DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Cutlip, M Scott, Center H. Allen, dan Broom M. Glan. 2005. Effective Public Relations, Eighth Edition. Prentice Hall International. Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Jefkins, Frank. 2001. Public Relations. Second Edition. New Jersey : Prentice-Hall, Inc. Kasali, Rhenald. 2008. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Kriyanto, Rachmat. 2008. Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana. M. Sitorus. 2003. Sosiologi II. Bandar Lampung : Erlangga. Madi, Irawan. 2007. Mengenal PLTN dan Prospeknya di Indonesia. Jakarta : Pusat Diseminasi Iptek Nuklir. Moloeng, Lexy. J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Raja Rosdakarya. Morissan. 2008. Manajemen Public Relations. Jakarta : Kencana. Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University. Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKIS. Rachmat, Jalaludin. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Rumanti, Maria Assumpta. 2005. Dasar-Dasar Public Relations. Jakarta : Gramedia.
Ruslan, Rosady. 2008. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: RajaGrapindo Persada. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1989. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES.
TRANSKRIP WAWANCARA Dengan Kepala Sub Bidang Diseminasi Iptek Nuklir Energi (Pusat Diseminasi Iptek Nuklir – BATAN) Bapak Dimas Irawan S.Si
Peneliti Dimas
Peneliti Dimas
Peneliti Dimas
Peneliti
Dimas
: Informasi apa saja yang menjadi acuan humas dalam menentukan langkah untuk sosialisasi PLTN ke khalayak? : Perkembangan informasi terkini yang berkembang di masyarakat dan stakeholder energi nasional, termasuk diantaranya topik-topik yang menjadi main public concern, Kebijakan energi nasional, khususnya rencana pemanfaatan energi nuklir di Indonesia, Hasil kajian sosial budaya masyarakat dan stakeholder energi nasional : Siapa saja yang berperan serta dalam menentukan kegiatan sosialisasi yang akan dilakukan oleh BATAN? : Eksternal, Kementerian/Lembaga Pemerintah terkait, seperti Kementerian ESDM, Kementerian Ristek dan Bappenas, Pemerintah daerah, Organisasi Non Pemerintah, seperti organisasi keagamaan (NU, MUI), LSM, dan organisasi masyarakat lainnya (PP, AMPI dll), Narasumber / konsultan independen, Internal: Struktural Organisasi BATAN yang memiliki kewenangan dalam penyusunan Rencana Strategis lembaga dimana kegiatan sosialisasi merupakan bagian didalamnya, Tim Sosialisasi Internal BATAN : Apakah “Goal” dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh BATAN? : Sesuai Inpres No. 1 Tahun 2010, kegiatan sosialisasi dilaksanakan untuk mencapai pemahaman masyarakat yang utuh terkait rencana pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkitan listrik. Namun sebenarnya secara konsep, “Goal” utama dari sosialisasi adalah penerimaan masyarakat terhadap rencana pembangunan PLTN di Indonesia. Sementara pencapaian pemahaman masyarakat merupakan tujuan antara yang harus dicapai untuk mencapai tujuan akhir/utama tersebut. : Faktor apa saja yang diperhatikan oleh humas dalam mensosialisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia? : Dalam penyusunan rencana dan eksekusi kegiatan sosialisasi rencana pembangunan PLTN diperhatikan beberapa aspek terkait, yaitu: Aspek Teknis, dimana kegiatan sosialisasi direncanakan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan terkini teknologi serta perkembangan terkini perencanaan pelaksanaan program rencana pembangunan PLTN. Sebagai contoh adalah perkembangan terkini yang mengarahkan rencana pembangunan PLTN di
Peneliti
:
Dimas
:
Peneliti
:
Dimas
:
propinsi Kep. Bangka Belitung membuat sebagian kegiatan sosialisasi diarahkan ke daerah tersebut sebagai daerah focus. Aspek Sosial Budaya, kegiatan sosialisasi direncanakan dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi sosial budaya masyarakat yang menjadi target kegiatan. Aspek Kebijakan, arah kebijakan energi nasional menjadi salah satu faktor penting dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Sebagai contoh perkembangan terkini dimana Ditjen EBTKE-Kementerian ESDM yang mencanangkan Visi energi 25/25 (PLTN menjadi salah satu penanggung beban utama kelistrikan utama nasional) menjadi salah satu materi penting dalam sosialisasi. Aspek SDM, aspek ini sangat penting untuk optimalisasi pencapaian output kegiatan. Untuk itu disiapkan SDM yang memiliki kemampuan teknis sekaligus diimbangi dengan kemampuan komunikasi yang mumpuni. Kendala apa saja yang menjadi pertimbangan humas Badan Tenaga Nuklir Nasional dalam menentukan kegiatan? Salah satu kendala yang sangat berpengaruh bagi pencapaian output yang optimal adalah belum adanya keputusan / kebijakan “Go Nuclear” dari pemerintah pusat. Dari hasil studi yang telah dilakukan keputusan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat penerimaan masyarakat yang belum maksimal serta dukungan stakeholder energi nasional yang belum optimal pula, sehingga rencana kegiatan sosialisasi menjadikan dua aspek tersebut sebagai sasaran utama kegiatan. Bagaimana langkah dan proses kegiatan humas dalam mensosialisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia? Tahapan Kegiatan : Tahap Perencanaan Kegiatan, dilaksanakan dengan mempertimbangkan Renstra lembaga serta berbagai aspek terkait. Saat ini telah disusun Perencanaan Kegiatan Jangka Menengah dan Pendek. Secara umum tahap ini memuat identifikasi stakeholder, isu serta media yang dibutuhkan untuk engagemnet per segmen stakeholder. Analisis data tersebut kemudian dimanfaatkan untuk menyusun strategi komunikasi dan desain kegiatan yang tepat. Tahap Persiapan Kegiatan, dilaksanakan melalui koordinasi dengan berbagai stakeholder terkait (internal & eksternal), khususnya target kegiatan serta mitra terkait. Termasuk dalam tahap ini adalah penyusunan dokumen teknis kegiatan (TOR) sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh PDIN. Tahap Pelaksanaan Kegiatan. Tahap Evaluasi Kegiatan. Seluruh tahapan ini membentuk siklus tertutup yang menjamin pengembangan desain kegiatan yang optimal. Untuk optimalisasi pencapaian output, kegiatan digolongkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu Edukasi Publik dan Informasi Publik. Edukasi publik, dilaksanakan sebagai bagian komitmen
Peneliti Dimas
: :
Peneliti
:
Dimas
:
Peneliti
:
Dimas
:
Peneliti
:
Dimas
:
Peneliti
:
Dimas
:
jangka panjang untuk mencapai masyarakat dengan tingkat pemahaman yang utuh terhadap iptek nuklir. Sedangkan, Informasi Publik merupakan langkah strategis yang ditempuh untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya peran energi nuklir dalam kebijakan energi nasional dan pembangunan. Apa saja isi pesan yang akan disampaikan? Untuk mencapai tujuan dan sasaran utama kegiatan sosialisasi terdapat beberapa pesan utama yang disampaikan dengan mempertimbangkan fokus perhatian publik (main public concern), diantaranya: Perkembangan terkini teknologi operasional dan keselamatan PLTN, Peran Energi Nuklir dalam Kebijakan Energi Nasional serta pencapaian kebijakan nasional lainnya (seperti reduksi emisi gas rumah kaca, optimalisasi pemanfaatan EBT dll), Tahapan rencana pembangunan PLTN, Community Development yang dicapai melalui pembangunan PLTN. Siapa saja yang menjadi sumber (komunikator) dalam pelaksanaan strategi humas dalam sosialisasi tersebut? BATAN menyiapkan tim khusus dalam kegiatan sosialisasi, terdiri dari narasumber yang memiliki kemampuan teknis dan memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni. Selain itu juga dilibatkan banyak narasuber penting dari lembaga organisasi lain, khususnya stakeholder energi nasional (seperti Kementerian ESDM, Dewan Energi Nasional, Akademisi dan Praktisi Energi/Lingkungan/Sosial) Siapa saja yang menjadi sasaran (khalayak) dalam pelaksanaan program humas? Segmen Khusus : Pengambil Kebijakan, Stakeholder Energi Nasional dan Media. Segmen ini diklasifikasikan khusus sebab diperlukan engagement yang bersifat kontinu untuk menjaga komitmen dukungan terhadap rencana pembangunan PLTN. Masyarakat Umum. Kalangan Edukasi. Dalam menentukan sasaran program faktor apa saja yang menjadi pertimbangan? Peran dan posisi sasaran (khalayak) terhadap keberhasilan program serta kesinambungan informasi kepada khalayak lain. Program apa saja yang dilakukan BATAN untuk mensosialisaikan PLTN? Program Media Campaign, merupakan salah satu implementasi Informasi publik dengan memanfaatkan penyebarluasan informasi melalui media massa. Selain itu program ini juga berisi kegiatan yang mengarah pada Media Engagement, untuk menjamin optimalisasi peran media dalam penyampaian informasi yang berimbang. Program Edukasi, merupakan program yang diarahkan bagi peningkatan pengetahuan
Peneliti Dimas
: :
Peneliti Dimas
: :
Peneliti
:
Dimas
:
masyarakat edukasi dan bagian dari komitmen jangka panjang pencapaian pemahaman masyarakat yang utuh. Selain itu program ini juga mencakup beberapa kegiatan CSR seperti pemberian beasiswa, bati sosial pendidikan dan peningkatan keahlian. Program Sosialisasi Tatap Muka. Program Pemanfaatan Hasil Litbang Iptek Nuklir, merupakan program pemanfaatan hasil litbang iptek nuklir bidang non energi yang bertujuan untuk mendorong transfer teknologi, menciptakan kemandirian daerah serta meningkatkan penerimaan masyarakat. Kegiatan sosialisasi PLTN oleh BATAN dilakukan dimana saja? Secara umum kegiatan sosialisasi dilaksanakan di seluruh propinsi di Indonesia, namun terdapat beebrapa daerah yang menjadi daerah fokus yaitu Jawa Tengah, Banten dan Kepulauan bangka Belitung sebab daerah-daerah tersebut menjadi daerah terpilih calon tapak PLTN pertama di Indonesia. Bagaimana hasil yang telah dicapai program tersebut? Berdasarkan hasil Jajak Pendapat Masyarakat terhadap rencana pembangunan PLTN yang dilakukan di wilayah Jamali diperoleh data saat ini sebanyak 59,7% masyarakat Jamali dapat menerima rencana pembangunan PLTN. Pada tahun 2011 akan dilaksanakan jajak tingkat nasional untuk mengetahui tingkat penerimaan pada level nasional. Dari sisi Edukasi Publik, saat ini telah terbentuk komunitas edukasi yang memiliki pemahaman cukup memadai tentang iptek nuklir dan berpotensi menjadi embrio sumber informasi di wilayahnya. Setelah menentukan jenis komunikasi yang digunakan, media apa saja yang digunakan dalam proses penyampaian pesan? (media cetak, media elektronik, personal) berdasar apakah pemilihan media tersebut? Pada dasarnya sosialisasi dilaksanakan pada semua jenis media, seperti media elektronik (televisi dan radio), cetak, online dan personal sebagai bagian dari integrated communication strategy. Pemilihan media dilakukan berdasarkan studi terhadap segmen masyarakat yang menjadi sasaran serta hasil evaluasi yang dilakukan secara komprehensif. Sebagai contoh pada tahun 2011 pemilihan media diklasifikasikan berdasarkan data kondisi sosial ekonomi segmen stakeholder energi nasional sebagai segmen target utama. Hasil analisis menunjukkan segmen ini memiliki karakteristik A-B (SES) Usia 15+, sehingga pemilihan media pun mengarah pada berbagai jenis media yang mampu mencapai secara efektif segmen tersebut.
TRANSKRIP WAWANCARA Dengan Kepala Sub Bidang Evaluasi (Pusat Diseminasi Iptek Nuklir – BATAN) Bapak Mudjiono S.Si
Peneliti
: Apakah program direncanakan dengan baik?
Mudjiono : Berdasarkan hasil swa evaluasi, program telah direncanakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhi kegiatan. Namun bagaimanapun perbaikan program terus dilaksanakan secara berkelanjutan untuk dapat mencapai tujuan secara optimal.
Peneliti
: Apakah mereka yang terlibat dapat memahami pekerjaan yang
dilaksanakan? Mudjiono : Pelaksana kegiatan melaksanakan tugas sesuai dengan tugas fungsinya dan prosedur yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Peneliti
: Apakah semua bagian dan eksekutif yang terkait bekerjasama?
Mudjiono : Ya, walaupun masih perlu dioptimalkan pelaksanaannya.
Peneliti
: Bagaimana membuat hasilnya agar lebih efektif?
Mudjiono : Dengan melakukan evaluasi seperti riset media, riset target sosialisasi dan tingkat penerimaan masyarakat dan ditindaklanjuti perbaikan desain rencana kegiatan berdasarkan hasil evaluasi.
Peneliti
: Apakah semua khalayak dapat dicapai?
Mudjiono : Belum. Keterbatasan anggaran dan SDM membuat baru sebagian segmen masyarakat yang dapat dicapai. Namun hal ini diatas dengan menyusun desain kegiatan yang mengarah pada segmen khusus.
Peneliti
: Apakah program sesuai dengan anggaran? Jika tidak, mengapa?
Mudjiono : Belum, sebab untuk mencapai target sosialisasi yang seluasluasnya diperlukan anggaran yang berimbang pula. Pada tahun 2011, besar anggaran kegiatan sosialisasi mulai mendapatkan
prioritas dari pemerintah dengan pemberian anggaran yang cukup besar.
Peneliti
: Persyaratan apakah yang anda kemukakan sebelumnya untuk mengukur hasilnya? Apakah hasil ini memuaskan?
Mudjiono : Tingkat penerimaan informasi, efektivitas penggunaan media dan penerimaan masyarakat. Berdasarkan hasil evaluasi hingga saat ini belum dicapai hasil yang memuaskan.
Peneliti
: Langkah-langkah apakah yang diambil untuk memperbaiki program-program yang sifatnya sama di masa depan berdasarkan pengukuran ini?
Mudjiono : Perbaikan desain rencana kegiatan sosialisasi berdasarkan segmentasi target yang lebih tajam.
TRANSKRIP WAWANCARA Dengan Peserta Kegiatan Sosialisasi di SMA 1 Keling, Jepara (Siswi Kelas 11 IPA, SMA 1 Kembang) Saudari Vega Rianti
Peneliti
:
Apakah pernah mengikuti sosialisasi mengenai nuklir sebelumnya?
Vega
: “Belum. Saya senang mengikuti pelatihan ini, pengetahuan mengenai nuklir saya hanya sedikit karena memang dalam pelajaran yang saya terima sehari-hari di sekolah cuma sedikit yang membahas mengenai nuklir. Saya senang mengenal nuklir, saya berharap bisa lebih banyak lagi pengetahuan mengenai nuklir dan berharap waktu sosialisasi lebih panjang agar lebih paham mengenai nuklir.”
Peneliti
: Sebelum tahu mengenai nuklir, kalau mendengar nuklir apa yang ada dibenak anda?
Vega
: “Yang saya tahu ya hanya bom. Terus setelah saya tahu sedikit demi sedikit, oh ternyata nuklir itu sahabat kita. Bisa dimanfaatkan. Disamping manfaatnya besar ya pasti resikonya besar.”
Peneliti
: Sekarang takut tidak dengan radiasi?
Vega
: “Tidak.”
Peneliti
: Pesan dan Kesannya setelah mengikuti kegiatan sosialisasi ini?
Vega
: “Kalau bisa sih, dengan adanya ini (PLTN) kita bisa lebih maju lah. Menjadi lebih tahu dan mengerti mengenai nuklir dan PLTN”.
Peneliti
: Perlu tidak untuk pelajar Sekolah Menengah Atas memahami masalah nuklir?
Vega
: “Perlu sekali.”
Peneliti
: Apa pandangan Saudara jika PLTN jadi dibangun di Jepara?
Vega
: “Ya lebih memajukan masyarakat Jepara.”
Peneliti
: Apa pesan Saudara jika PLTN akan dibangun?
Vega
: “Inginnya PLTN bisa bermanfaat untuk masyarakat, terutama di wilayah sekitar pembangunan PLTN. Kalau bisa sumber daya manusia-nya diambil dari masyarakat Jepara. Bisa menambah lapangan kerja di Jepara.”
TRANSKRIP WAWANCARA Dengan Ketua Yayasan Nurussalam Jepara (Anggota DPRD Kabupaten Jepara) Bapak Zainuri Thoha
Peneliti
: Kapan Bapak mulai mengenal BATAN ?
Zainuri
: Mengenal BATAN sebelum jadi anggota DPR sudah mengenal BATAN. Saya pernah mengunjungi reaktor nuklir yang di Serpong, menghadiri ajakan Bapak Bupati sebagai wakil dari tokoh masyarakat.
Peneliti
: Sejak kapan Pak kira-kira ?
Zainuri
: Ya, sejak ada rencana pembangunan PLTN di Jepara.
Penelti
: Apa ketertarikan Bapak dengan iptek nuklir ?
Zainuri
: Jadi, iptek nuklir itu ya.. ya memang dulu, kami sebelum mengetahui nuklir itu apa karena tidak dari disiplin ilmu yang sama hanya sekedar tahu. Setelah mengenal nuklir secara lebih dalam ternyata nuklir mempunyai banyak manfaat untuk kehidupan. Dalam bidang kesehatan, pertanian dan energi. Ternyata nuklir tidak hanya sekedar bom penghancur saja.
Peneliti
: Apa pendapat Bapak mengenai pembangunan PLTN di Jepara?
Zainuri
: “PLTN tetap direncanakan, jadi soal kapan ya itu waktu ya..yang artinya panjang. Dan kemudian masalahnya itu kan Pro-Kontra itu juga disiasati dengan arif dan sebagainya. Sehingga orang itu nanti kan, begini, kalau sekarang teknologi nuklir bisa manfaat seperti ini bisa dirasakan dan sebagainya secara persuasi seperti sekrangn ini orang akan tahu bahwa pada saatnya masuk ke PLTN itu sudah tidak kaget. Jadi orang itu sosialisasi jangan langsung bilang PLTN tetapi manfaatmanfaat dulunya. Dan menurut kami PLTN itu adalah alternatif terakhir nanti ya.. Tapi perencanaan tetap, artinya begini pada saat nanti energi kita habis, kemudian juga tidak ada lagi yang dipakai kan memang itu yang ada, itu kan memang itu yang dipakai, cuman kalau umpamanya habisnya itu tahun 2020 habis katakanlah energi kita kemudian mulai sekarang blom direncanakan maka kita akan belum siap.”
PANDUAN WAWANCARA Dengan Kepala Sub Bidang Diseminasi Iptek Nuklir Energi (Pusat Diseminasi Iptek Nuklir – BATAN) Bapak Dimas Irawan S.Si
1. Informasi apa saja yang menjadi acuan humas dalam menentukan langkah untuk sosialisasi PLTN ke khalayak? 2. Siapa saja yang berperan serta dalam menentukan kegiatan sosialisasi yang akan dilakukan oleh BATAN? 3. Apakah “Goal” dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh BATAN? 4. Faktor apa saja yang diperhatikan oleh humas dalam mensosialisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia? 5. Kendala apa saja yang menjadi pertimbangan humas Badan Tenaga Nuklir Nasional dalam menentukan kegiatan? 6. Bagaimana langkah dan proses kegiatan humas dalam mensosialisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia? 7. Apa saja isi pesan yang akan disampaikan? 8. Dalam menyampaikan pesan untuk meningkatkan sosialisasi, apa saja tahapan (susunan) yang perlu diperhatikan? 9. Siapa saja yang menjadi sumber (komunikator) dalam pelaksanaan strategi humas dalam sosialisasi tersebut? 10. Siapa saja yang menjadi sasaran (khalayak) dalam pelaksanaan program humas? 11. Dalam menentukan sasaran program faktor apa saja yang menjadi pertimbangan? 12. Program apa saja yang dilakukan BATAN untuk mensosialisaikan PLTN? 13. Kegiatan sosialisasi PLTN oleh BATAN dilakukan dimana saja? 14. Bagaimana hasil yang telah dicapai program tersebut? 15. Dalam proses penyampaian pesan, jenis komunikasi apa saja yang digunakan (iklan, promosi, penjualan, direct marketing (penjualan langsung), pameran) 16. Setelah menentukan jenis komunikasi yang digunakan, media apa saja yang digunakan dalam proses penyampaian pesan? (media cetak, media elektronik, personal) berdasar apakah pemilihan media tersebut?
PANDUAN WAWANCARA Dengan Kepala Sub Bidang Evaluasi (Pusat Diseminasi Iptek Nuklir – BATAN) Bapak Mudjiono S.Si 1. Apakah program direncanakan dengan baik? 2. Apakah mereka yang terlibat dapat memahami pekerjaan yang dilaksanakan? 3. Apakah semua bagian dan eksekutif yang terkait bekerjasama? 4. Bagaimana membuat hasilnya agar lebih efektif? 5. Apakah semua khalayak dapat dicapai? 6. Apakah anda menerima publisitas yang diperlukan sebelum, pada saat dan setelah program berhasil dilaksanakan? 7. Apakah program sesuai dengan anggaran? Jika tidak, mengapa? 8. Persyaratan apakah yang anda kemukakan sebelumnya untuk mengukur hasilnya? Apakah hasil ini memuaskan? 9. Langkah-langkah apakah yang diambil untuk memperbaiki program-program yang sifatnya sama di masa depan berdasarkan pengukuran ini?
PANDUAN WAWANCARA Dengan Wartawan Antara Saudari Ulul Maskuriah 1. Sudah berapa kali Anda menjadi wartawan yang memberitakan BATAN? 2. Apa yang? 3. Apakah semua bagian dan eksekutif yang terkait bekerjasama? 4. Bagaimana membuat hasilnya agar lebih efektif? 5. Apakah semua khalayak dapat dicapai? 6. Apakah anda menerima publisitas yang diperlukan sebelum, pada saat dan setelah program berhasil dilaksanakan? 7. Apakah program sesuai dengan anggaran? Jika tidak, mengapa? 8. Persyaratan apakah yang anda kemukakan sebelumnya untuk mengukur hasilnya? Apakah hasil ini memuaskan? 9. Langkah-langkah apakah yang diambil untuk memperbaiki program-program yang sifatnya sama di masa depan berdasarkan pengukuran ini?
PANDUAN WAWANCARA Dengan Peserta Kegiatan Sosialisasi di SMA 1 Keling, Jepara (Siswi Kelas 11 IPA, SMA 1 Kembang) Saudari Vega Rianti
1. Apakah pernah mengikuti sosialisasi mengenai nuklir sebelumnya? 2. Sebelum tahu mengenai nuklir, kalau mendengar nuklir apa yang ada dibenak anda? Sekarang takut tidak dengan radiasi? 3. Pesan dan Kesannya setelah mengikuti kegiatan sosialisasi ini? 4. Perlu tidak untuk pelajar Sekolah Menengah Atas memahami masalah nuklir? 5. Apa pandangan Saudara jika PLTN jadi dibangun di Jepara? 6. Apa pesan Saudara jika PLTN akan dibangun?
PANDUAN WAWANCARA Dengan Ketua Yayasan Nurussalam Jepara (Anggota DPRD Kabupaten Jepara) Bapak Zainuri Thoha
1. Kapan Bapak mulai mengenal BATAN ? 2. Sejak kapan? 3. Apa ketertarikan Bapak dengan iptek nuklir ? 4. Apa pendapat Bapak mengenai pembangunan PLTN di Jepara?
FOTO – FOTO KEGIATAN
FOTO KEGIATAN
HARI/ TANGGAL
“Nuclear Goes To School” Serang, 15 Desember 2010
Pengenalan Website BATAN Bagi Guru dan Siswa SMA se-Kabupaten Jepara Jepara, 3 Agustus 2010
Kunjungan Guru-guru Fisika SMU se Indonesia ke PTNBR BATAN Bandung, 28 Juli 2009
Pengenalan Sejak Dini tentang Iptek Nuklir Serpong, 14 April 2009
Perempuan Indonesia Berbicara Tentang Nuklir Jakarta, 11 November 2008
Silaturahmi BATAN dengan Tokoh Masyarakat Sekitar Kawasan Nuklir Serpong Serpong, 15 September 2008
HASIL JAJAK PENDAPAT BATAN 2010 Tingkat Penerimaan Masyarakat Terhadap PLTN “Apabila Indonesia ingin membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) untuk mengatasi krisis kekurangan listrik di masa yang akan datang, bagaimana sikap Anda?”
24,9%
57,0%
SA Base Responden Total N= 3000 ©Tridacomi – 2010
Laporan JAjak Pendapat Masyarakat Ke-2 Tentang Rencana Pembangunan PLTN
37
Pemahaman Masyarakat Terhadap PLTN “Seberapa paham Anda tentang “PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)”? ”
SA Base Responden: Mengetahui PLTN ©Tridacomi – 2010
Laporan JAjak Pendapat Masyarakat Ke-2 Tentang Rencana Pembangunan PLTN
34
http://finance.detik.com/read/2012/09/05/174657/2009128/1034/ssst-indonesia-ternyata-punya-2-pembangkit-listriktenaga-nuklir?991104topnews
Ssst.. Indonesia Ternyata Punya 2 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Rista Rama Dhany - detikfinance Rabu, 05/09/2012 17:46 WIB
Jakarta - Tidak banyak orang yang tahu ternyata Indonesia saat ini sudah lama memiliki pembangkit nuklir yang digunakan mensuplai listrik, namun masih hanya untuk mainan. "Jangan salah, kita ini sudah punya pembangkit listrik bertenaga nuklir, kita punya ada dua, namun hanya masih jadi mainan," kata Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (5/9/2012). Diungkapkan Rudi, satu pembangkit ada di Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional) di Bandung dengan daya mencapai 60 MW dan di Serpong dengan daya 2 MW. "Ada dua, di Batan di Bandung dengan daya 60 MW, sedangkan satunya ada di Jakarta tepatnya di Serpong dengan daya 2 MW," ucapnya. Namun kedua pembangkit nuklir tersebut hanya masih menjadi mainan dan tidak untuk di suplai untuk PLN. "Tapi kedua pembangkit nuklir tersebut hanya menjadi mainan para peneliti saja, dan hanya dipakai untuk sendiri, tidak disalurkan untuk PLN," tutup Rudi.
(rrd/dru)
Hari, Tanggal: Minggu, 12 Agustus 2012
Hal/Kol : http://koranjakarta.com/index.php/detail/view01/98031
Sumber: WWW.KORAN-JAKARTA.COM
Mallika, si Hitam dari Bulaksumur
DOK UGM
“M asa panen optimal kedelai hitam M allika usia 88-99 hari dapat menghasilkan 2,4 ton per hektare.” Kedelai hitam sejatinya bukan barang baru di negeri ini. Komoditas pertanian ini telah ada di Indonesia sejak abad ke-12. Bahkan, biji-bijian berkelir hitam ini turut mewarnai legenda Kota Banyuwangi yang tersurat dalam Serat Sri Tanjung. Si hitam berperan pula dalam perkembangan budaya Jawa mengenai ritual ketika orang meninggal dunia. "Di Jawa kalau ada orang meninggal Sabtu, kedelai hitam digosongkan, ditumbuk agar tidak bisa tumbuh lagi. Artinya, kalau ada orang meninggal agar enggak usah ngajakngajak yang masih hidup," kisah Guru Besar Fakultas Pertanian (FP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Bulaksumur, Yogyakarta, Mary Astuti, dalam diskusi ketahanan pangan bertajuk "Swasembada Kedelai 2014, Mungkinkah?", di Jakarta, pekan lalu. Ironisnya, belakangan pamor kedelai hitam kalah tenar dengan kedelai kuning impor. Mary pernah membuktikannya ketika memperkenalkan kedelai hitam kepada petani di suatu tempat. "Bu kedelainya dicat dulu ya?" kata Mary mengutip pertanyaan petani. Perempuan ini pun menjawab dengan senyum dan memaklumi pertanyaan sang petani. Rupanya kebijakan impor kedelai kuning untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri telah mengubah beberapa generasi petani enggan menanam kedelai hitam lokal. Alasan petani lainnya, perhatian pemerintah dan peneliti terhadap kedelai hitam sangat terbatas sehingga benih unggul sulit didapat. Lebih dari itu, petani enggan menanam kedelai hitam lantaran tidak adanya jaminan pasar dan harga. Tak pelak, dalam dekade terakhir ini luas lahan untuk menanam kedelai semakin menciut. Mary mencatat terjadi penurunan lahan kedelai dari 1.667 hektare pada 1992 menjadi 728 hektare pada 2009. "Ujung-ujungnya produktivitas kedelai hitam dalam negeri semakin merosot tajam," kata Mary.
Impor kedelai pun semakin tak terhindarkan lagi dalam dua dekade terakhir ini. Terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kebutuhan kedelai nasional tahun 2011 sebanyak 2,4 juta ton dicukupi dari impor 70 persen (1,25 juta ton). Impor kedelai ini setidaknya semakin menunjukkan kurangnya komitmen pemeri ntah Berbagai lembaga penyelenggara pemuliaan telah berhasil memperoleh beberapa varietas kedelai. Selama kurun waktu 90 tahun telah dihasilkan sebanyak 71 varietas yang terdiri dari 35 varietas hasil persilangan, 18 varietas hasil introduksi, 11 varietas lokal, dan 7 dari hasil mutasi radiasi. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan 53 varietas, Universitas Jenderal Soedirman 2 varietas, Universitas Padjadjaran 2 varietas, Universitas Jember 2 varietas, Universitas Gadjah Mada 1 varietas, dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) 6 varietas. Menariknya, dari berbagai cara menciptakan variabilitas (keragaman genetik) kedelai BATAN melakukan pemuliaan mutasi, yakni suatu proses mengubah struktur suatu gen. Dengan kata lain, mengubah bahan keturunan yang mengakibatkan perubahan produk dari gen yang dalam ekspresinya memerlukan faktor lingkungan (phenotipe) yang diwariskan. Peneliti kedelai BATAN, Harry Is Mulyana, menjelaskan pemuliaan mutasi kedelai dilakukan dengan meradiasi benih kedelai menggunakan sinar gamma Cobalt 60 dengan dosis radiasi 150 Gray. Skema pemuliaan mutasi tanaman diawali dengan meradiasi materi kedelai menggunakan alat bernama iradiator Gamma Cell.
Selanjutnya, kedelai hasil radiasi pertama (M1) ditanam. Hasil tanaman pertama ini akan mengalami kerusakan fi sik karena masih terpengaruh radiasi. Lalu, generasi tanaman kedelai kedua (M2) dari hasil tanaman pertama ditanam lagi untuk diseleksi sesuai dengan kandidat yang diharapkan. Begitu pula generasi ketiga (M3) diseleksi untuk mendapatkan varietas unggul yang berproduksi tinggi, umur genjah, tahan hama/penyakit utama(biotik), dan toleran cekaman abiotik (salinitas, kekeringan, dan lahan masam). Memasuki generasi keempat (M4) biasanya kandidat kedelai unggul sudah memiliki gen yang stabil. Setelah itu dilakukan uji daya hasil pendahuluan (UDHP) dan dilanjutkan uji daya hasil lanjut (UDHL). "Tahapan berikutnya uji multi lokasi di 16 lokasi. Tahap ini yang butuh waktu lama dan biaya besar," ujar Harry. Apabila lulus uji lokasi bisa dilakuuntuk mengembangkan varietas kedelai lokal guna kemandirian pangan. Pemurnian Kedelai Walau begitu, peneliti seperti Mary tidak patah arang untuk terus mengintroduksi hasil pemurnian varietas kedelai hitam lokal kepada para petani di sejumlah daerah. Dia tidak ingin upayanya memurnikan kedelai hitam pemberian sebuah produsen kecap hanya akan menjadi coretan ilmiah yang tersimpan di rak perpustakaan. Mary merancang riset pemurnian kedelai hitam selama 12 tahun dengan mengintegrasikan Fakultas Teknologi Pertanian dan Fakultas Pertanian. Penelitian dilakukan secara pararel untuk memenuhi tuntutan industri. Warna kedelai harus hitam karena jika usia fisiologis tidak tercapai akan berwarna merah. Selain itu, kadar air dalam biji kedelai sekitar 12 persen hingga 13 persen, kadar kotoran maksimal 2 persen, kadar biji pecah maksimal 3 persen, bobot per 100 biji antara 9 gram hingga 11 gram.
Tidak kalah penting dari itu semua, tidak boleh ada kutu. "Kalau ada kutu harus difungigasi," tutur Mary. Untuk memenuhi standar yang ditetapkan industri, Mary sebagai koordinator penelitian menugaskan sebagian timnya melakukan uji di laboratorium untuk mengetahui apakah kedelai hitam cocok sebagai bahan baku kecap. "Rasa kecap dari kedelai hitam itu harus sesuai dengan ketentuan industri. Karena industri kecap tidak mau menerima kedelai hitam yang tidak memenuhi standar," jelas Mary. Tim Mary juga menganalisis kedelai hitam secara kimiawi untuk memastikan varietas kedelai hitam yang dimurnikan itu tidak memiliki hubungan dengan varietas sebelumnya, seperti Cikurai dan Merapi. Tim ini juga melakukan penelitian DNA kedelai hitam untuk membuktikan varietas yang dimurnikan itu bukan transgenik, yaitu tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Tim peneliti kedelai hitam lokal juga melakukan pemurnian dengan melakukan uji lapangan. Tim meneliti dengan menanam bibit kedelai untuk mengetahui pertumbuhan tanaman lewat pengamatan daun, batang, bulu, dan bunga. Hanya tanaman yang memiliki kualitas terbaik ditanam lagi untuk proses pemurnian. "Biji kedelai hitam ditanam berulang kali sampai mencapai tingkat kemurnian 100 persen," jelas Mary. Selanjutnya dilakukan uji multilokasi. Saat melakukan uji lokasi melibatkan badan sertifi kasi untuk memastikan keunggulan varietas dari sisi produktivitas, ketahanan terhadap cekaman fisik, dan ketahanan terhadap hama.
Raja Perempuan Hasil penelitian menunjukkan tanaman ini akan berbunga setelah usia 33 hari. Selanjutnya, polong akan masak pada usia 67 hari. Adapun hasil riset yang menggembirakan adalah masa panen optimal antara usia 88-99 hari dapat menghasilkan 2,4 ton per hektare. Sebuah angka yang lebih tinggi dari rata-rata nasional 1,3-1,5 ton per hektare. Kualitas kedelai hitam ini tidak kalah dengan kedelai kuning impor. Protein kedelai hitam ini mencapai 43,71 persen berat kering/dry basis (DB), sedangkan kedelai kuning impor 38,47 persen DB. Dari sisi karbohidrat kedelai hitam 35,50 persen DB, sementara kedelai kuning impor 32,55 pesen DB. Walhasil, dalam persidangan Tim Penilaian Kultivar Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI (Sekarang Kementerian Pertanian) pada 7 Desember 2006 melepas kedelai hitam lokal sebagai Varietas Unggul Nasional. Mary memberi nama kedelai hitam lokal tersebut "Mallika", artinya raja perempuan. "Saya memberi nama Mallika karena yang terlibat dalam penelitian banyak perempuan," ungkap Mary. Nama Mallika ini terdaftar resmi dalam SK Menteri Pertanian Nomor 78/ Kpts/SR.120/2/2007 pada 7 Februari 2007. Petani yang mengadopsi Mallika diberikan pelatihan khusus oleh tim yang dibentuk UGM dan industri agar hasil tanaman sesuai dengan harapan. Petani mendapatkan pendampingan khusus dari tim untuk meningkatkan produksi. Misalnya menyarankan petani memakai mulsa jerami untuk mengurangi 50 persen lalat bibit, menanam tepat waktu, mengatur jarak tanam, mengoptimalkan sinar matahari, menggunakan pupuk organik plus kimia, dan memangkas pucuk. Petani juga disarankan memanen tepat waktu dan
menerapkan teknologi pascapanen yang baik. Sejauh ini Mallika telah dikembangan 10.000 petani di empat provinsi, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Petani yang telah mengadopsi Mallika di antaranya dari Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul, Blitar, Jombang, Trenggalek, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Klaten, Blora, Pacitan, dan Cianjur. agung wredho Pesaing Kedelai Impor Varietas Mutiara 1 diciptakan untuk menyaingi kedelai impor yang umumnya berukuran besar Berbagai lembaga penyelenggara pemuliaan telah berhasil memperoleh beberapa varietas kedelai. Selama kurun waktu 90 tahun telah dihasilkan sebanyak 71 varietas yang terdiri dari 35 varietas hasil persilangan, 18 varietas hasil introduksi, 11 varietas lokal, dan 7 dari hasil mutasi radiasi. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan 53 varietas, Universitas Jenderal Soedirman 2 varietas, Universitas Padjadjaran 2 varietas, Universitas Jember 2 varietas, Universitas Gadjah Mada 1 varietas, dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) 6 varietas. Menariknya, dari berbagai cara menciptakan variabilitas (keragaman genetik) kedelai BATAN melakukan pemuliaan mutasi, yakni suatu proses mengubah struktur suatu gen. Dengan kata lain, mengubah bahan keturunan yang mengakibatkan perubahan produk dari gen yang dalam ekspresinya memerlukan faktor lingkungan (phenotipe) yang diwariskan. Peneliti kedelai BATAN, Harry Is Mulyana, menjelaskan pemuliaan mutasi kedelai dilakukan dengan meradiasi benih kedelai menggunakan sinar gamma Cobalt 60 dengan dosis radiasi 150 Gray. Skema pemuliaan mutasi tanaman diawali dengan meradiasi materi kedelai menggunakan alat bernama iradiator Gamma Cell. Selanjutnya, kedelai hasil radiasi pertama (M1) ditanam. Hasil tanaman pertama ini akan mengalami kerusakan fisik karena masih terpengaruh radiasi. Lalu, generasi tanaman kedelai kedua (M2) dari hasil tanaman pertama ditanam lagi untuk diseleksi sesuai dengan kandidat yang diharapkan. Begitu pula generasi ketiga (M3) diseleksi untuk mendapatkan varietas unggul yang berproduksi tinggi, umur genjah, tahan hama/penyakit utama(biotik), dan toleran cekaman abiotik (salinitas, kekeringan, dan lahan masam). Memasuki generasi keempat (M4) biasanya kandidat kedelai unggul sudah memiliki gen yang stabil. Setelah itu dilakukan uji daya hasil pendahuluan (UDHP) dan dilanjutkan uji daya hasil lanjut (UDHL). "Tahapan berikutnya uji multi lokasi di 16 lokasi. Tahap ini yang butuh waktu lama dan biaya besar," ujar Harry. Apabila lulus uji lokasi bisa dilakuuntuk kan sidang oleh Kementerian Pertanian untuk menetapkan Varietas Unggul Nasional yang siap dilepas ke masyarakat. Ada 6 varietas kedelai hasil litbang BATAN di antaranya, Muria, Tengger, Meratus, Rajabasa, Mitani, dan Mutiara 1. Masing -masing varietas tersebut memiliki keunggulan masing-masing. Mutiara 1 misalnya, diciptakan untuk menyaingi kedelai impor yang umumnya berukuran besar. Kedelai ini memunyai ukran biji mencapai 23,2 gram per 100 biji, terbesar dari seluruh varietas yang dilepas hingga 2010. "Bijinya berbentuk bulat dan tanaman tahan rebah karena batangnya besar dan kuat. Varietas ini cocok ditanam di lahan sawah dengan jarak tanam rapat," ujar Harry.
Melihat pencapaian riset dan pengembangan penyelenggara pemuliaan tersebut, pemerintah pusat seyogianya memunyai komitmen kuat untuk mendukung dan mengembangkan kedelai lokal untuk mengurangi ketergantungan impor kedelai. Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Dr Ir Listyani Wijayanti, mengusulkan agar masalah ketergantungan impor kedelai tidak berlarut-larut, maka perlu menghilangkan ketergantungan dengan kemandirian produksi kedelai dalam negeri. "Perlu adanya sinergi nasional untuk mencapai titik kemandirian nasional. Selain itu, perlu adanya komitmen dan dukungan academicbusiness-government)," kata Listyani. agung wredho
SARUA PERMAI RAYA BLOK A 27 NO 7 CIPUTAT 15416 PHONE (021) 741 6561 . 0815 926 0295 EMAIL
[email protected]
SITI ERWINA TRIASTARI PERSONAL INFORMATION Nick name : Wina Marital status : Married Nationality : Indonesia Age : 28 Date of Birth : 29th February 1984 Place of Birth : Jakarta
EDUCATION SMPN 2 Pamulang
1996 – 1999
SMUN 74 Jakarta
1999 – 2002
University of Gadjah Mada, Yogyakarta, Faculty of Social and Politics Sciences Majoring Public Relations Diploma Degree
2002 – 2005
Mercubuana University, Jakarta, Faculty of Communications Majoring in Public Relations Bachelor Degree
2008 – 2013
EXTRA CURRICULAR ACTIVITIES Graduated General English (GE) at Languange Institute-LIA, Jakarta
1999-2002
SKILLS Good English skills, Computer Literate (MS Office), Photoshop, Public Speaking, Internet Application
WORK EXPERIENCE Staff in Bureau of Cooperation, Legal, and Public Relations National Nuclear Energy Agency
2006 - present
Trained in Public Relations Division at PT Visi Anak Bangsa (Jakarta)
HOBBIES Traveling, JAZZ, Music, Movie
2005