DAMPAK PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KONDISI MENTAL DAN MOTIVASI BELAJAR PAI (STUDI KASUS 3 SISWA KELAS VIII MTs WAHID HASYIM YOGYAKARTA)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh : ISNA NUR KHOERIYAH 12410007
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016
MOTTO
ُ َأَ ْب َغضُ ْال َحالَ ِل إِلَى هللاِ الطَّال ق } َّحهُ ْال َحا ِك ُم َ صح َ اج ْه َو َ { َر َواهُ أَبُو دَا ُو َد َوابْنُ َم
Artinya : “Perkara halal yang paling Allah benci adalah perceraian.” (H.R Abu Daud Ibnu Majjah dan dishahihkan oleh Hakim)1
1
Al-Hafidz Ibnu Hajar, Bulughul Maram, (Jakarta : Haramain), 2008, hal. 231
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Almamater tercinta Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
KATA PENGANTAR
حي ِْم ِ َّهللا الرَّ حْ َم ِن الر ِ ِبسْ ِم صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلى أَ ْش َرفِ االَ ْن ِب َيآ ِء َو ْالمُرْ َسلِي َْن َس ِّيدِناً م َُحمَّد َّ ال.ب ْال َعالَ ِمي َْن ِ َّّلِل ر ِ َّ ِ اَ ْل َح ْم ُد َّْك لَ ُه َواَ ْش َه ُد اَن َ اَ ْش َهد اَنْ الَ ِالَ َه ِاالَّهللا ُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري.َو َعلَى آلِ ِه َواَصْ َح ِاب ِه اَجْ َم ِعي َْن اَمَّا َبعْ ُد.ُاع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه َ م َُحم ًَّد Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Agung Muhammad SAW, semoga kita termasuk umat yang mendapat syafaatnya kelak. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu bagian dari perjalanan perkuliahan untuk mendapat gelar strata satu dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Berbagai hambatan tentunya selalu mewarnai setiap langkah dalam penulisan skripsi ini. Namun, dengan kerja keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Meskipun demikian, penulis sadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan jika tidak ada dukungan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih kepada : 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 3. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 4. Bapak Dr. H. Tasman Hamami, M.A, selaku Penasehat Akademik 5. Bapak Drs. H. Sarjono, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang dengan segala kelapangan hati telah membimbing penulis 6. Kepala Madrasah, Kesiswaan, Guru, Staf, siswa dan seluruh keluarga besar MTs Wahid Hasyim Yogyakarta 7. Kedua orang tua Bp. Ikhsan dan ibu Umi Haniah sang inspirator terhebat, semoga Allah senantiasa melindungi mereka. 8. Bapak Jalal Suyuthi dan Ibunda Nelly Umi Halimah selaku pengasuh sekaligus orang tua di Pondok Pesantren Wahid Hasyim yang selalu sabar membimbing dan mendidik sepenuh hati 9. Teman-teman Pembina MTs yang selalu memberi support (bu Iin, bu Fatim, bu Hanik) dan adik-adik asuhku tercinta asrama MTs Tahfidz Putri Pondok Pesantren Wahid Hasyim yang telah mewarnai hari-hariku hingga detik ini serta teman-teman asrama Halimah tercinta. 10. Kakakku Shalih Ali Ma’ruf, adekku Shofi Farhatun Zahro dan mas Sugeng Fitri Aji yang tak pernah lelah mendukung dan menyemangatiku. 11. Teman-teman seperjuangan wabil khusus ukhty Arifah Mujji, Erni, Selvy dan sahabat-sahabat partner pengabdian di wahid hasyim yang selalu bersedia membantu saya dengan tulus.
viii
12. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini baik dalam hal materiil maupun spiritual. Penyusun merasa tidak bisa membalas jasa yang sedemikian besar, hanya doa yang kami panjatkan semoga Allah membalas kebaikan bapak/ibu dan teman–teman sekalian. Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis mengharap keridhaan-Nya.
Yoyakarta, 20 Mei 2016
Isna Nur Khoeriyah NIM. 12410007
ix
ABSTRAK
ISNA NUR KHOERIYAH, Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Kondisi Mental dan Motivasi Belajar PAI (Studi Kasus 3 Siswa Kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta). Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. Latar belakang penelitian ini adalah pernikahan yang merupakan suatu ikatan laki-laki dan perempuan berdasarkan undang-undang hukum perkawinan yang sah. Keluarga memegang peran penting dan bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, maka dalam keluarga harus saling ada rasa kasih sayang dan perhatian antar anggota keluarga. Apabila keluarga selalu dihiasi dengan permasalahan bahkan perceraian, maka anak akan sulit diatur, memberontak, dan bersikap negative lainnya termasuk dalam belajar. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana (1) dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI siswa kelas VIII dan (2) upaya guru PAI dalam mengatasi dampak perceraian tersebut di MTs Wahid Hasyim Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan di MTs Wahid Hasyim. Pengumpulan data pada skripsi ini dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mereduksi data, display data, memberi kesimpulan dan memverifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental siswa yaitu rasa ketidaknyamanan terutama dalam lingkungan keluarga sebab dengan latar belakang keluarga pasca perceraian anak akan mengalami perubahan psikologi yang merugikan diri anak itu sendiri seperti malas-malasan, minder, brutal dan dapat pula melakukan hal yang tidak diinginkandan Sedangkan dampak perceraian orang tua terhadap motivasi belajar PAI siswa disini yaitu kurangnya perhatian dari salah satu pihak orang tua yang menjadi salah satu penyebab siswa mengalami penurunan motivasi belajar siswa karena ketidaknyamanan dalam kondisi keluarga yang tidak utuh (2) upaya guru PAI mengatasi dampak perceraian tersebut dengan beberapa hal yaitu dengan cara pemanggilan, pendekatan didalam maupun diluar sekolah, bimbingan agama, menasehati serta melakukan kerjasama dengan wali kelas dan pihak bimbingan konseling.
Kata kunci : Perceraian, Kondisi mental, Motivasi Belajar
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv HALAMAN MOTTO .............................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................. vii ABSTRAK .............................................................................................. x DAFTAR ISI ........................................................................................... xi TRANSLITERASI .................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................................. 8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................... 8 D. Kajian Pustaka .................................................................. 9 E. Landasan Teori ................................................................. 12 F. Metode Penelitian ............................................................. 24 G. Sistematika Pembahasan ................................................... 33
BAB II GAMBARAN UMUM MTs WAHID HASYIM YOGYAKARTA A. Letak dan Keadaan Geografis ........................................... 34 B. Sejarah Berdiri dan Proses Perkembangannya ................... 34 C. Visi, Misi dan Tujuan MTs Wahid Hasyim ...................... 38 xi
D. Struktur Organisasi ........................................................... 39 E. Pengelolaan MTs Wahid Hasyim ...................................... 42 F. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ................................ 48 G. Sarana dan Prasarana ........................................................ 51
BAB III DAMPAK ERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KONDISI MENTAL DAN MOTIVASI BELAJAR PAI STUDI KASUS 3 SISWA KELAS VIII MTs WAHID HASYIM YOGYAKARTA A. Dampak Perceraian Orang Tua ......................................... 59 B. Upaya-upaya yang Dilakukan Guru PAI ........................... 87
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................... 96 B. Saran-saran ....................................................................... 97 C. Kata Penutup .................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 103
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
: Data keadaan siswa 2013-2016
Tabel 1.2
: Klasifikasi sebab perceraian
Tabel 1.3
: Dampak perceraian terhadap kondisi mental
Tabel 1.4
: Dampak perceraian terhadap motivasi belajar
Tabel 1.5
: Penanganan dampak perceraian terhadap kondisi mental dan motivasi belajar
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Curriculum Vitae
Lampiran II
: Pedoman Penelitian
Lampiran III
: Catatan Lapangan
Lampiran IV
: Bukti Seminar Proposal
Lampiran V
: Berita Acara Seminar Proposal
Lampiran VI
: Surat Penunjukkan Pembimbing
Lampiran VII
: Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran VIII
: Berita Acara Munaqosyah
Lampiran IX
: Surat Permohonan Izin Penelitian Gubernur
Lampiran X
: Surat Permohonan Izin Sekolah
Lampiran XI
: Surat Keterangan Izin Penelitian
Lampiran XII
: Sertifikat PPL-1
Lampiran XIII
: Sertifikat PPL-KKN Integratif
Lampiran XIV
: Sertifikat TOEC
Lampiran XV
: Sertifikat IKLA
Lampiran XVI
: Sertifikat ICT
Lampiran XVII
: Sertifikat Sospem
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 (pasal 1), 1 pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan pernikahan menurut Kompilasi Hukum Islam yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqon ghalidzan untuk mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya merupakan ibadah.2 Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT Q.S An-Nisa : 1
ِ َّ ِسو اح َدةٍ َو َخَل َق ِمْن َها َزْو َج َها َ ٍ َّاس ات َُّقواْ َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُكم ِّمن نَّ ْف ُ يَا أَيُّ َها الن ...ث ِمْن ُه َما ِر َجاالً َكثِ ًريا َونِ َساء َّ ََوب
Artinya : “wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah SWT menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah SWT memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak…” 3 Sesuai dengan ayat tersebut, dapat dipahami bahwa pernikahan
bertujuan untuk melangsungkan keturunan manusia agar ia dapat terus menjaga dan melestarikan bumi ini, sebagaimana amanat yang diembankan
1
UU. No. 1 Tahun 1974 pasal 1Tentang Pernikahan Idris Ramulyo, Hukum Pernikahan Islam Suatu Analisis Dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 2. 3 Departemen Agama RI, Al- qur’an dan Terjemah Bahasa Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2006), hal. 77. 2
oleh Allah SWT kepada hamba-Nya. Oleh karena itu, pernikahan merupakan sarana untuk menjaga dan memelihara generasi manusia selanjutnya. Adapun yang lebih penting yaitu demi terjaganya generasi manusia yang lebih baik dan jenius dari manusia sebelumnya. Untuk itu, pendidikan dengan metode yang baik dan benar adalah sarana untuk mewujudkan harapan tersebut. Dengan ditanamkan pendidikan yang baik pada diri siswa, akan membawa pengaruh yang sangat baik pada pertumbuhan fisik dan mentalnya. 4 Menurut Al-Qur’an, pernikahan adalah menciptakan kehidupan keluarga antara suami-istri dan anak-anak serta orang tua agar tercapai suatu kehidupan yang aman dan tenteram (Sakinah), pergaulan yang saling mencintai (Mawaddah) dan saling menyantuni (Rahmah).5
ِ َّ ِسو ...اح َدةٍ َو َج َع َل ِمْن َها َزْو َج َها لِيَ ْس ُك َن إِلَْي َها َ ٍ ُه َو الذي َخلَ َق ُكم ِّمن نَّ ْف
Artinya : “Dialah yang menciptakan kamu dari satu zat dan dari padanya Dia menciptakan istrinya agar dia merasa senang…” (Q.S Al-A’raf : 189)6
Al-Qur’an menggambarkan beberapa situasi dalam kehidupan suamiistri yang menunjukkan adanya keretakan dalam rumah tangga yang dapat berujung pada perceraian. Keretakan dan kemelut rumah tangga tersebut bermula dari tidak berjalannya aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi
4
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad Fi al-Islam Dar al-Salam. Diterjemahkan oleh Rohinah M. Nor dengan judul Mencintai dan Mendidik Anak Secara Islami, (Yogyakarta: Darul Hikmah, 2007), hal. 54. 5 Idris Ramulyo, Hukum Pernikahan Islam…, hal. 3. 6 Departemen Agama RI, Al- qur’an dan Terjemah Bahasa Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2006), hal. 175.
2
kehidupan suami-istri dalam bentuk hak dan kewajiban yang mesti dipenuhi kedua belah pihak.7 Perceraian merupakan bagian dari dinamika rumah tangga. Adanya perceraian karena adanya pernikahan, meskipun tujuan pernikahan bukan perceraian, tetapi perceraian merupakan sunatullah, meskipun penyebabnya berbeda-beda. Bercerai dapat disebabkan oleh kematian suaminya, dapat pula karena rumah tangga tidak cocok dan pertengkaran selalu menghiasi perjalanan rumah tangga suami-istri, bahkan ada pula yang bercerai karena salah satu dari suami-istri tidak lagi fungsional secara biologis. 8 Menikah dan bercerai adalah pilihan. Siapa pun berhak menikahi siapa saja, muslim manapun, menikahi muslimah manapun, selama pernikahan itu sah dan dibenarkan dalam syari’at. Siapapun boleh saja memutuskan hubungan pernikahan itu dengan berceri. Betapapun itu buruk, dan betapapun itu menyakitkan banyak pihak, termasuk muslim itu sendiri. Ada sebuah kaidah dalam Fiqih Islam, permudah pernikahan, persulit perceraian. Ketika perceraian adalah pilihan, seperti halnya menikah, seorang muslim tidak boleh salah pilih. Salah menentukan pilihan dalam menikah bisa berakibat kehancuran dalam rumah tangga. Salah memilih dalam bercerai atau
7
Supriatna, dkk, Fiqh Munakahat II Dilengkapi dengan UU No.1/1974 dan kompilasi Hukum Islam, (Yogyakarta: Bidang Akademik, 2008), hal.5 8 Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Pernikahan dan Perceraian Keluarga Muslim, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), hal. 49.
3
tidak bercerai juga berpotensi menghancurkan kebahagiaan hidup seseorang. Baik dalam jangka waktu terbatas, atau bahkan selama-lamanya. 9 Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9/1975 Pasal 19 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 1/1974, dikatakan bahwa salah satu alasan perceraian adalah jika antara suami dan istri secara terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangganya. Pertengkaran antara suami-istri dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya faktor komunikasi dan ekonomi rumah tangga. Komunikasi suami-istri sangat penting dalam membangun saling pengertian dan mengutarakan berbagai persoalan yang terjadi dalam rumah tangga. Dengan komunikasi
yang
baik,
semua
masalah
dapat
dibicarakan
dan
dimusyawarahkan untuk menemukan solusinya. Tujuan pernikahan menurut Allah SWT ialah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur.10 Dalam Islam, pernikahan merupakan fitrah manusia, agar diri seorang muslim mampu mengemban amanat tanggung jawab yang besar terhadap orang yang berhak dididik dan dijaga. Dengan pernikahan, keturunan manusia tetap berlanjut semakin banyak dan berkesinambungan. Melalui
9
Abu Umar Basyier, Mengapa Harus Bercerai?, (Surabaya: Shafa Publika, 2012), hal. 18. Idris Ramulyo, Hukum Pernikahan Islam…, hal. 26.
10
4
pernikahan yang disyariatkan Allah SWT bagi hambaNya, suami-istri saling menolong dalam membina keluarga dan mengemban tanggung jawab. Perceraian adalah salah satu faktor yang menyebabkan anak memiliki akhlak dan perangai yang tidak baik, tidak mengikuti perintah Allah SWT dan tidak menjauhi larangan-Nya. Terlebih lagi jika setelah perceraian, orang tua yang menjadi wali siswa dalam keadaan fakir dan tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan kejadian seperti ini, minimal anak akan merasakan dua hal. Pertama, jika yang menjadi wali adalah ayahnya, ia tidak dapat merasakan kasih sayang dari ibu kandung, meskipun ayah sudah menikah lagi dengan wanita lain. Kedua, apabila ibu yang menjadi walinya, ia pun tidak akan merasakan seorang ayah yang melindungi, menjaga, dan bersenda gurau dengannya, meskipun sang ibu sudah menikah lagi dengan laki-laki lain. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk menjaga dengan benar pembinaan akhlak anak melalui akhlak yang baik dan apa yang dapat memberikan manfaat kepadanya di dunia dan di akhirat. Sayangnya, banyak orang tua yang sibuk dan bekerja keras siang malam dalam hidupnya untuk memenuhi kebutuhan materi anak-anaknya. Mereka mengira bahwa kewajiban mereka hanyalah sampai disitu saja dan tidak ada yang lainnya. Padahal sebenarnya tidaklah demikian.11
11
Muhammad Syarif Ash-Shawwaf, Tarbiyyah al-Abna’ wa al-Murahiqin min Manzhar asySyari’ah al-Islamiyah. Diterjemahkan oleh Ujang Tatang Wahyuddin, dengan judul ABG Islami: Kiatkiat Efektif Mendidik Anak dan Remaja, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2003), hal. 50.
5
Sekolah sebagai miniatur masyarakat menampung bermacam-macam siswa dengan latar belakang kepribadian yang berbeda. Mereka heterogen sebab di antara mereka ada yang miskin, ada yang kaya, bodoh dan pintar, yang suka patuh dan menentang, juga di dalamnya terdapat anak-anak dari kondisi keluarga yang berbeda. Sesuai dengan asas perbedaan individual tersebut, maka ada pula di antara mereka sejumlah siswa yang dapat dikategorikan sebagai siswa yang bermasalah. Mereka harus dipahami mengenai latar belakang masalahnya, bentuk-bentuk masalahnya sekaligus teknik-teknik penanganannya.12 Di MTs Wahid Hasyim yang pada dasarnya adalah sebuah yayasan pesantren lengkap dengan program wajib asrama, terdapat 3 siswa kelas VIII yang background keluarganya broken home. Ketiga siswa tersebut sering melakukan hal-hal menyimpang yang melanggar peraturan madrasah maupun asrama, diantaranya yaitu saling mengirim surat pada lawan jenis secara diamdiam, menjadi trouble maker di kelasnya dan jika dilihat dari segi belajar ada pula beberapa siswa yang mengabaikan pelajaran yang sedang berlangsung di kelas. Bermula dari problem tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bahwa anak yang memiliki background keluarga broken home dapat mempengaruhi kondisi mental dan motivasi belajar siswa. Dari pembahasan di atas jelaslah bahwa urgensi pembahasan dampak perceraian terhadap kondisi mental dan motivasi belajar anak tidak dapat di 12
Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hal. 259.
6
abaikan. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa urgensinya meliputi adanya pemahaman secara lebih menyeluruh dan mendalam tentang dampak perceraian terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI studi kasus 3 siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta dengan cara pengenalan diri apabila ada kecenderungan penyimpangan perilaku di antara para siswa dan mengetahui teknik-teknik menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi. Berangkat dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “DAMPAK PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KONDISI MENTAL DAN MOTIVASI BELAJAR PAI STUDI KASUS 3 SISWA KELAS VIII MTS WAHID HASYIM YOGYAKARTA”, hal ini perlu diungkapkan agar dapat diketahui secara rinci mengenai dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI serta bagaimana penanganan guru dalam kasus yang dialami siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI studi kasus 3 siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta? b. Bagaimana upaya guru PAI menangani kasus dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI studi kasus 3 siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini antara lain : a. Untuk mengetahui dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI studi kasus 3 siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta b. Untuk mengetahui upaya guru PAI menangani kasus dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI studi kasus 3 siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta? 2. Adapun kegunaan dari penelitian ini, peneliti bedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut : a. Bersifat Teoritis
8
1) Memperkaya khasanah keilmuan tentang kondisi mental dan motivasi belajar PAI. 2) Memberikan gambaran dan informasi tentang dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI studi kasus 3 siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta. b. Bersifat Praktis 1) Bagi peneliti, mengetahui lebih dalam tentang dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI studi kasus 3 siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta. 2) Bagi pendidik, diharapkan penelitian ini menjadi masukan efektif dan efisien dalam menangani kasus dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI yang dialami siswa.
D. Kajian Pustaka Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, ada beberapa judul skripsi yang membahas sejalur dengan apa yang akan penulis teliti sebagai penguat dan acuan penelitian ini, diantaranya yaitu : 1. Skripsi Siti Muslimatun (2010) jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dengan judul “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Cangkringan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”. 9
Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa orang tua memiliki tugas untuk mendidik
anak
dengan
memperhatikan
kondisi
anak
untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, hal yang diteliti disini mengenai beberapa dampak yang timbul dari sebuah perceraian yaitu terganggunya atau kurangnya motivasi belajar yang dialami oleh anak dikarenakan hilangnya rasa perhatian atau kepedulian orang tua terhadap anaknya tersebut.13 Dilihat dari isi penelitiannya, skripsi ini berbeda dengan yang akan penulis lakukan, karena titik berat yang penulis angkat dalam penelitian yang akan dilakukan adalah pada kondisi mental dan motivasi belajar PAI siswa korban perceraian, ini lebih spesifik dari apa yang dijelaskan dalam skripsi Siti Muslimatun. 2. Skripsi Ulpatusalicha (2008) dari fakultas Tarbiyah dengan judul “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Perkembangan Emosional Anak (Studi Kasus di Desa Pengauban Kec. Lelea Indramayu)” yang berisikan tentang emosional anak akibat dari perceraian orang tua. Hasil dari skripsi ini menjelaskan adanya dampak perceraian terhadap kesadaran diri cenderung tidak dapat mengontrol emosi, dampak perceraian terhadap pengaturan diri mereka tidak mau menerima keputusan orang tua, dampak perceraian terhadap motivasi anak yakni memiliki tingkat motivasi yang kurang bagus, dampak perceraian terhadap empati yang timbul dengan 13
Siti Muslimatun, “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMK Muhammad SAWiyah Cangkringan Sleman Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
10
teman sebaya sering merasa iri dengan teman-teman mereka yang memiliki keluarga utuh, dan dampak perceraian terhadap prilaku sosial mengalami ketidakstabilan emosi karena tekanan batin.14 Penelitian tersebut berbeda dengan apa yang akan penulis lakukan, karena disini penelitian
dilakukan
di
lingkungan
umum,
sedangkan
penulis
melakukannya di lingkungan sekolah sehingga penelitiannya cenderung bersifat khusus. 3. Skripsi Eka Nurul Wijayanti (2015) dari fakultas Tarbiyah dengan judul “Korelasi Tingkat Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Tepus Gunung Kidul”. Dalam skripsi tersebut peneliti membahas ada tidaknya hubungan antara perhatian orang tua dan motivasi belajar PAI terhadap prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. Sementara dari analisis regresi sederhana, ketika motivasi belajar siswa rendah, maka meningkatkan hasil prestasi belajar PAI siswa sebesar 0.159. sedangkan ketika perhatian orang tua tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar PAI sebesar 0.318. dan hasil dari olah data-data tersebut artinya motivasi belajar siswa tidak berpengaruh pada prestasi belajar
14
Ulphatuslicha, “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Perkembangan Emosional Anak”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
11
PAI.15 Berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan, karena obyek yang diangkat disini yaitu korelasi tingkat perhatian orang tua sedangkan penulis mengangkat dampak perceraian yang ditimbulkan darinya. Dari beberapa karya ilmiah di atas, dapat diketahui bahwa pembahasan mengenai dampak perceraian masih cukup terbatas, serta di jurusan PAI UIN Sunan Kalijaga belum pernah dilakukan penelitian yang fokus terhadap dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI siswa sehingga penelitian ini dapat menjadi pelengkap penelitianpenelitian sebelumnya. Dapat dikatakan juga penelitian ini baru pertama kali dilakukan di jurusan PAI, karena kebanyakan penelitian yang senada dengan penulis lakukan ada di jurusan MPI, fakultas Syari’ah dan Dakwah.
E. Landasan Teoritik Sebelum penulis menjelaskan lebih mendalam dan memperjelas orientasi daripenelitian penulis, maka dipandang perlu menyampaikan teori yang berhubungan agar menjadi mudah dalam proses analisis. Penulis akan menjelaskan tentang landasan teori penelitian sebagai berikut : 1. Tinjauan Tentang Dampak Perceraian Orang Tua a. Pengertian Dampak 15
Eka Nurul Wijayanti, “Korelasi Tingkat Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Tepus Gunung Kidul”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015
12
Dampak adalah pengaruh kuat yang dapat berakibat positif atau negatif. 16 Sedangkan menurut para ahli, definisi dampak adalah akibat, imbas atau pengaruh yang terjadi (baik itu negative atau positif) dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh satu/sekelompok orang yang melakukan kegiatan tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, kata dampak merupakan kata yang telah lazin digunakan dalam masyarakat luas pada umumnya dengan pengelompokkan sebagai berikut : 1. Dampak positif Dampak
positif
ini
adalah
akibat
baik
atau
pengaruh
menguntungkan yang didapatkan dari berbagai hal atau peristiwa yang terjadi. 2. Dampak negatif Dalam hal ini pengaruh atau akibat yang dihasilkan dari kata dampak adalah merugikan dan cenderung memperburuk keadaan. 17 Berdasarkan arti tersebut, maka yang dimaksud dengan dampak dalam tulisan ini adalah akibat yang ditimbulkan dari perceraian orang tua sehingga dapat mempengaruhi kondisi mental dan motivasi belajar anak.
16
Peter Salim & Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991), hal. 85. 17 http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-dampak-menurut-para-ahli, dikutip tanggal 18 Juni 2016, pukul 20:45
13
b. Keluarga Orang tua adalah pendidik pertama. Anak akan sangat bergantung kepadanya. Sikap baik orang tua dalam mengajar dan mendidik, maka anaknya pun akan menjadi baik dan terdidik dan sebaliknya. Dalam hal ini, hampir seluruh tokoh pendidikan mengatakan bahwa jika kedua orang tua memperlakukan anak tidak baik, kasar, sering dipukul dicaci dan dihina, kelak anak akan menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak baik. Begitu pula dalam hal akhlaknya, ia akan menjadi anak yang penakut, tidak memiliki sikap tegas dan plin-plan. Keluarga
merupakan
lingkungan
yang
terdekat
untuk
membesarkan, mendewasakan dan di dalamnya anak mendapat pendidikan yang pertama kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan yang paling kuat dalam membesarkan anak dan terutama bagi anak yang belum sekolah. Oleh karena itu, keluarga memiliki peran yang penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh negatif. Oleh karena sejak kecil anak dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan untuk seterusnya, sebagian besar waktunya adalah di
14
dalam keluarga maka sepantasnya kalau kemungkinan timbulnya delinquency itu sebagian besar juga berasal dari keluarga. 18 Pendidikan keluarga termasuk pendidikan informal dan bentuk kegiatannya ialah belajar secara mandiri. Dalam islam tanggung jawab pendidikan bermula dari keluarga yakni ayah, kemudian ibu dan anakanaknya. Jika mereka tidak mampu membentuk kepribadian anak sebagai makhluk individu terutama pada pengembangan faktor endogen yakni kemampuan-kemampuan atau potensi-potensi menjadi nyata, maka tanggungjawab pendidikan dibebankan kepada di luar keluarga seperti orang-orang yang mampu, pemerintah dan lain sebagainya. Keluarga
merupakan
kelembagaan
masyarakat
yang
memegang peran kunci dalam proses pendidikan. Jadi, ayah, ibu dan seluruh anggota keluarga adalah demikian penting dalam proses pembentukan dan pengembangan pribadi. Demikian juga keluarga dapat berperan sebagai sarana pengembangan kawasan afektif dan psikomotor. Dalam keluarga diharapkan berlangsungnya pendidikan yang berfungsi pembentukan kepribadian sebagai makhluk individu, makhluk social, makhluk susila dan makhluk keagamaan. 19
18
Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1995), hal. 125. Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna, (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), hal. 123. 19
15
c. Perceraian Putusnya pernikahan adalah perceraian. Dalam istilah hukum islam adalah thalaq, artinya melepaskan atau meninggalkan. 20 Broken home dapat menimbulkan ketidak harmonisan dalam keluarga atau disintegrasi sehingga keadaan tersebut memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan terhadap perkembangan anak. Sedangkan dalam kenyataan menunjukkan bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan disebabkan karena di dalam keluarga terjadi disintegrasi. Alasan-alasan
terjadinya
perceraian
menurut
Kompilasi
Hukum Islam pasal 116 antara lain : a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) thaun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya. c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah pernikahan berlangsung. d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.
20
Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Pernikahan dan Perceraian Keluarga Muslim…, hal. 58.
16
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri f. Antara suami dan istriterus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun kembali dalam rumah tangga. g. Suami melanggar taklik talak h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.21 Pada dasarnya, kenakalan remaja yang disebabkan karena broken home maupun quasi broken home dapat diatasi dengan caracara tertentu. Dalam broken home cara mengatasi agar anak tidak menjadi delinquent ialah orang tua yang bertanggung jawab memelihara anaknya hendaklah mampu memberikan kasih sayang sepenuhnya sehingga anak tersebut merasa seolah-olah tidak pernah kehilangan ayah dan ibunya. Di samping itu keperluan anak secara jasmaniah (makan, minum, pakaian dan sarana-sarana lainnya) harus dipenuhi pula sebagaimana layaknya sehingga anak tersebut terhindar dari
21
perbuatan
yang
melawan
hukum,
misalnya
pencurian,
Idris Ramulyo, Hukum Pernikahan Islam…, hal. 152.
17
penggelapan, penipuan, dan delik-delik lain di luar KUH Pidana, misalnya penyalahgunaan obat-obat terlarang seperti narkotila.22 2. Tinjauan Tentang Kondisi Mental dan Motivasi Belajar PAI a. Pengertian Mental Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik. Demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh, akan membuktikan adanya kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhankebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti memperoleh penghargaan, mendapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi, maka akan membawa masalahmasalah emosional dan bentuk-bentuk maladjustment. Maladjustment sebagai manifestasi dari rasa emosional mental yang kurang sehat dapat merugikan belajarnya, misalnya, anak yang sedih akan kacau pikirannya, kecewa akan sulit mengadakan konsentrasi. Biasanya mereka melakukan kompensasi di bidang lain mungkin melakukan perbuatan-perbuatan agresif, seperti kenakalan, 22
Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1995), hal. 126.
18
merusak alat-alat sekolah, dan sebagainya. Keadaan seperti ini akan menimbulkan kesulitan belajar, sebab dirasa tidak mendatangkan kebahagiaan. Karena itu guru/petugas diagnosis harus cepat-cepat mengetahui keadaan mental serta emosi anak didiknya, barangkali faktor ini penyebab kesulitan belajar. 23 Jiwa yang terguncang dan merasa tidak mendapat kasih sayang, perlindungan juga perhatian, maka sudah tidak diragukan lagi anak akan melakukan beberapa tindakan yang tidak dibenarkan agama dan memiliki akhlak yang tidak baik sehingga ia senantiasa melakukan kerusakan, membuat kegaduhan dan pelanggaran yang semata-mata untuk mencari perhatian orang lain. Tentu saja harapan kita dari anak yang tidak mendapat kasih sayang, perhatian dan perlindungan baik dari ayah maupun ibunya adalah anak tidak menjadi orang yang selalu merusak, melakukan kejahatan, bermaksiat dan melakukan dosa. Namun, hal itu terasa sangat sulit diwujudkan jika anak berada di lingkungan yang demikian mengerikan.24 b. Motivasi Menurut McDonald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi 23
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013),
hal. 83. 24
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad Fi al-Islam Dar al-Salam. Diterjemahkan oleh Rohinah M. Nor dengan judul Mencintai dan Mendidik Anak Secara Islami, (Yogyakarta: Darul Hikmah, 2007), hal. 194.
19
untuk mencapai tujuan.25 Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar
kesuksesan belajarnya.
Seseorang yang besar
motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.26 Dapat kita katakan bahwa motivasi belajar peserta didik dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Di dalam usaha-usaha pendidikan, baik formal, nonformal maupun informal, motivasi yang datang atau timbul pada diri peserta didik itulah yang lebih baik. Crow dan crow memperjelas pentingnya motivasi dalam belajar seperti berikut : “Belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu dibangun dari minat yang telah ada pada diri anak.” Motivasi
berbeda
dengan
minat.
Ia
adalah
daya
penggerak/pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, 25
Tabrani Rusyan dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 100. 26 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar…, hal. 83.
20
umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat.27 Agar kegiatan individu itu memberikan hasil yang efektif, maka perlu adanya motif yang kuat, dan untuk itu perlu adanya usahausaha untuk membangkitkannya atau motivasi. Jadi, motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi dan situasi sehingga individu melakukan kegiatan yang dapat dilakukannya. Bentuk-bentuk motivasi antara lain adalah sebagai berikut : a. Kompetisi Ada dua macam kompetisi. Pertama, kompetisi dengan prestasi
sendiri
dalam
pengertian
selalu
berusaha
untuk
meningkatkan prestasi yang telah dicapai. Kedua, kompetisi dengan orang lain. Individu mempelajari dan membandingkan perstasinya dengan prestasi orang lain sehingga usaha untuk mencapai tujuan semakin kuat.
27
Dalyono, Psikologi Pendidikan…, hal. 57.
21
b. Tujuan yang jelas dan diakui Dengan kata lain dapat dirumuskan bahwa semakin jelas dan berarti tujuan yang akan dicapai itu, semakin besar kekuatan motif untuk mencapainya. c. Minat Suatu keinginan akan berjalan dengan lancar apabila ada minat, atau motif itu akan bangkit jika ada minat yang besar.minat dapat ditimbulkan dengan cara membangkitkan suatu kebutuhan (misalnya
kebutuhan
untuk
menghargai
keindahan,
untuk
mendapat penghargaan dan sebagainya), menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman
yang
lampau
dan
memberikan
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. 28 d. Belajar Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. 29 Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar. Tujuan yang diinginkan dalam belajar adalah hasil yang positif. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan di mana anak
28 29
Tabrani Rusyan dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar…, hal. 107. Tabrani Rusyan dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar…, hal. 7.
22
didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.30 Makna intelegensi disini yaitu kemampuan problem solving dalam segala situasi yang baru atau yang mengandung masalah. Perlu diketahui bahwa “problem solving” dalam segala situasi ini mencakup permasalahan pribadi, permasalahan social, permasalahan akademik cultural serta permasalahan ekonomi keluarga. 31 Adapun faktor-faktoryang mempengaruhi belajar anak antara lain : 1. Faktor Intern, yang meliputi : a) Faktor fisiologis, seperti kondisi badan yang kurang sehat dan cacat tubuh. b) Faktor Psikologis, seperti intelegensi, bakat, motivasi dan kesehatan mental. 2. Faktor ekstern, yang meliputi :
30 31
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar…, hal. 77. Dalyono, Psikologi Pendidikan…, hal. 185.
23
a) Faktor keluarga, misalnya hubungan orang tua dan anak, suasana keluarga atau rumah, ekonomi keluarga dan lainlain. b) Faktor sekolah, misalnya hubungan guru dan siswa, sarana dan prasarana pelajaran, kurikulum. c) Faktor media, baik cetak maupun elektronik. Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktorfaktor yang mempengaruhi belajar sebagaimana diuraikan di atas. Karena itu, mencari sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab lainnya, adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar. Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.32
F. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang dilaksanakan oleh seseorang peneliti untuk mengumpulkan, mengklarifikasi dan menganalisis data yang
32
Dalyono, Psikologi Pendidikan…, hal. 57.
24
ada di tempat
penelitian dengan menggunakan ukuran-ukuran dan
pengetahuan, hal ini dilakukan untuk mengungkap suatu kebenaran. 33 Adapun peran metode dalam penelitian sangat penting untuk mencapai suatu tujuan dari penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan
jenis penelitian lapangan (field
Research), yaitu penelitian yang dilakukan degan cara mengambil data dari lapangan atau lokasi yang menjadi obyek penelitian agar diperoleh data yang realistis dan valid. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah bersifat deskriptif. Menurut sukandarrumidi penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala masyarakat tertentu. Dalam penelitian deskriptif harus diperkecil dan tingkat keyakinan harus maksimal. Penelitian deskriptif ini salah satunya meliputi penelitian yang mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang nantinya akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. 34 Penelitian yang menggunakan data kualitatif, pada akhirnya pelaksanaan penelitian menggunakan suatu prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dari perilaku 33
Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta: PT. Gramedia, 1991), hal. 13. Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), hal. 104. 34
25
yang diamati, sehingga menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi, suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti dalam kehidupan sehari-hari. 35 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan psikologi pendidikan. Pada dasarnya psikologi pendidikan berbicara mengenai tingkah laku dan pengalaman seseorang yang berkaitan dalam proses pendidikan sehingga diharapkan mampu diterapkan dalam proses mengajar yang membawa kepada perubahan tingkah laku.36 Psikologi pendidikan juga membantu pendidik dan peserta didik dalam menyelesaikan masalah belajar dan mengajar. Teori psikologi pendidikan yang digunakan penulis yaitu teori psikologi belajar kognitif. Dalam teori belajar ini berpendapat bahwa tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insigh untuk pemecahan masalah. Jadi, tingkah laku
hal. 3.
35
Lexy J., Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004),
36
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), hal.
13.
26
seseorang lebih tergantung kepada insigh terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi. 37 3. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah 3 siswa kelas VIII yang orang tuanya bercerai, 8 siswa kelas VIII, kepala tata usaha, guru mata pelajaran PAI, guru BK, Kepala Madrasah dan Wali Kelas kelas VIII yang terdapat siswa korban perceraian di MTs Wahid Hasyim yang beralamatkan di Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara sampel bertujuan atau purposive sample yaitu mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.38. Catatan dokumentasi MTs Wahid Hasyim Yogyakarta 2015/2016 jumlah keseluruhan siswa kelas VIII ada 105 siswa. Sedang siswa yang orang tuanya bercerai terdapat 3 siswa yang nantinya akan dikaji lebih lanjut. Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. 39 Sumber informasi yang diperoleh di lapangan memiliki beberapa subjek penelitian, yaitu :
37
Dalyono, Psikologi Pendidikan…, hal. 34. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal. 183. 39 Lexy J., Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, . . . . . hal. 112. 38
27
a. Guru PAI dan wali kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta Melalui guru PAI dan wali kelas VIII tersebut, peneliti mendapatkan informasi tentang motivasi belajar PAI siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta yang menjadi korban perceraian orang tua. b. Guru BK dan 11 Siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta Melalui Guru BK dan siswa-siswi MTs Wahid Hasyim, peneliti mendapatkan informasi tentang kondisi mental dan perilaku yang dialami siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta yang menjadi korban perceraian orang tua. c. Kepala Madrasah dan kepala tata usaha MTs Wahid Hasyim Yogyakarta Melalui kepala sekolah dan kepala tata usaha, peneliti mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, struktur organisasi, jumlah peserta didik serta perilaku peserta didik. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam
penelitian
ini,
metode
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data adalah : a. Observasi
28
Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan
jalan
mengadakan
pengamatan
secara
langsung
dan
sistematis. 40 Metode ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Metode observasi langsung Observasi langsng ini merupakan obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama obyek yang sedang diteliti. 2) Metode observasi tidak lagsung Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya sebuah peristiwa yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide dan rangkaian foto.41 Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mendapatkan data yang mudah diamati secara langsung seperti keadaan di MTs Wahid Hasyim Yogyakarta dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru PAI. b. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang
40
Tukiran Taniredja, Penelitian Kuantitatif Sebuah Pengantar, (Bandung: Alfabeta, 2014),
hal. 47. 41
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), hal. 129.
29
diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. 42 Teknik yang digunakan penulis adalah wawancara bebas terpimpin yaitu dengan menanyakan serentetan pertanyaan yang terstruktur kepada subyek penelitian kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut diperdalam untuk mendapatkan data yang valid dan tidak menyimpang dari permasalahan yang telah dirumuskan. Selain melakukan wawancara dengan anak-anak yang menjadi responden dalam penelitian ini, penulis juga melakukan wawancara dengan siswa yang lain, guru mata pelajaran PAI, Wali kelas VIII, Guru BK dan kepala madrasah MTs Wahid Hasyim Yogyakarta yaitu sebagai usaha untuk mendapatkan data yang benar. Untuk menguji kevalidan data, penulis melakukan kegiatan yang disebut triangulasi yaitu usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang telah dikumpulkan yaitu dengan membacakan kembali catatan jawaban untuk didengar oleh sumber data atau dengan mengulang kembali interview dan observasi pada data yang sama. 43
42
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 138. 43 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996), hal. 188.
30
c. Dokumentasi Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain sebagainya. 44 Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang gambaran umum MTs Wahid Hasyim Yogyakarta, sejarah singkat berdiri dan perkembangannya, administrasi sekolah, struktur organisasi, sarana prasarana dan informasi lainnya yang sesuai dengan pokok bahasan penulis. 5. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan suatu data ke dalam bentuk yang lebih mudah dan dapat diinterpretasikan. 45 Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini digunakan untuk data kualitatif yang data yang digunakannya adalah berupa catatan-catatan yang biasanya cenderung banyak dan menumpuk sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menganalisisnya secara seksama. Kegiatan analisis kualitatif ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
44
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), hal. 100. 45 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metodolodi Penelitian Survey, cet 1, (Jakarta: LP3ES, 1987), hal. 263.
31
bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. 46 Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data yaitu sebagai berikut : 1. Reduksi Data (Data Reduction) pemilihan,
pemusatan
perhatian
diartikan sebagai proses pada
penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatancatatan lapangan. 2. Penyajian Data (Data Display) Penyajian data yang dimaksud disini yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Sedangkan
bagian
terakhir
dari
analisis
adalah
menarik
kesimpulan atau verifikasi (Conclusion Drawing). Kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan sponsor. Proses pengumpulan data pada analisis data kualitatif dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu : transkripsi, pengorganisasian data, pengenalan dan koding.47
46 47
U. Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Unpar Press, 2006), hal. 104. Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 95
32
Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif ialah mengolah data dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, terstruktur dan mempunyai makna. 48
G. Sistematika Pembahasan Hasil penelitian ini akan dilaporkan dalam bentuk laporan hasil penelitian yang dirumuskan sebagai berikut : BAB I, merupakan pendahuluan yang meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II, berisi gambaran umum MTs Wahid Hasyim Yogyakarta yang terdiri dari letak geografis, sejarah berdiri dan perkembangannya, visi misi dan tujuan pendidikan, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan, siswa dan sarana prasarana, MTs Wahid Hasyim Yogyakarta. BAB III, berisikan tentang pembahasan dan penyajian data mengenai Dampak Perceraian orang tua terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI studi kasus 3 siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta serta pembahasan tentang upaya guru PAI dalam menangani kasus tersebut. BAB IV, merupakan bab yang terakhir yaitu penutup yang berisikan kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
48
Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan NVIVO, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), hal. 87.
33
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dalam pembahasan bab-bab terdahulu, terdapat beberapa hal yang dapat penulis simpulkan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, yaitu : 1. Dampak perceraian orang tua terhadap kondisi mental siswa yakni anak akan merasa ketidaknyamanan terutama dalam lingkungan keluarga sebab dengan latar belakang keluarga pasca perceraian anak akan mengalami perubahan psikologi yang merugikan diri anak itu sendiri seperti malasmalasan, minder, brutal dan dapat pula melakukan hal yang tidak diinginkan. Sedangkan dampak perceraian orang tua terhadap motivasi belajar PAI siswa disini yaitu semua responden merasa kurang perhatian dari salah satu pihak orang tua terkait motivasi belajar. Kurangnya perhatian dari orang tua menjadi salah satu penyebab siswa mengalami kesulitan belajar dan menurunkan motivasi belajar siswa karena ketidaknyamanan dalam kondisi keluarga yang tidak utuh. 2. Upaya yang dilakukan guru PAI dalam mengatasi dampak perceraian tersebut dengan beberapa hal yaitu dengan cara pemanggilan, pendekatan didalam maupun diluar sekolah, bimbingan agama, menasehati serta melakukan kerjasama dengan wali kelas dan pihak bimbingan konseling.
Hal tersebut dijelaskan oleh guru PAI MTs Wahid Hasyim yang berpendapat bahwa enam upaya tersebut dirasa cukup dalam menangani siswa yang menjadi korban perceraian orang tuanya. Kuncinya adalah pendekatan kepada siswa agar siswa tersebut merasa nyaman sehingga bisa terbuka dalam menceritakan masalahnya.
B. Saran Setelah mengadakan pembahasan pada bab-bab terdahulu, ada yang beberapa saran yang dapat penulis kemukakan, yaitu : 1. Bagi siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim yang orang tuanya bercerai, hendaknya lebih memahami arti keluarga dan terus maju untuk masa depan serta jadikanlah permasalahan keluarga itu sebagai pengalaman dan pembelajaran bagi kalian untuk mencapai kehidupan baru dan tetaplah jaga komunikasi diantara anggota keluarga 2. Bagi guru PAI dan pihak sekolah, hendaknya lebih memperhatikan siswasiswa yang background keluarganya tidak utuh atau memiliki problem, karena bisa jadi dan memang seringkali masalah-masalah yang muncul dari kesulitan belajar siswa berasal dari keluarga sehingga membutuhkan penanganan khusus untuk bisa menetralkan motivasi belajar siswa tersebut.
97
C. Kata Penutup Kata yang tak lupa untuk selalu diucapkan adalah rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyususnan skripsi ini. Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji hanya milik dan untuk Allah semata penulis yakini dengan sepenuh hati, karena berkat maunah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul Penanaman Nilai-Nilai Pluralisme Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Wahid Hasyim Yogyakarta dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tetap tercurah keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Penyusun skiripsi ini tentunya masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi, karena selama penulisan skripsi ini penyusun menyadari betapa terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kalam, harapan penyusun semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa saja khususnya bagi lembaga pendidikan Islam dalam rangka untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia.
98
Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas segala motivasi, dan keyakinan yang senantiasa diberikan kepada penyusun oleh semua pihak dalam menyelesaikan skripsi ini.
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Boedi & Beni Ahmad Saebani, Pernikahan dan Perceraian Keluarga Muslim, Bandung:CV Pustaka Setia, 2013. Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013. A.M, Sadirman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet. VI, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996. Arifuddin,Muhammad, Duhai Annakku!, Sidoarjo: Mashun, 2009 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2013 Ash-Shawwaf, Muhammad SAW Syarif, Tarbiyyah al-Abna’ wa alMurahiqin min Manzhar asy-Syari’ah al-Islamiyah. Diterjemahkan oleh Ujang Tatang Wahyuddin, dengan judul ABG Islami: Kiat-kiat Efektif Mendidik Anak dan Remaja,Bandung: Pustaka Hidayah, 2003. Basyier, Abu Umar, Mengapa Harus Bercerai?,Surabaya: Shafa Publika, 2012. Dagun, Save M, Psikologi Keluarga, cetakan II, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997. Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Grasindo, 2008. Hadi, Amirul dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, Bandung : CV. Pustaka Setia, 1998. Ibnu Hajar Al-Hafidz, Bulughul Maram, Jakarta : Haramain, 2008. Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : PT. Gramedia, 1991. Lexy J., Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004. 100
Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna, Yogyakarta: Nuha Litera, 2010. Muslimatun, Siti, “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMK Muhammad SAWiyah Cangkringan Sleman Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. Nawawi, Hadari dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996. Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. Patilima, Hamid, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : ALFABETA, 2013 Ramulyo, Idris, Hukum Pernikahan Islam Suatu Analisis dari Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Rusyan, Tabrani, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994. Salim, Peter& Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 1991. Silalahi, U, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Unpar Press, 2006. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metodolodi Penelitian Survey, cet 1, Jakarta: LP3ES, 1987. Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1995. Sukandarrumidi, Metodologi University Press, 2012.
Penelitian,
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
Supriatna, dkk, Fiqh Munakahat II Dilengkapi dengan UU No.1/1974 dan kompilasi Hukum Islam, Yogyakarta: Bidang Akademik, 2008. Sutopo, Ariesto Hadi dan Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan NVIVO, Jakarta: Prenada Media Grup, 2010.
101
Taniredja, Tukiran,Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar), Bandung: Alfabeta, 2014. Ulphatuslicha, “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Perkembangan Emosional Anak”,Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. Ulwan , Abdullah Nashih, Tarbiyah al-Aulad Fi al-Islam Dar al-Salam. Diterjemahkan oleh Rohinah M. Nor dengan judul Mencintai dan Mendidik Anak Secara Islami, Yogyakarta: Darul Hikmah, 2007. Wijayanti, Eka Nurul, “Korelasi Tingkat Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Tepus Gunung Kidul”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
102
PEDOMAN PENELITIAN (Observasi, Wawancara dan Dokumentasi)
A. Pedoman Observasi 1. Letak dan keadaan geografis MTs Wahid Hasyim Yogyakarta 2. Kondisi dan situasi lingkungan MTs Wahid Hasyim Yogyakarta 3. Keadaan bangunan dan lingkungan sekitar MTs Wahid Hasyim Yogyakarta 4. Keadaan sarana prasarana MTs Wahid Hasyim Yogyakarta 5. Proses pembelajaran PAI di MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
B. Pedoman Dokumentasi 1. Sejarah berdiri dan perkembangan MTs Wahid Hasyim Yogyakarta 2. Struktur dan Organisasi MTs Wahid Hasyim Yogyakarta 3. Keadaan siswa, guru dan karyawan MTs Wahid Hasyim Yogyakarta 4. Sarana prasarana MTs Wahid Hasyim Yogyakarta 5. Pelaksanaan Pembelajaran PAI di MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
C. Pedoman Wawancara 1. Pedoman wawancara dengan kepala sekolah, a. Bagaimanakah Letak dan keadaan geografis MTs Wahid Hasyim Yogyakarta ? b. Bagaiamana Sejarah berdiri dan perkembangan MTs Wahid Hasyim Yogyakarta ? c. Bagaiaman Kondisi dan situasi lingkungan MTs Wahid Hasyim Yogyakarta ? d. Bagaimana Keadaan bangunan dan lingkungan sekitar MTs Wahid Hasyim Yogyakarta ?
e. Seperti apa bentuk Struktur dan organisasi MTs Wahid Hasyim Yogyakarta ? f. Bagaimana Keadaan siswa, guru dan karyawan MTs Wahid Hasyim Yogyakarta ? g. Bagaimana Keadaan sarana prasarana MTs Wahid Hasyim Yogyakarta ?
2. Pedoman wawancara dengan siswa yang ditinggal orang tuanya bercerai a. Apakah anda dapat menerima perceraian orang tua? b. Bagaimana perasaan anda ketika mengetahui orang tua anda bercerai? c. Apakah anda kecewa dengan keputusan orang tua? d. Apa yang dapat anda pelajari dari keputusan orang tua? e. Bagaimana harapan anda terhadap orang tua anda kedepan? f. Bagaimana keinginan anda untuk belajar? g. Bagaimana cara yang anda lakukan untuk memotivasi keinginan belajar anda? h. Pelajaran apa yang menurut anda sulit khususnya dalam bidang PAI? i.
Pelajaran apa yang anda sukai khususnya dalam bidang PAI?
3. Pedoman wawancara siswa slain sebagai teman responden a. Sebagai teman satu kelasnya, menurut anda bagaimanakah sifat Ra, Anti dan Ann? b. Menurut anda, bagaimana sikap Ra, Anti dan Ann dalam bergaul (bersosialisasi)? c. Bagaimana semangat/motivasi belajar PAI Ra, Anti dan Ann di dalam kelas?
4. Pedoman wawancara dengan Guru PAI a. Bagaimana pengalaman Ibu selama menjadi guru PAI? b. Kendala apa saja yang anda temui selama mengajar PAI di kelas? c. Bagaimana pandangan anda terhadap kondisi anak korban perceraian? d. Berdasarkan sepengetahuan Bapak/Ibu, faktor-faktor apa saja yang menjadi kesulitan belajar pada siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta? e. Menurut anda, bagaimana motivasi belajar anak yang ditinggal orang tuanya bercerai? f. Upaya apa saja yang dilakukan Bapak/Ibu untuk mengatasi siswa korban perceraian terhadap kondisi mental dan motivasi belajar PAI?
5. Pedoman wawancara dengan wali kelas a. Bagaimana pengalaman anda selama menjadi wali kelas? b. Menurut anda, bagaimana sifat atau keseharian siswa kelas VIII yang menjadi korban perceraian orang tua? c. Bagaimana motivasi belajar PAI mereka selama berada di kelas?
6. Pedoman wawancara dengan guru BK a. Sudah berapa lama anda menjadi guru BK? b. Menurut pengetahuan anda, bagaimana sifat atau sikap keseharian siswa yang menjadi korban perceraian orang tua? c. Bagaimana upaya anda dalam menangani motivasi belajar anak yang menjadi korban perceraian?
CATATAN LAPANGAN 1
Metode Pengumpulan Data
: Observasi
Hari/Tanggal
: Jum’at, 5 Februari 2016
Jam
: 09:00 – 11:30
Tempat
: MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Observasi
Deskripsi Berhubung peneliti telah mengetahui seluk beluk MTs Wahid Hasyim karena sejak tahun 2014 telah bergabung menjadi keluarga yaitu sebagai tenaga pengajar sekaligus Pembina asrama putri di MTs Wahid Hasyim tersebut maka dalam observasi ini peneliti telah lama mengamati kondisi dan perkembangan di MTs Wahid Hasyim. Lingkungan MTs Wahid Hasyim terlihat nyaman dan jauh dari kebisingan karena letaknya yang berada diantara ladang sawah sehingga nyaman untuk belajar siswa. Di samping itu, MTs Wahid Hasyim memang tidak terlalu luas, ada beberapa gedung yang melengkapinya seperti kantor, ruang guru, perpustakaan, 12 ruang kelas dan halaman lapangan yang biasanya digunakan untuk upacara dan kegiatan olahraga serta sarana prasarana lainnya yang dapat digunakan demi kelancaran proses belajar mengajar.
Interpretasi Dari deskripsi di atas, dapat diberikan catatan diantaranya sebagai berikut : 1. Kondisi MTs Wahid Hasyim Yogyakarta berada di lingkungan yang jauh dari kebisingan sehingga belajar mengajar terasa lebih nyaman dan tenang 2. Sarana dan prasarana yang tersedia kurang lengkap, sehingga ini menjadi salah satu kendala yang harus diperhatikan kedepannya bagi sekolah.
Catatan Lapangan 2
Metode Pengumpulan Data
: Observasi dan Wawancara
Hari/Tanggal
: Sabtu, 6 Februari 2016
Jam
: 08:30 – 09:00
Tempat
: MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Kepala Madrasah (Bp. M. Fahd Wakhyudin, M.Pd.I)
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Wawancara
Data Wawancara Wawancara pertama dilakukan terhadap informan yaitu kepala madrasah dalam hal ini peneliti langsung menanyakan hal terkait gambaran umum atau profil tentang MTs Wahid Hasyim Yogyakarta ? Jawaban: Bapak kepala madrasah dengan singkat menjawab perihal terkait gambaran umum MTs Wahid Hasyim Yogyakarta secara sangat global yaitu sebuah madrasah yang berbasiskan pembelajaran pesantren yaitu selain menerapkan kurikulum DIKNAS dan DEPAG MTs Wahid Hasyim juga menggunakan pembelajaran berbasis pada pembelajajaran pesantren maksudnya menganut tradisi keislaman dengan materi agama lebih banyak dan adanya tamabahan pelajaran basik keagamaan dengan menggunakan kutub At-turots (kitab kuning) . Terkait data gambaran umum, letak geografis dan sejarah berdiri dan berkembangnya MTs Wahid Hasyim bapak kepala madrasah menuturkan data selengkapnya bisa minta dengan bapak Ulil Albab, S.Sos. selaku staf TU bagian humas atau bisa mengunduh di website Pondok Pesantren Wahid Hasyim. www.ppwahidhasyim.com.
Data Observasi: keadaan lingkungan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta terlihat kondusif dan strategis hal ini sangat mendukung untuk kegiatan belajar, keadaan ruang belajar, musholla, aula, perpustakaan, asrama, koppontren, Mini market, kantin, kantin, serta fasilitas internet di dalam pondok dan lain-lain, hal ini sangat layak,.serta sarana pengembangan diri siswa sangat mendukung walaupun ada juga hal yang masih kurang dan butuh pengembangan terus menerus.
Catatan Lapangan 3
Metode Pengumpulan Data
: Observasi dan Wawancara
Hari/Tanggal
: Senin, 8 Februari 2016
Jam
: 09:45 – 11:00
Tempat
: MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Bp. Ulil Albab, S.Sos.I
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Wawancara Data Wawancara : Peneliti : “Maaf pak, mau bertanya kemarin saya sudah bertemu dengan bapak kepala madrasah, kemarin saya menanyakan terkait gambaran umum MTs Wahid Hasyim, kata beliau data selengkapnya bisa minta dengan bapak?” Jawaban: Bapak subiyanto : “Iya Pak, bisa, datanya ada pada saya yang sudah di up date tapi ada juga yang belum di up date atau dalam website, njenengan bisa mengunduh tapi ada beberapa yang belum di up date bagaimana?” Saya : “ya, tidak apa-apa pak yang penting ada data terkait gambaran umun dan profil MTs Wahid Hasyim lengkap. Data Dokumen: Seluruh dokumen lengkap berupa file soft copy tentang MTs Wahid Hasyim, diperoleh dari data yang ada di TU ada juga file yang di unduh dari website Pondok Pesantren Wahid Hasyim (www.ppwahidhasyim.com). File tersebut berisi profil lengkap Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta dan ada link data untuk mendapatkan profil atau gambaran umum MTs Wahid Hasyim Yogyakarta, jadwal kegiatan santri, dokumen keadaan ustadz dan santri, dan lain-lain.
Catatan Lapangan 4
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Rabu, 10 Februari 2016
Jam
: 19:30 – 21:00
Tempat
: Asrama Tahfidz Putri MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Responden 1
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Wawancara
1. Apakah anda dapat menerima perceraian orang tua? 2. Bagaimana perasaan anda ketika mengetahui orang tua anda bercerai? 3. Apakah anda kecewa dengan keputusan yang diambil orang tua? 4. Apa yang dapat anda pelajari dari keputusan orang tua? 5. Bagaimana harapan anda terhadap orang tua anda kedepan? 6. Bagaimana keinginan anda untuk belajar? 7. Bagaimana cara yang anda lakukan untuk memotivasi keinginan belajar anda? 8. Pelajaran apa yang menurut anda sulit khususnya dalam bidang PAI? 9. Pelajaran apa yang anda sukai khususnya dalam bidang PAI?
Jawaban yang diberikan Ra : 1. Ya awalnya gak terima, tapi ya diikhlas-ikhlasin aja, 2. Sedih, soalnya saya gak pernah mikir kalo ayah sama bunda bakal cerai. Padahal sebelum-sebelumnya saya pernah ngejek temen saya yang orang tuanya cerai terus nikah lagi. 3. Awalnya Ra kecewa, tapi kesini-kesini Ra udah bisa mikir, ayah sama bunda cerai pasti ada alasannya dan mungkin itu keputusan yang lebih baik 4. Biar bisa berpikir lebih panjang untuk cari pasangan kalo udah besar nanti
5. Tadinya Ra pengin ayah sama bunda balik lagi, tapi kalo dipikir-pikir kalo bunda sama ayah balik lagi, kasian adik-adik saya yang masih kecil-kecil apalagi afin, kasian kalo besar nanti tanpa ayah, padahal afin deket sama ayah. 6. Pengin bisa fokus belajar walaupun lagi banyak masalah 7. Inget cita-cita, inget bunda, sama inget kata-katanya ayah “yang jelek jangan dicontoh” 8. SKI (soalnya sejarah, Ra gak suka sejarah. Kebanyakan bacaan) Qur’an Hadits (gak ngerti tajwid, susah dipahami) Bahasa Arab (kebanyakan mufrodat, susah untuk diinget dan pnjang pendeknya harus bener) 9. Aqidah Akhlak, Fiqh, Fiqh Pesantren, soalnya isi di dalam bukunya adalah kehidupan sehari-hari.
Catatan Lapangan 5
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Kamis, 11 Februari 2016
Jam
: 20:00 – 21:00
Tempat
: Asrama Tahfidz Putri MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Responden 1
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Wawancara
1. Apakah anda dapat menerima perceraian orang tua? 2. Bagaimana perasaan anda ketika mengetahui orang tua anda bercerai? 3. Apakah anda kecewa dengan keputusan yang diambil orang tua? 4. Apa yang dapat anda pelajari dari keputusan orang tua? 5. Bagaimana harapan anda terhadap orang tua anda kedepan? 6. Bagaimana keinginan anda untuk belajar? 7. Bagaimana cara yang anda lakukan untuk memotivasi keinginan belajar anda? 8. Pelajaran apa yang menurut anda sulit khususnya dalam bidang PAI? 9. Pelajaran apa yang anda sukai khususnya dalam bidang PAI?
Jawaban yang diberikan Anti : 1. Ya saya dapat menerimanya, karena mungkin itu keputusan terbaik bagi ibu saya. 2. Sedih, iri sama temen-temen yang lain yang dapat merasakan kasih sayang kedua orang tuanya. 3. Awalnya saya kecewa dengan keputusan mereka 4. Saya tidak ingin seperti mereka, saya akan lebih hati-hati mengambil keputusan 5. Harapan saya, orang tua saya bahagia dengan kehidupan barunya yang sekarang, karena saya juga bahagia dengan kehidupan saat ini
6. Saya ingin dapat motivasi dari kedua orang tua saya karena saat ini hanya ibu saya yang dapat memotivasi saya. 7. Saya harus mengingat sosok ibu saya (seorang single parent) yang telah membesarkan saya, dan menyekolahkan saya hingga di Wahid Hasyim ini. 8. SKI dan Qur’an Hadits (soalnya susah, kebanyakan baca sejarah, saya gak suka sejarah) 9. Bahasa Arab, karena itu pelajaran kesukaan saya
Catatan Lapangan 6
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Rabu, 10 Februari 2016
Jam
: 19:30 – 21:00
Tempat
: Asrama Tahfidz Putri MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Responden 1
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Wawancara
1. Apakah anda dapat menerima perceraian orang tua? 2. Bagaimana perasaan anda ketika mengetahui orang tua anda bercerai? 3. Apakah anda kecewa dengan keputusan yang diambil orang tua? 4. Apa yang dapat anda pelajari dari keputusan orang tua? 5. Bagaimana harapan anda terhadap orang tua anda kedepan? 6. Bagaimana keinginan anda untuk belajar? 7. Bagaimana cara yang anda lakukan untuk memotivasi keinginan belajar anda? 8. Pelajaran apa yang menurut anda sulit khususnya dalam bidang PAI? 9. Pelajaran apa yang anda sukai khususnya dalam bidang PAI?
Jawaban yang diberikan Ann : 1. Menurutku aku membutuhkan kasih sayang yang lengkap, tidak hanya salah satunya. Aku membutuhkan kasih sayang utuh, bukan setengah-setengah. 2. Sedih, karena belum bisa banggain orang tua dan aku juga belum bisa bahagiain orang tua. 3. Kecewa, kerena menurutku, aku belum mengerti apa artinya perceraian dan aku belum mendapatkan kebahagiaan dan perhatian dari orang tua yang utuh. 4. Besok, kalo aku udah besar enggak boleh kaya mamah sama papah, kasian anaknya belum bisa dapat perhatian utuh
5. Buat kedepannya, orang tua ku bisa jadi keluarga yang bahagia, enggak ada yang marah-marah, nggak ada yang bertengkar lagi dan nggak ada kekasaran. 6. Pengen bisa lebih fokus belajar dan nggak main-main lagi 7. Inget kata-kata dari mamah (belajar dulu yang pinter) baru banggain orang tua. 8. Bahasa Arab dan SKI (sering ngafalin mufrodat dan TTL Khalifah, susah buat belajar karena gurunya enggak enak) 9. Aqidah Akhlak (asyiik karena gurunya nyenengin, lebih bisa mengerti kehidupan sehari-hari yang benar)
Catatan Lapangan 7
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Kamis, 11 Februari 2016
Jam
: 13:00 WIB
Tempat
: MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Guru PAI
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Wawancara 1. Tanya : Apa latar belakang pendidikan Ibu? Jawab : Sarjana Pendidikan Islam 2. Tanya : Bagaimana pengalaman Ibu selama menjadi guru PAI? Jawab : Pengalaman yang bermacam-macam menghadapi siswa yang bandel, dan mengetahui karakter siswa yang bermacam-macam 3. Tanya : Kendala apa saja yang anda temui selama mengajar PAI di kelas? Jawab : 4. Tanya : Bagaimana pandangan anda terhadap kondisi anak korban perceraian? Jawab : 5. Tanya : Berdasarkan sepengetahuan Bapak/Ibu, faktor-faktor apa saja yang menjadi kesulitan belajar pada siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta? Jawab : 6. Tanya : Menurut anda, bagaimana motivasi belajar anak yang ditinggal orang tuanya bercerai? Jawab : 7. Tanya : Usaha-usaha apa yang dilakukan Bapak/Ibu untuk mengatasi siswa korban perceraian terhadap motivasi belajar PAI? Jawab :
CATATAN LAPANGAN 1
Metode Pengumpulan Data
: Observasi
Hari/Tanggal
: Jum’at, 5 Februari 2016
Jam
: 09:00 – 11:30
Tempat
: MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Observasi
Deskripsi Berhubung peneliti telah mengetahui seluk beluk MTs Wahid Hasyim karena sejak tahun 2014 telah bergabung menjadi keluarga yaitu sebagai tenaga pengajar sekaligus Pembina asrama putri di MTs Wahid Hasyim tersebut maka dalam observasi ini peneliti telah lama mengamati kondisi dan perkembangan di MTs Wahid Hasyim. Lingkungan MTs Wahid Hasyim terlihat nyaman dan jauh dari kebisingan karena letaknya yang berada diantara ladang sawah sehingga nyaman untuk belajar siswa. Di samping itu, MTs Wahid Hasyim memang tidak terlalu luas, ada beberapa gedung yang melengkapinya seperti kantor, ruang guru, perpustakaan, 12 ruang kelas dan halaman lapangan yang biasanya digunakan untuk upacara dan kegiatan olahraga serta sarana prasarana lainnya yang dapat digunakan demi kelancaran proses belajar mengajar.
Interpretasi Dari deskripsi di atas, dapat diberikan catatan diantaranya sebagai berikut : 1. Kondisi MTs Wahid Hasyim Yogyakarta berada di lingkungan yang jauh dari kebisingan sehingga belajar mengajar terasa lebih nyaman dan tenang 2. Sarana dan prasarana yang tersedia kurang lengkap, sehingga ini menjadi salah satu kendala yang harus diperhatikan kedepannya bagi sekolah.
Catatan Lapangan 2
Metode Pengumpulan Data
: Observasi dan Wawancara
Hari/Tanggal
: Sabtu, 6 Februari 2016
Jam
: 08:30 – 09:00
Tempat
: MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Kepala Madrasah (M. Fahd Wakhyudin, M.Pd.I)
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Wawancara
Data Wawancara Wawancara pertama dilakukan terhadap informan yaitu kepala madrasah dalam hal ini peneliti langsung menanyakan hal terkait gambaran umum atau profil tentang MTs Wahid Hasyim Yogyakarta ? Jawaban: Bapak kepala madrasah dengan singkat menjawab perihal terkait gambaran umum MTs Wahid Hasyim Yogyakarta secara sangat global yaitu sebuah madrasah yang berbasiskan pembelajaran pesantren yaitu selain menerapkan kurikulum DIKNAS dan DEPAG MTs Wahid Hasyim juga menggunakan pembelajaran berbasis pada pembelajajaran pesantren maksudnya menganut tradisi keislaman dengan materi agama lebih banyak dan adanya tamabahan pelajaran basik keagamaan dengan menggunakan kutub At-turots (kitab kuning) . Terkait data gambaran umum, letak geografis dan sejarah berdiri dan berkembangnya MTs Wahid Hasyim bapak kepala madrasah menuturkan data selengkapnya bisa minta dengan bapak Ulil Albab, S.Sos. selaku staf TU
bagian humas atau bisa mengunduh di website Pondok Pesantren Wahid Hasyim. www.ppwahidhasyim.com.
Data Observasi: keadaan lingkungan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta terlihat kondusif dan strategis hal ini sangat mendukung untuk kegiatan belajar, keadaan ruang belajar, musholla, aula, perpustakaan, asrama, koppontren, Mini market, kantin, kantin, serta fasilitas internet di dalam pondok dan lain-lain, hal ini sangat layak,.serta sarana pengembangan diri siswa sangat mendukung walaupun ada juga hal yang masih kurang dan butuh pengembangan terus menerus.
Catatan Lapangan 3
Metode Pengumpulan Data
: Observasi dan Wawancara
Hari/Tanggal
: Senin, 8 Februari 2016
Jam
: 09:45 – 11:00
Tempat
: MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Bp. Ulil Albab, S.Sos.I
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Wawancara Data Wawancara : Peneliti : “Maaf pak, mau bertanya kemarin saya sudah bertemu dengan bapak kepala madrasah, kemarin saya menanyakan terkait gambaran umum MTs Wahid Hasyim, kata beliau data selengkapnya bisa minta dengan bapak?” Bapak Ulil Albab : “Iya mba, bisa, datanya ada pada saya yang sudah di up date tapi ada juga yang belum di up date atau dalam website, njenengan bisa mengunduh tapi ada beberapa yang belum di up date bagaimana?” Peneliti : “ya, tidak apa-apa pak yang penting ada data terkait gambaran umun dan profil MTs Wahid Hasyim lengkap. Data Dokumen: Seluruh dokumen lengkap berupa file soft copy tentang MTs Wahid Hasyim, diperoleh dari data yang ada di TU ada juga file yang di unduh dari website Pondok Pesantren Wahid Hasyim (www.ppwahidhasyim.com). File tersebut berisi profil lengkap Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta dan ada link data untuk mendapatkan profil atau gambaran umum MTs Wahid Hasyim Yogyakarta, jadwal kegiatan santri, dokumen keadaan ustadz dan santri.
Catatan Lapangan 4
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Rabu, 10 Februari 2016
Jam
: 19:30 – 21:00
Tempat
: Asrama Putri MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Responden 1,2 dan 3
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Wawancara
1. Apakah anda dapat menerima perceraian orang tua? 2. Bagaimana perasaan anda ketika mengetahui orang tua anda bercerai? 3. Apakah anda kecewa dengan keputusan yang diambil orang tua? 4. Apa yang dapat anda pelajari dari keputusan orang tua? 5. Bagaimana harapan anda terhadap orang tua anda kedepan? 6. Bagaimana keinginan anda untuk belajar? 7. Bagaimana cara yang anda lakukan untuk memotivasi keinginan belajar anda? 8. Pelajaran apa yang menurut anda sulit khususnya dalam bidang PAI? 9. Pelajaran apa yang anda sukai khususnya dalam bidang PAI?
Jawaban yang diberikan Ra : 1. Ya awalnya gak terima, tapi ya diikhlas-ikhlasin aja, 2. Sedih, soalnya saya gak pernah mikir kalo ayah sama bunda bakal cerai. Padahal sebelum-sebelumnya saya pernah ngejek temen saya yang orang tuanya cerai terus nikah lagi. 3. Awalnya Ra kecewa, tapi kesini-kesini Ra udah bisa mikir, ayah sama bunda cerai pasti ada alasannya dan mungkin itu keputusan yang lebih baik 4. Biar bisa berpikir lebih panjang untuk cari pasangan kalo udah besar nanti
5. Tadinya Ra pengin ayah sama bunda balik lagi, tapi kalo dipikir-pikir kalo bunda sama ayah balik lagi, kasian adik-adik saya yang masih kecil-kecil apalagi afin, kasian kalo besar nanti tanpa ayah, padahal afin deket sama ayah. 6. Pengin bisa fokus belajar walaupun lagi banyak masalah 7. Inget cita-cita, inget bunda, sama inget kata-katanya ayah “yang jelek jangan dicontoh” 8. SKI (soalnya sejarah, Ra gak suka sejarah. Kebanyakan bacaan) Qur’an Hadits (gak ngerti tajwid, susah dipahami) Bahasa Arab (kebanyakan mufrodat, susah untuk diinget dan pnjang pendeknya harus bener) 9. Aqidah Akhlak, Fiqh, Fiqh Pesantren, soalnya isi di dalam bukunya adalah kehidupan sehari-hari.
Jawaban yang diberikan Anti : 1. Ya saya dapat menerimanya, karena mungkin itu keputusan terbaik bagi ibu saya. 2. Sedih, iri sama temen-temen yang lain yang dapat merasakan kasih sayang kedua orang tuanya. 3. Awalnya saya kecewa dengan keputusan mereka 4. Saya tidak ingin seperti mereka, saya akan lebih hati-hati mengambil keputusan 5. Harapan saya, orang tua saya bahagia dengan kehidupan barunya yang sekarang, karena saya juga bahagia dengan kehidupan saat ini 6. Saya ingin dapat motivasi dari kedua orang tua saya karena saat ini hanya ibu saya yang dapat memotivasi saya. 7. Saya harus mengingat sosok ibu saya (seorang single parent) yang telah membesarkan saya, dan menyekolahkan saya hingga di Wahid Hasyim ini. 8. SKI dan Qur’an Hadits (soalnya susah, kebanyakan baca sejarah, saya gak suka sejarah) 9. Bahasa Arab, karena itu pelajaran kesukaan saya
Jawaban yang diberikan Ann : 1. Menurutku aku membutuhkan kasih sayang yang lengkap, tidak hanya salah satunya. Aku membutuhkan kasih sayang utuh, bukan setengah-setengah. 2. Sedih, karena belum bisa banggain orang tua dan aku juga belum bisa bahagiain orang tua. 3. Kecewa, kerena menurutku, aku belum mengerti apa artinya perceraian dan aku belum mendapatkan kebahagiaan dan perhatian dari orang tua yang utuh. 4. Besok, kalo aku udah besar enggak boleh kaya mamah sama papah, kasian anaknya belum bisa dapat perhatian utuh 5. Buat kedepannya, orang tua ku bisa jadi keluarga yang bahagia, enggak ada yang marah-marah, nggak ada yang bertengkar lagi dan nggak ada kekasaran. 6. Pengen bisa lebih fokus belajar dan nggak main-main lagi 7. Inget kata-kata dari mamah (belajar dulu yang pinter) baru banggain orang tua. 8. Bahasa Arab dan SKI (sering ngafalin mufrodat dan TTL Khalifah, susah buat belajar karena gurunya enggak enak) 9. Aqidah Akhlak (asyiik karena gurunya nyenengin, lebih bisa mengerti kehidupan sehari-hari yang benar)
Catatan Lapangan 5
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Kamis, 11 Februari 2016
Jam
: 11:30 – 12:30
Tempat
: Kelas VIII MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Siswa kelas VIII (Ani, Lita dan Fifi)
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Deskripsi Data Informan adalah siswa kelad VIII MTs Wahid Hasyim yakni Ani, Lita dan Fifi dalam hal ini peneliti melakukan pendekatan dengan maksud mencari data yang benar mengenai responden. Peneliti bertanya kepada siswa tersebut tentang bagaimana sifat keseharian Ra, Anti dan Ann dalam bergaul, bersosialisasi serta minat belajarnya di kelas.
Hasil Wawancara 1. Sebagai teman satu kelasnya, menurut anda bagaimanakah sifat Ra, Anti dan Ann? Ra : orangnya kalau belajar di kelas semangat, tapi sekali dia gak bisa, kesana-kesananya jadi males, terus kalau udah rajin ya rajin tapi kalau males ya males banget. Dia juga pemurah, suka bantu temannya nyelesain masalah” Anti : dia suka merengek-rengek (mengeluh), saya sebagai temannya merasa terganggu dengan rengekannya, tapi saya sudah terbiyasa, dia juga anak yang pintar, tapi juga egois, terlalu manja karena semua yang ia mau pasti harus dituruti Ann : dia tidak punya semangat belajar sama sekali, sering bohong dan lumayan sensitive, dia seperti tidak memiliki keinginan untuk bisa, mudah marah dan egois.
2. Menurut anda, bagaimanakah sikap Ra, Anti dan Ann dalam bergaul (berteman)? Ra : Netral, baik, gak pilih-pilih teman Anti : seleksi teman, egois, kurang bisa memahami teman Ann : pilih-pilih teman, temannya itu-itu terus 3. Bagaimana semangat/motivasi belajar Ra, Anti dan Ann di dalam kelas? Ra : dia semangat kalau dia bisa pelajarannya dia juga semangat belajar, apalagi kalau inget ayah bundanya Anti : dia semangat belajar, orangnya tawakkal, gak terlalu maksain diri jadi yang terbaik di kelas, apa adanya. Ann : dia kurang semangat, kaya gak punya keinginan untuk bisa, dia juga males belajar, tapi sekali dia punya kemauan, dia semangat banget, temantemannya jadi seneng kalau lihat dia rajin belajar (seneng banget)
Catatan Lapangan 6
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Kamis, 20 Februari 2016
Jam
: 20:00 WIB
Tempat
: Asrama Putri MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Pembina Asrama Putri MTs Wahid Hasyim
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Deskripsi Data Informan adalah pembina asrama yang mendampingi anak-anak dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Istilah pembina disini adalah sebagai pengganti orang tua di asrama. Peneliti melakukan wawancara dengan pembina karena membutuhkan data yang falid terkait responden yang diteliti, meskipun telah dilakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait, namun informasi dari pembina sangat mendukung atau menguatkan untuk mendapatkan data yang falid.
Interpretasi Ketiga responden tersebut merupakan anak dari perwalian pembina yang bernama bu Fatkhul Aini Qur’an Syah selaku pendamping kelas VIII. Menurutnya, ketiga responden tersebut adalah anak yang unik karena memiliki sifat yang berbedabeda. Misalnya seperti Ra yang memiliki sifat lemah lembut, mudah bergaul karena dia tipe anak yang netral. Berbeda dengan Anti yang sangat manja, tapi bisa dimaklumi kemanjaanya disebabkan kurang adanya peran kasih sayang dari sosok ayah, karena sejak ia umur 6 bulan orang tuanya bercerai. Anti sangat sulit bersosialisasi, dia pilih-pilih dalam berteman, egois. Tapi dalam hal belajar, dia sangat aktif dan semangat. Sedangkan Ann yang memiliki sifat tidak berbeda jauh dengan Anti, dia sangat temperamental bahkan melebihi Anti. Ia sering mencari perhatian dengan cara-cara yang salah. Sengaja melanggar peraturan asrama
sudah menjadi kebiasaan buruknya, padahal sudah berkali-kali dinasehati dan diberi sanksi. Namun itu semua kembali lagi karena ia kurang kasih sayang dari orang tuanya. Ann pernah bercerita bahwa dia sangat membutuhkan perhatian kedua orang tuanya secara utuh, tidak setengah-setengah. Dalam hal belajar, Ann sangat malas belajar. Tetapi jika semangatnya sedang membara, semua kegiatan dilaksanakan dengan baik dan senyum yang indah dilihat.
Catatan Lapangan 7
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Sabtu, 13 Februari 2016
Jam
: 13:00 WIB
Tempat
: MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Guru PAI
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Wawancara Karena di MTs Wahid Hasyim ini materi PAI dipisah, jadi ada beberapa guru PAI yang peneliti wawancarai, namun disini hasil wawancara dengan beberapa guru PAI, peneliti satu padukan karena sebagian besar jawaban dari guru PAI hampir sama. Selama menjadi guru PAI disini, banyak kendala-kendala yang ditemui, namun itu hanya faktor teknis saja yang sebenarnya harus dipersiapkan dengan baik. Ketika pembelajaran berlangsung dikelas, ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, dan itu bisa karena faktor cara mengajar guru yang kurang tepat tetapi juga bisa karena faktor anak itu sendiri. Dan memang benar, beberapa guru mengeluh dengan sikap Ann yang kebetulan siswa korban perceraian orang tua. Kami sebagai guru kadang merasa geram namun juga kasihan. Ketika jam pelajaran sering kali acuh, bahkan terkadang juga bersikap tidak sopan. Berbeda dengan Ra yang sangat sopan dengan guru-guru, semangat belajarnya pun baik, walaupun terkadang juga nilainya naik turun. Kalau Anti, dia siswa yang semangat belajarnya tinggi. Upaya yang dilakukan ketika ada siswa yang demikian, yaitu dengan cara pemanggilan kemudian pendekatan, karena dengan pendekatan kami bisa mengambil hati mereka sehingga mereka bisa merasa nyaman. Untuk sejauh ini, dari ketiga anak tersebut yang sudah bisa terbuka tanpa kami menanyakan ada
apa yaitu Ra. Untuk Anti dan Ann masih menjadi PR kami. Selain itu juga bimbingan agama kami terapkan pada mereka karena disini kami selaku guru agama yaitu dengan memberi pengertian bahwa perceraian adalah hal yang di benci Allah, namun ketika ada hal-hal yang dibenarkan dan perceraianlah jalan terbaiknya, tidaklah menjadi masalah. Disamping itu, setiap keputusan pasti ada sisi positif dan negatifnya dan kita harus bisa memahaminya dengan baik. Sisi negative dari perceraian akan sangat berdampak buruk bagi jiwa anak-anak. Kami juga tidak lelah untuk tetap memberi nasehat-nasehat bagi pada mereka. Melakukan kerjasama dengan wali kelas, pihak bimbingan konseling, dengan maksud agar kami singkron dalam menangani siswa-siswa tersebut. Karena disini kami sebagai pendidik, maka kami selalu berusaha bersama-sama mengatasi masalah agar bisa terselesaikan dengan baik.
Catatan Lapangan 8
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Jum’at, 19 Februari 2016
Jam
: 14:45 WIB
Tempat
: Kantor MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Wali Kelas VIIIC dan VIIID MTs Wahid Hasyim
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
Hasil Wawancara Banyak pengalaman yang saya dapat selama menjadi wali kelas. Dalam hal ini, saya memahami bahwa beberapa anak yang menjadi korban perceraian orang tua memiliki sifat yang berbeda dari siswa lain sebagaimana wajarnya. Dari segi sifat, Ra, Anti dan Ann berbeda-beda. Ra anak yang lemah lembut, mudah bergaul. Dalam hal belajar, Ra termasuk anak yang pintar. Akan tetapi, presatasinya juga mudah menurun jika tidak diimbangi dengan ketekunan belajar. Disitulah yang sangat disayangkan, karena ketika Ra mendapat masalah ia belum menemukan sosok yang bisa memotivasinya untuk bangkit kembali, karena hanya sosok bunda yang bisa memahaminya. Tetapi jika tidak diimbangi dengan peran ayahnya, maka masih terasa kurang motivasi yang diberikan. Sedangkan Anti, bisa dikatakan ia anak yang manja, namun dalam belajar dia sangat giat. Di dalam kelas saya pun dia aktif bertanya. Jika dalam bergaul sepertinya dia tipe anak yang kurang bisa netral. Kalau Ann sifatnya hampir mirip seperti Anti, namun dalam hal belajar semangatnya sangat rendah. Saya sering mendapat laporan dari guru-guru terkait sikapnya di dalam kelas yang sering tidak memperhatikan pelajaran. Tapi dalam menangani anak-anak tersebut, kami sebagai guru saling bekerjasama bagaimana caranya untuk bisa mengambil hati mereka agar mereka bisa stabil seperti siswa yang lainnya.
Catatan Lapangan 9
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Jum’at, 19 Februari 2016
Jam
: 14:45 WIB
Tempat
: Kantor MTs Wahid Hasyim Yogyakarta
Sumber Data
: Wali Kelas VIIIC dan VIIID MTs Wahid Hasyim
Peneliti
: Isna Nur Khoeriyah
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi Nama
: Isna Nur Khoeriyah
Tempat, tgl lahir
: Cilacap, 21 Juni 1994
Alamat Rumah
: Jl. Kedungwuru, Rt. 01/03, Desa Panisihan, Kec. Maos, Kab. Cilacap
Alamat di Yogyakarta
: Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta
B. Orang Tua Ayah
: Ikhsan
Ibu
: Umi Haniah
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Guru
Pekerjaan : PNS
C. Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal TK
: TK Diponegoro Panisihan
SD
: MI Darwata Glempang
SMP
: SMP Yaa Bakii 01 Kesugihan
SMA
: MAN Cilacap
Pendidikan Non Formal Pondok Pesantren Jabal Nuur Maos, Cilacap Pondok Pesantren Al-Fiel Kesugihan, Cilacap Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta 2012 - sekarang