CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. PERTAMINA PERSERO SEBAGAI SALAH SATU INVESTASI SOSIAL (STUDI DESKRIPTIF: PROGRAM MECHANICAL TRAINING CENTER) Rizky Jason Sutanto dan Dra. Fitriyah, M.Si Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia
Email:
[email protected] /
[email protected]
Abstrak
Pada tahun 2012 CSR PT. Pertamina Persero melaksanakan sebuah program yang bernama Mechanichal Training Center (MTC) program ini merupakan pilot project bidang pendidikan dari CSR PT. Pertamina Persero. Program ini merupakan hal baru bagi PT. Pertamina Persero sehingga diharapkan menjadi sebuah investasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan MTCsebagai sebuah investasi yang berbasis sosial (investasi sosial). Hasil analisis dari Program MTC dengan menggunakan teori CSR, Intervensi komunitas, dan investasi sosial menunjukan bahwa program MTC adalah sebuah investasi sosial dari CSR PT. Pertamina Persero.
Kata Kunci : MTC, Mechanical Training Center, Investasi sosial, CSR PT. Pertamina Persero
Corporate Social Responsibility of Pertamina Persero Inc. As One Of Social Investment (Descriptive Study: Mechanical Training Center Programme)
Abstract
In 2012 CSR of Pertamina Inc. has been performing a program called Mechanichal Training Center (MTC) this program is a pilot project of the Educational sector of Pertamina Inc.’s CSR. This programme is a the new thing for Pertamina Inc, so it is expected to be an investment. This research use descriptive qualitative method which aims to describe MTC as an social based investment (social investment). Research result from this MTC programme using the theories of CSR, community intervention, and social investment show that MTC is an social investment from Pertamina Inc.’s CSR.
Key word: MTC, Mechanical Training Center, Social investment, Pertamina Inc.
I. Pendahuluan
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
Banyaknya perusahaan/korporasi yang ada di Indonesia saat ini menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Salah satu dampak positifnya ditandai dengan penyerapan tenaga kerja (BPKM, 2104). Selain itu dampak negatifnya adalah timbulnya berbagai masalah sosial seperti persaingan antara home industry dan korporasi yang berujung pada kesenjangan sosial. Sebagai contoh yaitu menjamurnya Alf*maret dan Ind*maret membuat toko kelontong pun kesulitan (Alfamart, 2012) kemudian masalah eksploitasi baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Ditambah dengan tingginya intensitas demo dari warga masyarakat yang ada di media massa guna menuntut perusahaan untuk memperhatikan dan berperan aktif dalam meningkatkan taraf hidup/kesejahteraan masyarakat atau pegawainya, sebagai contoh adalah buruh PT. Primo mogok kerja guna menuntut status tetap (Tuntut, 2014). Pada dasarnya hal ini dapat dikatakan merugikan pihak korporasi karena merusak image korporasi di mata masyarakat dan pemerintah yang berujung pada penurunan profit, penutupan ataupun tindakan anarkis dari pihak yang dirugikan. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi kehidupan yang diharapkan masyarakat akan sulit terwujud tanpa adanya usaha kesejahteraan sosial, baik oleh pihak pemerintah, Non Goverment Organization (NGO), swasta, maupun masyarakat. Berjalan atau tidaknya suatu usaha kesejahteraan sosial sangat dipengaruhi oleh organisasi yang menyediakan usaha kesejahteraan sosial tersebut (Adi, 2005). Menurut Adi (2005) kondisi kehidupan yang diharapkan masyarakat tidak dapat terwujud apabila tidak dikembangkan baik oleh pemerintah,
organisasi
non
pemerintah,
maupun
dunia
usaha.
Dibutuhkan
kerjasama/kemitraan yang baik dari tiga sektor yakni pemerintah, masyarakat dan korporasi. Dengan melihat pertimbangan tersebut korporasi dalam dunia bisnis dianggap sebagai salah satu faktor penting sekaligus penggerak terwujudnya kesejahteraan sosial. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan tindakan atau program dari korporasi yang bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat guna memperbaiki hubungan dengan masyarakat dan pemerintah. Dunia usaha sendiri berkontribusi pada kesejahteraan sosial melalui Kegiatan CSR. CSR merupakan bagian dari etika bisnis yang dilakukan perusahaan dengan tujuan saling memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah dan masyarakat (Nursahid, 2006). Di Indonesia, praktek CSR kini merebak walaupun hanya sebagai kegiatan yang sifatnya insidental seperti pemberian bantuan untuk korban bencana, sumbangan, serta bentuk-bentuk charity atau filantropi lainnya (Pambudi, 2005). Perusahaan harus meyakini bahwa kegiatan CSR mereka lakukan demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) usaha. Ini artinya, CSR bukan lagi
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
dilihat hanya sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sebagai sentra laba (profit center) di masa mendatang (Wibisono, 2007). Salah satu korporasi di Indonesia yang mengaplikasikan kegiatan CSR dalam strategi korporasinya adalah PT. Pertamina Persero. Pertamina sebagai salah satu perusahaan telah melakukan kegiatan CSR melalui berbagai program Salah satu program CSR PT. Pertamina yang mengedepankan sustainabilitas program adalah program Mechanical Training Center (MTC) yang dilakukan sejak tahun 2012. Dalam program ini Pertamina bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT. Techno Motor Indonesia (TMI) dan menjalin sebuah sinergi yang saling menguntungkan melalui sebuah kegiatan CSR. Program ini melatih guru-guru SMK untuk mendapatkan pengetahuan lebih mengenai praktek perbengkelan yang kemudian hasil dari pelatihan guru tersebut di aplikasikan kepada para murid SMKN 1 Budi Utomo. Untuk selanjutnya para murid akan diserap menjadi tenaga kerja di outlet bengkel waralaba milik PT. TMI yang bernama Mr. Montir. MTC ini merupakan sebuah Pilot Project dari bidang edukasi CSR PT. Pertamina Persero. Program ini menjadi sebuah investasi sosial bagi pihak Pertamina guna mendukung strategi bisnis mereka. Namun karena program ini adalah sebuah pilot project atau program yang pertama kali dilakukan Pertamina, sehingga menyebabkan MTC menarik untuk diteliti, karena CSR PT. Pertamina Persero mencoba melakukan sesuatu yang baru. Selain itu dari hasil wawancara dengan informan dilapangan diketahui bahwa intensitas murid yang terserap untuk menjadi tenaga kerja di bengkel bengkelan masih sedikit, dikarenakan akreditasi SMKN 1 yang tinggi sehingga banyak siswa yang tergolong pintar lebih berminat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (universitas) dibandingkan langsung bekerja di bengkel. Dari penjabaran rumusan permasalahan di atas, maka diputuskan untuk mengangkat pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah kegiatan CSR Mechanical Training Center (MTC) di PT. Pertamina Persero merupakan Sebuah investasi yang berbasis sosial (investasi sosial)?.
II. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
tertentu termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Dengan penggunaan jenis penelitian deskriptif, diharapkan dapat ditampilkan gambaran situasi, setting social, atau hubungan yang lebih rinci (Neuman, 2006). Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonprobabilita dengan metode purposive (Hendriansyah, 2010). Sehingga diperoleh 7 (tujuh) informan dengan kriteria yang ditentukan yaitu: 4 (empat) orang dari divisi CSR, 1 (satu) orang divisi Lubricant, 1 (satu) orang dari PT. Techno Motor Indonesia dan 1 (satu) orang Guru SMK Budi Utomo yang mendapat pelatihan sekaligus sebagai Person In Charge program MTC. Data kualitatif dalam penelitian ini dapat dikumpulkan dengan cara penelitian lapangan. Dalam penelitian lapangan ini terdiri dari: a. Studi literatur b. Wawancara mendalam c. Observasi Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data (data reduction), menggabungkan data (data organization, menjelaskan data (data interpretation) sesuai dengan Alston dan Bowles (2003) Strategi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas penelitian digunakan triangulasi, dalam penelitian ini akan digunakan dua metode triangulasi yakni: triangulation of data sources (triangulasi sumber data) dan triangulation of theory (Triangulasi teori) Neuman (2006).
III. Tinjauan Teoritis 3.1
CSR Menurut Wibisono (2007) dalam bukunya Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, ada
tiga kategori cara perusahaan memandang CSR atau alasan perusahaan dalam menerapkan CSR. Pertama, karena keterpaksaan, kedua, untuk memenuhi kewajiban, dan yang ketiga karena adanya dorongan yang tulus untuk menjalankan kewajiban. Menurut Suharto (2006) ComDev seringkali di definisikan sebagai proses penguatan masyarakat secara aktif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan sosial, partisipasi dan kerjasama yang setara. Sedangkan menurut Saidi dan Abidin, (2004).
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
Community
Development atau ComDev, merupakan suatu bentuk CSR yang lebih banyak didorong oleh motivasi kewarganegaraan, meskipun beberapa aspek masih diwarnai oleh motivasi filantropis. Milton Friedman dalam Saidi & Abidin (2004) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tiada lain dan harus merupakan usaha mencari laba itu sendiri. Sehingga pada dasanya motif perusahaan dalam melakukan CSR tetap berujung pada keuntungan (profit) atau motif ekonomi. Selain itu menurut pandangan Suharto (2006) yang memodifikasi dari Saidi dan Abidin (2004) motivasi korporasi dalam melaksanakan CSR dibagi dalam tujuh poin yang dilihat dari ketiga tahapan paradigma yaitu: Tabel 3.1 Motivasi CSR Motivasi Semangat/prisnsip Misi Pengelolaan
Karitatif/Charity Agama, tradisi adat. Mengatasi masalah sesaat/saat itu.
Pengorganisasian
Jangka pendek dan parsial. Kepanitiaan.
Penerima manfaat
Orang miskin.
Kontribusi
Hibah sosial.
Inspirasi
Kewajiban.
Tahapan/paradigma Filantropi/Philanthropy Kewarganegaraan/Citizenship Norma, etika dan hukum Pencerahan diri dan rekonsiliasi universal dengan ketertiban sosial. Monolong sesama. Mencari dan mengatasi akar masalah; memberikan konstribusi kepada masyarakat. Terencana, terorganisasi, Terinternalisasi dalam kebijakan terprogam. perusahaan/korporat Yayasan/Dana Abadi. Professional: keterlibatan tenaga ahli dibidangnya. Masyarakat luas. Masyarakat luas dan perusahaan/korporat Hibah pembangunan. Hibah sosial maupun pembangunan dan keterlibatan sosial. Kemanusiaan. Kepentingan bersama
Sumber: Suharto (2006)
Wibisono (2007) juga menyebutkan manfaat atau keuntungan melaksanakan program CSR antara lain : Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan, mendapatkan social licence to operate, mereduksi resiko bisnis perusahaan (risk management). melebarkan akses menuju sumber daya, membentangkan akses menuju Market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakehoder, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, peluang mendapatkan penghargaan.
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
3.2
Intervensi Komunitas Dalam melaksanakan intervensi komunitas hal yang umum dilakukan adalah melalui
pengembangan masyarakat (community development). Menurut Batten dalam Adi (2008) ada dua pendekatan dalam pengembangan masyarakat, yang pertama adalah pendekatan direktif (instruktif) dan yang kedua adalah pendekatan non-direktif atau partisipatif. 1. Pendekatan direktif (instruktif). 2. Pendekatan non-direktif (partisipatoris) Jika dipandang dari kacamata CSR oleh perusahaan, community development (ComDev) menurut Susanto (2007) yaitu kesadaran yang memiliki hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara satu dengan yang lain tanpa adanya tumpang tindih, yang berada di dalam lingkungan sekitar perusahaan. Masyarakat mengharapkan perusahaan dapat membantu dalam penyelesaian masalah, sedangkan perusahaan berharap kepada masyarakat sekitar untuk berperilaku secara adil baik dalam bertingkah laku dan berpikir. Dalam implementasinya konsep community Development mempunyai jangka waktu yang tidak sebentar (Adi, 2008). Berbeda dengan kegiatan yang tidak bersifat pemberdayaan atau Karitatif yang memiliki jangka waktu pendek (Saidi & Abidin, 2004). 3.3
Investasi Sosial Secara singkat philantrhopy adalah istilah luas yang meliputi semua kegiatan yang
bertujuan untuk kebaikan publik (public good) baik kegiatan operasional dalam hal ini dengan cara melakukan sendiri ataupun penyediaan (enabling) dengan cara memberikan sarana dan prasarana (providing goods) kepada pihak lain untuk melakukannya (Grant, 2012). Dalam konteks investasi sosial kegiatan yang dilakukan hanya meliputi kegiatan enabling saja, dengan menggunakan bantuan pihak ketiga. Grant/hibah tradisional sendiri memiliki ciri khas untuk bisa disebut grant/hibah dan dapat dilihat melalui elemen-elemen kunci yang menurut Grant (2012) adalah sebagai berikut: “No financial return”. (“Tidak ada keuntungan finansial”), “no personal gain or exchange of goods or services and no conflict of interest, But does have a social purpose” (“Tapi memang memiliki sebuah tujuan social”), “Doesn’t have to be money” (“tidak harus selalu berupa uang”), “Can be to anyone including individuals, statutory organizations or private companies”. (“dapat kepada siapa pun termasuk individu, organisasi perundangundangan atau badan hukum publik serta perusahaan swasta”), “The work is done by a third party” (“pekerjaannya dilakukan oleh pihak ketiga”).
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
Dari poin-poin di atas, Grant (2012) menyatakan kembali secara personal bahwa definisi dari grant/hibah tradisional adalah “a non-contractual one-way transfer of assets for a social purpose”. Yang artinya adalah sebuah pemindahan atau transfer aset non-kontraktual secara satu arah untuk tujuan sosial. Sedangkan grant dengan paradigma investasi sosial kurang lebih memiliki ciri yang sama, namun memiliki arti sedikit lebih luas yang memungkinkan adanya keuntungan finansial untuk para investor, meskipun tidak menjadi motivasi utamanya. Penjelasan mengenai elemen kunci hibah/grant memberikan gambaran yang jelas bahwa perbedaan yang paling mencolok dengan grantmaking yang bersifat investasi sosial adalah dari poin pertama yaitu “No financial return” menjadai “Possibilities of financial return” dan pada poin kedua yaitu “No personal gain or exchange of goods or services and no conflict of interest” menjadi ”Possibilities of personal gain or exchange of goods or services and conflict of interest" (Grant, 2012). Dari penjabaran di atas mengenai grant atau yang biasa dikenal dengan hibah, dapat diketahui sedikit tentang pengertian investasi sosial. Investasi sosial dapat dianggap sebagai kontribusi pribadi untuk kepentingan publik. Berbeda dari pendanaan tradisional (traditional grantmaking), Investasi sosial menunjukkan pergeseran penekanan dari pendanaan tradisional, guna mencakup penciptaan aset dan kapasitas, pemecahan masalah dan akhirnya, keberlanjutan/sustainabilitas (Association of Chief Executives of Voluntary Organisations, ACEVO, 2010). Investasi sosial sendiri sebenarnya mempunyai beberapa banyak definisi, salah satunya adalah definisi dari Bruyn (2008) Adapun penjelasanya sebagai berikut: 1. Secara deskriptif Investasi sosial adalah alokasi modal pada suatu organisasi dalam konteks masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. 2. Secara normatif investasi sosial adalah alokasi modal untuk memajukan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Para sosial investor merasa bahwa kesejahteraan ekonominya merupakan suatu hal yang penting seperti halnya kesejahteraan ekonomi masyarakat dimana mereka menginvestasikan asetnya 3. Secara analitis investasi sosial adalah kegiatan alokasi modal yang mempunyai sebuah kerangka sosial : faktor sosial mempengaruhi setiap keputusan ekonomi (alokasi modal) yang dibuat. Sebagai contoh, setiap investor yang bersifat profit oriented harus memperhitungkan organisasi sosial dari sasaran usaha/bisnisnya agar dapat memprediksi keuntungan finansial mereka.
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
Selain definisi dari Bruyn mengenai investasi sosial, banyak akademisi, peneliti, maupun organisasi dengan level dunia yang mendefinisikan investasi sosial. Adapun pengertian-pengertian lain dari investasi sosial adalah sebagai berikut: 1. Investasi yang tidak hanya difokuskan untuk memperoleh keuntungan finansial namun investasi ini juga melakukan sesuatu yang baik bagi masyarakat dengan tujuan memperoleh keuntungan sosial (Big Society Capital, 2014). 2. sumbangan atau tindakan sukarela oleh perusahaan untuk membantu masyarakat di daerah operasi untuk mengarahkan prioritas pembangunan mereka, dan mengambil keuntungan dari kesempatan investasi perusahaan yang dibuat oleh dengan cara-cara yang mendukung bisnis yang berkelanjutan dan mendukung tujuan utama bisnis perusahaan (International Finance Corporation, IFC, 2010). 3. Dengan kata lain yaitu sumbangan sukarela oleh perusahaan untuk komunitaskomunitas dan masyarakat luas tepat dimana mereka beroperasi, dengan tujuan saling memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan eksternal (external stakeholders), biasanya melalui transfer dari keterampilan atau sumber daya oleh pihak perusahaan (International Petroleum Industry Environmental Conservation Association , IPIECA, 2008). 4. Kebijakan di bidang sosial yang dilakukan oleh sebuah korporat dalam rangka berinvestasi secara sosial kepada masyarakat yakni stakeholders, dengan tujuan untuk menciptakan citra baik (branding image) dan keberlanjutan (sustainable) bisnis bagi korporat (Habibi, 2012). 5. Investasi sosial adalah suatu cara dimana organisasi bisa berperan untuk pengembangan komunitas dimana mereka beroperasi. Investasi sosial yang bermanfaat
untuk
pengembangan
komunitas
bisa
mempertahankan
dan
meningkatkan hubungan organisasi dengan komunitasnya, dan boleh atau tidak dihubungkan dengan inti kegiatan operasional organisasi (Noerman, 2010). Menurut IPIECA (2008) investasi yang baik adalah investasi yang sustainable. Mereka mendefinisikannya sebagai suatu program/investasi yang memberikan impact positif secara kontinu di akhir kegiatan intervensi oleh perusahaan, misalnya dengan memungkinkan orang untuk mengambil kendali, dan memperbaiki kehidupan mereka sendiri tanpa bergantung pada sumber daya perusahaan (community development).
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
Tabel 3.2 Perbedaan hibah tradisional dan Investasi sosial Poin pembeda Motivasi
Misi program Sifat program Produk yang dihasilkan Relasi antara pemberi dan penerima dana Jangka waktu dan pengelolaan program
Subyek Penerima manfaat Dampak yang dirasakan terhadap target sasaran program dan pemberi program
Paradigma Kegiatan philanthropy Hibah tradisional/ nonInvestasi Sosial (social Investment) investasi sosial Dorongan rasa kemanusiaan semata - Kepentingan bersama masyarakat dan perusahaan (corporate citizenship). - Ada tujuan sosial dan mencari keuntungan baik sosial maupun finansial. Mengatasi masalah yang terlihat. - Mencari dan mengatasi akar masalah. - Berkontribusi pada masyarakat. Hanya curative Curative dan Preventive Hibah yang berbasis amal (Charity) - Hibah yang berbasis investasi sosial. - Biasanya menggunakan konsep Community Development (ComDev)/pemberdayaan/pembinaan Tidak ada kontrak atau perjanjian yang - Adanya kontrak atau perjanjian atau pengertian dari kedua belah pihak. mengikat Short term, program singkat / hanya sekali dilakukan. Secara parsial.
Masyarakat/individu/komunitas sasaran.
- Kelegaan sesaat yang mempunyai efek samping ketergantungan (dependency) terhadap bantuan perusahaan. - Pemberi program hanya mendapatkan keuntungan sosial (penyelesaian masalah). Sumber: olahan penelitian dari berbagai literatur
- Long Term, program yang dilakukan bertahap dengan jangka waktu tertentu yang relatif lama. - Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan. - Mengutamakan sustainabilitas baik program maupun keseluruhan perusahaan. Masyarakat/individu/komunitas sasaran dan juga perusahaan. - Pemberdayaan sehingga masyarakat menjadi lebih mandiri. - Pemberi program mendapatkan keuntungan sosial (image, pencegahan masalah) dan finansial.
IV. Hasil Penelitian 4.1
Motivasi Program MTC Dari hasil penelitian di lapangan, informan mengatakan bahwa motivasi dari Program
MTC berdasarkan pemahaman CSR Pertamina yang diadaptasi dari ISO 26000 yang ethical dan transparan. Selain itu komitmen Pertamina dalam pembangunan berkelanjutan guna meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan perusahaan dan masyarakat setempat juga menjadi dasar motivasi MTC. Selain itu Motivasi program CSR MTC selain membantu pemerintah mengatasi masalah sosial juga tetap menginginkan adanya timbal balik dari masyarakat, sehingga masyarakat dapat tumbuh bersama perusahaan. Program MTC ditujukan agar perusahaan juga mendapatkan profit dan tetap sustainable. Alasan dilakukannya program MTC ini merujuk pada tujuan CSR pusat Pertamina yaitu menanamkan nilai perusahaan kepada masyarakat (creating value). Selain itu
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
juga karena ingin membantu anak perusahaan dalam membangun awareness produk kepada masyarakat. Anak perusahaan yang dimaksud adalah divisi Lubricant/pelumas PT. Pertamina. 4.2
Misi Program MTC Terhadap Target Sasaran Program Sesuai dengan kebijakan CSR Pertamina ini mengacu pada Millennium Development
Goals (MDGs) maka misi dari program MTC juga untuk ikut berkontribusi menyukseskan salah satu dari MDGs. Program CSR MTC ini memiliki misi tertentu dalam pelaksanaannya menurut informasi dari informan mengenai CSR yang baik maka program ini dibuat berdasarkan semangat tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh beliau. Kemudian menurut penuturan dari informan lain bahwa Pertamina juga ingin berusaha menjembatani anak-anak SMK dalam memperoleh pekerjaan/ membuka lapangan kerja secara tidak langsung sekaligus berkontribusi kepada masyarakat dengan menumbuhkan rasa cinta kepada produk dalam negeri. 4.3
Sifat program MTC Dari hasil penelitian di lapangan, informan mengatakan bahwa sifat dari kegiatan CSR
MTC dibuat bukan sebagai mitigasi/penanggulangan bencana terhadap perusahaan namun sebagai value creation kepada masyarakat yang mana dapat mencegah terjadinya resiko yang merugikan bagi perusahaan. Informan di lapangan menambahkan bahwa pemberdayaan masyarakat (community development) yang berfokus pada bidang kesehatan tidak akan efektif untuk mengatasi masalah sosial, yang diperlukan adalah pemberdayaan di bidang ekonomi dan pendidikan karena menurutnya ekonomi adalah akar masalah sosial. Sehingga pemberdayaan di kedua bidang tadi dapat mencegah masalah sosial di masa yang akan datang. 4.4
Produk yang dihasilkan Sesuai dengan kriteria program CSR Pertamina di atas produk hibah/grant yang
dihasilkan dari kegiatan CSR Pertamina, Informan di lapangan telah memberikan informasi bahwa Progam MTC ini Memberdayakan guru-guru SMK agar dapat mengembangkan potensinya dan melatih para murid secara berkesinambungan. SMK dipilih menjadi target sasaran program karena SMK lebih sesuai dalam mengimplementasikan tujuan dari Program Community Development (MTC) yang dilakukan oleh CSR Pertamina. Dalam melaksanakan program CSR-nya Pertamina sebisa mungkin memanfaatkan sumber daya yang ada untuk melakukan pemberdayaan melalui program MTC. Dapat dilihat
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
bahwa memang program MTC ini menggunakan model CSR yang mengedepankan tanggung jawab sosial terhadap bisnis yang mereka lakukan dengan konsep Community Development sesuai dengan pemahaman informan. Kemudian diperkuat lagi dengan informasi penegasan dari informan bahwa program ini tidak bersifat charity 4.5
Relasi Antara Pemberi dan Penerima Dana program MTC Dalam program ini terdapat relasi yang terjalin antara pihak Pertamina (divisi CSR dan
Lubricant), PT. TMI selaku mitra dan pihak Sekolah selaku target sasaran program. namun yang akan ditunjukkan di sini adalah relasi dalam kegiatan Grantmaking, yakni pemberian dana untuk melaksanakan program MTC yang dilakukan pihak Pertamina kepada pihak TMI. Adanya relasi dengan TMI bahwa Pertamina telah menjadikan TMI sebagai mitra dan melakukan perjanjian atau kontrak. Dalam program ini, pihak Lubricant memiliki hak untuk melakukan promosi produk kepada pihak TMI dan sekolah. Kedudukan PT. TMI dalam program MTC adalah sebagai penyedia jasa ahli (vendor) yang melaksanakan teknis program 4.6
Jangka Waktu pelaksanaan dan Pengelolaan Program MTC Jangka waktu dan pengelolaan program sebagaimana yang tertera dalam Scope of Work
CSR Pertamina untuk program MTC, yaitu selama enam bulan dengan memperhatikan sustainabilitas dari efek program. Menurut informasi yang didapat dari penelitian di divisi CSR Pertamina, terdapat kegiatan Monitoring and evaluation (Monev) dalam program MTC guna menunjang sustainabilitas program dan perbaikan di program berikutnya. Pada pengelolaan program MTC ini selain memperhatikan sustainabilitas program dan Monev, program dimasukkan ke dalam agenda tahunan kegiatan CSR Pertamina sebagai salah satu kebijakan dari perusahaan. Informasi ini diperkuat dengan bukti dari adanya SOW Pertamina untuk program MTC tahun 2013 yang akan dilaksanakan tahun (2014). 4.7
Subyek Penerima Manfaat program MTC Dalam program CSR MTC yang telah dilakukan oleh Pertamina terdapat pihak-pihak
yang mendapatkan keuntungan dari program tersebut berikut adalah para subyek penerima manfaatnya: 1. Pihak PT. Pertamina 2. Pihak PT. TMI selaku mitra PT. Pertamina 3. Pihak Sekolah SMKN 1 Budi Utomo (Boedoet)
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
4.8
Dampak yang dirasakan terhadap target sasaran program dan pemberi program MTC Informasi mengenai dampak yang dirasakan oleh target sasaran program yakni pihak
sekolah adalah adanya upgrade ilmu pengetahuan dalam praktek perbengkelan mengikuti kemajuan teknologi. Perubahan juga terasa bagi siswa yang tidak mampu membeli motor sendiri untuk dibongkar pasang sehingga memiliki kesempatan untuk belajar melalui fasilitas sekolah yang telah bertambah. Sedangkan dampak yang dirasakan oleh pemberi program yakni pihak Pertamina selain keuntungan finansial yakni meningkatkan derajat kepercayaan dan integritas Pertamina di mata para investor. V.
Pembahasan
5.1
Motivasi Program MTC Kebijakan dari Pertamina yang menganggap CSR adalah suatu investasi dan bukan
merupakan biaya semata yang dapat berpengaruh pada laba perusahaan dan sustainabilitas perusahaan. Jika dikaitkan dengan teori motivasi yang dijelaskan oleh Milton Friedman dalam Saidi & Abidin (2004) maka kebijakan tersebut memiliki motif untuk mendapatkan profit untuk yang tujuan akhirnya adalah profit. Selain itu menurut Wibisono (2007) Pertamina memandang kegiatan CSR bukan lagi sekadar kewajiban, namun kewajiban yang plus. Motivasi program MTC adalah membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah sosial yang ada di masyarakat sekaligus mengharapkan timbal balik dari masyarakat. Jika dikaitkan motivasi perusahaan melakukan CSR menurut Suharto (2006) maka program ini masuk dalam tahapan citizenship. Adanya keinginan Pertamina untuk mengubah jenis kegiatan CSR dari yang semula berbasis filantropi atau Charity kini menuju kepada kegiatan yang berbasis investasi sehingga dapat memberikan profit baik secara sosial maupun finansial kepada perusahaan di masa yang akan datang) Mengacu pada teori mengenai investasi sosial dari Grant (2012) yang memiliki ciri bahwa dalam kegiatan grantmaking yang dilakukan dalam program MTC ini terdapat peluang untuk mendapatkan Possibilities of financial return dan Possibilities of personal gain or exchange of goods or services and conflict of interest.hal ini juga sesuai dengan definisi investasi sosial yang disampaikan Bruyn (2008). Analisis menunjukkan bahwa motivasi program MTC dalam tahapan corporate citizenship, ada tujuan sosial dan memiliki motivasi untuk mendapatkan profit baik sosial maupun finansial.
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
5.2
Misi Program MTC Misi dari Program MTC disesuaikan dengan kebijakan CSR Pertamina yang mengacu
pada MDGs untuk berkontribusi kepada masyarakat kemudian mewujudkan kepedulian Pertamina dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang siap pakai. CSR yang baik adalah CSR yang tidak menimbulkan ketergantungan dan MTC membawa semangat tersebut dalam perancangannya. MTC mempunyai misi menjembatani para lulusan SMK yang ingin mencari kerja dengan program MTC ini. Pertamina juga ingin untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri sehingga produsen dalam negeri lainya juga akan ikut merasakan dampaknya. Sesuai dengan analisis motivasi program yang berada dalam tahapan coporate citizenship maka misinya sesuai tabel motivasi yang dimodifikasi oleh Suharto (2006) dari Saidi dan Abidin (2004) adalah Mencari dan mengatasi akar masalah serta memberikan kontribusi kepada masyarakat. Kemudian dikaitkan dengan pengertian investasi sosial dari Bruyn (2008) bahwa Secara normatif investasi sosial adalah alokasi modal untuk memajukan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Pertamina merasa bahwa kesejahteraan ekonominya merupakan suatu hal yang penting seperti halnya pada kesejahteraan ekonomi masyarakat dimana mereka menginvestasikan asetnya. MTC mempunyai misi untuk berkontribusi pada maysarakat dengan menjembatani para lulusan SMK yang ingin mencari kerja dengan program MTC ini. Pertamina juga ingin untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri. 5.3
Sifat Program MTC creating value sendiri oleh Pertamina dimaksudkan untuk mencegah terjadinya resiko
yang tidak diinginkan oleh perusahaan bukan untuk mengatasi ataupun mengurangi. Jika dikaitkan dengan pengertian dari investasi sosial. Menurut (International Finance Corporation, IFC, 2010) dan Big Society Capital (2014) dapat dilihat bahwa hal ini sesuai. Sedangkan keuntungan sosial yang diperoleh adalah mencegah terjadinya masalah sosial yang dapat mengganggu sustainabilitas perusahaan di masa yang akan datang. Kemudian sesuai informasi yang diperoleh, MTC sendiri adalah program pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan yang bertujuan selain untuk mengatasi juga dapat mencegah terjadinya salah satu masalah sosial yang timbul dari sektor pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
5.4
Produk yang dihasilkan Pertamina memiliki kriteria khusus dalam merancang program CSR yaitu
mengedepankan sustainabilitas program dan saling memberi manfaat. Pengertian mengenai investasi sosial yang dipaparkan oleh International Petroleum Industry Environmental Conservation Association (IPIECA, 2008) menunjukkan bahwa kegiatan CSR yang saling memberikan manfaat merupakan suatu Investasi sosial. Noerman (2010) juga menyebutkan hal serupa bahwa Investasi sosial yang bermanfaat untuk pengembangan komunitas bisa mempertahankan dan meningkatkan hubungan organisasi dengan komunitasnya. program MTC ini bernuansa developmental atau dengan kata lain memberdayakan komunitas sasaran program sehingga jelas bahwa program MTC ini mengusung tema Community Development (ComDev) sebagai produk dari Grantmaking yang dilakukan. Konsep ComDev adalah salah satu bagian dari intervensi komunitas sebagaimana yang dipaparkan oleh Batten dalam Adi (2008) yang di dalamnya terdapat 2 (dua) pendekatan yaitu direktif/instruktif dan non-direktif/partisipatoris. dari hasil penelitian tidak terdapat informasi yang menunjukkan bahwa dalam program ini menggunakan pendekatan partisipatif karena pihak Pertamina sebagai pemrakarsa program terlihat lebih dominan dalam menentukan target sasaran program, rangkaian program dan baik buruknya bagi perusahaan, sehingga di tentukan menggunakan pendekatan instruktif . Dapat dipastikan dengan informasi dari informan bahwa program MTC ini bukan merupakan program charity. Menurut Adi (2008) dan Suharto (2006) program yang mengusung tema charity/karitatif di dalamnya tidak terdapat pemberdayaan, sulit untuk kemungkinan adanya kontrak sosial yang terjadi dikarenakan kegiatan yang dilakukan bersifat short term. MTC adalah kegiatan CSR yang saling memberikan manfaat yang berbasis Investasi sosial dengan memberdayakan komunitas sasaran program yang menggunakan pendekatan direktif/instruktif. 5.5
Relasi Antara Pemberi dan Penerima Dana Program MTC ini sendiri menurut informasi yang diperoleh pihak Pertamina
bekerjasama dengan pihak yang kompeten yakni PT. TMI sebagai pelaksana program. Jika dilihat menggunakan model CSR Menurut Saidi dan Abidin (2004) maka termasuk pada Bermitra dengan pihak lain. Kedudukan PT. Pertamina di sini adalah sebagai pemilik program yang melakukan Grantmaking/grant dengan paradigma investasi sosial kepada PT. TMI dengan maksud untuk
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
melaksanakan program MTC dengan adanya perjanjian atau kontrak yang. Pada poin ini dikaitkan dengan teori Grant (2012) mengenai elemen kunci Grantmaking yang mengharuskan The work is done by a third party maka relasi yang terjalin pada program MTC memenuhi prasyarat tersebut. Kemudian dengan perjanjian yang dilakukan pada program tersebut maka memenuhi syarat Possibilities of personal gain or exchange of goods or services and conflict of interest yang dalam hal ini pada paradigma investasi sosial mengharuskan adanya kontrak untuk menjamin tujuan program terlaksana sesuai dengan keinginan pemberi dana dan prinsip investasi sosial yang Purposefull. Pihak Pertamina melakukan kegiatan enabling, yaitu menyediakan sumber daya bagi TMI untuk melaksanakan MTC dan terdapat perjanjian yang mengikat didalamnya. Seperti yang disampaikan Grant (2012). 5.6
Jangka Waktu dan Pengelolaan Program MTC 1. Jangka waktu program MTC Sesuai dengan hasil penelitian bahwa jangka waktu pelaksanaan program MTC adalah 6 (enam) bulan. Jangka waktu tersebut dikategorikan dalam jangka waktu long term karena dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa program MTC ini menggunakan konsep ComDev dalam implementasinya, konsep community Development mempunyai jangka waktu yang tidak sebentar (Adi, 2008). Berbeda dengan kegiatan yang tidak bersifat pemberdayaan atau Karitatif yang memiliki jangka waktu pendek (Saidi & Abidin, 2004). 2. Pengelolaan program MTC Sesuai dengan hasil penelitian Untuk pengelolaan Program MTC mengedepankan sustainabilitas dari efek program. Hal ini terkait dengan konsep ComDev yang dianut dalam program ini bahwa sustainabilitas program merupakan hal penting. Selain itu program MTC juga menjadi salah satu agenda tahunan yang dilaksanakan di CSR Pertamina hal ini jika dikaitkan dengan paradigma tahapan motivasi dari Suharto (2006) dan motivasi program MTC maka dapat di kategorikan telah terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan . MTC memiliki jangka waktu pelaksanaan program MTC selama 6 (enam) bulan (long
term) dan menjadi salah satu agenda tahunan yang dilaksanakan CSR Pertamina (terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan).
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
5.7 Subyek Penerima Manfaat Dari Program MTC 1. Pihak Pertamina Dari analisis relasi diketahui bahwa terdapat perjanjian dengan TMI sebagai mitra Pertamina dari perjanjian tersebut Pertamina mendapatkan keuntungan-keuntungan. bila dikaitkan dengan ciri dari grant making yang berbasis investasi sosial maka memenuhi ciri Possibilities of personal gain or exchange of goods or services and conflict of interest dan Possibilities of financial return (Grant, 2012). 2. Pihak TMI Tidak hanya pihak Pertamina saja yang menerima manfaat dari program MTC namun pihak TMI pun mendapatkan manfaat terpenuhinya tujuan mereka yaitu peningkatan citra, pemenuhan kebutuhan sparepart (oli) dengan harga yang lebih terjangkau, mendapatkan pasokan sumber daya manusia (SDM) untuk waralaba bengkelnya. 3. Pihak Sekolah Pihak sekolah sudah tentu menjadi salah satu subyek penerima manfaat dari program MTC karena program ini memang ditujukan untuk mereka manfaatnya antara lain: a. Mendapatkan pembangunan infrastruktur untuk praktek, mentoring, dan alatperbengkelan yang canggih. b. Para guru mendapatkan pengetahuan baru mengenai mesin motor terkini, dan bukan hanya guru yang bersangkutan dengan mata pelajaran otomotif saja namun semua guru yang berminat diperbolehkan ikut. 5.8
Dampak yang Dirasakan Target Sasaran dan Pemberi Program jika dilihat dari konsep ComDev yang digunakan maka menurut IPIECA (2008) maka
dampak bagi target sasaran adalah kemandirian, yaitu dapat memperbaiki kehidupan mereka sendiri tanpa bergantung pada sumber daya perusahaan lagi Sedangkan bagi pemberi program dampaknya adalah meningkatknya derajat dan integritas Pertamina dimata investor baik domestik maupun asing. Hal ini terkait dengan manfaat dari kegiatan CSR perusahaan oleh Wibisono (2007). Hal ini juga yang menjembatani kegiatan CSR dengan investasi sosial. Kemudian sesuai dengan pengertian investasi sosial dari Habibi (2012). Dampak dari program MTC ini memberikan manfaat yang bukan hanya dirasakan sesaat tetapi lebih memberikan bekal untuk menuju kemandirian peserta program. Selain itu bagi pihak Pertamina tujuan berinvestasi secara sosial kepada masyarakat dengan tujuan
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
untuk menciptakan citra baik (branding image) dan keberlanjutan (sustainable) bisnis bagi korporat terpenuhi. Tabel 5.1 Hasil analisis program MTC Poin pembeda Motivasi
Paradigma Kegiatan philanthropy Hibah tradisional/ nonInvestasi Sosial (social Investment) investasi sosial Dorongan rasa kemanusiaan semata Motivasi program MTC dalam tahapan corporate citizenship, ada tujuan sosial dan memiliki motivasi untuk mendapatkan profit baik sosial maupun finansial.
Misi program
Mengatasi masalah yang terlihat.
Sifat program
Hanya curative
Produk yang dihasilkan
Hibah yang berbasis amal (Charity)
Relasi antara pemberi dan penerima dana Jangka waktu dan pengelolaan program
MTC mempunyai misi berkontribusi pada maysarakat dengan menjembatani para lulusan SMK yang ingin mencari kerja dengan program MTC ini. Pertamina juga ingin untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Sifat program MTC mengatasi juga dapat mencegah terjadinya salah satu masalah sosial yang timbul (curative dan preventive) MTC adalah kegiatan CSR yang saling memberikan manfaat yang berbasis Investasi sosial dengan memberdayakan komunitas sasaran program yang menggunakan pendekatan instruktif.
Tidak ada kontrak atau perjanjian yang mengikat Short term, program singkat / hanya sekali dilakukan. Secara parsial.
-
Subyek Penerima manfaat Dampak yang dirasakan terhadap target sasaran program dan pemberi program
Masyarakat/individu/komunitas sasaran. - Kelegaan sesaat yang mempunyai efek samping ketergantungan (dependency) terhadap bantuan perusahaan. - Pemberi program hanya mendapatkan keuntungan sosial (penyelesaian masalah).
-
-
Pertamina menyediakan sumber daya bagi TMI untuk melaksanakan MTC dan terdapat perjanjian yang mengikat didalamnya. MTC memiliki jangka waktu pelaksanaan program MTC selama 6 (enam) bulan (long term) dan menjadi salah satu agenda tahunan yang dilaksanakan CSR Pertamina (terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan). MTC Mengutamakan sustainabilitas baik program Pihak Pertamina (Pertamina dan Lubricant), PT. TMI dan pihak Sekolah Program MTC ini memberikan manfaat yang bukan hanya dirasakan sesaat tetapi lebih memberikan bekal untuk menuju kemandirian peserta program. Selain itu bagi pihak Pertamina tujuan berinvestasi secara sosial kepada masyarakat dengan tujuan untuk menciptakan citra baik (branding image) dan keberlanjutan (sustainable) bisnis bagi korporat terpenuhi..
Sumber: olahan penelitian
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
Dari tabel diatas diketahui bahwa Program MTC memenuhi semua indikator sebagai sebuah Investasi sosial yang dilakukan PT. Pertamina.
VI. Kesimpulan 6.1
Kesimpulan Mengacu kepada temuan lapangan dan pembahasan hasil penelitian/ analisis yang
bertujuan Mendeskripsikan kegiatan Mechanical Training Center (MTC) sebagai sebuah investasi yang berbasis sosial (investasi sosial). Maka hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kegiatan CSR PT. Pertamina Persero melalui Mechanical Training Center (MTC) ini merupakan sebuah Investasi sosial. 6.2
Saran Rekomendasi diberikan kepada divisi CSR PT. Pertamina Persero sebagai perumus dan
pemilik Program CSR Mechanical Trainig Center (MTC) dan PT. Techno Motor Indonesia (PT. TMI) selaku mitra divisi CSR PT. Pertamina Persero sebagai pelaksana program CSR MTC pada program pertama tahun 2012. Adapun rekomendasi tersebut meliputi : 1. Saran untuk PT. Pertamina Persero adalah: a. Untuk dapat memperoleh hasil baik social maupun financial return maksimal dari program MTC yang diperoleh dari target sasaran yaitu SMKN 1. Gunakan metode intervensi komunitas dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan kedua belah pihak dikarenakan target sasaran adalah institusi pendidikan yang dalam hal ini adalah Sekolah, yang memiliki tingkat intelejensi yang memadai untuk dapat menyampaikan aspirasinya ataupun menentukan kebutuhannya sendiri. Untuk memudahkan proses tersebut sebaiknya PT. Pertamina Persero menggunakan jasa Social Worker (SW) sebagai katalisator dan untuk mengidentifikasi kebutuhan target sasaran. b. Penekanan pelatihan dari guru terhadap murid yang lemah dalam hal ekonomi dan pilihlah SMK yang potensial untuk dapat terserap menjadi tenaga kerja perbengkelan. Tidak terlalu fokus pada akreditasi SMK yang baik. 2. Saran untuk PT. Techno Motor Indonesia ( PT. TMI) adalah: a. pembentukan badan pengawas atau monitoring pasca program sebelum dilakukan terminasi. Yaitu dengan mengkader salah satu guru dari pihak sekolah sebagai liaison Officer dari program ini untuk memaksimalkan efek dari program.
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
3. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah : a. Dari penelitian ini tujuannya hanya sebatas untuk mendeskripsikan bahwa kegiatan MTC ini adalah suatu kegiatan investasi sosial. Dengan kata lain penelitian ini hanya membahas kulit dari teori investasi sosial. Sehingga peneliti lain memiliki kemungkinan untuk dapat membahas lebih jauh mengenai jenis investasi sosial seperti: bentuk dan jenis investasi sosial, perumusan program investasi sosial ataupun aplikasi investasi sosial pada kegiatan lain selain CSR.
Daftar Referensi Buku: Adi, Isbandi. R. (2005). Ilmu Kesejahteraan Sosial. Depok: FISIP UI Press. Adi, Isbandi. R. (2008). Intervensi Komunitas Pengembangan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Alston, Margaret., & Wendy, Bowles. (2003). Research for social workers: and introduction to methods (2nd ed.). Canberra: Allen&Unwin. Severyn. T. (2008). The field of social investment. New York : Cambridge University Press. Grant, Peter. (2012). The Business of Giving: The theory and practice of philantrophy, grantmaking and social investment. London: Palgrave Macmillan. Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi penelitian kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Neuman, W. Lawrence. (2006). Social Research Methods: Qualitatative and Quantitative Approaches. (4 th ed). USA: Allyn and Bacon. Nursahid, Fajar. (2006). Praktik Kedermawanan sosial BUMN: analisa Terhadap Model Kedermawanaan PT. Krakatau steel, PT. Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia. Dalam Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani GALANG. Vol. 1 No. 2. Pambudi, T. S. (2005). CSR: Sebuah Keharusan. Dalam Benny Setia Nugraha (Ed.). Investasi Sosial (16-28). Jakarta: Puspensos. LaTofi Enterprise. Saidi, Zaim., dan Hamid, Abidin. (2004). Menjadi bangsa pemurah: wacana dan praktek kedermawanan sosial di Indonesia. Jakarta: Piramedia. Suharto, Edi. (2006), Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Stategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama. Susanto, A.B. (2007). A Strategic Management Approach: CSR. Jakarta: The Jakarta Consulting Group. Wibisono, Yusuf. (2007). Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing.
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014
Artikel Alfamart
dan
Indomaret
Gilas
Warung
Kelontong
(2012,
8
November).
30
Desember
2014.
http://www.merdeka.com/peristiwa/ahok-alfamart-amp-indomaret-gilas-warung-kelontong.html Big Society Capital. (2014). What is social investment. 8 mei 2014. http://www.bigsocietycapital.com/whatsocial-investment-0. Tuntut status tetap buruh PT. Primo mogok kerja. (2014, 9 Desember). 30 Desember 2014. http://daerah.sindonews.com/read/934922/24/tuntut-status-tetap-buruh-pt-primo-mogokPenelitan Habibi, Muhammad. (2012). Motivasi Dan Implementasian Program Corporate Social Responsibility PT. Unilever Indonesia Tbk (Studi Pada Program Pengembangan Petani Kedelai Hitam Di Bantul, Klaster Yogyakarta). Universitas indonesia, Depok. Jurnal, Publikasi Dokumen, Makalah dan Majalah Association of Chief Executives of Voluntary Organisations (ACEVO). (2010). Understanding social investment. London. New Oxford Street. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). (2014). Bahan paparan TW III 2014. Jakarta: BKPM. International Petroleum Industry Environmental Conservation Association (IPIECA). (2010). Creating Successful, Sustainable Social Investment. London. International Finance Corporation (IFC). (2010), Towards Sustainable and Responsible Investment. Washington DC. Noerman, Suharman. (2010, 16 Agustus). Beautiful Messages from Copenhagen Denmark. Bisnis & CSR, 179203. LaTofi Enterprise.
Corporate social responsibility ..., Rizky Jason Sutanto, FISIP UI, 2014