perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
CSR DAN PENINGKATAN KESEHATAN Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi CSR (Corporate Social Responsibility) TPS FOOD SEHATI PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk dalam Peningkatan Kesehatan di Desa Sepat Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen
Oleh: Naomi Dyah Setiarini D 0206122
SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Prof. Drs. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D. NIP. 19490428 197903 1 001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari
:
Tanggal
:
Panitia Penguji :
1. Dr. H. Widodo Muktiyo, SE, M.Com
(
NIP. 19640227 198803 1 001
2. Dra. Indah Budi Rahayu, SE, M.Hum
Ketua Penguji
(
NIP. 19580317 199010 2 001
3. Prof. Drs. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D. NIP. 19490428 197903 1 001
Mengetahui, Dekan
Drs. H. Supriyadi S.N, SU NIP. 19530128 198103 1 001
commit to user iii
)
) Sekretaris Penguji
(
) Penguji
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Aja rumangsa bisa, nanging bisa’a rumangsa.”
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
“Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sunguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” QS Al Insyirah : 6-8.
Dan bila aku berdiri, tegar sampai hari ini, bukan karena kuat dan hebatku. Semua karena cinta... Tak dapatku berdiri tegar... Terima Kasih Cinta
Kupersembahkan Skripsi ini untuk Cinta dari Almarhum Papa, Mama, Mas Daniel Cinta dari Keluarga Besar Soemosoekarto, Keluarga Besar Papa di Kudus Cinta dari Honeyku Rozaq, Semua Teman Komunikasi 2006 Cinta dari Keluarga Besar Marching Band Sebelas Maret Surakarta Dan cinta semua yang telah memberikan dukungan di setiap langkah hidupku May ALLAH Bless and Love Us
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul “CSR DAN PENINGKATAN
KESEHATAN”
(Studi
Deskriptif
Kualitatif
Strategi
Komunikasi CSR (Corporate Social Responsibility) TPS FOOD SEHATI PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk. dalam Peningkatan Kesehatan di Desa Sepat Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen). Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ketertarikan penulis terhadap “dunia PR” menjadi dasar penulis mengambil judul tersebut. Sekitar pertengahan tahun 2009, penulis berkesempatan berkunjung ke PT. Tiga Pilar Food Tbk. guna keperluan sponsorship dari sebuah event yang diadakan oleh Marching Band Sebelas Maret Surakarta yaitu Kejuaraan Terbuka Drum Band SD-SMP IV. Karena pada waktu itu penulis menjabat sebagai divisi sponsorship dalam event tersebut maka penulis sering berhubungan dengan pihak TPS Food. Dari situlah penulis mulai mengenal program CSR TPS Food SEHATI dan memiliki ketertarikan untuk menelitinya. Penulis mengambil salah satu tema dasar dari program CSR TPS Food SEHATI pada bidang kesehatan untuk diteliti. Alasan dari peneliti karena setiap operasional pabrik pasti mengeluarkan polusi atau limbah. Perusahaan harus bertanggung jawab akan hal tersebut. Jika polusi atau limbah tidak dikelola
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan baik maka dapat merugikan kesehatan masyarakat sekitar pabrik. Berangkat dari pemikiran tersebut, peneliti mengambil aspek strategi komunikasi pada program CSR TPS Food SEHATI yang baru berjalan selama dua tahun. Peneliti bermaksud mencari tahu bagaimana awal mula terbentuknya program sampai dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi sehingga menjadi suatu bentuk strategi komunikasi pada program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) yang dijalankan oleh PR. Peneliti menggunakan teori strategi komunikasi PR oleh Center dan Cutlip dengan harapan semoga hasil penilitian ini dapat memberikan masukan terhadap program CSR TPS Food SEHATI. Selama proses penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini peneliti telah mendapat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terima kasih kepada : 1.
Prof. Drs. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing dengan kesabaran serta ketelatenan Beliau telah memberikan pengarahan serta masukan dalam penyusunan Skripsi ini.
2.
Pihak PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk. khususnya Mbak Tantri Kurniawati dan Bapak Rohmad serta masyarakat Desa Sepat yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga guna pengumpulan data dalam penyusunan Skripsi ini.
3.
Fenny Hendrastuti sebagai sesama peneliti CSR TPS Food SEHATI. Terima kasih telah menjadi rekan penelitian yang menyenangkan sehingga kita bisa saling melengkapi.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Efa Syahrani, Nurhudha Zus Julianto, Fredy Kurniawan, Jonathan, dan Melysa Emeraldina yang telah menjadi teman diskusi yang setia dan tempat sharing, menuangkan segala keluh kesah penulis selama penyusunan Skripsi ini.
Penulis menyadari, walaupun telah berusaha memberikan yang terbaik dalam Skripsi ini, tetapi masih terdapat beberapa kekurangan. Karena kesempurnaan hanya milik Allah Yang Maha Sempurna, kekurangan sepenuhnya milik penulis sebagai manusia. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, baik untuk penelitian lanjutan maupun bahan rujukan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta,
Januari 2011 Penulis
Naomi Dyah Setiarini
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i PERSETUJUAN ......................................................................................... ii PENGESAHAN........................................................................................... iii MOTTO ...................................................................................................... iv PERSEMBAHAN ....................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................. vi DAFTAR ISI ............................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii ABSTRAK ................................................................................................... xiv ABSTRACT ................................................................................................ xv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................... 8
C.
Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
D.
Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
E.
Tinjauan Teori dan Kerangka Pemikiran..................................... .. 9 1. Public Relations ..................................................................... 9 2. Corporate Social Responsibility (CSR) .................................. 19 3. Kerangka Pemikiran .............................................................. 26
F.
Metodologi Penelitian..................................................................... 28 1. Jenis Penelitian........................................................................... 28 2. Lokasi Penelitian .................................................................. 29 3. Jenis Data .............................................................................. 29 4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 29 5. Teknik Sampling.................................................................... 30
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Validitas Data ........................................................................ 31 7. Analisis Data ......................................................................... 32 BAB II A.
DESKRIPSI LOKASI Gambaran Umum PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk...................
34
1. Sejarah Perusahaan...................................................................
34
2. Visi dan Misi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.................... 37 3. Struktur Organisasi...................................................................
38
4. Komitmen Tanggung Jawab Sosial PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.................................................................................. B.
39
Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. ............................................................................................ 40 1. Kedudukan Program Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dalam Struktur Organisasi................ 40 2. Visi dan Misi Program Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk................................................... 42 3. Program Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.................................................................... 43
C.
Program Corporate Social Responsibility Bidang Kesehatan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk........................................................ 45
D.
Desa Sepat sebagai Lingkungan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.................................................................................................. 47
BAB III A.
PENYAJIAN DATA Pemahaman PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. akan Permasalahan Kesehatan Masyarakat Desa Sepat.......................... 51 1. Public Relations dan Community Relations TPS Food............. 54 2. Pemahaman TPS Food akan Permasalahan Kesehatan Masyarakat Sepat...................................................................... 60
B.
Perencanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan ......................................................... 65
C.
Pelaksanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan..................................................... ...... 71
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
D.
digilib.uns.ac.id
1. Pelaksanaan Program Kegiatan Bapak Asuh Posyandu............
73
2. Pelaksanaan Program Kegiatan Khitanan Massal.....................
76
3. Pelaksanaan Program Kegiatan Pengobatan Gratis...................
77
Pengevaluasian Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan........................................................................................
78
BAB IV. ANALISIS DATA A.
Analisis Pemahaman PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. akan Permasalahan Kesehatan Masyarakat Desa Sepat..........................
B.
Analisis Perencanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan ................................................
C.
83
92
Analisis Pelaksanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan......................................... ......... 100
D.
Analisa Pengevaluasian Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan........................................................................... 106
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan ................................................................................. 114
B.
Saran ........................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Proses Komunikasi ....................................................................
10
Gambar 2. Konsep Triple Bottom Line........................................................
21
Gambar 3. Kerangka Pemikiran ..................................................................
26
Gambar 4. Skema Analisis Data Kualitatif ..................................................
33
Gambar 5. Logo Perusahaan........................................................................
35
Gambar 6. Struktur Puncak PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk ...................
38
Gambar 7. Kedudukan Program CSR PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dalam Struktur Organisasi.............................................................
41
Gambar 8. Peta Sasaran Ring I Program CSR TPS Food SEHATI...............
49
Gambar 9. Para Pelaksana Program CSR TPS Food SEHATI.......................
71
Gambar 10. Penimbangan Balita Posyandu Gandu..........................................
75
Gambar 11. Pencatatan Berat Badan Balita dan Pemberian PMT di Posyandu Gandu............................................................................
75
Gambar 12. Penyuluhan Kesehatan oleh Bidan Desa Sepat.............................
76
Gambar 13. Pemeriksaan Kesehatan oleh Bidan Desa Sepat...........................
76
Gambar 14. Alur Pemberian PMT.................................................................... 102 Gambar 15. Alur Pemberian Dana Insentif Kader Posyandu..........................
102
Gambar 16. Multi Step Flow Communications................................................. 104 Gambar 17. Two Step Flow Communications..................................................
105
Gambar 18. Pengevaluasian Kegiatan Posyandu.............................................. 107 Gambar 19. Pengevaluasian Kegiatan Pengobatan Gratis dan Khitanan Massal............................................................................................ 107
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Evaluasi dengan Beberapa Variable .............................................. 25 Tabel 2. Perencanaan Program CSR TPS Food SEHATI Kegiatan Posyandu ...................................................................................... 67 Tabel 3. Perencanaan Program CSR TPS Food SEHATI Kegiatan Pengobatan Gratis dan Khitanan Massal........................................ 69 Tabel 4. Perencanaan Program CSR TPS Food SEHATI Kegiatan Posyandu ...................................................................................... 95 Tabel 5. Perencanaan Program CSR TPS Food SEHATI Kegiatan Pengobatan Gratis dan Khitanan Massal........................................ 97 Tabel 6. Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Kesehatan Masyarakat........................................................................................ 108
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Naomi Dyah Setiarini, D0206122, CSR DAN PENINGKATAN KESEHATAN (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi CSR (Corporate Social Responsibility) TPS FOOD SEHATI PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk. dalam Peningkatan Kesehatan di Desa Sepat Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011. PT. Tiga Pilar Sejahera Food Tbk. berdiri sejak tahun 1959 yang berawal dari bisnis keluarga kemudian beralih menjadi perseroan dan telah mendirikan pabrik sejak tahun 2001. Akibat dari operasional pabrik TPS Food menimbulkan permasalahan yang merugikan kesehatan masyarakat desa Sepat. Permasalahan yang terjadi di masyarakat sekitar pabrik mau tidak mau menjadi tanggung jawab yang harus dipikul TPS Food demi kelangsungan hidup perusahaan. Namun, pokok permasalahan bukan terletak pada akibat operasional pabrik semata. Tidak adanya komunikasi antar kedua belah pihak menyebabkan terjadinya kesalahpahaman hingga puncaknya terjadi demonstrasi massa. Jika terjalin komunikasi yang baik antara TPS Food dengan masyarakat Sepat maka ketegangan pun dapat dihindari. Untuk merealisasikan hal tersebut, TPS Food terus mengembangkan tanggung jawab sosialnya dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) bernama CSR TPS Food SEHATI. Implementasi program CSR TPS Food SEHATI memerlukan suatu kegiatan yang penting yaitu strategi komunikasi yang dijalankan oleh PR TPS Food. Strategi komunikasi ini dibutuhkan selama program berlangsung agar dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. mencoba memahami akan permasalahan kesehatan masyarakat desa Sepat, merencanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang sesuai dengan permasalahan, melaksanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang telah direncanakan, dan mengevaluasi program CSR TPS Food SEHATI. Metodologi yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara kepada beberapa narasumber, observasi dan studi pustaka. Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang dilanjutkan dengan teknik snowball sampling. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Secara umum, kesimpulan penulis adalah strategi komunikasi yang dijalankan PR TPS Food sesuai dengan model langkah-langkah PR oleh Cutlip-Center-Broom yaitu: fact finding (pemahaman TPS Food terhadap permasalahan kesehatan masyarakat Sepat), planning (merencanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI), comunicating (melaksanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI ), dan evalution (mengevaluasi program CSR TPS Food SEHATI). Dari keseluruhan tahapan tersebut, PR TPS Food berusaha memaksimalkan terjadinya komunikasi dua arah antara TPS Food dengan masyarakat Sepat (stakeholders).
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Naomi Dyah Setiarini, D0206122, CSR AND IMPROVEMENT OF HEALTH (Qualitative Descriptive Study of Communication Strategy of CSR (Corporate Social Responsibility) TPS FOOD Sehati PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk. In Improving Health in the Village District Sepat Masaran Sragen), Thesis, Department of Communication Science , Faculty of Social and Political Sciences, University of Sebelas Maret, Surakarta, 2010. PT. Tiga Pilar Sejahera Food Tbk. stood since 1959 that originated from the family business and then turning to the company and has set up a factory since 2001. As a result of plant operations TPS Food raises problems that harm public health Sepat village. The problems that occur in communities around the plant would not want the responsibility that must be borne TPS Food for survival of the company. However, the main problem is not with the result of plant operations alone. The lack of communication between both parties caused the misunderstanding to the peak of mass demonstrations. If good communication is established between the TPS Food to society Sepat then tensions can be avoided. To realize this, the TPS Food continues to develop its social responsibility with its Corporate Social Responsibility (CSR) CSR named TPS Food Sehati. The implementation of CSR programs TPS Food accord requires an activity that is important is the communication strategy which is run by the PR TPS Food. This communication strategy is required during the program to be acceptable and beneficial to society. In general, this study aims to determine how the PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. trying to understand the health problems of rural communities will Sepat, plan communication strategies TPS Food CSR programs that match one heart problems, implement communications strategies TPS Food accord CSR program that has been planned, and evaluate CSR programs TPS Food Sehati. The methodology used was qualitative descriptive writer with the technique of collecting data through interviews of the informants, observation and literature study. The samples in this study using purposive sampling technique, followed by snowball sampling technique. While data analysis in this study consists of three components, namely data reduction, data presentation, and conclusion / verification. In general, the conclusions the author is a communications strategy PR TPS Food is run in accordance with the model of the steps by Cutlip PR-CenterBroom namely: fact finding (TPS Food understanding of public health problems Sepat), planning (planning a communication strategy CSR program TPS Food accord), comunicating (CSR program communication strategies TPS Food accord), and evalution (TPS Food evaluate CSR programs Sehati). From all these stages, PR TPS Food is trying to maximize the occurrence of two-way communication between the TPS Food to the community Sepat (stakeholders).
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berkembangnya suatu negara selalu disertai dengan pesatnya kemajuan perekonomian. Sedangkan perkembangan perekonomian selalu ditunjang oleh pesatnya perindustrian, yang sekaligus membawa perubahan-perubahan dan perkembangan yang lebih luas di segala bidang, antara lain dalam bidang perdagangan dan perniagaan. Demikian pula halnya di persada Nusantara yang kini menghadapi era globalisasi dalam bidang komunikasi dan bisnis, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dan persandingan perusahaanperusahaan dalam upaya bisnisnya. Perusahaan-perusahaan swasta asing, nasional, maupun negara, sama-sama ikut mengadu untung menyertai perputaran roda globalisasi tadi. Mereka berlomba dan berupaya untuk memperoleh simpati dan dorongan akan kelancaran dan keabadian usahanya yang bisa menguntungkan semua pihak. Kegiatan
perusahaan
dalam
meningkatkan
bisnis
dengan
motif
maksimalisasi profit, cenderung tidak memperhatikan faktor lingkungan hidup di sekitarnya. Seharusnya perusahaan tidak hanya memperhatikan catatan keuangan semata tetapi juga melaksanankan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
maupun lingkungan. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang PT No. 40 pasal 74 yang isinya adalah sebagai berikut:1 Ayat 1, dijelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ayat 2 dijelaskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran. Ayat 3 menggariskan perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana Pasal 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Diberlakukannya undang-undang tersebut, pada akhirnya mengikat dan mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Maka idealnya semua perusahaan terlepas dari apapun bentuk hukumnya, ukuran, serta jenis usahanya perlu memberikan kontribusi, baik materiil maupun spirituil, kepada masyarakat. Dalam hal ini, Corporate social Responsibility (CSR) merupakan jalan perwujudan atas kontribusi tersebut. Kesadaran tentang pentingnya pelaksanaan CSR bagi perusahaan, dapat memberikan manfaat bukan hanya sasaran CSR tetapi juga pelaksana CSR sendiri atau perusahaan. Jika dalam pelaksanaan CSR disesuaikan dengan masalahmasalah ekonomi, sosial, dan budaya di lingkungan sekitar perusahaan, maka perusahaan akan memperoleh feedback dari kepercayaan dan loyalitas yang diberikan masyarakat. Dimana perusahaan akan menikmati keberlanjutan dan kelangsungan bisnisnya dengan baik, aman, dan damai. 1
Dr. Hendrik Budi Untung, S.H., C.N, M.M, Corporate Social Responsibility, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal.25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Agar pelaksanaan CSR sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar, maka diperlukan sosialisasi yang serius di internal perusahaan. Paling tidak untuk menyamakan persepsi dalam perusahaan akan wacana dan pelaksanaan CSR agar tidak mengalami hambatan-hambatan secara internal perusahaan. Kemudian sosialisasi wacana dan pelaksanaan CSR ini, tidak hanya bergulir di lingkup perusahaan saja tetapi juga kepada semua stakeholders secara luas. Dengan harapan perusahaan, pemerintah, dan masyarakat sebagai komponen stakeholders bisa mengambil peran yang signifikan. Salah satu perusahaan yang CSRnya peduli terhadap kesejahteraan masyarakat adalah PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Perusahaan yang memproduksi berbagai macam bahan makanan ini, berdasar UU PT No. 40 pasal 74 Tahun 2007, merupakan perusahaan yang wajib melaksanakan program CSR. Dalam hal ini, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. telah melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungannya sejak tahun 2001. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. berlokasi di Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, suatu daerah yang memiliki kondisi alam yang kering dan tandus terutama di musim kemarau. Akibat sumur pabrik yang memompa air tanah sangat dalam menyebabkan sumur di beberapa rumah warga kering sehingga membuat lingkungan yang tandus tersebut menjadi semakin panas dan gersang. Keadaan ini membuat masyarakat desa Sepat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka akan air. Selain itu dikarenakan pada awal berdiri, pabrik belum memiliki sistem sanitasi limbah yang baik menjadikan sungai tercemar. Mengingat air sungai telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
digunakan masyarakat desa Sepat sebagai alternatif sumber air, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk pengairan lahan pertanian, maka pencemaran sungai mengakibatkan timbulnya penyakit dan perusakan lingkungan. Sebagai contoh, limbah pabrik yang mencemari sungai telah menyebabkan timbulnya penyakit kulit bagi masyarakat desa Sepat. Pencemaran sungai juga telah meracuni lahan pertanian masyarakat. Air sungai yang digunakan untuk mengairi sawah telah mengandung bahan-bahan kimia yang membuat tanaman padi mati. Keadaan ini jika dibiarkan berlarut-larut dapat menggangu kehidupan masyarakat Desa Sepat khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat. Apalagi keadaan masyarakat desa Sepat yang memiliki tingkat pengetahunan akan kesehatan yang rendah. Mengetahui bahwa masyarakat desa Sepat merasa dirugikan, ketua RT sebagai opinion leader, mengajukan surat pengaduan kepada perusahaan. Sebagai bagian dari lingkungan masyarakat, sudah barang tentu perusahaan wajib memiliki kepedulian dan tanggung jawab sosial untuk membantu mengatasi masalah
lingkungan yang terjadi. Permasalahan yang terjadi di masyarakat
sekitar pabrik PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. tersebut, mau tidak mau menjadi tanggung jawab yang harus dipikul PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Perusahaan perlu melakukan penyesuaian dalam rangka menjaga eksistensi dan kepercayaan masyarakat. Untuk mengimplementasikan hal tersebut, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. membuat langkah-langkah perbaikan lingkungan seperti peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan sumber daya alam (SDA).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. memulai program tanggung jawab sosialnya dengan mengatasi masalah kekeringan yang menjadi masalah pokok masyarakat desa Sepat, yaitu membuat sumur dengan pipa-pipa saluran air yang dialirkan langsung ke bak penampungan air di setiap rumah warga. Sebagai perusahaan yang baik, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. berkewajiban mempunyai sistem sanitasi limbah yang baik pula. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. terus memperbaiki sistem sanitasi limbah. Limbah hasil operasional pabrik mengalami beberapa kali proses sterilisasi sehingga limbah yang dibuang adalah air yang aman dan tidak lagi mencemari sungai. Hal ini berkaitan juga dengan perizinan yang mengikat perusahaan dan sertifikasi yang akan diperoleh perusahaan. Meskipun TPS Food telah bertanggungjawab atas masalah kekeringan dan limbah pabrik, masyarakat masih mengeluhkan jika air yang mengalir tidak lancar dan adanya bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh limbah parik. Keluhan dari masyarakat Sepat ini jika tidak segera ditanggapi dengan baik maka akan menimbulkan ketegangan. Seiring berjalannya waktu, TPS Food mulai membuka diri dengan masyarakat Sepat begitu juga sebaliknya, masyarakat Sepat mulai menerima keberadaan pabrik TPS Food. Keadaan yang baik ini dimanfaatkan TPS Food untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat Sepat sehingga dapat memahami karakteristik masyarakat Sepat beserta permasalahan yang terjadi didalamnya. Pemahaman TPS Food terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat Sepat menjadikan TPS Food terus melanjutkan tanggung jawab sosialnya menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
program Corporate Social Responsibility (CSR). Program ini dicanangkan dan dipublikasikan sejak tahun 2008 hingga sekarang bernama CSR TPS Food SEHATI, dengan mengembangkan program yang sistematis dan berkelanjutan yang salah satunya adalah bidang kesehatan, seperti pengobatan gratis, posyandu gabungan, dan khitanan massal.2 Tujuan utamanya adalah selain berupaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat desa Sepat, juga agar masyarakat desa Sepat selalu bersikap positif terhadap perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat melakukan kegiatan operasionalnya secara berkesinambungan. Sebagaimana pernyataan dalam jurnal CSR: The Key Role Of Human Resource Management: “Almost all corporate websites/policies/reports talk about their endeavors for CSR which has become a way of ensuring that the organization is fulfilling all the obligations towards society and thus is eligible for the license to operate. It assures that the organization can grow on sustainable basis.”3 Program CSR TPS Food SEHATI yang sudah berjalan selama dua tahun, ternyata menampakkan hasil yang kurang maksimal. Program ini kurang mengarah pada tujuan yang diharapkan TPS Food. Masyarakat sepertinya kurang memahami maksud dari program CSR TPS Food SEHATI. Dengan adanya program CSR, masyarakat diharapkan dapat lebih mandiri dibandingan sebelum program CSR ada. Namun, yang terjadi di masyarakat Sepat menjadi ketergantungan akan kehadiran program CSR TPS Food SEHATI, dimana masyarakat menyampaikan permintaan-permintaan kepada TPS Food yang tidak relevan terhadap program CSR TPS Food SEHATI. Masyarakat masih saja 2 3
Press Release HUT 50 TPS Food. Sharma S., Sharma J. and Devi A, 2009, CSR: The Key Role of Human Resource Management. Business Intelligence Journal Vol.2 No.1, hal. 206. www.saycocorporativo.com/.../journal/Vol2No1/article9.pdf
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
mengeluhkan mengenai bau limbah dan air yang kurang mengalir lancar. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat belum paham bahwa sebenarnya bau limbah memang akan tercium jika terbawa angin tetapi bau tersebut tidak membahayakan kesehatan. Air yang kurang mengalir lancar disebabkan oleh debit air yang mengalir tidak tetap, TPS Food pun juga sudah menyiapkan teknisi biodesi untuk menangani hal tersebut. Jika TPS Food tidak berhati-hati dalam menyikapi keluhan dan permintaan masyarakat Sepat tersebut dan semata-mata hanya mengumbar janji, maka program CSR TPS Food SEHATI tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk menghindari hal tersebut, TPS Food menggunakan siklus managerial dalam program CSR TPS Food SEHATI yang diimplementasikan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, memaparkan segala kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program. Setiap tahapan tersebut terdapat suatu kegiatan yang penting yaitu strategi komunikasi yang dijalankan oleh PR TPS Food. Strategi komunikasi ini dibutuhkan dalam kelangsungan program agar dapat diterima dan dipahami sepenuhnya oleh masyarakat Sepat. Penelitian ini akan melihat pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI dari kajian komunikasi yang meliputi strategi komunikasi dan proses-proses komunikasi yang terjadi didalamnya, melalui tahap managerial, serta diawali dengan pemahaman yang baik akan permasalahan masyarakat Sepat terutama bidang kesehatan. Karena dengan pemahaman yang baik akan membantu PR dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi komunikasi program CSR sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
pada saat dilakukan pengevaluasian dapat diketahui dampak dari hasil pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI.
B. Rumusan Masalah Penelitian ini dirancang untuk meneliti, bagaimana PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. mencoba memahami akan permasalahan kesehatan masyarakat desa Sepat, merencanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang sesuai dengan permasalahan, melaksanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang telah direncanakan, dan mengevaluasi program CSR TPS Food SEHATI?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.: 1. Mendapatkan pemahaman akan permasalahan kesehatan masyarakat desa Sepat. 2. Merencanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang sesuai dengan permasalahan kesehatan masyarakat desa Sepat. 3. Melaksanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang telah direncanakan untuk masyarakat desa Sepat. 4. Mengevaluasi program CSR TPS Food SEHATI.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu : 1. Secara teoritis, mendapatkan wawasan dan pengetahuan mengenai praktek Public Relations di sebuah perusahaan dalam menggunakan strategi komunikasi program CSR. 2. Secara praktis, khususnya bagi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., membantu memberikan wawasan mengenai program CSR yang sesuai dengan amandemen UU PT No. 40 pasal 74 Tahun 2007. Serta memberi masukan tentang bagaimana membuat program CSR yang tepat dan sesuai dengan akar permasalahan yang terjadi di masyarakat sekitar perusahaan sehingga dapat menjadi solusi bagi masalah kesehatan di sekitar perusahaan.
E. Tinjauan Teori dan Kerangka Pemikiran 1. Public Relations Secara garis besar, pengertian komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain. Keberhasilan suatu komunikasi minimal mengandung unsur-unsur dalam proses komunikasi itu sendiri yang terdiri dari; pengirim
pesan (komunikator), pesan (message),
dan
penerima
pesan
(komunikan). Bila salah satu unsur tersebut hilang, komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh seorang dapat mengirimkan pesan, tetapi bila tidak ada yang menerima, maka komunikasi tidak akan terjadi. Namun, unsur-unsur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
tersebut masih dapat ditambah dengan unsur yang lain. Sebagaimana digambarkan dalam proses komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler, yaitu :4
Sender
Encoding
Messege
Decoding
Receiver
Media
Noise
Response
Feedback
Gambar 1. Proses Komunikasi
1. Sender: komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah kelompok. 2. Encoding: penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang. 3. Message: pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. 4. Media: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. 5. Decoding: pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator. 6. Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7. Response: tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan. 8. Feedback: umpan balik, yakni tanggapan komunikan yang tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. 9. Noise: gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sehingga pesan yang diterima oleh komunikan berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Model komunikasi di atas menegaskan unsur-unsur kunci dalam proses komunikasi efektif. Bagaimanapun juga setiap komunikasi yang dilakukan
4
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, 2004, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, hal. 18.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
menginginkan efektivitas. Efek dalam proses komunikasi adalah perubahan yang terjadi pada diri komunikan, sebagai akibat dari pesan yang diterima baik secara langsung maupun menggunakan media. Segala aktivitas atau kegiatan manusia akan terselenggara dengan baik melalui proses komunikasi yang efektif. Oleh karena itu, komunikasi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Setiap kali manusia bermaksud mengadakan komunikasi, memiliki tujuan-tujuan tertentu, yaitu5 1. Cognitive: menginginkan supaya komunikan mengerti dan memahami pesan yang dimaksud komunikator. 2. Affective: menginginkan supaya komunikan menerima dan mendukung pesan dari komunikator (bersikap). 3. Psikomotor: menginginkan supaya komunikan mengerjakan sesuatu atau supaya komunikan mau bertindak. Jika tujuan dari komunikasi tersebut dapat terlaksana maka komunikasi itu disebut efektif. Proses komunikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai metode. Komunikator membutuhkan metode komunikasi supaya mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari komunikan. Setiap komunikator harus memahami komunikan yang dijadikan sasaran. Terutama yang menyangkut banyak komunikan
sasaran
menyampaikan pesan.
(masyarakat),
banyak
cara
yang
ditempuh
untuk
Hal ini tergantung pada macam-macam tingkat
pengetahuan, pendidikan, dan sosial budaya dari pihak komunikan. Cara yang
5
Drs. A.W. Widjaja, 1993, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
ditempuh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan dikenal dengan Teori-T-Flow, yang terdiri dari:6 1. One Step Flow Communications (Komunikasi Satu Tahap) Komunikator dapat mengirimkan pesan langsung pada komunikan/masyarakat sehingga akan timbul kemungkinan terjadi proses komunikasi satu arah atau dua arah. Umumnya komunikator langsung bertatap muka (face-to-face communication) dengan komunikan/masyarakat, meliputi:7 a. Komunikasi antar persona Komunikasi
antar
persona
(interpersonal
communication)
adalah
komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan (dyadic communication) atau antara seorang komunikator dengan dua orang komunikan (triadic communication). Komunikasi sifatnya dialogis secara tatap muka dan umpan balik terjadi secara langsung (immediate feedback). Maka komunikasi ini sering dipergunakan untuk melakukan persuasi (persuasive communication), yaitu komunikasi yang melibatkan upaya seseorang yang dengan sadar merubah tingkah laku seseorang atau sekelompok orang melalui penyampainan pesan (Erwin Bettinghaus dalam bukunya “Persuasive Communicaton”). b. Komunikasi kelompok Komunikasi kelompok (group communication) adalah antara seseorang dengan sekelompok orang yang lebih dari dua orang secara tatap muka.
6 7
Ibid, hal.89. Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M. A, 1972, Human Relations dan Public Relations Dalam Management, Bandung: .Alumni, hal 25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Berdasarkan kelompok ciri dan sifat kelompok dalam hubungannya dengan proses komunikasi, komunikasi kelompok dibedakan menjadi; 1) Komunikasi kelompok kecil yaitu sejumlah orang, tiga orang atau lebih, tetapi sedemikian kecilnya sehingga mereka dapat berinteraksi secara pribadi dengan kesadaran akan dirinya masing-masing dan dengan kesadaran akan tujuan dan masalah bersama (Fred L. Casmir dalam bukunya “Interaction, An Introduction to Speech Communication”). 2) Komunikasi kelompok besar Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi dengan sejumlah besar komunikan, yang karena banyaknya anggota kelompok itu, hampir tidak terdapat kesempatan pada mereka untuk tanggapan secara verbal. 2. Two Step Flow Communications (Komunikasi Dua Tahap) Komunikator mengirimkan pesan tidak langsung pada komunikan/masyarakat tetapi melalui orang-orang tertentu saja, misalnya tokoh maysrakat. Umumnya tokoh masyarakat lebih mengetahui sifat masyarakat daripada komunikator. 3. Multi Step Flow Communications (Komunikasi Banyak Tahap) Komunikator mengirimkan pesan melalui tatap muka langsung pada komunikan/masyarakat, juga melalui tokoh masyarakat. Cara ini juga melalui pemasangan pengumuman atau iklan pada media cetak dan media siar.
Berhubungan dengan komunikasi yang menyangkut banyak manusia (masyarakat) merupakan ruang lingkup dari seorang Public Relation (PR) karena PR berhubungan dengan pembentukan opini dan perubahan sikap dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
masyarakat. Dalam kenyataannya, PR adalah “sebuah proses komunikasi yang sangat spesifik”.8 Setiap perusahaan/ organisasi/ asosiasi pemerintah memiliki sekelompok orang yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh apa saja yang dilakukan organisasi tersebut. Setiap kelompok tersebut dapat digolongkan sebagai public organisasi.9 Pada umumnya publik-publik dalam organisasi terbagi menjadi dua bagian besar yang disebut publik intern (internal public) dan publik eksternal (external public). Publik internal meliputi karyawan dan juga dewan direksi. Sedangkan publik eksternal meliputi masyarakat sekitar perusahaan, pemerintah, pers, konsumen, pesaing, agen dan juga distributor. Untuk mengatur (manage) hubungan organisasi tersebut dengan publik digunakanlah proses yang disebut PR. Pengertian Public Relations (PR) menurut Frank Jefkins adalah “Public Relations consists of all forms of planned communications, outwards and inwards, between an organizations and its publics for the purpose of achieving spesific objectives concerning mutual understanding.”10 Pengertian tersebut mengandung arti bahwa dalam setiap kegiatan PR diperlukan upaya yang terencana dan berkesinambungan untuk mencapai saling pengertian antara organisasi dengan publiknya. Saling pengertian yang dicapai lewat komunikasi timbal balik akan berjalan dengan baik jika disertai dengan pola manajemen yang matang. Hal ini
8 9 10
Bovie / Arents, 1986, Comtemporary Advertising, USA: RICHARD D. IRWIN, INC., hal. 550. Ibid. Dr. phil. Astrid S. Susanto, 1989, Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Jilid III: Hubungan Masyarakat dan Periklanan, Bandung: Binacipta, hal. 99.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
mencerminkan dua fungsi utama PR yaitu fungsi komunikasi dan fungsi managemen. Pengertian PR menurut IPRA (The International Public Relations) 1994 yang menyatakan bahwa definisi PR perusahaan adalah sebagai berikut: “PR adalah fungsi manajemen yang mendukung pembinaan, pemeliharaan, jalur bersama perusahaan dengan publiknya secara berkesinambungan mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama, melibatkan manajemen dalam permasalahan: membantu memberikan penerangan dan tanggapan dalam hubungan dengan opini publik; menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum; menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dalam membantu mendahului kecenderungan, dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama”11
Jika dirumuskan secara lebih sederhana, PR adalah komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan kerjasama dan pemenuhan kepentingan bersama. Dari definisi yang tersebut diatas dapat disimpulkan secara singkat bahwa PR merupakan fungsi managerial yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi. Dengan kata lain, PR adalah pelaksana komunikasi untuk mendukung tujuan organisasi. PR berperan penting dalam membentuk pola komunikasi dan sebagai penghubung bagi terlaksananya komunikasi tersebut. Setiap perusahaan/ organisasi/ asosiasi pemerintah mempunyai visi misi dan berkehendak untuk mencapai visi misi itu dengan upaya-upaya dan langkah-langkah tertentu. Selain itu, keberhasilan organisasi dalam mencapai visi misinya juga didukung oleh 11
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, 2002, Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktek, Jakarta: Grasindo, hal. 202.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
peran serta (partisipasi) publiknya (intern, ekstern). PR berfungsi untuk membina hubungan baik dan serasi antara organisasi dengan publik (intern, ekstern) dalam rangka memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan partisipasi sehingga memperoleh opini publik yang positif. Tingkatan komunikasi PR yang terjadi dalam konteks hubungan antara organisasi dengan publiknya adalah sebagai berikut:12 1. Model Publicity or Press Agentry Merupakan komunikasi satu arah yang berusaha menyebarluaskan publisitas secara sepihak. PR hanya berusaha menyebarluaskan informasi yang menguntungkan organisasi, misalnya komunikasi untuk iklan atau promosi persuasif. 2. Model Public Information Merupakan komunikasi satu arah yang tidak terlalu banyak menggunakan persuasif. PR berperan sebagai wartawan dalam menyebarkan informasi atau bekerja sama dengan media untuk mengendalikan penyebaran informasi. 3. Model Two Way Asymmetrical Merupakan komunikasi dua arah yang ditujukan agar publik menerima putusan, terbuka, dan dapat bekerja sama dengan organisasi. PR berusaha menyampaikan pesan kepada publik berdasarkan kebenaran yang diperolehnya dari riset serta menggunakan strategi komunikasi. Umpan balik (feedback) dari publik diperhatikan serta ditanggapi oleh organisasi (komunikator).
12
Reza Rahman, 2009, CSR antara Teori dan Kenyataan, Yogyakarta: MedPress, hal. 73.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
4. Model Two Way Symmetrical Merupakan komunikasi dua arah yang seimbang. Keseimbangan komunikasi menjadikan organisasi bukan hanya sebagai komunikator, tapi juga sebagai komunikan. Organisasi dan publik menjadi partner untuk menciptakan kesepahaman dan pengertian sehingga tercipta keuntungan timbal balik.
Melalui suatu strategi, dapat membantu PR dalam menjalankan fungsinya, yaitu mengatur hubungan antara organisasi dengan publiknya. Strategi diarahkan untuk meningkatkan mekanisme komunikasi dua arah. Strategi pada hakekatnya adalah perpaduan perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Maka PR sebagai pelaksana komunikasi menggunakan strategi komunikasi dalam setiap tahapan proses managerial (Cutlip dan Center) yaitu :13 1. Fact finding (menyelidiki dan mendengar) Tahap research-listening atau fact finding; meliputi penelitian pendapat, sikap dan reaksi publik, serta pengumpulan data. Disini dapat diketahui masalah apa yang sedang dihadapi. 2. Planning (mengambil ketentuan dan merencanakan) Setelah menganalisa pendapat, sikap, dan reaksi publik serta penyusunan daftar masalah berdasarkan data dan fakta yang ditemukan, lalu diintegrasikan atau diserahkan dengan kebijakan dan kegiatan organisasi. Pada tahap ini dapat ditemukan pilihan yang diambil serta menentukan orang-orang yang akan mengerjakan pelaksanaannya nanti.
13
Dr. phil. Astrid S. Susanto, op. cit., hal. 125.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
3. Communicating (melaksanakan komunikasi) Rencana-rencana di atas harus dikomunikasikan dengan semua pihak yang bersangkutan dengan metode yang sesuai. Dalam tahap ini menjelaskan tindakan yang diambil dan tujuan jatuhnya pilihan tersebut. Communication meliputi serangkaian kegiatan sebagai berikut:14 a) memberi tahu khalayak sasaran (internal, eksternal) mengenai kegiatan yang akan dilakukan; b) membujuk khalayak sasaran untuk mendukung dan menerima tindakan yang dimaksud; c) mendorong khalayak yang sudah memiliki sikap mendukung atau menerima untuk melakukan tindakan. 4. Evaluation (penilaian) Dinilai segi-segi berhasil dan tidaknya, apa penyebabnya, apa yang sudah dicapai, apa factor keberhasilan dan penghambatnya. Bagaimana hasil dari pelaksanaan dan penyebabnya, merupakan pertanyaan yang timbul dalam tahap evaluasi. Hal ini diperlukan untuk dijadikan bahan bagi perencanaan selanjutnya. Peran yang penting dari seorang PR adalah untuk merencanakan dan melakukan sebuah strategi komunikasi, sebagaimana PR mengkomunikasikannya ke publik organisasi dan yang terakhir PR menggunakan strategi komunikasi tersebut pada setiap tahapan program kegiatan perusahaan.
14
Morissan, M.A, 2008, Manajemen Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional, Jakarta: Kencana Prenada Media Grou, hal. 187.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
2. Corporate Social Responsibility (CSR) Pada dasarnya PR bertujuan menanamkan serta mendapat pengertian, goodwill, dan kepercayaan dari publik organisasi baik internal maupun eksternal dengan menjalin hubungan untuk akhirnya dapat menciptakan opini publik yang positif demi kelanjutan hidup organisasi. Dari batasan tersebut, hubungan dengan publik dapat terbagi menjadi dua macam, yaitu hubungan dengan publik internal (internal relation) dan hubungan dengan publik eksternal (eksternal relation). Eksternal relations seringkali perlu mendapat perhatian khusus dari perusahaan berkaitan dengan masyarakat yang ada di sekitar perusahaan sebagai salah satu publik ekstern. Biasanya dibagian ini sangat rawan terjadi koflik atau ketegangan. Masyarakat sekitar perusahaan merasa struktur sosialnya terganggu, terutama masalah-masalah kesehatan sebagai akibat aktivitas pabrik. Perusahaan seringkali mengabaikan hal tersebut sehingga masyarakat banyak yang dirugikan. Perusahaan perlu senantiasa membina hubungan dengan mereka. Misalnya dengan mengadakan komunikasi baik dengan ketua rukun warga setempat atau camat yang membawahinya. Salah satu wujud dari eksternal relation untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar perusahaan adalah Community Relation (CR). Dalam konteks PR, CR merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengembangkan kesepahaman melalui komunikasi dan penyebaran informasi kepada masyarakat. Masyarakat sekitar perusahaan diibaratkan sebagai tetangga (Jefkins).15 Bila diperlakukan dengan baik maka akan menjadi kawan, dan bila diperlakukan buruk 15
Yosal Iriantara, 2004, Community Relations: Konsep dan Prakteknya, Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, hal 25.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
bisa jadi lawan. PR me-manage hubungan ini guna meraih empati dan simpati masyarakat yang dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan kemasyarakatan. Maka hubungan antara perusahaan dengan masyarakat sekitar dapat dipandang sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini tercermin dari kata-kata John Cameron Asplay: “it has become increasingly clear to businessmen that public relations has its greatest opportunity for service in helping business to recognize, and do something abaout its sosial responsibility.”16 Pernyataan tersebut berarti bahwa PR mempunyai kesempatan besar untuk membantu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnis serta melakukan halhal yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan yang meliputi bidang sosial kemasyarakatan, public infrastructure, keagamaan, kesehatan, lingkungan, keamanan, dan sebagainya. Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya tidak dibenarkan hanya mengejar tanggung jawab ekomoni saja yaitu keuntungan semata (profit), tetapi juga harus terlibat pada pemenuhan tanggung jawab sosialnya terhadap kesejahteraan masyarakat (people) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Melalui konsep triple bottom line ini, John Elkington mengemukakan bahwa perusahaan yang ingin terus menjalankan usahanya harus memperhatikan 3P yaitu profit, people dan plannet.17
16 17
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, op. cit., hal. 121. Jurnal : MEMAHAMI CSR SEBAGAI WUJUD INVESTASI PERUSAHAAN. [-dian]
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Profit (keuntungan ekonomi)
Planet
People
(keberlangsungan lingkungan hidup)
(kesejahteraan masyarakat)
Gambar 2. Konsep Triple Bottom Line
Sebagai bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan yang dapat dilakukan disini ialah melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Definisi CSR dari The World Business Council for Suistanable Development, adalah komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan sumbangan pada pembangunan ekonomi sekaligus memperbaiki mutu hidup angkatan kerja dan keluarganya serta masyarakat lokal dan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan dalam Green Paper Komisi Masyarakat Eropa (2001) dinyatakan bahwa definisi CSR menunjukkan sebuah konsep tentang pengintegrasian kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan masyarakatnya. 18 Dari ke dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua hal yang terkait dengan pengertian CSR yaitu pertimbangan sosial (masyarakat dan lingkungan hidup)
serta
hubungan
suka rela
(antara perusahaan dan
masyarakatnya). Seiring berjalannya waktu, devinisi CSR terus berkembang, tergantung pada visi dan misi perusahaan yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan
18
Yosal Iriantara, op. cit., hal. 49.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
interest masyarakat. Pada intinya komitmen dan aktivitas CSR merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan (firm’s behaviour), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci:19 1. Good corporate governance: etika bisnis, manajemen sumberdaya manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja; 2. Good corporate responsibility: pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community development), perlindungan hak azasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya. Jelaslah bahwa CSR mencakup berbagai kegiatan yang mendukung Good Corporate Governance dan upaya pecapaian Good Corporate Citizenship. Rupp et.al (2006) menitikberatkan CSR sebagai berikut; “CSR plays a role about fostering positive social relationships between organizations and communities”20 (CSR berperan memelihara hubungan sosial positif antara perusahaan dan masyarakat). CSR merupakan suatu etika perusahaan, dimana perusahaan mengadakan interaksi yaitu berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Hal inilah yang mendorong CSR muncul dengan program yang paling awal dan sederhana, yaitu bantuan yang sifatnya karikatif (pemberian donasi yang seringkali tidak mendidik, karena menciptakan ketergantungan) ataupun filantropi (kepedulian perusahaan terhadap korban bencana alam). Sebagai bentuk komunikasi perusahaan, PR sangat mendukung untuk mempersuasif keterlibatan dan partisipai masyarakat sekitar perusahaan yang menjadi sasaran program CSR. PR mengajak, mendorong, dan mengikutsertakan stakeholders untuk saling berbagi aspirasi apa yang menjadi harapan dan tujuan masing-masing. Sehingga dapat menggali informasi-informasi yang menjadi 19 20
Edi Suharto, PhD, 2008, CSR: Konsep dan Perkembangan Pemikiran, Jurnal, hal. 4. Sharma S., Sharma J. and Devi A, op. cit., hal. 208.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
kebutuhan masing-masing pihak. Perusahaan melalui PR harus mampu memiliki strategi komunikasi yang baik agar informasi mengenai program dan pelaksanaan program dapat didukung dan mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Strategi dalam pelaksanaan CSR ini perlu menerapkan prosedur yang dilaksanakan oleh PR perusahaan masing-masing. Untuk memperlancar relasi dengan stakeholders, PR dalam melaksanakan CSR, perlu memperhatikan masalah-masalah berikut :21 1. Membantu masyarakat untuk mencapai tujuan dan kepentingan umum. Misalnya: turut serta dalam gerakan-gerakan sosial seperti kampanye, kebersihan, kesehatan, KB, lingkungan, dan proyek kemanusiaan. 2. Mengintegrasikan
perusahaan
ke
dalam
kegiatan-kegiatan
pemerintah
setempat. 3. Mengadakan ceramah-ceramah dari para pakar dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, agama dan sebagainya, yang bermanfaat bagi penegetahuan pegawai dan hubungan antara perusahaan dengan golongan atau lembaga yang diwakili oleh penceramah itu. 4. Mengedarkan brosur mengenai kegiatan atau produksi perusahaan dan mengirimkannya ke lembaga, instansi, dan golongan masyarakat. 5. Mengadakan proyek-proyek hospitalis, seperti open house, undangan makan, pertunjukan, dsb.
Kerangka kegiatan CSR yang semula hanya karikatif atau filantropi telah berubah menjadi konsep community development (pengembangan masyarakat) yang tidak hanya menyangkut kesejahteraan ekonomi masyarakat (seperti 21
Kustadi Suhandang, Public Relations Perusahaan, Nuansa, Bandung, 2004, hal. 192
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan kerja). Melainkan pula, kesejahteraan sosial (semisal pemberian jaminan sosial, penguatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan pendididikan, penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial dan kearifan lokal). Dewasa ini banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan karikatif atau filantropi karena tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal sehingga pendekatan community development semakin banyak diterapkan.22 Suatu kegiatan disebut CSR ketika memiliki sejumlah unsur berikut:23 1. Continuity dan sustainability atau berkesinambungan dan berkelanjutan merupakan unsur vital dari CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasarkan trend ataupun incidental, bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada long term perspective. 2. Community empowerment atau pemberdayaan masyarakat. Membedakan CSR dengan kegiatan sosial yang bersifat katikatif ataupun filantropi. Tindakan-tindakan kedermawanan meskipun membantu masyarakat, tetapi tidak menjadikannya mandiri. CSR pada tataran ini hanya bentuk kegiatan perusahaan untuk berbuat baik agar terlihat baik (do good to look good).24 3. Two ways berartinya program CSR bersifat dua arah. Perusahaan bukan lagi berperan sebagai komunikator semata, tapi juga harus mampu mendengarkan
22
Edi Suharto, PhD. op. cit., hal. 3. Reza Rahman, op. cit., hal 13. 24 Dr. Mukti Fajar ND, 2010, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, op. cit., hal. 6. 23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
aspirasi dari masyarakat. Ini dapat dilakukan dengan need assessment, yaitu survey untuk mengetahui needs, desire, interest, dan wants dari masyarakat.
Penelitian ini juga akan melihat tingkat keberhasilan program yang ditujukan pada komunitas lokal, yaitu peningkatan kesehatan masyarakat Sepat. Dampak positif dari program CSR adalah membawa manfaat bagi masyarakat setempat. Namun, jika perusahaan tidak hati-hati, program CSR dapat berdampak negatif.25 Untuk melihat hal tersebut, digunakan parameter indikator eksternal berdasar sasaran dan tujuan dari program, yaitu: Tabel 1. Evaluasi dengan beberapa variabel 26
Variabel
Indikator
Tolok ukur
Peningkatan kesehatan masyarakat
Kesehatan
a. Tingkat pertambahan kualitas dan prasarana kesehatan b. Tingkat kesesuaian program dengan kebutuhan kesehatan masyarakat c. Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat secara berkelanjutan
Antusiasme masyarakat
Keterlibatan masyarakat
a. Kritik, masukan atau pun umpan balik yang diberikan stakeholders tentang pelaksanaan program CSR. b. Keterlibatan stakeholders dalam perencanaan program. c. Keterlibatan stakeholders dalam realisasi program. d. Keterlibatan stakeholders dalam evaluasi program.
Komunikasi Kualitas a. Bentuk kegiatan komunikasi yang dengan komunikasi dilakukan. masyarakat perusahaan dengan b. Model komunikasi yang digunakan. lokal masyarakat. 25
Felix Tuodolo, 2009, Corporate Social Responsibility: Between Civil Society and the Oil Industry in the Developing World, An International E-Journal for Critical Geographies, hal. 537. www.acmejournal.org/vol8/Tuodolo09.pdf 26 Reza Rahman., op. cit., 2009. Hal 68.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Program CSR dapat dikatakan berhasil bagi perusahaan apabila ada perubahan sikap yang positif dari masyarakat sehingga dapat mendukung segala aktivitas operasional perusahaan. Sebaliknya dapat dikatakan berhasil bagi masyarakat apabila mendapatkan solusi masalah yang dikehendaki, dalam hal ini bidang kesehatan, dan yang paling penting adalah adanya kemandirian yang lebih pada masyarakat, dibandingkan dengan sebelum program CSR hadir.
3. Kerangka Pemikiran Melalui kerangka teori yang diuraikan di atas, maka konsep strategi komunikasi CSR dalam peningkatan kesehatan masyarakat, oleh peneliti diimplementasikan pada bagan kerangka pemikiran sebagai berikut: Public (Masyarakat)
Perusahaan
Public Relation (Management of Communication)
Community Relation
Corporate Social Responsibility (Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) Strategi Komunikasi
Fact finding (menyelidik dan mendengar)
Planning (mengambil ketentuan dan merencanakan)
Comunicating (melaksanakan komunikasi)
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
commit to user
Evaluation (penilaian)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Setiap perusahaan sudah barang tentu mempunyai publik, baik publik intern maupun publik ekstern. Mengingat setiap kegiatan operasional perusahaan tidak dapat dipisahkan dari permasalahan maka perlu adanya hubungan yang selaras antara perusahaan dengan publiknya, terutama publik ekternal. Upaya menyelelaraskan
perusahaaan
dengan
publiknya
itu
melahirkan
sebuah
manajemen komunikasi. Agar permasalahan yang muncul dengan publiknya tidak berlarut-larut, maka perusahaan perlu me-manage-nya dengan suatu bentuk komunikasi. Salah satu medium dalam hal kegiatan komunikasi perusahaan adalah Public Relations (PR). PR dapat membantu perusahaan dalam mengatasi permasalahan tersebut dengan menjalin hubungan antara perusahaan dengan publik ekternalnya, khususnya masyarakat sekitar, yang disebut dengan Community Relations (CR). Sebagai perusahaan yang sadar akan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat Sepat, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. telah mengadakan CR dengan melakukan rapat rutin tiga bulanan dengan ketua RT di Ring I. Rapat tersebut melahirkan pemahaman TPS Food terhadap permasalahan masyarakat Sepat terutama kesehatan. TPS Food merasa ikut bertanggung jawab terhadap permasalahan publik eksternalnya dengan melaksanakan program CSR (corporate social responsibility) bernama CSR TPS Food SEHATI. PR sebagai penghubung antara TPS Food dengan masyarakat Sepat, memiliki andil besar dalam implementasi program tersebut. Maka PR TPS Food memerlukan strategi komunikasi pada program CSR TPS Food SEHATI agar dapat menjadi solusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
bagi permasalahan kesehatan masyarakat Sepat sehingga masyarakat Sepat selalu bersikap positif terhadap perusahaan. Penelitian ini menfokuskan pada strategi komunikasi yang dijalankan PR dalam program CSR TPS Food SEHATI dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Strategi komunikasi tersebut diimplementasikan pada tahap fact finding yaitu pemahaman TPS Food terhadap permasalahan kesehatan masyarakat Sepat, planning yaitu merencanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang sesuai dengan permasalahan, comunicating yaitu melaksanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang telah direncanakan, dan evalution yaitu mengevaluasi program CSR TPS Food SEHATI.
F. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu untuk mengamati strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI sebagai upaya peningkatan kesehatan masyarakat desa Sepat. 1. Jenis Penelitian Penelitan ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang mana bertujuan menggambarkan data melalui kata-kata atau uraian penjelasan yang bersumber
pada
hasil
wawancara
mendalam,
dokumentasi, rekaman dan bukti-bukti fisik lainnya.
commit to user
observasi
partisipan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah desa Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, dimana lokasi tersebut merupakan tempat PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dalam melaksanakan program CSR TPS Food SEHATI. 3. Jenis Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu a. Data primer Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang bersumber dari hasil wawancara dengan Tim CSR TPS Food SEHATI yaitu Public Relations (PR), staff dari Divisi Human Resources Development (HRD) dan sasaran utama (Ring I) program CSR TPS Food SEHATI yaitu masyarakat desa Sepat. b. Data sekunder Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari kutipan, literatur, maupun data, yang bersumber dari buku, company profile, press release, tabel, jurnal dan sumber-sumber dari internet yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data, diantaranya:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
a. Observasi Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI sebagai upaya peningkatan kesehatan masyarakat desa Sepat. b. Wawancara Merupakan tenik pengumpulan data melalui wawancara dengan daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap narasumber, dalam hal ini adalah Tim CSR TPS Food SEHATI yaitu Public Relations (PR), staff dari Divisi Human Resources Development (HRD) dan sasaran utama (Ring I) program CSR TPS Food SEHATI yaitu masyarakat desa Sepat. c. Studi pustaka Data penelitian ini juga akan diperoleh melalui penggalian pustaka berupa data-data yang meliputi: buku, company profile, press release, tabel, jurnal dan bahan pustaka lain yang relevan bagi penelitian ini. 5. Teknik Sampling Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu memilih narasumber yang dipercaya dalam memberikan keterangan dan informasi mengenai strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang dilaksanakan oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. sehingga mendapatkan informasi yang dalam dan lengkap. Apabila jawaban atau keterangan dari narasumber pertama dirasa kurang lengkap, maka peneliti akan mencari narasumber lain sesuai petunjuk narasumber pertama. Teknik demikian, merupakan teknik yang dikenal dengan nama teknik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
snowball sampling, yaitu penggunaan sampling ibarat bola salju yang menggelinding dari puncak gunung dan terus membesar ke lembah, semple yang awalnya berjumlah kecil dan berkembang menjadi banyak sesuai kebutuhan informasi yang ingin didapat secara mendalam (Yin, 1987).27 Proses ini akan berhenti ketika peneliti tidak lagi menemukan hal baru dari wawancara. Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. Tim CSR PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., terdiri dari PR dan staff dari Divisi HRD yang mana terlibat dalam pengambilan keputusan dan berperan langsung dalam program CSR. b. Masyarakat desa Sepat, terdiri dari ketua RT desa Sepat sebagai opinion leader, Bidan dan Kader Posyandu sebagai pelaksana program CSR, serta warga desa Sepat sebagai sasaran program CSR. 6. Validitas Data Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, teknik validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi data (sumber) yaitu pengumpulan data sejenis dari sumber data yang berbedabeda. Dengan demikian, data yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya jika dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda.
27
H. B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian, Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal. 37.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
7. Analisis Data Pada tahap ini, data dikerjakan sedemikian rupa sehingga berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Karena penelitian ini bersifat deskriptif sehingga setelah semua terkumpul, analisis data yang dilakukan menggunakan analisis data kualitatif. Teknik analisis data kualitatif meliputi tiga bagian yang terdiri dari :28 a. Reduksi data Merupakan proses seleksi yang dilakukan dengan tujuan memfokuskan data pada rumusan masalah yang menjadi obyek penelitian yang mana proses ini dilakukan selama penelitian berlangsung. Dengan reduksi data ini, data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan melalui ringkasan dan uraian singkat dari narasumber. b. Penyajian data Merupakan rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Data yang telah direduksi, digabungkan dan kemudian disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami (matriks, grafik, bagan) sehingga peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan menganalisa atau mengambil tindakan lebih jauh lagi berdasarkan penyajian data tersebut.
28
Ibid, hal. 91
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
c. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi Melalui data yang telah selesai disusun dan telah diverifikasi sehingga makna data lebih dapat teruji validitasnya kemudian menarik kesimpulan menjadi lebih kokoh. Ketiga komponen tersebut merupakan serangkaian proses yang saling berinteraksi dengan pengumpulan data sehingga data yang terkumpul berhubungan satu sama lain secara sistematis. Untuk lebih jelasnya, siklus analisis data kualitatif digambarkan dengan bagan sebagai berikut :
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Penarikan kesimpulan
Gambar 4. Skema analisis data kualitatif29
29
Ibid, hal. 81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Gambaran Umum PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. 1. Sejarah Perusahaan Pada tahun 1959, almarhum Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga yang memproduksi bihun jagung dengan nama Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di Sukoharjo, Jawa Tengah. Untuk memenuhi permintaan pasar akan produk-produk makanan yang terus tumbuh, pada tahun 1992 perusahaan tersebut beralih menjadi perseroan menjadi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dan menjadi perusahaan publik pada tahun 2003. Perusahaan ini terus menggurita hingga memproduksi berbagai kategori produk Mi Kering, Bihun Kering, Mi Instan, Mi Snack, Permen dan Biskuit. Hingga hari ini, di bawah kepemimpinan generasi ketiga keluarga pendiri, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. telah menjadi perusahaan multinasional yang bermarkas di Jakarta dan terus mengembangkan sektor
usaha,
melakukan
modernisasi
pabrik,
menerapkan
manajemen
professional, bahkan melakukan ekspansi ke bidang perkebunan dan energi. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. selalu menekankan pentingnya produk yang berkualitas dan memberikan nilai tambah pada konsumen. Berbekal pengalaman yang panjang, tradisi, serta loyalitas konsumen, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. berhasil meraih posisi sebagai produsen mie kering dan
*
Sumber: Company Profile PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (TPS Food).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
bihun terdepan di pasar Indonesia. Merek-merek seperti Superior, Ayam 2 Telor, Mi Kremez, dan Gulas adalah beberapa merek terkenal yang dimiliki dan dikembangkan oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
Gambar 5. Logo Perusahaan
Komitmen PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (TPS Food) untuk menghasilkan produk yang selalu mengutamakan rasa, jelas terlihat pada logo perusahaan yang bergambar lidah dengan bertuliskan ”food” didalamnya. Dengan menghasilkan produk terbaik, diterima oleh pasar, dan berkualitas tinggi dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2002, HACCP dan sertifikasi halal. Standar produksi yang tinggi dan jaringan distribusi yang luas memperkuat TPS Food sebagai salah satu pilihan konsumen. TPS Food memiliki dua kategori produk, yang pertama adalah produk makanan dalam kemasan dan yang kedua adalah produk industrial. Perbedaan diantara keduanya adalah bagaimana produk itu dikonsumsi oleh konsumen dan target pasarannya. Produk makanan dalam kemasan terdiri dari produk-produk yang bisa langsung dikonsumsi tanpa diolah terlebih dahulu seperti mi instan, bihun instan, biskuit, wafer dan permen. Sebaliknya, produk industrial meliputi produk-produk yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi seperti mi telor, mi kering dan bihun kering. Berbeda dengan produk makanan dalam kemasan, target market untuk kategori ini adalah penjual makanan olahan seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
pedagang mi ayam, mi bakso, kantin, katering dan rumah makan. Untuk mendistribusikan produk, TPS Food menggunakan sistem multi distributor. Hingga saat ini telah memiliki lebih dari 60 distributor diberbagai daerah yang tersebar mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan hingga Sulawesi. Menyadari semakin kompleksnya selera dan permintaan pasar saat ini, TPS Food terus berupaya meningkatkan pertumbuhan untuk menegaskan eksistensinya di industri makanan melalui akusisi perusahaan, inovasi cerdas, ekspansi merk, dan eksekusi tepat dalam rangka menghadirkan produk berkualitas pada konsumen. Untuk mencapai visi tersebut, TPS Food selalu memanfaatkan fasilitas dan prasarana industri manufaktur yang terbaik. Akusisi lahan yang telah mencapai 500.000 m2 di Sragen, Jawa Tengah dikembangkan dengan teknologi modern. Fasilitas dan laboratorium yang modern serta pemeriksaan kualitas yang seksama pada setiap tahapan proses produksi menjamin komitmen TPS Food dalam hal kualitas kepada konsumen. Terlepas dari segi bisnis dan teknologi terbaru, TPS Food memiliki kelebihan tersendiri sebagai perusahaan yang sadar akan kewajiban sosial dan lingkungan. TPS Food telah melakukan berbagai macam upaya untuk menjamin keberlangsungan lingkungan hidup dengan diperolehnya sertifikasi AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan juga telah menggunakan IPAL (Instalasi Pengolahan Limbah) berstandar modern untuk manajemen pengolahan limbah. TPS Food juga terus memastikan terjaga standar kebersihan dan kemanusiaan
untuk
komunitas
di
sekeliling
commit to user
tempat
produksi
melalui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
pembangunan pusat air bersih dan mendukung berbagai aktifitas masyarakat baik itu dalam kegiatan spiritual maupun kepemudaan. Dengan beberapa riset yang sudah berjalan, dalam jangka menengah ini, TPS Food siap untuk menerapkan beberapa proses bisnis terbaru sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan bertekad untuk mengembalikan hasil investasi ini kepada konsumen. TPS Food juga berencana untuk melakukan banyak perbaikan terhadap fasilitas dan infrastruktur produksi sebagai antisipasi peningkatan target kapasitas produksi serta persiapan untuk masuk ke beberapa produk makanan baru.
2. Visi dan Misi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. memiliki visi dan misi sebagai kebijakan usahanya. Adapun visi dan misi tersebut adalah: Visi: a. Menjadi perusahaan modern yang memproduksi makanan dan minuman dalam kemasan yang memberikan nilai tambah tinggi kepada pelanggan. b. Masuk dalam Lima Besar produsen makanan dan minuman di Indonesia tahun 2010 dan kawasan Asia Tenggara pada tahun 2020. Misi: a. Kami menyajikan produk makanan dan minuman dalam kemasan yang berkualitas dengan harga terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia. b. Kami bekerja berlandaskan falsafah dan nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi pemuasan harapan pelanggan, dengan mengandalkan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
penawaran produk-produk yang inovatif, dan dengan ketersediaan produk yang berkesinambungan. c. Kami mengabdi untuk membangun sebuah organisasi kelas satu yang secara konsisten memberikan nilai tambah kepada pelanggan, return yang terbaik bagi pemegang saham, kesejahteraan dan kesempatan berkarya seluas-luasnya bagi karyawan, menjunjung tinggi dan patuh pada norma dan peraturan yang berlaku (Good Corporate Governance) serta menjadi warga yang bertanggung jawab ikut membangun lingkungan tentram.
3. Struktur Organisasi Adapun struktur puncak PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dapat dilihat dari bagan berikut ini: Presiden Direktur
Corporate Secretary
Corporate Legal
Corporate Finance
Direktur Finance
Direktur Operasional
Direktur HRD
Gambar 6. Struktur Puncak PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Berdasarkan gambar di atas, masing-masing jabatan mamiliki fungsi sebagai berikut: a. Corporate Secretary, menangani segala hal yang berhubungan dengan kesekretariatan perusahaan. b. Corporate Legal; menangani segala hal yang berhubungan dengan hukum perusahaan. c. Corporate Finance; menangani segala hal yang berhubungan dengan keuangan perusahaan. d. Direktur Finance; mengatur keluar-masuk keuangan perusahaan (accounting), seperti menerima hasil penjualan, melaksanakan pembayaran alat-alat produksi, dan lain sebagainya. e. Direktur
Operasional;
menitikberatkan pada
setiap
kegiatan operasi
perusahaan, mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi, sampai pendistribusian produk. f. Direktur HRD; menitikberatkan pada masalah kepegawaian.
4. Komitmen Tanggung Jawab Sosial PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk yang menempati area seluas 25 ha (dari 50 ha yang tersedia), menyadari betapa pentingnya peran serta masyarakat sekitar pabrik dalam pengembangan sehingga dalam menjalankan kegiatan usahanya, TPS Food selama ini telah melaksanakan hubungan interaksi dengan masyarakat sekitar khususnya dalam bidang kultural seperti aktivitas Bersih Desa, bidang keagamaan seperti bantuan hewan Qurban dan pengajian bulan Ramadhan, bidang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
sosial ekonomi untuk pembangunan desa dan instalasi air bersih untuk warga setempat serta bidang kesehatan dalam aktivitas posyandu, sunatan massal, donor darah dengan PMI serta keterlibatan perusahaan dalam meringankan beban dari korban bencana alam. Seiring perkembangannya, TPS Food memberikan perhatian lebih dalam Bidang Gizi & Kesehatan serta Bidang Pendidikan. Sehingga pada 8 Agustus 2008 TPS Food meluncurkan program CSR yang bernama CSR TPS Food SEHATI yang memiliki makna bahwa PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk ingin menyatukan hati dengan masyarakat sekitar perusahaan sehingga menjadi satu rasa, satu pikiran, dan satu tujuan. Melalui serangkaian program yang sistematis dan berkelanjutan dengan tema dasar Pendidikan dan Kesehatan.
B. Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. 1. Kedudukan Program Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dalam Struktur Organisasi Kedudukan CSR PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dalam Struktur Organisasi, dapat dilihat pada bagan berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Direktur HRD
Divisi Human Resources Development
Personnel Dept.
Organization Development Dept.
Office Jakarta Dept.
General Affair Dept.
CSR (Corporate Social Responsibility)
Gambar 7. Kedudukan Program CSR PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dalam Struktur Organisasi
Berdasarkan gambar di atas, masing-masing jabatan mamiliki fungsi sebagai berikut: a. Personnel Department, menangani segala hal yang berhubungan dengan administrasi karyawan yaitu, gaji, cuti dan PHK. b. Organization
Development
Department,
menangani
segala
hal
yang
berhubungan dengan pengembangan karir karyawan. c. Office Jakarta Department, menangani segala hal yang berhubungan dengan kantor marketing yang ada di Jakarta. d. General Affair Department, menangani segala hal yang berhubungan dengan akomodasi perusahaan dan aset, seperti fasilitas bus karyawan, dan lain-lain. e. Program Corporate Sosial Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (CSR TPS Food SEHATI) merupakan sebuah program yang sistematis dan berkelanjutan di bawah divisi HRD, dimana didalamnya terdapat orang-orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
dari Personnel Departement, Organization Development Departement, dan juga Public Relation (PR), yang tergabung dalam Tim CSR TPS Food SEHATI. Tim ini mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda dalam menyukseskan program CSR, yaitu: Personnel Departement menangani segala hal yang berhubungan dengan administrasi program CSR, Organization Development Departement mengangani segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan program CSR, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan program CSR, dan Public Relation (PR) bertugas sebagai perantara antara perusahaan dengan masyarakat terkait pelaksanaan program CSR, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan CSR.
2. Visi dan Misi Program Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk mengartikan CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai program kepedulian perusahaan terhadap seluruh pemegang kepentingan dalam melaksanakan etika dan perilaku dalam kegiatan usahanya,
dengan
mengedepankan
jalinan
hubungan
baik
dan
saling
menguntungkan antara perusahaan dengan komunitas masyarakat. Adapun visi dan misi CSR TPS Food SEHATI adalah sebagai berikut: Visi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. mengabdi untuk membangun sebuah organisasi kelas satu yang secara konsisten memberikan nilai tambah kepada pelanggan, return yang terbaik bagi pemegang saham, kesejahteraan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
kesempatan berkarya seluas-luasnya bagi karyawan, menjunjung tinggi dan patuh pada norma dan peraturan yang berlaku (Good Corporate Governance) serta menjadi warga yang bertanggung jawab ikut membangun lingkungan tentram. Misi Mengembangkan SDM (sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam) di wilayah sekitar melalui program sistematis bertema dasar Pendidikan dan Kesehatan, bersifat berkelanjutan untuk investasi perusahaan jangka panjang.
3. Program Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Eksternal a. Bidang Pembangunan 1) Memberikan bantuan pengadaan air bersih kepada lima dukuh yang berada di sekitar perusahaan yaitu Tekikrejo, Gandu, Sepat, Jatirejo, dan Selorejo. 2) Memberikan dana untuk kas desa setiap tahun. 3) Memberikan bantuan dana pembangunan setiap RT di lima dukuh setiap bulan. 4) Memberikan tanah seluas 400 x 200 meter untuk pembangunan jalan menuju makam desa. b. Bidang Kesehatan 1) Menjadi Bapak Asuh Posyandu di desa Sepat dengan beberapa serangkaian kegiatan. 2) Memberikan pengobatan gratis pada masyarakat setiap setahun sekali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
3) Mengadakan khitanan masal setiap setahun sekali. c. Bidang Pendidikan 1) TPS Food memberikan bantuan belajar kepada Sekolah Dasar yang ada di sekitar perusahaan seperti SD Sepat I, SD Sepat II, SD Sepat III, dan SD Sepat IV. 2) Memberikan Beasiswa kepada siswa berprestasi berupa dana. 3) Memberikan dana motivasi kepada guru yang memberikan pelajaran tambahan untuk siswa. d. Bidang Sosial 1) Memberikan dana sukacita kepada masyarakat yang mengadakan hajatan dan memberikan dana dukacita bagi masyarakat yang terkena musibah seperti keluarga meninggal. 2) Memberikan bantuan hewan qurban saat Idul Adha. 3) Melakukan operasi pasar seperti suplay minyak goreng dan produk-produk TPS Food. 4) Mengadakan buka puasa bersama keliling di tiap dukuh di Desa Sepat. 5) Memberikan dana untuk Karang Taruna di lima dukuh dan satu desa. 6) Memberikan uang keamanan bagi warga terdekat untuk ikut menjaga keamanan perusahaan. Internal a. Memberikan Beasiswa untuk anak-anak Karyawan TPS Food yang berprestasi. b. Memberikan jatah makan malam dan sahur di bulan puasa bagi karyawan yang bekerja di malam hari atau shift malam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
c. Mengadakan bus jemputan sebanyak 12 unit bagi karyawan. d. Memberikan fasilitas kesehatan berupa Klinik Kesehatan yang berada di lingkungan perusahaan. Klinik ini disediakan untuk karyawan TPS Food. e. Memberikan pengobatan gratis dan rujukan ke Rumah Sakit Moewardi Surakarta bagi karyawan. f. Mengadakan donor darah masal setiap tiga bulan sekali dengan target peserta adalah seluruh karyawan TPS Food.
C. Program Corporate Social Responsibility Bidang Kesehatan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. memberikan perhatian lebih mendalam kepada masyarakat desa Sepat yang salah satunya pada Bidang Gizi dan Kesehatan dimana perusahaan berperan sebagai Bapak Asuh Posyandu yang meliputi: 1. Memberikan bantuan berupa pengadaan Bidan serta memberikan bantuan sarana dan prasarana posyandu seperti timbangan bayi, serta penyediaan fasilitas penunjang PMT seperti gelas, mangkuk, dan sendok. 2. Memberikan PMT (Program Makanan Tambahan) bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan Balita (anak usia 0-5 tahun) karena dirasa pemberian makanan tambahan dari pemerintah sangat minim padahal setiap Posyandu rata-rata terdiri dari 50 – 60 orang. Keadaan ini jelas tidak mencukupi maka perusahaan membantu dengan pengadaan dana PMT, untuk Balita, ibu hamil dan menyusui.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
3. Memberikan dana motivasi bagi Kader di setiap Posyandu Desa Sepat untuk mengadakan pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan terhadap ibu hamil dan menyusui. Pelaksanaan Posyandu sudah terjadwal yaitu setiap bulan pada tanggal 4, 5, 6, dan 16. Pada bulan November 2009 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. mengadakan rangkaian kegiatan CSR berupa: 1. Pengobatan Gratis Sebelum adanya CSR, pengobatan gratis hanya diadakan pada saat peristiwa tertentu saja, seperti saat bencana banjir di Solo tahun 2007 dan gempa di Yogyakarta, dengan memberikan bantuan produk-produk makanan dan bantuan kesehatan yaitu supply obat dan pemeriksaan dokter. Setelah launching CSR TPS Food SEHATI tahun 2008, ternyata pengobatan gratis ini sangat mendapat apresiasi positif tersendiri dari masyarakat sekitar. Karena perusahaan melihat masyarakat sekitar tidak memiliki keberanian untuk memeriksakan diri ke Puskesmas karena kurang biaya, terutama masyarakat Lansia (lanjut usia). Maka pengobatan gratis ini butuh kontinuitas dan dimasukkan dalam program CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan yang diadakan setiap setahun sekali. Pengobatan gratis ini kerja sama antara dokterdokter perusahaan sendiri dengan dokter-dokter dari wilayah Puskesmas Kebak Kramat, Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
2. Khitanan Massal Perusahaan mengadakan survey ke setiap RT di sekitar perusahaan dan didapatkan bahwa banyak anak sekolah yang belum dikhitan padahal sudah cukup umur. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki biaya. Maka setiap setahun sekali perusahan mengadakan khitanan massal dari mulai pemeriksaan sampai pengontrolan hingga sembuh. Kegiatan tersebut bertempat di balai desa Sepat – Masaran, Sragen.
D. Desa Sepat sebagai Lingkungan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Desa Sepat merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Desa Sepat berjarak 7 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Masaran dan berjarak 26 km dari kota Kabupaten Sragen. Desa Sepat memiliki luas wilayah 342.4770 Ha yang terdiri dari 229.7315 Ha lahan sawah tadah hujan dan tegalan sedangkan 112.7455 Ha merupakan tanah pekarangan atau bangunan, terletak pada ketinggian 96 m dpl, dengan kisaran suhu udara 32 0C. Kondisi tanah di desa Sepat adalah dataran rendah dan merupakan lahan tadah hujan dengan curah hujan rata-rata 22,16 mm per tahun sehingga komoditas yang banyak diusahakan oleh masyarakat di desa Sepat adalah padi, jagung dan kacang tanah. Peternakan yang banyak diusakan yaitu sapi, domba, ayam kampung dan ayam ras. Perekonomian desa Sepat ditunjang dari sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah sebagai petani serta adanya industri rumah tangga. Industri rumah tangga yang ada di desa ini adalah industri tempe, industri tahu, mebel,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
penggergajian kayu, lempeng gaplek, sungkit rambut dan pembuatan krupuk atau karak. Untuk ketersediaan sarana transportasi umum yang ada di desa Sepat adalah ojek dan bus. Adanya alat transportasi dapat dikatakan bahwa wilayah desa Sepat termasuk wilayah yang cukup maju, meski jumlah bus dan ojek yang ada terbatas, tapi seimbang dengan keinginan masyarakat untuk melakukan mobilisasi ke daerah lain. Kegiatan masyarakat desa Sepat untuk mengakses informasi, pusat kegiatan ekonomi, kesehatan, ataupun pemerintahan biasanya dilakukan dengan mengendarai sepeda motor, mobil, bus atau ojek. Keadaan jalan sebagian sudah di aspal, meskipun ada beberapa daerah yang sudah rusak. Dengan demikian dalam mengangkut hasil panen maupun barang kebutuhan dalam jumlah yang banyak ke pasar atau kemanapun cukup mudah. Sarana komunikasi yang ada di desa Sepat berupa televisi, radio, dan telepon seluler (HP) dan pusat layanan komunikasi umum yang ada di desa Sepat adalah wartel atau kantor pos. Tingkat kepemilikan telepon seluler cukup rendah, hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki. Keadaan tersebut menjadikan masyarakat desa Sepat sedikit lambat dalam menerima informasi serta menjadikan kantor desa sebagai pusat informasi. Namun, keadaan tersebut sedikit tertolong dengan adanya budaya ”Gethok Tular” yang masih sangat kental di desa Sepat. Adanya budaya tersebut sangat menguntungkan karena informasi yang didapat oleh sebagian masyarakat dapat menyebar ke masyarakat yang lainnya dengan cepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Adapun batas-batas wilayah desa Sepat adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Desa Gandu
Sebelah Selatan
: Desa Krebet
Sebelah Barat
: PT. Tiga Pilar Sejagtera Food Tbk.
Sebelah Timur
: Desa Jirapan
Gambar 8. Peta Sasaran Ring I Program CSR TPS Food SEHATI
Berdasarkan kondisi alam serta budaya masyarakat desa Sepat, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk mencoba memahami desa Sepat sebagai tetangga terdekat perusahaan, karena lokasinya tepat berada di belakang dimana perusahaan berdiri. Perusahaan menyadari bahwa aktivitas operasional perusahaan dapat berjalan lancar berkat dukungan dari masyarakat desa Sepat, maka hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat terus berlangsung. Oleh karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
itu, perusahaan menetapkan desa Sepat sebagai sasaran utama (Ring I) pada program CSR TPS Food SEHATI yang terdiri dari 16 RT meliputi satu kebayanan (Sepat, Gandu, Tekikrejo, Jatirejo, dan Selorejo). Sebagai wujud dari hubungan perusahaan dengan masyarakat Ring I tersebut, yaitu dengan mengadakan rapat RT antar Ring I setiap tiga bulan sekali, yang mana dihadiri juga oleh perwakilan dari perusahaan. Dalam rapat tersebut terjadi proses komunikasi antar kedua belah pihak. Setiap ketua RT menyampaikan apa yang sedang terjadi di masyarakat, mulai dari kegiatan kemasyarakatan sampai keluh kesah masyarakat. Perwakilan perusahaan pun memberikan tanggapan, sejauh mana perusahaan dapat membantu. Demikian juga sebaliknya, perwakilan perusahaan menyampaikan program apa yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat sehingga perusahaan dapat mengetahui tanggapan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mencapai kesepahaman dan kesepakatan bersama. Kesepakatan tersebut akan dibawa masing-masing pihak, ketua RT mengumumkannya kepada masyarakat dan perwakilan perusahaan menyampaikannya kepada pimpinan perusahaan. Hal terpentingnya adalah perusahaan selalu berusaha memahami permasalahan yang terjadi pada masyarakat desa Sepat, kemudian menerapkannya pada setiap program CSR TPS Food SEHATI sehingga dapat menjadi solusi permasalahan masyarakat desa Sepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
BAB III PENYAJIAN DATA
A. Pemahaman PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. akan Permasalahan Masyarakat Desa Sepat PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai macam bahan makanan. Bermula dari industri kecil hingga akhirnya menjadi perusahaan multinasional yang berlokasi di desa Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Sebagai perusahaan besar yang hidup di tengah-tengah masyarakat, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. harus mampu melihat masyarakat Sepat sebagai faktor penting dalam keberlangsungan perusahaan. Tanpa adanya dukungan dari masyarakat Sepat, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. tidak dapat melakukan aktivitas operasionalnya dengan baik, aman, dan damai. Hal tersebut benar-benar dirasakan oleh TPS Food dari beberapa contoh kasus yang sempat menuai ketegangan dengan masyarakat Sepat. Kasus-kasus tersebut antara lain: 1. Kasus limbah pabrik. Awal mula pabrik berdiri tahun 2001, TPS Food belum memiliki sistem pengolahan limbah yang baik. Sehingga limbah hasil produksi pabrik yang dihasilkan masih mengandung bahan kimia. Karena letak pembuangan limbah ini diarahkan langsung ke sungai, maka terjadi pencemaran air sungai. Sebelum adanya sumur buatan TPS Food, air sungai telah digunakan masyarakat sebagai alternatif sumber air saat musim kemarau, baik untuk memenuhi kebutuhan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
sehari-hari maupun untuk pengairan lahan pertanian. Pencemaran air sungai mengakibatkan timbulnya penyakit kulit dan kerusakan lahan pertanian. Limbah pabrik juga menimbulkan bau yang tidak sedap di sekitar desa Sepat. Keadaan ini memicu ketegangan masyarakat, hingga puncaknya, terjadi demonstrasi massa sebagai wujud ketidakterimaan masyarakat Sepat kepada TPS Food. Kasus ini pun sampai diespos dibeberapa media cetak. Dengan munculnya kasus ini, selain terus melakukan perbaikan dalam pengolahan sanitasi limbah, TPS Food juga berupaya meredam ketegangan masyarakat Sepat dengan memberikan pemahaman bahwa TPS Food sedang melakukan perbaikan pengolahan sanitasi limbah. Sudah merupakan kewajiban TPS Food sebagai bagian dari proses produksi manufakturing, bahwa limbah yang dihasilkan, langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan sehat. Berkat usaha dan upaya TPS Food meredam ketegangan masyarakat Sepat sehingga timbul saling pengertian maka hubungan antara TPS Food dengan masyarakat Sepat pun kembali terkendali. Dampak keberhasilan ini juga dirasakan TPS Food dengan diraihnya beberapa sertifikasi yang mengatur pengolahan sanitasi limbah yang baik serta meningkatnya nilai jual produk TPS Food. 2. Kasus kekeringan yang melanda masyarakat. Desa Sepat sebagai lokasi TPS Food, merupakan suatu daerah yang memiliki kondisi alam yang kering dan tandus terutama di musim kemarau. Akibat sumur pabrik TPS Food yang memompa air tanah sangat dalam, menyebabkan sumur di rumah masyarakat kering sehingga membuat lingkungan yang tandus tersebut menjadi semakin panas dan gersang. Keadaan ini mengakibatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
masyarakat Sepat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka akan air. Mengetahui bahwa masyarakat Sepat merasa dirugikan, ketua RT sebagai opinion leader, mengajukan surat pengaduan kepada TPS Food. Sebagai tanggapan atas surat pengaduan tersebut, TPS Food mengundang beberapa ketua RT di desa Sepat dalam sebuah forum untuk membicarakan kasus ini. Dalam forum tersebut dicapai kesepakatan bersama bahwa TPS Food akan terus men-suplay air untuk kebutuhan masyarakat Sepat melalui pembuatan pipa-pipa air yang dialirkan langsung ke rumah-rumah. Namun, ketika TPS Food membutuhkan air untuk proses produksi dalam skala besar, masyarakat Sepat kembali dirugikan karena air tidak mengalir lancar ke rumah masyarakat. Mengetahui bahwa air merupakan kebutuhan pokok, baik bagi TPS Food maupun masyarakat Sepat, maka TPS Food perlu membangun sumur khusus untuk masyarakat Sepat. Agar tidak saling mengganggu satu sama lain, sumur tersebut ditempatkan diluar TPS Food, yaitu disalah satu lahan milik warga Sepat. Melalui pembicaraan pihak TPS Food dengan ketuaketua RT maka menghasilkan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang lancar. Pada akhirnya sumur tersebut dapat selesai dibangun sehingga kebutuhan akan air baik bagi TPS Food maupun masyarakat Sepat dapat samasama terpenuhi. Berdasarkan kasus-kasus tersebut, ketegangan yang terjadi antara TPS Food dengan masyarakat Sepat dipicu akibat kurangnya komunikasi antara kedua belah pihak sehingga terjadi kesalahpahaman. Bila kesalahpahaman ini dibiarkan berlarut-larut maka akan berakibat fatal pada keberlangsungan perusahaan. Solusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
yang mutlak dilakukan oleh TPS Food adalah dengan berkomunikasi dengan masyarakat Sepat. Melalui komunikasi dua arah yaitu dengan pertukaran informasi, TPS Food dapat mengetahui perkembangan yang terjadi di segala bidang masyarakat sehingga selalu dapat menyesuaikan diri dengan kepentingan masyarakat. Demikian juga sebaliknya, masyarakat Sepat dapat mengetahui maksud dan tujuan perusahaan. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. yang telah memasuki usia setengah abad, semakin menyadari betapa pentingnya peran serta masyarakat Sepat dalam pengembangan usahanya. Oleh karena itu, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. selalu melaksanakan hubungan interaksi dengan masyarakat Sepat (community relations). Hubungan ini akan terus dibina karena dengan mendekatkan diri pada masyarakat sekitar merupakan kunci sukses dari PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (12/08/2010) berikut ini: “Karena kita (TPS Food) berada di lingkungan atau lahir di tengah-tengah masyarakat jadi kita mengibaratkan bahwa TPS Food ini adalah RT yang kesekian dan kita mempunyai semboyan “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah”. Lingkungan sekitar perusahaan adalah kita beri perhatian lebih agar keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat bisa menyatu dalam satu tujuan guna mendukung keberadaan perusahaan”.1
1. Public Relations dan Community Relations TPS Food Dalam rangka membina hubungan baik dengan masyarakat, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. memerlukan satu bagian yang dianggap penting untuk melaksanakan tugas tersebut. Pihak yang ditunjuk TPS Food untuk
54
Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
melayani dan menjembatani berjalannya interaksi dengan masyarakat sekitar adalah Public Relations. Meskipun secara struktural tidak tertulis pada struktur organisasi, PR TPS Food ini berwujud PR Officer yang dijabat oleh satu orang. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., mempunyai wacana untuk menambahkan divisi PR dalam struktur organisasinya. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini: “PR yang saya jalankan disini lebih kepada bagaimana kita (TPS Food) mengadakan komunikasi dengan masyarakat sekitar sehingga terjalin suatu hubungan yang baik. Tujuannya agar perusahaan dengan masyarakat ada komunikasi yang berkesinambungan. Karena dengan berkomunikasi, masyarakat merasa diperhatikan dan masalah dapat terselesaikan. Kalau orang desa sini ada istilah, wong ki yen diwongke yo genten ngewongke. Nha itu yang kita pakai terus. Yang jelas bagaimana kita membangun hubungan baik ini agar dapat terus berjalan”. 2
Sebagai medium kegiatan komunikasi perusahaan, PR TPS Food tidak hanya berhubungan dengan masyarakat Sepat saja, tetapi sampai pada birokrasi pemerintahan, seperti; tokoh masyarakat, ketua RT, Lurah, Camat, dan Bupati, yang mana mereka mempunyai kepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap TPS Food atau disebut sebagai stakeholders (para pemangku kepentingan). Kegiatan yang ditujukan untuk membina hubungan baik dengan masyarakat, diwujudkan TPS Food dengan bersosialisai dengan masyarakat Sepat dalam beberapa kegiatan sosial, yaitu: 1. Menghadiri undangan hajatan, seperti pernikahan, kelahiaran anak, yang disampaikan warga ke perusahaan. Dalam hali ini, TPS Food memberikan 2
Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food (14/08/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
bantuan khusus, berupa dana sukacita dan juga bantuan berwujud produk TPS Food sendiri, berupa mie kering dan bihun. 2. Menghadiri surat lelayu yang disampaikan warga ke perusahaan. Perwakilan dari TPS Food hadir melayat serta memberikan bantuan dana dukacita. 3. Berpartisipasi dalam kegiatan “Bersih Desa”, yaitu kerja bakti dan perbaikan jalan. Perwakilan TPS Food terjun langsung bersama masyarakat Sepat membersihkan lingkungan desa. Khusus untuk perbaikan jalan, TPS Food membantu secara materi untuk pengaspalan jalan dan juga membantu membangun jalan menuju makam desa agar akses menuju ke makam desa lebih dekat. 4. Ikut merayakan Idul Adha bersama masyarakat sekitar dengan memberikan hewan qurban, serta berpartisipasi mengikuti Tarling (tarweh keliling) di masjid masyarakat Sepat pada bulan Ramadhan.
Sepanjang masyarakat Sepat memberitahu TPS Food akan adanya kegiatan tersebut, pasti TPS Food akan mengirimkan perwakilannya untuk ikut berpartisipasi dan memberikan bantuan. Namun, jika tidak ada pemberitahuan dari masyarakat Sepat maka TPS Food tidak mengetahui keadaan yang sedang terjadi di masyarakat Sepat. Hal ini menjadi penghambat PR TPS Food dalam menjalin hubungan dengan masyarakat Sepat. Karena pertukaran informasi yang tidak berjalan lancar maka PR TPS Food merasa perlu membuat sebuah pertemuan rutin dengan masyarakat Sepat. Pertemuan rutin yang diadakan oleh PR TPS Food ini berupa rapat RT yang berada di sekitar TPS Food setiap tiga bulan sekali. Dalam rapat tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
terjadi proses komunikasi antar kedua belah pihak. Setiap ketua RT menyampaikan apa yang sedang terjadi di masyarakat, mulai dari kegiatan kemasyarakatan sampai keluh kesah masyarakat. PR TPS Food pun memberikan tanggapan, sejauh mana perusahaan dapat membantu. Demikian juga sebaliknya, PR TPS Food menyampaikan program apa yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat sehingga perusahaan dapat mengetahui tanggapan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mencapai kesepahaman dan kesepakatan. Kesepakatan tersebut akan dibawa masing-masing pihak, ketua RT
mengumumkannya
kepada
masyarakat
dan
PR
TPS
Food
menyampaikannya kepada pimpinan perusahaan. Sebagaimana penuturan Sugianto selaku Ketua RT 37 desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (19/08/2010) berikut ini: “Kami tidak mengundang warga dalam rapat tiga bulanan karena nanti pada complain, kadang warga taunya begini,, begini,, begini,, dikeluarkan semua malah tidak tercapai semua malah repot. Makanya sebelum mengadakan rapat rutin tiga bulanan dengan TPS, saya sebagai ketua RT mengadakan kumpulan dengan masyarakat sebulan sekali guna menampung keluhannya apa, sehingga saat rapat tiga bulanan nanti saya sudah membuat agenda rapat. Kalau ada keluhan sekecil apapun dari warga tetap kami sodorkan ke perusahaan. Contohnya, kalau sumur ada gangguan, atau limbahnya bau. Alhamdulillah wakil TPS yang datang, kadang diwakilii PR atau malah Managernya sendiri sangat mendukung positif. Keluhan-keluhan tersebut kita bahas bersama sampai ada solusinya”.3
Rapat rutin tersebut benar-benar dimanfaatkan PR Officer TPS Food untuk dapat memahami stakeholders-nya. Mulai dari karakteristik masyarakat Sepat sampai pada pemahaman akan permasalahannya. TPS Food memang
3
Kutipan wawancara peneliti dengan Sugianto selaku Ketua RT 37 desa Sepat (19/08/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
harus hati-hati dalam menghadapi stakeholder dan permasalahnya, karena masyarakat Sepat tidak segan-segan untuk mengandalkan kekuatan otot dalam menyelesaikan masalah. Namun, sebenarnya masyarakat Sepat juga dapat diajak duduk bersama untuk menyelesaikan masalah. TPS Food memahami bahwa permasalahan yang paling vital pada masyarakat Sepat adalah air bersih yang merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa ditunda dan juga polusi pabrik yang dapat merugikan masyarakat. Jika kedua hal tersebut berjalan aman, antara masyarakat Sepat dengan TPS Food dapat hidup berdampingan dan saling memiliki satu sama lain. Sebagaimana penuturan Sahida Ahmad selaku Lurah desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (24/09/2010) berikut ini: “Saya sebagai Lurah, mendukung sekali antara warga dengan TPS Food untuk saling memiliki. Mungkin ada keluhan langsung dari warga, saya tampung nanti saya sampaikan ke PR TPS Food saat rapat rutin tiga bulanan. Atau kalau memang urgent saya hubungi PR TPS Food langsung. Jangan terus moro-moro grudukan demo ke pabrik, seperti yang dulu pernah terjadi, itu yang sama-sama kita hindari agar tidak terjadi lagi. Kita tau sebenarnya niat TPS Food itu baik, sejak TPS Food berdiri masyarakat sudah di-suplay air bersih, masalah limbah juga cepat diatasi”.4
Dukungan masyarakat Sepat akan keberadaaan TPS Food, ditunjukkan dengan menjual tanah pertanian mereka kepada TPS Food yang sedang mengadakan perluasan pabrik. Penyebabnya adalah kondisi tanah pertanian yang mereka miliki tidak subur sehingga sulit untuk ditanami, hanya tanaman tertentu saja yang bisa hidup seperti singkong. Karena mata pencahariaan masyarakat Sepat sebagian besar bekerja sebagai petani, sehingga tidak sedikit 4
Kutipan wawancara peneliti dengan Sahida Ahmad selaku Lurah desa Sepat (24/09/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
pula masyarakat Sepat yang masih bekerja serabutan. Melihat keadaan ini, TPS Food berupaya membeli tanah tersebut dengan harga berlipat kemudian menukarnya juga dengan tanah yang produktif sehingga masyarakat dapat bertani dengan mudah. Selain itu, untuk berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat Sepat, TPS Food mempekerjakan karyawan dari masyarakat sekitar. Awal tahun 2008, TPS Food mendapat order dari negara Kanada, berupa pesanan biskuit dalam jumlah besar sehingga TPS Food membutuhkan karyawan tambahan. Agar pesanan tersebut selesai tepat pada waktunya, TPS Food memanfaatkan masyarakat sekitar untuk direkrut menjadi karyawan outsourcing. Melalui serangkaian seleksi karyawan, TPS Food berhasil mendapatkan 300 karyawan outsourcing yang diambil dari masyarakat sekitar dan berhasil menyelesaikan order TPS Food tepat pada waktunya. Setelah order selesai, secara otomatis karyawan outsourcing tersebut diliburkan. Karena masyarakat kurang paham akan sistem tersebut, terjadi kesalahpahaman dalam hal meliburkan karyawan outsourcing bahkan sempat muncul ketegangan. Masyarakat Sepat menuntut untuk dipekerjakan kembali. Padahal TPS Food adalah perusahaan makanan yang mempunyai batas kadaluarsa sehingga jumlah produksi disesuaikan dengan jumlah pesanan yang ada. Oleh karena itu, TPS Food mengadakan sosialisasi ke masyarakat melalui kepala desa disetiap kelurahan, juga melalui rapat rutin tiga bulanan, bahwa di TPS Food terdapat karyawan tetap, kontrak, dan outsourcing. TPS Food akan kembali mempekerjakan karyawan outsourcing dari masyarakat Sepat jika mendapat order besar lagi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Sebagaimana penuturan Suyanto selaku Ketua RT 45 desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (25/09/2010) berikut ini:
“Alhamdulillah masyarakat sini sudah enak, sudah paham mengenai sistem kerja di TPS Food. Sekarang kan ada sistem kontrak kerja, kalau memang kerjaan di TPS Food sepi tetap dikurangi karyawayannya, kalau memang sedang ramai kerjaan tetap dipakai lagi. Jadi selama ini masyarakat yang bekerja disitu dipermudah semua”.5
2. Pemahaman TPS Food akan Permasalahan Kesehatan Masyarakat Sepat TPS Food terus berupaya untuk selalu peka pada stakeholders-nya karena prinsip saling memiliki. Masalah masyarakat Sepat adalah masalah TPS Food juga. Teutama masalah kebersihan dan kesehatan, TPS Food selalu berupaya menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat. Desa Sepat yang padat penduduk serta tanaman yang tumbuh sangat banyak, menyebabkan masyarakat kurang peduli pada kebersihan lingkungan. Akibatnya wabah demam berdarah (DB) pun sering melanda masyarakat Sepat. TPS Food berusaha menanamkan arti penting kebersihan bagi kesehatan kepada masyarakat Sepat. Agar wabah tersebut tidak meluas ke daerah lain, TPS Food bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan fogging. Pemantauan juga dilakukan TPS Food bekerja sama dengan Bidan, Kader, dan perangkat desa, yang setiap bulan rutin melakukan kunjungan ke rumah-rumah masyarakat Sepat untuk pemeriksaan jentik-jentik nyamuk. Pemahaman akan kebersihan dan kesehatan lingkungan terus ditanamkan pada masyarakat Sepat melalui penyuluhan yang dilakukan pada saat PKK, Posyandu, dan rapat rutin RT. 5
Kutipan wawancara peneliti dengan Suyanto selaku Ketua RT 45 desa Sepat (25/09/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Hasilnya
benar-benar
dirasakan
masyarakat
Sepat,
dengan
meningkatnya kondisi kesehatan masyarakat Sepat. Wabah DB yang sering melanda sudah dapat dicegah. Sebagaimana penuturan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (25/09/2010) berikut ini: “Dulu sering ada DB berturut-turut melanda masyarakat Sepat dari rumah ke rumah. Tapi sekarang sudah berkurang. Kondisi kesehatan masyarakat sini juga sudah relatif baik, mereka jarang sakit. Sebagian besar masyarakat sini bekerja sebagai petani sehingga mereka setiap hari seperti berolahraga menggarap sawah gitu. Puskesmasnya pun juga mudah diakses oleh masyarakat karena lokasinya yang strategis dan tenaga medis (dokter, bidan) yang sudah mencukupi”.6
Namun, TPS Food melihat kondisi kesehatan masyarakat Sepat dari sisi yang lain. Walaupun masyarakat Sepat relatif sehat, tetapi kualitas SDM (sumber daya manusia) masyarakat Sepat tidak seperti masyarakat lain. Hal ini terlihat jelas bahwa tingkat pendidikan masyarakat Sepat rata-rata hanya sampai pada jenjang SMP. Agar mendapatkan keterangan yang lebih pasti, PR TPS Food mengadakan pertemuan dengan komunitas guru sekolah sekitar desa Sepat. Melalui pertemuan tersebut, TPS Food mendapatkan fakta bahwa anakanak di desa Sepat tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMA, bahkan ada yang sampai SD saja. Faktor biaya menjadi faktor penting, karena memang kultur mereka adalah “jika ada uang lebih baik digunakan untuk makan seharihari”. Guru-guru sekitar desa Sepat juga menyatakan bahwa anak-anak sekolah yang berada di desa Sepat memiliki prestasi yang kecil di kelas, tidak seperti desa lain.
6
Kutipan wawancara peneliti dengan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat (25/09/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Survey yang dilakukan TPS Food, khususnya oleh PR terhadap masyarakat Sepat menunjukkan bahwa memang kualitas SDM masyarakat Sepat, terutama anak-anak sekolah, lebih rendah dibandingkan dengan desa lain. TPS Food menangkap faktor asupan gizi masyarakat sebagai salah satu penyebab kualitas SDM yang rendah. Setelah melalui proses komunikasi dengan Puskesmas dan Bidan desa Sepat secara bertahap, PR TPS Food melakukan observasi terhadap pelaksanaan Posyandu desa Sepat. Ternyata selama ini Posyandu kekurangan sarana prasarana dan pemberian program makanan tambahan (PMT) yang jauh dari angka kecukupan gizi (AKG). PMT dari pemerintah sangat minim padahal setiap Posyandu rata-rata terdiri dari 50– 60 orang. Bidan desa pun menyatakan bahwa tingkat gizi masyarakat Sepat terutama anak-anak sekolah sangat rendah. Data yang diperoleh dari setiap pelaksanaan Posyandu, keikutsertaan masyarakat dalam Posyandu sangat minim serta berat badan balita yang rendah. Sebagaimana penuturan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat hasil wawancara peneliti (25/09/2010) berikut ini: “Dana dari Pemerintah untuk Posyandu cuma sedikit, padahal jumlah Balitanya banyak. Sementara saya jajake dulu tapi yaa tidak mewah karena tidak satu Posyandu tok sing tak openi. Kadang juga Kader yang membelikan PMT, jadi bisa gantian. Tapi terus terang kalau membebani Kader kasian. Kader itu sudah ngayai Posyandu, tidak digaji, dikon jajake meneh. Saya kalau ada uang pasti saya kasih Kader untuk PMT. Paling-paling dapatnya jajanan anak kecil. Yaa yang penting ada PMT nya, Posyandu bisa agak hidup”.7
7
Kutipan wawancara peneliti dengan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat (25/09/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Hasil survey PR TPS Food ini disampaikan pada Manager TPS Food agar dapat ditindak lanjuti. Sudah menjadi komitmen TPS Food untuk ikut bertanggungjawab
meningkatkan
kualitas
SDM
masyarakat
Sepat.
Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (12/08/2010) berikut ini: “Sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi Good Corporate Governance, TPS Food menjalankan etika bisnis dengan turut serta membangun sumber daya manusia disekitar perusahaan, maka kami wujudkan dengan salah satu misi yaitu pengembangan SDM desa Sepat. Pengembangan SDM ini kami lihat dari tingkat pendidikan dan kondisi kesehatannya. Dua hal yang saling berhubungan ini yang menjadi bekal manusia dimasa depan. Kalau manusia tidak sehat sehingga pendidikan yang didapat tidak bagus maka manusia tersebut tidak akan berkembang. Pemikiran ini yang melatarbelakangi Responsibility kami sebagai sebuah tanggung jawab yang wajib kita wujudkan”.8
Responsibility TPS Food dituangkan dalam program CSR (corporate social responsibility) yang mempunyai misi utama untuk meningkatkan SDM masyarakat Sepat, mulai dari perbaikan gizi sejak dini dan peningkatan jenjang pendidikan. TPS Food ingin berupaya untuk mengembangkan masyarakat agar dapat memperbaiki taraf hidupnya baik dibidang kesehatan, pendidikan, maupun kesejahteraan ekonomi. TPS Food berharap untuk ke depannya, masyarakat Sepat sudah memiliki SDM yang berkualitas sehingga dapat membantu dan mengembangkan TPS Food dengan menjadi karyawan tetap. Tahap awal yang diambil TPS Food sebelum melaksanakan program CSR yaitu dengan mengklasifikasi sasaran CSR. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan desa di kecamatan Masaran, kabupaten Sragen, yang letaknya 8
Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
dekat, jauh, dan paling jauh dengan TPS Food yang disebut dengan “Ring”. TPS Food mengklasifikasikannya menjadi tiga Ring, yaitu a. Ring I: desa yang letaknya dekat dengan TPS Food, yaitu desa Sepat meliputi satu kebayanan (Sepat, Gandu, Tekikrejo, Jatirejo, dan Selorejo).
b. Ring II: desa yang letaknya jauh dengan TPS Food, yaitu desa Wonorejo, Nglelangan, Ndawungan, dan Pucuk. c. Ring III: desa yang letaknya paling jauh dengan TPS Food, yaitu desa Tembok Rejo, Krebet, Mojoroto, dan Bendungan. TPS Food lebih mengkhususkan program CSR-nya untuk masyarakat Ring I. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini: “Ring I adalah yang paling utama karena benar-benar daerah yang mengelilingi TPS Food. Kalau kita membangun yang jauh dulu sedangkan yang terdekat masih tidak bagus, percuma saja. Jadi benarbenar Ring I ini adalah wilayah sekitar TPS yang kita perbaiki dulu, baru kemudian melebar ke Ring II-III. Program yang sifatnya spesifik kita konsentrasi dan fokus pada Ring I, Ring II – III benar-benar program yang sifatnya umum”.9
Setelah TPS Food menetapkan sasaran utamanya, selanjutnya strategi yang ditempuh PR TPS Food dengan berkomunikasi secara face to face pada stakeholders yang menghasilkan rumuskan sebagai berikut: a. Pelaksanaan Posyandu tidak maksimal, kader Posyandu tidak berperan aktif, fasilitas yang dimiliki Posyandu tidak memadai, serta balita-balita yang ada di Posyandu tidak mendapat makanan pendamping (PMT) sehingga angka kecukupan gizinya (AKG) tidak terpenuhi. 9
Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food (14/08/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
b. Kondisi masyarakat Ring I yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sehingga banyak masyarakat Ring I yang menjadi pengangguran. Anak-anak sekolah di wilayah Ring I kurang berprestasi. Kedua hal tersebut yang melatarbelakangi perumusan kebijakan CSR TPS Food bertema Pendidikan dan Kesehatan.
Survey dan observasi yang dilakukan PR TPS Food berikut proses komunikasi dengan stakeholders merupakan sebuah bentuk fact finding yang digunakan untuk merencanakan strategi komunikasi dalam program CSR TPS Food. Perencanaan strategi komunikasi ini dapat membantu terwujudnya harapan dari masing-masing pihak, baik dari TPS Food dan masyarakat Sepat dapat terpenuhi, sehingga hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan
dengan
masyarakat
dapat diwujudkan.
Perusahaan dapat
memahami apa sebetulnya yang dibutuhkan masyarakat. Karena merasa terpenuhi kebutuhannya, masyarakat pun senantiasa bersikap positif terhadap perusahaan sehingga dapat membantu tercapainya tujuan perusahaan.
B. Perencanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan Berdasarkan fact finding PR TPS Food terhadap kondisi masyarakat Sepat berikut permasalahannya, maka TPS Food ingin mewujudkan kepeduliannya kepada masyarakat Sepat. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar, TPS Food merencanakan program-program kegiatan berikut strategi komunikasinya yang pada intinya dapat mengeratkan hubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
saling memiliki dan menyatu dalam satu tujuan sehingga tercipta hubungan yang konsisten dan continue. TPS Food memaknai CSR sebagai program kepedulian perusahaan terhadap seluruh pemegang kepentingan dalam melaksanakan etika dan perilaku dalam kegiatan usaha, dengan mengedepankan jalinan hubungan baik dan saling menguntungkan antara perusahaan dengan komunitas masyarakat. TPS Food merencanakan program Corporate Social Responsibility bernama CSR TPS Food SEHATI dengan salah satu tema dasar adalah Kesehatan. Pesan “SEHATI” inilah yang direncanakan untuk disampaikan kepada sasaran program secara terbuka dan konsisten agar antara pelaksana dan sasaran program mempunyai satu pikiran dan satu tujuan dalam program CSR TPS Food SEHATI. Temuan-temuan dari PR TPS Food di lapangan dibahas bersama dengan Divisi HRD TPS Food terutama bagian Personnel Department dan Organization Development Department. Mereka tergabung dalam Tim CSR TPS Food SEHATI yang kemudian mengadakan sebuah rapat besar yang dihadiri juga oleh Direktur HRD TPS Food. Mengingat bahwa kualitas SDM masyarakat Sepat rendah maka perencanaan program tanpa adanya keterlibatan masyarakat di dalamnya. Inilah yang menjadi strategi perencanaan TPS Food bahwa masyarakat lebih banyak dilibatkan dalam pelaksanaan program. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini: “Masyarakat hanya terima mateng. Kita (TPS Food) yang membawa bahan, konsep, segala macem, masyarakat tinggal tau pelaksanaannya”.10 Rapat tersebut
10
Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food (14/08/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
menargetkan visi dan misi CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan serta sebagai penanggung jawab adalah manager HRD TPS Food. Tabel 2. Perencanaan program CSR TPS Food SEHATI kegiatan Posyandu11
Nama
Rumusan Kebijakan
Sasaran
Jangka
Kegiatan ”Bapak Asuh Posyandu”
Waktu 1. Memberikan bantuan sarana Ring
dari sekali
seperti timbangan bayi, serta empat
setiap
Food bersedia
penyediaan
Posyandu
dan sanggup
penunjang
untuk
gelas,
menyediakan
sendok.
apa
TPS
prasarana
yang Satu bulan
Posyandu terdiri
artinya
dan
I
fasilitas Posyandu, PMT
seperti yaitu:
mangkuk,
dan
dan
memikili tanggal yang
saja 2. Memberikan PMT (Program
berbeda,
fasilitas yang
Makanan Tambahan) bagi
yaitu:
dibutuhkan
ibu hamil, ibu menyusui, 1. Sepat
tanggal 6
untuk
dan Balita (anak usia 0-5 2. Seketeng
tanggal 5
Posyandu.
tahun), untuk Balita, ibu 3. Tekik Rejo
tanggal 7
hamil dan menyusui.
tanggal 10
4. Gandu
3. Memberikan dana motivasi bagi Kader setiap bulan. 4. Mengadakan
pemeriksaan
dan penyuluhan kesehatan terhadap
ibu
hamil dan
menyusui oleh Bidan.
11
Sumber: wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010) yang menjadi staff Pendukung CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Melalui pelaksanaan Posyandu yang maksimal, diharapkan peningkatan gizi sejak dini dapat dikontrol dengan baik serta kesehatan balita, ibu hamil, dan menyusui dapat lebih terjamin. Perencanaan ini disusun matang dalam program CSR TPS Food SEHATI yang sistematis, memiliki prosedur yang jelas dan tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misi, yaitu meningkatkan kualitas SDM di wilayah sekitar. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (12/08/2010) berikut ini: “Kami (TPS Food) mengharapkan karyawan maksimal dari masyarakat sekitar. Kalau kualitas SDM masyarakat sekitar rendah, sama saja TPS Food mendapatkan input yang jelek. Kualitas SDM dapat dilihat melalui tingkat pendidikan dan kesehatan. Inilah alasan kami, CSR TPS Food lebih ke arah kesehatan dan pendidikan, walaupun masih ada arah lain dalam program CSR, yaitu pengembangan SDA dan infrastruktur. Dengan masyarakat yang semakin sehat dan semakin pintar, ditunjang dengan SDA yang potensuial, maka suatu saat bisa membantu TPS Food menjadi karyawan semakin bagus. Impact-nya nanti dapat sangat-sangat TPS Food rasakan untuk investasi jangka panjang. Masyarakat pun juga nantinya sangat terbantu sekali dengan adanya CSR ini. Maka CSR ini bersifat continue atau berkelanjutan”.12
Program CSR TPS Food SEHATI yang juga direncanakan guna menunjang kesehatan masyarakat adalah kegiatan pengobatan gratis dan khitanan massal. Masyarakat Sepat takut untuk berobat dan tidak memiliki keberanian untuk mengkhitankan anak mereka karena tidak ada biaya, maka TPS Food meminimalisir keadaan tersebut dengan memberikan pengobatan gratis dan khitanan massal untuk jangka waktu tertentu. Karena tingkat perekonomian
12
Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
masyarakat sekitar rendah sedangkan kebutuhan kesehatan tinggi, maka TPS Food memberikan pengobatan gratis dan khitanan massal secara continue. Tabel 3. Perencanaan program CSR TPS Food SEHATI kegiatan Pengobatan Gratis dan Khitanan Massal 13
Pengobatan Gratis
Khitanan Massal
Latar
Sebelumnya TPS Food sudah Saat TPS Food melakukan
Belakang
pernah
Kegiatan
pengobatan gratis, terutama pendidikan, PR TPS Food
mengadakan proses
CSR
saat bencana alam banjir di mendapatkan
bidang
temuan
dari
Solo tahun 2007 dan gempa di guru-guru dan orang tua siswa Yogyakarta. melihat
TPS
bahwa
Food yang
mengeluh
anak-anak
ternyata mereka belum dikhitan karena
masyarakat
memang tidak mempunyai biaya untuk
membutuhkan
kegiatan itu.
semacam
ini.
Masyarakat
Sepat takut untuk berobat karena tidak ada biaya, maka TPS
Food
keadaan
meminimalisir
tersebut.
tingkat
Karena
perekonomian
masyarakat
sekitar
sedangkan
rendah
kebutuhan
kesehatan tinggi, maka TPS Food
mempunyai
untuk pengobatan
wacana
memberikan gratis
secara
berkelanjutan. Rumusan 13
Memberikan
pengobatan Bagi
anak-anak
peserta
Sumber: wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010) yang menjadi staff Pendukung CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
kebijakan
gratis untuk jangka waktu khitanan tertentu.
TPS
Food pelayanan
massal
diberikan
kesehatan
di
bekerjasama dengan dokter- Puskesmas sampai dipastikan dokter dari wilayah sekitar, benar-benar sembuh. yaitu
Kebak
Kramat,
Karanganyar, termasuk dokter dari wilayah Solo. Bagi masyarakat yang masih membutuhkan perawatan, Tim CSR
TPS
Food
SEHATI
mengadakan pemantauan ke Puskesmas sampai dinyatakan sehat kembali. Sasaran
Ring I – III
Ring I – II
Jangka waktu
Setahun sekali, pada event Setahun sekali, pada saat libur sosial.
sekolah.
Seluruh program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan direncanakan akan disosialisasikan melalui acara “Launching” dengan mengundang seluruh stakeholders TPS Food. Dalam acara tersebut PR TPS Food berperan besar sebagai komunikator guna menyampaikan seluruh kegiatan dan pesan dari program CSR TPS Food SEHATI kepada komunikan yaitu stakeholders masyarakat Sepat. Selanjutnya PR TPS Food berperan juga sebagai perantara antara TPS Food dengan stakeholders TPS Food dalam tahap pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI. Sebagai kelanjutan dari peningkatan SDM, TPS Food juga memiliki wacana untuk mengembangkan SDA (sumber daya alam). Saat ini TPS Food akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
mengembangkan perkebunan cassava (ketela pohon) di wilayah sekitar. Menyadari bahwa harga tepung terigu terus melonjak tinggi maka TPS Food menggunakan tepung casava sebagai bahan baku produk mie keringnya, menggantikan tepung terigu. Hasil yang diharapkan dari wacana tersebut adalah TPS Food dapat memperoleh bahan baku utama dengan mengoptimalkan SDA di wilayah sekitar. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (12/08/2010) berikut ini: “Untuk mengurangi biaya produksi dengan menggunakan terigu, kita (TPS Food) sudah menggunakan tepung cassava. Kita juga mempunyai TPS Agro Casava yang kebanyakan terdapat di Trenggalek. TPS Food ada planning untuk menuju memberikan perkebunan cassava di wilayah sekitar sini. Karena memang di daerah TPS Food agak ke atas adalah bukan area persawahan namun sudah perkebunan cassava. Namun, ini masih dalam tahap planning, untuk mewujudkan salah satu misi CSR TPS Food SEHATI ini ternyata masih membutuhkan riset mendalam”.14
Berbagai kebijakan telah selesai dirumuskan beserta perencanaan strategi komunikasi yang disusun matang, TPS Food berharap pelaksanaan CSR TPS Food SEHATI dapat mencapai tujuan dan tepat sasaran.
C. Pelaksanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan Tahap awal program CSR TPS Food SEHATI dilaksanakan sesuai rencana dengan mensosialisasikannya kepada seluruh stakeholders TPS Food tepat pada tanggal 8 Agustus 2008 melalui acara “Launching”. TPS Food mengundang seluruh lapisan stakeholders-nya, mulai dari tokoh masyarakat sekitar, ketua RT,
14
Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Bidan, Dokter, sampai pada Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen. Dalam acara tersebut TPS Food menjelaskan secara detail programprogram CSR TPS Food SEHATI beserta maksud dan tujuannya yang disampaikan langsung oleh PR TPS Food. Setelah launching, program-program CSR TPS Food SEHATI mulai dilaksanakan tahap demi tahap oleh masingmasing penanggungjawab kegiatan dan dibantu oleh pamong desa. PR TPS Food sendiri berperan sebagai perantara pelaksana, antara Tim CSR TPS Food SEHATI dengan pamong desa. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini: “Saya lebih pada bagaimana mensosialisaikan semua yang berkaitan dengan CSR. Jadi program CSR di perusahaan ini ada yang jemput bola secara door to door kalau memang yang sifatnya segera, ada yang tidak itu melalui pertemuan tiga bulanan dengan para ketua RT. Cara mensosialisakan yang door to door, langsung ke rumah-rumah ketua RT, tokoh masyarakat atau Pak Lurah dan juga sekolah-sekolah. Kadang dari bawah ke RT dulu, kadang dari atas ke Pak Lurah dulu. Termasuk juga nantinya dalam pengevaluasaian, kalau ada keluhan atau kekurangan dalam pelaksanaan CSR dari masyarakat ke perusahaan atau dari perusahaan ke masyarakat bisa dibicarakan sehingga ada keputusan bersama. Yaaa supaya tetap ada komunikasi yang baiklah dan tidak ada miss comunication”.15
Jika digambarkan proses pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI, adalah sebagai berikut: Tim CSR TPS Food SEHATI sebagai pembawa konsep CSR
Pamong Desa/ masyarakat PR TPS Food perantara konsep CSR agar dapat terlaksanakan 100%
penerima dan melaksanakan CSR
Gambar 9. Para Pelaksana Program CSR TPS Food SEHATI 15
Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food (14/08/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
1. Pelaksanaan Program Kegiatan Bapak Asuh Posyandu Langkah awal TPS Food menjadi Bapak Asuh Posyandu adalah memfasilitasi sarana dan prasarana Posyandu Sepat, mulai dari timbangan bayi, timbangan balita, timbangan badan biasa, tikar, sampai peralatan untuk program makanan tambahan (PMT) seperti panci, mangkok, sendok, dan gelas. Semua fasilitas tersebut dikelola oleh ketua RT Sepat, tempat Posyandu berlangsung. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat bertanggungjawab pada pelaksanaan Posyandu agar lebih sistematis. Langkah selanjutnya adalah mensuplay PMT tiap bulannya sesuai dengan data jumlah balita, ibu hamil, dan menyusui yang diajukan oleh Bidan desa kepada TPS Food. Dana pemberian PMT tiap bulannya diserahkan dari PR TPS Food langsung pada Bidan desa. Bidan bekerjasama dengan Kader membicarakan PMT yang akan dibuat, seperti sup, bubur, atau susu, bergantian tiap bulannya. Hal ini sebagai langkah awal TPS Food agar masyarakat aktif dalam program CSR TPS Food SEHATI dengan adanya Kader Posyandu yang diambil dari peserta Posyandu sendiri. Kader disini berperan membantu bidan mengelola Posyandu terutama untuk pembuatan PMT. Setiap Posyandu terdiri dari lima orang Kader yang bersedia meluangkan waktu, pikiran, tenaga untuk mengelola Posyandu. Sebagaimana penuturan Darsini selaku Kader Posyandu Gandu hasil wawancara dengan peneliti (16/09/2010) berikut ini: “Awalnya Kader Posyandu Gandu ini sangat minim sekali hanya 1 – 2 orang saja yang seharusnya 5 orang. Lalu Ibu Bidan dengan perangkat desa pandang-pandang, siapa kira-kira yang mau dan mampu ditunjuk menjadi Kader untuk melaksanakan program CSR ini. Kader sebenarnya adalah orang yang berjiwa sosial, membantu mengurus Posyandu tapi tidak dibayar. Dengan adanya program CSR ini saya dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Kader lain sama-sama diberi motivasi, juga ada dana insentifnya, Alhamdulillah sekarang di Posyandu Gandu, Kadernya banyak yang baru”.16
Dana insentif untuk Kader tiap bulannya juga diserahkan langsung dari PR TPS Food kepada Bidan desa. Agar lebih bermanfaat, Bidan tidak menyampaikan dana tersebut kepada Kader setiap bulan tetapi diberikan satu tahun sekali. Setelah kegiatan Posyandu ini berjalan, koordinasi antara pihak TPS Food khususnya PR dengan Bidan desa terus dibina tiap bulannya. Terutama untuk memantau pelaksanaan Posyandu, karena terkadang pihak TPS Food tidak selalu bisa hadir karena kesibukan kerja. Jika Bidan menemukan sesuatu hal yang dirasa perlu dibicarakan secara face to face, PR TPS Food selalu datang langsung ke rumah Bidan desa. Demikian juga sebaliknya, jika pihak TPS Food membutuhkan data-data dari Posyandu, PR TPS Food selalu menghubungi Bidan desa. Sebagaimana penuturan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (25/09/2010) berikut ini: “Saya selalu menyampaikan keluh kesah masyarakat terkait Posyandu ke PR TPS Food. Misalnya saja, Posyandu Gandu itu kan susulan. Setelah Sepat, Tekik Rejo, dan Seketeng. Dulu tidak ada dana, yang datang sedikit. Kemudian saya usulkan untuk ikut dalam program CSR. Setelah ‘acc’ TPS Food lalu saya bentuk Kader. Jadi Posyandu Gandu itu benar-benar bentukan baru. Sekarang malah paling banyak pengunjungnya. Ibu-ibu Posyandu itu juga pengen piknik, saya juga beri tahu ke PR TPS Food supaya bisa bantu peminnjaman bis perusahaan, tapi karena pihak TPS Food masih sibuk, repot, jadi belum bisa memenuhi”.17
16 17
Kutipan wawancara peneliti dengan Darsini selaku Kader Posyandu Gandu (16/09/2010). Kutipan wawancara peneliti dengan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat (25/09/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Jumlah Posyandu di wilayah Ring I yang masuk dalam CSR TPS Food SEHATI sebanyak empat Posyandu yaitu Sepat, Tekik Rejo, Seketeng, dan Gandu. Posyandu-Posyandu tersebut dahulu keadaanya hampir “mati” tetapi sekarang sudah hidup kembali dengan jumlah pengunjung yang bertambah. Kegiatan dalam Posyandu kini pun sudah berkembang. Selain menimbang dan pencatatan berat badan Balita, pemeriksaan pada ibu hamil sekaligus penyuluhan kesehatan oleh Bidan, juga membentuk perkumpulan (arisan) disalah satu Posyandu. Sebagaimana dokumentasi hasil obsevasi peneliti di Posyandu Gandu (16/09/2010) berikut ini:
Gambar 10. Penimbangan Balita Posyandu Gandu
Gambar 11. Pencatatan berat badan Balita dan pemberian PMT di Posyandu Gandu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Gambar 12. Penyuluhan kesehatan oleh Bidan desa Sepat
Gambar 13. Pemeriksaan kesehatan oleh Bidan desa Sepat
Jika memang diperlukan, secara insidental TPS Food juga menambahi fasilitas suntikan dan pemberian vitamin untuk balita serta ibu hamil. 2. Pelaksanaan Program Kegiatan Khitanan Massal Selain kegiatan Posyandu, TPS Food juga melaksanakan acara khitanan massal sebagai rangkaian dari CSR TPS Food bidang Kesehatan. Kegiatan tersebut merupakan usulan dari para orang tua di desa Sepat yang mengeluh anak-anak di desa Sepat banyak yang belum dikhitan karena tidak ada biaya. PR TPS Food menginformasikan acara khitanan massal secara door-to-door pada rumah para ketua RT. Karena sifatnya segera PR TPS Food juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
membuat poster pengumuman yang ditempatkan pada sekolah-sekolah dan balai desa Sepat. Acara tersebut hasil kerjasama antara TPS Food dengan dokter-dokter Puskesmas di wilayah sekitar. Jika ada anak yang belum sempat mendaftar dapat segara disusulkan. Acara tersebut dilaksanakan saat libur sekolah, disertai juga dengan pembagian peralatan sekolah kepada tiap anak, seperti buku tulis, alat tulis dan tas sekolah. Bagi anak-anak yang dikhitan diberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas sampai dipastikan benar-benar sembuh. Program khitanan massal ini ditargetkan menjadi program yang continue setiap tahun. 3. Pelaksanaan Program Kegiatan Pengobatan Gratis Kegiatan selanjutnya yang dilaksanakan Tim CSR TPS Food SEHATI adalah pengobatan gratis yang menjadi kegiatan tahunan. Sebelum launching CSR TPS Food SEHATI, TPS Food telah mengadakan kegitan ini dan ternyata mendapat apresiasi positif tersendiri dari masyarakat sekitar. Quota yang ditargetkan sudah terpenuhi bahkan melebihi. TPS Food melihat masyarakat Ring I – III tidak memiliki keberanian untuk memeriksakan diri ke Puskesmas karena kurang biaya, terutama masyarakat Lansia (lanjut usia). Sebagaimana penuturan Suyatno selaku Ketua RT 45 desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (25/09/2010) berikut ini: “Setelah saya mendapat informasi dari PR TPS Food bahwa TPS Food akan mengadakan kegiatan pengobatan gratis, saya langsung mengumumkannya ke warga melalui rapat RT, yaa waktunya, tempatnya di balai desa, terus acaranya. Pas ada rapat RT 45, saya umumkan ke warga. Nanti kan warga sini langsung ngomong ke keluarganya atau ke tetangga. Pada hari pelaksanaannya, mereka seneng sekali, berbondong-bondong pergi ke balai desa terutama simbahsimbah itu. Banyak simbah-simbah yang sebenarnya tidak sakit, tetapi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
ingin diperiksa dokter karena merasa nyaman, pengen disuntik, mendapat vitamin. Warga yang sakit jadi tau sakitnya apa, obatnya apa. Pernah ada warga dari RT lain yang perlu penanganan khusus lalu dari TPS Food memberi rujukan mondok ke Puskesmas. Jadi saya kira pengobatan gratis ini memang perlu untuk dilanjutkan”.18
Program-program peningkatan SDM sudah hampir semua terlaksana. Namun, dampak dan hasilnya belum mulai nampak secara maksimal. Untuk mengetahui keberhasilan setiap program perlu adanya pengevaluasian. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan program dalam mencapai tujuan, serta untuk mengetahui kekurangan dalam pelaksanaan program.
D. Pengevaluasian Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan Program CSR TPS Food SEHATI yang telah dilaksanakan sejak launching, sudah mulai menampakkan hasilnya. Hasil ini diketahui oleh Tim CSR TPS Food SEHATI dengan melalukan review setiap bulannya, terutama untuk kegiatan yang sudah berjalan continue. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini: “Setelah program-program kita berikan, kita tidak melepaskan pandangan begitu saja. Kalau kita memberi tok tanpa tau kelanjutannya, kan juga tidak baik, bukan CSR namanya. Kita review tiap bulan. Untuk Posyandu kita lihat, apakah uang yang diberikan sudah jadi PMT atau belum, PMTnya juga bervariasi. Anak-anak yang dikhitan juga kita pantau sampai sembuh, tentunya kerjasama dengan Puskesmas”.19
Program “Bapak Asuh Posyandu” berhasil meningkatkan fungsi Posyandu menjadi lebih aktif. Perkembangan pelaksanaan Posyandu semakin baik dan
18 19
Kutipan wawancara peneliti dengan Suyatno selaku Ketua RT 45 desa Sepat (25/09/2010). Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food (14/08/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
pengunjungnya bertambah, berkat adanya PMT. Sebagaimana penuturan Giyarti selaku Kader Posyandu Gandu hasil wawancara peneliti (16/09/2010) berikut ini: “Saya berterimakasih sekali karena Posyandu mendapat bantuan PMT yang menjadi daya tarik. Misalnya, kita masak sop. Setelah dibagikan ke Balita-balita, sopnya masih turah, saya lihat sendiri, ibu-ibu itu pada bawa mangkok, ada yang pulang ambil rantang, “bu, nyuwun jangan”. Berarti tidak Balita saja yang merasakan, ibu-ibu yang nganter juga seneng. Terutama yang nimbang bertambah, dadi sregep ke Posyandu.”20
Ibu-ibu peserta Posyandu juga merasakan dampak positif dalam pelaksanaan Posyandu. Sebagaimana penuturan Sulastri selaku pengunjung Posyandu Gandu hasil wawancara peneliti (16/09/2010) berikut ini: “Sekarang Posyandu lebih rame, dibanding dhisik. Kalau saya yang penting bisa kumpul bareng sama ibuibu, terus arisan bayi itu. Terus makan bareng, bayi-bayinya dapat gizi (PMT), kan jadi seneng”. 21 Sedangkan untuk kegiatan pengobatan gratis, Tim CSR TPS Food SEHATI memantau ke Puskesmas, terutama bagi masyarakat yang masih membutuhkan perawatan. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (12/08/2010) berikut ini: “Masyarakat yang masih memerlukan controling kesehatan, kita pantau dan diberi pengobatan sampai tahap akhir. Sehingga semua clear, dipastikan sembuh dan tidak mengalami kecelakaan medis”. 22 Selanjutnya Tim CSR TPS Food SEHATI melaporkan hasil yang didapat dari
pelaksanaan
program
kepada
Direktur
HRD
untuk
mengadakan
pengevaluasian. Selama proses pembuatan laporan, Tim CSR Food SEHATI 20
Kutipan wawancara peneliti dengan Giyarti selaku Kader Posyandu Gandu (16/09/2010). Kutipan wawancara peneliti dengan Sulastri selaku peserta Posyandu Gandu (16/092010). 22 Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010). 21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
bekerja sama dengan seluruh stakeholders yang terlibat. Setiap bulan Tim CSR TPS Food berkoordinasi dengan Bidan untuk membuat data pemberian PMT serta jumlah pengunjung Posyandu meliputi Balita, ibu hamil dan menyusui, serta jenis stimulan yang perlu diberikan, seperti vitamin dan imunisasi. Untuk kegiatan pengobatan gratis, perlu pendataan dari Puskesmas mengenai jumlah masyarakat yang berpartisipasi beserta kondisi kesehatan masing-masing, sampai pada persediaan obat, seperti obat yang perlu ditambah atau dikurangi. Pembuatan laporan ini sangat berguna untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. Seperti dalam kegiatan Posyandu yang telah memunculkan Kader-Kader baru, terutama di Posyandu Gandu. PMT yang dibuat oleh Kader-Kader baru berupa telur rebus atau buah pisang yaitu berupa makanan yang siap makan. Namun, Kader-Kader lama menghendaki PMT berupa bubur atau sop dimana pembuatannya diperlukan proses pemasakan. Perbedaan pendapat ini jika dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan konflik dalam pelaksanaan Posyandu. Oleh karena itu, laporan pemberian PMT setiap bulan yang dilakukan oleh Kader kepada Bidan guna mengevaluasi pemberian PMT. Sehingga mendapatkan keputusan bersama mengenai variasi pemberian PMT. Pengevaluasian laporan dilakukan oleh Tim CSR Food SEHATI untuk mengatasi hambatan yang muncul serta solusi untuk pelaksanaan berikutnya. Seperti hambatan yang terjadi pada kegiatan Posyandu adalah timbulnya kecemburuan masyarakat Ring II – III mengenai pelaksanaan Posyandu mereka yang ingin seperti Ring I. Sehingga menimbulkan ketidaknyamanan antar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
masyarakat Ring I dengan Ring II – III. Sedangkan TPS Food benar-benar memprioritaskan program ini untuk Ring I. Melalui pertemuan antara Bidan denang Kader-Kader Ring I – III yang diadakan setiap bulan, pihak TPS Food SEHATI hadir memberikan pengertian dan solusi, bahwa TPS Food tetap mengadakan koordinasi dengan Posyandu Ring II – III terkait informasi kesehatan. Jika Posyandu Ring II – III mengalami masalah dan memerlukan bantuan, Bidan yang akan menghubungi TPS Food untuk berkoordinasi. Hasil dari pengevaluasian bukan hanya sekedar menganalisa laporanlaporan yang diterima dari stakeholders. TPS Food lebih memandang ke arah tujuan utama CSR TPS Food SEHATI bahwa masyarakat dapat menjadi mandiri dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan ekonomi. Bukan hanya sekedar merasakan manfaat dari adanya CSR TPS Food SEHATI. Sebagaimana penuturan Mujiono selaku warga Sepat hasil wawancara peneliti (24/09/2010) berikut ini: “Alhamdulillah dari hasil jual tanah ke TPS Food, terus dapat tanah yang bisa digarap, saya bisa beli motor. Teman-teman saya juga senang bisa kerja di TPS Food, merasa nyaman karena kerjanya deket rumah. Masyarakat sini banyak yang sudah punya HP, motor, dulu jarang yang punya. Air juga sudah mengalir”.23
TPS Food berupaya untuk menjadi pelopor perusahaan di Sragen dalam hal kesehatan masyarakat. Sebagaimana penuturan Sahida Ahmad selaku Lurah Sepat hasil wawancara dengan peneliti (24/09/2010) berikut ini: “Saya bandingkan dengan pabrik-pabrik lain, saya tanya-tanya Lurah lain, tidak ada yang yang perhatian terhadap masyarakatnya sebagus TPS Food, terutama untuk mendukung kesehatan masyarakat. CSR TPS Food 23
Kutipan wawancara peneliti dengan Mujiono selaku warga desa Sepat (24/09/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
memang bertujuan untuk saling memiliki diantara masyarakat dengan perusahaan. Jadi keluhan-keluhan apa saja, sekecil apapun ditanggapi oleh TPS Food”.24
Upaya tersebut mendapat perhatian dari Bupati Sragen dengan menganugrahkan penghargaan terkait CSR TPS Food SEHATI.
TPS Food
semakin termotivasi untuk terus mengembangkan program CSR TPS Food SEHATI agar tidak hanya memenuhi janji-janji atas permintaan masyarakat Sepat saja tetapi mampu membuat masyarakat Sepat menjadi semakin mandiri. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD hasil wawancara peneliti (12/08/2010) berikut ini: “Masalah apa yang bisa diberikan masyarakat ke TPS Food, kita mengupayakan supaya yang menjadi keinginan masyarakat, sepanjang TPS Food bisa memenuhi, akan diupayakan. Dan kita berupaya menuntun masyarakat agar selalu bekerjasama untuk mencari solusi setiap terjadi masalah dengan melalui rapat rutin tiga bulanan”.25 Melihat keberhasilan program CSR TPS Food SEHATI, PR TPS Food perlu terus memaksimalkan komunikasi dua arah, dalam hal ini strategi komunikasi yang dilakukan PR, memegang peranan yang penting. Cara ini dapat ditempuh dengan melibatkan masyarakat dalam pengevaluasian program, agar masyarakat lebih mengerti dan memahami program CSR TPS Food SEHATI sehingga masyarakat tidak hanya merasakan manfaat tetapi juga dapat memberikan masukan dan solusi atas permasalahan bersama.
24 25
Kutipan wawancara peneliti dengan Sahida Ahmad selaku Lurah Sepat (24/09/2010). Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti akan melaksanakan analisis data terhadap data-data yang berkaitan dengan CSR TPS Food SEHATI bidang Kesehatan. Namun, karena keterbatasan akses dalam mengikuti kegiatan, peneliti hanya dapat melalukan observasi pada kegiatan Posyandu sehingga lebih mendominasi analisis data pada bab ini. Sedangkan untuk kegiatan Khitanan Massal dan Pengobatan Gratis, peneliti tidak dapat melalukan analisis pada tahap evaluasi kegiatan.
A. Analisis Pemahaman PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. akan Permasalahan Kesehatan Masyarakat Desa Sepat Masyarakat Sepat sebagai salah satu publik eksternal PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. telah berperan penting dalam pengembangan perusahaan. Belajar dari pengalaman selama lebih dari setengah abad, TPS Food selalu menjaga hubungan baik dengan masyarakat Sepat. Untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat Sepat, PR TPS Food hadir melaksanakan tugas tersebut. Pada awalnya PR TPS Food menjalin komunikasi dengan masyarakat Sepat melalui kegiatan sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini, PR TPS Food melaksanakan fungsi komunikasi, yaitu sebagai pelaksana komunikasi perusahaan dengan masyarakat Sepat secara berkesinambungan agar menciptakan sebuah hubungan yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Mengingat bahwa setiap kegiatan operasional TPS Food tidak dapat dipisahkan dari permasalahan, seperti masalah air dan limbah yang sewaktuwaktu dapat muncul, maka fungsi PR TPS Food disini me-manage hubungan baik tersebut agar tidak terjadi ketegangan. PR TPS Food melibatkan fungsi manajemen dalam setiap permasalahan yang muncul dengan masyarakat Sepat sehingga hubungan baik dengan masyarakat Sepat tetap terjaga. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa PR TPS Food mengadakan komunikasi dengan masyarakat sekitar sehingga terjalin suatu hubungan yang baik. Tujuannya agar perusahaan dengan masyarakat
ada
komunikasi
yang
berkesinambungan.
Karena
dengan
berkomunikasi, masyarakat merasa diperhatikan sehingga masalah dapat terselesaikan. …. dan hubungan yang baik ini dapat terus berjalan. Dengan demikian PR TPS Food menurut Morissan merupakan fungsi manajemen membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. External relations yang terjalin antara PR TPS Food dengan masyarakat Sepat diwujudkan dengan membentuk community relations (CR). Sebagaimana devinisi CR menurut DeMartinis adalah sebagai cara berinteraksi dengan berbagai publik yang saling terkait dengan operasi perusahaan maka TPS Food membentuk rapat tiga bulanan yang diikuti oleh stakeholders mulai dari tokoh masyarakat, Ketua RT, sampai Lurah desa. Sedangkan pihak TPS Food diwakili oleh PR. Dalam rapat tersebut terjadi komunikasi timbal balik antar kedua belah pihak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Sebagai pelaksana komunikasi, PR TPS Food berperan sebagai komunikator dengan menyampaikan program apa yang akan dilaksanakan perusahaan dalam waktu dekat sehingga dapat mengetahui tanggapan masyarakat. PR TPS Food melakukan bentuk komunikasi berefek psikomotorik, yaitu menginginkan supaya komunikan (masyarakat) berbuat seperti apa yang disarankan komunikator (PR). Selain itu PR TPS Food dituntut untuk menjadi komunikan, yaitu mampu mendengar keluh kesah masyarakat dan memberikan tanggapan, sejauh mana perusahaan dapat membantu. Melalui model komunikasi dua arah yang seimbang (Two Way Symmetrical Communication), rapat tiga bulanan ini dapat menciptakan kesepahaman dan pengertian antar kedua belah pihak sehingga tercipta keuntungan timbal balik guna mendukung tujuan perusahaan. Dukungan serta partisipasi stakeholders dalam setiap kegiatan perusahaan merupakan salah satu kunci sukses TPS Food dalam mencapai visi misinya. Komunikasi timbal balik antara TPS Food dengan masyarakat Sepat yang terus-menerus berlangsung menimbulkan pemahaman perusahaan terhadap karakteristik publik eksternalnya. Pemahaman TPS Food terhadap karakteristik masyarakat Sepat adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat Sepat dapat diajak duduk bersama dalam menyelesaikan masalah tanpa harus menggunakan kekerasan. Karena melalui komunikasi dua arah, masyarakat Sepat merasa diperhatikan. 2. Permasalahan yang paling vital pada masyarakat Sepat adalah air bersih yang merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda dan polusi pabrik yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
dapat merugikan masyarakat. TPS Food akan selalu berhati-hati pada kedua hal tersebut dan terus memberikan pemahaman kepada masyarakat. 3. Sebagian besar masyarakat Sepat bekerja sebagai petani. Namun, kondisi tanah desa Sepat yang tidak subur menyebabkan masyarakat banyak yang bekerja serabutan. Masyarakat menjadi berpenghasilan kurang sehingga menimbulkan culture dimasyarakat Sepat bahwa “jika ada uang lebih baik digunakan untuk makan sehari-hari”. Akhirnya masyarakat Sepat mengesampingkan kebutuhan akan kesehatan dan pendidikan.
Melalui pemahaman TPS Food terhadap karakteristik masyarakat Sepat, TPS Food dapat memahami pula permasalahan yang terjadi pada masyarakat Sepat. TPS Food memahami bahwa permasalahan masyarakat Sepat lebih mengarah pada kwalitas SDM (sumber daya manusia) yang rendah. Sebagai perusahaan yang beretika dalam berbisnis (Good Corporate Governance), sudah semestinya TPS Food bertanggungjawab mengatasi masalah tersebut. TPS Food wajib melaksanakan peraturan UU PT No. 40 pasal 74 Tahun 2007, mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Maka TPS Food berkomitmen untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat Sepat. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi Good Corporate Governance, TPS Food menjalankan etika bisnis dengan turut serta membangun sumber daya manusia disekitar perusahaan, maka diwujudkan dengan salah satu misinya yaitu pengembangan SDM desa Sepat. Pengembangan SDM ini dilihat dari tingkat pendidikan dan kondisi kesehatannya. Dua hal yang saling berhubungan ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
menjadi bekal manusia dimasa depan. Jika manusia tidak sehat sehingga pendidikan yang didapat tidak bagus maka manusia tersebut tidak akan berkembang. Pemikiran ini yang melatarbelakangi responsibility TPS Food sebagai sebuah tanggung jawab yang wajib diwujudkan. Dengan adanya responsibility dalam diri TPS Food berarti perusahaan mampu menunjukkan bahwa mereka merupakan good corporate responsibility. Sebagaimana telah dikutip pada bab terdahulu bahwa good corporate responsibility dapat diwujudkan melalui program pembangunan masyarakat (community development). Langkah TPS Food untuk membangun masyarakat Sepat dilakukan melalui: 1. Membeli tanah masyarakat Sepat yang tidak subur. Setelah melalui pembicaraan dengan Lurah dan perundingan harga dengan masyarakat, TPS Food membeli tanah tersebut dengan harga berlipat dan menukarnya dengan tanah yang produktif. TPS Food menjelaskan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat bahwa masyarakat dapat bertani dengan mudah. TPS Food pun mendapatkan lahan untuk perluasan pabrik. 2. Mempekerjakan karyawan dari masyarakat sekitar dengan sistem outsourcing yang kemudian berkembang menjadi karyawan tetap. Tanpa disadari, TPS Food
mendapat
banyak
kemudahan
dalam
menjalankan
kegiatan
operasionalnya. TPS Food tidak perlu menyediakan fasilitas antar jemput, serta mempunyai karyawan yang sudah mengenal karakter perusahaan, begitu juga sebaliknya. Kemudahan juga dirasakan oleh masyarakat Sepat terutama meningkatnya taraf hidup karena mereka mendapatkan penghasilan tetap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Sebagaimana penuturan Mujiono selaku warga Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa dari hasil menjual tanah ke TPS Food sehingga warga mendapat tanah yang bisa ditanami dan bisa membeli motor. Begitu juga dengan warga lain juga senang dapat bekerja di TPS Food, merasa nyaman karena tempat kerja yang dekat rumah. Warga juga banyak yang sudah mempunyai ponsel dan motor, dibandingkan dengan dulu.
Dengan upaya TPS Food membangun masyarakat sekitar (community development), maka dapat menciptakan hubungan timbal balik yang bersifat simbiosa mutualisme antara TPS Food dengan masyarakat Sepat. Melihat hubungan yang saling menguntungkan tersebut, TPS Food ingin memaksimalkan karyawan dari masyarakat sekitar. TPS Food juga menginginkan karyawan yang memiliki kualitas SDM yang baik sehingga TPS Food memperhatikan kesejahteraan karyawannya yang mana merupakan masyarakat sekitar perusahaan sendiri. Berdasarkan pemahaman TPS Food terhadap permasalahan masyarakat Sepat maka TPS Food lebih memperhatikan faktor penentu kualitas SDM rendah yang diukur dari tingkat pendidikan serta kondisi kesehatan. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa TPS Food mengharapkan karyawan maksimal dari masyarakat sekitar. Jika kualitas SDM masyarakat sekitar rendah, sama halnya TPS Food mendapatkan input yang tidak bagus. Kualitas SDM dapat dilihat melalui tingkat pendidikan dan kesehatan. …. Dengan masyarakat yang semakin sehat dan semakin pintar, ditunjang dengan SDA yang potensuial, maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
suatu saat dapat membantu TPS Food dengan menjadi karyawan yang semakin bagus. Impact-nya dapat dirasakan TPS Food untuk investasi jangka panjang. …. Terutama untuk kondisi kesehatan masyarakat Sepat, dapat dikatakan baik walaupun sempat mewabah DB (demam berdarah). Sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi masyarakat Sepat yang sehat tapi memiliki kualitas SDM yang rendah. Untuk menelusuri hal tersebut, PR TPS Food melalukan fact finding dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penentuan skala prioritas. Desa Sepat terdiri dari lima kebayanan (Sepat, Gandu, Tekikrejo, Jatirejo, dan Selorejo) yang memiliki 46 RT. Mengingat rapat tiga bulanan bersama
stakeholders yang terdiri dari 16 RT, maka PR TPS Food memprioritaskan fact finding pada area tersebut sebagai sasaran utama atau kelompok primer. Kelompok primer ini merupakan desa yang letaknya paling dekat dengan TPS Food disebut dengan Ring I. Sedangkan kelompok sekunder atau Ring II merupakan desa yang letaknya jauh dengan TPS Food (desa Wonorejo, Nglelangan, Ndawungan, dan Pucuk) dan kelompok tersier atau Ring III merupakan desa yang letaknya paling jauh dengan TPS Food (desa Tembok Rejo, Krebet, Mojoroto, dan Bendungan). Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa Ring I adalah yang paling utama karena benar-benar daerah yang mengelilingi TPS Food. Jika TPS Food membangun yang jauh terlebih dahulu sedangkan yang terdekat masih tidak bagus, akan menjadi hal yang sia-sia. Maka Ring I adalah wilayah sekitar TPS Food yang lebih dahulu diperbaiki, kemudian melebar ke
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Ring II-IV. Program yang sifatnya spesifik dikonsentrasikan dan difokuskan pada Ring I, Ring II – IV merupakan program yang sifatnya umum. 2. Pemahaman tentang need assessment masyarakat. Untuk mengetahui need assessment (taksiran kebutuhan) masyarakat Sepat mengenai faktor kesehatan yang menyebabkan kualitas SDM masyarakat rendah, PR TPS Food melakukan observasi ke Puskesmas dan Posyandu Sepat. PR TPS Food menangkap bahwa masyarakat Sepat kurang mendapat asupan gizi yang baik. Ternyata selama ini Posyandu kekurangan sarana prasarana dan pemberian program makanan tambahan (PMT) yang jauh dari angka kecukupan gizi (AKG). PMT dari pemerintah sangat minim padahal setiap Posyandu rata-rata terdiri dari 50 – 60 orang. Sebagaimana penuturan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa dana dari Pemerintah untuk Posyandu hanya sedikit, padahal jumlah Balita banyak. Untuk sementara Bidan yang membelikan PMT tetapi tidak mewah karena tidak hanya satu Posyandu …. Terkadang juga Kader yang membelikan PMT sehingga dapat bergantian. …. yang terpenting ada PMTnya sehingga Posyandu menjadi sedikit hidup. Data yang diperoleh dari setiap pelaksanaan
Posyandu
menunjukkan
keikutsertaan
masyarakat
dalam
Posyandu sangat minim serta berat badan Balita yang rendah. Hasil pemahaman PR TPS Food terhadap need assessment masyarakat Sepat, khususnya pada pelaksanaan Posyandu sebagai salah satu tempat pemeriksaan kesehatan terutama gizi sejak dini, dibedakan menjadi beberapa kategori yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
a. Need (keperluan) Masyarakat Sepat memerlukan fasilitas Posyandu yang memadai. b. Desire (keinginan) Masyarakat Sepat menginginkan pelaksanaan Posyandu berjalan maksimal. c. Interest (ketertarikan) Masyarakat Sepat memiliki ketertarikkan sendiri akan adanya PMT sehingga angka kecukupan gizinya (AKG) tidak terpenuhi. d. Wants (kebutuhan) Masyarakat membutuhkan Kader Posyandu yang aktif dan berkompeten. 3. Dialog dengan opinion leader dalam masyarakat. Setelah melakukan observasi ke Posyandu Sepat serta membuat need assessment
masyarakat
Sepat
mengenai
Posyandu,
PR
TPS
Food
berkomunikasi dengan opinion leader masyarakat, dalam hal ini adalah petugas Puskesmas dan Bidan desa Sepat. Melalui proses komunikasi bertahap face to face, PR TPS Food bekerja sama dengan Puskesmas dan Bidan desa Sepat untuk meningkatkan gizi masyarakat sejak usia dini melalui kegiatan Posyandu. Sebagai kelanjutan dari pembangunan masyarakat, TPS Food ingin mewujudkan kepeduliannya kepada masyarakat Sepat tersebut melalui program tanggung jawab sosial perusahaan. Program kegiatan yang dimaksud adalah CSR (Corporate Social Responsibility). TPS Food merencanakan program CSR yang pada intinya mendapatkan manfaat bersama antara perusahaan dengan masyarakat serta mengeratkan hubungan yang sudah terjalin baik karena menurut Sharma S.,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Sharma J. and Devi A., CSR dapat berperan memelihara hubungan sosial positif antara perusahaan dan masyarakat.
B. Analisis Perencanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan Sebagai institusi bisnis, TPS Food juga mempunyai kesadaran sebagai bagian dari masyarakat Sepat (corporate citizenship). Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa TPS Food berada di lingkungan atau lahir di tengah-tengah masyarakat sehingga mengibaratkan bahwa TPS Food ini adalah RT yang kesekian dan mempunyai semboyan “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah”. Untuk lingkungan sekitar perusahaan, TPS Food memberikan perhatian lebih agar keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat bisa menyatu dalam satu tujuan guna mendukung keberadaan perusahaan. Community development yang telah dilakukan TPS Food berupa penukaran tanah tidak subur menjadi tanah produktif bagi masyarakat Sepat, serta menjadikan masyarakat Sepat sebagai karyawan perusahaan, merupakan implikasi dari CSR yang diukur berdasarkan kenaikan taraf hidup masyarakat Sepat. Demikian halnya dengan community relations yang telah terjalin baik antara PR TPS Food dengan masyarakat Sepat sehingga dapat menanggulangi keluhan masyarakat akan dampak operasional pabrik. Maka konsep CSR TPS Food didesain menjadi bagian dari strategi bisnis TPS Food (corporate strategy) untuk mendapatkan keuntungan, dalam hal ini mendapat investasi jangka panjang dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
mengurangi resiko. Konsep ini dapat dikatakan Tara J. Radin dalam jurnal berjudul “Families To Feed: The Challenge of Corporate Ctizenship” sebagai paradigma baru dalam manajemen perusahaan untuk melaksanakan CSR. Jika ditelaah melalui konsep triple bottom line oleh John Elkington bahwa perusahaan yang ingin terus menjalankan usahanya harus memperhatikan 3P yaitu profit, people, dan plannet. TPS Food dalam menjalankan bisnisnya tidak hanya mengejar tanggung jawab ekomoni saja yaitu keuntungan semata (profit), tetapi juga terlibat pada pemenuhan tanggung jawab sosialnya terhadap kesejahteraan masyarakat Sepat (people) serta berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) dengan sistem pengolahan limbah. Maka CSR TPS Food bernama CSR TPS Food SEHATI dengan tema utama Pendidikan dan Kesehatan dirancang sebagai program yang berkelanjutan. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa …. kualitas SDM dapat dilihat melalui tingkat pendidikan dan kesehatan. Inilah alasan CSR TPS Food lebih mengarah pada kesehatan dan pendidikan, walaupun masih ada arah lain dalam program CSR, yaitu pengembangan SDA dan infrastruktur. …. Impact-nya dapat dirasakan TPS Food untuk investasi jangka panjang. Masyarakat pun juga nantinya sangat terbantu sekali dengan adanya CSR ini. Maka CSR ini bersifat continue atau berkelanjutan. Guna membahas kegiatan-kegiatan apa saja yang akan diberikan dalam program CSR TPS Food SEHATI beserta startegi komunikasinya, TPS Food membuat perencanaan dengan pendekatan top down, yaitu perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai pemberi gagasan awal serta perusahaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang berawal dari perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh. Fact finding dari PR TPS Food di lapangan dibahas bersama dengan Divisi HRD TPS Food terutama bagian Personnel Department dan Organization Development Department. Mereka tergabung dalam Tim CSR TPS Food SEHATI terdiri dari penanggung jawab program, PR TPS Food, staff pembimbimg dan staff pendukung, yang kemudian mengadakan sebuah rapat besar yang dihadiri juga oleh Direktur HRD TPS Food tapi tanpa keterlibatan masyarakat Sepat di dalamnya. Mengingat masyarakat Sepat memiliki kualitas SDM yang rendah maka peran masyarakat Sepat disini hanya sebagai penerima hasil dari perencanaan program CSR TPS Food SEHATI tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa masyarakat hanya sebagai penerima sedangkan TPS Food yang membawa bahan, konsep, dan masyarakat hanya mengetahui pelaksanaannya. Adapun kelemahan dari pendekatan top down adalah: 1. Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran perusahaan yang lebih dominan bila dibanding peran dari masyarakat itu sendiri. 2. Masyarakat tidak bisa melihat seberapa jauh suatu program telah dilaksanakan. 3. Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
4. Pesan dari program tersebut yang akan dikirimkan kepada masyarakat kemungkinan tidak terwujud. 5. Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu diperhitungkan dalam proses berjalannya suatu proses. 6. Masyarakat menjadi kurang kreatif dengan ide-ide mereka. Sedangkan kelebihan dari dari pendekatan top down adalah: 1. Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan, program tersebut sudah dapat berjalan sendiri karena adanya peran perusahaan yang optimal. 2. Mengoptimalkan kinerja para pekerja perusahaan dalam menyelenggarakan suatu program. Melihat banyaknya kekurangan dalam pendekatan top down, PR TPS Food membutuhkan strategi komunikasi mengenai pemilihan pesan yang akan disampaikan beserta metode penyampaian pesan. Dalam rapat tersebut juga menargetkan visi dan misi CSR TPS Food SEHATI bidang Kesehatan serta melahirkan perencanaan kegiatan sebagaimana telah dikutip pada bab terdahulu, yaitu: Tabel 4. Perencanaan program CSR TPS Food SEHATI kegiatan Posyandu
Nama
Rumusan Kebijakan
Sasaran
Kegiatan ”Bapak Asuh Posyandu”
Jangka Waktu
1. Memberikan bantuan sarana Ring
dari sekali
seperti timbangan bayi, serta empat
setiap
Food bersedia
penyediaan
Posyandu
dan sanggup
penunjang
untuk
gelas,
TPS
prasarana
yang Satu bulan
Posyandu terdiri
artinya
dan
I
fasilitas Posyandu, PMT
mangkuk,
seperti yaitu: dan
commit to user
dan
memikili tanggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
menyediakan apa
sendok.
yang
saja 2. Memberikan PMT (Program
berbeda,
fasilitas yang
Makanan Tambahan) bagi
yaitu:
dibutuhkan
ibu hamil, ibu menyusui,
tanggal 6
untuk
dan Balita (anak usia 0-5 1. Sepat
tanggal 5
Posyandu.
tahun), untuk Balita, ibu 2. Seketeng
tanggal 7
hamil dan menyusui.
tanggal 10
3. Tekik Rejo
3. Memberikan dana motivasi 4. Gandu bagi Kader setiap bulan. 4. Mengadakan
pemeriksaan
dan penyuluhan kesehatan terhadap
ibu
hamil dan
menyusui oleh Bidan.
Selain program yang bersifat continue, program CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan ada yang sifatnya incidental atau dilaksanakan pada jangka waktu tertentu. Walau sifatnya incidental, TPS Food melihat masyarakat sangat antusias dan membutuhkan pelaksanaan secara berkelanjutan. Kegiatan tersebut adalah pengobatan gratis. Sebagaimana penuturan Suyatno selaku Ketua RT 45 desa Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa ….. pada hari pelaksanaan pengobatan gratis, masyarakat senang sekali dan berbondongbondong pergi ke balai desa terutama Lansia. Banyak Lansia yang sebenarnya tidak sakit, tetapi ingin diperiksa dokter karena merasa nyaman, ingin disuntik, dan mendapat vitamin. Warga yang sakit menjadi tau penyakitnya beserta obatnya. Warga dari RT lain yang perlu penanganan medis secara khusus, TPS Food memberikan rujukan ke Puskesmas. Jadi Ketua RT 45 berpendapat bahwa kegiatan pengobatan gratis ini memang perlu untuk dilanjutkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Sebagai rangkaian dari CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan maka kegiatan khitanan massal juga diikutkan sebagai program kegiatan yang berkelanjutan. Perencanaan kedua program tersebut sebagaimana telah dikutip pada bab terdahulu, adalah sebagai berikut: Tabel 5. Perencanaan program CSR TPS Food SEHATI kegiatan Pengobatan Gratis dan Khitanan Massal
Pengobatan Gratis
Khitanan Massal
Latar
Sebelumnya TPS Food sudah Saat TPS Food melakukan
Belakang
pernah
Kegiatan
pengobatan gratis, terutama pendidikan, PR TPS Food
mengadakan proses
CSR
saat bencana alam banjir di mendapatkan
bidang
temuan
dari
Solo tahun 2007 dan gempa di guru-guru dan orang tua siswa Yogyakarta. melihat
TPS
bahwa
Food yang
mengeluh
anak-anak
ternyata mereka belum dikhitan karena
masyarakat
memang tidak mempunyai biaya untuk
membutuhkan
kegiatan itu.
semacam
ini.
Masyarakat
Sepat takut untuk berobat karena tidak ada biaya, maka TPS
Food
keadaan
meminimalisir
tersebut.
tingkat
Karena
perekonomian
masyarakat
sekitar
sedangkan
rendah
kebutuhan
kesehatan tinggi, maka TPS Food
mempunyai
untuk pengobatan
wacana
memberikan gratis
secara
berkelanjutan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Rumusan
Memberikan
pengobatan Bagi
kebijakan
gratis untuk jangka waktu khitanan tertentu.
TPS
anak-anak
Food pelayanan
massal
peserta diberikan
kesehatan
di
bekerjasama dengan dokter- Puskesmas sampai dipastikan dokter dari wilayah sekitar, benar-benar sembuh. yaitu
Kebak
Kramat,
Karanganyar, termasuk dokter dari wilayah Solo. Bagi masyarakat yang masih membutuhkan perawatan, Tim CSR
TPS
Food
SEHATI
mengadakan pemantauan ke Puskesmas sampai dinyatakan sehat kembali. Sasaran
Ring I – III
Ring I – II
Jangka waktu
Setahun sekali, pada event Setahun sekali, pada saat libur sosial.
sekolah.
Konsep dasar kegiatan Pengobatan Gratis pada awalnya dilatarbelakangi oleh motivasi TPS Food yang sifatnya filantropi, yaitu kepedulian perusahaan terhadap korban bencana alam. Sedangkan kegiatan Khitanan Massal bersifat charity yaitu pemberian amal kepada masyarakat Sepat. Program CSR tersebut sebenarnya hanya bentuk kegiatan perusahaan untuk berbuat baik (do good) sehingga terlihat baik (good image). Agar menciptakan kebaikan (to make good) dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka program CSR tersebut telah dilakukan secara melembaga dan disesuaikan dengan need assessment sehingga tidak menciptakan ketergantungan pada masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Seluruh direncanakan
program akan
CSR
TPS
disosialisasikan
Food melalui
SEHATI acara
Bidang
Kesehatan
“Launching”
dengan
mengundang seluruh stakeholders TPS Food. Dalam acara tersebut PR TPS Food berperan besar sebagai komunikator guna menyampaikan seluruh kegiatan dan pesan dari program CSR TPS Food SEHATI kepada komunikan yaitu stakeholders masyarakat Sepat. Selanjutnya PR TPS Food berperan juga sebagai perantara antara TPS Food dengan stakeholders TPS Food dalam tahap pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI. Wacana TPS Food untuk mengembangkan SDA adalah dengan mengembangkan perkebunan cassava (ketela pohon) di wilayah sekitar. Menyadari bahwa harga tepung terigu terus melonjak tinggi maka TPS Food menggunakan tepung casava sebagai bahan baku produk mie keringnya, menggantikan tepung terigu. Hasil yang diharapkan dari wacana tersebut adalah TPS Food dapat memperoleh bahan baku utama dengan mengoptimalkan SDA di wilayah sekitar. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa untuk mengurangi biaya produksi dengan menggunakan terigu, TPS Food sudah menggunakan tepung cassava. TPS Food juga mempunyai TPS Agro Cassava yang terdapat di Trenggalek. TPS Food mempunyai planning untuk menuju memberikan perkebunan cassava di wilayah Sepat. Karena memang di daerah atas TPS Food adalah bukan area persawahan tetapi sudah perkebunan cassava. Namun, ini masih dalam tahap planning, untuk mewujudkan salah satu misi CSR TPS Food SEHATI ini ternyata masih membutuhkan riset mendalam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Jika nantinya wacana tersebut dapat terlaksana melalui fact finding yang mendalam serta perencanaan yang matang, maka akan menjadi program community
empowerment
bagi
masyarakat
Sepat.
Program
community
empowerment ini akan menjadi berbeda dengan community development yang telah dilakukan TPS Food sebelumnya. Jika perkebunan tersebut nantinya akan dikerjakan oleh masyarakat sekitar yang telah dibekali dengan pengetahuan cara berkebun cassava yang baik maka hasil yang akan didapat adalah pemberdayaan masyarakat sekitar dengan berkebun cassava serta bagi TPS Food memperoleh bahan baku utama dengan mudah. Selain kedua belah pihak diuntungkan, program community empowerment ini juga dapat mengembangkan SDA sekaligus SDM di wilayah Sepat. Jadi program community empowerment bukan lagi diukur melalui peningkatan taraf hidup masyarakat tapi juga dapat menjadikan masyarakat Sepat menjadi lebih mandiri.
C. Analisis Pelaksanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan Pada tahap pelaksanaan, Tim CSR TPS Food SEHATI mengawalinya dengan pengkomunikasian program kepada seluruh lapisan strakeholders sesuai dengan tahap perencanaan. Salah satu strategi komunikasi program CSR yang dilakukan PR TPS Food bahwa pengkomunikasian ini menjadi lebih optimal jika dikaitkan dengan peristiwa yang mudah diingat masyarakat maka Tim CSR TPS Food SEHATI membuat acara Launching CSR TPS Food SEHATI yang bertepatan dengan hari ulang tahun TPS Food yang ke lima puluh tahun. Tepat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
pada tanggal 8 Agustus 2008, TPS Food mensosialisasikan program CSR TPS Food SEHATI kepada stakeholders-nya mulai dari tokoh masyarakat sekitar, ketua RT, Bidan, Dokter, sampai pada Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen. Sebagaimana penuturan Sugianto selaku Ketua RT 37 (19/08/2010) dan Suyatno selaku Ketua RT 45 (25/09/2010) desa Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu bahwa mereka megetahui program CSR TPS Food pertama kali pada saat diundang acara “Launching” bertepatan dengan ulang tahun TPS Food. Dalam acara tersebut, PR TPS Food menjelaskan seluruh program-program CSR kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama. Pada acara Launching ini PR TPS Food berperan seoptimal mungkin dalam menyampaikan seluruh program CSR agar stakeholders menyadari dan mengetahui program CSR TPS Food SEHATI. PR TPS Food berusaha menyampaikan pesan kepada stakeholders berdasarkan
kebenaran
yang
diperolehnya dari fact finding. Pesan “SEHATI” dipilih PR TPS Food agar dalam program CSR ini antara TPS Food dan masyarakat Sepat menjadi satu pikiran sehingga dapat menyamakan tujuan. Melalui metode Two Way Asymmetrical Communication, yaitu komunikasi dua arah yang ditujukan agar publik menerima pesan, maka PR mengharapkan umpan balik (feedback) dari publik untuk segera ditanggapi. Sehingga tercipta saling terbuka dan dapat saling bekerja sama. Setelah launching kegiatan Bapak Asuh Posyandu segera dilaksanakan. Tahapan pelaksanaan TPS Food menjadi Bapak Asuh Posyandu adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
1. Menyerahkan sarana dan prasarana Posyandu Sepat, mulai dari timbangan bayi, timbangan balita, timbangan badan biasa, tikar, sampai peralatan untuk program makanan tambahan (PMT) seperti panci, mangkok, sendok, dan gelas kepada ketua RT Sepat, tempat Posyandu berlangsung. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat bertanggungjawab pada pelaksanaan Posyandu agar lebih sistematis. 2. Men-suplay PMT tiap bulannya sesuai dengan data jumlah Balita, ibu hamil, dan menyusui yang diajukan oleh Bidan desa kepada TPS Food. Alur pemberian PMT sebagai berikut: Tim CSR TPS Food SEHATI (diwakili PR)
Bidan desa Sepat
Kader Posyandu
Posyandu
Gambar 14. Alur pemberian PMT
3. Memberikan dana insentif untuk Kader Posyandu tiap bulannya. Hal ini sebagai langkah awal TPS Food agar masyarakat termotivasi menjadi aktif dalam program CSR TPS Food SEHATI dengan adanya Kader Posyandu yang diambil dari peserta Posyandu sendiri. Agar lebih bermanfaat, Bidan tidak menyampaikan dana tersebut kepada kader satu tahun sekali. Alur dana insentif Kader Posyandu sebagai berikut: Tim CSR TPS Food SEHATI (diwakili PR)
setiap bulan
Bidan desa Sepat
setiap tahun
Kader Posyandu
Gambar 15. Alur pemberian dana insentif Kader Posyandu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Setiap bulan PR TPS Food juga memantau pelaksanaan Posyandu mulai dari menimbang dan pencatatan berat badan Balita, pemeriksaan pada ibu hamil sampai pada penyuluhan kesehatan oleh Bidan. Pemantauan ini dilakukan untuk melihat perkembangan pelaksanaan Posyandu guna menambahi fasilitas suntikan dan pemberian vitamin untuk balita serta ibu hamil bila diperlukan. Jika berhalangan hadir, PR berkoordinasi dengan Bidan desa secara face to face, Sebagaimana penuturan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa Bidan selalu menyampaikan keluh kesah masyarakat terkait Posyandu kepada PR TPS Food. Misalnya saja, Posyandu Gandu merupakan Posyandu susulan, setelah Sepat, Tekik Rejo, dan Seketeng. Dahulu tidak mempunyai dana dan pengunjungnya sedikit. Bidan mengusulkan untuk ikut dalam program CSR. Setelah disetujui TPS Food lalu mulai membentuk Kader. …. Sekarang menjadi paling banyak pengunjungnya. Ibu-ibu Posyandu Gandu juga menginginkan piknik kemudian Bidan memberitau PR TPS Food supaya bisa membantu peminnjaman bus perusahaan, tapi karena pihak TPS Food masih sibuk, sehingga belum bisa memenuhi. Kegiatan-kegiatan lain dalam program CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan,
mulai
dilaksanakan
tahap
demi
tahap
oleh
masing-masing
penanggungjawab kegiatan dan dibantu oleh pamong desa. Dalam kegiatan yang bersifat incidental ini Tim CSR TPs Food SEHATI bekerja sama dengan pamong desa. PR TPS Food berperan sebagai perantara pelaksana, antara Tim CSR TPS Food SEHATI dengan pamong desa. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa PR TPS Food lebih pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
bagaimana mensosialisaikan semua yang berkaitan dengan CSR. Program CSR di perusahaan ini ada yang jemput bola secara door to door jika memang yang sifatnya segera, ada juga yang melalui pertemuan tiga bulanan dengan para ketua RT. Cara mensosialisakan yang door to door yaitu langsung ke rumah-rumah ketua RT, tokoh masyarakat atau Pak Lurah dan juga sekolah-sekolah. Terkadang dari bawah dahulu yaitu ke RT atau terkadang dari atas dahulu yaitu ke Pak Lurah. Dengan demikian PR TPS Food menggunakan Two Step Flow Communications (Komunikasi Dua Tahap) dan khusus untuk kegiatan CSR yang sifatnya segera menggunakan Multi Step Flow Communications (Komunikasi Banyak Tahap). Kegiatan Khitanan Massal merupakan rangkaian dari CSR TPS Food SEHATI yang bersifat segera. PR TPS Food menggunakan Multi Step Flow Communications
(Komunikasi
Banyak
Tahap),
yaitu
PR
TPS
Food
mengkomunikasikan kegiatan tersebut kepada masyarakat terutama para orang tua di sekolah-sekolah juga door to door ke rumah Ketua RT. PR TPS Food juga menggunakan media cetak, yaitu poster sebagai media penyebaran informasi. Jika digambarkan tahap komunikasi PR, sebagai berikut: PR TPS Food
Masyarakat Sepat (orang tua)
Ketua RT
Masyarakat Sepat (orang tua)
Gambar 16. Multi Step Flow Communications
commit to user
Media Cetak (poster)
Masyarakat Sepat (orang tua)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Khitanan Massal ini dilaksanakan saat liburan sekolah bersamaan dengan kegiatan pembagian peralatan sekolah yang bertempat di halaman TPS Food. Bagi anak-anak yang dikhitan diberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas sampai dipastikan benar-benar sembuh. Sedangkan untuk kegiatan Pengobatan Gratis, PR TPS Food langsung mendatangi rumah Lurah desa Sepat dan beberapa ketua RT untuk mengkomunikasikannya. Sebagaimana penuturan Suyatno selaku Ketua RT 45 desa Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa setelah mendapat informasi dari PR TPS Food yaitu TPS Food akan mengadakan kegiatan pengobatan gratis, Ketua RT 45 langsung mengumumkannya ke warga melalui rapat RT, mengenai waktu pelaksanaanya, bertempat di balai desa, dan rangkaian acaranya. Kemudian warga langsung memberitau keluarga atau tetangga. PR TPS Food menggunakan Two Step Flow Communications (Komunikasi Dua Tahap), yaitu PR TPS Food mengirimkan pesan tidak langsung pada masyarakat tetapi melalui Lurah desa Sepat dan Ketua RT melalui rapat rutin tiga bulanan. Jika digambarkan tahap komunikasi PR, sebagai berikut: PR TPS Food
Ketua RT
Lurah Sepat
Ketua RT
Masyarakat Sepat
Masyarakat Sepat
Masyarakat Sepat
Gambar 17. Two Step Flow Communications
commit to user
one step
two step
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
Kegiatan pengobatan gratis ini merupakan kelanjutan dari pemberian bantuan bencana alam yang melanda Yogyakarta dan Solo pada tahun 2007. Kegiatan ini mendapat apresiasi positif tersendiri dari masyarakat sekitar yang ditunjukkan dengan jumlah peserta pengobatan gratis sudah melebihi quota yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah semua program CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan terlaksana, Tim CSR TPS Food SEHATI melakukan evaluasi mengenai program CSR-nya yang dapat digunakan sebagai masukan bagi perencanaan dan realisasi program berikutnya. Pembenahan pada program CSR bila diperlukan akan meningkatkan keberhasilan program CSR.
D. Analisis Pengevaluasian Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan Tahap terakhir dari program CSR TPS Food SEHATI adalah pengevaluasian. Salah satu mekanisme program CSR adalah dapat dievaluasi maka tahap pengevaluasian mutlak masuk dalam rangkaian kegiatan CSR. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa setelah program-program diberikan, TPS Food tidak melepaskan pandangan begitu saja. Jika TPS Food hanya memberi tanpa tau kelanjutannya, merupakan hal yang tidak baik, bukan CSR namanya. TPS Food melakukan review setiap bulan. Pada kegiatan Posyandu dilihat, apakah uang yang diberikan sudah menjadi PMT atau belum, PMT-nya juga bervariasi. ….
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
Anak-anak yang dikhitan juga dipantau sampai sembuh, tentunya kerjasama dengan Puskesmas. Tim CSR TPS Food SEHATI melaporkan hasil yang didapat dari pelaksanaan program kepada Direktur HRD untuk mengadakan pengevaluasian. Selama proses pembuatan laporan, Tim CSR Food SEHATI bekerja sama dengan seluruh stakeholders yang terlibat. Seperti pengevaluasian terhadap program Bapak Asuh Posyandu setiap bulan yang melalui tahapan sebagai berikut: Pemantauan PR dan hasil laporan dari Bidan
Pelaporan oleh Tim CSR TPS Food SEHATI
Pengevaluasian oleh Tim CSR TPS Food SEHATI bersama Direktur HRD
Gambar 18. Pengevaluasian kegiatan Posyandu
Sedangkan untuk kegiatan pengobatan gratis dan khitanan massal, pengevaluasiannya memerlukan pendataan dari Puskesmas mengenai jumlah masyarakat yang berpartisipasi beserta kondisi kesehatan masing-masing. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa masyarakat yang masih memerlukan controling kesehatan, dipantau dan diberi pengobatan sampai tahap akhir. Sehingga semua clear, dipastikan sembuh dan tidak mengalami kecelakaan medis. Pengevaluasian program pengobatan gratis dan khitanan massal melalui tahapan sebagai berikut:
Pendataan dari Puskesmas
Pemantauan oleh Tim CSR TPS Food SEHATI
Pelaporan oleh Tim CSR TPS Food SEHATI
Pengevaluasian oleh Tim CSR TPS Food SEHATI bersama Direktur HRD
Gambar 19. Pengevaluasian kegiatan pengobatan gratis dan khitanan massal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
Dalam pengevaluasian ini dapat dilihat tingkat keberhasilan program CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat Sepat, yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat Sepat dalam hal ini peneliti melihat dari peningkatan gizi pada kegiatan Bapak Asuh Posyandu. Sedangkan bagi TPS Food, keberhasilan program CSR TPS Food SEHATI adalah mendapat sikap positif dari masyarakat Sepat yang dilihat dari kualitas komunikasi. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan parameter indikator sebagai berikut: 1. Indikator kesehatan. a. Tingkat pertambahan prasarana kesehatan. Penambahan fasilitas Posyandu dan peralatan penunjang PMT (program makanan tambahan). b. Tingkat kesesuaian program dengan kebutuhan kesehatan masyarakat. Tabel 6. Kesesuaian program dengan kebutuhan kesehatan masyarakat
Need assessment Need Sepat
(keperluan):
Realisasi program
masyarakat Memberikan
memerlukan
bantuan
sarana
dan
fasilitas prasarana Posyandu seperti timbangan
Posyandu yang memadai.
bayi,
serta
penunjang
penyediaan PMT
fasilitas
seperti
gelas,
mangkuk, dan sendok. Desire
(keinginan):
masyarakat Mengadakan
pemeriksaan
dan
Sepat menginginkan pelaksanaan penyuluhan kesehatan terhadap ibu Posyandu berjalan maksimal.
hamil dan menyusui oleh Bidan.
Interest (ketertarikan): masyarakat Memberikan PMT (Program Makanan Sepat
memiliki
ketertarikkan Tambahan)
bagi
ibu
hamil,
ibu
sendiri akan adanya PMT sehingga menyusui, dan Balita (anak usia 0-5 angka kecukupan gizinya (AKG) tahun), untuk Balita, ibu hamil dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
tidak terpenuhi.
menyusui.
Sebagaimana penuturan Giyarti selaku Kader Posyandu Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa Kader berterimakasih sekali karena Posyandu mendapat bantuan PMT yang menjadi daya tarik. …. Tidak hanya Balita saja yang merasakan, para ibu juga senang. Terutama yang menimbang bertambah dan menjadi rajin ke Posyandu. Wants
(kebutuhan):
membutuhkan
Kader
masyarakat Memberikan
dana
motivasi
bagi
Posyandu Kader setiap bulan.
yang aktif dan berkompeten. Sebagaimana penuturan Darsini selaku Kader Posyandu Gandu yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa Kader Posyandu Gandu sangat minim sekali hanya 1 – 2 orang saja yang seharusnya 5 orang. Lalu Bidan dengan perangkat desa menunjuk siapa kira-kira yang mau dan mampu ditunjuk menjadi Kader untuk melaksanakan program CSR ini. Kader sebenarnya adalah orang yang berjiwa sosial, membantu mengurus Posyandu tapi tidak dibayar. Dengan adanya program CSR ini Kader diberikan motivasi, juga ada dana insentifnya. Sehingga sekarang Posyandu Gandu mempunyai banyak Kader baru.
c. Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat. Status Gizi Posyandu Ring I (Sepat, Seketeng, Tekik Rejo, Gandu) per Februari 2010 adalah dari 205 Balita memiliki berat badan normal sejumlah 198 Balita, sisanya 4 Balita kurus dan 3 Balita gemuk. Sehingga Posyandu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
Ring I dinyatakan status gizinya baik sejumlah 185 Balita, sisanya 2 Balita memiliki gizi lebih dan 18 Balita memiliki gizi kurang. 1 2. Indikator keterlibatan masyarakat. a. Kritik, masukan ataupun umpan balik yang diberikan stakeholder (Bidan) tentang pelaksanaan program Bapak Asuh Posyandu. Sebagaimana penuturan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa Bidan selalu menyampaikan keluh kesah masyarakat terkait Posyandu kepada PR TPS Food. Misalnya saja, Posyandu Gandu merupakan Posyandu susulan, setelah Sepat, Tekik Rejo, dan Seketeng. Dahulu tidak mempunyai dana dan pengunjungnya sedikit. Bidan mengusulkan untuk ikut dalam program CSR. Setelah disetujui TPS Food lalu mulai membentuk Kader. …. Sekarang menjadi paling banyak pengunjungnya. Ibu-ibu Posyandu Gandu juga menginginkan piknik kemudian Bidan memberitau PR TPS Food supaya bisa membantu peminnjaman bus perusahaan, tapi karena pihak TPS Food masih sibuk, sehingga belum bisa memenuhi. b. Keterlibatan stakeholder (Bidan) dalam perencanaan program: tidak terlibat. Stakeholders (Bidan) hanya terlibat pada saat proses komunikasi fact finding oleh PR TPS Food. c. Keterlibatan stakeholders (Bidan) dalam realisasi program: terlibat langsung.
1
Sumber: Laporan Bulanan Gizi Desa Sepat, Puskesmas Masaran I, Februari 2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan Bapak Asuh Posyandu per Februari 2010 adalah dari 205 Balita yang ada, sejumlah 175 Balita datang yang mengalami berat badan naik sejumlah 160 Balita.2 Sebagaimana penuturan Sulastri selaku pengunjung Posyandu Gandu yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa sekarang Posyandu menjadi lebih rame, dibanding dahulu. Berkumpul bersama ibu-ibu, Balita mendapat gizi dari PMT, kemudian arisan bayi dan makan bersama. d. Keterlibatan stakeholders (Bidan) dalam evaluasi program: membuat laporan tiap bulan mengenai data pemberian PMT serta jumlah pengunjung Posyandu meliputi Balita, ibu hamil dan menyusui, serta jenis stimulan yang perlu diberikan, seperti vitamin dan imunisasi. 3. Indikator kualitas komunikasi. a. Bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan antara TPS Food dengan masyarakat Sepat adalah rapat rutin tiga bulanan dengan Ketua RT di Ring I (community relations). b. Model komunikasi yang digunakan: two way symmetrical communication.
Dari hasil parameter indikator diatas menunjukan bahwa: 1. Adanya peningkatan kesehatan masyarakat Sepat yang dilihat dari penambahan prasarana Posyandu, program yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat Sepat terutama gizi, serta peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat Sepat dengan balita yang mempunyai gizi baik.
2
commit to user
Sumber: Data Program Kesehatan Ibu dan anak (KGI) Desa Sepat, Puskesmas Masaran I, Februari 2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
2. Adanya antusiasme masyarakat Sepat terhadap kegiatan Bapak Asuh Posyandu dalam program CSR TPS Food SEHATI yang dilihat dari sebagian besar masyarakat Sepat terlibat dalam realisasi program dan ikut mendukung program tersebut. Stakeholder (Bidan) terlibat pada tahap realisasi sampai evaluasi program. 3. Adanya komunikasi yang seimbang antara TPS Food dengan masyarakat Sepat secara intensif yaitu tiga bulan sekali sehingga dapat meminimalisir terjadinya masalah antara ke dua belah pihak.
Hasil dari analisis evaluasi tersebut memperlihatkan dampak positif dan negatif dari pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan baik bagi TPS Food maupun masyarakat Sepat. Dampak positif yang dirasakan masyarakat adalah kebutuhan akan gizi baik terpenuhi sehingga masyarakat Sepat mendukung program Bapak Asuh Posyandu. Adanya dukungan tersebut menunjukan bahwa TPS Food berhasil meraih simpati masyarakat Sepat sehingga dapat bersikap positif terhadap perusahaan. Dengan demikian program CSR TPS Food SEHATI dapat dikatakan berhasil, baik bagi TPS Food maupun masyarakat Sepat. Sedangkan dampak negatifnya bagi masyarakat Sepat sebagai penerima program, masyarakat hanya merasakan manfaat dari adanya program CSR dan belum muncul kemandirian dari masyarakat Sepat. Tim CSR TPS Food SEHATI harus berhati-hati agar tidak tercipta ketergantungan pada mayarakat Sepat terhadap program CSR. Sebaiknya selalu disesuaikan dengan need assessment masyarakat dengan mengoptimalkan fact finding di lapangan serta melibatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
masyarakat Sepat dalam tahap evaluasi agar tetap terjadi komunikasi yang seimbang (two way symmetrical communication) antara TPS Food dan masyarakat Sepat, khususnya dalam program CSR TPS Food SEHATI. Sehingga nantinya masyarakat Sepat dapat lebih memahami bahwa dengan adanya program CSR TPS Food SEHATI merupakan wujud dari tanggung jawab TPS Food atas dampak operasional pabrik (bau limbah dan kebutuhan air). Tahapan dalam program CSR TPS Food SEHATI yang dijalankan oleh PR TPS Food inilah yang dinamakan strategi komunikasi. Berdasarkan pernyataan John Cameron Asplay sebagaimana telah dikutip pada bab terdahulu bahwa PR mempunyai kesempatan besar untuk membantu perusahaan dalam melakukan halhal yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam hal ini, PR TPS Food berperan mulai dari memahami permasalahan masyarakat Sepat, merencanakan
dan
melaksanakan
program
CSR,
sebagaimana
PR
mengkomunikasikannya ke masyarakat sampai pada tahap terahir yaitu pengevaluasian program.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sebagai penghubung antara TPS Food dengan masyarakat Sepat, PR TPS Food berperan penting dalam implementasi program CSR TPS Food. PR TPS Food menggunakan suatu strategi komunikasi yang menekankan pada terwujudnya komunikasi dua arah dalam rangka menumbuhkan pemahaman dan pengertian antara perusahaan dengan publiknya. Strategi komunikasi yang dijalankan yaitu: 1. Pemahaman TPS Food akan permasalahan kesehatan masyarakat desa Sepat. PR TPS Food melakukan fact finding yang diawali dengan menentukan sasaran utama program CSR TPS Food SEHATI (Ring I). Setelah mengetahui sasaran utamanya, PR TPS Food berdialog dengan opinion leaders Ring I yang dilakukan secara face to face guna pengumpulan fakta terkait permasalahan yang terjadi. Fakta yang terkumpul ini digunakan untuk merumuskan perencanaan beserta strategi komunikasi program. 2. Perencanaan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang sesuai dengan permasalahan. Program CSR TPS Food SEHATI direncanakan dengan pendekatan top down. Karena pendekatan top down tidak mengikutsertakan masyarakat didalamnya maka PR TPS Food melakukan planning yaitu merencanakan strategi komunikasi yang sesuai dengan hasil fact finding. Planning ini bertujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
menentukan pesan yang tepat pada program CSR TPS Food untuk disampaikan pada masyarakat agar masyarakat menerima dan memahami maksud perusahaan. 3. Pelaksanaan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang telah direncanakan. PR TPS Food berperan dalam pengkomunikasian program (communicating). Melalui acara Launching, PR TPS Food mensosialisaikan program kepada stakeholders TPS Food dengan model two way asymmetrical communication. Pesan dari program CSR TPS Food SEHATI disampaikan secara terbuka dan konsisten dengan metode penyampaian pesan secara bertahap tergantung pada jenis program kegiatan. 4. Pengevaluasian program CSR TPS Food SEHATI. Evaluating dilakukan PR TPS Food dengan monitoring dan pelaporan. PR selalu mengadakan komunikasi dengan stakeholders yang terlibat guna penyusunan laporan. Hasil pelaporan ini dievaluasi bersama dengan Tim CSR TPS Food SEHATI rutin setelah pelaksanaan program.
Berdasarkan hasil analisis diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi komunikasi CSR TPS Food SEHATI sudah menunjukkan komunikasi dua arah, tetapi belum seimbang. Hal ini disebabkan oleh pihak TPS Food lebih dominan menjadi komunikator sedangkan masyarakat Sepat lebih dominan menjadi komunikan. Komunikasi dua arah dapat dikatakan seimbang jika tidak ada batasan antara komunikator dengan komunikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
B. Saran Setelah penulis melakukan analisa, maka penulis dapat memberikan saran bagi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. maupun penelitian selanjutnya. Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. a. Penulis ingin memberikan saran mengenai pengevaluasian program CSR TPS Food SEHATI. Agar tetap terjadi komunikasi yang seimbang (two way symmetrical communication) antara TPS Food dan masyarakat Sepat maka sebaiknya masyarakat Sepat ikut dilibatkan dalam tahap evaluasi. Masyarakat Sepat tidak hanya menerima program tapi juga ikut memberikan kritik dan saran mengenai program CSR TPS Food SEHATI bukan sekedar keluhan. Sehingga program CSR TPS Food SEHATI tidak membuat masyarakat Sepat menjadi ketergantungan. b. Program CSR TPS Food SEHATI yang sudah berjalan selama dua tahun masih berbentuk pemberian bantuan untuk masyarakat Sepat. Melalui fact finding di lapangan serta perencanaan yang matang, diharapkan satu atau dua tahun kedepan CSR TPS Food SEHATI lebih mengarah pada community
development
yang
berkembang
menjadi
community
empowerment yang mampu meningkatkan taraf hidup serta pemberdayaan masyarakat Sepat, seperti dalam wacana perkebunan casava. c. Program CSR TPS Food SEHATI yang merupakan program tetap TPS Food, diharapkan dapat menjadi sebuah divisi CSR yang dimasukkan dalam struktur organisasi TPS Food. Hal ini bertujuan agar CSR TPS Food
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
SEHATI lebih melembaga dan lebih fokus pada setiap kegiatan. Serta dapat meningkatkan peran PR TPS Food dalam fungsi manajemen strategis pada program CSR TPS Food SEHATI. 2. Bagi penelitian selanjutnya. Perlu diadakan suatu penelitian selanjutnya yaitu studi evaluasi untuk mengevaluasi program Corporate Social Responsibility (CSR). Sejauh mana efektivitas program CSR suatu perusahaan untuk menjadi solusi terhadap permasalahan masyarakat serta pengaruhnya bagi perusahaan. Sebaiknya penelitian studi evaluasi menggunakan model CIPP yaitu dengan mengevaluasi Context, Input, Process, dan Product.
commit to user