vii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Item-Item pada Variabel Penelitian.............................................................................................
60
Tabel 4.1
Kriteria Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Nila di Tambak.................
67
Tabel 4.2
Padat Tebar Ideal untuk Budidaya Ikan Nila di Tambak......................
68
Tabel 4.3
Jenis Hama dan Penyakit Ikan Nila di Tambak.....................................
70
Tabel 4.4
Sistem Budidaya Tambak di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, 2011-
71
2012................................................................................................................
Tabel 4.5
Perbandingan Pendapatan Budidaya Tambak di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, 2011-2012 ...........................................................................
72
Tabel 4.6
Distribusi Umur Pembudidaya di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.....
73
Tabel 4.7
Distribusi Pendidikan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ................
75
Tabel 4.8
Distribusi Status Kepemilikan Lahan di Kabupaten Pangkajene dan
76
Kepulauan..............................................................................................
Tabel 4.9
Distribusi Luas Lahan Pembudidaya di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan..............................................................................................
Tabel 4.10
Nilai skor Motivasi Pembudidaya untuk Berinteraksi dalam Demonstrasi Plot di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan...............
Tabel 4.11
77 79
Distribusi Kategori Motivasi Pembudidaya untuk Berinteraksi dalam Demonstrasi Plot di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan...............
81
Tabel 4.12 Nilai Skor Sikap Pembudidaya terhadap Demonstrasi Plot di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan................................................
82
Tabel 4.13 Distribusi Kategori Sikap Pembudidaya terhadap Demonstrasi Plot di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan............................................ Tabel 4.14
84
Nilai Skor Pendapat Pembudidaya terhadap Peran Pendamping dalam Demonstrasi Plot di Kabupaten Pangkajene dan
85
Kepulauan............... Tabel 4.15
Distribusi Kategori Pendapat Pembudidaya terhadap Peran Pendamping dalam Demonstrasi Plot di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.............................................................................................
86
viii
Tabel 4.16
Nilai Skor Pendapat Pembudidaya terhadap Besarnya Insentif dalam demonstrasi plot di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan................
Tabel 4.17
88
Distribusi Kategori Pendapat Pembudidaya tentang Besarnya Insentif dalam Demonstrasi Plot di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan............................................................................................
Tabel 4.18
Nilai Skor Interaksi Pembudidaya dalam Demonstrasi Plot di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan................................................
Tabel 4.19
90
Distribusi Kategori Interaksi Pembudidaya dalam Demonstrasi Plot di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan............................................
Tabel 4.20
89
91
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Interaksi Pembudidaya dalam Demonstrasi Plot di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.............................................................................................
92
1
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi
budidaya tambak terluas di Indonesia yaitu sekitar 100.000 ha (Kompas, 2011), yang seharusnya dapat berperan dalam meningkatkan devisa negara. Hasil produksi perikanan budidaya tambak di Provinsi Sulawesi Selatan meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Statistik Perikanan Budidaya Indonesia (2010), pada tahun 2008 produksi untuk perikanan tambak sebesar 272.891 ton, kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi 534.456 ton. Peningkatan jumlah produksi tersebut disebabkan oleh meningkatnya pemanfaatan lahan-lahan terbengkalai yang potensial untuk usaha budidaya tambak. Pemanfaatan lahan untuk tambak pada tahun 1990 sebesar 70.707 ha dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 96.002 ha, sedangkan luas yang siap tebar pada tahun 1990 sebesar 64.494 ha dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 90.540 ha. Lahan-lahan baru tersebut ternyata dapat berproduksi dengan baik, walaupun belum dapat berproduksi secara maksimal. Untuk mendukung peningkatan lahan produktif tersebut, sangat diperlukan penguasaan teknologi serta interaksi pembudidaya yang baik. Penguasaan teknologi sangat penting untuk peningkatan hasil produksi tambak, karena tanpa penguasaan teknologi maka pembudidaya tidak dapat memaksimalkan potensi dari tambak yang mereka kelola. Penguasaan teknologi khususnya untuk budidaya tambak sangat dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang mereka butuhkan untuk kemajuan tambak, salah satunya didapatkan dari
2
interaksi antar pembudidaya. Dari interaksi tersebut, mereka dapat bertukar atau berbagi informasi yang bermanfaat untuk kemajuan tambak. Interaksi sosial yang terjadi antarpembudidaya merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial, dan merupakan bentuk yang paling umum dari proses sosial. Dalam kamus bahasa Indonesia, interaksi sosial dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu, dan antara kelompok dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Dalam interaksi sosial tersebut, perlu adanya kontak sosial dan komunikasi. Komunikasi dalam penyuluhan ini, mengenai proses penyebarluasan informasi (diseminasi) program Diversifikasi Komoditas Ikan Nila oleh penyuluh kepada sasaran (pembudidaya). Proses komunikasi yang terjadi dalam interaksi pembudidaya ini diharapkan mampu mempercepat penyebaran inovasi baru untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup pembudidaya. Dalam meningkatkan interaksi antara pembudidaya tersebut, diperlukan peran penyuluhan perikanan dengan metode yang tepat. Proses interaksi sosial yang berbentuk kerja sama atau kooperatif (asosiatif) mempunyai fungsi positif antara lain: (1) proses pencapaian tujuan hidup individu atau kelompok lebih mudah terwujud; (2) mendorong terwujudnya pola kehidupan individu atau kelompok secara integratif; (3) setiap individu dapat meningkatkan kualitas beragam peran sosial dalam kehidupan kelompok; (4) mendorong terbangunnya sikap mental positif pada setiap individu dalam prosesproses sosialnya; dan (5) mendorong lahirnya beragam inovasi di berbagai bidang
3
menuju masyarakat madani (masyarakat sejahtera). Dalam batas-batas tertentu, interaksi sosial dalam bentuk konflik (dissosiatif) mempunyai fungsi positif, yaitu: (1) dapat mendorong terjadinya perubahan pola perilaku seseorang atau kelompok ke arah yang lebih baik, (2) dapat mendorong terjadinya atau terbangunnya solidaritas ingroup dalam kehidupan kelompok, (3) dapat mendorong lahirnya karya demi karya yang lebih inovatif atau lebih maju (Wilson, 1966). Menurut Mardikanto (2009) dalam kegiatan penyuluhan pertanian, proses komunikasi antara penyuluh dan sasarannya juga tidak terhenti jika penyuluh telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan tentang inovasi yang disampaikan penyuluhnya. Walaupun demikian, komunikasi baru berhenti jika sasaran telah memberikan tanggapan seperti yang dikehendaki oleh penyuluhnya, yaitu berupa penerimaan dan penerapan inovasi tersebut di dalam praktik berusaha tani, baik yang ditujukkan dalam perubahan pengetahuan, sikap, atau keterampilannya. Dalam skala yang lebih kecil, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan daerah yang mengandalkan sektor perikanan dengan wilayah tambak yang cukup luas. Berdasarkan data potensi kelautan, perikanan, dan pulau-pulau kecil Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tahun 2012, luas tambak di Kabupaten ini sebesar 13.494,80 ha yang tersebar pada tujuh kecamatan pesisir. Luas tambak produktifnya sebesar 10.496,63 ha dengan jumlah petani tambaknya mencapai 26.942 orang. Produksi ikan campuran di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pada tahun 2012 adalah sebesar 161,1 ton. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang merupakan salah satu
4
Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, untuk program Diversifikasi Komoditas Ikan Nila. Program ini bekerjasama dengan University of Sidney, Charles Sturt University, Universitas Gadjah Mada, serta Departemen Kelautan dan Perikanan. Program tersebut diharapkan dapat menjadi alternatif bagi para pembudidaya dalam usaha budidaya tambak, meningkatkan keterampilan dengan penggunaan teknologi yang lebih baik, dan meningkatkan pendapatan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi yang diterapkan dalam usaha budidaya masih sangat rendah yaitu dengan cara tradisional atau tanpa diberi pakan, pendampingan penyuluh masih sangat rendah, dan tidak ada forum untuk pembudidaya dapat berinteraksi serta mendapatkan informasi (Herianto, 2011). Sebelum ACIAR mengadakan program diversifikasi usaha tambak di tiga Kabupaten ini, penyuluhan perikanan khususnya untuk usaha budidaya tambak tidak efektif yang disebabkan oleh minimnya penyuluh perikanan. Berdasarkan data potensi kelautan, perikanan, pesisir, dan pulau-pulau kecil Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tahun 2012, dari tambak produktif seluas 10.496,63 ha yang tersebar pada tujuh kecamatan pesisir hanya terdapat tiga penyuluh perikanan. Semenjak datangnya program Diversifikasi Komoditas Ikan Nila oleh ACIAR, ada beberapa hal yang diupayakan oleh ACIAR yaitu dengan adanya pendamping di lapangan serta pemberian insentif. Beberapa hal di atas merupakan cara yang ditempuh oleh ACIAR untuk mencapai tujuannya, salah satunya adalah untuk meningkatkan interaksi antarpembudidaya. Walaupun demikian, penyuluhan yang diberikan tidak serta merta dapat meningkatkan interaksi pembudidaya, karena penyuluhan yang
5
diberikan harus intensif. Penyuluhan yang lebih intensif dengan metode yang tepat, cara penyampaian yang baik, dan sesuai dengan kebutuhan pembudidaya akan mendorong mereka untuk berinteraksi dalam setiap penyuluhan yang diadakan. Adanya pendamping program di lapangan sangat penting dalam membatu pembudidaya menyelesaikan persoalan tambak, maupun hal lain seputar budidaya di tambak. Namun demikian pendampingan dalam hal teknis saja belum cukup untuk dapat meningkatkan interaksi antarpembudidaya. Ife dan Tesoriero (2008), mengatakan bahwa peran pendamping umumnya mencakup empat peran utama, yaitu: fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya. Upaya terakhir ACIAR untuk meningkatkan interaksi antarpembudidaya adalah dengan memberikan insentif yang berupa uang, bibit, pendampingan teknis, serta informasi untuk pemasaran. Salah satu hal yang mendorong pembudidaya untuk berinteraksi dalam demonstrasi plot pada program Diversifikasi Komoditas Ikan Nila adalah insentif. Teori insentif (incentive theory) menunjukkan bahwa perilaku organisme disebabkan karena adanya insentif. Adanya insentif akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku, baik secara positif maupun secara negatif. Walaupun demikian, belum diketahui bagaimana insentif yang diberikan oleh ACIAR tersebut dapat mempengaruhi perilaku pembudidaya khususnya dalam berinteraksi. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut diharapakan dapat meningkatkan interaksi antarpembudidaya serta hasil usahanya.
6
Menurut Leeuwis (2003), mendemonstrasikan hasil praktik tertentu merupakan satu strategi untuk meningkatkan kesadaran yang lebih bermanfaat dari penggunaan visualisasi. Ide dasar di belakang demonstrasi plot adalah bahwa petani dapat melihat beberapa hal dengan membandingkan perlakuan yang berbeda, dan menjadi tertarik dalam praktik baru tanpa memahami penuh proses yang terlibat. Demonstrasi semacam itu biasanya berupa percobaan atau percontohan di mana tujuannya adalah tidak untuk menghasilkan wawasan baru, tetapi untuk mengkomunikasikan pengetahuan dengan pengalaman yang ada.
1.2.
Rumusan Masalah Hasil penelitian awal dan uraian di atas menunjukkan bahwa usaha
budidaya tambak di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan belum dapat berproduksi secara maksimal yang disebabkan oleh kurangnya interaksi pembudidaya. Oleh karena itu, pembudidaya di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tidak pernah mendapatkan atau saling bertukar informasi terkait dengan teknologi budidaya, serta hal bermanfaat lain yang dapat meningkatkan usaha budidaya mereka. Adanya
program
Diversifikasi
Komoditas
Ikan
Nila
mencoba
memberikan pendampingan di lapangan serta insentif kepada pembudidaya. Salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan interaksi di antara pembudidaya itu. Walaupun demikian, belum diketahui bagaimana hubungan antara peran pendampingan di lapangan serta besarnya insentif yang diberikan kepada pembudidaya dengan interaksi antarpembudidaya. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, dapat dijabarkan
7
dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1)
Bagaimana interaksi antarpembudidaya di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan?
2)
Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang berkorelasi dengan interaksi antarpembudidaya dalam program Diversifikasi Komoditas Ikan Nila di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan?
1.3.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
1)
Menganalisis interaksi antarpembudidaya di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
2)
Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang berkorelasi dengan interaksi antarpembudidaya dalam program Diversifikasi Komoditas Ikan Nila di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini adalah:
1)
Bagi ACIAR (Australian
Centre for
International Agricultural
Research), Balai Budidaya Air Payau Takalar, dan Universitas Gadjah Mada, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam menentukan kebijakan, untuk meningkatkan interaksi antarpembudidaya dalam demonstrasi plot pada program Diversifikasi Komoditas Ikan Nila. 2)
Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam menentukan
kebijakan,
terkait
interaksi
antarpembudidaya
yang
8
berkaitan dengan usaha budidaya tambak. 3)
Bagi masyarakat dan pihak lain sebagai dasar informasi untuk lebih jauh menggali permasalahan dan pemecahan yang berkaitan dengan interaksi sosial.
1.5
Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan oleh penulis, maka
penulis berkeyakinan penelitian dengan judul “Interaksi Pembudidaya dalam Demonstrasi Plot pada Program Diversifikasi Komoditas Ikan Nila di Kabupaten Pangakajene dan Kepulauan” belum pernah dilakukan oleh peneliti manapun. Pertimbangan tersebut didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut: (1) Belum ada penelitian terhadap program Diversifikasi Komoditas Ikan Nila di Kabupaten Pangakajene dan Kepulauan yang berfokus pada interaksi pembudidaya; dan (2) Penelitian ini memiliki perbedaan mendasar dengan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani baik dari segi tujuan, metode, lokasi, dan kasus penelitian. Dalam Hariadi (2011), terdapat penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kelompoktani sebagai unit belajar, kerjasama, produksi, dan usaha dengan mengambil lokasi di Kabupaten Gunungkidul, DIY. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan kelompoktani sebagai unit usaha belajar, kerjasama, produksi, dan usaha dengan metode suevei. Hasil penelitian menunjukkan jika Faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan kelompoktani sebagai (1) unit usaha belajar adalah interaksi anggota, sikap anggota terhadap profesi petani,
9
kohesi anggota, norma kelompok, dan penyuluhan (2) unit kerjasama adalah interaksi anggota, norma kelompok, penyuluhan, dan pembinaan oleh pamong praja (3) unit produksi adalah self efficacy, interaksi anggota, dan pembinaan pamong praja (4) unit usaha adalah self efficacy, interaksi anggota, dan gaya kepemimpinan ketua kelompok tani. Berikutnya adalah penelitian terdahulu terkait usaha budidaya di tambak. Penelitian Patiung (2011) mengenai “Efek Jaringan Komunikasi terhadap Adopsi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Desa Kanaungan, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep”. Jenis penelitiannya adalah deskriptif analitis dengan metode survey. Sampel penelitian sebanyak 18 orang pembudidaya yang diambil dengan cara cara sensus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Jaringan komunikasi terjadi di antara pembudidaya ikan nila terjadi disekitar wilayah
pembudidaya,
ACIAR,
Balai
Air
Payau,
tokoh
masyarakat,
tetangga/teman pembudidaya. 2) Jaringan komunikasi yang terjadi memberikan efek untuk mengadopsi ikan nila sebagai diversifikasi perikanan yang akan membantu pembudidaya dalam mengatasi masalah-masalah budidaya, dan adanya adopter yang memulai uji coba budidaya ikan nila memberikan pengaruh positif kepada pembudidaya lain untuk mengadopsi ikan nila sebagai diversifikasi budidaya tambak. Berikutnya adalah penelitian Wibowo (2011), yaitu “Peranan Jenis Jaringan Komunikasi dalam Adopsi Teknologi Better Management Practices Budidaya Udang Vaname di Kabupaten Kendal”. Tujuan penelitannya untuk mengetahui profil dan peranan jaringan komunikasi serta faktor yang berpengaruh
10
pada adopsi teknologi Better Management Practices untuk budidaya udang vaname. Jaringan yang diteliti yaitu jaringan komunikasi antar individu (interpersonal) menyangkut jenis jaringannya berdasar kepopuleran individu. Berdasar hasil analisis Chi square dan uji gama, jaringan komunikasi individu dan luas tambak mempengaruhi tahap adopsi, sedangkan umur, pendidikan dan pengalaman tidak mempengaruhi tahap adopsi. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian Interaksi Pembudidaya dalam Demonstrasi Plot pada program Diversifikasi Komoditas Ikan Nila di Kabupaten Pangakajene dan Kepulauan terletak pada tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, dan kasus penelitian. Penelitian ini secara khusus akan menganalisis interaksi antarpembudidaya dan menguraikan faktor-faktor yang berkorelasi dengan interaksi antarpembudidaya dalam demonstrasi plot.