MODUL MANAJEMEN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PUSAT DATA DAN INFORMASI 1999
DAFTAR ISI I.
FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN A. B. C. D. E.
II.
Fungsi Manajemen Keuangan Beberapa Pengertian Yang Perlu Diperhatikan Laporan Keuangan Analisa Rasio Analisa Sumber Dan Penggunaan Dana
MANAJEMEN MODAL KERJA DAN KEPUTUSAN INVESTASI A. B. C. D.
Menetapkan Persediaan Kas Manajemen Persediaan Analisa Pengembalian Investasi Penilaian Investasi
III. PERENCANAAN LABA DAN PENGANGGARAN A. Hubungan Biaya - Laba - Volume B. Menyusun Dan Mengendalikan Anggaran Perusahaan LAMPIRAN
I. FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Pemahaman suatu dasar konsep manajemen keuangan sangat penting untuk usaha kecil, yang ingin meningkatkan keuntungan dan menjamin kehidupan usaha jangka panjang. Peralatan pokok dari manajemen keuangan antara lain pembukuan, penyusunan anggaran dan anggaran permodalan. Peralatan ini tidak saja untuk pencapaian keuntungan bagi pengusaha akan tetapi juga mempengaruhi perencanaan dan keputusan pada hal-hal yang sangat vital seperti penentuan harga, pengadaan fasilitas baru, pengembangan dan penganeka ragaman usaha dan sebagainya. Dasar dari manajemen keuangan yang baik adalah cukup dan tetapnya catatan dari informasi keuangan. Pemeliharaan catatan secara baik merupakan hal yang vital bagi berhasilnya operasi dan manajemen perusahaan. Juga hal ini membantu proses pembuatan keputusan dan laporan pajak. Suatu perusahaan hanya akan hidup kalau menghasilkan cukup keuntungan. Perusahaan kecil hanya bisa memelihara dan meningkatkan keuntungan kalau mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi kemampuan laba atau profitabilitas dan cara-cara untuk mencapai pengembalian modal yang ditanam. Usaha kecil yang telah menghasilkan uang perlu diarahkan secara lebih cermat langkah apa yang perlu dilakukan untuk mengendalikan biaya dan meningkatkan laba. Sebagai pengusaha kecil sebenarnya juga merupakan manajer keuangan. Dengan demikian sebagai pengusaha kecil bertanggungjawab memanajemeni sumber-sumber keuangan usaha untuk menghasilkan laba yang optimal.
A. Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen : proses yang membedakan planning, organizing, actuating, controlling dengan menggunakan seni dan ilmu berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (G.Terry). Manajemen keuangan adalah proses merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan dan mengendalikan sumber daya keuangan secara efisien guna mencapai sasaran. Sehubungan dengan sasarannya maka fungsi manajemen keuangan: 1. Perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan pembelanjaan. 2. Menghimpun dana secara menguntungkan. 3. Menanamkan dana secara efisien 4. Penggunaan laba secara efisien.
B. Beberapa Pengertian Yang Perlu diperhatikan 1.
Neraca (Balance Sheet) yaitu suatu ikhtisar yang memberi gambaran posisi keuangan perusahaan pada kurun waktu tertentu.
2.
Rugi-Laba yaitu ikhtisar transaksi atau operasi perusahaan selama kurun waktu tertentu.
3.
Aktiva (Asset) yaitu seluruh kekayaan atau milik perusahaan.
4.
Pasiva (Liabilities) yaitu seluruh kewajiban/beban atau hutang-hutang perusahaan.
5.
Liquiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang telah jatuh tempo. Teknik yang dapat digunakan untuk mengukur Liquiditas suatu perusahaan adalah : v Membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar (Aktiva Lancar ÷ Hutang Lancar) v Membandingkan aktiva lancar, dikurangi persediaan, dengan hutang lancar (Acedtest ratio) (Kas + Bank + Surat Berharga) ÷ Hutang Lancar
6.
Solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan membayar semua hutang baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang, apabila perusahaan diliquidasi. Teknik yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah: v Membandingkan jumlah keseluruhan aktiva dengan jumlah keseluruhan hutang (Total tangeble asset ÷ Total debet) v Membandingkan modal sendiri (network) dengan hutang (debt).
7.
Rentabilitas yaitu perbandingan antara laba dengan jumlah keseluruhan modal yang ditanam untuk mendapatkan laba tersebut. Teknik untuk mengukur rentabilitas perusahaan adalah:
v Membandingkan laba dengan modal yang ditanam (Laba ÷ modal yang ditanam) atau disebut juga dengan Return of Investment) v Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal yang berasal dari keuntungan setelah dipotong pajak dan dana penyusutan (payback). v Memperkirakan nilai sekarang (net present value) dari modal investasi yang
dikembalikan
dalam
memperhitungkan faktor bunga.
jangka
waktu
ditentukan
dengan
C. Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan yang terdiri dari neraca, perhitungan rugi-laba, serta laporan lainnya. Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, serta laporan rugi-laba akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha yang bersangkutan. 1.
Laporan Neraca Neraca menyatakan aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada suatu kurun waktu tertentu. Pada neraca itu dinyatakan keadaan keuangan perusahaan yang representatif. Susunan neraca biasanya berdasarkan urutan Liquiditas, artinya disusun menurut kemungkinan untuk mentranformasikan aktiva tersebut menjadi uang tunai. Garis besar dari urutan yang sering dipakai adalah sebagai berikut: AKTIVA I. Aktiva Lancar II. Investasi III. Aktiva Tetap IV. Aktiva Inmaterial V. Biaya yang telah dibayar lebih dahulu VI. Aktiva lain-lain a.
PASIVA VII. Hutang Jangka Pendek VIII. Kredit yang belum dihasilkan IX. Hutang Jangka Panjang X. Cadangan XI. Modal XII. Sisa laba tahun lalu
Aktiva Lancar (harta lancar) Aktiva lancar adalah aktiva yang secara normal ditransformasi-kan menjadi kas dengan jangka waktu setahun atau sebelum berakhirnya siklus produksi (jika siklus produksi melebihi satu tahun). Kelompok aktiva lancar ini meliputi :
² Kas dan Bank Dalam judul ini harus dinyatakan jumlah uang tunai yang dapat dibayarkan tanpa ada suatu batasan. ² Piutang Judul ini dinyatakan tagihan yang disebabkan adanya penjualan kredit dan secara normal akan diterima dalam waktu yang pendek. ² Persediaan Unit barang yang dinilai dengan uang yang dibeli untuk diolah ataupun langsung dijual untuk mendapatkan uang tunai pada sesaat atau suatu saat tertentu. b.
Harta Tidak Lancar ² Investasi Dalam kelompok ini meliputi dana yang ditanamkan pada perusahaan dengan harapan memperoleh keuntungan untuk pengembangan modal tersebut. Dalam investasi termasuk saham dan obligasi perusahaan lain yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Disini juga termasuk aktiva lain yang tidak dimaksudkan untuk dipakai dalam usahanya yang normal. ² Aktiva Tetap Aktiva tetap yaitu aktiva yang dipergunakan dalam perusahaan dan mempunyai kegunaan yang melebihi satu masa pembukuan. Untuk menghitung bagian yang habis dipakai selama masa pembukuan, maka aktiva tetap harus disusutkan. Dalam kelompok aktiva tetap termasuk tanah, lazimnya tanah tidak berkurang manfaatnya oleh karenanya tidak disusutkan. Tetapi jika tanah itu berupa pertambangan yang memperoleh hasil yang diambil dalam tanah tersebut, maka ini tentu harus disusutkan.
² Aktiva Immateriil Dalam kelompok ini termasuk goodwill, hak cipta, dan lain-lain. Karena aktiva ini biasanya mempunyai masa kegunaan terbatas, maka aktiva immateriil juga disusutkan (lebih tepat diamortasi), setelah habis disusutkan aktiva ini diberi nilai buku Rp.1 dalam neraca, walau dipasaran masih memiliki nilai jual yang lebih tinggi. ² Biaya-Biaya Yang Dibayarkan Dimuka Biaya yaitu pengeluaran perusahaan untuk membayar barang dan jasa yang diperlukan untuk kelancaran operasional perusahaan, misalnya : premi asuransi, langganan majalah, dan lain-lain. Pembayaran dilakukan beberapa tahun sekaligus, maka dari jumlah tersebut dikurangi biaya untuk tahun bersangkutan, pada akhir tahun masih terdapat suatu jumlah pada neraca. ² Aktiva Lain-Lain Dalamkelompok ini termasuk semua aktiva yang belum termasuk dalam kelompok dimuka. c.
Hutang ² Hutang Jangka Pendek Hutang jangka pendek yaitu kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu satu tahun. Kelompok ini meliputi : ê Hutang dagang yang diakibatkan pembelian kredit ê Hutang pajak, yaitu hutang pada kas negara ê Hutang lain-lain yaitu kewajiban yang tidak termasuk pada kedua bentuk hutang diatas. ² Kredit Yang Belum Dihasilkan Dalam kelompok ini termasuk penerimaan uang yang belum merupakan penghasilan, karena perusahaan belum menyerah-kan barang dan jasa yang dijual.
² Hutang Jangka Panjang Hutang ini adalah kewajiban yang harus dilunasi lebih satu tahun seperti : obligasi, hipotik. d.
Network/Net Equity/Pemilikan ² Cadangan Bagian dana yang disisihkan baik untuk maksud tertentu maupun untuk dipergunakan sebagai bantalan jika perusahaan menghadapi kesulitan keuangan. ² Modal Dalam kelompok ini dicatat modal yang disetor oleh pemilik atau persero (modal disetor, laba ditahan) ² Sisa Laba Tahun Lalu Dalam kelompok ini dikumpulkan laba yang diperoleh selama perusahaan berjalan dikurangi deviden-deviden yang dibagikan pada para persero. Keseluruhan dari cadangan ditambah (+) modal, ditambah (+) sisa laba tahun lalu, dinamakan hak pemilik (net work atau net equity atau owner’s).
2.
Bentuk Neraca Bentuk atau susunan neraca tidak ada keseragaman diantara perusahaan, tergantung pada tujuan yang akan dicapai, tetapi bentuk neraca yang umum digunakan (tradisional) adalah sebagai berikut : a.
Bentuk Skontro/Akun (Account form) Dalam bentuk ini semua aktiva tercantum sebelah kiri/Debet dan hutang serta modal tercantum sebelah kanan/Kredit.
Contoh bentuk Skontro/Akun: PT. CILANDAK NERACA, Desember 31, 1997 Aktiva Lancar : Kas Piutang Surat berharga Bahan baku Aktiva Tetap : Mesin
Hutang Lancar : Rp. Rp. Rp. Rp.
xxx xxx xxx xxx
Hutang dagang Rp. xxx Hutang jangka panjang : Obligasi Rp. xxx Modal : Modal saham Rp. xxx
Rp. xxx Rp. xxx
b.
Rp. xxx
Bentuk Vertikal (Report Form) Bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang serta modal. Contoh : Bentuk Vertikal PT. CILANDAK NERACA, Desember 31, 1997 AKTIVA : Aktiva Lancar : Kas Piutang Surat berharga Bahan baku Piutang Jumlah aktiva lancar Aktiva Tetap : Mesin Jumlah aktiva tetap TOTAL AKTIVA
Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. x.xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. x.xxx
PASIVA : Hutang lancar : Hutang dagang Hutang jangka panjang : Obligasi Modal : Modal saham TOTAL PASIVA c.
Rp.
xxx
Rp.
xxx
Rp. xxx Rp. x.xxx
Laporan Rugi-Laba Dibentuk laporan rugi-laba yang biasa digunakan adalah sebagai berikut: ² Bentuk Single Step Bentuk ini menggabung semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung Rugi-Laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu: pengurangan total penghasilan – total biaya, bentuk tersebut adalah sebagai berikut: PT. CILANDAK LAPORAN RUGI-LABA DESEMBER 31, 1997 Penghasilan operasional Penghasilan non operasional Penghasilan insedentil Total penghasilan Harga pokok penjualan Biaya operasional Biaya non operasional Kerugian insedentil Total biaya Pendapatan bersih
Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx ----------- (+) Rp. x.xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx ----------- (+) Rp. x.xxx ------------ (-) Rp. x.xxx
² Bentuk Multiple Step Dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum, bentuk tersebut adalah sebagai berikut: PT. CILANDAK LAPORAN RUGI-LABA, DESEMBER 31, 1997 Penjualan bruto Potongan penjualan Penjualan bersih Harga pokok penjualan Laba penjualan Biaya operasi : Biaya penjualan Biaya umum dan Adm.
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
xxx xxx (-) xxx xxx (-) xxx
Rp. xxx Rp. xxx (+) Rp. xxx (-) Laba bersih operasional Rp. xxx Penghasilan dan biaya n. operasional : Penghasilan Rp. xxx Biaya Rp. xxx (+) Rp. xxx (-) Rp. xxx Rugi-laba insedentil Rp. xxx (-) Pendapatan netto sebelum pajak Rp. xxx
D. Analisa Rasio Rasio menggambarkan hubungan atau perimbangan (mathematical relation ship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa. Rasio ini dapat memperjelas kepada penganalisa tentang baik atau buruknya suatu keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunaka sebagai standard.
Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat liquiditas, solvabilitas, efektifitas operasi serta profitability dari perusahaan. 1.
Penggolongan Angka Ratio Pada dasarnya ratio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa yang menggunakan data berasal dari tiga sumber meliputi : v Neraca, yaitu dinamakan rasio neraca (balance sheet ratios) tergolong dalam katagori ini rasio yang seluruh datanya bersumber pada neraca, seperti carrent ratio, aced test ratio, dan lain-lain. v Laporan rugi-laba, rasio laporan rugi-laba (Income statetment ratios), tergolong dalam katagori ini rasio yang seluruh datanya bersumber pada laporan rugi-laba, seperti gross profit margin (margin laba kotor), rasio operasi (operation ratios), dan lain-lain. v Rasio-rasio antar laporan, rasio ini disusun berdasarkan data berasal dari neraca dan laporan rugi-laba, seperti : tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat perputaran piutang (account receiveble turn over), sales to inventory, sales to fixed asset, dan lain-lain.
2.
Pengelompokan Ratio Pengelompokan ratio berdasarkan jenis informasi yang dapat diberikan oleh masing-masing ratio itu. Dengan membandingkan angka-angka yang terdapat dalam neraca dan laporan rugi-laba akan diperoleh puluhan rasio.
Namun dalam hal ini diseleksi beberapa rasio yang dapat memberi jawaban relevan atas persoalan-persoalan yang lazim dihadapi oleh pengusaha menengah kecil yang meliputi rasio sebagai berikut : a.
b.
Rasio Profitabilitas 1) Rasio laba operasi atas penjualan bersih: Laba operasi ----------------- x 100% = …. % Penjualan bersih 2)
Rasio laba dana operasi Laba operasi ----------------- x 100% = …. % Dana operasi
3)
Rasio laba dana sendiri Laba setelah pajak (PPs) ------------------------------ x 100% = … % Ekuitas pesero
Rasio Likuiditas 1)
Rasio lancar Harta lancar ------------------------ = … kali Hutang jangka pendek
2)
Rasio cepat (Aced test ratio) Harta lancar – persediaan ------------------------------ = … kali Hutang jangka pendek
3)
Rasio tunai (Cash ratio) Icas + Bank --------------------------- = … kali Hutang jangka pendek
c.
d.
e.
Rasio Solvabilitas 1)
Rasio hutang terhadap harta Jumlah hutang ------------------------ x 100% = … % Jumlah harta
2)
Rasio utang terhadap dana sendiri Jumlah hutang ------------------------------ x 100% = … % Ekuitas pesero
Rasio Struktur Modal 1)
Hutang jangka pendek ---------------------------- = … % Aktiva material
2)
Total hutang (pendek + panjang) ---------------------------------------- = … % Aktiva material
3)
Hutang jangka panjang --------------------------- = … % Modal netto
4)
Hak para pemilik --------------------------- = …. % Seluruh aktiva
Rasio Struktur Aktiva 1)
Persediaan bahan dan produk selesai -------------------------------------------- = … % Modal kerja netto
2)
Harta tetap + Hak milik ---------------------------------------- = … % Aktiva material
f.
Penilaian mengenai efektivitas Penggunaan aktiva (Ratio Effectivitas) 1) Perputaran persediaan : Harga pokok penjualan --------------------------------- = … kali Persediaan rata-rata 2)
Perputaran piutang : Penjualan ------------------------------ = … kali Rata-rata piutang
3)
Periode rata-rata pengumpulan piutang : 360 ------------------------------ = … hari Perputaran piutang
Aplikasi penggunaan formula analisa rasio berdasarkan data neraca dan daftar rugi laba sebagai berikut : PT. CILANDAK NERACA PER 31 DESEMBER 1997 AKTIVA LANCAR Kas Piutang dagang Barang dagangan Jumlah aktiva lacar
Rp.
25.000 75.000
200.000 Rp. 300.000
AKTIVA TETAP Mesin (netto) Banungan (netto) Rp. Tanah Jumlah aktiva tetap Rp.
HUTANG LANCAR Hutang dagang Rp. Hutang wesel Hutang bunga Hutang pajak Jumlah hutang lancar HUTANG JK. PANJANG 5% obligasi
250.000 350.000 MODAL SENDIRI 100.000 Saham 700.000 Laba ditahan Jumlah modal sendiri
Jumlah aktiva
76.000 25.000 9.000 145.000 255.000
180.000
420.000 145.000 565.000 Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000
Jumlah hutang dan modal
PT. CILANDAK LAPORAN RUGI LABA TAHUN 1997 Penjualan netto Harga pokok penjualan Laba bruto Biaya administrasi Biaya penjualan Biaya umum
Rp.2.000.000 Rp.1.000.000 (-) Rp.1.000.000 Rp.300.000 Rp.250.000 Rp.150.000 (+) Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Keuntungan operasi Bunga Keuntungan sebelum pajak Pajak perseroan Keuntungan netto Atau dalam gambar sebagai berikut : Penjualan
Harga pokok (-)
=
2.000.000
1.000.000
Keuntungan
Biaya (-)
1.000.000
Keuntungan Operasi (-) 300.000
Keuntungan Kotor 1.000.000
=
Keuntungan Operasi
700.000
300.000
Bunga dan pajak
Keuntungan netto
154.000
=
146.000
700.000 (-) 300.000 9.000 (-) 291.000 145.000 (-) 146.000
a.
Rasio Profitabilitas 1) Rasio laba operasi atas penjualan bersih : Laba operasi 300.000 ----------------- x 100% = ---------------- x 100% Penjualan bersih 2.000.000 = 15% (lebih besar, lebih baik) 2) Rasio laba dana operasi Laba operasi 300.000 ---------------------------------- x 100% = ------------ x 100% Modal sendiri+Modal asing 565.000 = 53,1% (lebih besar, lebih baik)
b.
3) Rasio laba dana sendiri Laba setelah bunga dan pajak 146.000 ------------------------------------ x 100% = ------------ x 100% Ekuitas pesero 565.000 = 25,8% (lebih besar, lebih baik) Rasio Likuiditas 1) Rasio lancar Harta lancar 300.000 ---------------------------- = ------------- = 1,33 kali (rata-rata Hutang jangka pendek 255.000 industri-2 kali) 2) Rasio cepat (Aced test ratio) Harta lancar – persediaan 100.000 ------------------------------ = ----------- = 0,44 kali (rata-rata Hutang jangka pendek 255.000 industri-1 kali) 3) Rasio tunai (Cash ratio) Icas + Bank 250.000 --------------------------- = ------------------ = 1,11 kali Hutang jangka pendek 225.000
c.
Rasio Solvabilitas 1) Rasio hutang terhadap harta Jumlah hutang 435.000 ------------------------ x 100% = ---------------- x 100% Jumlah harta 1.000.000 = 43,5% (lebih kecil, lebih baik) 2) Rasio utang terhadap dana sendiri Jumlah hutang 435.000 --------------------- x 100% = -------------- x 100% Ekuitas pesero 565.000 = 76,99% (lebih kecil, lebih baik)
d.
Rasio Struktur Modal 1) Hutang jangka pendek 255.000 ---------------------------- x 100% = --------------- x 100% Aktiva material 1.000.000 = 25,5% (makin kecil lebih baik) 2) Total hutang 435.000 --------------------- x 100% = ---------------- x 100% Aktiva material 1.000.000 = 43,5% (makin kecil lebih baik) 3) Hutang jangka panjang 180.000 --------------------------- x 100% = -------------- x 100% Modal netto 45.000 = 400% (makin kecil lebih baik) 4) Hak para pemilik 565.000 ----------------------- x 100% = --------------- x 100 % Seluruh aktiva 1.000.000 = 56,5% (makin kecil lebih baik)
e.
Rasio Struktur Akvita 1) Persediaan bahan + produk selesai ------------------------------------------ x 100 % Modal kerja netto 0 + 200.000 = ---------------- x 100% 45.000 = 4,44% 2) Harta tetap + Hak milik 700.000 + 0 ----------------------------- x 100% = ----------------- x 100% Aktiva material 1.000.000 = 70% (rata-rata industri 100%)
f.
Penilaian mengenai efektivitas penggunaan aktiva (Ratio Effectivitas) 1) Perputaran persediaan : Harga pokok penjualan 1.000.000 ------------------------------ = ------------ = 5 kali (lebih tinggi, Persediaan rata-rata 200.000 lebih baik) 2) Perputaran piutang : Penjualan 2.000.000 ----------------------- = ------------- = 26 kali (lebih tinggi, Rata-rata piutang 75.000 lebih baik) 3) Periode rata-rata pengumpulan piutang : 360 360 ---------------------- = ------ = 14 hari (lebih kecil, lebih Perputaran piutang 26 baik)
E. Analisa Sumber dan penggunaan Dana Dalam analisa sumber dan penggunaan dana (SPD). Pengertian dana disini dibedakan sebagai berikut : 1.
Modal Kerja Disini yang dimaksud modal kerja netto yaitu selisih antara harta lancar dan hutang lancar. Laporan perubahan modal kerja menganalisa pos-pos dalam harta lancar dan hutang lancar (pos-pos jangka pendek). Laporan laba dan penggunaan modal kerja menganalisa pos-pos panjang, karena perbedaan jumlah sumber dan penggunaan pos-pos panjang (pos bukan harta lancar dan hutang lancar) akan menunjukkan bertambah atau berkurangnya modal kerja. Karena modal kerja merupakan modal yang diperlukan untuk operasi perusahaan sehari-hari, maka laporan sumber dan penggunaan modal kerja banyak disoroti. Adanya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan se ekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan.Adanya modal kerja yang berlebihan menunjukan adanya dana yang tidak produktive, sebaliknya ketidak cukupan modal kerja atau mis manajemen modal kerja merupakan penyebab utama kegagalan suatu perusahaan. a.
Penggunaan dana modal kerja Modal kerja dipergunakan pada transaksi yang menyebabkan: ² Berkurangnya modal, karena ada bagian dana yang dikeluarkan dari perusahaan, misalnya : pembagian deviden, pembelian kembali saham atau pemilik menarik modal. ² Adanya
kerugian,
kerugian
dengan
sendirinya
mengakibatkan
berkurangnya dana, yang biasanya diikuti dengan berkurangnya sebagian harta atau menambah hutang.
² Berkurangnya hutang jangka panjang, hutang berkurang karena perusahaan membayar kembali sebagian hutangnya dan menggunakan dananya. ² Bertambah harta tetap, harta tetap bertambah karena ada pembelian aktiva tetap dan menggunakan sebagaian dana untuk pembelian aktiva tersebut. b.
Sebagai ilustrasi laporan perubahan modal kerja sebagai berikut: 1) Laporan perubahan modal kerja PT. CILANDAK LAPORAN PERUBAHAN MODAL KERJA, 19997 31 Desember 1996 1997 AKTIVA LANCAR Kas Piutang dagang Piutang wesel Persediaan Persekot biaya HUTANG LANCAR Hutang dagang Hutang wesel Hutang gaji Kenaikan modal kerja
545.500 919.700 1.324.200 1.612.800 500.000 250.000 951.200 1.056.500 46.000 37.000
655.000 150.000 312.000
552.200 125.000 443.500
Modal Kerja NAIK TURUN
374.200 288.600 105.300 -
250.000 9.000
102.800 25.600 895.000
131.500 390.500 505.400 895.500
895.500
Dari kertas kerja sumber dan penggunaan modal kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila : ² Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba yang ditahan maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan. ² Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar (karena adanya penjualan aktiva tetap). ² Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar. Dengan kata lain dapat dikatakan modal kerja akan bertambah apabila aktiva lancar bertambah yang diimbangi perubahan pos tidak lancar, seperti digambar dalam skema sebagai berikut :
HUTANG LANCAR AKTIVA LANCAR (+) (+) (+) (+) (+) (-) AKTIVA TETAP (+) (+)
NB : Bila modal kerja turun tanda panah arus modal kerja berbalik : modal kerja (-), Aktiva (+), modal (-), hutang jangka panjang (-) 2.
Kas Laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberi alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumbersumber kas dan penggunaannya. Dalam hal ini perhatian ditujukan kepada aliran kas, bukan lagi pada modal kerja. Penyusunan laporan sumber dan penggunaan dana kas dengan cara : a.
Mengelompokkan sumber dan kas yaitu dari : - Laba bersih - Penyusutan - Berkurangnya semua harta selain kas - Bertambahnya modal
b.
Mengelompokkan penggunaan dana, yaitu yang dipergunakan untuk: - Rugi yang diderita - Pembayaran deviden - Bertambah semua harta selain kas - Berkurangnya modal
Beda antara sumber dan dan penggunaan dana merupakan pertambahan (sumber > penggunaan) atau pengurangan (sumber < penggunaan) kas.
c.
Laporan sumber dan penggunaan dana kas PT. CILANDAK LAPORAN PERUBAHAN DANA KAS 31 DESEMBER 1997 Sumber dana kas : Laba bersih Penyusutan Berkurang harta : Berkurang piutang Berkurang persediaan
Rp. 150 Rp. 100 Rp. 100 Rp. 300 Rp. 400
Bertambah hutang : Bertambah hutang dagang Bertambah hutang lainnya Bertambah hutang jk.panjang
Rp. 100 Rp. 400 Rp. 200 Rp. 700 Rp.1.350
Total sumber dana kas (A) Penggunaan dana kas : Deviden Bertambah harta : Bertambah surat berharga Bertambah harta tetap
Berkurang hutang dan modal : Berkurang hutang wesel Pembelian kembali saham Total penggunaan dana kas (B) Bertambah kas (A-B)
Rp.
50
Rp.
700
Rp. 400 Rp. 300
Rp. Rp.
300 200 Rp. 1.250 Rp.
100,-
d.
Arus kas Adapun arus penerimaan dan pengeluaran kas dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Arus kas (cash flow) PENAMBAHAN KAS
PENGURANGAN KAS Persediaan
Penjualan
Produksi
Penerimaan Piutang
Wesel Tagih
Tanggungan Pembayaran
KAS
Pendapatan Dari Surat Berharga
Bayar Dividen
Biaya Operasi
Penjualan Aset Yang Usang
Pembayaran Hutang Hak Milik (Investasi)
II. MANAJEMEN MODAL KERJA DAN KEPUTUSAN INVESTASI A.
MENETAPKAN PERSEDIAAN KAS Bagaimana menetapkan persediaan kas merupakan faktor mutlak dalam perusahaan, disebabkan demikian perlu dikaji berapa persediaan kas seharusnya sehingga dua tujuan yaitu Liquiditas dan Rentabilitas dapat dicapai. Untuk dapat menetapkan jumlah persediaan kas yang cukup sehingga Liquiditas tidak terganggu, maka kita harus dapat meramalkan rencana pemasukan dan pengeluaran kas untuk jangka waktu tertentu dan kas yang disediakan harus mampu menutupnya, untuk jelasnya disajikan sebagai berikut: PT. CILANDAK RAMALAN KAS BULANAN
Bulan
Kas Masuk
Kas Keluar
Kas Surplus
Jan
Rp.300.000,-
Rp.310.000,-
Feb
335.000,-
250.000,-
85.000,-
-
0
+ 85.000
Mar
500.000,-
410.000,-
90.000,-
-
0
+175.000
April
400.000,-
650.000,-
-
250.000,-
75.000,-
-0
Mei
450.000,-
525.000,-
-
75.000,-
75.000,-
0
Jun
525.000,-
375.000,-
Rp.
Kas Minus
- Rp.10.000,-
150.000,-
-
Kebutuhan
Sisa Kas
Rp. 10.000,-
Rp.
0
0
150.000,-
Catatan : Agar tidak terjadi illequick, maka untuk kegiatan selama 6 bulan harus mempunyai persediaan kas minimum Rp. 10.000,- + Rp. 75.000,- + Rp. 75.000,- = Rp. 160.000,-
B.
MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan (inventory) atau banyak yang menyebut sebagai stok adalah bahanbahan, barang setengah jadi atau barang dalam proses dan barang jadi pada saat tertentu, dalam upaya memenuhi dan mengantisipasi permintaan, sifat musiman produksi, menjamin sumber-sumber penawaran bahan dan efisiensi dari pengaturan pembelian dan operasi produksi. Jadi didalam perusahaan umumnya mempunyai 3 (tiga) jenis persediaan: 1.
Bahan-bahan (raw material.auxiliaries) Bahan-bahan adalah berupa bahan baku/pembantu yang akan diolah atau diproses menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Contoh : kain lembaran yang akan dipotong dan dijahit menjadi pakaian jadi.
2.
Barang dalam proses (work in process) Barang dalam proses dapat berupa persediaan yang terdiri dari bahan yang telah diolah atau dimasukkan dalam proses produksi perusahaan, tetapi belum selesai. Contoh : bahan kain yang telah dipola dan dipotong tetapi belum dijahit.
3.
Barang jadi (finished good) Barang jadi dapat berupa persediaan yang sudah dalam bentuk produk akhir, diperuntukkan sebagai upaya memenuhi permintaan pasar. Tingkat persediaan barang jadi menyangkut masalah koordinasi antara produksi dan penjualan. Pokok perhatian yang sangat penting dalam persediaan adalah bagaimana persediaan dapat diupayakan tidak membebani investasi bahkan bagaimana modal ada dapat diputarkan menjadi investasi yang lebih produktif dan efisien.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan atau dana yang terikat dalam persediaan: 1.
Tingkat penjualan Makin tinggi volume penjualan makin besar pula dana yang terikat dalam persediaan.
2.
Jangka waktu dan aspek teknis produksi Makin lama jangka waktu proses produksi makin tinggi pula tingkat investasi dalam persediaan. Aspek teknis proses produsi sering tidak memungkinkan perusahaan bekerj atanpa persediaan yang tinggi.
3.
Daya tahan produk jadi Barang jadi yang memiliki daya tahan terhadap kerusakan cenderung lebih besar persediaannya dibanding barang yang tidak tahan. Contoh
:
pakaian jadi, umumnya dengan stok yang relatif sangat beragam sedangkan roti/makanan yang memiliki sifat relatif mudah rusak sehingga dengan stok yang relatif lebih terbatas (catatan dengan berkembangnya teknologi sifat ini dapat diantisipasi seperti penggunaan alat pendingin sehingga kerusakan dapat dicegah).
Manfaat persediaan bagi suatu perusahaan: 1.
Mencegah hilangnya kesempatan untuk menjual Bilamana perusahaan tidak memiliki persediaan, perusahaan mudah kehilangan kesempatan untuk memenuhi permintaan yang sewaktu-waktu datang, sehingga pelanggan akan berpindah kepada pesaing-pesaing perusahaan. Oleh karena itu pemberian layanan yang cepat dan memuaskan sangat erat hubungannya dengan manajemen persediaan.
2.
Menarik keuntungan dari diskon/potongan Suatu perusahaan menyimpan stok yang relatif tinggi, karena dapat menarik diskon harga atau potongan dari pembelian dalam partai besar atau partai tertentu yang memberikan keuntungan bagi suatu perusahaan.
3.
Mengurangi biaya peranan Setiap kali perusahaan melakukan pemesanan bahan biasanya dikeluarkan biaya. Biaya-biaya ini dapat ditekan bilamana perusahaan membeli dalam jumlah tertentu sehingga jumlah pesanan yang harus dilakukan dapat dikurangi.
4.
Menjamin kelancaran proses produksi Persediaan yang cukup menjamin lancarnya proses produksi. Untuk memulai proses produksi harus dikeluarkan biaya yang disebut biaya persiapan produksi (set up cost). Bila persediaan tidak ada atau habis maka produksi terpaksa terhenti, untuk memulai kembali proses produksi maka diperlukan biaya persiapan produksi lagi.
Dalam manajemen perusahaan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan: 1.
Keseimbangan keluar-masuknya barang pada setiap saat kita harus memiliki persediaan untuk mengseimbangkan keluar-masuknya barang. Tingkat persediaan ditentukan oleh pola arus keluar-masuknya barangbarang. Bila arus tersebut lancar dan teratur tingkat persediaan dapat diharapkan stabil. Akan tetapi kalau arus tidak menentu, tingkat persediaan akan turun naik tidak beraturan.
2.
Permintaan yang tidak diduga Permintaan yang tidak diduga dapat saja terjadi setiap waktu, karenanya perusahaan harus memiliki keselamatan persediaan (safety stock). Keselamatan persediaan yang harus dimiliki merupakan persediaan untuk menghindari kerugian sebagai akibat permintaan yang tidak diduga.
3.
Persediaan tambahan Persediaan tambahan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bilamana terjadi lonjakan permintaan berdasarkan ramalan yang akan datang. Persediaan tambahan disebut anticipation stock.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka dapat digunakan landasan teori untuk menetapkan investasi optimum dalam persediaan. Teori yang dapat digunakan ada 2 (dua) yaitu:
1. 2.
Jumlah pesanan ekonomis/JPE (Economic Order Quantity/EOQ) Titik pemesanan kembali/TPK (Reorder Point)
ad.1. Jumlah Pesanan Ekonomis (JPE) JPE merupakan besaran jumlah pesanan dengan jumlah biaya pesanan dan biaya penyimpangan yang paling kecil. Dalam perhitungan JPE perlu dibuat asumsi-asumsi penyederhanaan sebagai berikut: a Jumlah penjualan pertahun dalam unit diketahui a Penjualan dilakukan secara merata sepanjang tahun a Biaya yang terjadi karena kehabisan persediaan tidak diperhatikan. a Tingkat keselamatan persediaan (safety stock level) tidak diperhatikan. a Terdapat dua jenis biaya yang berhubungan dengan persediaan yaitu jenis biaya yang akan meningkat dengan naiknya persediaan; contoh :
Contoh :
biaya gudang, bunga atas dana yang terikat, premi asuransi, kerusakan, dan sebagainya. Kemudian jenis biaya yang akan menurun dengan meningkatnya persediaan; kehilangan laba, karena tidakd apat menjual disebabkan habisnya persediaan (stock out), biaya yang terganggu karena tidak cukup persediaan, kemungkinan memperoleh potongan/diskon atas pembelian dan sebagainya.
Jumlah pemasangan ekonomis (JPE) dapat dicari dengan rumus:
JPE =
2. BT . P ---------------S.H
Keterangan : BT = Biaya tetap untuk menetapkan atau menerima pesanan P = Penjualan (pemakaian) tahunan dalam unit S = Biaya penyimpanan dinyatakan sebagai presentase nilai persediaan H = Harga pembelian per unit persediaan
Contoh: Suatu perusahaan PT. Maju Terus memperkirakan untuk menjual 5000 unit setahun dengan harga Rp. 10.000,- per unit. Biaya penem-patan pesanan adalah Rp. 10.000,- per pesanan, biaya penyimpanan ditaksir sebesar 10% dari nilai persediaan.
JPE =
2 x (50.000)(10.000) ---------------------------- = (10%) x (10.000)
1.000.000
= 1000 unit
Dengan demikian perusahaan tersebut harus membeli 1000 unit setiap menempatkan pesanan agar jumlah biaya dapat ditekan pada tingkat minimum. ad.2. Titik Pemesanan Kembali/TPK (Reorder Point) TPK adalah tingkat persediaan dimana perusahaan harus melakukan pesanan baru sebanyak JPE/EOQ. Bila perusahaan melakukan pada saat persediaan mencapai titik pemasanan kembali, barang-barang yang dipesan akan tiba sebelum perusahaan kehabisan bahan-bahan untuk diolah. Dalam menentukan Titik Pemesanan Kembali diperlukan 3 (tiga) jenis keterangan: a Pemakaian rata-rata (Usage rate) Pemakaian rata-rata menunjukkan jumlah unit persediaan per hari yang dipergunakan dalam proses produksi atau yang dijual kepada para langganan. Contoh :
penjualan setahun adalah 50.000 unit, maka Pemakaian rata-rata = 50.000 : 360 = 140 unit/hari
a Masa Tenggang (Lead Time) Masa tenggang adalah jangka waktu antara penempatan pesanan hingga diterimanya barang-barang. Keterangan ini dapat diperoleh dari Bagian Pembelian yang dapat memper-kirakan jangka waktu
tersebut berdasarkan catatan-catatan yang ada mengenai waktu penyerahan yang dilakukan berbagai supplier. a Tingkat keselamatan persediaan (safety stock) Tingkat keselamatan persediaan (KP) dapat dihitung dengan jalan mengalikan pemakaian rata-rata dengan jumlah hari yang dikehendaki. Contoh :
Perusahaan PT. Maju Terus menginginkan memiliki persediaan minimum yang cukup untuk menutup kebutuhan produksi selama 15 hari, sedangkan pemakaian rata-rata 500 unit per hati, maka: KP = 15 x 500 unit = 7500 unit
Rumus untuk dipergunakan:
menghitung
titik
pemesanan
kembali
dapat
TPK = PR (MT) + PR (Jumlah hari yang dikehendaki) dimana : TPK = Titik Pemesanan Kembali PR = Pemakaian rata-rata MT = Masa tenggang Contoh :
Perusahaan PT. Maju Terus menginginkan keselamatan persediaan sebanyak 8 hari penjualan. Penjualan rata-rata (pemakaian rata-rata) 140 unit per hari. Masa tenggang = 6 hari. Jadi:
TPK = (140) (6) + (140) (8) = 840 + 1120 = 1960 unit Didalam contoh diatas, perusahaan harus menempatkan pesanan sebanyak JPE unit pada saat tingkat persediaan turun sehingga 1960 unit. Dari rumus diatas, bahwa PR x jumlah hari yang dikehendaki adalah tingkat keselamatan persediaan. Oleh sebab itu Titik Pemesanan Kembali juga dapat dihitung dengan rumus: TPK = PR (MT) + Keselamatan Persediaan
C.
ANALISA PENGEMBALIAN INVESTASI Teknik yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasional perusahaan digunakan yang dinamakan Return On Investment (ROI). Besar RO dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1. 2.
Turn over dari operating asset (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi) Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih.
Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualan. 1.
Teknik Perhitungan ROI Besarnya ROI dapat diketahui dengan mengalikan antara Turn Over Operating Asset dengan Profit Margin.
Operating Asset Turn Over x Profit Margin Atau Penjualan Laba Usaha -------------------------- x ----------------------Operating Asset Penjualan
Bagaimana hubungan antara berbagai faktor yang mempengaruhi besarnya ROI dapat dilihat pada skema atas dasar data keuangan dibawah ini.
PT. CILANDAK NERACA PER 31 DESEMBER 1997 AKTIVA LANCAR Kas Rp. 25.000,Piutang dagang 75.000,Barang dagangan 200.000,Jumlah aktiva lancar Rp. 300.000,-
HUTANG LANCAR Hutang dagang Rp. 76.000,Hutang wesel 25.000,Hutang bunga 9.000,Hutang pajak 145.000,255.000,Jumlah hutang lancar
AKTIVA TETAP Rp. 250.000,Mesin (netto) 350.000,Bangunan (netto) 100.000,Tanah Jumlah aktiva tetap Rp. 700.000,-
HUTANG JK.PANJANG 5% obligasi
180.000,-
MODAL SENDIRI Saham Laba ditahan Jumlah modal sendiri
420.000,145.000,565.000,-
Jumlah aktiva Rp.1.000.000,-
Rp.1.000.000,-
PT. CILANDAK LAPORAN RUGI LABA TAHUN 1997
Penjualan netto Harga pokok penjualan Laba bruto Biaya administrasi Biaya penjualan Biaya umum Keuntungan operasi Bunga Keuntungan sebelum pajak Pajak perseroan Keuntungan netto
Rp. 2.000.000,Rp. 1.000.000,- (-) Rp. 1.000.000,Rp. 300.000,Rp. 250.000,Rp. 150.000,- (+) Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
700.000,- (-) 300.000,9.000,- (-) 291.000,145.000,- (-) 146.000,-
NET SALE 2.000.000
NET OPERATING INCOME 300.000
(-/-)
COS 1.000.000 (+/+)
PROFIT MARGIN (15%)
(÷)
TOTAL BIAYA OPERASI 1.700.000
NET SALE 2.000.000
SALLING EXPENCE 250.000 (+/+)
ADM. & GEN. EXPENCE 450.000
ROI (30%)
CASH 25.000 (+/+) NET SALE 2.000.000 INVESTMENT TURN OVER (2X)
(÷)
TOTAL INVESTMENT 1.000.000
WORKING CAPITAL 300.000
(+/+)
ACCOUNT RECEIVEBLE 75.000 (+/+) INVENTORY 200.000
FIXED ASSET 700.000
NB : Pengertian dari beberapa konotasi di atas: ROI Tingkat pengembalian modal yang ditanam Profit Margin Bagian keuntungan yang dicapai Investment Turn Over Perputaran investasi Net Operating Income Laba operasi netto Net Sales Penjualan netto Total Investment Jumlah investasi Working Capital Modal kerja Fixed Asset Harta tetap COS Harga pokok penjualan Salling Expence Biaya penjualan Adm. & Gen. Expence Biaya administrasi dan umum Cash Uang tunai Account Receiveble Piutang Inventory Persediaan barang
D.
PENILAIAN INVESTASI Maksud dan tujuan penilaian suatu investasi adalah untuk melakukan perhitungan-perhitungan agar mendapat pilihan investasi yang tepat, sebab apabila perhitungan salah maka kemungkinan gagal atau terjadi penyimpangan (bias) dalam investasi yang berarti penghamburan sumber daya/faktor produksi langka yang tersedia. Oleh karena itulah, sebelum seorang pengusaha mengambil keputusan (decision) untuk melakukan investasi perlu dilakukan persiapan-persiapan yang matang dan perhitungan-perhitungan serta evaluasi untuk menentukan hasil dari berbagai alternatif. Tahap penilaian yang perlu dilakukan dapat dibagi menjadi sebagai berikut: 1.
Tahap Pra Produksi, mencakup kegiatan: a. Pengumpulan data, meliputi: 1) Dimana sumber bahan baku/bahan mentah, dapat diperoleh dengan mudah dan berapa harganya? 2) Darimana mesin-mesin/peralatan-peralatan yang diperlukan dapat diperoleh, dari dalam negeri atau dari luar negeri dan berapa harganya? 3) Apakah diperlukan tenaga-tenaga ahli khusus dan darimana dapat diperoleh, dari dalam negeri atau luar negeri dan berapa biayanya? 4) Darimana modal dapat dipenuhi? 5) Bagaimana saluran distribusinya? 6) Sampai dimana rencana investasi tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah, misalnya masalah pencemaran udara, pencemaran/pengotoran air dan sebagainya, yang kesemuanya ini akan mengganggu kepentingan masyarakat banyak, khususnya di lokasi dimana proyek akan dibangun. 7) Apakah ada monopoli terhadap produk yang akan diproduksi tersebut yang tidak memungkinkan adanya industri baru terhadap produk tersebut.
8)
Sampai dimanakah proyek tersebut dapat berkembang sebagai jawaban suatu kebutuhan yang timbul dalam rangka perencanaan pembangunan industri secara keseluruhan?.
b. Pencatatan pada tabel cek (Tally sheet) Hasil daripada pengumpulan data di atas, kemudian dicatat pada tabel cek (tally sheety), yang akan menggambarkan segala kemungkinankemungkinan sebagai berikut: Alternatif Investasi
HI1
HI2
HI3
HI4
HI5
HI6
HI7
HI8
Rating
A B C Keterangan: HI1 - HI8 = Menunjukan hambatan investasi, misalnya HI masalah bahan baku/ pembantu, dan sebagainya Pengisian hambatan dapat diberikan dengan simbol sebagai berikut: V = artinya apda alternatif investasi hambatan X = artinya HI sulit diatasi ? = artinya diperlukan penelaahan/studi lebih lanjut (+) = positif, analisa/studi dapat dilanjutkan (-) = negatif, jangan dilanjutkan/dibatalkan, karena terlalu banyak hambatan
Dari data-data yang telah diperoleh, kemudian dilakukan pengelompokan sesuai dengan tingkat hambatan (rating) daripada permasalahan sebagaimana terlihat pada tabel cek. Berdasarkan pengelompokan sesuai dengan tingkat permasalahan (rating) dari permasalahan maka akan dapat menjawab, apakah diperlukan analisa lebih lanjut dan masalah-masalah mana saja yang perlu dianalisa meliputi:
a a a a
2.
Analisa pasar (market analysis), Analisa teknis Biaya yang diperlukan untuk melakukan studi/penelitian Sampai dimana kemungkinan-kemungkinan hambatan investasi dapat diatasi.
Tahap Peramalan Untuk mengukur sampai dimana suatu investasi memberikan harapan yang menarik bagi calon investor maka dapat digunakan metode sebagai berikut: a Medote Masa Pembayaran Kembali/MPK (Pay Pack Periode) Metode ini dilakukan dengan menghitung berapa waktu pengembalian modal yang dibutuhkan untuk suatu modal investasi yang ditanamkan. Contoh :
Seorang calon pengusaha akan menginvestasikan uangnya sebesar Rp. 1,- juta. Umur investasi tersebut ditaksir 10 tahun dan akan disusutkan secara sama rata dengan nilai sisa nol. Pendapatan usaha diperkirakan Rp. 700.000,-. Biaya bahan baku, bahan bakr, gaji pegawai dan pemeliharaan ditaksir Rp. 300.000,- setahun. Pajak yang harus dibayar adalah 40% dari laba kena pajak. Bila tingkat suku bungan umum 10%, hitunglah. a. Pay out period b. Net Present Value c. Internal Rate of Return.
Jawab :
Untuk menjawab persoalan diatas lebih dulu harus dihitung berapa arus uang tahunan, dalam hal ini arus uang tahunan konstan atau tetap, adalah:
Perhitungan arus uang tahunan (dalam Rp. 000) Rugi-laba - Pendapatan usaha 700 - Biaya-biaya (300) - Penyusutan : 10% x 1000 (biaya non cash) (100) - Laba kena pajak 300 - Pajak : 40% x 300 (120) Laba bersih 180 Arus uang netto
Arus uang 700 (300)
(120) 280
Dibawah ini dapat digambarkan arus pengeluaran dan penerimaan uang dari usaha investasi diatas (1000) 280
280
280
280
---------x---------x--------x----------------------------x 0
1
2
3
10
Dari uraian diatas, maka dapat dihitung sebagai berikut L 1)
Masa pembayaran kembali/MPK (Payout Period) Dari jumlah investasi yang ditanam setiap tahun akan memperoleh pendapatan Rp. 280.000,Jadi masa pembayaran kembali/MPK (Payback Period) =
1.000.000 --------------- x 1 tahun = 1 tahun 7 bulan 280.000 2)
Perhitungan nilai kontan netto (Net Present Value) Didalam perhitungan nilai sekarang, dihitung nilai kontan dari arus uang keluar dan arus uang masuk setiap tahun pada tingkat suku bunga yang ditetapkan. Kemudian menjumlahkan nilai-nilai kontan tersebut. Perlu diperhatikan bahwa faktor-faktor bunga setiap tahun 0 (tahun investasi dilakukan) selalu = 1.000. Di dalam pemecahan soal tersebut diatas dipergunakan Tabel b. Nilai kontal arus uang tahunan (Rp. 280.000,- tiap tahun) adalah Rp. 1.720.320,-.
Penanaman yang dilakukan dalam tahun 0 adalah Rp. 1.000.000,sehingga nilai kontan netto adalah Rp. 1.720.320,- – Rp. 1.000.000,- = Rp. 720.320,-. Lihat tabel berikut: Tabel Perhitungan Nilai Kontan Netto (Rp. 000) Persen bunga 10% Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Arus Uang (1.000.000) 280.000 280.000 280.000 280.000 280.000 280.000 280.000 280.000 280.000 280.000 1.800.000
Faktor Nilai Kontal 1.000 (1.000.000) 0,909 254.520 0,826 231.280 0,751 210.280 0.683 191.240 0.621 173.880 0.564 157.920 0,513 143.640 0.467 130.760 0.424 118.720 0,386 108.080 Nilai Kontan Netto 720.320
Berdasarkan arus uang tahunan konstan yakni tiap tahunnya sebesar Rp. 280.000,- maka dapat pula dipergunakan tabel bunga yang telah disusun secara khusus untuk perhitungan tersebut yakni Tabel c. Bila dipergunakan Tabel c dapat dihitung sebagai berikut: Perhitungan Nilai Kontan Netto Persen Bunga 10% Tahun 0 1 s/d 10
Arus uang
Faktor
(Rp.1.000.000,-) 1,000 280.000
6,145 Nilai kontan netto
Nilai kontan (Rp. 1.000.000,-) 1.720.000 Rp. 720.000,-
Selisih hasil perhitungan penggunaan tabel b dan c disebabkan adanya pembulatan-pembulatan dalam faktor bunga. Kesimpulan bahwa pada contoh tersebut penggunaan suku bunga 10% memberikan nilai kontan netto yang positif sebesar Rp. 720.000,- lebih. Hal ini menunjukkan bahwa investasi tersebut dapat memberikan tingkat laba yang lebih besar dari tingkat suku bunga umum yang berlaku. Sebagai patokan dapat diambil: a Bila NKN posisip > tingkat suku bunga umum à investasi diteruskan a Bila NKN negatip < tingkat suku bunga umum -> investasi tidak diteruskan Catatan : 3)
semakin besar nilai positip NKN, maka investasi semakin menarik dan bila negatip sebaliknya.
Internal Rate Of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah tingkat suku bunga yang bila dipergunakan untuk mendiskontokan penerimaan-penerimaan yang diperkirakan di masa yang akan datang, akan menyamakan nilai kontan penerimaanpenerimaan itu dengan nilai investasi yang dilakukan. Dengan kata lain pada tingkat suku bunga. IRR = nilai kontan arus uang masuk = nilai investasi yang dilakukan Oleh karena itu, sebenarnya IRR merupakan tingkat profitability suatu proyek investasi. Kelebihan IRR dari alat pengukur tingkat laba lainnya adalah bahwa IRR memperhitungkan bahwa nilai uang Rp. 1,- hari ini lebih tinggi dan nilai uang Rp. 1,- satu tahun yang akan datang. Dengan demikian IRR memperhitungkan nilai waktu (the time value of money). Cara perhitungan: IRR dicari dengan cara coba dan periksa (trial and error) yaitu dengan mencoba-coba mempergunakan suatu suku bunga tertentu, melakukan perhitungan dan kemudian memeriksa-nya. Bila suku bunga belum
memberikan hasil yang diinginkan maka perlu dicoba suku bungan yang lain. Sesuai contoh soal diatas misal digunakan suku bungan 24% dan 25% maka akan diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut: Tabel Perhitungan IRR
Tahun 0 1 s/d 10
Prosen Diskonto -------------------------------------------------------24% 25% -------------------------------------------------------Arus Uang Faktor Nilai Kontan Faktor Nilai Uang (1.000.000) 1,000 (1.000.000) 1,000 (1.000.000) 280.000 3,682 (1.030.960) 3,571 999.880 Nilai kontan netto 30.960 120
Dari perhitungan diatas nampak bahwa: a penggunaan suku bunga 24% menghasilkan nilai kontan netto positif sebesar Rp. 30.960,- sedangkan a penggunaan suku bunga 25% menghasilkan nilai kontan netto negatif sebesar Rp. 120,Karena yang dicari sebenarnya adalah suku bunga yang akan menghasilkan nilai kontan nol, maka tentulah suku bunga tersebut terletak antara 24% dan 25%. Dengan cara interpolasi linear, suku bunga dapat dicari sebagai berikut: Selisih nilai kontan Selisih suku bunga IRR
= = = =
30.960 – (-120) = 31.080 24% - 25% = 1% 24% + (30.960/31.080 x 1%) 24,996% atau dibulatkan menjadi 25%
Mencari pendekatan persen IRR: Sebagaimana telah diuraikan didepan bahwa mencari IRR dilakukan dengan cara “coba dan periksa”. Walaupun demikian untuk perhitungan pertama, persen itu dapat pula didekati dengan bantuan perhitungan Masa Pembayaran Kembali (MPK/Pay Out Period). Cara ini terutama dapat
dipergunakan bilamana arua uang menunjukkan penerimaan penghasilan yang tetap. Dalam contoh diatas MKP adalah 1.000.000 : 280 = 3,571 Bila kita memeriksa pada tabel bunga (Tabel C) dibaris n=10 tahun, akan terlihat bahwa faktor tersebut terletak dilayar 25%. Tahun -------9 10
18% -----4.303
20% -----4.301
22% -----3.786
24% -----3.566
25% -----3.463
30% ------
4.494
4.192
3.923
3.682
3.571
3.092
MPK Dalam contoh diatas MPK tepat sama dengan faktor bunga untuk 25%, sehingga IRR = 25% dan perhitungan lebih lanjut tidak perlu dilakukan.
III. PERENCANAAN LABA DAN PENGANGGARAN A. HUBUNGAN BIAYA – LABA – VOLUME Penyelidikan hubungan yang terdapat antara biaya laba dan volume (Cost-ProfitVolume) adalah sangat penting bagi pimpinan untuk dapat membuat suatu rencana yang baik. Umpama sekelompok pedagang kaki lima merencanakan menjual mainan anakanak dalam suatu pameran. Sebuah boneka harus dijual dengan harga Rp. 9,- sedangkan harga pembelian dari produsen adalah Rp. 5,-/unit, sisa yang tidak terjual boleh dikembalikan, untuk menyewa tempat para pedagang kaki lima harus membayar per hari Rp 200,Pertanyaan: a. Berapa unit harus mereka jual agar mereka tidak rugi (break even) b. Berapa unit harus mereka jual agar supaya mereka mendapat untung 25% dari penjualan. 1. Cara Pertama, dengan persamaan Penjualan = Biaya variabel + Biaya tetap + laba 9x = 5x + 200 + 0 4x = 200 200 x = ------ = 50 4 Cara kedua, dengan teknik contribution margin, yaitu selisih antara harga jual dengan biaya variabel. Harga jual Biaya variabel Contribution margin
= Rp. 9,= Rp. 5,= Rp. 4,-
Jadi dengan penjualan setiap unit menghasilkan Rp 4,- yang dipakai untuk menutup biaya tetap. Karena biaya tetap seluruhnya Rp. 200,- maka untuk penutupnya (break even) harus dijual sebanyak 200 / 4 = 50 unit. Cara ketiga, dengan grafik Rupiah Penjualan BEP
Biaya variabel (Rp 575)
Biaya tetap (Rp 200) 50 unit Volume 2. Penjualan = Biaya variable + biaya tetap + laba 9x = 5x + 200 + 25/100 x 9x 9x = 5x + 200 + 2,25x 1,75x = 200 x = 114,3 dibulatkan menjadi 115 Hasil penjualan 115 x Rp 9 = Rp. 1.035,Biaya variabel 115 x Rp 5 = Rp. 575,Biaya tetap = Rp. 200,Rp. 775,Laba Rp. 260,-
B.
MENYUSUN PERUSAHAAN
DAN
MENGENDALIKAN
ANGGARAN
Syarat yang menjadi inti berhasilnya seorang pengusaha adalah melihat ke depan utamanya untuk mengetahui bagaimana perusahaan menghadapi biaya pada tahun-tahun kemudian. Suatu anggaran secara sederhana disebut rencana keuangan perusahaan adalah rencana yang menjelaskan bagaimana dana akan dibelanjakan untuk bahan baku, tenaga kerja, barang modal (mesin dan peralatan) dan sebagainya serta bagaimana dana-dana tersebut dapat diperoleh. Anggaran perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk merumuskan rancanarencana perusahaan dan untuk melaksanakan pengawasan terhadap semua unit/bagian/departemen yang ada. Sehingga sistem anggaran adalah alat daripada manajemen yang digunakan untuk perencanaan dan pengawasan. Anggaran perusahaan dapat disusun untuk beberapa bulan, satu tahun, 5 tahunan dan sebagainya tergantung daripada sifat usaha suatu perusahaan. 1. Unsur-unsur anggaran Penyusunan anggaran sangat penting bagi pengusaha yang ingin maju dan melihat kedepan. Unsur-unsur berikut ini perlu dipertimbangkan dalam mempersiapkan anggaran suatu usaha adalah: a Penjualan Kunci dari aktivitas usaha secara keseluruhan ialah target penjualan. Target penjualan yang ditentukan memungkinkan anda membuat ramalan angka-angka dalam anggaran kegiatan dengan analisa prosentase atau perkiraan yang dapat dipertanggungjawabkan. a Biaya produk Biaya produk adalah pengeluaran yang terlibat dalam pembuatan atau pembelian suatu produk, pengemasan dan usaha-usaha sehingga siap dijual. Perkiraan perhitungan biaya pembuatan suatu produk untuk sejumlah tertentu merupakan bagian dari anggaran kegiatan. a Biaya penjualan
Biaya penjualan termasuk biaya-biaya iklain, promosi, gaji-gaji penjual, kantor/cabang penjualan, pengiriman kepada langganan dan jasa purna jual dan sebagainya. a Pengeluaran administrasi Pengeluaran-pengeluaran untuk manajemen, pegawai kantor, pembukuan dan jasa-jasa umum. a Bunga dan biaya-biaya keuangan Semua usaha meminjam uang pada suatu saat, selalu melibatkan bunga. Biaya-biaya ini dijaga terpisah. Contoh anggaran operasi yang sederhana ditunjukkan dibawah ini. Uraian Kegiatan Tahun 0 dan Anggaran Kegiatan Tahun 1 – 3 (Dalam Rp ribuan) Tahun 0
0
1
2
3
1.000
5.000
10.000
20.000
40.000
Biaya
600
3.000
6.000
10.000
16.000
Laba kotor
400
2.000
4.000
10.000
24.000
Pengeluaran overhead & Adm.
300
1.500
3.000
4.000
10.000
1000
5000
1.000
6.000
14.000
Penjualan
Laba bersih
Asumsi-asumsi: 1. Tahun 0 - nyata 2. Tahun 1 - Penjualan Rp. 10.000,- persentase sama dengan tahun 0 3. Tahun 2 - Penjualan Rp. 20.000,- biaya penjualan Rp.10.000,pengeluaran overhead 20% penjualan 4. Tahun 3 - Penjualan Rp. 40.000,- laba kotor 60% pengeluaran overhead Rp. 10.000,-
2. Jenis-jenis Anggaran a. Anggaran operasi/kegiatan, yang menetapkan/menyusun perkiraan pendapatan dan pengeluaran. Dalam menjelaskan anggaran kegiatan mencakup penjualan, biaya penjualan, pengeluaran overhead dan laba bersih untuk periode pembukuan masa lewat. Anggaran kegiatan merupakan pencapain dan target dari penjelasan kegiatan untuk periode pembukuan yang akan datang. Anggaran kegiatan tidak pernah tepat karena didasarkan pada asumsi-asumsi. Manfaat anggaran terletak pada validitas/ berlakunya asumsi-asumsi yang digariskan. Ada 2 (dua) tahap utama dalam penyusunan anggaran adalah perencanaan dan kegiatan. Tahap pertama perencanaan anggaran, mencakup pembuatan uraian yang jelas dari tujuan yang diinginkan dari perusahaan seperti: 1) Bagian pasar, berapa besar bagian pasar dari perusahaan 2) Jumlah penjualan, berapa besar target penjualan 3) Profitabilitas, berapa proses laba yang diharapkan yang dapat dicapai perusahaan 4) Pengembalian investasi, berapa persen ROI (Return on Investment) 5) Tingkat pertumbuhan, berapa besar tingkat pertumbuhan dalam artian total modal yang dipakai.
PROSES ANGGARAN SEDERHANA Tinjauan Kegiatan Sekarang (dimana kita sekarang)
Uraian Kondisi-kondisi yang akan datang (asumsi tentang yang akan datang)
Uraian tujuan perusahaan (ingin apa) Tahap Perencanaan Bagian Pasar
Jumlah penjualan
ROI/Tujuan laba
Pertumbuhan secara fungsi
Ramalan Penjualan Tahap Operasional Biaya-biaya penjualan/ Administasi, tenaga kerja langsung tenaga kerja tak langsung
Asumsi
Overhead
Laba
Operasi/kegiatan saat ini perlu ditinjau sebagai pedoman dalam mempersiapkan perkiraan anggaran. Misalnya dalam anggaran penjualan, kondisi-kondisi berikut ini harus dipertimbangkan: 1. Kondisi luar/eksternal a Keadaan dunia usaha secara umum yang diharapkan terjadi selama satu periode a Periode yang akan datang a Kondisi usaha setempat yang diharapkan terjadi a Kecenderungan jumlah penduduk dalam wilayah perdagangan a Kemungkinan berubah daya beli a Perubahan-perubahan yang diharapkan dalam pasar yang bersaing a Pergerakan/perubahan fasion/selera 2. Kondisi didalam/internal a Perubahan kebijakan promosi a Perubahan lokasi dan wilayah pemasaran a Perubahan karyawan a Perubahan dalam layout pabrik a Perubahan dalam kebijakan harga a Perubahan dalam kebijakan kredit Tahap kedua, penyusunan anggaran kegiatan-kegiatan atau kegiatan nyata dari perusahaan. Disini, anggaran berikut ini diperkirakan: a Penjualan a Tenaga kerja dan bahan langsung a Overhead pembuatan a Pengeluaran penjualan dan administrasi a Laba b. Anggaran kas penting untuk menyusun perencanaan kas anda untuk membiayari kegiatan segera. Anggaran kas menjelaskan penjualan, biaya dan pengeluaran yang dianggarkan kedalam bentuk ramalan penerimaan dan pengeluaran per bulan didasarkan asumsi-asumsi seperti syarat-syarat kredit, sebagaimana contoh sebagai berikut:
Anggaran Kas PT. Maju Terus (Dalam Rp 000) ---------------------------------------------------------------------------------------------------Kertas Kerja Mei
Juni
Juli
Agt.
Sept. Okt.
Nov.
Des.
Jan.
Penjualan (dikurangi potongan tunai 10000 10000 20000 30000 40000 20000 20000 10000 10000 Penagihan : * Bulan pertama (20%) 2000
* Bulan kedua (70%) * Bulan ketiga (10%) Total : 2000
2000 7000
4000 6000 8000 4000 4000 2000 2000 7000 14000 21000 28000 14000 14000 7000 1000 1000 2000 3000 4000 2000 2000 9000 12000 21000 31000 35000 22000 18000 11000
Pembelian (70% penjualan sebelum kemudian)
7000 14000 21000 28000 14000 14000
7000
7000
Pembayaran (selang satu bulan)
7000 14000 21000 28000 14000 14000
7000
7000
--------------------------------------------------------------------------------------------------Anggaran Kas Penerimaan * Penagihan
12000 21000 31000 35000 22000 18000 11000
Pengeluaran * Pembelian 14000 21000 28000 14000 14000 * Gaji dan upah 1500 2000 2500 1500 1500 * Sewa 500 500 500 500 500 * Biaya lain 200 300 400 200 200 * Pajak 8000 * Pembayaran untuk mesin - 10000 Total pengeluaran Saldo lebih (kurang) kas selama bulan Saldo awal kas bila tidak pinjam
16200 31800 41400 16200 16200
7000 1000 500 100 -
-
8600
(4200) (10800) (10400) 18800 5800 9400 6000
1800 (900) (19000)
(600)
-
Saldo kas komulatif (saldo awal ditambah saldo lebih/ kurang)
1800 (9000) (19400) 600
Dikurangi : Saldo kas yang diingini
(5000) (5000) (5000) (5000) (5000) (5000)
Pinjaman yang diperlukan Surplus kas
3200 14000 24400 -
-
-
5600 -
5200 14600
-
-
200 9600
Ramalan-ramalan penerimaan dan pengeluaran kas untuk menentukan kelebihan dan kekurangan per bulan masa yang akan datang dari kas dan melihat lebih dulu kemungkinan waktu dan lamanya kebutuhan kas yang paling tinggi. Perencanaan membuat tersedianya kas secara cukup pada saat dibutuhkan dan kemungkinan dari kas yang tak terpakai yang tidak memberikan laba. Kegagalan memperhitungkan alir kas masa yang akan datang dan mengendalikannya terus menerus bisa membawa kepada akibat buruk dan penutupan usaha.
LAMPIRAN
FORM LAPORAN PERMOHONAN KREDIT
Usaha …….………………………………………………… a.n. ………………………………………………………….. di ……………………………
BANK INDONESIA PROYEK PENGEMBANGAN USAHA KECIL WILAYAH JABOTABEK 1999
I. I D E N T I T A S 1. PENGUSAHA / PERUSAHAAN : 2. ALAMAT LENGKAP
:
- USAHA
:
- RUMAH
:
3. SEKTOR/SUB SEKTOR
:
4. JENIS PRODUKSI
:
5. HUBUNGAN DGN BANK
:
-
Giro Bank ……………………………. No. ………………..
-
…………………………………………
6. FASILITAS KREDIT YANG SEDANG DINIKMATI BANK
JENIS KREDIT DAN KEGUNAAN
PLAFOND (Rp)
TINGKAT BUNGA
JANGKA WAKTU
Bulan
Mulai/ sampai
BAKI DEBET SAAT INI
(Rp)
7. FASILITAS KREDIT YANG DIMOHONKAN NO. 1. 2. 3. 4.
5.
URAIAN JENIS KREDIT DAN KEGUNAAN PLAFOND (Rp) TINGKAT BUNGA (%/Th) JANGKA WAKTU - LAMA (bl) - Mulai s/d GRACE PERIOD (bl)
DIMOHON
KETERANGAN
II. ASPEK HUKUM 1. BENTUK USAHA :
PERORANGAN CV KOPERASI
FIRMA PT YAYASAN
2. AKTE PENDIRIAN / ANGGARAN DASAR : - NOTARIS : - NO : - TANGGAL : - PENGESAHAN DEPARTEMEN KEHAKIMAN/KOPERASI : NO. ………………………. Tgl. …………………. LEMBARAN NEGARA : NO. ………………………. Tgl. ………………….. - PENDAFTARAN DI PENGADILAN NEGERI : PN. …………. NO. ..…………. Tgl………………. - AKTE PEROBAHAN : NO. ………… Tgl. ……….. NOTARIS ………….. 3. PEMILIKAN DAN KEPEGURUSAN PEMILIK/PEMEGANG SAHAM NAMA
LEMBAR SAHAM
NILAI (Rp)
PENGURUS (disesuaikan dengan bentuk usaha
PERBANDINGAN (%)
Preskom : Komisaris : Komisaris : Presdir Direktur Direktur
: : :
4. PERIZINAN YANG DIMILIKI No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis
NO. DAN TGL
BERLAKU S.D
KETERANGAN
III. ASPEK MANAGEMENT 1. RIWAYAT HIDUP PENGUSAHA/PEMILIK/PENGURUS NO.
NAMA/UMUR
PENDIDIKAN
PENGALAMAN USAHA
KETERANGAN
1. 2. 3. 4. 5.
2. STRUKTUR ORGANISASI DAN HUBUNGAN KERJA
3. ADMINISTRASI DAN PEMBUKUAN YANG DIKERJAKAN NO.
1. 2. 4. 4. 5. 6. 7. 8.
BUKU/CATATAN
YA
KADANG2
TIDAK
KAS HARIAN PRODUKSI PENJUALAN PIUTANG HUTANG L/R C/F NERACA
4. REFERENSI/REKOMENDASI/INFORMASI DARI PIHAK LAIN
ALASAN/KET
IV. ASPEK PEMASARAN
1. POTENSI DAN PELUANG PASAR NO.
DAERAH PEMASARAN
SASARAN KONSUMEN
PERKIRAAN POTENSI (UNIT)
PERMINTAAN MARKET SAAT INI
PESAING *) (UNIT USAHA) SHARE (%) RENCANA
1. 2. 4. 4. 5.
2. REALISASI DAN RENCANA PENJUALAN SERTA HARGA JUAL PER HARI/MINGGU/ BULAN/MUSIM/TAHUN SAAT INI NO.
RENCANA
JENIS PRODUKSI UNIT
HARGA/ UNIT (Rp)
JUMLAH
UNIT
HARGA/UNIT (Rp)
JUMLAH
1. 2. 3. 4.
3. PERKEMBANGAN HARGA BARANG SEJENIS / SUBSTITUSI NO.
1. 2. 3. 4.
JENIS PRODUKSI
HARGA PER UNIT (Rp) 1988 1989 1990
KETERANGAN
4. SISTEM PEMASARAN DAN SYARAT PEMBAYARAN SYARAT
NO.
UANG MUKA
MELALUI
TUNAI
PEMBAYARAN (%) KREDIT
1 BLN
1. 2. 3. 4. 5.
2 BLN
3 BLN
DISTRIBUTOR GROSIR PENGECER LANGSUNG KONSUMEN
5. SARANA PENUNJANG PEMASARAN YANG DIMILIKI NO.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
JENIS SARANA
LOKASI
KAPASITAS/ LUAS
KETERANGAN
V. ASPEK TEKNIS/PRODUKSI 1. FASILITAS PRODUKSI YANG ADA DAN DIRENCANAKAN UNIT NO.
KONDISI (%)
KAPASITAS
JENIS LAMA
BARU
LAMA
BARU
LAMA
BARU
UMUR EKONOMIS LAMA
BARU
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
2. REALISASI PRODUKSI DAN YANG DIRENCANAKAN PER HARI/MINGGU/ BULAN/MUSIM/TAHUN NO.
JENIS PRODUKSI
SAAT INI (UNIT)
RENCANA (UNIT)
ALASAN/ KETERANGAN
1. 2. 3. 4. 5.
3. BAHAN BAKU DAN PEMBANTU (dalam unit) NO.
JENIS
KEBUTUHAN PER UNIT/HARI/MINGGU/BLN/ MUSIM/THN
SAAT INI 1. 2. 3. 4. 5.
RENCANA
PERIODE KEBUTUHAN PER TURN OVER
TOTAL KEBUTUHAN
4. SUMBER, HARGA, CARA PEMBELIAN/PEMBAYARAN BAHAN PEMBANTU NO.
JENIS
SUMBER
HARGA/ UNIT (Rp)
BAKU DAN
CARA PEMBAYARAN (%)
KETERANGAN
GAJI/UPAH PERBORONGAN/HARI/M INGGU/BULAN (Rp)
SUMBER/PENGGA DAAN TENAGA KERJA
1. 2. 3. 4. 5.
5. TENAGA KERJA NO.
JENIS TENAGA KERJA (TETAP/BORONGAN/ LANGSUNG/ADMINISTRASI
JUMLAH KEBUTUHAN
1. 2. 3. 4. 5.
3. PROSES PRODUKSI (Gambaran dengan bagan)
VI. ASPEK KEUANGAN 1. ASUMSI/DASAR PERHITUNGAN KEUANGAN UNTUK PEMBEAYAAN NO.
KOMPONEN
I.
INVESMENT
II.
OPERASIONAL
DASAR PERHITUNGAN
2. STRUKTUR PEMBIAYAAN *) NO. 1. 2. 3.
PENJELASAN INVESTASI/HARGA TETAP MODAL KERJA/HARGA LANCAR
JUMLAH STRUKTUR PEMBEAYAAN 1. MODAL SENDIRI : - INVESTASI - MODAL KERJA JUMLAH 2. KREDIT BANK - INVESTASI - MODAL KERJA JUMLAH 3. SUMBER LAIN - INVESTASI - MODAL KERJA JUMLAH *) Rincian pada lampiran No. …………….
SAAT INI (Rp) %
RENCANA (Rp) %