LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PADA PT. INHUTANI II SUB UNIT (TPTI) MALINAU KALIMANTAN TIMUR ( 29 MARET 2010 S/D 5 MEI 2010 )
OLEH E5RIS AWANG
: 070500009
MARTEN LUNGU
: 070500017
FAKULTAS KEHUTANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2010
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan karunianya kami bisa menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang ( PKL ) di PT Inhutani II Tanjung Lapang tepat pada waktunya. Laporan PKL adalah merupakan hasil dari semua kegiatan yang di lakukan selama ± satu setengah bulan terhitung mulai dari tanggal 29 Maret 2010 s/d 5 Mei 2010 pada PT. Inhutani II sub Unit malin au Kalimanta Timur, yang meliputi kegiatan : Prencanaan, Pembinaan Hutan, Umum dan Keuangan, dari laporan yang buat kami menyadari bahwa selama mengikuti praktek kerja lapang tidak lepas dari motivasi dan dukungan yang diberi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak secara langgsung. Dalam kesempatan ini penulis bisa mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bpk Sigit Priambodo, S.Hut sebagai Manejer PT. Inhutani II Sub Unit Malinau di Tanjung Lapang. 2. Bpk Irfan, S.Hut selaku Asisten BinHut Sub Unit Malinau beserta staf lainnya. 3. Bpk Morson Tabibiliati, Pak Muchlising, Pak Wafom serta stap prencanaan hutan dan anggota lainnya. 4. Bpk Jasa Marpaung, Pak Eko dan seluruh Staf lainnya. 5. Bpk Pramudiyanto, S.IP, Pak Rahmanto beserta staf Umum dan Keungan lainnya. 6. Bpk Nurdin, Pak Ucok, Pak Amin, Pak Daniel, Pak Matius, Pak Toni, Pak Husni dan Ibu Lian serta Staf PT Inhutani II. 7. Mbak Selfi dan Mbak Desy sebagai panjaga Koperasi. 8. Semua pihak perusahan PT. Inhutani II Sub Unit Malinau yang telah membantu kami selama Praktek Kerja Lapang (PKL) Kami sangat menyadari bahwa pembuatan laporan ini terdapat kekurangan baik dalam penyusunan maupun penulisan.Untuk itu penulis dengan sangat menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan laporan selanjutnya.
\ Tanjung Lapang, 5 Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………........i DAFTAR ISI………………………………………………………………………..........ii I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................................................1 B. Tujuan...................................................................................................................2
II. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK III. HASIL KEGIATAN A. Prencanaan Hutan 1. Materi Praktek.................................................................................................8 2. Permasalahan................................................................................................13 3. Pemecahan Masalah......................................................................................13 B. Pembinaan Hutan 1. Materi Praktek.................................................................................................14 2. Permasalahan..................................................................................................16 3. Pemecahan Masalah........................................................................................16 C. Industri D. Konservasi Sumber Daya Hutan 1. Materi Prraktek...............................................................................................18 2. Permasalahan..................................................................................................20 3. Pemecahan Masalah........................................................................................20 E. Lain-Lain 1. Materi Praktek.................................................................................................21 2. Permasalahan..................................................................................................22 3. Pemecahan Masalah........................................................................................22 F. Lain-Lain..............................................................................................................23
IV. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................24 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................25
I.
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Negara Indonesia adalah merupakan salah satu memiliki sumber daya hutan yang melimpah dan sangat berharga bagi kehidupan manusia. Indonesia memiliki hutan yang sangat luas, dengan keadaan hutan yang masih ada harus dikelola dengan menerapkan prinsip kelestarian ekologi dan sosial budaya serta kelestarian produksi, dalam hal ini diperlukan suatu pengelolaan hutan yang baik dan terencana bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya. Pembukaan hutan dilakukan oleh manusia yaitu untuk membangun pemukiman dan lahan pertanian. Seperti yang kita rasakan seiring pada jaman kemajuan saat ini
meningkatnya kebutuhan manusia maka terutama kebutuhan
dibidang perkayuan, pemungutan hasil hutan semakin intensif dilakukan pada tahun 70-an, pengelolaan hutan diserahkan pada Swasta dan BUMN. Dengan maraknya pengelolaan hutan menimbulkan masalah tersendiri, yaitu terjadi degradasi mutu hutan, menuntut diperlukan adanya suatu sistem yang dapat menantisipasi permasalahan tersebut berbagai konsep telah menghasilkan, dan akhirnya TPTI dianggap paling cocok untuk saat ini sebagai pedoman dalam pengelolaan hutan alam diluar jawa. Sistem TPTI hanya digunakan untuk mengatur pemanfaatan hutan alam produksi dan meniingkatkan nilai hutan, baik secara kuantitas maupun kualitas pada areal bekas tebangan priode selanjutnyan agar terbentuk tegakan hutan campuran yang diharapkan berfungsi sebagai penghasil kayu indistri. Dengan demikian akan memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan antara lain : Iklim mikro relatif tidak berubah komposisi tegakan dapat dipertahan kan dan mengurangi kemungkinan punahnya jenis pohon langka , tujuan tersebut akan tercapai jika setiap perlakuan silvikultur terhadap kondisi permudaan hutannya diarahkan pada pengaturan struktur dan komposisi jenis pohon dalam hutan diharapkan dapat lebih meningkat dan menguntungkan bagi segi ekonomi dan ekologi hutan. Penggaturan kerapatan tegakan tinggal diharapkan dapat memberikan peninggkatan produksi kayu bulat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya dan
terjamin fungsi perlindungan hutan untuk mendukung terjaminnya kelangsungan produksi pada masa yang akan datang, maka dari itu sistem TPTI juga diutamakan adanya pembinaan hutan. Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pengusahaan hutan saat ini tergambar pada pengusahaan hutan di areal pengusahaan hutan (HPH), mencakup seluruh permasalahan dalam kegiatan pengelolaan hutan dalam garis besar terdiri dalam berbagai aspek manejemen hutan, pengelolaan hasil hutan dan konservasi hutan, sehingga kegiatan praktek kerja lapang di HPH harus mencakup ketiga aspek tersebut. Sehubungan dengan haltersebut dalam rangka meningkatkan pemahaman terhaddap teori ilmu kehutanan dan cakrawala berfikir terhadap permasalahan kehutanan secara menyeluruh. Untuk itu, fakultas kehutanan POLTANESA mewajibkan kepada mahasiswanya untuk melaksanakan kegiatan praktek kerja lapang ( PKL ) pada HPH yang berada diluar pulau jawa. Dalam praktek tersebut kami melakukan pengamatan, mengukur, mengenali, mencoba mengambil dan melaksanakan keputusan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam praktek dilapangan Pada kegiatan ini, kami mendapatkan kesempatan untuk melakukan praktek diareal hutan PT. Inhutani II Sub Unit Malinau kalimantan Timur. Sebagai salah satu BUMN yang bergerak dibidang kehutanan, PT. Inhutani II Unit Malinau berusaha untuk melakukan pengelolaan hutan sesuai dengan aturan yang berlaku dengan tujuan sebagai percontohan bagi HPH yang dikelola oleh swasta. Walau pun tidak jarang untuk mewujudkan hal tersebut banyak kendala yang harus dihadapi. Perlu kita ketahui bahwa dalam penerapan sistem TPTI, PT. Inhutani II Sub Unit Malinau di tetapkan kawasan seluas 46.321,10 ha yang dikelola selama sisah jangka pengusaan hutan.
B. TUJUAN Tujuan yang inginn dicapai dari kegiatan praktek kerja lapang (PKL) pada HPH di PT. Inhutani II Sub Unit Malinau dalam garis besar adalah : 1.. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam proses pengambilan keputusan secara ilmiah terhadap permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pengelolaan hutan HPH, mencakup tahapan : perumusan masalah, pengumpulan data, identifikasi masalah, analisis dan sistesis serta pengambilan keputusan atau rekomendasi. 2. Merasakan dan menghayati kehidupan dan suasana kerja di HPH terutama dalam kaitannya dengan suasana tinggal dihutan dan hubungannya dengan berbagai kelompok masyarakat yang terdapat di sekitarnya ( para pekerja dan masyarakat dikitar hutan). Menumbuhkan dan mengembangkan etos kerja dalam lingkungan kehutanan dalam kehidupan rimbawan
3. Mengenal dan memahami sistem dan unsur penggelolaan hutan secara menyeluruh yang dilakukan HPH, mencakup : prencanaan, produksi, pembinaan hutan (penyediaan bibit, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan), serta Umum &keuangan.
II. KEADAAN UMUM PT. INHUTANI II SUB UNIT MALINAU
PT. Inhutani II Sub Unit Malinau merupakan salah satu perusahan yang bergerak dibidang pengusahaan hutan milik Negara BUMN yang di dirikan berdasarkan peraturan pemerintah No 32 Tahun 1974, kemudian dikukuhkan dengan akte notaris kartini muliyadi, SH. No 77 tanggal 12 November 1975 dengan diubah akte notaris imas fatimah, S.H No 39 tanggal 10 Desember 1984. pada tanggal 10 Juli 1987 dibentuk unit usaha Kalimantan Timur dengan salah satu wilayah kerjanya adalah sub Malinau sesuai dengan SK Direksi PT Inhutani II No 38/SK/87 dengan data pokok perusahan sebagai berikut : A. Letak dan Luas A.1. Letak Secara geografis areal kerja hak pengusaan hutan (HPH) sub unit malinau PT. Inhutani II terletak antara 116 28-116 40 BT dan 2-3 LU areal HPH berada pada ketinggian 250-500 mdpl. Menurur wilayah administrasi pemerintah PT.Inhutani II Sub Unit Malinau termasuk dalam wilayah Kecamatan Malinau, Kabupaten Malinau, Propinsi Kalimantan Timur. Sedangkan berdasarkan pembagian administrasi Kehutanan, areal kerja PT. Inhiutani termasuk dalam wilayah cabang dinas Kehutanan (CDK) Bulungan tengah Dinas Kehutanan Dati I Kalimantan Timur. Secara hidrologis areal sub unit malinau berada dalam DAS Malinau yang terbagi kedalam tiga sub DAS yaitu : sub DAS Rian, Sub DAS Guang dan sub DAS Gongsolok . Batas areal HPH PT. Inhutani II Sub Unit Malinau dengan wilayah luar adalah : -
Sebelah Utara berbatasan dengan PT. Inhutani I
-
Sebelah Timur berbatasan dengan PT. Inhutani I
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung
-
Sebelah Baratb berbatasan dengan PT. Inhutani I dan PT. Meranti Sakti Indonesia (MSI) Kantor/Base Camp PT. Inhutani II terletak di Tanjung Lapang (10 KM
dari Kabupaten Malinau ), sedangkan lokasi kerja mulai dari kilo 53 jalur lintas selatan Kabupaten Malinau.
A.2. Luas Areal PT Inhutani II Sub Malinau
Berdasarkan SK Menteri No 64/pts/II/91,tanggal 30 Januari 1991, areal kerja HPH PT. Inhutani II Sub Malinau memiliki luas 48.300 ha. Setelah diukur berdasarkan batas-batas TGHK , areal HPH terdiri dari 14.180 ha.HPT berupa virjin forest 34.120 ha, Hutan Produksi biasa 23. 890 ha, Virjin Forest 7.280 ha, LOA 29.20 ha, Ladang dan semak belukar serta pemukiman 30 ha.
Menurut perhitungan luas pada hasil intepretasi potret udara tahun 1990 dan penafsiran citra lansat digital MT 542 tahun 1994, areal kerja PT Inhutani II Sub Unit Malinau terdiriu dari :
A. Pada Areal HPT ( 14.180 ) a. Hutan Primer ( 14.180 ) -
Kawasan Lindung 820 ha
-
Efektif untuk di Produksi TPTI rotasi 113. 250n ha
-
Tidak efektif untuk di Produksi 110 ha
B. Pada areal Produksi ( 34.120 ) b.1 Hutan ( 923. 8900 ha ) - Kawasan Lindung 2.615 ha - Efektif untuk di Produksi TPTI 121.051 ha - Tidak efektif untuk Produksi 225 ha b.2 Log Over Area ( 7.280 ) - Kawasan Lindung 65 ha - Efektif untuk TPTI rotasi II 7.150 ha -Tidak efektif untuk di Produksi 65 ha b3. Ladang dan Belukar ( 2.920 ) -
Kawasan Lindung 35 ha
-
Efektif untuk hutan tanaman 2.860 ha
-
Tidak efektif untuk Produksi 25 ha
b4 Pemukiman di keluarkan untuk HPH Bina Desa 30 ha
C. Iklim dan Curah Hujan Berdasarkan kelas iklim Sehmidt Feguson areal HPH berada pada wilayah tipe iklim A dengan cutrah hujan rataan tahunan 3.729 mm (Stasiun Malinau ). Priode hujan tertinggi terjadi pada bulam Juni sampai November sedangkan priode hujan terendah pada bulan Mei. Sedangkan hari hujan setiap tahun sekitar 140 – 155 hari. Iklim mikro diareal HPH PT. Inhutani II Sub Unit Malinau memiliki situasi yang relatif kecil suhu maksimal dan minimal rata-rata adalah 31,4 ° C dan 22 ° C. Sedangkan kelembaban relatif tertinggi dan terendah adalah 88 % dan 67 %. Kecepatan angin ratarata diareal HPH PT. Inhutani II Sub Malinau 22,4 knot/jam dan lama penyinaran mata hariu rata-rata 49 % hari siang atau ± 6 Jam/hari.
D. Tanah dan Geologi Jenis tanah sebagian besar podsolik dan berbatuan berpasir 8.20 % dan endapan 91.8 % . Berdasarkan pengamatan dilapangan kelas lereng hasil penafsiran potret udara secara umum bentuk wilayah HPH PT. Inhutani II Sub Unit Malinau bervariasi dari dasar sampai curam. Areal HPH tersebut berada pada ketinggian antara 250-500 mdpl.
Berdasarkan keadaan topografi tersebar maka areal kerja HPH PT. Inhutani II Sub Unit Malinau terbagi 3 bagia fisiografi yaitu : -
Fisiografi datar bergelombang yang terdapat dibagian utara, selatan dan timur areal HPH. Sebagian besar fisiografi ini terbentuk dari bahan induk batu pasir (sand stone), batu lumpur (mud stone), ada sebagian lagi terbentuk dari batu kapur dan liat.
-
Fisiografi perbukitan sebagian besar terdapat didaerah bagian tengah, tenggara dan selatan dari areal HPH. Fisiografi ini terbentuk dari bahan induk batu pasir (sand stone ) konglomerat dan lanau.
-
Fisiografi lembah /datar yang terdapat bagian barat, barat daya dan utara areal HPH yang mana fisiografi ini terbentuk dari bahan induk endapanendapan sunga i yang masih baru atau segar, dengan kemiringan lapangan berkisar 2 % - 16 %.
E. Tipe, Bentuk, dan penyebaran Vegetasi Areal HPH PT. Inhutani II Sub Unit Malinau adalah memiliki vegetasi hutan yang tergolong dalam tipe hutan hujan tropis basah. Sekitar 90 % diantaranya tumbuh pada tanah kering sedangkan sisahnya menduduki tanah rawa sepanjang sungai besar. Sebagian besar areal memiliki tegakan hutan dengan kerapatan yang lebat. Areal dan tegakan jarang serta areal-areal terbuka dan semak belukar pada umumnya terdapat disepanjang sungai besar, terutama di sepanjang sungai malinau yang berada di bagian barat laut areal HPH. Berdasarkan ketinggian tempat diatas permukaan laut, areal HPH PT Inhutani II Sub Malinau kelompok hutan hulu sungai malinau termasuk hutan hujan tropis basah. Pada zona ini banyak terdapat jenis-jenis pohon dari famili Dipterocarpaceae terutam Genus shorea, Diptercarpus, Hopea vatica dan Dryobalanops. Karena dominasi oleh familiDepterocarpaceae yang komersial, setara menengah yang di dominasi jenis ulin dan rotan sedangkan setara bawah terdiri dari semak belukar.
F. Potensi dan Penyebaran Jenis Dominan Dan Jenis Langka Berdasarkan LHC komposisi jenis pohon areal HPH PT. Inhutani II Sub Unit Malinau adalah sebagai berikut. : 1. Keruing
: 7, 94 %
2. Kapur
: 10, 42 %
3. Meranti
: 43, 38 %
4. Agatis
: 2, 35 %
5. Campuran : 35, 91 % Rata-rata masa tegakan untuk semua jenis diameter = 50 cm pada hutan produksi di areal HPH PT. Inhutani II Sub Unit Malinau mencapai 93,41m3 /ha. Masa tegakan dari jenis komersial untuk diameter = 50 cm sebanyak 83,80 m3 /ha. Untuk jenis Dipterokarpaceae mencapai 74, 64 m3 /ha. Pada areal hutan produksi terbatas, potensi tegakan yang akan ditebang diameter = 60 cm adalah 72, 38 m3 /ha.
III. HASIL KEGIATAN PRAKTEK
A. PRENCANAAN HUTAN a.1. Kegiatan Praktek yang dilakukan Dalam pelaksanaan dibidang prencanaan hutan pada PT. Inhutani II Sub Unit Malinau meliputi kegiatan Penataan Areal Kerja ( PAK ), yaitu Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan ( ITSP ), pembuatan peta pohin, trace jalan, ITSP sistem RIL, pemeliharaan batas HPH. Dalam pelaksanaan dilapangan kami telah melakukan kegiatan yang berupa penjelasan dan diskusi dari tim Prencanaan PT. Inhutani II Sub Unit Malinau.
a.11 Penyusunan RKPH. RKLPH dan RKT a.11. RKPH ( Rencana Karya Pengusahaan Hutan ) RHPH disusun selambat- lambatnya 18 bulan setelah terbitnya SK HPH.RKPH adalah sebagai rencana karya panjang ( 30 tahun ), yang arahan, pedomen dan arahan filosofi perusahan untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan dan dipergunakan sebagai dasar dalam menyusun rencana kerja yang lebih pendek jangka waktunya. RHPH berdasarkan potret udara serta disusun hasil cruising ( Inventarisasi Hutan ) dengan intensitas sampling minimal 1 % RKPH ini memuat lampiran – lampiran berupa peta antara lain : 1. Peta areal HPH, skala 1: 250. 000 2. Peta PWH, skala 1 : 25.000 3. Peta PAK, skala 1 : 50.000 4. Peta Penataan batas persekutuan PT. Inhutani I dan II, skala 1 : 25.000 5. Peta garis bentuk skala 1 : 25.000 6. Peta kelas lereng skala 1 : 25.000 7. Peta penafsiran skala 1 : 25.000 8. Peta Tanah skala 1 : 500.000 9. Peta Geologi skala 1 : 500.000 10. Peta Hidrologi skala 1 : 100.000 11. Peta sistem lahan skala 1 : 250.000
a.1.2. Rencana Karya Lima Tahun Pengusahaan Hutan ( RKLPH ) RKPH adalah rencana jangka menengah
lima tahun dan disusun sebagai
penjabaran dari Rencana Karya Pengusahaan Hutan ( RKPH ). Sedangkan Rencana Karya LimaTahun (RKL) disusun sebagai berdasarkan dokumen RKPH, Citra lansad dan hasil cruising dengan intensitas sampling 5 %. Dalam penyusunan RKLPH, data-data dasar yang perlu disajikan meliputi : data tegakan blok tebangan hutan lima tahun mendatang yang merupakan hasil risalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan data sosial ekonomi setempat, data keadaan tanah, iklim serta peta-peta sebagai lampiran. Di sajikan realisasi kegiatan pengusahaan hutan jangka lima tahun yang telah lewat serta rencana yang akan dilakukan dalam jangka lima tahun yang akan datang.
a.1.1.3. Rencana Karya Tahunan RKT merupakan rencana jangka pendek
(Tahunan ) yang disusun sebagai
penjabaran dari RKL dasar dari penyusunan RKT dengan menggunakan citra lansat dan hasil cruising dengan intensitas sampling 100 % dan memuat data pokok perusahan, realisasi RKT tahun lalu disertai lampiran-lampiran.
a.1.2. Penataan Areal Kerja ( PAK ) Kegiatan Penataan Areal Kerja adalah untuk memberikan informasi yang nyata dilapangan pada pengelolaan hutan, blok kerja tahunan dan petak kerja kegiatan pengusahaan hutan dapat dilakukan dengan baik dan memudahkan dalam kegiatan pemantauan. PAK adalah merupakan kegiatan pengaturan blok kerja tahunan dan petak kerja dalam kegiatan prencanaan , pemamtauan dan pengawasan kegiatan unit pengelolaan hutan. Pada waktu pelaksanaan tiga tahun sebelum penebangan (Et+3) terdiri dari dua tahap yaitu, prencanaan dipeta dan pelaksanaan dilapangan. Kegiatan prencanaan diatas peta dilakukan pada peta fotografi skala 1 : 25.000, dimana areal akan dilaksanakan PAK merupakan blok RKT
sebelumnya, dalam hal ini dimaksud adalah agar dapat
mengefesiensikan transportasi yang ada.
Kegiatan PAK pada blok kerja tahunan sebelum kegiatan penebangan. Pembuatan blok kerja tahunan di ealnya sesuai dengan bentang alam, sedangkan pembuatan petak kerja dilakukan dengan membagi blok kerja tahunan kedalam unit yang luasnya sekitar 100 ha dan bentuk sesuai dengan pola jalan sarat yang dilaksanakan tapi diusahakan berbentuk bujur sangkar. Kegiatan PAK ini dilakukan dilapangan dengan membatasi blok yang ada oleh alur batas blok kerja yang berupa rintisan ± 2 meter, sedangkan antara petak dipisahkan oleh alur batas
petak kerja yang mempunyai lebar satu meter. Untuk batas blok
menggunakan cat berwarna kuning yang dicatkan pada pohon secara rapat. Setiap 200 meter dipasang tanda batas dari seng yang berukuran 10 x 10 cm yang memuat keterangfan blok/ petak yang berbatasan yang dipasang setiap 1 km dan sudut-sudut batas blok /petak yang saling berbatasan. Dari hasil kegiatan PAK selalu dijadikan acuan untuk membuat peta kerja dengan skala 1 : 10.000 untuk jadi pegangan kegiatan selanjutnya.
a.1.3. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan ( ITSP ) ITSP adalah kegiatan pencatatan, pengukuran dan penandaan pohon dalam blok kerja tahunan, untuk mengetahui : 1. Dta pohon yang dilindungi
: jumlah, jenis, dan diameter
2. Data pohon inti
: jumlah, jenis, dan diameter
3. Data pohon yang akan dipanen
: jumlah, jenis, diameter, dan tinggi bebas Cabang
4. Data medan kerja
: juram, sungai, dan kawasan lindung.
Dari kegiatan ITSP dilaksanakan 2 tahun sebelum penebangan (Et-2) yang merupakan dasar penetapan target produksi pada blok RKT yang bersangkutan, dan merencanakan jumlah pohon yang akan ditinggalkan unytuk dipelihara sampai rotasi selanjutnya.
a.1.3.1. ITSP Sistem Konvensional Dalam teknis pelaksanaan kegiatan dilapangan sesuai petunjuk yang berlaku diawali dengan prencanaan diatas peta kerja hasil PAK dengan skala 1: 10.000 untuk
menentukan arah dan jumlah jalur yang dibuat. Persiapan regu cruising minimal terdiri dari tujuh orang yaitu :
1. satu orang kompasman yang sekali gus sebagai perintis. 2. Dua orang pemegang tali ukur sepanjang 30 meter atau ditentukan panjang talinya. 3. Satu orang penulis tally sheed. 4. Dua orang pengenal pohon 5. Satu orang pembantu Umum Penulis tally sheed adalah ketua regu atau cruiser yang berpengalaman dengan pelaksanaan sebagai berikut : a. Pemegang kompasman adalah paling depan, sambil merintis sesuai dengan arah jalur. b. Penulis tally sheed mengamati petak ukur dengan intensitas 100 % sambil mengamati posisi pohon dan mencatat jenis, diameter dan nomor pohon c. Pengenal pohon berada disamping dan sambil mengamati batas jalurnyta dan menempel label pada pohon. d. Pemegang tali pertama memasang sepanjang 20 meter, dilakukan setelah pemegang tali memberi kode untuk berhenti. Label pohon dibedakan menjadi dua macam : 1. Merah dengan ukuran 6x12 cm , untuk pohon yang akan ditebang (diameter 50 up) 2. Kuning dengan ukuran 6x6 untuk pohon inti diameter (20-49 cm). Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah peta skala 1 : 10.000, alat ukur diameter, kompas, kompas, tally sheed, clinometer, tali 30 meter, parang, label, alat tulis, palu serta logistik.
a.1.3.2 ITSP Sistem RIL Perbedaan antara sistem RIL dengan Konvensional adalah satu regu terdiri dari satu orang, yaitu satu orang cruiser pencatat pohon, cruiser pencatat kontur, kompasman, perintis penarik tali, topmen, atau pembaca labelkontur,, pengenal pohon, pemasang label, pemotong liana/akar dan pembantu umum.
a.1.4 Pembuatan peta pohon dan pengelolaan data hasil ITSP Hasil data ITSP dilapangan dimasukkan kedalam peta pohon dengan skala 1 : 10.000 dengan mempelajari peta PAK dengan skala 1 : 10.000 pada peta pohon digambarkan posisi pada jalur, jenis dan status pohon.
a.1.5. Rencana Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Pembukaan wilayah hutan PWH adalah kegiatan penyediaan prasarana wilayah bagi kegiatan produksi kayu, perlindungan hutan, inspeksi kerja, trsnsportasi sarana kerja, dan komunikasi antar pusat kegiatan. Prencanaan PWH dua tahun sebelum penebangan (Et-2) Maksud dari pembukaan wilayah hutan adalah untuk merencanakan pembuatan jalan angkutan dan prasarana yang berkaitan erat dengan kegiatan pengusahaan hutan. Sedangkan tujuannya adalah untuk melancarkan kegiatan produksi hasil hutan dari masing-masing blok tebangan. Untuk biaya pembuatan jalan antara lain dengan pembuatan jalan yang terpendek dan lurus mungkin untuk menjangkau blok tebangan dan pembuatan jalan juga memperhitungkan posisi jalan sarat agar kegiatan penyaradan dari blok tebangan ketempat penumpukan kayu menjadi lebih efisien. Dalam prencanaan PWH adalah salah satu kegiatan pembuatan trace jalan yaitu merupakan rancangan jalan yang dibuat dengan cara prencanaan diatas peta dengan skala 1 : 25.000 oleh prencanaan. Pertimbangan dalam pembuatan jalan meminimal biaya dan jalan yang akan dibuat akan memudahkan sarana pengangkutan dalam menuju lokasi blok/petak tebangan. Dalam prencanaan trace jala n pada sistem RIL merupakan pertimbangan yang lebih banyak dan tujuan yang ingin dicapai dengan sistem RIL adalah mengurangi kerusakan tegakan tinggal dan kerusakan tanah, untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mempunyai kualitas yang baik, pemanfaatan potensi kayu yang baik dengan mengurangi limbah dihutan serta mengurangi biaya rehabilitasi.
Setelah dilakukan prencanaan trece jalan dipeta kemudian dilakukan pengecekan dilapangan, dengan membuat rintisan sesuai dengan rencana. Pengecekan dilakukan oleh satu regu kerja yang jumlah tujuh orang dan alat-alat yang diperlukan antara lain : Kompas, Clinometer, Tali ukur 30 meter, Tally Sheed, Cat Putih, kuas, Parang, dan bahan makanan. Kegiatan dimulai dengan membuat rintisan jalan, mencatat jenis pohon dan diameter pohon yang akan ditebang dalam pembuatan jalan serta mengecat pohon pada kiri kanan jalan yang akan direncanakan. Dalam kegiatan ini akan diukur klerengan lapangan dan mencatat yang perlu dibangun jembatan. Jalan sarad yang direncanakan pada sistem RIL ditandai dengan pita warna orange agar pada kegiatan pembuatan jembatan gampang dilihat oleh doser. Dilapangan trace jalan ditandai dengan cat warna putih pada pohon, dan jalan utama diberi tanda huruf a,b,c dan seterusnya. Untuk jalan cabang diberi tanda A1,A2 dan seterusnya.
A.2. Permasalahan 1. Ada pohon dilindungi yang tidak dipasang label kuning, dan pohon layak ditebang tidak di pasang label warna merah 2. Terdapat pita hasil cruising yang hilang atau tidak kelihatan akibat pohon tumbang. 3. Dalam penentuan tinggi maupun diameter diketahui bahwa para cruiser tidak menggunakan alat, melainkan berdasarkan pengalaman, walaupun perkiraan memiliki ketepatan yang tinggi, namun tidak terlalu tepat.
A.3. Pemecahan Masalah 1. Dalam inventarisasi pohon perlu tim cruiser yang memiliki kecermatan tang tinggi untuk konsentrasi dan kondisi fisik yang prima, untuk itu perlu persediaan bahan makanan yang cukup untuk menjaga kondisi tubuh. 2. Pita hasil cruising sebaiknya dikat pada batang pohon untuk menghindari dari hal- hal yang tidak diinginkan, seperti datng angin sehingga pohon tumbang. 3. Sebaiknya mengusulkan pengadaan alat yang mudah dan praktis dalam Penggunaannya untuk bagian prencanaan, misal digunakan hagameter untuk penentu tinggi pohon.
B. PEMBINAAN HUTAN B.1 Kegiatan praktek yang dilakukan B.1.1 Peraoihan Waktu pelaksanaan perapihan yaitu Et-1 dengan kegiatan berupa penebasan semak belukar atau liana yang menggangu permukaan dan menata kembali tata batas blok dan petak dengan cara menata dan mengecat kembali base line. Bertujuan untuk merpermudahkan kegiatan selanjutnya berupa ITT, pembebasan dan penetuan pohon binaan. Kegiatan perapihan satu regu terdiri dari 16 orang termasuk ketua regu, 1orang ketua regu dar i pegawai PT. Inhutani dibantu oleh para tenaga harian. Kegiatan dimulai dengan menebas liana pada pohon binaan dengan metode jalur. Perlengkapan yang dibawa berupa kompas, tali, label, peta kerja berukuran 1: 10.000 dan parang. Petak ukur berukuran 20 x 20 m dengan jalur utara selatan intisitas 100%.
B.1.2 Inventarisasi Tegakan Tinggal ( ITT ) Tujuan dari kegitan ini untuk menentukan perlakuan silvikultur pada petak kerja tahunan yang dilaksanakan dua tahun sebelum penebangan ( Et +2 ). Hasil ITT digunakan untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan pegawasan dan berapa luas penanaman rehabilitas yang harus dilakukan pada petak ukur ( PU ) berukuran 20 x 20 m dengan intensitas 100%, kegiatan diawali dengan pembuatan patokan jalur pad batas petak ( siku-siku ) jalur dibuat arah utara selatan. Regu terdiri dari 5 orang, serana yang digunakan berupa peta skala 1: 10.000, tali,kampas,parang,label,paku, buku rekapitulasi dan alat tulis. Data yang diambil dari satu PU berupa jenis pohon, jumlah pohon, tiang, pancang dan semai. Jenis yang di Inventarisasi hanya berupa pohon komersil dan pohon yang dilindungi. Bila dalam satu PU tidak dijumpai minimal satu pohon atau dua tiang atau empat pancang atau delaoan semai yang baik dan sehat serta tidak menyebar rata maka areal tersebut dicatat sebagai areal yang perlu pengayaan.
B.1.3. Pengadaan Bibit Pengadaan bibit adalah kegiatan yang meliputi
penyiapan tempat pembibitan,
pengadaan sarana prasarana dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pengadaan bibit. Sedangkan persemaian adalah suatu areal pemeliharaan benih/bibit yang lokasinya dibangun dengan penataan yang rapi dan teratur serta berkaitan dengan kegiatan penanaman kembalin pada areal kosong dan rusak. Bibit adalah anakan tanaman yang dibudidayakan, sedangkan benih adalah biji yang telah mendapat perlakuan/sortiran yang keadaannya dapat mencapai tumbuh 100 %.
i.
Cabutan Alam Bibit cabutan adalah anakan yang diambil dari hutan alam yang kemudian dipelihara. Anakan yang dipilih yaitu memiliki daur antara 3-5 buah, lalu ditanam dalam polibag dengan media topsoil yang diambil dibawah tegakan meranti agar ternokulasi mikoriza yang biasa disebut mokulan. Sebelum ditanam akar tunjang dipotong agar tidak melipat dan media yang disiram agar memudahkan dalam penanaman serta tanaman tidak stres.
ii.
Kebun Pangkas Kebun benih adalah suatu areal yang digunakan untuk menghasilkan benih sehingga diperlukan pengelolaan secara intensif untuk memperoleh benih yang berkualitas tinggi dan kuantitas yang memadai dan siap pada saat diperlukan. Kebun benih terdiri dari dua macam yaitu kebun benih alam dan kebun benih buatan. Areal ini dibatasi dengan warna cat kuning. Untuk pohon benih dipilih yang berdiameter 20 cm up atau pohon inti, memiliki tajuk yang bagus, kemudian diberi label warna kuning yang mencantumkan jenis diameter dan tahun pembuatan plot. Hasil dari lapangan dicatat sebagai administrasi tegakan benih.
B.2. Permasalahan 1. Kurangnya sarana transportasi untuk mengawasi areal pembinaan hutan. 2. Ukuran polibag antara meranti dan tengkawang yang disamakan. 3. Pada saat ini permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya tenaga kerja karena banyak tenaga kerja dimutasikan ketempat lain. 4. Adanya hewan pengganggu sejenis pelanduk yang memakan tunas semai
B.3. Pemecahan Masalah 1. Disarankan ada tambahan alat transportasi guna menunjangnya kelancaran kegiatan binhut. 3. Sebaiknya ada manejemen yang baik dalam hal mutasi karyawan guna menghindari hal- hal yang tidak diinginkan seperti kekurangan karyawan pada PT. Inhutani Sub Unit Malinau ini. 4. Sebaiknya ada perbedaan polibag antara jenis meranti dan tengkawang agar pertumbuhan tunasnya lebih optimal.
F. Lain – Lain
F.1. Visi, Misi dan tugas pokok PT. Inhutani II F.1.1. Visi PT. Inhutani II Menjadi pengelola hutan yang baik melalui pengelolaan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan denag sumber daya manusia yang profesional.
F.1.2. Misi PT. Inhutani II 1. Pengelolaan sumber daya yang dapat menghasilkan produk dan jasa sesuai dengan kriteria yang dapat diterima oleh internasional (Ecolable ) 2. Membangun hutan serta merehabilitasi areal HPH. 3. Melaksanakan fungsi pemanfaatan umum melalui pemberdayaan masyarakat, melalui pedampingan dan pengembangan usaha kecil dan koperasi. 4. Mengamankan sumber kekayaan negara dan mengoptimalkan penerimaan Negara dari sektor kehutanan dan perkebunan.
F.1.3. Tugas pokok PT. Inhutani II Tugas pokok PT. Inhutani II Tanjung Lapang meliputi 3 macam : 1. Tanggung jawab sosial dan lingkungan yaitu ciri bisnis kehutanan adalah adany a keseimbangan aspek ekologis, ekonomis dan sosial serta mempunyai keragaman stock holder. 2. Memupuk laba yaitu memberi kontri busi sebesar-besarnya bagi penerimaan Negara sektor kehutanan melalui PSDH/DR, pajak, deviden serat devisa, peningkatan laba, aset dan nilai perusahan. 3. Agen pembanunan yaitu merintis sistem komunikasi pembalakan yang ramah lingkungan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kegiatan praktek kerja lapang ( PKL ) dilaksanakan pada PT. Inhutani II sub unit malinau kalimantan timur yang merupakan pengelolaan hutan dengan menerapkan sistem TPTI pada PT. Inhutani II merupakan sebuah BUMN yang bergerak dibidang kehutanan untuk itu diharapkan kegiatan yang dilaksanakan dalam TPTI adalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga dapat diberlakukan percontohan bagi HPH dalam rangka pengelolaan hutan lestari. Dalam kegiatan TPTI yang dilakukan PT. Inhutani II meliputi aspek prencanaan, Pembinaan hutan, dan Produksi.
B. Saran Selama mengikuti praktek kerja lapang dalam rangka memperoleh sertifikat, maka sistem RIL perlu diterapkan dengan serius dengan adanya perubahan kebijakan mengenai pengupahan yang semula berdasarkan kubikasi menjadi prestasi kerja, sehingga karyawan dalam bidang produksi dapat melakukan sistem RIL secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kehutanan dan perkebunan. 1999. Paduan Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan dan perkebunan RI. PT. Inhutani II. 2001. Sekilas pandang kegiatan PT. Inhutani II Sub Unit Malinau Kalimantan Timur. Elias. 199. Buku saku pembukaan wilayah hutan. Penebar swadaya Jakarta. Departemen Kehutanan Direktorat Jendral pengusahan hutan. 1995. pedoman dan petunjuk teknis tebang pilih tanam Indonesia ( TPTI ) pada hutan alam daratan. Jakarta. 2000. Rencana Kaya Lima Tahun pengusahan hutan III, 2001/2002, 1 April 200- 31 maret 2001 PT. Inhutani II Sub Unit Malinau Kalimantan Timur. 2001. Rencana Karya Tahunan (RKT) Pengusahan Hutan III 2000/2001 1 April 2000- 31 Maret 2001 PT. Inhutani II Sub Unit Malinau Kalimantan Timur Komisi Praktek kerja lapang . 2009 Panduan praktek kerja lapangan PKL Mahasiswa program D3 Fakultas Kehutanan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ( POLTANESA) 1999. Buku daftar Rencana Trace Jalan Angkutan Kayu. Usulan RKT 2001/2002 Pada PT. Inhutani II Sub Unit Malinau – Sei Tubu dati II Bulungan Kalimantan Timur