PENINGKATAN PARTISIPASI PRIA DAN KESEHATAN REPRODUKSI 1. Latar Belakang Lebih dari tiga dasa warsa Program KB Nasional dilaksanakan di Indonesia, selama kurun waktu tersebut telah banyak memberikan andil yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dalam mewujudkan keluarga dan penduduk yang berkualitas sebagai sumber daya manusia yang handal dalam pembangunan di Indoensia. Keberhasilan Program KB Nasional telah diakui oleh masyarakat luas, termasuk masyarakat Internasional. Keberhasilan ditunjukkan dengan penghargaan Nasional dan Internasional seperti “ United Nation Population Awards” dari Badan Kependudukan Dunia(1987); “Hugh Moore Memorial Award” dari Population Crisis Committee/John Hopkins University Amerika Serikat (1989); serta “International Management Awards” dari Japan Airlines and the ASEAN Institute Of Management, Filipina (1994). Sejalan dengan perkembangan jaman pelaksanaan Program KB Nasional dipengaruhi oleh lingkungan strategi yang berubah, salah satunya adanya perubahan sistem pemerintah di Indonesia yaitu Otonomi Daerah yang tertuang dalam UndangUndang nomor 22 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom. Program KB Nasional dalam Otonomi Daerah harus berkelanjutan apalagi adanya komitmen-komitmen Internasional yang telah disepakati dan diratifikasi oleh Indonesia seperti rencana aksi International Conference on Population and Development ( ICPD ) Cairo 1994 dan Beijing Platform for Action 1995 yang menyangkut issue pentingnya seperti hak-hak reproduksi, kesehatan reproduksi remaja, pemberdayaan perempuan, serta keadilan dan kesetaraan gender termasuk partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi.
2. Kesepakatan ICPD 1994 Melalui kesepakatan ICPD tahun 1994 terjadi perubahan paradigma baru Program KB Nasional dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan
1
fertilitas lebih kearah pendekatan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan hakhak reproduksi dan keseteraan gender. Kesehatan reproduksi yang diratifikasi dari hasil ICPD tahun 1994 merupakan
keadaan kesehatan reproduksi secara fisik,
mental dan sosial secara menyeluruh berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi bukan bebas dari penyakit dan kecatatan. Dengan adanya perubahan konsep baru, penanganan kesehatan reproduksi lebih luas meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi individu baik pria maupun wanita sepanjang siklus hidupnya, termasuk hak-hak reproduksi perempuan, kesetaraan gender, tanggung jawab pria dalam kaitan dengan kesehatan reproduksi keluarga. 3. Tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi. Tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi merupakan keterlibatan dan keikutsertaan ber-KB, kesadaran berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan dan keluarga. Di Propinsi Bengkulu partisipasi pria belum memuaskan terlihat pada hasil SDKI tahun 2002/2003 kesertaan ber-KB melalui Kontap Pria (MOP) sebesar 0,1 %, Kondom 1,7 %, pantang berkala 1,5 %, sanggama terputus 2,4 %, pengetahuan suami/pria tentang alat kontrasepsi, HIV/Aids, PMS lebih rendah dibandingkan perempuan/isteri. Rendahnya partisipasi pria menjadi peserta KB secara langsung disebabkan terbatasnya macam dan jenis alat kontrasepsi pria, pengetahuan dan pemahaman tentang hak-hak kesehatan reproduksi. Kurangnya komunikasi sejak dini banyak mempengaruhi sudut pandang yang keliru tentang seks dan keperkasaan pria, anggapan yang salah tentang peranan kaum pria/suami dan kedudukan pria/suami dalam keluarga membuat pria jarang yang mau berkonsultasi mengenai masalah reproduksi, seks, serta tingkah laku seksualnya. Gengsi merasa perkasa dan gagah membuat pria/suami sering menyalahkan kaum perempuan/ibu bila terjadi ketidak suburan, penurunan kesehatan dan daya seksual perempuan/ibu disebabkan seringnya melahirkan, kelayuan tubuh ibu. Program KB selama ini mengarahkan sasaran pada perempuan, sebagian masyarakat masih menganggap KB dan kesehatan reproduksi serta kesehatan ibu dan anak merupakan urusan perempuan dimana keputusan untuk ber-KB, pergi periksa kehamilan, imunisasi bayi diserahkan pada kaum perempuan/ibu. Beberapa pertimbangan mengapa pria/suami harus imbang berperan dalam KB dan kesehatan reproduksi antara lain pria/suami merupakan pasangan dalam proses 2
reproduksi, bertanggung jawab secara sosial, mral dan ekonomi dalam membangun keluarga,
mempunyai
hak-hak
kesehatan
reproduksi
yang
sama
dengan
perempuan/isteri. 4. Kebijakan dan strategi Perhatian dan dukungan dari Pemerintah Daerah, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta LSOM terhadap Program KB Nasional selama ini sangat baik dengan memberikan komitmen positif serta membantu fasilitas lainnya, namun partisipasi pria masih rendahnya dalam keterlibatan langsung ber-KB dan kesehatan reproduksi di Propinsi Bengkulu. Upaya meningkatkan partisipasi pria yang telah dilakukan mengadakan pertemuan, orientasi dan advokasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan , sikap dan kesadaran kesetaraan gender, mengembangkan tempat pelayanan KB pria yang berkualitas, penyediaan fasilitas pelayanan dan alat kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari pengelola, pelaksana, kader sebagai provider melalui orientasi dan pelatihan. 5. Peranan Petugas Konseling Penyebab utama rendahnya tanggung jawab pria dalam masalah KB dan kesehatan reproduksi disebabkan minimnya petugas, tempat-tempat konseling, sedangkan konseling merupakan kegiatan strategis dalam membantu klien agar dapat dengan mantap membuat keputusan sendiri untuk mengikuti Program KB dan kesehatan reproduksi dengan memakai salah satu jenis kontrasepsi pria yang disukai, sadar dan iklas mengantar isterinya dalam periksa kehamilan, imunisasi anaknya, mengikuti perkembangan pengetahuan, menjaga kesetiaan pasangan sehingga dapat terhindar dari penyakit seksual. Persyaratan petugas konseling sebagai pemberi motivasi, penjelasan, nasihat, pendamping, pemantau dan mitra dalam pemecahan masalah harus mempunyai informasi yang lengkap, benar dan jujur, kesediaan dan minat menjadi petugas konseling, sabar, ramah dan terbuka menghargai pendapat orang lain, dapat membina hubungan dan menemukan kepercayaan klien dan tak kalah pentingnya memiliki keterampilan dalam berkomunikasi/memberikan konseling sehingga dapat membantu klien memahami dirinya, hambatan yang ada pada dirinya dan bila diperlukan membantu dalam proses pembuatan keputusan melalui berbagai pertimbangan yang obyektif.
3
Dengan langkah-langkah diatas diharapkan tingkat tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi tinggi sehingga akan terwujud keluarga berkualitas yaitu keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sumber Bahan dari BKKBN Pusat dan sumber lainnya, Bahan Sosialisasi tahun 2005(AGUS. S)
Agus Supardi
4
KESEHATAN REPRODUKSI MENUJU KELUARGA BERKUALITAS MENURUT ISLAM “ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya dan warispun berkewajibandemikian. Apabila keduanya ingin menyapih ( sebelum dua tahun ) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. Surat Al-Baqarah ayat 233 Dari surat Al-Baqarah ayat 233 tersebut menurut penulis ada beberapa kandungan pengertian yang menyangkut masalah Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana, Jender, Keluarga Berkualitas yang Sakinah. Telah menjadi suatu cita-cita yang mutlak dari suatu keluarga untuk mempunyai keturunan yang sehat jasmani dan rohani. Orang tua mengingkan anaknya sehat jasmani, kuat dan terampil dengan otak yang cerdas dengan hati nurani yang lembut dan bertaqwa, sehingga orang tua selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dikarunia anak yang sehat jasmani, anak soleh, anak yang berbudi pekerti sehingga keluarga tersebut akan menjadi keluarga Sakinah. 1. Kesehatan Reproduksi dan KB Air susu Ibu atau yang biasanya disebut ASI menurut penelitian kedokteran mengandung “zat taurin” bermanfaat bagi proses pembentukan kecerdasan otak anak dan kesehatan karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit, bersih dan mudah diberikan secara cepat serta tidak membeli. Ada sebagian ibu yang mempunyai anggapan bahwa ASI dapat diganti dengan dengan susu botol atau makanan lainnya karena memberikan ASI kepada bayi sangat merepotkan tidak ada waktu sangat capek serta akan mempengaruhi bentuk badannya .
5
ASI bukan saja bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibunya
menyangkut
Kesehatan Reproduksi Ibu yaitu membuat ibu sehat secara fisik, mental dan sosial secara menyeluruh menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi dan bukan bebas dari kecacatan atau penyakit, dengan menyusui akan memulihkan kesehatan ibu mempelancarkan pencernaan dalam perut dan terhindar dari penyakit kanker payudara serta akan mencegah kehamilan selama masih menyusui. Memberikan ASI selama dua tahun merupakan proses pengaturan kelahiran atau Keluarga Berencana, bila kita hitung dari proses menyusui yang selama dua tahun ditambah dengan proses calon bayi dalam kandungan selama 9 bulan 10 hari maka jarak kelahiran antara anak satu ke anak berikutnya dari suatu keluarga selama 3 tahun dan hal ini sesuai dengan Program KB Nasional dimana jarak kelahiran antara 3 sampai 5 tahun dimana bagi anak, ibu dan keluarga siap secara fisik dan mental hal ini sesuai dengan salah satu kandungan dari ayat Al-Baqarah ayat 233 “seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya, Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya dan warispun berkewajiban demikian. Maha Suci Allah, dari satu ayat tersebut
telah terkandung masalah Kesehatan
Reproduksi sebelum adanya pertemuan ICPD di Kairo 1994 yang menyangkut Kesehatan Reproduksi. Hak-Hak reproduksi telah diakui yaitu menyangkut Kesehatan Ibu, anak, Keluarga Berencana, dan juga masalah jender selain dengan menyusui akan mencegah kehamilan. Suami/bapak mempunyai peran untuk mengatur kehamilan dengan cara ber-KB alami menumpahkan air mani laki-laki (suami) diluar mulut rahim atau Coitus Interruptus atau terkenal dengan AZAL. Dari Jabir “ Kami telah melakukan Azal dimana Rasulullah SAW masih hidup, padahal ayat Al-Qur’an masih diturunkan, kalau sekiranya terlarang ( melakukan azal), niscaya ayat-ayat AlQur’an akan melarang kami “ ( diriwayatkan Bukhori dan Muslim ) Fatwa 10 Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 1983 mengenai kependudukan, kesehatan, lingkungan hidup dan KB mengatakan bahwa Keluarga Berencana (KB) adalah suatu ikhtiar untuk mengatur kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum agama, Undang-Undang negara dan Moral Pancasila demi untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga khususnya dan kesejahteraan bangsa pada umumnya.Agama Islam membenarkan pelaksanaan KB untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, pendididkan agar menjadi anak yang sehat, cerdas dan soleh. 6
2. Keluarga Berkualitas. Dalam keluarga masing-masing mempunyai kewajiban dan hak sesuai dengan kedudukan dalam keluarga, dengan mematuhi kewajiban dan hak masing-masing akan membentuk keluarga berkualitas menurut Program KB Nasional keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Cinta kasih dalam keluarga merupakan modal dasar kehidupan keluarga muslim dengan tidak boleh membelokkan tujuan hidup akhirat yang abadi. Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (Kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu.(Al-Qashash. Ayat 77) Didalam ajaran agama Islam dikenal Keluarga Sakinah artinya tentram atau damai pada penghuni keluarga tersebut, dengan menciptakan keluarga yang mawaddah artinya membangkitkan kemauan, menimbulkan kehendak untuk memadu kasih sayang, menyatunya hati dan jiwa. Mawaddah tidak terbatas suami isteri tetapi seluruh keluarga juga menciptakan rasa kasih sayang pada keluarga sehingga akan timbul Rahmah artinya saling menyantuni antara suami dan isteri, yang dijalin kasih sayang. Peranan musyawarah dalam keluarga sangat penting dengan memberikan tanggung jawab, hak berpendapat bersama dalam keluarga pada isteri dalam mengatur anak, rumah tangga, ekonomi dll. Kesulitan akan hilang bila dilakukan diskusi dengan akal sehat serta keterbukaan yang jujur untuk dapat disepakati rumusan pemecahaan yang dititik beratkan pada kemaslahatan bersama. Dalam kandungan ayat Al-Baqarah ayat 233 disebutkan tentang peranan suami dan isteri, Mengerti kewajiban dan hak suami isteri dalam keluarga akan membuat kondisi serasi . Bapak atau suami mempunyai peranan sebagai pengayom dan pelindung dalam memimpin isteri dan keluarganya, baik buruknya keluarga tergantung ditangan bapak sebagai pemimpin keluarga “ Kaum laki-laki adalah pemimpin atas wanita karena Allah telah melebihkan sebahagian dari mereka dan karena mereka telah menafkahkan sebagian harta benda mereka . (An Nisa ayat 34)
7
Bertaqwalah kamu kepada Allah tentang wanita. Sesungguhnya kamu telah menjadikan mereka sebagai isteri dengan amanah Allah dan telah kamu halalkan faraj mereka dengan kalimat Allah. Dan kewajibanmu memberi makan dan pakaian mereka menurut yang patut “ ( HR. Muslim) Hubungan suami isteri harus bermakna dan bernilai luhur, penuh kasih sayang, kesadaran akan kepentingan bersama, mendidik anak-anak. Se-dangkan hubungan orang tua dan anak secara vertikal dalam mewujudkan mawaddah dan rahmah berujung pada ketaatan dan berbuat baik pada orang tua atau birul birrul walidaiin Dan sembahlah Allah dan jangan seku-tukan Dia dengan apapun dan bersikap serta berbuat baiklah terhadap kedua orang tua (An Nisaa 36)
Kewajiban orang tua terhadap anak tidak hanya bersifat materiil tetapi juga spirituil sebagaimana dalam sabda Rasulullah
Hak anak atas orang tuanya adalah mem-berikan nama yang baik, mendidik den-gan baik, mengajarkan menulis, bere-nang, melepaskan anak panah dan tidak memberi rizki kelcuali yang halal dan mengawinkannya bila telah dewasa ( Al Hadits)
8
9