DAFTAR ISI Halman Halaman Judul !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! i Kata Pengantar !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!..! ii Abstrak ............................................................................................... iii Daftar Isi ........................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ............................................................................... 2. Kondisi Umum ................................................................................. 3. Potensi dan Permasalahan .......................................................... 4. Lingkungan Strategis .....................................................................
1 4 13 15
BAB II VISI, MISI, NILAI-NILAI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS 1. Visi ................................................................................................................. 17 2. Misi ............................................................................................... 17 3. Nilai-Nilai ...................................................................................... 17 4. Tujuan ........................................................................................... 18 5. Sasaran Strategis .......................................................................... 18 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 1. Arah Kebijakan .............................................................................. 2. Strategi ......................................................................................... BAB IV PENYELENGGARAAN BAB V PEMANTAUAN DAN PENILAIAN BAB VI PENUTUP
20 21
KATA PENGANTAR
Sesuai
dengan
Rencana
Strategis
Kementerian
Kesehatan
tahun 2010 – 2014 maka BBTKLPPM Surabaya selaku unit pelaksana teknis Kementerian Kesehatan yang berada dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) sesuai dengan ketentuan yang berlaku menyusun Rencana Aksi Kegiatan
Penyelenggaraan
PP & PL
Berbasis
Laboratorium
tahun 2010 – 2014. Rencana aksi kegiatan ini merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif
dan
memuat
pokok-pokok
kegiatan
yang
mencerminkan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta peran BBTKLPPM Surabaya dalam kinerja Surveilans Berbasis Laboratorium, dengan tujuan dan sasaran strategis mendukung pencapaian tujuan Program PP & PL. Dalam pencapaian tujuan dan sasaran, dipertimbangkan kemampuan sumberdaya yang tersedia, tantangan yang dihadapi, isu-isu dan perubahan serta dinamika lingkungan strategis maupun komitmen nasional dan internasional. Situasi dan transisi epidemiologi, munculnya PINERE, dinamika kependudukan, dan kemajuan IPTEK juga menjadi pertimbangan dalam penyusunan perencanaan maupun pengelolaan program dan kegiatan. Menyadari kompleks dan luasnya permasalahan yang dihadapi, BBTKLPPM Surabaya perlu senantiasa membangun jalinan kemitraan dan jejaring kerja dengan semua pihak terkait, pengikutsertaan peran masyarakat dan institusi pendidikan jika menjadi pertimbangan pengelolaan program. Berbagai
keterbatasan dan peluang yang ada merupakan modal untuk pencapaian tujuan dan sasaran strategis sebagaimana termuat dalam rencana aksi kegiatan ini. Diharapkan rencana aksi ini menjadi acuan seluruh jajaran BBTKLPPM Surabaya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Amin.
Kepala BBTKLPPM Surabaya
Bambang Wahyudi, SKM.,MM NIP. 195310051977061001
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan
kesehatan
merupakan
bagian
integral
dari
pembangunan nasional yang secara berkelanjutan dilaksanakan menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan berkeadilan, mengingat pembangunan kesehatan pada dasarnya adalah investasi perwujudan sumber daya manusia yang memiliki ketahanan jiwa dan raga yang optimal sebagai modal dasar menuju masyarakat adil dan makmur sesuai dengan cita-cita bangsa. Sejalan dengan era dan pentahapan pembangunan serta dinamika situasi kondisi lingkungan strategis, maka upaya dan programprogram serta kegiatan pembangunan bidang kesehatan senantiasa berkembang
sesuai
dengan
perkembangan
kependudukan,
epidemiologi, ilmu pengetahuan dan teknologi, gaya hidup serta kondisi lingkungan hidupnya. Arah pembangunan kesehatan juga semakin didorong untuk mampu mendukung upaya perkuatan ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan bahkan kehidupan politik yang sangat dinamis, mengingat kesehatan merupakan salah satu hak azasi manusia yang dijamin dalam peraturan perundangan manupun konvensi internasional. Untuk itu berbagai program telah dikembangkan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran !" "
pembangunan
secara
bertahap,
baik
dalam
jangka
pendek,
menengah maupun jangka panjang. Dalam periode pembangunan nasional jangka menengah 2010-2014 sebagai kelanjutan dari pembangunan jangka menegah 2004-2009, maka
di
bidang
kesehatan
telah
disusun
rencana
strategis
pembangunan kesehatan jangka menengah tahun 2010-2014 sebagai bagian
pembangunan
nasional
jangka
menengah
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Presiden Nomor
2010-2014 5 tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, dan ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
021/MENKES/SK/1/2011
tentang
Rencana
Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Rencana Strategis Pembangunan Bidang Kesehatan ini antara lain memuat arah kebijakan, strategi, tujuan dan sasaran serta programprogram dan tata cara penyelenggaraan, pemantauan dan penilaian yang dilengkapi dengan indikator kinerja yang merupakan bentuk dari akuntabilitas kinerja Kementerian Kesehatan. Salah satu program dalam lingkup pembangunan kesehatan adalah Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yang bertujuan
untuk
menurunkan
angka
kesakitan,
kematian
dan
kecacatan akibat penyakit. Program ini diarahkan agar berbagai penyakit menular, penyakit tidak menular dan faktor risikonya dapat #" "
terkendali
dan
diupayakan
tidak
menjadi
masalah
kesehatan
masyarakat. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKLPPM) Surabaya merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan yang berada dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal PP & PL ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan
RI
Nomor 267/MENKES/SK/III/2004 juncto
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 891/MENKES/PER/IX/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular. BBTKLPPM Surabaya mempunyai tugas melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model
dan
teknologi
tepat
guna,
kewaspadaan
dini
dan
penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di bidang pemberantasan penyakit menular dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BBTKLPPM melaksanakan fungsi : a. Pelaksanaan surveilans epidemiologi, b. Pelaksanaan analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) c. Pelaksanaan laboratorium rujukan d. Pelaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna e. Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi $" "
f. Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah dan bencana g. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan h. Pelaksanaankajian
dan
pengembangan
teknologi
pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra i. Pelaksanaan
ketatausahaan
dan
kerumahtanggaan
BBTKLPPM Guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut diatas BBTKLPPM Surabaya dilengkapi dengan instalasi laboratorium di bidang Kimia Fisika Air; Biologi; Kimia Fisika Gas, Udara, dan Radiasi; Kimia Fisika Padat, Cair, Toksikologi, B3, Biomarker; Pengamatan
Penyakit
Menular
,
Penyakit
Tidak
Menular;
Pemeliharaan Alat, Kendali Mutu dan Kalibrasi; Pengelolaan Media, Reagensia dan Hewan Percobaan; Pengamatan Vektor dan Reservoir Penyakit; Pengembangan Teknologi Tepat Guna; Pelayanan Teknis; Pendidikan dan Pelatihan; Pemeliharaan Sarana dan Prasarana; Pengelolaan Teknologi Informasi dan Perpustakaan. Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) pada BBTKLPPM Surabaya merupakan bagian integral dari Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan secara nasional yang secara teknis menjadi tanggung %" "
jawab Direktorat Jenderal PP dan PL dengan tujuan Menurunkan Angka Kesakitan, Kecacatan dan Kematian Akibat Penyakit. Rencana Aksi Program PP & PL pada BBTKLPPM Surabaya merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat pokok-pokok kegiatan BBTKLPPM Surabaya yang akan dilaksanakan pada periode waktu 2010-2014. Pola pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan pokok dalam rencana aksi ini adalah Menjalin dan Meningkatkan Jejaring Kerja dan Kemitraan, Memperkuat Kinerja Surveilans Berbasis Laboratorium, Meningkatkan Kemampuan Dalam Rancang
Bangun
Model
dan
Teknologi
Tepat
Guna
serta
Memperkuat Daerah Melalui Rujukan, Uji Kendali Mutu, Kalibrasi serta Pendampingan Berbagai Kinerja Teknis Laboratorium untuk mendukung jejaring pelaksanaan Surveilans Epidemiologi. Rencana Aksi BBTKLPPM Surabaya 2010-2014 dilandasi oleh tugas dan fungsi berdasarkan organisasi dan tata kerja BBTKLPPM Surabaya dalam mencapai sasaran prioritas pengendalian penyakit dan
penyehatan
lingkungan
melalui
Peningkatan
Surveilans
Epidemiologi, Peningkatan kemampuan Analisis Perencanaan dan Evaluasi Dampak Kesehatan Lingkungan serta Faktor Risiko Penyakit, dan Peningkatan Kemampuan Kinerja Teknologi dan Laboratorium.
&" "
2. Kondisi Umum Gambaran kondisi umum kinerja BBBTKLPPM Surabaya dalam kurun waktu
tahun
2009
berdasarkan
hasil
evaluasi
dan
laporan
akuntabilitas kinerja adalah sebagai berikut : Hasil analisis terhadap faktor risiko lingkungan di 38 kab/kota pada Provinsi JawaTimur memberikan gambaran bahwa kecenderungan faktor risiko terhadap penyakit menular potensial wabah adalah E.colie, Salmonela, Vibrio cholera dan rotavirus. Faktor risiko penyakit diare yang timbul dalam KLB yang menonjol adalah kualitas air yang menunjukkan adanya pencemaran oleh bakteri Hasil uji laboratorium terhadap sumber air bersih maupun air bersih yang dikonsumsi masyarakat menunjukkan potensi pencemaran sebesar 40% secara Biologi dan 10% secara kimia dari jumlah sampel yang diuji. Gambaran faktor risiko penyakit malaria merupakan re-emerging diseases di Kabupaten Madiun menunjukkan faktor risiko potensial adalah tempat perindukan nyamuk sulit dikendalikan adalah migrasi penduduk dari daerah endemis dan kebiasaan penduduk yang suka tidur larut malam diluar rumah serta konstruksi fisik bangunan yang tidak kedap vektor nyamuk . Vektor potensial berdasarkan hasil uji laboratorium adalah Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus Mengingat keterbatasan sumber daya yang tersedia maka wilayah '" "
kab/kota yang mampu dijangkau baru sekitar 10 % dengan pertimbangan keterbatasan sumberdaya Di Provinsi Jawa Timur risiko terhadap timbulnya penyakit pes masih cukup tinggi. Hasil pengamatan terhadap vektor dan binatang reservoir pada wilayah terancam dan fokus penyakit pes di Kab Pasuruan menunjukkan gambaran yang fluktuatif .Sedangkan hasil surveilans tidak ditemukan adanya suspek. Pada tahun 2009 telah diketemukan penderita penyakit flu burung (H5N1) di Kab Malang hasil kajian terhadap faktor risiko penularan H5N1 menunjukkan peternakan unggas rumah tangga adalah faktor resiko yang utama. Pada tahun 2009 juga telah terjadi kasus penyakit influenza A baru (H1N1) di kab Ponorogo. Hasil kajian terhadap faktor risiko potensial menunjukkan kurang baiknya Peri laku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sebagai
bentuk
kewaspadaan
dini
dan
antisipasi
terhadap
penyebaran H5N1 telah dilakukan pengamatan terhadap peternakan unggas dan jalur perdagangan pada 3 (tiga)
kab/kota dan uji
laboratorium untuk memperoleh gambaran tentang virus H5N1, yang menunjukkan hasil negatif untuk virus tersebut. Pada tahun 2009 telah terjadi KLB Difteri di 32 kab/kota di Provinsi Jawa Timur dengan jumlah penderita 140 disertai dengan kematian 8 (" "
orang (CFR 5,7%). Dalam KLB ini BBTKLPPM Surabaya telah melakukan upaya penggulangan dengan memperkuat daerah provinsi dengan membantu penyediaan logistik dan bantuan tenaga teknis sebagai bentuk respon untuk mengurangi/ mencegah penyebaran lebih lanjut yaitu dengan mensuplai vaccin anti diphtheri sera (ADS) dan antibiotik erythromicyn Seperti diketahui, penyakit DBD merupakan penyakit menular potensial wabah dan telah berjangkit di seluruh kab/kota. Penyakit ini belum diketemukan pengobatannya, oleh karena itu upaya yang dikembangkan oleh program adalah pengendalian faktor risiko terutama pengendalian vektor, dan meningkatkan kemauan serta kemampuan masyarakat untuk berperan aktif dalam pengendalian maupun penemuan dini terhadap suspek penderita DBD agar dapat segera dilakukan penatalaksanaan di sarana pelayanan kesehatan untuk mencegah risiko kematian. BBTKLPPM Surabaya telah melakukan pemeriksaan faktor resiko dengan memeriksa Container Index (CI) , House Index(HI), Briteau Index (BI) dan ovitraps indek dengan hasil Container indek sebesar 32,46%, House indek sebesar 19,21%, Briteau indek 63% serta ovitrap indek 22%. Sedangkan uji serotype tidak ditemukan adanya virus didalam tubuh vektor. Untuk memperoleh
gambaran
terhadap
potensi
insektisida
untuk
pengendalian vektor maka dilakukan uji resistensi terhadap malathion di kab/kota Surabaya dan memperoleh gambaran bahwa 98% )" "
nyamuk Aedes aegypti mati terhadap insektisida malathion berarti insektisida masih efektif. Dalam rangka peningkatan kewaspadaan dini terhadap situasi matra seperti menghadapi perayaan hari besar agama, penyelenggaraan kesehatan haji, dan momen situasi khusus lainnya seperti bencana alam, telah dilakukan upaya sistem kewaspadaan dini terhadap kejadian penyakit potensial wabah maupun penyakit tidak menular. secara umum diperoleh gambaran bahwa potensi risiko kesehatan masyarakat masih ditemukan adanya bakteri E.coli, Staphilococcus, salmonela yang bisa berpotensi menimbulkan KLB keracunan, penyakit menular. Selain itu dilakukan pemeriksaan kandungan alkohol, amphetamin, gula darah serta tekanan darah pada sopir bus antar kota dalam propinsi maupun antar propinsi yang bisa menimbulkan gangguan dan kecelakaan akibat faktor manusia. Di beberapa daerah Provinsi Jawa Timur masih merupakan daerah endemik penyakit kusta. Untuk memperoleh gambaran faktor risiko dan pola penyebaran telah dilakukan
survei penemuan penderita
baru pada adak sekolah dasar di Kabupaten Jember . Gambaran faktor risiko dan pola penyebaran penyakit kusta pada 3 kelas yaitu kelas 1, 3 dan 6 . *" "
Dari pemeriksaan fisik 199 siswa yaitu 1 anak positif 10 suspek dan sisanya sehat. Pemeriksaan IgM dari siswa kelas 3
(64 siswa)
diperoleh 58% positif sedang kan 42% sehat. Dan dari sero positif tersebut 54% diantaranya sudah pada kategori sub klinis. Pada PKM Ajung menunjukkan survei di sekolah 3 kelas yaitu kelas 4,5 dan 6 dari 216 siswa 1 anak positif, 3 suspek dan sisanya sehat. Pemeriksaan IgM dengan mengambil darah jari dilakukan pada siswa kelas 6 (67 siswa) diperoloeh 36% sero positif sedangkan 64% sehat dan dari sero positif tersebut 43% diantaranya sudah kategori sub klinis. Penyakit tuberkulosis paru yang merupakan penyakit kronis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Untuk itu telah dilakukan kajian faktor resiko lingkungan untuk memperoleh gambaran faktor resiko lingkungan yang paling potensial dalam penularan penyakit TB. Dari kajian tersebut ditemukan bahwa debu, kelembaban udara, luas kamar tidur dan jumlah kuman per meter kubik udara paling berperan dalam penularan penyakit TB. Sedangkan variabel proporsi luas jendela dengan luas lantai, intensitas pencahayaan, dan jenis lantai tidak mempunyai hubungan yang beresiko terhadap TB paru. Beberapa penyakit menular endemik yang terjadi di wilayah kerja BBTKLPPM Surabaya belum dapat dikaji potensi faktor risiko dan pola penyebarannya mengingat keterbatasan sumber daya dan belum optimalnya dukungan peralatan esensial yang dibutuhkan. !+" "
Demikian pula beberapa penyakit menular yang menjadi perhatian masyarakat dunia seperti JE, rabies, legionellosis, leptospirosis belum dapat dilakukan pengamatan maupun pengujian karena keterbatasan sumber daya dan ketersediaan bahan serta peralatan laboratorium. Guna mengantisipasi dan memberikan masukan pertimbangan terhadap upaya rencana dan evaluasi pembangunan daerah telah dilakukan kajian untuk memperoleh gambaran terhadap kualitas media lingkungan yang dapat berperan sebagai faktor risiko atau potensi timbulnya pencemaran yang dapat berdampak terhadap kesehatan. Guna mengantisipasi dan memberikan masukan pertimbangan terhadap upaya rencana dan evaluasi pembangunan daerah telah dilakukan kajian untuk memperoleh gambaran terhadap kualitas media lingkungan yang dapat berperan sebagai faktor risiko atau potensi timbulnya pencemaran yang dapat berdampak terhadap kesehatan. Pada tahun 2009 telah dilakukan analisis situasi dan kecenderungan terhadap media lingkungan seperti air badan air, air bersih, air minum, udara dan kebisingan, makanan dan minuman. Di samping itu dalam rangka reviu terhadap kriteria kesehatan perumahan dan pemukiman telah dilakukan uji petik dan analisis dalam rangka penetapan kriteria persyaratan
kesehatan
perumahan
dan
pemukiman
untuk !!"
"
memberikan pertimbangan terhadap nilai standar pedoman kriteria perumahan dan pemukiman. Analisis terhadap air badan air pada sungai Surabaya dan sungai Bengawan Solo yang merupakan sumber air baku air minum/ air bersih memberikan gambaran bahwa adanya bakteri Koliform dan Koli Tinja. yang melebihi baku mutu. Hal ini menunjukkan potensi pencemaran dan faktor risiko terhadap kemungkinan penyebaran penyakit khususnya penyakit bawaan air , penyakit tersebut adalah diare,dan gatal-gatal. Teknologi pengolahan air minum telah berkembang pesat dan memberikan nilai yang tinggi pada dunia usaha sehingga menjadi peluang masyarakat untuk berusaha dibidang penyediaan air minum antara lain depot air minum isi ulang (DAM). Hasil analisis terhadap potensi risiko pada DAM memberikan gambaran bahwa pengawasan hygiene sanitasi depot air minum isi ulang yang telah dilakukan di Kabupaten Lamongan
menunjukkan hasil identifikasi kandungan
bakteri Total Koliform di air baku menunjukkan 3 Depo (9,68%) memenuhi baku mutu, 28 Depo (90,32%) tidak memenuhi baku mutu. Untuk identifikasi kandungan Total Koliform dan Koli Tinja pada air hasil olahan13 Depo (41,94%) memenuhi baku, 18 Depo (58,06 %) tidak
memenuhi
baku
mutu
KepMenKes
RI
Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Batas Syarat Air Minum. !#" "
Hasil identifikasi kualitas air minum secara Kimia Fisika menunjukan bahwa dari 30 Depo memenuhi baku mutu (96,78%), hanya 1 (satu) Depo yang tidak memenuhi baku mutu karena Kesadahan yang tidak memenuhi syarat air minum (3.23%), sedangkan untuk air hasil olahan untuk konsumen100% memenuhi baku mutu air minum. Guna mendukung terwujudnya kondisi kota/kabupaten yang bersih dan mengurangi potensi risiko pencemaran oleh berbagai aktivitas manusia dan pembangunan telah dilakukan jejaring kerja
dan
advokasi sanitasi pasar tradisional dalam upaya pencegahan penularan
penyakit
berbasis
lingkungan.
Untuk
memperoleh
gambaran kesehatan lingkungan pada tempat-tempat umum telah dilakukan pemantauan terhadap kondisi sanitasi lingkungan pasar tradisional di Kota Mojokerto, kota Malang (Jatim) dan Kabupaten Gianyar (Bali). Hasil analisis menunjukkan bahwa pasar Tanjung Anyar Kota Mojokerto, Pasar Madyopuro Kota Malang dan pasar Gianyar Kabupaten Giannyar dikategorikan Sehat. Kualitas makanan / minuman khususnya makanan jajanan masih memiliki potensi yang besar untuk penggunaan peralatan dan cara penyajian (sanitasi) yang belum memenuhi persyaratan kesehatan. Hasil analisis terhadap faktor risiko pada media makana/minuman jajanan pada anak sekolah di SDN Blimbing I, SDN Blimbing IV dan SDN Pandanwangi I
Kota Malang,
menunjukkan bahwa sampel
makanan jajanan dan minuman terdapat zat pengawet (asam !$" "
benzoat), pewarna (Karosin, ponceau 4R, Sunset Yellow) serta pemanis (sakarin), karakteristik kesehatan pada siswa sebagaian besar baik, pedagang di sekitar sekolah sebagaian besar berperilaku sehat dan sarana sanitasi lingkungan di lokasi penjualan belum memenuhi syarat yaitu tentang persediaan air bersih, tersedianya sarana tempat sampah, dan pembuangan air limbah. Sehubungan dengan kejadian semburan lumpur di Kabupaten Sidoarjo yang merupakan fenomena alam memberikan gambaran bahwa kemungkinan terjadinya potensi risiko dampak kesehatan masyarakat cukup besar. Bencana semburan lumpur di Sidoarjo masih
berlanjut
hingga
saat
ini.
Dampak
bencana
tersebut
menyebabkan udara sudah tercemar gas berbau menyengat, sumber air sumur sudah tidak layak digunakan sebagai air minum maupun air bersih. Oleh karena itu perlu suatu studi tentang kesehatan lingkungan perumahan yang ditempati warga korban lumpur, untuk memperoleh gambaran kualitas lingkungan perumahan relokasi dan endemisitas penyakit warga korban bencana semburan lumpur panas Kabupaten Sidoarjo. Kegitan dilakukan Oktober & November 2009 di Desa Mindi Kecamatan Porong dan Perumahan Kahuripan Nirwana Village Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
!%" "
Hasil kegiatan pada kawasan lingkungan perumahan relokasi korban bencana semburan lumpur Kabupaten Sidoarjo secara umum kualitas udara masih memenuhi syarat untuk zona permukiman. Kualitas air sumur (80%) tidak memenuhi batas untuk parameter Warna dan Mangan (Mn). Tanah di lingkungan rumah mengandung telur dan larva cacing Ascaris lumbricoides perlu untuk penanganan supaya tidak menginfeksi manuasi khususnya anak dan balita. Vektor tikus (Rattus exulans, Rattus rattus diardii, Mus musculus, Suncus murinus) trap sukses rata-rata 4,1% rawan untuk penyakit leptospirosis, nyamuk (Cullex dan Aedes) dengan index jentik 0,3 rawan DBD dan lalat (Musca domestica) dengan probabilitas 0,4. media typus, diare. Kualitas rumah (90%) memenuhi kriteria rumah sehat, komponen rumah yang tidak memenuhi kriteria adalah ventilasi dapur yang kurang memadai. Gambaran endemisitas penyakit warga perumahan relokasi adalah sebagai berikut penyakit yang sering diderita responden sebelum terjadi semburan, sesudah terjadi semburan dan setelah berada di tempat relokasi adalah pilek, batuk, sesak napas dan diare. Penyakit ISPA Balita yang menderita batuk, pilek, dan demam sebanyak 32 %. Gangguan Faal Paru restriction sebanyak 78% dan
combined
(restriction dan obstruction) sebanyak 22 %. Tingkat gangguan faal paru restriktif ringan sebesar 33 %, sedang 39 %, dan berat 28 %.
!&" "
Kondisi ini memerlukan upaya yang terpadu secara terus menerus melalui
pemantauan
dan
analisis
terhadap
risiko
kesehatan
masyarakat untuk memberikan bahan pertimbangan kepada pihakpihak terkait untuk solusi pemecahannya, mengingat apabila dampak kesehatan seperti timbulnya penyakit menular maupun tidak menular akan memerlukan sumber daya yang besar. Sesuai dengan perkembangan tugas pokok fungsi dan peran BBTKLPPM, maka fokus utama BBTKLPPM diarahkan agar mampu melaksanakan
surveilans
berbasis
laboratorium.
Untuk
itu
dikembangkan instalasi laboratorium yang mampu mendukung pengujian dan analisis terhadap faktor risiko, penyebab, virulensi, mutasi maupun efektivitas dan resistensi. Disamping itu untuk menjamin kualitas uji dalam penyelenggaraan laboratorium, dilakukan uji kendali mutu dan kalibrasi secara berkala dan pemeliharaan binatang percobaan. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, dalam penyelenggaraan Laboratorium perlu memperoleh Sertifikasi dan Akreditasi dari Badan atau Instansi yang berwenang. Pada tahun 2009,
BBTKLPPM
Surabaya
telah
memperoleh
perpanjangan
Akreditasi Laboratorium Pengujian yang ditetapkan oleh Komite Akreditasi Nasional Nomor : LP 241 IDN. Demikian pula BBTKLPPM Surabaya juga telah ditetapkan sebagai Laboratorium Lingkungan oleh Gubernur Jawa Timur Nomor 188/2005. !'" "
Kinerja Laboratorium pada BBTKLPPM Surabaya juga memberikan pelayanan terhadap berbagai instansi baik Pemerintah maupun Swasta serta Masyarakat, sebagai bentuk pelayanan publik, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku BBTKLPPM Surabaya diberikan kewenangan untuk melakukan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2009. Sebagai bagian penting dari hasil analisis laboratorium untuk memberikan solusi terhadap permasalahan dalam pengendalian faktor risiko dilakukan kegiatan untuk pengembangan model rancang bangun dan penapisan Teknologi Tepat Guna. Dalam menjalankan fungsi rujukan BBTKLPPM Surabaya juga melakukan dengan Teknis dan pendampingan melalui Jejaring Kerja dan Kemitraan dengan Laboratorium daerah baik dalam lingkup kesehatan
maupun
lingkungan
hidup.
Sedangkan
dalam
melaksanakan fungsi uji kendali mutu dan kalibrasi terhadap mitra kerja telah dilakukan pemantauan terhadap fasilitas Rantai Dingin untuk program imunisasi.
!(" "
Pada
tahun
2009,
kinerja
instalasi
Laboratorium
BBTKLPPM
Surabaya, dalam mendukung peningkatan Surveilans Epidemiologi terhadap faktor risiko dan penyebab penyakit telah melakukan pengujian terhadap air minum, air bersih, air badan air, air limbah, tanah, makanan, minuman, vektor, biomarker, udara dan kebisingan. Hasil uji terhadap media lingkungan baik dari aspek kimia, biologi, dan fisika serta biomarker menunjukkan bahwa kualitas air minum 80 % telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan,air bersih baru sekitar 60 % yang memenuhi syarat. Pengujian terhadap kualitas udara, debu dan kebisingan sekitar 60 % melebihi baku mutu yang ditetapkan. Di samping itu untuk menjamin kualitas uji dalam penyelenggaraan laboratorium, dilakukan kegiatan pengendalian mutu hasil pengujian secara berkala terhadap parameter media lingkungan sebanyak 84 kali dan dilakukan 189 kali kalibrasi terhadap berbagai jenis alat. Kegiatan
uji
laboratorium
perlu
didukung
penyediaan
media,
reagensia serta binatang percobaan, dengan hasil 36 jenis media, 180 jenis reagensia, dan 4 jenis hewan percobaan. Untuk memperoleh perpanjangan Akreditasi Laboratorium Pengujian yang ditetapkan oleh Komite Akreditasi Nasional Nomor : LP 241 IDN. BBTKLPPM Surabaya telah melakukan beberapa kegiatan untuk mempertahankan status akreditasi yang meliputi pengembangan metode
pengujian,
Audit
Internal,
Kaji
Ulang
Manajemen, !)"
"
Uji Profisiensi, Uji Kendali Mutu Internal, Kalibrasi Peralatan, Sertifikasi Personil. Untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam kualitas kinerja laboratorium telah dilakukan pendampingan dan bimbingan teknis terhadap 4 (empat) laboratorium kesehatan daerah di kabupataen Lamongan, Jember, Gresik dan kota Malang. Sedangkan dalam melaksanakan fungsi uji kendali mutu dan kalibrasi terhadap mitra kerja telah dilakukan pemantauan
terhadap fasilitas rantai dingin
untuk program imunisasi dengan jalan melakukan kalibrasi terhadap suhu fasilitas rantai dingin (Cold Chain) di Dinas Kesehatan Kota Probolinggo dan 5 (lima) Puskesmas yang ada dibawah wilayah Dinas Kesehatan Probolinggo. Sebagai
tindak
lanjut
hasil
analisis
laboratorium
dilakukan
pengembangan model dan rancang bangun Teknologi Tepat Guna terhadap kandungan mineral tinggi pada air bersih di Kabupaten Gresik, serta untuk mengetahui efektifitas alat klorinator, BBTKL PPM Surabaya telah melakukan kegiatan uji kinerja klorinator sebagai solusi guna mengurangi penularan penyakit dan pencemaran lingkungan. Sedangkan untuk persiapan bantuan KLB banjir yang sering terjadi di daerah Kabupaten / Kota di wilayah kerja BBTKLPPM Surabaya, !*" "
dilakukan
kegiatan
perancangan
model
dan
teknologi
untuk
pengolahan air bersih secara sederhana. Sebagai dukungan administrasi dan managemen terhadap dukungan teknis dalam lingkup tugas BBTKLPPM Surabaya telah dilakukan perekrutan tenaga baru melalui formasi CPNS, tenaga paruh waktu, pelatihan teknis dan managemen, penyediaan bahan dan pengadaan serta penggantian peralatan essensial serta pemeliharaan sarana operasional dan penunjang. Guna meningkatkan komunikasi dengan mitra kerja dilakukan advokasi, komunikasi dan upaya peningkatan layanan telah dilakukan temu pelanggan dan penerbitan media komunikasi serta bentuk bentuk diseminasi informasi lainnya. Pada penyelenggaraan temu pelanggan telah dihadiri oleh 60 wakil dari instansi Pemerintah maupun Swasta atau sekitar 25 % dari seluruh pelanggan yang tercatan
sebagai
mitra.
Untuk
meningkatkan
komunikasi
dan
kemitraan dengan mitra kerja telah dilakukan diseminasi infornasi melalui Media Teropong (Metro), Buletin Human Media serta leaflet tentang pelayanan umum, pelatihan teknis dan jenis Teknologi Tepat Guna yang telah dikembangkan. Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia pada tahun 2009 telah dilakukan perekrutan melalui formasi CPNS sebanyak 7 (tujuh) tenaga teknis maupun administrasi serta 2 (dua) tenaga paruh waktu. #+" "
Sedangkan untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan teknis dan managemen telah dilatih 31 tenaga teknis dan administrasi untuk mengikuti pelatihan di bidang teknis dan managemen yang relevan. Pada tahun 2009, BBTKLPPM Surabaya memiliki asset tetap sejumlah Rp.
Rp.
5.373.260
18.
896.350.000
namun
kondisi
dan
asset
beberapa
laboratorium memerlukan penggantian baik
lancar
sejumlah
peralatan
essensial
dari segi teknologi
maupun masa berlakunya. Berdasarkan uraian kondisi umum di atas maka BBTKLPPM Surabaya
memandang
perlu
untuk
semakin
meningkatkan,
mengembangkan dan memantapkan peran sebagai satuan kerja untuk
menyelenggarakan
surveilans
epidemiologi
berbasis
laboratorium dengan memperkuat jejaring kerja dan kemitraan, meningkatkan profesionalisme SDM, kemampuan respon cepat, kemampuan rancang bangun Teknologi Tepat Guna melengkapi peralatan essensial, pemenuhan bahan dan dukungan sarana operasional serta pendekatan-pendekatan berdasarkan kebijakan lokal, regional maupun nasional berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
#!" "
3. Potensi dan Permasalahan Secara bertahap BBTKLPPM Surabaya telah melakukan berbagai upaya agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dapat terlaksana secara optimal dan mampu menjalankan peran sebagai “ Regional center
of
excellent”
dalam
surveilans
epidemiologi
berbasis
laboratorium, dan diharapkan mampu mendukung serta mepercepat pencapaian sasaran Program Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan. Disadari bahwa jangkauan program dan pelayanan masih belum optimal karena bebagai kendala, hambatan dan keterbatasan sumber daya, namun secara terus-menerus dilakukan upaya perkuatan terhadap kinerja sumber daya manusia yang ada melalui perekrutan tenaga baru maupun peningkatan ketrampilan teknis dan manajemen terhadap SDM yang ada. Beberapa peralatan esensial dilakukan peningkatan kapasitas, pembaharuan teknologi dan kelengkapannya. Sesuai ketentuan peraturan yang berlaku
status BBTKLPPM
Surabaya juga telah disertifikasi dan diakreditasi oleh badan yang berwenang sebagai landasan legal untuk memberikan layanan publik dan melaksanakan program yang telah direncanakan. Demikian juga kemampuan pengelolaan anggaran terus ditingkatkan sesuai dengan fungsi secara optimal.
##" "
Permasalahan menonjol yang dihadapi BBTKLPPM Surabaya dalam menjalankan peran pengembangan surveilans epidemiologi berbasis laboratorium adalah lemahnya jejaring surveilans di daerah sehingga arus pertukaran data dan informasi tentang penyakit, faktor risiko, SKD KLB, situasi dan kejadian matra belum berjalan secara optimal. Eforia desetralisasi yang berlebihan sehingga tata hubungan kerja, dan kemitraan tidak terjalin dengan baik karena lebih mementingkan kewenangan dari pada pelaksanaan urusan pemerintahan yang bersifat kongkuren dalam arti sebagai kewajiban bersama yang harus diselesaikan secara harmonis dan terintegrasi, mengingat penyakit dan masalah kesehatan lingkungan tidak mengenal batas administrasi wilayah pemerintahan. Sebagai gambaran belum seluruh kejadian penyakit maupun pencemaran
lingkungan
yang
berdampak
terhadap
kesehatan
direspon sesuai dengan prosedur yang berlaku sehingga penyakit makin menyebar dan menimbulkan korban karena masalah ego sektoral. Belum terbentuknya mekanisme operasional di lapangan berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing menyebabkan koordinasi dan komunikasi dalam penyelesaian masalah kejadian penyakit menjadi berlarut-larut. Dalam upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan telah disepakati berbagai komitmen untuk meningkatkan jangkauan pelayanan, melakukan eliminasi dan eradikasi agar jenis-jenis #$" "
penyakit tertentu dapat diturunkan angka insidens, prevalens serta angka kematian sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Situasi epidemiologi penyakit saat ini dan beberapa tahun mendatang merupakan masa transisi yaitu penyakit menular masih belum seluruhnya dapat dikendalikan bahkan muncul kembali, dilain pihak penyakit tidak menular termasuk cidera dan kecelakaan semakin meningkat insidensinya. Hal ini jelas menjadi beban ganda karena semakin komplek dan meluasnya penyebaran penyakit menular antar wilayah maupun antar negara termasuk munculnya penyakit baru yang berpotensial wabah dan
menjadi
masalah
emergensi
internasional
dan
ditambah
meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular yang menguras berbagai sumber daya. Dari uraian di atas BBTKLPPM Surabaya dengan potensi sumber daya
yang tersedia dan tantangan permasalahan yang dihadapi
memandang perlu untuk semakin meningkatkan profesionalisme SDM yang ada, peralatan esensial dan jangkauan pelayanan program untuk
mencapai
sasaran
strategis
yang
ditetapkan
melalui
pengembangan jejaring kerja dan kemitraan dalam kinerja surveilans epidemiologi
berbasis
laboratorium,
meningkatkan
kemampuan
pengembangan teknologi tepat guna, serta memperkuat daerah agar mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di bidang #%" "
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Diperlukan pula dukungan anggaran yang memadai agar seluruh tugas pokok dan fungsi serta peran BBTKLPPM Surabaya dapat terlaksana secara optimal. 4. Isu Strategis Keberhasilan pencapaian sasaran kinerja BBTKLPPM Surabaya semata-mata tidak ditentukan oleh kemampuan dan hasil kerja yang dilaksanakan, tetapi juga dipengaruhi oleh mitra kerja dengan segala kontribusinya yang bersinergi secara dinamis dapat memercepat pencapaian tujuan dan sasaran. Dalam upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan tidak seluruh
kegiatan
berada
dan
menjadi
tanggungjawab
sektor
kesehatan sendiri, namun juga kontribusi dari berbagai sektor terkait, kondisi ekonomi dan sosial budaya serta peran aktif dan partisipasi masyarakat termasuk swasta. Pemberdayaan terhadap masyarakat juga sangat penting mengingat masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi juga sekaligus sebagai subjek dalam upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Sebagaimana visi Kementerian Kesehatan yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan“, maka dalam upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan memerlukan pemberdayaan #&" "
masyarakat
agar
masyarakat
meningkat
kemauan
dan
kemampuannya untuk mandiri dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sementara Pemerintah dalam hal ini sektor kesehatan wajib mengupayakan pelayanan kesehatan secara paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan serta tata kelola yang baik. BBTKLPPM Surabaya sebagai salah satu pilar dalam Program Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan
perlu
mencermati isu-isu strategis, dinamika wilayah, pola dan penyebaran penyakit serta kecenderungan menurunnya kualitas kesehatan lingkungan sebagai dampak berbagai kegiatan pembangunan dan fenomena alam. Beberapa isu strategis yang perlu dicermati dan dijabarkan lebih lanjut oleh BBTKLPPM Surabaya meliputi : a. Frekuensi KLB penyakit menular potensial wabah dan munculnya penyakit baru serta munculnya kembali penyakit endemik lokal. b. Pencemaran lingkungan yang makin meningkat akibat berbagai aktivitas manusia baik pembangunan maupun fenomena alam yang berdmpak terhadap kesehatan masyarakat. c. Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap bionomik vektor dan binatang penular penyakit.
#'" "
d. Dinamika kependudukan antar wilayah, antar provinsi dan antar negara
yang
berpotensi
meningkatkan
risiko
timbul
dan
penyebaran penyakit. e. Potensi rawan bencana baik alam maupun buatan manusia yang semakin besar. f.
Belum optimalnya aksesibilitas dan jangkauan pelayanan.
g. Sinkronisasi Pusat, UPT dan Daerah dalam aspek menejerial pengelolaan program belum optimal.
#(" "
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, NILAI-NILAI DAN SASARAN STRATEGIS
1. Visi
:
“MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN“ 2. Misi
:
a. Meningkatkan pemberdayaan
derajat
kesehatan
masyarakat,
masyarakat
termasuk
melalui
swasta
dan
masyarakat madani. b. Melindungi
kesehatan
masyarakat
dengan
menjamin
tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan c. Menjamin
ketersediaan
dan
pemerataan
sumberdaya
kesehatan. d. Menciptakan
tata
kelola
keperintahan
yang
baik.
3. Nilai – nilai Guna
mewujudkan
visi
dan
misi
rencana
strategis
pembangunan kesehatan dan menjunjung tinggi nilai – nilai yaitu :
#)" "
a. Pro Rakyat Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan haruslah menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi. b. Inklusif Semua program pembangunan kesehatan haruslah melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya
dilaksanakan
oleh
Kementerian
Kesehatan
saja.
Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput. c. Responsif Program kesehatan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
rakyat,
serta
tanggap
dalam
mengatasi
permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi masalah kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penanganan yang berbeda pula. #*" "
d. Efektif Program kesehatan haruslah mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan, dan bersifat efisien e. Bersih Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi,
kolusi
dan
nepotisme
(KKN),
transparan,
dan
akuntabel. 4. Tujuan : a. Tujuan Umum : Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. b. Tujuan Khusus: Terselenggaranya pengujian laboratorium dan pengamatan lingkungan sebagai faktor risiko penyakit potensial wabah, penyakit menular/tidak menular prioritas untuk mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya
$+" "
5. Sasaran Strategis a. Tercapainya peningkatan kinerja surveilans epidemiologi yang diindikasikan melalui kemampuan respon KLB, pengamatan faktor risiko penyakit, dan kemampuan jejaring dan advokasi SKD, Pemantauan Wilayah Setempat dan Penanggulangan KLB serta kejadian dalam situasi matra. b. Tercapainya peningkatan kinerja Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) yang diindikasikan melalui peningkatan kemampuan kajian dan evaluasi dampak kesehatan lingkungan, kemampuan kajian dan evaluasi pengendalian penyakit dan faktor risiko serta kajian adaptasi perubahan iklim dan dampaknya terhadap kesehatan. c. Tersedianya akses masyarakat dalam pemanfaatan kemampuan uji
laboratorium
dan
kalibrasi
dengan
pengembangan
kemampuan teknologi pengujian, kendali mutu dan
kalibrasi
serta pengembangan teknologi tepat guna, dan meningkatnya dukungan kinerja pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. d. Terselenggaranya dukungan administrasi dan manajemen dalam pengelolaan SDM, keuangan dan barang milik negara serta penyelenggaraan pelatihan teknis untuk tenaga fungsional dan pemeliharaan sarana maupun prasarana. $!" "
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 1. Arah Kebijakan Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dalam lingkup tugas dan fungsi BBTKLPPM yang merupakan bagian integral dari Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan secara nasional dalam periode 2010-2014 diarahkan untuk memantapkan peran BBTKLPPM dalam penyelenggaraan PP & PL berbasis Laboratorium
dengan
fokus
peningkatan
kinerja
Surveilans
Epidemiologi, kemampuan analisis dampak kesehatan lingkungan dan pengembangan Teknologi Laboratorium. Kegiatan peningkatan kinerja Surveilans Epidemiologi dilaksanakan dengan mengutamakan identifikasi faktor risiko penyakit potensial wabah, penyakit baru, penyakit menular endemik dan penyakit tidak menular prioritas melalui pemetaan wilayah atau kawasan, kajian pola penyebaran, dan pengujian virulensi, potensi, kerentanan dan resistensi maupun kajian terhadap bionomik vektor dan binatang menular penyakit. Di samping itu juga dilakukan peningkatan kemampuan kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB/wabah, kejadian bencana, maupun kesehatan matra melalui identifikasi faktor risiko lingkungan dan perilaku, advokasi penanggulangan dan upayaupaya pencegahan seperti desinfeksi, dekontaminasi, dan desinseksi serta pengembangan teknologi tepat guna. $#" "
Kegiatan peningkatan kemampuan analisis dampak kesehatan lingkungan dilaksanakan dengan mengutamakan kajian terhadap rencana pembangunan kawasan atau evaluasi terhadap dampak pembangunan,
daerah
rawan
bencana,
rawan
pencemaran
lingkungan maupun kawasan endemik penyakit tertentu melalui analisis faktor risiko potensial, luas area persebaran dampak dan populasi terancam. Dalam kegiatan analisis dampak kesehatan lingkungan ini, di samping untuk memberikan masukan pertimbangan upaya pengendalian faktor risiko penyakit juga dimaksudkan untuk memberikan masukan dalam pengelolaan lingkungan hidup suatu wilayah berkenaan dengan kualitas media lingkungan dan potensi timbulnya pencemaran lingkungan. Kegiatan peningkatan kinerja Pengembangan Teknologi Laboratorium dilaksanakan
dengan
mengutamakan
dukungan
pengujian
laboratorium terhadap media lingkungan sebagai faktor risiko potensial penyakit, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan. Di samping itu juga ditingkatkan
peran
sebagai
rujukan,
bimbingan
teknis
dan
pendampingan, uji kendali mutu dan kalibrasi serta kemampuan rancang bangun model dan Teknologi Tepat Guna sebagai solusi dan tindak lanjut pemecahan masalah pengendalian risiko potensial penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya. $$" "
Selain mendukung upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan kinerja pengembangan teknologi Laboratorium juga berperan dalam pemberian layanan publik dalam mengidentifikasi dan analisis berdasarkan uji laboratorium serta memberikan rekomendasi tindak lanjutnya. Guna memberikan dukungan terhadap ketiga kinerja di atas dilakukan peningkatan kualitas manajemen yang mencakup pembiayaan, sumber daya manusia, pemenuhan peralatan essensial dan sarana penunjang operasional serta jaringan informasi yang komunikatif melalui peningkatan kualitas perencanaan dan penetapan akuntabilitas kinerja, penyiapan prosedur kerja, peningkatan tata hubungan kerja, ketersediaan logistik serta dukungan administrasi ketatausahaan, urusan umum dan rumah tangga serta peningkatan administrasi kepegawaian. 2. Strategi a. Meningkatkan jalinan kemitraan dan jejaring kerja dengan mitra kerja b. Meningkatkan komunikasi dan advokasi c. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi d. Meningkatkan jaringan informasi e. Meningkatkan kemampuan analisis situasi dan kecenderungan serta respon cepat f.
Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor
g. Meningkatkan profesionalisme SDM h. Meningkatkan akuntabilitas kinerja dan layanan prima $%" "
BAB IV PROGRAM/ KEGIATAN PENYELENGGARAAN PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS LABORATORIUM
BBTKLPPM
merupakan
UPT
Kementerian
Kesehatan
yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagaimana tercantum dalam Kepmenkes Nomor 267/SK/MENKES/III/2004 tanggal 24 Maret 2004 yaitu melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, uji kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan
dini
dan
penanggulangan
KLB
di
bidang
pemberantasan penyakit menular dan kesehatan lingkungan dan kesehatan matra.
Sesuai dengan RAP Ditjen PP & PL tahun 2010-2014, kegiatan Penyelenggaraan
PP dan PL
output Terlaksananya
Berbasis Laboratorium mempunyai
Pemeriksaan laboratorium dan lingkungan
untuk penyakit berpotensi wabah, penyakit menular/tidak menular prioritas dan faktor resiko lingkungannya. Untuk mencapai output tersebut BBTKLPPM Surabaya akan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
$&" "
a. Meningkatnya kinerja surveilans epidemiologi dengan : 1) meningkatnya KLB yang direspon < 24 jam. 2) Meningkatnya
kemampuan
pengamatan
faktor
risiko
penyakit potensial wabah, penyakit menular/ tidak menular prioritas pada kab/kota. 3) Meningkatnya kemampuan jejaring dan advokasi SKD, penanggulangan KLB dan kejadian bencana pada kab/kota. b. Meningkatnya
kinerja
analisis
dampak
kesehatan
lingkungan (ADKL) dengan : 1) Meningkatnya kemampuan kajian dan evaluasi dampak kesehatan lingkungan pada kawasan. 2) Meningkatnya
kemampuan
kajian
dan
evaluasi
pengendalian penyakit dan faktor risikonya. c. Meningkatnya
kinerja
pengembangan
teknologi
laboratorium (PTL) dengan : 1) Meningkatnya
kemampuan
uji
laboratorium
penyakit
potensial wabah, penyakit menular/tidak menular prioritas dan faktor risikonya. 2) Meningkatnya kemampuan uji kendali mutu dan kalibrasi. 3) Meningkatnya kemampuan rancang bangun model dan teknologi tepat guna pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. $'" "
d. Meningkatnya dukungan administrasi dan manajemen dengan : 1) Meningkatnya tenaga fungsional : a) Tenaga fungsional sanitarian. b) Tenaga fungsional pranata laboratorium. c) Tenaga fungsional epidemiolog kes. d) Tenaga fungsional entokes. e) Seluruh tenaga administrasi memiliki jabatan fungsional angka kredit/non angka kredit yang relevan dengan bidang tugasnya 2) Terpenuhinya
peralatan esensial dan sarana penunjang
operasional 3) Meningkatnya kemampuan penyelenggaraan pelatihan teknis bidang PP dan PL.
$(" "
BAB V PENYELENGGARAAN Berdasarkan visi, misi, nilai, tujuan, arah kebijakan, strategi, dan sasaran strategis sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Laboratorium
pada
BBTKLPPM
Surabaya
tahun
2010-2014
diselenggarakan melalui pokok-pokok kegiatan sebagai berikut : 1. Peningkatan Surveilans Epidemiologi 2. Peningkatan
kemampuan
Analisis
Dampak
Kesehatan
Lingkungan (ADKL) 3. Peningkatan dan Pengembangan Teknologi Laboratorium 4. Dukungan administrasi dan manajemen Fokus
pokok-pokok
kemampuan
kegiatan
identifikasi
diarahkan
faktor
risiko,
untuk analisis
meningkatkan situasi
dan
kecenderungan untuk memperkuat jaringan pemantauan wilayah setempat, kewaspadaan dini dan upaya pencegahan maupun penanggulangan kejadian penyakit, bencana serta pencemaran lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan. Peningkatan kemampuan
tersebut
diatas
didukung
oleh
kinerja
pengujian
laboratorium, uji kendali mutu, dan kalibrasi untuk memperkuat analisis proses pengambilan keputusan serta solusi pemecahan masalah. $)" "
Agar penyelenggaraan pokok-pokok kegiatan sebagaimana diuraikan diatas memberikan hasil yang efektif dan efisien disusun indikator kinerja yang mencerminkan luaran (output) yaitu jumlah pemeriksaan laboratorium dan lingkungan untuk penyakit berpotensi wabah, penyakit
menular/tidak
menular
prioritas
dan
faktor
risiko
lingkungannya.
$*" "
BAB VI KEBUTUHAN SUMBER DAYA Mencermati kondisi di atas, tantangan dan peluang serta isu strategis yang berkembang secara dinamis, BBTKLPPM Surabaya masih memerlukan dukungan sumberdaya yang mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Sumberdaya manusia (SDM) profesional Dukungan SDM profesional yang dibutuhkan mencakup bidang teknis, manajemen, dan administrasi untuk mendukung tugas pokok dan fungsi serta peran BBTKLPPM Surabaya dalam kinerja Surveilans Berbasis Laboratorium. SDM profesional bidang teknis yang dibutuhkan adalah yang memiliki kualifikasi dan kompetensi seperti epidemiologis, sanitarian/tenaga kesehatan,
kesehatan
bioteknologi,
lingkungan,
kedokteran
tropik,
entomologis toksikologi,
biokimia, virologi, parasitologi, kedokteran hewan, analis (kimia dan
kesehatan).
Kebutuhan
SDM
tersebut
diharapkan
diperoleh dari peningkatan pendidikan, pelatihan teknis di dalam maupun di luar negeri serta perekrutan tenaga baru. Secara rinci kebutuhan tenaga teknis tersebut dia atas sebagaimana tabel di bawah ini.
%+" "
Tabel 1. Rancangan Kebutuhan Tenaga Fungsional Bidang Kesmas BBTKLPPM Surabaya, 2010 – 2014
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Jenis TAHUN PEROLEHAN Tenaga 2010 2011 2012 2013 Fungsional PD PL PB PD PL PB PD PL PB PD PL PB Epid kes 2 0 2 1 1 0 2 1 2 4 3 2 Sanitarian 1 0 2 1 0 0 1 2 0 1 2 0 Ento kes 0 1 0 0 0 0 0 3 1 0 3 1 Pranata lab 0 2 2 0 0 0 0 3 0 0 3 0 Toksikologi 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 Kedok tropis 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 Bioteknologi 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 Parasitologi 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 Virologi 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 Ked. hewan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 Mikrobiologi 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 Teknik lingk 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 PD : Pendidikan; PL : Pelatihan; PB : Perekrutan Baru
2014 PD
PL
PB
2 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
2 2 3 3 1 0 0 2 2 0 0 1
1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1
SDM profesional bidang manajemen yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan tertib administrasi dan akuntabilitas kinerja BBTKLPPM Surabaya adalah SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi seperti manajemen, akuntansi, hukum, administrasi negara, dan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan manajemen kesehatan masyarakat.
%!" "
Tabel 2. Rancangan Kebutuhan Tenaga Fungsional Bidang Manajemen dan Administrasi BBTKLPPM Surabaya, 2010 – 2014
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis TAHUN PEROLEHAN Tenaga 2010 2011 2012 2013 Fungsional PD PL PB PD PL PB PD PL PB PD PL PB Adminkes 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 Akuntansi 0 0 1 0 0 0 1 1 3 2 2 2 Manajemen 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 1 Hukum 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 Admin Neg 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 Informatika 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 PD : Pendidikan; PL : Pelatihan; PB : Perekrutan Baru
2014 PD
PL
PB
1 2 1 1 1 0
0 2 1 0 1 1
1 2 1 1 1 0
2. Peralatan esensial Peralatan esensial yang dibutuhkan untuk mendukung kinerja surveilans berbasis laboratorium baik untuk identifikasi faktor risiko, identifikasi penyebab penyakit dan gangguan kesehatan meliputi peralatan uji laboratorium dan sarana operasional lapangan untuk investigasi KLB/ wabah, kejadian bencana, kesehatan matra maupun pemantauan rutin (PWS) terhadap media lingkungan.
%#" "
Tabel 3. Rancangan Kebutuhan Peralatan Esensial BBTKLPPM Surabaya, 2010 – 2014 Tahun Perolehan No
Jenis Peralatan
1.
Peralatan Esensial Lab a. Kimia Fisika Gas dan Udara b. Kimia Fisika Padatan dan Air c. Radioaktifitas d. Biologi e. Virologi f. PTM g. Kalibrasi h. Bahan habis pakai (reagen, bahan lab,dll) Peralatan operasional lapangan Peralatan pengembangan TTG
2.
3.
2010
2011
2012
2013
2014
4
5
1
1
1
0
3
1
0
0
1 5 0 0 1
1 6 2 0 2
2 1 4 2 1
0 0 3 2 1
0 0 2 1 0
Rp.399.200.000
Rp. 273.250.000
Rp.400.000.000
Rp.400.000.000
Rp.400.000.000
1
2
1
0
1
1
1
1
3
2
3. Bahan dan logistik SKD dan penanggulangan KLB Bahan
dan
logistik
ini
dibutuhkan
untuk
mendukung
pemantauan rutin (PWS) terhadap media lingkungan dan deteksi dini serta penanggulangan KLB wabah, kejadian bencana,dan kesehatan matra. Rincian selengkapnya adalah sebagai berikut : %$" "
Tabel 4. Rancangan Kebutuhan Bahan Dan Logistik SKD Dan Penanggulangan KLB BBTKLPPM Surabaya, 2010 – 2014
N o
1 . 2 .
Tahun Perolehan
Jenis Bahan dan Logistik Bahan laboratorium Logistik lapangan
2010
2011
Rp. 100.000.000
Rp. 120.000.000
2.000
0
5.000
5.000
5.000
12.500 650
5600 0
10.000 400
7.000 500
5.000 500
100 11.050 0
4 9 0
500 3.000 1.000
500 5.000
500 10.000
0 2
0 2
1.000 5
500 10
500 15
50.300
4
4
5
5
a.
3 . 4 .
Personal higiene kit b. Penjernih air c. Bahan insektisida d. Desinfektan e. Reppellent f. Obat propilaksis g. Suplemen Peralatan pengendalian vektor Peralatan TTG
2012
"
Rp. 150.000.000
2013
"
Rp. 170.000.000
2014
"
Rp. 200.000.000
"
4. Pembiayaan Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya perlu dukungan anggaran untuk pelaksanaan tupoksi yang meliputi belanja mengikat maupun belanja tidak mengikat, seperti belanja pegawai, belanja barang operasional (keperluan perkantoran), dan belanja barang non operasional (program dan kegiatan). %%" "
Sumber pembiayaan bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan untuk pelaksanaan Program PP dan PL, serta sumber pembiayaan lain yang sah sesuai ketentuan dan perundang-undangan yang
berlaku. Secara tentatif besaran
anggaran yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
%&" "
Tabel 5. Rancangan Kebutuhan Anggaran BBTKLPPM Surabaya, Tahun 2010 – 2014
Jenis Belanja Belanja Pegawai Belanja Barang Operasional Belanja barang non operasional Belanja Modal Total
2010 4.265.022.000 1.074.590.000
2011 4.381.703.000 1.270.868.000
Tahun Anggaran 2012 4.551.324.000 3.122.283.000
2013 5.006.456.400 3.434.511.300
2014 5.507.102.040 3.777.962.430
5.029.994.000
4.807.502.000
14.868.574.000
16.355.431.400
17.990.974.540
1.000.000.000 10.369.606.000
4.121.916.000 14.581.989.000
1.458.320.000 24.000.501.000
500.000.000 25.296.401.113
1.000.000.000 28.276.041.024
!"# #
!"# #
BAB VII PEMANTAUAN DAN PENILAIAN Pemantauan dimaksudkan untuk mensinkronkan kembali keseluruhan proses kegiatan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dengan perbaikan segera agar dapat dicegah kemungkinan terjadinya penyimpangan ataupun ketidaksesuaian yang berpotensi mengurangi bahkan menimbulkan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Untuk itu, pemantauan diarahkan guna mengidentifikasi jangkauan pelayanan, kualitas pengelolaan, permasalahan yang terjadi serta dampak yang ditimbulkannya. Penilaian dimaksudkan untuk memberikan bobot atau nilai terhadap hasil yang dicapai dalam keseluruhan pentahapan kegiatan, untuk proses pengambilan keputusan apakah suatu program atau kegiatan diteruskan, dikurangi atau dikembangkan (akselerasi). Untuk itu penilaian
diarahkan
guna
mengkaji
efektifitas
dan
efisiensi
pengelolaan program. Luaran kinerja BBTKLPPM Surabaya telah ditetapkan dalam Rencana Aksi Program PP dan PL Tahun 2010-2014 adalah Meningkatnya Kemampuan Pemeriksaan Laboratorium Dan Lingkungan Untuk Penyakit Berpotensi Wabah, Penyakit Menular/Tidak Menular Prioritas Dan Faktor Risiko Lingkungannya !"# #
dengan indikator kinerja sebagai berikut : Jumlah Pemeriksaan Laboratorium Dan Lingkungan Untuk Penyakit Berpotensi Wabah, Penyakit Menular/ Tidak Menular Prioritas Dan Faktor Risiko Lingkungannya. Pengertian indikator kinerja tersebut adalah keseluruhan laporan hasil
pengujian
laboratorium
dan
pengamatan
lingkungan
sebagai faktor risiko penyakit berpotensi wabah, penyakit menular/ penyakit tidak menular prioritas dalam kurun waktu satu tahun. Bentuk fisik dari luaran tersebut adalah dokumen yang memuat laporan
tentang
hasil
uji
laboratorium
dan
pengamatan
lingkungan sebagai faktor risiko penyakit berpotensi wabah, penyakit menular/tidak menular prioritas dalam kurun waktu satu tahun. Sedangkan target operasional yang ditetapkan adalah sebagai berikut
!"# #
!"# #
Tabel 6. Rancangan Output, Indikator Kinerja dan Target BBTKLPPM Surabaya, Tahun 2010 – 2014 Program/ Kegiatan
Output/ Outcome
Meningkatnya Kemampuan Pemeriksaan Laboratorium Penyelengga Dan Lingkungan raan PP dan Untuk Penyakit PL Berbasis Berpotensi Laboratorium Wabah, Penyakit Menular/Tidak Menular Prioritas Dan Faktor Risiko Lingkungannya
Indikator Kinerja Jumlah Pemeriksaan Laboratorium Dan Lingkungan Untuk Penyakit Berpotensi Wabah, Penyakit Menular/ Tidak Menular Prioritas Dan Faktor Risiko Lingkungannya.
Target Kab/Kota dalam wil.yan (%) 2010 2011 2012 2013 2014
60
75
75
80
85
!"# #
BAB VIII PENUTUP
Rencana aksi Program Pengendalian Penyakit dan penyehatan Lingkungan dalam lingkup tugas BBTKLPPM Surabaya yang diselenggarakan melalui kegiatan PP & PL berbasis laboratorium dalam
periode
waktu
2010-2014
merupakan
acuan
dalam
penyusunan perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan, dan penilaian dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Diharapkan melalui penyusunan rencana aksi ini peran BBTKLPPM Surabaya dalam kinerja surveilans berbasis laboratorium sekaligus sebagai “regional center
of
excellent”
pengendalian
penyakit
dan
penyehatan
lingkungan dapat terwujud. Kepada
semua
penyusunan
pihak
rencana
yang aksi
terlibat ini
dan
disampaikan
berdedikasi terimakasih
dalam dan
penghargaan yang setinggi-tingginya. Disadari bahwa rencana aksi ini masih memerlukan penyempurnaan dan review sesuai dengan perkembangan
serta
dinamika
faktor
internal maupun isu-isu
strategis.
!"# #
Ka. BBTKL & PPM Surabaya
Bagan Organisasi Ka. Bagian Tata Usaha Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKLPPM) SURABAYA Sub Bagian Program dan Laporan
Bidang Surveilans Epidemiologi
Sub Bagian Umum
Bidang Pengembangan Teknologi Dan Laboratorium
Bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
# Seksi Advokasi Kejadian Luar Biasa
Seksi Pengkajian dan Diseminasi
Seksi Teknologi Pemberantasan Penyakit Menular
Seksi Lingkungan Fisik dan Kimia
Seksi Teknologi Laboratorium
Seksi Lingkungan Biologi
#
INSTALASI INSTALASI INSTALASI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
!"# #