DAFTAR PUSTAKA
Adams MR, Moss MO. 1995. Food Microbiology. The Royal Society of Chemistry. Thomas Graham House. The Science Park. Cambridge. Amang B. 1996. Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia. Bogor: IPB Press. Baadilla HO. 1996. Persyaratan Mutu Pangan dalam Era Perdagangan Bebas. Di dalam: Seminar Nasional Pangan dan Gizi. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia. BPS. Jakarta. Basiron Y, Chan KW. 2005. The Role of Research and Development Strategies in Food Safety and Good Agricultural, Manufacturing and Distribution Practices in the Malaysian Palm Oil Industry. J Malaysian Palm Oil Board (MPOB). BRI (Persero), LMAA-IPB. 2001. Industry Review Kelapa Sawit. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero). BSN. 1992. Standar Mutu Minyak Sawit Berdasarkan Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
SNI 01-2901-1992.
BSN. 2000. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-9001-2001. Sistem Manajemen Mutu Persyaratan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. BSN. 2002. Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI 01-3741-2002. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. David FR. 2002. Manajemen Strategis : Konsep. Sindoro A, penerjemah; Jakarta: PT Prenhallindo. Terjemahan dari: Concepts of Strategic Management. Deming WE. 1969. Out of The Crisis. Cambridge University Press. USA. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Pedoman Umum : Program Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet, Kakao). Jakarta: Departemen Pertanian. Djohar S, Tanjung H, Cahyadi ER. 2003. Building a Competitive Advantage on CPO Through Supplay Chain Management : A Case Study in PT. Eka Dura Indonesia, AAL Riau. J Manajemen dan Agribisnis 1:20–32. Fardiaz S. 1996. Evaluasi dan Proyeksi Permasalahan Keamanan Pangan. Temu Pakar dalam Rangka Studi Kaji Ulang Repelita VI Pangan dan Identifikasi Repelita VII. Kantor Menteri Negara Urusan Pangan RI dan Pusat Kebijakan Pangan dan Gizi (PSKPG) IPB. Bogor. FDA. 1995. Sanitation, Sanitary Regulation and Voluntary Programs. Di dalam : G Marriot, Norman (ed). Principles of Food Sanitation, hal 7. Third edition. New York: Chapman and Hall.
139
Gaspersz V. 2001. ISO 9001 : 2000 and Continual Quality Improvement. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hadiwirdjo BH, Wibisono S. 1996. Memasuki Pasar Internasional dengan ISO 9000 Sistem Manajemen Mutu. Jakarta: PT Ghalia. Hermawan T. 2005. Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hiel R. 2005. Food Safety Control in the Palm Oil Chain. Modul Workshop on European Food Safety Legislation Relevant for Palm Oil. Jakarta: MVO. http://www.fediol.be. 2006. Risk Analysis of The Chain of Palm Oil and Palm Kernel Oil Products. http://www.europa.eu.int/comm/food/ fs/sfp/ras_index_en. 2003. Di dalam: Hermawan T. Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2005. http//www.dprin.go.id Hubeis M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Orasi Ilmiah Guru Besar IPB. Bogor. Jouve JL. 2000. Good Manufacturing Practice, HACCP and Quality System. Di dalam: Hund BM, TC Baird-Paker and GW Gould. The Microbiological Safety and Quality Control of Food. Volume I. Maryland: Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg. Kadarisman D, Wirakartakusumah MA. 1995. Standarisasi dan Perkembangan Jaminan Mutu Pangan. B Teknologi dan Industri Pangan VI(1):74-78. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Bogor: Fateta, Institut Pertanian Bogor. Marimin. 2003. Moy G, Kaferstein F, Motarjeni Y. 1994. Application of HACCP to Food Manufacturing : Some Considerations on Harmonization through Training. J Food Control. 5 (3) : 131-139. MPOB. 2005. Competitiveness of The Malaysia Oil Palm Industry. Malaysia: MPOB. Naibaho P. 2006. Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit. Bahan Training Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: PT SUCOFINDO. Pierson MD, Corlett DA Jr. 1992. HACCP: Principles and Aplications. New York: Chapman and Hall Publ.
140
PPKS. 2005. Produk Pangan dari Minyak Sawit. Di dalam: Teknologi Pengolahan Industri Hilir. Medan: Pusat Penelitian Kepala Sawit (PPKS). PPKS, 2006. Pengenalan Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Bahan Training Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kepala Sawit (PPKS). PTP. N III, 2005. Sortasi TBS Kelapa Sawit. Di dalam: Daftar Instruksi Kerja Bagian Teknologi. Medan: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Puspitasari D. 2004. Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu pada Industri Pengolahan Tahu [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rangkuti F. 2000. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (PHA Untuk Pengambilan Keputusan Dalam Situasi Yang Kompleks). Edisi Bahasa Indonesia. Cetakan Kedua. Jakarta: IPMM dan PT Pustaka Binaman Pressindo. Siahaan D, Lalang B. 2004. Teknologi Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Siahaan D, Lukman E. 2006. Penerapan Good Agriculture Practice dan Good Manufacture Pratice Dalam Meningkatkan Mutu dan Keamanan Pangan Minyak Kelapa Sawit. J PPKS. Sullivan LH. 1986. Quality Function Deployment. Di dalam: Ariani, DW. Manajemen Kualitas : Pendekatan Sisi Kualitatif. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Timms R. 2003. Delivering Quality and Food Safety to The European Palm Oil Consumer : Contribution of Palm Oil to the Food Industry. J Britannia Food Ingredients Ltd. Tompkin RB. 1994. HACCP in Meat and Poultry Industri. J. Food Control. 5 (3): 153-161. Utami E. 2004. Pengkajian Pelaksanaan GMP dan Penyusunan Rencana HACCP di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia, Jawa Barat. Winarno FG. 2002. HACCP dan Penerapannya dalam Industri Pangan. Bogor: M-Brio Press. WHO. 2000. Fact Sheet 237 : Food Safety and Foodborne Illness. Geneva, Switzerland. (www.who.int/fsf).
141
Lampiran 1. Pohon Industri Kelapa Sawit (http//www.dprin.go.id) Carotene Tocopherool Minyak Kelapa
Sawit
Cocoa Butter
Fatty Alkohol (Ester) Palmitic/Sospropanol
Minyak Goreng Minyak Salad
Olein Stearin
Margarine
Oleic/Glycol Propylene Glycol
Soap Stock
Shortening
Oleic/Methanol Butanol
FFA
Minyak Padat
Inti Kelapa Sawit
Oleic/Olycealkohol Metalic Salt Palmitic Stearic/Ca, Zn Stearic/Ca/Mg
Glyserine
Stearic/Ai,Mg Oleic/Zn, Pb
Fatty Acid
Minyak Inti Sawit /PKO
Oleic/Ba Lauric Acid
Bungkil
S A W I T
Stearic/Octanol Butanol Stearic/Glycol
Sabun
K E L A P A
Palmitic/ Octanol Butanol
Polyaloxylated Derivates :
Myristic Acid Briket Arang
Arang Tempurung
Serat
Tepung Tempurung Bahan Bakar
Stearic/Ethylene Propylene Oxida
Karbon Aktif Oleic Acid Dimer/ Ethylene Propylene Oxida Asam Organik
Bahan Selulosa
Kertas
Fatty Amines Primary C16 & C18 Hydroclorides Aceates C16 & C18/ Ethoxylated
Tandan Kosong
Sludge
Palmitic/Ethylene Propylene Oxida
C16 & C18/Guanidin Ethoxylated Secondary C16 & C 18/ Ethoxylated Komponen Pakan Ternak
Quartenery C16 & C18 Esters of Dibasic Acid Azelaic/Butanol & Octanol As Esters Azelai/Glucol Esters Aleic Acid Dimer/Butanol & Octanol Esters Oxigenated Fatty Acid/Ester
Fatty Acid Amides Fatty Alchohol dll Stearamide Oleamide Suplated Alcanolamide of Palmitic, Stearic and Oleic Acids
C16 & C18 Alchohols Suphlated
Epoxystearic/ Octanol Ester Epithio Stearic/Mono & Polyhydric Alkohol Esters
C16 & C18 Alchohols/Esterified with Higer Saturated Fatty Acids C16, C18 & C19 Alchohol C16 & C 18 Alchohol/Ethexylation
142
Lampiran 2. Struktur Organisasi PKS Rambutan MANAJER
MASKEP
ASS. PENGOLAHAN
DCC
KRANI MASKEP
MANDOR PENGOL
Pemb.
Pemb.Kr.
Operator
DCC
MASKEP
Pelayan Kantor
KRANI PENGOL
ASS. LABORATORIUM
MANDOR. LAB / SORTASI
KRANI LAB / SORTASI /PROD
Ptgs. Laboratorium/ Sortasi/Penerimaan TBS /Pengiriman Produksi
ASS. TEKNIK / D.S / TRAKSI
MANDOR. BENGKEL UMUM/ LISTRIK/ WORKSHOP /D.SIPIL
Ptgs. Teknik/Listrik/ Workshop/ D.Sipil/Traksi
KRANI TEKNIK /D.SIPIL
ASS. TATA USAHA / UMUM
PAPAM
PETUGAS ADMIN. TU/ PERSONALIA /KR.GUDANG
DANTON/ WADANTON
Bagian Umum
SATPAM / HANSIP
Pemb. Operator
143
Lampiran 3. Diagram Alir Proses Produksi CPO di PKS Rambutan
144
Lampiran 4. Struktur Organisasi PMG Cap Sendok, PT.Astra Agro Lestari,Tbk
145
Lampiran 5. Diagram Alir Proses Bleaching Pabrik Minyak Goreng Cap Sendok To Steam Ejector
Cyclone Separator
Drier Degumming
Niagara Filter
Steam
Bleacher
Static Mixer
CPO
G-202
H3PO4
Spent Earth
G-202A
To Air
To Storage
Polishing Filter
Bleaching Earth
A
Balance Tank
B
To Deaerator
146
Lampiran 6. Diagram Alir Proses Deodorisasi Pabrik Minyak Goreng Cap Sendok Water
o
250 C
0
Steam
o
270 C 0
Termopac To Hot Well Vacum System
-1000 mba
PreStripper
Water
Scrubber
0
260 C
Steam 5 Water
Water Termia Oil Deodorizer
CPO G-201
0
Deaerator
To Hot Well
0
O
Water
255 C A
100 0
BPO
o
265 C
C
B
P. Filter
water To Hot Well
RBDPO
Condensor
_PFAD
147
Lampiran 7. Diagram Alir Proses Fraksinasi Pabrik Minyak Goreng Cap Sendok
148
Lampiran 8. Perhitungan Interval Kelas untuk Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Crude Palm Oil (CPO) Nilai indeks maksimum adalah : Nilai indeks maksimum =
Total nilai maksimum Bobot jawaban tertinggi
= Skala penilaian tertinggi x jumlah responden konsumen jumlah interval kelas = 5x6 5
=
6
Nilai indeks maksimum adalah : Nilai indeks minimum =
Total nilai minimum Bobot jawaban terendah
= Skala penilaian terendah x jumlah responden konsumen jumlah interval kelas = 1x6 5
= 1.2
Range dari nilai diatas adalah : Range
=
Nilai indeks maksimum – Nilai indeks minimum
= 6 – 1.2 = 4.8
Panjang interval kelas adalah : Panjang interval kelas =
=
Range Jumlah interval kelas 4.8
= 0.96
5 Berdasarkan perhitungan data tersebut, maka interval kelas yang disusun adalah : 1.2 – 2.16 = sangat tidak memuaskan > 2.16 – 3.12 = tidak memuaskan > 3.12 – 4.08 = cukup memuaskan > 4.08 – 5.04 = memuaskan > 5.04 – 6
= sangat memuaskan 149
Lampiran 9. Perhitungan Interval Kelas untuk Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Minyak Goreng Nilai indeks maksimum adalah : Nilai indeks maksimum =
Total nilai maksimum Bobot jawaban tertinggi
= Skala penilaian tertinggi x jumlah responden konsumen jumlah interval kelas = 5 x 30 5
=
30
Nilai indeks maksimum adalah : Nilai indeks minimum =
Total nilai minimum Bobot jawaban terendah
= Skala penilaian terendah x jumlah responden konsumen jumlah interval kelas = 1 x 30 5
=
6
Range dari nilai diatas adalah : Range
=
Nilai indeks maksimum – Nilai indeks minimum
= 30 – 6 = 24
Panjang interval kelas adalah : Panjang interval kelas =
=
Range Jumlah interval kelas 24
= 4.8
5 Berdasarkan perhitungan data tersebut, maka interval kelas yang disusun adalah : 6 – 10.8
= sangat tidak memuaskan
> 10.8 – 15.6 = tidak memuaskan > 15.6 – 20.4 = cukup memuaskan > 20.4 – 25.2 = memuaskan > 25.2 – 30
= sangat memuaskan 150
Lampiran 10. Bagan Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) RUPS Dewan Komisaris
KOMITE AUDIT
Direktur Utama
Direktur Produksi
Direktur Keuangan
Direktur SDM/Umum
Direktur Pemasaran
Kabag Tanaman
Kabag Pembiayaan
Kabag SDM
Kabag Pemasaran
Kabag Teknik
Kabag Sekretaris Korporat/CMR
Kabag SPI
Kabag Pengadaan
Kabag Kemitraan & Bina Lingkungan
Kabag Teknologi Informasi (TI)
Kabag Pengolahan
DM Wil Labuhan Batu-I
MR
DM Wil Labuhan Batu-II
MANAJER MANAJER MANAJER
DM Wil Labuhan Batu-III
DM Wil Asahan
DM Wil Simalu ngun
DM Wil Deli Serdang-I
DM Wil Deli Serdang-II
DM Wil Tapsel
GM Rumah Sakit
GM PIK
151
Lampiran 11. Standar Mutu CPO dan Kernel di PKS Rambutan
CPO
:
No
Parameter
Produksi (%)
Eksport (%)
1.
ALB
3.50
5
2.
Kadar air
0.15
0.15
3.
Kadar kotoran
0.02
0.02
4.
Nilai peroksida (Peroxide value)
-
5.00
5.
Nilai anisida (Aniside value)
-
6.00
6.
Kadar besi
-
3.50
7.
Kadar tembaga
-
0.05
8.
DOBI
-
2.5
9.
Bilangan Iod
-
51
-
39 - 41
10. Titik cair
Kernel
:
No
Parameter
Produksi (%)
Eksport (%)
1.
ALB
Max 1.00
Max 1.00
2.
Kadar air
Max 7.00
Max 7.00
3.
Kadar kotoran
Max 6.00
Max 6.00
4.
Inti pecah
Max 15.0
Max 15.0
5.
Kadar minyak
Min 49.0
Min 49.0
6.
Berubah warna
Max 40
Max 40
152
Lampiran 12. Standar Mutu Minyak Goreng Cap Sendok
OLEIN SUPER - Iodine Value : 60,00 Meq Min - Cloud Point
: 7,0 oC Max
- Stability
: 9 – 15 jam
- FFA
: 0,06 – 0,08 %
- Visual
: Bening dan Tidak Ada Benda Asing
OLEIN BULK - Iodine Value : 56,00 Meq Min - Cloud Point
: 10,0 oC Max
- FFA
: 0,1 % Max
SOFT STEARIN - Iodine Value : 38,0 meq Max - Melting Point : 46,0 oC Min
HARD STEARIN - Iodine Value : 43,0 Meq Max - Melting Point : 53,0 – 54,0 oC
153
Lampiran 13. Contoh Laporan Kinerja dan Penilikan PKS Rambutan
154
Lampiran 14. Contoh Jadwal Perawatan Mesin dan Instalasi PKS Rambutan
Stasiun : Kempa Peralatan : Hydraulic Power Pack Type/Mode : Pressure constant No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
JADWAL PERAWATAN MESIN DAN INSTALASI PKS Catatan :
Item yang dikerjakan Bersihkan bagian luar Periksa oil pada fluid level gauge Periksa mutu minyak hidrolik Periksa/bersihkan suction strainer Periksa hydraulic pump Periksa/bersihkan counter valve (u-way valve) Periksa/bersihkan relief valve, check valve, pressure switch Bersihkan accumulator Periksa/bersihkan return filler Bersihkan compressor piping system Periksa seal hydraulic cylinder untuk constant pressure Periksa/bersihkan ON/OFF Periksa hand control Periksa electric control panel Penggantian suku cadang disesuaikan life time alat
Interval Perawatan Harian Mingguan Bulanan Tahunan v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
Keterangan Perhatikan batas up/low Penggantian sesuai manual operation Bila perlu diperbaiki/diganti
Bila perlu diganti
155
Lampiran 15. Tabel Identifikasi Bahaya dan Penetapan Resiko di PKS Rambutan, PTP. Nusantara III (Persero) PRINSIP 1 Tahap 1. Lingkungan (semua tahapan)
2. Peralatan dan Mesin
3. Karyawan/ Pekerja
Bahaya
Risk
Sev.
Sign.
Lingkungan pabrik yang tidak bersih
M
M
S
SSOP dan melakukan proses pengendalian dan pemberantasan hama secara teratur dan hati-hati.
Bahan dari peralatan yang telah korosi sehingga memungkinkan untuk teroksidasi.
M
M
S
Pemeliharaan dan perawatan peralatan/mesin secara berkala dan peralatan yang digunakan sebaiknya terbuat dari bahan stainless steel atau epoksi.
Kontaminasi minyak mineral (pelumas dan hidrolik)
Bahan yang digunakan untuk perawatan alat dan mesin yang menggunakan minyak mineral non food grade.
M
M
S
Prosedur dikontrol dengan SOP dan sebaiknya menggunakan minyak mineral yang food grade, bisa terbuat dari minyak sawit.
Mikrobiologi : Fisik : Rambut, kuku, mur, paku, pasir, tanah, puntung rokok
Kontaminasi pekerja yang tidak memperhatikan kebersihan pada waktu bekerja
L
M
TS
Pelatihan pekerja dan perlunya inspeksi pekerja pada saat bekerja.
Pekerja yang sedang sakit
L
M
TS
Kontrol kesehatan setiap karyawan secara berkala.
Fisik : Foreign bodies (tikus, serangga, burung) Kimia : Mikrobiologi : Fisik : Kimia : Kontaminasi logam
Kimia : Mikrobiologi : Kontaminasi penyakit menular
Sumber Bahaya
Tindakan Pencegahan
156
Lampiran 15. Lanjutan Tabel Identifikasi Bahaya dan Penetapan Resiko di PKS Rambutan, PTP. Nusantara III (Persero) PRINSIP 1 Tahap 4. Penerimaan bahan baku dan sortasi TBS
Bahaya
Risk
Sev.
Sign.
Tindakan Pencegahan
Penanganan pemasok TBS yang tidak bersih pada saat panen di kebun.
M
M
S
Perlu inspeksi dan pembinaan ke pemasok, dimana pengutipan TBS dan brondolan tidak diperkenankan memakai sekop atau sapu. TPH disemen atau dialasi plastik.
Buah mentah
Buah yang terlalu cepat dipanen.
L
M
TS
Buah restan
Buah yang menginap di kebun.
M
M
S
Sortasi dan tolak jika tidak memenuhi kriteria matang panen. Pelatihan pemasok mengenai rotasi panen, terutama pada panen puncak.
Kimia : Kontaminasi logam (Pb dan Cd)
Dari tanah yang terbawa pada saat pemanenan
L
H
S
Analisis laboratorium dengan memperhatikan sampling yang dilakukan.
ALB tinggi
Buah yang memar/luka pada saat pengisian buah di tempat pemungutan, penurunan buah di TPH, pengisian buah ke alat transpor pembawa buah ke pabrik, penurunan buah akan membawa lebih banyak tanah dan kotoran yang membantu mempercepat kenaikan ALB oleh karena kontaminasi mikroorganisme, sekaligus menjadi sumber kontaminasi logam, diantaranya besi, yang menjadi prooksidan proses hidrolisis minyak.
M
M
S
Meminimalisasi kerusakan buah dengan tata cara panen dan pengangkutan yang baik. Tidak menerima buah restan, oleh karena itu perlu inspeksi dan pembinaan ke pemasok, dimana : buah yang dipanen tidak boleh dibiarkan menginap di TPH, kondisi jalan menuju pabrik harus baik terutama pada musim hujan, jumlah alat angkut harus mencukupi sehingga buah tidak mengantri terutama pada masa panen puncak.
Residu pestisida
Penggunaan pestisida dalam penanggulangan hama tanaman.
L
H
S
Analisis laboratorium dan pelatihan ke pemasok mengenai pemakaian bahan agrokimia.
Fisik : Tanah, pasir, potongan daun, serangga, dan kotoran lain
Sumber Bahaya
Mikrobiologi : -
157
Lampiran 15. Lanjutan Tabel Identifikasi Bahaya dan Penetapan Resiko di PKS Rambutan, PTP. Nusantara III (Persero) PRINSIP 1 Tahap 5. Penyimpanan bahan baku di loading ramp
Bahaya
Risk
Sev.
Sign.
Tindakan Pencegahan
Loading ramp yang tidak bersih dan pekerja yang tidak menjaga kebersihan.
L
M
TS
Buah yang telah disortasi sebaiknya langsung ditaruh dalam bays, sehingga tidak perlu ditaruh di loading ramp. Brondolan yang jatuh di loading ramp tidak boleh dikumpulkan dengan skop atau sapu, sehingga tanah, pasir dan kotoran lain terikut. Tidak diperkenankan merokok selama bekerja dan selalu menjaga kebersihan loading ramp.
Stagnasi di pabrik sehingga buah mengantri untuk diolah.
L
M
TS
Buah yang menginap dan menumpuk di loading ramp.
l
M
TS
Penyimpanan buah di loading ramp tidak lebih dari 2 hari dari masa panen, dan buah yang akan diolah mengikuti sistem FIFO. Penanganan buah di loading ramp sesuai dengan SOP dan minimalisasi kerusakan buah.
Tekanan uap yang terlalu tinggi.
L
H
S
Alat hoisting crane yang lepas, karena kondisi yang tidak baik (aus).
L
H
S
Uap panas yang berupa asap yang berasal dari ketel rebusan.
M
M
S
Kimia : Penurunan nilai DOBI
Waktu perebusan yang lama.
L
M
TS
Kontaminasi minyak pelumas
Lori yang menggunakan pelumas non food grade.
M
M
S
Fisik : Tanah, pasir, puntung rokok
Kimia : ALB meningkat
6. Perebusan
Mikrobiologi : Fisik : Sterilizer meledak Jatuhnya lori buah pada saat diangkat ke thresher. Gangguan kesehatan operator hoisting crane.
Sumber Bahaya
Alat ini sebaiknya tidak digunakan manual dan selalu dikontrol suhu dan tekanan yang diberikan. Perawatan dan pemeriksaan alat harus dilakukan secara benar dan teratur sesuai prosedur yang ada. Menempatkan posisi operator agak jauh dari sterilizer, yakni dekat thesher dan mengontrol melalui panel. Kontrol dengan SOP proses sterilisasi. Menggunakan pelumas food grade yang terbuat dari minyak sawit dan tidak diperkenankan mengutip minyak dari bawah lori dalam sterilisasi untuk dicampur dengan CPO.
158
Lampiran 15. Lanjutan Tabel Identifikasi Bahaya dan Penetapan Resiko di PKS Rambutan, PTP. Nusantara III (Persero)
Tahap
Bahaya PAH (Polyaromatic hydrocarbon) Mikrobiologi : Kontaminasi mikroba
7. Penebahan
Fisik : Kimia : Mikrobiologi : -
8. Pengadukan
Fisik : Kimia : Kontaminasi logam Penurunan nilai DOBI
9. Pengepressan
Mikrobiologi : Fisik : Kadar kotoran meningkat. Kimia : Penurunan nilai DOBI
Mikrobiologi : Kontaminasi mikroba
PRINSIP 1 Sumber Bahaya Asap hasil pembakaran di pabrik.
Risk M
Sev. M
Sign. S
Tindakan Pencegahan Corong asap hasil pembakaran tidak terlalu dekat dan tidak mengarah ke stasiun klarifikasi dan inti sawit.
Air yang digunakan untuk perebusan.
L
M
TS
Uji air sebelum digunakan.
Pisau pengaduk mengalami korosi oleh asam.
L
M
TS
Pisau pengaduk sebaiknya terbuat dari mangan silikon.
Pemanasan dan lama pengadukan yang berlebihan.
L
M
TS
Kontrol dengan SOP dan menghindari pemberian uap langsung pada bejana digester.
Cangkang dari inti sawit yang pecah.
L
M
TS
Perawatan alat pengempaan dengan SSOP.
Pemberian steam langsung ke dalam screw press apabila suhu air dalam hot water tank tidak tercapai.
L
M
TS
Melakukan pengawasan terhadap pemanasan air dalam hot water tank.
Air yang digunakan untuk pengepressan.
L
M
TS
Uji mutu air sebelum digunakan.
159
Lampiran 15. Lanjutan Tabel Identifikasi Bahaya dan Penetapan Resiko di PKS Rambutan, PTP. Nusantara III (Persero) PRINSIP 1 Tahap 10. Pemurnian
Bahaya Fisik : Kandungan NOS (non oil solid) berupa bahan organik dan non organik (Fe,Cu) Kimia : Kadar air tinggi Penurunan nilai DOBI dan PV yang meningkat.
PAH (Polyaromatic hydrocarbon)
11. Penyimpanan
Mikrobiologi : Kontaminasi mikroba Fisik : Kimia : Kontaminasi logam
Sumber Bahaya
Risk
Sev.
Sign.
Tindakan Pencegahan
Bahan yang terbawa dari proses sebelumnya, baik dari alat yang korosi, dan buah yang dikempa.
M
M
S
Proses pemurnian harus segera dilakukan agar tidak terjadi reaksi hidrolisis dan oksidasi.
Suhu dan lama pemanasan yang tidak tercapai. Proses oksidasi karena pemanasan yang berlebihan dan waktu yang lama, terdapat prooksidan (Fe, Cu), dan minyak kontak dengan udara karena adanya kebocoran.
L
M
TS
Kontrol dengan SOP proses pemurnian minyak.
L
M
TS
Kontrol SOP proses pemurnian minyak. Pengawasan dan perawatan terhadap alat dan mesin agar dipastikan tidak ada yang bocor.
Adanya alat, pipa dan tangki yang bocor sehingga memungkinkan kontak dengan udara yang berasal dari asap pembakaran.
L
M
TS
Perawatan alat, pipa dan tangki secara berkala sesuai SSOP.
Air yang digunakan untuk pengepressan.
L
M
TS
Uji mutu air sebelum digunakan.
Storage tank memiliki bagian-bagian yang terbuat dari bahan yang dapat menjadi prooksidan dan suhu yang tidak efektif.
L
M
TS
Proses pembersihan tangki yang salah/lalai, sehingga ada logam yang tinggal. Reaksi hidrolisis yang diakibatkan tangki penyimpanan tidak bersih dan kering pada saat pembersihan tangki.
L
M
TS
L
M
TS
Bahan dasar tangki penyimpan harus terbuat dari stainless steel atau baja dengan lapisan epoksi yang inert dan pemakaiannya hkusus untuk CPO. Bagian-bagian tangki, seperti pipa, kran, koil pemanas, pompa tidak boleh terbuat dari tembaga. Tangki memiliki alat sensor suhu automatik. Pembersihan tangki secara berkala sesuai dengan SOP perawatan dan pembersihan tangki penyimpanan. Perlu pemeriksaan yang teliti sehingga dipastikan tangki benar-benar bersih dan kering.
160
Lampiran 15. Lanjutan Tabel Identifikasi Bahaya dan Penetapan Resiko di PKS Rambutan, PTP. Nusantara III (Persero)
Tahap
12. Distribusi dan transportasi
Bahaya Peningkatan kadar ALB dan nilai PV Fisik : Kimia : Kontaminasi logam
Peningkatan kadar ALB dan nilai PV
PRINSIP 1 Sumber Bahaya Pipa pemanas mengalami kebocoran, sehingga terjadi reaksi oksidasi karena minyak kontak dengan udara.
Risk L
Sev. M
Sign. TS
Tindakan Pencegahan Pipa pemanas diperiksa bersamaan dengan masa pencucian tangki timbun dengan melakukan uji hydrotest.
Tangki transportasi memiliki bagianbagian yang terbuat dari bahan yang dapat menjadi prooksidan dan suhu yang tidak efektif.
L
M
TS
Bahan dasar tangki transportasi harus terbuat dari stainless steel atau baja dengan lapisan epoksi yang inert dan pemakaiannya hkusus untuk CPO. Bagian-bagian tangki, seperti pipa, kran, koil pemanas, pompa tidak boleh terbuat dari tembaga. Tangki memiliki alat sensor suhu automatik.
Proses pembersihan tangki yang salah/lalai, sehingga ada logam yang tinggal.
M
M
S
Pencucian tangki secara berkala sesuai dengan SOP perawatan dan pembersihan tangki transportasi.
Reaksi hidrolisis yang diakibatkan tangki transportasi tidak bersih dan kering pada saat pembersihan tangki.
M
M
S
Perlu pemeriksaan yang teliti sebelum pengangkutan CPO sehingga dipastikan tangki tansportasi benar-benar bersih dan kering.
Pipa pemanas mengalami kebocoran, sehingga terjadi reaksi oksidasi karena minyak kontak dengan udara. Proses pemuatan dan CPO dari tangki timbun ke tangki transportasi yang lalai sehingga memungkinkan kontak dengan udara.
L
M
TS
M
M
S
Pemeriksaan tangki sebelum pengangkutan CPO.
Kontrol dengan SOP pemuatan CPO untuk distribusi.
161
Lampiran 16. Tabel Penetapan Titik Kendali Kritis (Critical control point/CCP) di PKS Rambutan, PTP. Nusantara III (Persero) PRINSIP 1 Tahap/Input 1. Lingkungan (semua tahapan) 2. Peralatan dan Mesin
3. Karyawan/Pekerja
4. Penerimaan bahan baku dan sortasi TBS
5. Penyimpanan bahan baku di loading ramp
6. Perebusan
Bahaya Fisik : Foreign bodies (tikus, serangga, burung) Kimia : Kontaminasi logam (Fe, Cu, Zink silikat, mercury) Kontaminasi minyak mineral (pelumas dan hidrolik) Fisik : Rambut, kuku, mur, paku, pasir, tanah, puntung rokok Mikrobiologi : Kontaminasi penyakit menular Fisik : Tanah, pasir, potongan daun, serangga, dan kotoran lain Buah mentah Buah restan Kimia : Kontaminasi logam (Pb dan Cd) ALB tinggi Residu pestisida Fisik : Tanah, pasir, puntung rokok Kimia : ALB meningkat Fisik : Sterilizer meledak Jatuhnya lori buah pada saat diangkat ke thresher. Gangguan kesehatan operator hoisting crane. Kimia : Penurunan nilai DOBI Kontaminasi minyak pelumas
P1
P2
P3
Ya
Ya
CCP
Ya Ya
Ya Ya
CCP CCP
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya Tidak Tidak
Tidak Tidak Tidak
Ya Ya Ya
Ya Tidak Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
CP
Ya
Tidak
Ya
Ya
CP
Ya Ya Ya
Tidak Tidak Tidak
Tidak Tidak Tidak
Ya Ya
Tidak Tidak
Tidak Ya
Ya
P4
Ya
CCP/CP
CP CP
Ya
Ya
CP CP CP CCP CP CCP
CP CP CP
Tidak
CP CCP
162
Lampiran 16. Lanjutan Tabel Penetapan Titik Kendali Kritis (Critical control point/CCP) di PKS Rambutan, PTP. Nusantara III (Persero) PRINSIP 1 Tahap/Input
7. Pengadukan
8. Pengepressan
9. Pemurnian
10. Penyimpanan
11. Distribusi dan transportasi
Bahaya Mikrobiologi : Kontaminasi mikroba Kimia : Kontaminasi logam Penurunan nilai DOBI Fisik : Kadar kotoran meningkat. Kimia : Penurunan nilai DOBI Mikrobiologi : Kontaminasi mikroba Fisik : Kandungan NOS (non oil solid) berupa bahan organik dan non organik (Fe,Cu) Kimia : Kadar air tinggi Penurunan nilai DOBI dan PV yang meningkat. PAH (Polyaromatic hydrocarbon) Mikrobiologi : Kontaminasi mikroba. Kimia : Kontaminasi logam Peningkatan kadar ALB dan nilai PV Kimia : Kontaminasi logam Peningkatan kadar ALB dan nilai PV
P1
P2
P3
P4
CCP/CP
Tidak
Tidak
Ya Ya
Tidak Tidak
Tidak Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya Ya Ya
Tidak Tidak Ya
Tidak
Tidak
CP
Tidak Tidak
Tidak Tidak
CP CP
Ya Ya
Tidak Tidak
CP CP CP Ya
CP CP
CCP
Tidak Tidak
Ya Ya
CP CP CCP
Tidak Tidak
CCP CCP
163
Lampiran 17. Lembar Kerja Control Measures di PKS Rambutan, PTP. Nusantara III (Persero) CCP
BATAS KRITIS
Prinsip 2
Prinsip 3
MONITORING
Apa
Dimana
Prinsip 4 Bagaimana
TINDAKAN KOREKSI Prinsip 5 Kapan
VERIFIKASI
Prinsip 6
Prinsip 7
Siapa
Lingkungan Pestisida : Kontaminasi DDT = 0.05 ppm max hama Endosulfan = 0.5 ppm max Aldrin/Dieldrin= 0.01 ppm max Endrin = 0.01 ppm max Heptachlor = 0.01 ppm max Hexachlorobenzene = 0.01 ppm max Hexachlorocyclohexane : - Alfa = 0.02 ppm max - Beta = 0.01 ppm max - Gamma = 0.02 ppm max Logam : Peralatan Fe = 500 µg/kg max dan Mesin Kontaminasi Cu = 50 µg/kg max logam As = 2 ppm max Kontaminasi Pb = 10 ppm minyak Cd = 1 ppm mineral Ni = 200 µg/kg (pelumas dan Merkuri = 0.01 ppm hidrolik) Flourine = 150 ppm max Pelumas = 0
Kebersihan pabrik dari
Stasiun pengolahan
Visual Dengan flashlight
Setiap hari
Maskep
Penggunaan dosis pestisida
Stasiun pengolahan
Cek laporan pemakaian pestisida
Tiga bulan sekali
Maskep
Cek jadwal perawatan mesin/alat
Satu kali seminggu
Asisten Teknik
Cek laporan pemakaian pelumas dan oli hidrolik.
Satu kali seminggu
Asisten Teknik
Uji laboratorium
Tiga bulan sekali
Asisten Laboratorium
Penerimaan Fraksi TBS = I - V bahan baku Logam : Fe = 500 µg/kg max dan sortasi Cu = 50 µg/kg max TBS Kontaminasi As = 2 ppm max logam Pb = 10 ppm ALB tinggi
Fraksi TBS
Di loading ramp
Visual Cek laporan sortasi
Setiap hari
Maskep
Kadar kotoran Kadar air
Di Lab
Uji laboratorium
Setiap buah Asisten datang Laboratorium
Perawatan Stasiun mesin dan pengolahan peralatan pengolahan Penggunaan Stasiun dosis pengolahan pelumas dan dan bengkel oli hidrolik. teknik
PENCATATAN
Jika hama tak terkendali, stop operasi dan lakukan pemberantasan hama secara keseluruhan.
Log monitoring proses pembersihan periodik dan pembersihan harian. Log tindakan harian.
Evaluasi laporan inspeksi dan tindakan koreksi. Evaluasi laporan pembersihan pabrik.
Ganti alat jika sudah korosi. Perbaiki mesin/ alat yang rusak Penggunaan minyak mineral yang food grade, bisa berasal dari minyak sawit.
Log monitoring perawatan dan pembersihan mesin dan alat Log hasil uji laboratorium Log tindakan koreksi
Evaluasi laporan monitoring dan tindakan koreksi Evaluasi kinerja mesin dan peralatan. Evaluasi hasil analisis Lab.
Tolak jika tidak memenuhi persyaratan
Log penerimaan dan sortasi TBS Log laporan analisis mutu buah. Log tindakan koreksi.
Evaluasi hasil sortasi dan hasil analisis mutu Evaluasi pemasok Evaluasi tindakan koreksi.
164
Lampiran 17. Lanjutan Lembar Kerja Control Measures di PKS Rambutan, PTP. Nusantara III (Persero) CCP
BATAS KRITIS
Prinsip 2
Prinsip 3
MONITORING
Apa Residu pestisida
Perebusan Kontaminasi minyak pelumas
Cd = 1 ppm Ni = 200 µg/kg Merkuri = 0.01 ppm Flourine = 150 ppm max Pestisida = sama dengan di atas Pelumas = 0
Dimana
Prinsip 4 Bagaimana
TINDAKAN KOREKSI Prinsip 5 Kapan
PENCATATAN
VERIFIKASI
Prinsip 6
Prinsip 7
Siapa
Kadar ALB Kandungan pestisida
Di Lab
Uji Tiga bulan laboratorium sekali
Asisten Lab
Pemakaian dosis pelumas
Di stasiun perebusan
Cek dosis pemakaian
Asisten Teknik Eliminasi buah Log monitoring Evaluasi laporan yang proses perebusan monitoring. terkontaminasi Log harian analisa Evaluasi laporan Asisten Lab dan stop mutu di stasiun tindakan koreksi proses operasi. perebusan. Evaluasi laporan perawatan mesin/alat.
Setiap minggu
Uji Tiga bulan laboratorium sekali
Pemurnian Kandungan Kadar kotoran = 0.02% max Suhu NOS (non oil solid) berupa Logam = sama dengan di bahan organik atas Kualitas dan dan non organik komposisi air (Fe,Cu) PAH (B(a)P) = 2 µg/kg PAH max Asap (Polyaromatic pembuangan hydrocarbon) dari boiler Distribusi dan Logam = sama dengan di Suhu awal transportasi Kontaminasi atas. pemuatan logam ALB = 3.5% max Suhu selama Peningkatan PV = 5.0% max perjalanan kadar ALB dan Kebersihan nilai PV tangki
Stasiun pemurnian
Visual
Dua kali sehari
Asisten pengolahan
Stasiun water treatment
Uji lab
Sebelum digunakan
Asisten Lab
Stasiun boiler
Visual
Setiap hari
Rework atau adjustment
Eliminasi jika tidak memenuhi persyaratan Asisten teknik mutu
Di stasiun Uji lab setiap Asisten Lab pengiriman sebelum dan pengiriman CPO. sesudah pengiriman.
Blending Eliminasi jika tidak memenuhi persyaratan mutu
Evaluasi laporan Log monitoring proses pemurnian monitoring Log laporan Evaluasi laporan kinerja boiler tindakan koreksi Log tindakan koreksi Log laporan analisis mutu. Log monitoring proses pemuatan dan pengiriman Log tindakan koreksi
Evaluasi laporan monitoring Evaluasi laporan tindakan koreksi
165
Lampiran 18. Tabel Identifikasi Bahaya dan Penetapan Resiko di PMG Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk PRINSIP 1 Tahap
Potensial Bahaya
1. Penerimaan bahan Fisik : baku CPO Kadar kotoran tinggi Warna Kimia : ALB (FFA) tinggi Kadar air tinggi Iod Value (IV) Peroxide value (PV) DOBI Residu pestisida Mikrobiologi : 2. Penerimaan Phosporic Acid (H3PO4)
3. Penerimaan Bleaching earth
Fisik : Kimia : Mikrobiologi : Fisik : Kimia : Dioksin, PB, Cd,
Sumber Bahaya
Risk
Sev.
Sign.
Tindakan Pencegahan
Penanganan pemasok yang tidak baik.
L L
M L
TS TS
Analisis mutu CPO. Tidak menerima bahan baku yang tidak sesuai dengan kriteria mutu yang ditetapkan.
Penanganan pemasok yang tidak baik.
H M M H M H
S TS TS S S S
Analisis mutu CPO. Tidak menerima bahan baku yang tidak sesuai dengan kriteria mutu yang ditetapkan.
Kontaminasi pestisida di PKS.
L L L L M L
Penanganan pemasok yang tidak baik.
L
H
S
Suhu rendah pada waktu transfer minyak ke storage tank CPO.
L
L
US
Uji residu pestisida.
Memasok BE yang fresh (FBE) dan memiliki CoA.
Benzo(a)pyrene Mikrobiologi : 4. Pretreatment bahan Fisik : baku CPO berbentuk padat Kimia : Mikrobiologi : -
Pemanasan pendahuluan sebelu transfer ke storage tank.
166
Lampiran 18. Lanjutan Tabel Identifikasi Bahaya dan Penetapan Resiko di PMG Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk PRINSIP 1 Tahap 5. Degumming
Potensial Bahaya
Sumber Bahaya
Risk
Sev.
Sign.
Tindakan Pencegahan
Fisik : kadar kotoran (Fe, Cu)
Proses degumming yang tidak berjalan baik.
L
M
TS
Warna
Proses oksidasi yang terjadi.
L
M
TS
Pengontrolan penggunaan asam phospat dan adanya SOP yang baku. Mencegah kebocoran pipa dan pengontrolan suhu.
yang
L
H
S
Proses oksidasi karena suhu terlalu tinggi dan sisa karoten.yang tidak terikat.
L
M
TS
Pengontrolan terhadap suhu yang digunakan
BE yang kurang sehingga banyak karoten yang tidak terikat.
L
M
TS
Pengontrolan terhadap BE yang ditambahkan.
Mikrobiologi : Fisik : Bau tengik (rancidity)
FFA, Monogliserida, dan Digliserida.
L
M
TS
SOP Proses Deodorisasi dikontrol.
Kadar kotoran
Penanganan proses sebelumnya.
M
M
S
Hasil-hasil oksidasi asam lemak.
L
M
TS
Minyak panas teroksidasi oleh atmosfir akibat pemanasan minyak yang terlalu tinggi temperaturnya. Penanganan proses sebelumnya
L
H
S
Pemanasan minyak dilakukan dengan tekanan rendah
M
M
S
Penambahan asam sitrat dengan komposisi yang sesuai.
Kimia : PV tinggi
6. Bleaching
Mikrobiologi : Fisik : Warna gelap Kimia : Karoten
7. Deodorisasi
Kimia : Aldehid, keton, gas-gas yang larut dalam minyak dan uap air. Peroksida Prooksidan metal
Penggunaan Asam phospat (H3PO4) terlalu banyak.
Pengontrolan penggunaan asam phospat dan adanya SOP yang baku.
Kontrol proses sebelumnya dengan SOP.
Bahan baku yang digunakan sebaiknya bermutu tinggi.
Mikrobiologi : -
167
Lampiran 18. Lanjutan Tabel Identifikasi Bahaya dan Penetapan Resiko di PMG Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk Tahap 8. Kristalisasi
9. Filtrasi
Potensial Bahaya
Risk
Sev.
Sign.
Tindakan Pencegahan
Suhu, laju kristalisasi, komposisi gliserida, laju pendinginan, laju pengadukan dan waktu kristalisasi.
L
M
TS
Proses kristalisasi harus diperhatikan dan dikontrol dengan baik.
Cloud point tinggi
Suhu dan waktu yang tidak terkontrol baik.
M
M
S
Suhu dan temperatur harus dikontrol.
Stabilitas minyak rendah
Suhu dan waktu yang tidak terkontrol baik.
M
M
S
Suhu dan temperatur harus dikontrol.
Kimia : Mikrobiologi : Fisik : Filter cloth koyak
Tekanan sequeezing yang terlalu tinggi
L
M
TS
Pengontrolan tekanan sequeezing.
• Proses kristalisasi yang tidak sempurna sehingga kristalisasi stearin lewat saat disaring oleh penyaring. • Ukuran filter press yang sudah melebar.
L
L
TS
Proses kristalisasi perlu diperhatikan dan ukuran filter press perlu diperhatikan dan apabila perlu diganti, harus segera diganti.
Pekerja yang tidak higienis.
H
M
S
Fisik : Kristal tidak terbentuk atau ukuran kristal sangat kecil
Kimia : stearin
10. Pengemasan
PRINSIP 1 Sumber Bahaya
Mikrobiologi : Fisik : Kontaminasi pekerja
SOP dan SSOP
Kimia : Mikrobiologi : -
168
Lampiran 18. Lanjutan Tabel Identifikasi Bahaya dan Penetapan Resiko di PMG Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk Tahap 11. Penyimpanan Minyak goreng
12. Distribusi minyak goreng
Potensial Bahaya Fisik : Kristalisasi, kabut (cloudyness)
PRINSIP 1 Sumber Bahaya Suhu penyimpanan dibawah standar prosedur yang ditetapkan.
Risk
Sev.
Sign.
L
L
TS
Tindakan Pencegahan Menjaga suhu penyimpanan secara konstan.
Kimia : Mikrobiologi : Fisik : Kimia : Mikrobiologi : -
169
Lampiran 19. Tabel Penetapan Titik Kendali Kritis (Critical control point/CCP) di PMG Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk PRINSIP 1 Tahap/Input 1. Penerimaan bahan baku CPO
2. Penerimaan Bleaching earth 3. Pretreatment bahan baku 4. Degumming
5. Bleaching
Bahaya Fisik : Kadar kotoran tinggi Warna Kimia : ALB (FFA) tinggi Kadar air tinggi Iod Value (IV) Peroxide value (PV) DOBI Residu pestisida Kimia : Dioksin, PB, Cd, Benzo(a)pyrene Fisik : CPO berbentuk padat Fisik : kadar kotoran (Fe, Cu) Warna Kimia : Kenaikan PV Fisik : Warna gelap Kimia : Karoten
P1
P2
P3
P4
CCP/CP
Ya Ya
Tidak Tidak
Ya
Ya
CP CP
Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
Ya Ya Ya Ya Ya
Ya Ya Ya Ya Ya
CP CP CP CP CP CCP
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya Ya
Tidak Tidak
Ya Ya
Ya
Tidak
CP
Ya
Tidak
CP
Ya
Tidak
CP
CCP CP Ya Ya
CP CP
170
Lampiran 19. Lanjutan Tabel Penetapan Titik Kendali Kritis (Critical control point/CCP) di PMG Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk PRINSIP 1 Tahap/Input 6. Deodorisasi
7. Kristalisasi
8. Filtrasi
Bahaya Fisik : Bau tengik (rancidity) Kadar kotoran Kimia : ALB Aldehid, keton, gas-gas yang larut dalam minyak dan uap air. Peroksida Prooksidan metal Fisik : Kristal tidak terbentuk atau ukuran kristal sangat kecil Cloud point tinggi Fisik : Filter cloth koyak
Kimia : stearin 9. Pengemasan Fisik : Kontaminasi pekerja 10. Penyimpanan minyak Fisik : goreng Kabut (cloudyness)
P1
P2
P3
P4
CCP/CP
Ya Ya
Tidak Tidak
Ya
Tidak
CP CCP
Ya Ya Ya Ya
Tidak Tidak Tidak Tidak
Ya
Tidak
CP CP CP CCP
Ya Ya
Tidak Tidak
Tidak Tidak
CP CP
Ya
Tidak
Tidak
CP
Ya
Tidak
Tidak
CP
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
CCP CP
171
Lampiran 20. Lembar Kerja Control Measures di PMG Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk CCP
BATAS KRITIS
Prinsip 2
Prinsip 3
MONITORING Prinsip 4 Apa
Penerimaan bahan baku CPO Residu pestisida
Penerimaan Bleaching earth Dioksin, PB, Cd, Benzo(a) pyrene
Deodorisasi Kadar kotoran Prooksidan metal
TINDAKAN KOREKSI Prinsip 5
Dimana
Bagaimana
Kapan
PENCATATAN
VERIFIKASI
Prinsip 6
Prinsip 7
Siapa
Pestisida : Kandungan Di bagian CoA Setiap Asisten DDT = 0.05 ppm max pestisida penerimaaan Pemasok penerimaan QA Endosulfan = 0.5 ppm max pada CPO CPO dan di Uji CPO Aldrin/Dieldrin= 0.01 ppm max Laboratorium laboratorium Endrin = 0.01 ppm max Heptachlor = 0.01 ppm max Hexachlorobenzene = 0.01 ppm max Hexachlorocyclohexane : - Alfa = 0.02 ppm max - Beta = 0.01 ppm max - Gamma = 0.02 ppm max
Tolak jika tidak memenuhi persyaratan mutu bahan baku.
Log monitoring penerimaan CPO Log tindakan koreksi Log analisis mutu bahan baku CPO
Evaluasi laporan monitoring. Evaluasi tindakan koreksi Evaluasi laporan analisis mutu bahan baku.
Dioksin = < 1 pg WHO PCCD/F-TEQ/g Pb = < 10 mg/kg Cd = < 0,4 mg/kg Benzo(a) pyrene = < 1µg/kg
Tolak jika tidak memenuhi persyaratan
Log monitoring penerimaan BE. Log tindakan koreksi Log analisis mutu BE.
Evaluasi laporan monitoring. Evaluasi laporan tindakan koreksi Evaluasi laporan analisis mutu.
Rework jika Log monitoring memungkinkan proses deodorisasi Stop proses Log tindakan dan eliminasi koreksi produk yang Log laporan tidak sesuai pembersihan dan perawatan mesin/alat.
Evaluasi laporan monitoring. Evaluasi laporan tindakan koreksi Evaluasi laporan analisis mutu.
Mutu BE
Di Lab dan CoA Setiap gudang Uji memasok penyimpanan laboratorium BE BE
Bahan yang mudah menguap Suhu Di ruang pada 105oC = 0.2% m/m Tekanan pengolahan vakum Pengotor tidak larut bagian = 0.05% m/m Caustic deodorisasi. Kandungan sabun soda pada = 0.005% m/m saat Nilai asam = 0.6 mg/kg pembersih Nilai peroksida = 10 an alat. miliekulivalen dari oksigen aktif/kg minyak.
Visual Uji mutu hasil deodorisasi
Asisten QA
Setiap hari Asisten Setiap bulan QA untuk uji Kepala laboratorium Proses
172
Lampiran 20. Lanjutan Lembar Kerja Control Measures di PMG Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk CCP
BATAS KRITIS
Prinsip 2
Prinsip 3
MONITORING
Apa
Dimana
Prinsip 4 Bagaimana
TINDAKAN KOREKSI Prinsip 5 Kapan
PENCATATAN
VERIFIKASI
Prinsip 6
Prinsip 7
Siapa
Fe = 1.5 mg/kg max Cu = 0.1 mg/kg max As = 0.1 mg/kg max Pb = 0.1 mg/kg max
Pengemasan pekerja TPC = 1000/g max
Kontaminasi
Kebersihan Ruang Salmonella = absent in 25 g karyawan pengemasan Yeasts = 10/g max Gejala Moulda = 10/g max penyakit Enterobacteriaceae = 10/g max pada E. Coli = absent /g karyawan.
Visual
Setiap hari sebelum masuk ruangan
General check up berkala
Enam bulan sekali
Kepala Jika ada yang Log monitoring Evaluasi laporan Packing sakit, maka sanitasi dan monitoring dipulangkan kesehatan pekerja. sanitasi pekerja. Evaluasi laporan untuk istirahat Log laporan hingga sembuh tindakan koreksi tindakan koreksi Kepala Jika parah, Log laporan Packing maka diantar ke analisis mutu. rumah sakit.
173