DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR SINGKATAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
GAMBARAN UMUM
5
A. Keadaan Geografi
5
B. Keadaan Demografi
6
C. Kondisi Pendidikan
7
D. Kondisi Ekonomi
8
E. Kondisi Sosial Budaya
9
F. Kondisi Lingkungan
9
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
11
A. Angka Kematian (Mortalitas)
11
A.1 Angka Kematian Bayi (AKB)
11
A.2 Angka Kematian Balita (AKBAL)
13
A.3 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
13
A.4 Angka Harapan Hidup (AHH)
15
B. Angka Kesakitan (Morbiditas) B.1 Penyakit Menular Langsung
17
B.2 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
23
B.3 Penyakit Menular Bersumber Binatang
27
C. Status Gizi Masyarakat
BAB IV
16
30
C.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
30
C.2 Status Gizi Balita
31
C.3 Status Gizi Ibu dan Wanita Pekerja
33
SITUASI UPAYA KESEHATAN
34
A. Pelayanan Kesehatan Dasar
34
A.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
34
A.2 Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
46
A.3 Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut (pra Usila) dan Usia Lanjut (Usila)
47
A.4 Pelayanan Imunisasi
48
A.5 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
51 ii
A.6 Penyuluhan Kesehatan
53
A.7 Pelayanan Kunjungan Kesehatan Dasar
54
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang
55
B.1 Kesehatan Rujukan B.2 UPTD Penunjang : Ketersediaan Obat di UPTD Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) C. Pemberantasan Penyakit Menular
BAB IV
57 57
B.1 Penyakit Menular Langsung
57
B.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang
62
B.3 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
62
D. Perbaikan Gizi masyarakat
BAB V
55
63
D.1 Penanggulangan Gizi Buruk
63
D.2 Pemberian Kapsul Vitamin A
64
D.3 Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
65
D.4 Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan
68
E. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
69
F. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana
70
G. Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin
71
H. Keadaan Perilaku Masyarakat
72
H.1 Rumah Tangga Sehat
73
H.2 ASI Eksklusif
74
I. Keadaan Lingkungan
74
I.1 Rumah Sehat
75
I.2 Kepemilikan Jamban Sehat
76
I.3 Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)
77
I.4 Sarana Air Bersih
78
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
80
A. Sarana Kesehatan
80
B. Sumber Daya Manusia
89
C. Pembiayaan Kesehatan
92
D. Sarana Informasi Kesehatan
92
PENUTUP
93
LAMPIRAN
xiv
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Angka Kematian Bayi, Jombang Tahun 2012
Anak Balita, dan Balita Kabupaten
12
Tabel 2
Data 10 Penyakit Terbesar di Kabupaten Jombang Tahun 2012 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di
16
Tabel 3
Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
55
Tabel 4
Sarana Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2012
80
Tabel 5
Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan kategori di Kabupaten Jombang Tahun 2012
89
Berdasarkan
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Piramida Penduduk Kabupaten Jombang menurut Kelompok Umur Lima Tahunan Tahun 2012
7
Gambar 3.1
Angka kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
12
Gambar 3.2
Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
13
Gambar 3.3
Grafik Angka Kematian ibu di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
14
Gambar 3.4
Perbandingan AHH dengan IPM Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
15
Gambar 3.5
Proporsi Penderita Kusta Anak dan Proporsi Cacat Tingkat 2 Kusta di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
19
Gambar 3.6
Prevalensi Rate Kusta per 10.000 Penduduk Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
19
Gambar 3.7
Kasus Pneumonia Balita di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
21
Gambar 3.8
Penemuan Penderita Diare di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
22
Gambar 3.9
Angka Kesakitan Diare Semua Usia (per 1000 Penduduk) Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
22
Gambar 3.10 Sebaran Kasus Campak Kabupaten Jombang menurut Puskesmas Tahun 2012
24
Gambar 3.11 Perkembangan Kasus Campak di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
25
Gambar 3.12 Perkembangan Kasus Difteri di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
26
Gambar 3.13 Sebaran AFP non Polio Menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
27
Gambar 3.14 Jumlah Kasus DBD di Kabupaten Jombang Tahun 20092012
28
Gambar 3.15 Angka Insidens Penyakit DBD (per 100.000 penduduk) dan CFR DBD di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
28
Gambar 3.16 Jumlah Kasus DBD menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
29
Gambar 3.17 Kasus Malaria Positif dan Angka Kesakitan (API) di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
30 v
Gambar 3.18 Penyebab Kematian Neonatal di Kabupaten Jombang Tahun 2012
31
Gambar 3.19 Prevalensi Gizi Balita menurut Indikator BB/U di Kabupaten Jombang Tahun 2012
32
Gambar 3.20 Kasus Balita Gizi Buruk menurut Perbandingan BB dan TB Balita di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
32
Gambar 4.1
Cakupan Pemeriksaan K1 & K4 di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
35
Gambar 4.2
Cakupan Pemeriksaan K4 menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
36
Gambar 4.3
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
37
Gambar 4.4
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
38
Gambar 4.5
Cakupan Ibu Hamil Komplikasi Ditangani menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
39
Gambar 4.6
Cakupan Pelayanan Ibu Nifas menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
40
Gambar 4.7
Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012
41
Gambar 4.8
Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
42
Gambar 4.9
Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
42
Gambar 4.10 Cakupan Kunjungan Bayi menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
43
Gambar 4.11 Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
44
Gambar 4.12 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
45
Gambar 4.13 Cakupan Pejaringan Siswa SD dan Setingkat menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
46
Gambar 4.14 Proporsi Jenis Kontrasepsi yang Digunakan oleh Peserta KB aktif di Kabupaten Jombang Tahun 2012
47
Gambar 4.15 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Lansia dan Lansia menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
48
Gambar 4.16 Desa/Kelurahan UCI Agregat menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
49
vi
Gambar 4.17 Desa/Kelurahan UCI Individu menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
50
Gambar 4.18 Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Jombang Tahun 20092012
50
Gambar 4.19 Hasil Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
52
Gambar 4.20 Rasio Tumpatan dengan Pencabutan Gigi Permanen di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
52
Gambar 4.21 Pelayanan Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
54
Gambar 4.22 Pelayanan Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit Daerah dan Swasta Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
56
Gambar 4.23 Persentase Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru (Success Rate) menurut Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten Jombang Tahun 2012
58
Gambar 4.24 Persentase Penemuan Kasus Baru (CDR) dan Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru (SR) di Kabupaten Jombang Tahun 2011-2012
59
Gambar 4.25 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
61
Gambar 4.26 Cakupan Penemuan dan Penanganan Pneumonia Balita menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
61
Gambar 4.27 Sebaran Kasus Balita Gizi Buruk menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
63
Gambar 4.28 Cakupan Bayi, Balita dan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
64
Gambar 4.29 Cakupan Pemberian Vitamin A 2 Kali Setahun di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
65
Gambar 4.30 Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
67
Gambar 4.31 Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil di Kabupaten Jombang Tahun 2009- 2012
67
Gambar 4.32 Cakupan ASI Eksklusif menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
68
Gambar 4.33 Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
69
Gambar 4.34 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Puskesmas Kabupaten Jombang Tahun 2012
71
vii
Gambar 4.35 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Kabupaten Jombang Tahun 2012
72
Gambar 4.36 Cakupan Rumah Tangga Sehat (PHBS) Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
73
Gambar 4.37 Cakupan Rumah Sehat menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
75
Gambar 4.38 Cakupan Rumah Sehat di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
76
Gambar 4.39 Cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Sehat di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012
78
Gambar 4.40 Proporsi Sumber Air Bersih Di Kabupaten Jombang Tahun 2012
79
Gambar 5.1
Perkembangan Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
83
Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit dan Rasionya per 100.000 Penduduk di Kabupaten Jombang Tahun 20092012
84
Gambar 5.3
Jumlah Sarana Produksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012
85
Gambar 5.4
Jumlah Sarana Distribusi Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012
85
Gambar 5.5
Persentase Posyandu Menurut Strata di Kabupaten Jombang Tahun 2012
86
Gambar 5.6
Perkembangan Strata Posyandu di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2011
87
Gambar 5.7
Perkembangan Desa Siaga di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
89
Gambar 5.8
Perbandingan Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk di Kabupaten Jombang Tahun 2012
91
Gambar 5.2
viii
DAFTAR SINGKATAN
ABJ
: Angka Bebas Jentik
AFP
: Acute Flaccid Paralysis
AHH
: Angka Harapan Hidup
AIDS
: Acquired Immune Deficiency Syndrome
AKABA
: Angka Kematian Anak Balita
AKBAL
: Angka Kematian Balita
AKB
: Angka Kematian Bayi
AKI
: Angka Kematian Ibu
ANC
: Antenatal Care
API
: Annual Parasite Incidence
APN
: Asuhan Persalinan Normal
ASI Eksklusif : Pemberian Air Susu Ibu saja tanpa tambahan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Askeskin
: Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
BBLR
: Berat Badan Lahir Rendah; Bayi dengan Berat Badan saat lahir sangat rendah (<2,5 kg)
BB/TB
: Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan
BB/U
: Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Umur
BCG
: Bacille Calmette-Guerin
BGM
: Bawah Garis Merah
BOR
: Bed Occupancy Ratio = angka penggunaan tempat tidur
BPBD
: Badan Penanggulangan Bencana Daerah
BTA +
: Basil Tahan Asam Positif
CBS
: Community Base Surveylance; surveilens bebasis masyarakat yang pelaksanaanya di tingkat Puskesmas (dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas)
CDR
: Case Detection Rate
CFR
: Case Fatality Rate ix
DBD
: Demam Berdarah Dengue
DOTS
: Directly Observed Treatment Shourtcourse
DPT
: Diphteri Pertusis Tetanus
Fe3
: Ferros; atau biasa disebut zat Besi, termasuk zat mikronutrien. Tablet Fe biasa diberikan pada ibu hamil sebagai zat supplemen makanan. Selama menjalani kehamilannya (trimester 1-3) ibu hamil setidaknya mengkonsumsi 90 tablet Fe. Pemberian ini bioasa disebut Fe3.
Hb
: Haemoglobin
HBS
: Hospital Base Surveylance; survey untuk penemuan kasus di Rumah Sakit
HIV
: Human Immunodeficiency Virus
IBI
: Ikatan Bidan Indonesia
IKOT
: Industri Kecil Obat Tradisional
IKM
: Indeks Kepuasan Masyarakat
IPM
: Indeks Pembangunan Manusia
ISPA
: Infeksi Saluran Pernafasan Akut
IUD
: Intra Uterine Device
Jamkesmas
: Jaminan Kesehatan Masyarakat
Jamkesda
: Jaminan Kesehatan Daerah
K1
: Kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan ibu hamil pertama kali pada masa kehamilan.
K4
:Kontak minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal satu kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.
KB
: Keluarga Berencana
KEMENKES
: Kementerian Kesehatan
KLB
: Kejadian Luar Biasa
KN1
: Kunjungan Neonatus 1; pelayaann kesehatan neonatal dasar, kunjungan ke-1 (pertama) pada 6-24 jam setelah lahir.
KN Lengkap
: Kunjungan Neonatus Lengkap; pelayanan kesehatan neonatal dasar meliputi ASI eksklusif, pencegahan infeksi x
berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda. dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada 28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehtaan maupun kunjungan rumah. KPA
: Komisi Penanggulangan AIDS
Kunjungan Bayi
: Kunjungan Bayi umur 29 hari-11 bulan di sarana pelayanan. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi.
LOS
: Length of Stay; Rata-rata lama rawatan seorang pasien.
MB
: Multi Basiler
MDGs
: Millenium Development Goals
MDT
: Multidrug Therapy
MOP
: Metode Operatif Pria; cara kontasepsi dengan tindakan pembedahan pada saluran sperma pria.
MOW
: Metode Operatif Wanita; ; cara kontasepsi dengan tindakan pembedahan pada saluran telur wanita.
MP ASI
: Makanan Pendamping Air Susu Ibu
MTBM
: Manajemen Terpadu Balita Muda; suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi umur 1 hari - 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang dating ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.
NAPZA
: Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain.
NCDR
: Newly Case Detection Rate
OAT
: Obat Anti Tuberkulosis
ODF
: Open Defecation Free
PAK
: Penyalur Alat Kesehatan
PAUD
: Pendidikan Anak Usia Dini xi
PB
: Pausi Basiler
PD3I
: Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
PHBS
: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKK
: Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
POD
: Pos Obat Desa
Polindes
: Pondok Bersalin Desa
PONED
: Pelayanan Emergensi Obstetrik dan Neonatal Dasar
PONEK
: Pelayanan Emergensi Obstetrik dan Neonatal Komprehensif
Poskesdes
: Pos Kesehatan Desa
Posyandu
: Pos Pelayanan Terpadu
PSN
: Pemberantasan Sarang Nyamuk
PUS
: Pasangan Usia Subur
Puskesmas
: Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu
: Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu
RSK
: Rumah Sakit Khusus
RSU
: Rumah Sakit Umum
SDIDTK
: Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
SPAL
: Saluran Pembuangan Air Limbah
SPM
: Standar Pelayanan Minimal
SR
: Success Rate = Angka Keberhasilan Pengobatan
STBM
: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
TB
: Tuberkulosis
TFC
: Terapeutic Feeding Center
TN
: Tetanus Neonatorum
TPG
: Taman Pemulihan Gizi
TT
: Tetanus Toksoid
TTD
: Tablet Tambah Darah
TUPM
: Tempat Umum dan Pengelola Makanan
TOI
: Turn Over Interval = tenggang perputaran; rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat xii
terisi berikutnya. UCI
: Universal Child Immunization; tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur, dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, 1 dosis campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak, dan 2 dosis TT.
UKBM
: Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat; bentuk UKBM yang ada adalah Poskesdes, Polindes, Pos UKK, Poskestren, TOGA, Saka Bhakti Husada, dan lain-lain.
UPK
: Unit Pelaksana Kegiatan
Usila
: Usia Lanjut
VCT
: Volountary Conselling Testing
xiii
LAMPIRAN
xiv
BAB I PENDAHULUAN
Pemerintah memiliki tanggungjawab atas tugas desentralisasi pembangunan kesehatan, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang
Dasar
1945
pasal
34
disebutkan
bahwa
Negara
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Selain dilatarbelakangi pasal tersebut, kita adalah bagian dari Negara Indonesia khususnya dan bagian dari Negara-negara dunia umumnya mempunyai tanggungjawab untuk melaksanakan kesepakatan bersama yaitu Deklarasi Milenium yang biasa dikenal dengan sebutan MDGs
(Millenium
Development
Goals).
Deklarasi
Milenium
adalah
kesepakatan kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mulai dilaksanakan bulan September 2000. Ada 8 tujuan pembangunan dalam Milenium ini (MDGs), dan 5 (lima) diantaranya merupakan tujuan dibidang kesehatan. Lima tujuan tersebut adalah
:
Memberantas
Kemiskinan
dan
kelaparan
(Tujuan
1);
menurunkan angka kematian anak (Tujuan 4); meningkatkan kesehatan ibu (Tujuan 5); memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya (Tujuan 6); melestarikan lingkungan hidup (Tujuan 7). Dalam RPJMD Kabupaten Jombang tahun 2009-2013 disebutkan beberapa kebijakan dan program yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan. Diantara kebijakan dan program tersebut, terdapat kebijakan dan program di bidang kesehatan, antara lain : 1. Untuk mencapai sasaran meningkatnya usia harapan hidup ditetapkan kebijakan : Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan program pokok : a. Program percepatan perbaikan gizi masyarakat; b. Program penyehatan lingkungan perumahan dan permukiman; c. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; d. Program pengawasan obat dan makanan; e. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. 2. Untuk mencapai sasaran meningkatnya akses pelayanan kesehatan ditetapkan kebijakan (1) Meningkatkan kualitas layanan kesehatan 1
masyarakat;
(2)
Meningkatkan
cakupan
layanan
kesehatan
masyarakat, dengan program pokok : a. Program standarisasi pelayanan Puskesmas; b. Program
peningkatan
manajemen
pembangunan
kesehatan
masyarakat; c. Program pembangunan dan peningkatan infrastruktur menuju pusat-pusat layanan kesehatan masyarakat; d. Program peningkatan
kualitas dan kuantitas tenaga medis di
pusat kesehatan masyarakat; e. Program peningkatan sarana dan prasarana pusat layanan kesehatan masyarakat. 3. Untuk mencapai sasaran meningkatnya cakupan pemeliharaan kesehatan ditetapkan kebijakan : Meningkatkan akses masyarakat terhadap jaminan pemeliharaan kesehatan, dengan program pokok : a. Program
penyempurnaan
sistem
jaminan
pemeliharaan
kesehatan masyarakat; b. Program
peningkatan
kualitas
layanan
system
jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui system informasi dan melalui kerjasama lintas sektor. Oleh Karena itu disusunlah Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2012 sebagai luaran dan pelaksanaan dari undang-undang tersebut. Dalam Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2012 ini disajikan berbagai data dan informasi tentang capaian pembangunan kesehatan di kabupaten Jombang meliputi berbagai program dan kegiatan pembangunan kesehatan sesuai acuan RPJMD, SPM Bidang Kesehatan maupun pelaksanaan MDGs. Profil
Kesehatan
Kabupaten
Jombang
tahun
2012
ini,
menggambarkan kinerja dari Dinas Kesehatan dan jaringanya, serta berbagai sector yang terkait dengan kesehatan. Data capaian kinerja diperoleh langsung dari sumber yang bersangkutan, yaitu : 1. Puskesmas dan jaringannya memberikan catatan kegiatan dalam gedung maupun luar gedung. 2
2. Rumah Sakit pemerintah dan swasta yang berada di wilayah Kabupaten Jombang. 3. Program dan Kegiatan yang dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan termasuk Unit Pelaksana Teknis Kesehatan di wilayah Kabupaten Jombang termasuk UPTD GFK. 4. PT Askes, dan Jamsostek. 5. Badan Pusat Statistik Kabupaten, Dinas Pendidikan Kabupaten, UPT PMI Kabupaten Jombang. Adapun
sistematika
penulisan
Profil
Kesehatan
Kabupaten
Jombang tahun 2011 adalah sebagai berikut : Bab I
– Pendahuluan. Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.
Bab II
– Gambaran Umum dan Lingkungan Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Jombang. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktorfaktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.
Bab III
– Situasi Derajat Kesehatan. Bab
ini
berisi
uraian
tentang
indikator
keberhasilan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tahun 2012 yang meliputi angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. Bab IV
– Situasi Upaya Kesehatan. •
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan
rujukan
dan
penunjang,
pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan
kefarmasian
dan
alat
kesehatan,
pelayanan
kesehatan dalam situasi bencana. •
Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, indikator MDGs kesehatan, serta
upaya
pelayanan
kesehatan
lainnya
yang
diselenggarakan oleh Kabupaten Jombang. 3
Bab V
– Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan
kesehatan
dan
sumber
daya
kesehatan lainnya. Bab VI
– Kesimpulan
Lampiran
4
BAB II GAMBARAN UMUM A. KEADAAN GEOGRAFI Kabupaten Jombang mempunyai letak yang sangat strategis, karena berada pada bagian tengah Jawa Timur dan dilintasi Jalan Arteri Primer Surabaya–Madiun dan Jalan Kolektor Primer Malang– Babat. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Jombang adalah: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk Sebelah
selatan
berbatasan
dengan
Kabupaten
Malang
dan
Kabupaten Kediri Secara geografis, Kabupaten Jombang terbentang pada 1120 03’ 45” sampai 1120 27’ 21” Bujur Timur dan berada di sebelah selatan garis Khatulistiwa yaitu pada 070 20’ 37 dan 070 45’ 45” Lintang Selatan. Kabupaten Jombang berada di tengah wilayah Jawa Timur dan pada posisi silang jalur Surabaya-Madiun dan Malang-Babat, dengan luas wilayah 1.159,50 km2 atau sekitar 2,4 % luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Ibukota Kabupaten Jombang
terletak pada
ketinggian ± 44 m di atas permukaan laut. Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa dan 4 kelurahan serta meliputi 1.258
dusun.
Ditinjau
dari
komposisi
jumlah
desa/kelurahan,
Kecamatan Sumobito memiliki jumlah desa terbanyak yaitu 21 desa. Namun bila ditinjau dari luas wilayah, terdapat 3 Kecamatan yang memiliki wilayah terluas, yaitu Kecamatan Wonosalam dengan luas 121,63 km2, Kecamatan Plandaan dengan luas 120,40 Km2 dan Kecamatan Kabuh dengan luas 97,35 km2. Secara topografis, Kabupaten Jombang dibagi menjadi tiga sub area, yaitu : 1. Kawasan Utara, bagian pegunungan kapur muda Kendeng yang sebagian besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian besar berbukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu dan Ngusikan.
5
2. Kawasan Tengah, sebelah selatan sungai Brantas, sebagian besar merupakan tanah pertanian yang cocok bagi tanaman padi dan palawija karena irigasinya cukup bagus, meliputi Kecamatan Bandar Kedung Mulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto,
Peterongan,
Jombang,
Megaluh,
Tembelang,
dan
Kesamben. 3. Kawasan Selatan, merupakan tanah pegunungan, cocok untuk tanaman
perkebunan,
meliputi
Kecamatan
Ngoro,
Bareng,
Mojowarno dan Wonosalam. Faktor penting yang sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah, diantaranya adalah aliran sungai yang cukup besar dan material hasil letusan gunung berapi. Dimungkinkan bahwa hasil letusan Gunung Kelud terbawa arus deras sungai Brantas, kali Konto dan sungai-sungai lainnya yang mengalir dari selatan/tenggara ke utara masuk melintasi wilayah Kabupaten Jombang. Penggunaan tanah di Kabupaten Jombang didominasi oleh sawah yang mencapai 42,19% dari luas wilayah kabupaten, kemudian permukiman/perumahan 24,08%, hutan 19,46%, tegal 11,62% dan penggunaan lainnya 2,65%. B. KEADAAN DEMOGRAFI Jumlah penduduk Kabupaten Jombang berdasar sensus BPS propinsi Jawa Timur tahun 2010 untuk proyeksi tahun 2012 adalah 1.217.560 jiwa, dengan 362.844 rumah tangga/KK atau rata-rata 3,4 jiwa per rumah tangga. Tingkat kepadatan penduduk mencapai 1.051/km2
dengan
Kecamatan
Jombang
tingkat sebesar
kepadatan 3.883
penduduk
jiwa/km2
tertinggi
sedangkan
di
yang
terendah adalah di Kecamatan Wonosalam sebesar 254 jiwa/km2. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Jombang pada tahun 2012 adalah 98,44 artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Berdasarkan komposisi penduduk, kelompok umur remaja (10 – 19 tahun) mendominasi presentase jumlah penduduk (17%) dan prosentase kelompok umur bayi (<1 tahun) merupakan yang terkecil (1,7%).
6
Gambar 2.1 Priamida Penduduk Kabupaten Jombang menurut Kelompok Umur Lima Tahunan Tahun 2012
Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur
C. PENDIDIKAN Kondisi pendidikan adalah salah satu indikator yang sering ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu daerah. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Kemampuan membaca dan menulis adalah keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera. Sebab penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis secara tidak langsung
mendekatkan
mereka
pada
kebodohan
sedangkan
kebodohan mendekatkan pada kemiskinan. Kemampuan membaca dan menulis dapat dilihat dari angka melek huruf. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang
diketahui angka melek huruf kabupaten Jombang
2012 sebesar
tahun
93,79%, kondisi ini lebih baik dibanding tahun 2011 7
dimana angka melek huruf kabupaten jombang adalah 92,92%. Capaian tersebut berada dalam kategori tingkat atas. Dimana Kecamatan
Gudo
menempati
peringkat
teratas
98,9%
disusul
Kecamatan Jombang 98,5% sedangkan kecamatan Kabuh menempati peringkat terbawah yaitu 82,7%. Dengan semakin membaiknya angka melek huruf diharapkan masyarakat memiliki pengetahuan dan perilaku yang lebih baik dalam hal kesehatan sehingga mereka memiliki pola dan kebiasaan hidup yang bersih dan sehat, mampu membuat keputusan yang tepat dalam hal kesehatan. D. EKONOMI Kondisi perekonomian merupakan salah satu indikator dalam mengukur keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Perekonomian di Kabupaten Jombang tahun 2011 tumbuh sebesar 6,83%. Berikut ini kronologi laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jombang semakin cepat selama tahun 2007 – 2011 yaitu berturutturut 6,07% (2007); 5,79 (2008);
5,28% (2009); 6,12 % (2010) dan
terakhir 6,83% (2011). Terlihat bahwa perekonomian kabupaten Jombang lima tahun terakhir terus membaik, meskipun baru keluar dari kelesuan akibat krisis eropa. Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi, digunakan PRDB (Produk domestic Regional Bruto) atas dasar harga konstan, karena untuk menghitung pertumbuhan ekonomi factor kenaikan harga barang dan jasa harus dihilangkan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesempatan kerja. Berdasarkan data dari Dinas Sosnakertrans Kabupaten Jombang terdapat jumlah pencari kerja tahun 2011 sebanyak 1.546 sedangkan yang berhasil mendapat penempatan kerja adalah 1.377 atau sebesar 89%. Struktur ekonomi Kabupaten Jombang bertumpu pada empat sektor
utama,
dimana
secara
tradisional
menyangga
ekonomi
kabupaten Jombang sebagai penyerap tenaga kerja terbesar. Empat sektor utama tersebut adalah : sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, yang keempat adalah sektor jasa. Peranan empat sektor dominan tersebut pada tahun 2011 adalah sektor pertanian 28,36%; sektor Industri Pengolahan 11,64%; 8
Sektor Perdagangan 36,91%;
sektor jasa-jasa 10,55%. Menurunnya
andil sektor pertanian bukan berarti sektor ini tidak tumbuh, melainkan karena kecepatan tumbuhnya kalah cepat dibanding sektor lain, misal sektor Perdagangan. E. SOSIAL BUDAYA Di bidang pendidikan, wajib belajar Sembilan tahun yang dicanangkan
sejak
tahun
1994
bertujuan
untuk
mewujudkan
pendidikan dasar yang bermutu dan menjangkau penduduk di daerah terpencil. Sejalan dengan hal ini maka diimbangi dengan penyediaan sarana
fisik sebagai penunjang proses belajar mengajar serta
penyediaan tenaga guru yang memenuhi. Pada tingkat sekolah dasar (SD) terdapat 558 SD Negeri dan swasta
pada
tahun
ajaran
2011/2012.
Pada
tingkat
Sekolah
Menengah Pertama (SMP) jumlah sekolah yang ada sebanyak 114 SMP Negeri dan swasta. Ditingkat Sekolah Menengah Atas ada sebanyak 48 SMA Negeri dan Swasta. Dan di tingkat Perguruan Tinggi Swasta ada 12 pada tahun ajaran 2010/2011. Jika dilihat jumlah murid dibandingkan dengan jumlah guru maka dihasilkan rasio murid-guru, ternyata rasio terbesar ada pada SD yaitu sebesar 15. Hal ini diartikan bahwa seorang guru mengajar 15 murid, sedangkan yang terendah adalah Madarasah aliyah dimana rasio nya adalah 8 murid untuk setiap guru. Dalam hal penyumbang darah di PMI, pada tahun 2012 terdapat 15.486 pendonor, sedangkan pada tahun 2011 hanya terdapat 13.333 pendonor. Kondisi kenaikan pendonor ini (14%) menunjukkan bahwa kepedulian
masyarakat
terhadap
kegiatan
sosial
ini
semakin
meningkat. F. LINGKUNGAN Jalan merupakan sarana penunjang transportasi dan sebagai urat nadi perekonomian secara umum. Secara keseluruhan panjang jalan utama di Kabupaten Jombang (tidak termasuk jalan Desa dan jalan Lingkungan) adalah 578.183 Km, yang terdiri dari 44.438 Km jalan Negara; 71.145 Km Jalan Propinsi; dan 462.600 Km Jalan kabupaten.
9
Sumber Air minum untuk kebutuhan sehari-hari
masyarakat
Jombang sebagian disediakan oleh perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) atau air Leding Meteran 5%; sumur terlindung 44,5%; sumur pompa 17,6%; Air Kemasan Isi Ulang 0,05%. Akses masyarakat Jombang terhadap penggunaan jamban mengalami peningkatan tahun lalu jamban sehat permanen maupun semi permanen adalah 58%, pada tahun 2012 ini jamban sehat sebanyak 77,11%. Rumah sehat di Kabupaten Jombang mengalami peningkatan dari 67,6% di tahun 2011 menjadi 71,41% tahun 2012.
10
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Untuk mengetahui situasi derajat kesehatan masyarakat, digunakan empat indikator pembangunan kesehatan yaitu angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas), angka harapan hidup dan status gizi. Angka Morbiditas adalah angka kesakitan beberapa penyakit serta status gizi pada balita dan dewasa. Derajat kesehatan selain dipengaruhi oleh faktor pelayanan kesehatan dan ketersediaan sumberdaya kesehatan juga ditentukan oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, serta faktor lain. A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian meliputi
Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Anak Balita (AKABA), Angka Kematian Balita (AKBAL) dan Angka Kematian Ibu (AKI) serta angka kematian karena penyakit tertentu. 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1.000 kelahiran
hidup
(KH)
pada
tahun
yang
sama.
AKB
dapat
menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Faktor kematian bayi, secara garis besar dari sisi penyebab kematian bayi terbanyak di Kabupaten Jombang adalah Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 113 (23%), Asfiksia Neonatal 53 (21%), Tetanus Neonatorum (TN) sebanyak 1 bayi (0,4%) infeksi 13 bayi (5%), cacat bawaan 29 (12%), trauma lahir 5 (2%) dan penyebab lain
34
(13,6%). Sehingga jumlah kematian bayi pada tahun 2012 sebanyak 247 bayi dari 20.407 kelahiran hidup, atau dengan kata lain angka AKB Kabupaten Jombang tahun 2012 sebesar 12,15 per 1.000 KH.
11
Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Jombang Tahun 2009– 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kabupaten Jombang LB3 KIA 2009 – 2012
Sebagaimana dalam gambar 1, AKB Kabupaten Jombang pada tahun 2012 adalah sebesar 12,15 per 1.000 KH sudah lebih baik dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 14,4 per 1.000 KH. Artinya di Kabupaten Jombang pada tahun 2012, diantara 1.000 kelahiran hidup ada 12 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun. Dibandingkan dengan AKB Propinsi Jawa Timur tahun 2011 yang sebesar 29,24 per 1.000 KH, serta target MDG’s untuk penurunan AKB sebesar 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, maka AKB Kabupaten Jombang tahun 2012 masih di bawah batas toleransi. Tabel 1 Angka Kematian Bayi, Anak Balita dan Balita Kabupaten Jombang Tahun 2012 No.
Kategori Umur
1.
Bayi
2.
Anak Balita
3.
Balita
Angka Kematian Laki-laki
Perempuan
(L+P)
11,30
13,10
12,15
0,75
0,13
1,03
11,76
13,82
13,18
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kabupaten Jombang LB3 KIA 2008 – 2012
Data tentang kelahiran, baik itu lahir hidup maupun lahir mati dapat dilihat lebih rinci dalam lampiran tabel 6 dengan sajian data terpilah gender. Sedangkan jumlah kematian ditampilkan
dalam lampiran tabel 7,
baik itu Jumlah kematian Bayi, anak balita maupun balita. Dari data 12
tersebut diketahui jumlah kematian bayi 248 bayi, 21 kematian anak balita, dan 269 kematian balita. 2. Angka Kematian Balita (AKBAL) Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun per 1.000 kelahiran hidup. AKBAL mempresentasikan
resiko
terjadinya
kematian
pada
fase
antara
kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Angka Kematian Balita di kabupaten Jombang tahun 2012 sebesar 13,18 per 1.000 KH. Sudah lebih baik daripada tahun 2011 sebesar
15,2
per
1.000
KH.
Berikut
ini
merupakan
gambar
perkembangan AKBAL selama 5 tahun terakhir. Gambar 3.2 Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kabupaten Jombang LB3 KIA 2009 – 2012
Angka kematian Balita mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke 2009 atau dari tahun 2010 ke 2011 tetapi dapat diturunkan kembali di tahun 2012. Hal ini terjadi karena kematian balita tidak selalu karena penyebab penyakit, tetapi karena faktor yang tidak dapat dikendalikan misalnya kecelakaan. Kemudian berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi angka kematian balita diantaranya pelaksanaa Audit Maternal Perinatal (AMP) ibu dan anak, pembinaan PONED oleh PONEK, pengaktifan kelas ibu hamil dan balita, pelaksanaan SDIDTK. 3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus 13
insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Target MDG’s untuk penurunan AKI adalah sebesar 102 per 100.000 KH pada tahun 2015. Pada tahun 2012, jumlah kematian ibu dipilah berdasar umur ibu; yaitu <20 tahun (3 orang), 20-34 tahun (14 orang), dan ≥ 35
tahun (4 orang). Dengan demikian di Kabupaten Jombang
pada tahun 2012 tercatat 21
kasus kematian ibu. Kondisi ini sudah
lebih bagus dibanding tahun 2011 dimana terjadi 27 kasus kematian ibu. Jika dipilah berdasar fase ibu maternal maka AKI terdiri dari 4 kematian ibu hamil, 6 kematian ibu bersalin dan 11 kematian ibu nifas dari
20.407
kelahiran
hidup.
Sehingga
angka
kematian
ibu
di
Kabupaten Jombang tahun 2012 adalah 102,91. Angka capaian ini sudah mendekati target MDGs untuk AKI tahun 2015. Gambar 3.3 Grafik Angka Kematian ibu di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2009-2012
Informasi mengenai AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program
peningkatan
kesehatan
reproduksi,
terutama
pelayanan
kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
14
AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indicator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Salah satu upaya menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Jombang adalah dengan membentuk kelas ibu hamil. Semua permasalahan terkait ibu hamil dan persalinan dikupas tuntas dalam kelas dengan peserta ibu hamil ini. Diharapkan langkah tersebut dapat meningkatkan jangkauan cakupan (K4) ibu hamil, semua persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih, di fasilitas kesehatan yang sesuai standard dan pemantauan pada masa nifas. 4. Angka Harapan Hidup (AHH) Angka Harapan Hidup waktu lahir dapat digunakan untuk menilai derajat kesehatan masyarakat. Selain itu AHH juga dapat digunakan untuk mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM), selain juga sebagai
indikator
meningkatkan
untuk
mengevaluasi
kesejahteraan
kinerja
penduduk
pada
pemerintah umumnya,
dalam dan
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Berikut ini data AHH dan IPM Kabupaten Jombag selama 4 (empat) tahun terakhir. Gambar 3.4 Perbandingan AHH dengan IPM Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : BPS, BAPPEDA Kabupaten Jombang 2009-2012
Jika diperhatikan dari gambar 5 diatas, Nampak bahwa angka harapan hidup (AHH) cenderung naik lebih pesat dibanding dengan
15
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang kenaikannya kurang seberapa cepat. B. ANGKA KESAKITAN Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat (Community Based Data) melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan yang bersumber dari puskesmas maupun dari sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Berdasarkan laporan dari puskesmas diketahui bahwa penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di Kabupaten Jombang tahun 2012 meliputi penyakit infeksi dan degeneratif. Tabel 2. Data 10 Penyakit Terbesar di Kabupaten Jombang Tahun 2011 Persentase terhadap Total Penderita
No.
ICD X
1.
J06
Infeksi akut pernafasan atas lainnya
88.016
29,93%
2.
J00
Nasofaringitis akut (common cold)
51.532
17,52%
3.
I 10
Hipertensi
30.712
10,44%
4.
M79
Gangguan jaringan ikat, otot, sinovium, tendon dan jaringan
28.161
9,58%
5.
K31
Penyakit oesophagus, lambung dan usus duabelas jari
24.443
8,31%
6.
M25
Penyakit sendi
18.308
6,23%
7.
A09
Diare dan Gastroenteritis lainnya yang diduga karena infeksi
14.814
5,04%
8.
E14
Diabetes Mellitus
13.470
4,58%
9.
L30
Dermatitis dan eksem
13.441
4,57%
10.
J 44
Asma dan penyakit kronis pernafasan bawah
11.185
3,8%
Jenis Penyakit
Jumlah
Sumber : Laporan Bulanan Data Kesakitan Puskesmas 2012
Nampaknya terjadi pergeseran tren 10 penyakit terbanyak antara tahun 2011 dengan 2012. Dimana tahun 2011 penyakit Diabetes Mellitus bukan termasuk 10 penyakit terbanyak tetapi di tahun 2012 ini masuk dalam 10 penyakit terbanyak. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran tren dari penyakit infeksi (menular) ke penyakit degeneratif. Pergeseran tren penyakit ini menunjukkan perubahan perilaku dan pola konsumsi makanan di masyarakat.
16
1. Penyakit Menular Langsung a. Penyakit TB Paru Penyakit Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena merupakan penyakit infeksi pembunuh utama yang menyerang golongan usia produktif, anakanak serta golongan social ekonomi tidak mampu. Penyakit TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Tuberculosis yang lebih
sering menginfeksi organ paru-paru sebagai organ tempat infeksi primer, serta dapat menyerang organ lain seperti kulit, kelenjar limfe, tulang dan selaput otak. Penyakit TB ditularkan melalui droplet (percikan dahak penderita). Bersama dengan Malaria dan HIV / AIDs, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Kabupaten Jombang telah menjalankan strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) sejak tahun 1995 sebagai upaya pemberantasan penyakit TB Paru dan upaya menekan penularan kasus TB. Dari data yang berhasil dikumpulkan di Kabupaten Jombang menunjukkan kasus BTA (+) pada kohort sebanyak 695 penderita
2010 yang diobati
dan yang telah sembuh 676 penderita
(88,71%). Jumlah penderita BTA (+) baru yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak 721 orang atau CDR sebesar 53,49%. Capaian ini belum mencapai target CDR yang ditetapkan yaitu 70%. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya penemuan kasus TB paru BTA (+). Jika dibandingkan dengan tahun 2011 CDR sebesar 56,53% capaian tahun 2012 mengalami penurunan. b. Kusta Penyakit
Kusta atau sering disebut penyakit Lepra adalah
penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya, kecuali susunan syaraf pusat. Prevalensi menetapkan
merupakan besarnya
indicator
masalah
dan
yang
bermanfaat
transmisi
yang
dalam sedang
berlangsung. Tahun 2012 prevalensi rate di Kabupaten Jombang 1,03 per 10.000 jumlah penduduk dengan target <1 per 10.000 jumlah penduduk. Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa kusta 17
masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat d Kabupaten Jombang. Pada tahun 2012 ini
penderita kusta kasus baru untuk kusta
type kering (PB) sebanyak 11 orang, dan dari kusta tipe basah (MB) sebanyak 115 orang. Dengan demikian total kasus baru kusta adalah 126 orang, dengan New Case Detection Rate (NCDR) 10,35 per 100.000 penduduk. Dari jumlah ini dapat diuraikan bahwa 1 dari 11 penderita baru kusta kering (PB) adalah anak-anak. sedangkan dari 115 penderita baru kusta basah (MB) 6 penderitanya adalah anakanak (usia 0-14 tahun). Jika dikumulatifkan maka penderita kusta anak-anak hanya 5,88%. Hal ini menunjukkan masih ada sumber penularan penyakit kusta. Jika tingkat penularan kusta di masyarakat dinyatakan dengan indikator proporsi penderita anak (usia 0-14 tahun) maka untuk mengetahui keterlambatan antara kejadian penyakit dan penegakan diagnose digunakan indikator proporsi cacat tingkat II. Menurut data laporan kohort program 2 kusta, diketahui bahwa tahun 2012 ini cacat tingkat II adalah 30 orang dari total penderita baru 126 orang (23,81%). Berdasarkan kohort 2011 di Kabupaten Jombang terdapat 5 penderita kusta PB dan semuanya telah selesai berobat atau RFT (Release From Treatment) 100%. Sedangkan berdasar kohort 2010 penderita kusta MB 72 penderita, dengan 64 penderita telah RFT (88,89%). Hal ini menunjukkan pada tahun 2011 seluruh penderita kusta tipe PB berhasil menyelesaikan pengobatan. Sedangkan untuk kusta tipe MB berdasar laporan Kohort Program P2 Kusta thun 2010 ada 8 penderita yang tidak menyelesaikan pengobatan.
18
Gambar 3.5 Proporsi Penderita Kusta Anak dan Proporsi Cacat Tingkat II Kusta di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Target yang harus dicapai dalam penularan (proporsi anak) maupun keberhasilan deteksi kasus baru (cacat tingkat II) adalah <5%. Sedangkan jumlah penderita kusta baik penderita baru maupun lama per 10.000 penduduk mulai tahun 2009 sampai 2012 dapat dilihat pada grafik Prevalensi Rate pada gambar 3.6 berikut ini. Gambar 3.6 Prevalensi Rate Kusta per 10.000 Penduduk Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang Angka prevalensi kusta tahun 2012 adalah 1,03 per 10.000 penduduk; sedangkan target yang harus dicapai < 1 per 10.000 penduduk. dimana prevalensi penderita kusta
laki-laki 1,47 per
10.000 penduduk sedangkan prevalensi penderita perempuan 0,59 19
per 10.000 penduduk. Artinya penderita kusta laki-laki lebih banyak dari pada dari kalangan perempuan; baik penderita baru maupun lama. c. Penyakit HIV AIDS AIDS
(Acquired
Immuno
Deficiency
Syndrom)
merupakan
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan menurunnya imunitas tubuh sebagai akibat dari Human Imunodeficiency Virus. Akibat penurunan daya tahan tersebut adalah penderita mudah diserang berbagai macam penyakit infeksi (Infeksi Oportunistik). Penyakit HIV/AIDS merupakan new emerging disease dan menjadi pandemic di semua kawasan beberapa tahun ini. Semakin tingginya mobilitas
penduduk
antar
wilayah,
menyebarnya
sentra-sentra
pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang bebas dan tidak aman serta meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS. Karena itu salah satu target MDGs 6A adalah mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS hingga tahun 2015. Jumlah kasus baru HIV yang ditemukan di Kabupaten Jombang tahun 2012 adalah 102 orang, sedangkan kasus baru tahun 2011 HIV hanya 33 orang. Penderita
AIDS di tahun 2012
sebanyak 45 orang, sudah menurun dibanding tahun 2011 mencapai 52 orang. Jumlah kematian yang diakibatkan AIDS berjumlah 37 orang.
Untuk
penyuluhan
mencegah
tentang
penyebaran
HIV/AIDS
lebih
lebih sering
lanjut
diperlukan
dilakukan
agar
masyarakat paham dan dapat melindungi dari penyakit tersebut. Pendonor darah di UPT PMI Kabupaten Jombang tahun 2012 sebanyak 15.486 pendonor, yang diskreening HIV sebanyak 15.281 sampel darah (98,68%). Hal ini menunjukkan perhatian besar UPT tersebut dalam menjaring kasus HIV. d. Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau yang malnutrisi. 20
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita. Kasus ISPA
pada umumnya terjadi pada balita dengan gizi
kurang dan berada pada lingkungan yang tidak sehat (asap rokok, polusi). Jumlah balita penderita pneumonia yang dilaporkan di Kabupaten Jombang tahun 2012 adalah 1518 sedangkan pneumonia balita diperkirakan tahun ini sebanyak 10.617 balita, tetapi jumlah pneumonia balita yang ditemukan dan ditangani tahun 2012 ini hanya 1.518 balita (14,3%). Jumlah ini sudah mencakup kegiatan di Puskesmas maupun rumah sakit. Sejumlah 1 (satu) Rumah Sakit Umum Daerah dan 8 (delapan) RS Swasta di Kabupaten Jombang. Gambar 3.7 Kasus Pneumonia Balita di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
Sejak
tahun
2009
hingga
2012
terjadi
fluktuasi
penyakit
Pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani. e. Diare Penyakit diare adalah penyakit endemis di Kabupaten Jombang dan berpotensi menjadi KLB yang sering disertai kematian. sampai saat ini diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan pada anak terutama balita. Secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga adanya penurunan kasus diare menunjukkan adanya peningkatan kualitas kedua faktor tersebut. Pada tahun 2012 diperkirakan jumlah penderita diare sebanyak 50.042 orang, ternyata jumlah penderita Diare yang ditemukan dan 21
ditangani di Kabupaten Jombang tahun 2012 adalah 24.742 atau hanya 49,44% dari perkiraan. Total kasus diare tahun 2012 menurun dibanding jumlah kasus pada tahun 2011 mencapai 32.698 kasus. Gambar 3.8 Penemuan Penderita Diare di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Sedangkan angka kesakitan (morbiditas) diare pada semua usia pada tahun 2012 adalah 206 per 1.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2011 dimana morbiditas mencapai 250 per 1.000
penduduk.
Di
tingkat
kabupaten,
morbiditas
diare
di
Kabupaten Jombang terjadi fluktuasi dari tahun 2008 hingga 2012. Gambar 3.9 Angka Kesakitan Diare Semua Usia (per 1000 Penduduk) Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
22
Angka kesakitan diare untuk semua usia bersifat fluktuatif dari tahun 2009 hingga 2012. Kasus memuncak pada tahun 2011 (27,2), tetapi berhasil dikendalikan lagi di tahun 2012 ini. Diantara upayaupaya yang dilakukan untuk mengendalikan laju morbiditas diare antara lain sosialisasi atau penyuluhan tentang diare, program STBM menuju kawasan ODF, serta peningkatan PHBS. 2. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) Beberapa berpotensi
penyakit
dapat
menumbulkan
menular
Kejadian
dengan
Luar
cepat
Biasa
sehingga
(KLB),
namun
diantara penyakit-penyakit tersebut ada yang dapat dicegah dengan imunisasi atau disingkat PD3I, antara lain : a. Tetanus Neonatorum Penyakit
tetanus
Neonatorum
(TN)
disebabkan
oleh
basil
Clostridium Tetani yang masuk ke dalam tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN, banyak terjadi di negara berkembang dan berpotrensi untuk menjadi KLB. Pada tahun 2012 di Kabupaten Jombang terdapat 1 (satu) kasus Tetanus Neonatorum dan statusnya adalah KLB. b. Campak Campak
merupakan
penyakit
akut
yang
disebabkan
virus
campak, golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan seumur hidupnya. Berikut ini ditampilkan jumlah kasus campak di Kabupaten Jombang menurut Puskesmas tahun 2012.
23
Gambar 3.10 Sebaran Kasus Campak Kabupaten Jombang menurut Puskesmas Tahun 2012
Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kab. Jombang
Sepanjang tahun 2012 ditemukan 22 kasus campak, 8 penderita laki-laki, dan 14 penderita perempuan. Kasus campak ditemukan di 12
(dua
belas)
wilayah
Puskesmas.
Jumlah
ini
menurun
dibandingkan tahun 2011 dimana terdapat 31 kasus campak. Kasus campak tahun 2012 terbanyak terdapat diwilayah kerja Puskesmas Brambang (5 penderita), Wonosalam (3 penderita) selebihnya hanya 1 atau 2 kasus. Dari 22 kasus suspek campak, 3 kasus suspek campak dengan konfirmasi laboratorium, positif Rubela. Insidence Rate pada tahun 2012 sebesar 1,8 per 100.000 penduduk. Perkembangan kasus campak di Kabupaten Jombang tahun 20092011 terlihat pada gambar 11 berikut :
24
Gambar 3.11 Perkembangan Kasus Campak di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Profil Kesehatan 2009 - 2012 Kab. Jombang
Dari gambar di atas nampak bahwa kasus campak di kabupaten Jombang dapat dikendalikan sehingga jumlah kasus terus menurun hingga tahun 2012 tinggal 22 kasus. Penurunan kasus dari tahun ke tahun karena adanya peningkatan cakupan imunisasi campakdimana cakupan tahun 2012 sebesar 102,5%. Pada tahun 2009 2009 terjadi peningkatan kasus karena terjadi KLB Campak di Puskesmas Wonosalam. c. Difteri Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium
Diphteriae
yang
menyerang
sistem
pernafasan bagian atas. Penyakit ini mudah menular,
pada
umumnya penyakit difteri ini menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Difteri termasuk penyakit menular yang kasusnya relatif rendah tetapi cenderung meningkat. Tinggi rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Jumlah kasus difteri tahun 2012 ini sebanyak 95 kasus. Dari jumlah ini yang meninggal sebanyak 11 penderita, dengan Case Fatality Rate (CFR) 11,58%. Di Kabupaten Jombang terjadi fluktuasi kasus difteri, dimana tahun 2009 tidak ditemukan kasus, tetapi pada tahun 2010 ditemukan 13 kasus, kemudian tahun 2011 hanya 7 kasus lalu meningkat lagi di tahun 2012 terdapat 95 kasus. Perkembangan kasus difteri di Kabupaten Jombang mulai tahun 2008 hingga 2012 dapat dilihat pada gambar 12 berikut ini. 25
Gambar 3.12 Perkembangan Kasus Difteri di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
Sumber : Profil Kesehatan 2009 - 2011 Kab. Jombang
Kasus difteri di Kabupaten Jombang memiliki kecenderungan naik selama 4 (empat) tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena mobilisasi penduduk cukup tinggi, sedangkan di Propinsi Jawa Timur hampir seluruh kabupaten/kota terjadi wabah kasus difteri. d. AFP Acute Flaccid Paralysis (AFP) merupakan penyakit menular disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sitem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. AFP biasanya menyerang anakanak berusia kurang dari 15 tahun terutama usia 0-3 tahun. Tandatanda yang muncul jika anak tersebut terserang AFP antara lain demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, dan sakit di tungkai dan lengan. Ada perbedaan antara AFP dengan Non Polio AFP. Dimana AFP adalah kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat dengan kelumpuhan. Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Target indikator AFP telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu sebesar 2/100.000 anak usia <15 tahun. Pada tahun 2012 ada sebanyak 4 kasus AFP (non Polio) yang dilaporkan di Kabupaten Jombang. Dengan AFP Rate 1,3 per 100.000 penduduk.
26
Gambar 3.13 Sebaran AFP non Polio Menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kabupaten Jombang
Pada gambar 3.13 diatas nampak bahwa penemuan kasus AFP selama tahun 2012 terdapat pada 4 wilayah kerja puskesmas. Yaitu Puskesmas Blimbing Gudo, Sumobito, Kesamben, Kedungmulyo.
Penemuan
kasus
AFP
terjadi
dan Bandar
penurunan
jika
dibanding dengan tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan surveilans aktif. Karena sistem CBS (Case Base Surveylance) belum berjalan dengan baik. AFP non Polio rate tahun 2012 adalah 1,31 per 100.000 penduduk <15 tahun, menurun dibanding tahun 2011 dimana AFP non Polio Rate adalah 2,91 per 100.000 penduduk usia kurang dari 15 tahun. Kondisi tahun 2012 belum mencapai target yang ditetapkan SPM bidang kesehatan Kabupaten Jombang sebesar ≥3 per 100.000 penduduk usia < 15 tahun maupun target Nasional sebesar ≥ 2 per 100.000 penduduk usia < 15 tahun. 3. Penyakit Menular Bersumber Binatang a. Demam Berdarah Dengue Dari tahun ke tahun penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu menyerang masyarakat hampir seluruh wilayah Kabupaten Jombang. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan angka kematian yang relatif tinggi. Jumlah kasus DBD 27
tahun 2012 adalah 503 kasus. Jumlah ini meningkat tajam setelah sebelumnya (2011) hanya terdapat 300 kasus. Dari 503 kasus DBD meninggal 8 orang, dengan Case Fatality Rate (CFR) 1,59%. Insidence rate 41,31 per 100.000 penduduk. Berikut ini gambar tren turun kasus DBD di kabupaten Jombang. Gambar 3.14 Jumlah Kasus DBD di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Sebenarnya kasus DBD ini telah mampu dikendalikan selama 4 (empat) tahun terakhir dari tahun 2008 hingga 2011. Tetapi meningkat lagi di tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh musim hujan yang panjang dan gerakan PSN belum berjalan optimal. Walaupun demikian Incidence Rate DBD di Kabupaten Jombang ini telah sesuai target nasional < 55/100.000 penduduk. Gambar 3.15 Angka Insidens Penyakit DBD (per 100.000 penduduk) dan CFR DBD di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
28
Insiden atau kejadian kasus DBD yang tinggi tidak selalu diiringi dengan kematian yang banyak. Seperti telihat pada grafik di atas pada tahun 2010 dan 2011. Gambar 3.16 Jumlah Kasus DBD menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Sedangkan sebaran kasus DBD menurut wilayah kerja puskesmas dapat dilihat pada lampiran profil tahun 2012 tabel 23. Dari 503 kasus yang ada pada tahun 2012, terbanyak ditemukan di wilayah kerja puskesmas Mojowarno (41 kasus) dan terendah ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Ploso (1 kasus). Angka Bebas Jentik (ABJ) tahun 2012 sebesar 87,69% menurun sedikit dari tahun 2011 (89,46 %), capaian ABJ tersebut masih dibawah target SPM bidang kesehatan Kabupaten Jombang (>95%). b. Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Pada tahun 2012 terdapat 35 penderita malaria positif yang ditemukan di Kabupaten Jombang, sedangkan di tahun 2011 terdapat 32 penderita malaria positif. Angka Kesakitan Malaria (API) Kabupaten Jombang tahun 2011 sebesar 0,026 per 1.000 penduduk dan pada tahun 2012 menjadi 0,03 per 1.000 penduduk; dengan demikian
Kabupaten Jombang termasuk kategori endemis rendah
(API 0 – 1 per 1.000 Penduduk). 29
Gambar 3.17 Kasus Malaria Positif dan Angka Kesakitan (API) di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Ada kesimpulan menarik dari gambar grafik di atas, yaitu jumlah kasus yang meningkat tidak berbanding lurus dengan angka kesakitan (API). Karena angka resiko kesakitan masih dibandingkan dengan berapa jumlah penduduk Kabupaten Jombang pada tahun tersebut. Jika kita perhatikan kasus malaria tahun 2009 dan 2010, jumlah kasus malaria tidak begitu banyak tetapi angka kesakitan penduduk sangat tinggi. Tetapi di tahun 2011 dan 2012 jumlah kasus malaria meningkat tetapi anka kesakitannya sangat rendah. C. STATUS GIZI MASYARAKAT Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. Periode dua tahun pertama
kehidupan
seorang
anak
merupakan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
masa
kritis
karena
sangat pesat. Oleh
karena itu terjadinya gangguan gizi di masa tersebut dapat bersifat permanen dan tidak dapat pulih walaupun kebutuhan gizi dimasa selanjutnya terpenuhi. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indicator, antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, anemia gizi besi pada ibu dan pekerja waita dan Gangguan Akibat Kekuarangan Yodium. 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasar laporan Kohort bayi, Jumlah BBLR di Kabupaten Jombang yang dilaporkan tahun 2012 adalah 751 bayi, sedangkan seluruh bayi 30
lahir yang ditimbang adalah 20.266 bayi, jadi kasus BBLR hanya 3,7%. Kondisi ini sudah membaik bila dibandingkan dengan tahun 2011 dimana bayi BBLR sebanyak 791 (3,83%) dari 20.675. Kasus BBLR ini menjadi perhatian khusus karena sering kali menyebabkan kematian bayi. Diantara penyebab kematian bayi BBLR adalah faktor penyumbang terbesar (23%), selain karena Asfiksia (21,4%). Gambar 3.18 Penyebab Kematian Neonatal di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Pada gambar 3.18 di atas terlihat bahwa BBLR menjadi faktor utama atau terbesar penyebab kematian bayi neonatal. 2. Status Gizi Balita Status
gizi
balita
merupakan
salah
satu
indikator
yang
menggambarkan tingkat status gizi masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antopometri yang menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu pengukuran tubuh dibandingkan umur; Berat Badan/ Umur (BB/U), Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB), atau Tinggi Badan per Umur (TB/U). Untuk status gizi yang ditampilkan dalam profil ini menggunakan indikator Berat Badan dibandingkan dengan Umur balita (BB/U). Indikator BB/U menggambarkan status gizi yang sifatnya umum, tidak spesifik.
Tinggi
rendahnya
prevalensi
gizi
buruk
dan
kurang,
mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita tetapi tidak mengindikasikan apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut. Untuk mengetahui status gizi yang sifatnya kronis biasanya 31
menggunakan indikator TB/U dan untuk mengetahui masalah gizi akut menggunakan indikator BB/TB. Gambar 3.19 Prevalensi Gizi Balita menurut Indikator BB/U di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Jumlah balita di Kabupaten Jombang pada tahun 2012 adalah 106.174 yang ditimbang hanya 75% (79.965 balita), diketahui hasil penimbangan balita tersebut bahwa balita yang naik BB nya 52.604 (65,8%), dan balita BGM hanya 466 (0,58%). Kondisi ini menunjukan perkembangan yang bagus dimana jumlah balita naik berat badannya meningkat dan jumlah balita BGM menurun. Karena data tahun 2011 diketahui jumlah balita adalah 84.752 balita, sedangkan balita yang ditimbang 79.940 balita (94,3%), yang naik berat badannya 49.760 balita (63,5%), balita BGM sebanyak 752 (0,94%). Gambar 3.20 Kasus Balita Gizi Buruk menurut Perbandingan BB dan TB Balita di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
32
Sedangkan pelayanan gizi buruk mendapat perawatan menggunakan indikator BB/TB. pada tahun 2012 ini ditemukan 34 kasus gizi buruk dan telah mendapat perawat seluruhnya. Kondisi ini sudah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2011 ditemukan 35 balita gizi buruk dan seluruh balita telah mendapat perawatan. Tahun 2010 ditemukan 38 kasus gizi buruk dan telah ditangani 100%. 3. Status Gizi Ibu dan Wanita Pekerja Status gizi ibu hamil, dan wanita pekerja dapat dilihat dari tingkat kecukupan zat gizi besi (Fe), dengan tujuan menekan prevalensi Anemia zat gizi besi. Untuk kecukupan zat gizi besi bagi ibu hamil ada kebijakan pemberian tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya. Pada tahun 2012 terdapat 23.649 ibu hamil, sedangkan yang sudah mendapatkan 90 tablet Fe adalah 20.539 ibu hamil (86,85%), sedangkan target SPM bidang kesehatan adalah 90%. Cakupan pemberian kapsul Fe pada ihu hamil juga dapat dilihat dari pemberian 30 tablet Fe (Fe1)pada ibu hamil, dimana telah tercapai 91,97%. Kondisi ini sudah lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2011 dimana capaian pemberian 90 tablet Fe pada ibu hamil adalah 86,3% dan pemberian 30 tablet Fe pada ibu hamil adalah 91,36%. Beberapa upaya dilakukan untuk mencukupi kebutuhan zat besi pada wanita usia subur. Diantaranya adalah kerjasama dengan Iktan Bidan
Indonesia
(IBI),
rumah
sakit
daerah
dan
swasta,
dan
pembentukan outlet Tablet Tambah Darah (TTD) mandiri bagi remaja di sekolah.
33
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu
Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan. Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau
masyarakat
serta
swasta,
untuk
memelihara
dan
meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan masyarakat. Upaya Kesehatan Masyarakat meliputi upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan
kesehatan,
pemberantasan
penyakit
menular,
pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan
zat adiktif dan bahan
berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya Kesehatan Perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya Kesehatan Perorangan meliputi upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan pada perorangan. Situasi upaya kesehatan di Kabupaten Jombang yang telah dilakukan pada tahun 2012 akan diuraikan sebagai berikut : A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan dengan cepat dan tepat diharapkan dapat mengatasi berbagai
masalah
kesehatan
masyarakat.
Upaya-upaya
pelayanan
kesehatan masyarakat diurakan sebagai berikut : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan Angka Kematian. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, berkualitas dan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita.
34
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4) Upaya kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan. Distribusi waktu pelayanan ini yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu). Pembagian pelayanan ini dimaksudkan untuk menjamin perlindungan pada ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan. Hasil pencapaian program pelayanan
kesehatan ibu hamil dapat
dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan pelayanan K1 di Kabupaten Jombang pada tahun 2012 adalah 92,18%, pelayanan pada 21.799 ibu hamil
dari seluruh ibu hamil yang
berjumlah 23.649. Sedangkan cakupan K1 tahun 2011 adalah 93,4%. Cakupan K4 pada tahun 2012 sebesar 86,56%, yaitu pelayanan pada 20.471 ibu hamil dari total ibu hamil. Capaian ini menurun sedikit dibanding tahun 2011, dimana cakupan K4 sebesar 87,5%. Kesenjangan antara
K1
dan
penyelesaianya
K4
perlu
sehingga
dicari
seluruh
penyebabnya ibu
hamil
untuk
dibuatkan
mendapat
pelayanan
paripurna. Gambar 4.1 Cakupan Pemeriksaan K1 & K4 Di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Pada grafik di atas terlihat bahwa terdapat kesenjangan cakupan K1 dan K4; dimana cakupan K4 lebih rendah daripada K1. Artinya ibu hamil
yang
pada
trimester
pertama
dilayani
menjadi
tidak 35
memanfaatkan pelayanan kesehatan ibu hamil trimester terakhir di Kabupaten Jombang. Hal ini disebabkan adanya mobilitas penduduk (perpindahan), kelahiran, perpindahan penduduk, dan ibu hamil yang belum waktunya kontrol (K2, K3). Jika kesenjangan K1-K4 kecil menunjukkan hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal, meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilan dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan dan diharapkan semua ibu hamil melahirkan di tenaga kesehatan. Gambar 4.2 Cakupan Pemeriksaan K4 menurut Puskesmas Di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Terdapat 8 puskesmas telah mencapai target SPM untuk cakupan pelayanan K4 (95%) yaitu Puskesmas Pulo Lor, Gambiran, Mojoagung, Tembelang, Pulorejo, Japanan, Mayangan dan Cukir. b. Pertolongan Persalinan oleh tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional (dengan kompetensi kebidanan) dimulai dari lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta. Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi dimasa persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak kompetensi kebidanan. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jombang tahun 2012 sebesar 90,33%. Angka ini belum mencapai target SPM 36
Kabupaten Jombang yaitu 95%. Penyebabnya adalah jumlah sasaran riil jauh lebih kecil dari pada jumlah sasaran menurut proyeksi penduduk hasil sensus BPS Provinsi. Sehingga cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di bawah capaian tahun-tahun sebelumnya. Gambar 4.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Data tabel 28 Profil Kesehatan Kab. Jombang
Terdapat 8 puskesmas yang memiliki angka cakupan pertolongan persalinan sesuai target dan bahkan lebih. Puskesmas dimaksud adalah Puskesmas Mojoagung, Perak, Jogoloyo, Brambang, Mayangan, Pulorejo, Cukir dan Gambiran. Data cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten diperoleh dari semua fasilitas kesehatan yang ada, meliputi puskesmas, rumah sakit, polindes, bidan praktik swasta, dan rumah bersalin. Berikut ini rekaman cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2009-2012.
37
Gambar 4.4 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang handal dengan kompetensi kebidanan, Seksi Kesehatan Keluarga pada tahun 2012 telah melakukan berbagai pelatihan untuk tenaga bidan diantaranya adalah pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal), manajemen asfiksia bayi baru lahir, manajemen bayi dengan berat lahir rendah, dan pelatihan kelas ibu hamil. c. Ibu Hamil Komplikasi yang Ditangani Ibu hamil komplikasi atau resiko tinggi adalah ibu hamil dengan keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian bagi ibu maupun bayinya. Melalui pemeriksaan kehamilan secara rutin, dapat diketahui sejak dini apabila ada ibu hamil yang masuk dalam kategori resiko tinggi atau komplikasi dan memerlukan pelayanan kesehatan rujukan. Cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani tahun 2012 adalah 94,21%, yaitu pelayanan pada 4.456 ibu hamil resiko tinggi dari jumlah perkiraan ibu hamil yang resiko tinggi. Capaian ini menurun dibanding capaian tahun 2011 yaitu 98,1%. Hampir seluruh ibu hamil yang mengalami komplikasi sudah ditangani sesuai prosedur yang harus dicapai adalah 85%. Penanganan ibu hamil dengan komplikasi tersebut perlu diiringi dengan
upaya-upaya
masyarakat
preventif
seperti
peningkatan
kesadaran
untuk memeriksakan kehamilan secara teratur di tenaga
kesehatan (K1-K4), perilaku ibu hamil yang mencerminkan gaya hidup 38
yang bersih dan sehat, pemenuhan gizi selama kehamilan, serta peningkatan kompetensi petugas. Berikut ini grafik tentang cakupan pelayanan penanganan komplikasi pada ibu hamil di setiap Puskesmas se-Kabupaten Jombang. Gambar 4.5 Cakupan Ibu Hamil Komplikasi Ditangani menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Pada gambar di atas terlihat bahwa hampir seluruh Puskemas telah melayani komplikasi kebidanan sesuai yang ditargetkan (85%). Hanya 11 Puskesmas yang belum dapat mencapai target. Capaian terendah ada di Puskesmas Brambang (23%) sedangkan capaian tertinggi ada di Puskesnas Jogoloyo (177%). Penanganan
ibu
hamil
komplikasi
ini
telah
difasilitasi
oleh
Puskesmas PONED sebanyak 8 (delapan) puskesmas tang tersebar di seluruh penjuru kabupaten. Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Bandar Kedungmulyo, Cukir, Bareng, Mojoagung, Sumobito, Peterongan, Tembelang, Tapen. Adapun kondisi yang tidak dapat ditolong di Puskesmas PONED maka penanganan dirujuk ke RSUD Jombang (PONEK). d. Pelayanan Ibu Nifas Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan,
39
pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Sedangkan jenis pelayanan nifas yang diberikan antara lain : a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu); b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim ( fundus uteri); c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain; d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif; e) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana (KB); f) Pelayanan keluarga berencana (KB) pasca persalianan. Pencapaian upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan Kf3). Dari hasil rekap LB3 KIA di seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang hasil cakupan pelayanan ibu nifas tahun 2012 adalah 90,58%. Angka ini telah mencapai target SPM bidang kesehatan 90%. Gambar 4.6 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas diketahui bahwa sebagian besar puskesmas telah memberi pelayani kesehatan ibu nifas sesuai target, hanya 13 Puskesmas masih belum dapat mencapai target SPM bidang kesehatan. Sedangkan
tren
atau
kecenderungan
pemberian
pelayanan
kesehatan ibu nifas dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
40
Gambar 4.7 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Ada kecenderungan menurun dalam hal cakupan pelayanan ibu nifas. Hal ini perlu antisipasi dan perlu usaha serta dukungan penuh untuk
pemberian
pelayanan
ibu
nifas
secara
paripurna
dan
menyeluruh. e. Pelayanan Kesehatan Neonatus Bayi hingga usia kurang dari satu bulan (0-28 hari) merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya untuk mengurangi resiko tersebut adalah melalui pelayanan kesehatan pada neonatus minimal 3 (tiga) kali yaitu dua kali pada usia bayi 0-7 hari, dan satu kali pada saat bayi usia 8-28 hari. Pelayanan ini biasa disebut KN lengkap. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan saat lahir, dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada 28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehtaan maupun kunjungan rumah. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus tahun 2012 sebesar 95,9%, sudah melebihi target SPM bidang kesehatan yaitu 90%. Cakupan ini sama dengan tahun 2011 yang sebesar 95,9%.
41
Gambar 4.8 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Terdapat 10 (sepuluh) Puskesmas dengan cakupan KN lengkap dibawah target 90%, selebihnya Puskesmas telah mampu memberikan pelayanan KN lengkap sesuai target. Gambar 4.9 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Secara garis besar cakupan kunjungan neonatus lengkap selama 4 (empat) tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 4.9. Pelayanan yang diberikan sudah sesuai prosedur pelayanan dan telah melebihi target SPM.
42
f. Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan kesehatan bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari – 11 bulan yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan misalnya dokter, bidan, dan perawat, minimal 4 kali. Pelayanan kesehatan bayi yang diberikan antara lain pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB-1, Polio 1-4, dan Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, MP ASI. Tujuan pelayanan kesehatan pada bayi ini adalah supaya bayi mendapat pelayanan kesehatan dasar, diketahui sejak dini adanya kelainan atau penyakit, dan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2012 adalah 100,85%; dimana pelayanan diberikan pada 21.191 bayi dari seluruh bayi yang ada (21.012). Cakupan pelayanan kesehatan bayi meningkat dibanding tahun 2011 dimana capaiannya 98%. Gambar 4.10 Cakupan Kunjungan Bayi menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Hanya terdapat 7 (tujuh)
puskesmas yang memiliki cakupan
kunjungan bayi di bawah target SPM. Pencapaian tertinggi adalah Puskesmas Bandar Kedungmuloyo (128%), Blimbing Gudo dan Jabon (116%) dan Sumobito (115%). Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kunjungan bayi antara lain validasi data sasaran, 43
pelatihan dan penerapan SDIDTK, pemenuhan kebutuhan sarana dan tenaga, koordinasi dengan RS dan swasta, serta kegiatan menumbuhkan peran
serta
masyarakat
dalam
memanfaatkan
UKBM
terutama
Posyandu. Gambar 4.11 Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
g. Pelayanan Kesehatan Anak Balita Pelayanan Kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12-59 bulan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
anak
balita
diantaranya
adalah
melakukan
pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan serta stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan menggunakan instrumen SDIDTK, pembinaan posyandu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan pemanfaatan buku KIA, perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai 2 (dua) tahun, makanan gizi seimbang dan vitamin A. Pemberian pelayanan pada anak balita ini diberikan minimal 8 (delapan) kali. Cakupan Pelayanan Kesehatan pada anak balita tahun 2012 adalah 72,95%. Dimana pelayanan kesehatan anak
balita diberikan
pada 62.125 dari 85.162 anak balita yang ada. Cakupan ini meningkat jika dibandingkan tahun 2011 yang capaiannya sebesar 67,9%. Cakupan ini masih belum mencapai target SPM bidang kesehatan sebesar 90%. Pada tahun 2012 ini Puskesmas yang telah mencapai target sebanyak 4 (empat) Puskesmas dari 34 Puskesmas yang ada yaitu Puskesmas Plumbon Gambang, Mojoagung, Sumobito, dan Mayangan. 44
Gambar 4.12 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar Puskesmas masih belum dapat mencapai target SPM pelayanan kesehatan anak balita. h. Pelayanan Kesehatan Anak usia SD dan sederajat Berbagai data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia sekolah semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS). Oleh karena itu sangat perlu adanya penjaringan kesehatan terhadap siswa SD atau MI kelas I. Penjaringan
kesehatan
merupakan
serangkaian
kegiatan
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap siswa kelas 1 SD atau yang sederajat. Dapat digunakan untuk memilah siswa yang memiliki masalah kesehatan supaya mendapat penanganan sedini mungkin. Kegiatan penjaringan ini meliputi pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit, kuku), pemeriksaan status gizi berupa pengukuran antropometri,
pemeriksaan
ketajaman
indera
(penglihatan
dan
pendengaran), pemeriksaan kesehtaan gigi dan mulut, pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan sederajat tahun 2012 sebesar 95,86%.
Cakupan ini menurun dibandingkan dengan
cakupan tahun 2011 sebesar 101 %. Sedangkan target SPM yang harus dicapai adalah 100%. 45
Gambar 4.13 Cakupan Pejaringan Siswa SD dan Setingkat menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Setidaknya tidak kurang dari 14 (empat belas) Puskesmas telah mencapai target SPM dalam penjaringan kesehatan untuk siswa SD dan setingkat. Cakupan terendah terdapat di Puskesmas Jelakombo sebesar 71%. 2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Menurut hasil penelitian usia subur seorang wanita adalah antara usia 15-49 tahun, oleh karena itu perlu untuk mengatur jarak kehamilan, sehingga wanita/pasangan pada usia ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat kontrasepsi atau metode KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan metode kontrasepsi, cakupan peserta KB yang baru menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontarsepsi yang digunakan oleh akseptor KB. Menurut hasil pengumpulan data pada tahun 2012 Jumlah pasangan usia subur (PUS) sebesar 259.820. dari jumlah tersebut yang menjadi peserta KB aktif adalah sebanyak 182.752 sedangkan yang menjadi peserta KB baru sebesar 25.773 orang
(Tabel 35 Lampiran
Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2012). Cakupan peserta KB aktif tahun 2012 adalah 70,34%, menurun dibandingkan cakupan tahun 2011 sebesar 74,6%. Jika tahun 2011 cakupan KB baru adalah 9,56% maka cakupan peserta KB baru tahun 2012
adalah
9,92%.
Hal
ini
menunjukan
adanya
peningkatan
46
kesadaran masyarakat maupun kinerja petugas kesehatan dalam mencari/mendapatkan akseptor baru KB. Adapun jenis kontrasepsi yang banyak digunakan akseptor baik KB aktif maupun KB baru adalah suntik dan pilihan terendah adalah MOP, dengan proporsi persentase masing-masing alat kontrasepsi tersebut sebagai berikut : Gambar 4.14 Proporsi Jenis Kontrasepsi yang Digunakan oleh Peserta KB aktif di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Alat atau metode kontrasepsi yang paling sering digunakan oleh pasangan usia subur (PUS) adalah Suntik, Pil, dan implan. 3. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut (Pra Usila) dan Usia Lanjut (Usila) Dengan meningkatnya Usia Harapan Hidup, maka kesehatan lanjut usia juga perlu mendapatkan perhatian agar para lanjut usia dapat menjalani
kehidupannya
secara
berkualitas
baik
fisik
maupun
mentalnya. Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan pada lansia, telah dilakukan pelatihan peningkatan kemampuan petugas dalam pelayanan lansia, pemenuhan sarana berupa posyandu lansia kit, pembinaan posyandu lansia serta karang werda yang sudah ada. Jumlah posyandu lansia terus ditingkatkan dengan tujuan untuk pemerataan pelayanan kesehatan lansia dan untuk mendekatkan pos pelayanan lansia pada sasaran. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa jumlah posyandu lansia pada tahun 2009 hanya berjumlah 519 saat ini (2012) sudah bertambah menjadi 609 posyandu lansia. 47
Cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut (45-59 tahun) dan usia lanjut (>60 tahun) pada tahun 2012 di Kabupaten Jombang sebesar 21,13%
dari seluruh jumlah usila yang ada yaitu 342.640 jiwa.
Cakupan ini menurun dari tahun 2011 dimana cakupan sebesar 84,22%. Hal ini dikarenakan oleh besarnya sasaran program sebagai penyebut/denominator pengukuran cakupan. Tahun 2011 penyebutnya hanya
lansia
sejumlah
46.247
orang.
Sedangkan
tahun
2012
penyebut/denominator pengukuran cakupan adalah pra lansia dan lansia. Sehingga hasil penghitungan cakupan layanan kesehatan lansia menjadi sangat kecil (21,13%). Gambar 4.15 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usilaa menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas terlihat bahwa tidak ada puskesmas yang memiliki cakupan pelayanan kesehatan pra lansia dan lansia sesuai target SPM bidang kesehatan (70%). 4. Pelayanan Imunisasi Pelayanan imunisasi adalah bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Indikator untuk menilai keberhasilan program imunisasi adalah angka UCI (Universal Child Immunization). Pada
awalnya
UCI
diartikan
sebagai
tercapainya
cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, Polio dan campak. Tetapi sejak tahun 2003, indikator perhitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen, yaitu Hepatitis B0, BCG, hepatitis 48
B, DPT-HB, Polio dan Campak –harus tercapai 80%- pada wilayah tertentu. Universal Child Imunization (UCI) jika dikaitkan dengan batasan suatu
wilayah
tertentu,
tergambarkan
besarnya
berarti tingkat
dalam kekebalan
wilayah
tersebut
masyarakat
juga
terhadap
penularan PD3I. Cakupan desa/kelurahan UCI di Kabupaten Jombang tahun 2012 jika berdasarkan pada perhitungan UCI agregat adalah 56,86%. (lampiran profil tabel 38) Sedangkan jika perhitungan UCI berdasarkan imunisasi
dasar
lengkap
pada
individu
adalah
sebesar
94,44%.(lampiran profil tabel 38A). Dari 306 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Jombang hanya 289 desa/kelurahan yang mencapai UCI. Padahal target SPM bidang kesehatan adalah seluruh desa/kelurahan (100%) di Kabupaten Jombang. Gambar 4.16 Desa/Kelurahan UCI Agregat menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kab. Jombang
Setidaknya terdapat 5 (lima) Puskesmas yang dapat mencapai target SPM desa/kelurahan UCI. Dimana seluruh desa atau kelurahan di wilayah kerja Puskesmas tersebut telah UCI, yaitu 80% sasaran bayi telah mendapat imunisasi dasar lengkap. Lima puskesmas tersebut adalah Puskesmas Cukir, Brambang, Japanan, Dukuh Klopo, jarak Kulon. Kondisi ini sudah lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2011 dimana hanya terdapat 1 (satu) Puskesmas dengan pencapaian UCI 100% yaitu Puskesmas Mayangan. Meskipun tahun 2010 terdapat 6 Puskesmas dengan pencapaian UCI 100%. 49
Gambar 4.17 Desa/Kelurahan UCI Individu menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kab. Jombang
Jumlah Puskesmas yang mencapai UCI desa 100% terdapat di 25 Puskesmas. Jika perhitungan UCI berdasarkan imunisasi dasar lengkap pada individu maka pada tahun 2012 terjadi kenaikan capaian desa/kelurahan UCI yang cukup signifikan yaitu sebesar 94,44% karena sebelumnya UCI desa/kelurahan berdasarkan data agregat, yaitu menggunakan indikator akses pelayanan. Terdiri dari jenis antigen BCG, DPT HB, dan Polio, dengan target 95% dan sebagian besar terdiri dari jenis antigen DPT HB 2, 3, Polio 2, 3, 4 dan Campak dengan target 90%, sehingga untk mencapai desa/kelurahan UCI sangat sulit. Gambar 4.18 Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kab. Jombang
50
Terjadi fluktuasi capaian desa/kelurahan UCI dari tahun 20092012, dimana capaian terendah ada pada tahun 2011. Capaian berhasil dinaikan kembali di tahun 2012 (berdasarkan UCI Imunisasi dasar lengkap). Angka capaian ini masih dibawah target Nasional yaitu 95%, dan target SPM Daerah 100%. Upaya untuk peningkatan UCI desa adalah dengan melaksanakan pendataan
sasaran
bayi,
Sweeping
Imunisasi,
dan
Krosnotifikasi
(pencocokan data) antar desa maupun Puskesmas. 5. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Upaya
pemeliharaan
kesehatan
gigi
dan
mulut
seharusnya
dilakukan sejak dini. Usia sekolah dasar merupakan saat tepat untuk dilakukan upaya kesehatan gigi dan mulut, karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh kembangnya gigi permanen. Kelompok usia ini juga paling berisiko mengalami kerusakan gigi. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif dilakukan petugas kesehatan secara aktif dengan mengunjungi sekolah dengan melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut serta praktik sikat gigi masal. Sedangkan upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan secara pasif, artinya upaya tersebut dilakukan oleh petugas kesehatan ketika ada pasien yang datang ke puskesmas. Upaya kuratif dan
rehabilitatif
antara
lain
pengobatan
dan
perawatan
gigi,
penambahan gigi serta pencabutan gigi. Jumlah sekolah SD/MI tahun 2012 sejumlah 815 sekolah. Dari jumlah tersebut, 399 sekolah melakukan sikat gigi massal (48,96%), hal ini dimaksudkan sebagai upaya promotif dan preventif masalah gigi dan mulut. Sedangkan jumlah SD/MI yang mendapat pelayanan gigi sejumlah 709 (86,99%) sekolah. Untuk pelaksanaan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) pada tahun 2012, jumlah seluruh siswa SD/MI sebanyak 118.288 siswa. Sedangkan siswa yang diperiksa gigi dan mulutnya hanya sejumlah 32.936 (27,84%). Hasil dari pemeriksaan ini diketahui 11.699 siswa memerlukan perawatan, namun yang sudah mendapat perawatan baru sejumlah 6.268 (53,58%) siswa. Capaian ini menurun dibanding tahun 2011, dimana siswa yang mendapat perawatan sebesar 63,5%.
51
Gambar 4.19 Hasil Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
Dalam 4 (empat) tahun terakhir, angka rasio pencabutan gigi tetap dengan tumpatan gigi menunjukkan angka antara 0,6 sampai 0,8. Hal ini dapat dilihat dalam gambar berikut. Gambar 4.20 Rasio Tumpatan dengan Pencabutan Gigi Permanen di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
Dari grafik di atas diketahui bahwa dalam 4 (empat) tahun terakhir terjadi penurunan rasio tumpatan dan pencabutan, yaitu dari 0,8 pada tahun 2010 menjadi 0,6 pada tahun 2012. Masih tingginya angka rasio tumpatan
dan
pencabutan
gigi
tersebut
menunjukkan
perilaku
masyarakat dalam hal pemeliharaan dan perawatan kesehatan gigi masih kurang.
52
6. Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan
suatu
anjuran
yang
ada
hubungannya
dengan
kesehatan. Materi penyuluhan sangat beragam, mulai dari materi
tentang
kesehatan ibu dan anak, materi tentang gizi dan tumbuh kembang anak, kesehatan remaja, kesehatan lansia, kesehatan lingkungan, PHBS, HIV/AIDS dan P3 NAPZA. Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup indiviidu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada indvidu dapat dilakukan di puskesmas, posyandu, keluarga
dan
masyarakat.
Penyuluhan
kesehatan
pada
keluarga
diutamakan pada keluarga risiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk, dan sebagainya. Penyuluhan dengan sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang memiliki anak balita, kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kelompok pada umumnya disampaikan pada sasaran Posyandu, Poskesdes, sekolah, pertemuan PKK dan lintas sektor lainnya. Materi penyuluhan dapat disampaikan pada Massa melalui media massa, talk show, dialog, radio spot, tulisan di majalah atau koran, banner,
spanduk,
poster
dan
sebagainya,
serta
dilakukan
pada
kerumunan massa sepperti saat pameran dan karnaval. Pada tahun 2012 telah dilakukan 14.725 kali penyuluhan kelompok yang di lakukan di Puskesmas dan jaringannya. Sedangkan penyuluhan massa pada tahun 2012 ini dilakukan sebanyak 7 kali oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. Penyuluhan massa ini dilakukan pada saat dilakukan pameran di ajang Gelar Potensi Jombang, Pawai dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional. Data ini dapat dilihat dalam lampiran tabel 54.
53
7. Pelayanan Kunjungan Kesehatan Dasar Sebagian besar sarana pelayanan di Puskesmas disediakan untuk memberikan
pelayanan
kesehatan
dasar
bagi
para
pengunjung
Puskesmas baik dengan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap (khusus Puskesmas Perawatan yang memiliki sarana rawat inap). Sedangkan rumah sakit dengan berbagai kelengkapan sarana dan prasarana disiapkan sebagai sarana rujukan bagi Puskesmas untuk kasus-kasus yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Disamping itu rumah sakit juga tetap membuka pelayanan rawat jalan. Pada
tahun
2012
jumlah
masyarakat
yang
memanfaatkan
pelayanan di 34 Puskesmas sebanyak 862.054 kunjungan rawat jalan dan sebanyak 28.854 kunjungan rawat inap. Kunjungan pelayanan di Puskesmas mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011 baik untuk kunjungan rawat jalan maupun rawat inap. Kunjungan rawat jalan di Puskesmas tahun 2011 hanya 845.448 sedangkan untuk kunjungan rawat inap hanya 28.444 kunjungan. Fenomena ini menunjukkan berbagai kaitan antara jumlah pemanfaatan
pelayanan
di
Puskesmas
dengan
mutu
pelayanan,
kepuasan pelanggan, pembiayaan kesehatan dan Indeks Kepuasan Pelanggan (IKM) Puskesmas. Selama dua tahun terakhir, Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan di Puskesmas sudah cukup baik, yaitu 76,34. Kondisi ini akan terus ditingkatkan sebagai salah satu komitmen untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil, terjangkau dan merata. Gambar 4.21 Pelayanan Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
54
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG 1. Kesehatan Rujukan Pada tahun 2012 tersedia 12 rumah sakit, yaitu 1 (satu) milik pemerintah dan 11 (sebelas) milik swasta.
Berdasar jenis rumah sakit
terdapat 9 (sembilan) Rumah Sakit Umum (RSU), dan 3 (tiga) Rumah Sakit Khusus (RSK). Rumah sakit khusus dimaksud adalah 1 (satu) RS Khusus Ibu dan Anak, 1 (satu) RS Khusus Bedah dan Kandungan serta 1 (satu) Rumah Sakit Khusus Bersalin. Jumlah kunjungan rawat jalan di rumah sakit pada tahun 2012 mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan pada tahun 2011, yaitu 220.330 kunjungan (2012) dan 271.149 kunjungan (2011). Sedangkan untuk jumlah kunjungan rawat inap di rumah sakit pada tahun 2012 mengalami peningkatan hampir 3 kali lipat jika dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu 119.284 pasien pada tahun 2012 dan 48.924 pasien pada tahun 2011. Mutu pelayanan rumah sakit diantaranya dapat dilihat dari aspek-aspek penyelenggaraan pelayanan gawat darurat, aspek efisiensi dan efektifitas pelayanan, dan keselamatan pasien. Beberapa indikator untuk mengetahui mutu efisiensi rumah sakit antara lain : pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan tenaga, pemanfaatan penunjang medik, dan keuangan. indikator pemanfaatan tempat tidur dapat dilihat dari nilai BOR (Bed Occupancy Rate), BTO (Bed Turn Over), ALOS (Average Lenght of Stay) TOI ( Turn Over Interval). Berikut ini data capaian indikator pemakaian Tempat Tidur dan efektifitas pelayanan rumah sakit di Kabupaten Jombang tahun 2009-2012. Tabel 3 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012 Indikator
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Standar KEMENKES
BOR
61,3
56,85
52,5
66,8
60-85%
LOS
4
3,51
3,2
3,6
6-9 hari
TOI
2,2
2,67
2,9
1,8
1-3 hari
GDR
32,3
48,3
52,4
43,2
NDR
14,5
27
29,1
31,9
45/1.000 penderita keluar 25/1.000 penderita keluar
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
55
Selama kurun waktu tahun 2009-2012 terjadi fluktuasi pemanfaatan tempat tidur. Pada tahun 2009, BOR rata-rata di rumah sakit seKabupaten Jombang adalah 61,3, lalu tahun 2010 sebesar 56,85 kemudian pada tahun 2011 BOR rata-rata di rumah sakit sebesar 52,5 sedangkan tahun 2012 sebesar 66,8. Pada tahun 2009 dan 2012 nilai BOR rumah sakit sudah sesuai dengan standar KEMENKES (60-85%) meskipun dua tahun diantara rentang waktu tersebut belum sesuai standar Kemenkes. Masih rendahnya angka BOR rumah sakit se – Jombang salah satunya dipengaruhi oleh faktor keberadaan rumah sakit swasta yang posisinya terpusat di Kota Jombang sehingga menjadi kendala bagi masyarakat yang berada di wilayah terluar Kabupaten Jombang untuk memanfaatkan rumah sakit. Sedangkan rata-rata lama hari perawatan (ALOS) rumah sakit Kabupaten Jombang juga berfluktuasi dari 4 hari pada tahun 2009 menjadi 3,51 hari pada tahun 2010 setelah itu 3,2 hari pada tahun 2011 kemudian menjadi 3,6 hari pada tahun 2012. Capaian ini dibawah standar Kemenkes, tetapi menunjukan indikasi baik sebab pasien rumah sakit hanya membutuhkan
hari
perawatan
yang
sedikit
untuk
memulihkan
kesehatanya dan juga pertanda efektifitas pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Sedangkan rata-rata tempat tidur tidak dipakai antar dua episode pemakaian (TOI) terjadi naik turun dimana tahun 2009 sebesar 2,2 hari, lalu tahun 2010 mencapai 2,67 hari dan tahun 2011 sebesar 2,9 hari menjadi 1,8 hari di tahun 2012. Nilai TOI selama 4 (empat) tahun terakhir sudah sesuai standar KEMENKES yaitu antara 1-3 hari. Gambar 4.22 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit Daerah dan Swasta Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
56
2. UPTD Penunjang : Ketersediaan Obat di Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) Ketersediaan obat yang dimaksud disini adalah meliputi persediaan obat, jumlah kebutuhan dan persentase ketersediaan obat generik. Persen ketersediaan obat dihitung menggunakan indikator obat panduan yang berisikan item obat-obat yang sering digunakan, wajib tersedia untuk beberapa penyakit menular dan sangat dibutuhkan untuk pengobatan sepuluh penyakit dasar terbanyak. Pemakaian
obat
terbanyak
selama
tahun
2012
adalah
tablet
Klorfeniramin Maleat tablet 4 mg, sedangkan obat yang tidak ada pemakaian adalah kloroquin tablet, multivitamin sirup, OAT katagori 3, dan OAT kategori sisipan, dan Pyrantel Pamoat. Obat – obat ini masih terdaftar dalam daftar ketersediaan obat. Persentase tingkat kecukupan obat terbesar adalah Tablet Tambah Darah (TTD) 469,99% dan tingkat kecukupan terendah adalah Klorokuin tablet, multivitamin sirup, OAT kat. 3, OAT sisipan, dan Pirantel Pamoat yaitu 0% karena terdapat obat lain yang
menggantikan
fungsi
atau
kegunaan
obat
tersebut.
Data
selengkapanya dapat dilihat dalam lampiran tabel 69. C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR 1. Penyakit Menular Langsung a. Penyakit TB Paru Upaya Pemerintah dalam menanggulangi penyakit TB Paru setiap tahun menunjukkan kemajuan. Dimana dapat dibuktikan dengan meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan disembuhkan setiap tahun. Case Detectian Rate (CDR) atau angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) menggambarkan proporsi antara penemuan Tb Paru TB BTA (+) dengan jumlah perkiraan kaus TB Paru. Indikator lain untuk mengendalikan penyakit TB Paru adalah Success Rate (SR) atau angka keberhasilan pengobatan. Pada Tahun 2012 ini, Jumlah penderita BTA (+) baru yang ditemukan sebanyak 721 orang dengan CDR sebesar 53,49%. Capaian ini belum mencapai target CDR yang ditetapkan yaitu 70%. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya penemuan kasus TB Paru.
Angka
capaian
CDR
tahun
2012
ini
menurun
bila
dibandingkan dengan capaian tahun 2011 yaitu sebesar 56,53%.
57
Upaya untuk meningkatkan angka cakupan penemuan penderita baru BTA (+) pada tahun 2012 adalah menjalin kemitraan dengan LSM keagamaan (Aisyiyah Cabang Jombang) dengan membentuk kader TB di 10 (sepuluh) kecamatan
dan memperluas jangkauan
ekspansi program DOTS ke UPK lain (RSUD dan RS Swasta di Kabupaten Jombang). Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate = SR) yang mengindikasikan persentase pasien TB paru BTA positif
yang menyelesaikan
pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Tahun 2012 diketahui SR di Kabupaten Jombang adalah 89,50% menurun sedikit dibanding tahun 2011 dimana SR mencapai 89,78%. Hal ini disebabkan oleh kurang optimalnya koordinasi lintas sector dan lintas program. Gambar 4.23 Persentase Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru (Success Rate) menurut Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas terlihat bahwa sebagian besar puskesmas maupun rumah sakit telah menunjukkan keberhasilan pengobatan untuk penyakit TB Paru sesuai target capaian.
58
Gambar 4.24 Persentase Penemuan Kasus Baru (CDR) dan Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru (SR) di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Grafik di atas menunjukan adanya tren naik dalam hal dan keberhasilan pengobatan tapi menurun dalam hal penemuan kasus baru penyakit TB Paru. b. Kusta Dalam upaya pengendalian penyakit kusta maka digunakan indikator penemuan kasus baru atau New Case Detection Rate (NCDR), proporsi cacat tingkat II, dan proporsi kasus anak di antara kasus baru. NCDR menggambarkan jumlah kasus baru terhadap 100.000 penduduk, untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat dapat dilihat melalui angka proporsi cacat tingkat II. Proporsi cacat tingkat II menunjukkan adanya keterlambatan dalam penemuan penderita, sedangkan proporsi anak menunjukkan masih adanya sumber penularan di masyarakat. Pada tahun 2012 ini capaian NCDR sebesar 10,35 per 100.000 penduduk, penderita anak (0-14 tahun) sebesar 5,56%, tahun 2011 tercapai 4,59% dan tingkat kecacatan II sebesar 23,81% angka ini menurun dibanding tahun 2011 (24,77%). Untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta dilakukan melalui penemuan penderita secara aktif dan pasif, pengobatan dengan MDT, untuk mencegah kecacatan dilakukan pemeriksaan POD (Prevention of Disability) setiap bulan selama masa pengobatan dan rehabilitasi medis. 59
c. Penyakit HIV AIDS Upaya
pelayanan
kesehatan
dalam
rangka
penanggulangan
penyakit HIV/AIDS disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Upaya
penemuan
penderita
secara
aktif
dilakukan
dengan
pemantauan pada kelompok beresiko Penderita Menular Seksual (PMS) seperti Wanita Penjaja Seks dilakukan oleh tenaga Manager Kasus (dari KPA dan Global Fund) dengan cara turun langsung pemeriksaan pada kelompok beresiko di lapangan oleh Tim VCT (Volountary Conselling Testing) atau KTS (Konseling Testing Sukrela. Kegiatan ini disebut dengan VCT mobile. Pemeriksaan dilakukan pada kelompok beresiko tinggi (Lokalisasi dan Lapas). Upaya penanganan penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Jombang dikomandani oleh KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) dengan
beranggotakan
Pendidikan,
Dinas
Kementerian
Kesehatan,
Agama
dan
Dinas Badan
Sosial,
Dinas
Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa. Dimana tiap-tiap anggota menangani masalah HIV/AIDS sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) masing-masing. Dalam hal pendanaan juga dijalin kerja sama dengan Global Fund. Selain itu penemuan penderita HIV/AIDS juga didapatkan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor. Informasi dari UPT PMI Kabupaten Jombang, dari 15.486 darah pendonor darah yang ada, diskreening HIV sebanyak 15.281 sampel darah (98,68%). d. Pneumonia Cakupan penemuan penderita pneumonia balita merupakan persentase jumlah Penderita pneumonia balita terhadap target penemuan pneumonia balita. Target penemuan Pneumonia balita adalah 10% dari jumlah balita yang ada.
Jumlah balita penderita
pneumonia yang dilaporkan di Kabupaten Jombang tahun 2012 adalah 1.518 balita sedangkan target penemuan pneumonia balita adalah 10.617 balita. Sehingga angka penemuan kasus pneumonia balita adalah 14,30%. ini meningkat dibandingkan tahun 2011 angka penemuan pneumonia balita adalah 8,1% dan tahun 2010 sebesar 10,34%. 60
Gambar 4.25 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Upaya pemberantasan penyakit ini difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita. Gambar 4.26 Cakupan Penemuan dan Penanganan Pneumonia Balita menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Cakupan
penemuan
penderita
pneumonia
balita
di
tiap
puskesmas masih menunjukkan di bawah target SPM 100%. Hal ini di sebabkan oleh kecenderungan masyarakat memeriksakan balita dengan pneumonia ke rumah sakit atau dokter praktik swasta dan tidak dilaporkan ke Dinas Kesehatan serta sosialisasi tatalaksana kasus pneumonia belum optimal. 61
2. Penyakit Menular dengan Perantara Binatang a. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
salah satu
penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa KLB.
Perjalanan
penyakit
ini
cepat
dan
dapat
menyebabkan
kematian. Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) dengan membentuk Jumantik serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. 3. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi a. Penyakit Tetanus Neonatorum Penanganan kasus tetanus neonatorum memang tidak mudah tetapi juga bukannya tidak mungkin untuk dicegah. Yang terpenting adalah upaya pencegahannya melalui pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi TT pada ibu hamil. Adapun upaya yang telah dilakukan adalah dengan peningkatan pertolongan
persalinan
oleh
tanaga
kesehatan
dan
pemberian
imunisasi TT 5 dosis serta perawatan tali pusat yang higienis (clean and safe delivery). b. Penyakit Campak Upaya untuk menekan kasus campak adalah dengan memberikan imunisasi dasar lengkap pada saat bayi sebelum usia 1 tahun dan anak SD kelas 1 (satu), serta pemberian makanan dengan menu gizi seimbang (peningkatan gizi). c. Penyakit Difteri Upaya menekan kasus Difteri dilakukan melalui imunisasi dasar pada bayi yaitu dengan vaksin DPT-HB sebanyak 3 kali sebelum usia 1 (satu) tahun, pemberian Imunisasi DT pada anak Sekolah Dasar kelas 1 (satu) dan Td pada anak Sekolah Dasar kelas 2 dan 3, serta rantai dingin penyimpanan vaksin. Selain itu juga dilaksanakan upaya
peningkatan
sosialisasi
bahaya
penyakit
Difteri
serta
pentingnya Imunisasi.
62
d. Penyakit AFP Upaya pencegahan dan pemberantasan suspect Polio (AFP) dilakukan melalui pemberian Imunisasi Polio lengkap pada saat bayi sebelum usia 1 (satu) tahun dan peningkatan surveilans aktif Rumah Sakit (HBS) maupun survelens aktif di masyarakat (CBS), terhadap kasus AFP usia <15 tahun. D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 1. Penanggulangan Gizi Buruk Untuk mengatasi masalah gizi terutama pada balita, sejak tahun 2009 telah dilakukan pencanangan
Penanggulangan Gizi Buruk dengan tema
BERTABUR BINTANG yang merupakan akronim dari Bersama Tanggulangi Balita Gizi
Buruk melalui Bina Keluarga, Timbang Anak, Beri Gizi
Seimbang. Dimana pencanangan tersebut diikuti langkah nyata dengan adanya Pusat Layanan Gizi yang dilengkapi dengan Rumah Pintar. Pusat Layanan Gizi memberikan layanan konsultasi masalah gizi secara gratis, serta telah memiliki akses dengan rumah sakit dalam rangka penanganan gizi buruk. Selain itu telah dilakukan pelatihan Penanganan Balita Gizi Buruk pada Petugas gizi Puskesmas, Bidan serta kader tentang Pelatihan Positife Deviance dan pembentukan Taman Pemulihan Gizi (TPG) di desa.
Pada
tahun 2010 terdapat 64 desa yang melaksanakan Taman Pemulihan Gizi. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah TPG meningkat menjadi 95 desa dan tahun 2012 menjadi 105 desa. Gambar 4.27 Sebaran Kasus Balita Gizi Buruk menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Gizi Buruk Keboan Ka bu h Plan daan
Tapen Plos o
Ja tiw ate s
Kesam ben Blim b ing Ke sa mben
Du k uh Klopo Temb elang
Megaluh Pulolor
Su mobito
Peteron gan Jo goloyo
Jelak om bo Gambira n Jabon Banda r Kedung M ulyo Mayang an Perak Jarak Ku lon Mojoagun g Bram bang Cuk ir Plum bon G am bang Mojo wa rno Jap anan Blim bing Gu do Kesamb en N goro Pulore jo Ba reng W onosa lam
7
0
W kp _jomb ang.sh p 1 - 5 kasu s 6 - 10 kasu s 11 - 15 kasu s 16 - 20 kasu s 21 - 25 kasu s 26 - 30 kasu s 31 - 35 kasu s
7
14 Mile s
N W
E S
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
63
Gambar 4.27 menunjukan bahwa setiap wilayah kerja Puskesmas memiliki kasus gizi buruk. Upaya lain dalam menurunkan kasus gizi buruk adalah pembentukan Terapeutic Feeding Center (TFC) di dua puskesmas yaitu Puskesmas Mojoagung dan Puskesmas Tembelang. Melalui TFC, balita gizi buruk mendapatkan perawatan serta terapi asupan gizi selama waktu tertentu. Jumlah balita gizi buruk pada tahun 2011 tercatat 35 balita dan semuanya telah mendapat perawatan. Dan pada tahun 2011 telah dilakukan upaya lainnya berupa .adanya reward penemu balita gizi buruk dan menambah jumlah TFC di dua puskesmas yaitu Puskesmas Sumobito dan Puskesmas Perak. Kemudian tahun 2012 telah dilakukan upaya penanggulangan gizi buruk yaitu selain sudah mempunyai 4 (empat) TFC di Kabupaten Jombang upaya lainya adalah dengan pendampingan balita gizi buruk di desa oleh kader dan bidan di desa setempat. 2. Pemberian Kapsul Vitamin A Program pemberian Vitamin A adalah salah satu bentuk intervensi yang murah dan efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup anak. Program suplementasi Vitamin A yang rutin mencegah kebutaan pada anak dan mengurangi resiko morbiditas dan kematian jutaan anak-anak di seluruh dunia. Indonesia adalah salah satu negara pertama yang mengembangkan program suplementasi Vitamin A nasional bagi anak usia pra-sekolah. Gambar 4.28 Cakupan Bayi, Balita dan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
64
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita terjadi naik turun dengan cakupan terbaik adalah pada tahun 2011. Cakupan pemberian vitamin A pada tahun 2012 mengalami penurunan bila dibaning tahun-tahun sebelumnya. Cakupan pemberian vitamin A 2 (dua) kali per tahun bagi balita tahun 2012 sebesar 90,4% sedangkan target SPM adalah 92%. Gambar 4.29 Cakupan Pemberian Vitamin A 2 Kali Setahun di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Cakupan pemberian vitamin A 2 (dua) kali pada balita pada lima tahun terakhir selalu dapat mencapai target. Hanya tahun 2012 ini belum dapat mencapai target. Penyebab tidak tercapaianya cakupan pemberian vitamin A dua kali pada balita adalah jumlah sasaran program yang lebih besar dari pada jumalh sasaran riil di lapangan. Upaya yang telah dilakukan dalam pemberian vitamin A 2 (dua) kali per tahun pada balita adalah sosialisasi peningkatan pengetahuan tentang vitamin A dan melakukan sweeping vitamin A. 3. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) Anemia gizi adalah rendahnya kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Disini yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi sehingga disebut anemia kekurangan zat gizi besi. Sehigga untuk mengatasi masalah ini harus dengan pemberian tablet Tambah Darah. TTD biasa diistilahkan tablet Fe. 65
Cakupan pemberian Tablet Tambah Darah berkaitan erat dengan pelayanan antenatal care (ANC). Analisis cakupan K4 dengan Fe3 seringkali pemberian terdapat kesenjangan. Hal ini disebabkan kurang kuatnya koordinasi lintas program dalam berupaya pemberian tablet Fe pada
ibu
hamil.
Pada
tahun
2012,
cakupan
ibu
hamil
yang
mendapatkan tablet besi Fe1 yaitu ibu hamil trimester I mendapat 30 tablet tambah darah adalah 21.749 (91,97%) bumil dan tablet Fe3 (ibu hamil hingga trimester III mendapat 90 tablet tambah darah) sebanyak 20.539
atau
86.85%. Cakupan pemberian tablet Fe 3 ini mengalami
peningkatan dibanding tahun 2011 yang sebesar 86,30%. Tetapi pencapaian tersebut masih dibawah target SPM yaitu 90%. Pemberian tablet Fe selama kehamilan merupakan salah satu standar kualitas pelayanan Antenatal Care (ANC). Sehingga ibu hamil yang tercatat sebagai cakupan dalam pemeriksaan K4, seharusnya juga tercatat dalam laporan pemberian Fe. Adanya keterpaduan pencatatan ini akan menghasilkan cakupan K4 dan cakupan pemberian Fe yang tidak berbeda jauh. Upaya yang dilakukan dalam mencapai target pemberian 90 tablet Fe yaitu meningkatkan kerjasama antara Dinas Kesehatan dengan rumah sakit dan bidan praktik swasta (BPS) dalam pemberian Fe serta peningkatan
promosi
tentang
pentingnya
Fe
melalui
Gabungan
Organisasi Wanita (GOW) dan PKK. Selain itu petugas kesehatan tetap harus memberikan motivasi tentang pentingnya mengkonsumsi tablet besi dan memotivasi agar tablet besi tersebut benar-benar diminum oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia ibu hamil yang berdampak pada kematian ibu maternal.
66
Gambar 4.30 Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
. Pada tahun 2012 ini, terdapat 17 (tujuh belas) puskesmas memiliki cakupan pemberian Fe 3 sesuai target bahkan melebihi target, sedangkan 17 lainnya masih belum mencapai target. Gambar 4.31 Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas nampak bahwa selama 4 (empat) tahun terakhir terjadi tren naik pada pelayanan pemberian tablet tambah darah (Fe) bagi ibu hamil. Dan puncaknya terjadi pada tahun 2012. Tetapi cakupan ini masih belum mencapai target. 67
4. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan
Bayi baru lahir hingga 6 bulan hanya dapat menerima makanan
yang tepat, baik dan benar. Makanan itu adalah air susu ibu (ASI) saja tanpa ditambahan makanan lainnya. Baru setelah usia 6 bulan itu bayi dapat menerima dan mencerna makanan tambahan lain sebagai makanan pendamping ASI. Pemberian makanan pada bayi dengan cara ini biasa disebut dengan ASI Eksklusif. Berdasarkan laporan bulanan dari Puskesmas didapatkan data pemberian ASI eksklusif tahun 2012 adalah 71,87%. Pada tahun 2011 tercapai 79,4%, tahun 2010 (53,5%). Gambar 4.32 Cakupan ASI Eksklusif menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Cakupan ASI Eksklusif tertinggi diraih oleh Puskesmas Bandar Kedungmulyo 90%, kemudian Puskesmas Plandaan 88,5% sedangkan cakupan terendah ada di Puskesmas Mojoagung (53,3%) dan Puskesmas Bareng 54,3%.
68
Gambar 4.33 Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Capaian ASI Eksklusif tertinggi pada tahun 2011 (79,4%) dan terendah tahun 2010 (53,5%). Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Jombang untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif, antara lain : a. Adanya Peraturan Bupati yang mengatur tentang Pemberian ASI bagi Ibu Pekerja. Yaitu Perbup No 41 tahun 2011 tentang Peningkatan Pemberian ASI bagi Ibu Pekerja dan Perbup No. 10 Tahun 2012 tentang peningkatan Pemberian ASI Eksklusif. b. Selain itu telah dilakukan Sosialisai ASI di perusahaan-perusahaan yang memperkerjakan wanita di Kabupaten Jombang. c. Didirikannya Pondok ASI sebanyak 12 di Perusahaan, Rumah Sakit, Institusi Pemerintahan Daerah dan Swasta. d. Pelatihan konselor ASI pada petugas sebanyak 40 orang. e. Dibentuknya motivator ASI sebanyak 120 kader. E. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di sarana
kesehatan (Puskesmas dan jajarannya) maka pelayanan kefarmasian dan alat /perbekalan kesehatan di layani oleh UPTD GFK (Gudang Farmasi
Kabupaten).
Adapun
mekanisme
pendistribusian
obat,
dilakukan dengan periode distribusi 2 (dua) bulanan dengan jumlah pemberian disesuaikan dengan periode distribusi ditambah dengan 69
buffer sebanyak 1 bulan untuk mengantisipasi kekurangan obat akibat perubahan tren penyakit dan penambahan jumlah kunjungan resep. Sedangkan untuk kebutuhan program imunisasi, pemenuhan kebutuhan vaksin di Puskesmas dipenuhi oleh seksi Surveilans Epidemiologi dan Kesehatan Khusus Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. F. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu
kehidupan
dan
penghidupan
masyarakat
yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana). Sedangkan yang dimaksud KLB adalah timbulnya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada kurun waktu tertentu. Dalam mengatasi bencana maupun KLB Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang membentuk Tim Pelaksana Harian Kesehatan Kabupaten Jombang. Tim ini menangani bencana maupun
Penanggulangan Bencana mempunyai tujuan untuk
KLB secara cepat. Untuk menunjang
kegiatan tersebut Dinas Kesehatan menyediakan layanan sms melalui kontak person yang dibagikan dalam bentuk stiker yang ditempelkan di Balai Desa, Kantor Kecamatan, Pustu, dan Polindes. Dalam pelaksanaan kegiatan, Tim Pelaksana Harian Penanggulangan Bencana Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang berkoordinasi dengan BPBD dan Puskesmas sebagai upaya dalam menangani dan melayani kasus bencana maupun KLB/wabah di Kabupaten Jombang. Berdasarkan laporan yang ada, tahun 2012 terdapat 37 desa yang terserang KLB dari 306 desa/kelurahan yang ada. Sedangkan berdasarkan jenis penyakit KLB, maka terdapat 5 (lima) jenis penyakit KLB yang menyerang desa/kelurahan di tahun 2012 ini. Jenis penyakit dengan jumlah penderita terbanyak adalah Difteri dengan 95 penderita, setelah itu DBD dengan 43 penderita sedangkan penyakit dengan jumlah penderita paling sedikit adalah Tetanus Neonatorum hanya 1 orang penderita. Meskipun hanya 1 penderita namun dikatakan KLB sebab menimbulkan kematian (CFR 100%). Informasi KLB lebih lengkap berada di lampiran profil tabel ke 50 dan 51. 70
G. PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN Program jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi sosial. Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan mewujudkan portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah dan agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Jumlah penduduk Kabupaten Jombang sebesar 1.217.560 jiwa. Dari jumlah ini yang tergolong masyarakat miskin adalah sebanyak 320.367 jiwa (26,31%),
yang
mana
semuanya
sudah
dicakup
dengan
Askeskin/Jamkesmas/Jamkesda. Dalam
upaya
meningkatkan
akses
masyarakat
miskin
untuk
memperoleh pelayanan kesehatan, pemerintah telah memiliki program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi warga miskin yang dikenal dengan Jamkesmas dan Jamkesda. Warga miskin yang tidak tercakup dalam Jamkesmas dan Jamkesda, difasilitasi oleh Pemerintah Daerah melalui Surat Pernyataan Miskin (SPM). Program Jamkesda sebagai pelengkap Jamkesmas untuk mencakup masyarakat miskin yang belum menjadi peserta Jamkesmas. Sumber pembiayaannya dari APBD Kabupaten/Kota setempat. Jamkesmas maupun Jamkesda diselenggarakan dalam dua kelompok berdasarkan tingkat pelayanannya, yaitu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya dan untuk pelayanan kesehatan lanjutan di Rumah Sakit. Gambar 4.34 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Puskesmas Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang
71
Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya menggunakan Jamkesmas lebih banyak dari pada pembiayaan dengan Jamkesda. Gambar 4.35 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang
Begitu juga pembiayaan Jamkesmas di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan hanya sebagian kecil yang dibiayai dari Jamkesda. Rumah Sakit di Kabupaten Jombang yang memberikan pelayanan Jamkesmas adalah RSUD Jombang, RSK Mojowarno, RS Bedah dan Kandungan UNIPDU MEDIKA Peterongan dan RSI Yayasan Amal Sholeh IPHI Jombang. Sedangkan Rumah Sakit yang memberikan pelayanan Jamkesda hanya RSUD Kabupaten Jombang. Dari gambar di atas terlihat bahwa cakupan pelayanan kesehatan Jmakesmas dan Jamkesda di puskesmas dan jaringannya untuk rawat jalan 70,3% dan rawat inap 2,04%. Sedangkan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) pelayanan pada masyarakat miskin adalah 100%. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pengkajian ulang tentang target SPM bidang kesehatan teruama dalam hal pelayanan pada masyarakat miskin. H. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, digunakan indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari 10 indikator. 72
1. Rumah Tangga Sehat
Jumlah rumah tangga yang ada pada tahun 2012 ini adalah
362.844, sedangkan kegiatan survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan Rumah Tangga Sehat dilakukan terhadap 48.419 rumah tangga. Keluarga ber-PHBS sebesar 45.31%. (lihat lampiran profil tabel 61).
Tetapi setelah direkap ulang diperoleh data bahwa survey
PHBS ternyata dilakukan terhadap 245.942 rumah tangga. Hal ini karena adanya keterlambatan proses pelaporan kegiatan survey PHBS dari puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang pada tahun 2012 ini. (lihat lampiran profil tabel 61 A). Dari hasil survey ini diketahui rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebanyak 117.560 (47.8%). Gambar 4.36 Cakupan Rumah Tangga Sehat (PHBS) Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang
Cakupan rumah tangga ber-PHBS belum bisa mencapai target, baik di tahun 2010, 2011 maupun 2012. Hal ini disebabkan oleh beratnya pelaksanaan atau pencapaian dari indikator-indikator PHBS oleh anggota keluarga di Kabupaten Jombang. Sedangkan rumah tangga tersebut dikatakan telah sehat apabila sudah melaksanakan 10 (sepuluh) perilaku yang ada di indikator PHBS. Sepuluh indikator PHBS tatanan rumah tangga tersebut adalah 1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; 2) Memberi bayi ASI eksklusif; 3) Menimbang balita setiap bulan; 4) Menggunakan air bersih; 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; 6) Menggunakan jamban sehat; 7) Memberantas jentik di rumah seminggu sekali; 8) Makan buah dan sayur setiap hari; 9) melakukan aktifitas fisik setiap hari; dan 10) Tidak merokok dalam rumah. Indikator yang sulit dilakukan oleh anggota rumah tangga 73
adalah makan sayur dan buah setiap hari, memberi bayi ASI eksklusif, dan tidak merokok di dalam rumah.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai keluarga yang ber
PHBS antara lain. meningkatkan kerja sama lintas program, lintas sektor,
swasta,
organisasi-organisasi
kemasyarakatan
dan
tokoh
masyarakat untuk berperan dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. 2. ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi mulai lahir
sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberi makanan lain selain ASI. Capaian ASI eksklusif tahun 2012 adalah 71,87% sudah meningkat pesat dibanding tahun 2011 dimana cakupan ASI Eksklusif sebesar 43% (jika dihitung dari bayi usia 0-12 bulan). Tetapi jika dihitung dari jumlah bayi 0-6 bulan maka capaian tahun 2011 sebesar 79,4%. Artinya jika dibandingkan dengan tahun 2012 maka terjadi penurunan. Banyak faktor yang mempengaruhi cakupan ASI Eksklusif antara lain faktor ibu, faktor budaya dan faktor lain yang tidak mendukung ASI Eksklusif. Karena itu dibutuhkan langkah-langkah efektif untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif. Diantaranya memperbanyak promosi tentang ASI secara terus menerus melalui media elektronik, media cetak dan talkshow di radio. Selain itu dibentuk kelompok pendukung ASI. I. KEADAAN LINGKUNGAN
Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa derajat
kesehatan merupakan hasil interaksi dari empat faktor, yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor bawaan. Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh dibandingkan dengan ketiga faktor lainnya. Tujuan MDGs poin 7 adalah menjamin kelestarian lingkungan hidup, sedangkan target pada poin 7C adalah menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015. Indikator yang digunakan adalah proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar, baik di perkotaan maupun pedesaan. 74
Upaya meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar di Kabupaten Jombang telah berjalan dengan kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang terdiri dari 5 pilar, yaitu : 1) Peningkatan akses jamban; 2) Cuci tangan pakai sabun; 3) Pengolahan air minum dan makanan skala rumah tangga; 4) Pengolahan limbah cair skala rumah tangga; 5) Pengolahan sampah skala rumah tangga. 1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi
parameter rumah sehat. Sedangkan parameter rumah sehat ada 3 (tiga) yaitu : 1) Komponen rumah : langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela
ruang
keluarga
dan
ruang
tamu,
ventilasi,
sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan. 2) Sarana sanitasi : Sumber Air Bersih (SAB), jamban, Saluran Pembungan Air Limbah (SPAL), dan sarana pembuangan sampah. 3) Perilaku penghuni : membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuan tinja bayi dan balita di jamban serta membuang sampah di tempat sampah. Gambar 4.37 Cakupan Rumah Sehat menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kabupaten Jombang
75
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa rumah sehat terbanyak
adalah di wilayah kerja Puskesmas Peterongan (86,1%), Puskesmas Jelakombo (85,3%) dan Jabon (80.2%). Kemudian cakupan rumah sehat paling rendah adalah di wilayah kerja Puskesmas Bandar Kedungmulyo (62,4%), Plandaan (65,3%) dan Bareng (65,3%). Pada tahun 2012 ini Jumah rumah yang ada di kabupaten Jombang sebanyak 310.917, dari jumlah rumah ini yang periksa sebanyak 60.991 rumah. Hasil pemeriksaan rumah sehat diketahui bahwa rumah yang memenuhi parameter rumah sehat sejumlah 222.011 (71,41%). Capaian tahun 2012 lebih baik dibanding tahun 2011 sebesar 67,6%. Berikut ini rekaman cakupan rumah sehat tahun 20092012. Gambar 4.38 Cakupan Rumah Sehat di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kabupaten Jombang
Upaya untuk meningkatkan cakupan rumah sehat antara lain melakukan penyuluhan tentang rumah sehat pada saat kunjungan rumah dalam rangka pemeriksaan rumah sehat. 2. Kepemilikan Jamban Sehat
Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga
meliputi Persediaan Air Bersih (PAB), jamban, tempat sampah, dan Sarana Pengelolaan Air Limbah (SPAL). Dari 364.375 KK yang ada, tidak semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang ada. Terkait masalah jamban, salah satu terobosan dalam program Kesehatan Lingkungan adalah adanya program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Ada 5 pilar untuk mewujudkan STBM salah satunya adalah tidak buang air besar sembarangan atau lebih dikenal 76
dengan istilah ODF (Open Defecation Free). Upaya pemicuan pada kelompok atau kawasan pemukiman untuk memotivasi masyarakat agar Buang Air Besar (BAB) di jamban sehat milik keluarga. Jika keluarga tersebut masih belum mampu membangun jamban keluarga sendiri maka dimotivasi untuk BAB menumpang di jamban keluarga terdekat (sharing). Sebagai hasilnya banyak masyarakat yang membangun jamban sehat dengan mengadakan arisan jamban. Bagi komunitas yang telah berhasil mewujudkan kawasan ODF maka Pemerintah Kabupaten Jombang, memberi apresiasi dengan beberapa bentuk reward yaitu piagam dan piala, baik untuk tingkat komunitas maupun desa. Dari hasil pendataan jamban di masyarakat oleh petugas sanitarian Puskesmas diperoleh data bahwa jumlah keluarga yang ada 362.844, yang diperiksa jambannya adalah 34.291. Dari hasil pemeriksaan ini diperoleh data bahwa keluarga yang memiliki jamban sebesar 251.178 keluarga, sedangkan keluarga yang memiliki jamban sehat sebesar 211.463 keluarga atau 77,11%. Capaian ini menurun dibandingkan dengan tahun 2011 jamban sehat mencapai 82,9%. Penyebabnya adalah beberapa puskesmas belum mengirimkan data capaian ke Dinas Kesehatan sehingga belum direkap di tingkat kabupaten. Upaya yang terus dilakukan dalam peningkatan akses masyarakat terhadap jamban sehat adalah pelaksanaan program SToP melalui pemicuan. 3. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)
Tempat Umum dan Pengelola Makanan (TUPM) yang dibina
kesehatan lingkungannya meliputi Hotel, Restoran-Makanan, Pasar, dan TUPM lainnya. Jumlah TUPM yang ada di Kabupaten Jombang tahun 2012 adalah 920 buah. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2011 hanya 616 buah. Kegiatan pemeriksaan pada TUPM tahun 2012 pada 746 TUPM, hasil pemeriksaan diketahui TUPM yang sehat sebanyak 590 (79,09%), masih belum mencapai target SPM 85%. Sedangkan tahun 2011, TUPM yang memenuhi syarat atau yang sehat sebesar 81,94% Sedangkan target SPM tahun 2011 TUPM sehat 80%.
77
Gambar 4.39 Cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Sehat di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012
Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kabupaten Jombang
Cakupan TUPM sehat tahun 2012 belum dapat mencapai target, sebab TUPM sehat tidak dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan saja tetapi perlu peran serta dari masyarakat dan pemilik TUPM tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mencapai TUPM sehat sesuai target antara lain pengawasan dan pembinaan ke TUPM, pengambilan sampel air untuk sarana kolam renang, penyuluhan pada saat pemeriksaan TUPM. 4. Sarana Air Bersih
Sesuai dengan PP nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum, istilah air bersih atau sarana air bersih disebut/dikonotasikan sebagai Air Minum. Sehingga sarana air bersih seperti PDAM, sistem jaringan perpipaan, sumur gali, sumur pompa, PMA dll disebut sebagai Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), sebagaimana disebutkan pada Bab II Pasal 5. Berbagai upaya dilakukan agar akses masyarakat terhadap air bersih meningkat, salah satunya melalui pendekatan partisipatori yang mendorong masyarakat berperan aktif dalam pembangunan perpipaan air bersih. Akses air bersih yang digunakan masyarakat di Kabupaten Jombang berasal dari air ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan dan lainnya. Dari laporan bulanan Puskesmas
78
diketahui, sebagian besar masyarakat Kabupaten Jombang tahun 2012 menggunakan air bersih yang berasal dari sumur gali (44,5%). Jumlah sarana air bersih yang dimiliki oleh keluarga pada tahun 2012 adalah sebesar 64,87%, jumlah ini sudah lebih baik dibanding tahun 2011 (61,6%). Gambar 3.40 Proporsi Sumber Air Bersih Di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kabupaten Jombang
79
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Upaya pembangunan kesehatan dapat efektif dan efisien apabila ditunjang oleh sumber daya kesehatan yang memenuhi. A. SARANA KESEHATAN Penyediaan sarana kesehatan melalui Rumah Sakit, Puskesmas
Pembantu,
Posyandu,
Polindes,
Rumah
Puskesmas,
Bersalin,
Balai
Pengobatan, Klinik dan Sarana Kesehatan lainnya diharapkan dapat mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat hingga wilayah pedesaan atau terpencil. Pendekatan sarana kesehatan pada masyarakat ini
dimaksudkan supaya masyarakat lebih mudah dan cepat untuk
mendapat pelayanan kesehatan, sehingga dapat menekan angka kesakitan dan kematian. Adapun jumlah masing-masing sarana kesehatan adalah sebagai berikut : Tabel. 4 Sarana Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2012 No. 1
Sarana Kesehatan Rumah Sakit
Jumlah 12
Terdiri dari :
2
a. Rumah Sakit Umum
9
b. Rumah Sakit Khusus
3
Puskesmas
34
Terdiri dari : a. Puskesmas Perawatan
17
b. Puskesmas non Perawatan
17
3
Puskesmas Pembantu
73
4
Apotek
62
5
46
6
Sarana Kesehatan memiliki Laboratorium Kesehatan Sarana Kesehatan memiliki 4 Spesialis Dasar
7
Posyandu
1.555
8
Poskesdes
302
Desa Siaga
306
Desa Siaga Aktif
306
4
Sumber : Seksi Yankes, Seksi Promkes dan Jamkes, Seksi Farmakmin Dinkes Kab. Jombang
80
Selain itu juga terdapat 25 tempat praktik pengobatan tradisional milik swasta dan 2 milik Pemerintah Daerah, toko obat 3 buah, industri rumah tangga makanan minuman sebanyak 1.042 buah, industri farmasi 1 buah, industri kecil obat tradisional 4 buah, dan industri kosmetika 2 buah. 1. Puskesmas Puskesmas
adalah
ujung
tombak
pelayanan
kesehatan
di
masyarakat hingga di tingkat kecamatan. Jumlah Puskesmas tahun 2012 sebanyak 34 unit. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio Puskesmas per 100.000 penduduk. dimana target nasional adalah 3. Dengan demikian, tiap Puskesmas diharapkan dapat melayani sasaran penduduk rata-rata 30.000 jiwa. Jika jumlah penduduk Kabupaten Jombang tahun 2012 adalah 1.217.560 jiwa dengan 34 Puskesmas, maka rasio jumlah penduduk dan Puskesmas sebesar 12,17. Angka ini melebihi target nasional (3). Hal ini artinya 1 puskesmas di Kabupaten Jombang tahun 2012 rata-rata melayani sekitar 35.811 jiwa. Dari 34 Puskesmas yang ada sampai dengan akhir tahun 2012, 17 Puskesmas adalah Puskesmas Perawatan, yaitu Puskesmas Mojoagung, Puskesmas Ploso, Puskesmas Bareng, Puskesmas Cukir, Puskesmas Tembelang,
Puskesmas
Bandar
Kedungmulyo,
Puskesmas
Tapen,
Puskesmas Sumobito, Puskesmas Wonosalam, Puskesmas Kesamben, Puskesmas Peterongan, Puskesmas Pulorejo, dan Puskesmas Mayangan. Puskesmas Kabuh, Puskesmas Keboan, Puskesmas Mojowarno dan Puskesmas Perak. Ke-17 puskesmas ini tersebar di 17 Kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada di Kabupaten Jombang. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Jombang adalah terdapatnya 1 puskesmas perawatan di setiap kecamatan untuk memudahkan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan rujukan rawat inap dan menambah jumlah tempat tidur untuk pasien. Jumlah Pustu yang mendukung pelayanan puskesmas induk adalah 73 buah, dengan rasio Pustu dan Puskesmas adalah
1 : 2,2
artinya setiap 1 Puskesmas didukung 2-3 Pustu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
81
Untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas dan pendekatan akses pelayanan kesehatan pada masyarakat, pemerintah Kabupaten Jombang melakukan terobosan yaitu Puskesmas dengan pelayanan perawatan sudah berstandarisasi ISO 9001: 2008. Hingga tahun 2012, puskesmas yang telah berstandarisasi ISO adalah 9 Puskesmas. Puskesmas
yang
telah
Puskesmas
Mojoagung,
berstandarisasi Puskesmas
ISO
Ploso,
9001:2008 Puskesmas
adalah Bareng,
Puskesmas Cukir, Puskesmas Bandar Kedungmulyo, Puskesmas Tapen, Puskesmas Peterongan, Puskesmas Pulorejo, dan Puskesmas Perak. Disamping itu terdapat Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar adalah sebuah upaya dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu target pencapaian MDGs 2015. Puskesmas PONED bertujuan mendekatkan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Sampai tahun 2012 sudah terdapat 9 unit Puskesmas PONED yang seluruhnya merupakan Puskesmas Perawatan. Puskesmas PONED di Kabupaten Jombang tahun 2012 adalah Puskesmas Bandar Kedungmulyo,
Puskesmas
Bareng,
Puskesmas
Cukir,
Puskesmas
Mojoagung, Puskesmas Peterongan, Puskesmas Sumobito, Puskesmas Tapen, Puskesmas Tembelang, Puskesmas Ploso. Selain
itu
juga
terdapat
Puskesmas
Santun
Lansia,
yaitu
Puskesmas dengan unit pelayanan khusus untuk pasien lanjut usia dalam gedung Puskesmas, yang meliputi Puskesmas Bareng dan Puskesmas Blimbing Gudo. 2. Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang lebih fokus dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah Sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana Rumah Sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dari jumlah RS dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk. Jumlah seluruh Rumah Sakit di Kabupaten Jombang pada tahun 2012 adalah 12 RS. Dari jumlah rumah sakit tersebut, sampai dengan akhir tahun 2012 terdapat 10 Rumah Sakit sudah berizin dan 1 RS yang 82
masih dalam proses pengurusan izin. Berdasar jenis Rumah Sakit dapat dibedakan sebagai berikut : 9 RS umum yaitu BLUD RSUD Jombang, RS Kristen Mojowarno, RS Islam, RS Moedjito, RS Nur Wachid, RS Muhammadiyah, RS Airlangga, RS Al Aziz, dan RS Pelengkap Medical Centre dan 3 buah RS Khusus yaitu RSIA Muslimat (RS Khusus Ibu dan Anak) RS Unipdu Medika (RS Khusus Bedah dan Kandungan) dan RS Bersalin PKU Muhammadiyah). Jumlah tempat tidur dan rasio jumlah tempat tidur rumah sakit terhadap jumlah penduduk menggambarkan kemampuan rumah sakit tersebut dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat, termasuk sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan. Gambar 5.1 Perkembangan Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
Rasio jumlah tempat tidur terhadap 100.000 penduduk setiap tahun cenderung meningkat, pada tahun 2012 di Kabupaten Jombang adalah 83,2 sedangkan tahun 2011 adalah 75,98 dan tahun 2010 hanya 66,6. Berikut ini disajikan gambar jumlah tempat tidur dan rasio tempat tidur per 100.000 penduduk di rumah sakit pata tahun 2009-2012.
83
Gambar 5.2 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit dan Rasionya per 100.000 Penduduk di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
Rumah
sakit
juga
berperan
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan rujukan bagi masyarakat miskin, yaitu peserta Jamkesmas dan Jamkesda. Rumah Sakit di Kabupaten Jombang yang telah direkomendasikan memberikan pelayanan dan telah terjalin Perjanjian Kerja Sama dalam hal pelayanan kesehatan rujukan untuk peserta Jamkesmas dan Jamkesda. Sarana kesehatan pemberi pelayanan Jamkesmas adalah RSUD Jombang, RSK Mojowarno, RS Bedah dan Kandungan UNIPDU MEDIKA Peterongan dan RSI Yayasan Amal Sholeh IPHI Jombang. Sedangkan pelayanan Jamkesda adalah RSUD Jombang. 3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Instalasi
farmasi
merupakan
unit
pengelola
perbekalan
kefarmasian dan alat kesehatan yang ada di tingkat Kabupaten, sebagai sarana
pengadaan,
pengendalian,
penerimaan,
administrasi
dan
penyimpanan, pelaporan
serta
pendistribusian, evaluasi
yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian.
Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam program Obat dan
Perbekalan
Kesehatan
adalah
pengendalian
obat
dan
perbekalan
kesehatan diarahkan untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Yang termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat 84
kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Produksi Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan Industri Kosmetika. (Lihat lampiran profil tabel 70). Gambar 5.3 Jumlah Sarana Produksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012
Sumber : Seksi Farmakmin Dinkes Kab. Jombang
Sedangkan yang termasuk sarana distribusi kefarmasian dan alat
kesehatan antara lain Pedagang besar Farmasi, Apotek, Toko Obat, Penyalur Alat Kesehatan (PAK). (lihat lampiran profil tabel 70). Gambar 5.4 Jumlah Sarana Distribusi Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012
Sumber : Seksi Farmakmin Dinkes Kab. Jombang
85
4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Posyandu, Polindes, Poskesdes dan Desa Siaga. a. Posyandu
Posyandu
merupakan
salah
satu
bentuk
Upaya
Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal masyarakat untuk mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat melalui wadah
keterpaduan
lintas
sektor
dan
masyarakat.
Posyandu
menyelenggrakan minimal 5 program prioritas kesehatan yaitu kesehatan
ibu
–
anak,
KB,
perbaikan
gizi,
imunisasi
dan
penanggulangan diare. Di Kabupaten Jombang pada tahun 2012
terdapat
1.555
sebelumnya yaitu tahun 2011 jumlah Posyandu se Kabupaten Jombang adalah 1.536 posyandu. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Adapun prosentase Posyandu berdasar strata atau tingkat kemandirian posyandu adalah digambarkan sebagai berikut. (tabel 72 lampiran profil). Gambar 5.5 Persentase Posyandu Menurut Strata di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang
Jumlah Posyandu yang dikategorikan aktif (Purnama dan Mandiri) adalah 970 (62,38%) posyandu. Sesuai dengan target SPM tahun 2012 untuk kategori Posyandu PURI (Purnama dan Mandiri) sebesar
86
48% maka di Kabupaten Jombang posyandu aktif sudah mencapai target. Gambar 5.6 Perkembangan Strata Posyandu di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas terlihat adanya peningkatan pada strata (tingkat kemandirian) posyandu dari pratama ke arah purnama dan mandiri.
Peningkatan
mengindikasikan
Posyandu
peningkatan
Purnama peran
dan
serta
Mandiri
dan
(PURI)
kemandirian
masyarakat dalam bidang kesehatan. b. Poskesdes
Poskesdes
merupakan
upaya
kesehatan
bersumberdaya
masyarakat yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan penyediaan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, dengan
kata
lain
sebagai
salah
satu
wujud
upaya
untuk
mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Kegiatan yang dilakukn di poskesdes yaitu 1) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil; 2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui; 3) Pelayanan kesehatan untuk bayi dan balita; 4)Penemuan dan penanganan penderita penyakit termasuk surveilens epidemiologi dan kesiapsiagaan terhadap terhadap bencana. Adanya Poskesdes merupakan salah satu indikator atau kriteria suatu desa disebut Desa Siaga Aktif. Jumlah Poskedes di Kabupaten Jombang adalah 206, sedangkan desa yang ada 302 dan terdapat 4 kelurahan. Kondisi Pos layanan kesehatan dasar di tingkat desa/kelurahan belum seluruhnya memenuhi kriteria Poskesdes, hanya 206 unit yang memenuhi 87
kriteria Poskesdes, selebihnya masih berupa Polindes. Tenaga bidan dan kader Desa Siaga di seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Jombang telah dilatih Desa Siaga, sehingga skill mengelola Poskesdes telah dimiliki. Tentang Bangunan Poskesdes bervariasi ada yang berdiri sendiri ada yang bergabung dengan bangunan lain (Balai Desa). c. Desa Siaga Dengan adanya program Desa Siaga, maka dari 306 desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Jombang telah dilatih Desa Siaga, baik untuk tenaga kesehatan maupun Kader Bagas (Pembantu Petugas). Desa siaga diartikan sebagai desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan
mengatasi
masalah-masalah
kesehatan,
bencana
dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa Siaga Aktif merupakan desa/kelurahan yang penduduknya dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan UKBM yang dapat melaksanakan surveilans berbasis masyarakat (pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Desa Siaga dikatakan aktif jika memenuhi 8 kriteria yaitu : Pada tahun 2012 ini seluruh desa maupun kelurahan di kabupaten Jombang merupakan Desa Siaga Aktif (100%). (tabel 73 lampiran profil) Dalam Desa Siaga terdapat Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) atau UKBM lain yang berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan gizi, penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga PHBS diterapkan oleh masyarakat. Poskesdes dikelola oleh 1 orang bidan dan minimal 2 orang kader yang telah mengikuti pelatihan.
88
Gambar 5.7 Perkembangan Desa Siaga di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang
Selama kurun waktu 2009 hingga 2012 terjadi peningkatan jumlah desa siaga secara terus menerus, hingga tahun 2012 ini seluruh desa maupun kelurahan telah menjadi desa/kelurahan aktif.
B. Sumber Daya Manusia Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penggerak utama dalam mencapai tujuan program pembangunan dan keberhasilan proses pembangunan kesehatan salah satunya ditentukan oleh keberadaan SDM kesehatan yang berkualitas. Tabel 5 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kategori Di Kabupaten Jombang Tahun 2012 No.
Kategori
Persentase
Jumlah
1.
Medis
260
11%
2.
Perawat
983
42%
3.
Bidan
673
29%
4.
Farmasi
134
6%
5.
Kesmas
32
1%
6.
Sanitasi
36
2%
7.
Gizi
55
2%
8.
Keterapian Fisik
12
1%
9.
Teknisi Medis
130
6% 100
TOTAL
2.315
Sumber : Seksi Sarnakes Dinkes Kab. Jombang
89
Jumlah sumberdaya tenaga kesehatan di Kabupaten Jombang adalah 2.315 orang yang tersebar di puskesmas 1.116 orang (48,2%), di Rumah Sakit yaitu RSD Jombang dan RS swasta yang melaporkan datanya ke dinas kesehatan 1.156 orang (50%), dan 38 (1,6%) orang berada di Dinas Kesehatan, 5 (0,2%) orang di institusi kesehatan lain (PD Seger berupa Apotek
milik Pemerintah Daerah). Dengan demikian tenaga kesehatan
lebih banyak bertugas di rumah sakit dari pada di institusi kesehatan lainnya. a. Tenaga Medis Tenaga Medis meliputi dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis. Jumlah tenaga medis tahun 2012 di Kabupaten Jombang adalah 260 orang dengan rincian dokter umum 153 orang (rasio 12,6 per 100.000 penduduk), dokter spesialis 55 orang (rasio 4,5 per 100.000 penduduk) dan dokter gigi 52 orang (rasio 4,3 per 100.000 penduduk). b. Perawat Tenaga perawat meliputi perawat
dan perawat gigi. Jumlah tenaga
perawat di Kabupaten Jombang tahun 2012 adalah 983 orang perawat. Rasio tenaga perawat secara keseluruhan adalah 80,7 per 100.000 penduduk. c. Bidan Jumlah tenaga kebidanan berdasarkan data yang ada pada tahun 2012 adalah 673 orang dengan rasio 55,3 per 100.000 penduduk. Sebagian besar berada di puskesmas yaitu sebanyak 495 (73,5%) orang. d. Tenaga Kefarmasian Tenaga kefarmasian meliputi tenaga Apoteker dan Asisten Apoteker. Jumlah tenaga Apoteker yang ada di Kabupaten Jombang adalah 26 orang. Sedangkan jumlah Asisten Apoteker yang ada adalah 109 orang, tersebar di Puskesmas, Rumah Sakit, sarana kesehatan lain dan Dinas Kesehatan. Sehingga jumlah seluruh tenaga farmasi adalah 134 orang dengan rasio 11 per 100.000 penduduk. e. Tenaga Kesehatan masyarakat Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan masyarakat adalah tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga sanitasi. Pada tahun 2012 di Kabupaten Jombang terdapat 32 orang tenaga kesehatan masyarakat (rasio 2,6 per 100.000 penduduk) dan 36 orang tenaga sanitasi (rasio 3 per 100.000 penduduk).
90
f. Tenaga Gizi Jumlah tenaga gizi yang ada di Kabupaten Jombang pada tahun 2012 adalah 55
orang dengan rasio 4,5
per 100.000 penduduk. Sebagian
besar tenaga gizi yang ada berpendidikan Diploma III yakni 50 orang (90,9 %). g. Tenaga Keterapian Fisik Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara dan akupunturis. Jumlah tenaga keterapian fisik di Kabupaten Jombang tahun 2012 sebanyak 13 orang terdiri dari 12 tenaga fisioterapi dan 1 tenaga akupunturis. h. Tenaga Keteknisian Medis Jumlah tenaga teknisi medis yang ada di Kabupaten Jombang tahun 2012 adalah 130 orang terdiri dari Analis Laboratorium 98 orang, TEM (Teknisi Elektro Medis) dan Pranata Rongent sebanyak 27 orang, dan Pranata Anastesi 5 orang. Gambar 5.8 Perbandingan Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk Di Kabupaten Jombang Tahun 2012
Sumber : Seksi Sarnakes Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar 45 di atas dapat diketahui bahwa semua jenis tenaga kesehatan di Kabupaten Jombang rasionya masih paling tinggi adalah tenaga perawat (80,7) dan terendah adalah tenaga Keterapian Fisik (1,1). akan tetapi rasio tenaga kesehatan ini masih belum ada yang dapat memenuhi
target
81/Menkes/SK/I/2004).
Kemenkes adapun
(sesuai target
tenaga
Kepmenkes Farmasi,
No.
Kesmas, 91
Keterapian Fisik dan teknisi Medis tertulis 0 dalam garis target gambar di atas karena belum ada target dari Kemenkes. C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan masyarakat. Sedangkan
anggaran
(Pinjaman/Hibah
Luar
pemerintah Negeri),
berasal
dan
APBD.
dari Total
APBN,
PHLN
anggaran
belanja
kesehatan di Dinas Kesehatan dan BLUD RSUD Jombang pada tahun 2012 adalah sebesar Rp. 231.064.462.646,-. Dimana 87,11 % berasal dari APBD II Kabupaten Jombang, 3,22% dari APBD Propinsi/PB dan 9,66% dari APBN. Data selengkapnya ada di lampiran profil tabel 79. D. SARANA INFORMASI KESEHATAN Dinas Kesehatan dalam upayanya menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan kegiatannya telah berperan aktif dalam mengisi
halaman
pada
website
www.jombangkab.go.id.
Konsultasi
kesehatan adalah salah satu menu yang ditangani oleh Dinas Kesehatan. Informasi tentang puskesmas, yang meliputi data dasar puskesmas, jenis pelayanan beserta tarif, dan foto bangunan puskesmas, dapat diakses melalui situs milik Pemkab tersebut melalui sub menu Puskemas pada halaman Dinas Kesehatan. Pada website Dinas Kesehatan juga terdapat data Profil Kesehatan Kabupaten Jombang mulai tahun 2005-2011.
92
BAB VI PENUTUP Saat ini data dan informasi adalah sumber daya yang penting bagi pimpinan dan organisasi sebagai dasar melaksanakan manajemen, mengambil suatu kebijakan program atau untuk bahan penelitian. Oleh karena itu penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat dibutuhkan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan serta mencari hubungan sebab akibat. Di
bidang
kesehatan,
data
dan
informasi
ini
diperoleh
melalui
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan. Hingga saat ini terus dilakukan upaya penyempurnaan dalam sistem informasi kesehatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal. Hal ini dimaksudkan pada penyajian data dan informasi yang berkualitas dalam Profil Kesehatan Kabupaten Jombang. Upaya tersebut adalah meliputi perbaikan Pencatatan dan Pelaporan kegiatan harian di Puskesmas dan Jaringannya. Sehingga sumber data Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2012 dapat akurat dan memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan data yang diperlukan dalam rangka penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2012 ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan memberi balasan yang lebih baik.
93