81
82
5.1.1
Bencana Lainnya
A. Bencana Angin Puting Beliung Berdasarkan data yang diperoleh terdapat kejadian bencana yang diakibatkan oleh bencana angin topan juga termasuk angin putting beliung. Angin yang mempunyai kekuatan cukup besar ini mampu memporakporandakan bangunan sepanjang jalur yang dilewati, hal ini perlu diantisipasi dengan struktur dan bentuk bangunan yang mampu menahan kekuatan angin putting beliung dan penyediaan lokasi atau tempat aman jika terjadi bencana angin. B. Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung Sebelum Bencana: Perlu dilakukan sosialisasi mengenai bencana angin putting beliung agar masyarakat memahami dan mengenal angin putting beliung, baik definisi, gejala awal, karakteristik, bahaya dan mitigasinya, Menyusun peta rawan bencana puting beliung berdasarkan data historis, Memangkas ranting pohon besar dan menebang pohon yang sudah rapuh serta tidak membiasakan memarkir kendaraan dibawah pohon besar, Jika tidak penting sekali, hindari bepergian apabila langit tampak awan gelap dan menggantung, Mengembangkan sikap sadar informasi cuacad engan selalu mengikuti informasi prakiraan cuaca atau proaktif menanyakan kondisi cuaca kepada instansi yang berwenang dan Penyiapan lokasi yang aman untuk tempat pengungsian sementara. Saat Bencana: Segera berlindung pada bangunan yang kokoh dan aman begitu angin kencang menerjang, Jika memungkinkan segeralah menjauh dari lokasi kejadian karena proses terjadinya puting beliung berlangsung sangat cepat, Jika saat terjadi puting beliung kita berada di dalam rumah semi permanen/rumah kayu, hingga bangunan bergoyang, segeralah keluar rumah untuk mencari perlindungan di tempat lain karena bisa jadi rumah tersebut akan roboh, Hindari berteduh di bawah pohon besar, baliho, papan reklame dan jalur kabel listrik dan Ancaman puting beliung berlangsung 5 hingga 10 menit, sehingga jangan terburu-buru keluar dari tempat perlindungan yang aman jika angin kencang belum benar-benar reda. Setelah Bencana: Melakukan koordinasi dengan berbagai pelaksana lapangan dalam pencarian dan pertolongan para korban, Mendirikan posko dan evakuasi korban yang selamat, Mendirikan tempat penampungan korban bencana secara darurat di dekat lokasi bencana atau menggunakan rumah penduduk untuk pengobatan dan dapur umum, 83
Melakukan koordinasi bahan bantuan agar terdistribusi tepat sasaran dan sampai kepada mereka yang benar-benar membutuhkan dan menghindari para oknum yang memanfaatkan situasi dan Melakukan evaluasi pelaksanaan pertolongan dan estimasi kerugian material. C. Epidemi Jika ditinjau dari asal katanya, epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu epi = pada atau tentang, demos = penduduk, dan logos = ilmu pengetahuan. Jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.Dalam pengertian modern saat ini, EPIDEMIOLOGI adalah:“Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factoryang Mempengaruhinya).Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. D. Kebakaran Menghadapi berbagai jenis bencana kebakaran yang terjadi, maka dilakukan upaya mitigasi dengan prinsip-prinsip bahwa: Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa berikutnya. Upaya mitigasi itu sangat komplek, saling ketergantungan dan melibatkan banyak pihak. Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibandingkan upaya mitigasi pasif. Sumber daya terbatas, maka prioritas harus diberikan kepada kelompok rentan. Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi yang terus menerus untuk mengetahui perubahan situasi. Mitigasi Bencana Kebakaran dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana melalui: Pelaksanaan penataan ruang, Pengaturan pembangunan infra struktur, tata bangunan. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan. E. Kekeringan Bahaya bencana kekeringan yang terdapat di wilayah Kabupaten Aceh Selatan secara khusus hampir sama dengan wilayah Aceh secara umum. Bahaya kekeringan yang melanda ini mengikuti pola musim iklim, terutama pada periode musim kering. Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan bahaya kekeringan yang berpotensi bencana, selain suhu tinggi, tingkat kelembaban udara rendah, tingkat kekeringan udara tinggi, kadar air pada lahan rendah dan beberapa faktor lainnya menyebabkan bencana kekeringan yang pernah terjadi beberapa tahun belakang dengan periode musim kering yang cukup lama. Dampak kekeringan yang terjadi menimpa lahan-lahan pertanian yang mengandalkan sumberair dalam pengelolaannya dan sumber-sumber air (mata air, sungai dan 84
sumber air lainnya) yang mengalami penurunan debit dan volume air. Perlu langkah antisipatif didalam meminimalisir dampak bencana kekeringan yang ada dengan cara pengetatan dan pengendalian kawasan lindung dan kawasan hijau (RTH) dan memperbanyak luasan lahan untuk ruang terbuka hijau dan penambahan jumlah tegakan pohon. Selain itu juga peran serta masyarakat didalam menyediakan ruang dilahan perkarangan untuk penanamam pohon/vegetasi. F. Abrasi Abrasi merupakan salah satu potensi bencana pergeseran dan erosi lahan/tanah terutama pada daerah pesisir pantai yang merusak kondisi ekosistem pantai yang juga berdampak terhadap kerusakan bangunan struktural yang ada. Terdapat beberapa faktor terjadinya abrasi salah satunya adanya kerusakan ekosistem pantai sebagai akibat berkurangnya jumlah dan tegakan vegetasi penahan gelombang laut dan tidak adanya penahan struktur pasir/tanah diwilayah pesisir. Faktor lainnya sebagai kenaikan permukaan air laut sebagai dampak dari perubahan iklim dan pemanasan global. Potensi abrasi ini tersebar dibeberapa pantai yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Selatan, hal ini perlu langkah-langkah antisipasi untuk mengurangi dampak abrasi yang terjadi diantaranya pembangunan tanggul penahan gelombang air laut, penanaman vegetasi khas pantai dan pesisir dan relokasi lahan dan bangunan yang berpotensi terkena dampak abrasi. G. Konflik Masyarakat Persoalan konflik masyarakat intensitasnya saat ini sudah relatif rendah jika dibandingkan masa konflik antara pemerintah dengan kelompok GAM. Saat ini potensi konflik yang berpotensi muncul diantaranya konflik sosial ekonomi masyarakat, masalah kepercayaan/agama, masalah lahan garapan (ganti rugi) dan persoalan lainnya. Pendekatan didalam menyelesaikan persoalan konflik horizontal dan konflik vertikal dimasyarakat adalah dengan mengutamakan komunikasi dan bermusyawarah sesuai dengan nilai-nilai budaya Aceh sejak lama.
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96