[Policy
PROVINSI BENGKULU
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah Oleh: Drs. Agus Supardi, Yusran Fauzi S.Si, M.Kes, Chandra, S.Sos HO mendefinisikan masa remaja sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan batasan usia 10-24 tahun. Dalam hal kesehatan, remaja adalah penduduk ber usia 15 – 24 tahun. Masa remaja merupakan masa penuh permasalahan. Masa remaja juga merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress),”Stanley Hall” Pendapat lain menyatakan bahwa pada masa remaja terjadi krisis identitas atau pencarian identitas diri yang meliputi “identity
Brief]
Setiap orang dijamin haknya untuk dapat memiliki kemampuan dan kebebasan untuk bereproduksi sesuai dengan yang diinginkan. Sistem, fungsi dan proses reproduksi mencapai kondisi sejahtera secara fisik, mental dan sosial manakala didukung pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap kesehatan reproduksi Akil balig adalah masa dimana organ dan sistem reproduksi manusia telah berfungsi. Masa ini ditandai oleh perubahan fisik dan nonfisik. Perubahan fisik antara lain meliputi tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin dan ketiak, otot membesar, suara membesar, pinggul dan payudara membesar. Perubahan nonfisik biasanya ditandai oleh menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada lakilaki.
diffusion/confusion, moratorium, foreclosure dan identity achieved”
Matangnya organ seksual akan mengakibatkan munculnya
(Santrock, 2003, Papalia dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1998).
dorongan seksual. Masalahnya bagaimana mengendalikan dorongan
Hasil proyeksi penduduk Bengkulu berdasarkan SUPAS 2005
seksual bila pengetahuan tentang kesehatan reproduksi rendah?
menunjukkan bahwa jumlah remaja di Provinsi Bengkulu pada tahun
Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)
2010 adalah 686.998 jiwa atau 40,1% dari 1.713.393 jumlah
tahun 2007 menunjukkan bahwa di Provinsi Bengkulu tingkat
sementara penduduk Provinsi Bengkulu menurut hasil Sensus
pengetahuan cirri-ciri akil balig pada laki-laki lebih rendah pada
Penduduk 2010.
remaja pria dibandingkan pada remaja wanita..Persentase yang tidak tahu tanda akil balig lebih tinggi pada remaja laki-laki daripada pada remaja perempuan.
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah
1
[Policy
PROVINSI BENGKULU
Tabel 1. Tanda Akil Baliq pada Laki-laki.
Tabel 2.
Brief]
Pengetahuan Remaja Wanita dan Pria tentang
Perubahan akil baliq Wanita Pria Fisik
14,5
35,1
Mimpi basah
26,2
16,9
Lainnya
41,1
12,0
Tidak tahu
18,2
36,0
Ciri-ciri
Wanita Pria
Fisik
57,5
46,4
Menstruasi
6,5
1,3
Lainnya
31,4
5,3
Tidak tahu
4,6
47,0
Pengetahuan remaja terhadap ciri-ciri akil balig masih terbatas pada perubahan fisik. Ciri nonfisik, seperti menstruasi dan mimpi
Menstruasi menjadi ciri berfungsinya sistem reproduksi pada
basah, belum banyak diketahui, terutama di kalangan remaja laki-laki.
wanita. Persentase yang mengetahui menstruasi hanya satu persen
Pengetahuan tentang menstruasi pada remaja perempuan, namun
pada remaja laki-laki dan hanya 6,5% pada remaja perempuan.
masih rendah
Remaja laki-laki yang
Pengetahuan terhadap menstruasi semakin meningkat seiring dengan
mengetahui mimpi basah sekitar 17% persen, sedangkan yang
peningkatan umur remaja perempuan terutama karena karena remaja
merasa tidak tahu perubahan tanda akil balig sekitar 36%. Remaja
perempuan sudah pernah mengalami menstruasi.
pada remaja laki-laki.
perempuan yang mengetahui mimpi basah sekitar 26% dan 18%
Menurut hasil SKRRI 2007, di Bengkulu sebesar 29% dari
menyatakan tidak tahu tanda akil balig. Remaja yang mengetahui
remaja pria mendapatkan mimpi basah pertama kali pada umur 15
hanya sebatas ciri-ciri fisik pada akil balig laki-laki sebesar 35% untuk
tahun dan 17,5% pada umur 14 tahun. Pada remaja wanita
remaja laki-laki dan 15% untuk remaja perempuan.
persentase mendapatkan haid pertama kali tertinggi pada umur 13
Pengetahuan remaja wanita tentang perubahan akil balik fisik
(29%(, disusul dengan umur 14 tahun (25%).
laki-laki tertinggi untuk perubahan suara (58%), sedangkan pada remaja pria angka ini sebesar 27%.
Penyediaan informasi mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja di Provinsi Bengkulu memang masih sangat terbatas. Selama
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah
2
[Policy
PROVINSI BENGKULU
Brief]
ini informasi mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja masih
Persentase remaja wanita yang memperoleh informasi tanda-
terbatas berasal dari teman sebaya. Akan tetapi, informasi yang
tanda akil balig dari buku/majalah/surat kabar media cukup tinggi
diterima remaja dari teman sebaya belum tentu benar dan tepat.
(13%). Sementara itu, angka ini hanya tiga persen pada remaja pria.
Keluarga dan guru serta petugas kesehatan seharusnya berperan
Tabel 3. Sumber Pengetahuan remaja tentang
tanda-tanda akil
baliq.
sebagai penyaring informasi reproduksi yang belum maksimal. Menurut hasil SKRRI 2007 di Provinsi Bengkulu sumber
Wanita Kawan Ibu Ayah Saudara Kandung Kerabat Guru Petugas Kesehatan Pemimpin Agama Televisi Radio Buku/majalah/surat kabar
informasi tentang perubahan fisik akil balig utama adalah kawan bagi remaja pria (39%) dan guru bagi remaja wanita (48%). Guru merupakan sumber informasi utama kedua tentang tanda-tanda akil balig bagi remaja pria (27%), sedangkan bagi remaja wanita kawan adalah sumber informasi utama kedua (48%). Remaja wanita lebih terbuka kepada ibu untuk membahas masalah perubahan fisik akil balig. Sebesar 38 persen remaja wanita mendapat informasi tanda-tanda akilbalig dari ibu, sementara angka
47,9 38 3,5 13 4,4 48,8 0,6 0,4 7,2 1,3 12,8
Pria 38,5 0,7 1,2 0,8 7,1 27 2,8 0,7 2,4 0,6 3
ini kurang dari satu persen di kalangan remaja pria. Sementara itu, ayah sebagai orang tua bukan sumber informasi utama dalam
Teman diskusi tanda-tanda akil balig akan menentukan
keluarga untuk membahas masalah perubahan fisik remaja. Remaja
perilaku reproduksi seseorang. Di Bengkulu, 33% dari remaja pria
wanita yang melakukan komunikasi dengan ayah tanda-tanda akil
pernah mendiskusikan mengenai mimpi basah dengan teman, 64%
balig dengan ayah hanya hanya 3,5% dan pada remaja pria angka ini
tidak pernah mendiskusikan masalah mimpi basah dan hanya 0,8
hanya 1,2%.
persen pernah mendiskusikan hal ini dengan ayah. Remaja pria tidak
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah
3
[Policy
PROVINSI BENGKULU
pernah mendiskusikan mimpi basah dengan ibu atau tenaga
responden remaja pria menyatakan
kesehatan, namur 7% mendiskusikannya dengan guru.
hubungan seksual dan 9,0% menyatakan setuju pria melakukan
Pada remaja wanita, 69% mendiskusikan tentang haid dengan ibu,
disusul
dengan
teman
(26%), hanya
0,4
persen
yang
mendiskusikan hal ini dengan guru dan 19% tidak mendiskuikannya
hubungan seksual.
wanita melakukan
Alasan utamanya adalah karena menyukai
hubungan seksual (76%) dan karena merencanakan akan menikah (74%).
dengan seseorang. Rendahnya pengetahuan tentang dan sikap terhadap reproduksi
setuju
Brief]
Pandangan sebagian remaja yang setuju melakukan hubungan seksual
pranikah
menyebabkan
sebagian
remaja
akan berdampak pada perilaku seksual pranikah. Hubungan seks di
Bengkulu telah melakukan hubungan seksual pranikah.
luar pernikahan menunjukkan tidak adanya rasa tanggung jawab dan
Gambar 1.
di
Provinsi
Pandangan Remaja tentang Hubungan Seksual
Pranikah
memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik, psikologis dan sosial. bahaya tindakan aborsi, menyebarnya penyakit menular seksual, rusaknya institusi pernikahan, serta ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan kebebasan hanya akan merusak tatanan keluarga dan melahirkan generasi yang terjauh dari sendi-sendi agama. Hasil SKRRI tahun 2007 menunjukkan bahwa di Provinsi Bengkulu remaja pria lebih setuju hubungan seksual sebelum menikah daripada remaja wanita. 0,7% dari responden remaja wanita setuju bahwa wanita melakukan hubungan seksual sebelum menikah
Pada remaja wanita 0,4 persen telah melakukan hubungan
dan angka ini 1,4% untuk remaja pria 1,4. Selain itu, 4,1% dari
seksual pranikah saat berumur kurang dari 15 tahun. Sementara itu,
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah
4
[Policy
PROVINSI BENGKULU
di wilayah perdesaan 0,5 persen dari remaja wanita sudah pernah
Gambar 2.
Alasan
Remaja
Melakukan
Brief]
Hubungan
Seksual
Pertama Kali.
melakukan hubungan seks pranikah dan 0,6 persen dari remaja wanita yang tidak tamat SMTA sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah. Persentase remaja pria yang telah melakukan hubungan seksual pranikah jauh lebih tinggi (20,4%). Sebesar 1,9% melakukannya pada saat berumur kurang dari 15 tahun dan 3,5% melakukannya pada umur 20 tahun atau lebih. Remaja pria di perkotaan yang telah melakukan
hubungan
seksual
pranikah
cukup
tinggi
(25%),
sedangkan di perdesaan angka ini sebesar tiga persen.
Rekomendasi
Persentase remaja pria yang pernah melakukan hubungan
1. Meningkatkan
sosialisasi
kesehatan
reproduksi
melalui
seksual pranikah tertinggi pada mereka yang tamat SMTA atau lebih
sekolah. Sekolah merupakan institusi yang tepat untuk
(17%), disusul dengan pada mereka yang tidak tamat SMTA (9%),
memberikan pengetahuan kepada remaja tentang kesehatan
tamat SD (2,5%) persen dan tidak sekolah/tidak tamat SD (2,2%).
reproduksi karena guru merupakan sosok yang tepat dalam
Alasan utama melakukan hubungan seksual pranikah yang
menerangkan masalah reproduksi yang sehat.
adalah karena terjadi begitu saja (40,8%), disusul
2. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
dengan penasaran ingin tahu (28%), pengaruh teman (6,2%) serta
remaja pada keluarga yang mempunyai anak remaja melalui
alasan lainnya (25%)
revitalisasi kelompok Bina Keluarga Remaja dan PIK Remaja.
disampaikan
3. Menguatkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat pada tingkat RT, desa/kelurahan dan institusi lainnya tentang arti penting kesehatan reproduksi remaja dan penangananya. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah
5
[Policy
PROVINSI BENGKULU
4. Meningkatkan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja perdesaan melalui kegiatan ekonomi produksi/kesempatan kerja. 5. Penyebaran informasi tentang kesehatan reproduksi remaja selain melalui PIK Remaja, Risma, Karang Taruna juga kelompok remaja rentan (kelompok gang motor, punk dll) dibawah bimbingan institusi terkait
(Pemda, Bidan Desa,
LSM). 6. Memasukkan materi kesehatan reproduksi dalam kurikulum sekolah sejak dini (SD) tanpa mengganggu kurikulum yang sudah ada. 7. Meningkatkan baik kuantitas dan kualitas konselor sebaya dan peer group.
Referensi Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2007. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia, 2007 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Provinsi Bengkulu, 2007.
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah
6
Brief]