perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id i
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI, KEYAKINAN AGAMA DAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN SIKAP TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA (Studi Kasus Pada Mahasiswa D III Kebidanan STIKes ICME Jombang)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh : INDRA TRIWAHYUDIANINGSIH S541102041
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ii
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id iii
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa : 1. Tesis
yang
KESEHATAN
berjudul
“HUBUNGAN
REPRODUKSI,
ANTARA
KEYAKINAN
PENGETAHUAN AGAMA
DAN
KELOMPOK SEBAYA DENGAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJA” adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan (Permendiknas No 17, tahun 2010) 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Kedokteran Keluarga PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,
Oktober 2012
Yang membuat pernyataan,
Indra Triwahyudianingsih commit to user iv
S541102041
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis yang merupakan salah satu prasyarat untuk mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatant. Tesis ini berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, Keyakinan Agama Dan Kelompok Sebaya Dengan Sikap Tentang Seks Bebas Pada Remaja”. Dalam penyusunan ini penulis banyak mengalami kesulitan namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan dapat teratasi, untuk itu penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Raviks Karsidi, Drs., MS. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir., MS. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Hari Wujoso, dr. Sp.F. M.M, selaku Ketua Program Kedokteran keluarga 4. P. Murdani. dr. K, MHPEd, selaku Ketua Minat Program Pendidikan Profesi Kesehatan 5. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, selaku Seketaris Minat Program Pendidikan Profesi Kesehatan. 6. Prof. Bhisma Murti, dr. MPH, MSc, PhD selaku pembimbing I yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan tesis ini. commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id vi
7. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, selaku pembimbing II yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan tesis ini. 8. Teman seperjuangan mahasiswa pasca sarjana program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menjalin kerjasama dalam menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan dan perbaikan usulan penelitian ini sangat penulis harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Terima kasih.
Jombang,
Oktober, 2012
Penulis,
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id vii MOTTO
☺ “Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang!” ☺ “Ku olah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah mahakarya, gelar Magister kuterima, orangtua, calon suami dan calon mertua pun bahagia”
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id viii PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada : 1. Allah S.W.T., yang telah menuntun hidupku dan memberikan anugerah terindah selama ini, terima kasih atas segala Hidayah-Mu untuk selalu bersyukur dan Ikhlas di jalan-Mu. 2. Kedua orang tua dan keluarga besar Ku yang penuh keikhlasan selalu menengadahkan kedua belah tangannya kepada Allah SWT dan selalu mendo’akan anak-anaknya agar sukses dan bahagia dalam mencapai setiap cita-cita dan impiannya. 3. Imam Ku tercinta yang selalu setia mendampingi Ku, terimakasih untuk saat-saat indah yang kita jalani sekarang dan selamanya..... 4. Buat pembimbing Prof. Bhisma Murti, dr. MPH, MSc, PhD dan Dr. Nunuk Suryani,M.Pd terima kasih atas bimbingan dan waktunya, serta seluruh dosen dan staf Universitas Sebelas Maret, terima kasih atas bimbingannya semoga ilmu yang beliau berikan dapat bermanfaat di kemudian hari. 5. Seluruh Civitas Akademi STIKes ICME Jombang, terima kasih atas bantuan dan support yang diberikan. 6. Semua teman-teman seperjuangan terutama kelas Jawa Timur Paralel I semoga ilmu yang kita terima akan selalu membawa manfaat. Amin... 7. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan, terima kasih banyak.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL ...................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS ...................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS .............................................
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI ........................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
MOTTO .........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiv
ABSTRAK ......................................................................................................
xvi
ABSTRACT ...................................................................................................... xvii BAB I
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B.
Rumusan Masalah .................................................................
5
C.
Tujuan Penelitian ..................................................................
6
1. Tujuan Umum ..................................................................
6
2. Tujuan Khusus .................................................................
6
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id x
D.
BAB II
Manfaat Penelitian ...............................................................
6
1. Manfaat Teoritis ..............................................................
6
2. Manfaat Aplikatif ............................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA A.
Kajian Teori 1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi .................................
8
2. Keyakinan Agama .............................................................
26
3. Kelompok Sebaya .............................................................
35
4. Sikap Seks Bebas .............................................................
42
5. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Seks Bebas Pada Remaja.........................................
56
6. Hubungan Keyakinan Agama dengan Sikap Seks Bebas Pada Remaja ......................................................................
57
7. Hubungan Kelompok Sebaya dengan Sikap Seks Bebas Pada Remaja ......................................................................
58
B.
Penelitian yang Relevan .........................................................
59
C.
Kerangka Berfikir...................................................................
63
D.
Hipotesis Penelitian................................................................
63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Jenis Rancangan Penelitian ....................................................
64
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................
64
C.
Subyek Penelitian ...................................................................
64
D.
Variabel Penelitian .................................................................
65
E.
commit to user Definisi Operasional...............................................................
65
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xi
F.
Instrumen Penelitian...............................................................
67
G.
Metode Pengumpulan Data ....................................................
69
H.
Analis Data ...........................................................................
71
I.
Etika Penelitian ......................................................................
72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V
A.
Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas ................................
74
B.
Deskripsi Subjek Penelitian ...................................................
75
C.
Hasil Analisis Data .................................................................
78
D.
Pembahasan ............................................................................
81
E.
Keterbatasan Penelitian ..........................................................
89
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.
Kesimpulan ............................................................................
90
B.
Implikasi ................................................................................
92
C.
Saran ..... ................................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Hasil Validitas dan Reliabilitas ....................................................
75
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...............................
76
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi Kesehatan Reproduksi ...................................................................
76
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi ...................................................................
77
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Ganda Tentang Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Kelompok Sebaya dengan Sikap Seks Bebas ...............................
80
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Linier Ganda Tentang Hubungan Antara Kelompok Sebaya dan Keyakinan Agama dengan Sikap Seks Bebas ..............................................................
commit to user xii
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Alat Reproduksi Wanita Bagian Luar ...................................... .. 16 Gambar 2.2 Alat Reproduksi Wanita Bagian Dalam................................... .. 19 Gambar 2.3 Alat Reproduksi Laki-laki ....................................................... .. 23 Gambar 2.4 Kerangka Konsep ..................................................................... .. 16 Gambar 4.1 Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Seks Bebas ........................................................ .. 78 Gambar 4.2 Hubungan Keyakinan Agama dengan Sikap Seks Bebas ........ .. 79 Gambar 4.3 Hubungan Kelompok Sebaya dengan Sikap Seks Bebas ........ .. 79
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
Lampiran 2
Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3
Persetujuan Sebagai Responden
Lampiran 4
Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Lampiran 5
Kuesioner Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Lampiran 6
Kisi-Kisi Kuesioner Keyakinan Agama
Lampiran 7
Kuesioner Keyakinan Agama
Lampiran 8
Kisi-Kisi Kuesioner Kelompok Sebaya
Lampiran 9
Kuesioner Kelompok Sebaya
Lampiran 10 Kisi-Kisi Kuesioner Sikap Seks Bebas Pada Remaja Lampiran 11 Kuesioner Sikap Seks Bebas Pada Remaja Lampiran 12 Hasil Reliabilitas Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Lampiran 13 Hasil Reliabilitas Keyakinan Agama Lampiran 14 Hasil Reliabilitas Kelompok Sebaya Lampiran 15 Hasil Reliabilitas Sikap Seks Bebas Pada Remaja Lampiran 16 Permohonan Ijin Penelitian Dan Pengambilan Data Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian Lampiran 18 Tabulasi Data Umum Lampiran 19 Tabulasi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Lampiran 20 Tabulasi Keyakinan Agama Lampiran 21 Tabulasi Kelompok Sebaya commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xv
Lampiran 22 Tabulasi Sikap Seks Bebas pada Remaja Lampiran 23 Hasil Analisis Bivariat Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Sikap Seks Bebas Lampiran 24 Hasil Analisis Bivariat Hubungan Antara Keyakinan Agama dengan Sikap Seks Bebas Lampiran 25 Hasil Analisis Bivariat Hubungan Antara Kelompok Sebaya dengan Sikap Seks Bebas Lampiran 26 Hasil Analisis Regresi Linear Ganda Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Kelompok Sebaya dengan Sikap Seks Bebas Lampiran 27 Hasil Analisis Regresi Linear Ganda Hubungan Antara Keyakinan Agama dan Kelompok Sebaya dengan Sikap Seks Bebas
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xvi
ABSTRAK
INDRA TRIWAHYUDIANINGSIH, S541102041. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI, KEYAKINAN AGAMA DAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN SIKAP TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA di Program Studi D-III Kebidanan STIKes ICME Jombang. Prof. Bhisma Murti, dr. MPH, MSc, PhD, Dr.Nunuk Suryani,M.Pd, Tesis : Program Studi Kedokteran Keluarga (Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan) Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar Belakang : Seks bebas banyak terjadi di kalangan remaja. Perilaku seks bebas tersebut bisa terjadi akibat kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, keyakinan agama, pengaruh kelompok sebaya dan sikap terhadap seks bebas. Tujuan : Menganalisis hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi, keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja. Metode : Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa DIII Kebidanan Semester II Stikes Icme Jombang Jawa Timur sejumlah 240 mahasiswa, dengan sampel 46 responden diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data pengetahuan, keyakinan, kelompok sebaya dan sikap diukur dengan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan regresi linier ganda. Hasil : Terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas. (b = 0,92; CI = 95% dari 0,33 hingga 1,51; p = 0,003) dan terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas. (b = 1,06; CI = 95% dari 0,74 hingga 1,38; p = 0,001). Kesimpulan : Pengetahuan kesehatan reproduksi, keyakinan agama dan kelompok sebaya memiliki hubungan yang statistik signifikan dengan sikap seks bebas. Kata kunci : Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, Keyakinan Agama, Kelompok Sebaya, Sikap Seks Bebas
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xvii
ABSTRACT
INDRA TRIWAHYUDIANINGSIH, S541102041. THE RELATIONSHIP OF REPRODUCTIVE HEALTH KNOWLEDGE, RELIGION FAITH, AND PEER GROUP TO FREE-SEX ATTITUDE IN ADOLESCENTS in D-III Midwifery Study Program of Stikes ICME of Jombang. Prof. Bhisma Murti, dr. MPH, MSc, PhD, Dr Nunuk Suryani, M.Pd, Thesis: Family Medical Study Program (Health Professional Education Main Interest) of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University. Background: Free sex occurs widely among adolescents. Free-sexual behavior may occur due to the adolescents’ lack of knowledge about reproductive health, religion faith, peer group influence and attitude to free sex. Objective: To analyze the relationship of reproductive health knowledge, religion faith, and peer group to free-sex attitude in adolescents. Method: This study was an analytical observational research with cross-sectional approach. The population of research was the second semester students of DIII Midwifery of Stikes ICME of Jombang, East Java, consisting of 240 students, with 46 respondents as the sample taken using simple random sampling technique. The collection of knowledge, faith, peer group and attitude data was collected using questionnaire. The data analysis was done using a multiple linear regression. Result: There was a statistically significant relationship of reproductive health knowledge and peer group to free-sexual attitude (b = 0.92; CI 95% = 0.33 to 1.51; p = 0.003) and there was a statistically significant relationship of religion faith and peer group to free-sexual attitude (b = 1.06; CI 95% = 0.74 to 1.38; p = 0.001). Conclusion: Reproductive health knowledge, religion faith and peer group were related statistically significantly to free-sexual attitude. Keywords: Reproductive Health Knowledge, Religion Faith, Peer Group, FreeSexual Attitude.
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seks bebas merupakan fenomena sosial yang menonjol akhir-akhir ini. Maraknya pergaulan bebas memacu remaja untuk melakukan seks bebas. Sejalan perkembangan jaman yang semakin pesat, lingkungan sangat berperan terhadap perkembangan remaja dan menyangkut tata nilai kehidupan manusia yang lebih tinggi. Salah satu faktor yang dapat menghambat upaya peningkatan kualitas remaja adalah masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Survey yang dilakukan di Amerika Serikat, ternyata negara tersebut mempunyai angka kehamilan remaja (usia 15-19 tahun) sebesar 95/1000 hal ini terjadi karena adanya seks bebas di negara tersebut (Rilis, 2011). Penyimpangan terhadap seks bebas tersebut selain dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja tentang pengetahuan kesehatan reproduksi juga sebagai akibat pengaruh media massa dan internet yang menyediakan informasi yang kurang tepat dan salah. Keluarga, agama dan sekolah kurang membekali pengetahuan kesehatan reproduksi yang sebanding sehingga remaja tidak mampu membuat keputusan secara tepat. Akibatnya rasa ingin tahu yang sangat kuat membuat remaja menjadi terjebak ke dalam permasalahan seksualitas. Pendidikan kesehatan reproduksi yang dimaksud adalah memberikan informasi kepada remaja sehingga para remaja tahu commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
bagaimana cara menghindari terjadinya hubungan seksual sebelum waktunya dan membentuk remaja yang mempunyai sikap yang bertanggung jawab (Widowati, 2008). Pengetahuan merupakan salah satu komponen dalam pembentukkan sikap seseorang. Dengan pengetahuan yang tidak memadai akan membuat remaja cenderung mengambil sikap yang salah. Artinya, jika remaja mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang tidak memadai maka akan membuat remaja cenderung bersikap negatif tentang seksualitas (Notoatmojo, 2007). Penyesuaian diri remaja kepada kelompok sebayanya merupakan usaha remaja untuk berada dalam lingkungan sosial yang lebih luas. Pergerakan remaja menuju kelompok sebayanya adalah salah satu tugas perkembangan remaja. Seperti yang dikemukakan Monks et all (2002), bahwa perkembangan sosial remaja dapat dilihat dengan adanya dua macam gerak yaitu memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya. Rozak (2006) juga mengatakan bahwa remaja dalam kehidupan sosialnya lebih tertarik dengan kelompok manusia yang sebaya dengannya, sehingga apa yang dilakukan kelompok sebaya kemungkinan akan ditiru oleh remaja. Kelompok sebaya memberikan pengaruh yang besar sehingga remaja berusaha untuk meniru teman sebayanya. Menurut Santrock (1997), hal ini dapat terjadi karena remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya daripada masa pertengahan atau kanak-kanak akhir. Karena remaja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok sebaya, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh temanteman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 2004). Pengaruh teman sebaya kepada remaja dapat berdampak positif atau negatif (Santrock, 2003). Pengaruh teman sebaya yang positif akan menguntungkan bagi remaja karena remaja dapat belajar mengembangkan dirinya selama bersama teman sebayanya. Pengaruh teman sebaya juga dapat berdampak negatif bagi remaja. Masalah akan timbul jika remaja berada dalam kelompok sebaya yang memiliki aturan, norma atau apabila mereka mengikuti aturan yang ada dalam kelompok sebayanya tersebut maka remaja akan terlibat dalam masalah-masalah perilaku yang menentang norma yang ada di masyarakat agar dapat diterima oleh teman sebayanya. Faktor lain yang juga mempengaruhi sikap remaja terhadap seks bebas adalah agama. Hasilnya menunjukkan bahwa remaja yang telah melakukan hubungan seksual tetap menyatakan 100% percaya adanya Tuhan, 100 % takut akan dosa dan 67,7 % menjalankan ibadah secara teratur. Agama yang masih diyakini sebagai salah satu sumber untuk memperoleh nilai moral atau norma perilaku. Keyakinan agama merupakan bagian yang terpenting dalam diri remaja. Bahkan tidak adanya moral dan agama sering kali dituduh sebagai penyebab meningkatnya kenakalan remaja. Melalui keyakinan agama mereka mendapat penegasan akan kebimbangan mereka dalam menghadapi kesenjangan antara pengetahuan yang mereka terima tentang pendidikan seks commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
dengan kenyataan dilingkungan mereka yang tidak mementingkan norma dalam pergaulan sehari-hari diantaranya pergaulan seks bebas. Keyakinan agama dianggap sebagai hal yang dapat mengendalikan norma, maka agama dapat menjadi salah satu hal yang mencegah seks bebas pada remaja (Nisfadhila, 2004). Sikap seks bebas pada remaja bisa berwujud positif ataupun negatif, sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendukung seksual pranikah sedangkan sikap negatif kecenderungan tindakan adalah menghindari seksual pranikah remaja (Azwar, 2009). Berdasarkan hasil survey PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) tahun 2003 dan survey IRRMA (Indonesian Reproductive Health & Right Monitoring and Advocation) tahun 2004, risiko yang dihadapi remaja menyangkut perkembangan kesehatan reproduksi dan seksualnya, antara lain sebanyak 15,8 % mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Selain itu, sebanyak 30,6 % remaja terkena infeksi HIV/AIDS dan 24,4 % terlibat pelacuran (Jameela, 2008). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2010-2011, didapatkan angka seks bebas antara Remaja Putri (0,28%0,42%) lebih tinggi dibanding remaja putra (0,22%-0,31%) baik yang ditemukan di sekolah maupun di luar sekolah. Gambaran tersebut mengindikasikan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Selayaknya para remaja memperoleh informasi antara lain tentang: pengenalan alat, sistem, fungsi dan proses reproduksi; kehamilan yang tidak di inginkan, penularan penyakit commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS; pengaruh lingkungan sosial dan media terhadap perilaku remaja; pelecehan seksual dan pornografi; kesetaraan dan keadilan gender, dan tanggung jawab remaja terhadap keluarga, yang mana informasi tersebut bisa diperoleh dari pendikan, tokoh agama dan keluarga. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis ingin meneliti “Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, Keyakinan Agama dan Kelompok Sebaya dengan Sikap tentang Seks Bebas pada Remaja”
B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi, keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi, keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap tentang seks bebas pada remaja. b. Mengetahui hubungan antara keyakinan agama dengan sikap tentang seks bebas pada remaja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
c. Mengetahui hubungan antara kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja. d. Mengetahui hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja? e. Mengetahui hubungan antara keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja?
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan bukti-bukti empiris bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi, keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja 2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Remaja Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi remaja agar dapat memahami pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehingga seks bebasdapat dihindari. b. Bagi Institusi Dapat menjadikan rekomendasi bahwa masalah remaja bukan saja masalah masyarakat atau orang tua mereka tetapi pengaruh atau keterlibatan lembaga pendidikan sangat dibutuhkan untuk penyebaran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi remaja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
c. Bagi Orangtua Manfaat bagi orangtua adalah untuk membuka wawasan mengenai pentingnya pendidikan seks bebas bagi anak. d. Penelitian selanjutnya Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah pengetahuan kesehatan reproduksi, keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu sebagai akibat proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan tersebut terjadi pada sebagian besar melalui penglihatan dan pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan tersebut bersumber dari pengalaman, guru, orang tua, buku dan media massa (Notoatmojo, 2007). b. Komponen Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) komponen pengetahuan meliputi: 1) Tahu (know) yang diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk mengukur bahwa seseorang dikatakan tahu terhadap apa yang telah dipejari adalah dengan melihat kemampuan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan lain sebagainya; 2) Memahami (comprehension), diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Untuk mengukur bahwa seseorang dikatakan paham terhadap suatu objek tertentu commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
adalah bila mereka dapat menjelaskan, menyimpulkan atau meramalkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari; 3) Penerapan (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi dan kondisi sebenarnya; 4) Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen–komponen; 5) Sintesis
(synthesis),
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menghubungkan bagian–bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari materi–materi yang sudah ada; 6) Evaluasi (evaluation), diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian/justifikasi terhadap suatu materi atau objek tertentu. c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), meliputi: 1) Sosial Ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
2) Kultur Budaya Budaya
sangat
berpengaruh
terhadap
tingkat
pengetahuan
seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya setempat. 3) Pendidikan Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyeleseikan dengan hal yang baru tersebut. 4) Pengalaman Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahkan pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seesorang maka pengalaman semakin banyak. d. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut Kartono (2009) kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan sehat yang menyeluruh meliputi aspek fisik, mental dan sosial serta tidak ada penyakit, gangguan yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri. Menurut, IBG (2009) kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Menurut Sarwono (2006) kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan perempuan yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium menghasilkan sel kelamin perempuan. Affandi (2000) mengatakan kesehatan reproduksi mencakup 3 hal yaitu: kemampuan (ability), keberhasilan (success) dan keamanan (safety). Kemampuan berarti dapat bereproduksi, keberhasilan berarti dapat menghasilkan anak sehat yang dapat tumbuh dan berkembang, keamanan berarti semua proses reproduksi termasuk hubungan seks, kehamilan, persalinan, kontrasepsi dan abortus seyogyanya bukan merupakan aktifitas yang berbahaya. Kesehatan reproduksi sebenarnya mencakup a) kesehatan semasa remaja, ketika secara biologis kehidupan sosialnya mulai aktif dan ketika kaum wanita mengalami haid; b) kesehatan sewaktu masa usia produktif yang mencakup kesehatan sewaktu hamil dan sewaktu tidak hamil maupun ketidakmampuan untuk hamil; c) kesehatan sewaktu sudah menopause karena gangguan kesehatan dalam masa ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat hidup produktif secara sosial maupun ekonomi (Kartono, 2009). Pengetahuan
remaja
tentang
kesehatan
reproduksi
sangat
mempengaruhi perilaku remaja untuk hidup sehat, khususnya yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Pernyataan ini sesuai dengan konsep Bloom bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
penting dalam membentuk tindakan tertutup seseorang (covert behavior). Covertbehavior yang dimaksudkan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulius dalam bentuk tertutup (covert). Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada persepsi, pengetahuan dan kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, sehingga belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain, misalnya seorang remaja tidak akan memutuskan melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah, karena ia tahu bahwa berhubungan seksual (intercourse) dapat menyebabkan kehamilan yang tidak dikehendaki,
terkena
penyakit
seksual
termasuk
HIV/AIDS.
Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat penting terhadap
perilaku
yang
berkaitan
dengan
hubungan
seksual
(intercourse) pranikah (Prihatin, 2007). e. Tujuan Memahami Kesehatan Reproduksi Tujuan memahami kesehatan reproduksi menurut PKBI (2000) adalah sebagai berikut: 1) Mengenal tubuh dan organ-organ reproduksinya 2) Memahami fungsi dan perkembangan organ reproduksi secara benar 3) Memahami perubahan fisik dan psikisnya 4) Melindungi diri dari berbagai resiko yang mengancam kesehatan dan keselamatanya 5) Mempersiapkan masa depan yang sehat dan cerah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
6) Mengembangkan sikap dan perilaku bertanggung jawab mengenai proses reproduksi f. Faktor-Faktor Yang Dapat Berdampak Buruk Pada Kesehatan Reproduksi Menurut Harahap (2009) adalah: 1) Faktor sosial ekonomi dan demografis Kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, ketidaktahuan tentang kesehatan reproduksi dan lokasi tempat tinggal yang terpencil. 2) Faktor budaya dan lingkungan Misalnya praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja. 3) Faktor psikologis Broken
home
(keretakan
orang
tua),
depresi
karena
ketidakseimbangan hormon dan lain-lain. 4) Faktor biologis Cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit seksual, dan lain-lain. g. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja 1) Organ Reproduksi Organ reproduksi adalah bagian tubuh yang berfungsi untuk melanjutkan keturunan. Organ reproduksi disebut juga organ seks. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Baik laki-laki maupun perempuan memiliki organ seks luar dan dalam (PKBI, 2000). a) Organ Reproduksi Wanita Menurut Manuaba (2009), organ reproduksi wanita terdiri dari: (1) Genetalia Eksterna, terdiri dari: (a) Mons Veneris Disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup tulang kemaluan. (b) Labia Mayora (Bibir Besar) Labia mayora berasal dari mons veneris, bentuknya lonjong menjurus ke bawah dan bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung syaraf sehingga sensitif saat berhubungan seks. (c) LabiaMinora (Bibir Kecil) Labia minora merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Bagian depannya mengelilingi klistoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah. Labia ini anolog dengan kulit skrotum pada pria. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
(d) Klistoris Klistoris merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria, mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif saat hubungan seks. (e) Vestibulum Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labia kanan kiri dan bagian atas oleh klistoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang senggama), saluran kencing,
kelenjar
bartholini, dan kelenjar
sken
(kelenjar-kelenjar ini akan mengelurkan cairan pada saat permainan pendahuluan dalam hubungan seks sehingga memudahkan penetrasi penis). (f) Himen (Selaput Dara) Himen merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada saat hubungan seks pertama himen akan robek dan mengeluarkan
darah.
Setelah
melahirkan
himen
merupakan tonjolan kecil yang disebut karunkule mirtiformis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Gambar 2.1 Alat Kelamin Wanita Bagian Luar (Manuaba. 2009) (2) Genetalia Interna, terdiri dari: (a) Vagina (saluran senggama) Vagina
merupakan
muskolo
membranasea
(otot
selaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia luar, bagian ototnya berasal dari otot levator ani dan otot
sfigter
ani
(otot
dikendalikan
dan
dilatih.
dubur)
sehingga
Selaput
vagina
dapat tidak
mempunyai lipatan sirkuler (berkerut) yang disebut “rugae”. Dinding depan vagina berukuran 9 cm dan dinding belakang berukuran 11 cm. Selaput vagina tidak mempunyai kelenjar sehingga cairan yang selalu membasai berasal dari kelenjar rahim atau lapisan dalam rahim. Sebagian pada rahim yang menonjol pada vagina
disebut
“porsio”
(leher
rahim).
Vagina
mempunyai fungsi penting sebagai jalan lahir bagian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
lunak, sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi. Lendir vagina banyak mengandung glikogen yang dapat dipecah oleh bakteri sehingga keasaman cairan vagina sekitar 4,5 (bersifat asam). (b) Uterus (Rahim) Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dengan berat sekitar 30 gram dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi. (c) Tuba Fallopi Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium) dengan panjang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum terdapat rumbai-rumbai
(fimbrae).
Fimbrae
berfungsi
menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus. (d) Ovarium (Induk Telur) Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 – 4 cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran
reproduksi.
Fungsi
ovarium
yakni
menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan progesteron. Pada saat telur (ovum) dikeluarkan wanita disebut “dalam masa subur”. Padas masa menopause semua telur menghilang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Gambar 2.2 Alat Reprodusi Wanita Bagian Dalam (Manuaba. 2009) b) Organ Reproduksi Laki-Laki Menurut Manuaba (2009), organ reproduksi laki-laki terdiri dari: (1) Genetalia Eksterna, terdiri dari: (a) Zakar (Penis) Penis merupakan jaringan erektil yang berfungsi untuk menyalurkan
dan
menyemprotkan
sperma
saat
ejakulasi. Sebagai alat penting dalam hubungan seks baik untuk kreasi dan prokreasi. Struktur anatominya terdapat bagian yang disebut kapernus yang dapat membesarkan dan memberi ketegangan pada penis. (b) Skrotum Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) commit to usertestis atau buah zakar. Skrotum yang membungkus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
terletak di antara penis dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian ini serupa dengan labia mayora. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat seratserat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Pada skrotum manusia dan beberapa mamalia bisa terdapat rambut pubis. Rambut pubis mulai tumbuh sejak masa pubertas. Berfungsi untuk melindungi testis dari tarutama atau suhu. (2) Genetalia Interna, terdiri dari: (a) Testis Testis disebut juga buah zakar. Testis berada diluar yang dibungkus dengan skrotum yang longgar. Testis merupakan alat penting untuk membentuk hormon pria yaitu testosteron dan membentuk spermatozoa yaitu bibit dari pria dalam jumlah yang besar. Spermatozoa yang telah dibentuk disimpan dalam saluran testis. Spermatozoa tidak tahan panas dan tidak tahan suhu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
terlalu dingin. Kulit skrotum yang longgar digunakan untuk mengatur suhu sehingga panas di sekitar spermatozoa relatif tetap. Testis Berfungsi sebagai: memproduksi sperma, tempat memproduksi testosteron yang memegang peranan penting untuk sifat kelamin sekunder dan kejantanan. (b) Epididimis Epididimis merupakan saluran dengan panjang sekitar 45050cm, tempat bertumbuh dan berkembangnya spermatozoa
sehingga
pembuahan.
Epididimis
siap
untuk berfungsi
melakukan sebagai:
menghubungkan testis dengan saluran vas deferens, memproduksi cairan yang banyak mengandung enzyme dan
gizi
yang
fungsinya
mematangkan
/
menyempurnakan bentuk sperma. (c) Kelenjar Prostat Kelenjar prostat merupakan pembentuk cairan yang akan bersama-sama keluar saat ejakulasi dalam hubungna seksual. Kelenjar ini berada di bagian dalam dan berfungsi sebagai mengeluarkan cairan yang bersifat alkalis yang encer berwarna seperti susu mengandung asam sitrat, kalsium dan beberapa zat lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
(d) Vas Deferens Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Berfungsi untuk menyalurkan sperma dari epididimis ke vesika seminalis, Tempat menyimpan sebagian dari sperma sebelum dikeluarkan. (e) Saluran Ejakulasi Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra. (f) Uretra Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Gambar 2.3 Alat Reprodusi Laki-laki (Manuaba. 2009) 2) Perkembangan Organ Reproduksi Secara fisik organ reproduksi remaja perempuan (pubertas) dimulai dengan awal berfungsinya ovarium (kandung telur) sampai pada saat ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan teratur (memasuki usia reproduksi). Masa ini berkisar 4 tahunan (kira-kira umur 8-14 tahun). Awal usia pubertas dipengaruhi bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan. Peristiwa penting pada masa ini adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche (haid pertama) dan perubahan psikis. Sedangkan indung telur (ovarium) mulai aktif mengeluarkan estrogen yang dipengaruhi horman gonadotropin yang diproduksi kelenjar bawah otak. Pada saat yang sama kortex kelenjar supra renal mulai membentuk androgen yang memegang commit to horman user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
peranan penting dalam pertumbuhan badan. Pengaruh hormanhormon inilah yang menyebabkan pertumbuhan genetalia interna, eksterna, dan ciri kelamin skunder. Genetalia interna dan eksterna akan tumbuh terus untuk mencapai bentuk dan sifat seperti usia reproduksi. Secara psikis kedua hormon ini membentuk karakter remaja menuju kedewasaan dan memunculkan libido (hasrat seksual). Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan dan puncak rasa kecintaan yang serba membahagiakan. Remaja memerlukan suasana lingkungan yang aman dan terlindung menuju kearah alam berdiri sendiri dan bertanggung jawab serta dari pikiran yang egosentrik menuju pikiran yang lebih matang. Karakter ini yang harus dibentuk pada diri remaja untuk menentukan sikap yang tepat terhadap organ reproduksinya sebagaiman tujuan diciptakan organ ini. Pada masa reproduksi menjadi masa terpenting dalam silklus hidup manusia terutama perempuan. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genetalia bermakna untuk memungkinkan terjadinya kehamilan (Rhoma,2010). 3) Cara Merawat Kebersihan Organ Reproduksi Organ reproduksi adalah bagian tubuh yang sangat penting dalam proses reproduksi sehingga perlu dirawat dan dijaga kebersihannya agar terlindung dari infeksi organ reproduksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
danberakibat fatal dalam reproduksi. Cara perawatan organ reproduksi menurut (PKBI,2000). sebagai berikut: a) Setiap kali buang air, siramlah (basuh alat kelamin dengan air bersih) khusus bagi perempuan setiap buang air besar bersihkan alat
kelamin
dari
depan
ke
belakang
menuju
lubang
pembuangan bukan sebaliknya. Jangan sering menggunakan aniseptik untuk mencuci alat kelamin khususnya vagina karena akan mematikan mikroorganisme yang secara alamiah dapat melindungi vagina. b) Mengganti pembalut setiap 4 jam ketika menstruasi c) Tidak menggunakan celana dalam yang teralu ketat d) Bagi laki-laki untuk menjaga kebersiha penis, kulit yang menutupi kepala ujung penis sebaiknya disunati. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah tingkat kemampuan atau pengetahuan mahasiswa dalam memahami dan mengetahui prinsip dan unsur yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi seperti masa pubertas, proses terjadinya kehamilan, onani atau mastrubasi, aborsi, penggunaan kontrasepsi, hubungan seksual pranikah, dan penyakit menular seksual. Pengetahuan ini bisa berupa ingatan tentang suatu yang diketahui, baik melalui pengalaman, belajar atau melalui informasi yang diterima dari orang lain. Sehubungan dengan pengetahuan tentang reproduksi, pertanyaan yang paling sering digunakan untuk mengukurnya adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
tentang hal yang berkaitan dengan siklus menstruasi atau lebih khusus tentang periode/rasa aman, termasuk sumber informasi tentang hal tersebut.
2. Keyakinan Agama a.
Pengertian Keyakinan Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benaratau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran (Sa’abah, 2001).
b. Pengertian Agama Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan, sebagaiman dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
eksistensi dirinya. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. c.
Keyakinan Beragama Keyakinan beragama adalah unsur terpenting dalam diri seseorang. Apabila keyakinan beragama telah menjadi bagian integral seseorang, maka keyakinan itulah yang mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan perasaanya. Jika muncul keinginan atau dorongan seksual dalam diri seseorang maka keyakinan beragama itulah yang akan mengatur sikap dan tingkah laku seksualnya agarsesuai dengan ajaran agamanya (Hartati, 2004). Lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan
sikap
dikarenakan
keduanya
meletakkan
dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan ajaran–ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan agama sangat menentukkan sistem kepercayaan maka, tidaklah mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut ikut berperan dalam sikap individu terhadap sesuatu hal.Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
lembaga agama atau pendidikan sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap (Prihatin, 2007). Salah satu area dari pengaruh agama terhadap perkembangan remaja adalah kegiatan seksual. Walaupun keanakaragaman dan perubahan dalam pengajaran menyulitkan kita untuk menentukan karakteristik doktrin keagamaan, tetapi sebagian besar agama tidak mendukung seks pranikah. Keterlibatan remaja dalam organisai keagamaan mungkin lebih penting dari pada sekedar keanggotaan mereka dalam menentukan sikap dan tingkah laku seks pranikah mereka. Remaja yang sering menghadiri ibadah keagamaan dapat mendengarkan pesan-pesan untuk menjauhkan diri dari seks (Santrock, 2003). Setiap agama mempunyai hukum dan nilai-nilai yang mengatur tentang kehidupan. Keyakinan seseorang terhadap nilai-nilai agama tersebut dapat menjadi benteng moral karena nilai-nilai moral yang datang dari agama bersifat tetap dan universal. Individu akan menggunakan pertimbangan berdasarkan nilai-nilai moral yang datang dari agama, diamanapun individu berada dan pada posisi apapun tetap memegang prinsip moral yang tertanam (Drajat, 1991). Bentang agama inilah yang akan diterapkan oleh individu tersebut dalam setiap aspek kehidupannya termasuk perilaku dan sikap seksual remaja. Dapat dikatakan apabila remaja dapat mengubah cara berpikir dan merasakan nilai-nilai agama serta kemudian mengamalkannya dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
perilaku terutama perilaku dan sikap seksualnya, diharapkan dapat menghindari perilaku dan sikap seksual pranikah. Ide dan dasar keyakinan tentang agama yang diterima remaja dari masa kanak-kanak sudah tidak begitu menarik lagi bagi meraka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul dan membuat remaja mengalami keraguan terhadap ajaran agamanya (Rahmawati, 2002). Sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dimana jumlah umat Islam Indonesia terbesar dibandingkan dengan jumlah umat islam di negara lain, maka cukup beralasan untuk melihat bagaimana Islam menyikapi seks bebas pranikah. Al-qur’an sebagai sumber hukum islam menyebutkan bahwa: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (Al Isra: 32). Seks bebas, dalam perspektif agama, sama sekali bukan merupakan tindakan terpuji, bahkan tindakan tersebut tergolong tindakan yang sangat tercela dan dosa besar jika manusia melakukan tindakan seks bebas. Jelaslah bahwa tindakan tersebut tidak bisa dibenarkan. Agama sebagai pedoman hidup manusia sudah memberikan solusi berupa perkawinan sah yang melegalkan hubungan seks diantara manusia. Berbeda dengan perspektif agama, dalam kacamata tradisi dan budaya seks bebas belum tentu dianggap sebagai perilaku yang tidak baik. Hal tersebut sangat bergantung dengan masalah nilai dan norma yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
disepakati oleh masyarakat. Jika kita lihat budaya barat, disana seks bebas sudah dianggap biasa, bahkan sudah menjadi tradisi. Bahkan seks bebas telah dianggap sebagai hal yang biasa. Agama islam bukan hanya agama, tetapi juga suatu landasan hidup, cara hidup dengan seperangkat aturan normal, etika dan nilainilai spiritual. Menjadi remaja menurut Furter (dalam Monks, 1994) berarti juga mengerti nilai-nilai, tidak hanya memperoleh pengertian saja melainkan uga dapat menjalankannya. Sejalan dengan taraf perkembangan
intelektualnya
diharapkan
remaja
sudah
dapat
menginternalisasikan penilaian moral, menjadikannya sebagai nilai pribadi sendiri, termasuk nilai dan ajaran agama. Nilai dan ajaran agama tersebut kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk seks bebas. Menurut Islam seks bebas yang sehat adalah seks yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam ikatan pernikahan dan dengan cara-cara yang halal yang bisa mendatangkan kasih sayang dan kebahagiaan bagi keduanya. Allah SWT menciptakan
seks
sebagai
sarana
melanjutkan
generasi
dan
memperluas hubungan sosial. Dalam Islam, menjaga kehormatan seks penting sebab dari proses itu pelestarian keturunan dan pembentukan masyarakat yang sehat dan kuat akan terealisir (Ikhsanudin, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
d. Sikap Remaja Dalam Beragama Menurut Sururin (2004) terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu: 1) Percaya ikut-ikutan Percaya ikut-ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun demikian ini biasanya hanya terjadi pada masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada cara yang lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan psikisnya. 2) Percaya dengan kesadaran Semangat
keagamaan
dimulai
dengan
melihat
kembali
tentangmasalah-masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin menjalankan agama sebagai suatu lapangan yang baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut-ikutan saja. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun. Semangat agama tersebut mempunyai dua bentuk: a) Dalam bentuk positif Semangat agama yang positif, yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak mau lagi menerima hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan membebaskan agama dari bid’ah dan khurafat, dari kekakuan dan kekolotan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
b) Dalam bentuk negatif Semangat keagamaan dalam bentuk kedua ini akan menjadi bentuk kegiatan yang berbentuk khurafi, yaitu kecenderungan remaja untuk mengambil pengaruh dari luar kedalam masalahmasalah keagamaan, seperti bid’ah, khurafat dan kepercayaankepercayaan lainnya. 3) Percaya, tetapi agak ragu-ragu Keraguan kepercayaan remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua: a) Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran. b) Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya
dengan
apa
yang
diyakininya,
atau
dengan
pengetahuan yang dimiliki. 4) Tidak percaya atau cenderung ateis Perkembangan kearah tidak percaya pada tuhan sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya terhadap kekuasaan apa pun, termasuk kekuasaan Tuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
e.
Faktor- Faktor Keberagamaan Robert
H.
Thouless
(2000)
mengemukakan
empat
faktor
keberagamaan yang dimasukkan dalam kelompok utama, yaitu: 1) Pengaruh-pengaruh sosial Faktor
sosial
mencakup
semua
pengaruh
sosial
dalam
perkembangan sikap keberagamaan, yaitu: pendidikan orang tua, tradisi-tradisi sosial dan tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan. 2) Kebutuhan Faktor lain yang dianggap sebagai sumber keyakinan agama adalah kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi secara sempurna, sehingga mengakibatkan terasa adanya kebutuhan akan kepuasan agama. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan dalam empat bagian, antara lain kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan cinta, kebutuhan untuk memperoleh harga diri dan kebutuhan yang timbul karena adanya kematian. 3) Proses pemikiran Faktor terakhir adalah pemikiran yang agaknya relevan untuk masa remaja, karena disadari bahwa masa remaja mulai kritis dalam menyikapi soal-soal keagamaan, terutama bagi mereka yang mempunyai keyakinan secara sadar dan bersikap terbuka. Mereka akan mengkritik guru agama mereka yang tidak rasional dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
menjelaskan ajaran-ajaran agama islam, khususnya bagi remaja yang selalu ingin tahu dengan pertanyaan-pertanyaan kritisnya. Meski demikian, sikap kritis remaja juga tidak menafikkan faktorfaktor lainnya, seperti faktor berbagai pengalaman. f.
Fungsi Agama 1) Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok 2) Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. 3) Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah 4) Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan 5) Pedoman perasaan keyakinan 6) Pedoman keberadaan 7) Pengungkapan estetika (keindahan) 8) Pedoman rekreasi dan hiburan 9) Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keyakinan agama adalah unsur terpenting dalam diri seseorang. Agama mengakui adanya dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan yang perlu dipenuhi oleh tiap-tiap individu, tapi dalam memenuhi semua kebutuhan ada ketentuanketentuan agama yang harus dipatuhi oleh pemeluknya. Longgarnya pegangan seseorang kepada ajaran agama maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada dalam dirinya. Agama melarang seseorang untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Norma agama yang berlaku yang merupakan mekanisme kontrol sosial akan mengurangi kemungkinan seseorang akan melakukan seks bebas diluar batas ketentuan agama.
3. Kelompok Sebaya a.
Pengertian Kelompok Sebaya Kelompok sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi kehidupan individu. Terpengaruhnya tidaknya individu dengan teman sebaya tergantung pada persepsi individu terhadap kelompoknya, sebab persepsi individu terhadap kelompok sebayanya akan menentukan keputusan yang diambil nantinya (Zaitun, 2009). Kelompok sebaya menyediakan suatu lingkungan, yaitu tempat teman sebayanya dapat melakukan sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan lagi nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya, dan tempat dalam rangka menentukan jati dirinya, namun apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai negatif, maka akan menimbulkan bahaya bagi perkembangan jiwa individu (Zaitun, 2009). Kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya juga mengakibatkan melemahnya ikatan individu dengan orang tua, sekolah, norma-norma konvensional. Selain itu, banyak waktu yang diluangkan individu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
diluar rumah bersama teman-teman sebayanya dari pada dengan orang tuanya adalah salah satu alasan pokok pentingnya peran teman sebaya bagi individu. Peranan penting kelompok sebaya terhadap individu berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku remaja seringkali meniru bahwa memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan bagi dirinya untuk diterima oleh kelompok sebaya menjadi besar (Fatayatie, 2000). Menurut Gerungan (1986) kenakalan remaja muncul akibat terjadinya interaksi sosial diantara individu sosial diantara individu dengan kelompok sebaya. Peran interaksi dengan kelompok sebaya tersebut dapat berupa imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati. Remaja dapat meniru (imitasi) kenakalan yang dilakukan oleh teman sebayanya. Sementara itu sugesti bahwa sikap seks bebas adalah hal yang dianggap penting bagi remaja yang semula baik menjadi nakal. Kuatnya pengaruh kelompok sebaya yang mengarahkan remaja nakalatau tidak juga ditentukan bagaimana persepsi remaja terhadap kelompok teman sebaya tersebut. Teman sebaya tempat memperoleh informasi yang tidak di dapat didalam keluarga, tempat menambah kemampuan dan tempat kedua setelah keluarga yang mengarahkan dirinya menuju perilaku yang baik serta memberikan masukan (korekksi) terhadap kekurangan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
dimilikinya, tentu saja akan membawa dampak positif bagi remaja yang bersangkutan. Remaja memilki kecenderungan bahwa teman sebaya adalah tempat untuk belajar bebas dari orang dewasa, belajar menyesuaikan diri dengan standar kelompok, belajar berbagi rasa, bersikap sportif, belajar, menerima dan melaksanakan tanggung jawab. Belajar berperilaku sosial yang baik dan belajar bekerjasama (Zaitun, 2009). b. Ciri-Ciri Kelompok Sebaya Menurut Santoso (1999) Adalah Sebagai Berikut: 1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas Kelompok sebaya terbentuk secara spontan. Diantara anggotaanggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tapi ada satu di antara anggota kelompok yang dianggap sebagi pemimpin, di mana semua anggota beranggapan bahwa ia pantas dijadikan pemimpin. 2) Bersifat sementara Bersifat sementara karena belum ada struktur organisasi yang jelas, maka kelompok ini kemungkinan tidak akan bertahan lama, lebihlebih jika yang menjadi keinginan anggota kelompok tidak tercapai atau karena keadaan yang memisahkan mereka seperti teman sebaya di sekolah 3) Mengajarkan individu tentang kebudayaan yang jelas, Misalnya teman sebaya di sekolah, mereka pada umumnya terdiri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
dariindividu yang berbeda-beda lingkunganya, di mana mereka memiliki aturan-aturan dan kebiasaan yang berbeda-beda pula lalu mereka mamasukannya dalam kelompok sebaya sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasaan-kebiasaan itu dan dipilih yang sesuai dengan kelompok kemudian dijadikan kebiasaan-kebiasaan kelompok. 4) Anggotanya adalah individu yang sebaya Yaitu anak-anak atau dewasa yang tingkat kedewasaannya sama di mana mereka mempunyai keinginandan tujuan serta kebutahan yang sama. c.
Jenis-Jenis Kelompok Sebaya. Setiap kelompok sebaya mempunyai atauran baik yang bersifat implicit maupun eksplisit, harapan-harapan terhadap anggotanya. Ditinjau dari sifat organisasinya kelompok sebaya dapat dibedakan menjadi: 1) Kelompok sebaya yang bersifat informal. Kelompok sebaya ini dibentuk, diatur, dan dipimpin oleh anak itu sendiri misalnya, kelompok permainan, gang dll. Didalam kelompok ini tidak ada bimbingan dan pertisipasi orang dewasa. 2) Kelompok sebaya yang bersifat formal. Di dalam kelompok ini ada bimbingan, partisipasi atau pengarahan orang dewasa. Apabila bimbingan dan pengarahan diberikan secara bijaksana maka kelompok sebaya ini dapat menjadi wahana proses sosialisasi nilaicommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok sebaya ini misalnya, kepramukaan, klub, perkumpulan pemuda dan organisasi lainnya (Santoso, 1999). Menurut Robbins, ada tiga jenis kelompok sebaya yang mempunyai peranan penting dalam proses sosialisasi yaitu kelompok permaianan, gang dan klub.Kelompok permainan (play group) terbentuk secara spontan dan merupakan kegiatan khas anak-anak, namun di dalamnya tercermin pula struktur dan proses masyarakat luas, sedang gang, bertujuan kegiatannya untuk melakukan kegiatan untuk melakukan kejahatan, kekerasan, dan perbuatan anti sosial. Klub adalah kelompok sebaya yang bersifat formal dalam artian mempunyai organisasi sosial yang teratur serta dalam bimbingan orang dewasa. Sementara itu klik (clique), para anggotanya selalu merencanakan untuk mengerjakan sesuatu secara bersama yang bersifat positif dan tidak menimbulkan konflik sosial. d. Fungsi Kelompok Sebaya Didalam kelompok sebaya anak belajar bergaul dengan sesamanya. Mula-mula kelompok sebaya pada anak-anak itu terbentuk dengan secara kebetulan. Dalam perkembangan selanjutnya masuknya anak ke dalam suatu kelompok sebaya berdasarkan pilihan. Setelah anak masuk ke sekolah kelompok sebayanya dapat berupa teman sekelasnya, klik dalam kelasnya, dan kelompok permainannya (Santrock, 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Dalam kelompok sebaya itu anak belajar memberi dan menerima dalam pergaulannya dengan sesama temannya. Partisipasi di dalam kelompok sebayanya memberikan kesempatan yang besar bagi anak mengalami proses belajar sosial ( sosial learning). Bergaul dengan teman sebaya merupakan persiapan penting dalam kehidupan seseorang setelah dewasa (Hurlock, 2004). Selain
itu,
didalam
kelompok
sebaya
anak
mempelajari
kebudayaan masyarakat. Bahwa melalui kelompok sebaya itu anak belajar bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai dengan gambaran dan cita-cita masyarakatnya, tentang kejujuran, keadilan, kerjasama, dan tanggung jawab. Sehingga kelompok sebaya menjadi wadah dalam mengajarkan mobilitas sosial. Melalui pergaulan didalam lingkungan kelompok sebaya itu anak-anak yang berasal dari kelas sosial bawah menangkap nalai-nilai, ide-ide, cita-cita, dan pola tingkah laku anak dari golongan menengah keatas demikian juga sebaliknya. Kelompok sebaya juga masing-masing individu mempelajari peranan sosial yang baru. Anak yang biasa di didik dengan pola dengan otoriter dapat mengenal kehidupan demokratis dalam kelompok sebaya. Di dalam kelompok sebaya mungkin anak berperanan sebagai sahabat, musuh, pemimpin, pencetus ide, dan sebagainya. Sehingga didalam kelompok sebaya anak mempunyai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
kesempatan melakukan bermacam-macam kelompok sosial (Santoso, 1999). e.
Manfaat Kelompok Teman Sebaya Menurut Surya (dalam Arif, 2006) manfaat kelompok teman sebaya adalah sebagai berikut: 1) Memberikan rasa aman Melalui
kelompok
sebaya
anak
berkesempatan
menjalin
persahabatan yang erat sehingga memberikan rasa aman pada anak. Anak dapat saling memberi dukungan dan semangat 2) Memberikan hiburan yang menyenangkan Keinginan yang kuat untuk lepas secara emosional dari orangtua akan membuat remaja menghabiskan waktu dengan teman sebayanya, rutinitas tugas sekolah dan peraturan-peraturan yang ditetapkan dirumah akan menyebabkan dan bersifat menghibur. Situasi seperti ini akan dapat anak temukan pada kehidupan kelompok sebaya. 3) Memberikan pengalaman dan pergaulan yang cocok dengan orang lain 4) Membantu remaja untuk mengembangkan sikap toleran dan saling memahami 5) Memberikan kesempatan untuk memilih dan mengembangkan ketrampilan sosial 6) Memberikan kesempatan untuk menilai orang lain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
7) Memberikan pola-pola standar perilaku 8) Memberikan banyak peluang untuk mencapai kemerdekaan pribadi dan kesetiaan kelompok 9) Membantu kelompok untuk mengembangkan sikap kreatif Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi kehidupan individu. Interaksi dari sekelompok remaja dengan tingkat kedewasaan yang setara dimana mereka memiliki kesamaan dalam hal minat, tujuan, pengalaman dan norma. Terpengaruhnya tidaknya individu dengan teman sebaya tergantung pada persepsi individu terhadap kelompoknya, sebab persepsi individu terhadap kelompok sebayanya akan menentukan keputusan yang diambil nantinya. Kelompok sebaya sangat berperan penting dalam proses sosialisasi individu terutama kelompok sebaya remaja. Pengaruh kelompok sebaya tidak hanya berdampak negatif akan tetapi juga berdampak positif. Untuk itu pembentengan diri melalui keluarga masih sangat diperlukan bahwa ketika anak memiliki teman maka kenalilah siapa yang menjadi teman anak kita.
4. Sikap Seks Bebas Pada Remaja a.
Pengertian Sikap Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Menurut Iskandar (2003) sikap adalah suatu trait yang selain aktif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
mempelajarinya, tetapi telah ditambah dengan perubahan perilaku yang sesuai dengan sikapnya. Menurut Walgito (2003) sikap terbentuk dalam perkembangan individu, karena faktor pengalaman individu mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka pembentukan sikap individu yang bersangkutan. b. Struktur Sikap Menurut Niven (2002) sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu: 1) Komponen Afektif (Komponen Emosional) Komponen ini berhubungan dengan perasaan dan emosi seseorang tentang sesuatu. Rasa senang merupakan hal yang positif dan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. 2) Komponen Kognitif (Komponen Perseptual) Komponen ini berhubungan dengan pemikiran, pengetahuan, pandangan atau kepercayaan tentang seseorang atau suatu objek. 3) Komponen Konotif (Komponen Perilaku) Komponen ini berhubungan dengan kecenderungan bertindak dan berperilaku terhadap suatu objek. Konsistensi
antara
kepercayaan
sebagai
komponen
kognitif,
perasaansebagai komponen afektif, dengan tendensi kecenderungan berperilakusebagai komponen konatif seperti itulah yang menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
c.
Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Menurut Azwar (2009) pembentukan sikap dipengaruhi oleh, yaitu : 1) Pengalaman pribadi Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk danmempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapanakan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapatmempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. 2) Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruhbesar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalambudaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual,sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadapmasalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalambudaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok,maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadapkehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan. 3) Orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponensosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang
kita
anggappenting,
sesorang
yang
kita
harapkan
persetujuannya bagi setiap gerakdan tingkah dan pendapat kita, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, kelompok sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain. 4) Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massaseperti televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruhbesar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya. Media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. 5) Institusi/lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
6) Faktor emosi dalam diri individu Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanis mepertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Selain dari faktor-faktor di atas pembentukan
sikap,
menurut
Walgito
yang mempengaruhi (2003)
adalah
faktor
pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan tersebut mengenai objek yang bersangkutan. d. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Piaget, secara psikologis masa remaja adalah masa dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada di tingkatan yang sama (Hurlock, 2004). Pada tahun 1974, World Health Organization (WHO) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual yaitu biologis, psikologik dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut adalah: 1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual. 2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3) Menjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri(Sarwono, 2011). Definisi remaja di atas didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita dan pria. WHO masih membagi kurun usia tersebut menjadi dua yaitu remaja awal usia 10-14 tahun dan remaja akhir usia 15-20 tahun (Sarwono, 2011). e.
Tahap Perkembangan Remaja 1) Perkembangan Fisik Perkembangan hormon pada remaja putri menyebabkan mereka mulai
mengalami
menstruasi.
Pertumbuhan
payudara
dan
munculnya tanda kelamin sekunder seringkali menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya (Sarwono, 2011). 2) Perkembangan Psikis Perkembangan psikis pada masa remaja biasanya ditandai dengan keadaan
emosi
yang
tidak
stabil
dan
tidak
terkendali,
kecenderungan untuk menyendiri, kesadaran untuk merawat diri sendiri dalam hal penampilan, meragukan konsep dan keyakinan akan religiusnya, meningkatnya keingintahuan tentang seks, dan sebagainya (Hurlock, 2004). Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atauciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu: (Widyastuti et all, 2009). a) Masa Remaja Awal (10-12 tahun): (1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan kelompok sebaya. (2) Tampak dan merasa ingin bebas. (3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak). b) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun) (1) Tampak dan ingin mencari identitas diri. (2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
(3) Timbul perasaan cinta yang mendalam. c) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun) (1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. (2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. (3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. (4) Dapat mewujudkan perasaan cinta. (5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak. f.
Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja Terdapat perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (2004) adalah sebagai berikut: 1) Mampu menerima keadaan fisiknya. 2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. 3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. 4) Mencapai kemandirian emosional. 5) Mencapai kemandirian ekonomi. 6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. 8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. 9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan. 10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan
kognitifnya,
yaitu
fase
operasional
formal.
Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya (Ali dan Asrori, 2009). g.
Perubahan Fisik Pada Masa Remaja 1) Tanda-Tanda Seks Primer Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat ketepatan antara organ satu dengan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari seragkaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause (Widyastuti et all, 2009). 2) Tanda-Tanda Seks Sekunder Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah, mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi karena harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. Seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih besar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki, kulit pada wanita tetap lebih lembut. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
sebelum dan selama masa haid. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan semakin kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki. Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita (Widyastuti et all, 2009). h. Sikap Seks Bebas Pada Remaja Sikap seksual adalah respon seksual yang diberikan oleh seseorang setelah
melihat,
mendengar
atau
membaca
informasi
serta
pemberitaan, gambar-gambar yang berbau porno dalam wujud suatu orientasi atau kecenderungan dalam bertindak. Sikap yang dimaksud adalah sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah (Bungin, 2001). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoadmojo, 2003). Kuesioner mengacu pada skala likert dengan bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan terdiri dari jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Hidayat, 2007). Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar, 2009): 1. Sikap
positif
kecenderungan
tindakan
menyenangi,mengharapkan obyek tertentu. commit to user
adalah
mendekati,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
2. Sikap
negatif
terdapat
kecenderungan
untuk
menjauhi,
menghindari,membenci, tidak menyukai obyek tertentu. i.
Alasan Remaja Melakukan Hubungan Seksual: Menurut Prihatin (2007) alasan remaja melakukan hubungan hubungan seksual sebelum menikah adalah: 1) Membuktikan bahwa mereka saling mencintai; 2) Takut hubungan akan berakhir; 3) Rasa ingin tahu tentang seks; 4) Kepercayaan bahwa setiap orang atau banyak orang juga melakukan hubungan seks; 5) Hubungan seks itu menyenangkan; 6) Sama–sama suka (dengan pacar atau pekerja seks komesial); 7) Mendapatkan uang atau fasilitas; 8) Takut dianggap kurang pergaulan; 9) Pacar mengatakan bahwa hal itu tidak apa–apa.
j.
Cara–Cara Yang Biasa Dilakukan Remaja Dalam Menyalurkan Hubungan Seksual menurut Prihatin (2007) melalui: 1) Bergaul dengan lawan jenis; 2) Berdandan untuk menarik perhatian terutama lawan jenis; 3) Menahan diri dengan berbagai cara; 4) Menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas seperti berolah raga; 5) Memperbanyak sembahyang dan mendekatkan diri pada tuhan; 6) Berhayal atau berfantasi tentang seksual; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
7) Mengobrol tentang seksual; 8) Menonton film porno grafi; 9) Melakukan hubungan seksual non penetrasi (berpegangan, bercumbu, berciuman, berpelukan); 10) Melakukan hubungan seksual intercourse. Cara tersebut ada yang sehat tetapi ada yang menimbulkan gangguan fisik, psikologis dan sosial. k. Resiko Berhubungan Seksual Menurut Prihatin (2007) hubungan seksual mempunyai resiko paling banyak dibandingkan manfaat yang diperoleh, diantaranya adalah: 1) Kehamilan tak diinginkan; 2) Terkena penyakit menular dan HIV/AIDS; 3) Infeksi saluran reproduksi; 4) Aborsi dengan segala resikonnya; 5) Hilangnya keperawanan dan keperjakaan; 6) Ketagihan; 7) Gangguan fungsi seksual; 8) Perasaan malu, bersalah dan berdosa, dan perasaan tak berharga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
l.
Upaya Untuk Mencegah Agar Dapat Menghindari Hubungan Seksual Pra Nikah Atau Sebelum Nikah Menurut PKBI (2000) adalah: 1) Membuat komitmen bersama, serta beupaya keras untuk mematuhi komitmen itu 2) Menghindari situasi atau tempat yang kondusif menimbulkan fantasi atau rangsangan seksual, seperti di pantai malam hari, berduaan di rumah yang tidak berpenghuni, tempat sepi dan gelap 3) Menghindari frekuensi pertemuan, pertemuan yang sering tanpa ada aktifitas menimbulkan keinginan untuk mencoba aktifitas seksual 4) Banyak melibatkan teman-teman atau saudara dalam berinteraksi sehingaa kesempatan untuk selalu berdua makin berkurang 5) Melakukan kegiatan-kegiatan alternatif yang baru sehingga dapat menimbulkan kepuasan yang mendalam dikarenakan adanya interaksi yang terjalin (bukan interaksi seksual) 6) Jika hubungan intim pernah terjadi, umumnya makin sulit mengendalikan dorongan seksual yang muncul. Jalan keluar yang cukup efektif adalah mencari alternatif yang terbaik seperti berpisah, menikah, mendekatkan diri pada Tuhan dalam arti yang sesungguhnya, berusaha keras menyadari bahwa pacar belum tentu menjadi pasangan hidup serta menyusun harapan atau masa depan tentang pribadi maupun pasangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kesimpulan bahwa sikap tentang seks bebas adalah bagaimana pandangan individu tersebut terhadap seks bebas. Pandangan seseorang terhadap seks bebas akan memberikan gambaran bagaimana kecenderungan individu dalam memberikan suatu respon yang berhubungan dengan aktifitas seks pranikah. Sikap yang harus diambil adalah menetahui pengetahuan yang baik tentang seks, sehingga akan tahu bahaya melakukan hubungan seks bebas. Sikap remaja tentang hubungan seks bebas adalah respon yang ditampilkan remaja dalam memperlihatkan stimulus yang ada terhadap hubungan seksual pranikah. Faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan seks pranikah adalah faktor individu dan lingkungan serta kurangnya pemahaman tentang agama. Faktor yang paling dominan adalah faktor dari pengaruh media yang menyuguhkan adegan-adegan yang membuat remaja berfikir untuk melakukan hubungan seks pranikah, contohnya video yang mudah didapat dari mana saja. Dan resiko yang sangat menakutkan dapat terkena penyakit yang menyebabkan kesehatan terganggu.
5. Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seks Bebas Pada Remaja Migdad (2001) mengatakan bahwa sikap seseorang bila didukung pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang memadai dan dari sumber yang benar dapat menjadikan faktor untuk memberikan dasar yang kuat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
bagi remaja dalam menyikapi segala perilaku seksual yang semakin menuju kepada kematangan. Pengetahuan kesehatan reproduksi dapat mempengaruhi sikap individu terhadap seksual pranikah (Adikusuma, 2005).
Remaja yang
mendapat informasi yang benar tentang seksual pranikah maka mereka akan cenderung mempunyai sikap negatif, sebaliknya remaja yang kurang pengetahuan tentang seksual pranikah akan cenderung mempunyai sikap positif/menerima adanya perilaku seksual pranikah sebagai kenyataan sosiologis (Bungin, 2001). Hubungan antara pengetahuan dan sikap, dimana pengetahuan merupakan keikutsertaan remaja untuk mengetahui seksual dan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu individu hendaknya mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan kesehatan seksual serta apa manfaat nya. Setelah mengetahui hal tersebut akan timbul tentang pemikiran sisi positif atau sisi negatif yang akan mempengaruhi sikap individu. Apabila pandangan ini mengarah hal yang positif maka akan muncul sikap positif dan sebaliknya bila pandangan condong ke sisi negatif maka akan muncul sikap negatif (Tjahyono, 1995)
6. Hubungan Keyakinan Agama Dengan Sikap Tentang Seks Bebas Pada Remaja Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma tertentu dan secara umum menjadi kerangka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
acuan dalam bersikap dan berprilaku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Pengaruh sistem nilai dalam agama, nilai pribadi dirasakan oleh individu sebagai prinsip yang menjadi pedoman hidup. Dalam realitasnya memiliki pengaruh mengatur pola perilaku dan pola bersikap. Ketika religiusitas seseorang baik maka ia akan mempunyai keimanan dan ketakwaan yang kuat pula dalam mengendalikan keinginankeinginan yang bertentangan dengan norma-norma agama. Hubungan antara keyakinan agama memiliki pengaruh dalam seseorang bersikap, dimana remaja yang sering datang ketempat ibadah dan menghargai agama dalam kehidupan mereka lebih tidak permisif terhadap seks pranikah daripada remaja yang jarang ketempat ibadah dan mengatakan bahwa agama tidak memiliki peran berarti dalam kehidupan mereka (Santrock,2003).
7. Hubungan Kelompok Sebaya Dengan Sikap Tentang Seks Bebas Pada Remaja Sikap dan perilaku seksual remaja dalam berpacaran telah semakin meluas. Hal ini disebabkan oleh sikap remaja yang semakin positif terhadap perilaku seksual, yang kemudian berpengaruh terhadap meningkatnya intensi untuk melakukan perilaku seksual (Sawono, 2007). Pengaruh sosial, terutama kelompok teman sebaya, turut berperan dalam pembentukan sikap remaja terhadap perilaku seksual tersebut. Dengan adanya pengaruh yang kuat dari teman sebaya, maka akan timbul commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
konformitas pada remaja. Selanjutnya, peneliti berpendapat bahwa sikap remaja terhadap perilaku seksual ini mungkin memiliki hubungan dengan konformitas terhadap teman sebaya. Dusek (1996) menyebutkan bahwa sikap remaja terhadap perilaku seksual terbentuk dari pengaruh sosial. Pengaruh sosial terbesar pada masa remaja adalah kelompok teman sebaya karena teman sebaya mampu mempengaruhi remaja dalam bersosialisasi dan pencarian indentitas diri (Santo, et all, 2000). Selain itu bila dikaitkan dengan budaya indonesia dan negara Asia lainnya memiliki budaya kolektivis yang kuat (Baron dan Byrne, 2003). Adanya tekanan dari kelompok teman sebaya dan budaya kolektivis membuat remaja melakukan seks bebas dalam segala hal. Dengan demikian terdapat kemungkinan bahwa sikap terhadap perilaku seksual berhubungan dengan konformitas terhadap teman sebaya.
B. Penelitian Yang Relevan Ada beberapa penelitian lain yang mengidentifikasi hubungan antar variable-variabel dalam penelitian ini, yaitu: pengetahuan kesehatan reproduksi, sikapdan perilaku seksual pra nikah, diantaranya : 1. Penelitian oleh Amin (2004) yang berjudul: “Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dan Ketaatan Beragama Dengan Sikap Terhadap Hubungan Seks Pranikah (Studi Pada Siswa Kelas II Sman 1 Semarang) Correlation Between Knowledge Of Reproduction Health, Religiousness Obedience And Attitude To Premarital Sexual commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Intercourse (Study On The Second Grade Students Of Sman 1 Semarang)”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research pendekatan cross sectional. Hasil yang diperoleh yaitu: 68,4% responden berumur 16 tahun dan 83,5% memeluk agama islam. Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi responden 63,2% termasuk kategori cukup. Ketaatan beragama responden 78,5% termasuk kategori cukup. Sikap responden terhadap hubungan seks pranikah 51,8% termasuk kategori cukup. Hasil uji statistik dengan korelasi Rank Spearman antara variabel pengetahuan kesehatan reproduksi dengan variabel sikap terhadap hubungan seks pranikah diperoleh nilai r=0,425 dan p-value=0,000. Sedangkan untuk variabel ketaatan beragama dengan variabel sikap terhadap hubungan seks pranikah diperoleh nilai r=0,451 dan p-value=0,000. Secara statistik ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan ketaatan beragama dengan sikap terhadap hubungan seks pranikah. 2. Penelitian oleh Hartati (2010) yang berjudul: “Hubungan Peer Group Dan Lingkungan Pergaulan Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pada Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Mehammadiyah Surakarta”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Hasil yang diperoleh (1) Peer group mahasiswa S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagian besar adalah baik, (2) lingkungan pergaulan mahasiswa S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagian besar adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
baik, (3) sikap mahasiswa S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta tentang perilaku seks pranikah sebagian besar adalah cukup, yaitu mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagian besar tidak menyetujui perilaku seks pranikah, (4) terdapat hubungan antara peer group dengan sikap terhadap prilaku seksual pranikah pada mahasiswa S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan (5) terdapat hubungan antara lingkungan pergaulan dengan sikap terhadap prilaku seksual pranikah pada mahasiswa S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Penelitian oleh Asna (2001) yang berjudul:
“Hubungan Antara
Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Pada Siswa Di Sma Negeri 14 Kota Semarang”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Hasil yang diperoleh yaitu: (a) ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (p = 0,028) (b) ada hubungan antara sikap terhadap kesehatan reproduksi (p = 0,032) dengan prilaku seksual pra nikah Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diajukan bagi sekolah membentuk sebuah wadah pelayanan konsultasi tentang kesehatan reproduksi dan melakukan pembinaan terhadap siswa melalui penyuluhan dan seminar tentang kesehatan reproduksi. Bagi pelajar diharapkan para pelajar dapat menghindari perilaku seks yang menyimpang sehingga tidak terjadi hal yang mengecewakan baik bagi keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
4. Penelitian oleh Prihatin (2007) yang berjudul: “Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap Siswa SMA Terhadap Hubungan Seksual Pranikah Di Kota Sukoharjo”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik analisis deskriptif pearson product moment. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap siswa sma terhadap hubungan seksual pranikah di kota sukoharjo adalah kecerdasan emosi (EQ) (p: 0,0001), pengetahuan kesehatan reproduksi (p:0,013), peran orang tua dan teman sebaya (p: 0001), peran media massa (p:0,009). Secara statistik ada hubungan yang bermakana antara kecerdasan emosi (EQ), pengetahuan kesehatan reproduksi, peran orang tua dan teman sebaya, peran media massa dengan sikap siswa SMA terhadap hubungan seksual pranikah di Kota Sukoharjo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
C. Kerangka Berpikir Pengetahuan kesehatan reproduksi
Keyakinan agama
Kelompok sebaya
Pengalaman pribadi
Kebudayaan Sikap seks bebas pada remaja
Emosi diri individu
Media massa
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, Keyakinan Agama Dan Kelompok Sebaya Dengan Sikap Seks Bebas Pada Remaja Keterangan: = diteliti = tidak diteliti
D. Hipotesis Penelitian a. Ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap tentang seks bebas pada remaja. b. Ada hubungan antara keyakinan agama dengan sikap tentang seks bebas pada remaja. c. Ada hubungan antara kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja. d. Ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja? e. Ada hubungan antara keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan commit to user sikap tentang seks bebas pada remaja?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional (studi potong lintang), dimana pengukuran hanya dilakukan dalam satu kali waktu.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian STIKES Insan Cendekia Medika Jombang di Jawa Timur. Waktu penelitian bulan Desember 2011 s.d Oktober 2012.
C. Subyek Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa DIII Kebidanan Semester II STIKes ICME Jombang sejumlah 240 mahasiswa. 2. Sampel Penelitian Sebuah model analisis berganda melibatkan 3 variabel independen, maka ukuran sampel yang dibutuhkan adalah sekitar 3 kali (15-20) subjek, yaitu 46 subjek penelitian (Murti, 2010). Teknik sampling yang digunakan dalam penentuan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling. commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas a. Pengetahuan kesehatan reproduksi b. Keyakinan agama c. Kelompok sebaya 2. Variabel Terikat a. Sikap seks bebas remaja
E. Definisi Operasional 1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi a.
Definisi operasional : Pengetahuan atau hasil dari tahumahasiswa dalam memahami dan mengetahui prinsip dan
unsur
yang
berhubungan
dengan
kesehatan reproduksi seperti masa pubertas, proses terjadinya kehamilan, onani atau mastrubasi, aborsi, penggunaan kontrasepsi, hubungan seksual pranikah, dan penyakit menular seksual b.
Alat Ukur
: Tes Gutman dengan kriteria benar nilai 1, salah nilai 0
c.
Skala
: Kontinu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
2. Keyakinan Agama a.
Definisi Operasional: Hasil dari kepercayaan, tahu dan paham setelah remaja melakukan pengindraan terhadap keyakinan agama yang berkaitan dengan sikap sehari-hari
b.
Alat Ukur
: Kuesioner dengan skala Likert dengan kriteria sikap positif (STS: 1, TS: 2, S: 3, SS: 4) dan sikap negatif (STS: 4, TS: 3, S: 2, SS: 1)
c.
Skala
: Kontinu
3. Kelompok Sebaya a.
Definisi
Operasional
:
Sekelompok
teman
yang
tingkat
kedewasaanya sama, yang menjadi salah satu motivasi dan pembentukan identitas diri seorang remaja dalam melakukan sosialisasi
terutama
saaat
menjalin
asmara denagn lawan jenisnya b.
Alat Ukur
: Kuesioner dengan skala Likert dengan kriteria sikap positif (STS: 1, TS: 2, S: 3, SS: 4) dan sikap negatif (STS: 4, TS: 3, S: 2, SS: 1)
c.
Skala
: Kontinu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
4. Sikap Seks Bebas Remaja a. Definisi Operasional
: Kecenderungan perilaku remaja pria dan wanita setuju atau tidak setuju terhadap hubungan seksual dengan lawan jenisnya tanpa melalui ikatan pernikahan sah yang diperoleh
remaja
mendengar, porno
setelah
membaca
dalam
melihat,
gambar-gambar
kecenderungan
untuk
bertindak b. Alat Ukur
: Kuesioner dengan skala Likert dengan kriteria sikap positif (STS: 1, TS: 2, S: 3, SS: 4) dan sikap negatif (STS: 4, TS: 3, S: 2, SS: 1)
c. Skala
: Kontinu
F. Instrumen Penelitian Berdasarkan jenis variabel dan data penelitian maka instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan kuesioner. Kuesioner pada dasarnya
merupakan
pertanyaan-pertanyaan
merupakan tertulis
metode
yang
pengumpulan
disusun
dan
data
disebarkan
dengan untuk
mendapatkan informasi responden. Jenis kesioner yang diberikan kepada responden adalah tertutup, dimana setiap pertanyaan disediakan alternatif jawaban. Kuesioner yang dibuat oleh peneliti dilakukan uji coba kuesioner commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
sebelum penelitian dilakukan. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan pengetahuan kesehatan reproduksi, keyakinan agama, kelompok sebaya dan sikap seks bebas. sebelum digunakan kuesioner terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas.
G. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar keempat kuesioner secara langsung kepada mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Stikes ICME Jombang. Langkah pengumpulan data yang ditempuh yaitu : a. Editing Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Kegiatan dalam langkah ini antara lain : 1) Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisian, mengecek kelengakapan data, apabila ternyata ada kekurangan isi atau halaman maka perlu dikembalikan atau diulang pada responden. 2) Mengecek macam isian data (jawaban kuesioner). b. Coding Adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. c. Scoring Adalah pemberian skor atau nilai pada masing-masing jawaban responden: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
1) Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Benar
:1
Salah
:0
2) Keyakinan Agama Positif
: (STS: 0, TS: 1, S: 2, SS: 3)
Negatif
: (STS: 3, TS: 2, S: 1, SS: 0)
3) Kelompok Sebaya Positif
: (STS: 0, TS: 1, S: 2, SS: 3)
Negatif
: (STS: 3, TS: 2, S: 1, SS: 0)
4) Sikap Positif
: (STS: 0, TS: 1, S: 2, SS: 3)
Negatif
: (STS: 3, TS: 2, S: 1, SS: 0)
d. Tabulating Adalah data dikumpulkan dan dikelompokkan dalam bentuk tabel. Termasuk dalam kegiatan ini adalah memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor dan memberi kode terhadap item-item yang diberi skor. e. Uji Statistik Pada tahap ini peneliti akan melakukan analisa data yaitu analisis univariat (menggambarkan tiap variabel dengan menggunakan distribusi frekuensi) dan melakukan uji hipotesa (untuk menilai fenomena hubungan baik secara partial atau bersama-sama). Untuk melakukan uji statistik, data penelitian menggunakan bantuan program aplikasi statistik SPSS for windows versi 17.0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
H. Analisis Data Karakteristik sampel data kontinu dideskripsikan dalam n, Mean dan SD. Karakteristik sampel dependen data kategorikal didiskripsikan dalam n dan persen. Hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi, keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja. Model 1: Analisis regresi linier ganda tentang hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas pada remaja sebagai berikut : Y = a + b1 X1 + b2 X2 Y = sikap seks bebas remaja X1 = pengetahuan kesehatan reproduksi X2 = kelompok sebaya Model 2: Analisis regresi linier ganda tentang hubungan antara keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas pada remaja sebagai berikut : Y = a + b1 X1 + b2 X2 Y = sikap seks bebas remaja X1 = keyakinan agama X2 = kelompok sebaya Hubungan variabel ditunjukkan oleh koefisien regresi b, sebagai berikut : b = 0 → tidak ada hubungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
b > 0 → variabel independen meningkatkan variabel dependen b < 0 → variabel independen menurunkan variabel dependen Signifikan statistik dari koefisien regresi b diuji dengan uji t. Hasilnya uji t dinyatakan dalam nilai p.
I.
Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi dari ketua prodi DIII Kebidanan STIKES ICME Jombang. Setelah mendapatkan persetujuan baru melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi : 1. Informed consent (Lembar persetujuan menjadi responden) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan yang bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan (Informed consent). 2. Anonimity (Tanpa nama) Anonimity adalah kerahasiaan identitas atau biodata dari responden dan peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data. 3. Confidentiality (Rahasia) Confidentiality adalah kerahasiaan informasi kelompok data tertentu sebagai riset. Kerahasiaan merupakan merupakan masalah etika dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari empat variabel, yaitu tiga variabel bebas terdiri dari pengetahuan kesehatan reproduksi, keyakinan agama dan kelompok sebaya serta satu variabel terikat berupa sikap tentang seks bebas pada remaja. Kuesioner untuk pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap 30 mahasiswa. Uji coba ini untuk mengetahui adanya item dari variabel pengetahuan kesehatan reproduksi, keyakinan agama, kelompok sebaya dan sikap tentang seks bebas pada remaja yang memenuhi syarat validitas dan reabilitas. Adapun item dari keempat variabel yang tidak valid dan reliabel akan dilakukan drop out. Berdasarkan hasil uji coba untuk 20 item dari kuesioner pengetahuan kesehatan reproduksi, dinyatakan memenuhi syarat reliabilitas dimana korelasi > 0,20 dan Alpha Cronbach > 0,60 yaitu 0,89 sebanyak 18 item. Adapun item yang drop out adalah nomor 9 dan 18. Uji coba untuk 12 item dari kuesioner keyakinan agama, dinyatakan memenuhi syarat reliabilitas dimana korelasi item total > 0,20 dan Alpha Cronbach > 0,60 yaitu 0,69 sebanyak 8 item. Adapun item yang drop out adalah nomor 2, 5, 7 dan 9. commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Uji coba untuk 15 item dari kuesioner kelompok sebaya, dinyatakan memenuhi syarat reliabilitas dimana korelasi item total > 0,20 dan Alpha Cronbach > 0,60 yaitu 0,87 sebanyak 14 item. Adapun item yang drop out adalah nomor 4. Uji coba untuk 15 item dari kuesioner sikap seks bebas, dinyatakan memenuhi syarat reliabilitas dimana korelasi item total > 0,20 dan Alpha Cronbach > 0,60 yaitu 0,69 sebanyak 12 item. Adapun item–item yang drop out adalah nomor 5, 6 dan 7. Tabel 4.1 Hasil Tabulasi Validitas dan Reabilitas Variabel independen No Item pertanyaan Pengetahuan kesehatan reproduksi (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20) Keyakinan agama (1, 3, 4, 6, 8, 10, 11, 12) Kelompok sebaya (1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15) Sikap seks bebas (1, 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15) (Sumber: Hasil Analisis SPSS)
Korelasi Butir Total r ≥ 0,37
Alpha Cronbach
0,89
r ≥ 0,27
0,69
r ≥ 0,25
0,87
r ≥ 0,20
0,69
B. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, yang beralamat di Jl. Halmahera no.33 Kaliwungu Jombang. Saat ini STIKes ICME (Insan Cendekia Medika) mengelola dan menyelenggarakan 5 program studi yaitu D III kebidanan, D commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
IV Kebidanan, D III Keperawatan, S1 keperawatan dan D III Analis Kesehatan (STIKes Icme Jombang, 2012). Karakteristik responden pada penelitian hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi, keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja pada tabel berikut: 1. Karakteristik Subyek Berdasarkan Umur Tabel 4.2 Karakteristik Subyek Berdasarkan Umur di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang Tahun 2012 No 1 2
Usia Jumlah (n) 18-20 tahun 32 > 20 tahun 14 Total 46 (Sumber: STIKes Icme Jombang, 2012).
Persen (%) 70 30 100
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar umur responden adalah 18-20 tahun yaitu sebanyak 32 responden (70%) dari total 46 responden. 2. Karakteristik Subyek Berdasarkan Informasi Kesehatan Reproduksi Tabel 4.3 Karakteristik Subyek Berdasarkan Informasi Kesehatan Reproduksi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang Tahun 2012 No 1 2
Informasi Kesehatan Reproduksi
Ya Tidak Total (Sumber: STIKes Icme Jombang, 2012).
Jumlah (n)
Persen (%)
39 7 46
85 12 100
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui hampir seluruhnya responden mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi yaitu commit to user sebanyak 39 responden (85%) dari total 46 responden.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
3. Karakteristik
Subyek
Berdasarkan
Sumber
Informasi
Kesehatan
Reproduksi Tabel 4.4 Karakteristik Subyek Berdasarkan Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang Tahun 2012 Sumber Informasi Jumlah (n) Kesehatan Reproduksi 1 Teman 0 2 Orang Tua 22 3 Guru 10 4 Petugas Kesehatan 0 5 Lain-lain 14 Total 46 (Sumber: STIKes Icme Jombang, 2012). No
Persen(%) 0 48 22 0 30 100
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diketahui hampir setengahnya responden mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari orang tua yaitu sebanyak 22 responden (48%) dari total 46 responden.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
C. Hasil Analisis Data 1. Analisis Bivariat
Gambar 4.1 Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seks Bebas. Gambar 4.1 menunjukkan terdapat korelasi positif antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap seks bebas. seseorang yang mempunyai pengetahuan tinggi cenderung mendapatkan sikap yang lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Gambar 4.2 Hubungan Keyakinan Agama Dengan Sikap Seks Bebas. Gambar 4.2 menunjukkan terdapat korelasi positif antara keyakinan agama dengan sikap seks bebas. Keyakinan agama memiliki pengaruh dalam bersikap sehingga mahasiswa yang ajaran agama bagus maka akan semakin bersikap positif terhadap seks bebas.
Gambar 4.3 Hubungan Kelompok Sebaya Dengan Sikap Seks Bebas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Gambar 4.3 menunjukkan terdapat korelasi positif antara kelompok sebaya dengan sikap seks bebas. Teman yang memiliki sikap positif terhadap seks bebas akan membawa remaja yang bersangkutan kearah sikap yang positif. 2. Analisis Multivariat Hasil
penelitian
hubungan
antara
pengetahuan
kesehatan
reproduksi, keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas pada remaja dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Ganda Tentang Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Kelompok Sebaya dengan Sikap tentang Seks Bebas pada Remaja Variabel Independen
Koefisien Regresi B 4,42 0,92 0,57
Konstanta Pengetahuan Kelompok Sebaya N observasi = 46 Adjusted R2 = 54,1% P < 0,001 (Sumber: Hasil Analisis SPSS)
Confident Interval 95% P Batas Batas Atas Bawah -7,60 16,44 0,462 0,33 1,51 0,003 0,18 0,96 0,005
Tabel 4.5 menunjukkan terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas. Setiap peningkatan 1 poin pengetahuan akan meningkatkan sikap tentang seks bebas sebesar 0,92 poin (b = 0,92; CI = 95% dari 0,33 hingga 1,51; p = 0,003). Adjusted R2 = 54,1% mengandung arti bahwa ke dua variabel independent yaitu pengetahuan dengan kelompok sebaya mampu menjelaskan variasi sebesar 54,1%. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Linier Ganda Tentang Hubungan antara Keyakinan Agama dan Kelompok Sebaya dengan Sikap tentang Seks Bebas pada Remaja Variabel Independen
Koefisien Regresi B -2,38 1,06 0,33
Konstanta Keyakinan agama Kelompok Sebaya N observasi = 46 Adjusted R2 = 72,5% P < 0,001 (Sumber: Hasil Analisis SPSS)
Confident Interval 95% P Batas Batas Atas Bawah -11,68 6,93 0,609 0,74 1,38 0,000 0,03 0,62 0,033
Tabel 4.6 menunjukkan terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas. Setiap peningkatan 1 poin keyakinan agama akan meningkatkan sikap tentang seks bebas sebesar 1,06 poin (b = 1,06; CI = 95% dari 0,74 hingga 1,38; p = 0,000). Adjusted R2 = 72,5% mengandung arti bahwa ke dua variabel independent yaitu keyakinan agama dengan kelompok sebaya mampu menjelaskan variasi sebesar 72,5%.
D. Pembahasan 1. Hubungan antara Pengetahuan dan Kelompok Sebaya dengan Sikap tentang Seks Bebas Pada Remaja Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas. Setiap peningkatan 1 poin pengetahuan akan meningkatkan sikap tentang seks bebas sebesar 0,92 poin (b = 0,92; CI = 95% dari to 0,33 hingga 1,51; p = 0,003). Adjusted commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
R2 = 54,1% mengandung arti bahwa ke dua variabel independen yaitu pengetahuan dengan kelompok sebaya mampu menjelaskan variasi sebesar 54,1% dengan model persamaan hubungan pengetahuan dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas Y = a + b1X1 + b2X2. Pada dasarnya sikap merupakan kecenderungan bertindak dari individu, berupa respons tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu (Sunaryo, 2004). Sikap dipengaruhi banyak faktor seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang lain, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan agama serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2008). Sikap tentang kesehatan reproduksi juga dipengaruhi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Migdad (2001) mengatakan sikap seseorang bila didukung pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang memadai dan dari sumber yang benar dapat menjadikan dasar yang kuat bagi remaja dalam menyikapi segala perilaku seksual. Hal ini juga ditegaskan
bahwa
pengetahuan
kesehatan
reproduksi
dapat
mempengaruhi sikap individu terhadap seksual pranikah (Adikusuma, 2005).
Remaja yang mendapat informasi tentang seksual pranikah
dengan benar akan cenderung mempunyai sikap positif, sebaliknya yang kurang pengetahuan akan cenderung mempunyai sikap negatif atau dapat menerima adanya perilaku seksual pranikah sebagai kenyataan sosiologis (Bungin, 2001). Hubungan pengetahuan dan sikap dapat dijelaskan, pengetahuan merupakan keikutsertaan remaja untuk mengetahui seksual commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
dan kesehatan reproduksi. Apabila pandangan ini mengarah hal yang positif maka akan muncul sikap positif dan sebaliknya bila pandangan condong ke sisi negatif maka akan muncul sikap negatif (Tjahyono, 1995). Tingkat pengetahuan siswa SMA yang masih kurang menjadikan mereka berada ketidak tahuan akan perkembangan dirinya. Sehingga dengan keterbatasan pengetahuan itulah, kadang membuat remaja mengambil sikap yang salah atas rangsang yang di terima (Prihatin, 2007). Disisi lain kelompok sebaya juga berpengaruh terhadap sikap seks bebas pada remaja. Dusek (1996) menyebutkan bahwa sikap remaja terhadap perilaku seksual terbentuk dari pengaruh sosial. Pengaruh sosial terbesar pada masa remaja adalah kelompok sebaya karena teman sebaya mampu mempengaruhi remaja dalam bersosialisasi dan pencarian indentitas diri. Dengan adanya pengaruh yang kuat dari teman sebaya, maka akan timbul konformitas pada remaja (Santo, et all, 2000). Selain itu bila dikaitkan dengan budaya Indonesia dan negara Asia lainnya memiliki budaya kolektivis yang kuat (Baron dan Byrne, 2003). Adanya tekanan dari kelompok teman sebaya dan budaya kolektivis membuat remaja melakukan seks bebas. Dukungan teman sebaya menjadi salah satu motivasi dan pembentukam identitas diri seorang remaja dalam melakukan sosialisasi, terutama saat dia menjalin asmaradengan lawan jenis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Menurut gerungan (1986) Peranan penting kelompok sebaya terhadap individu berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku remaja seringkali meniru bahwa memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan bagi dirinya untuk diterima oleh kelompok sebaya menjadi besar. Kenakalan remaja muncul akibat terjadinya interaksi sosial diantara individu sosial diantara individu dengan kelompok sebaya. Peran interaksi dengan kelompok sebaya tersebut dapat berupa imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati. Remaja dapat meniru (imitasi) kenakalan yang dilakukan oleh teman sebayanya. Terdapatnya hubungan yang secara statistik signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas disebabkan dengan pengetahuan yang dimiliki maka seseorang mampu menilai baik dan buruknya dari seks bebas bagi dirinya. Melalui pengetahuan yang dimiliki maka seseorang akan mengetahui bahwa seks bebas memiliki resiko untuk timbulnya penyakit menular seksual, timbulnya permasalahan di kemudian hari bagi remaja yang bersangkutan terutama pada pihak perempuan dengan adanya kehamilan diluar nikah. Tentunya kejadian ini akan menimbulkan masalah sosial karena perilaku demikian dianggap bertentangan dengan norma sosial atau larangan agama. Jadi dalam hal ini pengetahuan menjadi faktor yang menentukan pertimbangan bagi seseorang untuk bersikap negatif atau positif. Kondisi ini ditunjang dengan teman sebaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
dimana teman memiliki peran cukup besar bagi remaja. Pada saat berteman dengan teman yang memiliki sikap positif terhadap seks bebas akan membawa remaja yang bersangkutan kearah sikap yang positif dan sebaliknya. Hal ini disebabkan teman sebaya memiliki ikatan emosional cukup kuat, sumber inspirasi dan agar diakui kelompoknya. Terbukti dari hasil analisis terlihat pengetahuan dengan kelompok sebaya mampu menjelaskan variasi sebesar 54,1% dengan model persamaan hubungan antara pengetahuan dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas Y = a + b1X1 + b2X2.
Terbukti pula peningkatan 1 poin
pengetahuan akan meningkatkan sikap seks bebas 0,92 poin. 2. Hubungan antara Keyakinan Agama dan Kelompok Sebaya dengan sikap tentang Seks Bebas pada Remaja Tabel 4.6 menunjukkan terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas. Setiap peningkatan 1 poin keyakinan agama
akan
meningkatkan sikap tentang seks bebas sebesar 1,06 poin (b = 1,06 ; CI = 95% dari 0,74 hingga 1,38; p = 0,000). Adjusted R2 = 72,5% mengandung arti bahwa ke dua variabel independen yaitu keyakinan agama dengan kelompok sebaya mampu menjelaskan variasi sebesar 72,5% dengan model persamaan hubungan pengetahuan dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas Y = a + b1X1 + b2X2. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa sikap merupakan kecenderungan bertindak dari individu, berupa respons tertutup terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
stimulus ataupun objek tertentu (Sunaryo, 2004). Sikap dipengaruhi banyak faktor seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang lain, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan agama serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2008). Dalam hal ini agama berfungsi sebagai sistem nilai yang memuat norma dan secara umum menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan berperilaku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Pengaruh sistem nilai dalam agama dirasakan sebagai prinsip yang menjadi pedoman hidup. Dalam realitasnya memiliki pengaruh mengatur pola perilaku dan bersikap. Ketika religiusitas seseorang baik maka ia akan
mempunyai
keimanan
dan
ketakwaan
yang
kuat
dalam
mengendalikan keinginan yang bertentangan dengan norma agama. Keyakinan agama memiliki pengaruh dalam bersikap, dimana remaja yang sering datang ketempat ibadah dan menghargai agama dalam kehidupan mereka akan lebih tidak permisif terhadap seks pranikah daripada remaja yang jarang ketempat ibadah dan mengatakan bahwa agama tidak memiliki peran berarti dalam kehidupan mereka (Santrock,2003). Selain keyakinan agama, sikap remaja pada seks bebas juga dipengaruhi kelompok sebaya. Hal ini seperti telah dikemukakan di atas bahwa sikap remaja pada seks bebas juga dipengaruhi kelompok sebaya. Dusek (1996) mengatakan bahwa sikap remaja terhadap perilaku seksual terbentuk dari pengaruh sosial. Pengaruh sosial terbesar pada masa remaja adalah kelompok sebaya karena mampu mempengaruhi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
remaja dalam bersosialisasi dan pencarian indentitas diri (Santo, et all, 2000). Selain itu bila dikaitkan dengan budaya Indonesia dan negara Asia lainnya memiliki budaya kolektivis yang kuat (Baron dan Byrne, 2003). Adanya tekanan dari kelompok sebaya dan budaya kolektivis membuat remaja melakukan seks bebas. Juga terdapat kemungkinan bahwa sikap terhadap perilaku seksual berhubungan dengan konformitas terhadap teman sebaya. Dukungan teman sebaya menjadi salah satu motivasi dan pembentukam identitas diri seorang remaja dalam melakukan sosialisasi, terutama saat dia menjalin asmaradengan lawan jenis. Menurut gerungan (1986) Peranan penting kelompok sebaya terhadap individu berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku remaja seringkali meniru bahwa memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan bagi dirinya untuk diterima oleh kelompok sebaya menjadi besar. Kenakalan remaja muncul akibat terjadinya interaksi sosial diantara individu sosial diantara individu dengan kelompok sebaya. Peran interaksi dengan kelompok sebaya tersebut dapat berupa imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati. Remaja dapat meniru (imitasi) kenakalan yang dilakukan oleh teman sebayanya. Terdapatnya hubungan yang secara statistik signifikan antara keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas disebabkan dengan keyakinan yang dimiliki maka seseorang mampu menilai baik dan buruknya dari seks besa bagi dirinya. Hal ini terjadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
karena pada dasarnya lembaga agama sebagai lembaga yang selalu mengajarkan baik dan buruk atau memberikan ajaran moral kepada pemeluknya. Semakin sering kontak dengan tokoh agamam maka semakin tagwa seseorang sehingga semakin kuat ajaran agama berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya. Jadi dalam hal ini melalui keyakinan agama yang dimiliki maka seseorang akan memiliki dasar pertimbangan baik dan buruk atas segala perbuatannya. Demikian juga melalui ajaran agama yang dimiliki maka seseorang akan semakin bersikap positif terhadap seks bebas akibat pertimbangan risiko untuk timbulnya penyakit menular seksual maupun pertentangannya dengan ajaran agama yang diyakininya bahkan resiko terutama pada pihak perempuan dengan adanya kehamilan diluar nikah yang akan menimbulkan masalah sosial karena perilaku seks bebas dianggap bertentangan dengan norma sosial atau larangan agama. Jadi dalam hal ini keyakinan agama menjadi faktor yang menentukan pertimbangan bagi seseorang untuk bersikap negatif atau positif. Kondisi ini ditunjang dengan teman sebaya dimana teman memiliki peran cukup besar bagi remaja. Pada saat berteman dengan teman yang memiliki sikap positif terhadap seks bebas akan membawa remaja yang bersangkutan kearah sikap yang positif dan sebaliknya. Hal ini disebabkan teman sebaya bagi remaja memiliki ikatan emosional yang cukup kuat, sumber inspirasi dan agar diakui sebagai kelompoknya. Terbukti dari hasil analisis terlihat keyakinan agama dengan kelompok sebaya mampu menjelaskan variasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
sebesar 72,5% dengan model persamaan hubungan antara keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap tentang seks bebas Y = a + b1X1 + b2X2. Terbukti pula bahwa peningkatan peningkatan 1 point keyakinan agama akan meningkatkan sikap tentang seks bebas sebesar 1,06 poin.
E. Keterbatasan Penelitian 1.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIKes ICME Jombang Program Studi D III Kebidanan sehingga hasil penelitian hanya bisa digeneralisis pada institusi ini saja.
2.
Alat ukur menggunakan kuesioner sehingga memungkinkan jawaban yang bersifat subjektifitas dari responden.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
B. Kesimpulan 1. Ada hubungan yang secara statistik signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas. Setiap peningkatan 1 poin pengetahuan akan meningkatkan sikap tentang seks bebas sebesar 0,92 poin (b = 0,92; CI = 95% dari 0,33 hingga 1,51; p = 0,003). 2. Ada hubungan yang secara statistik signifikan antara keyakinan agama dan kelompok sebaya dengan sikap seks bebas. Setiap peningkatan 1 poin keyakinan agama akan meningkatkan sikap tentang seks bebas sebesar 1,06 poin (b = 1,06; CI = 95% dari 0,74 hingga 1,38; p = 0,000).
C. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini memberikan bukti ilmiah tentang pentingnya peningkatan pengetahuan dan keyakinan agama untuk merubah sikap negatif terhadap seks bebas pada remaja. Hal ini membawa pesan bahwa program penyuluhan kesehatan diberbagai tepat termasuk kunjungan rumah tetap perlu dilaksanakan. Oleh karena itu harus dilaksanakan secara rutin dengan melaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkala dalam waktu yang relatif lama.
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
2. Implikasi Praktis Perlu penggunaan pendekatan holistic kedokteran keluarga yakni mengubah pengetahuan dan sikap seseorang secara personal, dimana melalui pendekatan personal ini akan memberikan hasil yang lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan demi terciptanya sikap positif terhadap seks bebas. Bagi praktisi kedokteran keluarga perlu menyadari bahwa mengubah sikap tentang seks bebas tidak hanya cukup kepada tingkat individu (remaja) tetapi juga pada tingkat lebih dari itu termasuk kelompok sebaya sehingga dapat memberian dukungan positif pada sikap seks bebas.
D. Saran 1. Bagi Remaja Diharapkan remaja lebih selektif dalam memilih teman agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dan seks bebas, meningkatkan keaktifannya mengikuti penyuluhan kesehatan, konsultasi kepada petugas kesehatan, membaca buku, majalah, koran, internet mengenai seks bebas dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuannya sehingga mampu menentukan sikap positif. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan STIKES Icme Jombang bisa lebih menjalin komunikasi dengan mahasiswi, bisa mengarahkan mahasiswi ke kegiatan yang bersifat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
positif seperti penanaman agama, kegiatan ekstra kurikuler yang positif, serta mengembangkan kegiatan konseling kesehatan reproduksi 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkankan agar peneliti selanjutnya melakukan kajian faktor lain yang berpengaruh terhadap sikap seks bebas seperti persepsi, nilai, dukungan sosial (tokoh masyarakat, tokoh agama).
commit to user