Bulletin Jembawan 8 Edisi: No 5 Desember 2014
DAFTAR ISI ... n Dari Redaksi : PKBI, 57 [ma-ju] untuk Kemanusiaan hal 3 g Reportase: Musda XIV PKBI Jawa Tengah, dr. Widoyono, MPH terpilih sebagai Ketua g Sosok: Mengenal Lebih Dekat Ketua PKBI Jawa Tengah dr. Widoyono, MPH
hal 4
hal 6
n Sosok: Ocena Yusrina, Pengurus Remaja PKBI hal 8 n Reportase: PP 61 Tahun 2014, Jaminan bagi Korban Kekerasan hal 10
Jembawan 8
g Kegiatan: PKBI Jateng Gelar Dance4Life Celebration untuk Remaja
hal 12
Penasihat: PHD PKBI Jawa Tengah | Pimpinan Redaksi: Elisabet S.A Widyastuti | Redaktur Pelaksana: Antonius Juang Saksono | Redaktur: Dwi Yunanto, Puput Susanto, Astri Wulandari, Puput K. Moehas | Distribusi: Sadono | Setting-Lay out: FA. Wiranto | Alamat Redaksi: Jl. Jembawan no. 8 Semarang 50145 Telepon 024-7603503 Fax. 024-7601989 Email:
[email protected], website: www.pkbijateng.or.id
1
DAFTAR ISI ... n Reportase: Bongkar Gunung Es, Tidak Perlu Takut Test hal 14 n Opini:
g Sosok: Hak Anak Penasaran Dengan Anak Jalanan, dan Hak Seksual di Indonesia Astri Gabung Asa hal 16
PKBI Jateng
nReportase:
TOP, Putus Mata Rantai Penularan HIV hal 20
hal 18
nOpini:
Bonus Demografi Indonesia, Apa Syaratnya? hal 22
n Opini:
g Laporan: Pelestarian Budaya, Inisiatif Publik atau Privat?
Khitan Perempuan: Pengkebirian Dini hal 26
n Remaja:
Youth Media Festival
“Be Creative, Stay Positive!” hal 28
n Reportase:
Dinas Pendidikan Kota Semarang Dukung Pendidikan Kespro Remaja hal 30
2
hal 24
Dari Redaksi
PKBI, 57 [ma-ju] Untuk Kemanusiaan
B
ulan ini, tepatnya tanggal 23 Desember 2014, PKBI genap berusia 57 tahun. Angka yang cantik, karena PKBI dilahirkan tahun 1957. Angka 57 juga sering dibaca [ma-ju], yang artinya bergerak kedepan. Meski kesamaan ini hanyalah kebetulan, namun bisa juga menjadi doa dan harapan, agar PKBI lebih maju. Di usia yang sangat matang ini, PKBI Jawa Tengah juga sudah berhasil menyusun kepengurusan yang baru masa bhakti 2014-2018, yang diketuai oleh dr. Widyono, MPH. Hal yang menarik dari kepengurusan ini adalah munculnya para pengurus muda, termasuk diantaranya lebih dari 20% berasal dari kalangan remaja. Bahkan salah satu pengurus remaja PKBI Jawa Tengah, Ocena Yusrina juga terpilih menjadi Wakil Sekretaris Pengurus Nasional PKBI. Semoga semangat baru ini, menjadi booster bagi PKBI untuk lebih giat dalam memperjuangkan terwujudnya keluarga bertanggungjawab, serta menjadi Pusat unggulan Pengembangan Program dan Advokasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi yang mandiri. Meski demikian, kami juga menyadari bahwa selama ini PKBI Jawa Tengah sangat low profile sehingga kurang begitu dikenal oleh masyarakat padahal kiprahnya sudah tidak diragukan lagi. Di sisi lain, tantangan yang dihadapi kedepan juga semakin berat. Berbagai persoalan yang menyangkut kesehatan ibu, anak dan remaja terkait kesehatan reproduksi juga semakin beragam. Sehingga kami sangat menyadari bahwa PKBI tidak dapat bekerja sendiri, perlu mejalin kerjasama dengan semua pihak, termasuk sektor swasta. Oleh karena itu dalam rangka momentum ulang tahun ke-57 PKBI, maka PKBI Jawa Tengah bermaksud menyelenggarakan gathering, mengundang instansi terkait, media, dan juga perusahaan-perusahaan baik BUMN maupun swasta. Harapannya kedepan, akan terjalin kerjasama antara CSR perusahaan dan PKBI Jawa Tengah untuk memajukan masyarakat marginal. Hal lain yang terus kami dorong adalah semakin banyak melibatkan partisipasi remaja untuk mengambil bagian dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS, penghapusan kekerasan seksual dan pencegahan kehamilan tidak dikehendaki. Serangkaian kegiatan kreatif telah mereka lakukan di penghujung tahun ini. Akhirnya, selamat ulang tahun PKBI, terus berjuang demi kemanusiaan. Sukses untuk kita semua!**[Elisabet S.A Widyastuti] 3
Musda XIV PKBI Jawa Tengah
Reportase
Dr. Widoyono, MPH terpilih sebagai Ketua
Seminar Mengoptimalkan Kualitas dan Peran Generasi Muda dalam Rangka Menyongsong Bonus Demografi Indonesia (20/9. Dari ki-ka: Ocena Yusrina, Sonny Harry BU, Soejatno Pedro dan Inang Winarso
PKBI Semarang, 20/9
Jateng menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda) XIV selama dua hari di kantor PKBI Jateng sebagai ajang demokrasi dan pertanggungjawaban kinerja pengurus periode 2010-2014, sekaligus memilih pengurus baru periode 20142018. Musda dihadiri Pengurus Nasional, Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan Direktur Eksekutif serta Perwakilan Youth Representatives. Pada Musda tersebut terpilih Ketua Pengurus Harian Daerah PKBI Jawa Tengah Masa Bhakti 2014-2018 yaitu dr Widoyono MPH, Wakil Ketua 4 orang (dr Calvinus Mendofa SpOG, Hasan Fikri,
4
Farid Husni SH dan Ocena Yusrina Nurarfian), Sekretaris 3 orang (dr Daru Lestantyo Msi, Tri Kristianingsih, Dewi Utami Karyawati SIP Msi), serta bendahara (Dewi Wikaningsih SH MKn dan Ariana Molitha SE) dibantu beberapa anggota lainnya. Keputusan telah dihasilkan Musda kali ini, salah satunya Pokok-pokok Kebijakan Organisasi untuk periode empat tahun kedepan. Disebutkan, PKBI Mendorong keterlibatan bermakna remaja (10-24 tahun) dalam perkumpulan dengan memastikan keterwakilan sebanyak 20% dalam kepengurusan baik di daerah maupun di cabang, serta mendorong adanya forum remaja ditingkat cabang; Juga miningkatkan citra PKBI sebagai organisasi Relawan
Reportase
Suasana Musda XIV PKBI Jawa Tengah, 20-21 September 2014 di Semarang
nus Demografi di Indonesia. Tema dilatarbelangi peningkatan proporsi penduduk usia produktif yang tahun 2020 diperkirakan Indonesia akan mengalami bonus demografi jumlah penduduk usia produktif mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk. Pemerintah harus dapat memanfaatkan kesempatan bonus demografi ini dengan baik”, ujar Elisabet S.A Widyastuti, Ketua Panitia Relawan Remaja memberikan satu suara pada penyelenggara yang juga merupakan saat voting pemilihan Ketua PKBI Masa Bhakti Direktur Eksekutif Daerah PKBI Jawa 2014-2018. Tengah. Dia juga bersyukur atas terselenggaranya musda PKBI ini sekaligus beryang profesional dan mandiri dengan aktif harap agar keputusan-keputusan hasil mengkomunikasikan dan mempromosikan Musda dapat mendorong PKBI lebih kegiatan inovatif serta lesson learn kepada publik dengan memanfaatkan perkembangan berperan aktif dalam upaya peningkatan kualitas generasi muda, salah satunya teknologi dan media massa. dengan memberikan ruang ekspresi “Musda kali ini mengusung tema Menbagi remaja.** goptimalkan Kualitas dan Peran Generasi [Antonius Juang Saksono] Muda dalam Rangka Menyongsong Bo5
Sososk Lebih Dekat dengan Ketua PKBI Jawa Tengah
dr. Widoyoko, MPH
M
usyawarah Daerah PKBI Jawa Tengah yang digelar tanggal 20-21 September 2014 di Semarang, telah memilih dr. Widoyono, MPH sebagai Ketua PKBI Jawa Tengah masa bhakti 2014-2018. Dokter kelahiran Boyolali, 9 Agustus 1963 ini menggantikan dr. Hartono Hadisaputro, SpOG yang telah menjabat Ketua PKBI Jawa Tengah selama tiga periode berturut-turut sejak tahun 1993. Pak Wido, sapaan akrap dari dr. Widoyono, MPH saat ini mempunyai kesibukan yang luar biasa karena beliau menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang. Juga tercatat sebagai dosen tidak tetap di beberapa perguruan tinggi di Semarang. Meski demikian, bapak yang mempunyai hobi badminton ini masih rutin olahraga 3 kali seminggu. Memancing juga salah satu hobi sejak masih muda. Tak tanggungtanggung, selain pantai lokal di semarang, destinasi memancing beliau sudah sampai ke Karimunjawa, NTB, dan NTT. Suami dari dr. Sri Priyantini, SpA dan ayah dari Winda dan Agum ini mengenyam 6
pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro tahun 1988. Kemudian memperoleh gelar Master of Public Health di UNSW Sydney Australia tahun 2000. Perkenalannya dengan PKBI, menurutnya dimulai sejak tahun 1981. Waktu itu menjadi relawan bersama Prof. dr. Noor Pramono, SpOG. Setelah sempat bertugas di Puskesmas Tanjab Jambi pada 1989 akhirnya beliau kembali lagi ke PKBI Jawa Tengah. “Iya karena harus pindah tugas di Jambi, waktu itu. Lalu setelah kembali ke Semarang, bergabung lagi di PKBI menjadi Pengurus mulai 2010. Saya mengikuti banyak organisasi profesi, hanya PKBI ini lah yang paling mandiri.” Begitu kesan yang disampaikan Pak Wido terhadap PKBI. Ditanyai mengenai situasi kesehatan reproduksi saat ini beliau menjawab “Memprihatinkan, perhatian pemerintah masih kurang. Dalam banyak bidang, misalnya saja bidang penganggaran, perhatian, dan yang lain. Untuk itu perlu ditingkatkan usaha untuk mengkampanyekan issue ini kepada pengambil kebijakan. Audiensi menjadi satu cara yang baik dan harus terus dilakukan” Penulis buku Penyakit Tropis Erlangga Nasional pada tahun 2009 dan juga motivator Neuro Language Program (NLP) ini dengan semangat mengajak relawan un-
Sososk tuk tetap berkarya di PKBI Jawa Tengah. bah keluarga baru. Rasanya pasti gak akan “Mari jadikan PKBI sebagai latihan beror- nyesel deh gabung di PKBI…”**[Dania ganisasi, wahana beribadah, dan menam- Moehas/EW] Dr. Widoyono, MPH Riwayat Pekerjaan • Ka Puskesmas di Tanjab Jambi 1989-1995 • Kasie di Kanwil Depkes Prop. Jambi 1995-1998 • Kabid P2P di Dinkes Kota Semarang 2004-sekarang • Dosen tidak tetap FKM Udinus • Dosen Tidak tetap Program Pasca Sarjana UNDIP Riwayat Organisasi - KetuaI AKMI Kota Semarang 2009-2013 - Ketua KORPRI SUB UNIT KESEHATAN Kota Semarang 2008-2012 - Ketua Koperasi HS Kota Semarang 2008-2011 - Wakil Ketua PKBI Jawa Tengah 2010-2014 - Wakil Ketua IDI Kota Semarang 2011-2014 Pengalaman Profesi - Penulis buku Penyakit Tropis Erlangga Nasional 2009 - Editor buku Pedoman Imunisasi dasar lengkap Dinkes Prov. Jateng Jawa Tengah 2008 - Pembicara 9th ICAAP: Recent initiatives to strengthen STI control program for. FSWs in Semarang Indonesia. The 9th ICAAP Internasional 2009 Pengalaman Sebagai Motivator - Pelatihan TP-PKK Kota Semarang, Salatiga Mei 2014 - Pelatihan Kader ormas kemahasiswaan IAIN Walisongo Semarang, Kendal 2012 - Pelatihan Lurah se Kota Semarang, Salatiga, Oktober 2013 - Pelatihan Camat Sekota Semarang, Salatiga, Nopember 2013 - Rakor Sopir Taxi se kota Semarang, Semarang April 2014 - Rakor Bendahara se kota Semarang, Agustus 2014 - Narasumber Diklatpim 4 Kandiklat Kota Semarang - Pelatihan Kader Aisyah se exkar Semarang, Oktober 2014
7
Sososk
Ocena Yusrina
,
Pengurus Remaja PKBI
O
cena Yusrina Nurarfian, akrab disapa Ocena ini merupakan salah satu remaja yang memenuhi 30% komposisi personalia pengurus di PKBI. Resmi menjadi Pengurus Harian Daerah PKBI Jawa Tengah sebagai Wakil Ketua pada September 2014, Ocena juga kemudian dilantik menjadi wakil sekretaris Pengurus Harian Nasional pada Oktober 2014. Remaja yang juga penyuka kucing ini, selalu aktif mengkampanyekan berbagai permasalahan remaja untuk kemudian turut ambil bagian dalam pengambilan kebijakan bagi remaja di lingkungan PKBI. “Di PKBI Pusat maupun di PKBI Jawa Tengah, setiap kali ada rapat pengurus, kita juga harus paham issue terkini, disesuaikan dengan rencana strategis PKBI untuk nanti menentukan kebijakan..” ungkapnya saat ditemui di sela-sela aktivitasnya. Gadis kelahiran Semarang 22 tahun yang lalu ini saat ini sedang sibuk menyusun tugas akhirnya sebagai mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro dengan peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, sering melakukan diskusi dengan remaja mengenai issue terkini. “Ya
8
meskipun masalah remaja itu sebenernya klasik sih, terus berulang. Kehamilan Tidak Diinginkan, HIV/AIDS, Kekerasan dalam pacaran, Narkoba, tapi tetep aja gak boleh dibiarin. Kasus seperti itu akan terus ada, jadi yang bisa dilakukan harus terus kasih pendidikan, kasih layanan kesehatan yang ramah remaja...” Awalnya, Ocena mengenal Youth Center Pilar PKBI Jateng untuk keperluan pengambilan data, namun setelah mengetahui berbagai program di PKBI Jawa Tengah, Ocena merasa cocok dan memutuskan untuk bergabung di PKBI Jawa Tengah. “PKBI itu remaja bingiit.. banyak program dan kebijakan banyak ngomongin soal remaja..” tegasnya. “Remaja itu harus banyak menggali potensi diri, kembangkan, sesuai dengan keinginan. Gausah ambil resiko besar apalagi ngomongin kesehatan reproduksi, cari tau informasi yang bener, jangan asal nanya sama temen.. jangan malu buat akses ke pelayanan kesehatan, kalo memang perlu..” katanya serius saat ditanya soal pesan untuk para remaja kedepannya.**[Dania Moehas/EW]
Sososk
Ocena Yusrina Nurarfian
Ocena Yusrina Pengurus Harian Daerah PKBI Jawa Tengah dan Pengurus Harian Nasional PKBI Masa Bhakti 2014-2018. 9
Reportase
Dr. Hartono Hadisaputro, SpOG Pembina PKBI Jawa Tengah bersama Prof. Dr. Agnes Widanti, SH, CN dan Evarisan SH, MH menjadi narasumber Seminar, “Menyoal Pengaturan Aborsi dalam PP no. 61 tahun 2014” di Unika Soegijapranata, 18/10 2014. [Foto dok. Lisa]
PP 61 Tahun 2014, Jaminan bagi Korban Kekerasan
L
Bendan Duwur, (18/10) SM PKBI Jawa Tengah menggandeng Magister Hukum Kesehatan Unika Soegijapranata, menyelenggarakan Diskusi Ilmiah dengan topik “Menyoal Pengaturan Aborsi Dalam PP No.61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduk-
10
si” bertempat di Kampus Unika Soegijapranata Bendan Duwur. Hadir nara sumber Pembina PKBI Jateng dr. Hartono Hadisaputro, SpOG dengan materi “Peran PKBI dalam Penanganan Kasus Aborsi,” Prof. Dr. Agnes Widanti, SH.CN, Ketua Program Studi Magister Hukum Kesehatan Unika, dengan materi “Kesehatan Reprodusi, Pertelingkahan PP 61 tahun 2014” dan Evarisan, SH.MH, Direktur Klinik Hukum Ultra Petita Semarang dengan materi PP.61 ta-
Reportase hun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi: “Jaminan Rasa Aman Bagi Kehidupan Perempuan Korban Kekerasan.” Moderator Triyanto Tri Wikromo wartawan Harian Suara Merdeka. Diskusi yang dihadiri oleh Perguruan Tinggi, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Ikatan Profesi, LSM, serta mahasiswa dari progam pasca sarjana, berlangsung dengan serius. Dalam paparannya dr. Hartono Hadisaputro, SpOG menyoal bahayanya aborsi yang bisa berakibat infeksi kalau tidak ditangani dengan baik. Aborsi sebaiknya dilakukan di tempat yang ditunjuk, oleh tenaga ahli yang berkompeten, mengikuti prosedur baku, usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Untuk itu PKBI pernah mengusulkan kepada IDI, untuk mengantisipasi UU Kesehatan Th 2009 dan PP 61/2014 dengan membentuk tim khusus yang terdiri dari IDI, Kepolisian, Psikolog. Depertemen Agama, dan PKBI. Ini untuk menjawab kebutuhan dan tantangan ke depan tentang isu yang berkembang di masyarakat perihal legal atau tidaknya aborsi. Sementara itu Guru Besar Unika Prof. Widanti mengatakan, yang kita semua harapkan adalah mencermati pelaksanaan PP 61/2014 agar tidak membuat bingung masyarakat. Kalau hanya bertumpu pada agama dan hati nurani akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaanya. Perlindungan hukum bagi perempuan dalam hal aborsi, Peraturan tentang legalisasi aborsi, hanya mengatur tentang kepastian hukum serta perlindungan terhadap perempuan. Peraturan yang ketat dalam hal
ini diperlukan supaya aturan tentang aborsi tidak mengakibatkan perempuan menjadi korban. Sementara itu dia juga mengkritik agar ketidakberdayaan perempuan jangan dihubungkan dengan masalah pertumbuhan penduduk, misalnya perempuan yang dijadikan obyek KB. Menurutnya, jika posisi perempuan diperbaiki dan dominasi laki-laki dikurangi fertilitas akan menurun secara otomatis. Langkah-langkah untuk menghindari unsafe abortion diperlukan perubahan paradigma normatif ke sosiologis. Menurut dia ini tidaklah mudah. Diperlukan pendekatan konsep sehat hak asasi manusia dan keadilan termasuk hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan. Evarisan, SH.MH, menyoroti, dengan disahkannya PP 61/2014 setidaknya perempuan korban perkosaan akan terjamin secara hukum apabila pilihannya adalah melakukan aborsi. Tentu ini dilakukan dengan aman. Oleh sebab itu ia mengusulkan kepada pemerintah guna melengkapi pelaksanaannya dapat menggunakan Deklarasi Universal HAM serta instrumentnya, sebagai standar pemantauan HAM. Apresiasi dari peserta diskusi sangat beragam, karena dengan dikeluarkannya PP. 61/2014 penyempurnaannya tentu membutuhkan proses yang perlu dikaji dan diawasi, agar tidak terjadi penyimpangan dan salah tafsir. Setidak-tidaknya dengan disahkannya peraturan tersebut korban perkosaan sudah mempunyai perlindungan hukum apabila ingin melakukan aborsi.** [Antonius Juang Saksono] 11
PKBI Jateng Gelar Dance4Life Celebration untuk Remaja
Reportase
Lebih dari 500 remaja terlibat dalam Dance4life Celebration di Car Free Day Jl. Pahlawan, Semarang, Minggu 30/11 dalam rangka Hari AIDS Sedunia
D
Semarang, 30/11 ilatarbelakangi pengetahuan remaja usia 15-24 tahun tentang HIV-AIDS secara komprehensif masih rendah, dan di Jawa Tengah, hingga September 2014 tercatat ada 3.767 kasus AIDS dan 9.032 kasus HIV yang dilaporkan, sekitar 10% kasus AIDS adalah remaja menjadikan keprihatinan. Menjawab tantangan ke depan bagi remaja perlu dikenalkan lebih dalam tentang peran aktif remaja untuk menjadi agen perubahan dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS, kekerasan seksual dan kehamilan tidak dikehendaki, serta tentang penularan HIV dan bagaimana pencegahannya. Selain itu diharapkan remaja dapat berpartisipasi
12
dalam kampanye anti diskriminasi terhadap orang dengan HIV-AIDS melalui berbagai kegiatan kreatif dengan berbagai cara menurut ala remaja. Melalui Dance4life yang digelar di car free day Jalan Pahlawan Minggu pagi (30/11) PKBI Jawa Tengah (Youth Center Pilar) bersama YOCEV (Youth Association of Central Java), Diponegoro Care Center (DCC) Undip dan StopHIVA Undip mengangkat tema “Berani Beda, Ekspresikan Hakmu Remaja Indonesia!”. Kegiatan ini merupakan serangkaian dari tahapan Dance4life yaitu: Inspire, educate, activate dan celebrate. Celebration ini juga dilaksanakan serentak di 33 negara dalam rangka memperingati Hari AIDS sedunia.
Reportase Acara yang dihadiri lebih dari 500 remaja yang tergabung dalam Organisasi Anggota Jaringan Peer Educator (PE) Jateng kali ini didominasi dengan kostum merah. Meskipun dengan panggung ukuran cukup kecil tapi mereka bisa merubah jalanan menjadi panggung mereka, ini dibuktikan dengan tampilnya fashion show siswi SMK Ibu Kartini yang memperagakan busana kreatif bermotif batik dengan asesoris dalam beberapa tema fantastis. Penampilan ini merupakan "oase" bagi remaja Semarang yang hadir. Tak kalah meriah dan menarik minat penonton saat tiga waria yang tergabung dalam Persatuan Waria Semarang (Pewaris) menggoyang panggung dengan lagu Sakitnya Tu Ada Disini, bergaya khas waria membuat penonton terpingkalpingkal bergoyang dan teriak. Usai menggoyang penonton ketiga waria yang sempat diwawancara oleh pembawa acara Dania dan Surya menyampaikan pesannya stop HIV-AIDS. Saat Dance4life ditampilkan para remaja menggebrak jalan Pahlawan, tidak
Peer educator STIE Total Win Semarang menampilkan Tarian Tradisional Sriwijaya pada HAS 2014.
segan-segan remaja yang hadir mengekspresikan haknya untuk tampil beda, mereka menari bergoyang dan menyanyi mengungkapkan jiwa dan mengekspresikan Deklarasi Remaja Semarang yang berisikan tuntutan pemenuhan hak remaja. Dengan penuh tawa dan ceria mereka saling menguatkan dan menikmati acara pagi itu untuk mencegah dan menjauhkan HIVAIDS dari kehidupan mereka sesuai tema nasional Peringat Hari AIDS 2014 adalah :“Cegah dan Lindungi Diri, Keluarga, dan Masyarakat dari HIV dan AIDS dalam Rangka Perlindungan HAM”. Remaja memang seharusnya dan sepatutnya mendapatkan kawalan dari semua pihak untuk menjaga masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Dimana pada masa ini merupakan masa yang rentan, mengingat perkembangan fisik kadang tidak sebanding dengan perkembangan psikologis maupun sosialnya. Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Elisabeth S.A. Widyastuti disela-sela acara berlangsung!** [Antonius Juang Saksono]
Hand stamp sebagai bentuk dukungan terhadap penanggulangan HIV-AIDS. 13
Bongkar Gunung Es, Tidak Perlu Takut Test
Kegiatan
Elisabet S.A Widyastuti
T
anggal 1 Desember adalah Hari AIDS Sedunia (HAS). Berbagai pihak beramai-ramai memperingatinya. Salah satunya di acara Car Free Day, Minggu pagi (30/11) di Jl. Pahlawan Semarang. Momentum HAS memang sering digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat dalam penanggulangan HIV-AIDS. Salah satunya adalah ajakan tuk melakukan test HIV bersama. Seperti dilansir di banyak media, bahwa kasus HIV-AIDS di Indonesia bagaikan gunung es, dimana kasus yang tidak terlaporkan jauh lebih banyak daripada yang diketemukan. Estimasi kasus HIV-AIDS di Jateng tahun 2012 diperkirakan sebesar 17.993 kasus. Sedangkan hingga Juni 2014, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah baru melaporkan 9.393 kasus. Sehing-
14
ga diperkirakan masih terdapat lebih dari 8 ribu kasus yang belum diketahui. Hal ini tentu memprihatinkan. Berbagai upaya pencegahan sudah dilakukan baik oleh pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat. Namun bila tidak dibarengi dengan upaya penemuan kasus, maka penularan di masyarakat akan terus terjadi. Oleh karenanya VCT (voluntary counseling and testing) HIV menjadi penting. Bahkan saat ini Kemenkes melalui salah satu strateginya yaitu treatment as prevention, mendorong agar semakin banyak masyarakat yang mengkases VCT. Prinsipnya, semakin banyak kasus yang terungkap, semakin banyak yang akan mendapat pengobatan dengan tepat, maka semakin sedikit kemungkinan penularan HIV di masyarakat. Harapannya, kasus baru pun dapat ditekan. Tak perlu takut Sayangnya, masih banyak orang enggan melakukan test HIV. Pertama, karena merasa dirinya tidak berperilaku berisiko. Padahal faktanya banyak pula orang yang berperilaku sehat namun tertular dari pasangannya. Bukti konkritnya adalah ibu rumah tangga yang saat ini menempati urutan kedua kasus AIDS di Indonesia. Sebagian besar mereka tertular dari pasangannya. Kedua, merasa takut bila hasil test nya positif. Banyak orang beranggapan bila terinfeksi HIV, maka kehidupannya
Kegiatan akan segera berakhir. Padahal, banyak pula orang yang sudah bertahun-tahun mengidap HIV namun hidupnya masih produktif dan masih dapat beraktivitas normal, layaknya yang tidak terinfeksi HIV. Nah, bagaimanakah caranya test HIV? Test ini lebih popular disebut VCT, yaitu konseling dan testing sukarela untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak. Sesuai dengan namanya maka test ini bersifat sukarela dan tidak boleh ada paksaan dari siapa pun. Kerahasiaannya pun harus terjamin. VCT berbasis konseling, dimulai dari konseling pre-test, kemudian test darah dan dilanjutkan dengan konseling post-test. Pada saat konseling pre test, klien diajak untuk memetakan potensi risiko dan mempersiapkan diri untuk menerima apa pun hasilnya. Sedangkan konseling post-test lebih ditekankan untuk memberikan penguatan terhadap hasil yang diperoleh baik negatif maupun positif. Juga membantu klien menyusun perencaaan pribadi kedepan terkait dengan statusnya. Beberapa provider klinik saat ini sudah dapat memberikan layanan VCT one day service, diantaranya RSUP dr. Kariadi, RS Pantiwilasa Citarum, RS. St. Elisabeth, BKPM, Klinik Griya Asa PKBI Kota Semarang dan di Klinik Warga Utama PKBI Jawa Tengah. Biayanya pun bervariasi, ada yang gratis hingga lima puluh ribu rupiah. [Informasi klinik lain lihat pada box]. Dengan mengetahui sejak dini status HIV pada diri kita, tentu banyak keuntungannya seperti halnya ketika kita melakukan deteksi dini penyakit lainnya. Ke-
untungan pertama, bila hasilnya ternyata negatif maka kita akan semakin dikuatkan untuk menghindari perilaku berisiko di kemudian hari. Kedua, bila hasilnya positif, kita akan dibantu untuk menerima statusnya yang mungkin membuat sedih dan denial. Kita juga diajak untuk berperilaku bertanggungjawab sehingga tidak menularkan kepada orang lain. Juga akan diarahkan untuk mendapatkan layanan yang tepat, baik layanan kesehatan maupun dukungan psikososial. Saat ini banyak bermunculan kelompok dukungan sebaya (KDS) yang beranggotakan orang-orang dengan HIV (odha). Minimal sebulan sekali mereka berkumpul untuk berbagi pengalaman dan saling menguatkan. Kegiatan ini dapat memunculkan semangat para odha agar mereka bisa bangkit kembali. Ketiga, dengan mengetahui sejak dini status HIV, maka dapat mencegah penularan dari ibu ke anak. Dengan penanganan yang tepat, penularan HIV dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya dapat ditekan dari 30-40% menjadi 8%. Tidak semua anak yang dilahirkan oleh ibu yang mengidap HIV akan tertular. Jadi, tidak perlu takut test HIV. Dengan mengetahui status HIV dalam diri kita sejak dini, tentu akan banyak manfaatnya. Selain untuk diri sendiri, juga akan membantu membongkar gunung es dalam rangka pencegahan dan penanggulangan HIVAIDS.** [Elisabet S.A. Widyastuti, MKes – Direktur Eksekutif PKBI Jawa Tengah] 15
Hak Anak dan Hak Seksual di Indonesia
Opini
Olh: Dwi Yunanto Hermawan
M
anusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna memiliki hak yang melekat disetiap individu, hak tersebut lebih dikenal dengan hak asasi. Hak asasi melekat ke setiap individu mulai dari lahir hingga meninggal. Hak tersebut diperinci menjadi beberapa hak, beberapa hak yang menjadi turunan hak asasi adalah hak anak dan hak seksual. Kedua hak tersebut sering diperbincangkan di Indonesia, akan tetapi lebih banyak dalam forum masing-masing. Hak anak merupakan hak yang dimiliki oleh semua anak sejak didalam kandungan (usia 0-18 tahun). Konvensi Hak Anak (KHA) yang merupakan perjanjian Negara-negara didunia termasuk Indonesia yang diratifikasi ke dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. KHA memiliki 4 prinsip, yaitu non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, jaminan hidup dan partisipasi anak. 4 prinsip tersebut dalam undang-undang perlindungan anak diratifikasi dan secara garis besar menjadi 4 hak anak, yaitu : 1. Hak Hidup 2. Hak Tumbuh-Kembang 3. Hak Perlindungan 4. Hak Partisipasi. Hak-hak tersebut harus diberikan oleh 16
Negara, orang tua, maupun masyarakat sekitar anak anak berada. Pelanggaran terhadap hak-hak tersebut bisa dikenakan sanksi pidana bagi siapapun. Selain hak anak, hak reproduksi juga menjadi bagian dari hak asasi manusia. Hak reproduksi yang dihasilkan dari ICPD pada tahun 1994 menjamin setiap individu memiliki hak-hak yang berkaian dengan kesehatan reproduksi dan kehidupan seksualnya. Hak seksual dituangkan dalam 12 poin: 1. Hak untuk hidup 2. Hak atas kemerdekaan dan keamanan 3. Hak kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi 4. Hak atas kerahasiaan pribadi 5. Hak atas kebebasan berfikir 6. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan 7. Hak untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk dan merencanakan keluarga 8. Hak untuk memutuskan mempunyai atau tidak dan kapan waktu memiliki anak 9. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan 10. Hak mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan 11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik 12. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk Selain 12 hak reproduksi tersebut, ada
Opini
hak reproduksi khusus untuk remaja. Hak tersebut adalah : 1. Hak menjadi diri sendiri 2. Hak mendapatkan informasi 3. Hak dilindungi dan menlindungi diri sendiri 4. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan 5. Hak dilibatkan Hak anak dan hak kesehatan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dipenuhi oleh Negara. Pemenuhan hakhak tersebut di Indonesia masih menemui kendala, salah satu kendala adalah masih tumpang tindihnya kebijakan-kebijakan pemerintah. Undang-undang kesehatan mengkategorikan anak adalah usia 0-18 tahun, sehingga pada usia tersebut dilindungi dengan UU perlindungan anak. Dalam kebijakan lain, UU Perkawinan menyebutkan batas usia untuk seseorang melakukan perkawinan adalah 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki. Tentu kedua undang-undang tersebut saling bertolak belakang. Satu sisi UU Kesehatan menjamin hak kesehatan, akan tetapi UU Perkawinan memberikan ruang untuk terjadinya pelanggaran hak anak maupun hak reproduksi terutama pada perempuan. Perkawinan anak masih sering sering terjadi, berbagai alasan muncul untuk melakukan hal tersebut. Salah satu alasan yang sering muncul adalah masalah ekonomi. Situasi masyarakat Indonesia terutama didaerah pedesaan masih ada pemikiran bahwa anak perempuan adalah beban untuk orang tua sehingga semakin cepat seorang anak perempuan dinikahkan semakin cepat pula beban keluarga berkurang. Setiap perkawinan anak adalah pelang-
garan hak anak maupun hak kesehatan reproduksi, misalnya pelanggaran terhadap hak untuk tumbuh dan berkembang maupun hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan. Seorang anak yang sudah dikawinkan secara otomatis tidak bisa mendapatkan pendidikan dengan leluasa, karena perempuan diikat oleh aturan tak tertulis yang diciptakan masyarakat bahwa istri harus melakukan tugas-tugas rumah tangga, mengasuh anak dan lain-lain. Situasi tersebut membuat perempuan berada dalam situasi yang lemah, tingkat pendidikan yang rendah membuat perempuan tidak berdaya secara ekonomi karena tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang baik. Beberapa kasus, perkawinan di usia yang sangat muda menyebabkan psikologis orang tua belum siap menjadi orang tua sehingga anak tidak bisa mendapatkan pengasuhan yang baik dari orang tua yang belum siap tersebut. Kasus penelantaran anak tentu pernah kita jumpai dari berbagai media baik cetak maupun elektronik. Situasi seperti ini tidak boleh terus terjadi. Pemerintah harus melakukan perubahan terhadap kebijkan-kebijakan yang masih tumpang tindih. Hak yang dimiliki oleh setiap individu harus dipenuhi dan dijamin oleh Negara melalui undang-undang. Setiap orang berhak mendapatkan penghidupan yang layak (baik ekonomi maupun psikologis) sesuai dengan cita-cita bangsa yang tercantum dalam UUD 1945. Saatnya perempuan berdaya dan mendapatkan perlindungan.** Dwi Yunanto Hermawan, SKM. Program Officer Program Penanggulangan HIV-AIDS PKBI Jawa Tengah. 17
Sososk Penasaran Dengan Anak Jalanan,
Astri Gabung Asa PKBI Jateng
M
engemban Jabatan Koordinator Proyek Anak HIV-AIDS ASA PKBI Jawa Tengah tidak pernah terbayangkan olehnya. Astri Wulandari lahir di Semarang 14 Januari 1984, Orang tuanya, Bapak berasal dari Gombong dan Bundanya dari Palembang. Ia menyelesaikan pendidikan akhirnya di Fakultas Psikologi Universitas Semarang tahun 2007 yang lalu. Ketertarikan dan kepeduliannya pada dunia anak-anak menyeretnya untuk bergabung di Lembaga Swadaya Masyarakat Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), setahun setelah ia lulus. Bagaimanapun juga menurutnya, dunia anak-anak adalah dunia yang penuh dengan keindahan, panggung kehidupan anakanak tak terbatas oleh ruang dan waktu. Ini ia pahami setelah sekian lama menangani anak-anak jalanan dan permasalahannya. Asa PKBI Jateng, memberikan tempat untuk penuhi panggilan jiwanya. Setelah program anak jalanan yang digelutinya berakhir pada tahun 2009, ia dan relawan yang bergerak untuk anak jalanan ditantang untuk menjalankan program pemenuhan hak anak jalanan di bidang pendidikan dan kesehatan, melalui program Rumah Pintar BangJo. Pergulatan itu dia lakukan hingga tahun 2012. Masih berkutat pada permasalahan anak, dia mendapat tantangan untuk mengelola Program Anak dan HIV pada tahun 2013 sampai saat ini. Keterkaitan HIV-AIDS dan Anak
18
Astri Wulandari
merupakan pengembangan program untuk lebih peduli atas pemenuhan hak anak sejak tahun 2011. Baginya apapun issu yang berkaitan dengan anak, merupakan permasalahan penting untuk menjadi perhatian bersama, karena menyangkut masalah masa depan. Tidak hanya anak jalanan saja, tetapi anak yang terinfeksi HIV pun juga membutuhkan perhatian lebih. Meskipun sangat jarang ditemukan kasus HIV pada anak jalanan, tetapi harus dilakukan pencegahan karena perilaku anak jalanan yang beresiko.
Sososk Tidak terbatas pada anak jalanan saja, Astri memahami pada kasus HIV di kalangan usia produktif 20-29 tahun cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu pengetahuan remaja usia 15-24 tahun tentang HIV-AIDS secara komprehensif masih rendah. Keterbatasan pemahaman inilah yang mengusik dirinya untuk berbuat sesuatu. Ia menyadari bahwa cakupan PKBI tempat ia mengabdi meliputi wilayah Jawa Tengah. Sementara dari data yang ia ketahui hingga September 2014 tercatat ada 3.767 kasus AIDS dan 9.032 kasus HIV yang dilaporkan; Dan sekitar 10% kasus AIDS adalah remaja. Melihat kenyataan inilah yang membuat Astri prihatin dan tak segan-segan untuk berbagi informasi kepada remaja baik melalui forum formal maupun dijalanan. Mengapa ia sedemikain getol, menurutnya sederhana sih! Panggung kehidupan anak dan remaja itu ada di sini, sambil menunjuk dadanya, maksudnya di hati. Selagi anak dan remaja itu senang maka semua persoalan dapat diatasi, bermodalkan hati tentunya! Astri harus bolak-balik untuk mengelola proyek yang dia tangani di Kabupaten Jepara, Grobogan, dan Semarang. Dalam hati Ia berujar ini adalah bagian dari obsesinya untuk siap keliling Indonesia dan melatih fisik dan mentalnya. Baginya dengan sepeda motor maupun harus bergelantung di Bus, dan harus bangun subuh sudah makanan sehari-hari; Berjam-jam di depan laptop untuk menyelesaikan laporan sudah terbiasa. Apalagi yang harus ditakuti dalam hidup ini, semuanya indah dan tak ada yang perlu disesali, meskipun belum ada waktu yang ditetapkannya untuk men-
gakhiri masa lajangnya. Pengalamannya konseling dengan remaja dan anak, adalah bagian dari implementasi teori yang pernah ia dapatkan di bangku kuliah. Tetapi persoalan perilaku remaja yang rentan dan labil, ditemuinya di dunia kerja haruslah ditangani, Ada perbedaan sewaktu ia kuliah dan memasuki dunia kerja. Mengapa? Karena semakin ia mencoba pahami kehidupan anak dan remaja, semakin ia haus akan pengetahuan keilmuan yang baru. Ia berharap melalui lembaganya maupun donor ada kesempatan untuk mendapatkan beasiswa studi lanjut program pascasarjana di bidang Profesi Psikologi. Studi lanjut baginya merupakan kebutuhan agar lebih profesional dalam hal penanganan persoalan anak dan remaja dimasa depan. Di saat lelah menghampirinya, ia coba relaksasi dengan membaca buku kesukaannya karangan Tetsuko Kuroyanagi, “Totto Chan’s Children” yang banyak menginspirasi dirinya melalui cerita tentang dunia anak dan sekolah. Cerita tentang anak pada Totto Chan’s dapat penuhi rasa haus jiwanya dengan makna disaat penat mengganggu. Wajib sholat lima waktu Astri kerjakan, di ujung sajadah yang tergelar ia bersyukur, pasrahkan sujud dan doa untuk segala persoalan pekerjaannya, lebih-lebih tentang masa depan sebagian anak bangsa yang ia dampingi. Semoga Tuhan berkenan untuk menjaga dan melindunginya, ia beserta kedua orangtuanya serta saudara dan teman tempat ia mengabdi. Ia yakini pasti, semua indah pada waktuNya!!!!.** [Antonius Juang Saksono] 19
Reportase
TOP,
Putus Mata Rantai Penularan HIV
Suasana seminar HIV/AIDS pada Sabtu, (6/12) bertempat di Aula Kantor Dinas Kesehatan.
Purwodadi, 6/12 omisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Grobogan dalam rangka Hari AIDS Sedunia tahun 2014, telah menyodorkan data bahwa kumulatif kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Kab. Gobogan hingga Oktober 2014 sebanyak 555 kasus, 95 kasus dilaporkan meninggal dan 36 diantaranya adalah anak-anak. Sebagaian besar di antara mereka adalah kelompok usia produktif (21-40tahun) 58% dan faktor risiko penularannya sebagian besar melalui heteroseks sebanyak 84%. Hal itu telah menempatkan Kabupaten Grobogan pada urutan nomor 5 di Jateng. Lebih dari itu, bahwa pada tahun 2014, jumlah kasus baru yang dilaporkan di Kab. Grobogan merupakan kasus terbesar kedua di Jawa Tengah setelah Kota Semarang “Hal itu merupakan nilai positif bagi Kab.
K
20
Grobogan yang telah berusaha membongkar gunung es. Sayangnya 60% pengidap ditemukan dalam kondisi AIDS, sehingga sudah terlambat” demikian Elisabet S.A. Widyastuti, Direktur Eksekutif PKBI Jateng menyampaikan dihadapan peserta seminar yang dihadiri oleh UPTD Pendidikan dan Perwakilan KUA dari 19 kecamatan, serta relawan dan para tokoh agama Sabtu, (6/12) bertempat di Aula Kantor Dinas Kesehatan. Elisabet menegaskan sudah 20 tahun HIV-AIDS ada di Indonesia. Kasusnya terus meningkat dan merupakan fenomena gunung es. Di Jateng sendiri diperkirakan masih ada 8 ribu kasus yang belum ditemukan. Kondisi yang mempercepat penularan secara nasional adalah para pembeli seks yang jumlahnya diperkirakan mencapai 6,7 juta pria belum tertangani dengan baik. Sehingga dari merekalah akhirnya menularkan kepada ibu rumah tangga dan anak-anak. Tercatat, dari total pengidap AIDS, 18%nya adalah ibu rumah tangga. Grobogan, yang merupakan kantong pemasok tenaga kerja ke kota lain maupun ke luar negeri, merupakan faktor pendorong terus meningkatnya kasus AIDS di kabupaten ini. Oleh sebab itu untuk memutus mata rantai penularan, di galakkannya upaya untuk test HIV bersama dengan metode TOP (Temukan, Obati dan Pertahankan). Seiring dengan jumlah kasus yang ditemu-
Reportase
kan, upaya untuk menghapus stigma dan diskriminasi pun menjadi penting, Mengingat stigma dan diskriminasi bisa terjadi dimanapun termasuk di keluarga, layanan kesehatan, sekolah dan tempat kerja. Hal ini dipicu karena faktor ketidaktahuan masyarakat, sebagai pangkal diskriminasi. Untuk itu diperlukan edukasi pada komponen masyarakat termasuk remaja. Sehingga harapan satu-satunya, keluarga dapat menjadi rumah terbaik bagi Odha. Sementara itu Direktur Klinik Hukum Ultra Petita Semarang, Evarisan yang menyampaikan materi HIV/AIDS dalam konteks Hak Asasi Manusia (HAM) mengawali paparannya dengan menyampaikan pernyataan Seorang Ibu dari Papua, yang mengatakan bahwa “Saya tertular HIV/AIDS dari suami saya yang kemudian saya tularkan kepada anak saya”. Disadari bahwa penyebab penularan HIV/AIDS diantaranya adalah perilaku sex manusia, kemiskinan, ketidakadilan gender, akses pendidikan dan pelayanan kesehatan, serta mobilitas yang tinggi. Hal ini tentu memicu maraknya pelanggaran HAM yang menyebabkan pencegahan dan pelayanan kesehatan HIV menjadi kurang efektif, walaupun menurut UUD 1945, menyatakan setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Namun bagi Odha, tidak semudah itu mereka mendapatkan haknya. Justru cenderung terstigma dan tidak terlindungi serta tidak dihormati, padahal sebagian yang terinfeksi HIV adalah ibu-ibu dan anak-anak yang
terdampak sebagaimana kasus ibu dari Papua tadi. Maka kewajiban negara untuk melindunginya, merujuk Pasal 28 (i) ayat (4) UUD 1945 yaitu Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Dari penjelasan kedua nara sumber tersebut, moderator S. Gunawan, Mkes., membuka kran pertanyaan yang disambut oleh peserta. Beberapa pertanyaan yang menggelitik adalah Bagaimana KPA pada tahun 2015 membiayai layanan dan operasionalnya kalau Global Fund sudah menghentikan bantuannya? Apakah ada kiat politik anggaran yang memungkinkan Pemerintah Daerah membiayai, Selain itu juga bagaimana kalau laki-laki yang memitoskan dirinya dengan memiliki libido yang berlebihan, apakah dimungkinkan untuk menikah lebih dari satu. Selain itu juga ada tanggapan dari peserta atas dukungan pada program Laki-laki baru yang bertanggungjawab dan setia, dan berperilaku positif. Hal ini diperkuat oleh dr. Slamet Ketua KPA Kabupaten Grobogan, bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk menanggulangi kasus ini, telah menerbitkan Perda tentang HIV/AIDS yang segera disosialisasikan kepada seluruh SKPD pada tahun 2015, dan semua program yang direncanakan harus mendukung Pelaksanaan Perda tersebut. Dengan temuan yang semakin banyak maka semakin bagus, sehingga kita dapat mengantisipasi fenomena gunung es lebih awal, hal ini tentunya karena kerja keras dan kepedulian dari semua pihak**. [Antonius Juang Saksono/EW] 21
Bonus Demografi Indonesia, Apa Syaratnya?
Opini
Elisabet S.A Widyastuti
A
khir-akhir ini para ahli kependudukan hangat membincangkan mengenai bonus demografi Indonesia, yaitu manfaat ekonomi yang akan diperoleh dari melimpahnya jumlah penduduk usia produktif. Sebuah peluang emas (windows of opportunity) yang kemungkinan hanya terjadi sekali dalam sepanjang sejarah Indonesia. Diperkirakan hal itu akan terjadi pada tahun 2020-2030. Pada periode tersebut jumlah penduduk Indonesia yang berusia produktif (usia 16-64 tahun) diperkirakan mencapai lebih dari dua kali lipat penduduk usia non produktif (usia ≤15 th dan > 64 tahun). Sehingga rasio ketergantungan penduduk mencapai dibawah 50. Bonus demografi di Indonesia merupakan dampak transisi kependudukan. Pada dua hingga tiga dekade yang lalu telah terjadi baby boom (tingkat kelahiran yang tinggi). Tingkat kelahiran tersebut kemudian dapat ditekan dan turun tajam pada tahun 1990-an karena keberhasilan program KB. Nah, bayi-bayi yang lahir pada generasi baby boom tersebut pada sepuluh hingga dua puluh tahun mendatang akan 22
memasuki usia produktif secara bersamasama, sehingga proporsi penduduk usia produktif akan melimpah. Hal itu menjadikan rasio ketergantungan penduduk Indonesia akan turun. Asumsinya, ketika ketergantungan penduduk rendah, kebutuhan investasi bagi kelompok usia anak-anak dan lansia menurun. Sehingga jika alokasi dana dialihkan untuk investasi pembangunan ekonomi serta kesejahteraan keluarga, maka bonus demografi akan terjadi. Para ahli memprediksi pada tahun 2020-2030 rasio ketergantungan penduduk akan mencapai 44 yang artinya diantara 100 penduduk usia produktif akan menanggung 44 orang usia non produktif. Sebagai gambaran, pada tahun 2000 rasio ketergantungan penduduk sebesar 54 dan tahun 2010 sebesar 52. Setelah tahun 2030 rasio ketergantungan penduduk diperkirakan akan naik kembali karena mereka yang sebelumnya berusia produktif secara perlahan akan menjadi lansia dan masuk menjadi bagian penduduk usia non produktif. Cina dan Korea adalah dua contoh Negara yang saat ini berhasil menikmati bonus demografi, sehingga pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di kedua negara tersebut sangat pesat bahkan inovasinya saat ini mampu mengalahkan Jepang, yang
Opini
saat ini komposisi penduduknya sudah did- hkarenanya kebijakan pemerintah juga ominasi usia tua. diarahkan untuk mendukung terpenuhinya prasarat diatas. Sebab, bila situasi yang terPrasarat untuk memperoleh “bonus” jadi sebaliknya dimana kualitas penduduk Bonus demografi di Indonesia memang rendah dan tidak mampu bersaing di pasamasih merupakan perkiraan diatas kertas. ran kerja, maka yang akan terjadi adalah Bonus itu tidak akan diperoleh begitu saja “bencana” demografi. namun perlu diperjuangkan. Menurut Dr. Sonny Hari B Utomo, Ketua Lembaga Peran PKBI Demografi UI, untuk memperoleh “boSebagai lembaga swadaya masyarakat nus” ada lima prasyarat yang perlu dipe- yang peduli terhadap kesehatan reproduknuhi, yaitu: Pertama, bila penduduk usia si, seksualitas dan KB, PKBI mempunproduktif benar-benar produktif, mempun- yai peranan yang cukup strategis untuk yai pekerjaan dan pendapatan yang layak. mengambil bagian dalam mempersiapkan Kedua, Mempunyai tabungan. Pendapa- kualitas penduduk melalui berbagai protan yang diperoleh tidak digunakan untuk gram yang dilaksanakan. Khusus di Jawa keperluan konsumtif, tetapi di investasikan Tengah, saat ini PKBI melaksanakan beatau ditabung, sehingga dapat menjadi sim- berapa program diantaranya: 1) pelayanan panan masa depan. Ketiga, penduduk usia KB dan kesehatan reproduksi melalui layproduktif harus berkualitas yaitu pintar, se- anan klinik dan pemberian informasi kepahat dan trampil. Kualitas penduduk ini pun da masyarakat, 2) Program pendidikan dan ditentukan sejak dalam kandungan sehing- kesehatan reproduksi remaja yang diharaga kesehatan reproduksi dan kesehatan ibu pkan dapat membantu remaja melindungi dan anak mejadi penting untuk diperhati- dirinya dari kehamilan tidak dikehendaki, kan. Keempat, tidak diskriminasi terhadap IMS dan HIV-AIDS. 3) Program penangperempuan di pasar kerja sehingga dapat gulangan HIV-AIDS baik pada populasi membantu peningkatan perekonomian ke- kunci (pekerja seks, gay, waria, LSL dan luarga. Kelima, program KB harus ber- penggun narkoba suntik) dan 4) Program hasil, bila tidak maka rasio ketergantungan berbasis kerelawanan, yang mendorong penduduk akan meningkat. Selain kelima anak muda untuk turut ambil bagian untuk prasarat diatas hal yang perlu diperhati- mewujudkan persahabatan dan perdamaian kan adalah daya dukung lingkungan yang dunia.** merujuk pada kualitas sumber daya alam, kelestarian lingkungan. Catatan : Pemerintah bersama seluruh masyarakat Rasio ketergantungan penduduk = Indonesia seyogyanya memanfaatkan kesJumlah penduduk ≤15 th dan > 64 tahun x 100 Jumlah penduduk usia 15-64 tahun empatan ini dengan sebaik-baiknya. Ole 23
Pelestarian Budaya
Laporan
Inisiatif Publik atau Private? Terpilih menjadi salah satu pembicara dan moderator dalam acara the 3rd international forum of Official NGO Partner of UNESCO, di Sozopol Bulgaria, pada 28–30 September 2014.
I
smi Novia, Koordinator IIWC, membeberkan pandangannya terkait tema forum tersebut yaitu: “Which initiatives, public and private, are needed to include young people in the safeguarding of cultural heritage and awareness raising?” atau Inisiatif apakah yang harus dilakukan oleh sektor publik dan privat supaya dapat mengikutkan anak muda dalam usaha perlindungan dan penggalangan kesadaran untuk melestarikan warisan budaya? Di hadapan 100 delegasi LSM pemerhati dan aktivis warisan budaya dunia berasal dari lebih dari 50 negara serta di depan sejumlah akademisi dan ahli dalam konservasi warisan budaya yang diundang oleh UNESCO, Ismi Novia menanyakan kembali ke seluruh delegasi tentang makna sektor publik dan privat. Secara retoris, forum menyetujui bahwa sektor publik berarti pemerintah sedangkan sektor privat adalah pihak swasta. Selanjutnya dia membeberkan bahwa sejatinya di akar rumput, generasi muda sudah selalu melakukan aksi secara suka rela (voluntary) mengenal dan melestarikan warisan budaya. Namun yang masih menjadi tantangan adalah pengakuan luas dan dukungan dari pemerintah dan swasta. Hal ini tercermin dari delegasi yang diundang dan hadir dalam forum ini yang hanya kurag dari 20 persen organisasi Ismi Novia foto bersama Eric Falt, Assis- pemuda. tant Director-General for External RelaKeterwakilan pemuda dalam setiap tions and Public Information UNESCO jenjang inisitatif mulai dari arah kebija24
Laporan kan pemerintah, pengalokasian dana, perencanaan program, implementasi sampai dengan evaluasi dan tindak lanjut program harus signifikan dalam hal jumlah dan kualitasnya. Kondisi yang ditekankan bahwa pemuda jumlahnya paling banyak di negara berkembang di Asia seperti China, India, dan Indonesia serta di Afrika seperti Nigeria, dll. Padahal akses untuk pemuda di wilayah tersebut cenderung lebih suit diraih dari pada di negara lain karena alasan kondisi sosial, politik dan birokrasi, dll. Ismi Novia mengakhiri presentasinya dengan penutup “So, which initiatives, public and private, are needed to include young people in the safeguarding of cultural heritage and awareness raising? For me, is to create channel of communication between young people and public, private which is youth friendly. I also believe that UNESCO should take this role more and DAFTAR TEMPAT YANG MELAYANI TEST HIV DI SEMARANG Kota Semarang g KLINIK WARGA UTAMA PKBI JATENG
Alamat : Jl. Jembawan No. 8-12 Smg No. Telepon : 024 – 6713503 g KLINIK GRIYA ASA PKBI KOTA SEMARANG Alamat : Jl. Argorejo X No 21 Kalibanteng Kulon, Smg No. Telepon : (024) 76670946 g PUSKESMAS PONCOL Alamat : Jl. Imam Bonjol No. 114 Smg No. Telepon : 024 – 3546053 g PUSKESMAS HALMAHERA Alamat : Jl. Halmahera Raya No. 38 Smg No. Telepon : 024 – 8414894 g PUSKESMAS LAMPER TENGAH Alamat : Jl. Lamper Tengah Gg. VII Smg No. Telepon : 024 – 8444808 g PUSKESMAS PANDANARAN Alamat : Jl. Pandanaran No. 79 Smg No. Telepon : 024 – 8311470 g PUSKESMAS LEBDOSARI Alamat : Jl. Tm. Lebdosari RT 7 RW 6 Kel. Kalibanteng Kulon No. Telepon : 024 – 7610207
more. Especially in developing countries where the most young people are there and most of them have limited access to meet their initiative with public & private sector agenda.” Atau “jadi, atau Inisiatif apakah yang harus dilakukan oleh sektor publik dan privat supaya dapat mengikutkan anak muda dalam usaha perlindungan dan penggalangan kesadaran untuk melestarikan warisan budaya? Menurut saya, adalah dengan membuka jalan komunikasi antara pemuda dengan pemerintah dan pihak swasta yang nyaman bagi mereka. Saya juga percaya bahwa UNESCO seharusnya menegaskan perannya sebagai jembatan dalam komunikasi tersebut terutama bagi pemuda yang tinggal di negara berkembang dengan akses sangat terbatas untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah dan pihak swasta.** [Ismi Novia] g PUSKESMAS MANGKANG
Alamat : Jl. Jenderal Urip Sumurhardjo Km 16 Smg No. Telepon : 024 – 8660675 g PUSKESMAS GUNUNG PATI Alamat : Jl. Mr. Muryanto No. 38 Smg No. Telepon : 024 – 6932140
Kabupaten Semarang g RSUD AMBARAWA
Alamat : Jl. Kartini 101 Ambarawa No. Telepon : 0298 – 591020 dan Fax 0298 - 591866 g PUSKESMAS BERGAS Alamat : Jl. Sukarno Hatta No. 68 Bergas No. Telepon : (0298) 522109 g PUSKESMAS GETASAN Alamat : JL. Raya Salatiga, Kopeng km 10 No. Telepon : 0298 – 318113 g PUSKESMAS SUMOWONO Alamat : Jl. Pahlawan No. 15 Sumowono No. Telepon : 0298 – 711053 g PUSKESMAS SUSUKAN Alamat : Jl. Raya Susukan – Karanggede No. 96 No. Telepon : 0298 – 615066 g RSUD AMBARAWA Alamat : Jl. Kartini 101 Ambarawa No. Telepon : 0298 – 591020 dan Fax 0298 - 591866
25 g
Opini Khitan Perempuan:
Pengkebirian Dini Siti Rohmah
“A
pak kamu s u d a h khitan?” itulah pertanyaan yang sempat meluncur dari salah seorang teman asal Demak. Rasanya sempat terkejut dengan pertanyaan itu. Khitan bagi per- Siti Rohmah empuan tak wajar di daerah saya, Ungaran. Namun bagi perempuan di Demak, itu adalah yang lumrah. Mereka telah merelakan organ reproduksinya disayat saat usianya masih bayi bersamaan dengan tidik telinga. Saat ditanya mengapa khitan perempuan dilakukakan, alasannya karena syahwat (libido) perempuan lebih besar dibandingan laki-laki. Anggapan orang tua, perempuan mempunyai syahwat sembilan kali lebih besar dari laki-laki. Sementara kemampuan akal perempuan sembilan kali lebih lemah dibanding laki-laki. Maka untuk menekan dan menyeimbangkan syahwat dan akal itulah khitan perempuan dilakukan sejak bayi. Praktik khitan perempuan terjadi pula di beberapa daerah dan bermacam caranya. Mulai praktik memotong kulit luar klitoris (clitoral hood), memotong ujung klitoris, menyempitkan atau menjahit mulut vagi-
26
na (infibulasi), sampai dengan terekstrim yakni memotong seluruh bagian klitoris perempuan. Female Genital Mutilation (FGM),menjadi istilah untuk menyebut praktik khitan ekstrim ini, yang sering terjadi di Afrika dan kemudian dilarang oleh WHO . Di Indonesia, pemerintah sempat melegalkan khitan perempuan melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 1636/MENKES/PER/XI/2010. Dalam peraturan itu, berisikan panduan tenaga medis untuk melakukan khitan perempuan. Namun tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 2013 Kementerian Kesehatan telah mencabut Peraturan Menteri Kesehatan itu. Kurang relevan memang bila peraturan panduan mengkhitan ini dikeluarkan untuk tenaga medis, karena secara kurikulum khitan perempuan tidak diberikan baik bagi dokter maupun bidan saat menempuh kuliah. Sehingga bila praktik ini dilakukan bisa terjadi hal fatal pada organ reproduksi perempuan atau malpraktik. Secara medis pun, khitan perempuan tak memberikan manfaat seperti halnya khitan laki-laki. Khitan laki-laki bermanfaat untuk menjaga kesehatan organ repoduksi, terhindar dari penyakit menular seksual (PMS), mengurangi resiko HIV/AIDS. Tetapi berbeda dengan khitan perempuan secara kesehatan nihil manfaat.
Opini Tindakan yang terjadi di masyarakat, khitan dilakukan oleh dukun bayi, yakni bukan tenaga medis yang tak sepenuhnya paham bagian dan fungsi organ repoduksi perempuan. Sehingga kekhawitran akan terjadinya disfungsi organ reproduksi semakin besar. Dalam jangka pendek akan terjadinya pendarahan dan infeksi akibat penggunaan peralatan yang kurang steril. Jangka panjanganya, sakit saat hubungan seks yang berkepanjangan, disfungsi haid yang berakibat pada mengumpulnya darah haid di vagina (hematocolpos), kista, penis tidak dapat masuk ke vagina karena lubung vagina yang sempit sehingga perlu dioperasi, mengumpulnya darah dalam rahim (hematometra). Pelabelan bahwa perempuan mempunyai syahwat yang lebih besar dibanding laki-laki sebagai alasan perempuan dikhitan, begitu kental. Pelabelan terhadap kelompok atau jenis kelamin tertentu seringnya merugikan, begitu pula dengan khitan perempuan. Syahwat yang besar yang dijadikan alasan praktik ini dilakukan dan menjadi ajang pengebirian perempuan sedini mungkin. Khitan perempan menjadi jurus untuk menekan orgasme perempuan. Namun banyak hal yang begitu komplek yang menjadi faktor orgasme seseorang dalam hubungan seksual. Pengalaman individu bisa menjadi
hal yang penting dipertimbangkan, termasuk faktor hormonal. Stigma pemotongan organ reproduksi akan mengurangi libido perempuan tak dibenarkan. Sehingga yang terjadi dari stigma ini banyak perempuan dari usia bayi sudah mendapat kekerasan dengan menyayat sampai memotong organ mereka. Sehingga kadang pendarahan pada bayi tak terhindarkan. Penyebab budaya khitan perempuan langgeng bukan hanya karena mitos syahwat perempuan saja, tetapi ada dogma agama di dalamnya. Bahwa khitan perempuan termasuk dalam ibadah sunah dan dapat menyenangkan suaminya kelak, ketika perempuan menikah. Teks-tek agama ini menjadi legitimasi atas praktik ini. Melihat konteks budaya dan dogma agama sebagai sumber praktik khitan perempuan, langgeng dilakukan. Dibutuhkan strategi untuk mempermudah penerimaan mereka. Misalnya melalui simbolisasi khitan, motong kencur atau memberi antiseptik di organ reproduksi perempuan yang sudah dilakukan di beberapa daerah. Selanjutnya, perlu adanya tinjauan mendalam teks-teks agama sebagai legitimasi praktik khitan ini. Tidak hanya penafsiran tekstual saja, butuh pula penafsiran kontekstual dan melihat budaya yang berkembang. Sementara pada konteks politik, justru diperlukan ketegasan pemimpin dalam pemihakan hak-hak kesehatan dan seksual peremPenyebab budaya khitan perem- puan.** puan langgeng bukan hanya karena Siti Rohmah, mahasiswa Komunikasi mitos syahwat perempuan saja, tetapi Pennyiaran Islam UIN Walisongo, Pemenang Lomba Essay PILAR PKBI Jateng th. 2014. ada dogma agama di dalamnya. 27
Remaja
Youth Media Festival
“Be Creative, Stay Positive!” PILAR didirikan dengan tujuan agar remaja mampu mengambil keputusan yang tepat untuk melindungi dirinya dari resiko terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD) serta tertular IMS dan HIV/AIDS. 28
P
usat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) merupakan youth centre yang ada di PKBI Daerah Jawa Tengah. PILAR mulai dibentuk pada tahun 1998 dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai seksualitas serta kesehatan reproduksi sehingga remaja mampu mengambil keputusan yang tepat untuk melindungi dirinya dari resiko terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD) serta tertular IMS dan HIV AIDS. Selama kurun
Remaja dengan internet. Perkembangan arus informasi melalui media sosial cukup berpotensi untuk meningkatkan kesadaran remaja atas issue kesehatan reproduksi. Untuk itu, dalam upaya mengajak remaja memanfaatkan media sosial secara kreatif dan positif, Pilar PKBI Jawa tengah akan menyelenggarakan kegiatan Youth Media Festival, waktu berkegiatan dalam isu kesehatan yang ditujukan kepada seluruh remaja di reproduksi, Pilar telah memberikan infor- Kota Semarang. Kegiatan ini sekaligus masi dan layanan kesehatan reproduksi dilaksanakan dalam rangkaian Hari Ulang yang komprehensif kepada remaja di Jawa Tahun ke-57 PKBI. Tengah. Youth Media Festival dimulai dengan Tantangan globalisasi kian menggeser serangkaian lomba essay dan fotografi kebutuhan remaja dari kurangnya akses bertemakan “Be Creative, Stay Possitive informasi, menuju remaja yang memiliki with Social Media”. Lomba ini ditujukan banyak akses informasi tetapi kurang kepada seluruh remaja di Jawa Tengah. bijak dalam memilah informasi yang Puncak dari Youth Media Festival ini adadidapatkan. Informasi mengenai kesehalah diselenggarakannya Talkshow Intertan reproduksi yang minim didapatkan aktif, mengundang nara sumber pengguna di sekolah, kini mudah diperoleh melalui media secara kreatif dan positif. Acara Internet. Pada Mei 2014, Kementerian diselenggarakan pada Minggu, 14 DeKomunikasi dan Informatika (Kemkomsember 2014. Menghadirkan Dot Semainfo) menyatakan, pengguna internet di rang sebagai pakar media, Aris Karisma Indonesia telah mencapai 82 juta orang. sebagai tokoh inspiratif pengguna media Dengan capaian tersebut, Indonesia social secara positif, dan Pembicara dari berada pada peringkat ke-8 di dunia. Dari Pilar PKBI Jawa Tengah. Di moderatori jumlah pengguna internet tersebut, 80% oleh Lita Harianja, Pilar berharap acara di antaranya adalah remaja berusia 15-19 ini dapat mengajak remaja secara positive tahun. Tidak hanya untuk mencari informenggunakan media social untuk mengmasi yang dibutuhkan, media sosial juga kampanyekan issue kesehatan reproduksi menjadi alasan utama remaja sangat dekat dan seksual.** [Dania Moehas] 29
Reportase
Dinas Pendidikan Kota Semarang Dukung Pendidikan Kespro Remaja
Drs. Bunyamin, MPd, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang menerima audiensi team PKBI Jawa Tengah di Ruang Sekretaris Dinas Pendidikan, Jl. Dr. Wahidin (12/11).
Semarang.
PKBI
Jawa Tengah baru-baru ini menyelenggarakan audiensi kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah untuk mendapatkan dukungan terhadap program kesehatan reproduksi remaja. Team PKBI Jawa Tengah diterima oleh kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang (12/11) di ruang Sekretaris Kantor Dinas Pendidikan, Jl Wahidin Semarang. Hadir pada pertemuan tersebut sepuluh orang perwakilan PKBI Jateng yang terdiri dari Pengurus Harian Daerah, Direktur Eksekutif Daerah, beserta guru dan siswa SMA/ SMK dampingan. Dalam suasana santai dan penuh kekeluargaan Direktur Eksekutif Daerah PKBI
30
Jateng, Elisabet S.A Widyastuti menyampaikan pengalaman PKBI Jawa Tengah dalam mengembangkan Program Kesehatan Reproduksi dan Seksual (PKRS), yang sudah dirintis sejak tahun 2012 bersama lima SLTA di Semarang. Menurutnya, ada beberapa lesson learn selama tiga tahun berproses, di antaranya: guru merasa lebih percaya diri dalam memberi informasi, memiliki nilai yang lebih baik dan ada keberpihakan kepada remaja. Sekolah yang mempunyai pengalaman siswanya mengalami KTD cenderung memberikan dukungan yang lebih terhadap program PKRS. Ditambahkan pula, bahwa melalui program ini telah diterbitkan Modul pegangan guru yang dapat digunakan sebagai acuan pendidikan kespro di sekolah.
Reportase Dinas Pendidikan Kota Semarang akan membantu PKBI Jawa Tengah untuk pelaksanaan program pendidikan kesehatan reproduksi di sekolahsekolah baik yang melibatkan siswa maupun guru. Akan memperbanyak modul dan membagikan kepada setiap SLTA di Kota Semarang, juga berencana membuat nota kesepahaman dengan Team PKBI Jawa Tengah berpose bersama Kepa- PKBI Jawa Tengah dalam pelaksaan la Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Nur program kesehatan reproduksi remaja. Hadi Amiyanto, seusai audiensi, 19/11 “Kegiatan pendidikan kesehatan reproduksi ini sangat bermanfaat. Khusus di SMK 9 Peer Educator sudah menjadi kegiatan ekstra kurikuler” papar Ibu Dwi guru dari SMK 9 Semarang. Fransisca Agatha, siswi SMAN 8 yang juga Pengurus Harian Daerah PKBI Jawa Tengah menyampaikan bahwa PKRS memiliki manfaat yang besar karena pemberian informasi Kesehatan Reproduksi seringkali kurang dan siswa merasa malu untuk bertanya sehingga memungkinkan untuk mendapat informasi yang kurang tepat. Pada pertemuan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Drs. Bunyamin, MPd mengapresiasi upaya yang sudah dilakukan PKBI Jawa Tengah sebagai upaya positif untuk menyelamatkan generasi mendatang. “Kami sangat senang dan mengapresiasi semua upaya yang sudah dilakukan PKBI Jawa Tengah. Diharapkan, kegiatan ini dapat dikembangkan di sekolah lain. Bila sebelumnya sekolah yang dilibatkan banyak di tengah kota, maka kedepan perlu dikembangkan ke sekolah yang ada di pinggir kota” ungkapnya.
Apresiasi dari Dinas Pendidikan Provinsi Pada kesempatan berbeda, Nur Hadi Amiyanto, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah juga memberikan apresiasi kepada PKBI Jawa Tengah. Hal itu disampaikan saat menerima audiensi team PKBI Jawa Tengah di Ruang Sidang Gedung B Lantai 2, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (19/11). Namun karena sekolah SLTP dan SLTA di bawah kewenangan Dinas Pendidikan Kota Semarang, dukungan yang dapat diberikan terhadap program PKRS salah satunya adalah memasukkan modul yang sudah disusun PKBI ke dalam website Dinas Pendidikan. Seperti diketahui, PKBI Jawa Tengah saat ini sedang melaksanakan PKRS bekerjasama dengan lima sekolah di kota Semarang yaitu: SMKN 9, SMAN 8, SMAN 14, SMK Ibu Kartini dan SMA Ksatrian 1. Selama tiga tahun program berjalan, 39 guru telah dilatih, 5 peer educator telah terbentuk, 25 siswa sudah mendapat pelatihan pendidikan kesehatan reproduksi dan satu modul panduan untuk guru sudah disusun.**[Dania/Lisa] 31
32
: dr. Widoyono, MPH
Wakil Ketua : dr. Calvinus Mendrofa, SpOG Farid Husni, SH Hasan Fikri Ocena Yusrina Nurarfian
Ketua
: Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Prof. dr. Noor Pramono, SpOG Prof. DR. Agnes Widanti, SH, CN Dra. Tinoek Istiarti, MKes Prof. Ir. Bambang Soerjanto, MScPsL Dr. Endang Ambarwati, SpRM Toto Mudjiarto Pembina : dr. H. Hartono Hadisaputro, SpOG Soejatno Pedro Hd Ny. Oerip Lestari DS, SE, MSi
Penasihat
Sekretaris : dr. Daru Lestantyo, MSi Tri Kristianingsih Dewi Utami Karyawati, SIP, MSi Bendahara : Dewi Wikanigsih, SH, MKn Arina Molitha, SE Anggota : Dra. Hj. Sri Marnyuni Drs. Rustamadji BR Pascalis Abner, SE Adelia Ismarizha DR. Moh. Fauzi, MAg Roni Wijayanto, SE Dra. Pia Widya Laksmi M. Syahrir, SH,MH Fransisca Agatha Widhaningtyas Ahmad Naufal Cindi Widia Lestari Rizal Imam Muksin Irnida Terana Butarbutar , SPsi Dra. Nining Naimah Jaidi
Segenap Keluarga Besar PKBI Jawa Tengah mengucapkan Selamat dan Sukses atas terpilihnya Penasihat, Pembina dan Pengurus PKBI Jawa Tengah Masa Bhakti 2014-2018. Semoga dapat mengemban amanah untuk terus mengembangkan kegiatan kemanusiaan demi terwujudnya keluarga bertanggungjawab.
SELAMAT & SUKSES