DAFTAR PUSTAKA
Alkhajar, Eka Nada Shofa, Masa-Masa Suram Dunia PerfilmanIndonesia. Thesis,2010, Surakarta. Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNS. A, Sobur, Semiotika komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004. Bungin, H.M.Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. 2010. Bungin, H.M.Burhan, Metode Penelitian kuantitatif, Predana Media, Jakarta,2005. Chaedar Alwasillah. Pokoknya Kualitatif (Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif). Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 2002. Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001. D, McQuail. Mass communication.theory, an introduction. California: Sage Publication, 2010. Effendy, Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi,Bandung: PT. Cira Aditya Bakti 2003. Effendy, Heru. 2008. Industri Perfilman Indonesia. Jakarta: PT. Erlangga. E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: LPSP3, 2007. Elvinaro Ardianto, et al., Komunikasi Massa Suatu Pengantar ; edisi revisi, Simbiosa Rekatama Media, 2007. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2010. Hamid Patilima. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2005. Haryatmoko. Etika komunikasi: Manipulasi media, kekerasan dan pornografi. Yogyakarta : Kanisius anggota IKAPI,2007. Joseph M. Boggs, The Art of Watching Film, (Terj) Asrul Sani (Jakarta : Yayasan Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1986. Kriyantono, Rachmat. 2008. Tehnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group.
Moh. Nazir, Metode penelitian,Ghalia Indonesia,1998. Morrisan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakarsa, Jakarta, 2007. Miftah Faridl. Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, Bandung: Pusdai Press, 2000. Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya : Bandung, 2005. Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Pranajaya, Adi. Film dan Masyarakat: Sebuah Pengantar (Jakarta: BP SDM Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1999). Patton, Michael Quinn, Qualitative Research and Evaluation Methods, 3rd Edition, (Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc. 2002). Robert Bogdan and Steven J Taylor, Introducton to Qualitative Research Methods : A Phenomenological Approach to the Social Sciences, (New York : John Wiley & Sons, 1975). Sudibyo, Agus. Ekonomi Politik Meda Penyiaran. Yogyakara:LKIS,2004. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,PT.Radja Grafindo,Jakarta 1990. Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian, Jakarta : CV. Rajawali, 1983. Santoso, T. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia, 2002.
Sumber Lain : Adrian Jonathan, 5 October 2014, Perfilman Indonesia sebagai Indikator Demokrasi, http://cinemapoetica.com/perfilman-indonesia-sebagai-indikatordemokrasi/(online). Diakses pada tanggal 12 Januari 2014. Iwan Awaluddin Yusuf. (Maret 2014).“Buruknya Sistem Klasifikasi Penonton Bioskop Indonesia : Bagaimana Nasib Anak Anak?https://bincangmedia.wordpress.com/?s=Buruknya+Sistem+Klasifikasi+Pe nonton+Bioskop+Indonesia&submit=Search (online), diakses pada tanggal 11 Februari 2015.
Muhammad Said Budairy.(2003,Februari) “Lembaga Sensor Film” http://www.pantau.or.id/?%2F=d%2F262%2F%3F%2Fd%2F262. Ditulis dalam Koran Republika,8 September 1999.Diakses pada tanggal 11 Februari 2015. http://www.umy.ac.id/fakultas-ilmu-sosial-ilmu-politik/wpcontent/uploads/2010/04/Membaca-Indonesia-dari-Film-dan-SinemaIndonesia.pdf. Diakses pada tanggal 11 februari 2015. Lembaga Sensor Film http://www.lsf.go.id/film.php?module=profil.Diakses pada tanggal 12 Januari 2014. Dokumentasi Perfilman Nasional dan LSF(online), http://perfilman.pnri.go.id/lembaga_perfilman/detail/63. Diakses pada tanggal 1 Desember 2014. Ronald de la Rosa (2014,Maret),Kenal Lebih Dekat Dengan Team Super Dibalik Film “Film The Raid 2 Berandal”(online),http://www.moviexplorers.com/meetthe-crew-of-the-raid-2-berandal/.Diakses pada tanggal 11 februari 2015. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Lembaga Sensor Film, diakses pada tanggal Diakses pada tanggal 11 februari 2015. Redatin, Parwadi. 2005, Pengaruh Penggunaan Media Televisi terhadap Penyimpangan Nilai dan Perilaku Remaja (Kekerasan, Seks, dan Konsumtif) di Kota Yogyakarta, Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 1, ISSN 1411-0911, hal,45. Wignyosoebroto, S. Tindak kekerasan terhadap perempuan: Adakah kondisi sosial budaya kita ikut menyuburkannya?. Makalah dalam Seminar Masyarakat Menghadapi Tindak Kekerasan, Surabaya, 1997.
DRAFT WAWANCARA UNTUK LEMBAGA SENSOR FILM
I.
Biodata anggota Lembaga Sensor Film :
Nama
: H. M. Johan Tjasmadi
Tempat/Tanggal Lahir
: Pekalongan, 1Juni 1937
Alamat
: Jalan Kebon Jeruk Raya 101, Jakarta 11530.
Profesi Jabatan
: Anggota Komisi B Lembaga Sensor Film, Penyensor film. (Tim Penyensor Film The Raid 2-Berandal)
Pendidikan Akhir
: Fakultas Ekonomi UKRIS, Akademia Management Yapenanta.
Lama Bekerja
: 13 Tahun. (Sejak tahun 2002 mengabdi di Lembaga Sensor Film.)
Pengalaman Kerja
: Anggota MPR-RI 198-1992, 1992-1997,1997-1999. EMKL (Ekspedisi), Bioskop, Produksi (Produser, Sutradara, Penulis) dan distribusi film.
Email II.
: Biodata anggota Lembaga Sensor Film :
Nama
: Drs. Zulkifli Akbar, Psi.
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 6 Desember 1955.
Alamat
: Jalan Laut Sulawesi No 30, Komp. Kimia Farma, Jakarta Timur.
Profesi Jabatan
: Wakil Ketua Komisi B Lembaga Sensor Film. Bertugas mengevaluasi terhadap kebijakan hasil sensor.
Pendidikan Akhir
: S2 Pasca Sarjana UI, Ketahanan Nasional, Kajian Kepemimpinan Pemuda.
Lama Bekerja
: 10 Tahun. (Sejak tahun 2002 mengabdi di Lembaga Sensor Film.)
Pengalaman Kerja
: 1. Pusdiklat pegawai Depdikbud (1984-1995). 2. Ass. Deputi Bid. Kepanduan, Kementrian Pemuda dan
Olahraga RI (1995-2014). 3. Lembaga Sensor Film (2006-sekarang). :
[email protected]
Email
Draft Wawancara Lembaga Sensor Film 1. Bisa anda jelaskan latar belakang dari tim sensor yang berperan menyensor film The Raid 2 Berandal? 2. Dalam adegan film laga tersebut atau dalam tayangan film itu ada kekerasan yang di perlihatkan secara jelas, bagai mana menurut bapak? 3. Bagaimana proses dalam menyensor film the raid 2 berandal? Apakah ada hambatan? 4. Awal mula didirikan LSF? 5. Bisa anda jelaskan proses dalam menyensor film the raid 2 berandal? 6. Bagaimana pndapat anda sebagai penyensor dalam film The Raid 2 Berandal tentang apresiasi masyarakat diluar yg banyak mendapat penghargaan? 7. Apakah LSF menjalankan PERPU dan UU Perfilman dalam menyensor film The Raid 2 Berandal sesuai yg ada dilapangan? 8. Bagaimana peran LSF kedepan dalam memperbaiki regulasi dilapangan agar kelolosan film lebih tepat sasaran? 9. Bagaimana cara LSF menangani masalah mengenai masyarakat yang memprotes sebuah film? 10. Adakah film yang sudah beredar di bioskop ditarik kembali? 11. Pernahkan terjadi penayangan suatu film yang tidak sesuai penayangan bioskop?
waktu disensor dengan
12. Bagaimana kalau ada film dibioskop yang tidak sesuai dengan hasil sensor? 13. Dalam mensensor film The Red 2 Berandal adakah hambatan atau interfensi dari pihak tertentu? 14. Apakah tidak ada unsur kebaikannya dalam keterangan di atas mengenai film tersebut? 15. Sudah berapa lama terjun di dunia sensor dan perfilman? 16. Sejak umur berapa terjun di dunia film? 17. Ada kasus film yang dinyatakan tidak lulus sensor? 18. Jika ada film tidak lulus sensor adakah masukan dari LSM atau dari bapak sendiri untuk produser atau si pembuat film tersebut? 19. Apakah harapan bapak terhadap industri film di Indonesia sekarang ini? 20. Apakah harapan bapak terhadap dunia per filman di Indonesia ?
Draft Wawancara I. Kritikus Film dan Pengamat Film 1. Data Informan. Nama
: Eric Sasono
Tempat/Tanggal Lahir
: -
Alamat
: -
Profesi /Jabatan
: Kritikus Film.
Pendidikan Terakhir
: Nottingham University, sekarang kuliah di King College London, Kajian Film.
Lama Bekerja
:
-
Pengalaman Kerja
: Dewan Eksekutif Sekretaris di Dokumenter Indonesia Film Center, Dewan Eksekutif Sekretaris Festival Film Internasional Jakarta.
Email
:
[email protected]
2. Data Informan. Nama
: Marselli Sumarno
Tempat/Tanggal Lahir
: Solo, Jawa Tengah, 10 Oktober 1956
Alamat
: -
Profesi /Jabatan
: Dekan Fakultas Film Dan Televisi IKJ, Dosen pengajar di FFTV. Anggota Dewan Kesenian Jakarta (2013-2015)
Pendidikan Terakhir
: FFTV IKJ 1997, Penulisan skenario
Lama Bekerja
: Sejak 1997 menjadi Dosen pengajar di FFTV dan Anggota Dewan Kesenian Jakarta
Pengalaman Kerja
: Pengamat Film dan TV dengan menulis dalam buku, menjadi juri pada FFI 1984 dan 1985. menyutradarai dan menulis skenario film SRI. Filmnya, Tragedi Bintaro, masuk kategori calon pemenang untuk cerita dan skenario pada FFI 1989. Anggota Komite Film DKJ (2009-2012).
1. Bagaimana menurut Anda tentang film The Raid 2-Berandal? 2. Adegan kekerasan yg muncul dalam film itu apakah ada efek buat penontonnya? 3. Bagaimana menurut anda beberapa adegan kekerasan didalam Film the Raid merupakan salah satu kreatifitas seni, dan apakah layak ditonton masyarakat di indonesia? 4. Tema tema film itu banyak dan beragam. Dari cerita tentang realis, hingga fiktif. Pertanyaannya bagaimana sebuah pesan dalam film itu bisa sampai ke penontonnya? 5. Apakah sebuah film dibuat harus dipikirkan Dari hasil income, banyaknya jumlah penonton, atau banyaknya penghargaaan? 6.
Bagaimana bisa suatu film dapt mempengaruhi keadaan moral di masyarakat?
7. Menurut Anda apakah sebuah film itu bisa dikatakan film bermutu bila pada film itu berunsurkan tampilan kekerasan? Contoh dalam adegan film the raid 2 berandal didalam terdapat sebuah pembunuhan yang secara berlebihan diperlihatkan, dengan banyak darah dan kepala yang hancur.. 8.
Apa sih awal tujuan pembuatan karya seni film?
9. Apakah peran lsf saat ini telah sesuai dengan harapan anda sebagai praktisi seni? 10. Apa budaya kita sesuai dengan film beradegan kekerasan menurut yg Anda jelaskan tadi? 11. Apakah menurut anda saat ini para pembuat film dalm menghasilkan suatu film tidak lagi mempertimbangkan moral dan lebih sisi mengedepankan kreatifitas yg memuaskan mata saja? 12. Apa harapan anda bagi perfilman Indonesia yg saat ini telah bangkit dr mati surinya? 13. Bagaimana menurut Anda ttg sensor film sekarang? Apa sensor menurut Anda tentang sensor Dan apakah itu sbuah pemasung sbuah seni kreatif.. 14. Bagaimna sebaiknya menyikapi Film berkualitas namun masih menampilkan sisi kekerasan? 15. Kalau kita liat banyak film film yg lolos sensor tidak mempunyai Cerita yg kuat bahkan Hanya mengeksploitasi tubuh sebagai pemanis dalam film, kekerasan, dsb, untuk dijual? Bagaimana menurut Anda? 16. Bagaimana menurut anda caranya agar tujuan menjaga moral bangsa dan menjaga kreatifias seni dalam Film dapat sejalan? 17. Menurut Anda bagaimana dengan perkembangan filem sekrang... 18. Apakah dengan tidak menampilkan kekerasan n adegan sadis walau adegannya tidak berlangsung membuat suatu film laga itu kehilangan ruhnya?
19. Apakah dengan tidak menampilkan kekerasan dan adegan sadis lainnya membuat suatu film laga itu kehilangan nilai nilai atau ruhnya? 20. Bapak film indonesia (Usmar Ismail) pernah bilang “dosalah pengusaha film yg sekedar penghibur tdk ada maksud mendidik apa apa” Bagaimana tanggapan anda tentang itu bila dikaitkan dengan film berunsur kekerasan secara berlebihan? 21. Apakah menurut anda Film the Raid ini telah mewakili semangat LSF dlam menjaga moral bangsa, atau malah LSF telah kehilangan filternya terhadap beberapa adegan Film yg dinilai tidak layak? 22. Apakah semua adegan dalam Film the Raid layak tonton? dan Untuk katagori smua penonton orang dewasa? 23. Adakah batasan-batasan dalam membuat adegan kekesaran dalam suatu film?
Hasil wawancara dengan Key Informan dari Lembaga Sensor Film
I.
H. M. Johan Tjasmadi. (Anggota LSF dan Penyensor Film)
1. Film apa yang terakhir anda sensor? Dan siapa yang menyensor Film The Raid 2 Berandal siapa? Penjelasan : Yang terakhir saya sensor film LDR (Long Distance Relationship), Saya juga . 2. Dalam tim sensor ada berapa orang yang menensor Film The Raid Berandal 2? Penjelasan : 5 orang. 3. Bisa anda jelaskan latar belakang dari tim sensor yang berperan menyensor film The Raid 2 Berandal ? Penjelasan : Saya lupa , udah lama. 4. Dalam adegan film laga tersebut atau dalam tayangan film itu ada kekerasan yang di perlihatkan secara jelas, bagai mana menurut bapak ? Penjelasan : Didalam menuju cara kebaikan itu melewati berbagai cara. Misalnya ini film yang saya baru sensor. contoh judulnya LDR itu dibuat (Produser) oleh Odi Mulya Hidayat itu orang kalo
ketemu saya ga berani, setiap kali ketemu saya maki-maki, dia anak ulama tapi bikin film tentang horor, saya bilang (Pak Jhon) Odi anak ulama, saya tidak suka kamu bikin film horor, kalo saya udah punya uang saya akan buat film bagus. Apa yg terjadi stelah itu? Dia bikin film 99 cahaya di eropa lalu bikin film LDR itu film bagus, dia bikin film 180 derajat bagus. Film itu tidak bisa serta merta hasilnya terus langsung bagus, gitu. Nah, ketika film The Raid itu film pertamanya di Amerika yang bisa diputar 870 layar. Jadi, film pertama Indonesia yang mampu diputar Amerika Utara. Itu yang kita tuju meletakkan film indonesia dipasar internasional, kenapa kita loloskan? karena kita memerlukan masuk pasar Amerika. semua film belum ada yang bisa diputar begitu banyak masuk pasar Amerika, nah kita bisa prediksi film itu bisa masuk. film itu juga film satu-satunya yang menampilkan budaya silat asli dari Indonesia. Untuk memperkenalkan budaya keluar negri, itu sebabnya saya loloskan. Bahwa itu diprotes orang, ternyata diputar di bioskop tidak ada yang diprotes orang kok. dan tidak oleh karena itu orang Indonesia menjadi sadis. Jadi, waktu kita memutuskan itu perhitungannya macam-macam, memperhitungkan dengan memikirkan saat ini, juga yang akan datang. Memikirkan juga sisi memberikan kesempatan orang itu punya jalan untuk maju, sebab orang itu mesti tidak perlu begitu jelek langsung cut. Kita harus lihat orang ini buat, tujuan film ini untuk apa? bila semata mata untuk tidak baik, dia tidak bisa. Film ini kan memberantas narkoba dan korupsi. jadi ada alasan-alasan tertentu kenapa kita loloskan film tersebut, Nah, kalo semuanya serba dilarang, kita bukan dizaman 50-an orang indonesia sekarang banyak yang terpelajar, banyak yang menduduki jabatan penting diluar negri, itu semua harus kita perhitungkan, kita bukan orang bodoh lagi. kalau menurut anda bilang itu terlalu sadis, coba
liat yang dimainkan oleh anak anak, gadget, PS itu lebih sadis. itu alasannya film The Raid 2 Berandal ini diklasifikasikan untuk orang dewasa. Jadi, film itu selesai dibuat LSF terima dan kita lihat langsung, apa tujuan film ini dibuat, mata, kepala kita berpikir nih film buat apa. Orang bisa melihat kalo bangsa ini bukan bangsa yang lemah, jadi jangan main-main dengan kita. Kalo kita juga punya Budaya silat asli yang cukup bagus, yang Kedua untuk diperkenalkan budaya asli indonesia diluar negri. Ke ketiganya film ini diprediksi bisa mendapat pasar yg lebih baik di Eropa dan Amerika, diputar serentak diputar 18 negara Eropa dan Amerika. Nah, sekarang saya mau tanya film mana yang bisa seperti itu? Untuk mengawali film diputar diluar negeri dan untuk membanggakan indonesia diluar negeri. Sebenarnya yang sadis dari film itu banyak, bahkan itu untuk orang dewasa. Kalau anda masuk ke home shoping yang besar itu anak-anak kecil pada maen playstation, apakah itu akan menjadi penjahat? tidak. 5. Bagaimana proses dalam menyensor film the raid 2 berandal? Apakah ada hambatan? Penjelasan : Penyensor Film The Raid 2-Berandal itu tanggung jawab saya, mereka bermacam-macam profesi, dari 5 orang itu bisa saja tidak setuju juga bisa setuju dan bila tak ada jalan keluarnya bisa di LAKHAR kan (pelaksana harian) ato tidak selesai bisa di Sidang Pleno. Jadi itu ada tahap-tahapnya. Tetapi film itu lolos tanpa ada hambatan, ga ada masalah. dan ini kita sadar bertanggung jawab ke orang yang menyensor film setiap judul yang kita sensor itu tanggung jawabnya kepada 2 orang 2 instansi. 1. Presiden yang menunjuk kita sebagai insan penyensor
film 2. kepada Allah tanggung jawab diakhirat. Jadi itu bukan main-main meloloskan film bagus atau tidak bagus itu harus ada pertimbangannya. Buktinya sekarang bila anda liat waktu tahun 2002 saya menjadi anggota LSF itu filmnya jahat semua, syetan, iblis sekarang semua 12 tahun kemudian bagus semua, bahwa tidak ada yang sempurna, manusia juga. Kita juga punya anak 5 tidak semuanya bagus,tetapi apakah anak yg tidak bagus kita harus bunuh. LSF itu adalah badan independen, Mendikbud itu hanyalah sebuah lembaga yang memberikan fasilitas dana. sebabkan tidak mungkin badan berjalan tidak ada dananya. disalurkan oleh Kementrian, menurut Kementrian yang mengurus LSF, tetapi Mendikbud tidak boleh berbagi apa-apa. LSF mandiri kalo salah dibawa kepolisi. bahkan Mentri pun tidak bisa mendikte kita. Misalnya kita loloskan film The Raid ini, Mentri bilang jangan ditolak, ya tidak bisa. jadi yang bisa adalah masyarakat ramai mengadukan kepada Mentri dan Mentri mempertimbangkan dan bilang kepada kita dan itu terpaksa ditarik dari perederan oleh Mentri, sebab sekali kita loloskan itu tidak bisa ditarik. Dulu ada film yg ditolak MUI judulnya 2012 tentang ramalan kiamat. Siapa yg bilang ramalan kiamat. film ini bercerita tentang kalender suku maya yg mengatakan akan berhenti kiamat pada tahun 2012 tetapi itukan fiksi ga ada hubungannya dengan agama. sebab suku maya itukan tidak menggunakan kalender maseh sedangkan ini disebut kalender masehi. Kenapa bisa terjadi begitu? karena produser itu di dalam poster dan sebagainya tidak menyebut kiamat tetapi untuk film itu laku diisukan kiamat. masyarakat banyak termakan isu. Suatu waktu masyarakat kristiani menanggapi film da vinci code karena film itu menghina umat kristiani dan memasuki rapat pleno karena banyak yang tidak setuju meloloskan. mengundang orang-orang gereja untuk nonton ini setelah ini tidak boleh diputar. diakhir film ini
ada adegan profesor itu bertanya apa engkau merasa anak cucu yesus? dia menjawab saya tidak merasa anak cucu moyang yesus, dia berjalan memasukan kakinya kedalam kolam. Tau ga artinya bapak-bapak pendeta artinya ? artinya yesus itu bisa berjalan diatas air, saya tidak bisa berjalan diatas air. begitu saya jelaskan cerita itu, para pendeta berpendapat oh kalo begitu berarti boleh. jadi saya sebagai anggota LSF tdk hanya menguasai agama islam,tapi harus mempelajari agama-agama lain, itu lebih berat masalah dari kasus film the raid. Tadinya seluruh umat kristiani itu menolak film tersebut, tetapi setelah kita undang perwakilan umat kristiani dan dijelaskan, film itu tidak terjadi masalah. Jadi jangan dianggap lsf itu semena-mena, badan lsf itu memutuskan sesuatu itu dengan pikiran yang sangat jauh dan sangat panjang. dan dipikirkan untuk masa depan bangsa. 6. Awal mula didirikan LSF? Penjelasan : Pada jaman belanda didirikan untuk menyeleksi film luar negri,terutama dari amerika karena takut bangsa indonesia sadar rasa kebangsaanya dan berontak, jadi dibatasi. waktu awal kemerdekaan kita membuat lembaga penilaian film untuk melindungi agar bangsa kita tidak diremehkan oleh bangsa lain dan melindungi dari pengaruh pengaruh bangsa asing, ketat, ciuman tidak boleh dsbnya. tetapi semua berjalan masyarakat ndonesia makin terdidik jadi tau mana yang baik mana yang tidak. Jadi, tujuannya adalah menjadikan bangsa indonesia tidak terpengaruh negatif oleh film. Ketika saya dijadikan oanggota LSF oleh (Mendikbud) Abdul Malik Fajar tahun 2001,LSF masih secara administrative ditangani Mendikbud. saya tanya ini LSF masih perlu?
orang indonesia ini kan sudah pinter-pinter. setelah itu,Abdul Malik Fajar diganti Mentri I Gede Ardika. Ketika diangkat oleh Presiden SBY, noenklatur dikbud berganti Diknas, Kemparpostel berganti Kemenbudpar terus dipimpin oleh Jero Wacik. Berlanjut lagi ketika Kemenbudpar berganti Kemenparektraf ditangani oleh Ibu Mari Pangesti. Dan kini Kemendiknas berubah menjadi Bud-Diksar & Menengah ditangani oleh Anis Baswedan. Mentri : perlu. Johan : untuk apa? apa kerjaanya? saya mau kalo LSF membina masyarakat dan menumbuhkan self censorship pada setiap masing masing Post. Maksudnya si penulis cerita, sutradara, produsernya mempunyai kesadaran menyensor pada diri sendiri, ada sebuah adegan yang bisa dan ada yang tidak bisa ditonton masyarakat. Tetapi tidak berarti membatasi karena membatasi itu juga salah karena masyarakat itu semakin pandai dan dia harus disadarkan kesadarannya film itu hanya rekayasa. jadi menjadikan LSF itu garda budaya bangsa. sekarang masih Lembaga Sensor nanti harus Lembaga Klasifikasi, tidak ada dipotong dalam film. sebab tidak mungkin karena tehnologi sudah canggih, film film itu kalo dulu masih bisa dipotong kalo sekarang mau dipotong pakai apa. Tahun 2002 kita menyensor sambil menjelaskan pada masyarakat, Kita harus melindungi masyarakat juga melindungi para pembuat film supaya film itu maju. Jadi kita harus juga meletakkan film menjadi garda budaya bangsa. Penjelasan : Pijakan budaya bangsa tidak mudah dilakukan atau dilaksanakan jadi kita harus menggunakan akal, pikiran, dan ilmu pengetahuan dan menngunakan hati sanubari juga menggunakan agama kita.
7. Bisa anda jelaskan proses dalam menyensor film the raid 2 berandal? Penjelasan : Dalam adegan film The Raid 2 Berandal, adegan kekerasannya sudah melewati proses pemotongan yg awalnya lebih banyak sekali adegan-adegan kekerasannya sebelumnya pada film itu. 8. Bagaimana pndapat anda sebagai penyensor dalam film The Raid 2 Berandal tentang apresiasi masyarakat diluar yg banyak mendapat penghargaan? Penjelasan : Menurut saya bagus, kalau tidak bagus ya tidak saya luluskan. ini film tentang perdagangan narkoba tidak bisa diajak ngomong bagus, harus dengan kekerasan, inikan polisi yg menumpas bahkan ini masih saudara. yang satu membela kebenaran dan yang satu pengedar. 9. Apakah LSF menjalankan PERPU dan UU Perfilman dalam menyensor film The Raid 2 Berandal sesuai yg ada dilapangan? Penjelasan : Kalau tidak jalan sudah bubar dari dulu. kalau tidak menjalankan peraturan yg ada kita sudah dibui semua. Peraturan ini yg menjelaskan adalah org yg mengerti film, karena artinya multi tafsir. Contohnya dalam Al‘Quran yang bercerita tentang Nabi Yusuf, itu kan porno tapi pornonya itu tergantung pikiran kita. Kalau kita bacanya bagus itu akan memberi contoh kepada kita untuk tidak melakukan seperti itu. sebab tidak ada penjelasan dan contoh baik dan tidak baik
itu. Kalau bagus yang jelek itu seperti apa? kalau jelek, yang bagus seperti apa? harus ada contohnya. Film laga itu ada 2, film sadisme dan violence. Sadisme adalah mengambarkan sebuah adegan pembunuhan berdarah darah dengan sangat jelas,ceritanya hanya menonjolkan kesadisan. Dan violence adalah menggambarkan sebuah adegan kekerasan yang terjadi dalam sebuah film cerita laga untuk menonjolkan sebuah ceritanya. Tetapi kadang bisa saja lebih keras. Penjelasan tambahan : Kenapa lahir lembaga sensor di Amerika karena banyak film diAmerica yang berunsur fim pornografi atau adegan-adegan vulgar. Karena pada waktu itu banyak pengusaha film atau pengusaha bioskop yang meminta adegan-adegan vulgar dan akhirnya berbuntut banyak penonton yang menganggap bioskop itu pembuat maksiat, artis-artis itu bioskop itu pembuat aksiat. Pada tahun 1908-1918 mereka sadar bahwa pembuatan film tidak hanya untuk memuaskan masyarakat tapi juga menjaga moral hingga akhir tahun 1968, 40 tahun kemudian film itu mengubah dibawa dari lembaga sensor ke lembaga klasifikasi, ini yang membedakan film kita dengan film di Amerika. 10. Bagaimana peran LSF kedepan dalam memperbaiki regulasi dilapangan agar kelolosan film lebih tepat sasaran? Nah untuk memajukan perfilman diIndonesia kita nanti akan bekerja bukan hanya buntuk satu pihak tetapi untuk seluruh pihak. Contoh sekarang ada penonton berumur 13 tahun di ajak sama orang tua nya nonton film dewasa yang dimana ada tandanya 18+, kita ( pegusaha bioskop ) bisa saja kita tidak memberi tanda (13+, 18+, 21+) karena toh itu bukan anak kami, tetapi karena kita ingin memajukan perfilman di Indonesia dan ingin memberitahu kepada
semua orang, khususnya orang tua. Bahwa bioskop sekarang sudah berkembang dan tidak hanya memikirkan keuntungan semata. Kenapa kami ( pengusaha bioskop dan lembaga sensor) tidak menolak orang tua yang ingin menonton film 18+ sedangkan anaknya masih berumur 13 tahun, kami tidak berhak mencegah atau pun menolak orang ingin menonton apa pun. Nah dalam hal mencegah di butuhkan peranan orang tua. Karena kita hanya memberi batasan. Penjelasan tambahan : Orang tua jaman sekarang berbeda dengan orang tua diAmerika yang dimana benar-benar meraka bimbing, kalau di kita kan beda bapak ibunya bekerja sedangkan anaknya hampur setiap hari dengan pembantu rumah tangga. dimana anak itu bebas setiap harinya untuk menonton apa pun. Saya punya cucu umur 2,5 tahun dia sudah bisa buka youtube yang di mana jaman sekarang teknologi sudah canggih yang dimana anak-anak tidak perlu ke bioskop dengan dia dirumah pun dia bisa menonton apapun dia suka.nah sekarang yang sedang kita galangkan bukan hanya kita batasi dalam menonton film dengan tanda 13+, 18+, 21+. Sekarang peranan orang tua pun menjadi peranan yang sangat penting dalam membimbing anak-anak jaman sekarang bukan membatasi saja tetapi menbimbing film apa yang boleh di tonton sekarang dan film apa yang boleh di tonton nanti. Banyak kejadian yang tidak kita ingin pun terjadi pada jaman saat ini. Karena banyak kejadian dimana ada anak yang banyak dibatasi juga tidak menghasilkan bagus, anak-anak jaman sekarang itu bukan kita larang tetapi hanya kita batasi mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.
contoh kasus dimana ada anak yang selama di rumah dan di lingkungan dia tinggal banyak dilarang ini ga boleh itu ga boleh, pada suatu waktu dia ke luar lingkungan yang dimana dia harus ke luar negri. Nah dimana di lingkungan yang baru ini dia merasa berbeda yang akhir nya dia pun menjadi arogan dan merasa bebas. Ini lah yang kita juga hindari. 11. Jadi bisa di bilangan pendidikan jaman dulu dan jaman sekarang berbeda menurut pak jon ? Penjelasan : Bisa di bilang sangat berbeda, pendidikan jaman dulu lebih disiplin dan ketat pendidikan jaman sekarang lebih ketata tapi tidak disiplin, karena jaman dulu masih bodoh. Penjelasan tambahan : Anda tau tidak Pak Harto itu memperbaiki Bung Karno punya ajaran, Ajaran Bung Karno itu adalah yang penting harga diri dan percaya diri tetapi tidak bisa buat kita cari makan, nah kalau laper makan apa kita atau makan bubur terus kita. Bung karno berhasil mendidik kita menjadi bangsa yang percaya diri dan tidak dengan tergantung dengan negara luar, tetapi harga diri hancur karena tidak punya apa-apa. Nah sedang pak harto itu menumbuhkan percaya diri kita dengan ekonomi yang bagus dan baik. Ekonomi bagus sudah pasti rakyat makmur, jaman dulukan jaman Bung Karno pendidikan paling tinggi SD, sedangkan jaman Pak Harto pendidikan paling tinggi SMA. Nah dimana orang-orang sudah banyak yang bisa bekerja dan orang-orang pun tidak bodoh. Tetapi sekarang banyak orang pintar yang tidak bermoral baik. Lihat jaman dulu orang di tuduh korupsi langsung malu, baru di tuduh belum pasti tertuduh. Nah beda dengan jaman
sekarang orang sudah terbukti bersalah tetapi anak nya tidak malu bahkan dia dengan bangganya naik turun mobil mewah, inilah yang di katakan ekonomi kuat tapi tidak bermoral. Ini juga yang saya Tanami kepada generasi sekarang boleh kita punya kita harga diri tinggi dan kepercayaan tinggi tetapi kita juga harus punya moral yang baik. Karena dalam berpendidikan tinggi kita harus mempunyai rasa harga diri yang tinggi dan kepercayaan diri yang tinggi pula agar tidak membatasi diri untuk meliahat dunia yang lebih luas. Penjelasan tambahan : Dalam keseharian saya sering menhadapi orang yang tidak mengerti tugas kita hampir setiap waktu saya di marahi orang yang dimana orang itu tidak mengerti apa tugas kami. Contoh film tom & jerry banyak orang yang mengaggap film tom & jerry tidak pantas buat anak-anak padahal dalam dalam pembuatan film tersebut bukan sembarangan, yang dimana banyak di undang banyak pihak diantaranya guru-guru dan banyak pihak lainya yang dimana film tom & jerry menceritakan tentang fisologi kehidupan sehari yang mana baik untuk perkembangan yang baik untuk anak-anak di masa akan dating. Penjelasan tambahan tentang menerima kritik dari masyarakat dan mencari solusi dengan duduk bersama: Contohnya komplen berikutnya mengenai film goyang kerawang sampai 3 bus majlis ulama, DPR dan ibu-ibu datang kekami (LSF) dan isi komplenan tersebut ibu-ibu merasa disakiti hatinya, dalam menyikapi masalahah tersebut. kami (LSF) mengundang semua pihak untuk bertemu untuk menyelesaikan masalah ini diantaranya produsen, pengusaha bioskop,dan ibu – ibu serta semua orang yang mengkomplen masalah tersebut. kita selaku pihak LSM tidak bisa menghapus atau mencabut peredaran film tersebut . Karena film yang sudah beredar tidak bisa
kita tarik kembali karena memang sudah seperti itu peraturan yang sudah tercantum di UUD 1945. Kalau memang masalah itu sangat urgent kita akan bertanya kepada pihak yang mengkomplen apa masalahnya dan kita hanya bisa memberikan solusi. sebagai contoh goyang kerawang yag tidak pantas ditonton oleh anak – anak. Kita tanya pada yang mengkomplen kapan waktu anak-anak menonton goyang kerawang ini. dan pengkomplen menjawab sore hari, kita memberi solusi bagaimana film ini ditayangkan dimalam hari yang dimana anak-anak sudah memasuki waktu tidur. Pihak pengkomplen pun menjawab menerima solusi tersebut dan selanjutnya kami bertanya pada pihak produsen apakah menerima hasil solusi tersebut karena kami selaku LSF kalau pihak produsen itu menolak kita tidak bisa bebuat apa-apa, jikalau produsen itu menerima kamipun akan melakukannya. 12. Bagaimana cara LSF menangani masalah mengenai masyarakat yang memprotes sebuah film Penjelasan? Memanggil kedua belah pihakdiantaranya pihak yang memprotes dan pengusaha bioskop kita. Selaku LSF hanya memfasilitasi untuk merundingi masalah yang ada dan kita mempersilahkan masalah yang dirundingkan dan LSF tidak bisa ikut campur dalam rundingan tersebut tapi hasil apapun tidak bisa ditolak, karena kalau kita sudah umumkan bahwa film itu sudah lulus sensor terus kita tarik kembali nantinya akan berimbas kepada pengusaha bioskop dan produsen film tidak mempercayai kita (LSF). 13. Adakah film yang sudah beredar di bioskop ditarik kembali Penjelasan : Tidak ada
14. Pak pernahkan terjadi penayangan suatu film yang tidak sesuai waktu disensor dengan penayangan bioskop ? Penjelasan : Tidak pernah karena bioskop takut dan tidak berani, karena bioskop dan produsen film sudah mengetahui aturan yang berlaku. 15. Pak bagamana kalau ada film dibioskop yang tidak sesuai dengan hasil sensor ? Penjelasan : Ditarik kembali dan dilaporkan kepolisi dan nanti pengadilan pun akan memutuskan sanksi yang diberikan. 16. Dalam mensensor film The Red 2 Berandal adakah hambatan atau interfensi dari pihak tertentu ? Penjelasan : Tidak, karena mereka sendiri sudah mengetahui aturan yang berlaku dan patuh pada aturan tersebut. Kemaren ada 1 film kami tolak, karena film tersebut banyak mengandung hal-hal yang kurang baik. Misalnya dialognya yang kotor adegannya jorok, narasinya tidak baik atau kurang bagus. 17. Apakah tidak ada unsur kebaikannya dalam keterangan di atas mengenai film tersebut ? Penjelasan?
Tidak ada, sebagai contoh misalnya ada sebagian yang tidak jorok terus kita potong yang jorok dan kurang baiknya, nah dari potongan kita hanya 10% durasinya saja yang biasa sisanya kotor dan jorok, jadi apa yang mau kita tayangkan ,karena sudah habis kita potong . Penjelasan tambahan : Di dalam dunia per filman di Indonesia kita lebih takut pornografi dari pada film kekerasan, sebab tidak ada manusia yang lebih memilih kekerasan, paling pun ada polisi dan penjahat, tapi jangan lupa bahwa “sensual” itu bukan pornografi, sedangkan erotis lebih sedikit di bawah pornografi. 18. Bapak sudah berapa lama terjun di dunia sensor dan per filman ? Penjelasan : Kalau di dunia sensor saya sejak tahun 2002, kalau dunia film saya sudah terjun kira-kira 20 tahun dari jaman president pertama bung karno. 19. Pak Jhon sejak umur berapa terjun di dunia film ? Pembahasan : Sejak umur belasan, saat itu saya masih kuliah dan saya juga sudah bekerja di bioskop sambil kuliah dan sekarang sudah ber umur 76 tahun. 20. Pak berarti ada film yang memang di nyatakan tidak lulus sensor ? Penjelasan : Oo.. banyak, banyak sekali bahkan sampai susah untuk di hitung dan diingat.
21. Pak jika ada film tidak lulus sensor adakah masukan dari LSM atau dari bapak sendiri untuk produser atau si pembuat film tersebut ? Penjelasan : Ya, ada dan kami akan memberi masukan, contohnya kami akan sampaikan kepada produsen film bahwa filmnya tidak lulus sensor dan kami akan mengatakan atau memberi solusi jika ingin film nya lulus sensor sebaiknya diedit terlebih dahulu oleh anda. Jika kami yang mengedit pasti akan habis. Jika produsen sediri yang mengedit mungkin bisa dig anti dengan yang lebih baik, jika sudah diedit lalu akan di uji lagi jika lulus baru bisa tayang. 22. Apakah harapan bapak terhadap industri film di Indonesia sekarang ini? Penjelasan : Harapan saya adalah tentu yang terbaik untuk perfilman diIndonesia. Agar film dan bioskop di Indonesia tetap ada, karena itu kita memerlukan dukungan sebab kita tidak mungkin berdiri sendiri, kita akan memperjuangkan agar film dan bioskop tetap ada dengan mengutamakan 3 sisi yaitu dalam sisi agama, sisi sosial, sisi moral, karena dalam memperjuakannya agama harus di tegakkan, sosial juga tidak boleh dinodai dan moral juga harus di jujung tinggi. 23. Apakah harapan bapak terhadap dunia per filman di Indonesia ? Penjelasan : Saya berharap pemerintah memberi dukungan penuh dalam dunia perfilman di indonesia karena film juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan seperti film budaya film sosial, film agama, film-film tersebut mungkin akan berdampak baik bagi perkembangan dan memajukan
Indonesia dimasa yang akan datang. Jangan hal seperti sebuah berita yang salah penayangan jam atau waktunya. Contoh seperti nenek-nenek diperkosa oleh anak-anak yang mana berita tersebut di putar sore hari yang biasanya waktu anak-anak nonton.
II. Drs. Zulkifli Akbar, Psi. (Wakil Ketua Komisi B Lembaga Sensor Film) 1. Bagaimana peran LSF dalam menyensor film guna membuat tontonan yang baik untuk penonton ? Penjelasan: Hasil penyensoran yang kami lakukan, saya lihat di bioskop sudah bagus meskipun masih ada hal hal yang menurut saya (berdasarkan kriteria penyensoran) disensor atau revisi tidak atau kurang tajam penyensorannya. 2. Apa ada hambatan atau kendala didalam menjalankan tugas sebagai penyensor film? Penjelasan: Hambatan dan kendala terbesar adalah karena masing-masing anggota kelompok sensor mempunyai persepsi yang bisa sama bisa juga berbeda. Kita
ada forum yang disebut
Pelaksana Harian (LAKHAR) yang mengambil keputusan terakhir. LAKHAR ini terdiri atas Ketua dan Wakil Ketua dan Sekretaris Komisi A dan B, ditambah beberapa anggota yang dinggap kompeten untuk membahas film yang masih dipermasalahkan. 3. Apa alasan LSF meloloskan tampilan kekerasan pada Film The Raid 2 Berandal? Penjelasan:
Waktu film itu beredar adalah saat saat yang paling baik menanyakan ini, karena bukan hanya anda yang menanyakan tapi juga semua produser-produser baru menanyakan juga (kok tumben) meskinyakan ada ketua gabungan pengusaha film (Firman Bintang) menanyakan kenapa adegan didalam film the raid 2 dapat lolos sensor. Saya ambil bagian dalam tim sensor film Merantau, yang The Raid 2 saya nontonnya dibioskop. Film the raid 2 sebenarnya menjadi acuan yang baru buat kita (LSF), setelah saya nonton saya kaget. Saya orangnya kalau saya tidak kebagian nonton disini saya pergi kebioskop, yang saya sudah sensor juga saya suka kebioskop karena supaya saya bisa ngecek apakah kinerja sensor film dilapangan dijalankan apa tidak dilapangan. Khawatirnya apa yang disuruh revisi untuk dipotong tidak dipotong. Ini saya kemukakan dalam pertemuan (Rapat Pleno) itu dan saya bilang, Saat saya nonton dan hanyut. Ini film buatan Indonesia kan, tetapi bisa yah adegan-adegan dalam filmnya begini. Saya bilang diforum itu kalau saya sampai terlompat dari kursi disaat menonton film itu karena saya menghayati peranan saya sebagai anggota lembaga sensor film dan juga sebagai orang indonesia. Setelah dalam suatu rapat di Bogor ada dari anggota LSF yang mengutarakan film the raid 2 terdapat adegan kekerasan atau brutal, dan dibuat Rapat Pleno untuk membahas betul film itu, ada Ketua, Wakil dan hampir semua anggota ada. Lalu pak jhon diminta menjelaskan alasan-alasan meloloskan adegan sadis dalam film The Raid 2. Walaupn banyak dari anggota tidak menonton,saya waktu itu yang menonton. Dan waktu itu, kita menunggu reaksi pihak masyarakat juga, apakah ada yang keberatan. Tingkat kecerdasan masyarakat untuk menonton film itu sudah sangat tinggi dan orang-
orang menonton itu dengan tingkat kesadaran penuh dan ingin menikmati itu. Masyarakat tidak menonton film dari segi meniru. Saya utarakan waktu itu di Bogor dan jadi diskusi hangat, waktu itu ketua LSF pak Muchlis Paeni sampai bilang sama saya Pak Jul saya terimakasih karena udah terungkap film yang berunsur adegan kekerasan, saya banyak ditelpon banyak orang, mempertanyakan hal itu, akhirnya dicurigailah macem-macem. Ini terima berapa ni, kan gitu. Jadi kita bahas,akhirnya pada kesimpulan. Bahwa oh.. berarti kita boleh nih, bisa nih sebenernya mengeluarkan film begini (The Raid 2 Berandal). Sebenernya yang paling kuat memperjuangkan dalam argumentnya dalam menyensor dan meloloskan pak Jhon. Beliau orang film dan orang bioskop,dari itu mungkin beliau tau oh film ini bakal bagaimana. tenryata bener film sukses kan, dibioskop amerika selama berminggu-minggu dan di sandingkn dengan film yang waktu itu masuk Box Office. Dan waktu itu juga reaksi warga masyarakat tidak menimbulkan demo dengan film the raid 2 ini, masyarakat kan dinamis jadi rupanya telah bergeser teryata masyarakat bisa menilai film begini bisa diterima. dengan catetan film ini, khusus untuk orang dewasa. jadi kalau nanti ada yang bawa anak-anak nonton dibioskop adalah salah orangtuanya. Tapi kalau untuk orang dewasa film ini rasanya bisa diterima karena kalau kita lihat film dari luar juga banyak yang lebih dari itu. Karena ini film The Raid 2 Berandal film Indonesia, mungkin kita agak kaget melihat, tapi setelah kita liat reaksi dari masyarakat tidak ada demo yang besar atao organisasi besar mau datang demo itu ngga ada. Kita berpatok juga dengan film apa dan reaksi masyarakatnya gimana. Bila film telah kita loloskan masyarakat beraksi menolak karena film
membahayakan dan kita bisa minta yang berwenang untuk
ditarik film tersebut dari
bioskop. Tapi ada, Cuma telpon menanyakan kenapa film ini lolos sensor. Takutnya nanti ada yang bereaksi kalau nanti saya buat film sperti ini juga lulusin sensor nya juga. Nah,kita lihat-lihat juga ternyata harus ada alasannya, visi dan misinya. 4. Bisa anda ceritakan dan jelaskan lebih luas alasan meloloskan adegan kekerasan pada film the raid 2 berandal? Penjelasan: Tema cerita dalam film itu serta penggarapannya bagus,dan potongan filmnya juga tetep ada. Itu film silat (martial art), jadi film itu ingin menampilkan kehebatan persilatan kita. Memang akhirnya sama aja kalo kaya kita nonton film china sperti film action, silat pasti kan ketemunya tentang kekerasan kan? Atau film-film udah pasti mainset kita berbicara ini pasti ada kekerasannya. Kita sesuaikan dengan tema dari film itu sendiri, alesanya jadi adalah action-action didalam film itu sinkron dengan memang kadang emang terjadi kejadian itu. Alasanya, kalau itu banyak dipotong juga ceritanya akan menjadi ga cocok juga, ada sebuah cerita seru ada bandar narkoba diserang oleh pasukan polisi kemudian aksyennya, akyen yang enteng-enteng. Keliatannya ini kenapa diAmerika menjadi laku karena mereka melihat ada satu kesinambungan, dalam sebuah cerita antara temanya dengan adegan-adegan yang ditampilkan. Unsur Film ini adalah art, film ini industri tetapi ingat film ini ada sensornya juga karena adalah tuntunan karena film ini kan juga untuk karakter dan pembentukan
karakter. LSF ada ditengah itu, kita tidak berpihak melulu kepada industri, hal itu tidak boleh menjadikan film apapun jadi boleh. Pada tahun 2007 Sineas pernah Meng-MK kan kita karena alasannya LSF telah memasung kreativitas. Tidaklah, tetapi kita juga jangan sampai terlalu kaku maunya merhatiin film jenis karakter aja, film tokoh tokoh saja yang diloloskan, sehingga penonton jadi jemu menonton. Akhirnya kita ditengah tengah, harus lentur tetapi tetap ada pegangan. Seperti kita diatas perahu sajalah, ada sampan nya, dayungnya, kadang kadang kan kebawa angin juga. Nanti kita melihat reaksi masyarakat. Dapat teguran dari masyarakat atau KPI. 5. Bapak ikut dalam tim sensor dalam film Merantau, adegan adegan apa saja yang disensor dalam film tersebut? Penjelasan: (waktu itu penyensor dengan Bu Rosita serta yang lainya tidak disebutkan). Ada adegan didalam lift, penjahatnya juga masuk kedalam, didalam lift tersebut bukannya adegan bersilat tapi mengeluarkan beceng. Ini ga cocok karena film inikan menampilkan silat dan tidak konsisten dengan tema cerita dalam filmnya itu. Akhirnya adegan itu disensor.
6. Di negri Malaysia dilarang pemutaran film the raid 2. Bagaimana menurut bapak? Penjelasan: Karena itu menggambarkan alam asia, kita dengan malaysia kan negri serumpun (tetangga). Jadi, ada takut efek meniru. Kalau misalnya kasus ini misalnya diHongkong
jelaskan ini berbeda alam, budaya dan jauh. tetapi belum ada kasus dari efek menonton film the raid itu terjadi yang tidak kita inginkan.
7. LSF adalah satu-satunya Lembaga untuk menyensor film/ iklan film diIndonesia. Apa harapan bapak sebagai angota LSF untuk dunia perfilman? Penjelasan: Produksinya kalau bisa sebanyak banyaknya film yang bermutu, tentunya harus diimbangi dengan apresiasi masyarakat. kalau misalnya sineasnya, produsernya misalnya udah banyak banyak ngeluarin duit tetapi masyarakatnya lebih banyak menonton film film yang murah meriah yang serem-serem gitu akhirnya kan mati ini kreativitas. Mestinya masyarakat bisa juga mengapresiasi film film yang berbobot. Kalau dari masyarakat juga bisa mengapresiasi, secara dagang itung-itungannya kan produsernya ga rugi, katakanlah tidak untung gede dan tentunya kan produser akan buat film film lagi yang bermutu. Film berkelas seperti Bung Karno, kita mengharapkan banyak penontonnya, Film Cokro Aminoto itu penggarapan kualitasnya filmnya bagus mungkin kalau dimasukin dalam komunitas festival film itu kita bisa masuk. dan itu tergantung prdusernya mau disertakan festival atau tidaknya. Dan faktor peran serta pemerintah dalam mengembangkan segi perfilman juga bisa, misalnya Kementrian Pendidikan menghimbau kepada sekolah, anak-anak sekolah menonton film ini karena bagus untuk pendidikan, menurut saya bagus dalam pembentukan karakter. Ini akan membuat semua pihak, dalam mendidik produser juga penontonnya untuk membuat film yang mendidik sehingga berkesinambungan dalam
pembuatan filmnya itu. Tetapi sekarang memang lagi turun produksi film karena sudah banyak tv kabel, youtube, internet dsb. Tambahan: Sudah ada orang yang punya ide untuk masukan Film akan masuk dalam gadget. (resmi, sudah disensor LSF) bekerjasama dengan sebuah provider, siorang yang menggunakan bayar yang akan menonton fim itu.yang satu orang itu film barat tapi mau mulai di film Semua Umur dulu, dan ada lagi yang mau masukin film film indonesia itu didalam gadget.pasarnya bukan untuk dsini, pasarnya untuk TKI. Jadi ia kesini (LSF) mungkin tidak nih film yang sudah disensor ini kemudian ia megang haknya terus diputar di sebuah provider di gadget. Jadi nanti orang itu menonton film indonesia digadget nya. orang kita diluar negri itukan banyak yg ingn menonton film tetapi kesempatanya kan kecil kita jadi bisa di gadgetnya. Saya bayangkan kalau sudah kaya gitu saya ga tau lagi nanti bioskop bakal bertahan apa ngga. Bioskop ada kelebihan dari karena ada suasana lain, ada kebersamaan dengan penontonya yang lain, bisa bertemu kawan, kita mikirnya kalau kebioskop kan integrated. ada tempat makannya dan suasana hiburannya mudah didapat. 8. Bagaimana Peran LSF kedepan dalam menyensor sebuah film di era kemajuan jaman (teknologi dan globalisasi)? Kita ini kedepanya sedang mengusahakan, karna gini ini diusulkan kepada MK dulu untuk mencari jalan tengah karena sineas keberatan dengan sensor film tapi kita LSF juga harus melakukan tanggung jawab dengan hal itu maka MK mengusulkan namanya jangan LSF lagi deh diganti dengan Lembaga Klasifikasi. Jadi tugasnya mengklasifikasi
saja. Ini cocoknya film buat SU (Semua Umur),Remaja (17 tahun keatas), Dewasa (21 ketas) karena begitu peran kita, sudah banyak film yang sifatnya/fisiknya ga selalu seluloid, tetapi sudah DVD dan bahkan sebagian lagi sudah lagsung dikirim dari Hollywood. Jadi kalau film hollywood mengirim filmnya, juga paswordnya, ada sebuah alat bila dibuka langsung kebuka file film baru jadi tidak ada lagi film itu berbentuk fisik atau barangnya. Nanti kita (LSF) puter, pada jam, menit sekian. Misalnya ada adegan sex pada jam segini, menit segini, kekerasan/pelecehan itu akan direvisi. Nanti pihak bioskop yang akan menyampaikan kepada Pengusaha filmnya atau produsen film hollywoodnya, tolong filmnya direvisi apakah itu di blur, atau dipotong adegannya. Nah sehingga kita kedepan itulah lebih kepada mendorong supaya Swa Sensor itu berlaku menjadi budaya. Jadi kalau ada orang yang datang kebioskop, untuk menonton film dewasa mereka tidak lagi membawa anak-anaknya ikut untuk menonton film untuk dewasa atau orang menonton tv begitu disitu sudah jam 9 berarti itu tandanya anak anak sudah ga menonton tv. Karena film diatas jam itu akan diputar program tv untuk yang dewasa. Jadi sudah ada sikap orang tua untuk menumbuhkan kepribadian kepada anakanak itu, Sebenarnya sensor itu bermuara kepada semua pihak. Mulai dari penulis cerita, script, sutradara,dan tehnik pengambilan, jadi itu kalau bisa sudah tertanam budaya sensor. Misalnya film ini, ada adegan didalamnya cumbu-mencumbu, maka sipenulisnya sudah mempunyai perhitungan kalau ini film diputar dan ditonton, kasian masyarakatnya. Jadi bisa dimanipulasi adegan itu menjadi adegan yang aman. Sampai sipenulis skrip, juga pengambil tehnik penggambaranya juga sudah mempunyai sua sensor sampai kepada ujung ujungnya itu kepada sipenontonya. Bila self sensor itu sudah menjadi budaya penonton dan pembuat film maka peran LSF itu sudah sangat ringan. Jadi kita
tetep memantau semua itu tapi kita akan lebih nyaman. Karena kita akan melihat oh ini film aman selanjutnya kita klasifikasi kan gitu. Dan tidak akan ada lagi oh itu menit segini, jam segini catet, dipoyong, diblur nih. Harapan kita kedepan itu, dan kini kita sedang mengalami itu, dari semua kini tidak lagi banyak yang dievisi tinggal klasifikasi saja. Misalnya yang adegan-adegannya gimana itukan untuk klasifikasi dewasa. 9. Apa upaya rill LSF dalam menumbuhkan budaya self sensor dalam dunia perfilman? Penjelasan: Kita sekarang melakukan sosialisasi ke seluruh provinsi, kita sampaikan kita ketemu dengan tokoh-tokoh masyarakat kita sampaikan kalau klasifikasi film penonton itu diberlakukan, karena biaya kita kan terbatas, tapi kedepan kita akan membuat bentuk poster poster, Talkshow ditv, buku, atau pelatihan nanti dimana bisa menumbuhkan budaya sua sensor pada masyarakat. 10. Apa bapak pernah menemukan film yang lolos sensor iitu dalam penayangan dibioskopnya berbeda dengan syarat syarat kelolosan itu? apa tindak lanjut bapak/ LSF? Penjelasan: Pernah, beberapakali. Contoh satu film ketika saya menonton film dibioskop saya kaget, kok ini keluar, gimana jalan ceritanya ini,tapi masyarakat ga bereaksi, akhirnya saya nonton sama anak saya, anak saya bilang yah, kok itu untuk remaja tuh, oh iya itu film remaja tuh. Akhirnya, besok saya sampein kepada teman teman, siapa yang menyensor film ini? Kerena ada adegan untuk dewasanya? Kenapa bisa lolos? Saya liat catetannya, ada catetannya yang disensor, cukup panjang itu ketika direvisi. Berartikan ada terjadi sesuatu nih. Saya sampaikan dan menegur juga ke pihak bioskop, ini ada yang ga bener
nih, ini film kan ada adegan tidak pantas ditonton untuk remaja, ada adegan cumbumencumbu, bersenggama diatas, teriak teriak cukup lama durasinya, adalah beberapa adegan yang harus dipotong, film ini pantas untuk umur 17 tahun tetapi kenapa untuk 13 tahun. Masalahnya kenapa adegan dalam film ini ada yang masih diputar dibioskop. Ya karena juga itu kesalahan dan pelanggaran. Jadi bila film itu direvisi memang film itu bisa untuk 13 tahun keatas bisa. Tapi rupanya revisi itu entah gimana bisa kebablasan jadi untuk 17 tahun mungkin yang saya nonton itu yang nonton sudah 17 semuanya. sehingga tidak terlalu bereaksi bagaimana. Kita punya Website kalau masyarakat mau mengadukan film yang lolos sensor tetapi membuat gelisah penonton bisa mengadukan ke website resmi LSF. Kalau memang kinerja LSF masih banyak kekekurangan kami menghargai banget masukan dari mahasiswa seperti anda. Karenakan anda saja juga sebagai mahaswa menjadi gelisah dan mempunyai pertanyaan terhadap sensor film. Nah, ini juga bisa dijadikan tuntunan buat kemajuan perfilman yang bermutu 11. Pesan untuk apresiasi masyarakat kepada film? Penjelasan: Kami mengharapkan, mulai dari yang kuat samai ke si pengguna jasa film (penonton).Tentu yang pertama itu kembali keluarga dulu, karena bioskop itu jelas, harus ada niat, duit,meski keluar rumah itu adalah sebuah proses seleksi dalam memilih tontonan. peran keluarga itu jelas harus mendisiplinkan keluarganya. Jaman saya sd dimenteng,nonton film di megaria dulu metropol. Itu meski kita jadi tukang catut, begitu sampai di gerbang ada polisi. Begitu di loket karcis mau mebeli itu ada ang neriakin
ngapain lu masih kecil nonton film orang gede lu.kan gitu. Sekarang pihak bioskop mengharapkan masyaraklat dewasa dalam selektif memilih film karena bioskop hanya menayangkan dan ini sudah melalui sensor film bila masih ada orangtua yang membawa anak anaknya menonton film ditasa klasifikasinya itu kan salahnya orangtua. Soal moral itu soal orang tua kalo sudah tertanam dari kecil nanti sudah besar juga nanti ia akan ngerti juga.
Hasil wawancara I.
Pengamat dan Kritikus Film
1) Eric Sasono. 1. Bagaimana menurut Anda film the raid 2 Berandal? Penjelasan : Saya menyukai film The Raid yang pertama. Menurut saya, film ini berhasil mengantarkan pengalaman yang relatif baru dan unik dalam menonton film laga. Dengan struktur cerita yang sederhana dan aksi yang optimal, saya menikmati proses menonton The Raid. 2. Apakah Adegan kekerasan dalam film itu mempunyai efek buat penonton? Penjelasan : Saya cukup yakin penonton cukup dewasa untuk memahami bahwa adegan kekerasan dalam film hanyalah fiksi. Mereka akan mampu mengenali fungsi-fungsi penggambaran kekerasan itu di dalam cerita. Memang ada kemungkinan bahwa adegan kekerasan itu berpeluang membuat penonton “mati rasa” terhadap kekerasan, tapi saya tidak setuju apabila hal seperti itu disebabkan oleh satu film saja. Tontonan yang lain dan pengalaman penonton yang lebih luas juga berpeluang membentuk sikap terhadap kekerasan. Mungkin halnya berbeda jika ditonton anak-anak yang tidak terampil dalam memahami fungsi adegan dalam film dan mencampurkannya dengan persepsi mereka sendiri tentang kenyataan. 3. Bagaimana menurut anda adegan kekerasan dalam Film the Raid merupakan salah satu kreatifitas seni yg layak ditonton masyarakat? Penjelasan : Menurut saya layak, tentu dengan pembatasan usia yang ketat, yaitu untuk 18 tahun ke atas. 4. Tema tema films beragam. Dari realis, hingga fiktif. Pertanyaannya bagaimana pesan dalam film bisa sampai ke penontonnya? Penjelasan : Tergantung banyak hal. Selain kemampuan sang pembuat mengkomunikasikan maksudnya, juga daya tangkap penontonnya.
film
dalam
5. Apakah sebuah film dibuat harus dipikirkan Dari hasil income, banyaknya jumlah penonton,Atau banyaknya penghargaaan? Penjelasan :
Keduanya adalah sasaran yang sama baiknya. Saya percaya semua pembuat film ingin karyanya ditonton sebanyak-banyaknya orang, menghasilkan uang dan juga dihargai oleh sebanyak mungkin kalangan. Saya tidak memisahkan keduanya. 6.
Bagaimana bisa suatu film dapt mempengaruhi keadaan moral di masyarakat? Penjelasan : Keadaan moral ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya film. Namun film termasuk paling menonjol dan glamor sehingga sering dijadikan kambing hitam.
7. Apakah film itu bisa dikatakan masuk dalam kategori film kekerasan, apabila dalam adeganya banyak menampilkan adegan kekerasan. Contohnya : pembunuhan berdarah darah yang diperlihatkan. Penjelasan : Saya kurang mengerti pertanyaan ini. 8. Apakah peran lsf saat ini telah sesuai dengan harapan? Penjelasan : Belum. Saya termasuk yang berpendapat LSF sebaiknya dibubarkan, diganti dengan lembaga klasifikasi yang menumbuhkan dialog dalam arti luas antara penonton film dengan pembuat film. 9. Apa budaya kita sesuai dengan film beradegan kekerasan mnurut yg Anda jelaskan tadi Penjelasan : (Saya juga kurang mengerti pertanyaan ini, tapi saya jawab sedikit) Budaya kita itu beragam dan sulit untuk meyatakan ada satu patokan yang berlaku buat semua orang. Maka menurut saya, pertanyaan seperti ini tidak valid. 10. Apakah menurut anda saat ini para pembuat film dalm menghasilkan suatu film tidak lagi mempertimbangkan moral dan lebih mengedepankan sisi kreatifitas yg memuaskan mata saja? Penjelasan : Saya tidak mempertentangkan moral dengan kreativitas. Menurut saya keduanya dapat berjalan beriringan dengan baik, dan penonton juga cukup pandai untuk menilai, mengkritik, mencela dan sebagainya. Maka film dan kreativitas adalah bagian dari diskusi masyarakat mengenai persoalan-persoalan moral kita. 11. Apa harapan anda bagi perfilman Indonesia yg saat ini telah bangkit dr mati surinya?
Penjelasan : Lebih banyak film diproduksi, lebih bervariasi dan lebih tersebar luas hingga ke wilayahwilayah yang tak punya bioskop. 12. Bagaimana menurut Anda ttg sensor film skrng? Apa definisi sensor mnurt Anda Dan apakah itu sebuah pemasung sbuah seni kreatif.. Penjelasan : Saya berpendapat sebaiknya sensor diganti dengan klasifikasi, penggolongan film berdasar usia dan diiringi dengan penjelasan yang rinci mengenai keputusan klasifikasi ini dan penegakan hukum dalam pelaksanaannya, 13. Bagaimna sebaiknya menyikapi Film berkualitas namun masih menampilkan sisi kekerasan? Penjelasan : Saya tidak mempertentangkan kualitas dengan kekerasan. Menurut saya keduanya dapat berjalan beriring dengan baik. 14. Kalau kita liat bayak film film yg lolos sensor tidak mempunyai Cerita yg kuat bahkan Hanya mengeksploitasi tubuh,kekerasan dsb,untuk dijual? Bgaimana menurt Anda? Penjelasan : Sensor tidak menentukan kualitas, dan sebaiknya tidak dijadikan sebagai basis Pertanyaan mengenai kualitas. Kualitas film ada pada hal-hal lain: pendidikan, apresiasi, penulisan di media dan segudang hal-hal lain. 15. Bagaimana menurut anda caranya agar tujuan menjaga moral bangsa dan menjaga kreatifitas seni dalam Film dapat sejalan? Penjelasan : Sekali lagi, saya tak mempertentangkannya, jadi tak ada masalah. 16. Menurut Anda bagaimana dengan perkembangan filem Skrang? Film Indonesia agak tumbuh lambat belakangan ini, tetapi masih berjalan dengan baik.
17. Apakah dengan tidak menampilkan kekerasan n adegan sadis lainnya membuat suatu film laga itu kehilangan ruhnya? Penjelasan : Kekerasan dan sadis adalah dua hal berbeda. Penggambaran kekerasan dalam film laga tentu biasa. Yang tidak biasa adalah ketika ini digambarkan secara berlebihan. Mungkin ini yang anda maksudkan dengan “sadis”. Yang penting, tentu ada tujuan adegan, dan tetap perlu ada klasifikasi atau penggolongan berdasar batasan usia, dan wilayah edar. 18. Bapak film indonesia (pak Usmar Ismail) pernah bilang dosalah pengusaha film yg sekedar penghibur tdk ada maksud mendidik apa apa. Bagaimana dengan tanggapan serta alas an anda bila ditarik kembali dari film indonesa dahulu-dahulu hingga ke perkembangan filem Sekarang? Penjelasan : Saya tidak mengerti pertanyaan ini. 19. Apakah semua adegan didalam Film the Raid 2 berandal layak tonton? Untuk katgori semua orang dewasa? 20. Adakah batasan-batasan dalam membuat adegan kekesaran dalam suatu film?
II.
Marselli Sumarno.
1. Bagaimana menurut anda dengan peran Lembaga Sensor Film ? Penjelasan : Sensor tidak boleh memotong, biasanya lebih mengembalikan ke produser. Produsernya sendiri yang mengedit. Lembaga Sensor Film sekarang lebih ke klasifikasi untuk umur. 2. Apakah Adegan kekerasan dalam film itu mempunyai efek buat penonton? Penjelasan :
Film itu biasanya merefleksikan kehidupan ditengah masyarakat. Kekerasan yang terjadi di bioskop (cerita didalam film) dan diluar bioskop (realitas). Bila masyarakat sudah melihat yang lebih keras lagi diluar, biasanya kita tidak terlampau heboh lagi melihat kekerasan itu. Karena fenomena yang diluar pun, kadang, hal hal-lain lain yang didambakan masyarakat. Bila kita masuk ke gedung bioskop adalah mencari pelampiasan,hiburan. Maka bila ada yang kita tonton ditelevisi setiap hari berita-berita nya sudah kian mengerikan. Contoh : Saya pernah mendapatkan gambar yang sangat menakutkan seorang begal ditangkap, disiram bensin lalu dibakar dan ditonton orang atau masyarakat yang tidak seorang pun merasa ketakutan,dan berita itu beresar dari tempat satu keempat yang lain, tiada yang mencoba menelpon polisi,atau mencegah kejadian itu. Apakah ini sudah melewati naluri manusia dan apa sudah semestinya begitu. Nah, maka film masih dibawah itu. Film itu sebetulnya hanya untuk melepaskan agresivitas manusia demi katarsis . kalau kita melakoni benerannya,menembak beneran itukan mengerikan. Maka dijepang ada suatu terapi psikologis,kalau orang mau melampiaskan emosinya itu bisa saja membuat patung-patungan dengan gambar orang yang dia benci,itu bias dengan dipukuli. Menjerit dimuka bonekanya, dsb untuk melampiaskan agresivitas. 3. Bagaimana bisa suatu film dapt mempengaruhi keadaan moral di masyarakat? Dibudaya kita ditengah masyarakat bisa lewat agama, bisa direduksi dengan hukum,etika,hukum adat suoaya kekerasan yang ada didalam diri kita itu (agresiv). 4. Apa sih awal tujuan pembuatan karya seni film? Penjelasan :
Didalam film ada tujuan hiburan (dangkal dan dalam)hiburan yang diangkat untuk melampiaskan katarsis (agresiv) dengan menjerit dan sebagainya. Bahwa manusia manapun pasti mempunyai agresvitas. Apa didalm pribadi ada remnya,atau blong. Ada tuntunan yang mereduksi supaya tontonan itutidak menjadikan liar maka diperlukanlah adanya agama,hukum, etika dan norma. Semacam aturan-aturan supaya kita bisa tau semestinya bertindak.misalnya: meludah tentunya jangan sampai orang lain kena, ada teman sedang makan tentunya kita tidak meludah didepannya. Kultur dikita berbedabeda. Didalam film
adalah seni yang popular ditengah masyarakat, makanya pada
kebanyakan masyarakat atau orang itu memiliki rasa haus dengan hiburan biasanya adalah mereka yang sadar dan membutuhkan suatu tontonan yang dat melepaskan agresivitas dari rutinitas keseharian. Usmar Ismail waktu itu ada sekian pejuang yang merasa setelah Indonesia merdeka merasa terpinggirkan. Maka dia buat film yang menceritakan itu, a dengan uang pensiunannya dari tentara waktu itu, mencoba memotret para pejuang atau gerilyawan setelah pasca kemerdekaan,para pejuang melakukan apa. Nah ia menangkap itu dan dikembalikan kemasyarakat (film Jam Tengah Malam). 5. Apakah menurut anda saat ini para pembuat film dalm menghasilkan suatu film tidak lagi mempertimbangkan moral dan lebih sisi mengedepankan kreatifitas yg memuaskan mata saja? Jaman sekarang ini, kalau buat film yang seperti ini apakah bisa menjadi tontonan yang menyembuhkan,yang memberikan penyegaran atau sebuah informasi. The raid, apakah iya? Diluar kekerasan itu akan menjadi netral stelah menonton film itu? Menjadi tersalurkan agresivitas penontonnya? Contoh: sepakbola kalau dieropa itu menjadi sebuah industry,menjadi sebuah reduksi agresivitas kita karena di sebuah stadion anda boleh menjerit sekeras sesuka anda,berteriak apa saja. Tetapi kalau anda berada ditrumah anda menjerit sendirian bisa dikatakan anda seorang yang tdak waras kan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUP SYENO TRI AMBARI. Jl. Raya Joglo RT 001 / 01 No. 51 Kembangan – Jakarta Barat 11640 Handphone: 6281319311832,Telp: 021-5854726 Email :
[email protected] [email protected]
Pendidikan Formal 1. TK Al Mubarok, Jakarta 1988-1989 (Berijazah). 2. SDN 01 Pagi, Jakarta 1989-1995 (Berijazah). 3. SLTPN 142, Jakarta 1995-1998 (Berijazah). 4. SMUN 101, Jakarta 1998-2002 (Berijazah). 5. Universitas Mercubuana, Jakarta 2009 – Sekarang. Fakultas Ilmu Komunikasi. Jurusan Broadcast.
Pelatihan 1. Pusdiklat TVRI, kamerawan 2006 (Sertifikat). 2. Santri Siap Guna, Pimpinan Aa Gym Darut Tauhid Bandung 2008.
Pengalaman Kerja 1. PT. Cipta Maya,EO, Kepala Lapangan 2007. 2. Bali Café Melawai, Waiter 2002 (6 bulan). 3. PH. Indigo, Kamerawan 2008 (3 bulan). 4. Media Indonesia, Distribusi 2009 – 2011 (3 tahun). 5. CTV Banten, MCR,PA 2013 6. Kompas TV. Control Room Operator,Production Support, 2014- sekarang