Created by Muhammad Burhan Lihat selengkapnya di blog saya : www.muhammad-burhan02.blogspot.com Bacalah, dengan menyebut nama Tuhan-mu Yang Maha Pencipta Yang menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah Yang mengajarkan manusia melalui Kalam (Firman) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS:Al-Alaq 1-5) “Assalamu’alaikum warakmatullahi wabarakatuh” Sapa Ali pada para jama’ah hadirin pengajiannya seperti biasa di rumah kontrakannya di Rawamangun Jakarta timur sehabis sholat isya. “Walaikum Salam warakhmatullahi wabarakatuh” Para jama’ah “Alhamdulillah. Saudara-saudaraku sekalian, ya akhi wa ukhti, ya mu’minin wa mu’minat. Telah kita dengarkan bersama tadi surat Al-Alaq 1-5. Mungkin telah banyak diketahui bahwa surat ini adalah surat yang turun pertama kali ke bumi kepada Nabiullah Muhammad SAW sekaligus sebagai peresmian beliau untuk diangkat menjadi Rasul Allah yang terakhir. Maksud dari ayat ini adalah agar kita, sebagai umat islam, wajib untuk mempelajari tanda-tanda kekuasaan Allah (Firman Allah). Membaca tidak diartikan secara harfiah sebagai membaca buku, tapi juga membaca ilmu-ilmu Allah SWT yang telah diciptakan di alam ini sebagai Hukum alam, sunnatullah, dan apapun sebutannya. Umat islam diperintahkan mempelajarinya agar umat islam memiliki kehidupan yang mulia, yang berguna bagi umat lainnya, sehingga umat non-islam akan tergerak hatinya untuk mempelajari islam, dan merasa tertolong dengan memeluk agama islam. Umat islam diperintahkan menuntut ilmu, memikirkan kejadian alam semesta ini, dan menyampaikannya dengan penuh rasa syukur bahwa ini adalah nikmat Allah Yang Maha Pencipta. Bahkan dalam surat Ali Imran...., maaf bukannya saya promosi nama saya, tapi kebetulan namanya sama....”. Para jama’ah tertawa sejenak. Ali Imran meneruskan penyampaiannya. “ Dalam surat Ali Imran ayat 191 (yaitu) orang-orang yang berdzikrullah (melihat tanda-tanda kekuasaan Allah) dalam keadaan berdiri, duduk, dan juga sembari berbaring, dan mereka bertafakkur (mempelajari )mengenai penciptaan langit dan bumi (lalu berkata) “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini semua dengan kesia-siaan, Maha Suci Engkau dan peliharalah kami dari siksa neraka” Surat ini menunjukkan agar umat islam tidak boleh menyia-nyiakan sedikitpun dalam setiap aktivitasnya kecuali untuk lebih memahami Allah, mempelajari nikmat-Nya, dan menyampaikannya kepada saudara-saudaranya yang lain. Rasulullah SAW dalam riwayatnya digambarkan seperti orang yang tidak pernah berhenti dan terus-menerus berpikir. Memikirkan ayat-ayat Allah yang baru diterimanya, memikirkan kondisi umatnya, sampai memikirkan aktivitas kecil yang baru saja dilakukannya. Rasulullah SAW adalah orang yang sangat lembut dan santun dalam setiap ucapan dan perbuatannya, tapi Rasulullah SAW selalu berpikir untuk mencari cara penyampaian yang lebih baik. Bahkan kadang sampai lupa makan.”
Created by Muhammad Burhan Lihat selengkapnya di blog saya : www.muhammad-burhan02.blogspot.com
''Barangsiapa keadaannya hari ini lebih baik dari hari kemarin, dia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa yang keadaannya hari ini seperti hari kemarin, dia sudah tertipu (merugi). Dan barangsiapa keadaannya hari ini lebih buruk dari hari kemarin, terkutuklah (Celakalah) dia.'' (Hadis riwayat Hakim) Seorang akhi bernama Abidin bertanya “Pak Ustadz. Sebetulnya mana yang harus didahulukan. Ilmu dunia atau ilmu akhirat..?” “pertanyaan bagus akhi Abidin, sebetulnya tidak ada yang dahulu-mendahului karena ini bukan balapan...” canda Ali Imran, “Sebetulnya ilmu itu tidak ada yang dunia maupun akhirat. Semua ilmu adalah berasal dari Allah SWT dan diturunkan kepada manusia agar diuji mana manusia yang beriman dan mana yang tersesat. Adanya pemisahan ilmu dunia dan akhirat karena perbedaan tujuannya. Bila anda belajar ilmu fisika dan matematika untuk membuktikan kebenaran Al Quran dan digunakan untuk dakwah, maka itu adalah ilmu akhirat. Bila anda belajar ilmu dagang dan marketing untuk membuat anda lebih sejahtera dan untuk membantu mengangkat derajat saudara kita yang miskin menjadi kaya, maka itu ilmu akhirat. Banyak ilmu akhirat yang derajatnya turun menjadi ilmu dunia karena tujuan-tujuannya yang tidak lebih hanya untuk memuaskan hawa nafsu kita. Ilmu ekonomi adalah ilmu Allah tapi dicampuri dengan sistem riba dan penipuan, maka turun jadi ilmu dunia. Ilmu marketing adalah ilmu Allah tapi digunakan untuk memperdaya pelanggan dan caranya main hantam kromo hanya untuk kepentingan mengejar target sehingga ilmu tersebut turun jadi ilmu dunia. Ilmu kepemimpinan adalah ilmu Allah, tapi ilmu kepemimpinan yang berubah jadi otoriter, menindas yang dibawah, dan mematikan lawan yang berbeda pendapat, menurunkan ilmu tersebut menjadi ilmu dunia. Sekulerisasi, atau pemisahan ilmu akhirat dengan ilmu dunia mengakibatkan terjadinya yang kaya semakin kaya, yang berkuasa selalu menang, yang miskin makin miskin, hingga karena Allah Maha Penyayang diberilah kita adzab kecil berupa krisis ekonomi, kriminalitas tinggi, demonstrasi dimana-mana, dan semua dampak-dampak akibat menurunkan ilmu akhirat menjadi ilmu dunia. Jadi anjurannya adalah mari kita pelajari semua ilmu Allah yang bisa kita kuasai sehingga dengan ilmu tersebut kita mengerti betul apa yang Allah kehendaki dan apa yang Allah larang, dengan niat untuk mendapatkan ridho dan rahmat Allah dan, niscaya ilmu tersbut memajukan kita semua. Insya Allah.
Barang siapa yang mengejar dunia dalam kehidupannya, maka ia hanya mendapatkan dunia. Namun, siapapun yang beramal untuk mencari bekal di akhirat nanti, maka ia akan mendapatkan keduanya;duani dan akhirat. (Hadits Nabi SAW)” Ukhti Salamah juga ingin bertanya
Created by Muhammad Burhan Lihat selengkapnya di blog saya : www.muhammad-burhan02.blogspot.com “Pak Ustadz, mengapa banyak orang kafir yang justru menjadi kaya dengan “ilmu dunia” yang tadi Pak Ustadz sebutkan. Bukankah Allah harusnya memberi adzab karena menurunkan ilmu Allah menjadi ilmu dunia?” “Alhamdulillaah..ternyata pertanyaannya kritis-kritis ya..Terima kasih buat ukhti salamah. Saya harus menjawab ini dengan hati-hati. Saya tidak akan menyalahkan Allah SWT dengan protes kepada-Nya “Ya Allah, kenapa kita yang setiap hari menyembah-Mu Engkau buat susah, sedangkan mereka yang mendustakan-Mu Engkau buat kaya..?”. Saya justru lebih baik introspeksi diri. Sebetulnya pertanyaannya adalah apakah kita sudah pantas diberi kekayaan oleh Allah seperti mereka..? Kadang-kadang Allah belum mengabulkan doa kita ada beberapa sebab: 1. Apakah kita sudah menjadi hamba-Nya yang mensyukuri yang kita punya. Bila kita mendapat makanan, kita lupa bersyukur kepada Allah, bila kita mendapat baju bagus, kita hanya berkata “Horeee”, Bahkan bila Allah memberi kita motor, kita langsung protes “Aku kan harusnya dapat mobil..”. Kalau dengan nikmat yang kita punya saja kita tidak bersyukur, ya jangan harap Allah memberi lebih karena Allah Yang Maha Penyayang tidak ingin kekayaan kita makin membuat kita tersesat. 2. Apakah kita sudah menjadi hamba yang dicintai-Nya? Bila kita mencintai seseorang, katakanlah istri atau ibunda kita, apa yang tidak diberikan oleh kita kepadanya. Bahkan kita rela bekerja banting tulang sampai kita bingung tulang kita manalagi yang perlu dibanting agar istri atau ibunda tercinta kita keinginannya terkabul. Begitu juga dengan Allah saudaraku, bila kita selalu memuliakan-Nya, berdo’a dengan bahasa yang santun sambil menyebut asmaNya dengan kesungguhan hati bahwa Dia memang Maha Penyayang, Maha Pemberi, dan Maha Kuasa, kemudian kita kerjakan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya sesuai petunjuk Rasulullah SAW dengan sungguh-sungguh. Maka apa yang tidak Allah berikan kepada hamba yang dicintai-Nya ini. Bahkan Allah akan mengabulkan keinginannya walaupun hamba-Nya ini belum meminta dan baru memikirkannya. Coba lihat Rasulullah SAW, bagaimana Allah sangat mencintainya sehingga saat Nabi SAW akan menemui ajal Allah Berfirman kepada Izrail, “Wahai Izrail, Bila engkau ingin mencabut nyawa Muhammad, mintalah izin kepadanya. Cabutlah dengan lembut sekali agar tidak terasa sakit olehnya...” 3. Apakah kita memang memiliki cukup kemampuan untuk bisa maju? Ini pertanyaan yang sering dilewatkan oleh kita, umat islam, yang frustasi dalam berdoa dan beribadah tapi tidak dikabulkan untuk menjadi bangsa maju. Coba lihat apakah ilmu kita memang mampu untuk membuat helikopter sedangkan bikin As Roda dalam skala massal saja kita kesulitan. Apakah kita mampu menancapkan bendera merah putih di bulan sedangkan umat islam sendiri lebih doyan nonton film horor atau goyang nge-bor dibanding nonton discovery channel atau buku-buku perancangan Antariksa. Bagaimana kita mau membuat mobil nasional kalau umat islam yang udah terlanjur mau jadi calon insinyur pola pikirnya adalah kerja apa aja yang penting halal, sekolah tinggi-tinggi ilmunya
Created by Muhammad Burhan Lihat selengkapnya di blog saya : www.muhammad-burhan02.blogspot.com tidak terpakai. Kalau sedikit sih tidak masalah. Nah kalau 70% sarjana teknik banting stir, siapa yang mau memajukan teknologi indonesia ?..” Dan saya ini salah satu dari yang 70% tersebut.hehehe.”. Para jama’ah tertawa mendengar celotehan sang ustadz. Ali Imran memang dulunya adalah seorang sarjana teknik universitas terkemuka di Indonesia. Sebelum akhirnya beralih menjadi seorang ustadz sekaligus enterpreneur menjadi tukang sayur di Pasar rawamangun. Sempat mengalami masa kelam ketika mencapai tingkat akhir kuliah, dan pernah dipenjara karena terlibat hutang membuatnya kini lebih berhati-hati dalam melangkah dan menyerahkan hasil akhir dari segala upayanya kepada Allah SWT. Ali percaya apapun hasil yang Allah berikan kepada kita. Itulah yang terbaik.(Baca : Perjalanan Ali Imran 1 – titik balik) Seorang Ikhwan bertanya lagi.”Pak Ustadz, bagaimana tanggapan pak Ustadz bila ada orang yang nanya “kenapa ilmu agama gak mengajarkan kita untuk jadi kaya?” Ali Imran bertanya kembali “Apa jawaban anda bila anda ditanya seperti itu?” Ikhwan tersebut ragu-ragu. Ali tahu ikhwan tersebut baru saja bergabung di majelis ini pertama kali. Dia sepertinya kaget ada ustadz yang cara penyampaiannya interaktif. “Yaa..bingung juga pak ustadz. Paling saya jawab, kita kan punya Tuhan Yang Maha Kaya, kalau kita meminta dengan sungguh-sungguh untuk jadi kaya, kita dikabulkan kok” “Saya mau tanya lagi, kaya itu definisinya apa ya?” tanya Ali lagi. “Yaa..berkecukupan..punya uang banyak” “Hmm punya uang banyak..bagus...kalau begitu, perlu berapa banyak..?” Ikhwan tersebut terdiam..bingung... “Saya mau tanya ke semua jama’ah, orang yang memiliki banyak sekali uang, tapi selalu merasa kekurangan. Dia kaya apa miskin..?” “miskin..!” jawab serempak “lalu kalau ada orang yang tidak memiliki uang sama sekali. Tapi bersyukur sekali ketika bisa makan, punya pakaian, punya rumah, dan dicintai istri dan anak-anaknya. Intinya dia bersyukur karena dia memiliki segala yang dia inginkan. Dia orang kaya apa miskin?” “kaya..!!”jawab serempak. “bagaimana bisa Pak ustadz orang tidak punya uang sama sekali bisa makan dan bisa beli macam-macam.” Ikhwan tersebut mulai ngeyel. Ali Imran tersenyum saja “Tidak ada seekor semut pun yang kelaparan selama Allah memberinya rezeki, coba lihat ada begitu banyak saudara-saudara kita yang bekerja sebagai pemulung, tapi dapat membeli rumah gratis, tanpa dibayar karena letaknya di bawah jembatan. Dia punya pakaian yang dia jahitkan dari kardus bekas, dia punya sandal yang dia potong dari ban bekas, dia bisa membuatkan mainan anak-anaknya yang lucu dari kaleng bekas. Sehingga anaknya tertawa riang mendapat mainan baru. Dia bisa membuatkan kalung istrinya dari kuningan 24 karat yang dia kikir berbentuk hati sampai mengkilap sehingga istrinya bahagia karena mengira suaminya kaya mendadak dan
Created by Muhammad Burhan Lihat selengkapnya di blog saya : www.muhammad-burhan02.blogspot.com membelikannya kalung emas betulan. Dia juga mendapat makanan karena sampah yang dia kumpulkan ditukar dengan makanan.” “Bandingkan,” lanjut Ali Imran “ Dengan orang yang memiliki duit banyak tapi selalu kekurangan uang, kekurangan uang untuk membayar biaya pengobatan karena sakit tidak kunjung sembuh, selalu kekurangan karena hutang perusahaannya lebih banyak, selalu kekurangan membayar pengacara karena terlibat korupsi, selalu kekurangan karena gaya hidup istrinya yang mewah.” “Kaya itu bukan ditentukan dari banyaknya materi. Kaya adalah kemampuan setiap orang untuk memenuhi kepuasan dirinya sendiri. Kalau anda ingin kaya, kendalikan kepuasan anda. Islam ribuan tahun lalu telah mengajarkan manusia untuk selalu mengendalikan kepuasan dengan pengertian bahwa setiap manusia itu sudah kaya. Kita diberi oleh Allah SWT udara yang segar, kesehatan yang baik, umur yang masih tersisa. Saya berani bertaruh, betapapun pedihnya cobaan yang diberikan Allah kepada kita, masih jauh lebih banyak nikmat yang kita terima. Anda tidak akan pernah bisa membayar nikmat karena dikaruniai ibunda yang penuh kasih sayang kepada kita ketika kita mendengar begitu banyak wanita yang rela ‘membunuh’ jabang bayinya untuk menutup aib. Kita akan sangat bersyukur kepada Allah SWT diberi suami yang miskin ketika banyak istri yang suaminya kaya mendapati suaminya berselingkuh dengan banyak wanita. Na’udzubillah min dzalik” “Tapi Pak ustadz....,” Ikhwan tersebut sepertinya masih belum puas. Ali merasa inilah ujian sesungguhnya menjadi manusia yang diberi ilmu sedikit lebih oleh Allah SWT. Ujian kesabaran. “Bukannya manusiawi kalau kita belum puas. Kan wajar kalau kita ingin berkembang menjadi lebih dari kita yang sekarang.” "Maaf, nama anda siapa?” “Lutfi Pak Ustadz” “Oke. Lutfi, tentu saja islam tidak melarang umatnya yang ingin menjadi kaya. Hanya saja harus tetap sesuai aturan syari’at. Sekalian saya ingin menjawab bagaimana cara kita menjadi kaya. Ini ilmu rahasia ya, jangan disebarluaskan..”Ali mencoba menarik antusiasme jama’ah-nya dan memang Ali selalu punya cara agar jama’ahnya selalu tertarik dengan tausiahnya. “Yaitu, jangan pernah meminta kepada Allah untuk menjadi kaya.” “Haaah..?”Semua jama’ah terheran-heran. Pernyataan yang membalikkan pandangan umum. “Seperti yang sudah saya terangkan diatas. Islam memberi pengertian bahwa kita semua sesungguhnya sudah kaya dengan nikmat Allah yang banyak. Jadi ketika kita berdoa “Ya Allah Yang Maha Pemberi, aku ingin menjadi kaya, buatlah aku menjadi kaya”. Kemungkinan besar Allah akan Berfirman “Hamba-Ku, Engkau sudah Aku buat kaya”.Sehingga sang pendo’a kebingungan doanya gak pernah dijawab, padahal sudah dijawab.
Created by Muhammad Burhan Lihat selengkapnya di blog saya : www.muhammad-burhan02.blogspot.com Jauh lebih baik kita konkret-kan yang ingin kita capai. Contoh : kita ingin punya rumah yang besar, kita harus tanya TCI.” “Apa itu TCI pak ustadz?” “T : Tujuannya apa. Tujuannya harus baik dulu. Kalau tujuannya agar bisa menampung anak yatim lebih banyak, menampung saudara-saudara kita yang ada di kampung, atau agar kalau kebanjiran masih punya lantai 2 diatas buat nyelametin istri ma anak-anak kita, itu tujuan yang baik. Naah kalau tujuannya baik, insya Allah dikabulkan. Tapi kalau tujuannya biar bisa pamer sama tetangga sebelah, lebih baik diurungkan niatnya. Lalu C : Caranya. Pastikan cara-cara kita untuk mencapai kesana halal dan diridhoi Allah, caranya bisa menabung uang gajian sedikit-sedikit, nyoba ngambil kredit (minta rumah gede kok pake kredit ya..ketahuan motto hidupnya “biar tekor asal kesohor”..hehehe), “ Ali Imran bercanda lagi. “Setelah itu lihat lagi bekerjanya sudah sungguh-sungguh apa belum? Percuma kita niatnya baik, doa-nya kenceng, tapi kerjanya males-malesan, seperti ga ada niat naik gaji atau naik pangkat, bahkan bisanya bikin masalah di perusahaan. Kalau sudah seperti itu,bagaimana Allah ingin mengubah nasib kita. “Lalu yang terakhir adalah I : Ibadahnya. Sholatnya sudah sempurna belum? Sudah khusyuk belum? Sholat wajibnya on time ga? Sholat sunat-nya dikerjain ga? Sudah zakat belum?sudah sedekah belum?rajin puasa sunnah ga? Rajin ke mesjid ga? Intinya segala amal ibadah yang membuat ente-ente semua dicintai oleh ALLAH SWT sudah dilakukan belum? Karena ibadah itu semua menunjukkan kecintaan kita kepada Allah SWT. Analoginya bagaimana mungkin kita berharap ada perempuan suka dengan kita tapi kitanya dingin-dingin aja. Apalagi perempuan kan jinak-jinak merpati..hehehe” Para jama’ah tertawa, Ali lalu melanjutkan” Allah pun juga tidak mau mencintai seseorang yang tidak mencintainya. Yang ibadahnya setengah hati. Ada sebuah hadits yang pengertiannya sangat baik: dari Abu Hurairah dari Nabi, beliau bersabda,” Apabila Allah mencintai sesorang hamba, jibril akan menyerukan bahwa Allah mencintai fulan dan jibrilpun turut mencintainya. Kemudian jibril menyeru kepada penduduk langit,” Sungguh Allah telah mencintai fulan, maka cintailah dia.” Maka penduduk langitpun mencintainya. Kemudian Allahpun menjadikan hamba tersebut bisa diterima oleh penghuni bumi.” (HR Bukhari) Siapa sajakah penghuni bumi? Coba sebutkan satu-satu, ayah-ibu kita, saudara kita, perusahaan kita tempat bekerja, bahkan yang tidak hidup seperti uang, rumah, dan lainlain. Bayangkan kalau kita mendapat bantuan dari mereka semua. Masya Allah, tidak ada yang tidak bisa kita dapatkan. Kalau Allah berkata “Kun Fayakuun, wahai perusahaan si fulan, berikanlah si fulan rumah yang besar”. Pasti langsung jadi. “Kun Fayakuun, wahai uang, berkembang biaklah engkau agar si Fulan pergi naik haji”. Langsung orang itu naik haji.”
Created by Muhammad Burhan Lihat selengkapnya di blog saya : www.muhammad-burhan02.blogspot.com Jadi kesimpulannya TCI ya. Tujuannya harus baik, Dengan Cara yang halal dan sungguh-sungguh, dan Ibadahnya seperti ingin meraih cintanya Allah SWT. Insya Allah kita akan dibuat sejahtera dan tidak pernah merasa kekurangan. Amien Oke. Karena waktu kita sudah habis, sekarang sudah jam setengah 9 malam. Mari kita tutup kajian kita dengan hamdalah, istighfar, dan do’a penutup majelis. “Wassalamualaikum warakhmatullahi wabaraktuh” “Walaikum salam warakhmatullahi wabarakatu”Jawab para jama’ah sekalian dan mereka membubarkan diri.