L-1
DAFTAR PERTANYAAN IN-DEPTH INTERVIEW (PENGIKLAN)
1. Bagaimana Bapak / Ibu dalam mengantisipasi kian beragamnya media terkait dengan strategi penempatan iklan perusahaan? 2. Berdasarkan pengalaman Bapak / Ibu media apa yang paling banyak digunakan dalam beriklan? Bisa tolong dijelaskan lebih terperinci alasan memilih jenis media tersebut? 3. Pada kondisi seperti apa media lini atas dan lini bawah tepat untuk digunakan dalam memasarkan produk? Seberapa jauh perusahaan Bapak / Ibu memanfaatkan upaya integrated marketing communications? Apakah kenyataan ini akan mempengaruhi anggaran iklan ke televisi? Bisa Bapak / Ibu Jelaskan dengan lebih terperinci? 4. Bagaimana pandangan Bapak / Ibu mengenai stasiun televisi sebagai medium dalam beriklan? a.
Apakah peranan TV sangat penting bagi pengiklan? Bisa dijelaskan?
b.
Melihat pola kebiasaan sebagian besar masyarakat kita, apakah medium ini dirasa sangat efektif dalam menunjang kegiatan periklanan?
c.
Bagaimana perusahaan Bapak / Ibu mengantisipasi tv clutter dan fenomena zapping yang mungkin terjadi ketika commercial break?
5. Kriteria stasiun televisi seperti apa yang dirasa ideal untuk dijadikan medium dalam beriklan? Bisa tolong dijelaskan lebih rinci? a. Apakah rating menjadi pertimbangan penting bagi Bapak / Ibu dalam memasang iklan di TV? b. Bagaimana dengan kualitas program? Mana yang lebih penting?
6. Apakah boleh saya mengetahui stasiun televisi mana yang selama ini banyak dipakai sebagai saluran dalam beriklan? Mengapa memilih stasiun tv tersebut? Bisa tolong dijelaskan dengan lebih terperinci? 7. Menurut Bapak / Ibu bagaimana prospek stasiun televisi kedepannya sebagai medium dalam beriklan di tengah persaingan dan poliferasi media yang terjadi saat ini? Bisa tolong dijelaskan lebih rinci?
L-2
DAFTAR PERTANYAAN IN-DEPTH INTERVIEW (MEDIA AGENCY) 1. Bagaimana Bapak menggambarkan peta persaingan media di Indonesia? Media-media apa saja yang dianggap penting untuk mendukung kegiatan periklanan. Bisa tolong dijelaskan lebih rinci? 2. Menurut pandangan Bapak, seperti apa persaingan pendapatan iklan yang saat ini terjadi di industri media? 3. Apa saja yang dicari oleh para pengiklan dalam memilih media sebagai channel untuk memasarkan produknya? 4. Melihat perilaku sebagian masyarakat di Indonesia, kira-kira kedepannya media manakah yang memiliki prospek potensial dalam meraih market share terbesar terutama dari sisi audience? 5. Menurut pendapat Bapak bagaimana kondisi industri televisi di Indonesia saat ini? 6. Menurut Bapak, apakah stasiun-stasiun televisi yang ada saat ini sudah cukup menayangkan program-program yang sangat diminati oleh sebagian besar masyarakat kita? 7. Berdasarkan pengalaman Bapak di lapangan, selain rating program, indikator apa lagi yang menjadi pertimbangan para pengiklan dalam memilih stasiun televisi mana yang dipilih untuk memasarkan produknya? 8. Bagaimana pandangan Bapak mengenai Metro TV? 9. Apakah program-program yang ditayangkan Metro TV sudah cukup menarik dan bervariasi? 10. Seberapa besar pengaruh rating program televisi terhadap para pengiklan? 11. Menurut Bapak strategi seperti apa yang harus dilakukan Metro TV untuk mengatasi permasalahan rating yang sedang di alaminya saat ini? 12. Berdasarkan pengalaman Bapak, profil perusahaan seperti apa yang biasanya menjadi pengiklan di Metro TV?
L-3
HASIL IN-DEPTH INTERVIEW Berikut hasil In-depth Interview dengan nara sumber dari pihak pengiklan: 1. Bagaimana Bapak / Ibu dalam mengantisipasi kian beragamnya media terkait dengan strategi penempatan iklan perusahaan? Bapak Nugroho Setyo Utomo Hanya akan fokus di mana customer kita kemungkinan bergerak, itu saja. Jadi seperti majalah, semakin lama semakin banyak, kita harus memilih, tidak mungkin semuanya diakomodir karena budget juga terbatas. Biasanya kita ambil saja missal untuk motor kita ambil majalah motor plus karena memamng dari survey AC Nielsen rata-rata pengguna motor akan baca kesana. Basicnya sekarang datanya masih pake AC Nielsen sama seperti yang lain, kita tidak punya pilihan lain. Pihak kami punya namanya media planner, jadi setiap bulan mereka akan review bagaimana placement kita dibulan sebelumnya terus kemungkinan pemirsa trendnya di mana. Media planner bikin fore cast untuk bulan kedepan, kemudian kita akan putuskan kita akan placement di mana dan itu kebetulan kita handle 3 brand yang kita komunikasikan secara masal: fastron, prima xp, dan enduro, kita sesuaikan dengan target segmen masing-masing. Jadi kalo fastron kan utnuk kelas top tier, kemudian prima xp untuk kelas middle, enduro untuk motor, jadi semua sudah diklasifikasikan berdasarkan target segmennya. Misalkan fastron, kita akan analisa; segmen fastron biasa paling tinggi ratingnya dimana, itu berarti kita kejar ke sana, atau tipikalnya akan nonton apa; biasanya kalo orang – orang A+ akan suka nonton news atau berita maka kita akan placement di liputan 6, kabar petang atau di metro hari ini. Kalau prima xp middle suka yang humor mungkin, atau suka yang movie kita pasang di bioskop trans TV. Kalo enduro mungkin suka tayangan racing, motor GP seperti itu. Bapak Syah Rizal Hamdallah Kalo di dunia marketing, kita punya agency yang bertindak sebagai media planner. Di dalam media planner itu ada strategic media dan investment, maksudnya strategic media itu adalah mereka yang akan memberikan rekomendasi ke kita, which one is the best untuk kategori kita, untuk brand kita, dan untuk mencapai objektif yang sudah kita set di awal. Misalnya, saya ingin share of voice saya yang tadinya dari 20 naik ke angka 50. Saya ingin share of voice saya yang tadinya dari angka 50 diturunin ke 40. Saya ingin saya punya spot dari yang satu tahun 2000
L-3
spot menjadi 5000 spot. Saya pingin dari target market yang saya set, minimum satu orangnya melihat iklan saya di atas 5 kali. Itu semua bisa diukur oleh mereka, ada semua skala, toolsnya dan lainlainnya nanti mereka purpose ke kita. Mereka sebagai konsultan kita, dan mereka akan offer ke kita the best strategy untuk media bagi brand tertentu. Nanti ada tim investment, yang tadi saya bilang. Investment itu lebih ke mereka yang deal langsung dengan station tv nya, dengan printnya, dengan radionya untuk menego harga, menego paket, menego schedule, seluruhnya sesuai dengan campaign schedule yang kita agree di awal. Pada saat menego itu biasanya semuanya diserahkan ke agency? Pada saat nego semuanya di serahkan ke pihak agency, kita tidak boleh involve langsung ke media, karena kenapa? Karena kita ini multi national company maka kita harus menggunakan agency yang sudah di sertifikasi, karena kalo kita yang nego langsung nanti harganya bisa beda-beda. Jadi kita kan bukan kayak orang di pasar yang harganya dari A terus ganti orang tiba-tiba berubah jadi B, tapi kita mau yang fixed price dan mereka sudah punya special price in package bentuknya dan mereka menego untuk seluruh brand yang jauh lebih murah.Mereka sudah expert dan mereka memang bekerjanya di situ. Dan itu hampir semua perusahaan begitu. Hanya untuk perusahaan-perusahaan yang mungkin belum begitu besar yang menego secara langsung. Bapak Arif Hendarin Jadi kalo di mobile 8 jujur saya belum begitu paham sepenuhnya karena saya baru sekitar 2 bulan di sana. Namun kalo di Danone kita sih basically prosesnya kita submit dulu semacam marketing plan ke media agency kita this is what we want dari time line, budget, dan kita kan nada target tahun depanya itu dari segi GRP, CRP, dan marketing communication objectives nya. Nah dari situ nanti media agency nya akan come up nih dengan media plan yearly nya. Misalkan kita mau campaign event seperti Aqua commitment atau Aqua family day, jadi campaignnya banyak. Dari situ si media agency mesti tau targetnya siapa, typical demografinya apa, terus kira-kira media strategy yang tepat untuk meeting those target itu apa, nanti mereka submit beberapa option ke kita misalkan untuk placement di Kompas atau di stasiun TV mana aja yang sesuai ama targetnya. Nanti mereka akan come up dengan respond an perhitungan seperti GRP berapa dari situ akan di dapat CPRP atau Cost Per Rating Point berapa. Kemudian nanti kita akan dapet gambaran berapa besarnya budget yang akan di spend per tahunnya. Nah dari situ kita adjust lagi dengan budget kita agar sesuai dengan dana yang ada. Namun media plan itu sifatnya tidak fixed ya, jadi some times kalo kita ingin ubah atau kalo ada cancellation itu kita bisa very flexible untuk ganti-ganti. Jadi kalo pertanyaannya untuk mengantisipasi beragamnya media ya biasanya kita melakukan konsultasi dengan media agency kita.
L-3
Saat ini kan conventional media sudah begitu mahal ya, nah disini kita juga bisa reinforced media agency kita untuk to be more creative. For example untuk project tertentu misalkan lebih fit dengan internet ya kita juga terbuka untuk menerima masukkan seperti itu, atau mungkin dengan PR saja. Jadi tidak melulu harus dengan conventional above the line media. Bisa juga denga BTL brand activation yang lebih kena, dibanding kita pasang di TV yang miliaran itu jadi mendingan kita pilih yang cost effective lah. Bapak Lody Lukmantoro Kalo kita mau mengadakan kegiatan misalnya menjual produk tertentu biasanya kita dapet riset atau insight-insight sebenernya orang yang pake produk kita ini ada di mana kebanyakan dan dia berinteraksi dengan siapa saja. Biasanya itu dari internal atau dari media agency kita. Mereka kasih tau target audience produk kita biasanya kegiatannya seperti ini nih rutinitasnya seperti misalnya suka nonton tv. TV nya suka nonton apa misalnya dia suka nonton sinetron atau kuis, game nah itu semua ada datanya. Kemudian selain nonton tv misalnya dia juga suka baca majalah nah majalahnya yang seperti apa. Terus misalnya dia juga suka pergi ke bioskop, semua itu ada data-datanya. Nah ketika kita akan menjual produk kita musti kemana berarti. Dari data-data tadi kita pilih misalnya oke kita pasang di tv, kita hitung-hitung proporsinya, kemudian kita masuk ke radio, majalah atau ke lain-lainya. Bahkan mungkin saja bisa masuk ke face book atau ke friendster karena sekarang sedang trend, namun kembali lagi kita lihat seberapa banyak orang yang punya internet kemudia pake friendster atau face book. Jadi saya mengejar si target market ada dimana dan dia berinteraksi dengan siapa saja, nah itu yang kita lihat biasanya. 2. Berdasarkan pengalaman Bapak / Ibu media apa yang paling banyak digunakan dalam beriklan? Bisa tolong dijelaskan lebih terperinci alasan memilih jenis media tersebut? Bapak Nugroho Setyo Utomo Proporsinya masih tetap lebih besar ke televisi. Sekitar average 30% dari total budget perusahaan. Kita punya average total budget media lebih kurang sekitar 40%. Jadi televisi lebih kurang sekitar tiga perempat dari total budget media yang disediakan perusahaan. Bapak Syah Rizal Hamdallah Kalo untuk media itu tetep dipegang oleh TV, karena itu adalah channel yang paling cepat untuk raise awareness, channel yang paling cepat untuk memberikan kontribusi dalam impulse buying berefek pada orang belanja. Nah itu yang paling cepet kalo kita mau lauching produknya langsung yang bikin orang ‘ngeh’ jadi at the end itu yang paling tinggi. Jadi mau saya di Unilever, saya di sini, saya di Nestle, as always itu yang namanya
L-3
TV selalu memegang paling banyak. Kecuali untuk beberapa brand yang pernah saya pegang strategically kita memang tidak lari ke TV, tapi mungkin brand itu sudah saking besarnya jadi gak perlu lagi support ke TV karena orang disebut namanya aja udah tau kalo brand itu adalah ini. Nah itu kita perlu pake strategic lain, yang objektifnya kembali kita sudah set di awal tahun. Seperti sales kah? mau direct consumer kah? banyak sekali strategi-strateginya itu dan kita harus bergerak melalui alternative channel dari media yang ada dan tidak harus selalu ke TV.
Bapak Arif Hendarin Media yang paling banyak digunakan, kembali lagi ke budget, itu yang pertama. Kemudian yang ke dua seberapa besar exposure yang kita inginkan. TV is the most expensive tapi mass exposure. Kita lihat lagi is it meeting the target. Kalo di Danone itu sendiri mostly tetep sih pake TV sama print ad sih biasanya, radio kecil sekali gak teralu banyak, bill board juga gak banyak. Bapak Lody Lukmantoro Sekarang ini memang tv adalah yang paling besar, pertimbangannya karena tv itu coveragenya sudah luas, dan dia nasional. Ada cara lain selain dengan beriklan di TV, karena kalo iklan tv saja belum tentu menjamin target market kita membeli produk. Cara lain itu dengan below the line itu kalo dihitung aktivitas below the line untuk mendapatkan orang tentu jumlahnya jauh lebih sedikit, otomatis efektifitas uangnya jadi lebih besar. Jadi kalo misalnya peke tv kita bisa dapet 1000 orang, 1 juta orang tapi belum tentu beli. Nah kita bisa dapetin 1 juta orang yang pasti beli tapi biayanya lebih mahal karena menggunakan below the line. Jadi above the line melalui tv masih digunakan sampai saat ini karena pertimbangan-pertimbangan tadi. Kalo untuk produk consumer goods memang tv merupakan pilihan yang paling tepat sekarang ini, karena kita tau tv dapat menjangkau dari Sabang sampai Merauke. Tapi seperti kita ketahui itu semua hanya dari segi awareness dan tidak bisa mentrigger ke pembelian. Kalo mau sampai ke trigger bisa dengan direct marketing, atau telemarketing, jualannya lebih ke individu tapi jumlah biayanya pasti lebih mahal, bisa dapet sampai jualan tapi biaya yang dikeluarkan juga besar. 3. Pada kondisi seperti apa media lini atas dan lini bawah tepat untuk digunakan dalam memasarkan produk? Seberapa jauh perusahaan Bapak / Ibu memanfaatkan upaya integrated marketing communications? Apakah kenyataan ini akan mempengaruhi anggaran iklan ke televisi? Bisa Bapak / Ibu Jelaskan dengan lebih terperinci?
L-3
Bapak Nugroho Setyo Utomo Kalo di kita, semua kegiatan promosi harus in line, jika budget media sebesar 40% sisanya ke kegiatan promosi yang lain, karena promosi kan tidak hanya iklan, ada kegitan lain seperti sponsorship, event, sales promo, itu juga makan biaya banyak karena area operasi kita kan secara nasional dan tiap-tiap daerah punya karakteristik tersendiri. Seperti yang saya bilang tadi harus in line, jadi kadang ketika kita campaign iklan TV duluan yang muncul kemudian disupport oleh kegiatan below the line. Atau bisa sebaliknya, kita bikin event BTL terus kita expose dalam bentuk iklan pendek di TV, jadi kombinasi. Intinya kalo kita berbicara tentang komunikasi sebaiknya yang ideal adalah semua terintegrasi. Artinya ketika kita campaign produk ‘A’ dia harus satu tema mulai dari materi TVC nya, kegiatan BTL nya, dan lainlain itu semua pasti harus satu tema. Bapak Syah Rizal Hamdallah Saya adalah seorang marketer yang percaya bahwa dua-duanya harus berjalan secara bersamaan. Komposisi 40 : 60 atau 70 : 30 fine, tapi yang pasti itu kita gimana setting campaign nya. Jadi iklan jalan dulu di TV di radio, print, jalan 2 minggu, product availability sudah ada di pasar. Strategi TV itu paling bagus untuk product yang lauching, kenapa? Karena itu paling bagus untuk awareness nya seperti yang tadi saya bilang. Kalau tidak re launched atau ada perubahan, atau ada tambahan informasi misalnya susu ini yang tadinya dengan vitamin A sekarang plus dengan B, dulu make up anti aging sekarang plus dengan vitamin E, yang tadinya bentuknya pake botol sekarang diubah pake pouch, nah itu kan informasi baru dan itu biasanya selalu dengan TV. Jadi yang namanya lauching atau relauch ekspektasinya selalu TV adalah tools nomer satu. Tapi bila brand itu sudah establish di market dan tidak ada new news bagi konsumen, ga usah pake TV ataupun ada di lower level maintenance. Supportnya adalah dengan banyak ke bellow the line. Tapi kalo saya ditanya jika akan lauching product saya pasti akan kasi komposisi 60: 40, 60 untuk above the line sisanya saya akan larikan ke bellow the line dan semuanya harus serentak. Biar efeknya ketika mereka lihat di TV kemudian hari sabtu minggunya dia jalan ke super market atu dia jalan ke tempat hang out dia ketemu lagi, jadi meeting point nya ketemu. Jadi ibaratnya kita sebagai figur manusia itu istilahnya otaknya, matanya, semua indera kita dihantam oleh campaign yang bersamaan. Akan lebih efektif. Jadi keduanya itu harus saling terintegrasi. Di dalam marketing kita tidak bisa menyebutnya sebagai separate, kadang kala kalo kita Cuma bellow the line orang gak ‘ngeh’ jadi kita cuma fokus ke beberapa orang. Kalo kita bikin event di sekolahan, berapa sih muridnya, sekolahnya sekolah mana, daerahnya Jakarta mana, itu kan sangat segmented. Jadi makanya saya tidak percaya dengan yang terpisah, saya harus integrated. Itu yang namanya integrated brand communication.
L-3
Bapak Arif Hendarin Itu semua tergantung kita mau lebih tingkatkan brand value nya atau brand equity nah itu lebih ke awareness, lebih ke education, itu larinya ke ATL. Cuma sekarang balik lagi ke perusahaan saya dulu yaitu Danone, tujuannya lebih ke akusisi pelanggan. Sementara dari brand tracking yang kemarin-kemarin kita placement di Koran, di TV, itu semua terbukti tidak efektif. Jadi kalo kondisinya seperti itu kita akan stop ke ATL dan kita akan lebih fokus ke activation lebih ke BTL. Jadi bener-bener yang langsung ke direct selling, atau sampling, dan lain-lain. Pada konsisi maturity dari product nya itu sendiri. Kalo product life cycle nya masih baru tahapan lauching itu memang harus gencar di mass market dulu dengan TV yang jangkauannya mass gitu ya. Namun kalo Aqua itu kan adalah product yang sudah mature ya, jadi kombinasi lah antara ATL dengan BTL. Kalo produk baru biasanya lebih banyak ke TL dulu namun BTL juga harusjalan bersamaan dengan itu. Kalo di industri telco ini saya masih baru, namun kita disini sudah sangat terstruktur semuanya sudah ada based nya. Namun saat ini belum di telco belum terlalu integrated sekali kadang masih terpisah-pisah. Bapak Lody Lukmantoro Sebenarnya untuk integrated marketing communication itu sekarang ini sedang digembar-gemborkan, di mana diharapkan message yang kita sampaikan dari semua titik itu sama semua, satu tema. Yang paling baik adalah mengkomunikasikan satu message yang sama dan untuk timing bagusnya berbarengan atau setidaknya tidak lebih dari 1 bulan. Implementasinya kita harus explore semua channel yang ada di sekitar target market kita, namun tetep masih kita harus rasionalisasi apakah kita punya biaya yang cukup untuk memadukan keduanya dan efeknya bisa tepat sasaran. Sebenarnya yang plaing penting dari semuanya adalah ketersediaan produk di pasar. Sebagai contoh ketika lauching produk, ini diharapkan semuanya bisa berbarengan. Namun dalam prakteknya untuk keduanya bisa jalan bersamaan tidak semudah yang dibayangkan. Sebetulnya yang paling bagus adalah produk itu ada dulu di pasar. Buat apa kita pasang iklan tibatiba produknya gak ada, saying dong. Jadi availability dan distribusi produk adalah sesuatu yang harus diperhatikan. Distribusi sudah ok baru kita pasang iklan, itu semua bisa direncanakan. 4. Bagaimana pandangan Bapak / Ibu mengenai stasiun televisi sebagai medium dalam beriklan? a. Apakah peranan TV sangat penting bagi pengiklan? Bisa dijelaskan? Bapak Nugroho Setyo Utomo Penting, terutama untuk awareness produk ke masyarakat.
L-3
Bapak Syah Rizal Hamdallah Penting. Sebenernya kalo ngomongin harga sih mahal ya untuk kita sebagai pengiklan. Tapi saat ini ga ada media lain yang bisa memberikan efek yang sebegitu besar dan cepat terhadap awareness product kita. Cuma TV yang paling cepet we have no choice. Bapak Arif Hendarin TV pasti penting ya. Namun durasinya terbatas sehingga biasanya messagenya lebih seperti single message. Sementara kalo di koran messagenya bisa lebih comprehensive. Jadi biasanya di mix, kalo TV lebih ke e-message nya kalo koran messagenya bisa lebih terperinci. Bapak Lody Lukmantoro Secara keseluruhan tv memegang peranan yang penting dalam beriklan, namun kembali lagi tujuan apa yang hendak kita capai di awal perencanaannya. Untuk produk yang sifatnya mass TV sangat penting mengingat coveragenya yang luas. b. Melihat pola kebiasaan sebagian besar masyarakat kita, apakah medium ini dirasa sangat efektif dalam menunjang kegiatan periklanan? Bapak Nugroho Setyo Utomo Kalo dari sisi awareness sih pasti ada manfaatnya, karena satu stasiun TV nasional kan dilihat oleh sekian juta orang. Paling tidak dari sisi awarenessnya kita dapet. Mengenai efektifitas nanti pihak agency yang akan mengukur dengan CPRP (Cost per Ratting Point), setiap bulan kita akan review. Bapak Syah Rizal Hamdallah Kalo saya lihat sih efektif, terutama kalo kita punya targetnya produknya perempuan. Karena boleh dikatakan 70% yang menonton TV adalah perempuan bila dibandingkan dengan laki-laki. Kenapa, ibu rumah tangga is the biggest market. Kemudian secara kepndudukan pun jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki. Setelah itu ibu rumah tangga dibanding ibu pekerja lebih banyak ibu rumah tangga, terus jam pulang sekolah dengan jam pulang kerja beda.Jadi untuk barang perempuan semua decision yang diambil seorang ibu atau diambil seorang wanita itu TV yang berpengaruh. Kalo cowo itu bisanya dengan word of mouth kayak contohnya barang elektronik, handphone, I-pod, I-phone itu kan cowo banget, awalnya gak ada iklan TV kan, tapi mulut ke mulut karena laki-laki lebih percaya dengan kualitas, technology itu lebih ke brand related sama personality yang without diiklanin pun saya akan cari, tapi kalo perempuan engga, lebih mudah biasanya ter influence, switching nya tuh gampang jadi makanya sasaran yang paling empuk.
L-3
Bapak Arif Hendarin Efektif dalam hal reaching iya, umumnya untuk awareness kebanyakan orang taunya dari TV. Saya rasa masih efektif ya. Bapak Lody Lukmantoro Iklan tv bisa dikatakan efektif karena sebagian besar masyarakat kita suka nonton TV. Namun kembali lagi ke target audience produk kita, kalo memang produk kita untuk kalangan menengah atau menengah kebawah yang memang jumlahnya banyak menurut saya TV sangat efektif. Kalo perusahaan kita lebih liat stasiun TV nya dan alokasi dari masing-masing percentage stasiun TV tadi. c. Bagaimana perusahaan Bapak / Ibu mengantisipasi tv clutter dan fenomena zapping yang mungkin terjadi ketika commercial break? Bapak Nugroho Setyo Utomo Yang pasti dalam beriklan kita mencari program dimana terdapat customer kita. Mengenai fenomena zapping, itu tidak mungkin dihindari namun demikian report dari pihak agency datanya akan sangat berperan, kira-kira berapa persen pengurangan viewership dari suatu program ketika jeda pariwara, nah dari situ bisa kita review lagi. Bapak Syah Rizal Hamdallah Oke yang pertama kita kan punya strategic planer yang akan membantu kita. Yang pasti kita ada rating. Kita akan pake rating sebagai benchmark kita buat sebuah acara dan sebuah tv yang akan kita pasang iklan di dalamnya. Misalnya saya gak mungkin akan iklan ke global tv karena produk saya buat ibu-ibu. Jadi saya gak akan pake global tv, saya sudah buang. Saya fokus ke beberapa stasiun TV yang memang targetnya ibu-ibu itu ada ratingnya buat stasiunnya. Acaranya yang mana, mau infotainment, news, sinetron, series, drama atau apa itu juga ada rating-ratingnya. Jamnya mau prime time atau non prime time semuanya bisa kita atur. Tapi bila kondisinya uangnnya gak banyak, kita harus sangat-sangat pintar. Makanya sekarang banyak yang beriklan di dalam gosip, banyak sekali yang sinetron tiba-tiba nyelip iklan-iklan di dalamnya. Karena itu gimana caranya kita harus kreatif bersama dengan temen-temen dari media ini untuk mengakali agar efektif dari uang yang kita punya. Banyak kok strateginya, salah satunya dari yang saya sebutkan barusan. Bapak Arif Hendarin Paling bagus sih placement itu pada saat awal commercial break dan terakhir sebelum commercial break berakhir dan mau masuk lagi ke programnya. Namun fenomena zapping tetap tidak bisa terhindari oleh
L-3
karena itu kita harus bener-bener bahwa investasi yang kita lakukan melalui iklan ini sudah ada di tempat yang tepat seperti stasiun TV nya atau pun jenis program di mana kita menempatkan iklan kita tersebut dan mampu mendeliver kita punya marketing communication objective itu. Bapak Lody Lukmantoro Kita melihat penempatan posisi iklan kita. namun sebenarnya kita pun mempunyai metode lain nya yaitu jaminan rating dari tv station. 5. Kriteria stasiun televisi seperti apa yang dirasa ideal untuk dijadikan medium dalam beriklan? Bisa tolong dijelaskan lebih rinci? a. Apakah rating menjadi pertimbangan penting bagi Bapak / Ibu dalam memasang iklan di TV? Bapak Nugroho Setyo Utomo Rating penting, namun demikian balik lagi ke program. Trendnya sekarang bukan memilih stasiun televisi mana yang akan kita pasang iklan di dalamnya, tapi program apa yang diminati pemirsa yang menjadi target market kita. Jadi beli iklannya bukan by TV station melainkan berdasarkan program. Misal RCTI atau SCTV selalu bilang dia nomer satu. Kita pasti akan lihat, nomor satunya di mana? Kalo memang program sinetron yang nonton banyak ibu-ibu ya itu kita minimalis. Tapi kalo yang nonton banyak dari kalangan male, masi muda itu pasti yang akan kita kejar. Jadi lebih banyak by program disbanding nama stasiun TV nya. Bapak Syah Rizal Hamdallah Peting. Buat produk saya ini mungkin karena saat ini saya sedang fokus ke Bayclean pembersih dapur yang lebih ke premium market, jadi saya mencari kelasnya sesuai dengan segmentasi saya pastinya. Yaitu wanita dengan target marketnya A dan B, usia diatas 22-39 tahun dan dia adalah TV life style program-programnya juga life style, sehingga saya akan tab in kesana. Beda kalo saya megang produk yang sangat rural contohnya minyak goreng, atau mie yang lebih mass, maka saya harus advertise ke semua. Karenakenapa dia sudah mencakup semua A, B, C, D. Tapi karena produk saya sudah lebih fokus ke A, B saya pilih aja dari stasiun TV itu mana yang lebih ke A, B. Saya gak mungkin ke TPI karena TPI untuk lower class. Jadi saya akan seleksi, stasiunnya, programnya buat AB market. Saya lebih melihat ke stasiun baru ke program. Stasiun tetep dipilih baru abis itu program. Karena kan daya jangkauannya berbeda-beda, kalo Indosiar dan RCTI dia nomer satu sekarang in term of coverage. Trans TV dan Trans 7 masih kecil coveragenya. Jadi tergantung
L-3
produk saya se-mass apa, kalo produk saya sangat mass di Indonesia, saya harus pake Indosiar dan saya harus pake RCTI, karena nanti saya gak bisa menjangkau yang ada di kepulauan mana-kepulauan mana. Daya jangkau juga menjadi pertimbangan. Jadi skala produk dulu se massive apa baru pilih TV stationnya. Kenapa saya tidak pilih program, karena saya tidak bisa berbohong, contohnya saya pribadi, saya bukan orang yang suka menonton Indosiar. Saya bukan orang yang suka nonton SCTV karena saya tidak menyukai visualnya SCTV, karena dia gelap. Saya adalah orang yang suka nonton Trans TV. Sehingga dari situ saya tau programprogramnya. Tapi kalo ditanya, program di Indosiar, di Global TV saya blank. Apa lagi target market saya, orang wanita bekerja mostly, dia cuman punya waktu sabtu minggu dia nontonnya paling insert, jadi clear apa yang dia tonton kalo engga dia switch ke kabel TV. Jadi saya ke stasiunnya dulu baru saya gali ke programnya. Bapak Arif Hendarin Ya. Untuk mobile 8 saat ini kan kita ada dibawah MNC group ya, di MNC kita ada kebijakan group jadi kita hanya boleh beriklan di RCTI, TPI dan Global TV yang merupakan stasiun TV milik MNC juga. Which is kita juga berasanya juga agak kurang efektif karena ya segmennya tidak semuanya sesuai dengan target market kita. Misalnya TPI kan cenderung lower class, RCTI lumayan agak tinggi sih. Bapak Lody Lukmantoro Ya penting. Pemilihan tv itu bergantung pada jenis produk kita. Kalo produk kita sudah ada dari Sabang sampai Merauke, tv boleh dipake. Namun kalo produk kita baru tersedia di Jakarta, ngapain pake tv yang coveragenya luas. Bisa saja pake tv lokal namun kita harus liat lagi profil penontonya, efisiensinya dan efektifitasnya. Atau ya cara yang paling umum dan sering digunakan ya dengan below the line tadi. Penempatannya pun kembali lagi kita lihat coveragenya dari masingmasing TV station. Misalnya lebih banyak pasang di RCTI dan Indosiar karena pertimbangan banyaknya transmitter yang mereka miliki. Jadi semua kembali lagi ke produk kita mau dikomunikasikan seluas apa. Kalau mau seluruh Indonesia ya kita kemungkinan besar pake RCTI, Tapi tidak perlu semua budget lari kesana, misalnya hanya 20% dari alokasi biaya.
L-3
b. Bagaimana dengan kualitas program? Mana yang lebih penting? Bapak Nugroho Setyo Utomo Keduanya penting, tapi kita pertama kali pasti akan liat program dulu baru cari yang ratingnya tergolong tinggi. Bapak Syah Rizal Hamdallah Menurut saya 50-50 ada satu presentase yanga kan membuat saya naikin atu turunin saya ambil yang ini atau yang lain. Ya itu tadi balik lagi ke stasiunnya. Bapak Arif Hendarin Selama ini saya lebih lihat ke rating. Karena kalo rating tinggi artinya CPRP kan juga semakin baik. Bapak Lody Lukmantoro Kita gak terlalu melihat ke program. Asalkan dirasakan program itu masuk dan tidak terlalu ekstrim ya kita placement di sana. Namun umumnya program-program tv hampir semua match ya dengan produk kita yang memang mass. Perusahaan kita punya media agency yang akan mengatur alokasi pemasangan iklan. Kita tidak terlalu melihat dari sisi kualitas dan rating. Yang menjadi pertimbangan utama kita itu reach dan frekuensi, jadi kita lebih liat berapa besar jangkauan orang nonton iklan kita. Nah kita ada metode yang digunakan perusahaan kita untuk meyakinkan bahwa kedua objective itu tercapai. Jadi kita tidak terlalu lihat rating dan kualitas program. Penempatan iklan pun kita tak terlalu pikirkan, semua kita serahkan ke agency yang penting objective kita tercapai. Jadi dalam prakteknya ketika memasang iklan ada dua tujuan kita, berapa banyak orang yang nonton dan berapa kali mereka nonton iklan kita. Semuanya itu ada hitungannya tersendiri untuk menjadi pertimbangan dalam pemilihan rating dan program baru setelah itu kita lihat biayanya. Jadi kita berangkat dari tujuannya mau brp orang yang lihat? Berapa kali tiap orang tadi melihat iklan kita, bukan dari pilih stasiun A terus pilih program. Kesimpulannya kembali lagi ke tujuannya, kemudian analisa perhitungan jumlah orang yang menonton, frekwensi menonton dan biayanya. Semua perhitungan tadi disediakan oleh media agency kita. Kita tinggal berika briefing begini: oke ini produk baru, kemudian kita kasih tau produk kita, targetnya siapa, tujuannya apa, distribusinya maunya gimana. Nanti media agency buatkan alternative-alternatif proporsi sebaran iklan kita di stasiun mana saja. Nah jadi kita bukan tipikal yang bisa bilang seperti ini “kemarinkan lagi seru-serunya mama mia tuh, kok
L-3
disana ga ada iklan saya yah? iklan saya gak kelihatandi program itu”. Tidak seperti itu cara main kita. Bukan lihat dari program mana yang bagus. Meskipun setelah itu ada justifikasi terkait dengan kualitas program “kok programnya jelek-jelek yah” ya itu boleh-boleh aja. Namun tetap metodenya seperti yang saya jelaskan tadi.
6. Apakah boleh saya mengetahui stasiun televisi mana yang selama ini banyak dipakai sebagai saluran dalam beriklan? Mengapa memilih stasiun tv tersebut? Bisa tolong dijelaskan dengan lebih terperinci? Bapak Nugroho Setyo Utomo Yang pasti kita lebih banyak pilih stasiun televisi nasional disbanding lokal atau berlangganan. Boleh dibilang kita jarang atau tidak pernah pasang di tv lokal karena ya itu tadi balik lagi ke program. Kita juga ragu apakah tv lokal programnya ditonton masyarakat setempat atau tidak. Kecuali Bali TV, kalo Bali TV mungkin masi ditonton orang Bali, tapi kalo TVlokal lain belum jelas. Kita juga punya beberapa kantor cabang di daerah selalu kita minta reportnya; selama ini tidak ada yang suggest untuk pasang iklan di tv lokal. Kecuali kalo memang ada request khusus untuk pasang di lokal itu pun bru kita akan pertimbangkan. Untuk stasiun TV nasional proporsinya hampir merata di semua stasiun TV, bedanya paling sedikit-sedikit. Stasiun yang rutin itu biasanya RCTI, SCTV, Trans TV, Trans 7, TV One dan Metro TV. Bapak Syah Rizal Hamdallah Trans dan RCTI karena sesuai dengan target market saya A dan B. Trans meskipun daya jangkaunya belum maksimal tidak menjadi masalah karena produk saya Bayclean baru tersedia di Jabodetabek, Surabaya, Medan. Waktu saya megang Blue band saya masangnya di Indosiar, RCTI, dan TPI. Karena beda Blue band ada di maa-mana jadi saya harus me manage. Bapak Arif Hendarin Kalo di Mobile 8 berhubung sudah ada kbijakan perusahaan seperti yang saya bilang tadi makanya ya kita hanya bisa iklan di stasiun TV yang memang under MNC group. Bapak Lody Lukmantoro Hampir merata dari ke sepuluh stasiun tv swasta yang ada. Pemilihan stasiun TV menjadi part of our strategy, jadi saya gak bisa bilang saklek kita banyak pasang di TV A. Karena seperti tadi saya bilang kita banyak berdiskusi dengan media agency kita dan mereka yang mengatur semuanya berdasarkan objektifits kita yang sudah diset dari awal.
L-3
7. Menurut Bapak / Ibu bagaimana prospek stasiun televisi kedepannya sebagai medium dalam beriklan di tengah persaingan dan poliferasi media yang terjadi saat ini? Bisa tolong dijelaskan lebih rinci? Bapak Nugroho Setyo Utomo Balik lagi tergantung program, ada beberapa stasiun televisi yang saya tahu kesulitan mencari pemasang iklan, bukan karena stasiun TV nya jelek atau apa tapi karena programnya ke pemasang iklan gak cocok dengan target audiencenya. Biasanya stasiun TV yang program-programnya tidak fokus atau terlalu general. Itu kita akan kesulitan melihat customer kita ada di acara mana sehingga menjadi tidak tepat sasaran. Stasiun TV yang sudah fokus seperti TV One atau metro TV itu malah lebih bagus karena kalo news orang pasti akan cari kalo gak ke Metro ya ke TV One sudah itu saja. Kalo cari sinetron pasti ke RCTI, SCTV. Kalo cari yang segar atau humor pasti ke Trans TV, untuk sport biasanya TV 7. Bapak Syah Rizal Hamdallah Kalo saya melihat saat ini ada trend media alternative yang mulai berkembang di masyarakat. Namun untuk replace TV saya rasa tidak, tetep TV adalah medium yang utama. Mungkin dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun ke depan masih akan seperti ini. Sampai suatu saat ada sebuah break through dalam dunia media yang akan mengubah semuanya yang which is saya juga gak begitu tau. Tapi persaingannya akan sangat berat, karena kenapa, they have to compete untuk menarik minta klien klien yang biasa pasang iklan di TV. Kita sudah benar-benar sedetail itu, dari mulai cari stasiunnya turun ke programnya, turun lagi, pokoknya kita kuliti. Jadi kita hanya mau membuang uang kita di tempat yang tepat. Maka itu saat ini terjadi persaingan antar stasiun TV yang begitu ketat. Keluar program termehekmehek kemudian gak lama keluar lagi program sejenis tapi di stasiun lain. Panas-panasannya bisa kita rasakan kalo kita mengamati sebagai pemirsa. Nah itu menunjukkan seberapa besar kompetisinya. Bapak Arif Hendarin Saat ini sepertinya TV masi menjadi yang utama. Namun kedepannya menurut saya akan larinya ke yang costnya kecil namun efeknya besar. Contohnya blog, you tube, friedster, face book, dan lain-lain. Bapak Lody Lukmantoro Saat ini TV itu masih tetap efektif namun kedepannya lama-lama akan tergantung perkembangan evolusi masyarakat Indonesia. Kalo menurut saya orang Indonesia lebih suka yang sifatnya customize untuk menimbulkan emotional bonding dgn para konsumen.. Nah itu semua bisa dilakukan melalui website, mobile marketing pakai sms. Saya rasa orang lebih senang dihargai secara individu kan, TV tidak bisa mengakomodir itu. Jadi ada kemungkinan akan berkembang ke era digital namun untuk
L-3
beralih tentunya kita harus mentelaah lebih lanjut penetrasi pengguna internet dan telekomunikasi di Indonesia. Prospek TV mungkin untuk 10 tahun kedepan masih sangatlah besar, namun seiring dgn pertumuhan media lain seperti digital mungkin saja bisa berkembang juga.
Berikut hasil In-depth Interview dengan nara sumber dari pihak media agency: 1. Bagaimana Bapak menggambarkan peta persaingan media di Indonesia? Media-media apa saja yang dianggap penting untuk mendukung kegiatan periklanan. Bisa tolong dijelaskan lebih rinci? Bapak Sitra Pramudja Jadi memang persaingan media di Indonesia itu semakin ketat sekarang. Karena secara kuantitas itu jumlahnya membanyak sekarang dibanding 5 atau 3 tahun terakhir. Kalo dilihat dari karakteristik media, media yang paling cepet dan berpengaruh sekarang itu ya televisi. Karena kenapa ya karena penetrasi dia tinggi. Sebetulnya setiap media itu punya karakterstik tersendiri, kaya televisi itu dia audio visual, artinya kalo kita liat iklan minuman misalnya, itu kan dia bisa menggambarkan kesegaran kan, itu semua terlihat dari ekspresi wajahnya. Kemudian dia bisa menggambarkan warnanya, oh iya bener tu sambel merah kayaknya wuenak. Jadi secara emosional itu kuat. Kalo kita di print media, dia kan gak bergerak cumin begitu aja, statik, sehingga ekspresinya kurang. Tapi dia punya karakteristik bisa dilihat berulang-ulang. Lain waktu dilihat lagi sehingga costnya jadi lebih rendah ya. Kalo televisi mau dilihat berulang-ulang kan pasangnnya harus banyak. Kalo di radio itu kita mendengar, cuma kalo di radio dia punya keistimewaan yaitu flexibilitas tinggi. Orang matanya setengah terpejam gitu, sebelum dia pingsan tertidur, dia masih sadar, pesan kita masih bisa masuk. Tapi televisi kan gak bisa, koran kan gak bisa. Kalo nonton tv itu kita harus duduk, kita harus lihat. Tapi radio itu bisa disambi. Contohnya coba liat ibu-ibu nonton tv, coba dia liat iklan terus dia sambil potong cabe gitu, bisa-bisa tangannya kena. Tapi dia bisa kerja, dia bisa denger. Bisa multi tasking ya kalo di radio itu gak harus fokus hanya mendengarkan radio. Nah itu salah satu kareakteristik keunggulan radio. Jadi kalo ditanya mana yang berperan, ya ketiganya itu berperan. Makanya sering kita beriklan dengan mix media. Jadi bukan hanya tv tok, dia pake print, dia pake juga radio. Karena ketiga media ini punya karakteristik yang berbeda-beda dan punya keistimewaan yang berbeda-beda pula.
L-3
Jadi umumnya planner itu menggunakan minimal tiga media ini, tv, radio, print. Terus kalo dia mau frekuensi banyak dia pasang out door. Dia pasang billboard misalnya, conntoh dia pasang billboard selama setahun satu orang kan bisa lihat iklan sebanyak seratus kali kan. Nah itu untuk enforcement di reminding artinya di frekuensi. Supaya orang itu teringat akan brand-brand itu. 2. Menurut pandangan Bapak, seperti apa persaingan pendapatan iklan yang saat ini terjadi di industri media? Secara umum, hampir lebih dari separo sekitar 57% dari kue iklan yang ada saat ini diserap oleh media televisi. Kemudian sekitar 26% itu baru ke koran, dan sekitar 5% ke radio karena radio itu memang murah, tv itu tarifnya mahal. Jadi ya sebagian besar uang ini larinya ke tv, nah televisi yang mana, ya itu dilihat lagi mana yang punya viewership yang tinggi. Biasanya Nielsen itu membuat ranking viewership, ini tv misalnya perharinya yang paling banyak ditonton oleh masyarakat itu tv yang mana sih. Ya itu terjadi persaingan di situ. Mungkin aja minggu ini Indosiar, RCTI, SCTV secara berurutan, minggu depannya sudah SCTV yang diatas. Jadi itu memang sangat dinamis sekali, tergantung programnya. Jadi kalo tv yang mendapat iklan terbanyak, ya gonta-ganti lah, tiap tahun itu gonta-ganti. Tapi mungkin akhir-akhir ini trans TV kali, karena program-programnya dia bagus ya. Artinya penontonnya banyak, jadi iklan kan cari penonton ya, nah penonton itu di tentukan oleh rating. Jadi biasanya biro iklan kalo melihat program itu pertama dilihat dari ratingnnya, mana ratingnya yang tinggi. Kemudian dilihat psikografis dari program itu, cocok gak program itu buat produknya. Misalkan saya punya produk sabun kecantikan, tapi rating yang tinggi misalnya itu ada di program sinetron tapi tentang penyakit kudis gitu loh. Haruskah saya pasang disitu, nah itu jadi pertanyaan. Biasanya dan harusnya, iklan kita gak pasang disitu. Karena sabun tadi kan sabun kecantikan, masa dipasang di sinetron yang bercerita tentang sakit kulit gitu. Nah mustinya disitu ya iklan obat-obat kulit yang banyak. Jadi kita cari relevansi ceritanya juga, tidak hanya rating. Dalam prakteknya, yang utama dicari memang rating, umunya rating. Kalo rating nya tinggi kemudian harganya murah, itu yang dikejar. Nanti baru lihat sinopsis programnya tentang apa, kalo cocok ya dimasukkan, namun kalo terlalu tidak cocok ya tidak dimasukkan. Secara umum berdasarkan tahun-tahun sebelumnya sampai hari ini memang tv yang selalu menjadi medium yang banyak menyerap pendapatan iklan. Lebih dari separo.
L-3
3. Apa saja yang dicari oleh para pengiklan dalam memilih media sebagai channel untuk memasarkan produknya? Kalo di tv iya, rating program masing-masing channel tv nya. Kalo di radio dicari segmentasi yang tepat untuk target audience dari produk itu. Misalkan gini saya punya produk yang ditujukan ke anak muda. Misalnya umurnya berapa, bisanya ditentukan oleh demografi. Misalnya antara umur 15-25 tahun, male dan female strata ekonominya menengah ke atas, nah kalo milih jenis radio apa coba? Prambors, gen FM. Ya begitu juga di koran sama, kalo kita mau menjangkau audience yang menengah ke atas mesti larinya ke kompas, dan lain sebagainya. Kalo menengah ke bawah ya pos kota, warta kota, jadi pilihannya harus sesuai dengan target audience produknya. Kecuali yang produk general, ya dilihat mana yang efisien, dan mana yang efektif. Tapi umumnya produk itu punya segmentasi tersendiri. 4. Melihat perilaku sebagian masyarakat di Indonesia, kira-kira kedepannya media manakah yang memiliki prospek potensial dalam meraih market share terbesar terutama dari sisi audience? Kalo dilihat dari habit dari masyarakat Indonesia ya, kemudian dilihat dari media yang tersedia ya, habit kita ini paling banyak ya nonton tv dan waktunya banyak. Kemudian kalo orang liat internet masih sedikit kan dan pada masyarakat tertentu, tapi dia berkembang ya naik terus. Baca koran itu sangat tergantung oleh banyak hal, kalo ekonomi lagi anjlok orang males juga langganan koran. Kalo di tv kan dia bebas ya, kecuali tv yang berbayar. Kalo radio kan paling murah ya. Jadi kalo menurut saya yang banyak berperan itu nanti televisi, televisi akan tetap berkembang. Radio karena kemudahannya, dan ekonomi kita kan belum establish banget gitu sehingga masa depan media-media tadi akan bagus. Kemudian media-media baru yang ditimbulkan oleh internet atau nanti hand phone juga akan menjadi medium juga. Karena hand phone bisa menjadi penyampai berita disamping dia punya karakteristik keistimewaan tersendiri. Handphone berada di tangan pemiliknya itu satu harinya bisa 12 hingga 16 jam. Kalo televisi kan ngga, kita palingg nonton tv kalo menurut SRI itu plus minus 4 jam untuk ibu-ibu kalo pria biasanya 2 jam. Mendengarkan radio itu menurut survei kira-kira 4 jam, kalo membaca koran atau majalah itu paling lama 2 jam perharinya. Jadi nanti hand phone akan menjadi medium karena setiap hari dia selalu berada di kantong penggunanya. Saya rasa berangsurangsur akan menuju kesana. Jadi kalo balik lagi ke pertanyaannya media mana yang berpotensi meraih share terbesar terutama sari sisi audience ya tetep televisi lah plus radio.
L-3
Karena kemudahannya dan karena kondisi ekonomi kita yang gak bisa drastic naik namun gradually naik secara berangsur-angsur. Tapi media-media yang akan datang kemungkinan besar dari hand phone itu mungkin, ya karena dia berada cukup lama di tangan pemiliknya dalam setiap hari. Apabila habit masyarakat menggunakan handphone ini terbentuk bukan tidak mungkin ini bisa menjadi medium baru. 5. Menurut pendapat Bapak bagaimana kondisi industri televisi di Indonesia saat ini? Kondisinya saat ini ya tadi, karena kuantitas sangat banyak, harga iklan gak bisa naik. Maksudnya begini dulu waktu stasiun tv hanya ada 4 channel, dulu sinetron si Doel itu ratingnya bisa 42 dengan harga cuman 20 juta, sekarang program yang ratingnya 9 itu harganya 40 juta, kan inflasi gitu lo, gimana bisa naik lagi. Karena banyaknya tv ini persaingan makin ketat, kalo secara individu jadi tv-tv itu terima duit gak sebanyak dulu, sedangkan dia beli program itu harganya gak turun, malah makin naik. Jadi marginnya makin tipis itu, bahkan ada yang rugi. Memang kondisi pertelevisian sekarang kalo programnya gak bagus, pemirsanya gak banyak, pemasang iklannya bersaing sekali ya ketat. Memang dia bisnis besar, namun cost nya juga tinggi. Saya kira kompetisi sekarang yang paling ketat ada nya di televisi. Satu tv itu seminggu harus menyediakan program kurang lebih 250 program. Jadi 250 program setiap minggunya, padahal ada berapa banyak channel coba. Anggaplah 14 stasiun tv, nah 250 program kali 14 stasiun, sekian ribu program yang harus dipilih oleh pemirsa untuk di tonton. Jadi pemirsa dimanjakan oleh program itu kan, channelnya zapping terus kan, bisa pilih yang mana saja, dan karakter pemirsa tv itu dia tidak loyal terhadap channel stasiun tv, dia loyal terhadap program, program mana yag bagus ya dia kejar, mau channelnya namanya apa kek. Misalnya dia seneng serial superman ya dimana superman itu distel kan, dia gak peduli channeling. Tapi kalo korang itu agak susah, kalo dia biasa baca kompas dia akan baca kompas terus, dia akan loyal. Begitu pun dengan radio, kalo dia biasa denger prambors, MTV, atau gen fm, masa mau disuruh dengerin radio kayu manis. TApi kalo di tv dia loyal terhadap movienya, sinetronnya. Nah beratnya tv disitu, karena dia tidak punya loyal viewership, kalo bagus programnya ya ditonton. Seperti olah raga deh, Mike Tyson mau main di Indosiar ya orang liatnya Indosiar, main di RCTI ya dia liat RCTI.
L-3
6. Menurut Bapak, apakah stasiun-stasiun televisi yang ada saat ini sudah cukup menayangkan program-program yang sangat diminati oleh sebagian besar masyarakat kita? Ya kalo diminati masyarakat harus dikotak-kotaki lagi masyarakat yang mana gitu karena masyarakat kita sangat majemuk dan beragam. Saat ini terjadi kontroversi, orang-orang budayawan dan kalangan pendidik itu protes karena peristiwa mutilasi ditayangkan dengan begitu detail. Tapi masyarakat suka liat tayangan yang seperti itu. Kalo saya pribadi sih ya yang punya etika lah ya, kita orang timur jangan terlalu bebas juga gitu yah, bahaya juga. Karena tv ini juga tidak bisa dicegah, misalnya tontonan orang dewasa, ya kalo distelnya di jam-jam 9 anak-anak nonton juga kan, susah juga. Ibunya udah gak bisa ngelarang. Jadi kalo dibilang diminati masyarakat ya iya kali juga, tapi ngga disebagian masyarakat. Kalo hanya berpatokan pada yang diminati, biasanya ya programprogram sensasional itu yang diminati dan ratingnya tinggi. 7. Berdasarkan pengalaman Bapak di lapangan, selain rating program, indikator apa lagi yang menjadi pertimbangan para pengiklan dalam memilih stasiun televisi mana yang dipilih untuk memasarkan produknya? Rating dulu, baru sinopsis program itu, artinya kontennya itu kalo dia relevan. Karena kita pasang iklan itu tidak hanya supaya mereka melihat pesan kita, tapi juga bagaimana program itu bisa membangkitkan image produk kita. Jadi ada dua hal dia nyari pemirsa iya tapi dia harus membangkitkan image juga. Jadi idealnya dalam memilih program agar yang sebanding dengan produk kita supaya imagenya terjaga. Jadi tidak hanya efisien saja tapi juga harus menjaga image, karena pencitraan itu penting, kalo citra produk kita turun biasanya minat untuk melihat saja turun, apa lagi minat untuk membeli kan. Jadi program jangan sampai membunuh image kita. Jadi selain rating, program juga harus relevan. Rating tidak mutlak untuk kita harus ikuti, hanya dia bisa dipakai untuk mengukur efisiensi. 8. Bagaimana pandangan Bapak mengenai Metro TV? Menurut saya kalo dilihat dari iklan-iklannya Metro TV ya dia cukup berkembang baik. Satu hal yang saya patut hargai ya dia konsisten, dia klaim dirinya sebagai news tv ya memang dia di news. Perkara dia nanti misalnya ada program selingan seperti oprah, itu kan maneuver dia untuk mengaet pemirsa. Tapi tetep primadonanya dia kan berita, jadi tv berita ya dan klaim dia memang kan tv berita pertama di Indonesia.
L-3
Yah kalo menurut say sih bagus ya, mereka udah mulai tertata, udah mulai ada beberapa program-program unggulan seperti di sisi beritanya itu ada top nine news, di sisi hiburan yang edukatif itu misalnya Kick Andy, kemudian dia juga membeli program-program luar yang sangat selektif. Bener-bener program yang konsumsinya untuk menengah ke atas, seperti oprah. Kalo ratingnya relatif saya kira ya, tapi kalo kita lihat dia tetep konsisten ya itu bagus ya. Tinggal dia meperkaya kontennya ya beritanya yang bisa di percepat, teraktual dan berkompetisi lah dengan tv lain dalam hal berita, kalo dari sisi program dia cukup konsisten. Kalo dari sisi pendapatan iklan ya moderat aja, banyak ngga sedikit juga ngga, kelihatan kan kalo kita mau monitor jumlah iklannya. Kalo kita lihat dari SDM nya itu kan bagus ya pinter-pinter orangnya, artinya dia punya standar tersendiri untuk kategori penyiar seperti ini, host itu seperti ini dan lain-lain. Tamu-tamu yang datang ke situ juga bagus-bagus, persoalan yang dikeukakan juga cukup terbuka dan lugas ya, seperti program Today’s Dialog, pertanyaan nya lugas dan tidak terlalu banyak hal yang ditutupi. 9. Apakah program-program yang ditayangkan Metro TV sudah cukup menarik dan bervariasi? Kalo menurut saya untuk Metro TV malah jangan dibuat terlalu bervariasi. Kenapa, karena nanti dia akan kehilangan ciri khasnya sebagai tv berita. Seperti saya bilang tadi dia sudah cukup bagus dengan konsisten dari tahun 2001 hingga saat ini tahun 2008 ya memang core nya di berita. Kalo dibuat variatif jenis programnnya nanti dia akan sama dengan tv-tv swasta lain. Kalo berinovasi ya saya kira memang harus. Maksudnya Metro TV harus kreatif dalam menyajikan program-programnya. Berita kan tidak hanya harus dikemas secara konvensional dengan satu penyiar yang menghadap kamera kemudian membacakan berita gitu. Kalo saya lihat Metro TV sedikit kurang berinovasi dalam hal program. TV One sudah lebih inovatif dia dalam menyajikan berita-berita dengan format yang beda. Yang saya acungi jempol ini TV One yang cukup berani , buktinya dia menyajikan berita orang nonton. Beritanya itu-itu juga kan, tapi karena cara penyajiannya menarik, inovatif ya orang melihat. Artinya dia banyak punya angle-agle ya, variasi anglenya banyak. Dia berani keluar dari kotakkotak yang selama ini ada. Sebenarnya diharapkan Metro TV harus lebih inovatif, karena SDM nya saya pikir sudah punya standar. Tinggal programmernya aja nih yang punya pr untuk mengemasnya dengan cara yang unik dan diminati masyarakat.
L-3
10. Seberapa besar pengaruh rating program televisi terhadap para pengiklan? Ya seperti yang saya bilang tadi, rating itu penting terutama buat produkproduk yang dikonsumsi oleh khalayak luas atau mass product. 11. Menurut Bapak strategi seperti apa yang harus dilakukan Metro TV untuk mengatasi permasalahan rating yang sedang di alaminya saat ini? Kalo menurut saya, Metro TV harus lebih mempergunakan metode kualitatif, karena rating kan sifatnya kuantitatif, jadi Metro TV bisa menjelaskan profil audience nya dia yang memang dari kalangan A dan B. Harusnya itu bisa menjadi keunggulan tersendiri. Saat ini boleh dibilang profil masyarakat kita masih membentuk segitiga yang mengerucut. Semakin keatas jumlahnya semakin dikit, jadi ya bisa dibilang kalangan menengah kebawah jumlahnya paling besar apabila dibandingkan dengan kalangan menengah ke atas. Nah profil para pemirsa Metro TV ini umumnya terdiri dari kalangan mengengah ke atas yang jumlahnya sedikit itu. 12. Berdasarkan pengalaman Bapak, profil perusahaan seperti apa yang biasanya menjadi pengiklan di Metro TV? Yang pasang iklan di Metro TV biasanya produk-produk yang berkualitas premium. Kemudian biasanya klien-klien saya yang memang punya produk yang ditujukan ke laki-laki, professional muda. Sebab rata-rata kan profil penonton Metro TV ini laki-laki, professional muda yang pendapatannya juga menengah ke atas. Seperti misalnya layanan perbankan, pelumas mobil, produk perawatan laki-laki, dan lain sebagainya.
RIWAYAT HIDUP
Nama
:
Risa Ayuningtyas
Tempat, Tanggal Lahir
:
Jakarta, 14 Oktober 1983
Jenis Kelamin
:
Wanita
Agama
:
Islam
Alamat
:
Komplek Unilever Blok A8/8 Meruya Selatan Jakarta Barat 11650
Telepon
:
021 – 995 94 2 94
Riwayat Pendidikan Universitas Bina Nusantara……………………………………………… 2001 - 2005
Pengalaman Kerja Universitas BINA NUSANTARA The Joseph Wibowo Center For Advanced Learning ......................... 2005 – Oktober 2008