Core Competence and Competing to the Future (Kompetensi Inti dan Persaingan di Masa Depan)
A CORE COMPETENCIES 1. Pendahuluan Core competencies adalah semua kapabilitas kritis yang dimiliki suatu organisasi/perusahaan dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif. Titik awal yang digunakan dalam menganalisa core competencies adalah perlunya memahami terlebih dulu bahwa berkompetisi di dunia bisnis berarti berlomba dalam penguasaan kompetensi, sebagaimana layaknya kompetisi tiada akhir lainnya perusahaan, dalam hal: penguasaan posisi pasar dan meraih kekuatan pasar.
Di dalam operasional kegiatan harian, Senior Manajemen suatu perusahaan tidak akan bisa berfokus pada: ·
seluruh aktivitas dalam berbisnis dan
·
kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan seluruh aktivitas tsb.
Jadi, sasaran dari manajemen adalah mengarahkan perhatian pada kompetensikompetensi yang benar-benar berpengaruh pada keunggulan kompetitif. Ide pokok tentang Core Competencies pada awalnya dikembangkan oleh G. Hamel dan CK. Prahalad melalui serangkaian artikel dalam majalah bisnis terkemuka dunia (Harvard Business Review) di akhir ’89 dan awal ’90-an, yang diikuti dengan terbitnya buku Best Selling: Competing for The Future (Harvard Business School Press). Inti dari ide mereka adalah: sejalan dengan berlangsungnya waktu, perusahaan dapat membangun/memperkuat penguasaan area-area kunci yang menjadi ciri/pembeda perusahaan tersebut dan kritikal terhadap pertumbuhan perusahaan dimasa depan.
Dalam pokok pikiran tulisan-tulisan Hamel dan Prahalad dapat ditangkap nuansa keprihatinan mereka akan dominasi perusahaan-perusahaan Jepang dalam kompetisi perdagangan dunia, terutama dalam industri telekomunikasi/elektronika dan otomotif. Dari Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
1
hubungan yang dekat antara dunia industri dan riset akademis di Amerika, serta studi-studi yang dilakukan maka diterbitkanlah hasil penelitian mereka dalam artikel-artikel dan buku di atas tentang upaya-upaya yang diperlukan untuk mengejar ketertinggalan dan bahkan kembali merebut dominasi dari Jepang.. 2. Definisi dari Core competence mencakup beberapa elemen
2)
a. Mengacu kepada seperangkat unsur-unsur skills dan teknologi, ketimbang hanya berupa satu skill atau teknologi discrete (terpisah). Contoh: FEDEX, memiliki kompetensi dalam bidang transportasi dan pengiriman paket termasuk teknologi bar-code, kemampuan linear programming dll. Core competence merepresentasikan integrasi dari keragaman skills individu. b. Core competence bukan merupakan asset menurut definisi accounting dan bukan sesuatu yang tidak bernyawa. Core competence adalah suatu aktvitas yang dilahirkan dari akumulasi kegiatan pembelajaran yang rumit. Pada intinya core competence mencakup tacit dan explicit knowledge. c. Core dan Non Core Competencies Core competencies adalah sasaran yang harus dijadikan focus senior manajemen karena merupakan sentral (bukan pelengkap) dalam kemakmuran perusahaan dimasa mendatang (jangka panjang). d. Customer Value Merupakan criteria ke-3 (setelah a dan b) yang harus dipenuhi untuk dapat dianggap sebagai core competence. Core competencies harus memberikan kontribusi yang utama bagi nilai yang dirasakan/dipersepsikan pelanggan. Contoh: Kecakapan teknik (knowhow) Honda dalam permesinan merupakan core competence, sedangkan pengelolaan relasi keagenan merupakan kapabilitas pelengkap. 3. Pengertian lain
4)
: Core competence adalah kumpulan pembelajaran (collective
learning) didalam organisasi,
terutama tentang bagaimana mengkoordinasikan
keberagaman skill produksi dan mengintegrasikan berbagai stream teknologi. Contoh: Bagaimana kapabilitas SONY dalam melakukan miniaturisasi produknya; untuk menghasilkan produk dalam bentuk fisik yang kecil, SONY harus memastikan bahwa technologists, engineers dan marketers telah memperoleh kesepahaman tentang kebutuhan pelanggan dan technological possibilities.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
2
4.
Mengapa Core Competencies?
Mengacu pada proses internal analisis (Gambar 4.1) untuk mencapai pada keunggulan komparatif dan daya saing strategik, manajemen melakukan telaah terhadap aspek sumberdaya, kapabilitas dan core competence sebagai karekteristik-karakteristik yang menjadi landasan keunggulan kompetitif. Kombinasi dari sumber daya dan kapabilitas dapat dikelola sedemikian rupa agar menghasilkan core compentencies.
Yang menjadi telaah manajemen mengenai sumber daya disini adalah seluruh input yang digunakan perusahaan dalam proses produksi, seperti: mesin-mesin, keahlian individual karyawan, hak patent, keuangan serta juga para manager yang berbakat. Resources dapat dibagi dalam 2 kategori: tangible (bersifat visible serta nilainya tercermin di laporan keuangan) dan intangible resources. Dengan sifatnya yang tidak begitu nyata dari intangible asset, kompetitor mengalami kesulitan memahaminya.
Gambar 4.1 Component of Internal Analysis Leading to Competitive Advantage and Strategic Competitiveness Sumber: Hitt, Ireland and Hoskisson; 2001 Selanjutnya, kapabilitas adalah kapasitas perusahaan untuk menyebarkan sumber-daya yang sebelumnya merupakan satu kesatuan (integrated) guna mencapai tingkat yang diinginkan. Dasar dari banyak kapabilitas terletak pada keahlian dan knowledge dari karyawan, serta seringnya merupakan keahlian fungsional mereka.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
3
Dengan diperlengkapi knowledge tentang sumber-daya dan kapabilitas, tugas perusahaan berikutnya adalah mengidentifikasi core competenciesnya. Dua alat yang biasa digunakan untuk melakukan identifikasi core competencies adalah: 1. Empat kriteria Keunggulan yang berkelanjutan Satu kapabilitas dapat dianggap sebagai kompetensi inti, jika kapabilitas tersebut memenuhi beberapa kriteria berikut: menciptakan nilai bagi perusahaan (dengan cara mengeksploitasi peluang atau menetralisir ancaman), tidak banyak dimiliki oleh perusahaan pesaing, sulit untuk diimitasi dan tidak memiliki pengganti. 2. Analisis Value Chain Dengan analisis ini, perusahaan memilih kompetensi-kompetensi mana saja yang harus dikelola, ditingkatkan atau dibangun, disamping juga kompetensi-kompetensi yang dapat dikerjakan oleh pihak ke-3 (outsourced). Pada tahapan berikutnya, core competencies yang telah diidentifikasi akan digunakan oleh perusahaan sebagai keunggulan komparatif dan dimanfaatkan guna mencapai daya saing strategik. Terkait dengan sasaran akhir dari rangkaian proses di atas, jelas kiranya mengapa core competencies merupakan aspek penting yang diidentifikasi, dikembangkan dan dikelola lebih lanjut oleh perusahaan. 5. Jenis-jenis Core Competencies 2) Salah satu cara mengkategorikan core competence adalah berdasarkan kategori umum. Menurut kategori ini, core competence terdiri dari: a. market-access competencies Contoh: management of brand development, sales dan marketing, distribution dan logistics, technical support => yaitu seluruh keterampilan/keahlian yang membawa perusahaan menjadi dekat dengan pelanggannya. b. integrity-related competencies Contoh: quality, cycle time management, just-in-time inventory management serta kemampuan lain yang membuat perusahaan bergerak lebih cepat, fleksibel atau menjadi lebih handal dibandingkan pesaing. c. functionality-related competencies Adalah keterampilan yang memungkinkan perusahaan untuk menanamkan kepada produk/jasanya suatu manfaat yang unik dan berbeda bagi pelanggan, ketimbang hanya membuatnya menjadi sekedar lebih baik (incrementally better). Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
4
Functionality-related competencies dipandang lebih penting sebagai sumber dari perbedaaan kompetitif, ketimbang 2 tipe lain core competence diatas. 6.
Chart on Competencies vs. Competitiveness 4)
7. Pohon “Core competence in a Corporation” 4) Untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam, gambar di atas dapat diasosiasikan dalam bentuk pohon seperti yang disajikan pada Gambar 7.1 dibawah.
Uraiannya adalah sebagai berikut: suatu korporasi yang terdiri dari beberapa jenis usaha (diversified) dapat diumpamakan seperti sebuah pohon besar. Batang dan dahan-dahan besar merupakan core product korporasi tersebut, sedangkan dahan kecil merupakan unit bisnis; daun, bunga dan buah pohon tersebut adalah end product. Sistem akar yang mampu menyerap sari makanan, zat lain yang dibutuhkan serta memberikan keseimbangan bagi tegaknya pohon; merupakan core competence.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
5
Gambar 7.1 Pohon Kompetensi inti dalam Suatu Korporasi Pesan dari gambar: Kekuatan perusahaan kompetitor bisa luput dari pandangan jika anda hanya melihat pada end product mereka. Dengan asosiasi yang sama, anda dapat keliru menafsirkan kekuatan pohon jika hanya melihat dari daunnya. 8.
Managing Core Competencies 2)
Ada 4 tugas pokok manajemen dalam pengelolaan core competencies; 8.1. Selecting core competencies Pemilihan core competencies telah diuraikan pada butir 4 di atas. 8.2. Building core competencies Sasaran pokoknya adalah membangun core competencies secara lebih ekonomis dan lebih cepat dibanding pesaing. Salah satu cara mengurangi biaya dalam membangun kompetensi dilakukan dengan meminjam keterampilan dan teknologi dari perusahaan lain. Hal tersebut dapat dilakukan melalui salah satu dari opsi sebagai berikut: akuisisi, perjanjian lisensi, joint venture, alliansi dan perekrutan kompetitif. 8.3. Deploying core competencies Guna mengungkit (leverage) core competencies kepada berbagai jenis usaha serta pasar baru, sering diperlukan penyebaran kompetensi secara internal, dari satu divisi/SBU ke divisi/SBU lainnya. Proses ini diperlukan karena ketika suatu kompetensi terkungkung dalam satu bisnis usaha, maka akan menimbulkan 2 masalah bagi korporasi, yaitu:
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
6
·
Pertumbuhan yang lebih lambat, karena potensi kesempatan menggarap kompetensi pada pasar lain tidak dapat dieksploitasi
·
Terkikisnya kompetensi, karena personel dengan core competencies tidak terutilisasi penuh.
8.4. Protecting core competencies Agar kompetensi dapat dilindungi, kewaspadaan yang terus menerus harus dicurahkan oleh manajemen puncak. Perlindungan terhadap terkikisnya core competencies hanya dapat dilakukan jika kompetensi itu sendiri terlihat (visible) oleh manajemen puncak. Untuk itu, perusahaan harus dapat membedakan mana bisnis yang benar-benar jelek versus bisnis yang jelek namun memiliki potensi kompetensi bernilai yang terpendam didalamnya. A. COMPETING TO THE FUTURE 1. Beda Persaingan di masa Depan Dewasa ini pasar bergerak dalam kecepatan yang berbeda diseluruh dunia, dan tiap perusahaan yang berniat mengambil peranan memimpin harus bekerja sama dan belajar dari pelanggan, penyedia teknologi, pemasok, dimanapun mereka berada. Perusahaan perlu memiliki pandangan yang jelas dalam menggerakkan sumberdaya di dalam atau di luar perusahaan untuk mendapatkan kesempatan dalam meraih keunggulan.
Untuk bersaing dan sukses di masa depan, manajer senior harus lebih dulu memahami bagaimana perbedaan persaingan saat kini dengan persaingan di masa depan. Perbedaannya amat mendasar, dan banyak mengkonfrontir perspektif tradisional tentang strategi dan kompetisi. Kompetisi di masa depan tidak hanya membutuhkan redefinsi dari strategi akan tetapi juga redefinisi tentang peranan manajemen puncak dalam membuat strategi.
Didalam pasar yang terdefinisi secara jelas, alat analisis manajemen strategik/pemasaran seperti analisis segmentasi, industry structure dan value chain sudah jelas manfaatnya. Namun bagaimana jika pasarnya belum jelas/ada?
Dalam pasar sekarang, seluruh aturan
kompetisi telah ditetapkan; berapa nilai tukar berdasar performance yang konsumen rela gunakan, saluran distribusi mana yang terbukti paling efisien, dengan apa cara produk dan pelayanan dapat dibedakan, dan pada tingkat mana integrasi vertikal akan optimal.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
7
Dalam konteks penyusunan strategi, kompetisi di masa depan berbeda dengan sekarang dikarenakan ketidakjelasan struktur industri dan preferensi pelanggan, utamanya dalam beberapa aspek berikut: 1.1. Market Share versus Opportunity Share Kompetisi untuk masa depan lebih merupakan kompetisi untuk pangsa peluang ketimbang perebutan pangsa pasar. Pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap perusahaan terkait kompetisi untuk masa depan; apakah dengan skills yang sekarang dimiliki (=kompetensi), pangsa dari peluang masa depan apa yang bisa kita dapatkan? Berlanjut pada pertanyaan kompetensi baru apa harus dikembangkan dan bagaimana definisi “market yang dilayani” harus dirubah? 1.2. Business Unit versus Corporate Competencies Kompetisi untuk masa depan bukan pertarungan antara produk dengan produk atau bisnis dengan bisnis, akan tetapi company versus company (=interfirm competition). Alasannya: (a) kompetisi masa depan tidak cocok jika dihadapkan pada tingkatan SBU (strategic business unit), akan tetapi merupakan tanggungjawab korporasi ketimbang tanggungjawab kepala business unit. (b) kompetensi yang diperlukan menghadapi kompetisi seringnya menyebar diantara berbagai SBU dari suatu korporasi. (c) Investasi dan rentang waktu untuk membangun kompetensi baru yang diperlukan untuk mengakses pasar masa depan akan membebani 1 unit bisnis. 1.3. Stand-alone versus Integrated system Kebanyakan peluang menarik baru membutuhkan integrasi dari sistem yang kompleks, ketimbang produk yang berdiri sendiri (stand-alone). Hanya sedikit perusahaan yang mampu menciptakan masa depan dengan kemampuannya sendiri. IBM, Motorola dan Apple bekerja sama untuk menghasilkan arsitektur baru komputer berbasis semikonduktor. 1.4. Speed versus Perseverance Rentang waktu kompetisi masa depan berbeda dengan kompetisi masa kini, karena kecepatan selalu menjadi patokan. Siklus hidup produk menjadi lebih pendek, waktu pengembangan produk menjadi lebih ketat dan pelanggan berharap akan jasa yang instan. Namun demkian kegigihan (perseverance) akan sama pentingnya dengan kecepatan, dikaernakan
untuk
membangun
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
kepemimpinan
dalam
industri
baru
setidaknya 8
membutuhkan waktu 1 dekade atau lebih. Sebagai contoh, JVC (anak perusahaan Matsushita) yang merupakan pemimpin dunia dalam hal Video Casette Recorder, mulai membangun kompetensi pada akhir tahun 1950/awal 1960, dan baru 20 tahun kemudian produk VCR dengan standar VHS meledak di pasar. 1.5. Structured versus Unstructured arena Dua hal paling pokok pada kompetisi untuk masa depan adalah: ·
Berlangsung di area yang tidak terstruktur, dimana aturan persaingannya belum tertulis
·
Kompetisi yang terjadi mirip perlombaan triathlon ketimbang 100m Sprint
Topik tentang Strategi yang dipelajari di sekolah-sekolah bisnis lebih peduli kepada bagaimana memposisikan produk dan perusahaan pada industri yang ada ketimbang bagaimana menciptakan industri masa depan. 1.6. Single stage versus multiple stage competition Tantangan yang dihadapi pada kompetisi ke masa depan terjadi pada 3 tahapan yang tumpang tindih sebagai berikut: (1) Persaingan ramalan ke depan industri dan kepemimpinan intelektual. (2) Persaingan lebih dulu memperpendek jalur migrasi (3) Persaingan untuk posisi pasar dan peluang pasar. 2. Berkompetisi untuk Ramalan (Foresight) Industri Sasarannya: Pada satu level, membangun kemungkinan dasar asumsi terbaik tentang masa mendatang untuk dapat mengembangkan pengetahuan dini yang dibutuhkan untuk secara proaktif membentuk evolusi industri. Competing for industry foresight pada dasarnya untuk menjadikan satu perusahaan sebagai pemimpin intelektual, dalam hal memberi pengaruh dan arah terhadap transformasi industri. Ramalan tentang masa depan industri, bermanfaat guna: ·
Memberi potensi bagi perusahaan untuk lebih dulu mencapai masa depan dan mengintai posisi pemimpin
·
Memberi panduan arah korporasi
·
Memungkin perusahaan mengendalikan evaolusi industri, serta menentukan takdirnya
=> Triknya: Melihat masa depan lebih dulu, sebelum saatnya tiba. Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
9
Ramalan tentang masa depan industri membantu manager menjawab 3 poin kritis: 1) Jenis manfaat pelanggan apa yang harus kita identifikasi untuk disediakan dalam 5–10– 15 tahun mendatang? => BENEFITS 2) Kompetensi baru apa yang dibutuhkan untuk dibangun atau diperoleh guna dapat menawarkan manfaat (poin 1) tersebut kepada customer => COMPETENCIES 3) Bagaimana kita perlu merekonfigurasi antar-muka customer dalam tahun-tahun kedepan? => CUSTOMER INTERFACE Dalam melakukan analisis terhadap industry foresight, berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan agar perusahaan dapat meningkatkan sensitifitas atas masa depan: 1) Keluar dari myopia (pandangan yang dangkal) pasar yang dilayani 2) Keluar dari myopia konsep produk yang dianut sekarang 3) Mempertanyakan asumsi Price-Performance 4) Mencoba berpola pikir seperti anak kecil 5) Mengasah rasa keingintahuan yang mendalam dan tanpa batas 6) Tidak takut berspekulasi 7) Menerima segala kemungkinan yang terjadi akibat pilihan-pilihan (eclecticism) 8) Mencari metafora dan analogi atas fakta yang dihadapi 9) Menjadi orang berpandangan beda/berlawanan (contrarian) 10) Menjadi lebih dari sekedar pemandu bagi pelanggan 11) Berempati terhadap kebutuhan manusia 3. Menyusun Arsitektur Strategik Seyogyanya masa depan perusahaan/industri tidak cukup hanya diimpikan, tapi juga harus dibangun, istilah yang kita pakai adalah “Strategic Architecture”. Seorang arsitek harus mempunyai kemampuan membuat blueprint bagaimana mewujudkan mimpi jadi kenyataan.
Untuk itu, setiap perusahaan perlu memiliki: 1. Arsitektur informasi (hard wired dan soft wired) Suatu perusahaan harus sepakat dalam “who should communicate with whom on what issues, how often, and in what ways” (Siapa yang harus berkomunikasi dengan siapa tentang isu apa, seberapa sering, dan dengan cara bagaimana).
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
10
2. Arsitektur sosial. (Standar perilaku yang bisa diterima secara umum dan Nilai-nilai yang harus dipatuhi) Menejer senior harus memiliki sudut pandang tentang nilai apa yang harus menonjol, perilaku bagaimana yang harus dimunculkan, dan orang seperti apa yang seharusnya bisa merasa nyaman bekerja di perusaan tersebut. 3. Arsitektur finansial. (Penyusunan terpisah balance sheet, proses pelaporan keuangan, proses pembudgetan modal). Menejer senior harus punya wawasan tentang balance of debt and equity yang ideal, bagaimana membiayai pendapatan dan pembagian, dll. Dalam membangun sebuah Strategic Architecture, top managjemen harus punya pandangan tentang keuntungan baru atau kemampuan baru apa yang akan ditawarkan kepada konsumen pada masa berikutnya, dan kom[petensi inti baru yang mana yang dibutuhkan untuk kemampuan-kemampuan baru tersebut, dan bagaimana hubungan dengan konsumen perlu diubah agar konsumen bisa mendapatkan keuntungan-keuntungan baru tersebut secara efektif. Strategic architecture pada dasarnya dalah bluprint tingkat tinggi untuk penembangan kemampuan-kemampuan baru perusahaan, penambahan kompetensi baru atau perubahan kompetensi yang ada, dan penataan ulang dalam menjalin hubungan dengan konsumen. Contoh tentang perusahaan buku paket pelajaran mempunyai mimpi ttg textbook elektronik. Strategic Architecture bukanlah sebuah rencana yang terperinci. SA hanya mengidentifikasi kemampuan-kemampuan utama yang akan dibangun, dan tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana kemampuan itu dibangun. SA hanya membahas garis besarnya saja yang bisa menentukan arah dan tujuan besar yang akan dicapai. Sebuah Strategic Architecture mengidentifikasi “apa yang mesti kita lakukan saat ini” untuk menguasai masa depan. Strategic Architecture adalah mata rantai terpenting yang menghubungkan hari ini dengan hari esok, antara jangka pendek dengan jangka panjang. SA membantu organisasi menentukan kompetensi apa yang harus mulai dibangun saat ini, kelompok konsumen mana yang harus mulai dipahami saat ini, saluran (channel) baru apa yang harus diekplorasi sekarang juga, dan prioritas pengembangan apa yang harus
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
11
diusahakan saat ini untuk bisa menguasai masa depan. SA adalah rencana dalam memanfaatkan peluan secara garis besar (broad opportunity approach). C. CONTOH KASUS COMPETENCIES DAN FUTURE COMPETITION Contoh 1: Creative Labs Ltd. Creative Labs Ltd adalah perusahaan yang berbasis di Singapura dan tercatat sahamnya di NASDAQ, dengan jumlah karyawan lebih dari 5000 orang di seluruh dunia. Di tahun 1995, menjadi berita utama di media AS, karena Creative Labs dalam 4 tahun berturut-turut menjadi perusahaan dengan sales growth, profit growth dan avarege ROE tertinggi.
Gambar C.1 Example Core Competencies in Creative Labs Ltd. Sumber: Leslie, Lim Ching Wu: 2007 Produk-produk dari Creative Labs digunakan dalam sederetan solusi untuk hiburan pada PC, edukasi, musik, aplikasi dan jasa internet serta pasar productivity tools. Lini produk dari Creative meliputi sederetan PC upgrade, seperti Sound Blaster Audio cards, muti-channel speakers, produk-produk hiburan gaya-hidup digital (seperti NOMAD portable digital audio nad PC-CAM/DC-CAM dan digital camera WebCam) dan juga campuran beberapa produk seperti 3-D graphics cards, modem, software, musical instrument, mouse dan keyboard komputer. Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
12
Pemasaran produk dilakukan kepada konsumen dan system integrator dengan jaringan distribusi
mendunia
melalui
saluran
pemasaran
tradisional,
original
equipment
manufacturers (OEMs) serta internet melalui berbagai merk dagang seperti yang berada dibawah bendera Blaster dan MuVo. Didalam analisis SWOT yang dilakukan oleh majalah DataMonitor, “Strength” yang dimiliki Creative antara lain Sound Blaster, Strategic Alliances, Sthrengthening Distribution Network dan R&D Skills yang mumpuni. Dengan menggunakan faktor-faktor ini dan ditambahkan end product, Gambar C1 di atas memetakan kapabilitas menuju pada aspek core competencies, mengarah pada core product dan akhirnya mengarah end products dari Creative Labs.
Keluarga produk sound card Sound Blaster dan pemutar MP3 merupakan produk utama dari Creative Labs yang menopang mereka mencapai pasar dunia. Menggunakan test “core competence” yang disebut dimuka, jelaslah bahwa kekuatan Creative dalam hal Digital Audio Solution memenuhi persyaratan test tersebut, sebagai hasil dari perbaikan berkelanjutan terhadap produk utama mereka. Dilain pihak, pelanggan merasakan kualitas baik Creative untuk produk-produk sound cards dan pemutar MP3. Contoh 2: Microsoft Corp. Microsoft di dirikan oleh Bill Gates pada tahun 1978. Produk pertama Microsoft adalah MS DOS yang dipakai pada microcomputer IBM. Foresight (=The ability to foresee or prepare wisely for the future) Bill Gates sederhana saja: Bill Gates memimpikan setiap rumah di dunia memiliki komputer desktop. Selama 25 tahun mimpi tersebut tidak berubah dan menghasilkan milestone sebagai berikut: ·
MS-DOS : MS-DOS 1.x through 6.22, Windows 95 (MS-DOS 7.0), Windows 95 OEM Service Release 2.x and Windows 98 (MS-DOS 7.1), Windows Millennium Edition (MS-DOS 8.0)
·
Windows (MS-DOS Based); Windows 1.0 through Windows Millennium Edition (Windows 4.9)
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
13
·
Windows NT; Windows NT 3.1, Windows NT 3.5, Windows NT 3.51, Windows NT 4.0 including up to Service Pack 6a, Windows 2000 (Windows NT 5.0) including up to Service Pack 4, Windows XP (Windows NT 5.1) including up to Service Pack 3, Windows Server 2003 (Windows NT 5.2) including up to Service Pack 2, Windows XP Professional x64 Edition (Windows NT 5.2) including up to Service Pack 2, Windows Fundamentals for Legacy PCs (Windows NT 5.1) including up to Service Pack 3, Windows Home Server (Windows NT 5.2), Windows Vista (Windows NT 6.0) including up to Service Pack 2
Gambar C.2. Example Core Competencies in Microsoft Corporation Sumber: Leslie, Lim Ching Wu: 2007 Pada 25 tahun pertama, core competency Microsoft adalah untuk mewujudkan mimpi Bill Gates. Mimpi tersebut terwujud dengan jutaan license software Operating System dan MS Office buatan Microsoft yang di install pada desktop di rumah-rumah dan kantor di seluruh dunia. Pada tahun 2005 Bill Gates menyampaikan foresight bisnis Microsoft di masa yang akan datang. Terlihat dalam paparannya, Microsoft menambahkan Core competency-nya pada area software Business Solution dan Internet. Untuk terwujudnya hal tersebut, Microsoft mengakuisisi setidaknya 50 software developer company dan kemudian mengembangkan software-software tersebut. Bill Gates melihat foresight dari Software Business untuk kemudian mengubah Core Competency bisnis Microsoft dengan berfokus pada produkproduk Business Solution, Internet, Multi Media.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
14
D. KESIMPULAN 1. Konsep Core Competencies, walau telah dikembangkan sejak tahun 1990-an, namun menurut kami hingga awal abad ke-21 ini masih merupakan konsep management strategik yang relevan bagi perusahaan-perusahaan Indonesia yang bersaing di pasar kompetitif baik lokal, apalagi internasional, serta patut menjadi perhatian utama jika perusahaan ingin survive. Hal ini dikarenakan Core Competencies yang dimiliki satu perusahaan berarti juga sebagai keunggulan komparatif perusahaan yang harus dimanfaatkan guna mencapai daya saing strategik. 2. Ramalan (foresight) tentang masa depan industri, bermanfaat guna: ·
Memberi potensi bagi perusahaan untuk lebih dulu mencapai masa depan dan mengintai posisi pemimpin
·
Memberi panduan arah korporasi
·
Memungkin perusahaan mengendalikan evolusi industri, serta menentukan takdirnya ð
Tricknya: Melihat masa depan lebih dulu, sebelum saatnya tiba.
3. Tantangan dalam menghadapi persaingan masa depan dikarenakan ·
peraturan-peraturan yang belum tersedia secara terstruktur
·
kecepatan dalam pengambilan perbedaan masa kini untuk masa depan
Sedangkan dari persaingan masa kini, peraturan industri sudah terstruktur dalam hal aturan lebih jelas, konsep produk, batasan investasi yang stabil, perubahan teknologi yang tepat, kebutuhan langganan yang dapat diukur dengan tepat. 4. Core competencies merupakan suatu kapabilitas yang perlu dikelola dengan baik, agar keberadaannya tidak hilang/terkikis. Dari proses internal analisis yang dilakukan perusahaan
guna
mengidentifikasi
core
competencies,
selanjutnya
dalam
mengembangkan kompetensi-kompetensi apa yang diperlukan dimasa mendatang, diperlukan foresight dari manajemen puncak, tentang bentuk industri apa yang akan dihadapi dan digeluti perusahaan di masa mendatang. 5. Dari proses foresight yang dilakukan dan komitmen dari manajemen puncak untuk mengarah pada industri yang dituju, dibangunlah core competencies yang diperlukan agar perusahaan tidak hanya sekedar mampu terjun dalam industri di masa mendatang, namun juga bertindak sebagai leader. 6. Dalam proses penguasaanya, core competencies dapat diperoleh dengan berbagai cara. Seperti contoh yang diambil pada kasus Microsoft, perusahaan ini menambah
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
15
kompetensinya dengan melakukan akuisisi pada setidaknya 50 perusahaan developer software. 7. Proses yang dilalui dalam pengembangan core competencies dan pencapaian daya-saing strategik dapat diumpamakan seperti lomba triathlon ketimbang 100m Sprint, karena perlu dilaluinya tahapan tertentu dan adanya tantangan yang berbeda pada tiap tahapan. Oleh karenanya kehati-hatian juga perlu senantiasa dianut dalam melakukan identifikasi dan pengembangan (=investasi) area kompetensi yang dipilih. 8. Core competencies akan membantu perusahaan untuk bergeser dari satu end product ke produk lainya dalam bereaksi terhadap perubahan pasar yang telah diantisipasi dalam proses industry foresight. Untuk itu,
satu arsitektur strategik perlu dimiliki oleh
perusahaan, agar pihak-pihak manajemen yang terlibat senantiasa berada pada jalur yang memandu pemain musik (jika diumpamakan sebagai orkestra) untuk sampai kepada ujung lagu (industri/posisi) yang akan dimainkan.
Sources: 1) Hamel, Gary and Prahalad C.K. 1994. “Competing For the Future”. Harvard Business School Press, Boston, Massachusetts, USA. 2) Hamel, Gary and Aimee Heene (editors). 1994. “Competence-Based Competition”. John Wiley & Sons, New York, NY 10158-0012, USA. 3) Hamel, Gary and Prahalad C.K. 1989. Strategic Intent. Dalam Harvard Business Review May-June 1989, hal. 63-76. 4) Hamel, Gary and Prahalad C.K. 1989. The Core competence of The Corporation. Dalam Harvard Business Review May-June 1990, hal. 79-91. 5) Hitt M., Ireland D. and Hoskisson R. 2001. Strategic Management: Competitiveness and Globalization, Concepts and Cases. 4th ed. South-Western College Publishing. Cincinnati, Ohio: USA. 6) Leslie, Lim Ching Wu. 2007. Class Paper: Core competence: Case Study of Microsoft Corporation and Creative Technology Limited. NUS.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
16