Jembawan Buletin 8 No 8, September Jembawan2015 8
Edisi: No 8, September 2015
Daftar Isi Dari Redaksi: “An Act of Love” dari Jawa Tengah 2
p p
You and Me, Pendidikan Kespro Anak Usia Dini 3
p
Nikmati yang ada, pasti Allah SWT berikan bahagia 4
p
Peringati Ultah ke-5 Rumpin Membagi 500 Kado
p
World Vasectomy Day 2015, “An Act of Love” 8
p
Agenda World Vasectomy Day 2015 10
p
Male Participation in Family Planning, IPPA Central Java Contribution
p
Apa dan Bagaimana Vasektomi 14
p
KB Tak Harus Perempuan! Sebuah Gerakan Laki-Laki Peduli KB 16
p
IIWC PKBI Jawa Tengah Jadi Tuan Rumah Penyelenggaraan Steps4Life
18
p
PKBI Kunjungi Media: Tak Kenal Maka Tak Sayang
20
6
11
Belajar Bahaya Narkoba, Pilar Ajak PE Ke Rumah Damai 22
p p
Mengenalkan Dunia Kerja, Rupin BangJo Ajak 45 siswa Kunjungi Perusahaan 25
p
Mulia Anak
p Nobar
Baik, Dongeng Om Kempo di Pasar Johar. 26
di E-Plaza, Peringati International Youth Day 2015 28
Stop Perkawinan Anak, PKBI Siaran di Cakra Semarang TV
p
30
Peringati WSHD, PKBI Kab. Semarang Selenggarakan Seminar Stop Perkawinan Anak 33
p
p
Dialog Remaja dengan BKKBN Provinsi Jawa Tengah
p
Launching Ruang Belajar Online 38
36
IIWC PKBI Jawa Tengah 42 p Perbincangan Kesehatan Reproduksi kalangan Remaja melalui paparan Budaya 44 p Kelurahan Peduli Kesehatan 45 p Borobudur World Heritage Work Camp 46
Jembawan 8
p
Penasehat: PD PKBI Jawa Tengah | Pimpinan Redaksi: Elisabet S.A Widyastuti | Redaktur Pelaksana: Antonius Juang Saksono | Redaktur: Dwi Yunanto, Puput Susanto, Dania K. Moehas | Distribusi: Sadono | Setting-Lay out: FA. Wiranto | Alamat Redaksi: Jl. Jembawan no. 8 Semarang 50145 Telepon 024-7603503 Fax. 024-7601989 E-mail: pkbijateng@ pkbi.or.id, website: www.pkbijateng.or.id
1
Jembawan 8 No 8, September 2015
Dari Redaksi
“An Act of Love” dari Jawa Tengah
D
i berbagai belahan dunia, partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi dan seksual relatif masih rendah, apalagi dalam kaitannya dengan vasektomi. PKBI Jawa Tengah, sejak tahun 1988 telah mempunyai pengalaman memberikan layanan vasektomi. Bahkan relawan PKBI Jawa Tengah, Prof. dr. Untung Praptohardjo, SpOG (alm), telah mengembangkan metode vasektomi tanpa pisau (VTP). Tercatat lebih dari 35 ribu akseptor vasektomi pernah dilayani di klinik PKBI Jawa Tengah. Semangat inilah yang menjadikan PKBI Jawa Tengah bersedia menjadi partner dari World Vasectomy Day, sebuah gerakan global yang ingin mengajak siapa pun khususnya kaum laki-laki untuk mulai membincangkan vasektomi. Kegiatan yang puncaknya akan dilaksanakan tanggal 13 November 2015 di Bali tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kembali spirit gerakan laki-laki yang sudah mulai meredup. WVD 2015 kali ini mengangkat tema “An Act of Love” atau “Sebuah Wujud Kasih Sayang”. Tema ini terinspirasi dari akseptor vasektomi asal Wonosobo, Jawa Tengah yang dengan sukarela menjadi akseptor karena tidak ingin melihat istrinya menderita akibat efek samping kontrasepsi. Saat ini, PKBI Jawa Tengah bekerjasama dengan RutgersWPF memulai program baru yaitu Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Anak Usia Dini “You and Me”. Diawali dengan pelatihan guru, program ini akan diimplementasikan di tiga sekolah sebagai pilot project. Diharapkan tahun 2016 paling tidak sepuluh sekolah akan mengimplementasikan program ini. Pada periode ini pula, PKBI Jawa Tengah telah melakukan re-branding dan pembenahan manajemen terhadap Indonesia International Workcamp (IIWC). Program berbasis kerelawanan internasional yang sudah dirintis sejak tahun 1999 ini kedepan akan lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik. Serta akan memperkuat kerjasama dengan partner internasional. Semangat yang luar biasa juga kami temukan dikalangan relawan remaja Pilar. Bulan Oktober ini mereka menyelenggarakan kegiatan Youth Media Festival 2015. Kurang lebih 15 narasumber dan 200 remaja dari berbagai provinsi di Indonesia akan berkumpul untuk menanggapi tantangan kependudukan terkait bonus demografi, Masyarakat Ekonomi Asean dan Media Massa. Semua itu adalah an act of love untuk bangsa ini, dari Jawa Tengah.** [Elisabet S.A Widyastuti] 2
Anak
Jembawan 8 No 8, September 2015
“You and Me”
Pendidikan Kespro Anak Usia Dini
“A
da murid saya yang suka menggesek-gesekkan alat kelamin” kata serang guru PAUD. Guru yang lain bercerita “murid saya pernah meniru gerakan layaknya orang berhubungan seks”, sementara guru lainnya menyahut “pernah saya menemukan anak laki-laki yang sukanya menciumi teman perempuannya”. Kurang lebih hal-hal seperti itu yang diungkap oleh para guru PAUD dan pemerhati pendidikan anak saat sharing pengalaman. Pengalaman tersebut konkrit dan pernah benar-benar terjadi. Kadangkala guru bingung dan kaget, bagaimana mesti bersikap. Begitulah yang terungkap di tengahtengah pelatihan Fasilitator Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk anak usia dini “You and Me”, yang diselenggarakan oleh PKBI Jawa Tengah bekerjasama dengan RutgersWPF. Pelatihan selama 5 hari yang diselenggarakan pada tanggal 1-5 Oktober di aula SD Lab School Unnes Jl. Kelud Semarang, ini difasilitasi oleh Ninin Suhertin dari PKBI Kalimantan Timur dan Andre Susanto dari RutgersWPF Indonesia. Ninin yang juga guru TK di Kalimantan Timur ini mempunyai pengalaman mengimplementasikan program “You and Me” di sekolahnya sejak tahun 2007. Pelatihan ini merupakan kelanjutan dari Workshop Metode Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Anak Usia Dini, yang diselenggarakan pada tanggal 9 Juni
lalu. Sebanyak 15 peserta terlibat dalam pelatihan ini. Dan diharapkan setelah selesai pelatihan akan ditindaklanjuti dengan implementasi di sekolah masing-masing. Ada tiga sekolah yang saat ini akan menjadi pilot project, dan diharapkan di tahun 2016 dapat bertambah menjadi 10 sekolah. Pada tahap awal program You and Me, diselenggarakan pelatihan guru. Selanjutnya perlu ditindaklanjuti dengan pertemuan dengan penentu kebijakan disekolah dan pertemuan orang tua untuk klarifikasi nilai tentang kesehatan reproduksi serta mendapatkan dukungan. Sehingga ketika program ini diimplementasikan tidak ada resistensi dan ketidak siapan baik dari sekolah maupun orang tua. Program ini muncul atas dasar kebutuhan untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan, khususnya kekerasan seksual. Mengingat akhir-akhir ini banyak dilaporkan terjadinya kasus kekerasan pada anak. Yang lebih memprihatinkan karena para pelakunya seringkali merupakan orang terdekat. Oleh karena itu, dengan menggunakan alat boneka, guru akan mengajari para siswa mengenali dirinya sendiri, memahami relasi gender, mengetahui persamaan dan perbedaan laki-laki dan perempuan, serta mengenali tanda-tanda kekerasan, dan bagaimana mencegah terjadinya kekerasan.** [Elisabet S.A Widyastuti] 3
Jembawan 8 No 8, September 2015
Reportase
Nikmati Yang Ada
Pasti Allah SWT Berikan Bahagia
Saling bersalaman dan saling memaafkan
Krapyak (24/7) ertajuk Silaturahmi dan Halal Bi Halal keluarga besar Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Jawa Tengah menyelenggarakan pertemuan yang dihadiri oleh Pengurus Daerah, karyawan, relawan, sesepuh serta tetangga di lingkungan sekitar kantor PKBI berada. Bertempat di Aula Gedung PKBI lantai 2 jalan Jembawan 8 Semarang, mereka yang hadir sangat menikmati suasana kekeluargaan yang penuh dengan kekerabatan dalam suasana yang fitri. Ketua Pengurus Daerah dr. Widoyono, MPH dalam sambutannya menyampaikan bahwa silaturahmi dan Halal bi Halal dalam rangka memperingati hari
B
4
Raya Idul Fitri 1 Syawal 1436 kali ini sebagai ungkapan syukur dan saling memaafkan dalam kebersamaan selama satu tahun berlalu. Secara psikologi kita semua merasa bersalah namun demikian kesalahan yang kita lakukan pada Tuhan pasti dimaafkan tetapi kesalahan dan kilaf yang kita lakukan pada sesama manusia biasanya sulit untuk memaafkan, bahkan kadang dendam, itupun kalau sesama masih ada; bahkan kadang kesalahan yang dibuat oleh sesama manusia kita igit-igit tiada maaf bagimu. Untuk mengatasi perasaan tersebut diperlukan acuan halal bi halal, dan halal bi halal itu adalah bagian dari reuni. Sehingga pada saat reuni tersebut ada pertanyaan yang menggelitik ketika
Reportase
Jembawan 8 No 8, September 2015
Dalam suasana kebersamaan, segenap Pengurus, Relawan dan Staf PKBI Jawa Tengah berpose bersama seusai Halal Bihalal.
proses usia berjalan. Semisal pada usia 30 tahun pertanyaannya, bojomu sopo?, usia 40 tahun anakmu piro?, usia 50 tahun putumu piro?, usia 60 tahun kancane dewe sing wis mati piro? Usia 70 tahun kancane dewe sing isih urip sopo?, dan usia 80 tahun pertanyaannya adalah “kowe sopo? Serta usia 90 tahun Aku ki sopo? Yang disambut gelak tawa oleh hadirin. Ini menandakan bahwa proses kroposisasi pada fisik manusia itu berlangsung. Usai sambutan alunan ayat-ayat suci Alquran dan saritilawah yang dibacakan oleh relawan PKBI Ela Fitri Kristiana dan Eko Budi Wibowo mengheningkan suasan dan mempertajam rasa haru dan syukur atas kehidupan yang telah kita terima saat ini. Uraian dan makna halal bi halal yang disampaikan oleh KH. Fahrurozi, membuka wawasan iman dan takwa kita bersama melalui contoh-contoh kehidupan yang diketengahkan, peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu halal bi halal itu hanya ada di negeri kita, ini karena berkat kepintaran orang Indonesia yang mengejawantahkan antara rasa dan makna. Idul fitri banyak dimaknai sebagai kembali ke suci.
KH. Fahrurozi menegaskan meskipun kita didera oleh kejamnya kehidupan saat ini yang menuntut kita semua serba cepat dan praktis, kadang kita tidak menyadari bahwa hidup itu perlu dinikmati dan disyukuri. Oleh sebab itu Allah SWT, akan memberikan kebahagiaan kepada umatNya yang percaya dan taat serta menjalankan perintahNya; karena saat ini banyak orang yang tidak dapat menemukan kebahagiaan sehingga dia harus mengumpulkan banyak harta bahkan korupsipun juga dijalani, namun mereka tidak dapat menemukannya. Karena kebahagiaan itu adalah cara menikmati pemberian Allah SWT, yaitu kehidupan itu sendiri. Menutup acara halal bi halal, berupa ungkapan doa dan syukur yang dipimpin oleh KH. Fahrurrozi, dan semua kepala yang hadir menunduk untuk memohon berkah dan hidayah untuk bekal kehidupan satu tahun kedepan. Dan bagian yang membahagiakan adalah saling bersalaman dan saling memaafkan atas salah dan kilaf; Sesi foto bersama untuk menandai dan melengkapi kebahagiaan itu dalam ruang dan bingkai kebersamaan keluarga besar PKBI Daerah Jawa Tengah. ** [Juang Saksono]. 5
Jembawan 8 No 8, September 2015
Anak
Peringati Ultah ke 5
Rumpin Membagi 500 Kado
Sulap oleh Om Badut dan pembagian kado dalam Ultah ke-5 Rumpin Bangjo. Jembawan 8 (15/8) ertempat di Aula PDAM Tirta Moedal - Jl. Kelud Raya No 60 Semarang lantai 2, suasana tertata dengan apik, dihiasi dengan berbagai pernak-pernik serta balon menjadikan suasana pesta untuk anak-anak. Memang suasana disetting sedemikian karena hari itu ada 500 kado yang akan dibagikan kepada mereka. Mereka adalah anak-anak dampingan Rumah Pintar Bangjo anak-anak penghuni dan di bawah asuhan Yayasan Emas Indonesia, Yayasan Ishofa, RPSA Anak Bangsa, Komunitas Harapan, YPAC Semarang, SD Al-Iman dan SD Islam Al-Hikmah. Acara tersebut digagas dan didesain oleh
B
6
Vivi Maryati sebagai koordinator program Rumah Pintar Bangjo PKBI Jawa Tengah yang bermarkas di Kampung Pungkuran No. 403 Semarang. Di sela-sela acara, Direktur Eksekutif PKBI Jateng Elisabet S.A Widyastuti, SKM, M.Kes mengatakan bahwa Kado yang akan dibagikan berisi Edutoys untuk anak usia PAUD (dibawah 6 tahun), Alat tulis atau perlengkapan sekolah untuk usia 6-13th, Kaos baru (L/P) untuk usia 1418th. Tidak begitu istimewa sih kadonya tetapi yang perlu diacungi jempol adalah semangat pelayanan dan ide kreatifnya. Dan ini merupakan bagian dari peringatan hari ulang tahun yang ke-5 Rumpin, dan
Anak Hari Anak Nasional. Rumah Pintar Bangjo PKBI Jateng merupakan kelompok relawan peduli anak dibawah naungan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah. Berdiri pada tanggal 1 Agustus 2010, karena dipacu oleh rasa prihatin terhadap kondisi anak di wilayah Pasar Johar Semarang yang belum mendapatkan haknya atas pendidikan dan kesehatan. Tujuan umum dari Rumah Pintar Bangjo PKBI Jawa Tengah adalah terpenuhinya hak anak jalanan dalam bidang pendidikan dan layanan kesehatan, sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan akses layanan pendidikan alternatif dan layanan kesehatan bagi anak jalanan serta meningkatkan dukungan pemerintah dan masyarakat dalam upaya pemenuhan hak-hak anak jalanan. Sedangkan layanan yang saat ini menjadi program utama adalah pusat pendidikan alternatif bagi anak-anak (0-18) dan remaja (19-24) yang berada di wilayah pasar Johar Semarang. Kegiatan utama di Rumah Pintar Bangjo terbagi menjadi beberapa fokus kegiatan, yaitu : Penanganan Kelompok Belajar: memberikan pengembangan pendidikan di usia PAUD, sekolah, dan Drop Out (DO). Tepat pukul 13.00 wib, acara dimulai dengan gembira, kak Nona dan kak Alfa, mengajak anak-anak untuk bernyanyi dan menari, dan yang lebih menarik adalah acara bagi-bagi hadiah kejutan yang dibarengi dengan sulap oleh Om Badut. Meskipun anak-anak tak terkendali karena mereka merangsek ke depan panggung dan kericuhan, kegembiraan atas perta-
Jembawan 8 No 8, September 2015 nyaan yang dilontarkan Om Badut, tetapi suasana masih bisa diatasi dengan imingiming yang tertib akan mendapatkan hadiah dari kak Nona. Cep! Semua diam. Penampilan anak jalanan berupa musik dan tari tak luput dari perhatian mereka. Anak-anak yang hadir merasa sangat senang. Meskipun ada juga yang berlari kesana-kemari menikmati suasana gedung dan kolam ikan yang ada di lantai 1, ini tidak mengurangi makna Ulang Tahun ke 5 Rumpin Bangjo. Para pendamping dan guru yang menemani mereka kadang harus selalu mengingatkan agar tertib, tetapi dasar anak-anak ya keingintahuan dan cara menikmati suasana pasti berbeda apalagi di tempat yang baru mereka kunjungi. Puncak acara adalah peniupan lilin dan potong kue tart yang telah disiapkan oleh kakak-kakak pendamping, mereka semua berkumpul dan dengan gegap gempita menyanyikan selamat ulang tahun dan panjang umur untuk Rumah Pintar Bangjo PKBI Jawa Tengah, para relawan M. Bukhari Masruri, Ratih Agoes, Fakurosi Uti, Astri Wulandari, Irwan Gatot S, Agung Ifnu Prakoso, Sebrina Putri Suseno, Sofi Ira, Ema Rahma Melati, mereka dikerubuti oleh anak-anak dampingan terdengar potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya sekarang juga sekarang juga, sekarang juga!!. Whussss, lilin mati dan potongan kue tart berbagi banyak dan masing-masing mendapatkannya, tak lupa mereka pulang dengan hadiah dan kado, makan siang dan 1 dos kudapan. ** [Antonius Juang Saksono] 7
Jembawan 8 No 8, September 2015
Wacana
World Vasectomy Day 2015
“An Act of Love” ”P
artisipasi laki-laki dalam KB dan kesehatan reproduksi di berbagai belahan dunia dilaporkan masih sangat rendah, apalagi untuk menjadi akseptor vasetomi, angkanya masih dibawah 1% dari total akseptor KB. Di Indonesia, pada tahun 2014 jumlah peserta KB baru vasektomi hanya 0,25% dari total akseptor yang berjumlah 8.500.247 orang. Memang metode ini hanya dianjurkan bagi pasangan yang sudah cukup anak dan tidak ingin menambah anak lagi. Meski demikian, masih banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa laki-laki tidak mau melakukan vasektomi diantaranya karena kurang pengetahuan dan kebiasaan pola pikir lama. Ada ketakutan akan kehilangan kenikmatan seksual, khawatir organ reproduksinya tidak dapat berfungsi, dan masih ada anggapan bahwa vasektomi sama dengan pengebirian dan lain sebagainya. Padahal, faktanya vasektomi merupakan metode kontrasepsi yang dikenal dengan istilah MESRA, yaitu Murah, Efektif, Sederhana, Risiko rendah dan Aman.
8
Di sisi lain, akses untuk mendapatkan layanan vasektomi juga masih menjadi persoalan. Tidak semua provider kesehatan menyediakan layanan vasektomi. Meski sudah banyak dokter dilatih vasektomi, namun hanya sedikit yang akhirnya trampil memberikan layanan ini. Hal ini diperburuk dengan konstruksi sosial di masyarakat yang menganggap bahwa KB adalah urusan perempuan. Sehingga laki-laki tidak mau tahu apalagi terlibat dalam hal ini. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mendorong partisipasi laki-laki dalam ber-KB baik dengan membentuk kelompok Priya Utama dengan peserta para akseptor vasektomi, mengadakan berbagai lomba motivator vasektomi dan bahkan pelayanan sertentak yang dicatatkan sebagai rekor
Wacana MURI dengan jumlah peserta terbanyak. Namun upaya ini nampaknya belum cukup dan masih dibutuhkan gerakan untuk mendorong partisipasi laki-laki salah satunya melalui World Vasectomy Day (WVD). WVD adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa vasektomi adalah tindakan yang aman dan dapat menjadi pilihan kontrasepsi bagi laki-laki. 2) Untuk merayakan dan mendukung semua provider vasektomi yang berkualitas tinggi dan mendorong semakin banyak dokter agar bersedia melayani vasektomi. 3) Mendorong laki-laki, baik yang ingin vesektomi maupun tidak, untuk berpartisipasi dalam perbincangan (bigger conversation) mengenai KB. 4) Mengangkat best practice Indonesia dalam memberikan layanan vasektomi, serta mendorong agar WVD menjadi momentum untuk menginisiasi gerakan vasektomi di seluruh dunia. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) saat ini dipercaya untuk menjadi partner WVD untuk menyelenggarakan World Vasectomy Day 2015 di Nusa Dua Bali, yang juga bertepatan dengan International Conference on Family Planning (ICFP) 2015. Kegiatan ini juga berkolaborasi dengan PPD (Partner in Population and Development), BKKBN dan PKMI. Sejarah World Vasectomy Day World vasectomy Day saat ini memasuki tahun ketiga. Pada tahun pertama dilaksanakan pada acara the Royal Institute of Australia’s Conference of Idea, dimana film maker Jonathan Stack dan Simon
Jembawan 8 No 8, September 2015 Nasht secara sukarela bersedia vasektomi oleh dr. Dough Stein, anggota Australian Urologist Association. Kegiatan tersebut di buat film “the vasectomist” dan dan disiarkan langsung dari RIAUS ke seluruh dunia, dan dilihat oleh setengah juta permirsa. Pada tahun kedua, lebih banyak orang yang terlibat. Lebih dari 500 dokter dari 33 negara serentak memberikan pelayanan vasektomi. Selama 24 jam sekitar 3000 akseptor terlayani. Kegiatan ini menjadi event KB laki-laki terbesar di dunia yang di siarkan langsung dari Planned Parenthood di Kissimmee, Florida dan ditonton oleh lebih dari sejuta orang di seluruh dunia. Organisasi yang mendukung kegiatan ini pun bertambah banyak seperti Marie Stopes International, FHI 360, IPPF, PPFA dan banyak organisasi yang bergerak di bidang KB lainnya. Kegiatan ini juga diliput di berbagai media di seluruh dunia, sehingga merubah event yang hanya sehari -menjadi sebuah gerakan dimana laki-laki mulai “membincangkan” keluarga berencana. Tahun ketiga, akan dilaksanakan di Indonesia pada tanggal 13 November 2015, bertepatan dengan kegiatan International Conference on Family Planning di Nusa Dua Bali. Diharapkan akan lebih banyak dokter, organisasi maupun masyarakat yang terlibat. Bersama kami berharap agar mempunyai pemahaman yang lebih baik mengenai vasektomi. An Act of Love Tema WVD 2015 adalah “An Act of Love” atau “Sebuah Wujud Kasih Sayang” Tema ini terinspirasi dari seorang bapak di Kab. Wonosobo Jawa Tengah. Di 9
Wacana
Jembawan 8 No 8, September 2015 sebuah desa yang sangat jauh dari keramaian kota, seorang suami memutuskan untuk vasektomi karena rasa sayangnya terhadapa istrinya. Dia merasa kasihan karena istrinya menggunakan beberapa metode kontrasepsi tetapi tidak cocok. “Saya tidak tega melihat istri saya mengeluh sakit dan tidak cocok menggunakan kontrasepsi, maka saya memutuskan untuk ikut vasektomi, biar saya saja yang KB” katanya dengan tulus.
Pertemuan dengan bapak beranak 4 ini terjadi pada bulan Januari yang lalu, dimana Dina Purita Antonio seorang jurnalis dan Kemal Jufri photographer sedang melakukan pembuatan case story tentang vasektomi untuk IPPF. Perjumpaan Dina dengan para laki-laki di Wonosobo yang tergabung dalam paguyuban Priya Utama inilah yang kemudian mempertemukan WVD dengan PKBI Jawa Tengah.** [Elisabet S.A Widyastuti]
Agenda World Vasectomy Day 2015 1. Roadshow Kampanye vasektomi kepada masyarakat luas, dengan roadshow keliling Bali menggunakan mobil pelayanan BKKBN tanggal 5 November 2015. 2. Siaran Radio dan TV Siaran dan talkshow di Radio dan TV lokal Bali dengan mengangkat tema peningkatan peran laki-laki dalam ber KB. 3. Video Pelayanan Akan dilakukan pelayanan vasektomi di Wonosobo pada tanggal 30 Oktober 2015 serta wawancara kepada calon peserta vasektomi mengenai kehidupan mereka dan latar belakang melakukan vasektomi. Video kegiatan ini akan diputar pada kegiatan ICFP dan WVD di Bali. 4. Auxilliary Event Kegiatan ini merupakan bagian dari ICFP 2015 di Nusa Dua Bali. Diselenggarakan pada tanggal 10 November 2015 di Uluwatu 1 jam 18.00-19.30 WITA. Merupakan pembukaan World Vasectomy Day yang diharapkan dihadiri oleh dokter, pakar dan pemangku kepentingan. Key note speech oleh Kepala BKKBN, dr. Surya Chandra Surapathy. 5. Pameran Di area ICFP akan di buka dua stand pameran vasektomi. Juga akan melakukan wawancara kepada peserta ICFP yang singgah ke stand untuk mengetahui pendapat mereka mengenai vasektomi. Selain itu, di depan gerbang utama BNDCC akan di pajang mobil pelayanan BKKBN untuk dipamerkan kepada peserta konferensi. 6. Puncak Acara WVD 2015 Akan diaksanakan pada tanggal 13 Noveber 2015 di Gianyar Bali. Kegiatan ini akan di siarkan langsung ke seluruh dunia (live-streaming). Selain itu juga akan dilakukan pelayanan vasektomi secara serentak di seluruh dunia, termasuk di Bali. **
10
Wacana
Jembawan 8 No 8, September 2015
MALE PARTICIPATION IN FAMILY PLANNING, IPPA CENTRAL JAVA CONTRIBUTION
Vasektomi oleh dr. Untung
BKKBN
2006 data show that there are 6.185.410 population at reproductive age in Central Java with 4.778.608 of them are using contraception. The most commonly used contraceptive method is injectable 50.96%, oral (pill) 18.43%, IUD 11.70%; implant 10.33% and female sterilization 6.20%. The other method is male sterilization accounts for 1.39% and condom 0.92%. The first five contraception methods are for female, while the last 2 methods is for male. The data portray that 2.22% of contraceptive users are men, while an overwhelming 97,78% are women. At national level the proportion is similar, meaning of most of contraceptive users are women. This is a far cry when compared to Japan. A 2002 data from JOICFP (Japanese organization for International Cooperation in Family Planning) show that condom use makes up 69.1%,
coitus interruptus 17.3%, followed by metoda puasa (abstinence), female sterilization, IUD, injectable, oral (pill), female condom and male sterilization. The data portray that male participation in Japan is higher than in Indonesia. It also show that Japanese are careful when it comes to the use of medication/drugs, including hormonal contraceptive method because they are aware of possible health impact that may emerge from long term use of the method without doctor’s supervision. This might explain the low utilization of oral (pill) and injectable in Japan. The public’s high awareness and knowledge on contraceptive methods also contribute to ensuring consistent contraceptive utilization among the users, regardless of the methods, what about Indonesia? There are a number of causes behind the low male participation in family planning, especially on contraceptive use. First of all is the fact that contraceptive industries globally, especially in Indonesia produce different methods for women, while for men, there is only condom. Second cause is the issues pertaining to the patriarchal society that have positioned women under men’s domination. For example, family planning is designed mainly to target women, effort are done to encourage them to be users. Thirdly is the limited access to information and services related to family planning for men. Specifically on 11
Jembawan 8 No 8, September 2015
Wacana
tra marital affairs as the possibility of unwanted pregnancy become insignificant, when in fact, such fear are groundless. On access to vasectomy services the number of service delivery points is very limited as it is unpopular, high risk and unprofitable, unlike contraceptive services for women that involve repeated applications every one or three months for injectable, similarly with pills and implants which Calon peserta vasektomi antre menunggu giliran dilayani. can bring in some profits to the condom use, Indonesia with less than 1 service providers. The number of health percent condom use needs to learn from workers with a capacity to provide vasecJapan with 69%. So far educative informa- tomy is also very limited. It is not feasition about condom as dual protector, often ble to allocate enormous fund required to give more emphasis to HIVAIDS preven- train doctors, nurses or midwife on vasection than ton family planning purpose. In tomy skill when this particular service is addition, the campaign on condom often unpopular. Those with the skill to carry intensifies the stigma that condom is more out vasectomy would gradually lose their appropriate for those frequent red light prowess, which would further lower the district. Japan seemingly stresses on edu- number of health workers competence to cation for women about their fertile period provide vasectomy services. and this is what Prof. Hiroshi Ogino has Aware of these facts, one of the volbeen doing for decades. The men sup- unteer at IPPA Central Java Chapter, the port spacing of pregnancy by using con- late Prof. Dr. Untung Praptohardjo SpOG doms during sexual intercourses when the pioneered the use of no scalpel vasectomy spouse is in her fertile period. in 1988 for local communities. The “no Male vasectomy, often referred to as scalpel” term was back then considered male surgical procedure (MOP), is often as technological revolution in medical likened to pengebirian (mutilation) that sector. Before the invention, vasectomy would result in importance, reduce sexual procedure was started with incisions and pleasure and reduces men’s stamina that in ended with stitches, which was one of the the end may affect men’s productivity and reasons why men were enthusiastic to vahence (daily) earning. There were some sectomy because they fear the procedure fears among women that male vasectomy may disrupt the function of reproductive may encourage their husbands to have ex- organ. Ever since the no scalpel vasecto12
Wacana
Mobil operasional PKBI Jateng my was first introduced, there had been a significant increase of men requesting for the service and a within one year period, the number of acceptors had reached 1000 people. The increase was also due to the fact that the no scalpel procedure only take 7-10 minutes, does not require hospitalization and uses only local anesthetic. The service was promoted trough penyuluhan (outreach for health information) to villages on VTP, those interested are registered and refered to Central Java PKBI center in Semarang to undergo the procedure. Prior to the procedure, a potential acceptor receive counseling, general health check and sign an informed consent. Until end 2006, the number of no scalpel vasectomy users in Central Java is 68.473 people, with 37.938 of them or (55.41%) are involved as trained volunteers for no scalpel vasectomy services at Central Java
Jembawan 8 No 8, September 2015 Chapter PKBI. Their motto for no scalpel vasectomy is “MESRA” (or intimate in English). A short for murah, efektif, sederhana, risiko rendah dan aman or cheap, effective, simple, low risk and save. Cheap: because the procedure is relatively cheaper compared to other contraceptive method and it’s for a long term use. Effective, faulted causes resulting in pregnancy can be significantly reduced to less than one case per 1000 acceptors. Simple, the equipment used is simple, it does not require high tech devises. Low risk, no reported cases of death resulting from the procedures. Safe, no side effect, insignificant cases of bleeding as a complication was reported. The late Prof. Dr. Untung Praptohardjo, SpOG once said that “the no-scalpel vasectomy service that he helped pioneered is an effort to protect women, even though women may not fully agree”. Increasing male participation in FP should not stop at their expression of commitment, but they too need to be involved as FP acceptors, which without a doubt would have a tremendous impact of the improved health of women. Women would be spared from the side effects or hormonal contraception which may emerge later in life. This is a simple step that needs to start at family level but will give enormous impacts in the future for Indonesia as a nation and a country. ** Note: This article has been published in PKBI Annual Report 2006 “Male Participation in Sexual and Reproductive Health and Rights”, p 12-14.
13
Jembawan 8 No 8, September 2015
Pojok Kespro
Apa dan Bagaimana
VASEKTOMI cukup; pasangan yang istrinya sudah sering melahirkan dan mempunyai penyakit yang membahayakan kesehatan serta pasangan yang telah gagal dengan cara KB yang lain. Vasektomi tidak diajurkan bagi pasangan muda yang baru menikah dan pasangan yang belum mempunyai anak. Bagaimana Cara kerjanya?
V
asektomi adalah tindakan operasi kecil, lebih sederhana daripada sunat. Vasektomi disebut juga sebagai kontrasepsi mantap pria atau MOP (Metode Operatif Pria). Tindakan ini bukan pengebirian (pembuangan buah pelir), karena setelah vasektomi laki-laki dapat tetap melakukan hubungan seks dan ejakulasi seperti semula. Air mani tetap dapat dikeluarkan, tetapi sudah tidak mengandung sperma lagi. Diajurkan untuk siapa? Vasektomi diajurkan untuk: pasangan yang sudah tidak ingin menambah anak; pasangan yang jumlah anaknya sudah
14
Operasi kecil vasektomi dilakukan dengan menutup saluran sperma dengan cara memotong dan mengikat saluran vas deferens. Operasi dilakukan dengan atau tanpa pisau, namun sekarang lebih banyak yang tanpa pisau. Ketika saluran sperma sudah ditutup, maka sperma tidak terdapat
Pojok Kespro dalam saluran air mani. Bibit sperma yang tidak keluar teserap kembali kedalam tubuh tanpa menimbulkan penyakit. Operasi dilakukan oleh dokter maupun tenaga kesehatan yang terlatih.Tindakan ini cepat, hanya 10-15 menit. Setelah operasi dilakukan, klien harus istirahat selama tiga hari dan tidak boleh bekerja berat. Bekas luka harus bersih dan kering selama 4 hari. Minum obat yang diberikan sesuai dengan petunjuk dokter, tetapi harus menggunakan cara KB lain terlebih dahulu selama kurang lebih 3 bulan atau memakai kondom selama 20 kali senggama. Diperkirakan sisa sperma yang masih tersisa di saluran sperma akan habis setelah melakukan senggama 20 kali. Untuk lebih yakin, dapat juga dilakukan pemeriksaan analisa sperma untuk mengetahui apakah sudah bersih atau belum. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter 1 minggu, 2 bulan dan 1 tahun setelah operasi. Apa kelebihan dan kekurangannya? Kelebihan cara vasektomi: jarang ada keluhan sampingan, kegagalan dengan cara ini hampir tidak ada dan tidak mengganggu gairah seksual. Vasektomi juga dikenal dengan istilah MESRA yaitu Murah, Efektif, Sederhana, Risiko Rendah dan Aman. Kekurangan vasektomi, pada beberapa laki-laki mungkin mengalami pembengkakan perdarahan dan infeksi. Jika ini terjadi segeralah menghubungi dokter. Penderita penyakit tertentu tidak dapat memilih cara
Jembawan 8 No 8, September 2015 vasektomi, antara lain : penderita hernia, kelainan pembekuan darah, penderita penyakit kulit atau jamur, atau peradangan di daerah buah zakar. Vasektomi juga tidak dapat melindungi klien dan pasangannya dari penularan infeksi menular seksual dan HIV/AIDS. Apakah bisa disambung kembali (reversal)? Secara medis vasektomi dapat disambung kembali atau reversal, namun tentunya dengan tingkat kesulitan yang tinggi dan belum tentu berhasil. Tindakan reversal dapat dilakukan oleh dokter spesialis urologi. Oleh karena itu, calon peserta vasektomi harus benar-benar mantap dan tidak ingin menambah anak lagi. Setiap klien yang meminta pelayanan vasektomi harus menandatangani inform consent. Dimana dapat mengakses layanan vasektomi? Bagi Anda yang menghendaki informasi tambahan maupun layanan vasektomi, silakan menghubungi Klinik Warga Utama PKBI Jawa Tengah, Jl. Jembawan no 8 Semarang 50145. Jam buka 08.30 sd 15.00 WIB. Telpon 024-7603503. Khusus hari Rabu, pelayanan vasektomi gratis. ** Sumber: Hak-hak Klien dan Pilihan Cara KB, PKBI, Jakarta, 2011.
15
Jembawan 8 No 8, September 2015
Reportase
KB Tak harus Perempuan! Sebuah Gerakan Laki-laki Peduli KB
Moch Syarifudin, Ketua Paguyuban Priyo Utama yang sekaligus perangkat desa Rekorsari, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
P
rogram Keluarga Berencana yang dilakukan oleh pemerintah merupakan upaya yang dilakukan untuk mengendalikan jumlah penduduk. Program tersebut mengendalikan jumlah penduduk dengan menjarangkan kehamilan dan mengatur jarak kelahiran. Program yang dipelopori oleh PKBI pada tahun 1957 fokus terhadap perempuan, bahkan hingga saat ini BKKBN sebagai instansi pemerintah yang menjalankan program masih menggunakan perempuan sebagai sasaran utama. Seiring berjalannya program KB, upaya pelibatan laki-laki semakin digencarkan.
16
PKBI Daerah Jawa Tengah sebagai LSM pelopor Keluarga Berencana sekaligus mitra BKKBN dalam pelaksanaan program gencar dalam melakukan promosi pelibatan dan keikutsertaan laki-laki. PKBI Cabang Kabupaten Semarang sebagai salah satu cabang PKBI yang aktif melakukan pendampinga ke tingkat desa dalam upaya menyehatkan masyarakat, selain mengangkat isu HIV dan AIDS juga mengajak masyarakat yang sudah memiliki keturunan yang cukup untuk mengakses layanan kontrasepsi tidak terkecuali laki-laki. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah di Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Kampanye untuk mengajak laki-laki mengakses layanan kontrasepi khususnya vasektomi menjadi target utama kegiatan. Ketua Paguyuban Priyo Utama yang sekaligus perangkat desa Bapak Moch Syarifudin menyampaikan, “KB tidak harus wanita, karena saya sadar wanita sangat rentan masalah kesehatan. Maka saya memutuskan untuk MOP”, terang bapak yang MOP pada tahun 1996 ini. Hal lain yang membuatnya melakukan MOP adalah efek yang dirasakan istri saat menggunakan kontrasepsi pil, suntik maupun susuk. Efek pemakaian kontrasepsi yang membuat mual, menstruasi tidak lancar dan berat badan bertambah membuat Syarifudin
Reportase
Jembawan 8 No 8, September 2015
Suasana pertemuan tingkat desa di desa Rekorsari, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. yakin untuk melakukan MOP agar istrinya tidak mengalami efek samping dari kontrasepsi yang digunakan. “…ya biar istri saya ndak gembrot dan tetap sehat”, Ungkapnya. Jumlah anggota paguyuban priyo utama pada saat ini 49 orang. Kampanye yang dilakukan oleh anggota priyo utama dalam mengajak laki-laki mau mengakses kontrasepsi bukan tanpa halangan. Pengalaman Syarifudin dalam melakukan sosialisasi adalah ditentang oleh tokoh agama setempat, pandangan yang berbeda membuat tokoh agama menolak keras dengan apa yang disuarakan Syarifudin dan kawan-kawan. “... lho saya itu pernah, baru sosialisasi pas pertemuan bapakbapak ditentang oleh ustad. Katanya tidak
usah KB-KB-nan, menolak takdir Tuhan. Saya baru kampanye biar mau MOP malah digitukan, saya lapor PLKB saja”, Ungkap Bapak empat anak ini. Namun hal ini tidak menyurutkan niat untuk terus mengampanyekan KB untuk laki-laki khususnya MOP. Hingga saat ini, Syarifudin dan anggota priyo utama masih mengampanyekan MOP dalam berbagai kesempatan yang ada. Pertemuan rutin RT, pengajian bapakbapak maupun pertemuan tingkat desa. Tujuannya agar laki-laki sadar bahwa KB bukan hanya urusan perempuan saja tetapi laki-laki bisa turut andil dengan menggunakan kondom atau melakukan MOP/ vasektomi.** [Dwi Yunanto] 17
Jembawan 8 No 8, September 2015
Laporan
IIWC PKBI Jawa Tengah
Jadi Tuan Rumah Penyelenggaraan Steps4Life
Prov Rumen, Putri, David dan Dania saat mengadakan Press Conference untuk menyampaikan kegiatan Steps4Life 7/10/2015.
B
erpatner dengan berbagai mitra lokal dan Internasional, IIWC PKBI Jawa Tengah terlibat dalam berbagai gerakan global untuk diangkat dalam nuansa lokal. Salah satu mitra IIWC PKBI Jawa Tengah adalah IIC (International Initiative for Cooperation) Bulgaria, yang menjadi Project Coordinators untuk STEPs4LIFE (Steps 4 Learning Innovation for Education). Program Steps4Life merupakan program ke tiga dari program “Steps”yang telah dimulai sejak enam tahun yang lalu. Steps yang pertama adalah “STEPs4NGOs” yang didahului dengan “STEPSin”. Tahun ini, IIWC PKBI Jawa Tengah menjadi tuan ru-
18
mah penyelenggaraan Steps4Life Training dengan dukungan dana dari Erasmus Plus. “Tujuan dari program STEPs4LIFE ini adalah untuk memperkaya metode pendidikan non-formal bersama pemuda dari enam negara mitra yang merupakan trainer di negara mereka.” Ungkap Dania Moehas, staf Program PKBI Jawa Tengah. Metode pendidikan nonformal ini dipercaya dapat meningkatkan kreativitas, mengembangkan diri, serta berkontribusi pada pembentukan karakter bidang profesional. Training di ikuti 13 pemuda dari 7 Negara (Vietnam, Filipina, Mexico, Bulgaria, Indonesia, Nepal serta Uganda),
Laporan
Jembawan 8 No 8, September 2015
untuk juga saling mempelajari best practice metode pendidikan non-formal dimasing-masing negara. Setelah rangkaian training selesai, diharapkan para trainer yang mengikuti pelatihan mampu mengembangkan metode mereka dan menciptakan multiplayer effect pada komunitas mereka. Training ini mendatangkan trainer dari Bulgaria, yakni Prof. Rumen Valchev (Open Education Centre Foundation, Bulgaria Majoring Sociology, Former Deputy of Ministry Para peserta pelatihan Steps4Life berpose bersama Education in Bulgaria) dan Virzhiniya sesaat setelah diterima audiensi oleh Rektor UPGRIS Semarang 6/10/2015. Tsekova Valcheva (Executive DirecPKBI Jawa Tengah sebagai Lembaga tor of HOPE Association), David Raigal (Vice President International Initiatives Swadaya Masyarakat yang berfokus pada pemenuhan hak kesehatan reproduksi for Cooperation Bulgaria) “I think there’s a mentality that one dan seksual memiliki berbagai program can only learn from schools or institu- untuk memberdayakan masyarakat agar tions, and anything outside of that is inva- masyarakat mampu meningkatkan kualilid, if not unreliable. And this is the kind tas hidup yang dimiliki. Pemenuhan Hak of mindset Steps4Life wants to change. kesehatan reproduksi dan seksual terThe project teaches us that anyone can masuk didalamnya adalah hak seseorang learn a thing or two outside the confines untuk menentukan pilihan yang terbaik of a classroom, and oftentimes, non-for- dalam hidupnya. PKBI Jawa Tengah mal education is even more efficient and memberikan non-formal education dalam strategic.” Kata Renz Homer Cerillo, dari bentuk program peer educator di sekolah, pendampingan / outreach di kaum marYSDA Filipina. Keseluruhan training dalam program ginal, pemberdayaan masyarakat, serta ini di adakan 3 kali di 3 negara yang ber- rumah pintar BangJo di Pasar Johar Semabeda, yaitu Mexico, Indonesia dan Vi- rang, dan Rumah Belajar IIWC di Tegaletnam. Acara puncak akan diadakan di rejo. Setelah kegiatan training ini, diharaBulgaria selama 15 hari untuk membahas pkan peserta dapat mengimplementasi dan mengkolaborasikan pendidikan non forkeberhasilan dan keberlanjutan program. Non-Formal Education oleh PKBI Jawa mal dan informal di Indonesia, khususnya di Kota Semarang.** [Dania Moehas] Tengah 19
Reportase
Jembawan 8 No 8, September 2015
PKBI Kunjungi Media Tak Kenal Maka Tak Sayang
Direktur PKBI Jateng, Elisabet S.A Widyastuti dan Puput Susanto, Koordinator Program Remaja siaran di Radio Elshinta Semarang, 5/9/2015.
M
edia massa adalah mitra strategis bagi PKBI untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas maupun kepada para penentu kebijakan. Olehkarenanya dalam rangka mengenalkan lembaga serta membangun jejaring dengan media masa baik cetak maupun elektronik, PKBI Jateng meluangkan waktu untuk mengunjungi beberapa media di Kota Semarang diantaranya Harian Umum Kompas, Radio Elshinta dan Semarang TV atau yang lebih dikenal dengan Cakra TV. Kunjungan di Harian Umum Kompas di Jalan Menteri Supeno no. 28-30 Semarang dilaksanakan pada hari Rabu 19/8.
20
Rombongan PKBI Jateng yang terdiri dari Direktur Eksekutif Daerah Elisabet S.A Widyastuti, Pelaksana Program Dania K. Moehas serta Relawan Pilar Adelia Ismarizha dan L. Nastiti Bandari Pratiwi disambut hangat Jurnalis Kompas Amanda Putri Nugrahanti di Ruang Rapat Gedung Kompas Grup lantai 2 tepat pukul 16.00 WIB. Selain mengenalkan sejarah PKBI serta beberapa program yang saat ini dilaksanakan oleh PKBI Jawa Tengah, sempat pula kami membincangkan kesehatan reproduksi remaja dan kondisi anak jalanan di Pasar Johar. Seperti yang pernah
Reportase di sampaikan, bahwa PKBI Jawa Tengah mempunyi program remaja yang disebut Youth Center Pilar (Pusat Informasi dan Layanan Remaja) ada pula Rumah Pintar BangJo yang mendampingi anak-anak di Pasar Johar. “Akses layanan kesehatan bagi remaja saat ini masih minim, terlebih karena minimnya informasi bagi remaja mengenai penyedia layanan, serta jam kunjung layanan yang kurang sesuai dengan kondisi remaja” demikian yang disampaikan Adelia Ismarizha ketika ditanya mengenai layanan bagi remaja. Menurutnya, yang juga ditegaskan oleh Elisabet, bahwa dibutuhkan layanan kesehatan yang ramah remaja (youth friendly services) terutama untuk pelayanan kesehatan reproduksi. Bahwa yang dimaksud dengan ramah tidak hanya sekedar memberikan senyum dan menyediakan fasilitas yang baik tetapi yang lebih penting adalah memahami remaja secara utuh dan bersedia memberikan layanan yang komprehensif. (Baca: Remaja Sulit Akses Layanan Kesehatan Reproduksi, Kompas, 22/8/2015). Dialog Interaktif di Radio Elshinta Kunjungan ke media juga dilakukan ke Radio Elshinta Semarang pada hari Sabut, 5/9 yang diterima langsung oleh Bapak Gatot, Pemimpin Redaksi Radio Elshinta. Dalam suasana cair dan penuh rasa kekeluargaan baik PKBI maupun Elshinta berusaha mengenalkan lembaganya masing-masing. Mengingat selama
Jembawan 8 No 8, September 2015 ini baik PKBI maupun Elshinta sudah sering bekerjasama, tetapi belum pernah bertatap muka. Pada kesempatan tersebut Direktur PKBI Jawa Tengah bersama Koordinator Program Remaja, Puput Susanto, diminta untuk siaran langsung, membahas tentang remaja dan tantangannya kedepan. Diskusi yang berlangsung kurang lebih 45 menit tersebut juga disambut dengan beberapa pertanyaan dan komentar dari pendengar. Seorang mashasiswi Fakultas Hukum Undip menanyakan, mengenai kegiatan advokasi yang dilakukan oleh remaja dan bagaimana bila ingin berperan untuk membantu remaja lainnya. Tanggapan lainnya berasal dari seorang ibu di Semarang yang menanyakan, bagaimana carana berkomunikasi dengan remaja, pendekatan seperti apakah yang efektif dalam memberikan informasi kepada mereka. Buah dari kunjungan yang kami lakukan pun menunjukkan hal positif. Serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh PKBI Jateng baik Pembagian 500 Kado untuk anak, Berbagi Kasih dengan anakanak Johar, Pemutaran Film dan kegiatan remaja lainnya juga diliput oleh Radio Elshinta. Selain itu PKBI Jateng juga diminta untuk menjadi narasumber untuk berbagai topik diantaranya menanggapi pesatnya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia, penanggulangan HIV/AIDS pada anak jalanan, serta beberapa hal lainnya. ** [Antonius Juang Saksono / Elisabet] 21
Remaja
Jembawan 8 No 8, September 2015
Belajar Bahaya Narkoba, Pilar Ajak PE Ke Rumah Damai
Maruli (insert) saat memaparkan pengalaman pribadinya di hadapan para siswa, guru dan relawan Pilar PKBI.
Gunung Pati (8/8). usat Informasi dan layanan Remaja (Pilar) PKBI Jawa Tengah bersama 40 peer educator (PE) dari enam sekolah di Kota Semarang telah melakukan kunjungan ke Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai pada Minggu 8/8 yang lalu. Keenam sekolah tersebut adalah SMA Kesatrian 1, SMA 14, SMA 8, SMK 9, MAN 1 dan SMK Ibu Kartini. Selain siswa, hadir pula para guru pendamping PE dari masing-masing sekolah.
P
22
Rumah Damai merupakan tempat rehabilitasi narkoba, yang tercatat sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor yang berdasarkan SK. KEMENSOS RI NO.36/ HUK/2013, beralamat di Kp. Cepoko RT.04 RW.I Kelurahan Cepoko Kecamatan Gunung Pati Semarang. Di areal yang cukup luas dan berhawa sejuk tersebut saat ini ada 51 orang laki-laki yang masih dalam proses rehabilitasi dari kecanduan narkoba. Menurut Maruli (35 tahun), mantan
Remaja bandar narkoba yang telah enam tahun tinggal di panti tersebut, penghuni panti paling muda berusia 16 tahun dan yang paling tua 56 tahun. “Pada dasarnya keterjerumusan setiap orang di dunia narkoba itu karena beberapa hal antara lain adanya tekanan teman supaya diterima dalam pergaulan, ingin tahu kayak apa sih rasanya, ingin mendapatkan suasana rileks atau mungkin dikerjain teman” demikian pemaparan Maruli di hadapan para siswa, guru dan relawan Pilar PKBI. “Pecandu narkoba dalam putaran waktu bisa menjadi pengedar dan bandar. Dan narkoba bisa memakan korban siapa saja. Apakah dia dewasa, remaja, kaya miskin, laki-laki perempuan, profesional pengangguran, terpelajar tidak terpelajar, politikus, orang awam, beragama maupun tidak beragama pokoknya semua orang” tambahnya. Bersentuhan dengan narkoba biasanya diawali dari merokok, dan akan meningkat ke alkohol serta ke narkoba, dan berdasarkan pengalaman perjalanan hidup setiap anak di Rumah Damai, kalau sudah terpikat dengan narkoba maka sulit sekali untuk melepaskan diri. Menurut Maruli, kebutuhan pecandu itu meningkat setiap periodenya dari hari ke hari, sehingga diperlukan uang yang tidak sedikit. “Bayangkan saja, pada waktu itu, 6 tahun yang lalu, per gramnya 800 ribu rupiah, dan sekarang sudah mencapai 6 juta rupiah! Maka menjadi pengedar dan bandar narkoba akhirnya menjadi pilihan guna mendapatkan uang yang lebih banyak lagi untuk memenuhi kebutuhannya”
Jembawan 8 No 8, September 2015 tutur Maruli. Meskipun ia pernah dipenjara tetapi kebiasaan itu tidak bisa lepas, justru di penjara menjadikan ia mendapatkan relasi dan pelajaran baru tentang narkoba. Banyak referensi yang menyatakan bahwa penyebab orang menggunakan narkoba adalah adanya rasa bosan, pelarian dan beban psikologis, namun dengan tegas Maruli menyatakan bahwa kurangnya perhatian dari orang tua adalah salah satu penyebab yang utama kenapa remaja terjerumus dalam dunia hitam narkoba. Berdasarkan data dari BNN, setiap hari di Indonesia 60 orang meninggal karena narkoba, sedangkan 22% pengguna narkoba adalah remaja. Mengapa hal itu terjadi karena remaja yang tumbuh dalam budaya instan akan lebih cepat mencari solusi terhadap permasalah yang dihadapi, baik masalah pelajaran di sekolah maupun permasalahan pribadi. Dan tidak disadari untuk menyelesaikan masalah diperlukan kesabaran, ketika kesabaran hilang dan tekanan dari luar diri remaja itu menghimpitnya maka narkoba menjanjikan solusi sesaat, ketika orang tua lengah. Usai pemaparan dari pembimbing Rumah Damai, dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk diskusi lebih dalam, maka para siswa dibagi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok didampingi perwakilan Rumah Damai yaitu Angga yang berasal dari Brastagi, usianya paling muda 16 tahun, Oki yang berasal dari Pangkalan Bun Kalbar serta Willfred dan Johan keduanya dari Jakarta. Dalam kelompok kecil ini para siswa lebih le23
Jembawan 8 No 8, September 2015
Remaja
Wall of 2nd Chance. Di dinding tertempel foto-foto mereka yang telah dinyatakan sembuh dari ketergantungan dan meninggalkan Rumah Damai.
luasa untuk mengajukan pertanyan, misalnya bagaimana proses akhirnya dapat menjadi pecandu, bagaimana tanggapan orang tua dan masyarakat, serta apa yang mendorong untuk akhirnya memutuskan berhenti mengonsumsi narkoba? Meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB, namun rasa saling memahami dan keakrapan yang telah terjalin antara siswa dan warga Rumah Damai menjadikan mereka tetap betah untuk tinggal di ruang pertemuan yang dipenuhi dengan foto-foto mereka yang telah dinyatakan sembuh dari ketergantungan dan meninggalkan Rumah Damai. Tertulis di dinding ruang tersebut Wall of 2nd Chance. Zulfa Nuurah Nadzifah salah satu siswa MAN1 menyampaikan kesannya bahwa bagaimanapun juga mereka yang tinggal di Rumah Damai ini adalah 24
bagian dari masyarakat kita yang dengan kesadaran penuh telah mengobati dirinya sendiri dan telah berbagi pengalaman selama setengah hari dengan para siswa. Untuk itu ia merasa bersyukur mendapatkan pengalaman dan informasi secara benar. Oleh sebab itu sebagai anggota PE di sekolahnya Zulfa akan bertekad untuk membagi pengalaman tersebut pada teman-temannya agar tidak ada korban narkoba lagi dikemudian hari. Sementara itu guru pembimbing PE SMK Ibu Kartini, Hery Sediahwati, menyampaikan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan dan peran Pilar PKBI Jateng atas bantuan dan kerjasamanya yang baik, sehingga para siswa dapat memetik buah pengetahuan baru dan tentu juga para guru pembimbingnya. ** [Antonius Juang Saksono/ew]
Anak
Jembawan 8 No 8, September 2015
Mengenalkan Dunia Kerja,
Rumpin BangJo Ajak 45 siswa Kunjungi Perusahaan Krapyak (8/10). Menumbuhkan mimpi dan memberi inspirasi pada anak-anak adalah salah satu tujuan dari Rumah Pintar BangJo. Kali ini, Rumpin BangJo mengajak 45 anak SD Al-Iman, mengunjungi PT Marimas. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada anak-anak tentang dunia kerja dan dunia usaha, yang mungkin selama ini belum pernah terbersit dalam pikiran mereka. Harapannya, kedepan anak-anak mempunyai semangat belajar yang lebih baik, dan mempunyai cita-cita yang lebih besar. Kunjungan di tempat industri ini baru pertama kali diselenggarakan oleh Rumpin. Ketika niat ini diutarakan ternyata disambut antusias oleh para guru SD AlIman. Sekolah yang terletak di dekat Pasar Johar ini sengaja dipilih karena sebagian besar dampingan Rumpin bersekolah di tempat ini. Sebanyak 45 siswa yang terdiri dari kelas 4,5 dan 6 didampingi oleh 6 orang guru berkesempatan berkunjung ke PT. Marimas. Dengan kendaraan sebuah bus yang disediakan oleh pihak Marimas mereka berhimpit-himpitan namun bahagia, ini kentara sekali sepanjang perjalanan dari SD Al-iman di Semarang Tengah sampai
di Kawasan Industri Gatot Subroto Semarang Barat mereka tetap saja ceria. Marimas Putera Kencana sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi makanan dan minuman (Food and Beverage) dengan produk utama adalah minuman serbuk. Mereka diterima di kantor utama Jalan Candi I / D-21 Kawasan Industri Candi Gatot Subroto Semarang 50146. Peserta kunjungan industri diterima di ruang Mawar, dengan ceria mereka disambut oleh tim management Marimas kak Yohanes dan Kak Gladys. Sembari melepas lelah mereka disodori beberapa pertanyaan apakah mereka mengenal produk marimas, apa saja sebutkan? Kata kak Gladis dengan senyum lembutnya. Sontak anak-anak mengacungkan jarinya saya kak, saya kak!, setelah terpilih salah satu dari mereka Dwi Ernawati menyebutkan marimas rasa anggur, marimas rasa jambu dan seterusnya, dan sebuah hadiah diterimanya, membuat teman-teman yang lain bersemangat untuk menjawab, termasuk pertanyaan siapakah pemilik Marimas juga terjawab. Dania Moehes, mewakili Direktur PKBI Jawa Tengah menyapaikan sambutannya serta memaparkan Rumpin BangJo ... lanjutan dari hal 29
25
Jembawan 8 No 8, September 2015
Anak
Mulia Anak Yang Baik: Dongeng Om Kempo di Pasar Johar
Om Kempo Anthaka mendongeng di depan anak-anak Pasar Johar pada acara Berbagi Kasih, Sabtu 19/9/2015 di Parkiran Pasar Johar lantai 5 Semarang.
C
erita ini adalah mengenai seorang anak perempuan yang bernama Mulia. Dia adalah anak yang baik ditunjukkan dengan sikapnya yang suka 26
membantu. Contohnya hari ini Mulia disuruh oleh ibunya untuk membeli kecap. Dia diberi uang 1000 rupiah oleh ibuya. Pada saat perjalanan untuk membeli kecap, di tengah jalan dia bertemu temannya yang bernama “Plentus”. Plentus saat itu berniat untuk berburu hewan yang ada didekatnya. Mulia melihat Plentus membawa ketapel untuk memburu kucing. Melihat hal itu Mulia segera menggagalkan niat Plentus, dengan mengambil peluru yang akan digunakan Plentus menembak kucing. Nah, karena ketapel Plentus tidak ada pelurunya maka tidak dapat digunakan, akhirnya kucing tersebut lari; Merasa gagal, akhirnya Plentus marah kepada Mulia. Dia kemudian mengambil uang Mulia lalu membuangnya. Plentus membuang uang Mulia tepat di depan Anjing; dan anjing tersebut bangun dari tidurnya dan mengejar Mulia, dia pun lari. Di saat dia lari ketemu Plentus, dan akhirnya mereka lari berdua menghindari kejaran anjing. Mulia lari dan masuk kedalam warung tempat dia mau membeli kecap, akhirya dia teringat untuk membeli kecap dan menunggu sampai anjing itu pergi. Singkat cerita pada saat Mulia dan Plentus dewasa, mereka bertemu pada sebuah restoran dan bercerita tentang masa
Anak
Jembawan 8 No 8, September 2015
tahu persoalan yang dihadapi anak-anak secara lebih utuh. Sehingga kedepan kami dapat menyusun program untuk membantu mereka dengan lebih tepat. Koordinator Rumah Pintar BangJo PKBI Jawa Tengah, Vivi Maryati, menyampaikan bahwa saat ini ada sekitar 80 anak jalanan dan anak pasar yang tingSelain dihibur dengan dongeng, anak-anak juga diajak ber- gal di sekitar pasar Johar, main dan bernyanyi. Relawan IIWC PKBI asal Jepang dan yang menjadi dampingannya. Checkoslovakia juga terlibat dalam kegiatan ini. Persoalan yang mendesak dihadapi mereka adalah kekecil yang dilaluinya, kini mereka sudah beradaan identitas mereka baik itu Akte berhasil menjadi pengusaha dan kaya serta kelahiran, KTP maupun Kartu Keluarga. bahagia. Kalau mereka bisa mendapatkan identitas tersebut pasti mereka akan lebih mudah *** mengakses pendidikan di sekolah negeri, Sepenggal cerita ini diceritakan dan beasiswa maupun layanan kesehatan yang digambar dihadapan sekitar 30 anak jala- disediakan oleh pemerintah. nan dan anak pasar Johar di Parkiran lantai Acara kegembiraan mendengarkan 5 Pasar Johar. Dikisahkan oleh Om Kem- dongeng dan bernyanyi untuk anak-anak po Anthaka seorang pendongeng asal Se- tersebut dilengkapi dengan pemberian marang pada acara “Berbagi Kasih” yang boneka, mainan anak-anak, alat tulis dan diselenggarakan Rotary Satelite Club 50 pasang sepatu sekolah. Turut hadir dan of Kunthi Pandawa dengan Anak-anak menyaksikan acara tersebut Direktur EkJalanan Pasar Johar Semarang, berker- sekutif PKBI Jateng Elisabet SA. Widyasjasama dengan Rumah Pintar Bangjo tuti dan beberapa relawan luar negeri yang PKBI Jateng. Dalam acara berbagi kasih turut bergabung dari Jepang dan Checoslotersebut Pengurus Rotary Ir. Lina Surat- vakia yang tergabung dalam Indonesia Inman ditemui dilokasi acara menyatakan ternational Workcamp (IIWC)-PKBI. ** sangat gembira dapat berbagi dan men- [Antonius Juang Saksono] gunjungi anak-anak jalanan tersebut, selain kami dapat mengenal lebih dekat juga 27
Jembawan 8 No 8, September 2015
Remaja
Nobar di E-Plaza Peringati
International Youth Day 2015 “.... bagi remaja, tolong optimalkan dan dayagunakan saat remaja sebaik-baiknya. Maksimalkan untuk berkiprah dan berkarya nyata. Optimalkan untuk meraih prestasi. Kalian semua adalah generasi penerus bangsa, generasi yang akan melanjutkan tegak dan kokohnya NKRI. Jadi kendalikanlah dirimu, rencanakan kehidupanmu secara matang dengan cara berfikir logis dan kritis, perkuat keimanan dan ketaqwaan, carilah ilmu se-tinggi bintang di langit, supaya kalian bisa bahagia dan sejahtera lahir maupun batin. Dengan tekad yang kuat, semangat yang membara untuk kehidupan yang lebih baik, kalian harus mendayagunakan masa remaja untuk berfikir, bertutur kata dan berbuat yang baik sesuai potensi, bakat, minat dan kemampuan masing-masing. Sekarang tinggal bagaimana kalian membuktikannya sebagai remaja yang hebat. No sex, no narkoba!” Itu adalah penggalan penutup pada pidato kunci Gubernur Jawa Tengah pada Hari Remaja Internasional 12 Agustus 2015, yang dibacakan oleh Kepala B3AKB Provinsi Jawa Tengah Sri Kusuma Astuti di Teater 1 E-Plaza Bioskop Simpang Lima. Hadir 150 remaja, siswa dan guru pada saat acara Pemutaran film Selamat Menempuh Hidup Baru karya Dinda Kanya Dewi. Acara yang diga28
gas oleh Pilar PKBI Jateng Rabu (12/8) pukul 09.00 WIB, meskipun gratis untuk menonton film tersebut, tetapi mereka yang berkesempatan menonton harus mengakses dan mendaftar melalui Pilar PKBI Jawa Tengah, +6285697436379, Jalan Jembawan Raya, No 8-12
[email protected], menurut Tiwi relawan yang menggawangi acara tersebut. Usai nonton bersama para remaja menyerahkan surat cinta “Stop Perkawinan Anak” sebagai ungkapan serius dan bukti kepeduliannya terhadap permasalahan yang dihadapinya. Surat cinta stop perkawinan anak, beserta kain rentang yang ditandangani oleh remaja dan masyarakat disusun pada aksi jalanan di seputar Simpang Lima dan Jalan Pahlawan sehari sebelum acara pemutaran film tersebut. Hal ini merupakan bentuk kepedulian dan ketidaksetujuan atas UU No 1 tahun 1974, yang mengijinkan anak perempuan kawin pada usia 16 tahun. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya perkawinan anak di Indonesia yang menduduki peringkat ke-2 se-ASEAN setelah Kamboja (UGM). Selain itu fakta juga menunjukkan bahwa 1 dari 5 anak perempuan Indonesia telah kawin sebelum usia 18 tahun, 27,84% perempuan di Jawa Tengah menikah di bawah usia 16 tahun (BKKBN,2013). Di Semarang jumlah
Remaja kasus pemohon dispensasi nikah di bawah 16 tahun selalu meingkat selama 4 tahun terakhir . Tahun 2010 tercatat 48 kasus; tahun 2011 sebanyak 60 kasus, tahun 2012 sebanyak 81 kasus dan tahun 2013 sejumlah 94 kasus (Data Pengadilan Agama Kota Semarang). Selain itu UU perlindungan anak menjelaskan bahwa yang dimaksud anak itu adalah siapa pun yang berusia di bawah18 tahun. Oleh karena itu, pernikahan usia 16 tahun jelas melanggar UU perlindungan anak. Melalui film Selamat Menempuh Hidup Baru tersebut, remaja SMA yang di-
Jembawan 8 No 8, September 2015 perankan oleh Rachel Amanda ini di paksa oleh kedua orangtuanya karena dia menjadi korban kekerasan seksual. Film tersebut juga menggambarkan perasaan remaja yang sebenarnya menginginkan hak-hak kesehatan reproduksinya terpenuhi. Usai penayangan film, dilakukan dialog untuk mempertajam pemahaman dan hak-hak remaja, yang disambut dengan baik. Selain media film, advokasi juga dilakukan menggunakan media foto. Photovoice, yang merupakan karya anak-anak remaja dipamerkan pada saat sesi makan siang. ** [Antonius Juang Saksono]
... lanjutan dari hal 25
dan aktivitasnya dalam mendampingi anak pasar dan anak-anak jalanan sebagai upaya untuk mengangkat harkat dan mengupayakan pemenuhan hak anak atas kesehatan dan pendidikan, khususnya pada anak yang masuk dalam kategori PMSEU (poor, marginalized, social excluded, dan under seved). Usai melepas lelah, acara dilanjutkan dengan melihat pada unit produksi, sekali lagi anak-anak tambah bersemangat dan setelah menempuh beberapa perjalanan dengan bus sampailah di unit produksi. Ada ketentuan demi menjaga kebersihan setiap peserta harus menggunakan jas putih, penutup kepala dan masker, selain itu sepatu juga telah disediakan pihak Marimas. Mulailah mereka melihat unit pengolahan sampai dengan unit pengepakan. Sebelum anak-anak dan guru SD Al-iman mengakhiri kunjungannya diceritakan juga oleh kak Gladys tentang sejarah dan perjalanan PT. Marimas, Berawal dari perusahaan home industri yang awalnya dikelola dengan sistim manajemen keluarga saat ini telah berkembang menjadi perusahaan berskala nasional dengan distribusi produk meliputi seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri. Salah satu produk utama yang dihasilkan adalah minuman serbuk dengan rasa buah tropis dengan merek MARIMAS yang merupakan produk dengan varian rasa terbanyak di Indonesia. Akhirnya mereka puas atas kunjungan industri tersebut, Ratih dan kawan-kawan relawan PKBI Jateng di Rumpin BangJo sebagai pendamping kunjungan mengucapkan terima kasih semoga kerjasama yang dibangun tetap terjalin dengan baik setelah menerima sebuah foto bersama yang dipigura dari pihak Marimas.** [A Juang Saksono]. 29
Jembawan 8 No 8, September 2015
Remaja
Stop Perkawinan Anak,
PKBI Siaran di Cakra Semarang TV
Suasana sesaat setelah siaran langsung di Cakra Semarang TV, Jumat 18/10. (Ki-Ka) Natasha Gaby, Elisabet S.A Widyastuti, Laurentia Nastiti dan Agung.
B
ukit Puncak (18/8), Dalam rangka mengembangkan informasi dan layanan PKBI Jawa Tengah baik di media masa, cetak maupun Elektronik, (Pusat Informasi dan Layanan Remaja) PKBI Jateng berkesempatan menjadi nara sumber pada acara Talk Show Program Bangun Praja yang ditayangkan langsung di Cakra Semarang TV.
30
Remaja Acara yang ditayangkan selama 60 menit di mulai tepat pukul 17.00 WIB, di Studio Cakra Semarang TV, Jl. Bukit Puncak II no. 8 Ngesrep Gombel Banyumanik Semarang. Mengetengahkan topik “Stop Perkawinan Anak”. Hadir sebagai narasumber Elisabet S.A. Widyastuti, SKM, MKes Direktur Eksekutif PKBI Jateng, Laurentia Nastiti Relawan Pilar dan Pengamat dan Praktisi Hukum Agung, SH. Dipandu presenter Nadira Gabby. Sebelum acara dimulai nara sumber dan presenter melakukan diskusi kecil untuk menyamakan persepsi dan mempelajari materi dan pertanyaan yang akan disampaikan di depan kamera saat on air. Hal ini penting karena acara talk show live, tidak mungkin di koreksi karena acara berjalan sesuai dengan schedule yang telah ditentukan oleh Manager Program. Setelah semuanya dirasa siap, para nara sumber diajak menuju studio siaran, diawali dengan beberapa pertanyaan hangat di tengah masyarakat kaitannya dengan perkawinan anak, menjadi topik dan polemik yang perlu diurai. Meskipun menurut WHO anak adalah siapa pun yang berusia di bawah 18 tahun, namun berdasarkan UU No.1 tahun 1974, seseorang diperbolehkan menikah pada usia 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki. Hal itu berarti negara mengijinkan adanya perkawinan anak. Data yang tercatat di Kementrian Agama Kota Semarang, pasangan pemohon dispensasi nikah di bawah usia16 tahun selama 4 tahun terakhir ini meningkat. Tahun
Jembawan 8 No 8, September 2015 2010 tercatat 48 kasus, 2011 sebanyak 60 kasus, tahun 2012 sebanyak80 kasus dan tahun 2013 sebanyak 94 kasus. Pada tayangan tersebut, dijelaskan oleh Elisabet bahwa selain persoalan perkawinan, anak juga rentan terhadap kekerasan. Fenomenanya bervariasi dan kadang-kadang kita dibuat tercengang. Betapa memprihatinkan ketika anak 12 tahun menjadi korban perkosaan dan pelakukan adalah orang-orang terdekat, bisa paman, ortu, tetangga dan lain sebagainya, dengan sebab yang kadang sangat simpel. Sayangnya banyak korban yang tidak berani mengatakan atau melaporkan, tahu-tahu sudah hamil. Apalagi di usia 1213 tahun secara fisik anak belum siap untuk hamil, karena dia sendiri masih pada tahap tumbuh kembang. DampakPerkawinanAnak Apa dampak dari perkawinan anak? Tanya presenter cantik, Nadira. Perkawinan anak dapat memberikan dampak kesehatan, psikologis, sosial dan ekonomi. Dari sisi kesehatan anak di bawah usia 18 tahun belum siap secara fisik untuk hamil, melahirkan dan seterusnya. Sehingga toh kalau dia hamil dan melahirkan akan berisiko terjadi perdarahan dapat berpotensimenyebabkan kematian ibu maupun bayi. Anak yang dilahirkan juga berpotensi mengalami kekurangan gizi. Dari perspektif psikologis, ketika pacaran anak membayangkan sebuah pernikahan itu hanya bagian yang indahindah saja. Kadang mereka tidak men31
Jembawan 8 No 8, September 2015 yangka ternyata bahwa dalam pernikahan juga banyak persoalan yang mungkin dia ami. Secara psikologis anak tidak siap untuk menjadi orangtua, bahkan dapat pula menjadi depresi. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap anaknya yang akan diasuh. Dari segi ekonomi, karena anak-anak yang seharusnya masih dalam masa belajar tetapi dia akhirnya menikah, otomatis dalam persaingan untuk mendapatkan pekerjaan tentu dia akan tidak sepandai orang-orang yang sudah mempersiapkan dirinya dengan sebaik-baiknya. Hal ini tentunya akan meneruskan mata rantai kemiskinan. Dari sisi sosial, anak-anak adalah masa tumbuh kembang, saatnya mereka belajar dan mempersiapkan diri untuk mejadi insan dewasa. Pada masa inilah anak akan mencari jati dirinya. Teman sebaya adalah panutan bagi mereka. Maka ketika teman sebayanya masih menikmati pendidikan di bangku sekolah tetapi dia tinggal di rumah, hamil, melahirkan, mengurus anak dan rumah tangga, Hal ini dapat menimbulkan rasa malu, kurang percaya diri dan bahkan depresi. Bonus Demografi Dalam sekala besar Indonesia sendiri tahun 2020-2030an akan mengalami komposisi kependudukan dimana jumlah penduduk usia produktif akan menjadi besar dibanding dengan penduduk usia non produktif. Kondisi tersebut merupakan peluang kalau kualitas penduduknya bagus, 32
Remaja tetapi kalau penduduknya menikah di usia muda dengan dampak seperti itu otomatis apakah bonus itu akan kita terima dengan baik? Bila sebaliknya maka akan menjadi bencana. Ini juga harus dipikirkan, sepertinya sepele tetapi masa depan bangsa secara global akan mengalami dampakdampak ini. Sementara itu praktisi dan pengamat Hukum Agung, SH menggarisbawahi bahwa peran orang tua, guru, masyarakat serta negara menjadi sangat penting, meskipun pemberlakuan atas hukum terhadap setiap warga negara, namun persoalan perkawinan anak yang terjadi di Jawa Tengah yang pernah ditangani di Kota Pati, bahwa hukum bagi orang yang berduit menjadi tumpul dan bagi orang miskin hukum menjadi tajam, apalagi menyangkut perkawinan anak yang dilatarbelakangi masalah ekonomi perlu mendapatkan keadilan yang lebih baik. Sementara itu Nastiti Bandari Pratiwi relawan Pilar yang akrab dipanggil Tiwi, menyampaikan dalam kurun waktu keterlibatannya di Pilar, banyak sekali yang ditemui persoalan remaja yang mengemuka dan Pilar sampai saat ini menjadi teman curhat yang menyenangkan. Ini karena relawan Pilar juga teman sebaya yang telah mendapatkan pelatihan tentang kesehatan dan reproduksi. Sehingga kita sangat menyadari untuk menjadi dimensi penguat bagi sesama remaja. Selain itu juga pengalaman tampil di layar kaca Cakra Semarang TV menjadi bagian kegembiraan tersendiri. ** [Antonius Juang Saksono]
Jembawan 8 No 8, September 2015
Remaja Peringati WSHD,
PKBI Kab. Semarang Selenggarakan Seminar Stop Perkawinan Anak dinator program remaja Sekar PKBI Cabang Kabupaten Semarang dalam kata sambutannya menyampaikan bahwa keprihatinan yang dirasakan sebagai remaja terhadap apa yang dialaminya dijawab dengan sikap yang arif dan edukatif. Oleh sebab itu seminar ini diselenggarakan sebagai upaya pemenuhan hak remaja Suasana Seminar Upaya Pencegahan Perkawinan Anak yang dise- atas informasi kesehalenggarakan di Hotel C3 Kab. Semarang 19/9/2015. tan reproduksi yang beUngaran (29/9), nar. Gayung bersambut dr. Umi Rahardja, alam rangka memperingati hari MM pengurus Cabang PKBI Kabupaten World Sexual Health Day (WSHD) Semarang dalam pengantarnya mengata2015 PKBI Cabang Kabupaten Semarang kan bahwa meskipun di Kabupaten Semelalui Youth Centre Sekar menyeleng- marang bisa dikatakan ndeso, tetapi perlu garakan Seminar Pencegahan Perkawinan diwaspadai karena sepanjang Ungaran – Dini. Bertempat di Hotel C3 lantai 3 Un- Karang Jati ada 5 anak yang terinfeksi HIV, garan sebanyak 150 perserta yang terdiri yang diakibatkan oleh hubungan sejenis dari kalangan mahasiswa, lembaga kes- (LSL), dan yang sangat memprihatinkan ehatan, KBPP, Guru, Bidan dan tenaga mereka itu masih duduk di bangku SMP. kesehatan serta pengurus PKK Kecamatan Selain itu juga diingatkan khsusnya para hadir pada acara tersebut. remaja perempuan bahwa jangan kaget! Panitia penyelenggara Agustinus Pris- Kalau mau menikah harus siap menjadi dea Uqi R. yang menjabat sebagai koor- babu (Jawa: pembantu), meskipun kita ini
D
33
Jembawan 8 No 8, September 2015 sudah kerja, sudah mapan tetapi pekerjaan domestik di dalam rumah tangga kerap hanya menjadi beban perempuan. Nah, apalagi kalau mereka menikah dini, secara usia organ reproduksinya tentulah belum siap. Secara psikologis pun tentunya belum siap. Faktanya, di Ambarawa anak usia 12 tahun melahirkan melalui operasi, anak-anak kok punya anak. Meskipun pengantar yang disampaikan oleh dr. Umi itu menggelitik kita, tetapi itu yang terjadi di lapangan mungkin juga di sekitar kita dan realitanya demikian. Harapannya seminar ini akan memberikan strategi solusi bagi peserta seminar untuk berperan pencegahan pernikahan dini. Seminar yang menghadirkan tiga pembicara masing-masing Direktur Eksekutif PKBI Jawa Tengah Elisabet SA Widyastuti, SKM, M. Kes, Kemenag. Drs. H. Sutejo Bajuri, MH.MPd.I, dan Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (KBPP) Dra. Romlah. Dalam paparannya apa yang terjadi di Jawa Tengah tentu menjadi bagian dari Nasional, Elisabet SA Widyastuti, merujuk pada hasil studi kualitatif Perkawinan Anak Indonesia tahun 2014 yang mengambil sampel di Lampung, DKI Jakarta,Sukabumi, Semarang, Sulawesi Utara, NTB, Kalimantan Selatan dan Banyuwangi yang dilakukan oleh Fisip UI dan Seperlima. Pada paparan tersebut disodorkan 7,3 juta perempuan berusia di bawah 15 tahun 2 juta diantaranya telah menjadi ibu muda setiap tahunnya bila hal 34
Remaja ini tidak dicegah maka pada tahun 2030 kelahiran dari ibu berusia dibawah 15 tahun akan meningkat menjadi 3 juta pertahun. Dengan demikian akan menimbulkan masalah yang komplek dikemudian hari. Data Riset Kesehatan Dasar 2013 tercatat perempuan 10-54 tahun 2,6 % menikah di usia kurang dari 15 tahun dan 23,9 % menikah pada usia 15-19 tahun. Ini berarti 26% anak di bawah umur telah menikah sebelum fungsi-fungsi alat reproduksinya berkembang secara optimal. Sementara itu di kota Semarang terjadi peningkatan permohonan dispensasi menikah di bawah 16 tahun, sebagaimana dicatat di Pengadilan Agama ada tahun 2013. Dari tahun ke tahun peningkatan permohonan dispensasi terjadi tahun 2010 sebanyak 48 pemohon, tahun 2011, 60, tahun 2012, 80 dan tahun 2013 sebanyak 94. Meskipun pernikahan dengan dispensasi harus mengisi form N5 dari pengadilan agama, tetapi kadang orang malas untuk mengurus form N5 tersebut, maka yang terjadi adalah nikah di bawah tangan atau nikah siri. Bahkan disiasati dengan memalsukan KTP. Nah, kalau mereka melakukan nikah siri dan pemalsuan data KTP berarti tidak termasuk data yang dicatat oleh pengadilan agama. Itu artinya realita di lapangan jauh lebih besar. Dalam keadaan demikian apakah kita akan membiarkan keadaan tersebut terus terjadi? Tentu tidak! Oleh sebab itu apa yang telah dan terus dilakukan oleh PKBI Jawa Tengah mengupayakan sikap yang strategis untuk mencegah hal tersebut dengan mengavokasi peman-
Remaja gku kepentingan dan mengedukasi remaja. Kepala Badan KBPP Romlah, yang lebih banyak menangani kasus-kasus di lapangan mengingatkan kita semua sangat menyadari dan tidak bisa menuntut kemampuan bumi untuk menyediakan yang diharapkan oleh manusia penghuninya. “Kemampuan bumi terbatas, maka jumlah penduduk perlu dikendalikan. Mungkin pasangan mampu mendidik dan membiayai anak banyak. Tapi perlu diingat, tanah ini terbatas dan udara tidak ada yang jual” ungkap Dra. Romlah berapi-api, mengingatkan kita akan pentingnya pengaturan kelahiran. “Ya, saya percaya bahwa anak itu adalah rejeki dan itu kehendak Tuhan, tetapi sebagai manusia kita tidak boleh tinggal diam, harus berusaha untuk mengaturnya” tambahnya untuk menanggapi bahwa banyak pandangan bahwa anak adalah anugerah Tuhan sehingga tidak perlu pembatasan. Akibat dari tidak terkendalinya kelahiran bayi, dari segi jumlah kita menduduki urutan ke 4 dunia, dengan pertumbuhan 1,49% dan dari segi kualitas kita menduduki urutan 124 dari 187 negara, coba bayangkan itu artinya kita termasuk dari masyarakat yang tidak terdidik dengan baik. Dibandingkan dengan Malaysia dari 1 juta orang yang mengenyam pendidikan sampai ditingkat doktoral sebanyak 580 orang sementara kita hanya 98 orang, belum pendidikan bagi remaja. Nah, kalau perkawinan dini terus terjadi maka apalah jadinya dan bumi kita berpijak pasti tak sanggup untuk memenuhi kebutuhan
Jembawan 8 No 8, September 2015 pengguninya. Oleh sebab itu kita harus tegas untuk mencegah perkawinan dini dan mengendalikan kelahiran bayi. Kemenag, Bajuri juga mengingatkan bahwa, meskipun agama mengijinkan pernikahan pada usia tersebut, tetapi semuanya terletak pada pemahaman dan perencanaan kehidupan berkeluarga yang baik dan sejahtera tentu ini tidak lepas dari unsur pendidikan. Semakin tinggi pendidikan yang dikenyam maka setiap orang akan merencanakan kehidupannya jauh lebih baik dan hati-hati. Karena syarat dan rukun perkawinan dalam agama Islam sudah menentukan yang salah satunya adalah pernikahan tidak dalam paksaan. Oleh sebab itu agama menjadi pedoman untuk menciptakan keluarga yang bahagia. ** [Antonius Juang Saksono].
Proficiat Keluarga Besar PKBI Jawa Tengah
mengucapkan SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU kepada LATIFAH RODJA dan ITSNAINI MARDLOTILLAH (Staf IIWC PKBI Jateng)
yang melangsungkan akad nikah pada tanggal 23 Juni 2015 Semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah.
35
Jembawan 8 No 8, September 2015
Remaja
Dialog Remaja dengan BKKBN Provinsi Jawa Tengah “Adakah layanan kontrasepsi bagi remaja?”
Ibu Ratih Dinawati, didampingi oleh Pak Aan Supardan dan Agung Ifnu Prakoso, memberikan sambutan untuk mengawali dialog dengan remaja, Senin 21/9 di BKKBN Provinsi Jawa Tengah
“I
bu, kami meyakini bahwa sesungguhnya banyak remaja yang berperilaku baik, berprestasi dan kreatif. Kepada merekalah pendidikan reproduksi dan seksual perlu diberikan, agar mereka tidak berperilaku berisiko. Tetapi, pada kenyataannya ada sebagian remaja yang sudah melakukan hubungan seksual dan berperilaku berisiko. Bagaimana pendapat ibu tentang hal ini, apakah pemerintah akan menyediakan layanan bagi mereka, bila ya seperti apa bentuknya?” begitulah salah satu pertanyaan yang diajukan oleh
36
perwakilan remaja yang hadir pada pertemuan Dialog Remaja Bersama Kepala BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Senin, 21/9/2015 di Ruang Pertemuan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Jl. Pemuda 79 Semarang. Dialog Remaja dengan Kepala BKKBN Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu praktik advokasi. Karena Kepala BKKBN sedang berhalangan, maka rombongan disambut oleh Ibu Ratih Dinawati, Kasubid Kespro dan Bapak Aan Supardan, keduanya ber-
Remaja
Jembawan 8 No 8, September 2015
Para remaja dan berpose bersama seusai dialog dengan perwakilan BKKBN 21/9 yang lalu.
tugas mengembangkan program kesehatan reproduksi remaja di Jawa Tengah. Dalam dialog tersebut, diawali dengan paparan dari BKKBN tentang kesehatan reproduksi dan program PIK KRR kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab. Pada kesempatan tersebut para peserta aktif bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Selain pertanyaan diatas, ada pula pertanyaan tentang apa saja upaya BKKBN dalam menekan perkawinan anak, mengingat kasus perkawinan anak di Jawa Tengah termasuk tinggi. Terkait pertanyaan ini, Pak Aan menjawab bahwa BKKBN telah melakukan berbagai upaya PUP (Pendewasaan Usia Perkawinan) yang menekankan pada cukup dua anak, hindari 4 terlalu (terlalu muda, terlalu dekat, terlalu banyak dan terlalu tua). Juga bekerjasama dengan KUA untuk kursus persiapan perkawinan. Pertanyaan lain yang sempat membuat perwakilan BKKBN sulit menjawab adalah ketika diminta pendapat terkait dengan Rancangan KUHP pasal 481 yang berbunyi “Setiap orang yang tanpa hak
secara terang-terangan mempertunjukkan suatu alat untuk mencegah kehamilan, secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan atau secara terang-terangan dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjukkan untuk dapat memperoleh alat pencegah kehamilan tersebut, dipidana dengan pidana denda paling banyak sesuai kategori I, yaitu sanksi denda sebesar 10 juta” Hal ini sangat rentan akan terjadinya kriminalisasi terkait kontrasepsi. Dialog tersebut merupakan rangkaian kegiatan pelatihan yang diselenggarakan Youth Center Pilar guna mencetak pegiat remaja. Pelatihan peningkatan kapasitas bagi youth leader ini diselenggarakan pada tanggal 19-22 September 2015. Kegiatan yang diikuti oleh 25 remaja dari Kota Semarang, Kab. Semarang, Surakarta, Pati, Grobogan dan Batang ini terdiri dari beberapa bagian baik teori maupun praktik. Pada hari pertama peserta belajar memahami remaja dan persoalannya. Pada hari kedua peserta mengarrange kegiatan seminar dan hari ketiga praktik advokasi.** [Lisa] 37
Jembawan 8 No 8, September 2015
Reportase
Launching Ruang Belajar Online
Kespro Remaja
Elisabet S.A Widyastuti, Direktur Eksekutif PKBI Jawa Tengah, memberikan sambutan pada Pembukaan Launching Ruang Belajar Online, Minggu 13/9 di PKBI Jawa Tengah.
Minggu (13/9) usat Informasi dan Layanan Remaja (Pilar) PKBI Jawa Tengah bekerjasama dengan 10 Perguruan Tinggi dan 6 Sekolah Menengah Atas di Kota Semarang melalui jejaring Peer Educator (PE), berkesempatan meningkatkan kapasitas PE dan remaja dengan penyelenggarakan
P 38
seminar “Kesehatan Reproduksi Remaja, Tantangan dan Solusinya” serta launching Ruang Belajar Online Kespro Bagi Remaja. Fajar Muhtadin relawan yang membidangi IT dan media, juga koordinator acara Launching ruang belajar online, menyampaikan bahwa Ruang belajar online
Reportase bisa diakases dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Alamat website yang bisa dikunjungi di antaranya sukaremaja.or.id, pkbijateng.or.id, dan sobatask.net. Kenapa kamu perlu ruang belajar online? Gadget sekarang sudah menjadi bawaan setiap remaja di Indonesia. Data penggunaan gadget di kalangan remaja yang pernah diteliti oleh PILAR, 933 responden menggunakan smartphone dan 660 responden menggunakan handphone konvensional. Sudah banyak remaja yang mengakses informasi tentang kespro dan HIV, mereka mengakses via website bukan lewat sosmed. Fakta di balik informasi yang sering diakses oleh remaja via website yang mengarah ke hal-hal negatif tentang kespro. Solusinya, adanya ruang belajar tentang kespro dan keremajaan dengan alamat sukaremaja.or.id untuk Jawa Tengah dan sobatask.net untuk nasional. Secara simbolis Direktur Eksekutif PKBI Jawa Tengah Elisabet SA Widyastuti, SKM, M. Kes, me-launcing sobatask. net dengan mengeklik web. sobatask.net sebagai tanda ruang belajar online sudah dapat diakses oleh remaja Jawa Tengah khususnya. Di hadapan 70 remaja dan guru yang hadir untuk belajar mengakses ecourse sobatask.net dan sekaligus sebagai peserta seminar, Elisabet menyampaikan bahwa ruang belajar ini merupakan media alternatif untuk memberikan edukasi kepada remaja, mengingat saat ini sebagian besar remaja adalah pengguna internet. Peserta seminar ini berasal dari berbagai daerah tidak hanya dari Kota Semarang,
Jembawan 8 No 8, September 2015 tetapi ada juga dari Grobogan, Pati, Solo, Batang dan Kabupaten Semarang. Elisabet juga menyampaikan bahwa berbicara tentang remaja itu tak akan pernah selesai, banyak masalah dan tantangan yang akan dihadapi. Pedulikah kalian para remaja tentang kespro? Sudahkah kalian para remaja menginfokan kepada temanteman tentang kespro di sekolah maupun di kampus? Berbagai macam persoalan remaja terjadi di sekitar kita; Seperti kehamilan yang tidak diinginkan, pernikahan anak, HIV, narkotika dan lain-lain. Lalu, bagaimana peran Bapermasper KB dan peran Puskesmas untuk mengatasi masalah-masalah remaja seperti di atas? akan dibahas pada seminar nanti. PILAR telah melaunching media belajar online. Kenapa online? Perkembangan remaja yang sering mengakses internet di berbagai tempat, mudah, efisien, praktis. Oleh sebab itu marilah kita manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dan nikmatilah masa remajamu dengan hidup sehat. Usai peluncuran ruang belajar online dilanjutkan dengan pemutaran video perkenalan tentang sobatask.net dan tata cara untuk mengakses informasi yang tersedia bagi remaja. Seminar Kesehatan Reproduksi Remaja, Tantangan dan Solusinya Melengkapi informasi dan pembelajaran pada remaja dilanjutkan dengan seminar yang masih terkait dengan remaja dan tantangannya. Hadir sebagai nara sumber 39
Jembawan 8 No 8, September 2015
Reportase
anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet, dan media online menjadi pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan. Fakta mengejutkannya pada tahun 2014 Indonesia merupakan negara dengan trafik terbesar kedua di dunia dalam mengakses konten pornografi Pak Anto, narasumber dari Bappermasper KB Kota Semarang meneriak- via mobile sebankan yel-yel agar peserta seminar tetap bersemangat. yak 457%. Sebrina Suseno Putri, S.Pi dari Pilar, BapHal ini sangat memprihatinkan mengermasper Tegoeh Tri Adijanto, Puskesmas ingat banyak informasi di internet yang Halmahera drg. Susilowati. Dilatarbela- kurang dapat dipertanggung jawabkan. kangi oleh Pernikahan anak adalah ke- Padahal di masa remaja rasa ingin tahu biasaan yang terjadi pada berbagai tem- mereka pada sesuatu yang baru masih pat, sebelum usia menikah seperti yang tinggi. Isu seksualitas dan reproduksi didefinisikan oleh pengamat Plan Indo- yang masih terbilang tabu di masyarakat nesia, organisasi kemanusiaan yang fokus membuat mereka kurang memiliki tempat pada perlindungan dan pemberdayaan untuk mendapatkan informasi mengenai anak. Pada Januari-April 2011 Plan men- kesehatan reproduksi dengan benar. catat bahwa dibeberapa kota di Indonesia Sebrina Suseno Puri, S.Pi, menyoroti 33,5 persen anak usia 13-18 tahun pernah bahwa pernikahan anak yang terjadi di bemenikah, dan rata-rata mereka menikah berapa daerah di Jawa Tengah merupakan pada usia 15-16 tahun. tantangan bagi kita semua meskipun di Sementara itu era sekarang media on- Puskesmas sudah ada program PKPR dan line merupakan sesuatu yang sangat dekat para orang tua khususnya ibu-ibu sudah dalam kehidupan sehari-hari. Batas antara mau menerima remaja untuk periksa diri manusia kian menipis karena kecanggihan dan berkonsultasi di Puskesmas, Namun teknologi. Data terbaru, setidaknya 30 juta demikian berdasarkan penelitian yang di40
Reportase lakukan oleh Pilar belumlah maksimal. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan informasi agar kebijakan dan rekomendasi ke pemerintah berpihak pada remaja. Mengapa hal itu perlu diperjuangkan? Karena penyebab perkawinan anak didasari oleh kemiskinan, perilaku seks beresiko, lemahnya regulasi pemerintah yang berdampak pada siklus kemiskinan baru karena mereka yang menikah pada usia dini secara psikologis, ekonomi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi belumlah siap. Sementara itu Tegoeh Tri Adijanto, Bapermasper menyatakan langkah konkret Bapermasper dan KB Kota Semarang dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan reproduksi di Kota Semarang menyampaikan pesan pada remaja bahwa bonus demografi yang akan kita alami merupakan keadaan dimana penduduk bumi akan terus bertambah berbanding lurus dengan kebutuhan energi, pangan, dan air meningkat. Hal ini dapat menjadi sumber konflik di masa depan, yaitu terjadinya perebutan sumberdaya energi, pangan, dan air. Kemampuan bumi menyokong umat manusia tidak cukup, terjadinya eksploitasi berlebihan. Kualitas penduduk mendapat rangking 121 sedunia, jumlah penduduknya mendapat rangking 4 sedunia. Nah, Remaja terus bertambah, so what? Remaja harus berkualitas, menggali potensi dan meneguhkan konsekuensi. Nilai-nilai pendidikan karakter dapat diperoleh dengan olah pikir, olah rasa,
Jembawan 8 No 8, September 2015 olah hati, olah raga. Peran Bapermasper dalam menanggulangi masalah para remaja salah satunya dengan menyelenggarakan lomba penyuluhan terhadap remaja. Sosialisasi program GenRe, GenRe membantu generasi remaja untuk dapat melalui periode transisi remaja: melanjutkan sekolah, mencari pekerjaan, membentuk keluarga, menjadi anggota masyarakat, mempraktekkan hidup sehat. Melengkapi dua pembicara sebelumnya drg. Susilowati dari Puskesmas Halmahera sebagai Puskesmas PKPR, mengampu remaja di 4 kelurahan yang terdiri atas 14 SD (kelas 5 dan 6), 6 SMP, 9 SMA dan SMK. Puskesmas Halmahera mengadakan konseling ke sekolah-sekolah, pemeriksaan penunjang. Langkahlangkah PKPR: pendataan jumlah sasaran, tim PKPR puskesmas Halmahera, sosialisasi. Meskipun jam kerja Puskesmas bersamaan dengan jam kegiatan belajar siswa, namun apabila ada siswa ingin memeriksakan diri dan berkonsultasi dapat juga melakukannya dengan pengantar dari sekolah maupun ijin dari guru BP nya. Pada sesi tanya jawab dijabarkan bahwa di tiap konseling pasti menyisipkan pemahaman agama serta tanggung jawab moral bagi setiap remaja, agar mereka paham tentang makna hidup yang seimbang. Tak terasa saking asiknya pada sesi tanya jawab pada seminar tersebut membuat moderator Irnida, S.Psi, M.Psi yang memandu acara seminar tersebut harus mengakhirinya. ** [Antonius Juang Saksono] 41
Jembawan 8 No 8, September 2015
IIWC
IIWC PKBI Jawa Tengah
I
ndonesia Internasional Work Camp (IIWC) merupakan salah satu program Perkumpulan keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Jawa Tengah yang dirintis sejak 1998. Workcamp pertama yang diselenggarakan IIWC bekerjasama dengan NICE Japan pada tahun tersebut. Kini IIWC telah menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi di tingkat lokal serta dengan beberapa organisasi kerelawanan di lingkup global. Pada masa itu IIWC-PKBI mengawali kegiatan dengan mengangkat isu toleransi ditengah keberagaman budaya di dunia. Sejalan dengan dirilisnya Sustainable Development Goals/ SDGs (Link: https:// sustainabledevelopment.un.org) tahun ini, kami terinspirasi untuk mengembangkan berbagai program dengan tetap mengacu pada visi misi PKBI sebagai induk organisasi IIWC. Selain itu juga telah dilakukan pembenahan manajemen dan pergantian beberapa personel, agar program yang dikembangkan lebih maksimal. Kedepan, IIWC PKBI Jawa Tengah akan tetap melaksanakan kegiatan kerelawanan Internasional serta akan memperkuat program pemberdayaan masyarakat agar masyarakat memiliki
42
kontrol lebih atas dirinya serta mempunyai kualitas hidup yang lebih baik. Rencana Kegiatan Ke Depan Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu usaha meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memiliki kontrol lebih atas dirinya. Konsep ini melihat bahwa masyarakat memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Potensi tersebut dapat menjadi kekuatan untuk mengubah kualitas kehidupan yang ada menjadi lebih baik. Dengan hadirnya relawan di tengah masyarakat, merupakan bentuk fasilitasi penggalian potensi masyarakat, serta penyebaran semangat kerelawanan untuk bersama-sama melakukan perubahan. Di sisi lain relawan IIWC PKBI Jawa Tengah akan berperan di dalamnya sebagai sekumpulan orang yang tidak berada dalam satu wilayah dan terpisah secara
Jembawan 8 No 8, September 2015
IIWC geografis, memiliki perbedaan latar belakang perbedaan budaya, ras maupun suku, tetapi memiliki ketertarikan yang sama atas suatu hal untuk membuat sebuah perubahan berbasis potensi pada masyarakat itu sendiri. Kami berpandangan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang relevan menuju era SDGs di masa mendaNo. 1 2 3 4 5 6
Nama Proyek Mangkang Gedongsongo Tegalrejo Red-District Sunan Kuning Red-Dristric Semarang Street Children Dance4Life
tang. Masyarakat yang terberdayakan melalui kegiatan-kegaitan yang kami lakukan secara berkelanjutkan, secara tidak langsung akan mempengaruhi perubahan, baik di tingkap lokal, nasional mapun global. Pelaksanaan program kami mualai awal tahun 2016 akan berfokus pada 6 wilayah dengan kategori tema sebagai berikut:
Lokasi Semarang City Semarang Regency Semarang Regency Semarang Regency Semarang City Central Java *To be Confirmed
Kategori Tema Lingkungan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Sexual and Reproductive Health and Right
Bagi yang berminat untuk menjadi relawan IIWC-PKBI dan bergabung dalam berbagai kegiatan kerelawanan, silakan menghubungi alamat berikut : IIWC PKBI Jawa Tengah Alamat
: Jalan Jembawan Raya No 8-12 Semarang
Telpon
: +6224 7603503 || +628134664075 (Whats App)
Email
:
[email protected]
Website
: iiwc.pkbijateng.or.id
Twitter
: @iiwc_indonesia
Facebook : IIWC Indonesia (FB)
43
Jembawan 8 No 8, September 2015
IIWC
PERBINCANGAN
Kesehatan Reproduksi kalangan Remaja melalui paparan Budaya Diskusi mengenai Kesehatan Reproduksi dan Seksual masih menemui kesulitan yang cukup berarti di kalangan remaja. Berbagai mitos serta stigma membuat masyarakat enggan membuka diri dan membicarakan Kesehatan Reproduksi dan Seksual dengan lebih komprehensif. Hal ini dapat dipahami sebagai bentuk budaya ketimuran yang menganggap hal-hal seksualitas sangat tabu untuk diperbincangkan. Budaya dikenal sebagai sesuatu yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat sejak bertahun-tahun yang lalu dan secara turun-temurun akan berlaku sama. Pada Negara berkembang, dimana akses pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual belumlah maksimal, stigma mengenai hal ini masih terus ada. Pada Negara maju, diskusi mengenai Kesehatan Reproduksi dan Seksual menjadi budaya yang sangat lumrah dimulai sedini mungkin. Remaja dianggap sebagai seorang individu yang mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri hanya jika ia mengenal dirinya sendiri dengan baik. Di Finlandia misalnya, pada usia dini mereka diberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual secara umum dikelas, serta diberikan klinik khusus untuk para siswa yang ingin berkonsultasi. Tidak ada kata tabu, untuk sebuah pelajaran 44
penting mengenali diri sendiri. Hal-hal tersebut diatas, menginspirasi IIWC PKBI Jawa Tengah untuk mengkolaborasikan program kerelawanan Internasional dengan berkampanye mengenai issue kesehatan reproduksi dan seksual melalui Dance4Life Caravan Workcamp. Dance4Life merupakan gerakan global untuk meminimalisir stigma mengenai HIV-AIDS, dan Kespro dengan metode yang lebih menyenangkan yakni melalui tarian. Workcamp diadakan selama 2 minggu dimasing-masing campsite yang dipilih yaitu Salatiga dan Blora. Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan school roadshow serta special event untuk mengenalkan dance4life. Kegiatan ini di ikuti oleh pemuda dari berbagai Negara, seperti Finlandia, Jepang, Singapore dan tentunya Indonesia. Para relawan begitu antusias untuk mengikuti serangkaian dance4life. Antusiasme ini juga menarik remaja di wilayah tersebut untuk terlibat aktif dalam kegiatan. Kebanyakan remaja akan menanyakan bagaimana Negara asal dari para relawan. Hal ini lah yang menjadi diskusi budaya yang menarik termasuk didalamnya diskusi mengenai kesehatan reproduksi dan ... dilanjut di hal 48
Jembawan 8 No 8, September 2015
Reportase
Kelurahan
Peduli Kesehatan
Latif, Lurah Suruh, Kabupaten Semarang
U
paya penanggulangan HIV dan AIDS sudah dilakukan lama, kolaborasi antara LSM dan Dinas/badan pemerintah dilakukan mencapai hasil maksimal. Akan tetapi berbagai macam Kendala masih dihadapi dalam menjalankan program tersebut. Tidak terkecuali adalah system kemasyarakatan yang ada di Desa maupun Kelurahan. Karakteristik masyarakat yang sangat khas dari sebuah desa membuat intervensi yang
dilakukan dengan tujuan mengikis stigma dan diskriminasi menjadi sangat berat untuk dilakukan. Norma sosial dan agama yang masih kuat pada saat tertentu menjadi tantangan yang harus dihadapi. Situasi seperti itu yang mengharuskan melibatkan tokoh kunci, seperti tokoh agama maupun lurah/kepala desa. Kabupaten Semarang yang menjadi salah satu Kabupaten berisiko HIV dan AIDS di Jawa Tengah, selama tahun 2014 ditemukan 135 kasus HIV baru. Wilayah yang sangat luas menjadi tantangan bagi petugas lapangan yang menjangkau kelompok risiko tinggi maupun masyarakat umum. Salah satu wilayah yang cukup jauh adalah Kecamatan Suruh, yang berdekatan dengan wilayah Kabupaten Boyolali. Karakteristik masyarakat yang sebagian besar bekerja di luar kota atau dalam istilah lokal disebut ‘boro’ dalam waktu yang lama, sedangkan para istri tetap tinggal di desa. Dua kelurahan yang memiliki kepedulian terhadap masalah kesehatan dan pendidikan adalah kelurahan Reksosari dan kelurahan Suruh. Sosok setengah baya dengan kumis tebal ini sangat supel dalam bergaul, pria bernama Latif ini adalah sosok lurah yang ringan tangan dan berkomitmen tinggi dalah memimpin wilayah kelurahan Suruh. Kepedulian terhadap hal kesehatan mendorong beliau untuk membuat program kesehatan yang digerakkan oleh kader masyarakat. Totalitas beliau dalam mendukung kegiatan tidak perlu diragukan, dengan memanfaatkan anggaran dana desa (ADD) dan sumber pendapatan desa yang lain beliau memberikan anggaran sebesar 45 juta rupiah untuk program kesehatan. Pemikiran ... dilanjut di hal 48
45
Jembawan 8 No 8, September 2015
IIWC
Borobudur
World Heritage Work Camp Together Preserve the Temple
I
nternational word heritage volunteer (WHV) Borobudur Summer Work Camp had been finished greatly in Borobudur, Magelang regency, Central Java. Participant of the activity were six volunteers, they are Kim volunteer from South Korea, Halim Kim from Japan, Charlotte and Tristan volunteers from France, Darlene from Germany and Trafika from Indonesia. The work camp was cooperating with stakeholder from Borobudur Conservation Office, Gallery Community (Galkom) of UNESCO Jakarta and also PT Taman Wisata of Borobudur Temple. The activity was held on Sept
46
27th to August 9th concern on voluntary project in Borobudur temple and around. Project in this work camp it is about World Heritage Conservation to join and make awareness in conservation, preservation, and also giving education about how to preserve the world heritage especially in Borobudur temple compound, these are Borobudur temple, Pawon temple, and Mendhut temple. In the other ways the purpose about the work camp other to make awareness it is about to give training and enrichment for YGC (Young Guardian Club) Borobudur. YGC is the organization who created by IIWC since 2009 that have vision to be the youth organization that have part to preserve the temple in Borobudur. The members of this organization are student from around Borobudur temple under 18 years old. By this work camp, the volunteers and the member of Young Guardian Club Borobudur together care and have activities to preserve the temple as long as two
IIWC weeks later. Borobudur WHV Summer Work Camps who has led by two people camp leader they are Absa and Ashdaq focus on five activities project that are campaign action, cleaning the temple, exhibition of YGC (Young Guardian Club) Borobudur, training and enrichment for YGC organization, and also schoolvisit to promote awareness toward cultural heritage in Indonesia. Volunteers from five different countries have great motivation to join the activity. With local people and local community together has the activity to promote awareness cultural heritage make the activity more powerful greatly and make closer between local partners with the volunteers. In the campsite in Borobudur village give the volunteers can learn a lot of things about culture and the habit of the local people around Borobudur temple. First week, volunteers visited Borobudur temple with YGC to have activities that are cleaned stupas from lichen and fungus with traditional tools that is a broom made of such splintered ribs. Then did the campaign to promote awareness in cultural heritage and gave the notice for the bad visitors that break the rules by making posters. In this activities the volunteers really have good sense that make them realized how they care about the notice to preserve world heritage. Second week, volunteers visited the school (SMA 1 Salaman and SMP Muhammadiyah Borobudur). Volunteers pro-
Jembawan 8 No 8, September 2015 moted awareness toward Borobudur preservation. The volunteers also gave cultural exchange for the students suitable with the culture country the volunteers come from. The volunteers also promote and invited the students to join YGC Borobudur Community. The other activity is about gave training and enrichment for YGC organization and made election to choose new leader and did the exhibition with YGC to celebrate the Day of YGC organization. Exhibition was held in the yard of Lumbini Garden in zona II near Borobudur temple. The purpose of this activity is about to promote YGC organization and made intercultural exchange with local people by danced together with wear traditional clothes and sing a song in 5 different language from volunteers country. This activity was launched in 7 newspapers with proud supported by Borobudur Conservation Office and PT Taman Wisata of Borobudur Temple. Finally in the end of the activities we had tour visit in around Borobudur temple to make poutry, and visit Pak Tijap house that is the place to learn about Wayang and Gamelan as the traditional character of Indonesia. In this part the volunteers had more spirits and inspiration to learn about Indonesian cultures. Borobudur WHV camps gave new inspiration for the volunteers and local partner to preserve Borobudur temple and know how important to preserve the world heritage sites and make the youth awareness toward cultural heritage sites. Let’s save our world heritage! ** [EW] 47
Jembawan 8 No 8, September 2015
... lanjutan dari hal 44
seksual. Pembicaraan budaya ini tidaklah bermaksud memasukan budaya barat dalam paradigma para remaja, karena relawan asing sebelumnya telah melalui serangkaian training untuk belajar mengenai budaya Indonesia. Hal ini untuk memastikan hadirnya relawan Internasional tidaklah membuat budaya arif Indonesia menjadi samar. Diskusi yang dilakukan lebih ditujukan untuk meningkatkan kesadaran remaja mengenai pentingnya ber-
... lanjutan dari hal 45
beliau yang sederhana namun patut dicontoh adalah tugas seorang lurah hanya memfasilitasi masyarakat, jika masyarakat ada yang mau bergerak untuk kepentingan desa maka harus didukung baik secara moral maupun finansial. Dasar itu yang membuat bapak lurah tidak segan-segan untuk mengalokasikan dana yang besar untuk kegiatan kader masyarakat, baik kader PKK, bapak-bapak maupun karang taruna. Komitmen yang sama ditunjukkan oleh kelurahan Reksosari, komitmen lurah dalam memajukan pendidikan dan kesehatan. Lembaga pendidikan dan wadah untuk kader kesehatan sangat diperhatikan. Kepedulian terhadap isu strategis tersebut mendorong lurah untuk mengop48
tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Dance4Life Workcamp oleh IIWC PKBI Jawa Tengah nantinya akan dikembangkan menjadi program tahunan di IIWC PKBI Jawa Tengah. Dengan metode yang menarik melalui tarian, dan diskusi antar budaya, diharapkan metode ini menarik remaja untuk terlibat aktif dalam issue kesehatan reproduksi dan seksual yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang tabu untuk dibicarakan.** [Dania Moehas]
timalkan organisasi masyarakat seperti PKK dan karang taruna membuat program dan memanfaatkan alokasi dana yang ada demi kemaslahatan masyarakat. Programprogram kesehatan yang berorientasi pada pencegahan banyak dilakukan, sosialisasi narkoba, HIV dan AIDS. Bukan hanya itu, pelatihan kepada tokoh masyarakat yang bertugas memandikan jenazah mendapatkan pelatihan untuk pemandian jenazah ODHA termasuk sarana prasarana untuk melakukan tugas tersebut difasilitasi oleh pihak kelurahan. Keinginan yang besar untuk memiliki masyarakat yang mandiri sangat kuat, untuk mencapai tujuan tersebut maka beliau terus mendorong organisasi masyarakat terus bahu-membahu dalam melakukan aktifitas untuk membangun masyarakat. ** [Dwi Yunanto]