eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94 eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (1): 84-94 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
DAMPAK PEMUSNAHAN ORANGUTAN DI KALIMANTAN TIMUR OLEH PERUSAHAAN ASING MALAYSIA (PT AGROPRIMA MALINDO) NURLAILA NIM. 0802045122
Abstrak: Nurlaila, NIM. 0802045122, judul skripsi Dampak Pemusnahan Orangutan di Kalimantan Timur Oleh Perusahaan Asing Malaysia (PT Khaleda Agroprima Malindo), dibawah bimbingan Sonny Sudiar, S.IP,MA, selaku pembimbing I dan Andi Purnawarman, S.Sos, M,Si selaku pembimbing II, Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemusnahan Orangutan di Kalimantan Timur oleh perusahaan Asing Malaysia dan untuk mengetahui upaya pemerintah dalam melindungi Orangutan di Kalimantan Timur. Tipe penelitian yang digunakan adalah field research, penelitian yang menggunakan wawancara dan pengamatan langsung dengan objek penelitian tentang terjadinya pemusnahan Orangutan di Muara Kaman yang melibatkan PT Khaleda Agroprima Malindo. Data yang disajikan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dari buku, jurnal, laporan media massa, internet, serta sumber-sumber yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Purposive Sampling yakni pengambilan sampel berdasarkan kapasitas dan kapabilitas yang benar-benar paham di dalam suatu penelitian. Teknik analisis data adalah Domain Analysis yang memfokuskan pada wilayah objek penelitian di Muara Kaman Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan dampak pemusnahan Orangutan di Muara Kaman adalah berkurangnya populasi Orangutan di Muara Kaman, kasus Pemusnahan Orangutan menjadi pemberitaan Media Lokal, Nasional dan Internasional dan penolakan kelapa sawit dari Indonesia karena dianggap tidak ramah lingkungan. Upaya pemerintah Indonesia untuk melindungi Orangutan yaitu penegakan hukum terhadap pembantai Orangutan, pelepasliaran Orangutan di hutan Kehje Sewen Kutai Timur, himbauan
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk melindungi Orangutan dan kerjasama BKSDA Kalimantan Timur dan COP untuk melindungi Orangutan. Kata Kunci : Orangutan, Pemusnahan Orangutan, PT Khaleda Agroprima Malindo, Dampak Pemusnahan, kerusakan habitat, perkebunan kelapa sawit. Abstract Nurlaila, NIM 0802045122, thesis title “Killing of Orangutans in East Borneo by Malaysia Foreign Corporation (PT Khaleda Agroprima Malindo)”, under the guidance of Sonny Sudiar,S.IP, MA as first supervisor and Andi Purnawarman, S.Sos, M.Si as second supervisor. International Relations studies Program Faculty of Social and Political Sciences, University of Mulawarman 2013. This study aims to explain the impact killing of Orangutans in East Borneo by Malaysia Foreign Corporation and to know the effort government to save Orangutans in East Borneo. This type of study is a field research, which be used interview and direct observasion with object research about happen killing Orangutan in Muara Kaman which implicate PT Khaleda Agroprima Malindo. The data presented are the primary and secondary data from books, journals, media reports, internet and other sources related to the subject matter . The data collection technic used is purposive sampling is sampling based on the capacity and capability that really understand in a study. Data analysis technique used is a Domain Analysis focused on the object of research in the area of Muara Kaman Kutai Kartanegara East Borneo. The results show that the impact killing of Orangutans in Muara Kaman is Orangutan populations reduced in Muara Kaman, killing of Orangutan case became telling local media, national media and international and rejection of Indonesian palm oil because not environmentally friendly. Indonesian government's efforts to protect Orangutans is law enforcement to killer of Orangutans, release of Orangutans in the Kehje Sewen forest in Kutai Timur, President Susilo Bambang Yudhoyono calls to protect Orangutans and coopration between East Borneo BKSDA and Centre for Orangutan Protection (COP) to protect orangutans. Keyword: Orangutans, killing of Orangutans, PT Khaleda Agroprima Malindo, impact killing, habitat Orangutans, palm oil plantations.
[email protected] 17
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
Pendahuluan Isu lingkungan sudah menjadi keprihatinan dalam hubungan Internasional yang telah bergeser dari isu pinggiran menjadi isu pusat perhatian dunia. Persoalan ini merupakan faktor yang berdampak luas diberbagai segi kehidupan. Isu lingkungan dapat juga digolongkan sebagai isu politik, sebab perdebatan tentang suatu masalah ekologis, tidak terlepas dari interaksi kekuatan politik serta peristiwa sejarah tertentu dalam suatu masyarakat atau Negara, disamping tingkat pengetahuan masyarakat atau bangsa itu tentang masalah lingkungan yang bersangkutan. Meluasnya usaha perkebunan sawit di Indonesia, karena pemerintah Indonesia justru memberikan izin Hak Guna Usaha (HGU) terhadap beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam skala besar diberbagai kawasan di Indonesia terutama di Kalimantan Timur (Merah Johansyah Ismail, 2010 : 56) Keberadaan Orangutan (Pongo Pygmaeus Morio) sebagai salah satu penyangga dan penjaga keseimbangan ekosistem ekologi tidak lagi berlaku karena primata Borneo ini justru dianggap hama yang perlu dibasmi. Hal ini menjadi ironi karena jauh sebelum kehadiran perusahaan sawit Orangutan sudah hidup di habitatnya tanpa harus dianggap sebagai pengganggu dan hama kelapa sawit. Perusahaan kelapa sawit ini menganggap Orangutan sebagai pengganggu atau hama yang dapat mengganggu hasil sawit (Tony Suhartono,2007 : 25) Di desa Puan Cepak kecamatan Muara Kaman Kutai Kartanegara tempat perusahaan perkebunan sawit asal Malaysia PT Khaleda Agroprima Malindo (KAM) beroperasi di Muara Kaman telah terjadi pembunuhan terhadap Orangutan. Pertengahan Nopember 2011 Polres Kutai Kartanegara menangkap dua orang pembunuh orangutan, yakni Imam Muhtarom dan Mujianto. Keduanya merupakan pegawai perusahaan kebun kelapa sawit PT Khaleda Agroprima Malindo yang juga anak perusahaan Metro Kajang Holdings (MKH) Berhad di desa Puan Cepak atas perintah perusahaan. Selang beberapa hari kemudian, Polres Kutai Kartanegara menangkap dua tersangka lainnya yaitu Manager PT Khaleda Agroprima Malindo Phuah Chuan dan karyawannya Widiantoro. Para tersangka dihadapkan pada UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Polisi sudah mengumpulkan barang bukti berupa tulang belulang orangutan, dan 20 lembar foto Orangutan dan monyet yang mati dibunuh. Tanggal 18 April 2012 Pengadilan Negeri Tenggarong menjatuhkan vonis delapan bulan penjara dari tuntutan jaksa satu tahun penjara. Keempat terdakwa yang divonis delapan bulan penjara adalah Senior Estate PT Khaleda Agroprima Malindo warga negara Malaysia Phuah Chuan, kepala divisi kebun PT Khaleda Agroprima Malindo Widiantoro serta dua pekerja kebun PT Khaleda Agroprima Malindo Imam Muhtarom dan Mujianto. Selain hukuman tahanan Puah Chuan dan Widiantoro didenda Rp.30.000.000,00 subsider enam 18
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
bulan kurungan serta Iman Muhtarom dan Mujianto didenda Rp.20.000.000,00 serta subsider enam bulanSidang yang digelar dengan Majelis Hakim yang diketuai Rukman Hadi dengan terdakwa Imam dan Mujianto, terbukti membunuh Orangutan. Sedangkan Phuah Chuan dan Widiantoro bersalah karena menyuruh Imam Muhtarom dan Mujianto untuk membunuh Orangutan. Sedikitnya 3 Orangutan dan 1 monyet dibunuh di areal sawit PT Khaleda Agroprima Malindo yang beroperasi di Muara Kaman. Pemusnahan Orangutan yang dilakukan oleh perusahaan Malaysia ini diduga karena menghalangi dan mengganggu produktivitas perkebunan kelapa sawit mereka, padahal berimbas pada hilangnya salah satu penyanggah kelangsungan kehidupan keanekaragaman hayati. Hal ini berkaitan dengan watak pembangunan yang digunakan oleh negara-negara berkembang seperti negara Indonesia dan Malaysia yang berbasis rente perijinan dan penghancuran ruang lingkup hidup warga dan menghilangkan keanekaragaman hayati salah satunya Orangutan. Kerangka Dasar Teori 1.
Lingkungan
Lingkungan hidup merupakan ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup. Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Persepsi orang terhadap lingkungan berbeda-beda, seringkali penggunaan lingkungan dilakukan tanpa melihat dampak baik dan buruknya demi mendapatkan keuntungan didalamnya. Pengelolaan lingkungan juga kadang mengabaikan apa yang ada disekitarnya untuk mendapatkan sesuatu yang maksimal yang hanya didasarkan pada pertimbangan untung dan rugi. Manusia bersedia untuk mengurangi atau mengorbankan suatu keuntungan untuk mendapatkan keuntungan lain. Menurut R.M. Gatot P. Soemartono, lingkungan adalah hal-hal atau segala sesuatu yang berada di sekeliling manusia sebagai pribadi atau di dalam proses pergaulan hidup. Hubungan antara berbagai organisme hidup di dalam lingkungan pada hakikatnya merupakan kebutuhan primer, yang kadangkadang terjadi secara sadar atau kurang sadar. Ada suatu kecenderungan besar untuk mengadakan pembedaan antara lingkungan fisik, biologis dan social (R.M.Gatot Soemartono, 1996 : 29) 2.
Konservasi Indonesia merupakan salah satu Negara dengan tingkat keanekaragaman hayati terbesar di dunia (Megadiversitas). Keanekaragaman
[email protected] 19
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
hayati yang terdapat di Indonesia disebabkan oleh posisi Indonesia yang berada di kawasan peralihan benua yaitu benua Asia dan Australia, serta terletak di kawasan beriklim tropis. Meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,3 % dari total luasan daratan di dunia, di dalamnya terkandung 12 % jenis mamalia, 7,3 % jenis reptil dan ampibi, dan 17 % jenis burung. Selain itu Indonesia memiliki 109 juta hektar kawasan hutan atau sekitar 56 % dari luas daratan Indonesia (Supriatma Jatna, 2008 : 58) Selama ini kekayaan sumber daya alam Indonesia telah dimanfaatkan tidak hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga oleh penduduk asing. Eksploitasi keanekaragaman hayati secara besar besaran di Indonesia, khususnya hutan telah dimulai sejak tahun 1970. Sejak itu diperkirakan ratarata 40 juta kubik hutan pertahun telah dimanfaatkan masyarakat Indonesia guna memenuhi kebutuhan hidup. Seiring pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia, semakin luas pula wilayah hutan alami yang dialih fungsikan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Jika terus menerus dibiarkan, dikhawatirkan sumber daya alam di Indonesia akan habis dan punah. Karena itu, dalam rangka perlindungan dan pelestraian pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, maka pemerintah menetapkan berbagai kawasan untuk dijadikan kawasan konservasi. Konservasi memiliki tujuan untuk melidungi, memelihara, melestarikan dan keanekaragaman hayati yang menjadi modal dasar bagi kehidupan manusia agar dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan batas-batas terjaminnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Selain itu, pelaksanaan konservasi dapat memberikan manfaat-manfaat terjaganya kondisi alam dan lingkungan. Penyelamatan Orangutan dan lingkungan melalui konservasi Orangutan adalah sikap yang harus segera dilakukan pemerintah dan warga agar Orangutan tidak terancam dari kepunahan. 3.
Multinational Corporation Pada pertengahan 1960an di dunia ketiga mulai masuknya modal asing dalam bentuk MNC (Multinational Corporations) dengan tujuan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan dan menciptakan teknologi. Kehadiran modal asing dalam bentuk MNC diharapkan dapat menumbuhkan usaha-usaha lain (forward linkage and backward linkage), yang juga akan meningkatkan daya beli masyarakat (trickle down effet). MNC telah memiliki peranan yang sangat signifikan dalam integrasi ekonomi global (Robert Gilpin, 2001 : 278) Multinational Corporation (MNC) merupakan satu aktor baru yang muncul dari aspek ekonomi. MNC saat ini memegang peranan yang cukup penting bagi jalannya perekonomian internasional. Perusahaan kelapa sawit milik Malaysia PT Khaleda Agroprima Malindo merupakan perusahaan yang beroperasi di Indonesia tepatnya di desa Puan Cepak. Perusahaan ini 20
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
merupakan salah satu Multinational Coorporation yang dimiliki Malaysia yang tergabung dalam grup Metro Kajang Holding. Malaysia adalah salah satu dari tujuh Negara yang menguasai bisnis perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Negara tersebut adalah Inggris, Belgia, Jerman, Singapura, Amerika Serikat dan Sri Lanka. Malaysia menempati urutan pertama dalam bisnis perkebunan kelapa sawit di Indonesia Hasil Penelitian A. Dampak pemusnahan Orangutan di Kalimantan Timur Pembunuhan Orangutan di Muara Kaman yang melibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT KAM adalah peristiwa yang mengundang keprihatinan banyak pihak. Bukan hanya menimbulkan pemberitaan media massa tetapi menuai banyak protes dari berbagai kalangan. Pemerintah Indonesia dianggap abai terhadap keberlangsungan kehidupan Orangutan sebagai salah satu satwa yang dilindungi di Indonesia. Pembunuhan Orangutan ini memicu reaksi dan menimbulkan dampak dari berbagai aspek baik didalam negeri Indonesia maupun di dunia Internasional Ada beberapa dampak dari kasus pembunuhan Orangutan yang terjadi di Muara Kaman: 1. Berkurangnya Populasi Orangutan di Muara Kaman Populasi Orangutan semakin berkurang dikarenakan adanya aktifitas perusahaan kelapa sawit dan menganggap Orangutan sebagai hama. Menurut pengakuan warga setempat bahwa Orangutan sebelum datangnya perusahaan HPH, HTI dan perkebunan kelapa sawit Orangutan muda ditemui di hutanhutan di sekitar desa Puan Cepak. Ketika mereka ke ladang dan kebun sering bertemu dengan Orangutan. Tetapi kondisi sebaliknya setelah perusahaan HPH,HTI dan perkebunan kelapa sawit bekerja di kampung mereka, Orangutan amat jarang ditemui. Hampir dipastikan Orangutan semakin hari semakin berkurang di desa Puan Cepak. Nurman seorang warga setempat misalnya memperkirakan Orangutan yang jumlahnya puluhan tidak akan mampu bertahan hidup. Ia akan mati karena tidak ada lagi tempat yang layak untuk mereka hidup. Begitu juga dengan nasib Orangutan di desa-desa lain. Perhatian dunia internasional dan serangkaian peraturan perundangundangan tidak secara signifikan menghentikan laju pembunuhan bahkan pembantaian terhadap Orangutan di Kalimantan. Menurut Asril yang juga kepala trantib Kecamatan Muara Kaman menyebutkan bahwa se Kecamatan Muara Kaman diperkirakan tersisa 200 ekor Orangutan. Populasi ini semakin kritis karena sejak masuknya perusahaan PT KAM di desa Puan Cepak dan Sedulang Muara Kaman tahun 2006 kebijakan pembantaian Orangutan sudah dilakukan. Hanya saja yang terungkap ke publik adalah kasus yang melibatkan
[email protected] 21
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
Muhtaram dan Mujianto. Dari pengakuan para pelaku sejak tahun 2008 sampai 2010 mereka rata-rata membunuh Orangutan dan Monyet sebanyak 20 ekor. Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT KAM asal negeri jiran ini mengancam kepunahan Orangutan, selain karena mengangap Orangutan sebagai hama yang perlu dibasmi, perusahaan ini juga menghancurkan dan menyempitkan habitat Orangutan di Puan Cepak dan Sedulang. Kasus Pembantaian Orangutan diperkebunan sawit dan membiarkan Orangutan dalam kondisi yang kritis di sekitar perkebunan adalah salah satu dari sekian banyak yang dapat membuat Orangutan semakin hari semakin menurun populasinya. Penurunan dan kerusakan kawasan hutan dataran rendah baik yang terjadi di Sumetera dan Kalimantan sebagai rumah habitat jenis primata ini selama sepuluh tahun terakhir 1997-2007 telah mencapai titik kritis yang dapat membawa bencana ekologis dalam skala besar bagi warga masyarakat. Bagi Orangutan di Bumi Borneo, kerusakan kawasan hutan telah menurunkan jumlah habitat Orangutan sebanyak 1,5-2 persen setiap tahun. Kasus pemusnahan Orangutan Kalimantan yang terjadi diperkebunan kelapa sawit membuktikan bahwa karakter perkebunan dalam skala luas rakus lahan dan air telah menyebabkan deforestasi dan degradasi lingkungan yang mengancam keberlangsungan keberagaman hayati.Terancamnya keberlangsungan hayati dan mengakibatkan semakin berkurangnya populasi satwa yang ada dan berakhir punah. Hal ini dipicu oleh pandangan yang tidak menghubungkan bahwa hutan dan habitat Orangutan adalah mata rantai ekosistem yang menyangga keberlanjutan kehidupan bagi semua makhluk hidup. Para pengusaha perkebunan kelapa sawit hanya memandang keuntungan ekonomis semata dengan mengabaikan hak-hak ekologi, budaya dan sosial yang berlaku dalam kawasan dimana mereka mengembangkan perkebunan kelapa sawit. 2. Kasus Pemusnahan Orangutan menjadi pemberitaan Media Lokal, Nasional dan Internasional Berita tentang pembantaian Orangutan di Puan Cepak dengan cepat tersebar. Bermula dari pemberitaan koran-koran lokal di Kalimantan Timur seperti Tribun Kaltim, Samarinda Post, Kaltim Post, sampai Koran Nasional seperti Kompas juga tak luput dari pemberitaan. Koran harian Tribun Kaltim misalnya mengeluarkan beritanya mulai dari dugaan pembantaian Orangutan, penyelidikan, penyidikan proses dipersidangan hingga pasca putusan pengadilan Negeri Tenggarong. Koran Tribun Kaltim pada Senin 26 September 2011 misalnya mengelurkan berita dengan judul “Puluhan Orangutan dibantai di Kutai Kartanegara”. Koran ini memberitakan bagaimana Orangutan dibunuh bahkan dengan cara-cara yang tidak wajar. Koran ini menggambarkan bahwa Orangutan dibantai dengan cara sadis. 22
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
Begitu juga dengan koran harian Kompas terbitan Jakarta yang menurunkan beritanya tentang penyiksaan sehingga Orangutan di Muara Kaman hingga patah tulang bahkan mati. Salah satu harian terbesar ini juga memberitakan tentang undang-undang yang dilanggar oleh para pelaku pembantaian Orangutan yakni undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Tidak hanya Koran, hampir semua situs-situs Online yang juga memuat kabar tentang pembantaian Orangutan di Muara Kaman. Misalnya situs COP (Central Orangutan Protection) yang dimuat www. Central Orangutanprotection.com detik.com juga ikut memberitkaannya. Pemberitaan media massa semakin meluas ketika beberapa stasion televisi nasional juga memberitakan pembantaian Orangutan ini. Bahkan Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) mengadakan investigasi khusus ke lapangan. Mereka menayangkan situasi diperkebunan kelapa sawit di Muara Kaman. Dokumentasi foto-foto pembantaian Orangutan juga ikut ditayangkan dan mendesak aparat penegak hukum untuk segera menindak tegas para pelaku pembantai Orangutan. RCTI memberitakan bagaimana Orangutan yang mau dibantai atas perintah dari Perusahaan Perkebunan. RCTI juga mewancarai mantan pekerja di perkebunan PT KAM. Dalam sebuah wawancara yang diberi nama Mr X tersebut diketahui bahwa ada perintah dari perusahaan untuk membunuh Orangutan. “Dia Bilang kalau ada Orangutan atau monyet ditangkap bawa ke kantor. Itu suatu kebijakan karena dianggap hama. Jadi istilahnya Malaysia apa. Disiapkan dana khusus. Siapa pun datang bawa 3 bayar 3 juta “, kata Mr. X di salah satu wawancara RCTI. Tidak hanya The Washington post tetapi juga Radio BBC London, dan kantor berita ABC Australia dan Stasion televisi Aljazeera yang bermarkas di di Qatar itu turut memberitakan peristiwa pembantaian si Pongo dari Muara Kaman ini. Kabid Humas Polda Kalimantan Timur Kombes Pol. Wisnu Sutirta mengatakan keprihatinannya bahwa Pembunuhan dan pembantaian Orangutan ini menjadi pemberitaan media Internasional dan membuat masyarakat Indonesia tercemar. 3. Penolakan Minyak Kelapa Sawit dari Indonesia Sebuah kelompok penyelamat satwa Internasional yang berpusat di Inggris, British Based International Animal Rescue Group Four Paws mengeluarkan rilis berkaitan dengan ancaman kepunahan dan pembantaian seperti yang terjadi di Muara kaman. Mereka menganggap bahwa ancaman pemusnahan Orangutan di Kalimantan Timur adalah persoalan yang serius
[email protected] 23
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
bagi keberlangsungan kehidupan Orangutan yang hanya hidup di dua Pulau, Sumatera dan Kalimantan ini. Organisasi ini mengatakan bahwa seekor induk Orangutan hanya mampu melindungi bayinya dengan menggunakan lengannya dari serangan para pemburu yang menggunakan pisau. Orangutan adalah tipe satwa yang tak mampu melindungi dirinya dari serangan, gangguan dan ancaman dari kelompok tertentu. Campur tangan kebijakan negara dan warga masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan Orangutan dari kepunahan. Di Malaysia beberapa kelompok juga menyayangkan peristiwa pembantaian Orangutan yang melibatkan perusahaan Malaysia dan mendesak pemerintah setempat untuk segera bertindak mengenai pembantaian Orangutan ini. Mantan perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dalam sebuah sidang parlemen di Malaysia juga meminta pemerintah Malaysia untuk serius menaggapi dan membantu pemerintah Indonesia dalam soal pembantaian Orangutan di Kalimantan yang melibatkan perusahaan dan warga Malaysia. Malaysian Animal Welfare Society sebuah lembaga di Malaysia soal satwa yang menyayangkan peristiwa pemusnahan Orangutan ini. Surendram yang juga sebagai Presiden asosiasi perlindungan satwa Malaysia ini mengatakan bahwa pembunuhan Orangutan di Kalimantan yang melibatkan warga negara dan perusahaan Malaysia merusak citra negara di luar negeri. Ia meminta Pemerintah Malaysia untuk merespon segera mencabut izin perusahaan Malaysia yang terlibat pembantaian Orangutan. Di Amerika Serikat, Organisasi Pemuda yang tergabung dalam Girl Scout terus berkampanye pelarangan penggunaan Crude Palm Oil (CPO) minyak sawit dari Indonesia karena terkait dengan pengrusakan hutan dan pembantaian terhadap Orangutan di Indonesia dan khususnya yang terjadi Di Muara Kaman. Rhiannon Tomtishen dan Madison Vorva yang juga juru kampanye organisasi ini mengatakan bahwa nasib Orangutan terancam punah akibat alih fungsi lahan hutan hujan tropis menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Kampanye ini diapresiasi oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai upaya dari kaum mudah untuk menyelamatkan lingkungan. Kedua orang pekampanye Girl Scout mendapat penghargaan dari PBB Sebagai pahlawan Hutan Internasional (Internasional Forest Heroes) pada pertengahan Februari 2012. Kampanye ini dianggap berhasil untuk menguatkan pelarangan CPO dari Indonesia karena tidak ramah Lingkungan. Sehingga Amerika serikat sampai saat ini masih menjalankan kebijakan negaranya untuk tidak menerima CPO dari negara Indonesia. B. Upaya Pemerintah dalam melindungi Orangutan di Kalimantan Timur Ada berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk melindungi Orangutan yang ada di Kalimantan Timur setelah terjadinya kasus pemusnahan Orangutan yang terjadi di Muara Kaman : 24
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
1. Penegakan Hukum Terhadap Pembantai Orangutan Proses penegakan hukum terhadap pelaku pembantaian Orangutan akhirnya benar-benar dilakukan oleh pihak penegak hukum. Pengadilan Negeri Tenggarong pada 14 April 2012 memvonis para pelaku pembantaian Orangutan. Para terdakwa Seperti Mujianto, Puah Chuah, Muhtaram dan Widiantoro masing masing divonis dengan 8 bulan penjara. Walupun banyak pihak yang menilai bahwa vonis hukuman tersebut dinilai terlalu ringan dari ketentuan maksimal 5 tahun penjara. Namun peneliti Orangutan di Universitas Mulawarman DR. Yaya Riyadin mengatakan bahwa kita harus mengapresiasi vonis pengadilan ini walupun banyak kalangan menilai masih kurang. Menurutnya ini adalah pelajaran yang baik karena baru pertama kali pembunuh Orangutan yang divonis dipengadilan. 2. Pelepasliaran Orangutan di Taman Nasional Kehje Sewen Tidak lama Pasca peristiwa pembantaian Orangutan yang ramai-ramai diberitakan di media massa, dan vonis terhadap pembantai Orangutan pada 14 April 2012, pemerintah Indonesia melakukan kegiatan upaya penyelamatan Orangutan. Pada 22 April 2012 Tiga Menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2, yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dan Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya ditemani Gubernur Kalimantan Timur Awang Fharuk Ishak dan Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari melepasliarkan Orangutan ke kawasan hutan Kehje Sewen Kutai Timur Kalimantan Timur. Orangutan umur 8 tahun yang diberi nama Casey, Lesan, dan Mail itu dilepaskan dari tempat rehabilitasi orangutan milik yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Samboja Lestari, Samboja Kutai Kartangara. Ditemani Ketua Yayasan BOS Bungaran Saragih yang juga mantan Menteri Pertanian. Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengaku bangga karena ketiga Orangutan tersebut bisa kembali ke hutan dimana seharusnya mereka berada. Ketiga Orangutan menempati habitat barunya hutan Kehje Sewen yang luasnya mencapai 86.000 hektar yang juga hutan yang masih dikelola oleh PT Rehabilitasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI). Kawasan ini akan terus direhabilitasi karena dianggap cocok untuk hunian atau habitat Orangutan. 3. Himbauan Presiden Susilo Bambang Yuddoyono untuk melindungi Orangutan Bukan hanya aksi para Menteri, Di kala pemberitaan media ramai mengenai ancaman kepunahan Orangutan tak ketinggalan Presiden (SBY) Susilo Bambang Yudhoyono juga menegaskan dalam Konfrensi Internasional mengenai hutan di Jakarta pada 27 September 2011 bahwa hutan bukan hanya penyaring udara tetapi juga menjaga keanekaragaman hayati. Menurutnya dia
[email protected] 25
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
tidak ingin mengatakan kepada cucunya bahwa kita tidak bisa menjaga hutan dan tidak ingin mengatakan kabar bahwa harimau, badak dan Orangutan lenyap seperti dinosaurus. 4. Balai Konservasi Sumber Daya Alam(BKSDA) Berkerja sama dengan Centre for Orangutan Pretection (COP) dalam Melindungi Orangutan Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah dalam melindungi Orangutan adalah Balai Konservasi Sumber daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur bersama Centre for Orngutan (COP) melakukan penandatangan Nota Kesepahaman (MOU) bersama dalam melindungi Orangutan khususnya species Pongo Pygmaeus Morio pada tanggal 4 Februari 2013 di Balikpapan. Penandatanganan itu dilakukan oleh Kepala BKSDA Kalimantan Timur Tandya Tjahjana dan Direktur Pusat Perlindungan Orangutan Hardi Baktiantoro. Penandatangan ini disaksikan langsung Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Keanekaragaman Alam Kementrian Kehutanan Novianto Bambang, di Hotel Sagita Balikpapan. Menurut Novianto Bambang, ini adalah kerjasama yang terpadu untuk menyelamatkan Orangutan, bukan hanya membangun Pusat Rehabilitasi saja, tetapi juga mendukung operasi penyelamatan, penegakan hukum serta pendidikan dan penyadartahuan masyarakat sehingga ini bisa menjadi kesempatan bagi Orangutan bisa terlindungi dengan baik. Kesimpulan Pembantaian Orangutan yang melibatkan Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT KAM ini dilakukan secara terencana melalui kebijakan perusahaan. Orangutan yang dilindungi oleh negara dengan Undang Undang nomor 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999 ini dibantai satu persatu setiap masuk ke lahan perkebunan PT KAM. Mereka menyewa warga yang juga karyawan buruh tani perkebunan kelapa sawit dengan memberikan imbalan rata rata 1 juta rupiah setiap bisa membunuh Orangutan. Perusahaan menganggap orangutan sebagai salah satu hama yang perlu dibasmi. Orangutan dianggap mengganggu pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan mengganggu produksi kelapa sawit mereka. Keterlibatan perusahaan asal Malaysia ini dalam pembunuhan Orangutan sudah berlangsung sejak tahun 2008 disaat mereka mulai menanam sawit di lahan perkebunan di desa Puan Cepak yang mendapatkan izin Hak Guna Usaha dari Bupati Kutai Kartanegara pada tahun 2006 seluas dua puluh ribu hektar. Orangutan ini masuk ke lahan-lahan perkebunan milik PT KAM karena habitatnya sudah mulai hilang. Perusahaan ini disamping mereka membantai Orangutan juga merusak habitatnya. Maka wajar jika 26
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
Orangutan yang sudah mulai kehilangan habitatnya itu mencari makan yang ada di perkebunan kelapa sawit karena tempat mereka hidup sudah rusak. Dampak dari kasus pemusnahan Orangutan ini adalah berkurangnya Populasi Orangutan di Muara Kaman, kasus pemusnahan Orangutan menjadi pemberitaan Media Lokal, Nasional dan Internasional dan penolakan minyak kelapa sawit dari Indonesia. Ada beberapa upaya Pemerintah Indonesia dalam melindungi Orangutan yang ada di Kalimantan Timur. Upaya-upaya tersebut antara lain yaitu penegakan hukum terhadap pembantai Orangutan, Pemerintah juga melepasliarkan orangutan di Taman Nasional Kehje Sewen Kutai Timur. Tiga mentri kabinet bersatu jilid 2 yakni Menteri Zulkifli Hasan, Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Menteri Koordinator Bidang ekonomi Hatta Rajasa ditemani Gubernur Kalimantan Timur dan Bupati Widyasari berkumpul dan melepasliarkan tiga ekor Orangutan yang direhabilitasi di BOS (Borneo Orangutan Survival) ke kawasan hutan Kehje Sewen Kutai Timur yang juga kawasan hutan yang direhabilitasi Oleh PT Rehabilitasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), Presiden Susilo Bambang Yudoyono juga menghimbau dan menyatakan untuk memperhatikan dan mencegah kepunahan Orangutan dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur bekerja sama dengan Center for Orangutan Protection (COP) melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) kerjasama dalam melindungi Orangutan. DAFTAR PUSTAKA Buku : Aditjondro, George Junus. 2003. Pola-pola Gerakan Lingkungan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Anonim. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Penerbit Balai Pustaka Bason, Donald. 2002. Orangutanyang Terakhir.Jakarta : Penerbit The Nature Cassese, Antonio. 2005. HAM di Dunia yang Berubah. Jakarta : Buku Obor Gilpin, Robert. 2001. The State and The Multinationals dalam Global Political Economy, Amerika Serikat: Penerbit University Press Ismail,Merah Johansyah dan Abdallah Naim. 2010. Bersatu Membangun Kuasa Geliat Perlawanan Kultural Komunitas Masyarakat Nyerakat di Tengah Gempuran Modernitas, Jakarta : Penerbit Praksis Jatna, Supriatma. 2008. Melestarikan Alam Indonesia.Jakarta : Penerbit Yayasan Obor Indonesia Mangandaralam, Syahbuddin. 1993. Malaysia Negara Tetangga Kita Dalam ASEAN.Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya
[email protected] 27
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
Plano, Jack C dan Olton, Roy.1999. Kamus Hubungan Internasional.Bandung : Putra Abardin Rosenau, N.James. 1978. International Politics and Foreign Policy. New York : The Free Prees Saragih, Jefri Gedion. 2011. Cap Buruk Perkebunan Kelapa Sawit Berawal dan Berakhir di Penataan Ruang.Yogyakarta : Insist Soemartono, R. M. Gatot P. 1996. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika Soehartono, Tonny. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017. Jakarta : Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Soemarwoto, Otto. 1997. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Penerbit Djambatan Soesastro, Hadi. 1992. Europe Asia Pasific And A Changed Global Environment. Jakarta : Centre for Strategic and International Studies Media Internet : Cap Buruk Perkebunan sawit, terdapat di: sawitwatch.or.id. diunduh pada tanggal 21 Desember 2012 COP Kutuk Perusahaan Malaysia Penyiksa Orangutan dapat dilihat di : http://travel.okezone.com/read/2011/11/22/407/532672/cop-kutukperusahaan-malaysia-penyiksa-orangutan diunduh pada tanggal 19 Februari 2013 Dokumen Pembantaian Orangutan disita, terdapat di : http://sains. kompas.com /read/2011/11/22/1633509/Dokumen.Pembantaian.Orangutan.di.Kaltim. Disita. diunduh pada tanggal 10 Desember 2012 Habitat Orangutan, terdapat di : http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_utan, diunduh pada tanggal 1 Maret 2013 Investigasi Orangutan Oleh RCTI, terdapat di : http://www.youtube.com/watch?v=Hqp6X-JTYC0, diunduh pada tanggal 4 januari 2013 KabarOrangutan,:http://www.bbc.co.uk/indonesia/beritaindonesia/2012/02/12 020 orangutan.shtml. Diunduh pada tanggal 12 Desember 2012 Keberadaan Orangutandi Indonesia, terdapat di :http//www:orangutanterancam-punah-di-tangan-manusia-serakah.htm, diunduh pada tanggal 20 Desember 2011 Orangutan disiksa hingga patah tulang, terdapat di: www. Kompas.com, diunduh pada tanggal 8 Oktober 2012 Pembantaian Orangutan jadi sorotan dunia, terdapat di : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/263890-pembantaian-750orangutan-jadi-sorotan-dunia, diunduh pada tanggal 12 Desember 2012 28
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
Pembantaian Orangutan disesalkan, terdapat di : http://id.kawalborneo.org./index.php?option=com_content&view=articl e&id=113:pembantaian-orangutandisesalkan&catid=37:berita&Itemid=60. diunduh pada tanggal 10 desember 2012 Respon WWF atas Dugaan Pembantaian Orangutan di Kabupaten Kutai Save Orangutan, terdapat di : http://harrismaulana.blogspot.com/2011/12.html. diunduh pada tanggal 21 Desember 2012 Tiga Orangutan Jalani Rehabilitasi, Pihak Perusahaan Tidak Bertanggung Jawab, terdapat di : http://www.mongabay.co.id/2012/10/17/tigaorangutan-jalani-rehabilitasi-pihak-perusahaan-tidak-bertanggungjawab/ , diunduh pada tanggal 17 Februari 2013 Tujuh Negara asing yang menguasai sawit di Indonesia, terdapat di : http://politik.pelitaonline.com/news/2012/09/22/ini-dia-tujuh-negaraasing-yang-menguasai-perkebunan-sawit#.UNG0xeQp-Gw, diunduh pada tanggal 19 Desember 2012 World wild life found terdapat di: www.okezone, diunduh pada tanggal 22 Desember 2011 Surat Kabar : Media Indonesia, Selasa, 22 Nopember 2011, halaman 11 Kartanegara, Kalimantan Timur, terdapat di : http://www.facebook.com/notes/wwf-indonesia/respon-wwf-atasdugaan-pembantaian-orangutan-di-kabupaten-kutai-kartanegarakali/10150292159239364, diunduh pada tanggal 19 Februari 2013 Tribun Kaltim, Kamis, 22 Desember 2011, halaman 15 Wawancara : Hasil wawancara dengan Syukri Kepala Adat Puan Cepak pada 27 Nopember 2012 di Puan Cepak Hasil wawancara dengan Dolop Mamun Tokoh Adat Dayak Punan pada 23 Desember 2011 di samarinda Hasil wawancara dengan Nurman warga Puan Cepak pada 28 Nopember 2012 di Puan Cepak Hasil wawancara dengan Hasrun Wakil Badan Perwakilan Desa Puan Cepak pada 27 Nopember 2012 di Puan Cepak Hasil wawancara dengan Syaifudin mantan karyawan PT Khaleda Agroprima Malindo pada 9 Desember 2012 di Tenggarong Hasil wawancara dengan Dr.Yaya Riyadin Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman pada 6 0ktober 2012
[email protected] 29
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 1, 2013: 84-94
30