DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI
Oleh Ir. Komang Arthawa Lila, MS
JURUSAN ARSITEKTUR PERTAMANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015
RINGKASAN Secara geografis daerah Bali memang bukan jalur yang dilalui badai tropis, namun demikian efek dari kejadian badai tropis yang terjadi di Samudera Hindia akan sangat mempengaruhi kondisi cuaca di daerah Bali yang berlangsung pada bulan Desember – Maret. Hampir semua kabupaten di Bali berpotensi tinggi terkena angin kencang, namun dari kerawanannya paling tinggi terhadap ancaman bencana tiupan angin kencang adalah seluruh kawasan pesisir pantai di selatan Bali yang berhadapan langsung dengan laut lepas Samudera Hindia tempat terjadinya badai tropis. Secara spesifik, daerah pesisir yang memiliki tingkat kerawanan tinggi bencana alam badai dapat di jumpai di sekitar Gilimanuk, kawasan pesisir Negara, Tabanan, Canggu, Kerobokan, Nusa Dua, Denpasar, Gianyar, Klungkung, Nusa Penida dan pesisir selatan Karangasem.
ii
DAFTAR ISI RINGKASAN…………………………………………………………………………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………
iii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………………………………………………
iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………………………………………….
v
I.
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………
2
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………
2
1.2. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………………………
2
KONDISI ALAM WILAYAH BALI…………………………………………………………………………………
3
II.
Iklim ………………………………………………………………………………………………………………..
3
2.1.1 Penyebab Terjadinya Badai …………………………………………………………………..
4
2.1.2 Peta Jejak Badai………………………………………………………………………………………
5
Topografi………………………………………………………………………………………………………….
6
III. POTENSI RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI…………………………………………
9
IV. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………………………………………..
14
2.1.
2.2.
4.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………
14
4.2. Saran………………………………………………………………………………………………………………….
14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………….......
15
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
1.
Sebaran lahan menurut kemiringan lereng di Provinsi Bali………………………………
6
2.
Sebaran lahan menurut ketinggian tempat di Provinsi Bali..................................
8
3.
Data sejarah kejadian angin kencang di daerah Bali............................................
12
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
Hal
Pola arah angin saat terjadi monsun barat (a) dan monsoon timur (b)
3
(Tjasyono, 2004).................................................................................................... 2.
Peta jejak badai di kawasan tropis (Tjasyono, 2004)............................................
5
3.
Peta kemiringan lereng Provinsi Bali...................................................................
7
4.
Peta ketinggian tempat Provinsi Bali....................................................................
8
5. Peta wilayah yang berpotensi terkena angin kencang di daerah Bali.................
10
6.
11
Peta tingkat kerawanan angin kencang daerah Bali............................................
v
I. 1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bencana alam adalah permasalahan lingkungan yang sangat menonjol terjadi di Indonesia pada akhir dekade ini. Sebagai fenomena alam, kehadirannya tak dapat kita tolak atau hindari. Provinsi Bali dengan kondisi alamnya tidak terlepas dan sangat rentan terhadap bencana alam. Berbagai bencana alam yang pernah menerpa Bali seperti gempa bumi, letusan gunung api, banjir, longsor, kekeringan, dan angin ribut (badai) yang kejadiannya semakin sering terjadi. Secara umum kondisi cuaca dan iklim daerah Bali sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti; interaksi laut-atmosfer, aktifitas konvergensi, pertemuan massa udara dari belahan bumi utara dan selatan, tumbuhnya pusat tekanan rendah dan pengaruh kondisi lokal. Terjadinya bencana angin kencang di beberapa tempat di Bali, di samping disebabkan faktor dinamika atmosfer lokal juga disebabkan karena pengaruh cuaca ekstrim secara regional. Dampak kerusakan akibat terjangan angin kencang/badai dapat berupa kerusakan bangunan, banjir, tumbangnya pohon-pohon penghijauan/penghias taman kota, bahkan di daerah pantai dapat menimbulkan badai laut yang dapat menenggelamkan kapal. Sampai saat ini kita belum dapat berbuat banyak untuk mencegah terjadinya bencana yang diakibatkan pengaruh cuaca, khususnya angin. Namun demikian upaya mitigasi dan antisipasinya harus terus dilakukan. 1.2.
Tujuan Penulisan
1. Untuk memetakan daerah-daerah yang berpotensi terkena bahaya angin kencang, 2. Sebagai bahan informasi daerah-daerah prioritas wilayah yang rentan terkena bahaya angin kencang di Bali. 3. Sebagai bahan kajian dalam memilih jenis tanaman lanskap yang tahan pada wilayah rawan terkena angin kencang.
1
II. KONDISI ALAM WILAYAH BALI 2.1. Iklim Secara umum kondisi cuaca atau iklim daerah Bali sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti; interaksi laut-atmosfer, aktifitas konvergensi, pertemuan masa udara dari belahan bumi utara dan selatan, tumbuhnya pusat tekanan rendah dan pengaruh kondisi lokal setempat. Berdasarkan data rata-rata curah hujan bulanan, daerah Bali memiliki pola curah hujan monsun. Pola monsun terjadi akibat proses sirkulasi udara (angin) yang berganti arah setiap enam bulan sekali yang melintas di wilayah Indonesia, yang dikenal dengan monsun barat dan monsun timur (Gambar 1). Monsun barat umumnya menimbulkan banyak hujan (musim hujan) yang terjadi sekitar bulan Januari, monsun timur umumnya menyebabkan kondisi kurang hujan (musim kemarau) yang terjadi sekitar bulan Agustus.
(a)(
b)
Gambar 1. Pola arah angin saat terjadi monsun barat (a) dan monsoon timur (b) (Tjasyono, 2004)
2
Monsun barat di samping menimbulkan banyak hujan, juga sering disertai angin kencang atau badai yang terkadang menimbulkan bencana kerugian harta dan benda. 2.1.1 Penyebab Terjadinya Badai Angin adalah massa udara yang bergerak baik secara horizontal maupun vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara dinamis (Lakitan, 2002). Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Terjadinya bencana angin kencang di beberapa tempat di Bali, di samping disebabkan faktor dinamika atmosfer lokal juga disebabkan karena pengaruh cuaca ekstrim secara regional. Secara spesifik lokal terjadinya angin kencang berkaitan dengan mekanisme fenomena badai Guntur (thunderstorm). Istilah badai seringkali dikaitkan dengan badai tropis (Tropical storm), yaitu berupa hujan yang terjadi di daerah tropis disertai angin kencang. Istilah lain dari badai adalah topan, “hurricane”, angin puyuh, angin puting beliung, dan taifun. Fenomena atmosferik dengan sebutan berbeda-beda tersebut digunakan untuk memudahkan identifikasi dan pelacakan di mana badai tersebut terjadi. Kecepatan angin pada saat terjadi badai dapat mencapai 65 km/jam, dengan intensitas hujan dapat mencapai 150 mm selama 24 jam. Dampak kerusakan akibat suatu wilayah diterjang badai adalah kerusakan bangunan, tumbangnya pohon-pohon, banjir, bahkan di daerah pantai dapat menimbulkan badai laut yang dapat menenggelamkan kapal. Nama badai tropis sering disebut beberapa sebutan yang berbeda, bergantung pada lokasi kejadiannya, misalnya di Nusa Tenggara dikenal dengan “badai puting beliung”, di kawasan Samudra Indonesia sebagai badai tropis Bruno, dan di AS dikenal Tornado. Badai dapat terjadi apabila terdapat pusat tekanan udara rendah. Daerah-daerah dimana pusat tekanan udara sangat mungkin terjadi adalah di daerah Tropis maupun Sub Tropis (Daryono, 2006). Gerakan atau pola pergerakan pusat tekanan udara rendah yang merupakan pusat (eye) badai dipengaruhi pula oleh ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) yang mengikuti gerakan ke utara dan selatan dari matahari. Proses kejadian badai tropis begitu cepat sehingga kadangkala kita sulit untuk menghindarkan diri dari ancaman dan dampak badai. Wilayah
3
Indonesia tidak pernah lahir pusat badai akan tetapi sangat potensial sirkulasi angin terpengaruh oleh pusat badai. Ditinjau dari kecepatannya, maka badai yang terjadi di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga, Yaitu : (a) zone depresi tropis, merupakan zone dimana kecepatan angin mencapai 20 knot yang dikelilingi oleh isobar tertutup, (b) jika kecepatan angin naik menjadi lebih dari 34 knot dan ada beberapa isobar tertutup, maka menjadi “badai tropis”, dan (3) jika kecepatan angin melebihi dari 64 knot, maka digolongkan sebagai “hurricane” atau “typhoon” atau “siklon tropis, bergantung lokasinya. 2.1.2 Peta Jejak Badai Kerawanan bencana Badai daerah Bali dapat dilihat berdasarkan acuan peta jejak badai tropis (Gambar 2). Secara garis besar, kerawanan paling tinggi terhadap ancaman badai adalah kawasan pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan laut lepas Samudera Hindia. Secara geografis daerah Bali memang bukan jalur badai, karena wilayah aktivitas badai tropis berada di daerah antara 100 hingga 200 dari garis ekuator (Daryono, 2006). Namun demikian, efek dari badai tropis dapat mempengaruhi kondisi cuaca di berbagai tempat di Bali. Selain itu karena posisi Pulau Bali yang berdampingan dengan zona lintasan badai tropis Samudera Hindia, maka kawasan Bali akan mengalami dampak badai pada setiap tahunnya, berupa tiupan angin kencang dan hujan deras selama musim badai yang berlangsung pada bulan Desermber- Maret.
Gambar 2. Peta jejak badai di kawasan tropis (Tjasyono, 2004) 4
2.2 Topografi Provinsi Bali yang luas wilayahnya 563.286 ha, merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang meliputi hampir 85 % dari luas wilayah seluruhnya. Relief Pulau Bali merupakan rantai pegunungan yang membentang dari barat ke timur. Ditinjau dari kemiringan lahannya, maka Pulau Bali sebagian besar terdiri dari lahan dengan kemiringan antara 0 – 2 % sampai dengan 15 – 20 %, sedangkan selebihnya adalah lahan dengan kemiringan di atas 40 %. Daerah pantai bagian selatan dan sebagian kecil daerah pantai utara Pulau Bali didominasi oleh lahan dengan kemiringan 0 - 2 % dengan luas areal 96.129 ha. Lahan dengan kemiringan 2 – 15 % sebagian besar terdapat di wilayah Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar dan Buleleng, dan sisanya tersebar secara merata di daerah sekitar pantai dengan luas mencapai 132.056 ha. Daerah dengan kemiringan 15 – 40 % meliputi areal seluas 164.749 ha secara dominan terdapat di wilayah bagian tengah Pulau Bali, mengikuti deretan perbukitan yang membentang dari arah barat ke timur wilayah tersebut. Daerah dengan kemiringan melebihi 40 % merupakan daerah perbukitan dan pegunungan terletak pada bagian tengah wilayah ini dan sebagian Pulau Nusa Penida. Sebaran lahan menurut kemiringan lereng secara rinci disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 1. Sebaran lahan menurut kemiringan lereng di Provinsi Bali Luas wilayah menurut lereng (ha) Kabupaten/ Jumlah Kota (ha) 0–2 % 2–15 % 15–40 % >40 % 1. Badung 12.774 18.024 7.754 3.150 41.852 2. Bangli 6.123 10.996 10.975 24.017 52.081 3. Buleleng 22.547 24.789 52.915 36.337 136.588 4. Denpasar 10.634 1.764 12.398 5. Gianyar 8.311 18.236 10.253 36.800 6. Jembrana 21.047 7.663 17.645 37.825 84.180 7. Karangasem 10.140 12.544 26.100 35.170 83.954 8. Klungkung 5.122 5.132 11.511 9.735 31.500 9. Tabanan 9.727 24.753 34.779 14.674 83.933 Jumlah 106.395 124.051 171.932 160.906 563.286 Persentase 18,89 22,02 30,52 28,57 100,00 (%) Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Bali (1997) No
5
Gambar 3. Peta kemiringan lereng Provinsi Bali
Dari segi ketinggian tempat, Pulau Bali terdiri dari kelompok lahan sebagai berikut :
Lahan dengan ketinggian antara 0 – 50 m di atas permukaan laut, mempunyai permukaan yang cukup landai meliputi areal seluas 77.321,38 ha.
Lahan dengan ketinggian antara
50 - 100 m di atas permukaan laut, mempunyai
permukaan yang berombak sampai bergelombang meliputi areal seluas 60.620,34 ha.
Lahan dengan ketinggian antara 100 - 500 m di atas permukaan laut, seluas 211.923,85 ha, didominasi oleh keadaan permukaan bergelombang sampai berbukit.
Lahan dengan ketinggian antara 500 - 1000 m di atas permukaan laut,
seluas
145.188,61 ha.
Lahan dengan ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut, seluas 68.231,90 ha.
6
Tabel 2. Sebaran lahan menurut ketinggian tempat di Provinsi Bali Luas wilayah menurut ketinggian tempat (m) Kabupaten/ Kota 0 – 25 m 25–100 m 100– 500 m 500– 1000 m 1. Badung 6.724 9.736 15.416 7.593 2. Bangli 5.034 18.766 3. Buleleng 13.887 16.879 52.760 34.426 4. Denpasar 7.329 5.069 5. Gianyar 1.527 7.476 17.310 10.487 6. Jembrana 18.371 20.617 30.118 13.549 7. Karangasem 3.281 8.555 37.948 22.451 8. Klungkung 2.956 6.445 21.994 105 9. Tabanan 1.639 10.790 37.358 26.529 Jumlah 55.714 85.567 217.938 133.906 Persentase (%) 9,89 15,19 38,69 23,77 Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Bali (1997) No
>1000 m 2.383 28.281 18.636 1.525 11.719 7.617 70.161 12,46
Jumlah (ha) 41.852 52.081 136.588 12.398 36.800 84.180 83.954 31.500 83.933 563.286 100,00
Gambar 4. Peta ketinggian tempat Provinsi Bali
Daerah dengan ketinggian tempat 0 – 50 m di atas muka laut, hampir 90 % merupakan dataran aluvial, yang mengelilingi Pulau Bali, dengan kemiringan lereng berkisar antara 0 – 8 %.
7
III. POTENSI RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI Secara geografis daerah Bali memang bukan jalur yang dilalui badai tropis, karena wilayah aktivitas badai tropis berada di daerah antara 10 o hingga 20o di utara atau selatan dari garis ekuator (Tjasyono, 2004). Namun demikian, efek dari kejadian badai tropis yang terjadi di Samudera Hindia akan sangat mempengaruhi kondisi cuaca di berbagai tempat di daerah Bali. Seluruh daerah Bali akan mengalami dampak badai tropis, berupa tiupan angin kencang dan hujan deras selama musim badai tropis yang berlangsung pada bulan Desember – Maret pada setiap tahunnya. Bentuk topografi wilayah daratan Bali secara umum berupa variasi antara dataran rendah, lembah, bukit dan pegunungan. Wilayah yang berupa dataran rendah kebanyakan berada di daerah pesisir yang mengelilingi pulau. Hampir seluruh wilayah pesisir pantai di Pulau Bali memiliki topografi yang datar. Hanya sekitar 20% daerah pesisir yang bertopografi berupa perbukitan yang dapat ditemui di sepanjang pantai di bagian timur Bali. Bali di bagian tengah, hampir seluruh wilayahnya memiliki bentuk topografi berupa lembah, bukit dan pegunungan. Rangkaian pegunungan tengah pulau yang membujur dari barat hingga timur telah membentuk sebuah penghalang (barrier) tiupan angin kencang yang akan melindungi seluruh wilayah Bali bagian utara, khususnya daerah pesisir. Pegunungan Bali di bagian barat memiliki ketinggian yang relatif tidak begitu tinggi, dengan puncaknya Gunung Merbuk dan Gunung Patas. Di sebelah timur terdapat kompleks deretan pegunungan yang lebih tinggi, yaitu Gunung Batukaru, Gunung Abang dan Gunung Agung. Daerah Bali merupakan kawasan yang rawan terhadap ancaman tiupan angin kencang, karena posisi pulaunya yang berdekatan dengan lintasan jejak badai tropis di Samudera Hindia (Gambar 2).
8
Lintasan peta jejak badai, data historis, topografi dan ketinggian wilayah sangat penting diketahui, terutama dalam pewilayahan zona rawan angin kencang di kawasan tropis khususnya daerah Bali (PPLH-UNUD,2006). Berdasarkan hasil pemetaan wilayah rawan bencana angin kencang di Provinsi Bali (Gambar 5 dan Gambar 6), maka secara geografis kerawanan paling tinggi terhadap ancaman bencana tiupan angin kencang adalah seluruh kawasan pesisir pantai di selatan Bali yang berhadapan langsung dengan laut lepas Samudera Hindia tempat terjadinya badai tropis. Secara spesifik, daerah pesisir yang memiliki tingkat kerawanan tinggi bencana alam badai dapat dijumpai di sekitar Gilimanuk, kawasan pesisir Negara, Tabanan, Canggu, Kerobokan, Nusa Dua, Denpasar, Gianyar, Klungkung, Nusa Penida dan pesisir selatan Karangasem .
Gambar 5. Peta wilayah yang berpotensi terkena angin kencang di daerah Bali
Fakta kerawanan bencana badai di pesisir selatan Bali ini didukung oleh banyaknya data catatan sejarah (historical data) kejadian bencana angin kencang daerah Bali (Tabel 3). Dalam periode 9
akhir 2005 hingga 2006 tercatat telah terjadi bencana angin kencang sebanyak kurang lebih 17 kali kejadian, yang tersebar di berbagai daerah di pesisir selatan Bali. Topografi Bali bagian tengah merupakan variasi dan kombinasi antara lembah, bukit dan pegunungan. Oleh karena ketinggian wilayahnya di atas permukaan laut, maka daerah Bali bagian tengah menjadi relatif lebih aman dari ancaman dan potensi bencana angin kencang. Kondisi tersebut juga didukung oleh data historis bencana badai, dimana di dataran tinggi Bali bagian tengah belum pernah terjadi bencana angin kencang yang merusak. Oleh karena itu kawasan yang berpegunungan di Bali bagian tengah merupakan deerah yang memiliki tingkat kerawanan bencana badai yang rendah.
Gambar 6. Peta tingkat kerawanan angin kencang daerah Bali Daerah dataran rendah pesisir Bali bagian utara, secara topografi merupakan daerah rawan bencana angin kencang. Akan tetapi karena wilayah pesisir utara Bali merupakan daerah bayangan deretan pegunungan Bali yang terlindung dari tiupan angin kencang dari Samudera Hindia maka kawasan utara Bali mempunyai tingkat kerawanan bencana angin kencang yang sedang. Sementara itu, daerah lain di Bali yang tidak termasuk ke dalam kawasan pegunungan
10
tinggi dan tidak termasuk ke dalam daerah kerawanan tinggi di pesisir selatan, maka kawasan tersebut merupakan daerah dengan kerawanan menengah. Adanya beberapa catatan sejarah kejadian bencana angin kencang di pesisir utara Bali yaitu bencana badai di Desa Kayu Buntil (Nopember 2005), Singaraja (22 Mei 2006), Desa Sambangan (5 Agustus 2006) dan Desa Tamblang (Oktober 2006) adalah akibat faktor dinamika atmosfir lokal, akibat terjadinya konvergensi massa udara atau timbulnya pusat-pusat tekanan rendah di daerah tersebut. Dengan demikian beberapa tempat seperti di Seririt, Kota Singaraja dan Sukasada memiliki kerawanan menengah terhadap ancaman badai. Tabel 3. Data sejarah kejadian angin kencang di daerah Bali Waktu Kejadian Nopember 2005 21 Desenber 2005 23 Desember 2005 7-9 Januari 2006 18-23 Januari 2006
Penyebab Tropical. Low Low Pressure Badai Clare Badai Daryl
27 Januari 2006
Tropical low
28-31 Januari 2006
Badai Jim
22 Pebruari 2006 23 Pebruari 2006
Badai Kate Badai Carina
27 Pebruari 2006 5 Maret 2006
Badai Emma -
5 Maret 2006
-
5 Maret 2006 5 Maret 2006
-
5 Maret 2006
-
5 Maret 2006
-
5 Maret 2006
-
Lokasi Kerusakan Angin kencang merusak di Kayu Buntil, Kota Singaraja Hujan deras dan angin kencang di Badung Hujan deras dan angin kencang di Badung Angin kencang di Gianyar Terjangan angin 25-50 km/jam, badai pasir menerjang Pantai Kuta. Hujan deras disertai angin kencang mengguyur Denpasar, pohon besar bertumbangan menimpa rumah dan mobil. Hujan dan badai guntur diikuti angin kencang di Tuban Hujan dan angin kencang di Denpasar dan Negara Hujan dan angin kencang di seluruh pesisir selatan Bali Hujan angin kencang dan badai guntur di Denpasar Hujan dan angin kencang merusak di Gelgel, Klungkung Hujan dan angin kencang merusak di Canggu, Kuta Utara Hujan dan angin kencang merusak di Sayan, Ubud Hujan dan angin kencang merusak di Kerambitan, Tabanan Hujan dan ngina kencang merusak di Kukuh Marga, Tabanan Hujan dan angin kencang merusak di Dangin Tukad Daya dan Negara Hujan dan angin kencang merusak di Gilimanuk 11
5 Maret 2006 5 Maret 2006
-
22 Mei 2006
-
5 Agustus 2006
-
10 Agustus 2006 1 Oktober 2006
-
Sumber:
- BMG, 2006
Hujan dan angin kencang di Kota Denpasar Hujan dan angin kencang merusak di Subagan, Karangasem Hujan dan angin kencang merusak di Pelabuhan Buleleng, Kota Singaraja Hujan dan angin kencang merusak di Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng Hujan dan angin kencang terjadi di Petang, Badung. Hujan dan angin kencang merusak di Desa Tamblang, Kubutambahan, Buleleng.
- Harian Nusa Bali, Maret – Oktober 2006
12