136
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Aslan. (2004). Menyingkap Kebenaran Ilahi, Pluralisme Agama dalam Filsafat Islam dan Kristen Syeed Hossein Nashr dan John Hick. Bandung: Alyfia. Alwasilah, A. Chaedar. (2011). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya. _____________. 1991. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit Angkasa. Biro Humas Setda. (2005). Reba, Ritual Tahun Baru Masyarakat Ngada. Kupang: Setda Provinsi NTT. Daeng, J. Hans. (2000). Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Edisi Keempat. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Garna, Judistira. (1992). Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung: Program Pascasarjana-Universitas Padjajaran. Ghony M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR-RUZZ Media. Hadi, Sumandiyo. (2006). Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Pustaka _____________. (2005). Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka Kasmahidayat.Yuliawan. (2010). Agama Dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung. CV. Bintang Warli Artika. Koentjaraningrat. (2009). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta. UI-Press _____________. (2009). Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta. UI-Press ____________. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Masunah, Juju. (2003). “Tradisi yang Berubah: Suatu Kasus pada Tari Topeng Cirebon”, dalam Seni dan Pendidikan Seni. Bandung: P4ST UPI Bandung. Moleong, J. Lexy. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
137
Moris, Desmond. (1977). Man Watching, A Field Guide To Human Behavior. London: Elsevier International Projects Ltd. Narawati, Tati. (2003). Wajah Tari Sunda dari Masa Ke Masa. Bandung: P4ST UPI Bandung ___________. (2004). “Dari Ritual Ke Panggung Pertunjukan: Perkembangan Tari dalam Kehidupan Masyarakat”, dalam Jurnal Humaniora Vol. 16, No. 3. Yogyakarta: UPPFIB UGM Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Metodologi Penelitian (Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Schechner, Richard. (2002). Perormance Studies: An Introduction. London and New York: Routledge Sedyawati Edi. (1986). “Tari Sebagai Salah Satu Pernyataan Budaya”, dalam Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Rirektorat Kesenian Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Soedarsono, R. M. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Suharto, Ben. (1996). Simbol Dalam Sistem Budaya Masyarakat. Jakarta: Pustaka Jaya. Sumardjo, Jacob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB _____________. (2010). Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press. STSI Bandung Sutrisno, Mudji & Putranto, Hendar. (2005). Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Vianey Watu. Y. (2008). Representasi Citraan Ilahi Dan Insani Dalam Entitas Ritual Sa’o Ngaza Di Kampung Guru Sina, Kabupaten Ngada-Flores. Denpasar: Disertasi, Kajian Budaya Universitas Udayana.
Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
138
Sumber Pustaka Internet Benito (2012). http://benito75.blogspot.com/2012/10/tarian-jai-di-tanahbanten.html I Wayan Suharta. (2012). http://www.isi-dps.ac.id/berita/balaganjur-dalammakna-profan Viane Watu Y. (2009). http://kupang.tribunnews.com/read/artikel/37479 I Wayan Suharta. (2012). http://www.isi-dps.ac.id/berita/balaganjur-dalammakna-profan William Fielding ogburn (2010). http://ayouk91.blogspot.com/2010/11/teoriperubahan-sosial-budaya-oleh.html Wiroharjo(2008). http://wiroharjo.blogspot.com/2008/04-fungsi%20seni.html Sartono Kartidirdjo (2011). http://serbasejarah.blogspot.com/2011/03/pendekatanilmu-sosial-dalam-metodologi.html
Daftar Nara Sumber Aloysius Dopo (63 th). Pekerjaan: Pensiunan/Tua Adat. Alamat: Kampung Adat Guru Sina Arnoldus Meka (35 th). Pekerjaan: PNS Dinas PKPO Ngada. Alamat: Bajawa Erna Poela Kalla (49 th). Pekerjaan: Praktisi Tari di Kupang. Alamat: Tofa, Kota Kupang Erni Handayani (48 th). Pekerjaan: Guru Seni Tari. Alamat: Oebobo, Kota Kupang Kletus Wou (71 th). Pekerjaan: Pensiun/Penghuni Kampung Adat. Alamat: Kampung Adat Guru Sina Nikolaus Nonoago (60 th). Pekerjaan: wydiaswara, seniman Ngada. Alamat: Labat, Kota Kupang Polo Letik (40 th). Pekerjaan: Praktisi Seni. Alamat: Naikoten, Kota Kupang Ursula Dando (54 th). Pekerjaan: PNS, Pemerhati Seni. Alamat: Naikoten, Kota Kupang. Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
139
GLOSARIUM
Adha
Adat, tata cara, norma, norma sopan santun
Adha gua
Kewajiban adat, kewajiban melaksanakan ritual
Ago
Pelindung kebenaran
Ago Azi
Salah satu nama woe atau koalisi dari rumah-rumah tradisional di Guru Sina.
Ago Ka’e
Salah satu nama woe atau koalisi dari rumah-rumah tradisional di Guru Sina.
Ana
Anak, tuan
Ana Dado
Tuan pesta, makhluk Ilahi
Ana doa
Anak saudara/i
Ana fai
perempuan
Ana nara
Anak saudara
Ana Koda
Patung manusia yang di atas bubungan “Rumah Akhir”
Ana saki
Laki-laki
Ana sa’o
Anggota rumah
Ana weta
Anak saudari
Ana ye
Patung rumah mungil di atas bubungan “Rumah awal”
Angi
Angin
Atta
Orang, pribadi, yang terdiri dari elemen tubuh dan jiwa (tebo dan weki)
Atta tangi
Artefak tangga masuk ke ruang inti rumah adat, simbol kehadiran makhluk Ilahi yang menjadi penjaga tangga masuk
Atte
Hati
Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
140
Awu
Abu
Aze
Tali
Azi
Adik
Azi ana
Strata
sosial
paling
bawah
berdasrkan
ideology
„kesejatian darah‟ Azi repo
Anak bungsu
Bake
berkat
Baru
Bangunan rumah tinggal yang modern
Ba’u Ga’e
Memberi persembahan sejati pada Tuhan
Bhaga
Rumah korban. Figur leluhur perempuan yang menjadi simbol persekutuan koalisi rumah tradisional.
Bhenga
Motif ukiran dalam tanduk kerbau bersusun dua
Bhodo
Bakul besar yang dianyam dari daun lontar, untuk menyimpan nasi ritual dalam perjamuan-perjamuan ritual
Bhuja Kawa
Tombak pusaka, yang ditempatkan pada alur pertama dari artefak Mata Raga dalam ruang inti rumah tradisional, sebagai simbol Tuhan yang transenden
Bo
Terbit, bertunas, limbuk padi
Bo Logo
Ritus peralihan dari remaja pria menjadi pria dewasa dalam tradisi setempat
Bone
pemalas
Bopo
Rajin
Dalu
Nama pohon/kayu untuk bahan bangunan tiang rumah
Deru
Panggilan, memanggil
Deru Wali
Salah satu nama “rumah turunan‟ dari woe kabi
Deli
Solit
Delu
Teman
Dhea
Beras
Dhoka
Lumbung padi
Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
141
Doa
Saudara kembar
Doge
Kokoh
Dole ale
Menipu, mengoda
Dolu
Penggaris yang lurus
Duke ka’e
Tiang korban dalam ruang inti rumah, juga disebut „tiang korban rumah‟ (ngadhu sa’o)
Ebu
Nenek, kakek, leluhur
Ema
Bapa
Ema Ulu
Ungkapan tentang figur ilahi sebagi „bapa Pemimpin dan Penyelenggara dunia dan segala isinya
Esa
Satu
Esa geta
Kata majemuk dari satu
Fine
Ibu, sinonim dengan kata Ine
Ga’e
Kakak, tertua, sejati, sulung, tuan. Juga digunakan untuk gelar bagi Tuhan seperti dalam pernyataan (Ga’e Dewa)
Ghe-Ghena
Nama salah satu pasangan leluhur kolektif orang Ngada yang disebutkan dalam tuturan ritual.
Guta gata
Kerja sama secara efisein dan efektif
Go
Gong /kata sandang
Go Laba
Gong gendang, alamat music tarian Ja’i
Guru
Guru, pengajar, anting-anting emas/cincin emas, aur.
Guru Sina
Nama kampung, dan juga menjadi salah satu nama leluhur yang menjadi Riwu Dewa
Ine
Ibu; sinonim dengan kata fine
Ine Milo Ema Elu
Ungkapan tentang yang Ilahi sebagai Yang Kudus (Ine Milo),
sekaligus
sebagai
Bapa
Penyelenggara (Ema Ulu Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pencipta
dan
142
Iru
Ruang di atas ruang inti rumah adat, ruang sakral tempat kehadiran Dewa Sa’o/Susu Keri Asa Kae
Ja’i
menari
Jaga
Menjaga
Jaga waka
Menjaga kemuliaan diri, yaitu kemuliaan pikiran, perasaan, dan kehendak manusiawi
Ja’o
Aku, saya
Jawa
Damai sejahtera, pulau Jawa
Kaba
Kerbau
Kaba manu
Ayam korban yang nilainya sama dengan kerbau korban
Kaba Bhada
Babi korban yang nilainya sama dengan kerbau korban
Kawa Pare
Papan berukir makhluk Sawa yang menjadi penjaga pintu masuk ruang inti Sa’o Ngaza (lihat penjelasan tentang Sawa)
Kau
Kau, engkau, anda
Kada
Tempat menyimpan peralatan dapur yang digantung di ruang inti Sa‟o Ngaza
Kawe Para
Berada pada samping kiri dan kanan pintu inti rumah adat
Kedu
Lembaran papan yang menjadi „pimpinan‟ dari dinding ruang inti rumah tradisional
Keka
Pondok yang berada di lading atau kebun, yang rata-rata berukuran 15 m².
Kojo
Kepiting
Kopo
Pembungkus benih
Kopo molo
Ungkapan untuk tata ruang rumah tradisional sebagai „rumah yangbenar‟
Ladu
Tiang penopang tanaman merambat
Ladu Watu
Salah satu nama „Rumah Turunan‟ dari Woe Ago Ka’e. („tiang batu‟)
Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
143
Tajja Sue
Pedang pusaka, yang ditempatkan pada alur kedua dari Mata Raga. Simbol kehadiran Dewa Sa’o
Lapu api
Ruang dapur perapian
Lewa
Panjang, tinggi, dalam
Lewa Roja
Salah satu nama „Rumah Turunan‟ dari Woe Kabi
Lika
Tungku api
Lika Lapu
Ruang „setiga berapi‟ di antara tiga batu tungku
Lizu
Langit, angkasa
Lego
Kandang
Lego modhe
Ungkapan tentang rumah adat sebagai „rumah yang baik‟
Lena
Angkasa, surga
Lie seko
Nama bagian inti dari hati babi
Lima
Angka lima, tangan
Lina
Bening, jernih
Lo
Batang
Lobo
Puncak, pucuk, akhir
Mae
Roh
Magha
Pikiran
Maghi
Pohon lontar, bahan korban perjamuan pada Yang Ilahi
Maki
Nasi
Maki faru
Nasi yang harum, bahan korban perjamuan pada Yang Ilahi
Manu
Ayam, unggas
Manu Milo
Nama „Rumah Awal‟ dari Woe Ago Ka’e / ayam sakral
Mata
Mata, sumber, mati
Mata Raga
Secara fungsional, Mata Raga adalah wadah untuk menaruh “tombok pusaka” dan “tofa pusaka” dalam ruang inti Sa’o Ngaza. Mata Raga adalah ikon kehadiran Yang Ilahi yang teciri dalam tradisi lokal
Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
144
Mau Tua
Memohon restu leluhur menggunakan media tuak
Mesu
Belas kasihan, peduli
Milo
Suci, kudus, sakral
Molo
Benar, tepat, bijaksana
Mori
Tuan, pemilik
Mori tana
Pemilik tanah, tuan tanah
Ngadhu
Tiang korban di halaman kampung / simbol leluhur lakilaki
Ngaza
Nama
Ngaza mogo
Nama kolektif
Ngia
Wajah, di depan
Ngizu
Hidung
Ngizu nuke
Pintu masuk ke ruang inti rumah tradisional
Nio
Kelapa
Nio manu
Kepala ayam
Nitu
Roh ibu alam semesta, roh bumi
Nitu Bidhu
Salah satu nama „Rumah Turunan' dari Woe Ago Ka‟e (roh ibu biduk)
Nua
Kampung
Ota ala
Alam raya
Pali wa’i
Nama keset pembersih, yang dibuat dari batu ceper, yang ditempatkan di depan masuk rumah adat
Padha jawa
Beranda rumah tradisional (jembatan Damai Sejahtera)
Papa bhoko
Ruang tempat duduk pada wanita dalam ruang inti rumah adat
Pare
Padi
Pebhe Telo
Acara melemparkan telur di dahi kerbau utama sebelum
Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
145
disembelih sebagai korban peyembelihan Poso
Gunung
Puju vedhi
Memuja kepada Yang Ilahi
Pu’u
Awal, pangkal, sumber, asal, muasal, pohon.
Ra’a
Darah
Ra’a ga’e
Status sosial masyarakat Ngadha, berdasarkan ideology „darah sejati‟
Ra’a rete
Kuliner dengan mencampurkan darah pada makanan
Rade zi’a
Ungkapan tentang rumah adat sebagai „rumah yang membawa keselamatan‟
Rasa
Rasa
Remo
Tempat tindakan
Reti
Tempat waktu
Riji rai
Murah hati
Riwu Dewa
Termasuk golongan Dewa, leluhur yang telah bersekutu dengan Yang Kudus
Roro
Ruang tempat duduk para pekerja dalam ruang inti rumah adat
Sa Ngaza
Ungkapan berupa pernyataan identitas/nama, sebagai pembuka tarian Ja‟i dalam rangka perayaan pengukuhan Sa’o Ngaza
Sae
Jagung
Sa’o
Rumah adat orang Ngadha, baik dalam arti bangunan tempat tinggal maupun dalam arti komunitas insane yang tinggal di dalammnya.
Sa’o Ngaza
„Rumah Bernama‟
S’o Pu’u
„Rumah Awal‟
Sa’o Lobo
„Rumah Akhir‟
Sa’o Dhoro
„Rumah Turunan‟
Sawa
Makhluk Ilahi sebagai penjaga, pembawa berkat dan
Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
146
kutukan dari Yang Kudus.
Se’a tua
Gelas dari batok kelapa, yang dikhususkan sebagai media persembahan tuak.
Sei
Siapa
Siga
Bersih, cerah
Sui
Daging
Susu Keri Asa Kae
Nama lain dari Dewa Sa’o. Tuhan yang menyertai komunitas rumah dalam atribut sebagai „Pemberi Kasih Yang Tak Berhingga‟
Tana
Tanah, bertanya
Tebo
Tubuh
Tebo tada
Tubuh dari simbolik
Tebo sa’o
Tubuh dari sosial
Tebo weki
Tubuh diri, tubuh diri personal
Tebo woe
Tubuh diri religius
Teda
Beranda rumah tradisional
Teda one
Beranda dalam
Teda mo’a
Beranda luar
Teki rolu
Lembaran papan yang menjadi dinding ruang inti rumah adat yang letaknya sesudah papan kedu
Tibo
Ramalan adat dengan menggunakan media ruas bambu
Tobo
Mayat
Tuba
Tiang
Tua
1). Tuak, minuman keras yang diolah dari pohon lontar dan enau; 2). Serapan dari kata „tuan‟.
Tua teme
Tuak yang enak, salah satu bahan korban persembahan kepada Yang Ilahi
Tuka Sa’o
Keluarga seperut/sekandungan
Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
147
Sebutan kolektif dari dinding ruang inti Sa‟o Ngaza
Ube
yang dibuat dari papan. Ube Manu
Dinding yang diukir dengan figur ayam kembar, sebagai ikon „ayam langit‟ (Manu Lizu), yang salah satu fungsinya
adalah
sebagai
pengusir
setan
dan
ditempatkan di dinding bagian depan dari ruang inti rumah adat. Ulu dalam rumah Kepala, pimpinan, penyelenggara, bagian utara dari adat Ulu padi
ruang inti Sa‟o Ngaza Ukiran dalam rumah adat yang berbentuk ular, yang ekornya diukir seperti kepala, sehingga kepalanya bersifat ganda
Uma
Kebun, ladnag
Uma moni
Kebun, ladang
Uwi
Ubi
Wae
Air
Wae bata
Air laut
Wa’i
Kaki
Wali
Terus menerus, lagi
Waka
Jiwa yang baik
Wara
Badai
Watu
Salah satu nama leluhur kolektif orang Guru Sina
Wati
Piring tradisional yang disebut dari anyaman daun lontar
Wea
Emas
Widha
Ada
Wela
Membunuh
Wena
Bagian selatan
Wengo wango
Masa bodoh, apatis
Wijo – Wajo
Salah satu nama pasangan leluhur kolektif orang Ngadha
Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
148
Wula
Bulan
Wawo
Di atas
Weki
Diri insani yang terdiri dari unsur waka „jiwa yang baik‟ dan wera „jiwa yang jahat‟
Wera
Jiwa yang jahat
Wera dhea
Menaburkan beras ritual untuk menyucikan babi korban
Wisu
Tiang sudut pada lantai kedua dari tubuh rumah adat
Woe
Ikatan persaudaraan, kekerabatan, teman/sahabat, Unit sosial religius
Woe Ago Ka’e
Salah satu unit sosial religius atau komunitas koalisi rumah adat di Kampung Guru Sina
Woe Ago Azi
Salah satu unit sosial religius atau komunitas koalisi rumah adat di Kampung Guru Sina
Woe Kabi
Salah satu unit sosial religius atau komunitas koalisi rumah adat di Kampung Guru Sina
Wutu
Empat
Zala
Jalan
Zi’a
Sembuh, selamat
Zi’a ura manu
Doa sebelum mengorbankan ayam
Zua
Dua
Margaret Pula Elisabeth Djokaho, 2013 Pergeseran Fungsi Tari Ja’i Dari Ritual Ke Profan Di Kota Lampung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu