008 berkisar antara 5-50 GT dan pada periode tahun 2009-2012 terlihat adanya peningkatan ukuran kapal menjadi 5 - 60 GT (Tabel 5). 2) Kelemahan (Weknesses): Pemanfaatan dermaga telah melebihi kapasitas Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.08/MEN/2012 tentang Pelabuhan Perikanan, maka PPP Lampulo termasuk palabuhan kelas 3 dengan rata-rata aktivitas pendaratan hasil tangkapan 5 ton per hari. Produksi hasil tangkapan PPP Lampulo tahun 2012 telah mencapai 23 ton hari. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas PPP Lampulo saat ini sudah jauh melebihi kriteria kelas pelabuhan perikanan yang seharusnya, selain itu di pelabuhan perikanan ini belum ada pemisahan antara fungsi dermaga pendaratan hasil tangkapan dan dermaga pemuatan bahan kebutuhan melaut sehingga pemanfaatan dermaga yang ada saat ini digabung kedua fungsinya, dan sudah demikian padat. Sanitasi dermaga dan kolam pelabuhan yang buruk Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kondisi sanitasi di dermaga dan kolam masih tergolong buruk karena banyaknya sampah pada dermaga dan kolam pelabuhan yang berasal dari nelayan, pedagang, dan pembeli. Sampah tersebut antara lain berupa, limbah ikan, limbah kapal, dan plastik Keterbatasan peralatan penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut Peralatan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut yang ada di PPP Lampulo tahun 2012 ada dua jenis yaitu keranjang (basket) dan gerobak dorong dengan jumlah keseluruhan adalah 200 unit. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan pemilik di lapangan dapat diketahui bahwa jumlah keranjang, gerobak dorong, dan timbangan belum mencukupi untuk menampung produksi hasil tangkapan yang rata-rata mencapai 23 ton/hari. Kekurangan peralatan ini diindikasikan juga dengan banyak-nya nelayan yang membeli peralatan sendiri untuk memenuhi kebutuhanya. Selain itu PPP Lampulo belum dilengkapi dengan peralatan pengangkut hasil tangkapan dan bahan kebutuhan melaut seperti crane dan forklift. Menurut Lubis (2012) bahwa crane dan forklift diperlukan apabila hasil tangkapan yang didaratkan sudah banyak untuk efisiensi waktu dan tenaga.
44 Adanya antrian kapal Peningkatan jumlah produksi hasil tangkapan dan jumlah armada kapal tanpa adanya penambahan panjang dermaga telah mengakibatkan adanya antrian kapal. Pengamatan dan wawancara di lapangan juga menunjukkan adanya antrian kapal. Sebagian besar responden menyatakan bahwa terjadi antrian pada saat pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut di PPP Lampulo. Antrian kapal mencapai 3-4 jam melewati batas waktu pendaratan yang biasa dilakukan dari pukul 05:00 – 09:00 WIB. Responden nelayan juga menyatakan ukuran dermaga saat ini belum mencukupi kebutuhan pelayanan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut (Gambar 8 dan Gambar 9) Faktor–faktor external pengembangan dermaga dan kolam PPP Lampulo Faktor eksternal terdiri dari peluang yang harus dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan ancaman merupakan faktor yang harus dihindari dalam pengembangan dermaga dan kolam PPP Lampulo. Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman adalah sebagai berikut: 1) Peluang (Opportunities): Konsumsi ikan masyarakat Aceh meningkat
Gambar 17 Angka konsumsi ikan per kapita Aceh di bandingkan Nasional tahun 2010-2012 Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2013 Angka konsumsi ikan di Provinsi Aceh lebih tinggi dibandingkan angka konsumsi ikan nasional yang mencapai 41,80 kg/kapita, mengalami kenaikan sebesar 2% dibandingkan tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi ikan di Provinsi Aceh sudah cukup baik seiring dengan meningkatnya produksi perikanan. Pertumbuhan penduduk meningkat tajam Ikan dan hasil perikanan lainya merupakan sumber protein hewani penting dan utama bagi penduduk Aceh. Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong permintaan ikan untuk konsumsi penduduk. Pada tahun 2010 tercatat 224.209 jiwa penduduk Aceh, dan meningkat 11,2 % pada tahun 2013 menjadi 249.282 jiwa. (BPS Aceh, 2013). Asmawati dan Nazzamudin (2013) juga menyatakan peningkatan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah permintaan ikan. Selain itu, permintaan ikan memperlihatkan kecenderungan yang terus meningkat, untuk menyesuaikan dengan permintaan yang diinginkan masyarakat. .
45
Permintaan pasar terhadap ikan yang didaratkan belum terpenuhi Berdasarkan hasil wawancara di lapangan kepada pedagang ikan di PPP Lampulo, diketahui bahwa jumlah ikan hasil tangkapan yang didaratkan belum memenuhi pasar atau kebutuhan masyarakat. Hal ini juga diindikasikan dengan tingginya harga ikan di Aceh. Data statistik perikanan Aceh menunjukkan bahwa adanya peningkatan nilai produksi hasil tangkapan per tahun yang didaratkan di PPP Lampulo (Tabel 11). Peningkatan potensi pasar ikan diindikasikan dengan adanya peningkatan indikator harga ikan per kg setiap tahunnya pada statistik perikanan periode 20092014. Tabel 11 Perkembangan statistik harga ikan per/kg tahun 2009-2012 Volume Nilai produksi Indikator Pertumbuhan Tahun Produksi (kg) (Rp) Harga (Rp)/kg (%) 7.819.222 81.825.614.500 2009 10.500 6.083.925 69.997.066.000 2010 11.500 9,5 % 6.827.531 101.939.089.500 2011 14.900 29,5 % 6.823.158 106.504.898.050 2012 15.600 4,6 % Rata-rata 6.888.459 90.066.667.013 13.125 Peningkatan harga ikan periode 2009-2012, dengan pertumbuhan tiap tahun yang selalu positif mengindikasikan potensi pasar dari persepktif peningkatan harga ikan. Menurut Asmawati dan Nazamuddin (2013) permintaan produksi hasil tangkapan di Aceh yang berasal dari WPP 571 dan WPP 572 hanya memenuhi 63,45 persen dari permintaan aktual yang dibutuhkan. Adanya usaha perikanan dan pengolahan ikan segar untuk ekspor Tercatat ada 15 perusahaan yang ada di PPP Lampulo diantaranya sepuluh perusahaan bergerak dalam bidang perdagangan hasil laut untuk masyarakat lokal, tiga perusahaan pengolahan ikan segar dan ekspor yaitu, CV Tuah Bahari, PT Triartika by FAM, dan UD Cahaya Laut. Sisanya perusahaan perbekalan dan docking, (UPTD Lampulo, 2012). Adanya dukungan pemerintah Aceh untuk pengembangan PPP Lampulo Sebagian besar wilayah Aceh dikelilingi oleh laut; pantai utara berbatasan dengan Selat Benggala, pantai timur berbatasan dengan Selat Malaka dan pantai barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Wilayah perairan Aceh menjadi salah satu perhatian yang sangat penting dalam memajukan perekonomian rakyatnya, hal ini disadari oleh pemerintah Provinsi Aceh yang melalui Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh menyatakan bahwa pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan Aceh menjadi suatu agenda penting didalam program pembangunan perikanan laut Aceh (Raihanah, 2012).
46 2) Ancaman (Treaths): Indikasi sumber daya ikan menurun Pada tahun 2012 tercatat jumlah produksi hasil tanggkapan yang didaratkan di PPP Lampulo mencapai 6.823,158 ton. Perairan laut Banda Aceh termasuk wilayah pengelolaan perikanan (WPP 571 dan 572). Menurut KKP (2011) artinya tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di WPP 571 sudah mendekati over fishing sedangkan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan WPP 572 tergolong sedang. Tingkat pemanfaatan sumber daya ikan perlu diperhatikan untuk menjaga penangkapan ikan agar dapat berkelanjutan. Hariati (2011) menyatakan dalam penelitianya bahwa terjadi penurunan catch per unit effort (CPUE) ikan pelagis di wilayah Banda Aceh dalam rentang waktu tahun 20082009 sebesar 11,7 ton atau 39 kg/hari, sehingga diduga stok ikan pelagis di perairan Banda Aceh telah menurun karena telah diupayakan sejak tahun 1970. Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo sebagai pesaing PPP Lampulo Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo dibangun diatas lahan seluas 51 ha, dimulai pada tahun 2007. Pembangunan PPS Lampulo sudah mencapai 85 % meskipun sempat terhenti pada tahun 2012 dan kembali dilanjutkan pada tahun 2013. Administratif PPS Lampulo berada dibawah pengawasan pemerintah pusat dan Provinsi Aceh, sedangkan administratif PPP Lampulo berada dibawah Provinsi Aceh. Dua pelabuhan perikanan yang berdekatan ini membentuk persaingan. Menurut Pane (2015) persaingan memiliki arti positif dan berguna untuk meningkatkan kinerja masing-masing pelabuhan. Persaingan perlu dikelola agar tidak berubah menjadi konflik. Kelas dan fungsi kedua pelabuhan yang berbeda telah diatur oleh pemerintah tidak akan membuat kedua pelabuhan yang bersaing menjadi berkonflik. Oleh karena itu perbedaan PPP dan PPS Lampulo merupakan peluang untuk meningkatkan kinerja yang lebih besar lagi dari PPP Lampulo. Operasional PPP Lampulo perlu lebih di tingkatkan. Sungai mengakibatkan pendangkalan alur pelayaran dan kolam pelabuhan akibat Sedimentasi Letak PPP Lampulo yang berada di daerah muara sungai mengakibatkan pendangkalan pada kolam dan alur pelayaran PPP Lampulo. Menurut Data Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan PPP Lampulo menunjukkan kedalaman kolam di PPP Lampulo mencapai -4 m (PIPP, 2012). Pengukuran di lapangan memperlihatkan, saat ini kedalaman kolam bervariasi antara -3,3 m hingga -4 m. Hasil ini menunjukkan adanya pendangkalan di kolam pelabuhan PPP Lampulo. Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan dermaga dan kolam PPP Lampulo maka dilakukan perhitungan skor terhadap masing-masing unsur SWOT pada kedua faktor tersebut. Perhitungan skor diperoleh berdasarkan analisis Proses Heirarki Analitik (PHA) (Lampiran 2). Tabel 12 dan Tabel 13 berikut ini merupakan hasil perhitungan skor tersebut, dimana hasil tersebut disajikan dalam matriks evaluasi faktor internal (internal strategic factors analysis summary: IFAS) dan matrik evaluasi faktor eksternal (external; strategic factors analysis summary: EFAS) untuk pengembangan fasilitas pokok PPP Lampulo Kota Banda Aceh.
.
47
Tabel 12 Matrik IFAS pengembangan fasilitas pokok PPP Lampulo Unsur SWOT Kekuatan (Strenght) Banyak pelaku dan tingginya aktivitas pendaratan dan pemasaran HT Peningkatan yang cukup tajam produksi hasil tangkapan Lokasi PPP Lampulo yang strategis Peningkatan yang tajam jumlah armada dan ukuran kapal penangkap ikan meningkat Kelemahan (Weknesses) Sanitasi dermaga, kolam dan TPI yang buruk Keterbatasan peralatan penunjang Pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut Pemanfaatan dermaga melebihi kapasitas Adanya antrian kapal Total
Skor
Bobot
Nilai
4
0,203
0,811
4 3
0,166 0,178
0,665 0,533
3
0,088
0,263
2
0,146
0,293
2
0,048
0,097
1 1
0,088 0,083 1
0,088 0,083 1,71
Bobot
Nilai
0,198 0,188
0,793 0,754
0,160
0,480
0,108
0,323
0,095 0,101
0,190 0,203
Tabel 13 Matrik EFAS pengembangan fasilitas pokok PPP Lampulo Unsur SWOT Skor Peluang (Opportunities) Permintaan pasar terhadap ikan hasil tangkapan belum terpenuhi 4 Konsumsi ikan masyarakat Aceh meningkat 4 Dukungan dari pemerintah Aceh untuk pengembangan PPP 3 Lampulo Adanya usaha perikanan dan pengolahan ikan segar untuk ekspor 3 Pertumbuhan jumlah penduduk meningkat tajam Pembangunan PPS Lampulo sebagai pesaing PPP Lampulo Ancaman (Treaths) Indikasi sumber daya ikan menurun Sedimentasi sungai mengakibatkan pendangkalan alur pelayaran dan kolam pelabuhan akibat sedimentasi Total
2 2 2
0,095
0,190
1
0,054
0,054
1
2,49
Faktor-faktor internal menggambarkan kondisi internal PPP Lampulo melalui matriks internal Factor Analysis Summary (IFAS). Matrix IFAS menggambarkan secara kualitatif nilai dari kekuatan dan kelemahan yang ada pada PPP Lampulo. Faktor-faktor eksternal menggambarkan kondisi eksternal PPP Lampulo melalui matriks Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS). Matrik EFAS menggambarkan secara kualitatif nilai dari peluang dan ancaman yang ada pada PPP Lampulo. Analisis aspek internal PPP Lampulo menghasilkan nilai positif sebesar 1,71. Nilai ini menunjukkan faktor internal kekuatan PPP Lampulo dapat mengatasi kelemahan PPP Lampulo dan kondisi eksternal PPP Lampulo menghasilkan nilai sebesar 2.49. Nilai ini menunjukkan faktor eksternal peluang PPP Lampulo dapat mengatasi ancaman PPP Lampulo hal ini dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13. Analisis aspek internal dan eksternal PPP Lampulo bernilai positif, artinya PPP Lampulo sangat berpotensi untuk dikembangkan.
48
Strategi pengembangan dermaga dan kolam Menentukan strategi pengembangan PPP Lampulo yang sesuai dengan keadaan internal dan eksternal dari hasil wawancara pengelola pelabuhan dan pengamatan dilapangan, maka dilakukan analisis melalui matrik SWOT. Dalam matrik SWOT ini, analisis yang dihasilkan merupakan gabungan antara kondisi internal dan eksternal. Strategi yang sesuai dengan kondisi lingkungan baik itu lingkungan internal maupun eksternal. Strategi tersebut mempunyai empat kemungkinan, yaitu: 1. Strategi SO 1. Mengembangkan usaha perikanan di PPP Lampulo (S1,S2,S3,S4,O1,O2,O3,O4,O5) 2. Pengembangan pasar penjualan hasil perikanan (S1,S2,O1,O,2,O5) 3. Optimalisasi pemanfaatan armada penangkapan (S4,O4) 4. Pengelolaan dalam pendistribusian dan pemasaran hasil tangkapan (S1,S2,O1,O5) 2. Strategi ST 1. Optimalisasi pengelolaan fasilitas pelabuhan (S1,S2,S3,S4,T1,T2,T3) 2. Mengatur kegiatan usaha penangkapan (S2,S4,T2) 3. Menambah fasilitas dan meningkatkan kualitas pelayanan pelabuhan (S1,S2,S4,T1) 4. Pengerukan kolam pelabuhan (S4,T3) 3. Strategi WO 1. Membangun dermaga baru dan penambahan fasilitas penunjang Pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut pelabuhan (W2,W3,W4,O3,O4) 2. Mekanisasi fasilitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut (W2,W3,W4,O4) 3. Pengelolaan sanitasi dan kebersihan dermaga dan tempat pelelangan ikan di PPP Lampulo (W1,O1,O2) 4. Strategi WT 1. Pengaturan antrian kapal (W1,W2,W3,T3) 2. Membangun fasilitas pengelolaan limbah pelabuhan (W1,T1) Matrik IFAS merupakan faktor internal yang menunjukkan kekuatan dan kelemahan pengembangan PPP Lampulo memiliki skor sebesar 1,71. Matrik EFAS merupakan analisis faktor eksternal yang menunjukkan peluang dan ancaman pengembangan PPP Lampulo memiliki skor sebesar 2,49 menunjukkan bahwa PPP Lampulo memiliki peluang untuk melakukan pengembangan. Matrik IFAS dan EFAS pada Tabel 12 dan Tabel 13 memiliki posisi internal dan eksternal pengembangan PPP Lampulo pada kuadran I. Pada kuadran SWOT I yang memiliki nilai IFAS positif dan EFAS positif (1,71 dan 2,09).
.
49
Kuadran analisis SWOT
PELUANG
KUADRAN III Strategi Turn-Around
KUADRAN I Strategi Agresif
Strategi SO
Strategi WO KELEMAHAN
KEKUATAN
KUADRAN IV Strategi Defensif
KUADRAN II Strategi Diversifikasi
Strategi WT
Strategi ST ANCAMAN
Gambar 18 Kuadran analisis SWOT Artinya pelabuhan perikanan Lampulo memiliki Kekuatan dan Peluang yang sangat baik untuk pengembangan. Rekomendasi strategis yang diberikan adalah progresif artinya PPP Lampulo dalam kondisi prima dan mantap, sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Penentuan alternatif strategi untuk pengembangan PPP Lampulo di Kota Banda Aceh dapat dilakukan dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh kota tersebut serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Dari hasil analisis IFAS dan EFAS yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan alternatif strategi tersebut, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 13
50
.
51
Pembahasan Analisis strategi pengembangan PPP Lampulo Berdasarkan hasil analisis IFAS dan EFAS yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan alternatif strategi antaralain; 1. Mengembangkan usaha perikanan di PPP Lampulo Pengamatan di lapangan dan hasil wawancara terhadap nelayan memperlihatkan bahwa masih banyak nelayan yang kekurangan modal dan minim pengetahuan keterampilan dalam usahanya, hal ini diindikasikan dengan adanya pinjaman uang terhadap tengkulak, toke kapal, dan pengambilan kredit bank oleh nelayan untuk usaha, akan tetapi sebagian dari nelayan tidak berani mengambil resiko terhadap kredit bank. Pembentukan unit koperasi nelayan oleh pemerintah daerah diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi kurangnya modal kerja pada masayarakat nelayan. Pengetahuan keterampilan terhadap usaha juga terlihat masih kurang, hal ini diindikasikan dari produk hasil olahan yang dihasilkan oleh usaha nelayan yang masih minim variasi produk. Menurut Rahmawati (2008) pengembangan usaha pengolahan ikan kepada nelayan perlu dilakukan dalam upaya menumbuhkan sikap kemandirian dalam diri manusia dan masyarakat nelayan melalui peningkatan peran serta, efisiensi, dan produktivitas rakyat dalam rangka meningkatkan taraf hidup, kecerdasan lahir batin. Jenis usaha yang saat ini telah berjalan dan perlu untuk dikembangkan yaitu; usaha pengolahan ikan industri rumah tangga dan perbaikan kapal. 2. Pengelolaan dalam pemasaran hasil tangkapan Salah satu fungsi dari pelabuhan perikanan adalah sebagai pusat pemasaran dan industri hasil tangkapan sebagaimana hal ini tercantum dalam PER.08/MEN/2012 tentang pelabuhan perikanan. Pemasaran di PPP Lampulo hanya terpusat pada pelabuhan, belum mencapai daerah-daerah. Kurangnya sarana dan prasarana pendistribusian seperti pasar ikan dan moda pengangkut ikan mengakibatkan padat yang berlebihan dan aktivitas pemasaran ikan di lokasi pelabuhan, sehingga secara tidak langsung mengganggu kelancaran operasionalnya, hal ini diindikasikan pada saat pengamatan di lapangan banyak proses transaksi penjualan ikan yang dilakukan di luar area TPI bahkan ada sebagian transaksi jual-beli dilakukan di dermaga pelabuhan. Menurut lubis (2012) proses transaksi pelelangan ikan merupakan suatu aktivitas utama terpenting di pelabuhan perikanan sehingga perlu dikelola secara optimal. Selain itu alur distribusi atau pemasaran juga menyebabkan perbedaan harga di pasar contoh kasus di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan (Nugroho, et al 2013). 3. Optimalisasi armada penangkapan Optimalisasi armada penangkapan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi operasional armada penangkapan dengan cara mengatur armada penangkapan yang beroperasi, dan menghitung biaya yang diperlukan dalam
52 usaha penangkapan sesuai dengan jumlah stok ikan yang ada di wilayah perairan penangkapan, sehingga setiap armada yang melakukan penangkapan mendapat keuntungan yang optimum. Menurut Rizwan et al, (2011) bahwa setiap bidang usaha pada dasarnya ditujukan untuk mendapatkan hasil yang optimal, para nelayan akan selalu berusaha untuk meningkatkan hasil tangkapan dengan tujuan untuk memperbesar pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pencapaian pendapatan maksimum pada usaha perikanan tidak terlepas dari penggunaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan dan tingkat produktivitasnya. Faktor-faktor produksi antara lain (1) ukuran kapal, (2) daya mesin kapal, (3) panjang jaring pukat cincin, (4) tinggi jaring pukat cincin, (5) jumlah awak kapal, (6) BBM, (7) jumlah lampu, (8) jumlah es, (9) air tawar dan (10) perbekalan (Aprila, 2014). 4. Pengembangan pasar penjualan hasil perikanan Pengembangan pasar penjualan dapat dilakukan melalui penjualan hasil olahan produksi ikan kepada masyarakat lokal dan kebutuhan ekspor keluar negeri. Pane (2009) menyatakan penyedian produksi hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan utamanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan ikan, selain itu pengembangan juga dapat dilakukan dengan cara membangun pasar tradisional dan mendistribusikan produksi hasil perikanan ke daerah-daerah terpencil untuk meningkatkan penjualan. Pelabuhan perikanan memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat, dan juga peningkatan perekonomian suatu daerah di indonesia. Dalam PER.08/MEN/2012 BAB I kenentuan umum pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa, pelabuhan perikanan merupakan pusat perekonomian daerah dan nasional yang terkait dengan kegiatan penangkapan ikan. 5. Optimalisasi pengelolaan fasilitas pelabuhan Optimalisasi pengelolaan fasilitas pelabuhan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi. Bila penggunaan fasilitas belum mencapai 100% maka perlu adanya peningkatan penggunaan fasilitas, sedangkan penggunaan fasilitas melebihi 100% maka perlu adanya penambahan fasilitas dan pengaturan aktivitas operasional pelabuhan yang lebih ketat lagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sinaga et al, (2013) menyatakan, optimalisasi pelabuhan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi hasil tangkapan, melalui peningkatan penggunaan fasilitas pelabuhan dan memantapkan peraturan/regulasi mengenai aktivitas operasional fasilitas di pelabuhan. 6. Mengatur kegiatan usaha penangkapan Ikan merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui akan tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama oleh karena itu pengaturan kegiatan usaha penangkapan perlu dilakukan dalam upaya menjaga stok ikan dan keberlanjutan kegiatan penangkapan. Pengaturan kegiatan usaha penangkapan di PPP Lampulo diatur oleh lembaga berikut; Badan Konservasi Daerah (BKSDA), Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi Aceh, dan lembaga adat
.
53 daerah Panglimat Laot. Ketiga lembaga tersebut bekerjasama dalam mengawasi kegiatan usaha penangkapan ikan di Pelabuhan Lampulo. Pengaturan dilakukan dengan cara menentukan seleksi ikan target layak tangkap, daerah penangkapan, alat tangkap yang digunakan, dan hari libur untuk kegiatan usaha penangkapan. Menurut Suhelmi, et al (2013) ikan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan pemanfaatannya harus dilakukan dengan terencana. Pembatasan kegiatan penangkapan harus diterapkan untuk menjaga stok ikan lestari. 7. Menambah fasilitas dan meningkatkan kualitas pelayanan pelabuhan Fasilitas dan kualitas pelayanan di PPP Lampulo masih buruk hal ini diindikasikan dengan terlalu lamanya waktu pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut. Waktu rata-rata pendaratan saat ini adalah 1 jam per 1 ton. Menurut hasil penelitian Sunea (2010) waktu efisien yang dibutuhkan untuk pendaratan hasil tangkapan adalah 25-30 menit per ton. Waktu pendaratan hasil tangkapan yang optimal di pelabuhan adalah 8 jam sehari yang dibagi menjadi dua kali pendaratan yaitu 4 jam pada pagi hari dan 4 jam pada sore hari. Muatan kapal berukuran 50 GT di Pelabuhan Lampulo mencapai 5-6 ton artinya waktu per pendaratan hasil tangkapan yang ada terlalu lama bahkan tidak mencukupi. Lamanya waktu pendaratan ini mengakibatkan mutu ikan menurun hal ini juga sesuai dengan Lubis (2012) menyatakan bahwa ikan merupakan komoditas yang bersifat perishable atau cepat membusuk sehingga perlu dilakukan pembongkaran cepat dan penyeleksian yang cermat dari keterlambatan waktu bongkar mengakibatkan turunnya mutu ikan. Mustika (2005) juga menyatakan kualitas pelayanan yang baik memberikan citra yang baik bagi konsumen, sehingga akan mendatangkan konsumen lainnya. Lubis (2012) menyatakan perlu adanya pengembangan fasilitas dan mekanisasi teknologi untuk penyaluran ikan dari kapal ke tempat pelelangan ikan untuk efektifitas dan efisiensi. 8. Pengerukan kolam akibat sedimentasi Kolam PPP Lampulo yang berada di sungai mengalami pendangkalan akibat adanya sedimentasi yang dibawa oleh arus sungai dari hulu hingga ke muara dekat laut. Sedimentasi tersebut menghambat keluar masuknya kapal. Pengerukan kolam pelabuhan secara berkala merupakan solusi yang dapat digunakan untuk saat ini. Menurut Ronggodigdo (2012) sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengetahui tingkat pendangkalan yang diakibatkan oleh sedimentasi adalah dengan cara melakukan perhitungan transport bahan sedimentasi Pane (2013) juga menyatakan bahwa pengerukan kolam pelabuhan dilakukan berdasarkan kepada tingginya bahan sedimentasi pada kolam pelabuhan, dan setiap pelabuhan memiliki tingkat sedimentasi yang berbeda. Pengerukan pelabuhan di PPP Lampulo dilakukan minimal satu kali dalam satu tahun dan maksimal dua kali dalam satu tahun, hal ini bergantung pada kondisi curah hujan dalam satu tahun, karena semakin besar curah hujan maka transport sedimen yang di bawa dari hulu menuju hilir sungai tempat kolam pelabuhan akan semakin besar.
54
9. Membangun dermaga baru dan Penambahan fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut pelabuhan Pemanfaatan dermaga yang melebihi kapasitas, dan terbatasnya peralatan penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut menyebabkan adanya antrian kapal di PPP Lampulo. Dukungan pemerintah dalam pengembangan PPP Lampulo diharapkan antara lain untuk menambah dermaga baru dan fasiltas penunjang pendaratan ikan. 10. Penggunaan mekanisasi fasilitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut Dermaga yang overcapacity dan keterbatasan fasilitas penunjang yang dapat mengatasi antrian kapal menghendaki adanya mekanisasi untuk pendaratan ikan hasil tangkapan dan pemuatan bahan perbekalan melaut. Mekanisasi fasilitas tersebut menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi antrian kapal. Hal ini merupakan permasalahan teknologi fasilitas dalam pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut; seperti adanya crane dan conveyor akan mempercepat proses pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut hasil tangkapan sehingga waktu dibutuhkan untuk pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan kebutuhan melaut akan menjadi lebih cepat. Perlunya mekanisasi fasilitas ini sesuai dengan Lubis (2012) yang menyatakan bahwa pelabuhan perikanan di Indonesia kiranya masih terbatas sekali dalam hal mekanisasi fasilitasnya, dan tingginya produksi hasil tangkapan ikan mendorong diperlukannya mekanisasi untuk mempercepat pembongkaran, peyortiran, penimbangan sampai pengangkutan. Setiajid dan Buana (2013) menyatakan mekanisasi pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan kebutuhan melaut dapat mempercepat waktu sebesar 35% dari awal pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan kebutuhan melaut secara manual. 11. Pengelolaan sanitasi dan kebersihan dermaga dan tempat pelelangan ikan di PPP Lampulo Pengamatan di lapangan memperlihatkan kurangnya kebersihan di kolam pelabuhan, dermaga dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Sampahsampah dan limbah yang berada di TPI, dermaga dan kolam pelabuhan berasal dari aktivitas pendaratan hasil tangkapan dan pemasaran ikan. Kondisi sanitasi dan kebersihan yang kurang terjaga ini sebagai akibat dan kurangnya kesadaran nelayan dan para pelaku lainya di TPI. Penyuluhan dan pengawasan kepada pengguna pelabuhan perlu dilakukan untuk menjaga sanitasi dan kebersihan yang baik, baik ruangan, fasilitas dan ikan hasil tangkapan yang didaratkan. Pencucian dermaga pendaratan hasil tangkapan dan TPI seharusnya tidak hanya menggunakan air bersih saja, melainkan menambahkan disinfektan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dengan bakteri dan untuk mengurangi bau tak sedap, seperti yang terdapat di pelabuhan-pelabuhan perikanan Perancis (Lubis, 2007).
.
55
12. Pengaturan sistem antrian kapal Timbulnya antrian dalam suatu sistem kerja disebabkan kapasitas pelayanan tidak dapat memenuhi permintaan atau kecepatan kedatangan kapal lebih besar dari kecepatan pelayanan. Pengaturan sistem antrian kapal diperlukan untuk mengontrol antrian agar tertib dan teratur sehingga mudah untuk ditangani.
Gambar 19 Model antrian kapal Model usulan antrian kapal dan penambahan dermaga (Gambar 19) menunjukkan kapal yang masuk mengantri tetapi teratur memanjang kebelakang, kemudian kapal-kapal mulai masuk kedalam pelayanan pendaratan hasil tangkapan menurut waktu kedatangan first in-first out. Setelah selesai mendaratkan hasil tangkapan kemudian kapal melanjutkan ke dermaga pemuatan bahan kebutuhan melaut untuk memuat bahan kebutuhan melaut, kemudian keluar dan kembali melakukan kegiatan penangkapan. Menurut Sugeng dan Sunarso (2003) unit-unit kapal yang memerlukan pelayanan dari suatu sumber input memasuki sistem antrian dan ikut dalam antrian. Dalam waktu tertentu, anggota antrian dipilih untuk dilayani. Pemilihan dilakukan berdasarkan suatu aturan tertentu yang disebut “disiplin pelayanan”. Pelayanan dilakukan dengan suatu mekanisme pelayanan (service mechanism) tertentu. Setelah itu, unit-unit kapal meninggalkan sistem antrian. 13. Membangun fasilitas pengelolaan limbah pelabuhan Padatnya aktivitas PPP Lampulo dan rendahnya kesadaran ber sanitasi yang baik mengakibatkan buruknya sanitasi di pelabuhan ini. Fasilitas sanitasi belum mencukupi seperti tempat sampah, dan sapu, sedangkan cairan disinfektan dan tempat pengolaan limbah masih belum tersedia. Pengelolaan sampah dan limbah yang buruk, seperti saluran pembuangan yang berada di sekitar TPI penuh dengan sampah antara lain bungkus dan puntung rokok, plastik dan potongan-potongan ikan yang menggenang di dalamnya, maka dari itu perlu dibangun fasilitas pengelolaan limbah pelabuhan untuk mengatasi kondisi sanitasi di PPP Lampulo. Dalam IMO (International Maritime Organization) dimandatkan dalam Konvensi MARPOL 73/78, bahwa setiap pelabuhan harus memiliki fasilitas penanganan limbah (Port Reception Facilities) dengan tujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat buangan limbah dari kapal.
56 Menurut Eryanto dan Ahmadi, (2012) jumlah limbah minyak dipengaruhi oleh jumlah kedatangan kapal dan jumlah muatan di kapal. Seluruh strategi diatas dirumuskan atau dirangkum dalam suatu strategi gabungan yaitu: 1. Pengembangan fasilitas di PPP Lampulo antara lain : penambahan dermaga baru; penambahan fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut pelabuhan; mekanisasi fasilitas pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut; pengembangan TPI; pengerukan kolam pelabuhan; dan pembangunan fasilitas pengolaaan limbah. 2. Pengembangan pelayanan di PPP Lampulo antara lain : meningkatkan kualitas pelayanan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut; peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kerja operasional pelabuhan; pengelolahan sistem pelayanan antrian kapal; pengelolaan sistem sanitasi dan kebersihan; efisiensi dan efektifitas pengelolaan fasilitas pelabuhan dan penyediaan moda pendistribusian angkutan darat ikan hasil tangkapan. 3. Pengembangan kebijakan di PPP Lampulo antara lain : pengembangan usaha perikanan berkelanjutan seperti pemasaran hasil tangkapan, dan industri pengolahan ikan hasil tangkapan berbasis masyarakat nelayan; mengatur kegiatan usaha penangkapan; efisiensi dan efektifitas armada penangkapan; pengembangan pasar penjualan hasil perikanan; peningkatan kelas pelabuhan; pemberian modal usaha; membantu mengatur pendistribusian dan pemasaran hasil tangkapan; peningkatan pemasaran dan promosi produk hasil perikanan. Rangkuman Bahasan Penelitian Nelayan PPP Lampulo menginginkan penambahan perbaikan fasilitas pokok seperti ukuran dermaga dan kedalaman kolam PPP Lampulo, nelayan juga membutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang dan kelengkapan pelabuhan lainnya untuk menjaga kualitas hasil tangkapan dan efisiensi waktu pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut. Pemberdayaan nelayan buruh perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan buruh. Berdasarkan proyeksi produksi hasil tangkapan dan proyeksi jumlah kapal yang meningkat, maka perlu dilakukan proyesi penambahan ukuran dermaga dan kedalaman kolam yang dibutuhkan untuk jangka panjang 15 tahun mendatang. Perlu adanya penambahan ukuran dermaga pendaratan menjadi 831 m dan dermaga pemuatan 638 m, juga diperlukan penambahan luas kolam pelabuhan menjadi 224.582 m2 dan kedalaman kolam -4 m. Strategi pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo bersifat Progresif artinya PPP Lampulo dalam kondisi prima dan mantap, sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Peluang pengembangan sangat besar dan pesat. Strategi pengembangan di fokuskan kedalam tiga aspek yaitu; fasilitas, pelayanan, dan kebijakan pengelola PPP Lampulo dan pemerintah Aceh.
.
57 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Nelayan, pedagang ikan, dan pengolah ikan di PPP Lampulo secara umum menyatakan kekurangan fasilitas pokok di PPP Lampulo, berupa dermaga dan kolam pelabuhan. 2. Kedalaman kolam pelabuhan cenderung semakin dangkal akibat sedimentasi 3. Strategi gabungan pengembangan PPP Lampulo yang dibutuhkan saat ini adalah pengembangan fasilitas-fasilitas. Saran 1. Perlu adanya penambahan dermaga dan kolam pelabuhan juga diperlukan pembagian fungsi dermaga antara dermaga pendaratan hasil tangkapan dan dermaga pemuatan kebutuhan melaut. Selain itu perluasan kolam juga diperlukan. Pengerukan kolam pelabuhan secara berkala minimal 1 tahun sekali guna menjaga kedalaman kolam yang diinginkan. 2. Perlu adanya mekanisasi fasilitas untuk meningkatkan pelayanan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut yang seperti crane, conveyer dan forklift. 3. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berhubungan dengan fasilitas yang akan dikembangkan seperti kolam dan dermaga pelabuhan. 4. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai potensi lestari ikan WPP 571 dan 572 berkaitan dengan pengembangan PPP Lampulo.
58 DAFTAR PUSTAKA
Agussalim. 2005. Study Evaluasi Pemanfaatan dan Analisis Kemungkinan Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bentenge. Kabupaten Bulukumba. Sulawesi Selatan. [Skripsi] Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar Asmawati dan Nazamuddin. 2013. Disequilibrium Pasar Ikan Laut Aceh. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14 hlm. 38-51 Banda Aceh : Aceh Amarullah. 2007. Pengelolaan Sumberdaya Perairan Teluk Tamiang Kabupaten Kotabaru untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut. [Tesis] (Tidak diterbitkan). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Aprilla R M 2014. Efficiency Analysis Of Purse Seine Fishing Unit In Coastal Fishing Port Lampulo, Banda Aceh [Tesis] (Tidak diterbitkan). Bogor: Institut Pertanian Bogor. [BPS Aceh]. 2013. Aceh Dalam Angka. Kerjasama Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. [DKP Aceh] Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh. 2011. Data statistik Perikanan Tangkapan Aceh 2011. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh: Banda Aceh. [DKP Aceh] Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh. 2012. Data statistik Perikanan Tangkapan Aceh 2012. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh: Banda Aceh. Eryanto E. Achmadi T. 2012. Analisis Penanganan Limbah Minyak di Kawasan Pelabuhan: Tinjauan dari Segi Transportasi Laut. Jurnal Teknik Vol. 1 ISSN: 2301-9271. Institut Teknologi Sepuluh November ITS : Surabaya Gaythwaite J. 2004. Design of Marine Facilities for the Berthing, Mooring and Repair of Vessels. 546 halaman. ASCE publication. Gaspersz V. 1996. Analisis Sistem Terapan. Tarsito. Bandung. Hariati, T. 2011. Status dan perkembangan perikanan pukat cincin di Banda Aceh. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia volume 17 nomor 3 hal 157-167 Muara Batu: Jakarta. Kandi O. 2005. Analisis Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai di Desa Lampulo Kecamatan Kuta Alam Provinsi Nangroe Aceh Darusalam [Tesis] (Tidak diterbitkan). Institut Pertanian Bogor: Bogor. [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Kelautan dan perikanan dalam angka tahun 2011. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Jakarta. Kuncoro M. 2011. Buku: Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi ke-4. STIM YKPN: Yogyakarta. Latief A. 2003. Analisis Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Laut [Tesis] (tidak dipublikasikan). IPB : Bogor.
.
59 Lubis E. 2012. Buku: Pelabuhan Perikanan. IPB Press. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Lubis E. 2011. Kajian peran strategis pelabuhan perikanan terhadap pengembangan perikanan laut. Jurnal Akuatik vol-4 hal 3-4. IPB: Bogor Lubis E. dan Mardiana N 2011. Peran fasilitas PPI terhadap kelancaran aktivitas pendaratan ikan di Cituis Tanggerang. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan vol-1 no.2 hal 1-8. IPB: Bogor. Lubis, E. 2007. Bahan Kuliah Tekhnik Perencanaan Pelabuhan Perikanan. Bogor: Laboratorium Pelabuhan Perikanan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (Tidak dipublikasikan). Maiditama A. 2012. Peranan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Kabupaten Lamongan dalam Penyerapan Tenaga Kerja. Article jurnal. Brawijaya: Malang Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. 197 Hal. Jakarta: PT Grasindo. Martunis. 2014. Analisis Antrian Kapal Di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Banda Aceh. [Skripsi] Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (Tidak dipublikasikan). Mustika R. 2005. Evaluasi kualitas pelayanan bongkar muat di Pelabuhan Sunda Kelapa. [Tesis] (Tidak diterbitkan). Universitas Gajah Mada. Nugroho BA, Boesono H, Bambang AN. 2013. Fluktuasi Harga Dan Alur Distribusi Ikan Layang (Decapterus Spp) Dari Hasil Tangkapan Mini Purse Seine Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Hal 23-32. Universitas Diponogoro: Semarang Nurdyana E, Rosyid A, Boesono H. 2013. strategi peningkatan pemanfaatan fasilitas dasar dan fungsional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari Kota Tegal. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2 Nomor 2 Hlm 35-45 Nuraini, T W, Haluan J, Saad S, Lubis E. 2002. rekayasa sistem pengembangan perikanan tuna di perairan selatan jawa. Seminar program pascasarjana IPB. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Ongge D. 2008. Strategi Kebijakan Penanggulanan Illegal, Unreported, dan Unregulated (IUU) Fishing di Laut Arafura [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 105 Hal. Pane AB. 2008. Basket Hasil Tangkapan Dan Keterkaitannya dengan Mutu Hasil Tangkapan dan Sanitasi di TPI PPN Palabuhanratu. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol-13 no 13 hal 150-157. IPB:Bogor
60 Pane AB. 2009. Parameter dan Indikator Kemampuan Pelelangan Pengelola TPI di Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan. Dosen Mata Kuliah Analisis Hasil Tangkapan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Bogor. Pane AB. 2010. Kajian Kekuatan Hasil Tangkapan : Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pelabuhanratu Sukabumi. Jurnal mangrove dan pesisir. Vol-X no 1 hal 8-19. IPB:Bogor Pane AB. 2013. Bahan kuliah analisis hasil tangkapan: produktivitas hasil tangkapan di pelabuhan perikanan, lab hasil tangkapan dan manajemen industry kepelabuhanan. Dept PSP FPIK IPB. Bogor (tidak dipublikasikan) Peraturan Menteri. 2012. PER.08/MEN/2012 Peraturan Menteri Tentang Kepelabuhan Perikanan. Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia: Jakarta [PIPP] Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan. 2012. Data Statistik Pelabuhan Perikanan Lampulo. Pusat Statistik Pelabuhan Perikanan: Jakarta. Rahmawati F. 2008. Pengembangan Usaha Hasil Olahan Ikan Guna Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pesisir Pantai Di Daerah Gunung Kidul. Seminar Nasional Tahunan. UNY. Yogyakarta Raihanah. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam. [Disertasi] Sekolah Pascasarjana (Tidak diterbitkan). IPB. Bogor. Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ronggodigdo S. 2012. Kajian Sedimentasi Serta Hubungannya Terhadap Pendangkalan Di Muara Sungai Belawan. [Tesis] (Tidak diterbitkan) Universitas Sumatera Utara: Medan Rizwan, Setiawan I, Aprilla R M. Effect Of Production Factor On Purse Seine In Capture In The Lampulo Coastal Fisheries Port Banda Aceh. Jurnal Natural Vol. 11 No. 1 2011. Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh Setiajid A D dan Buana I G N, 2013. Studi perbandingan metode bongkar muat Untuk pelayaran rakyat: Studi kasus manual vs mekanisasi. Jurnal Teknik Pomits vol. 2 no. 2 ISSN: 2337-3539. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sinaga G V, Rosyid A, Wibowo BA. 2013. Optimalisasi Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Dasar Dan Fungsional Di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Dalam Menunjang Kegiatan Penangkapan Ikan. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 1, 2013, Hlm 43-55 Sugeng dan Sunarso. 2003. Optimasi Fasilitas Pelayanan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bojomulyo, Juwana, Pati. Universitas Diponegoro: Semarang
.
61 Suhelmi I, Yulius, Purbani D. 2013. Pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan berbasis wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dengan memanfaatan WebGIS. Jurnal depik vol. 2 no. 2 hal 70-75. Universitas syah kuala. Suherman A. 2011. Formulasi Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan Jembrana. Jurnal Marine Fisheries vol.2 no.1 hal 87-99. Sunea, M. 2010. Efisiensi pendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan di PPI Muara Angke Jakarta. [Skripsi] (Tidak diterbitkan) IPB. Bogor: Institut Pertanian Bogor [UPTD] Lampulo, 2011. Profil Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo Banda Aceh. Unit Pelaksana Teknis Daerah Lampulo: Banda Aceh. [UPTD] Lampulo, 2012. Laporan Tahunan Alat Tangkap di PPP Lampulo Banda Aceh Tahun 2005-2012. Unit Pelaksana Teknis Daerah Lampulo: Banda Aceh. [UPTD] Lampulo, 2012. Laporan Tahunan Jumlah Armada Penangkapan Ikan PPP Lampulo Banda Aceh 2005-2012. Unit Pelaksana Teknis Daerah Lampulo: Banda Aceh. [UPTD] Lampulo, 2012. Laporan Tahunan volume Produksi dan Nilai Produksi Ikan PPP Lampulo Banda Aceh 2012. Unit Pelaksana Teknis Daerah Lampulo: Banda Aceh. Yahya E, Rosyid A, Suherman A. 2013 Tingkat pemanfaatan fasilitas dasar dan Fungsional dalam strategi peningkatan produksi di pelabuhan perikanan pantai tegalsari kota tegal jawa tengah. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2 Nomor 1 Hlm 56-65
Lampiran 1 tabel perhitungan panjang dermaga dan kolam pelabuhan 1. tabel perhitungan dermaga pendaratan hasil tangkapan saat ini 2014 No, 1 2 3 4
Jenis Kapal Handline Longline Purse seine Purse seine
Ukuran GT 5-10 11-30 21-50 51-60
Dimensi Kapal (Nilai rata-rata) LOA Lu B D d m
m
m
15,8 20,7 21,8 23,6
17,34 22,72 23,93 25,98
2,7 4,1 5,2 5,8
m
m
1,5 1,1 1,85 1,55 1,98 1,35 2,38 1,75 TOTAL
2. tabel perhitungan dermaga muat saat ini 2014 Dimensi Kapal (Nilai rata-rata) No, Jenis Kapal Ukuran GT LOA Lu B D d m m m m m 1 Handline 5-10 15,8 17,34 2,7 1,5 1,1 2 Longline 11-30 20,7 22,72 4,1 1,85 1,55 3 Purse seine 21-50 21,8 23,93 5,17 1,98 1,35 4 Purse seine 51-60 23,6 25,98 5,80 2,38 1,75 TOTAL 3. tabel perhitungan luas kolam pelabuhan dibutuhkan saat ini 2014 πr2 l (terpanjang) Lt Konstanta n l b 2 πr unit m m m m 84,78 3 356 20,45 4,5 3,14 27
L m2 97.360
Q
Dc
U
T
S
L
unit
ton 1x Pelayaran
hari
ton/jam
jam
m
m
134 106 94 22
101 80 71 17
0,082 2,337 4,456 6,861
1 3 6 12
0,75 1,5 1,8 2,3
8 8 8 8
1,5 1,5 1,5 1,5
36 176 130 20 362
N unit 134 106 94 22
n unit 101 80 71 17
N
n
unit
TS
Dc
T
S
L
Jam 0,3 0,75 1,25 1,55
hari 1 3 6 12
jam 8 8 8 8
m 1,5 1,5 1,5 1,5
m 98 85 66 10 295
4. tabel kedalaman kolam pelabuhan dibutuhkan saat ini 2014 C d H S D m m m m m 2,2 0,4 0,1 0,5 -3,8
Lanjutan Lampiran 1 5. tabel perhitungan dermaga pendaratan hasil tangkapan 2019 Dimensi Kapal (Nilai rata-rata) Lu B D d No, Jenis Kapal Ukuran GT LOA 1 2 3 4
Handline Longline Purse seine Purse seine
5-10 11-30 21-50 51-60
m
m
m
15,8 20,7 21,8 23,6
17,34 22,72 23,93 25,98
2,7 4,1 5,2 5,8
m
m
1,5 1,1 1,85 1,55 1,98 1,35 2,38 1,75 TOTAL
6. tabel perhitungan panjang dermaga muat yang dibutuhkan tahun 2019 Dimensi Kapal (Nilai rata-rata) Lu B D d No, Jenis Kapal Ukuran GT LOA m m m m m 1 Handline 5-10 15,8 17,34 2,7 1,5 1,1 2 Longline 11-30 20,7 22,72 4,1 1,85 1,55 3 Purse seine 21-50 21,8 23,93 5,17 1,98 1,35 4 Purse seine 51-60 23,6 25,98 5,80 2,38 1,75 TOTAL 7. tabel perhitungan luas kolam pelabuhan yang dibutuhkan tahun 2019 πr2 l (terpanjang) L Lt Konstanta n l b πr2 84,78
3
unit m m m 511 20,45 4,5 3,14
m 27
m2 139.676
Q
Dc
U
T
S
L
unit
ton 1x Pelayaran
hari
ton/jam
jam
m
m
220 142 112 37
176 114 90 31
0,082 2,337 4,456 6,861
1 3 6 12
0,75 1,5 1,8 2,3
8 8 8 8
1,5 1,5 1,5 1,5
63 251 166 37 517
N unit 220 142 112 37
n unit 176 144 90 31
N
n
unit
TS
Dc
T
S
L
Jam 0,3 0,75 1,25 1,55
hari 1 3 6 12
jam 8 8 8 8
m 1,5 1,5 1,5 1,5
m 172 153 84 20 429
8. tabel kedalaman kolam pelabuhan yang dibutuhkan tahun 2019 C d H S D m m m m m 2,2 0,4 0,1 0,5 -3,8
Lanjutan Lampiran 1 9. tabel perhitungan panjang dermaga pendaratan hasil tangkapan yang dibutuhkan tahun 2024
No,
Jenis Kapal
1 2 3 4
Handline Longline Purse seine Purse seine
Ukuran GT 5-10 11-30 21-50 51-60
Dimensi Kapal (Nilai rata-rata) LOA Lu B D d m
m
m
15,8 20,7 21,8 23,6
17,34 22,72 23,93 25,98
2,7 4,1 5,2 5,8
m
m
1,5 1,1 1,85 1,55 1,98 1,35 2,38 1,75 TOTAL
πr 84,78 2
3
unit 666
m 20,45
m 4,5
m 3,14
m 27
Dc
U
T
S
L
unit
ton 1x Pelayaran
hari
ton/jam
jam
m
m
230 147 116 42
0,082 2,337 4,456 6,861
1 3 6 12
0,75 1,5 1,8 2,3
8 8 8 8
1,5 1,5 1,5 1,5
82 326 216 51 674
n
unit 288 184 142 52
10. tabel perhitungan panjang dermaga muat yang dibutuhkan tahun 2024 Dimensi Kapal (Nilai rata-rata) Lu B D d No, Jenis Kapal Ukuran GT LOA m m m m m 1 Handline 5-10 15,8 17,34 2,7 1,5 1,1 2 Longline 11-30 20,7 22,72 4,1 1,85 1,55 3 Purse seine 21-50 21,8 23,93 5,17 1,98 1,35 4 Purse seine 51-60 23,6 25,98 5,80 2,38 1,75 TOTAL 11. tabel perhitungan luas kolam pelabuhan yang dibutuhkan tahun 2024 πr2 l (terpanjang) Lt Konstanta n l b
Q
N
L
m2 181.993
N unit 288 184 142 52
n unit 230 147 116 42
TS
Dc
T
S
L
Jam 0,3 0,75 1,25 1,55
hari 1 3 6 12
jam 8 8 8 8
m 1,5 1,5 1,5 1,5
m 224 157 108 26 516
12.tabel kedalaman kolam pelabuhan yang dibutuhkan tahun 2024 C d H S D m m m m m 2,2 0,4 0,1 0,5 -3,8
Lanjutan Lampiran 1 13. tabel perhitungan panjang dermaga pendaratan yang dibutuhkan tahun 2029 Dimensi Kapal (Nilai rata-rata) No,
1 2 3 4
Jenis Kapal
Handline Longline Purse seine Purse seine
Ukuran GT
5-10 11-30 21-50 51-60
Q
Dc
U
T
S
L
unit
ton 1x Pelayaran
hari
ton/jam
jam
m
m
284 173 153 54
0,082 2,337 4,456 6,861
1 3 6 12
0,75 1,5 1,8 2,3
8 8 8 8
1,5 1,5 1,5 1,5
101 382 283 65 831
LOA
Lu
B
D
d
N
n
m
m
M
m
m
unit
15,8 20,7 21,8 23,6
17,34 22,72 23,93 25,98
2,7 4,1 5,2 5,8
355 216 184 67
1,5 1,1 1,85 1,55 1,98 1,35 2,38 1,75 TOTAL
14. tabel perhitungan panjang dermaga muat yang dibutuhkan tahun 2029 Dimensi Kapal (Nilai rata-rata) Lu B D d No, Jenis Kapal Ukuran GT LOA m m m m m 1 Handline 5-10 15,8 17,34 2,7 1,5 1,1 2 Longline 11-30 20,7 22,72 4,1 1,85 1,55 3 Purse seine 21-50 21,8 23,93 5,17 1,98 1,35 4 Purse seine 51-60 23,6 25,98 5,80 2,38 1,75 TOTAL
N unit 355 216 184 67
15. tabel perhitungan luas kolam pelabuhan yang dibutuhkan tahun 2029 πr2 l (terpanjang) L Lt Konstanta n l b 2 πr unit m m m m m2 84,78 3 822 20,45 4,5 3,14 27 224.582
n unit 284 173 153 54
TS
Dc
T
S
L
Jam 0,3 0,75 1,25 1,55
hari 1 3 6 12
jam 8 8 8 8
m 1,5 1,5 1,5 1,5
m 277 184 143 34 638
16. tabel kedalaman kolam pelabuhan yang dibutuhkan tahun 2029 C d H S D m m m m m 2,4 0,4 0,1 0,5 -4
Lampiran 2 analisis skoring PHA No Faktor internal Matrix berpasangan 1 lokasi pelabuhan yang strategis 2 banyaknya pelaku aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan 3 peningkatan produksi hasil tangkapan 4 jumlah dan ukuran armada kapal meningkat 5 pemanfaatan dermaga melebihi kapasitas 6 sanitasi dermaga dan kolam pelabuhan buruk keterbatasan alat penunjang pendaratan hasil tangkapan-pemuatan 7 bahan kebutuhan melaut 8 adanya antrian kapal Jumlah Matrix dinormalisasi 0,15015 0,3003 0,15015 0,075075 0,075075 0,15015 0,04955 0,04955 1
0,187617 0,187617 0,187617 0,093809 0,093809 0,093809 0,061914 0,093809 1
0,173913 0,173913 0,173913 0,086957 0,086957 0,173913 0,043478 0,086957 1
0,190476 0,190476 0,190476 0,095238 0,095238 0,095238 0,047619 0,095238 1
VP 0,157895 0,157895 0,157895 0,105263 0,105263 0,157895 0,052632 0,105263 1
0,206897 0,206897 0,137931 0,068966 0,068966 0,206897 0,034483 0,068966 1
0,18 0,20 0,17 0,09 0,09 0,15 0,05 0,08 1,00
LS
PPH
PH
JM
PK
SAN
KB
AK
1 2 1 0,5 0,5 1
0,5 1 1 0,5 0,5 1
1 1 1 0,5 0,5 0,5
2 2 2 1 1 2
2 2 2 1 1 1
1 1 2 0,5 1 1
3 3 3 2 2 3
3 3 2 1 1 3
0,33
0,33
0,33
0,5
0,5
0,33
1
0,5
0,33
0,33
0,5
1
1
0,33
2
1
6,66
5,16
5,33
11,5
10,5
7,16
19
14,5
min 0,178 0,203 0,166 0,088 0,088 0,146 0,048 0,083 1
max skor nilai 0,7112986 3 0,533 0,8113987 4 0,811 0,6653216 4 0,665 0,3502047 3 0,263 0,3502047 1 0,088 0,5852675 2 0,293 0,1931166 2 0,097 0,3331876 1 0,083 4
Lanjutan Lampiran 2 No Faktor eksternal DM PP pasar DP AP ST PL PS matrix berpasangan 1 daya beli masyarakat terhadap hasil tangkapan meningkat 1 2 1 2 2 2 1 3 2 pertumbuhan jumlah penduduk 0,5 1 0,5 0,5 1 1 1 2 3 permintaan pasar terhadap ikan didaratkan belum mencukupi 1 2 1 2 2 1 3 3 4 adanya dukungan pemerintah aceh untuk Pengembangan 0,5 2 0,5 1 2 2 2 2 5 adanya usaha perikanan 0,5 1 0,5 0,5 1 1 2 2 6 SDI terbatas 0,5 1 1 0,5 1 1 1 2 7 pembangunan PPS Lampulo 1 1 0,33 0,5 0,5 1 1 2 8 pendangkalan kolam pelabuhan karena sedimen 0,33 0,5 0,33 0,5 0,5 0,5 0,5 1 Jumlah 5,33 10,5 5,16 7,5 10 9,5 11,5 17 Matrix dinormalisasi 0,187617 0,093809 0,187617 0,093809 0,093809 0,093809 0,187617 0,061914 1
0,190476 0,095238 0,190476 0,190476 0,095238 0,095238 0,095238 0,047619 1
0,266667 0,2 0,210526 0,066667 0,1 0,105263 0,266667 0,2 0,105263 0,133333 0,2 0,210526 0,066667 0,1 0,105263 0,066667 0,1 0,105263 0,066667 0,05 0,105263 0,066667 0,05 0,052632 1 1 1
VP 0,086957 0,086957 0,26087 0,173913 0,173913 0,086957 0,086957 0,043478 1
0,176471 0,117647 0,176471 0,117647 0,117647 0,117647 0,117647 0,058824 1
0,19 0,10 0,20 0,16 0,11 0,10 0,10 0,05 1
min 0,188 0,095 0,198 0,160 0,108 0,095 0,101 0,054 1
max skor Nilai 0,7535506 4 0,754 0,3803315 2 0,190 0,7927791 4 0,793 0,6398312 3 0,480 0,4300209 3 0,323 0,3803315 2 0,190 0,405365 2 0,203 0,2177902 1 0,054 4
Keterangan : LOA : Lenght over all (panjang total kapal rata-rata) Lu : Panjang dermaga yang dibutuhkan per kapal (m) B : Bread (lebar kapal) D : Depth (dalam kapal) d : Draft (syarat kapal) Q Produksi ikan per hari (ton) Dc : Lama fishing trip (hari) T : Waktu diperlukan untuk pendaratan hasil tangkapan per hari (jam/hari) t : Waktu diperlukan untuk bongkar hasil tangkapan per hari (jam/hari) S : Faktor ketidakteraturan (jarak antar kapal) (m) n : Jumlah kapal yang memakai dermaga (unit) U : lama waktu pendaratan hasil tangkapan di dermaga (ton/jam) TS : Waktu rata-rata pemuatan bahan kebutuhan melaut per kapal (produktivitas/jam)
Keterangan : LS : Lokasi pelabuhan yang strategis PPH : Banyaknya pelaku aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan PH : Peningkatan produksi hasil tangkapan JM : Jumlah dan ukuran armada kapal meningkat PK : Keterbatasan alat penunjang pendaratan hasil tangkapan-pemuatan bahan kebutuhan melaut SAN : Sanitasi dermaga dan kolam pelabuhan buruk KB : Keterbatasan alat penunjang pendaratan hasil tangkapan-pemuatan bahan kebutuhan melaut AK : Adanya antrian kapal DM : Daya beli masyarakat terhadap hasil tangkapan meningkat PP : Pertumbuhan jumlah penduduk Pasar : Permintaan pasar terhadap ikan didaratkan belum mencukupi DP : Adanya dukungan pemerintah aceh untuk Pengembangan AP : Adanya usaha perikanan ST : Sumber daya ikan (SDI) terbatas PL : Pembangunan PPS Lampulo PS : Pendangkalan kolam pelabuhan karena sedimen VP : Vektor prioritas Min : Nilai minimal Max : Nilai maksimal Skor : Skala prioritas Nilai : Hasil prioritas dari nilai dan skala prioritas
Lampiran 3 Gambar layout PPP Lampulo
7 3
6
1 2
4
ALUR SUNGAI
5
LAY OUT PPP LAMPULO BANDA ACEH 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dermaga TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Depo pengisian bahan bakar Gudang, usaha pengolahan, dan penjual alat perbekalan Kantor UPTD PPP Lampulo Banda Aceh Kantor panglima laot dan Kepolisian Air dan Udara Tempat pembuangan sampah
U B
T
S
Lampiran 4 Foto aktivitas para pelaku di pelabuhan PPP Lampulo
1. Foto Aktivitas penghitungan jumlah berat volume HT di PPP Lampulo
2. Foto Persiapan operasional penangkapan ikan oleh nelayan
3. Foto Aktivitas jual beli ikan di luar TPI PPP Lampulo
4. Foto Ikan kembung dalam keranjang tanpa es, dan berada di lantai
5. Foto Aktivitas pendaratan hasil tangkapanan di pagi hari
6. Foto Proses pendaratan ikan hasil tangkapan dari palka ke dermaga pendaratan
Tabel. 14 Matrix SWOT Pengembangan PPP Lampulo Aceh
Analisis Eksternal
Analisis Kekuatan (S) Kelemahan (W) Internal 1. Banyaknya pelaku dan tingginya aktivitas 1. Sanitasi dermaga, kolam, dan TPI yang pendaratan dan pemasaran (HT) buruk 2. Peningkatan yang cukup tajam produksi 2. keterbatasan peralatan penunjang hasil tangkapan pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan 3. Lokasi PPP Lampulo yang strategis kebutuhan melaut 4. Peningkatan yang tajam jumlah armada 3. Pemanfaatan dermaga melebihi kapasitas dan ukuran kapal penangkapan meningkat 4. Adanya antrian kapal
Peluang (O): Strategi (SO) 1. Permintaan pasar terhadap ikan hasil 1. Mengembangkan usaha perikanan di tangkapan belum terpenuhi PPP Lampulo 2. Konsumsi ikan masyarakat Aceh (S1,S2,S3,S4,O1,O2,O3,O4,O5)
meningkat
2. Pengembangan pasar penjualan hasil
3. Adanya dukungan pemerintah Aceh untuk perikanan (S1,S2,O1,O,2,O5) pengembangan PPP Lampulo 3. Optimalisasi pemanfaatan armada 4. Adanya usaha perikanan dan pengolahan ikan penangkapan (S4,O4) segar untuk ekspor 4. Pengelolaan dalam pendistribusian 5. Pertumbuhan jumlah penduduk meningkat dan pemasaran hasil tangkapan tajam (S1,S2,O1,O5) 6. Pembangunan PPS Lampulo sebagai pesaing PPP Lampulo Ancaman (T) Strategi (ST) 1. Sumber daya ikan menurun 1. Optimalisasi pengelolaan fasilitas 2. Sedimentasi sungai mengakibatkan pelabuhan (S1,S2,S3,S4,T1,T2,T3)
pendangkalan alur pelayaran dan kolam 2. Mengatur kegiatan usaha pelabuhan akibat sedimentasi penangkapan (S2,S4,T2) 3. Menambah fasilitas dan meningkatkan kualitas pelayanan pelabuhan (S1,S2,S4,T1) 4. Pengerukan kolam pelabuhan (S4,T3)
Strategi (WO)
1. Membangun dermaga baru dan penambahan fasilitas penunjang pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut pelabuhan (W2,W3,W4,O3,O4) 2. Mekanisasi alat pendaratan hasil tangkapan dan pemuatan bahan kebutuhan melaut (W2,W3,W4,O4) 3. Pengelolaan sanitasi dan kebersihan dermaga dan tempat pelelangan ikan di PPP Lampulo (W1,O1,O2) Strategi (WT)
1. Pengaturan Antrian kapal (W1,W2,W3,T3) 2. Membangun fasilitas pengelolaan limbah pelabuhan (W1,T1)