Daftar Isi EXCLUSIVE INTERVIEW THE FUTURE OF PUSPENDIK Nationally Credible and Internationally Professional
Program Ujian Nasional CBT
Struktur Organisasi Penanggung Jawab: Prof. Ir. Nizam., M.Sc, DIC, Ph.D Dewan Redaksi: Dr. Mahdiansyah, M.A. Drs. Giri Sarana Dr. Suprananto, M.Ed Pemimpin Redaksi: Bagus Hary Prakoso, SE, MA
PROFIL MAN INSAN CENDIKIA SERPONG
Pj. Kegiatan: Drs. Fahmi
Ketika Standar Sekolah Melampaui Standar Nasional
INTERAKTIF Bagaimana Kesiapan UN On-Line di Bali? Info UN dari Sekolah Berprestasi
INTERNATIONAL VIEW ICT dalam Pendidikan dan Pendidikan ICT d i Finlandia
KHAZANAH Bagaimana Mengoptimalkan Peranan Entrepreneurship di Lembaga Riset?
LOCAL NEWS Menimba Ilmu tentang Penelitian dalam Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Lokakarya Pelatihan Penulisan Soal HOTS Higher Order Thinking Skills
Redaktur Senior: Drs. Safari, MA Dra. Hendriastuti, MA Dra. Arniati P.H, M.Psi Drs. Witjaksono, MA Tata Usaha: Sidik Pranyoto, S.Kom M. Arfan Farobi, S.IP Supriyanto Ribowo, S.IP Alamat Redaksi: Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud Jl. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta 10710 Telepon 021.3847537, 3847007 Fax. 021.3849451, 3848821 Website: http://puspendik.kemdiknas.go.id E-mail:
[email protected]
Osaka City View, bhp collection
EDITORIAL NOTES Assalamualaikum Wr. Wb. Pertama, Tim Buletin mengucapkan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1435 H, Taqobbalallahu Minna Wa Minkum, semoga Amalku dan Amalmu diterima Allah SWT. Itulah ucapan yang tepat pada hari raya tersebut, bukan minal aidin wal faizin dan mohon - maaf lahir dan batin. Karena bermaafan tidak perlu menunggu pada Hari Raya Idul Fitri. Pada edisi Agustus 2014 ini, tim buletin Asesmen menyajikan Exclusive Interview bersama Kepala Puspendik tentang Masa Depan dan Peran Puspendik dalam merespon isu daya saing global dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir 2015. Masih bersama Kapuspendik, disajikan interviu tentang Ujian Nasional dengan menggunakan Computerized Based Test (CBT) sebagai upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan UN Paper Based Test (PBT). Dalam memberikan inspirasi bagi sekolah lain, disajikan artikel profil sekolah MAN Insan Cendikia yang tidak hanya memiliki prestasi akademik melebihi standar nasional, tetapi nilai plus terkait iman dan takwa, serta bagaimana mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang dimiliki. Terkait dengan adanya wacana UN dengan CBT, disajikan wawancara dengan beberapa narasumber dengan locus di provinsi Bali. Untuk melengkapi wacana tersebut, disajikan international view yaitu ICT dalam pendidikan dan pendidikan ICT di Finlandia. Negara ini diambil sebagai benchmark, karena memiliki prestasi pendidikan yang bagus (lihat survei internasional PISA dan TIMMS). Selanjutnya dalam kolom khazanah, disajikan opini bagaimana mengoptimalkan peranan entrepreneurship dalam menunjang visi misi dan program pada lembaga riset. Sebagai upaya pengembangan kapasitas penulis soal, disajikan berita lokakarya “Higher Order Thinking Skills Item Writing” tingkat SMP/MTs, SMA/MA, SMK, dan Paket C. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan para guru dalam pembuatan soal. Menjadi kebahagian kami, jika kehadiran buletin ini mampu memberi perubahan yang lebih baik dan bermanfaat bagi pendidikan, tenaga kependidikan, satuan pendidikan, unit kerja terkait di lingkungan Kemdikbud, maupun stakeholders lainnya. Selamat membaca dan Wassalamualaikum. Pemimpin Redaksi
Exclusive Interview
THE FUTURE OF PUSPENDIK NATIONALLY CREDIBLE INTERNATIONALLY PROFESSIONAL
Sebagai lembaga nasional di bidang penilaian pendidikan, sudah saatnya Puspendik memiliki visi global dan powerful strategy sehingga menjadi lembaga yang profesional dan kompetitif. Isu global competitiveness harus masuk dalam agenda reformasi kelembagaan (institution reform). Hal ini sangat penting dan urgent, mengingat Indonesia akan menghadapi Asean Economic Community (AEC) pada akhir 2015 di samping Indeks Daya Saing Global (GCI) Indonesia yang belum memuaskan. Puspendik dengan program asesmen nasional (UN) memiliki peranan strategis. Untuk memperkuat kelembagaan Puspendik dan merespon isu global tersebut, Tim Buletin (Bagus H. Prakoso) mewawancarai Kepala Puspendik “Prof. Ir. Nizam, M.Sc. DIC. Ph.D,” terkait masa depan dan peranan Puspendik. Wawancara eksklusif yang diberi judul The Future of Puspendik ini, semoga memberi inspirasi dan memperkuat sinergi kelembagaan secara internal & eksternal.
Apa Visi, Misi, dan Program (VMP) Bapak dalam memajukan Puspendik agar menjadi lembaga yang profesional dan memiliki kredibilitas di tingkat nasional? Saat saya mendapat amanah menakhodai Puspendik yang pertama saya lakukan adalah memetakan tugas dan potensi yang ada di pusat ini. Saya menemukan bahwa potensi Puspendik sebetulnya sangat besar dan dapat memegang peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Namun di masyarakat, bahkan di Kementerian, Puspendik lebih banyak dikenal untuk urusan Ujian Nasional saja. Padahal 4
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
berbagai asesmen dikembangkan dan dilakukan oleh Puspendik.
Saya ingin membawa “Puspendik menjadi Lembaga Asesmen Nasional yang Kredibel dan Profesional secara Internasional.” Tahun depan kita sudah masuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang berarti mobilitas manusia dan tenaga kerja lintas negara ASEAN tidak ada lagi pembatasnya. Dalam konteks tersebut, maka kebutuhan akan asesmen SDM di berbagai sektor akan sangat besar. PUSPENDIK
Exclusive Interview Mutual Recognition Agreement (MRA) tingkat regional telah ditandatangani, demikian pula kerangka kualifikasi ASEAN (AQF, ASEAN Qualification Framework) telah mulai disusun. Puspendik harus dapat menjadi lembaga asesmen pendidikan yang siap menghadapi tantangan sekaligus peluang tersebut.
“Untuk itu pertama kita harus mengonsolidasikan kekuatan dan keunggulan Puspendik; memperkuat kelembagaan dan SDM Puspendik; memodernisasi sistem asesmen dengan basis riset dan inovasi; serta memperluas jejaring baik nasional maupun internasional.” Untuk menjadi lembaga asesmen yang kredibel secara nasional maupun internasional, kita sudah memiliki modal dasar yang kuat. Puspendik sudah mengembangkan INAP, CBT, CAT, tes kompetensi, tes skolastik, selain berpengalaman menyiapkan UN yang mungkin merupakan salah satu high stake exam terbesar di dunia. Kita juga berpengalaman melaksanakan survei internasional dari TIMSS, PISA, PIAAC serta membantu pelaksanaan survey EGRA. Selanjutnya bagaimana kita mengekspose secara lebih luas program-program kita dengan cara memberi nilai tambah yang lebih atas hasil-hasil asesmen tersebut bagi para pemangku kepentingan. Apa & bagaimana STRATEGI untuk mewujudkan VMP Puspendik? Pertama kita perlu konsolidasi ke dalam, core business Puspendik adalah asesmen, memproduksi dan mengelola bank soal adalah intinya. Dengan tugas yang berat dan besar dan jumlah staf dan pendanaan yang terbatas 5
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
sebetulnya sangat berat bagi Puspendik untuk dapat memenuhi mandatnya. Bayangkan, setiap tahun harus menghasilkan lebih dari 100,000 item asesmen. Lembaga asesmen mana di dunia yang produktivitasnya sebanding dengan Puspendik? IEA saja dalam 5 tahun hanya menghasilkan kurang dari 10,000 item. Oleh karena itu, cara kerja dan kelembagaan di Puspendik harus cair, berorientasi pada fungsi, tidak terjebak dalam struktur. Fragmentasi struktur kelembagaan yang ada terkadang menjadikan kekakuan dalam pelaksanaan tugas. Mula-mula saya mencoba melihat kemungkinan perubahan struktur, namun ternyata prosesnya panjang dan melelahkan.
“Dari pada menghabiskan energi, lebih baik menyesuaikan pola kerja dengan model kerja yang lebih cair. Terpaksa bukan structure follows function ... tapi function executed accross structure ... if necessary.” Oleh karena itu konsolidasi dan sinergi antar bidang di Puspendik harus baik. Pengembangan yang telah dilakukan oleh masing-masing bidang harus dapat saling dimanfaatkan oleh bidang lain. Sumberdaya antar bidang harus bisa saling menunjang. Langkah berikutnya (kedua) adalah mengekspose “kekayaan harta karun” yang ada di Puspendik ke para pengambil kebijakan dan masyarakat luas. Setiap program Puspendik harus jelas target stakeholder-nya.
“Sementara ini yang saya amati beberapa program masih lebih berorientasi pada obyek pengukuran belum pada keperluan pengguna hasil pengukuran.”
PUSPENDIK
Exclusive Interview Langkah ketiga adalah menyempurnakan tata-kelola dan meningkatkan kapasitas SDM puspendik termasuk peremajaan. Mereka yang belum studi lanjut S2 ya harus melanjutkan ke S2, yang sudah S2 kita siapkan untuk S3, yang sudah S3 harus lebih banyak lagi inovasi dan manfaatnya bagi institusi. Dalam konteks yang tadi saya sampaikan, maka pengembangan jejaring baik secara nasional maupun internasional harus kita kembangkan. Melalui jejaring tersebut kita dapat melakukan benchmarking dan memperkuat lembaga kita baik di dalam negeri maupun secara Internasional. Untuk meningkatkan exposure, kita harus selalu muncul dengan inovasi yang segar agar tidak mandeg pada status quo. Hasil-hasil survei internasional seperti PISA dan TIMSS harusnya kita analisis sehingga manfaatnya untuk pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan dapat dihasilkan. Apa target jangka pendek untuk Puspendik dalam 2-3 tahun ke depan? Target jangka pendek adalah meningkat-kan mutu Ujian Nasional, mulai dari mutu perencanaan, mutu penulisan soal, mutu pelaksanaan, sampai mutu analisa dan pelaporan hasilnya. Selain UN, bentuk-bentuk asesmen yang sudah ada dan memang relevan untuk dikembangkan harus kita perluas eksposurenya, manfaat bagi para pemangku kepentingan harus jelas.
“What matters actually is not (only) about the measurement, tetapi apa manfaat dari penilaian tersebut bagi peningkatan mutu pendidikan. Secondary analysis dari hasil penilaian harus lebih banyak dilakukan.”
6
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Kalau kita ingin tugas-tugas Puspendik bermanfaat seluas-luasnya bagi pemangku kepentingan dan didukung oleh para pemangku kepentingan, maka program-program tersebut harus menjadi milik bersama unit-unit lain. Program-program asesmen yang sudah dikembangkan dan bagus seperti INAP misalnya harusnya lebih diperluas sasarannya. Untuk itu kita harus lebih berorientasi ke luar, kita tidak mungkin mengerjakan semuanya sendiri. Saya mencoba menawarkan INAP pada unit utama lain, ternyata mereka membutuhkan instrumen semacam ini untuk keperluan pembinaan satuan pendidikan. Kita memang harus lebih banyak bersilaturahmi, outward looking, dan stakeholder oriented. Dalam 1-2 tahun ke depan ini kita akan mengintrodusir pemanfaatan TIK dalam asesmen, antara lain melalui UN-CBT atau nantinya UN online serta pengembangan Bank Soal Daerah berbasis TIK. Kehadiran Puspendik harus
dirasakan oleh masyarakat pendidikan. Salah satu tupoksi Puspendik adalah membangun kapasitas guru dalam melakukan asesmen. Tanpa TIK tugas tersebut membutuhkan waktu ratusan tahun untuk memberikan bimbingan bagi 2,7 juta guru. Karena itu, saya mendorong Puspendik untuk
mengembangkan
Laman
Rumah
Penilaian yang akan menjadi wahana untuk berbagi informasi tentang penilaian dan hasilhasilnya serta untuk membangun kapasitas penilaian bagi para guru. Secara internal, saya berharap dalam 1-2 tahun ke depan ini, suasana akademis akan semakin berkembang di Puspendik. Diskusidiskusi akademik terkait dengan asesmen saya harapkan akan secara rutin kita selenggarakan. Kajian-kajian atas metode penilaian, analisis hasil penilaian, maupun kajian-kajian eksploratif untuk pengembangan ke depan juga diharapkan dapat PUSPENDIK
Exclusive Interview dilakukan oleh para peneliti di Puspendik. Kita undang teman-teman dari dunia asesmen untuk turut serta terlibat dalam dinamika Puspendik. Dalam rangka capacity development kita sudah memulai dengan bantuan Kementerian Luar Negeri Australia (DFAD) dalam pelatihan penulisan soal higher order thinking, metode penyetaraan soal, serta pengelolaan bank soal. Alhamdulillah, ACDP telah pula menyetujui usulan kita untuk melakukan capacity development hingga akhir tahun 2015. Apa target jangka panjang untuk Puspendik dalam 4-6 tahun ke depan? Dalam jangka menengah dan panjangnya, seperti saya sampaikan di muka, adalah modernisasi dan pengembangan kapasitas SDM, sarana-prasarana, dan teknologi. Selanjutnya “Menjadikan Puspendik sebagai Lembaga Asesmen yang kredibel dan dikenal secara Nasional maupun Internasional.” Sebetulnya saya ingin terbentuknya Lembaga Asesmen Nasional yang kredibel dan independen. Salah
satu peta jalan yang saya pikirkan adalah mulai dengan menjadikan Puspendik sebagai Satker sendiri (sudah terealisasi pada tahun 2014), kemudian menjadi Satker yang dapat memberikan layanan pada unit-unit atau lembaga lain melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Bila itu berhasil dan tetap akuntabel, maka langkah berikutnya adalah menjadikan Puspendik sebagai Badan Layanan Umum. Tinggal nanti Pemerintah apakah akan memisahkan Puspendik menjadi badan hukum sendiri atau masih di bawah Kementerian. Memang salah satu syarat untuk menjadi lembaga asesmen yang kredibel adalah independensi lembaga. Saya berpendapat Puspendik masih fokus pada Product-Oriented tetapi kurang memperhatikan Strategy-Oriented. Bagaimana menurut pendapat Bapak? Seperti saya sampaikan di muka, kita masih lebih berorientasi pada obyek penilaian atau product oriented, harusnya kita lebih berorientasi pada pengguna/stakeholder.
Osaka City View, bhp collection
7
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
Exclusive Interview
PROGRAM UJIAN NASIONAL CBT UN CBT adalah program terobosan (breakthrough) dalam merespon isu keraguan, akuntabilitas, dan kredibilitas (good governance) program asesmen pendidikan nasional. Dalam upaya menyosialisasikan dan menyukseskan program tersebut, diperlukan informasi yang bersifat filosofis dan strategis. Berikut petikan hasil wawancara Bagus H. Prakoso dengan
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan “Prof. Ir. Nizam, M.Sc. DIC. Ph.D.” Apa filosofi dan keuntungan menerapkan UN CBT? Filosofi di balik penerapan UN berbasis TIK (computerized-based test, CBT – bisa online bisa offline) sebetulnya lebih jauh dari sekedar memindahkan ujian berbasis kertas dan pensil ke layar komputer dan keyboard. Anak-anak kita yang saat ini duduk di bangku sekolah lahir di era digital. Mereka adalah digital natives, mereka lahir bersama ipad dan komputer tablet, tentunya kita tidak boleh mengikat mereka ke zaman batu tulis, atau kertas dan pensil. Salah satu kompetensi abad 21 adalah digital literacy, syarat untuk memasuki dan berkompetisi di abad 21 adalah penguasaan TIK. Saya rasa Kementerian Pendidikan sudah lama mendorong pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, Jardiknas sudah dikembangkan lebih dari sepuluh tahun lalu. Namun kita lihat pemanfaatannya dalam pembelajaran masih minim. Sementara kita juga melihat kenyataan di lapangan banyak guru yang masih mengajar berdasar bagaimana atau apa yang diujikan (teach by the test). Maka kalau kita ubah asesmen berdasar teknologi informasi, maka harapannya pembelajarannya pun akan bergegas mengikuti pula. Selain itu, melalui ujian berbasis TIK maka bentuk-bentuk soal asesmenpun bisa 8
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
beragam sekali, bisa sangat dinamis, tidak terbatas pada pilihan ganda. Asesmen atas kemampuan berpikir tataran tinggi (higher order thinking) dapat kita kembangkan secara lebih baik. Kemungkinannya sangat luas, batasnya adalah kreativitas dan inovasi kita.
Apa perbedaan antara UN CBT dan UN paper based test? UN merupakan pekerjaan dengan skala yang sangat besar dan biaya yang besar pula. Pada tahun pelajaran 2013/2014 diikuti oleh 3.773.372 siswa SMP/MTs, 1.632.747 siswa SMA/MA, dan 1.171.907 siswa SMK. Pelaksanaan UN mencakup rentang geografis yang jaraknya 5.248 km dari SMP Negeri 1 Sabang di desa Cot Bau, Sabang, hingga ke SMP 2 Merauke di desa Kelapa Lima, Merauke. Kesulitan mulai dari pelelangan pengadaan bahan cetak, pendistribusian, hingga pelaksanaan ujian dan pemrosesan hasilnya sangat menyita waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu Balitbang (cq Puspendik) berencana untuk mentransformasi paper based test (PBT) menuju computerized based test (CBT). Hal tersebut sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi serta kebutuhan akan ICT literacy sebagai kompetensi dasar di
PUSPENDIK
Exclusive Interview abad 21, maka pengalihan UN dari PBT ke CBT merupakan suatu keniscayaan. Langkah transisi dari PBT ke CBT direncanakan sebagai berikut: a. 2014: uji coba terbatas pelaksanaan UN CBT di Sekolah Indonesia Singapura dan Kuala Lumpur, b. 2015: uji coba UN CBT di beberapa sekolah (direncanakan 540 sekolah) di 8 provinsi yang sudah siap untuk melaksanakan CBT, lainnya menggunakan PBT, c. 2016: penggunaan UN CBT secara lebih luas di seluruh provinsi, dilaksanakan dual mode (bersama PBT), d. 2017: penggunaan UN CBT di seluruh sekolah penyelenggara UN, PBT digunakan sebagai perkecualian pada sekolah-sekolah yang sulit dijangkau dilayani dengan PBT.
Persiapan apa yang telah dilakukan dalam menginisiasi program UN CBT? CBT maupun CAT sudah dikembangkan oleh Puspendik sejak beberapa tahun lalu, kalau tidak salah sudah lebih dari 5 tahun yang lalu. Sudah berkali-kali dilakukan uji coba. Tetapi rupanya belum berani untuk dicoba betulan dalam penyelenggaraan ujian nasional. Pada tahun 2014 ini kita sudah mencoba UN berbasis CBT secara online di Sekolah Indonesia Luar Negeri di Kuala Lumpur dan Singapura. Alhamdulillah hasilnya bagus. Tahun ini kita akan memperluas uji coba dan sosialisasi UN CBT pada sekolah-sekolah yang siap dan mau bergabung menjadi bagian dari sejarah baru penilaian, suatu lompatan dari zaman kertas dan pensil menuju zaman teknologi informasi. Tahun 2014 penekanannya pada penyempurnaan aplikasi dan sistem ujian, uji coba di sekolahsekolah terpilih di 8 provinsi. Selain itu kita menyiapkan kerangka hukum dalam bentuk Permen yang Alhamdulillah sudah terbit pada 9
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
bulan Oktober ini. Bersama BSNP kita menyusun POS Ujian Nasional berbasis komputer. Dari pengalaman hasil uji coba pada bulan Oktober dan November ini diharapkan POS yang disusun akan dapat mengantisipasi berbagai kondisi dan situasi yang ada di lapangan. Tahun ini juga kita lakukan kajian akademis untuk memastikan bahwa UN CBT hasilnya akan setara dengan UN PBT (Paper Based Test). Diharapkan tahun 2015 UN CBT dapat diselenggarakan di 540 sekolah di 8 provinsi terpilih.
Apa tantangan dan kendala dalam melaksanakan program ini? Sebagai suatu perubahan, tentunya banyak kendala yang kita temui. Mulai dari aspek SDM, anggaran, kesiapan aplikasi, kesiapan infrastruktur (komputer, server, jaringan, listrik), hingga aspek sosio-psikologis masyarakat. Tantangan tersebut tentu saja sangat besar. Namun saya yakin kalau ada kemauan dan kesadaran dari semua pihak, maka tantangan dan kendala tersebut akan dapat kita atasi. Oleh karena itu memang kita sedang dan akan terus melakukan uji coba agar kendalakendala semakin kita kenali, kita antisipasi dan dapat kita atasi. Pengalaman dari teman-teman Puspendik dalam membantu Menpan Reformasi Birokrasi dalam seleksi CPNS online/CBT juga cukup banyak. Saya berharap pengalamanpengalaman yang sudah kita dapatkan tersebut akan dapat mengatasi permasalahan yang kita hadapi.
Strategi apa yang diperlukan dalam menyukseskan program tersebut? Menurut saya kunci utamanya adalah acceptance. Kalau siswa, guru, orang tua, dapat menerima perubahan ini dengan positif, maka program akan sukses. Kita menyadari, tidak mungkin kita dapat melaksanakan UN CBT ini sekali langsung sempurna, tapi kita juga tidak PUSPENDIK
Exclusive Interview sekedar uji-coba alias trial and error. Kita mempersiapkan semuanya sebaik-baiknya, namun akan selalu kita tingkatkan dan sempurnakan dari waktu ke waktu. Agar penerimaan (acceptance) masyarakat baik, maka kita perlu public campaign secara intensif, atau mungkin dalam istilah pak Bagus strategy-oriented. Saya ambil proverb barat yang mengatakan:
“It ain’t what you do, it’s the way how you do it, masalahnya bukan apa yang kita lakukan tetapi bagaimana kita melakukannya, bagaimana kita mengemas dan menyampaikannya ke masyarakat.”
Kelebihan CBT dibanding PBT No
Aspek
Sebelum
Sesudah
1.
Soal Ujian
Sekali pakai
Tetap tersimpan di Bank Soal
2.
Paket soal
Terbatas (predetermined)
Sangat banyak (dinamis)
3.
Ragam soal
Hanya pilihan ganda
Beragam bentuk
4.
Administrasi ujian
Tidak fleksibel, jadwal tertentu
Fleksibel, bisa berulang
5.
Pelelangan bahan
Lama dan mahal
Tidak ada, murah
6.
Pencetakan soal
Lama dan mahal
Cepat, murah
7.
Pengamanan
Fisik, rumit, mahal
Soft copy, lebih mudah, murah
8.
Pengawasan
Sulit, berjenjang
Lebih mudah, langsung
9.
Mengatasi kecurangan
Sulit, mahal
Lebih kredibel
10.
Pengolahan hasil
Lama, mahal
Lebih cepat, murah
11.
Akuntabilitas
Rumit, berjenjang
Lebih transparan
Osaka City View, bhp collection
10
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
Profil
MAN INSAN CENDIKIA SERPONG Ketika standar sekolah melampaui standar nasional
Rahmawati dan Nuraeni Ekaningrum Staf Bidang Analisis dan Sistem Informasi
Hari itu suasana sekolah ramai saat tim Asesmen datang. Beberapa siswa terlihat membawa koper dan menunggu orangtua atau taksi pesanan datang menjemput. Hari itu adalah hari pembagian rapor dan sebagai sekolah boarding, siswa-siswa MAN Insan Cendikia diijinkan pulang ke rumah masingmasing untuk berlibur. Tim Asesmen berkunjung ke MAN Insan Cendikia karena sekolah tersebut adalah 1 dari 78 sekolah yang nilai rerata ujian nasionalnya lebih tinggi dari rerata nilai sekolah. Kenyataan ini sangat istimewa karena sekolah peserta ujian nasional SMA/MA berjumlah 18.453 sekolah. Artinya hanya ada 0,42% sekolah yang standar penilaiannya lebih tinggi dibandingkan standar penilaian yang digunakan pada ujian nasional. Meskipun sekolah-sekolah tersebut dalam kesehariannya berkesan ‘pelit’ memberikan nilai tinggi pada siswanya, namun sekolah-sekolah tersebut mampu menjaga kualitas nilai ujian sekolah, sehingga pada ujian nasional siswanya mampu mendapatkan rerata 11
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
nilai yang lebih tinggi. Selain keistimewaan itu, MAN Insan Cendikia juga menempati peringkat kedua nilai UN tertinggi untuk jenjang SMA/MA. Grafik berikut menggambarkan distribusi sekolah SMA/MA berdasarkan selisih nilai ujian sekolah dan ujian nasionalnya. Grafik Selisih Nilai Sekolah dan Nilai UN
Tim Asesmen berkesempatan untuk bertemu kepala sekolah Bpk Dr. Suwardi, M.Pd, Guru kimia sekaligus mantan kepala sekolah Bpk Drs. H. Japar, M.Pkim, dan 4 siswa berprestasi yang lulus sekolah pada tahun ajaran 2013/2014:
PUSPENDIK
Profil Qarri Ainaya telah diterima di Tohoku University Japan, jurusan Applied Marine Biology, Faculty of Agriculture. Faza Thirafi telah diterima di Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Elektro melalui jalur undangan Luthfi Naufan Yamin telah diterima juga di Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Elektro melalui jalur undangan. dan Adimas Euro Kurnia MAN Insan Cendikia berdiri pada tahun 1996 atas inisiatif Bapak Habibie yang saat itu menjabat sebagai menteri riset dan teknologi. Sekolah ini semula merupakan sekolah swasta yang dikelola BPPT, namun pada perjalanannya berubah bentuk menjadi Madrasah Aliyah Negeri di bawah Kementerian Agama pada tahun 2001. Sekolah ini didesain sebagai sekolah yang akan melahirkan teknokrat untuk bangsa Indonesia namun tetap memiliki nilai keimanan dan ketakwaan. Sejak awal berdiri, seleksi masuk ke sekolah ini sangat ketat. Tidak hanya seleksi bagi calon siswa tetapi juga seleksi bagi calon guru. Pak Japar guru kimia yang mengajar sejak Insan Cendikia pertama kali berdiri menuturkan bahwa pada tahun 2006 BPPT melakukan seleksi guru Insan Cendikia. Saat itu 7000 guru mendaftar ikut seleksidan hanya mengambil 47 orang; 23 guru untuk Insan Cendikia Gorontalo dan 24 guru untuk Insan Cendikia Serpong. Seleksi siswa juga tidak kalah ketat. Tahun 2013 sekitar 6000 siswa mendaftarkan seleksi berkas. Hasil saringan berkas meloloskan 3000 murid mengikuti tes. Hanya 240 siswa yang lolos seleksi; 120 siswa untuk insan cendikia 12
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
gorontalo dan 120 siswa untuk insan cendikia serpong. Proses seleksi siswa MAN Insan Cendikia diawali dengan proses seleksi berkas. Hanya siswa yang merupakan ranking terbaik kelas paralel yang dapat mendaftar. Setelah kelengkapan berkas diverifikasi, siswa akan menempuh tes yang dilakukan serentak baik untuk Gorontalo, Serpong, maupun Jambi. Tes terdiri atas tes potensi belajar, tes akademik, tes pendidikan agama Islam, dan Bahasa Arab. Ketatnya persaingan untuk mendapatkan bangku di MAN Insan Cendikia menunjukkan bahwa siswa yang lolos adalah siswa terpilih, sehingga perlu ditetapkan standar yang tinggi pada pembelajaran sehari-hari. Pak Japar mengungkapkan, “anak-anak disini adalah anakanak yang unggul. Oleh karena itu kami berikan tantangan di setiap ulangan harian, supaya mereka tetap terasah bakatnya dan tidak terlena.” Sulitnya ulangan harian ini digambarkan pak Japar dengan penggunaan soal-soal yang kompleksitasnya tinggi, seprti soal-soal masuk perguruan tinggi digunakan untuk ulangan harian siswa kelas X. Hal ini diamini oleh Luthfi: “ketika menempuh soal UN kemarin kan ada sekitar 5 soal yang kategori sukar, kalau untuk saya soal-soal yang seperti
PUSPENDIK
Profil itulah yang biasa saya kerjakan untuk ulangan harian. Jadi soal-soal UN yang lain jadi mudah bagi saya.” Pihak pemberi beasiswa Jepang juga mengungkapkan keheranannya. Jika sekolah lain nilai sekolahnya tinggi-tinggi, maka siswa MAN Insan Cendikia yang diseleksi beasiswa Jepang nilai sekolahnya biasa saja tetapi nilai UN-nya tinggi. Tantangan yang diberikan tidak hanya berupa tingkat kesukaran soal-soal ulangan harian, hidup secara disiplin juga menjadi tantangan. Sebagaimana layaknya boarding school, siswa tinggal di asrama sekolah. Siswa hanya diijinkan keluar dari lingkungan sekolah 2 minggu sekali, pada hari minggu setelah sholat shubuh sampai sebelum ashar. Selain jadwal 2 mingguan sekali tersebut, orangtua boleh mengunjungi di hari sabtu siang dan hari minggu, tetapi siswa tidak meinggalkan lingkungan sekolah. Jadwal harian siswa sangat ketat. Semua siswa dibangunkan pada pukul 4.00 pagi dan diwajibkan beribadah bersama selama 90 menit. Pukul 6.30 apel pagi dimulai dan siswa bersiap melakukan kegiatan belajar mengajar sampai pukul 15.15. Pukul 16.00-17.45 adalah kegiatan ekstra seperti klinik mata pelajaran, remedial, istirahat, olahraga, mencuci serta bimbingan belajar untuk persiapan UN dan seleksi PTN bagi siswa kelas 12. Pada malam hari selama 1,5 jam siswa kembali melakukan kegiatan ibadah bersama dan pada pukul 20.00-22.00 siswa belajar mandiri dengan bimbingan guru. Aturan penggunaan handphone, laptop, menonton tv juga sangat ketat. Qarri menuturkan tidak ada hp, tv, serta laptop hanya boleh digunakan di ruangan tertentu. Penggunaan handphone adalah handphone angkatan hanya unuk sms dan telepon saja. 13
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Guru kimia dan lulusan MAN Insan Cendikia 2013/2014 Kepala Sekolah MAN Insan Cendikia
Hanya boleh digunakan saat weekend. Luthfi menambahkan informasi bahwa handphone yang digunakan adalah handphone yang tidak dapat mengakses internet. Pengaturan penggunaan pulsa dikoordinasikan oleh siswa satu angkatan. Sekolah ini juga memberlakukan sistem drop out jika siswa tidak naik kelas. Alasan akademik yang dapat digunakan untuk drop out adalah adanya nilai 3 dari salah satu mata pelajaran. Khusus untuk mata pelajaran yang merupakan core jurusan, batasan nilai minimal lebih tinggi. Alasan lain siswa dapat dikeluarkan adalah pelanggaran moral dan etika. Sekolah sangat keras menindak siswa yang tidak jujur. Termasuk menyontek saat ulangan harian. Guru akan menyoret lembar jawaban siswa dan memberi nilai 0, kemudian siswa juga mendapat sanksi moral dari teman-temannya seangkatan dan satu asrama. Ketegasan inilah yang menjauhkan siswa dari kebiasaan curang saat ujian. Faza bercerita, bahwa siswa sudah biasa diam mengerjakan soal tidak menoleh kiri kanan dan sangat hening saat ujian. Suatu saat PUSPENDIK
Profil pengawas ujian adalah guru dari sekolah lain. Dua orang pengawas dalam satu ruangan mengobrol sambil berbisik-bisik dan spontan ditegur oleh siswa. “Kami sudah biasa ujian dalam suasana sunyi senyap”, begitu simpulan Faza. Mempersiapkan siswa unggulan tentunya memerlukan upaya yang unggul. Selain kedisiplinan dan aturan yang jelas, sekolah juga harus menyiapkan iklim yang kondusif dan terus berinovasi. Kepala sekolah MAN Insan Cendikia Serpong, bapak Suwardi menjelaskan kepada tim Asesmen tentang upaya sekolah untuk terus meningkatkan mutu program belajar mengajar. Saat ini disiapkan era digital. Semua buku-buku disiapkan versi digital, begitu juga dengan bahan-bahan pengajaran dibuatkan dalam bentuk digital. Ulangan harian dicanangkan dalam format ujian berbasis komputer. Presensi, nilai ulangan siswa, serta hasil penilaian lainnya di-digitalkan, sehingga diharapkan informasi akan lebih mudah diakses dan didistribusikan. Bapak Suwardi juga mengajak Insan Cendikia untuk open mind, membuka wawasan dengan hal-hal yang baru, memilah, dan membuka diri untuk hal-hal baik yang bersifat inovatif dan sesuai dengan visi misi. Sifat bijak terhadap kebijakan yang bajik terlihat dari antusiasme kepala sekolah tentang ujian nasional berbasis komputer. “ Kami tidak takut dan sangat ingin mencoba”, tutur kepala sekolah. Kebijakan UN 20 paket yang ditakuti dan ditentang banyak pihak, disambut baik oleh MAN Insan Cendikia. Sekolah merasa senang,
14
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
karena dengan 20 paket tes, obyektivitas hasil tes lebih terjaga. MAN Insan Cendikia menempati ranking ke-2 nasional nilai UN justru setelah jumlah paket UN 20, sebelum itu tidak pernah masuk ke peringkat 10 besar. Kunjungan tim Asesmen ke sekolah ini memberi wawasan bagaimana kultur yang dibangun untuk menghasilkan standar sekolah yang sangat baik dan melampaui standar nasional. Iklim sekolah dikondisikan sedemikian rupa, sehingga mampu mencetak bibit unggul dari segi iptek maupun imtak. Tantangan terbesar adalah bagaimana menggembleng siswa-siswa tersebut agar tidak hanya unggul saat berada di lingkungan yang kondusif, tetapi tetap unggul saat berbaur dengan keanekaragaman kehidupan nyata.
PUSPENDIK
Interaktif
Bagaimana Kesiapan UN CBT di Prov. Bali? Ir. Hari Setiadi, M.A. Ed.D
Dalam rangka menjajaki kesiapan pelaksanaan Ujian Nasional CBT pada tahun mendatang, dilakukan wawancara terhadap Kepala Dinas Pendidikan, dua sekolah SMAN dan dua sekolah SMPN di Provinsi Bali.
Kepala Dinas Pendidikan Prov. Bali (Tia Kusuma Wardhani, S.H., MM) Menurut ibu apa fungsi Ujian Nasional (UN) bagi kita sekarang ini? Pertama sebagai alat pemerataan kualitas pendidikan, agar kualitas pendidikan di tanah air kita bisa tidak terlalu berbeda dengan menggunakan standar minimum pada Ujian Nasional yang diberlakukan, juga sebagai alat penentu kelulusan agar siswa-siswa di Indonesia lebih giat lagi belajar terutama waktu persiapan menghadapi Ujian Nasional, dan terakhir Ujian Nasional sebagai salah satu alat seleksi masuk ke Perguruan Tinggi. Apakah ibu setuju dengan diadakannya Ujian Nasional? Apa alasannya?
15
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Saat ini Ujian Nasional sangat diperlukan, alasannya karena sebagai evaluasi external masih sangat diperlukan, walaupun dalam pelaksanaan Ujian Nasionalnya sekarang masih harus terus diperbaiki atau disempurnakan. Apakah sekarang ini di Bali ada ujian lain seperti Ujian Nasional? Di Bali sekarang ini sudah ada ujian yang pelaksanaannya mirip dengan pelaksanaan Ujian Nasional. Soal-soalnya dibuat seperti Ujian Nasional lebih dari satu paket soal, sehingga para siswa mendapat peket soal yang berbeda, juga menggunakan Lembar Jawaban Komputer (LJK) seperti pada Ujian Nasional, pengawasannya juga ketat seperti halnya pengawasan pada Ujian Nasional, ujian ini dinamakan Ujian Pemantapan. Apa permasalahan pokok yang ibu rasakan dalam pelaksanaan Ujian Nasional, karena masih menggunakan ujian tertulis dengan kertas? Yang saya rasakan terutama pada tahun ini ada permasalahan dalam naskah soal Ujian Nasional pada mata pelajaran Bahasa PUSPENDIK
Interaktif Indonesia. Karena ada soal Bahasa Indonesia yang harus diganti, maka ada dua (2) perangkat soal yang berlainan, yang diberi nama perangkat naskah soal-soal yang bersampul dan perangkat naskah soal yang tidak bersampul, karena itu perangkat naskah soal yang tidak bersampul akhirnya disisipkan, dan hal ini menimbulkan banyak kebingungan di lapangan. (catatan penulis: Apabila Ujian Nasional sudah menggunakan komputer on line (Computer Based Test atau CBT), dan ada kesalahan naskah soal seperti halnya terjadi di atas, maka kebingungan-kebingungan tersebut tidak akan terjadi di lapangan) Untuk Ujian Nasional tahun depan, mana yang paling mungkin untuk Computerized Based Test atau CBT, jenjang SMP atau SMA? Untuk tahun depan pada tahap awal mungkin bisa dimulai dengan jenjang SMA, baru bisa diikuti dengan jenjang SMP mengingat letak lokasi SMA yang lebih praktis di perkotaan. Untuk Ujian Nasional tahun depan, kira-kira sekolah-sekolah mana saja yang siap dengan komputer (ada lab.komputer) di Bali? Kalau di provinsi Bali, pada prinsipnya semua sekolah-sekolah negeri yang ada di kota Denpasar semua sudah siap melaksanakan
Ujian Nasional tahun depan dengan komputer on line (CBT) atau sekolah-sekolah bekas RSBI Apa kendala utama di Bali kalau tahun depan Ujian Nasional dilaksanakan dengan komputer on line? Supaya tahun depan Ujian Nasional dapat dilaksanakan di Bali secara luas dengan komputer on line, maka diperlukan persiapan infra struktur seperti jaringan internet yang lebih besar. Karena hasil penskoran Ujian Nasional dengan komputer on line sangat cepat, apakah ibu setuju kalau Ujian Nasional boleh mengulang? Sangat setuju kalau Ujian Nasional bisa mengulang kalau siswa yang bersangkutan belum lulus, dan ada saran dari saya bahwa ada baiknya kalau ditengah-tengah pelaksanaan ujian disisipkan pertanyaan yang menanyakan kepada peserta ujian yang bersangkutan identitas pribadinya, misalnya tanggal ulang tahunnya, tempat kelahirannya atau pertanyaan-pertanyaan lainnya yang kemungkinan orang lain/jokey tidak bisa menjawabnya. Sehingga meyakinkan bahwa yang melaksanakan ujian adalah benar-benar peserta ujian yang memang mendaftarkan untuk melakukan Ujian Nasional. Untuk tahap awal, apakah sekolah-sekolah yang belum siap atau letaknya jauh dari perkotaan, masih bisa melaksanakan Ujian Nasional dengan ujian tertulis (dengan Lembar Jawaban Komputer)? Bagi sekolah-sekolah yang belum siap atau letaknya terpencil jauh dari perkotaan, bisa saja masih menggunakan ujian tertulis (paper and pencil test), tetapi kemungkinan peraturanperaturan (Prosedur Operasional Standard) juga berbeda antara Computer Based Test (CBT) dengan paper and pencil test.
16
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
Interaktif Untuk Ujian Nasional ke depannya, apakah setuju ada institusi independen dan profesional yang mengurus pelaksanaan Ujian Nasional dari A sampai Z? Termasuk pengawasannya di ruang ujian? Setuju dengan adanya institusi seperti itu, tetapi sebaiknya kalau bisa ada daerah yang dijadikan model dahulu, baru diterapkan di seluruh Indonesia. (Catatan penulis: karena Ujian Nasional seharusnya adalah berfungsi sebagai evaluasi external, tetapi sekarang ini pengawasan Ujian Nasional di ruang ujian masih diawasi oleh guru-guru, jadi pengawasannya tidak efektif bisa saja terjadi guru-guru mempunyai conflict of interest artinya karena guru-guru tersebut juga sangat berkepentingan terhadap hasil Ujian Nasional, walaupun pengawasannya sudah dengan sistem silang tetapi bisa tidak berguna karena di daerah sistemnya juga otonomi daerah) Untuk Ujian Nasional ke depannya apakah ibu setuju dengan Computerized Adaptive Test (CAT) dimana setiap siswa mengerjakan soalsoal sesuai dengan kemampuannya masingmasing, dan setiap siswa juga bisa mengerjakan test dengan jumlah soal yang berbeda-beda? Setuju kalau memang sudah menjadi kebijakan pemerintah, dan tentunya juga sudah dipersiapkan pelaksanaannya secara matang. (Catatan Penulis: Untuk Ujian Nasional masa depan kalau sudah bisa menggunakan Computerized Adaptive Test (CAT), maka hasilnyapun akan bisa lebih akurat daripada menggunakan Computerized Based Test atau CBT)
Kepala SMP Negeri 3 (I Wayan Murdana, SPd, M.Pd) 17
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Apakah menurut Bapak permasalahan pokok Ujian Nasional setiap tahunnya? Ujian Nasional sangat penting terutama untuk mengetahui ketercapaian standard secara nasional, tetapi selalu saja ada permasalahan terutama penyiapan naskah soal Ujian Nasionalnya, misalnya masalah tertukarnya naskah soal dari percetakan, atau kurangnya naskah soal tidak sesuai dengan jumlah peserta ujian sehingga harus difotocopy apabila ada mesin fotocopy di tempat tersebut dan masalah-masalah lainnya dari percetakan. Apakah Sekolah Bapak memiliki laboratorium komputer? Di sekolah saya ada lab. Komputer, dan di dalam lab. Komputer tersebut ada 40 unit komputer, dan semua komputer tersebut bisa digunakan atau tidak rusak. Bagaimanakah jaringan internet di laboratorium komputer tersebut? Jaringan internet di lab.Komputer cukup baik digunakan untuk 40 unit komputer, bahkan siswa-siswa di sekolah tersebut sudah biasa menggunakan komputer laptop untuk Proses Belajar Mengajar di kelas-kelas dan mereka juga biasa menggunakan internet di kelas-kelas. Apakah Bapak bersedia diberi software Ujian Nasional dan menggunakannya untuk latihan siswa-siswa dalam ujian-ujian di kelas, misal untuk Ujian Akhir Semester (UAS)? Saya siap diberi software Ujian Nasional dan menggunakannya untuk latihan para siswa pada ujian-ujian di kelas misal Ujian Akhir Semester (UAS), dan lebih senang lagi apabila para guru bisa membuat soal-soalnya sendiri untuk digunakan pada software Ujian Nasional tersebut. PUSPENDIK
Interaktif Apakah Bapak setuju dalam pelaksanaan Ujian Nasional dengan menggunakan komputer on line (Computerized Based Test) para siswa bisa mengulang ujian apabila pada saat pertama kali mereka ujian, mereka belum lulus Ujian Nasional? Saya sangat setuju para siswa dapat mengulang ujian, apabila mereka belum lulus ujian pada pertama kali, para siswa diberi kesempatan belajar dan mengulang kembali pada waktu yang telah ditentukan oleh panitia ujian. Yang lebih penting lagi siswa masih ada waktu untuk dapat mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri. Menurut Bapak apa kendala utamanya yang mungkin terjadi kalau Ujian Nasional diterapkan tahun depan? Kendala yang mungkin terjadi apabila Ujian Nasional dilaksanakan tahun depan adalah sarananya atau banyaknya jumlah komputer, karena kalau pelaksanaan Ujian Nasional dengan komputer on line maka akan diperlukan jumlah komputer yang sangat banyak walaupun nanti dalam pelaksanaannya bisa dalam bentuk gelombang per gelombang, dalam sekolah ini saja sudah ada 229 siswa kelas 3, harus disiapkan berapa jumlah siswa kelas 3 untuk seluruh Indonesia.
Guru SMP Negeri 1 Denpasar (Bapak Nyoman) Apakah menurut Bapak permasalahan pokok Ujian Nasional setiap tahunnya? Terutama pada tahun ini ada masalah kesalahan naskah soal pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, sehingga terpaksa harus dibuat sisipan paket soal yang melengkapi paket yang semula ada. Kejadian ini membingungkan pelaksanaan Ujian Nasional di lapangan, sehingga ada beberapa soal yang tercetak dua kali, walaupun sudah ada juga instruksi soal-soal mana yang harus dikerjakan. (catatan penulis: Apabila Ujian Nasional sudah menggunakan komputer on line (Computer Based Test atau CBT), dan jika ada kesalahan naskah soal seperti halnya terjadi di atas, maka kebingungan-kebingungan tersebut tidak akan terjadi di lapangan) Apakah sekolah Bapak memiliki laboratorium komputer? Di sekolah saya ada dua lab. Komputer (satu lab komputer dan satu lab multimedia. Tetapi satu lab komputer harus di „up grade“ karena komputernya sudah yang lama. Satu lab komputer berisi 34 unit komputer.
Apakah tahun depan sekolah Bapak siap untuk melaksanakan Ujian Nasional dengan menggunakan computer on line (Computerized Based Test)? Sekolah saya siap tahun depan melaksanakan Ujian Nasional dengan menggunakan komputer on line (Computerized Based Test), kalau Dinas Pendidikan Propinsi Bali ada program tentang hal ini, maka sekolah saya adalah yang nomor 1 mendukung program ini. 18
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
Interaktif Bagaimanakah jaringan internet di laboratorium komputer tersebut? Jaringan internet di sekolah kami cukup hanya untuk satu di lab. Dan siswa-siswa di sekolah kami juga sudah biasa menggunakan komputer. Apakah Bapak bersedia diberi software Ujian Nasional dan menggunakannya untuk latihan siswa-siswa dalam ujian-ujian di kelas, misal untuk Ujian Akhir Semester (UAS)? Saya siap diberi software Ujian Nasional dan menggunakannya untuk latihan para siswa pada ujian-ujian di kelas misal Ujian Akhir Semester (UAS). Apakah Bapak setuju dalam pelaksanaan Ujian Nasional dengan menggunakan komputer on line (Computerized Based Test) para siswa bisa mengulang ujian apabila pada saat pertama kali mereka ujian, mereka belum lulus Ujian Nasional? Saya sangat setuju para siswa dapat mengulang ujian, apabila mereka belum lulus ujian pada pertama kali, para siswa diberi kesempatan belajar dan mengulang kembali pada waktu yang telah ditentukan oleh panitia ujian. Tapi yang lebih penting lagi siswa harus masih ada waktu untuk dapat mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri.
Kepala SMA Negeri 1 (Drs. I Nyoman Purnajaya, M.Pd) Apakah menurut Bapak permasalahan pokok Ujian Nasional setiap tahunnya? Permasalahan pokok pada pelaksanaan Ujian Nasional yang hampir setiap tahunnya terjadi adalah permasalahan percetakan, masalah tersebut antara lain adalah isi naskah soal dan amplopnya berbeda tidak sama, misalnya isi amplopnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi yang tertulis di luar amplopnya mata pelajaran Kimia. Juga pengamanan polisi pada Ujian Nasional berlebihan, di halaman sekolah polisi memakai pakaian dinas dan juga memakai laras panjang Apakah sekolah Bapak memiliki laboratorium komputer? Di sekolah saya ada lab. Komputer, dan di dalam lab. Komputer tersebut ada 40 unit komputer, dan semua komputer tersebut bisa digunakan atau tidak rusak. Bagaimanakah jaringan internet di laboratorium komputer tersebut? Jaringan internet di sekolah saya bandwithnya 1 mega bite, semua siswa biasa
Apakah tahun depan sekolah Bapak siap untuk melaksanakan Ujian Nasional dengan menggunakan computer on line (Computerized Based Test)? Saya tidak berani berjanji karena bukan kewenangan saya, tapi kalau atasan saya dan Dinas Pendidikan Provinsi tahun depan mengadakan program ini saya siap melaksanakan.
19
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
Interaktif menggunakan komputer dalam proses belajar mengajar di sekolah, kalau memungkinkan bandwithnya ditambah. Apakah Bapak bersedia diberi software Ujian Nasional dan menggunakannya untuk latihan siswa-siswa dalam ujian-ujian di kelas, misal untuk Ujian Akhir Semester (UAS)? Saya siap diberi software Ujian Nasional dan menggunakannya untuk latihan para siswa pada ujian-ujian di kelas misal Ujian Akhir Semester (UAS), dan lebih senang lagi apabila para guru bisa membuat soal-soalnya sendiri untuk digunakan pada software Ujian Nasional tersebut. Apakah Bapak setuju dalam pelaksanaan Ujian Nasional dengan menggunakan komputer on line (Computerized Based Test) para siswa bisa mengulang ujian apabila pada saat pertama kali mereka ujian, mereka belum lulus Ujian Nasional? Saya sangat setuju para siswa dapat mengulang ujian, apabila mereka belum lulus ujian pada pertama kali, para siswa diberi kesempatan belajar dan mengulang kembali pada waktu yang telah ditentukan oleh panitia ujian. Yang lebih penting lagi siswa masih ada waktu untuk dapat mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri.
penjebolan password artinya security harus ditingkatkan, juga harus dipikirkan kalau masyarakat menjadi resah karena banyak siswa yang tidak lulus, bagaimana pemerintah mengatasinya? Saran/usul yang diberikan: Memang dengan Computerized Based Test pelaksanaan Ujian Nasional akan semakin hemat dan lebih objektif membedakan kompetisi siswa, tetapi kalau misalnya banyak sekali siswa mereka sudah dua kali ikut ujian, tapi mereka masih juga belum lulus ujian maka usulnya adalah mereka diberikan status Tamat Belajar, tapi belum lulus ujian. Dan bagi mereka yang hanya Tamat Belajar tapi belum lulus ujian, mereka tidak bisa untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Apakah tahun depan sekolah Bapak siap untuk melaksanakan Ujian Nasional dengan menggunakan komputer on line (Computerized Based Test)? Sekolah saya siap tahun depan melaksanakan Ujian Nasional dengan menggunakan komputer on line (Computerized
Menurut Bapak apa kendala utamanya yang mungkin terjadi kalau Ujian Nasional diterapkan tahun depan? Dengan Computerized Based Test tetap harus diwaspadai peluang kebocoran soal, misalnya setiap peserta ujian bisa saja diminta mencatat/mengingat satu soal saja pada waktu mereka mengerjakan soal-soal ujian, selain itu harus waspada dengan 20
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
Interaktif Based Test), tetapi baiknya dilakukan uji coba dahulu, misal dilakukan untuk Ujian Akhir Semester (UAS) dimana guru-guru di sekolah saya sendiri yang buat soalnya dan dapat digunakan pada software Ujian Nasional.
Kepala SMA Negeri 4 (Dr. Wayan Rika, M.Pd) Apakah menurut Bapak permasalahan pokok Ujian Nasional setiap tahunnya? Masalah pada pelaksanaan Ujian Nasional yang hampir setiap tahunnya terjadi adalah masalah naskah soal yang rusak, isi naskah soal dan tulisan di amplop berbeda, diundur jadwalnya karena naskah soal belum selesai dicetak, tertukarnya pengiriman naskah soal ke daerah lain, salah cetak soal tidak ada kunci jawaban. Apakah di Sekolah Bapak ada laboratorium komputer? Di sekolah saya ada dua lab. Komputer, dan ke dua lab komputer tersebut bisa digunakan. Bagaimanakah jaringan internet di lab. Komputer tersebut? Jaringan internet di sekolah saya bandwithnya sudah cukup besar, dan setiap siswa bisa menggunakan internet di kelasnya masing-masing. Apakah Bapak bersedia diberi software Ujian Nasional dan menggunakannya untuk latihan siswa-siswa dalam ujian-ujian di kelas, misal untuk Ujian Akhir Semester (UAS)? Saya siap diberi software Ujian Nasional dan menggunakannya untuk latihan para siswa pada ujian-ujian di kelas misal Ujian Akhir Semester (UAS), dan lebih senang lagi apabila 21
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
para guru bisa membuat soal-soalnya sendiri untuk digunakan pada software Ujian Nasional tersebut. Apakah Bapak setuju dalam pelaksanaan Ujian Nasional dengan menggunakan komputer on line (Computerized Based Test) para siswa bisa mengulang ujian apabila pada saat pertama kali mereka ujian, mereka belum lulus Ujian Nasional? Saya sangat setuju para siswa dapat mengulang ujian, apabila mereka belum lulus ujian pada pertama kali, para siswa diberi kesempatan belajar dan mengulang kembali pada waktu yang telah ditentukan oleh panitia ujian. Yang lebih penting lagi siswa masih ada waktu untuk dapat mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri. Menurut Bapak apa kendala utamanya yang mungkin terjadi kalau Ujian Nasional diterapkan tahun depan? Masalah utama yang perlu dipikirkan juga adalah masalah listrik bila ada masalah, masalah jaringan atau bandwith, juga masalah „hacker.“ Karena pernah terjadi di Bali pada waktu perlombaan komputer tiba-tiba semua komputer berhenti. Apakah tahun depan sekolah Bapak siap untuk melaksanakan Ujian Nasional dengan menggunakan omputer on line (Computerized Based Test)? Sekolah saya siap tahun depan melaksanakan Ujian Nasional dengan menggunakan komputer on line (Computerized Based Test), tetapi baiknya dilakukan uji coba dahulu, misal dilakukan untuk Ujian Akhir Semester (UAS) dimana guru-guru di sekolah saya sendiri yang buat soalnya dan digunakan pada software Ujian Nasional. PUSPENDIK
Interaktif
INFO UN DARI SEKOLAH
BERPRESTASI Ujian Nasional tahun 2014 baru beberapa bulan dilaksanakan. Untuk memperoleh feed back dari sekolah atau siswa yang berprestasi pada program ini, dilakukan wawancara terhadap beberapa narasumber seperti kepala sekolah dan siswa yang memperoleh prestasi tertinggi. Sekolah yang dipilih adalah sekolah yang memiliki prestasi nilai UN di tingkat nasional. Liputan Didi Pujohadi dilakukan terhadap Wakil Kepala Sekolah Ibu Enung Nurhayati dari SMAN 2 Bandung. Untuk narasumber siswa, tim buletin mewancarai dua orang siswa dari SMAN 1 Yogyakarta, yaitu Nur Afifah Widyaningrum yang memperoleh peringkat pertama nasional program SMA IPS, dan Hashina Zulfa peringkat ketiga nasional untuk program SMA IPA.
Afifah Widyaningrum
22
AFIFAH WIDYANINGRUM, siswi peringkat pertama nilai UN (nilai UN 55,85) untuk program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat nasional di tahun 2014, berasal dari SMAN 1 Yogyakarta. 1. Bagaimana dan persiapan apa yang telah dilakukan dan dalam rangka menghadapi UN? Secara umum metode belajar saya adalah dengan membaca, mencatat, dan meringkas materi. Hal yang sama saya terapkan dalam menghadapi UN 2014 kemarin, ditambah dengan intensif mengerjakan buku latihan soal. Saya menyusun jadwal belajar, dalam artian memilih mana yang akan saya pelajari dan sampai mana saya akan mempelajarinya dalam kurun waktu tertentu. Saya tidak menarget berapa nilai UN yang ingin saya raih, tapi saya menarget berapa buku latihan soal yang harus saya selesaikan dan saya kuasai betul dalam menghadapi UN ini. Waktu kosong yang ada di sekolah (misalnya sebelum kelas masuk atau saat istirahat) saya gunakan untuk mengerjakan latihan soal. Saya bertanya kepada guru-guru di sekolah. Saya mengambil les privat dari bimbingan belajar New Neutron selama 2 minggu untuk mata pelajaran Matematika dan Ekonomi.
Hashina Zulfa
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
Interaktif 2. Menurut pendapatmu, bagaimana tingkat kesulitan soal UN 2014 secara umum? Lumayan sulit, he he he. Soalnya beberapa soal memang susah dalam artian saya merasa belum pernah dapat itu d sekolah. Karena satu soal bisa berarti banyak banget saat ngerjakan UN, jadi saya pikir secara keseluruhan sulit. 3. Bagaimana prestasi akademik mu sejak kelas 10 hingga kelas 12? Di kelas 10 peringkat akademik saya di kelas ada di tengah-tengah; biasa-biasa saja. Kelas 11 dan 12 baru selalu berada di tiga besar kelas dan paralel (karena kelas IPS di SMA Negeri 1 Yogyakarta hanya ada satu kelas). Di kelas 11 dan 12 juga saya mulai ikut lomba akademik seperti Lomba Akuntansi dan Olimpiade Bahasa Inggris. 4. Apakah faktor-faktor pendukung di sekolahmu dalam menempuh UN? SMA Negeri 1 Yogyakarta menyediakan jam ke-0, tambahan seusai sekolah di hari-hari tertentu, serta layanan klinis. Jam ke-0 ini berlangsung dari pukul 06.30 sampai 07.15. Yang dibahas adalah materi persiapan untuk SBMPTN. Tambahan seusai sekolah dilakukan hingga pukul 15.45, materinya adalah materi UN. Sedangkan layanan klinis dapat difungsikan ketika murid-murid ingin dapat tambahan suatu mapel secara intensif, maka mereka bisa menghubungi guru mapel yang bersangkutan dan menyusun jadwal. Selain itu, dukungan moral juga tak luput diberikan melalui nasihatnasihat. 5. Apakah faktor-faktor pendukung di rumahmu dalam menempuh UN? Fasilitas belajar saya banyak datang dari rumah. Alhamdulillah, orang tua mengizinkan 23
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
beli buku sebanyak apapun yang saya pikir akan saya perlukan dalam rangka menghadapi UN ini. Mereka juga memfasilitasi saya untuk mendaftar bimbingan belajar program privat. Dan yang nggak kalah penting, mereka selalu mengingatkan saya untuk beribadah, berdoa, dan yakin pada diri sendiri. 6. Untuk memperoleh nilai yang tinggi dalam UN atau prestasi akademik lainnya, apakah fasilitas sekolah sangat menentukan? Apakah faktor-faktor penentu yang lain? Ya, saya berpikir begitu. Faktor dari sekolah nomor satu yang menurut saya penting adalah ketika guru mengerti bakat/minat anak didik kemudian mendukung anak didik yang bersangkutan. Bagi saya, dukungan dari segi sikap seperti itu bermakna banyak sekali, baik ketika menghadapi UN ataupun dalam lomba. Karena anak didik akan merasa bahwa ada orang yang mengerti dirinya dan itu bagus untuk kepercayaan diri. Urutan selanjutnya ada dalam seberapa jauh sekolah mau memfasilitasi hal tersebut (misalnya kalau untuk UN ada program Achievement Motivation Training dan kalau untuk lomba maka bisa menggunakan anggaran sekolah). 7. Apakah UN dimasa akan datang perlu dipertahankan? Berikan alasannya? Saya pikir perlu, tetapi untuk alasan pemetaan saja. Saya tidak setuju kalau UN dijadikan syarat kelulusan ataupun syarat masuk ke perguruan tinggi. Sebab UN dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan proses belajar yang makan beberapa tahun, sehingga kurang proporsional apabila bobot kelulusan ataupun penilaian untuk entry masuk ke PT banyak dibebankan kepada UN. Tetapi untuk pemetaan, nah, saya PUSPENDIK
Interaktif pikir itu perlu karena kita harus tahu sebaran kualitas pendidikan. 8. Bagaimana pendapat mu jika ada sebagian siswa tidak mendukung adanya UN? Itu hak mereka untuk berpendapat demikian. Saya nggak punya banyak komentar tentang itu, karena mereka yang tidak mendukung juga punya alasan sendiri (antara lain, misalnya, di UN sering ada tindak kecurangan, atau UN dinilai tidak efektif, dsb). Saya sendiri masih percaya dalam rangka membantu peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, UN masih dibutuhkan dengan tujuan khusus pemetaan, tetapi jangan ditumpangi tujuan-tujuan lainnya seperti syarat kelulusan atau pun entry masuk PT.
beberapa soal yang ambil dari PISA dsb. Ini saya keluhkan karena di 2014, kalau saya nggak salah, UN masih dipadukan dengan nilai lain sebagai standar kelulusan dari sekolah dan juga digunakan sebagai syarat masuk PT. Kesannya kan jadi kayak pisau bermata dua begitu, di satu sisi ingin mapping dan meningkatkan kualitas, tapi di sisi lain, murid Indonesia `kaget` dan hasilnya juga nggak sebaik tahun lalu. Tapi selain itu, untuk hal-hal yang sudah baik, dan UN sejauh ini sudah bisa terselenggara, semoga bisa akan terus baik seperti itu.
HASHINA ZULFA, siswi peringkat pertama nilai UN (57,65) untuk program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di tingkat nasional di tahun 2014, berasal dari SMAN 1 Yogyakarta.
9. Apa yang perlu dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan UN?
1. Bagaimana dan persiapan apa yang telah dilakukan dan dalam rangka menghadapi UN?
Dengan segala hormat, menurut saya, sebaiknya pemerintah semakin ketat mengawasi penyelenggaraan UN untuk mencegah adanya tindak kecurangan. Saya sendiri kurang paham kecurangan seperti apa atau bagaimana kecurangan-kecurangan itu dilakukan tatkala UN, tapi bila pengawasan diperketat, maka akan mengurangi hal-hal seperti itu. Kemudian, ini berkaca dari UN 2014 kemarin ya. Dengan segala hormat pula, saya mau saran kalau bisa, kalau misalnya UN sudah ada SKL, nah soal yang keluar di hari-H itu juga sama seperti SKL. Nggak mendadak ada konten bermuatan lain. Yang jadi masalah di sini adalah karena murid nggak pernah disosialisasikan sebelumnya, dan itu membuat kaget. Kalau jauh-jauh hari sudah diberitahu, nggak masalah, karena sebetulnya saya masih kurang paham kenapa mendadak di soal UN 2014 kemarin ada
Sama seperti teman-teman pada umumnya ketika akan mengahdapi UN, belajar lebih keras dan menggunakan waktu luang seefektif mungkin. Selain usaha, pendekatan diri pada Allah juga lebih ditambah. Intinya usaha dan doa adalah persiapan utama.
24
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
2. Menurut pendapatmu, bagaimana tingkat kesulitan soal UN 2014 secara umum? Menurut saya meningkat, bahkan sempat pesimis saat mengerjakan UN kemarin. 3. Bagaimana prestasi akademik mu sejak kelas 10 hingga kelas 12? Wah biasa saja, ranking sekolah juga bagus baru saat kelas 12 ini. Jadi mendapat juara UN ini memang sangat mengagetkan dan di luar prediksi.
PUSPENDIK
Interaktif 4. Apakah faktor-faktor pendukung di sekolahmu dalam menempuh UN? Setiap pagi ada jam ke-0 (06.30-07.15) dan setelah pulang sekolah ada tambahan dari jam 14.15-15.45. Tak lupa semangat dan motivasi dari guru-guru dan karyawan, teman seangkatan, dan juga adik kelas. 5. Apakah faktor-faktor pendukung di rumahmu dalam menempuh UN? Dukungan keluarga terutama bapak dan ibu.Bapak dan ibu selalu memfasilitasi apa saja yang sekiranya dibutuhkan seperti buku-buku. Ibu pun sering membuatkan saya makanan special saat saya sedang belajar. 6. Untuk memperoleh nilai yang tinggi dalam UN atau prestasi akademik lainnya, apakah fasilitas sekolah sangat menentukan? Faktor pribadi, faktor keluarga, dan faktor sekolah 7. Apakah UN dimasa akan datang perlu dipertahankan? Berikan alasannya? Perlu, karena sebagai indikator kualitas pendidikan dari suatu daerah yang kemudian untuk ditindaklanjuti agar tidak terjadi kesenjangan kualitas pendidikan. 8. Bagaimana pendapat mu jika ada sebagian siswa tidak mendukung adanya UN? Setiap orang boleh memiliki pendapatnya masing-masing, yang terpenting adalah bagaimana menyatukan pendapat-pendapat tersebut sehingga tercapai suatu keputusan yang mendekati adil untuk semua pihak. 9. Apa yang perlu dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan UN? 25
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Ya sejauh ini saya lihat tidak ada suatu masalah yang tergolong serius, saya sangat mengapresiasi pemerintah dalam penyelenggaraan UN, terus tingkatkan sebaik mungkin. Toh setiap hal yang dilakukan pemeritah dalam penyelenggaraan UN pasti berniat positif.
SMAN 2 BANDUNG 1. Faktor-faktor utama apa yang membuat siswa Anda mampu menyelesaikan soal UN dengan baik? Faktor utama yang membuat siswa mampu menyelesaikan soal dengan baik adalah motivasi belajar yang tinggi, kesiapan diri siswa dalam belajar untuk menghadapi UN ditunjang dengan pemantapan dari guru pengajar, bimbingan dan motivasi dari orang tua serta lingkungan belajar di sekolah yang nyaman dan kondusif. 2. Apa pendapat Anda tentang UN sebagai instrumen dalam meningkatkan prestasi akademik siswa dan sekolah? Dengan UN sebagai instrumen dalam meningkatkan prestasi akademik siswa dan sekolah, tentunya merupakan tantangan yang menjadi motivasi bagi SMAN 2 untuk meningkatkan kualitas seluruh unsur yang mendukung proses pembelajaran. 3. Apa persiapan yang telah dilakukan SMAN 2 dalam menghadapi UN? Kegiatan yang dilaksanakan di SMAN 2 Bandung dalam rangka persiapan menghadapi UN adalah kegiatan pemantapan dan penambahan jam pelajaran untuk mata pelajaran yang di UN kan.
PUSPENDIK
Interaktif 4. Menurut Anda, bagaimana kualitas dan tingkat kesulitan soal UN tahun ini? Kualitas soal UN tahun 2014 ini lebih baik dan tingkat kesulitannya lebih sulit dari tahun sebelumnya. 5. Apa kekurangan dan kelebihan penyelenggaraan UN tahun 2014?
8. Bagaimana pendapat Anda, UN adalah salah satu instrumen yang efektif sebagai perekat dan pemersatu bangsa? Karena seluruh warga negara berhak mendapatkan pelayanan dan kesempatan pendidikan yang sama. UN sebagai tolak ukur prestasi akademik sekolah secara nasional.
Kualitas kertas LJK dan soal lebih baik dari tahun sebelumnya serta penyelenggaraannya lebih tertib dan terkendali, tetapi honor penyelenggaraan kecil. 6. Apa saran Anda dalam rangka memperbaiki penyelenggaraan UN ke depan? Dalam penggandaan dan pendistribusian soal pengamanannya harus lebih ditingkatkan kembali. 7. Bagaimana perbandingan motivasi mengajar antara guru yang pelajaran yang di UN-kan dan guru yang mengajar pelajaran bukan UN? Pada prinsipnya motivasi mengajar antara guru mata pelajaran yang di UN kan dan yang tidak di UN kan adalah sama karena semua mata pelajaran menentukan kelulusan tetapi untuk mata pelajaran yang di UN kan harus lebih memberikan pelayanan prima pada peserta didik.
26
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Enung Nurhayati, Wakil Kepala SMAN 2 Bandung
PUSPENDIK
Interaktif
ICT DALAM PENDIDIKAN & PENDIDIKAN ICT DI FINLANDIA Adanya wacana penggunaan ICT dalam penilaian dan evaluasi pendidikan di Indonesia, mendorong diperlukannya wawasan internasional tentang penggunaan ICT dalam pendidikan. Suatu overview & best practice dari negara lain yang memiliki pengalaman di bidangnya sangat diperlukan. Finlandia dipilih dalam topik ini karena memiliki tradisi prestasi yang bagus di bidang pendidikan (lihat survei PISA dan TIMMS). Tujuan penyajian artikel ini adalah memberikan wawasan bagi institusi pendidikan dan lembaga terkait dalam mengembangkan kebijakan di bidang kurikulum dan penilaian pendidikan berbasis ICT di Indonesia. Dalam menyajikan artikel ini, tim redaksi buletin hanya meringkas dan menerjemahkan artikel asli “ICT in Finnish Education and ICT education in Finland”, by Tomi Jaakola, Centre for Learning Research, University of Turku, Finland).
27
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Gambaran Ikhtisar Sistem Pendidikan di Finlandia Ada tiga jenjang utama yaitu pendidikan wajib yang terdiri dari sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6, dan sekolah menengah dari kelas 7 sampai kelas 9. Pendidikan menengah terdiri dari sekolah tinggi dan sekolah kejuruan. Pendidikan Tersier: universitas dan politeknik selanjutnya disebut institusi pendidikan tinggi yang berorientasi kejuruan. Dalam hal ini siswa harus lulus ujian masuk. Sistem sekolah dibiayai 100 persen oleh negara dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, dan juga tidak ada biaya bagi siswa pertukaran asing. Semua guru di Finlandia wajib sudah memiliki pendidikan magister dari universitas. Guru-guru diseleksi dari 10% lulusan tertinggi perguruan tinggi. Kompetisinya sangat tinggi, bahkan lebih PUSPENDIK
International View sukar memasusi pendidikan guru dari pada bidang hukum atau bidang pengobatan. Kurikulum nasional hanyalah pedoman umum, yang memberikan kebebasan kepada guru dan sekolah dalam hal isi maupun metode, misalnya penggunaan ICT. Anak-anak di Finlandia mulai sekolah umur tujuh tahun (rentang umur dari 7 - 9 tahun bagi dimulainya pendidikan wajib). Sebagian besar anak-anak, pandai atau kurang pandai diajarkan di dalam kelas yang sama.
Dalam beberapa tahun, siswa Finlandia memperoleh peringkat tertinggi dalam bidang sains, membaca, dan matematika dalam survei internasional seperti PISA dan TIMMS
Bimbingan ekstra dilakukan bagi siswa yang lemah dimana 30% anak-anak menerima bantuan ekstra selama sembilan tahun di sekolah Survei Sekolah: ICT dalam Pendidikan (EC, 2013) dalam konteks infrastruktur jenjang pertama. Ada pula sekolahsekolah bagi anakanak berkebutuhan khusus dan anakanak yang mengalami kendala belajar. Sembilan puluh tiga persen warga Finlandia lulus dari sekolah tinggi. Enam puluh enam persen siswa memasuki college (merupakan rating tertinggi di Eropa)
28
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Perbedaan siswa-siswa terkuat dan terlemah di Finlandia adalah terkecil di dunia.
PUSPENDIK
International View ICT dalam Pendidikan di Finlandia Pentingnya ICT dalam pendidikan telah ditekankan sejak awal milenium dengan berbagai strategi. Finlandia berada tingkat tertinggi penilaian komparatif internasional dalam hasil pembelajaran hampir sepuluh tahun terakhir. Faktor-faktor penunjang kesuksesan adalah tidak sama dalam memelihara posisi tertinggi untuk sepuluh tahun mendatang. Dalam mempertahankan posisinya, Finlandia membuat berbagai penggunaan peluang yang disediakan oleh ICT dan media. Dalam pendidikan wajib dan sekolah-sekolah tinggi, ICT diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran sekolah. Tidak ada pelajaran ICT dan hal ini tergantung pada guru untuk menggunakan atau tidak selama pelajaran dalam berbagai domain. Di sekolah-sekolah Finlandia jumlah penggunaan ICT untuk pembelajaran adalah terendah di Eropa. Guru-guru di Finlandia menggunakan ICT untuk beberapa hal ketika mempersiapkan pelajaran bukan selama dalam pelajaran. Berdasarkan laporan mandiri siswa, siswa Finlandia memiliki kesempatan terendah untuk menggunakan ICT selama di kelas dalam pendidikan wajib, ke empat terendah dalam pendidikan tinggi, dan di bawah ratarata negara Eropa (EU) dalam pendidikan kejuruan.
29
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Pendidikan ICT di Finlandia Jenjang pendidikan ICT/CS dapat diperoleh dari universitas, politeknik, dan pendidikan kejuruan
Ketertarikan masyarakat terhadap ICT secara umum dan pendidikan ICT secara khusus bervariasi berdasarkan ICT-hype yang diciptakan oleh media Finlandia. Sebagai contoh citra dan kesuksesan publik Nokia telah menjadi faktor utama dalam membentuk sikap-sikap.
Simpulan Finlandia memiliki infrastruktur yang baik dalam sekolah-sekolah, tetapi guru yang menggunakan infrastruktur sangat sedikit Finlandia memiliki sektor ICT yang kuat dan minat umum terhadap studi ICT juga cukup tinggi. Bagaimana pun, tingkat lulusan siswa dalam ICT masih jauh dari optimal. Secara umum, menunjukkan bahwa baik pengetahuan ICT dan minat umum terhadap studi ICT lebih berkembang di luar pendidikan formal.
PUSPENDIK
International View
30
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Nabawi Mosque, bhp collection
PUSPENDIK
Khazanah Khazana h
BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERANAN ENTREPRENEURSHIP DI LEMBAGA RISET? Bagus Hary Prakoso Peneliti di Pusat Penilaian Pendidikan Email:
[email protected]
Dalam
konteks
jumlah
paper
yang
dihasilkan, di level mundo khususnya (ASEAN), Indonesia menduduki peringkat ke-empat di bawah Singapura dengan 5.781 paper, dan Thailand 2.397 paper. Sementara jika dibandingkan negara-negara maju di Asia jumlah paper Indonesia jelas sangat tertinggal dengan Jepang yang memiliki 83.484 paper, Cina memiliki 57.740 paper, Korea memiliki 24.477 paper, dan India memiliki 23.336 paper. Jumlah paper dari Indonesia juga hampir sama dengan paper ilmiah dari Vietnam yang memiliki 453 paper selama tahun 2004 tersebut. Berbicara di level makro ini terkait anggaran iptek tahun 2004 sebesar 0.05 persen dari PDB (Rakornas Ristek 2004). Angka ini relatif sangat kecil dibandingkan misalnya dengan negeri Jiran Malaysia, yang menganggarkan 0.5 persen dari PDB untuk 31
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
mendorong pertumbuhan iptek di negeri tersebut. Sementara di Indonesia, dari dana 0.05 persen PDB ini masih dibagi-bagi untuk pengadaan alat dan bahan, sehingga anggaran untuk pengadaan literatur ilmiah akan jauh lebih kecil lagi. Padahal informasi ilmiah yang antara lain berupa jurnal, prosiding seminar, merupakan kebutuhan pokok bagi seorang peneliti di perguruan tinggi maupun industri. Di level meso, permasalahan yang masih sering dihadapi oleh peneliti dan lembaga penelitian pada dasarnya ada dua macam yaitu masalah teknis dan administratif. Permasalahan teknis bagi peneliti pemula adalah sulitnya menulis karya ilmiah. Lembaga riset yang memiliki jurnal yang belum terakreditasi juga mengalami kesulitan dalam memperoleh karya ilmiah dari sisi kuantitas maupun kualitas. Masalah administratif bagi peneliti adalah nilai (value) yang bersifat materi dan nonmateri. PUSPENDIK
Khazanah Khazana h Ditambah lagi banyaknya aturan administratif yang tidak mendukung terciptanya atmosfer kehidupan ilmiah yang seharusnya. Permasalahan lain adalah peneliti yang belum memiliki komitmen terhadap keberlangsungan lembaga penelitian di tempat mereka bekerja. Berkontribusi dengan karya ilmiah bukanlah suatu kewajiban dan kesadaran yang mengikat. Alasannya selalu logis dan pragmatis, menulis karya ilmiah itu sulit sedangkan kesempatan mencapai angka kredit waktunya sedemikian sempit. Ada lagi peneliti yang frustasi akibat minimnya dukungan, fasilitas, dan workshop di institusinya. Masalah bagi pengelola jurnal yang belum terakreditasi, pekerjaan mengoleksi, mengoreksi, hingga publikasi menjadi pekerjaan yang cukup menyulitkan. Mereka tersandera dan terkendala oleh waktu, lembaga, dan sumberdaya. Mengandalkan idealisme saja tidak cukup. Dalam penelitian kolektif atas nama lembaga penelitian pun masih muncul D permasalahan seperti: siapa yang melakukan penelitian, cost and benefit-nya, dan implikasi suatu penelitian terhadap suatu kebijakan maupun peningkatan kinerja organisasi yang bersangkutan. Bila diamati tampaknya problem dan capaian mikro hingga makro suatu bangsa berjalan secara linier. Semakin maju suatu negara, maka semakin tinggi pula paper dan indeks kerjasama riset yang dihasilkan. Paper adalah simbol hasil riset ilmiah yang telah divalidasi dan diakreditasi. Melihat isu faktual ketiga tataran tersebut, timbul pertanyaan, apa penyebab utama pada lembaga riset di Indonesia. Sistem atau sumberdayanya? Artikel ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana mengoptimalkan peranan (operasionalisasi)
32
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
entrepreneurship (kewira-usahaan) di lembaga riset sektor publik.
Entreneurship di Sektor Publik, Apa dan Bagaimana? Salah satu definisi entrepreneurship atau kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan mengeksploitasi peluang-peluang yang dihadapi oleh manusia tiap saat (Zimmerer, 1996). Selanjutnya dia memberi ciri-ciri orang yang inovatif yaitu: selalu bertanya apakah ada yang lebih baik, dan selalu menantang (challenge) kebiasaan rutin atau tradisi, dsb. Ini didukung oleh pendapat Harvard’s Theodore Levitt, bahwa rahasia entrepreneurship adalah kreativitas dan inovasi. Ciputra menglasifikasi jenis entrepreneur menjadi empat macam yaitu: business entrepreneur, social entrepreneur, government entrepreneur, dan academic entrepreneur. Dalam menerapkan kewirausahaan di sektor publik, referensi yang digunakan bisa mengacu pada Reinventing Government (Osborne dan Gaebler, 1992), yang sebenarnya dalam teori manajemen publik merupakan bagian atau aplikasi konsep New Public Management (NPM). Konsekuensi dan aplikasi entrepreneurship dalam sektor publik adalah menantang kebiasaan rutin atau tradisi dan berupaya memberi visi dan solusi yang lebih baik. Intisari konsep dari Reinventing Government adalah sepuluh strategi dalam mewirausahakan sektor publik (pemerintah). Berikut ini adalah kesepuluh strategi dan bagaimana memanfaatkan potensi serta peluang yang perlu dilakukan. 1. Catalytic Government: Steering Rather Than Rowing. PUSPENDIK
Khazanah Khazana h Pemerintahan Katalis. Mengarahkan ketimbang mengayuh. Hal ini dimaksudkan bahwa pemerintah diibaratkan sebuah perahu, peran pemerintah bisa sebagai pengemudi yang mengarahkan jalannya perahu atau sebagai pendayung yang mengayuh untuk membuat perahu bergerak. Sebagai contoh LIPI secara bertahap memberikan kewenangan terhadap lembaga riset binaan untuk melakukan penilaian terhadap setiap jurnal untuk diproses. Dalam implementasi internal, lembaga riset bisa melakukan konsep ini dengan membuat pedoman untuk meng-eksplorasi sumberdaya, kreativitas, dan inovasi.
birokrasi seolah-olah atau akan berkembang adanya persaingan, sehingga birokrasi dapat memberikan pelayanan yang baik. Aplikasi nilainilai yang bersifat kompetitif bagi organisasi sebagai acuan dalam mengukur dan memacu kinerja tampaknya masih jauh dari optimal. Dalam menstimulasi organisasi yang kompetitif dapat dilakukan dengan membuat program yang lebih kompetitif dan atau kerjasama riset antar-disiplin (research integration), badan, unit, dst. Ini merupakan salah satu inovasi dalam memajukan peneliti yang selama ini masih di seputar lecturing and proceeding hasil penelitian.
2. Community-Owned Government: Empowering Rather Than Serving.
4. Mission Driven Government: Transforming Rule-Driven Organisation.
Pemerintahan milik masyarakat. Lebih baik memberikan kewenangan pada masyarakat untuk melayani sendiri dari pada pemerintah sendiri yang memberikan pelayanan. Dalam memberikan kewenangan baik yang bersifat teknis maupun administratif, perlu dilakukan strategi yang integratif dan komprehensif. Kekurangan selama ini adalah dalam membangun jaringan atau agensi terkait penelitian, pengembangan dan program di daerah adalah kurangnya pendampingan, dukungan, kesinambungan, serta cenderung rutinitas. Dalam bidang penelitian, pembagian atau pelimpahan kewenangan tetap mengandalkan peran organisasi formal sebagai key-driver bagi masyarakat.
Pemerintah yang digerakkan oleh misi. Mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang berorientasi pada kegiatan. Apa yang dilakukan oleh pemerintah sebaiknya berorientasi pada pelayanan. Aturan-aturan tidak kaku dan tidak mengganggu pada misi. Paradigma yang muncul selama ini ketika mendiskusikan suatu perubahan atau peningkatan kinerja adalah lebih memprioritaskan diskusi tentang peraturannya, bukan prioritas mendiskusikan apa dan bagaimana strategi untuk merealisasikan visi misi. Jika paradigma berpikir ini tidak diubah, maka sampai kapan pun akan sulit suatu program digerakkan atau diakselerasi oleh misi. Dengan berpikir mengutamakan misi, maka organisasi akan berupaya lebih keras dan kreatif dalam mencari terobosan.
3. Competitive Government: Injecting Competition into Service Delivery. Pemerintahan yang kompetitif: menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan. Pelayanan yang dilakukan oleh 33
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
Khazanah Khazana h masyarakat, bukan berorientasi pada birokrasi. Hal ini dapat diaplikasikan dalam bentuk perencanaan suatu program penelitian yang lebih aktual dan konkret untuk kepentingan masyarakat dibanding kepentingan birokrasi atau legislatif. Sebagai contoh apakah terlibat dalam survei internasional seperti PISA dan TIMSS secara rutin dengan anggaran yang besar memberikan manfaat yang signifikan dan konkret bagi masyarakat (stakeholder oriented)? Entrepreneurship Ecosystem Sumber: www.infodev.org/www.idisc.net
5. Results Oriented Government: Funding Outcomes, Not Inputs. Pemerintah yang berorientasi pada hasil. Pemerintah memfokuskan perhatiannya kepada proses membiayai hasil kegiatannya (outcomes) dan bukan kepada masukannya (inputs) yang diperoleh atau pada kepatuhan terhadap prosedur yang harus dijalankan. Dalam aplikasinya, organisasi harus mampu menciptakan suatu sistem kontrak kinerja bukan kontrak kerja. Jika kontrak kinerja yang dinilai tidak hanya dari sisi input dan proses, tetapi juga hasil dan outcomes-nya yang berorientasi jangka panjang. Dalam praktiknya organisasi bisa memfokuskan pada penelitian penilaian dan evaluasi program (program evaluation) sebagai umpan balik terhadap suatu kebijakan yang mengukur 4E seperti: efisiensi, efektivitas, etika, dan efikasi. 6. Customer Driven Government: Meeting the Needs of the Customers Not the Bureaucracy. Pemerintah yang berori-entasi pada pelanggan. Orientasi pelayanan pemerintah sebaiknya pada apa yang dibutuhkan oleh 34
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
7. Enterprising Government: Earning Rather Than Spending. Pemerintah Wirausaha: Orientasi pada menghasilkan ketimbang membelanjakan, yang artinya pemerintah dapat menciptakan sumbersumber pendapatan baru dan tidak hanya berorientasi pada bagaimana menghabiskan uang. Organisasi dituntut agar lebih kreatif dalam menciptakan sumber pen-dapatan (income generation) baru terkait tupoksi secara langsung maupun tidak langsung untuk menunjang misi dan dalam rangka menyejahterakan karyawannya. Bagaimana pun karyawan yang puas secara ekonomis maka akan lebih kooperatif untuk membangun prestis. Membangun lembaga riset dimulai dengan penguatan kapasitas secara internal dan eksternal. Secara internal dilakukan dengan memberdayakan peneliti internal untuk melakukan penelitian besar. Mereka tidak lagi diposisikan sebagai administrator atau panitia seminar penelitian. Secara eksternal, mereka perlu didorong untuk terlibat aktif dalam penelitian internasional hingga pada taraf publishing and presenting. Langkah krusial lain adalah mendorong lebih banyak tenaga fungsional peneliti dibanding tenaga fungsional lain. Karena peneliti lebih match dengan PUSPENDIK
Khazanah Khazana h tupoksi dan karakter lembaga riset. Ini merupakan langkah awal menuju lembaga yang independen dan mandiri. 8. Anticipatory Government: Prevention Rather Than Cure. Pemerintah Antisipatif. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Membentuk pemerintah yang selalu berorientasi pada masa yang akan datang, pemecahan masalah tidak berjangka pendek. Dalam konteks ekonomi, memprioritaskan pencegahan membutuhkan biaya lebih rendah dibanding dengan memprioritaskan penanggulangan. Pemerintahan yang antisipatif berusaha memungkinkan untuk membuat keputusan dan kebijakan berdasarkan perkiraan dan kebutuhan masa depan. Sebagai contoh pada organisasi riset dengan core-business nya Ujian Nasional (UN), adalah dengan memfokuskan kegiatan penelitian UN secara online baik dari sisi instrumen, manajemen, maupun kebijakannya. Permasalahan UN yang selama ini lebih banyak terkait administratif dibanding teknis substantif, dibutuhkan strategi solutif yang lebih bernuansa manajerial administratif. Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk futures commission dan strategic planning yang mampu memberikan arah pelaksanaan kegiatan pemerintah sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. 9. Decentralized Government: From Hierarchy to Participation and Teamwork. Pemerintahan Desentralisasi. Birokrasi yang mempunyai kedekatan dengan masyarakat, mengurangi jalur birokrasi sehingga dapat mengurangi biaya tinggi. Suatu cara yang telah dilakukan adalah memberikan desentralisasi penuh terhadap unit di bawahnya secara bertahap. Tahap awal ini 35
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
mungkin baru pada tahap pengelolaan administrasi ringan. Desentralisasi ke depan perlu ditingkatkan dengan mengurangi hirarki dan memperbesar jabatan fungsional. 10. Market Oriented Government: Leveraging Change Through the Market. Pemerintahan yang berorientasi pada pasar, melakukan perubahan melalui pasar, sehingga pemerintah tidak selalu memonopoli pelayanan yang diberikan atau mengurangi captive market. Untuk memacu persaingan yang lebih luas, diperlukan pula test-market, bentuknya adalah organisasi berani menjual produk hasil penelitian secara komersial di pasar. Dengan cara demikian, dapat diketahui respon pasar terhadap suatu produk atau jasa “accept or reject.” Jika responnya positif, secara tidak langsung hal itu juga meningkatkan citra organisasi yang merupakan bagian dari strategi promosi. Jika citra organisasi meningkat, maka kredibilitas organisasi juga meningkat, yang tentunya berdampak mempermudah kerja dalam memperoleh legitimasi dan dukungan dari stakeholder.
PUSPENDIK
Khazanah Khazanah
Pelajaran dari CITO Untuk benchmarking adalah lembaga riset yang memiliki fungsi mirip Puspendik yaitu “CITO (Dutch National Institute for Educational Measurement)”. Cito pada awal berdirinya tahun 1968 adalah lembaga publik (pemerintah), dan sejak 1999 melakukan privatisasi dan menjadi lembaga privat berbentuk foundation. Dengan merubah jenis organisasi, maka berubahlah secara fundamental mulai dari strategi kerja hingga capaian kinerja. Sejak mereformasi organisasi dari publik menjadi privat, membuat Cito semakin kompetitif dan efektif dalam menjalankan visi dan misinya baik di level nasional maupun internasional. Saat ini Cito menjadi lembaga mandiri dan independen yang memiliki tiga perwakilan di negara lain: Turki, Jerman, dan Amerika Serikat. Beberapa program riset yang Cito lakukan adalah memfokuskan riset di bidang psikometri, pengembangan instrumen, dan aktif berperan serta kerja sama penelitian internasional. Di samping itu, Cito juga melakukan strategi dengan mempromosikan produk dan jasanya secara profesional bagi konsumen domestik dan internasional. Salah satu kata kunci dalam melakukan perubahan secara terencana dan sistematis suatu organisasi yang berorientasi pada efisiensi, efektivitas, dan produktivitas, adalah kewirausahaan (entrepreneurship). Entrepreneurship dalam bentuk privatisasi adalah salah satu key-driver di dalam konsep New Public Management (NPM) yang secara populer diterjemahkan oleh Osborne dan Gaebler melalui konsep Reinventing Government. Sumber: diolah oleh penulis
Simpulan Strategi untuk meningkatkan kinerja di lembaga riset dengan mengandalkan potensi dan sumberdaya yang dimiliki adalah mengoptimalkan peranan entrepreneurship sebagai instrumen dalam merubah sistem yang bersifat rutinitas. Entrepreneurship dapat
36
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
merubah mindset yang pro status-quo menjadi lembaga yang efektif dan kompetitif. Optimalisasi dan eksplorasi sumberdaya yang dimiliki (Resource Based Theory) juga sejalan dengan konsep entrepreneurship. Singkatnya, entrepreneurship bisa berperan sebagai keydriver ganda bagi lembaga riset yaitu sebagai penunjang sistem dan sumberdaya.
PUSPENDIK
Khazanah Khazanah
Infosys Office, bhp collection
Rekomendasi Untuk mengoptimalkan peran entrepreneurship pada lembaga riset sehingga menjadi organisasi yang efektif dibutuhkan Pemimpin yang memiliki 3C yaitu Concept, Commitment, and Courage melakukan reformasi birokrasi. Pemimpin organisasi perlu lebih menekankan strategi bukan operasionalisasi. Beberapa strategi (Osborne dan Plastrik, 1996) yang perlu diimplementasikan adalah (1) kejelasan tujuan dan arah organisasi, (2) manajemen korporat bukan manajemen birokrat, (3) semangat kompetitif dan mutu pelanggan, (4) pemberdayaan SDM, dan (5) penggunaan strategi budaya.
37
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Pustaka Acuan Osborne, David and Gaebler, Ted. (1992). Reinventing Government (Mewirausahakan Birokrasi). Jakarta: Penerbit PPM 2003 Osborne, David, and Plastrik, Peter. (1996). Banishing Bureaucracy (The Five Strategies for Reinventing Government). Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Zimmerer W. Thomas. (1996). Entrepreneurship and the New Venture Formation. New Jersey: Prentice Hall Inc. http://www.ciputra.org/files/DR%20(HC)%20Ir%20 Ciputra%20-%20National%20 Conference.pdf http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek2005-11-17-Artikel-Ilmiah-Indonesia:-RefleksiPenelitian-di-Indonesia.shtml http://www.cluster.lipi.go.id/cgi-bin/lipi_pc _main.cgi?menu=hu&In=0050930180646
PUSPENDIK
L o c a l N e w s Khazanah MENIMBA ILMU TENTANG PENELITIAN DALAM DIKLAT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI Eviana Hikamudin Peneliti di Pusat Penilaian Pendidikan Jabatan Fungsional Peneliti merupakan salah satu jabatan fungsional dalam jabatan karir Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan penelitian dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada satuan organisasi penelitian dan pengembangan (litbang) instansi pemerintah. Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa untuk menjamin kualitas profesionalisme dalam pelaksanaan jabatan fungsional peneliti, setiap kandidat peneliti dan/atau peneliti berkewajiban mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) jabatan fungsional peneliti. Untuk memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan, Pusbindiklat Peneliti LIPI menyelenggarakan Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama bagi kandidat peneliti pertama/muda dan Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Lanjutan bagi kandidat peneliti madya. Penyelenggaraan diklat-diklat tersebut ditujukan agar seorang peneliti memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang penelitian sehingga memiliki kepakaran yang diakui pada suatu bidang keilmuan untuk melaksanakan tugasnya dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kesempatan ini akan diuraikan pengalaman penulis selama mengikuti Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama (DJFP Tk.I) di Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan (Pusbindiklat) Peneliti Lembaga Ilmu 38
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Cibinong Science Center yang telah dilaksanakan pada tanggal 1 s.d 21 Juni 2014. Peserta yang mengikuti DJFP Tk. I merupakan para kandidat peneliti pertama/ muda yang diutus oleh berbagai kementerian/lembaga. Jumlah peserta yang mengikuti diklat setiap gelombangnya maksimal 30 orang per kelas. Pembatasan jumlah peserta ini ditujukan agar proses diklat dapat berjalan secara efektif. Sedangkan materi diklatnya terdiri dari Materi Utama dan Materi Penunjang. Materi Utama terdiri dari materi tentang Internalisasi Iptek serta Pengembangan Pengetahuan dan Keterampilan. Dalam internalisasi iptek diberikan materi tentang pembinaan karir peneliti, konsep iptek, pengembangan potensi individu, HKI, dan outbond. Sedangkan dalam pengembangan pengetahuan dan keteram-
Foto 1: Suasana pembelajaran Diklat di kelas pilan terdapat materi tentang kebijakan Sumber: Dokumentasi DJFP Tk. I Tahun 2014
PUSPENDIK
L o c a l N e w s Khazanah penelitian, usulan/rancangan penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, penulisan KTI, dan presentasi KTI. Selain materi utama diberikan juga materi penunjang yang terdiri dari Widya Riset, jurnal ilmiah, dan evaluasi program. Secara keseluruhan beban materi yang disampaikan dalam diklat adalah sebanyak 203 jam pelajaran dan metode penyampaiannya lebih banyak praktek daripada teori. Salah satu hal yang sangat bermanfaat bagi kandidat peneliti maupun peneliti itu sendiri yang diperoleh melalui diklat peneliti adalah pembinaan tentang cara penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Hal ini penting sebagai bekal utama bagi peneliti dalam mengemban tugas profesinya sebagai seorang peneliti. Melalui pembinaan penulisan KTI dalam diklat, kandidat peneliti/peneliti akan lebih memahami dan menguasai cara penulisan KTI yang baik dan benar serta layak untuk diterbitkan dalam media/jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional. Proses pembinaan penulisan KTI ini dilakukan langsung oleh para professor riset LIPI kepada para peserta secara individual. Hal inilah yang menjadi nilai tambah untuk menambah kualitas pengetahuan peserta dalam menulis KTI. Selain itu, pengalaman yang sangat mengesankan dalam pelaksanaan diklat ini adalah adanya pembinaan dinamika kelompok melalui kegiatan outbond. Dalam kegiatan tersebut para peserta diklat dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lengkap dalam menyelesaikan tugas sehingga hasilnya memuaskan. Beberapa hal positif
Sumber: Dokumentasi DJFP Tk. I Tahun 2014
yang dapat diambil melalui kegiatan outbond ini adalah konsentrasi, kesiapan fisik dan mental, kesabaran, ketangguhan, motivasi, dan kekompakan dengan peserta lainnya. Kunci keberhasilan dalam kegiatan outbond ini adalah semangat untuk mencapai tujuan. Hal positif yang dapat diperoleh dari kegiatan tersebut bagi seorang peneliti adalah fokus dalam meneliti dan semangat untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Aspek lainnya yang diperoleh melalui kegiatan diklat ini adalah pemahaman terhadap potensi diri. Melalui berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam diklat ini, setiap peserta ditempa dan dipacu untuk dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya agar dapat menghasilkan karya nyata sesuai dengan tugas profesinya sebagai peneliti. Disamping itu sangat dimungkinkan muncul kesadaran bahwa untuk menghasilkan sebuah karya penelitian, seorang peneliti tidak hanya berlandaskan pada tuntutan profesinya dalam memenuhi angka kredit, akan tetapi
Foto 2: Presentasi Karya Tulis Ilmiah
39
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
L o c a l N e w s Khazanah menulis dan menghasilkan karya penelitian merupakan sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan ide dan pemikiran dalam bentuk KTI. Hal inilah yang dapat mendorong peneliti menjadi seorang yang produktif dalam menghasilkan karya tulis. Dari berbagai pengalaman yang diperoleh melalui kegiatan diklat peneliti, banyak sekali ilmu kepenelitian yang didapat yang pada gilirannya akan membatu seorang peneliti dalam menghasilkan karya-karya ilmiah yang bermanfaat. Secara khusus hasil karya penelitian dapat dirasakan manfaatnya oleh peneliti itu sendiri dan lebih luas lagi hasil-hasil karya tersebut dapat berguna bagi masyarakat secara luas. Semoga rekan-rekan peneliti dapat lebih meningkatkan lagi kuantitas dan kualitas penelitiannya dan semoga pula rekan-rekan lainnya dapat lebih tertarik untuk memasuki jabatan fungsional peneliti sebagai pilihan karir. Semoga.
40
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
Foto 3: Kekompakan saat mengikuti kegiatan outbond Sumber: Dokumentasi DJFP Tk. I Tahun 2014
PUSPENDIK
L o c a l N e w s Khazanah
Lokakarya Pelatihan Penulisan Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) Fahmi Peneliti di Pusat Penilaian Pendidikan
Dari kiri Hetty Cilowsky, Suprananto, Judy Nixon, dan Maurice Walker
Lokakarya “Higher Order Thinking Skills Item Writing” tingkat SMP/MTs, SMA/MA, SMK, dan Paket C tahun 2014 dilaksanakan dari tanggal 15 sampai dengan 17 Juli 2014 di Pusat Penilaian Pendidikan (PUSPENDIK). Kegiatan tersebut dibuka oleh Dr. Suprananto selaku Kepala Bidang Penilaian Akademik mewakili Kepala Pusat Penilaian Pendidikan dengan narasumber terdiri dari Hetty Cilowsky dari Ausaid, Judy Nixon, dan Maurice Walker dari ACER. Peserta terdiri dari pejabat
41
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
dilingkungan Pusat Penilaian, Staf teknis, dan Guru mata pelajaran. Tujuan kegiatan lokakarya “Higher Order Thinking Skills Item Writing” tingkat SMP/MTs, SMA/MA, SMK, dan Paket C adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan para guru dalam pembuatan soal HOTS. Dalam paparannya Judy menjelaskan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) didasarkan pada taksonomi Bloom. Dalam taksonomi Bloom, misalnya, PUSPENDIK
L o c a l N e w s Khazanah keterampilan yang melibatkan analisia, evaluasi dan sintesis (penciptaan pengetahuan baru) dianggap tatanan yang lebih tinggi, yang membutuhkan metode pembelajaran dan pengajaran yang berbeda dari pembelajaran pengetahuan fakta dan konsep. Berpikir tingkat tinggi melampaui menghafal dan mengingat fakta dan data, bahkan melampaui pemahaman. Berfikir tingkat tinggi mengacu pada proses kognitif yang melibatkan analisis, kritis dan berpikir kreatif. Pada berpikir tigkat tinggi, siswa dapat terlibat langsung dalam merancang, merencanakan, membangun, memproduksi, menciptakan, memeriksa, menghipotesis, mengkritik, menilai, bereksperimen, mengorganisir, mengonstruksi, menginterogasi, dan menemukan.
Taksonomi Bloom Revisi Taksonomi berasal dari bahasa Yunani “tassein” yang berarti “mengklasifikasi” dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi berarti hirarkhi klasifikasi dari suatu prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan Bloom (1956) dalam mengembangkan kemampuan berfikir dalam proses pembelajaran. Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga domain, yaitu: Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan 42
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Pada tahun 1990, salah seorang murid Bloom bernama Lorin Anderson merevisi ranah kognitif dan memublikasikannya pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi tersebut ada perubahan kata kunci, yaitu dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing aspek tetap diurutkan secara hirarki, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi, yaitu (dari level 1 sampai 6): remember (mengingat), understanding (memahami), Applying (menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (mengevaluasi), dan Creating (mencipta). Setiap level dalam Taksonomi Bloom Revisi terdiri dari sub aspek yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan aspek tersebut. Kata kunci itu diuraikan sebagai berikut: Mengingat (remember), artinya memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka-panjang. Kata kunci: mengenali lagi, menyebutkan kembali, dsb. Memahami (understanding), artinya menegaskan pengertian maeri-maeri yang sudah diajarkan, mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar. (Kata kunci: menafsirkan, mengartikan, menerjemahkan, memberi contoh, menggolong-golongkan, mengelompokkan, merangkum, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, memberikan penjelasan, dsb). Menerapkan (applying), artinya melakukan sesuatu, atau menggunakan sesuatu prosedur dalam situasi tertentu. Kata kunci: melaksanakan, menerapkan, dsb. PUSPENDIK
L o c a l N e w s Khazanah Menganalisis (analyzing), artinya menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, dan menetapkan bagaimana bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut dengan keseluruhan struktur. Kata kunci: membedakan, menata atau menyusun, menetapkan sifat atau ciri, memberi makna, dsb.
nakan, memproduksi, menciptakan, memeriksa, menghipotesa, mengkritik, bereksperimen, menilai, membandingkan, mengorganisir, dekonstruksi, menginterogasi dan menemukan. Banyak guru di dalam proses belajar mengajar hanya memberikan soal-soal dengan tingkat memahami dan mengingat saja, hal tersebut mengakibatkan kemampuan HOT siswa menjadi tidak berkembang.
Mengevaluasi (evaluating), artinya menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu. Kata kunci: memeriksa, mengkritisi, dsb).
Untuk mengukur kemampuan HOT siswa lebih baik menggunakan pertanyaan terbuka terbatas, soal bentuk uraian, dan diskusi dibandingkan dengan bentuk soal pilihan ganda. Meskipun beberapa soal tes pilihan ganda sangat cocok untuk mengukur pengetahuan fakta, ingatan dan pemahaman, dengan beberapa usaha ekstra, soal pilihan ganda dapat juga digunakan untuk mengukur pemikiran tingkat tinggi seperti analyzing (menganalisis, mengurai, mengevaluasi, dan mencipta). Kemampuan intelektual yang diukur oleh soal tes pilihan ganda tergantung dari tujuan pembelajaran yang dijabarkan ke dalam sebuah cetak biru tes (kisi-kisi tes).
Mencipta (creating), artinya memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil. Kata kunci: merumuskan, merencanakan, menghasilkan karya, dsb.
HOTS perlu dikembangkan pada diri siswa sejak dini sesuai dengan perkembangan intelektualnya yang sempurna dengan cara pemberian soal-soal non rutin berupa soal dengan indikator menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Pada berfikir tingkat tinggi itu, siswa diharapkan dapat terlibat langsung dalam merancang, membangun, merencaContoh Kisi-kisi dan Soal HOT
KISI-KISI TES PRESTASI BELAJAR No.
Tingkatan Aspek
1
Menganalisis
2
Mengevaluasi
3
Mencipta
43
Sub Aspek/Kata Kerja Operasional
Materi
Nomor Soal
Membedakan Mengorganisasi Memberi makna Memeriksa Mengritisi Merumuskan Merencanakan dan menghasilkan karya
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
L o c a l N e w s Khazanah Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan soal tes pilihan ganda HOTS adalah sebagai berikut: 1. Pilihan Jawaban Harus Homogen dan Logis atau Masuk Akal Pilihan Jawaban (pengecoh) harus homogen dari segi isi dan logis atau masuk akal. 2. Gunakan Pertanyaan Gunakan pertanyaan, bukan Melengkapi pernyataan.
Contoh: Ibu kota California di …. Langsung Pertanyaan: Manakah dari kota-kota berikut yang merupakan ibukota California? 3. Tekankan Berpikir Tinggi Tingkat Gunakan pertanyaan ingatan-plus aplikasi. Pertanyaan-pertanyaan ini mengharuskan siswa untuk mengingat prinsip, aturan atau fakta dan menerapkan dalam berbagai konteks atau situasi.
Soal TIMSS 2003 Gambar berikut menunjukkan bagaimana seorang siswa menyusun beberapa peralatan di laboratorium untuk suatu penelitian. Tabung reaksi yang terbalik dipenuhi air pada awal penelitian seperti terlihat pada gambar 1. Setelah beberapa jam, permukaan air dalam tabung reaksi telah turun seperti terlihat pada gambar 2.
Apa yang terkandung di bagian atas tabung reaksi bertanda x pada gambar 2? (Berilah tanda cek pada satu kotak)
udara oksigen karbon dioksida hampa Jelaskan jawabanmu.
44
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
L o c a l N e w s Khazanah
Pustaka Acuan
45
D.Anderson, LWK (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York, Addison Wesley Longman. http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/thompson.pdf http://www.k12academics.com/education-reform/higher-order-thinking-skills Item Releated TIMSS 2003
Buletin Vol.11/No.2/Agustus/2014
PUSPENDIK
Paskibra PUSPENDIK pada Upacara Hari Proklamasi 17 Agustus 2014
Pedoman Penulisan 1 Redaksi menerima naskah berupa hasil penelitian, opini, wawasan, pandangan, kajian pustaka, berita, dan reswensi buku dari peneliti, praktisi dan pemerhati dan pemerhati di bidang pendidikan, sosial dan budaya. 2. Naskah dalam bentuk hard copy di kirim ke redaksi dan soft copy yang dikirim melalui e-mail:
[email protected] dan disertai dengan biodata lengkap penulis. 3 Ketentuan penulisan secara umum. a. Naskah ditulis dalam bentuk esai dan belum pernah diterbitkan di media lain. b. Naskah diketik dengan memperhatikan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD). c. Naskah diketik dengan format MS-Word, Times New Roman ukuran 10, spasi 1 jumlah halaman maksimal 20, ukuran kertas A4. 4. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, dan isi. Isi artikel mempunyai struktur sebagai berikut : a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan (15%). b. Kajian Literatur mencakup kajian teori dan hasil penelitian terdahulu (15%). c. Methodologi yang berisi rancangan/model, sampel dan data, tempat dan waktu, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data (10%). d. Hasil dan Bahasan (50%). e. Simpulan dan Saran (10%) f. Pustaka Acuan. 5. (Sistematika/struktur ini hanya sebagai pedoman umum, penulis dapat mengembangkannya sendiri asalkan sepadan dengan pedoman ini). 6. Artikel pemikiran dan atau reviu teori memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dan sistematika serta persentasinya dari jumlah halaman sebagai berikut : a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penulisan (15%). b. Kajian Literatur mencakup kajian teori & hasil penelitian terdahulu yang relevan (70%). c. Simpulan dan Saran (15%) d. Pustaka Acuan. 7. (Sistematika/struktur ini hanya sebagai pedoman umum, penulis dapat mengembangkannya sendiri asalkan sepadan dengan pedoman ini). 8. Artikel resensi buku selain menginformasikan bagian-bagian penting dan buku yang diresensi juga menunjukkan bahasan secara mendalam kelebihan dan kelemahan buku tersebut serta membandingkan teori/konsep yang ada dalam buku tersebut dengan teori/konsep dari sumbersumber lain. 9. Pustaka Acuan disajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis. Bruner, J. 1960. The process of education. New York. Vintage. Hanafi, A. 1989. Partisipasi dalam Saran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi. Forum Penelitian, I (1): 33-47.