DALAM BERBAGAI BIDANG USAHA SEWMA SATU TAHURl Studi Kasus di ~ e s aK e r t Kecamatan Banjarsari. Kab Jawa Barat
Oleh SAHAT DAMANIK
-
JURUSAN ILMU ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PEFiTANlAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 9 8 7
SAHAT DAMANIK. Analisis Alokasi Tenaga Kerja Petani dan Keluarga Dalam Berbagai Bidang Usaha Selama Satu Tahun (1985-19861,
Studi Kasus di Desa Kertajaya, Kecamatan Ban-
jarsari, Kabupaten Lebak Jawa Barat (di bawah bimbingan
.
TJAHJADI SUGIANTO)
Distribusi pemilikan lahan yang kurang merata serta kesempatan kerja yang sangat terbatas merupakan ciri umum daerah pedesaan di Indonesia. Pertambahan penduduk yang pesat dan kesempatan kerja yang sangat terbatas menyebabkan penyediaan tenaga kerja berlebih.
Persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan semakin tajam antara golongan pemilik lahan luas, sedang dan sempit. Studi ini bertujuan untuk melihat bagaimana petani mengalokasikan tenaga kerja keluarga sesuai dengan sumberdaya yang mereka miliki, kendala-kendala dan kesempatankesempatan yang mereka hadapi dalam memenuhi kebutuhannya. Lebih jauh studi ini bertujuan untuk melihat struktur kesempatan kerja di desa, mengetahui hubungan antara alokasi tenaga kerja keluarga dengan tingkat pendapatan, dan edanya kemungkinan hubungan yang terbalik antara tingkat upah (pendapatan per jam kerja) dengan penawaran tenaga kerja. Betoda yang digunakan dalam studi ini adalah metode kasus, dengan mengambil kasus di desa Kertajaya, Kecamatan
Banjarsari, Kabupaten Lebak J analisis yang lebih bersifat kwalitatif. yang digunakan adalah pemilikan/penguasaan lahan, dengan menggunakan rumah tangga sebagai satuan unit analisis. HasAl analisis dalam studi ini menunjukkan bahwa stmktur kesempatan kerja di desa Kertajaya masih didominasi oleh sektor pertanian.
Peranan sektor industri dan
jasa dalam menyerap tenaga kerja masih sangat terbatas. Pada sektor jasa golongan petani sedang memperoleh kesempatan yang lebih luas dibanding dengan golongan lainnya.
Hal ini cukup wajax karena tingkat pendidikan formal
mereka lebih tinggi dari yang lainnya.
Tingkat pendidikan
formal merupakan modal penting untuk dapat rneraih kesempatan kerja di sektor tersebut. Jenis pekerjaan yang paling dominan di sektor jasa adalah jasa karyawan/pegawai, perdagangan dan jasa guru. Dibukanya proyek PIR-BUN kelapa sawit di desa Kertajaya member2 kesempatan kerja baru yang cukup potensil bagi masyarakat desa tersebut, seperti pekerjaan mandor, satpam, karyawan kantor dan buruh tani NES (PIR). Pekerjaan berburuhtani didorninasi oleh golongan petani sempit.
Jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk kegiat-
an berburuhtani jauh lebih besas dibanding yang dicurahkan golongan lainnya, Untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar, golongpetani sempit rnengerahkan lebih banyak anggota rumah
tangganya untuk mencari nafkah.
Semakin sempit lahan yang
dimiliki, semakin tinggi tingkat partisipasi kerja keluarga.
Tingkat partisipasi kerja anak laki-laki sangat ren-
dah, sedang anak perempuan sama sekali tidak ada yang bekerja.
Sebagian besar angkatan kerja anak laki-laki dan
perempuan masih berstatus sekolah.
Tetapi yang benar-
benar menganggur juga masih banyak. Tingkat pengangguran anak laki-laki lebih tinggi pads golongan petani has.
Ada kecenderungan bahwa mereka me-
milih-milih pekerjaan, karena sebenarnya mereka dapat bersaing untuk mendapatkan kesempatan kerja. Keseapatan kerja yang sesuai bagi anak wanita di desa Kertajaya belum ada, kecuali berburuhtani.
Tetapi peker-
jaan ini juga masih dianggap kasar bagi golongan wanita muda tersebut.
Oleh karena itu mereka hanya terlibat da-
lam urusan pekerjaan rumah tangga, selain bersekolah. Ada kecenderungan bahwa semakin luas lahan yang dimiliki, makin kecil jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk mencari nafkah, dan semakin rendah tingkat pencurahan kerjanya. Meskipun jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh golongan petani sempit lebih tinggi dari golongan lainnye, namun pendapatan rata-rata mereka jauh lebih rendah.
Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan per jam kerja/ produktivitas mereka jauh lebih rendah, baik di sektor pertanian, industri maupun jasa.
Semakin luas lahan yang dimiliki, semakin tinggi tingkat pendapatan per jam kerja yang diperoleh, sedangkan tingkat pencurahan kerja semakin rendah.
Ada hubungan
yang terbalik antara pendapatan per jam kerja dengan penawaran kerja (yang diidentifikasi dengan tingkat pencurahan kerja), di mana petani luas cenderung untuk mengurangi tingkat keterlibatannya untuk mencari nafkah sementura tingkat pendapatan per jam kerjanya masih tinggi.