BAB II TINJAUAN PUSTAKA
SINDROM PREMENSTRUASI
2.1 Pendahuluan Sebagian besar wanita yang berada pada usia reproduktif (85 s/d 97 %) mengeluh terhadap nyeri somatis dan gangguan mental yang timbul sebelum menstruasi namun, karakteristik asal dan tingkat keluhan yang berbeda membuat mereka tidak memperhatikannya setiap siklus sehingga menghasilkan dasar yang tidak adekuat untuk mendiagnosa Sindrom Premenstruasi. 3;9-12
2.2 Defenisi Definisi yang dianut terhadap sindrom ini meliputi gangguan mental dan somatik yang berat yang muncul secara siklik terutama pada fase premenstruasi yang secara signifikan menghambat aktivitas sehari-hari. Kumpulan dari gejala gejal tersebut muncul pada fase luteal pada siklus menstruasi ( 1 sampai 2 minggu sampai terjadinya menstruasi) dan gejala tersebut hilang setelah terjadinya menstruasi.3;9-12 Penelitian yang dilakukan oleh Borenstein J et al pada wanita di Amerika Serikat menunjukkan hubungan antara sindrom premenstruasi dan tingkat ketidak hadiran pekerja meningkat pada waktu kerja, sehingga menurunkan efisiensi produktifitas
Universitas Sumatera Utara
pada waktu bekerja dan pada akhirnya akan menjadi masalah dalam pembayaran gaji para wanita dengan Sindrom Premenstruasi. 13 Pada kenyataannya terjadi peningkatan prevalensi dari keluhan dan gangguan pada Sindrom Premenstruasi. Walaupun sindrom ini sudah diteliti pada waktu yang lalu penyebab timbulnya gangguan masih belum dimengerti sepenuhnya sehingga terdapat berbagai kemungkinan terapi yang terbukti tidak efektif.
13;14
2.3. Epidemiologi dari Sindrom Premenstruasi Menurut kriteria diagnosis yang diterbitkan oleh America Collage Of Obstetricsn Gyneconogy (ACOP), Diagnosa Sindrom Premenstruasi dapat ditegakkan bila sedikitnya satu gangguan mental dan satu keluhan somatik yang timbul dengan tingkat keparahan sedang dan berat.6;15 Menurut kriteria DSM IV dalam mendiagnosis PMDD yaitu singkatan yang lebih parah dari Sindrom Premenstruasi setidaknya lima dari keluhan dari dalam daftar dibawah harus ada, termasuk gangguan mental yang hebat. Bentuk yang parah dari Sindrom Premenstruasi ditemukan sebanyak 2,5 s/d 3 % pada wanita pada usia reproduktif, sementara sekitar 40 % wanita akan mengalami keluhan Sindrom Premenstruasi dengan tingkat yang tidak terlalu parah.6;15-17
2.4. Etiologi Untuk memperoleh pengertian yang lebih baik terhadap faktor penyebab potensial dari Sindrom Premenstruasi dan bagaimana zat gizi mempengaruhi biokimia wanita adalah penting untuk mengetahui siklus menstruasi. Siklus mentruasi terdiri atas
Universitas Sumatera Utara
fase folikuler dan fase luteal yang merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.18 Fase folikuler awal yang ditandai dengan menstruasi memiliki memiliki karakteristik berupa kadar hormon FSH yang tinggi dan kadar hormon LH estrogen dan progesteron yang rendah. Kadar FSH yang tinggi memicu pertumbuhan folikel sementara estrogen berfungsi sebagai sintesis dan poliferasi dari endomentrium. Estrogen akan mengikat secara cepat pada saat terjadi pematangan folikel yang akan merangsang Luteinizing hormon. Hormon ini akan merangsang ovulasi yang muncul 14 hari sebelum menstruasi dan berakhir pada saat berhentinya fase folikuler. Pada fase Luteal LH menyebabkan sel granulosa dari folikel yang ruptur dan akan membentuk corpus luteum, yang akan menghasilkan progesteron dalam jumlah besar dan sedikit estrogen.18;19 Fase luteal ditandai dengan berkurangnya produksi ovarium terhadap estrogen dan peningkatan produksi progesteron oleh corpus luteum yang mencapai puncaknya pada pertengahan fase luteal , kadar LH dan FSH kembali rendah. Bila tidak terjadi fertilisasi ovum akan mengalami degenerasi menjadi corpus luteum yang akan menyebabkan turunnya kadar progesteron dan estrogen secara cepat. Penurunan kadar progesteron dan esterogen ini menghasilkan kerusakan dan peluruhan dinding endomentrium, yang selanjutnya ditandai sebagi hari pertama dari siklus menstruasi berikutnya.18;19
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1 Siklus Menstruasi
Etiologi dari sindrom ini bersifat multifaktor dan belum sepenuhnya dimengerti. Efek dari gangguan hormonal, terutama tingkatan progesteron yang rendah pada fase luteal, mengganggu fungsi dari aktifitas Adosteron yang mengakibatkan retensi air, ketidak seimbangan Hipofisis – Pituitary - Adrenal mengakibatkan sekresi yang tidak adekuat dari hormon adrenal, mengganggu sekresi dari neurotransmiter yang menghasilkan hiperprolactinemia fungsional kekurangan kalsium, magnesium ,piridoksin, alkohol gangguan toleransi glukosa, obesitas dan faktor lingkungan seperti stres semua pernah dilakukan. Secara umum penyebab utama dari sindrom ini disebabkan oleh turunnnya kadar progesteron pada fase luteal. Progesteron
Universitas Sumatera Utara
dapat menimbulkan kecemasan melalui kerja metabolisme dari progesteron terutama aloprecnenolon yang merupakan neuron aktifator yang bekerja pada sistem gabah yang terdapat diotak. Namun data yang mengenai para partisipan yang mengalami gangguan hormonal permanen pada Sindrom Premenstruasi masih sangat kurang, kadar progesteron tidak selalu berubah pada wanita penderita Sindrom Premenstruasi. Sindrom Premenstruasi dipercaya berkaitan dengan metabolit neurobolit progesteron termasuk metabolit yang secara spontan yang dihasilkan didalam saraf pusat. Metabolit yang paling utama adalah 3 α-hiddrogsi-5α-dihigroprogerteron dan 3-α-5-tetra hiderodiocsi korticosteron.8 Komponenkomponen ini bersifat ansiolitik analgetik dan analstetik yang akan berinteraksi dengan reksektor gabah, yang merupakan reksektor utama penghambat reotramisi. Disisi lain pregnenolon sulfat (PS) yang dapat dihidrolisasi menjadi pregnenolon oleh steroit sulfat dan MMDA yang merupakan reseptor perantara susunan saraf pusat terhadap pertukaran kalsium interasel.
18;19
Perbedaan konsentrasi dari steroid diatas terbukti berkaitan dengan angka kejadian Sindrom Premenstruasi. Siklus menstruasi yang disertai dengan gejala Sindrom Premenstruasi yang parah pada pase premenstrual telah terbukti berkaitan dengan peningkatan level ekstradiol secara Signifikan dan tampak penurunan dari progesteron. Semakin beratnya gejala Sindrom Premenstruasi yang terjadi pada siklus dengan level ektradiol yang tinggi, preknenollon, dan preknenolllon sulfat. Sementara level yang tinggi dari 3-α-OHDHP dan 3-α-THDOC berkaitan dengan keluhan Sindrom Premenstruasi yang sedang. Peningkatan keparahan dari gejala Sindrom Premenstruasi berkaitan dengan kadar yang lebih tinggi dari pregnenollon sulfat (PS) mempengaruhi proses prilaku dan memori penemuan ini menunjukkan peran yang penting dari steroid sebagai etiologi dari Sindrom Premenstruasi. 5;6;18;19
Universitas Sumatera Utara
Pada fase luteal Sindrom Premenstruasi mempengaruhi proses perilaku dan memori penemuan ini mengkonfirmasi peran yang penting dari steroid sebagai etiologi Sindrom Premenstruasi. Lebih lanjut peran yang signifikan dari interaksi antara alkohol dan Gama amino butiric acid ( GABA ) telah diformulasikan pada simtomatologi dari Sindrom Premenstruasi. Hal ini menunjukkan selama fase luteal terjadi penurunan alkohol yang menghasilkan penurunan Allopregnenolon diperifer.Mastalgia/mastodinia salah satu dari komposisi Sindrom Premenstruasi, merupakan gejala yang sering dijumpai berkaitan dengan kelainan pada payudara.2;5;20
Levin et al menyimpulkan suatu hipotesis bahwa regulasi normal dari vasodilator dan pemanjangan vaskularisasi pada saat fase luteal pada siklus menstruasi bertujuan untuk meningkatkan pelepasan endotelial Nitric Oxide (NO). Sebagai hasil akan muncul kadar estrogen dan progesteron yang maksimal pada fase ini.Kadar yang berlebih dari NO memiliki efek sistemik tambahan yang mungkin muncul sebagai Sindrom Premenstruasi. Obesitas dan insulin resisten diduga sebagai faktor terjadinya Sindrom Premenstruasi. Sama halnya dengan diet rendah kalsium dan vitamin D3 yang menyertai obesitas. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hambatan reuptek dari serotin meningkatkan sensifitas jaringan terhadap insulin dan akan mengurangi indeks masa tubuh. Susan thys et al dalam penelitiannya perubahan siklus metabolisme kalsium pada yang berhubungan dengan siklus menstruasi dengan premenstrual sindrom dengan hasil terjadi penurunan kadar kalsium yang bermakna pada penderita premenstrual sindrom di bandingkan kelompok kontrol.2;5;20-22
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan metabolisme magnesium beberapa peneliti salah satunya Bolte et al 2001,metabolisme dari magnesium yang abnormal berhubungan dengan gangguan neuropsikiatri tampak dari gangguan mood dan gejala fisik yang tampak seperti migrain, epilepsy,nyeri kronik. Dikarenakan magnesium mempunyai hubungan secara langsung dengan fungsi dari sel yang normal, maka jika terjadi penurunan kadar magnesium akan menimbulkan gejala gejala pada Sindrom Premenstruasi. 9;16;20-22
Beberapa penelitian memperlihatkan terjadinya penurunan kadar magnesium secara bermakna dibandingkan dengan kadar magnesium pada wanita normal Peran magnesium dalam gejala Sindrom Premenstruasi bersifat multi faktor karena fungsinya yang banyak dalam metabolisme seluler. Magnesium berperan dalam : 1. Sintesa dopamin. 2. Konjugasi
estrogen
dengan
secara
langsung
meningkatkan
aktifitas
glucuronyl transferase, enzim yang berperan dalam glukoronidasi estrogen di hati. 3. Aktivasi vitamin B terutama vitamin B6. 4. Produksi energi. 5. Sintesa second messenger cAMP (cyclic AMP), yang mempunyai peranan penting dalam keseimbangan hormon. 6. Konversi LA menjadi GLA,pada batasan rata rata anti inflamasi pada sintesis PG1.
Universitas Sumatera Utara
Penurunan magnesium dapat disebabkan karena penggunaan diuretik, pengguna alkohol dan asupan lemak yang tinggi setiap harinya dan malabsorbsi syndrome. 9;21-25
2.5. Gejala klinis pada sindrom premenstruasi Terdapat banyak gejala yang dihubungkan dengan sindrom premenstruasi namun gejala yang paling sering adalah gejala iritabilitas ( mudah tersinggung) dan disforia ( perasaan sedih ) gejala mulai dirasakan 7- 10 hari menjelang menstruasi berupa gejala fisik maupun psikis yang mengganggu aktifitas sehari hari dan menghilang setelah menstruasi .11;17;26 Menurut American Standart Assocition – DSM IV menyebutkan bahwa gejala gejala sindrom premenstruasi dapat meliputi gejala fisik dan psikis di jelaskan pada tabel 1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1
American College of Obstetricians and Gynecologist diagnostic criteria for SINDROM PREMENSTRUASI
Patient reports one or more of the following affective and somatic symptomes during 5 days before menses in each of 3 prior menstrual cycles Affective Somatic
Depression Angry outbursts Anxiety Irritability Confusion Social withdrawal Breast tenderness Abdominal bloating Headache Swelling of extremities Symptoms relived within 4 days of menses onset without recurrence until at least cycle day 13 Symptoms present in absence of any pharmacologic therapy, hormone ingestion or drug or alcohol abuse Symptoms occur reproducibly during 2 cycles of prospective recording Patient suffers from identifiable dysfunction in social or economic performance
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 Kriteria diagnostik menurut DSM-IV
DSM-IV diagnostic criteria for PMDD One year duration of symptoms which are present for the majority of cycles (occur luteal, remit follicular Five of the following symptoms (with at least one of these marked with*) must occur during the week before menses and remit within days of menses:
Irritability* Affective lability* (sudden mood swings) Depressed mood or hopelessness* Tension or anxiety* Decreased interest in activities Difficulty concentrating Change in sleep Feeling out of control Lack of energy Change in appetite (food cravings) Other physical symptoms (breast tenderness, bloating) Seriously interferes with work, social activities, relationship Not an exacerbation of another disorder
Confirmed by prospective daily ratings at least 2 consecutive symptomatic cycles
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3 Pembagian Dari Sindrom Premenstruasi Premenstrual syndrome Subtype PMT – A
Typical Symtoms
Incidence in Premenstrual syndrome I Sufferers
Nervous tension 66 – 75 % Mood swings
Possible etiologies
Vitamin B6 deficiency
Vitamin B6 Magnesium
Magnesium deficiency
Irritability
Possible therapies
Progesteron therapy
Anxiety
Dopamine agonists Anxiolytics Decreased intake of vitamin D & calsium
PMTH
Weight gain ( > 3lb.during 3 consecutive cycles )
65 – 72%
Stress
Aldosterone antagonists
Magnesium deficiency
Magnesium
Swelling of extermities
Vitamin B6 deficiency
Breast tenderness
Comsumption of refined sugar
Vitamin B6 Dopamine agonist Diuretics Decreased intake of vitamin D & calsium Sodium intake limited to 3 g/day
PMTC
Headache Caving for sweets Increased appetite Heart pounding Fatigue Dizziness / fainting
24 – 35 %
Vitamin B6 deficiency
Vitamin B 6 Magnesium
Magnesium deficiency
Zinc
Zinc deficiency
Vitamin C
Vitamin C deficiency
Incresed intake of linoleic acid
Cislinoleic acid deficiency
Decreased intake of vitamin D& calcium Decreased alcohol
Universitas Sumatera Utara
intake Decreased intake of refined sugar
PMTD
Depression Forgetfulness Crying
23 – 37 %
Vitamin B6
Vitamin B6 deficiency
Magnesium
Magnesium deficiency
Estrogen Decreased intake of vitamin D & calcium
Confusion Insomnia
Dan menurut Guy E Abraham et al menyatakan gejala gejala klinis yang di jumpai pada sindrom premenstruasi di bagi menurut gejala yaitu : tipe A,H,C dan tipe D. Sekitar 80 % merupakan gangguan premenstrual syndrome tipe A, sedangkan tipe H sekitar 60 %,premenstrual syndrome tipe C sebanyak 40 % dan sindrom premenstruasi tipe D sebanyak 20 % kadang kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan misalnya tipe A dan D secara bersamaan.27 Setiap tipe sindrom premenstruasi memiliki gejalanya sendiri yaitu tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat tidak seimbangnya hormon estrogen dan progesteron , dan dijumpai kadar estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan progesteron. sindrom premenstruasi tipe H ( hyperhydration ) memiliki gejala edema ( pembengkakan , perut kembung nyeri pada payudara, pembengkakan tangan dan
Universitas Sumatera Utara
kaki, peningkatan berat badan sebelum haid ). Gejala tipe dari ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe sindrom premenstruasi tipe lain. Pembengkakan ini terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel ( ekstrasel ) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretik untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Sindrom premenstruasi tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak,timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan,jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin mengkonsumsi makanan manis disebabkan stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak essensial (omega 6), atau kurangnya magnesium. Sindrom premenstruasi tipe D (depression) ditandai dengan gejala depresi,ingin menangis,lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang- kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya premenstrual syndrom tipe D berlangsung bersamaan dengan sindrom premenstruasi tipe A, hanya sekitar 3 % dari seluruh tipe sindrom premenstruasi benar-benar murni tipe D.(27) sindrom premenstruasi tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi sindrom premenstruasi tipe D dengan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penimbunan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B terutama B6..27
Universitas Sumatera Utara
2.6. Diagnosis Dalam mendiagnosa sindrom premenstruasi, adalah sangat penting untuk menyingkirkan apakah ada penyakit lain yang mendasari timbulnya gejala yang dirasakan. Premenstrual sindrom dapat diduga pada wanita yang mengalami gangguan fisik ataupun mental beberapa saat sebelum menstruasi yang berlangsung setiap siklusnya.14;18;27 Ada 3 elemen penting yang menjadi dasar diagnosa apakah seorang wanita mengalami sindrom premenstruasi yaitu jika ditemukan: 1. Gejala yang sesuai dengan gejala sindrom premenstruasi. 2. Dialami setiap siklus menstruasi (konsisten). 3. Menimbulkan gangguan dalam aktifitas sehari- hari.
Menurut The National Institute of Mental Health Criteria seseorang dapat dikatakan mengalami sindrom premenstruasi apabila mengalami 1 dari 6 gejala gangguan perilaku dan 1 dari 4 gangguan somatik Hamilton et al, 1994. Apabila seorang wanita mengalami 5 atau lebih dari gejala sindrom premenstruasi dan sangat menggangu aktivitas sehari maka dapat dikategorikan dalam premenstrual dysphoric disorders menurut Freeman et al, 2004. sindrom premenstruasi harus dibedakan dengan perubahan yang biasa dirasakan sebelum menstruasi yang tidak menimbulkan gangguan dalam melaksanakan aktifitas sehari- hari misalnya rasa tegang pada payudara. Keadaan ini adalah ciri khas dari siklus ovulasi normal yang terjadi setiap bulan. Untuk mengetahui apakah gejala yang dialami oleh seorang
Universitas Sumatera Utara
wanita adalah gejala sindrom premenstruasi maka perlu dilakukan secara retrospektif terhadap keluhan yang dialami minimal 2- 3 sikuls haid Nick Panay et al 2006.14;18;27 2.7.Terapi Sampai diagnosis hormonal dapat ditegakkan pasien sebaiknya diberikan anjuran terapi non farmakologis selama 2 sampai 3 bulan.2;11;17;27
2.7.1.Terapi Non Farmakologis a.
Modifikasi diet seperti pembatasan garam, kafein, coklat, alkohol dan lemak (sebanyak 20-30%).
b.
Suplemen makanan berupa : Kalsium 1200 mg/hari Magnesium 400 mg/hari Vitamin E 400 unit/hari Vitamin B6 50-100mg/hari L-tryptophan 6g/hari dimulai dari ovulasi hingga hari ketiga menstruasi
c.
Olahraga teratur seperti : jalan pagi selama 30 menit atau latihan aerobik sedang
d.
Tehnik relaksasi untuk menetralisir dan menghilangkan stress.
2.7.2. Terapi Farmokologis Suatu penelitian cohort study yang dilakukan pada tahun 2002 di Inggris, yang menganalisis obat-obatan yang paling sering diresepkan oleh dokter umum, pada
Universitas Sumatera Utara
kurun waktu 1992 – 1998 terhadap 612.700 orang wanita menunjukkan lebih dari 300 jenis terapi yang berbeda. Terapi yang mengandung progestagen merupakan yang paling sering diresepkan (sebanyak 44% pada 1993, 42% pada 1998), kemudian diikuti oleh selective seretonine-reuptake inhibitors (sebanyak 2% pada 1993, 11% pada 1998) yang merupakan hasil dari efek samping neurotoksik yang mungkin timbul bila diberikan dalam dosis besar. Bila ditemukan fungsional hiperprolaktinemia (70% wanita yang mengalami mastalgia memiliki kadar prolactin yang abnormal) pada wanita dengan Sindrom Premenstruasi, terapi rutin terhadap kondisi ini harus segera dimulai. Penggunaan bromocriptine dengan dosis 5 mg setiap harinya pada sore hari menunjukan hasil yang memuaskan dalam menghilangkan keluhan mastalgia pada wanita yang mengalami tumor payudara jinak.3;12 Pada penelitian lain menunjukkan, penghentian gejala Sindrom Premenstruasi pada wanita yang menderita fungsional hiperprolactinemia yang diobati dengan ekstrak Vitex Agnus Castus (VAC) dengan dosis 20 mg/hari yang kemudian dibandingkan dengan placebo. Perbaikan klinis terjadi secara biokimia melalui penurunan kadar prolactin pada fase luteal dan penghambatan sekresi hormon tersebut yang terlihat pada tes dinamik, sejalan dengan peningkatan level progesteron pada fase luteal, yang berakhir dengan penghentian kehamilan melalui persalinan.6;15;21 Penelitian yang membandingkan efektifitas antara antara bromociptine dan VAC yang dilakukan oleh Kilicdag et al, memberikan hasil yang hampir sama; namun laporan menyatakan bahwa sebanyak 12,5% wanita yang diterapi dengan bromocriptine mengalami keluhan mual dan muntah.15 Sebuah survey yang dilakukan oleh penguna obat – obatan herbal pada tahun 1998 menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa kemungkinan kedua terbanyak yang mungkin diobati oleh Sindrom Premenstruasi. Beberapa wanita menderita efek samping yang lebih parah, yang membuat mereka mencari metode yang natural. Berri merupakan bagian yang paling populer dari tanaman VAC dan mengandung zat potensial yang aktif dalam jumlah besar, meliputi minyak, iridoids dan flavonoids. Penelitian yang dilakukan terhadap manusia dan hewan menunjukkan ekstrak dari tanaman ini mengikat reseptor dopamin yang terletak pada anterior hipofisis dan menurunkan sekresi prolactin baik basal ataupun stimulus (TRH dan MCP). Disimpulkan juga bahwa ekstrak dari VAC menurunkan sekresi prolactin, yang menimbulkan penekanan berulang terhadap LH, yang mengakibatkan pertumbuhan maksimal dari korpus luteum pada fase luteal dan peningkatan kadar progesterone sehingga mengurangi Sindrom Premenstruasi. Jarry et al, menyimpulkan bahwa phytoestrogen pada VAC menghasilkan aktifitas ER beta-selektif. Efek dari aktifitas VAC adalah terkait dengan dosis. Badan kesehatan Jerman membuktikan kegunaan VAC untuk mengatasi siklus menstruasi yang ireguler, Sindrom Premenstruasi, dan mastodinia/mastalgia. Karena kemampuannya dalam berikatan dengan hormon, dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi VAC selama kehamilan dan menyusui.28 Pada sebuah penelitian double blind yang dilakukan secara acak terhadap 175 wanita, VAC diberikan dengan dosis 3,5 atau 4,2 g per hari kemudian dibandingkan dengan vitamin B6 dengan dosis 2x100 mg per hari. Perkembangan yang signifikan terlihat pada 77,1% wanita yang menderita Sindrom Premenstruasi yang diterapi dengan menggunakan VAC berbanding dengan 60,6% wanita yang diterapi dengan vitamin B6. Insidens terhadap timbulnya efek samping seperti ruam kulit, jerawat, sakit kepala, dan peningkatan aliran darah menstruasi adalah
Universitas Sumatera Utara
minimal. Pada penelitian yang lain, efek positif dari 20 mg VAC terhadap gejala yang timbul pada Sindrom Premenstruasi adalah sebesar 52% dari seluruh wanita, berbanding dengan 24% yang menggunakan placebo. Tidak ada penelitian jangka panjang yang pernah dilakukan untuk membandingkan terapi standar (SSRIs, OC) dengan VAC. Dari data yang diperoleh menunjukkan efek teraupetik dari VAC sangat menjanjikan, akan tetapi masih terdapat kontroversi dan membutuhkan lebih banyak penelitian.28;29 Setelah hiperprolactenimea disingkirkan, gangguan pada fase luteal harus diperhitungkan. Bila terbukti, standar terapi berupa progesteron dan progestagen adalah rutin. Akan tetapi artikel mega analisis yang diterbitkan pada tahun 2002 membuktikan bahwa berdasarkan bukti – bukti medis, keuntungan yang diperoleh melalui terapi menggunakan progesteron dan progestagen pada wanita yang menderita sindrom premenstruasi semakin berkurang. Baru – baru ini ACOG merekomendasikan penggunaan Selective Serotonine Reuptake Inhibitors (SSRIs) sebagai terapi sindrom premenstruasi. Banyak gejala sindrom premenstruasi seperti depresi, gangguan tidur, cemas, agressif, menurunnya ambang rasa nyeri dan kesulitan untuk konsentrasi adalah karena penurunan neurotransmisi serotonin. Bukti lain menunjukkan peranan yang signifikan dari sistem serotoninergik dalam hubungannya dengan fase luteal pada wanita penderita sindrom premenstruasi. Lebih lanjut lagi, efek terhadap seks hormon pada peningkatan serotonin, ikatan, dan transport juga menjadi indikasi. Untuk alasan inilah telah dipikirkan akan adanya gangguan regulasi terhadap sistem serotonin, yang bertanggung jawab terhadap banyaknya kasus sindrom premenstruasi.18
Universitas Sumatera Utara
Sebuah literatur review menunjukkan bahwa banyak data yang menunjukkan fluoxetine merupakan obat yang efektif, diikuti oleh sertraline, citalopram, paroxetine, dan clomopramine. Baik fluoxetine dan sertraline telah terbukti efektif dalam mengobati gangguan mental dan fungsi psikososial, performa kerja, dan kualitas hidup dari wanita penderita sindrom premenstruasi. Obat diberikan dengan dosis harian atau hanya pada fase luteal. Wanita dengan rasa cemas yang menetap, kepada merekalah terbukti SSRIs tidak efektif setelah pemakaian selama 3 bulan, mungkin diperlukan penggunaan obat jenis anxiolitic pada fase luteal. Namun, observasi menunjukkan buspirone dan alprazolam merupakan kontraindikasi. Pada wanita denga fase luteal yang tidak sesuai yang menggunakan kontrasepsi, penggunaan hormon seks dosis rendah secara oral sepertinya menjanjikan, sama halnya dengan progestine-drospirenone, yang merupaka analog dari antagonis mineralokortikoid, spironolacton. Sebuah penelitian percobaan secara double blind terhadap 326 wanita menunjukkan bahwa penggunaan 3mg drospirenone dengan 30µg ethynil estradiol selama 6 bulan secara signifikan mengurangi gejala sindrom premenstruasi.19 Yang harus diingat adalah, terutama dalam menulis resep untuk terapi sindrom premenstruasi, banyak wanita menggunakan suplemen makanan dan obat – obatan yang dijual bebas, terutama bila resep yang mereka terima terbukti tidak efektif di masa lalu, yang mungkin menimbulkan berbagai interaksi. Selanjutnya dalam setiap kunjungan pasien haruslah ditanyakan mengenai gejala tambahan yang mungkin timbul ataupun perubahan lain yang timbul selama pengobatan.28-30 Kesimpulan, beberapa terapi sepertinya akan menunjukkan keberhasilan dan efktif. Diantaranya meliputi peningkatan aktifitas fisik, perubahan pola makan,suplemen mineral, perbaikan fase luteal dan penghambatan ovulasi.
Universitas Sumatera Utara
Banyak penelitian yang masih harus dikembangkan untuk dapat secara penuh memahami keuntungan penggunaan terapi VAC pada wanita yang menderita sindrom premenstruasi.28;29
Tabel 4. Manajemen Sindrom Premenstruasi Sequential approach to the office management of Premenstrual syndrome 1
Listening, charting, stress reduction
2
Dietary modification
3
Step 2 + Pyridoxine
4
Step 3 + EPO
5
Step 3 + vitamine E
6
Step 2 + Progesteron suppositories
7
Psychoteraphy or group support at any stage above
2.8. Magnesium Magnesium adalah salah satu unsur kimia yang mempunyai nomor atom 12 dengan berat molekul 24,23Da . Magnesium merupakan kation ke empat terbesar dalam tubuh dan kation kedua terbesar di dalam intrasellular.
Universitas Sumatera Utara
Magnesium merupakan kofaktor untuk sebagian enzim yang berada dalam tubuh yang mempunyai peranan penting untuk metabolisme energi, yang berperan dalam tranfer phospat yang melibatkan ATP. Magnesium mempunyai peranan penting di intrasellular.9;23
Aktifasi Magnesium
Di dalam tubuh manusia dewasa kadar magnesium mencapai 24 gram ( 1mol) yang mana sebagian besar berada di tulang dan jaringan lunak , hanya 0,3% kadar magnesium dari massa tubuh berada dalam darah. Magnesium yang berkerja pada enzime mengalami hemostasis di intrasellular yang berfungsi mengaktifkan tiamin sehinga dapat disimpulkan bahwa peran magnesium sangat penting. Distribusi magnesium dalam tubuh diperkirakan 66% di dalam tulang, 33% di dalam otot dan jaringan lunak, dan kurang lebih 1% dalam darah. Di dalam darah 55% magnesium
Universitas Sumatera Utara
dalam keadaan bebas (dalam bentuk ion) dan secara fisiologi aktif, 30% berikatan dengan protein (terutama albumin), dan 15% dalam bentuk anion kompleks. 31;32 Magnesium berfungsi sebagai kofaktor pada semua proses transphosporilase, sehingga fungsi sangat penting. Rata-rata didalam makanan kita sehari-hari mengandung sekitar 300 mg magnesium perhari,yang diperoleh dari sayuran hijau, biji-bijian dan daging. 40% dari magnesium yang dikonsumsi akan diabsorbsi di usus halus setelah 1 jam dan membutuhkan waktu hampir 12 jam untuk mencapai usus besar. Absorbsi magnesium berbeda dengan absorbsi dengan elektrolit lainnya. Hampir 70 – 80 % plasma magnesium di filter di gromerulus dan magnesium yang terikat dengan protein. Hanya sekitar 20-30 % saja yang absorbsi ditubulus proximal, artinya tubulus proximal akan lebih banyak mengabsorbis air dibandingkan magnesium ini. Setelah digunakan pada sintesis berbagai sel, magnesium akan diekresikan secara sirkadian di ginjal, dimana ekskresikan terbanyak terjadi pada malam hari. 31;32
2.8.1. Defisiensi Magnesium Fungsi magnesium mempunyai peranan penting , dimana sangat berkaitan satu komponen dengan lainnya. Berlawanan dengan kalsium, dimana membutuhkan parathyroid dan vitamin D, magnesium justru menstimulasi kerja parathyroid dan vitamin D. Beberapa substansi yang dapat menurunkan absorsi magnesium adalah ethanol, obat-obat diuretic, kopi, teh, garam, soda, Kalsium, foscarnet, amphoterisin B, cyclosporine, azathioprine, cisplatin, dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa hal yang dapat menyebabkan peningkatan magnesium adalah diare, muntah, fistula billiar, penyakit pancreas, akut tubular nekrosis, diabetic ketoasidosis, dan lainnya. Abraham (1982) melalui penelitiannya menyatakan adanya hubungan antara defisiensi magnesium dan sindrom pre menstruasi. Facchinetti (1991) meneliti hubungan pemberian magnesium dan plasebo sebagai terapi sindrom pre-menstruasi. Hasilnya, ternyata pemberian magnesium pada sindroma pre-menstruasi efektiv mengobati gejala-gejala tersebut.25;31-33
2.9. Kerangka Konsep
Karakteristik Wanita Usia Reproduktif
Kadar Serum Magnesium
Variabel Independent
SINDROM PREMENSTRUASI
Variabel Dependent
Universitas Sumatera Utara