RISET AG GENDA 2010
PUSSAT PENELITIAAN SUMBERDAAYA PESISIR DAN D LAUTAN UNIVVERSITAS MAR RITIM RAJA ALI A HAJI (PPSP PL UMRAH) TANNJUNG PINANG G
Coral Reeef Information and Training Center CRITC COREEMAP LIPI
Coral Reeef Information and Traiining Centerr CO OREMAP LIPII PUSAT PENELITIA AN SUMBERDAAYA PESISIR D DAN LAUTAN UNIV VERSITAS MAR RITIM RAJA ALI HAJI (PPSP PL UMRAH) TAN NJUNG PINANG G Reseearch Center for Coastal and a Marine R Resources Univversity of Marritim Raja Alii Haji Tanjungpinang Jl. Po oliteknik Seng ggarang Tanjun ngpinang 2912 25 Kepu ulauan Riau - Indonesia Telp p/Fax. (0771) 7004642 7 e-maill : ppspl.umrah
[email protected] m
Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari Sebagai Mata Pencaharian Alternatif bagi Masyarakat di Kabupaten Bintan Tahun 2009
DISUSUN OLEH TIM PPSPL UMRAH
Keterangan Cover Sumber Foto : Dok. PPSPL UMRAH Desain Cover : Dony Apdillah Gambar Cover : Pantai Songseng, Pulau Mapur
TIM WORK Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari Sebagai Mata Pencaharian Alternatif bagi Masyarakat di Kabupaten Bintan PENANGGUNG JAWAB
:
DONY APDILLAH, S.Pi, M.Si (KETUA PPSPL UMRAH)
PELAKSANA PENELITIAN
:
ARIEF PRATOMO, S.T, M.Si (KOORDINATOR) DONY APDILLAH, S.Pi, M.Si FALMY YANDRI, S.Pi, M.Si
TENAGA PENDUKUNG
:
META YULIANA
(ADMINISTRASI)
ROSNAH
(SURVEYOR)
R. VENDY WICAKSANA
(SURVEYOR)
M. ALI IMRON
(SURVEYOR)
ZALMAN TUSIRO
(SURVEYOR)
^tàt cxÇztÇàtÜ Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya, Laporan Akhir penelitian ini yang berjudul “Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari sebagai Mata Pencaharian Alternatif bagi Masyarakat di Kabupaten Bintan” dapat diselesaikan. Laporan penelitian ini berisi obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang dapat menjadi Mata Pencaharian Alternatif (MPA) bagi masyarakat Kabupaten Bintan, dengan klasifikasi layak usaha dan ramah lingkungan, layak usaha bersyarat dan ramah lingkungan dan ekowisata yang tidak layak usaha serta potensi ekonominya. Selanjutnya dari isu dan permasalahan yang teridentifikasi
selama
penelitian
kami
mencoba
sumbang
saran
dalam
kebijakan
pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten Bintan.
Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Universitas Maritim Raja Ali Haji (PPSPL UMRAH) Tanjungpinang, Propinsi Kepulauan Riau, mengucapkan terima kasih kepada Coral Reef Information and Training Center (CRITC COREMAP LIPI) atas diberikannya kepercayaan pada kami untuk melakukan studi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak terkait, yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu kelancaran proses penyelesaian Laporan Akhir ini. Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Tanjungpinang, September 2010 PPSPL UMRAH
ii | P a g e
WtyàtÜ \á| KATA PENGANTAR…………………………………………………................ ii DAFTAR ISI ……………….....………………..………………………………..
iii
DAFTAR TABEL………….....………………..………………………………… v DAFTAR GAMBAR……….....………………..………………………………... vi DAFTAR LAMPIRAN……….....………………..………………………………... viii RINGKASAN EKSEKUTIF…………………………………………………….. ix 1. PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4.
Latar Belakang ….................………….………………………………... Tujuan........... ......................................................................................... Pembatasan Lingkup Daerah kajian ....................................................... Luaran ......... ..........................................................................................
1 3 3 3
2. METODOLOGI 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5.
2.6.
Lokasi Penelitian .................................................................................... Waktu Penelitian .................................................................................... Peralatan dan Bahan ............................................................................... Perolehan Data Sekunder ....................................................................... Perolehan Data Primer ............................................................................ 2.5.1. Pemilihan Responden…………………………………………… 2.5.2. Inventarisasi dan Identifikasi Potensi Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari……………………………………………….. 2.5.3. Pengukuran Willingness to Accept (WTA) dan Willlingness to Pay (WTP) …………………………………….. Analisa Data ......................................................................................... 2.6.1. Penilaian Obyek Ekowisata Ramah Lingkungan ……………. 2.6.2. Analisis Kelayakan Usaha Ekowisata Bahari sebagai Mata Pencaharian Alternatif…………………………………… 2.6.3. Analisis Potensi Ekonomi Ekowisata Bahari………………….. 2.6.4. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari …………
4 4 4 6 6 9 9 11 13 13 14 15 16
3. KARAKTERISITIK WILAYAH KABUPATEN BINTAN 3.1. 3.2. 3.3.
Keadaan Umum Daerah Kabupaten Bintan ............................................ 17 Wilayah Administrasi dan Kependudukan ............................................ 18 Kondisi Umum Pariwisata ...................................................................... 20 .3.3.1 .3.3.2 .3.3.3 .3.3.4
Potensi Pariwisata…………………………………………….......... Obyek dan Daya Tarik……………………………………………. Profil Wisatawan ………………………………………………….. Perkembangan Jasa Penunjang Pariwisata………………..………
20 20 22 26
iii | P a g e
4. KARAKTERISTIK RESPONDEN 4.1. 4.2. 4.3.
Masyarakat ............................................................................................. 29 Wisatawan ....................... ...................................................................... 31 Persepsi Wisatawan Terhadap Ekowisata ............................................. 39
5. POTENSI OBJEK DAN KEGIATAN EKOWISATA DI KAB BINTAN 5.1. 5.2.
Komponen, Nama Baku dan Tema Obyek/kegiatan Ekowisata Bahari 44 Inventarisasi Potensi Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari .............. 51 5.1.1. Kawasan Wisata Pantai Trikora dan sekitarnya................................... 5.1.2. Desa Mapur......................................................................................... 5.1.3. Desa Sebong Lagoi………………………………..……………..
51 52
53
6. KELAYAKAN PENGEMBANGAN EKOWISATA 6.1. 6.2. 6.3. 6.4. 6.5.
Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari yang Ramah Lingkungan.................. Jenis Ekowisata Bahari yang Layak sebagai MPA…………………………. Hasil Penilaian WTA dan WTP Obyek dan Kegiatan Ekowisata................. Kelayakan Usaha dan Prioritas Pengembangan Obyek/kegiatan Ekowisata .. Potensi Ekonomi Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari...............................
54 58 61 64 65
7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI KAB BINTAN 7.1. Isu dan Permasalahan............................................................................... 68 7.1.1. Isu Ketidakharmonisan Hubungan antara Masyarakat dan Pengusaha Pariwisata………………………………………………… 7.1.2. Isu Masih kurangnya Pembinaan dan Pengembangan Ekowisata 7.1.3. Berbasis Masyarakat oleh Pemerintah Daerah …………………..…. 7.1.4. Isu Privatisasi Lahan Pantai di Kabupaten Bintan …………………..
68 70 73
7.2. Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari ............................................ 78 7.2.1. Pola Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan pada saat ini... 7.2.2. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan.. 7.2.3. Pengembangan Produk Paket Ekowisata di Kabupaten Bintan……..
8. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………….
78 80 84
85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88 LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 89
iv | P a g e
WtyàtÜ gtuxÄ Tabel 2.1. Tahapan Perolehan dan Analisa Data…………….........................................
7
Tabel 2.2. Kriteria Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Ramah Lingkungan...............
14
Tabel 3.1. Data Luas Wilayah dan Kependudukan per Kecamatan Tahun ................…
19
Tabel 3.2. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Kabupaten Bintan Tahun 2009......
19
Tabel 3.3. Potensi Wisata di Kabupaten Bintan…..............………….............................
20
Tabel 3.4. Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara di Kabupaten Bintan .............
23
Tabel 3.5. Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara berdasarkan kebangsaan……
23
Tabel 3.6. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara menurut Pangsa Pasar…..
25
Tabel 3.7. Jumlah Usaha dan Tempat Duduk Rumah Makan di Kabupaten Bintan........
28
Tabel 5.1. Hasil Obyek Ekowisata yang Diperoleh menurut Lokasi dan Jenis Responden..44 Tabel 5.2. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan Hasil Survey di Kawasan Wisata Pantai Trikora dan sekitarnya............................................. 51 Tabel 5.3. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Di Pulau Mapur ..........
52
Tabel 5.4. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan Hasil Survei di Desa Sebong Lagoi..........................................................................
53
Tabel 6.1. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Layak dan Ramah Lingkungan.....................................................................................................
56
Tabel 6.2. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Layak Bersyarat dan Ramah Lingkungan ....................................................................................... Tabel 6.3. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Tidak Layak sebagai Ekowisata Berbasis Masyarakat........................................................
60 61
Tabel 6.4. Kegiatan Obyek Ekowisata Bahari yang Layak untuk Dikembangkan sebagai Mata Pencaharian Alternatif............................................................................ 62 Tabel 6.5. Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Mampu Diusahakan Masyarakat namun tidak sesuai dengan yang diinginkan Wisatawan…......................................... 63 Tabel 6.6. Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan Wisatawan namun Belum Mampu Diusahakan Masyarakat….................................................................. 64 Tabel 6.7. Rata-rata nilai Willingness To Accept (WTA) setiap Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diberikan oleh Masyarakat..................................................
66
Tabel 6.8. Rata-rata nilai Willingness To Pay (WTP) tidak bernilai Nol setiap Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diberikan oleh Wisatawan.................................. .67 Tabel 6.9. Daftar Obyek Ekowisata yang Layak Usaha...................................................
68
Tabel 6.10. Daftar Urutan Prioritas Pengembangan Obyek Ekowisata...........................
69
Tabel 6.11. Perkiraan Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara dan Kontribusi Potensi Nilai Ekonominya...........................................................................
71
Tabel 7.1. Rangkuman Isu dan Permasalahan serta Usulan Strategi Pengelolaan Wisata Bahari di Kabupaten Bintan….........................................................................
76
v | P a g e
WtyàtÜ ZtÅutÜ Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian…………….......................……........…...................
5
Gambar 2.2. Bagan Alur Penelitian……………………………………........................
8
Gambar 4.1. Komposisi Responden Masyarakat berdasarkan umur.............................
31
Gambar 4.2. Komposisi Responden Masyarakat berdasar Jenis Kelamin.....................
31
Gambar 4.3. Komposisi responden masyarakat berdasar jenis pekerjaan ....................
31
Gambar 4.4. Komposisi responden masyarakat berdasarkan tingkat pendapatan ..........
32
Gambar 4.5. Komposisi responden masyarakat berdasarkan pendidikan ……..............
32
Gambar 4.6. Komposisi responden wisatawan menurut umur.......................................
33
Gambar 4.7. Komposisi responden wisatawan berdasarkan jenis wisatawan.................
34
Gambar 4.8. Komposisi responden wisatawan mancanegara menurut negara asal.........
35
Gambar 4.9. Komposisi responden wisatawan nusantara menurut asalnya.....................
35
Gambar 4.10. Komposisi responden wisatawan (wisman dan wisnus) berdasarkan pendapatan .............................................................................................
36
Gambar 4.11. Komposisi responden wisatawan berdasarkan anggaran pengeluaran untuk wisata...................................................................................................... 37 Gambar 4.12. Perbandingan persentase pendapatan responden wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.......................................................................... 38 Gambar 4.13. Perbandingan persentase anggaran pengeluaran wisata responden wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara................................................... 38 Gambar 4.14. Perbandingan tingkat pendidikan responden wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara..........................................................................
39
Gambar 4.15. Persepsi responden wisatawan nusantara yang datang berkunjung di Kabupaten Bintan terhadap ekowisata.....................................................
40
Gambar 4.16. Persepsi responden wisatawan mancanegara yang datang berkunjung di Kabupaten Bintan terhadap ekowisata.....................................................
41
Gambar 5.6. Staging Objek Wisata Bukit Kerang, di Desa Kawal…............................... 48 Gambar 5.8. Kondisi perumahan masyarakat di Pulau Mapur……................................... 50 Gambar 7.1. Focused Group Discussion (FGD) dengan Masyarakat Desa Mapur....
72
Gambar 7.2. Selain FGD, juga dilakukan pendekatan wawancara mendalam...........
74
Gambar 7.3. Pola Pengembangan Ekowisata pada saat ini di Kabupaten Bintan.......
79
Gambar 7.4. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan......
83
vi | P a g e
WtyàtÜ _tÅÑ|ÜtÇ Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER - A1 (Khusus untuk responden WisNus)............
I-1
Lampiran 2. LEMBAR KUESIONER - A2 (Khusus untuk responden WisMan)..........
II-1
Lampiran 3. LEMBAR KUESIONER - B (Khusus untuk responden masyarakat)........
III-1
Lampiran 4. Daftar Nama Baku Obyek Ekowisata Bahari.............................................
IV-1
Lampiran 5.
V-1
Daftar Komponen Obyek dan Kegiatan Ekowisata Hasil Survei............
Lampiran 6. Hasil Penilaian Tingkat Kelayakan Obyek Ekowisata Bahari yang Ramah Lingkungan.................................................................................................
VI-1
Lampiran 7. Hasil Survey Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan dan Mampu Diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Bintan.......................................... VII-1 Lampiran 8. Hasil Survey Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan Wisatawan
VIII-1
vii | P a g e
Ringkasan Eksekutif A.
Pendahuluan Kabupaten Bintan merupakan salah satu daerah tujuan wisata bahari di
Provinsi Kepulauan Riau. Kawasan wisata utamanya adalah Lagoi, Pantai Sakerah, Pantai Trikora, selain itu terdapat pula pengembangan lokasi wisata di Pulau Nikoi dan Pulau Mapur dan kawasan wisata lainnya di sepanjang pantai Pulau Bintan bagian Timur. Andalan daya tarik wisatanya berupa ketenangan dan keindahan panorama pantai yang berpasir putih dengan perairan laut yang jernih serta keanekaragaman kehidupan bawah laut yang mempesona. Perkembangan sarana dan prasarana wisata terlihat dari deretan villa ataupun resor wisata di sepanjang pantainya. Selain itu, kekayaan sumberdaya hayati pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bintan dapat berpotensi menjadi daya tarik wisata bahari. Sumberdaya tersebut meliputi ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang, dan daerah peneluran penyu (PPSPL UMRAH-CRITC LIPI 2010). Pemanfaat terbesar jasa pariwisata saat ini adalah para investor yang bermodal besar, walaupun ada sebagian masyarakat yang membentuk kelompok usaha wisata. tetapi sebagian besar dari mereka masih merasa sebagai penonton. Ada persepsi bahwa pengusaha wisata hanya mementingkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan tidak pernah melibatkan masyarakat sekitarnya. Selain itu, masyarakat merasa masih kurangnya peran pemerintah daerah secara terpadu dalam memfasilitasi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, hal ini memunculkan konflik pemanfaatan jasa lingkungan antara pelaku usaha wisata dengan masyarakat. Namun jika pengelolaan pariwisata dilakukan secara bijak dan tepat, bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan, dengan keterlibatan masyarakat ternyata dapat menambah penghasilan serta mendorong masyarakat lebih menjaga sumberdaya alam dan lingkunannya. Kondisi ini menjadikan pariwisata memberi peluang manfaat bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan pelestarian alam. Bentuk pariwisata yang dapat memenuhi hal tersebut adalah kegiatan ekowisata. Ekowisata yang tepat untuk dikembangkan di Kabupaten Bintan adalah Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat. Secara umum, ekowisata berbasis
ix | P a g e
masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual (Depbudpar-WWF-Indonesia 2009). Namun dalam rangka pengembangan ekowisata bahari berbasis masyarakat di Kabupaten Bintan, perlu memperhatikan aspek kemampuan masyarakat, ketertarikan wisatawan, dan aspek lingkungan yang dapat uraikan dalam pertanyaan permasalahan: ‐
Apa yang diinginkan dan mampu dikerjakan oleh masyarakat?
‐
Apa yang diinginkan dan diminta oleh wisatawan?
‐
Apakah ekowisata bahari tersebut layak sebagai mata pencaharian alternatif bagi masyarakat dan ramah lingkungan? Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan kajian
potensi ekowisata bahari yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan dan menjadikannya sebagai nilai tambah ekonomi masyarakat melalui Mata Pencaharian Alternatif (MPA), sekaligus menjadi bagian upaya pelestarian sumberdaya pesisir dan lautan. Penelitian ini dilaksanakan selama lebih kurang 3 (tiga) bulan, mulai dari Bulan Juni sampai September 2010. Lokasi penelitian pada kegiatan ini dibagi menjadi 3 (tiga) kategori 1) kawasan wisata open acces (public) meliputi kawasan wisata Pantai Trikora dan sekitarnya; Desa Malang Rapat, Teluk Bakau, Kawal. 2) kawasan wisata yang belum berkembang meliputi Desa Mapur dan 3) Kawasan wisata yang telah berkembang yakni kawasan Resort Wisata Logoi dan sekitarnya Metode pengambilan data dilakukan dengan pendekatan survey, wawancara
terstruktur
(quisioner)
dan
non
struktur
(wawancara
bebas
mendalam) serta melalui Kelompok Diskusi Terfokus (Focus Group Disscussion / FGD). Pemilihan sampling untuk wawancara dilakukan dengan pendekatan purposive sampling, yaitu pengambilan sampling pada lokasi terpilih, dengan menggunakan kuesioner untuk menggali informasi latar belakang sosial responden kemudian diteruskan ke pertanyaan yang berkaitan langsung dengan informasi obyek dan kegiatan ekowisata. Rancangan kuesioner ditujukan untuk responden masyarakat dan wisatawan. Khusus wisatawan asing, kuesioner
x | P a g e
dibuat dalam bahasa Inggris. Responden penelitian ini terdiri dari masyarakat pesisir dan nelayan, wisatawan dan pelaku usaha wisata. Analisis data dilakukan dengan metode Willingness to Accept (WTA)
dan Willlingness to Pay (WTP). WTA adalah konsep penilaian sumberdaya non pasar dengan mengukur jumlah minimum pendapatan seseorang untuk menerima penurunan sesuatu (Fauzi 2004). WTP adalah konsep penilaian sumberdaya non pasar dengan mengukur jumlah maksimum seseorang yang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. (Fauzi 2004). Informasi nilai WTA dan WTP dalam penelitian ini diperoleh dengan metode Contingent Valuation Method (CVM). Metode ini adalah salah satu metode berbasis survei untuk mengestimasi seberapa besar penilaian seorang/ masyarakat terhadap barang, jasa, dan kenyamanan. Metode ini banyak digunakan
untuk
mengestimasi nilai sesuatu
yang
tidak
(atau belum)
diperjualbelikan di pasar (Patunru 2004).
B. 1)
HASIL Hasil identifikasi dan inventarisasi, terdapat 62 potensi obyek dan kegiatan ekowisata bahari di Kabupaten Bintan, yang dapat dijadikan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat.
2)
Ekowisata
bahari
berpotensi
sebagai
mata
pencaharian
alternatif
masyarakat Kabupaten Bintan karena: masyarakat mempunyai pengetahuan lokal yang luas dan terperinci mengenai kondisi lingkungan dan sumberdaya pesisir dan laut bahari yang berpotensi dijadikan obyek dan kegiatan ekowisata bahari di daerah sekitar mereka masyarakat mampu dan bersedia menjadikan ekowisata sebagai bidang usaha dan mata pencaharian alternatif mereka memberdayakan masyarakat tempatan, mengandalkan sumberdaya lokal berupa sarana penunjang yang relatif murah, tersedia, dan mudah dilakukan masyarakat tempatan memberi nilai tambah ekonomi sehingga dapat meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat
xi | P a g e
3)
Obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang ditawarkan masyarakat Kabupaten Bintan sesuai dengan yang diinginkan wisatawan dimana wisatawan nusantara ataupun wisatawan mancanegara tertarik dan bersedia membayar 22 obyek dan kegiatan obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang ditawarkan masyarakat.
4)
Potensi ekowisata bahari di Kabupaten Bintan terbukti bersifat ramah lingkungan sehingga dapat mendukung pelestarian sumberdaya hayati laut tanpa harus menimbulkan konflik di masyarakat dimana terdapat 43 obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang layak ramah lingkungan baik secara ekologi maupun sosial-budaya.
5)
Terdapat 13 obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang layak usaha dengan rata-rata kesediaan membayar wisatawan adalah 1,35 kali lipat dengan ratarata imbalan yang diminta masyarakat.
6)
Kontribusi kunjungan wisatawan manca negara terhadap potensi ekonomi ekowisata di Kabupaten Bintan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp. 109,741,621,510,- dengan kecenderungan mengalami kenaikan sebesar 21,57 % pada tahun 2015 atau sebesar Rp. 133,412,668,733,-
7)
Nilai tambah ekonomi yang diberikan ekowisata bahari di Kabupaten Bintan dapat menjadi sumber alternatif pembiayaan pengelolaan konservasi di Kabupaten Bintan
8)
Obyek dan kegiatan ekowisata bahari prioritas untuk dikembangkan di Kabupaten Bintan karena layak dari sisi ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya adalah: 9
Menyusuri sungai berhutan bakau
9
Menyusuri hutan
9
Berkeliling dengan sepeda motor
9
Berkunjung ke pulau dengan pompong
9
Menikmati buah kelapa muda
9
Penyewaan sepeda motor
9
Penyewaan snorkling
9
Menginap di rumah tinggal orang kampung
9
Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang
9
Hidangan makanan laut
9
Menyaksikan hutan bakau di pulau
9
Menyusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai
xii | P a g e
9)
9
Snorkling di areal terumbu karang
9
Memancing di laut dengan pompong
9
Penyewaan scuba diving
9
Sewa sampan.
Isu dan permasalahan pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten Bintan terdiri dari : ¾
Isu Ketidakharmonisan Hubungan antara Masyarakat dan Pengusaha Pariwisata.
¾
Kurangnya Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat oleh Pemerintah Daerah
¾
Isu Privatiasasi Lahan Pantai yang seharusnya merupakan open acces
10) Usulan strategi pengembangan ekowisata bahari adalah sbb : a) Perlu dibentuk Lembaga Koordinasi Ekowisata di tingkat Kabupaten. Lembaga ini berdasarkan pada Surat Keputusan Bupati Bintan. Hal ini sesuai dengan instruksi Permendagri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah. b) Menyusun Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RPKD) bidang pariwisata secara terpadu dan berbasis masyarakat. RKPD ini berisi dokumen Rencana Pengelolaan, Rencana Zonasi dan Rencana Aksi pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. RKPD yang disusun akan menjadi acuan dalam setiap proses pengembangan ekowisata dan dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). c) Penguatan dan pembinaan kelembagaan kelompok masyarakat di tingkat desa sebagai pilar pengelola ekowisata di level terbawah/ lapangan. Untuk tahap awal kelembagaan yang telah ada diberdayakan dan dibina agar lebih optimal, jika pendekatan ini berjalan efektif bukan tidak mungkin model ini akan menjamur atau diadopsi oleh tempat-tempat lain atau dapat dengan sengaja dikembangkan di daerah lain yang memiliki karakteristik dan potensi ekowisata yang diminati oleh wisatawan. d) Penyusunan paket-paket wisata bahari berbasis masyarakat dan melakukan pembinaan, pendampingan kepada kelompok masyarakat di tingkat desa.
xiii | P a g e
e) Melakukan kerjasama dengan jejaring ekowisata yang ada di tingkat nasional maupun internasional, biro perjalanan/travelling dan pelaku wisata swasta, sehingga pemasaran potensi obyek ekowisata masyarakat yang pada saat ini masih sangat tergantung pada wisatawan lokal dapat meningkat melalui hubungan kerjasama dengan jejaring ekowisata
xiv | P a g e
PPSPL UMRAH (Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir & Lautan Universitas Maritim Raja Ali Haji) Research Center for Coastal and Marine Resources University of Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang - 2011
I. PEN NDAHU ULUAN I I.1.
Latar Belakang
B meru upakan salah h satu daera ah tujuan wisata bahari di Provinsi Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Kawa asan wisata a utamanya a adalah La agoi, Pantai Sakerah, ora, selain itu i terdapat pula penge embangan lokasi wisata a di Pulau Pantai Triko Nikoi dan Pulau P Mapurr dan kawassan wisata la ainnya di se epanjang pa antai Pulau Bintan bagian Timur. Andalan A da aya tarik wis satanya berupa ketena angan dan p pa antai yang b berpasir putih h dengan pe erairan laut yang y jernih keindahan panorama serta s keanekaragaman kehidupan bawah b laut yang y mempe esona. Perkkembangan sarana s dan prasarana wisata w terlih hat dari dere etan villa ata aupun resorrt wisata di sepanjang s pantainya. p S Selain itu, kekayaan sum mberdaya ha ayati pesisir dan pulaupulau kecil di Kabupatten Bintan dapat berpo otensi menjjadi daya ta arik wisata mberdaya te ersebut meliputi ekosis stem mangrrove, lamun n, terumbu bahari. Sum karang, dan daerah pen neluran penyyu (PPSPL UMRAH-CRI U ITC LIPI 201 10). t jasa pariwisata a saat ini ad dalah para in nvestor yang g bermodal Pemanfaat terbesar besar, walaupun ada sebagian s ma asyarakat ya ang membe entuk kelompok usaha wisata. w tetap pi sebagian besar dari m mereka massih merasa ssebagai peno onton. Ada persepsi ba ahwa pengusaha wisa ata hanya mementingkkan keuntungan bagi dirinya d send diri dan tida ak pernah m melibatkan masyarakat m sekitarnya. Selain itu, masyarakat merasa ma asih kurangn nya peran pemerintah p d daerah seca ara terpadu dalam d mem mfasilitasi pe engembangan pariwisa ata berbasiss masyarakkat, hal ini memunculka an konflik pe emanfaatan jasa lingkungan antara a pelaku usa aha wisata dengan d mas syarakat.
PPSPL P UMRAH – CRITC LIPI
1|
Namun jika pengelolaan pariwisata bila dilakukan secara bijak dan tepat dapat dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan, dengan keterlibatan masyarakat ternyata dapat menambah penghasilan serta mendorong masyarakat lebih menjaga sumberdaya alam dan lingkunannya. Hal ini selaras dengan program COREMAP dalam mengemban misi pelestarian kehidupan bahari terutama terumbu karang dimana salah satu programnya adalah mengurangi tingkat degradasi ekosistem laut (CRITC, COREMAP II, LIPI 2007). Pada umumnya daerah pengembangan wisata di Kabupaten Bintan berada dalam wilayah program COREMAP, yaitu tepatnya di sepanjang Pantai Trikora yang meliputi Desa Teluk Bakau dan Malang Rapat, Kabupaten Bintan. Kondisi yang demikian menjadikan pariwisata memberi peluang manfaat bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan pelestarian alam. Bentuk pariwisata yang dapat memenuhi hal tersebut adalah kegiatan ekowisata. Karena menurut Depbudpar-WWF-Indonesia (2009), terdapat aspek kunci ekowisata yang bersifat menguntungkan yaitu: •
Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism)
•
Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)
•
Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)
•
Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi)
•
Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi).
Ekowisata yang tepat untuk dikembangkan di Kabupaten Bintan adalah Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat. Secara umum, ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual (Depbudpar-WWF-Indonesia 2009). Namun dalam rangka pengembangan ekowisata bahari berbasis masyarakat di Kabupaten Bintan, perlu memperhatikan aspek kemampuan masyarakat, ketertarikan wisatawan, dan aspek lingkungan yang dapat uraikan dalam pertanyaan permasalahan:
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
2 | P a g e
‐
Apa yang diinginkan dan mampu dikerjakan oleh masyarakat?
‐
Apa yang diinginkan dan diminta oleh wisatawan?
‐
Apakah ekowisata bahari tersebut layak sebagai mata pencaharian alternatif bagi masyarakat dan ramah lingkungan?
Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan kajian potensi ekowisata bahari yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan dan menjadikannya sebagai nilai tambah ekonomi masyarakat melalui Mata Pencaharian Alternatif (MPA), sekaligus menjadi bagian upaya pelestarian kehidupan pesisir dan laut di kabupaten Bintan. I.2.
Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut: ‐
Mengidentifikasi dan menginventarisasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang dapat menjadi Mata Pencaharian Alternatif (MPA) yang ramah lingkungan bagi masyarakat.
‐
Mengetahui potensi ekonomi dan tingkat kelayakan usaha ekowisata bahari di daerah kajian.
‐
Memberi
arahan
kebijakan
pengembangan
ekowisata
bahari
di
Kabupaten Bintan I.3.
Pembatasan Lingkup Daerah Kajian
Daerah kajian yang tercakup dalam penelitian ini lokasi wisata di Pulau Bintan Bagian Timur meliputi daerah Lagoi, Pantai Trikora, dan Kepulauan Mapur. I.4.
Luaran
Luaran kegiatan ini adalah sebagai berikut:
‐
Daftar inventarisasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata Bahari yang dapat menjadi MPA bagi masyarakat.
‐
Potensi ekonomi dan kelayakan usaha ekowisata bahari bagi masyarakat
‐
Rekomendasi dan arahan pengembangan ekowisata bahari di kabupaten Bintan.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
3 | P a g e
II. ME ETODO OLOGI I II.1.
Loka asi Penelitia an
Lokasi pene elitian pada kegiatan inii dibagi men njadi 3 (tiga a) kategori 1) kawasan wisata w ope en acces (public) melliputi kawassan wisata Pantai Trrikora dan sekitarnya; s ng Rapat, T Teluk Bakau, Kawal. 2) kawasan wisata w yang Desa Malan embang me eliputi Desa Mapur dan n 3) Kawassan wisata yang y telah belum berke berkembang g yakni kawa asan Resort Wisata Logoi dan sekita arnya (Gambar 2.1.). 2.2. 2
Wak ktu Penelitia an
Penelitian in ni dilaksanakan selama lebih kuran ng 3 (tiga) bulan, b mulai dari Bulan Juni J sampaii Septemberr 2010. 2.3. 2
Pera alatan dan Bahan B
Peralatan ya ang digunakkan dalam pe enelitian ini adalah a seba agai berikut: ‐
Alat dokumentas si (digital cam mera)
‐
d Recorder Hand
‐
Kuessioner dan le embar data yyang diperlu ukan
‐
Buku u dan alat tulis
‐
Kom mputer dan printer
‐
GPS S (Global Possitioning Sysstem)
P PPSPL UMRAH CRITC LIPI
4|
Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
5 | P a g e
2.4.
Perolehan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait pariwisata dan masyarakat nelayan di Kabupaten Bintan. Berikut daftar data sekunder tersebut : a. Statistik Pariwisata (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Bintan 2008). b. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Bintan 2008). c. Laporan Tahunan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, 2009. 2.5.
Perolehan Data Primer
Data primer diperoleh dengan menggunakan metode wawancara terstruktur (quisioner) dan non struktur (wawancara bebas mendalam) serta melalui Kelompok Diskusi Terfokus (Focus Group Disscussion / FGD). Pemilihan sampling untuk wawancara dilakukan dengan pendekatan purposive sampling, yaitu pengambilan sampling pada lokasi terpilih, dengan menggunakan kuesioner untuk menggali informasi latar belakang sosial responden kemudian diteruskan ke pertanyaan yang berkaitan langsung dengan informasi obyek dan kegiatan
ekowisata.
Rancangan
kuesioner
ditujukan
untuk
responden
masyarakat dan wisatawan. Khusus wisatawan asing, kuesioner dibuat dalam bahasa Inggris. Adapun rancangan kuesioner tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. FGD
dilakukan
bersama
beberapa
anggota
masyarakat
terpilih.
FGD
dimanfaatkan untuk memperoleh informasi isu-isu permasalahan yang terkait kepariwisataan. Selain itu, FGD digunakan juga untuk memperoleh data dan informasi mengenai obyek dan kegiatan ekowisata. Garis besar penelitian ini pada dasarnya adalah untuk menginventarisir dan mengidentifikasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata yang mampu dilakukan oleh masyarakat dan yang diinginkan oleh wisatawan. Kemudian dicari besaran secara satuan mata uang (monetisasi) melalui kesediaan menerima imbalan oleh masyarakat dan kesediaan membayar oleh wisatawan untuk setiap obyek dan kegiatan ekowisata. Selanjutnya dilakukan analisis tingkat kelayakan obyek dan kegiatan ekowisata yang ramah lingkungan untuk dikembangkan sebagai “Mata
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
6 | P a g e
Pencaharian Alternatif” bagi masyarakat. Tahapan penelitian dari mulai perolehan data hingga tahap analisa mengikuti bagan alur pemikiran pada Tabel 2.1. dan Gambar 2.2.
Kegiatan
Tabel 2.1. Tahapan Perolehan dan Analisa Data Metode Tujuan Lokasi
Memperoleh Data Sekunder
Pencarian/ eksplorasi berbagai sumber data terkait
Mengetahui kondisi terkini masyarakat di daerah kajian dan kepariwisataan di Kabupaten Bintan
Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan
Juni
Memperoleh Data Primer
Wawancara terstruktur
1. Inventarisasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata baik dari masyarakat maupun wisatawan 2. Mencari nilai WTA dan WTP
JuniAgustus
FGD
1. Inventarisasi mencari nilai WTA dan WTP obyek dan kegiatan ekowisata dari masyarakat 2. Menggali isu permasalahan yang terkait dengan pariwisata
1. Kawasan Wisata pantai Trikora dan sekitarnya, Desa Teluk Bakau, Kawal 2. Kawasan Resort Lagoi dan sekitarnya 3. Desa Mapur Kecamatan Gunung Kijang (Desa Kawal dan D. Teluk bakau), D. Mapur dan Desa Sebong Lagoi
Analisis Taksonomi Obyek dan Kegiatan Ekowisata
Membakukan nama-nama obyek ekowisata yang diperoleh di lapangan
JuliAgustus
Keramahan Lingkungan Obyek dan kegiatan Ekowisata Kelayakan Usaha dan Potensi Ekonomi Obyek dan kegiatan Ekowisata
Menilai obyek dan kegiatan ekowisata layak dari aspek sosial dan ekologi
Agustus
Menilai kelayakan usaha dan potensi ekonomi obyek dan kegiatan ekowisata dari segi aspek ekonomisnya
September
Kebijakan Ekowisata
Arahan kebijakan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat sebagai MPA
September
Analisa Data
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
terkait
Waktu (2010)
Agustus
7 | P a g e
Inventarisa asi dan Iden ntifikasi Pottensi Obyek dan Kegiatan Ekowisata O E B Bahari
Kesedia aan menerim ma imbalan n/ Willingn ness to Accept (WTA)
kemamp puan masyaraakat
Kesediaan unttuk me embayar/ Willingness to Pay (WTP)
Keinginaan wisataw wan
(1) (2) (3) Obyek da an kegiatan ekowisata e la ayak Ramah h Lingkungan n? Kriteria: E Ekologis dan Sosial-Buda aya YA
(1) Obyek dan kegiattan ekowisata perlu diprom mosikan dan n ditingkatkan daya a tarik agar wisatawan w te ertarik
YA
(2) Obyek da an kegiatan n ekowisata yang y la ayak untuk Mata M Pencaharian Alternatiff
YA A
(3) Perlu pelatihan dan peningkatan kapasistas aga ar masyarakkat mampu mengusaha akan obyek dan kegiatan ekowisata i i
Arahan n Kebijakan Pengemba angan Ekow wisata Bahari Mata Pencah harian Alterrnatif sebagai M
YA WTP P>0 & WTP≥WTA? Potens si Ekonomi d dan Kelayakan Usaha Ekowisata Gambar G 2.2. Bagan Alur Penelitian n
P PPSPL UMRAH CRITC LIPI
8|
2.5.1. Pemilihan Responden a) Masyarakat Responden masyarakat terdiri atas masyarakat yang bermata pencaharian nelayan dan bukan nelayan yang berada di daerah kajian.. b) Wisatawan Responden
wisatawan
terdiri
atas
wisatawan
nusantara
dan
wisatawan asing yang berkunjung di kawasan wisata di daerah kajian. c) Pelaku Usaha Wisata Terdiri dari Responden pelaku usaha wisata berskala besar (private) seperti resort dan hotel, dan pelaku usaha wisata kecil, seperti usaha wisata yang dikelola oleh masyarakat. Namun pada penelitian ini pada umumnya responden yang bersedia memberikan informasi adalah usaha wisata skala kecil. Hal ini disebabkan karena pelaku usaha wisata skala besar lebih tertutup dalam akses informasi.
2.5.2. Inventarisasi dan Identifikasi Potensi Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari Inventarisasi dan identifikasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata bahari dilakukan melalui beberapa tahap yang dilakukan serentak baik pada responden masyarakat maupun wisatawan, tahapannya adalah sebagai berikut: A. Tahap Eksplorasi Obyek dan Kegiatan Ekowisata Dilakukan untuk memperoleh gambaran awal potensi ekowisata baik yang mampu dilakukan masyarakat maupun yang diinginkan wisatawan. Pada tahap ini diupayakan perolehan informasi potensi ekowisata sebanyak mungkin dari para responden. B. Tahap Pengelompokan dan Pembakuan Nama Obyek dan Kegiatan Ekowisata Awalnya daftar obyek dan kegiatan ekowisata yang diperoleh baik dari masyarakat maupun wisatawan berupa nama bebas yang diberikan oleh anggota tim peneliti saat di lapangan. Pembakuan nama obyek dan kegiatan ekowisata perlu dilakukan untuk menghindari kerancuan dan
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
9 | P a g e
penggandaan
makna
sehingga
mempermudah
proses
analisis
selanjutnya. Pembakuan nama dilakukan dengan menggunakan metode analisis taksonomi yang diadaptasi dari metode etnografi Spradley (1997). Langkah pertama, setiap obyek dan kegiatan wisata dilakukan analisis komponen dimana komponen tersebut meliputi: a. Komponen Daya Tarik Menyatakan bahwa komponen ini merupakan daya tarik wisatawan terhadap suatu obyek dan/ atau kegiatan ekowisata. Komponen daya tarik meliputi: 1) Alami, seperti pantai, mangrove dsb.; 2) Permainan (game & sport), seperti memancing, snorkeling dsb; 3) Kegiatan, seperti melihat-lihat, berkeliling dsb; dan 4) Budaya, seperti situs sejarah, perkampungan dan sebagainya. b. Komponen Sarana Penunjang dan Jasa Menyatakan bahwa komponen ini merupakan sarana penunjang dan jasa yang mampu dilakukan masyarakat kepada wisatawan pada suatu obyek dan/ atau kegiatan ekowisata. Komponen jasa meliputi: 1) Transportasi, seperti sampan, kapal motor (sebutan lokal: pompong), dsb; 2) Akomodasi, seperti rumah tinggal, pondok apung, dsb; 3) Kuliner, seperti makanan lokal, masakan laut, dsb; dan 4) Layanan, seperti memandu, mengantar dan sebaginya. c. Komponen Satuan Kuantitas Menyatakan bahwa komponen ini merupakan besaran satuan kuantitas jasa yang diberikan kepada wisatawan pada suatu obyek dan/ atau kegiatan ekowisata. Komponen satuan kuantitas meliputi: 1) Waktu, seperti 1 jam, 1 hari dsb; 2) Jarak, seperti jauh, dekat, dsb; dan 3) Jumlah, seperti 1 orang, 1 sampan, dan sebaginya. d. Lain-lain Menyatakan untuk komponen lain yang tidak tercakup komponen yang telah disebut sebelumnya Setelah analisis komponen dilakukan maka dilakukan penamaan baku terhadap obyek dan kegiatan ekowisata tersebut. Bila komponen-komponen suatu obyek
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
10 | P a g e
dan/ atau ekowisata menunjukkan keserupaan terhadap obyek dan/ atau kegiatan ekowisata yang lain, maka obyek ekowisata tersebut dikelompokan menjadi satu nama baku. Nama baku obyek dan kegiatan ekowisata mencerminkan kandungan komponen yang ada didalamnya. Namun agar lebih umum dan sederhana maka perincian yang mencakup nama tempat dan komponen satuan kuantitas dihilangkan. Nama-nama baku ini diberi kode untuk membedakan satu sama lain dan digunakan sebagai gambaran potensi ekowisata suatu daerah kajian. Untuk penyederhanaan dan mempermudah penelaahan maka beberapa nama baku obyek dan kegiatan ekowisata dikelompokan lagi menurut tema jasa atau daya tariknya, yaitu: 1) Akomodasi; 2) Rekreasi dan Bersantai; 3) Permainan; 4) Petualangan; 5) Alam; 6) Kuliner; 7) Transportasi; 8) Jasa & Sewa; 9) Budaya; 10) Lain-lain. C. Tahap Konfrontasi Setelah nama obyek dan kegiatan ekowisata dibakukan, selanjutnya daftar ekowisata yang didapat dari masyarakat ditanyakan kepada wisatawan, demikian juga sebaliknya. Tahap ini dilakukan agar mendapatkan sebanyak mungkin potensi obyek dan kegiatan ekowisata yang mampu dilakukan oleh masyarakat tetapi diinginkan pula oleh wisatawan. 2.5.3. Pengukuran Willingness to Accept (WTA) dan Willlingness to Pay (WTP) WTA adalah konsep penilaian sumberdaya non pasar dengan mengukur jumlah minimum pendapatan seseorang untuk menerima penurunan sesuatu (Fauzi 2004). Dalam konteks penelitian ini, penurunan sesuatu dapat diartikan, misalkan, masyarakat mau menggantikan pekerjaan nelayan dengan pekerjaan jasa ekowisata bahari. Karena itu, makna perolehan nilai WTA akan menggambarkan kesediaan masyarakat mengganti pekerjaan lain pada saat tertentu untuk dialihkan ke ekowisata bahari. Hal ini terjadi karena: ‐
Pendapatan hasil ekowisata bahari besarnya sama atau lebih dari pendapatan pekerjaan yang digantikan
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
11 | P a g e
‐
WTA sudah menggambarkan nilai biaya operasional ditambah dengan nilai keuntungan yang diinginkan
‐
Ekowisata
bahari
memberikan
nilai
pendapatan
tambahan
dari
pendapatan yang telah pada ada saat ini ‐
Preferensi-preferensi (pilihan) lain yang tidak dapat diamati dimana antara satu individu dengan individu lain akan bervariasi dalam mempengaruhi nilai WTA
WTP adalah konsep penilaian sumberdaya non pasar dengan mengukur jumlah maksimum seseorang yang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Nilai WTP secara umum akan berkisar antara 0 hingga sebesar pendapatan individu responden (Fauzi 2004). Dalam konteks penelitian ini, nilai WTP bagi wisatawan adalah kesediaan wisatawan membayar jasa atau barang ekowisata bahari yang ditawarkan oleh masyarakat. Dalam hal ini WTP akan memberikan makna: ‐
Besar
WTP
akan
berkisar
antara
0
hingga
sebesar
anggaran
pengeluaran perjalanan wisata. ‐
WTP untuk ekowisata bahari adalah nilai penyisihan sebagian anggaran pengeluaran perjalanan wisata tersebut.
‐
Pemenuhan nilai guna atau kepuasan wisatawan terhadap obyek dan/ atau kegiatan ekowisata
‐
Preferensi-preferensi (pilihan) lain yang tidak bisa diamati dimana antara satu individu dengan individu lain akan bervariasi dalam mempengaruhi nilai WTP
Informasi nilai WTA dan WTP dalam penelitian ini diperoleh dengan metode Contingent Valuation Method (CVM). Metode ini adalah salah satu metode berbasis survei untuk mengestimasi seberapa besar penilaian seorang/ masyarakat terhadap barang, jasa, dan kenyamanan. Metode ini banyak digunakan
untuk mengestimasi nilai sesuatu yang tidak (atau belum)
diperjualbelikan di pasar (Patunru 2004). Pengukuran WTA maupun WTP dilakukan saat survei inventarisasi dan identifikasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata pada tahap eksplorasi maupun
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
12 | P a g e
konfrontasi. Prosedur pengukuran WTA dan WTP yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Pengukuran WTA: ‐
Mempertanyakan kesediaan responden masyarakat yang mampu mengusahakan obyek dan/ atau kegiatan ekowisata bahari tertentu untuk menerima imbalan dari wisatawan bila ada wisatawan yang menginginkannya
‐
Kemudian bila nilai WTA diperoleh, maka diusahakan dilakukan penawaran sehingga dicapai kesepakatan nilai WTA terendah yang masih mau diterima oleh responden masyarakat yang diwawancarai
B. Pengukuran WTP: ‐ Mempertanyakan kesediaan responden wisatawan yang tertarik obyek dan/ atau kegiatan ekowisata bahari tertentu untuk membayar kepada masyarakat bila ada masyarakat yang menawarkannya ‐
Kemudian bila nilai WTP diperoleh, maka diusahakan dilakukan penawaran sehingga dicapai kesepakatan nilai WTP tertinggi yang masih mau diterima oleh responden wisatawan yang diwawancarai
2.6.
Analisa Data
2.6.1. Penilaian Obyek Ekowisata Ramah Lingkungan Hasil obyek dan kegiatan ekowisata yang diperoleh kemudian dilakukan penilaian kualitatif terhadap aspek sosial, ekologi, dan potensi dampak negatif yang mungkin timbul. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi obyek dan kegiatan ekowisata bersama tenaga ahli tim penelitian. Para tenaga ahli akan mengevaluasi berdasarkan pada penilaian sendiri (Internal Value) maupun penilaian luar (External Value). Setidaknya penilaian ekowisata yang ramah lingkungan memenuhi keterangan kriteria yang terdapat pada Tabel 2.2.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
13 | P a g e
Tabel 2.2. Kriteria Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Ramah Lingkungan Kriteria Keterangan Ramah Lingkungan berdasarkan 1. Tidak merusak ekosistem serta biota di aspek ekologis dalamnya 2. Tidak bersifat ekstraktif/ eksploitatif yang berlebihan 3. Mendukung upaya konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan Ramah lingkungan berdasarkan aspek sosial-budaya
1. Tidak menimbulkan konflik 2. Tidak menimbulkan benturan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat setempat 3. Menggunakan sarana penunjang dan jasa masyarakat setempat
2.6.2. Analisis Kelayakan Usaha Pencaharian Alternatif
Ekowisata
Bahari
sebagai
Mata
Kelayakan usaha ekoswisata bahari dilakukan melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif; A. Secara Kualitatif Obyek dan kegiatan ekowisata bahari layak sebagai mata pencaharian alternatif secara kualitatif bila: ‐
Terdapat pertemuan antara obyek dan/ atau kegiatan ekowisata yang mampu dilakukan oleh masyarakat dengan yang diinginkan pula oleh wisatawan
‐
Obyek dan kegiatan ekowisata memenuhi kriteria ramah lingkungan baik secara ekologis maupun sosial-budaya.
B. Secara Kuantitatif Untuk obyek dan kegiatan ekowisata bahari tertentu, ekowisata tersebut dinyatakan layak secara kuantitatif atau dapat dikatakan layak usaha sebagai mata pencaharian alternatif bila: ‐
Nilai WTP suatu obyek dan kegiatan ekowisata bahari lebih dari Rp.0,- (WTP > 0) dan
‐
Nilai WTP sama dengan atau lebih dari WTA untuk obyek dan/ atau kegiatan ekowisata bahari yang sama (WTP ≥ WTA).
‐
Penilaian kelayakan ini secara agregat dapat dicari dengan membandingkan rata-rata total nilai WTP yang bukan nol dan dibandingkan dengan rata-rata total WTA yang bukan nol pula.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
14 | P a g e
‐
Semakin besar nilai rasio WTP dengan WTA maka semakin layak dikembangkan sebagai usaha ekowisata
2.6.3. Analisis Potensi Ekonomi Ekowisata Bahari Diasumsikan
jika
dan
hanya
jika
seorang
wisatawan
menyisihkan
pengeluarannya untuk satu obyek dan/ atau kegiatan ekowisata selama satu kali masa kunjungannya maka “Potensi Ekonomi Ekowisata Bahari” sama dengan rata-rata total nilai WTP rata-rata per individu wisatawan yang nilainya lebih dari Rp. 0,- kemudian dikalikan dengan jumlah kunjungan total wisatawan yang ada atau: PE = WTPrerata x W Dimana: PE
= Potensi ekonomi ekowisata
WTPrerata
= Rata-rata nilai WTP rata-rata per individu wisatawan
W
= Jumlah total kunjungan wisatawan yang datang di lokasi kajian saat
tahun kunjungan
Bila diperoleh data jumlah kunjungan secara time series menunjukkan tren meningkat, maka secara proposional, potensi ekonomi ekowisata bahari pada masa mendatang dapat diestimasikan dengan cara analisa regresi dimana jumlah kunjungan wisatawan sebagai variabel terikat dan tahun kunjungan sebagai variabel bebas. Perumusan pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: W = W(t) W(t) = α1 + α2 x t W(t) adalah estimasi jumlah kunjungan mendatang yang didapat dari hasil analisa regresi dimana: α1 dan α2
= konstanta
t
= tahun kunjungan mendatang
maka: PE = WTPrerata x (α1 + α2 x t)
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
15 | P a g e
2.6.4. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari Tahapan berikutnya dianalisis lebih lanjut untuk menghasil arahan kebijakan bagi Pemerintahan Daerah Kabupaten Bintan, pelaku usaha ekowisata bahari, dan pengelola konservasi antara lain berupa: •
Rekomendasi Aspek Pola Pengembangan Ekowisata Bahari yang Berbasis Masyarakat
•
Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
16 | P a g e
3.1. 3
III. KA ARAKTE ERISTIIK WIL LAYAH KA ABUPAT TEN BINTAN Kead daan Umum m Daerah Ka abupaten Bintan B
Kabupaten Bintan B mem miliki karakterristik geogra afis yang uniik dan khusu us, dimana wilayahnya w terdiri dari daratan d dan perairan de engan dikelilingi pulau-p pulau kecil, has wilayah kepulauan. Karakteristik geografis ini menjadi hal ini merupakan ciri kh ariwisata di Kabupaten Bintan. Sela ain itu, letak k geografis modal dasar potensi pa Kabupaten
Bintan
sa angat
strategis,
na karen
berada
di
jalur
pelayaran
al, dan berrbatasan lan ngsung den ngan dua negara ASE EAN yaitu internasiona Singapura S dan d Malaysia a. Kondisi ini otomatis menjadi m jalur utama bagi masuknya wisatawan w terutama wissatawan man ncanegara.
Secara S geo ografis, wila ayah Kabup paten Bintan di sebelah Utara berbatasan b dengan d Kab bupaten An nambas, Sin ngapura, da an Malaysia a. Di sebela ah Selatan berbatasan dengan Kab bupaten Ling gga dan Pro ovinsi Bangkka Belitung. Di sebelah atasan denga an Kota Battam dan Kotta Tanjungp pinang. Dan di sebelah Barat berba Timur T berba atasan denga an Kabupate en Natuna dan Provinsi Kalimantan Barat.
Secara S geollogis, pulau--pulau yang ada di wilayyah Kabupa aten Bintan merupakan m bagian dari paparan Sunda. Pulau-pulau terseb but terbentuk dari forma asi vulkanik atau a sisa-siisa erosi pa ada waktu pencetusan daerah da aratan prate ersier yang membentang dari Sem menanjung Malaysia di d Utara sa ampai Pulau u BangkaS Pulau utama ya ang luasnya a relatif besa ar dan merup pakan luas Belitung di Selatan. utama dari Kabupaten Bintan adallah Pulau Bintan. B Secara umum wilayah w dari
PPSPL P UMRAH – CRITC LIPI
17 | P
pulau-pulau di Kabupaten Bintan berbukit-bukit dengan lembah yang landai di pesisir pantai. Kabupaten Bintan dikaruniai pesisir dan pulau dengan garis pantai berpasir yang indah sehingga wisata bahari menjadi andalan utama bagi sector pariwisata.
Sungai-sungai yang ada umumnya kecil dan dangkal, tidak banyak berarti buat lalu lintas air dan pelayaran. Sungai yang agak besar terdapat di Pulau Bintan dan sudah dimanfaatkan buat sumber air minum kota Tanjungpinang. Walaupun begitu, tepi sungai di Kabupaten Bintan di banyak ditumbuhi oleh hutan bakau. Obyek alam ini berpotensi dimanfaatkan sebagai obyek ekowisata penelusuran sungai berhutan bakau dengan perahu motor.
Kondisi iklim Pulau Bintan termasuk nyaman untuk berbagai kegiatan berwisata. Pulau Bintan beriklim tropis basah dengan temperatur rata-rata terendah 20o Celcius dan tinggi rata-rata 33o Celcius. Tekanan udara rata-rata 1.011 mbs dan kelembaban berkisar antara 55 – 100 persen. Curah hujan per tahun mencapai 2.000 milimeter, bulan Nopember dan Desember merupakan bulan yang curah hujan tertinggi sedangkan curah hujan terendah biasanya terjadi pada bulan Maret dan April (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan 2008). 3.2.
Wilayah Administrasi dan Kependudukan
Kabupaten Bintan, secara resmi nama ini digunakan setelah dikeluarkannya PP No. 5 Tahun 2006, dan pada akhir tahun 2007 wilayah administrasinya telah dimekarkan menjadi 10 kecamatan dan 51 desa/ kelurahan. Sebagai daerah kepulauan, wilayah Kabupaten Bintan sebagian besar merupakan lautan yaitu mencapai sekitar 98 persennya, yaitu 86.092,41 km2 (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan 2008).
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
18 | P a g e
Tabel 3.1. Data Luas Wilayah dan Kependudukan Berdasarkan Kabupaten Bintan per Kecamatan Tahun 2007 Luas Kepadatan N Jumlah Penduduk Kecamatan Wilayah Penduduk o (jiwa) (km2 ) (jiwa/km2) 1 Teluk Bintan 185,00 8580 46 2 Bintan Utara 219, 25 35033 160 3 Teluk Sebong 408,34 11209 27 4 Bintan Timur 461,00 46524 101 5 Gunung Kijang 503,12 16690 33 6 Tambelan 169,42 4641 27 Sumber: BPS Kabupaten Bintan, 2008. Berdasarkan pada laporan BPS Kabuten Bintan 2008, hasil Sensus Penduduk tahun 2000 penduduk Kabupaten Bintan berjumlah 105.479 jiwa. Selama kurun waktu 2000 – 2007 pertumbuhan penduduk rata-rata 1,37 persen pertahun. Salah satu ciri khas masalah kependudukan di Kabupaten Bintan adalah persebarannya tidak merata. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar penduduknya mendiami pesisir pantai, sentra perdagangan dan daerah pariwisata. Terdapat dua Kecamatan yang penduduknya diatas 30 ribu jiwa yaitu Kecamatan Bintan Timur dan Bintan Utara dengan kepadatan penduduk di atas 100 jiwa per km2. Sedangkan Kecamatan Teluk Sebong dan Tembelan hanya dihuni 27 jiwa per km2..
Tabel 3.2. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Kabupaten Bintan Tahun 2009 No
Kecamatan
1 2 3
Penangkapan
Budidaya Laut
Tambelan Bintan Utara Bintan Pesisir
887 250 1,515
38 6 35
4 5 6 7 8
Mantang Seri Koala Lobam Teluk Sebong Teluk Bintan Gunung Kijang
901 325 628 1,320 957
74 20 4 95 12
9 10
Bintan Timur Toapaya
1,667
13
8,460
297
Jumlah Tahun 2009
RTP Budidaya Payau
Budidaya Tawar
Jumlah
7
45
45
925 263 1,550
3 21 11
975 345 635 1,481 980
35 70
1,725 70
147
8,949
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, 2009
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
19 | P a g e
3.3. Kondisi Umum Pariwisata Kabupaten Bintan 3.3.1. Potensi Pariwisata Kabupaten Bintan memiliki potensi alam dan seni budaya yang sangat prospektif bagi pengembangan pariwisata. Secara umum, keanekaragaman sumberdaya alam
yang
sangat
potensial
bagi
pengembangan
pariwisata
meliputi
pegunungan, panorama, air terjun, danau, pesisir pantai dan keindahan bawah laut. Sedangkan potensi seni dan budaya terdiri dari berbagai jenis seni budaya daerah, peninggalan sejarah, maupun even-even tradisional (lihat Tabel 3.1.) Tabel 3.3. Potensi Wisata di Kabupaten Bintan No. Kecamatan Objek Wisata
1.
2.
Teluk Sebong
Bintan
Jenis Objek Wisata
Kawasan Wisata Terpadu Lagoi
Resort
Desa Wisata Sebong Pereh
Budaya
Pantai Sakera
Pantai
Kampung Sri Bintan
Ekowisata
Gunung Bintan
Alam
Pantai Trikora
Pantai
Hutan Mangrove
Sungai
Tembeling
Danau dan agrowisata
3.
Gunung Kijang
Perkampungan Nelayan Kawal
Budaya
4.
Bintan timur
Gunung Lengkuas
Alam
Makam Sultan Muhayat Syah
Sejarah
Habitat Penyu
Budidaya
Taman Laut
Bahari
Pulau Bungin
Alam
5.
Tembelan
6.
Bintan Pesisir
Pulau Mapur
Bahari
7.
Toapaya
Perkebunan Buah Naga
Agrowisata
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, 2009. 3.3.2. Obyek dan Daya Tarik Secara umum, beberapa obyek dan daya tarik wisata yang dikelola dan terdapat di Kabupaten Bintan, diantaranya adalah sebagai berikut (Disparbud Kabupaten Bintan 2008):
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
20 | P a g e
A. Kawasan Wisata Terpadu Eksklusif (KWTE) Lagoi Kawasan ini juga dikenal dengan Bintan Resort yang menempati areal seluas 23.000 hektar. Suasana di Bintan Resort tenang, hening dan alam sekitarnya masih alami. Dari sekitar 87% lahan yang telah siap dimanfaatkan. Saat ini pada luas 3.000 hektar berdiri tujuh hotel bertaraf internasional, berikut empat lapangan golf. Dua lapangan golf memiliki 36 hole, sisanya 18 hole. Kawasan ini berjarak 45 km dari Singapura yang dapat ditempuh dalam waktu 45 menit menggunakan transportasi laut. Dari Kota Tanjungpinang kawasan ini dapat ditempuh dalam waktu 60 menit melalui transportasi darat dan 90 menit melalui transportasi laut dari Pelabuhan Sri Bintanpura. Kondisi di atas menjadikan kawasan ini banyak dikunjungi oleh wisatawan. Khususnya
pada
akhir
pekan
dan
hari
libur
terutama
wisatawan
mancanegara. B. Pantai Trikora dan Perkampungan Nelayan Kawal Berada sekitar 25 km dari Kota Tanjungpinang dan dapat ditempuh dengan transportasi darat selama 20 menit dari Kota Tanjungpinang. Kawasan ini memiliki pantai yang indah dengan pasir putih dan ombaknya yang lembut, sehingga mampu menciptakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Satusatunya Publik Area yang paling banyak diminati oleh Wisatawan Lokal dan Domestik. Sarana wisata yang ada berupa cottage (Trikora Beach dan Lodge Travel). Beberapa investor berada pada kawasan ini dengan usaha utama adalah Hotel/Montel/bungalow dan restoran/ kelong.
C. Desa Wisata Sebong Pereh dan Pantai Sakera Lokasi berada di bagian barat Kawasan Terpadu Lagoi. Dimana terdapat sebuah desa dengan kultur budaya yang sangat kuat. Kegiatan wisata budaya yang ada di Desa Sebong Pereh meliputi; Lomba Perahu Naga, Festival Budaya Melayu, dan Wisata Pantai. . D. Kampung Sri Bintan Berada di Desa Sri Bintan, terdapat sekelompok rumah yang menjadi “workshop” bagi pembuatan berbagai souvenir khas Bintan, seperti kerajinan daun pandan, pengolahan karet menjadi lateks dan pembuatan arang bakau.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
21 | P a g e
E. Air Terjun Gunung Bintan Merupakan kawasan hutan lindung yang berada di Bagian Tengah pulau Bintan dan dapat ditempuh lewat darat dari Km 42. Selain keanekaragaman flora dan fauna, juga terdapat lokasi air terjun yang potensial untu dikembangkan. Pada lokasi sekitar terdapat peninggalan Istana Bintan, yang disebut Kota Kara. Potensi tersebut sudah dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bintan dengan menyediakan sarana parkir, jalan setapak menuju lokasi air terjun, tempat peristirahatan serta tempat pemandian. 3.3.3. Profil Wisatawan A. Wisatawan Mancanegara Kabupaten Bintan memiliki objek wisata unggulan seperti objek wisata alam dan wisata bahari. Jarak yang relatif dekat dengan negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia, serta ditunjang oleh armada angkutan laut yang baik,
dapat
memberikan
kemudahan
bagi
wisatawan
mancanegara
mengunjungi Kabupaten Bintan melalui pintu masuk Pelabuhan Bandar Sri Bintan Telani Lagoi. Keunggulan wisata bahari Bintan merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara untuk mengunjungi, yang pada akhirnya mereka menjadi sebagai daerah tujuan wisata.
Sepanjang tahun 2007, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Bintan sebanyak 309.181 orang. Hal ini berarti ada kenaikan sebesar 4,45 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dan jika diperhatikan trend wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Bintan, terlihat bahwa pariwisata Kabupaten Bintan sudah mulai bergairah lagi setelah pada tahun 2002, 2003, dan 2005 mengalami sedikit kelesuan yang ditandai dengan menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Walaupun jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Bintan belum melampaui pencapaian pada tahun 2007, namun dengan rencana masuknya pemain baru sektor wisata di Kawasan Lagoi diharapkan kedepannya dapat mendongkrak jumlah wisatawan. Jumlah wisatawan ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
22 | P a g e
Tabel 3.4. Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara di Kabupaten Bintan Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah 30,949 108,278 169,576 241,413 282,081 320,330 338,627 324,069 261,724 293,645 268,835 296,999 309,181 316,215 296,229
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, 2009 Negara pangsa pasar utama wisatawan mancanegara tahun 2007 adalah Singapura 34,96 %. Kemudian diikuti oleh Korea Selatan dan Jepang masing-masing sebesar 12,35 % dan 9,76 %. Lima negara lain secara berturut-turut antara lain, Inggris (5,12 %), Malaysia (4,93 %), Australia (4,21 %), India (3,66%), dan China (3,34 %).
Tabel 3.5. Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara berdasarkan kebangsaan di Kabupaten Bintan Kebangsaan singapura Korea selatan jepang inggris malaysia australia india China asia lainnya eropa lainnya amerika oseania afrika Lain-lain Jumlah
Persentase 34.96 12,35 9.76 5.12 4.93 4.21 3.66 3.34 7.68 8.78 3.79 0.9 0.52 12.35 100
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, 2007
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
23 | P a g e
Jika diperhatikan menurut tempat tinggal wisatawan mancanegara, ternyata sekitar 67,5 % wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bintan bermukim di Singapura. Dengan kata lain wisatawan non Singapura umumnya berdomisili di Singapura biasanya mereka adalah golongan ekspatriat atau pengusaha. Mereka yang melalui pintu masuk Pelabuhan Bandar Sri Bintan Telani Lagoi pada tahun 2008, wisatawan mancanegara laki-laki mencapai 66 %, sedangkan sisanya sebesar 34 % adalah wisatawan mancanegara perempuan.
Jenis perkerjaan utama wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Bintan, maka terlihat bahwa tamu di dominasi oleh mereka yang bekerja sebagai kaum profesional (36 %), para eksekutif/manajer (27 %), serta para pebisnis (11,5 %). Adapun wisatawan yang bekerja di pemerintahan dan militer adalah yang paling sedikit. Mereka yang berkunjung ke Kabupaten Bintan khususnya Lagoi terbanyak dengan maksud kunjungan untuk berlibur yaitu sebesar 96 %, olahraga sebesar 1,5 %, dan lainnya sebesar 2,5 %.
Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Bintan sebagian besar menggunakan angkutan laut langsung dari Singapura. Alternatif yang dipergunakan
wisatawan
mancanegara
dalam
melakukan
perjalanan
wisatanya yaitu dengan mengikuti paket wisata yang dikelola agen perjalanan (tur paket) atau melakukan perjalanan sendiri.
Wisatawan
mancanegara
yang
mengunjungi
Lagoi
mayoritas
tidak
menggunakan tur paket, dimana yang menggunakan paket wisata hanya sekitar 30,5 % dan yang tidak menggunakan paket wisata 69,5 %. Dalam melakukan kunjungan ke Kabupaten Bintan, wisatawan mancanegara terbanyak melakukan bepergian bersama keluarga dan teman, yaitu secara berturut-turut sebesar 59,5 % dan 34,5 %. Rata-rata wisatawan mancanegara tinggal di kawasan pariwisata Lagoi selama 2,47 malam atau dengan kata lain wisatawan menginap antara 2 sampai 3 malam. Selama wisatawan mancanegara malakukan kunjungan wisata, segala biaya hidup di daerah tujuan wisata akan menjadi suatu pengeluaran (expenditure) bagi mereka. Total pengeluaran dipengaruhi oleh
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
24 | P a g e
seberapa lama mereka tinggal. Semakin lama mereka tinggal maka akan semakin besar biaya yang akan dikeluarkan.
Tabel 3.6. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara menurut Pangsa Pasar Utama pada Tahun 2008. Rata-rata pengeluaran (S$) Kebangsaan 895 Singapura 1.556 Korea selatan 1.853 Jepang 2.593 Inggris 1.432 Malaysia 3.395 Australia 981 India 1.083 China 1.273 Asia lainnya 2.726 Eropa lainnya 1.974 Amerika 1.523 Oseania 1.368 Afrika Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, 2009 Perbedaan jenis pekerjaan turut mempengaruhi terhadap pengeluaran mereka selama mengunjungi Kabupaten Bintan. Pengeluaran terbesar wisatawan mancanegara adalah wisatawan yang berprofesi sebagai pegawai pemerintah, sementara yang terkecil adalah pelajar. Berdasarkan negara asal wisatawan mancanegara yang paling banyak membelanjakan uangnya selama di Kabupaten Bintan adalah mereka yang berasal dari Australia dengan rata-rata pengeluaran S$ 3.395. setiap kali kunjungan dan yang terendah wisatawan mancanegara dari Singapura sebanyak S$ 895 setiap kali kunjungan. B. Wisatawan Nusantara Pantai Trikora yang terletak di sepanjang pesisir Kecamatan Gunung Kijang merupakan salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik. Walaupun kondisi pantai yang belum dikelola secara profesional, keadaan pantai yang indah dan alami mampu menarik wisatawan nusantara terutama pada akhir pekan. Letak geografis yang berdekatan dengan Kota Tanjungpinang menjadikan Pantai Trikora sebagai tempat rekreasi utama
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
25 | P a g e
bagi warga kota. Hal ini terlihat dari jumlah pengunjung yang didominasi oleh wisatwan yang berasal dari Kota Tanjungpinang sebesar 71,7 %.
Adapun berdasarkan pekerjaan utama wisatawan nusantara, sebagian besar dari pengunjung adalah pegawai negeri yaitu sebesar 37 %. Kemudian 27 % diantaranya adalah pegawai swasta dan 15 persen yang lain berkerja sebagai wiraswasta. Secara berturut-turut 15 % adalah pelajar/ mahasiswa dan 13 % sisanya dalah lainnya seperti ibu rumah tangga.
Secara rata-rata wisatawan nusantara menghabiskan Rp. 339.950,- sekali kunjungan untuk satu rombongan. Berdasarkan pada distribusi jenis pengeluarannya, pengeluaran terbesar adalah makanan dan minuman, kemudian pengeluran transportasi, masing-masing yaitu 38,58 % dan 31,42 %, adapun untuk makanan dan minuman yang dikonsumsi sekitar 61,23 % adalah hasil membeli, dan hanya 38,56 % yang buat sendiri. 3.3.4. Perkembangan Jasa Penunjang Pariwisata A. Usaha Akomodasi Salah satu kegiatan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Bintan adalah menginap di hotel, baik hotel berbintang maupun non bintang. Perusahaan/ usaha akomodasi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu hotel berbintang dan hotel non bintang (melati). Perbedaan ini muncul berdasarkan pada penilaian terhadap fasilitas yang disediakan pihak perusahaan/ usaha akomodasi untuk tamunya.
Dilihat dari sisi penyediaan kamar dan tempat tidur, peranan hotel berbintang sangat menonjol dibandingkan hotel non bintang. Dari 13 hotel berbintang yang ada pada tahun 2006, tersedia 1.388 kamar dan 2.753 tempat tidur, artinya 78,42 % dari kamar dan 85,6 % dari tempat tidur yang tersedia dari seluruh perusahaan/usaha akomodasi yang ada di Kabupaten Bintan. Untuk hotel non bintang tersedia 382 kamar atau 21,58 % dan tempat tidur sebanyak 463 atau 14,4 %.
Tenaga kerja yang terserap pada sektor perhotelan di Kabupaten Bintan baik laki-laki maupun perempuan lebih banyak terdapat di Kecamatan Teluk
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
26 | P a g e
Sebong yaitu 2.034 atau 96,26 % dari seluruh tenaga kerja perhotelan yang ada di Kabupaten Bintan. Ini disebabkan Kawasan Wisata Lagoi yang mempunyai hotel berbintang terletak di Kecamatan Teluk Sebong Tingkat hunian kamar pada tahun 2007 tertinggi pada bulan Agustus sebesar 82,49 % dan terendah pada bulan Januari hanya sebesar 50,29 %. Seiring dengan itu, tingkat hunian tempat tidur pada tahun 2007 tertinggi juga pada bulan Mei sebesar 88,53 % dan terendah sebesar 48,17 % pada bulan Februari. B. Perusahaan/ Usaha Restoran/ Rumah Makan Jasa penunjang pariwisata restoran/rumah makan terkait erat dengan pariwisata karena makanan merupakan kebutuhan pokok manusia tak terkecuali yang sedang berlibur, makanan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan selain keindahan alam yang ditawarkan.
Disamping jumlah restoran/ rumah makan itu sendiri, perkembangan perusahaan/
rumah
makan
dapat
dilihat
juga
dari
daya
tampung
pengunjungnya yaitu banyaknya tempat duduk yang tersedia. Selama kurun waktu dari tahun 2002 sampai tahun 2006, baik jumlah restoran/ rumah makan maupun tempat duduk yang tersedia terus mengalami peningkatan. Dari sebanyak 104 restoran/ rumah makan pada tahun 2002 terus meningkat menjadi 149 restoran/ rumah makan pada tahun 2006. Begitu juga dengan jumlah tempat duduk yang telah mencapai 7005 tempat duduk pada tahun 2006 seperti terlihat pada Tabel 3.4. C. Perusahaan/ Usaha Biro Perjalanan Biro perjalanan merupakan salah
satu
pemeran
penting
dalam
perkembangan bisnis pariwisata. Selain sebagai corong promosi untuk menggait
wisatawan,
biro/agen
perjalanan
bisa
menjadi
barometer
perkembangan pariwisata itu sendiri. Pada tahun 2006 di Kabupaten Bintan terdapat 5 biro/ agen perjalanan wisata.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
27 | P a g e
Tabel 3.7. Jumlah Usaha dan Tempat Duduk Rumah Makan di Kabupaten Bintan Tahun
Restoran/ Rumah Makan
Tempat Duduk
2002 105 5.93 2003 108 5.974 2004 121 6.463 2005 128 6.669 2006 149 7.005 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten, Bintan 2007
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
28 | P a g e
IV. KARAKTERIISTIK R RESPON NDEN 4.1. 4
Masy yarakat
Data karakteristik masy yarakat digunakan untukk memberikkan gambara an peluang dan d potensi pengembangan ekowisata. Respo onden di da aerah kajian umumnya bermatapen ncaharian se ebagai nelayyan selain itu u responden n juga terdirri dari jenis perkerjaan lain seperti pegawai p neg geri dan swa asta. Merekka rata-rata dalam d usia erpotensi berperan b se ebagai pelaku jasa ekowisata. produktif sehingga be d dapat membe erikan altern natif matapencaharian dan sumber Ekowisata dipandang tambahan t pendapatan baru b bagi ma asyarakat te ersebut. Jenis J pekerjaan seharusnya mempengaruhii tingkat kesediaan masyarakat m menjadikan ekowisata sebagai ma atapencaharrian alternattif bagi kehiidupannya, tetapi t dalam m penelitian ini mene emukan bahwa semua a responde en dengan pekerjaan
apapun
u umumnya
ssetuju
bah hwa
ekowissata
dapatt
menjadi
harian altern natif bagi me ereka. Hal ini karena disadari bahw wa mereka matapencah berada di de ekat lokasi pariwisata p se ehingga pote ensi pasar a ada dan dekkat, potensi obyek o alam terutama pa antai menjad di daya tarik k wisata kuatt. Selain itu, ekowisata tidak t memerrlukan fasilitas penunjan ng yang mah hal. Hasil peneliitian dapat menjelaskan m n bahwa ma asyarakat Bintan di dae erah kajian yang y bekerja a sebagai ne elayan (48% %) yang dido ominasi jeniss kelamin lak ki-laki yang berusia pro oduktif yakni kisaran d dari usia 20 0 tahun hingga 55 tah hun. (Lihat Gambar G 4..1.). Nelaya an ini umu umnya nela ayan kecil yaitu nela ayan yang menggunakan perahu tanpa mo otor (samp pan) ataupu un perahu bermotor
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
29 | P
(pompong) saat melakukan penangkapan ikan di laut. Alat tangkap yang digunakan umumnya adalah jaring insang, pancing dan bubu. Menurut UU RI no.45 tahun 2009, nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang
menggunakan
kapal
perikanan
berukuran
paling
besar
5
(lima)
gross ton (GT). Tingkat pendapatan akan mempengaruhi besar imbalan yang diinginkan oleh masyarakat seandainya mereka bersedia menjadi pelaku ekowisata. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
secara
keseluruhan
tingkat
pendapatan
masyarakat Kabupaten Bintan di daerah kajian merupakan golongan ekonomi kecil (lihat Gambar 4.4.). Sekitar 6% nelayan berpendapatan di bawah 500,000 Rupiah per bulan, terutama bagi mereka yang bermatapencaharian nelayan sampan dan yang bekerja sebagai buruh nelayan. Terdapat 85% masyarakat yang tingkat pendapatannya di kisaran antara 500,000 hingga 2,000,000 Rupiah per bulan. Posisi pendapatan tertinggi terdapat 9 % yaitu lebih dari 2,000,000 hingga 3,000,000 per bulan dimana pendapatan para nelayan Kelong, suatu alat tangkap serupa bagang untuk menangkap ikan teri (bilis), berada dalam posisi ini. Tingkat pendidikan akan menjadi faktor penting dalam pembinaan maupun pengembangan ekowisata di Bintan. Penelitian ini mendapatkan bahwa 50% responden masyarakat berpendidikan tidak lebih dari Sekolah Dasar, tepatnya 16% diantaranya tidak sempat mengeyam sekolah sama sekali namun masih mampu baca-tulis. Sebagian responden yaitu 44% telah berpendidikan SMP dan SMA. Sisanya, 6% bependidikan tinggi bahkan hingga pasca sarjana (lihat Gambar 4.5.)
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
30 | P a g e
9 8
Komposisi Responden menurut umur
7
Jumlah
6 5 4 3 2 1 0 <20
20‐24
25‐29
30‐34
35‐39
40‐44
45‐49
50‐54
>55
Kelas Umur
Gambar 4.1. Komposisi Responden Masyarakat berdasarkan umur
Komposisi responden menurut jenis kelamin 30%
Laki‐laki 70%
Perempuan
Gambar 4.2. Komposisi Responden Masyarakat berdasar Jenis Kelamin
Komposisi responden menurut jenis pekerjaan
Nelayan
48% 52%
Bukan Nelayan
Gambar 4.3. Komposisi responden masyarakat berdasar jenis pekerjaan
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
31 | P a g e
Komposisi responden menurut pendapatan 9%
6% < Rp. 500,000. Rp. > 500.000. – 1000.000. 39%
Rp. > 1000.000. – 2.000.000.
46%
Rp. > 2.000.000. – 3000.000.
Gambar 4.4. Komposisi responden masyarakat berdasarkan tingkat pendapatan Bagi masyarakat yang berpendapatan dan berpendidikan rendah secara relatif tidak menuntut imbalan yang tinggi. Dengan upaya yang tidak terlalu rumit, mereka dapat menjadi pelaku usaha wisata dengan fasilitas yang murah seperti rumah di pinggir laut, sampan kecil, pengetahuan lokal tentang keunikan alam sekitar. Bagi mereka yang berpendidikan dan berpendapatan tinggi, umumnya menginginkan tingkat imbalan yang tinggi. Namun begitu, peran serta mereka dapat didorong sebagai pelopor, penggerak, usaha ekowisata dan menjadi pelaku sebagai pemandu profesional serta pengelola usaha ekowisata pada tingkat lokal.
Komposisi responden menurut pendidikan Tak sekolah dan dapat baca‐tulis
3% 3%
SD
16% 28%
SMP 7‐9 34% 16%
SMA/K Sarjana Pasca
Gambar 4.5. Komposisi responden masyarakat berdasarkan pendidikan
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
32 | P a g e
4.2.
Wisatawan
Identifikasi karakteristik responden wisatawan sangat penting untuk memberikan gambaran umum jenis dan perilaku wisatawan sebagai konsumen pasar ekowisata. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa semua responden wisatawan, baik wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman) tertarik dan merespon dengan baik terhadap tawaran ekowisata oleh masyarakat Kabupaten Bintan. Hal ini karena kegiatan wisata bagi wisatawan tidak hanya sekedar bersantai dan bersenang-senang saja tetapi juga sebagai sarana pembelajaran diri dan mencari kesan terhadap sesuatu yang unik, baru, dan menantang.
Secara umum, wisatawan yang datang di Kawasan Wisata di Kabupaten Bintan menunjukkan mereka umumnya berusia muda (lihat Gambar 4.6). Kawasan wisata Kabupaten Bintan rupanya populer dimata orang asing hal ini terbukti dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan nusantara hanya sedikit lebih banyak daripada wisatawan mancanegara (lihat Gambar 4.7).
Jumlah
Komposisi responden wisatawan menurut umur 16 14 12 10 8 6 4 2 0 <20
20‐24
25‐29
30‐34
35‐39
40‐44
45‐49
50‐54
Kelas umur
Gambar 4.6. Komposisi responden wisatawan menurut umur
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
33 | P a g e
Komposisi responden jenis wisatawan
48% 52%
Wisman Wisnus
Keterangan: Wisman: Wisatawan Mancanegara; Wisnus: Wisatawan Nusantara
Gambar 4.7. Komposisi responden wisatawan berdasarkan jenis wisatawan Meskipun Kabupaten Bintan termasuk daerah tujuan wisata utama secara secara nasional maupun internasional (Waluyo 2007), namun kunjungan wisatawan cenderung masih berasal dari sekitar Kabupaten Bintan dan Propinsi Kepulauan Riau. Hasil penelitian menunjukkan wisatawan nusantara didominasi dari Kota Tanjungpinang (75%) dan wisatawan mancanegara didominasi dari negara Singapura (35%) (lihat Gambar 4.8 dan 4.9). Hal ini menandakan, pariwisata di Kabupaten Bintan masih perlu dipromosikan lebih lanjut agar asal kunjungan wisatawan lebih beragam.
Tingkat pendapatan wisatawan akan mempengaruhi tingkat pengeluaran selama perjalanan mereka. Hal ini juga berkaitan erat dengan anggaran yang mereka sisihkan untuk pengeluaran wisata. Kondisi ini mempengaruhi kesediaan wisatawan membayar harga obyek dan kegiatan ekowisata yang ditawarkan oleh masyarakat.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
34 | P a g e
Responden wisman menurut negara asal 12 10 8 6 4 2 0
Keterangan: Wisman: Wisatawan Mancanegara
Gambar 4.8. Komposisi responden wisatawan mancanegara menurut negara asal
Responden wisnus menurut asalnya 30 25 20 15 10 5 0
Keterangan: Wisnus: Wisatawan Nusantara
Gambar 4.9. Komposisi responden wisatawan nusantara menurut asalnya
Namun begitu, tidak semua responden bersedia memberikan keterangan mengenai tingkat pendapatan dan anggaran wisata mereka. Terdapat 24 % responden wisatawan yang tidak bersedia memberikan keterangan tentang tingkat pendapatan mereka. Sedangkan untuk data anggran wisata, terdapat 5% responden wisatawan yang tidak bersedia memberikan keterangan. Namun hal ini bisa berarti bahwa wisatawan memang enggan memberikan keterangan atau sebagian dari mereka memang tidak ada perencanaan anggaran pasti terhadap perjalanan wisata.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
35 | P a g e
Hasil penelitian memperlihatkan tingkat pendapatan wisatawan beragam pada kisaran, dari yang terendah yaitu kurang dari 1000,000 Rupiah sebulan hingga tertinggi yaitu lebih dari 10,000,000 Rupiah sebulan (lihat Gambar 4.10). Namun bila ditinjau lebih jauh, lebih dari 50% wisatawan termasuk berpendapatan sedang hingga tinggi yaitu berkisar antara 2,500,000-10,000,000 rupiah lebih sebulannya. Sebagaimana diketahui, kegiatan berwisata merupakan kebutuhan tersier dan akan dilakukan bila mempunyai dana berlebih setelah kebutuhan primer dan sekundernya terpenuhi. Bagaimanapun, komposisi terbesar terdapat pada pendapatan tertinggi yaitu wisatawan yang berpendapatan yaitu lebih dari 10,000,000 Rupiah sebulan dan hal ini merupakan indikasi yang baik bagi pengembangan ekowisata di Kabupaten Bintan pada masa mendatang.
Persentase pendapatan wisatawan < Rp. 1.000,000.
15% 24%
> Rp. 1.000.000. – 2.500.000. 7%
> Rp. 2.500.000. – 5.000.000. > Rp. 5.000.000. – 7.500.000.
18%
> Rp. 7.500.000. – 10.000.000. > Rp. 10.000.000.
27% 6%
Tidak ada data
3%
Gambar 4.10. Komposisi responden wisatawan (wisman dan wisnus) berdasarkan pendapatan Tingkat pengeluaran wisatawan selama kunjungan akan lebih nyata bila dilihat dari sisi anggarannya. Hasil penelitian menunjukkan anggaran wisata yang dikeluarkan wisatawan beragam pada kisaran, dari yang terendah yaitu kurang dari 500,000 Rupiah hingga tertinggi yaitu lebih dari 5,000,000 Rupiah (lihat Gambar 4.11). Sebaliknya dengan tingkat pendapatan, porsi 50% ditempati wisatawan yang beranggaran antara yaitu kurang dari 1,000,000 Rupiah atau kurang.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
36 | P a g e
Anggaran wisatawan yang tinggi berpotensi memberi nilai tambah secara ekonomi bagi upaya konservasi dan kesejahteraan masyarakat melalui ekowisata. Data yang diperoleh menandakan bahwa perlu upaya peningkatan pengeluaran wisatawan untuk ekowisata. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui berbagai pengembangan berbagai bentuk dan jenis produk ekowisata. Dengan demikian, wisatawan mempunyai banyak alternatif bentuk pengeluaran dalam rangka dalam membeli produk ekowisata.
Persentase anggaran wisatawan 5%
16%
32%
< Rp. 500,000. Rp. 500.000. – 1.000.000. >Rp.1.000.000. – 2.000.000.
19% 10%
18%
> Rp.2.000.000. – .5.000.000. > Rp.5.000.000. Tidak ada data
Gambar 4.11. Komposisi responden wisatawan berdasarkan anggaran pengeluaran untuk wisata Bila ditelusuri lebih jauh, tampak terdapat perbedaan yang berarti antara pada wisatawan nusantara dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yang berkunjung di Kabupaten Bintan. Tingkat pendapatan maupun anggaran wisata pada wisatawan mancanegara terlihat jelas lebih tingi dibanding wisatawan nusantara (lihat Gambar 4.12 dan 4.13). Hal tersebut wajar karena wisatawan mancanegara umumnya memiliki persiapan yang lebih baik dalam perencanaan wisata, menentukan destinasi, tujuan berwisata dan anggaran yang akan dikeluarkan selama perjalanan.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
37 | P a g e
Persentase
50 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
33 28
25 13 0
< Rp. 1.000,000.
16
13
10
Wisnus 7
6
Wisman
0 Rp. > Rp. > Rp. > > Rp. 1.000.000. – 2.500.000. – 5.000.000. – 10.000.000. 2.500.000. 5.000.000. 7.500.000.
Tidak ada data
Pendapatan
Gambar 4.12. Perbandingan persentase pendapatan responden wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara
70
63
60
Persentase
50 40
30
30 16
20 10
20
30
20
Wisnus
9
9
Wisman
3
0
0 < Rp. 500,000.
Rp. 500.000. > > – 1.000.000. Rp.2.000.000. Rp.5.000.000. – .5.000.000.
Tidak ada data
Anggaran Wisata
Gambar 4.13. Perbandingan persentase anggaran pengeluaran wisata responden wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara Berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan wisatawan nusantara dengan wisatawan mancanegara (Gambar 4.14). Tingkat pendidikan wisatawan mancanegara didominasi oleh jenjang pendidikan sarjana, sedangkan wisatawan nusantara didominasi oleh tingkat pendidikan SMA/SLTA. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi minat dan apresiasi terhadap produk ekowisata yang ditawarkan oleh masyarakat, termasuk keinginan wisatawan dalam pemilihan kegiatan ekowisata yang mereka inginkan, sebab dalam Ekowisata wisatawan dituntut lebih bertanggungjawab baik secara lingkungan maupun sosial.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
38 | P a g e
70 60
Persentase
50 40 30
Wisnus
20
Wisman
10 0 SMP
SMA/K
Diploma
Sarjana
Pasca
Jenjang Pendidikan
Gambar 4.14. Perbandingan tingkat pendidikan responden wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara 4.3.
Persepsi Wisatawan Terhadap Ekowisata
Pemahaman
wisatawan
mengenai
ekowisata
akan
mempengaruhi
pengembangan ekowisata di kabupaten Bintan. Hal ini terkait erat dengan pengetahuan dan pengalaman wisatawan terhadap ekowisata. Tinggi atau rendahnya tingkat kesadaran wisatawan tentang ekowisata akan terlihat dari persepsi mereka.
Pemerintah Daerah perlu dan diharapkan memberikan perhatian lebih untuk terus melakukan sosialisasi mengenai manfaat dan keuntungan ekowisata, jika perlu dapat dijadikan muatan lokal dalam kurikulum pendidikan di masyarakat setempat. Hal ini karena persepsi masyarakat tentang ekowisata masih kurang baik. Wisatawan nusantara yang datang berkunjung di Kabupaten Bintan pada umumnya kurang memahami mengenai ekowisata. Hasil penelitian menunjukkan 62% wisatawan nusantara tidak mengetahui ekowisata (Gambar
4.15a),
Walaupan ada yang menjawab tahu/mengerti, itupun dipahami hanya sebagai wisata alam, hanya sebagian kecil yang memahami ekowisata sebagai wisata yang berbasis masyarakat, berkelanjutan, atau wisata yang ramah lingkungan (Gambar 4.15b).
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
39 | P a g e
Wisnus yang tahu tentang ekowisata
Ekowisata menurut wisnus Lainnya 17%
38%
8% Wisata alam
8%
Tidak
62%
17%
Ya
Wisata berbasis masyarakat
50%
Wisata berkelanjutan Wisata ramah lingkungan
a. Wisatawan nusantara (Wisnus) yang mengetahui ekowisata
b. Arti ekowisata menurut Wisatawan nusantara (Wisnus)
Gambar 4.15. Persepsi responden wisatawan nusantara yang datang berkunjung di Kabupaten Bintan terhadap ekowisata. Persepsi
wisatawan
nusantara
mengenai
ekowisata
sebagaimana
yang
digambarkan oleh data di atas jelas kurang mendukung upaya pengembangan ekowisata baik sebagai sumber pendapatan baru atau mata pencaharian alternatif maupun sebagai bagian program perlindungan sumberdaya alam dan lingkungan (konservasi). Mereka yang kurang memahami arti ekowisata akan menganggap ekowisata tidak lebih seperti kegiatan wisata lainnya.
Hal sebaliknya justru terjadi pada persepsi wisatawan mancanegara terhadap ekowisata. Ternyata 70% wisatawan mancanegara yang datang berkunjung di Kabupaten Bintan mengetahui ekowisata, sebagian besar mereka berpendapat bahwa ekowisata itu adalah kegiatan wisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (Gambar 4.16 a dan b). Meskipun begitu, hanya 5% responden wisatawan mancanegara yang setuju bahwa ekowisata itu usaha wisata yang berbasis masyarakat. Ini perlu mendapat perhatian karena dapat bermakna bahwa: (1) wisatawan mancanegara menginginkan pengelolaan ekowisata yang profesional (2) wisatawan mancanegara tidak ragu menyisihkan sebagian pengeluaran belanja mereka untuk kegiatan ekowisata yang bertanggungjawab baik secara lingkungan, sosial dan budaya (3) Wisatawan mancanegara yang datang
berkunjung
di
Kabupaten
Bintan,
yang
bersedia
menggunakan
sumberdaya lokal apa adanya dari masyarakat ternyata masih dalam jumlah/porsi kecil.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
40 | P a g e
Ekowisata menurut wisman
Wisman yang tahu tentang ekowisata
5% 30%
43%
19%
Tidak 70%
Lainnya
5% Usaha wisata oleh masyarakat Wisata alam
Ya
28%
Wisata berkelanjutan Wisata ramah lingkungan
a. Wisatawan mancanegara (Wisman) mengetahui ekowisata
b. Arti ekowisata menurut Wisatawan mancanegara (Wisman)
Gambar 4.16. Persepsi responden wisatawan mancanegara yang datang berkunjung di Kabupaten Bintan terhadap ekowisata.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
41 | P a g e
V. POT TENSI O OBYEK & KEG GIATAN EKOW WISATA B BAHAR RI DI KA ABUPA ATEN BIINTAN Saat S ini pariiwisata suda ah menembu us batas-battas daerah dan d negara. Lalu lintas wisatawan w d dari berbagai daerah ssaati ini sud dah sangat pesat, bahkkan seiring degan d sem makin terbukkanya ”pinttu” antar negara, wisa atawan ma ancanegara banyak mengalir ke In ndonesia, d demikian jug ga sebaliknya. Dalam konstelasi a sudah menjadi m kom moditi yang g mampu perekonomian global, pariwisata diandalkan d yerap devisa a. Perkemb bangan pariw wisata yang g demikian guna meny p an amenity dan aksesiibilitas yang g memadai pesat didukkung oleh perkembanga adalah a sala ah satu sarrana pendukkung yang memiliki ko ontribusi be esar dalam tumbuhkem t bangnya sektor pariwisa ata. Sumber S dayya hayati pe esisir dan la autan serta pulau-pulau kecil seperrti populasi ikan hias, terumbu ka arang, pada ang lamun, hutan mangrove dan n berbagai am pesisir (Coastal Landscape) L ntuk suatu bentang ala unik lainnyya, memben pemandangan alamiah yang begitu menakjubkan. Kondisi tersebut me enjadi daya tarik t yang sangat s besa ar bagi wisa atawan, sehingga panta as bila dijad dikan objek wisata w baha ari. Potensi utam ma untuk menunjang m ke egaitan pariiwisata di w wilayah pesissir dan laut serta s pulau--pulau kecil adalah beru upa kawasan n terumbu kkarang; panttai berpasir putih atau bersih; b dan lokasi-lokasii perairan pa antai yang b baik untuk berselanjar, b ski s air, serrta kegiatan n rekreasi a air lainya. Menurut Dahuri (2003 3) Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi p pariwisata berupa b terum mbu karang,, dari hasil
PPSPL UMRAH H CRITC LIPI
42 |
skoring terhadap kawasan terumbu karang yang ada di dunia provinsi ini menempati urutan ke 13. Kabupaten Bintan memiliki potensi alam dan seni budaya yang sangat prospektif bagi pengembangan pariwisata. Keanekaragaman sumberdaya yang sangat potensial bagi pengembangan pariwisata khususnya pariwisata bahari adalah pesisir pantai dan keindahan bawah laut. Aset pariwisata tersebut merupakan kegiatan, obyek dan daya tarik wisata yang telah dikelola atau yang akan dikembangkan lebih lanjut baik melalui sentuhan manajemen maupun melalui pembangunan obyek dan pembangunan sarana prasarana pendukung. Pada dasarnya, ada tiga pihak yang melakukan pengelolaan, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Hasil inventarisasi dan identifikasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata selama penelitian memberikan gambaran potensi ekowisata di Kabupaten Bintan. Secara individu, baik masyarakat, wisatawan nusantara maupun mancanegara setelah dianalisis taksonomi maka diperoleh total 264 pernyataan responden yang terkait dengan nama obyek dan kegiatan ekowisata. Hasil survei ini diperoleh melalui wawancara kepada responden di lokasi penelitian. Gambaran potensi ekowisata bahari di Kabupaten Bintan tercermin dari pendapat
responden
masyarakat.
Pendapat
mereka
didasarkan
pada
pengetahuan lokal akan potensi sumberdaya alam sekitar yang dapat dijadikan obyek ekowisata, pengalaman pribadi dan ide/kreasi masyarakat di lokasi penelitian. Hal ini kemungkinan terjadi juga pada pendapat wisatawan, namun demikian pernyataan atau pendapat mereka memang bersifat lebih subyektif karena akan dibandingkan dengan pengalaman mereka di daerah lain. Hasil wawancara dari responden masyarakat, pernyataan tersebut juga mengungkapkan menjadikan
potensi
ekowisata
keinginan
sebagai
dan
mata
kemampuan
pencaharian
masyarakat
alternatif.
dalam
Responden
masyarakat (n = 33) menyatakan mampu mengusahakan sebanyak 88 obyek dan kegiatan ekowisata. Sedangkan hasil wawancara responden wisatawan, pernyataan mereka mengungkapkan potensi pasar ekowisata di Kabupaten Bintan baik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Responden wisatawan (n = 62) menyatakan tertarik terhadap sebanyak 176 obyek dan kegiatan ekowisata.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
43 | P a g e
Bila dibedakan menurut lokasi surveinya maka dari kawasan wisata Pantai Trikora dan sekitarnya diperoleh 200 obyek yang berasal dari Pantai Trikora, Malang Rapat (83 obyek) Desa Kawal ( 65 obyek), Teluk Bakau ( 52 obyek), dan; dari Desa Mapur (Pulau Mapur) diperoleh 17 obyek; dan dari Kawasan Resort Lagoi dan sekitarnya diperoleh 20 obyek.
Khusus untuk obyek ekowisata yang diperoleh dari responden wisatawan, dapat dibedakan menurut jenis wisatawannya yaitu untuk wisatawan nusantara sebanyak 88 obyek dan wisatawan mancanegara sebanyak 176 obyek (lihat Tabel 5.1). Tabel 5.1. Hasil Obyek Ekowisata yang Diperoleh menurut Lokasi dan Jenis Respondennya Lokasi 1. Kec. Gunung Kijang Desa Kawal Desa Teluk Bakau Desa Malang Rapat Pantai Trikora
Σ OE* Wisnus
Σ OE* Wisman
Jumlah
37 25 6 3
28 27 0 74
65 52 6 77 200 (75.76%)
Sub Total 71 (80.68%) 2. Kec. Bintan Pesisir Desa/ Pulau Mapur 17 (19.32%) 3. Kec. Teluk Sebong Kawasan Resor Lagoi 0 88 (100%) Jumlah Total Sumber: Hasil olahan PPSPL UMRAH, 2010
129 (73.30%) 0
17 (6.44%)
47 (26.70%) 176 (100%)
47 (17.80%) 264 (100%)
*) Jumlah obyek ekowisata (OE) yang diperoleh wisatawan nusantara (wisnus) atau wisatawan mancanegara (wisman)
5.1. Komponen, Nama Baku dan Tema Obyek/kegiatan Ekowisata Bahari Hasil analisis diperoleh sejumlah daftar komponen pembentuk obyek ekowisata. Komponen obyek ekowisata ini menggambarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam menawarkan suatu obyek ekowisata maupun ketertarikan wisatawan dalam memilih suatu obyek ekowisata. Daftar komponen obyek dan kegiatan ekowisata tersebut terangkum dalam Lampiran 5.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
44 | P a g e
Setelah dianalisis taksonomi maka obyek dan kegiatan ekowisata tersebut dapat disederhanakan menjadi 62 nama baku obyek ekowisata bahari. Nama-nama baku tersebut selanjutnya dikelompokkan kembali menjadi 10 tema obyek ekowisata. Nama-nama baku berikut temanya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tema-tema obyek ekowisata ini memberikan gambaran bentuk kegiatan ataupun daya tarik bagaimana ekowisata tersebut dapat diselenggarakan. Adapun tematema ekowisata tersebut yang ditemukan selama survei adalah sebagai berikut: 5.1.1. Obyek Alam Tema obyek alam adalah obyek ekowisata yang menjadikan komponen daya tarik alami sebagai andalan utamanya. Kabupaten Bintan kaya daya tarik alami yang berpotensi menjadi obyek ekowisata. Obyek alam tersebut seperti berbagai pulau dengan pantai yang putih, bersih dan landai disertai air laut yang bening. Kondisi terhampar mulai dari kawasan Bintan Timur hingga ke beberapa pulau terutama Pulau Mapur. Selain itu, di beberapa lokasi pesisir dan sungainya terdapat hutan bakau yang masih lebat dengan berbagai biota penghuni didalammnya. Sebagi contoh di Desa Kawal, Sungai kecil, Teluk Sebong dan di Pulau Beralas Bakau. Hutan darat terutama di Pulau Mapur dapat dijadikan tempat menarik untuk ekowisata. Padang lamun, terutama di Malang Rapat dan Pengudang, yang saat surut memudahkan bagi siapa saja yang ingin melihat dan menikmati keindahannya. Terumbu karang dengan berbagai ikan dan biota lain di dalammnya terangkai menjadi taman bawah laut tersebar dari mulai Kecamatan Teluk Sebong, Trikora hingga kepulauan Mapur. Para wisatawan banyak menyatakan ketertarikannya terhadap tema ekowisata ini. Dilain pihak masyarakat menyatakan sanggup untuk menawarkan obyek penelusuran sungai sambil menikmati hutan bakau, menyelam dan bersnorkeling di daerah terumbu karang, dan lain sebagainya.
Gambar. 5.1. Salah satu objek alam ekosistem mangrove yang terdapat di Sungai Kecil, Teluk Sebong merupakan andalan ekowisata yang banyak dikunjungi oleh turis mancanegara (dok. PPSPL UMRAH, 2010)
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
45 | P a g e
5.1.2. 5 Petu ualangan Obyek O ekowisata yang mengusu ung tema petualangan n biasanya menuntut ang dan berrsifat fisik. Para P wisataw wan akan diiajak untuk kegiatan yang menanta d menjela ajahi suatu kawasan baik dengan sepeda mo otor, kapal berkeliling dan motor (pomp pong), samp pan maupun n mobil. Banyak kawasa an di Kabupa aten Bintan yang y
menarik
untuk
dapat
d dijelajahi.
Obyek O
terssebut
dapa at
berupa
gan di sekitar kawasa an pesisir Bintan B mulai dari Teluk Sebong, perkampung Pengudang,, Berakit hin ngga Kawal. dan, kawa asan perkeb bunan sawitt di sekitar Desa Kawal, Pulau-pu ulau dan perairan laut di d sekitar ka awasan wisa ata baik di sepanjang s P Pantai Trikorra, Kawasan n Resor Lago oi dan Kepualauan Mapur.
Gambar 5.2. Bukit yang terdapat di pesisir Pulau Mapur M sangat potensial sebbagai salah satu obj bjek petualanggan (dok. PPS SPL UMRAH H, 2010) Gambar 5.3. G B yang meenyerupai Batu k kepala ikan yaang terdapat d Pulau Mapu di ur merupakann o objek wisata yang y dapat d ditempuh denngan k kendaraan berrmotor atau b bersepeda den ngan rute y yang masih allami, mendakki d menurun tanpa adanyaa dan p pembangunan n jalan yang m memadai justrru menjadi d daya tarik baggi para p petualang. ( (dok. PPSPL UMRAH, U 2010))
PPSPL UMRAH H CRITC LIPI
46 |
5.1.3. 5 Rekrreasi dan Bersantai Obyek O wisatta ini sesuaii bagi wisata awan yang in ngin bersanttai atau rekrreasi tanpa harus meng geluarkan energi besarr. Kegiatan yang dapatt dilakukan ekowisata yang y bertem ma ini adalah h berjalan-ja alan di tepi pantai, p beren nang, duduk menikmati pemandangan dan berjjemur. Bebe erapa wisata awan mancanegara yang ditemui salah s satu penginapan p di Desa Te eluk Bakau menginginka an tempat yang y dapat memfasilitassi kegiatan berjemur b sam mbil tiduran di pantai.
Gambar G 5.4.. Wisatawan Mancanegaraa yang sedangg bersantai (dok. PPSP PL UMRAH, 22010)
Gambar 5.55. Pantai Trik kora, yang paada hari libur sangat dipadati olehh wisatawan untuk bersanntai dan beren nang (dok. PPSPL L UMRAH, 2010) 2
PPSPL UMRAH H CRITC LIPI
47 |
5.1.4. 5 Buda aya Beberapa wisatawan w asing meng ginginkan tema t budayya seperti even-even pertunjukkan n budaya dan kunjunga an ke situs sejarah. Dii daerah De esa Kawal, terdapat t Situ us Pra Sejarrah yang dikkenal dengan sebutan ”B Bukit Kerang g”. Situs ini merupakan gundukan tinggi peccahan cang gkang kera ang. Hal in ni diyakini merupakan sisa-sisa kehidupan purba dan sekarang masih dallam tahap penelitian.
Gambar 5..6. Staging Objek O Wisata B Bukit Kerang g, di Desa Kaw wal, salah satu sarana s akses melalui m jalan ssungai untuk mencapai objjek wisata Bukiit Kerang (do ok. PPSPL UM MRAH, 2010)
5.1.5. 5 Jasa a Kuliner Tema T jasa kuliner terrmasuk banyak yang diinginkan d o oleh para wisatawan. w enawarkan kkesegaran hidangan la autnya seba agai menu Masyarakat Bintan me andalannya. a . Terdapat pula p kuliner lokal yang unik di Kawall seperti Ota ak-otak dan bahkan terd dapat masyyarakat me enawarkan makanan yang y dikena al dengan sebutan s makanan ”Suam mi” dan ”Perrangi” di Dessa Kawal. 5.1.6. 5 Jasa a Pemandua an Jasa J peman nduan wisata termasuk potensial untuk dikemb bangkan di Kabupaten Bintan. Pem mandu profe esional dari luar memang cakap dan sangat menguasai m bahasa asing, namun penggunaa an masyara akat tempata an sebagai pemandu
PPSPL UMRAH H CRITC LIPI
48 |
wisata memilliki kelebihan tersendiri karena mereka mengenal betul budaya dan alam sekitarnya. Mereka dapat mengantarkan serta memandu para wisatawan dengan menceritakan segala hal yang menarik mengenainya, sehingga masyarakat tempatan yang relatif dapat berkomunikasi dalam bahasa asing, seperti bahasa Mandarin atau Chines, Inggris dan Jepang sangat potensial menjadi bagi pasar pariwisata. 5.1.7. Jasa dan Sewa Permainan Beberapa wisatawan biasanya mencari bentuk-bentuk kegiatan permainan selama liburan mereka. Permainan meliputi kegiatan dengan peralatan pendukungnya seperti memancing dengan alat pancingnya, menyelam dengan alat selam berupa snorkeling ataupun alat selam Scuba. Kegiatan penyelaman Scuba dan snorkeling mungkin lebih sesuai dilakukan pada musim-musim ombak dan angin tenang yaitu dari Bulan Maret hingga November. Kondisi pada musim angin kencang lebih sesuai untuk permainan selancar angin. Khusus untuk memancing, masyarakat nelayan di sekitar kawasan wisata siap menawarkan mulai dari alat pancing, sarana transportasi hingga ke lokasi memancingnya.
Gambar 5.7. Masyarakat Bintan umumnya yang berada di lokasi Coremap II, siap mengantarkan wisatawan yang ingin melakukan kegiatan pemancingan di laut. (dok. PPSPL UMRAH, 2010)
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
49 | P a g e
5.1.8. 5 Jasa a dan Sewa Akomodas si Komponen sarana pen nunjang akomodasi yan ng dapat dig gunakan dalam obyek ekowisata e umumnya u b berupa rumah tinggal penduduk kampung. Wisatawan W menyukai pengalaman p apat merassakan dan menikmati demikian, supaya da budaya massyarakat pe esisir. Nelayan tempatan mencoba menawarka an sensasi bermalam di d Kelong, suatu s alat ta angkap ikan berupa ba agan yang mempunyai m bangunan ru umah, sebagian juga m mau menyew wakan salah satu kamarr rumahnya sebagai s tem mpat mengina ap wisatawa an.
Gambar 5.8. Kondisi perumahan maasyarakat di Pulau P Mapur yang y tinggal di d tepi pantai dapat menjadi salaah satu daya ttarik ekowisaata (dok. PPSP PL UMRAH, 2010) 5.1.9. 5 Jasa a dan Sewa Transporta asi Sarana S pen nunjang tran nsportasi ya ang paling sering dita awarkan ole eh nelayan adalah a kapa al motor me ereka atau yyang disebut Pompong.. Beberapa wisatawan menginginka an
untuk menyewa
sepeda
m motor
agar
mereka
l lebih
bisa
mengeksplo orasi kawassan sekitar, namun wisatawan w mancanega ara sedikit kesulitan da alam mencari media tra ansportasi da arat ini kare ena masyara akat belum tahu t dan tidak terbiasa melakukan jasa j sewa se epeda motor ini.
Gambar 5.9 9. Pompong merupakan m saarana penunjaang ekowista bahari utamaa di kabupaten Bintan, B namunn sepeda motoor ternyata jugga sangat dim minati oleh wiisatawan mancanegara sebagai saraana angkutan darat untuk berkeliling b kaampong (dok. PPSPL L UMRAH, 2010) 2
PPSPL UMRAH H CRITC LIPI
50 |
5.1.10. Tema-tema lain. Tema-tema lain yang belum tercakup seperti berbagai bentuk kerajinan tangan yang
dapat
dijual
untuk
cinderamata.
Selain
itu
beberapa
wisatawan
menginginkan pelayanan SPA atau pijat. 5.2. Inventarisasi Potensi Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari 5.2.1. Kawasan Wisata Pantai Trikora dan sekitarnya Potensi obyek dan kegiatan ekowisata bahari di lokasi penelitian ini diperoleh melalui hasi survey dan informasi responden masyarakat. Secara ringkas hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan Hasil Survey di Kawasan Wisata Pantai Trikora dan sekitarnya Nama ODTE
Desa Kawal
Desa Teluk Bakau
Lokasi wisata
Malang Rapat
Daya Tarik (Atraksi)
Laut
Alam
keindahan alam
Pulau Terumbu karang Pantai&Biota pantai
Alam
keindahan alam
Alam
keindahan alam
Alam
keindahan alam
Sungai
Alam
keindahan alam
Hutan mangrove
Alam
keindahan alam
Kampung Nelayan
Petualangan
Kehidupan Nelayan
Bukit Kerang
Budaya
keindahan alam dan peninggalan budaya
kunang‐kunang
Alam
keindahan alam
Pulau & Hutan Mangrove
Alam
keindahan alam
Laut
Alam
keindahan alam
Alam
keindahan alam
Alam
keindahan alam
Laut
Alam
keindahan alam
Terumbu karang
Alam
keindahan alam
Laut
Alam
keindahan alam
Pantai&Biota pantai Pantai&Biota pantai Trikora
Jenis Wisata
Kegiatan Wisata
peluang
mancing, renang, snorkling dan selam petualangan, menikmati keindahan alam mancing, renang, snorkling dan selam menikmati keindahan alam dan melihat biota petualangan, menikmati keindahan alam petualangan, menikmati keindahan alam dan melihat hewan liar Mengamati kehidupan rumah tangga nelayan
Jasa, sewa permainan dan transportasi Jasa dan sewa akomodasi Jasa dan sewa peralatan jasa dan sewa peralatan jasa dan penyewaan transportasi Pemandu, sewa transportasi Pemandu, sewa transportasi
Kunjungan dan hiking
Pemandu, sewa transportasi
mengamati dan menikmati keindahan kunang‐kunang petualangan, menikmati keindahan alam dan melihat hewan liar mancing, renang, snorkling dan selam
Pemandu, sewa transportasi Pemandu, sewa transportasi dan akomodasi Jasa, sewa permainan dan transportasi
Obyek alam
jasa dan sewa perlatan
menikmati keindahan alam dan melihat biota mancing, renang, snorkling dan selam mancing, renang, snorkling dan selam mancing, renang, snorkling dan selam
jasa dan sewa perlatan Jasa, sewa permainan dan transportasi Jasa dan sewa peralatan Jasa, sewa permainan dan transportasi
Sumber : Hasil Survey PPSPL UMRAH, 2010
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
51 | P a g e
Keberadaan potensi objek wisata ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk untuk aktivitas ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan mereka seperti berupa jasa pemandu, penyewaan sampan/perahu, pompong, tempat tinggal (home stay), sewa kendaraan bermotor, penjualan souvenir dan menyediakan makanan hasil laut (seafood), dari kegiatan ini secara ekonomi masih dipandang layak atau menguntungkan. 5.2.2. Desa Mapur Desa Mapur merupakan kawasan yang memiliki keindahan alam yang mempesona dan masih alami, sehingga menjadikan kawasan ini salah satu kawasan favorit bagi wisatawan untuk dikunjungi di Kecamatan Bintan Pesisir. Jenis objek wisata yang dapat di tawarkan ke wisatawan berupa wisata bahari dengan menawarkan keindahan terumbu karang, sungai, pulau yang memiliki penyu, petualangan hutan bakau dan hutan-hutan yang ada di pulau tersebut. Desa Mapur memiliki kawasan konservasi terumbu karang yang dikenal dengan Daerah Perlindungan Laut (DPL) skala desa yang di bina oleh Coremap II Kabupaten Bintan yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat. Di desa ini telah berdiri kelompok-kelompok masyarakat yang siap menawarkan jasa untuk menikmati keindahan pulau mapur dan pulau-pulau sekitarnya. Aktivitas yang biasa mereka tawarkan berupa pemandu wisata, penyewaan snorkling, sewa pompong, menyewakan tempat menginap, dan menyediakan makanan serta oleh-oleh kerupuk hasil olahan ibu rumah tanggga yang tergabung dalam kelompok masyarakat ”Sukma baru” . Tabel 5.3. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan Hasil Survei di Desa Mapur Nama ODTE
Mapur
Lokasi wisata
Jenis Wisata
Daya Tarik (Atraksi)
Laut
Alam
keindahan alam
Sungai, Hutan bakau dan Hewan liar
Alam
keindahan alam
Pulau,Pantai,Penyu di P. Sentot
Alam
keindahan alam
Terumbu karang
Alam
keindahan alam
Hutan
Alam
keindahan alam
Kegiatan Wisata mancing, renang, snorkling dan selam petualangan, menikmati keindahan alam dan melihat hewan liar petualangan, menikmati keindahan alam dan melihat penyu mancing, renang, snorkling dan selam petualangan, menikmati keindahan alam dan melihat hewan liar
peluang Jasa, sewa permainan dan transportasi Jasa pemandu dan sewa transportasi Jasa pemandu dan sewa akomodasi Jasa dan sewa peralatan Jasa Pemandu
Sumber : Hasil Survey PPSPL UMRAH, 2010
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
52 | P a g e
5.2.3. Desa Sebong Lagoi Kecamatan Teluk Sebong terdapat objek wisata yang dikenal dengan Kawasan Wisata Terpadu Lagoi. Kawasan ini dikenal dengan Bintan Resort yang terdapat di kelurahan Kota Baru berdasarkan Laporan Akhir RIPPDA Kabupaten Bintan (2008) kawasan ini menempati area seluas 23.000 hektar yang telah dikelola oleh industri pariwisata. Kawasan ini menawarkan suana tenang, hening dan suasana alami serta berbagai aktivitas airnya. Desa Sebong Lagoi merupakan salah satu desa yang terdapat di Kawasan Wisata Terpadu lagoi merupakan salah satu tujuan ”wisata kampung” bagi wisatawan mancanegara di Kawasan Terpadu Lagoi. Desa Sebong Lagoi sudah terbentuk kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan ekowisata dengan membawa para wisatawan menyelusuri sungai untuk melihat keindahan hutan mangrove dan hewan-hewan liar serta menawarkan kegiatan memancing (Traditional Fishing), bersepeda mengelilingi desa serta menyediakan makanan hasil laut. Hasil Inventarisasi potensi obyek ekowisata ini memberikan gambaran kemungkinan pengembangan ekowisata bahari mendatang di Kabupaten Bintan. Tabel 5.4. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan Hasil Survei di Desa Sebong Lagoi Nama ODTW
Sebong Lagoi
Lokasi wisata
Jenis Wisata
Daya Tarik (Atraksi)
sungai, hutan bakau dan hewan liar
Alam
keindahan alam
Laut
Alam
keindahan alam
Terumbu karang
Alam
keindahan alam
Pantai
Alam
keindahan alam
Kegiatan Wisata
peluang
obyek alam
Jasa pemandu dan sewa transportasi
Jasa dan sewa permainan mancing, renang, snorkling dan selam Menikmati keindahan alam
Jasa, sewa permainan dan transportasi Jasa dan sewa peralatan Jasa dan sewa peralatan
Sumber : Hasil Survey PPSPL UMRAH, 2010
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
53 | P a g e
VI. KELAY YAKAN N PENGEMBAN NGAN EK KOWISA ATA BA AHARI 6 6.1.
Obye ek dan Kegiatan Ekow wisata Baharri yang Ram mah Lingkungan
J Jenis dan bentuk kegiatan wisata a berpotenssi menimbulkan dampa ak negatif. D Dampak terrsebut diken nal sebagai bentuk ekssternalitas yyaitu adanya a kerugian o oleh pihak lain diluar pihak yang memanfaattkan. Di du unia pariwisa ata bentuk e eksternalitas s yang palin ng mudah d ditengarai adalah a samp pah yang dihasil d oleh p pengunjung . K Konsep lain mengenai dampak d parriwisata adallah konsep daya dukung (carrying c capacity). Dampak D akan timbul bila a batas daya dukung te elah terlamp paui. Suatu o obyek ekow wisata dikata akan melam mpaui daya dukungnya d bila jumlah total, atau b beberapa attau salah sa atu kompone en satuan ku uantitas obyyek ekowisata tersebut t telah menca apai angka tertentu sebe elum menim mbulkan hal-h hal yang tida ak dapat di t toleransi. Pe endekatan pengukuran ini dikenal se ebagai meto oda Limit of Acceptable A Change (Da amanik & We eber, 2006). D Daya dukun ng dapat dib bedakan me enjadi daya dukung eko ologi, fisik, dan d sosial. D Daya dukun ng ekologi ad dalah jumlah h terbanyak kunjungan w wisatawan yang y dapat m menimbulka an gangguan atau keru usakan siste em kehidup pan mahluk hidup liar o obyek ekow wisatanya. Da aya dukung fisik adalah h jumlah dayya tampung kunjungan a atau jumlah h wisatawan dalam dimensi luas s atau isi. Daya duku ung sosial m menyangkut t persepsi wisatawan w atau masyarakat seperti rasa r kenyam manan atau k keamanan yang y masih ditoleransi d dengan adan nya kunjunga an wisatawa an.
P PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
54 |
Dalam penelitian ini, kelayakan ramah lingkungan hanya ditinjau secara kualitatif yaitu ekowisata yang memenuhi kriteria ramah lingkungan secara ekologis maupun secara sosial budaya sebagaimana diterangkan pada Tabel 2.2. Hasil penilaian obyek ekowisata ini dituangkan lengkap dalam matriks hasil analisa pada Lampiran 6. Secara umum obyek dan kegiatan ekowisata tersebut non
ekstraktif sehingga mendukung pemanfaatan lestari dan berkelanjutan.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya masih harus memperhatikan prinsip dan aturan umum ekowisata yang benar. Sebagai contoh aturan tersebut adalah tidak boleh membuang sampah sembarangan, tidak boleh mengambil atau memungut sesuatu di lokasi obyek ekowisata kecuali setelah mendapat ijin dan diperbolehkan, menghormati adat-istiadat setempat dan sebagainya. Penetapan dan penegakan aturan ini sebaiknya dilakukan oleh pengelola ekowisata dengan pelaksanaan tingkat bawah dilakukan oleh pelaku usaha wisata dan pemandu ekowisata. Selain itu, beberapa obyek dan kegiatan ekowisata memerlukan persyaratan tertentu seperti aturan khusus, pengaturan tata ruang dalam rangka memperkecil dampak baik secara ekologis maupun sosial. Berdasarkan tingkat kelayakannya, maka obyek dan kegiatan ekowisata yang teridentifikasi dapat dikategorikan sebagai berikut: (1) Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Layak dan Ramah Lingkungan Hasil analisis memperoleh 42 obyek dan kegiatan ekowisata yang memenuhi kriteria ramah lingkungan baik secara ekologis maupun secara sosial budaya (Tabel 6.1). Kegiatan ekowisata tersebut secara ekologis tidak menimbulkan baik gangguan maupun kerusakan berarti terhadap ekosistem. Gangguan maupun kerusakan tersebut termasuk komponen biota maupun proses ekologinya sehingga dampaknya masih dapat ditoleransi. Disamping itu, secara sosial budaya tidak menimbulkan konflik dalam masyarakat, tidak memerlukan modal besar dan mengutamakan kemampuan lokal. Bila ditinjau dari sudut tema maka tema-tema obyek dan kegiatan ekowisata seperti jasa dan sewa akomodasi (terdapat 6) serta pemanduan (terdapat 1) memenuhi kriteria ramah lingkungan. Sebagai contoh pada obyek ekowisata yang bertema obyek alam, komponen kegiatan pada obyek ekowisata tersebut dapat membangkitkan rasa menghargai serta mencintai alam dan lingkungan. Lagipula, pada ekowisata tema ini akan membangkitkan kesadaran baik
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
55 | P a g e
masyarakat maupun wisatawan terhadap perlindungan serta pelestarian sumberdaya alam seperti hutan bakau atau terumbu karang. Tabel 6.1. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Layak dan Ramah Lingkungan No Kode Eko01.00 1 Eko01.01 2 Eko01.02 3 Eko01.03 4 Eko01.04 5 Eko01.05 6 Eko01.06 Eko02.00 7 Eko02.02 8 Eko02.03 9 Eko02.04 10 Eko02.05 11 Eko02.06 Eko03.00 12 Eko03.02 13 Eko03.03 Eko04.00 14 Eko04.01 15 Eko04.02 16 Eko04.03 17 Eko04.04 18 Eko04.05 19 Eko04.06 20 Eko04.07 21 Eko04.09 22 Eko04.10 23 Eko04.11 24 Eko04.14 Eko05.00 25 Eko05.01 Eko06.00 26 Eko06.01 27 Eko06.07 28 Eko06.12 29 Eko06.13
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
Tema dan Obyek Ekowisata 1. Jasa dan sewa akomodasi Berkemah di pantai Menginap di bagan berumah (kelong) Menginap di rumah tinggal orang kampong di pesisir Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau Sewa rumah pondok di pulau Sewa tenda 2. Budaya Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong Menyaksikan even religius Menyaksikan pertunjukan budaya Menyaksikan situs sejarah 3. Jasa kuliner Hidangan makanan lokal Menikmati kelapa muda 4. Obyek Alam Berkunjung ke danau Berkunjung ke pulau dengan pompong Melepas penyu Menyaksikan hutan bakau di pulau Menyaksikan kunang‐kunang di malam hari Menyaksikan pemandangan bawah laut Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau Menyelusuri hutan Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai Menyelusuri sungai berhutan bakau Snorkeling di terumbu karang dengan pompong 5. Jasa dan sewa pemanduan Pemanduan keliling sekitar lokasi 6. Jasa dan sewa permainan Bermain voli pantai Sewa 1 set snorkeling Sewa pelampung renang Sewa perlengkapan renang
56 | P a g e
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Eko07.00 Eko07.01 Eko07.02 Eko07.03 Eko07.04 Eko08.00 Eko08.02 Eko08.04 Eko09.00 Eko09.01 Eko09.02 Eko09.04 Eko09.05 Eko09.06 Eko09.07 Eko10.00 Eko10.02
7. Petualangan Berkeliling dengan mobil Berkeliling dengan pompong Berkeliling dengan sampan Berkeliling dengan sepeda motor 8. Rekreasi & Bersantai Berjalan‐jalan di pantai Bersantai di pantai 9. Jasa dan sewa transportasi Sewa andong Sewa becak motor Sewa pompong Sewa sampan Sewa sepeda Sewa sepeda motor 10. Lain‐lain SPA & Pijat
(Sumber: Hasil analisis PPSPL UMRAH, 2010)
(2) Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Layak Bersyarat dan Ramah Lingkungan Obyek dan kegiatan ekowisata dikatakan layak bersyarat jika tidak memenuhi salah satu kriteria ekowisata ramah lingkungan, atau telah memenuhi kriteria namun masih mempunyai potensi dampak yang perlu diperhatikan. Ekowisata ini masih layak asalkan telah mengantipasi dampak negatif yang ditimbulkan baik secara ekologis maupun sosial. Kondisi seperti ini dijumpai pada 13 obyek dan kegiatan ekowisata (lihat Tabel 6.2). Secara ekologis beberapa kegiatan ekowisata dalam daftar Tabel 6.2 dapat mengganggu lingkungan, memanfaatkan, dan tertangkapnya biota yang dilindungi namun masih dapat diantipasi dengan tindakan yang tepat. Sebagai contoh, kegiatan ekowisata menjual kerajinan tangan untuk cinderamata dan hidangan makanan laut akan menjadi layak asalkan bahan yang digunakan tidak berasal biota yang dilindungi secara undang-undang. Seorang ekowisatawan harus peka terhadap barang perdagangan yang demikian. Karya kerajinan tangan yang menggunakan bahan dari biota laut seperti cangkang penyu, kima, karang mati dan sebagainya haruslah dihindari.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
57 | P a g e
WWF Indonesia telah mengeluarkan daftar hewan-hewan laut yang sebaiknya jangan dikonsumsi atau dihindari sebagai makanan laut. Hal ini tidak hanya karena status keterlindungannya, tetapi juga karena perkembangbiakan biota lambat dan rentan terhadap over fishing, cara menangkapnya merusak habitat, dan berbahaya bagi kesehatan. Secara sosial beberapa kegiatan ekowisata dalam daftar Tabel 6.2 dapat berbenturan dengan norma masyarakat setempat dan terlalu mahal untuk diusahakan sebagai ekowisata berbasis masyarakat namun masih dapat diminimalisir. Sebagai contoh, kegiatan berjemur dan berenang di pantai dengan menggunakan baju terbuka yang umumnya dilakukan sebagian wisatawan mancanegara, sebaiknya jangan dilakukan di sembarangan tempat karena dapat melanggar nilai dan norma budaya setempat. Dampak kegiatan ekowisata seperti ini dapat dihindari asalkan jauh dari pemukiman masyarakat tempatan atau terbatas dalam kondisi areal yang tertutup. Kegiatan menyelam menggunakan alat selam Scuba dan sarana penunjang kapal cepat/ speedboat mungkin tidak cocok untuk ekowisata berbasis masyarakat. Hal ini karena modal yang diperlukan terlalu besar. Selain itu juga memerlukan ketrampilan yang tinggi. Tetapi usaha ekowisata penyelaman sangat prospektif mengingat potensi terumbu karang dan posisi strategis Kabupaten Bintan yang dekat dengan Singapura. Usaha dan kegiatan wisata jasa penyelaman yang dilakukan oleh masyarakat masih dimungkinkan asalkan dilaksanakan dalam bentuk kelompok usaha bersama dengan pembinaan khusus (misal adanya ”Bapak Angkat Usaha” oleh Perusahaan Wisata) atau Pemrintah Daerah. Lagipula selam Scuba diluar kegiatan wisata, masih berguna dan terkait erat dengan kehidupan masyarakat pesisir seperti untuk mengambil benda tenggelam, menolong korban kecelakaan di laut dan sebagainya. (3) Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Tidak Layak dikembangkan Ketidaklayakan obyek dan kegiatan ekowisata ini disebabkan karena tidak sesuai dengan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat seperti sarana penunjang terlalu mahal untuk dimiliki oleh masyarakat setempat, selain itu juga bersifat
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
58 | P a g e
mewah dan tidak terkait langsung kebutuhan kehidupan keseharian masyarakat walaupun secara ekologis mungkin tidak menimbulkan dampak yang berarti. Hal yang demikian ditemui pada 6 obyek dan kegiatan ekowisata (Tabel 6.3). Umumnya wisata tersebut berupa kegiatan permainan yang memerlukan sarana penunjang khusus seperti alat permainan Jetsky, Banana boat, kayak, dan Paralayang (istilah lokal: layang-layang).
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
59 | P a g e
Tabel 6.2. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Layak Bersyarat dan Ramah Lingkungan Tema dan Obyek Ekowisata No Kode Eko03.00 1. Jasa kuliner 1 Eko03.01 Hidangan makanan laut Eko04.00 2. Obyek Alam 2 Eko04.12 3 Eko04.13 4 Eko04.15 Eko06.00 5 Eko06.02 6 Eko06.03 7 Eko06.04 8 Eko06.05 9 Eko06.06 Eko07.00 10 Eko07.05 Eko08.00 11 Eko08.01 12 Eko08.03 Eko10.00 13 Eko10.01
Dampak lain
Saran
Bahan dari biota yang dilindungi
Aturan khusus
Harga dan perawatan mahal, Scuba diving di terumbu karang dengan pompong mewah Scuba diving di terumbu karang dengan Harga dan perawatan mahal, speedboat mewah Harga dan perawatan mahal, Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat mewah 3. Jasa dan sewa permainan Melakukan permainan air Gangguan lingkungan Memancing di bagan berumah (kelong) Tertangkapnya biota yang dilindungi Memancing di laut dengan pompong Tertangkapnya biota yang dilindungi Memancing di laut dengan sampan Tertangkapnya biota yang dilindungi Sewa 1 set scuba diving Mahal dan mewah 4. Petualangan Harga dan perawatan mahal, Berkeliling dengan speedboat mewah 5. Rekreasi & Bersantai Berenang di pantai Benturan norma setempat Berjemur di pantai Benturan norma setempat 6. Lain‐lain Cinderamata kerajinan tangan Bahan dari biota yang dilindungi
Usaha bersama Usaha bersama Usaha bersama Aturan khusus dan tata ruang Aturan khusus dan tata ruang Aturan khusus dan tata ruang Aturan khusus dan tata ruang Usaha bersama
Kecuali kapasitas kecil dan murah Pengaturan lokasi Pengaturan lokasi Aturan khusus
(Sumber: Hasil analisis PPSPL UMRAH, 2010)
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
60 | P a g e
Tabel 6.3. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Tidak Layak sebagai Ekowisata Berbasis Masyarakat No 1 2 3 4 5 6
Tema dan Obyek Ekowisata Kode Eko06.00 1. Jasa dan sewa permainan Eko06.08 Sewa banana boat Eko06.09 Sewa jetsky Eko06.10 Sewa kayak Eko06.11 Sewa paralayang (layang‐layang) Eko06.14 Sewa selancar angin Eko09.00 2. Jasa dan sewa transportasi Eko09.03 Sewa dan berkeliling dengan bus
Dampak Mahal, polusi suara, gangguan perairan Mahal, polusi suara, gangguan perairan Mahal Mahal, polusi suara, gangguan perairan Mahal dan mewah Mahal
Saran Aturan khusus dan tata ruang Aturan khusus dan tata ruang Aturan khusus dan tata ruang
(Sumber: Hasil Analisis PPSPL UMRAH, 2010)
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
61 | P a g e
6.2.
Jenis Ekowisata Bahari yang Layak sebagai MPA
Obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang layak mendapat prioritas untuk dikembangkan sebagai Mata Pencaharian Alternatif adalah obyek dan kegiatan ekowisata yang mampu diusahakan oleh masyarakat namun juga sesuai dengan keinginan wisatawan. Dari hasil inventarisasi yang diperoleh diidentifikasi 34 obyek dan kegiatan ekowisata yang mampu diusahakan masyarakat (lihat Lampiran 7.) dan 53 obyek dan kegiatan ekowisata yang diinginkan wisatawan (lihat Lampiran 8.). Jika kedua hasil tersebut diperbandingkan maka didapatkan 24 obyek dan kegiatan ekowisata yang saling berkesesuaian sebagaimana terlihat pada Tabel 6.4. Tabel 6.4. Kegiatan Obyek Ekowisata Bahari yang Layak untuk Dikembangkan sebagai Mata Pencaharian Alternatif No Kode Obyek Ekowisata yang Sesuai* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Eko01.03 Menginap di rumah tinggal orang kampung Eko02.02 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil Eko02.03 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong Eko03.01 Hidangan makanan laut Eko03.03 Menikmati kelapa muda Eko04.02 Berkunjung ke pulau dengan pompong Eko04.04 Menyaksikan hutan bakau di pulau Eko04.09 Menyelusuri Hutan Eko04.10 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai Eko04.11 Menyelusuri sungai berhutan bakau Eko04.14 Snorkeling di terumbu karang dengan pompong Eko05.01 Pemanduan keliling sekitar lokasi Eko06.04 Memancing di laut dengan pompong Eko06.05 Memancing di laut dengan sampan Eko06.06 Sewa 1 set scuba diving Eko06.07 Sewa 1 set snorkeling Eko06.14 Sewa selancar angin Eko07.02 Berkeliling dengan pompong Eko07.03 Berkeliling dengan sampan Eko07.04 Berkeliling dengan sepeda motor Eko09.04 Sewa pompong Eko09.05 Sewa sampan Eko09.06 Sewa sepeda Eko09.07 Sewa sepeda motor
(Sumber: Hasil Analisis PPSPL UMRAH, 2010) *) Keterangan: Obyek dan kegiatan ekowisata ini merupakan kesesuaian (irisan) kegiatan ekowisata yang mampu diusahakan oleh masyarakat namun juga diinginkan oleh wisatawan.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
62 | P a g e
Terlihat bahwa obyek dan kegiatan ekowisata yang saling berkesesuaian tersebut mewakili 65 % jumlah potensi ekowisata yang mampu diusahakan masyarakat dan 42 % potensi ekowisata yang diinginkan wisatawan. Hal ini menunjukkan masih terdapatnya celah (unable) yaitu tidak terdapat titik termu antara obyek dan kegiatan ekowisata yang mampu diusahakan masyarakat dengan yang diinginkan oleh wisatawan. Dilihat dari obyek dan kegiatan yang mampu dilakukan oleh masyarakat, namun tidak sesuai dengan keinginan wisatawan diduga karena wisatawan belum mengenali atau mengetahuinya. Karena itu perlu sosialisasi ekowisata tersebut kepada wisatawan baik secara langsung maupun melalui media promosi dan pusat informasi pariwisata. Disamping itu mungkin obyek dan kegiatan ekowisata yang ditawarkan masyarakat tidak atau kurang menarik sehingga wisatawan tidak menginginkannya. Hal yang demikian dapat diatasi dengan melakukan upaya sedemikian rupa sehingga meningkatkan daya tarik obyek maupun kegiatan ekowisata tersebut. Tabel 6.5. Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Mampu Diusahakan Masyarakat namun tidak sesuai dengan yang diinginkan Wisatawan No Kode Obyek dan Kegiatan Ekowisata 1
Eko01.04 Sewa rumah pondok di pulau
2
Eko04.05 Menyaksikan kunang-kunang di malam hari
3
Eko04.07 Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau
4
Eko04.15 Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat
5
Eko06.03 Memancing di bagan berumah (kelong)
6
Eko06.10 Sewa kayak
7
Eko06.11 Sewa paralayang (layang-layang)
8
Eko07.01 Berkeliling dengan mobil
9
Eko07.05 Berkeliling dengan speedboat
10
Eko10.01 Cinderamata kerajinan tangan
(Sumber: Hasil analisis PPSPL UMRAH, 2010) Sedangkan obyek dan kegiatan ekowisata yang dinginkan wisatawan namun obyek dan kegiatan tersebut belum mampu diusahakan masyarakat disebabkan karena masyarakat tidak atau belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
63 | P a g e
untuk mengusahakan ekowisata tersebut, disamping itu sarana dan prasarana penunjang kegiatan yang masih minim/sulit diusahaka, ide dan kreativitas masyarakat yang belum mengatahui adanya peluang usaha untuk kegiatan tersebut. Bila prospektif ekowisata tersebut tinggi maka perlu diadakan peningkatan kapasitas dengan pelatihan yang diperlukan kepada masyarakat. Tabel 6.6. Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan Wisatawan namun Belum Mampu Diusahakan Masyarakat No Kode Obyek dan Kegiatan Ekowisata 1 Eko01.01 Berkemah di pantai 2 Eko01.02 Menginap di bagan berumah (kelong) 3 Eko01.04 Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau 4 Eko01.06 Sewa tenda 5 Eko02.01 Berkunjung ke situs candi 6 Eko02.04 Menyaksikan even religius 7 Eko02.05 Menyaksikan pertunjukan budaya 8 Eko02.06 Menyaksikan situs sejarah 9 Eko03.02 Hidangan makanan lokal 10 Eko04.01 Berkunjung ke danau 11 Eko04.03 Melepas tukik penyu ke laut 12 Eko04.06 Menyaksikan pemandangan bawah laut 13 Eko04.08 Menyelusuri goa 14 Eko04.12 Scuba diving di terumbu karang dengan pompong 15 Eko04.13 Scuba diving di terumbu karang dengan speedboat 16 Eko06.01 Bermain bola voli 17 Eko06.02 Melakukan permainan air 18 Eko06.08 Sewa banana boat 19 Eko06.09 Sewa jetsky 20 Eko06.12 Sewa pelampung renang 21 Eko06.13 Sewa perlengkapan renang 22 Eko08.01 Berenang di pantai 23 Eko08.02 Berjalan-jalan di pantai 24 Eko08.03 Berjemur di pantai 25 Eko08.04 Bersantai di pantai 26 Eko09.01 Sewa andong 27 Eko09.02 Sewa becak motor 28 Eko09.03 Sewa dan berkeliling dengan bus 29 Eko10.02 SPA & Pijat tradisional (Sumber: Hasil Survey PPSPL UMRAH, 2010)
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
64 | P a g e
6.3.
Hasil Penilaian WTA dan WTP Obyek dan Kegiatan Ekowisata
Nilai ekonomi obyek dan kegiatan ekowisata dapat ditinjau melalui nilai WTA (Willingness To Accept) dan WTP (Willingness To Pay) yang diperoleh dalam penelitian ini. Nilai WTA menunjukkan kesediaan masyarakat untuk menerima imbalan terendah untuk suatu obyek atau kegiatan ekowisata yang mereka tawarkan kepada wisatawan sedangkan nilai WTP menunjukkan kesediaan wisatawan untuk membayar tertinggi untuk suatu obyek atau kegiatan ekowisata yang ditawarkan oleh masyarakat. Hasil survey WTA menunjukkan bahwa semua responden masyarakat memberikan nilai WTA untuk setiap obyek dan kegiatan ekowisata. Total nilai rata-rata WTA per obyek atau kegiatan yang diberikan oleh responden masyarakat sebesar 283,566.35 Rupiah. Daftar lengkap nilai rata-rata WTA per obyek dan kegiatan ekowisata untuk seluruh responden masyarakat dapat dilihat Tabel 6.7. Pada hasil survey WTP, terdapat beberapa obyek dan kegiatan ekowisata tertentu mendapatkan nilai WTP (WTP = 0). Hal ini menunjukkan wisatawan yang tidak bersedia membayar obyek dan kegiatan ekowisata tersebut. WTP yang bernilai 0 tentu tidak memiliki makna untuk suatu usaha ekowisata. Total nilai rata-rata WTP per obyek atau kegiatan ekowisata diluar WTP yang bernilai 0 yang diberikan oleh responden wisatawan sebesar 328,160.41 Rupiah (Tabel 6.8). Khusus obyek dan kegiatan ekowisata seperti jalan-jalan, berenang, berjemur, dan bersantai di pantai mendapat nilai WTP sama dengan nol. Hal ini memperlihatkan bahwa wisatawan menginginkan obyek ekowisata tersebut bersifat cuma-cuma. Kondisi ini akan terpenuhi bila terdapat dalam kawasan dinana masyarakat mendapatkan akses bebas atau biasa dikenal sebagai ruang umum (public space). Ruang publik adalah penting terdapat di suatu kawasan wisata. Persoalannya, kawasan wisata di Kabupaten Bintan terutama di sepanjang pantainya, hampir semuanya berstatus diprivasisasi. Hal ini tidak hanya membatasi gerak wisatawan namun juga persoalan tersendiri bagi masyarakat di sekitarnya.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
65 | P a g e
Tabel 6.7. Rata-rata nilai Willingness To Accept (WTA) setiap Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diberikan oleh Masyarakat No Obyek dan Kegiatan Ekowisata WTA (Rp.) 1 Berkeliling dengan speetboat 1,000,000.00 2 Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat 1,000,000.00 3 Memancing di laut dengan pompong 768,750.00 4 Berkeliling dengan mobil 500,000.00 5 Menyaksikan hutan bakau di pulau 500,000.00 6 Sewa 1 set scuba diving 500,000.00 7 Sewa parasut tarik (layang-layang) 500,000.00 8 Sewa selancar angin 500,000.00 9 Berkeliling dengan pompong 416,666.67 10 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil 350,000.00 11 Sewa pompong 350,000.00 12 Snorkeling di terumbu karang dengan pompong 325,000.00 13 Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau 300,000.00 14 Memancing di laut dengan sampan 270,000.00 15 Berkeliling dengan sampan 200,000.00 16 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong 195,000.00 17 Berkunjung ke pulau dengan pompong 190,000.00 18 Sewa sampan 187,500.00 19 Menginap di rumah tinggal orang kampung 185,000.00 20 Memancing di bagan berumah (kelong) 150,000.00 21 Sewa sepeda motor 125,000.00 22 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai 110,000.00 23 Menyaksikan kunang-kunang di malam hari 100,000.00 24 Pemanduan keliling sekitar lokasi 100,000.00 25 Sewa rumah pondok di pulau 80,000.00 26 Menyelusuri sungai berhutan bakau 75,000.00 27 Berkeliling dengan sepeda motor 73,333.33 28 Hidangan makanan laut 67,272.73 29 Menyelusuri hutan 50,000.00 30 Sewa kayak 50,000.00 31 Sewa sepeda 50,000.00 32 Sewa 1 set snorkeling 46,666.67 33 Cinderamata kerajinan tangan 42,500.00 Rerata Total
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
283,566.35
66 | P a g e
Tabel 6.8. Rata-rata nilai Willingness To Pay (WTP) tidak bernilai Nol setiap Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diberikan oleh Wisatawan No Obyek dan Kegiatan Ekowisata WTP (Rp.) 1 Menyelusuri sungai berhutan bakau 1,633,333.33 2 Melakukan permainan air 1,400,000.00 3 Menyaksikan pertunjukan budaya 1,400,000.00 4 Sewa dan berkeliling dengan bus 1,000,000.00 5 Scuba diving di terumbu karang dengan pompong 960,000.00 6 Berkunjung ke pulau dengan pompong 557,142.86 7 Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau 550,000.00 8 Hidangan makanan laut 409,999.83 9 Menginap di bagan berumah (kelong) 400,000.00 10 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai 326,666.67 11 Menyelusuri hutan 315,000.00 12 Sewa tenda 300,000.00 13 Berkeliling dengan sepeda motor 297,500.00 14 SPA & Pijat 280,000.00 15 Menyaksikan hutan bakau di pulau 273,000.00 16 Sewa sepeda motor 261,250.00 17 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong 256,666.67 18 Snorkeling di terumbu karang dengan pompong 250,000.00 19 Menginap di rumah tinggal orang kampung 245,000.00 20 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil 210,000.00 21 Menyaksikan pemandangan bawah laut 200,000.00 22 Memancing di laut dengan sampan 155,000.00 23 Pemanduan keliling sekitar lokasi 155,000.00 24 Sewa sampan 135,000.00 25 Hidangan makanan lokal 125,857.14 26 Memancing di laut dengan pompong 122,500.00 27 Berkeliling dengan pompong 120,000.00 28 Melepas penyu 120,000.00 29 Bermain bola voli 100,000.00 30 Sewa 1 set snorkeling 91,000.00 31 Sewa andong 75,000.00 32 Sewa banana boat 75,000.00 33 Sewa jetsky 75,000.00 34 Sewa 1 set scuba diving 70,000.00 35 Sewa perlengkapan renang 60,000.00 36 Sewa becak motor 50,000.00 37 Sewa sepeda 35,000.00 38 Menikmati kelapa muda 14,000.00 39 Sewa pelampung renang 12,500.00 40 Berkunjung ke situs candi 10,000.00 Rerata Total
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
328,160.41
67 | P a g e
6.4.
Kelayakan Usaha dan Prioritas Pengembangan Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari
Obyek ekowisata dikatakan layak usaha bila terdapat nilai WTP tidak sama dengan nol, artinya wisatawan bersedia membayar obyek ekowisata tersebut. Disamping itu, nilai WTP juga harus sama atau melebihi nilai imbalan yang diminta oleh masyarakat atau dengan kata lain nilai rasionya sama dengan 1 atau lebih. Persyaratan tersebut dipenuhi oleh 13 obyek ekowisata (Tabel 6.9.). Tingkat kelayakan usaha ditunjukkan oleh besarnya nilai rasio antara WTP dengan WTA. Tabel 6.9. Daftar Obyek Ekowisata yang Layak Usaha Kode* WTP>0 & WTP ≥ WTA Obyek WTA rerata WTP rerata atau WTP:WTA≥ 1 Ekowisata 1 Eko01.03 185,000.00 245,000.00 √ 2 Eko02.02 350,000.00 210,000.00 3 Eko02.03 195,000.00 256,666.67 √ 4 Eko03.01 67,272.73 409,999.83 √ 5 Eko03.03 5,000.00 14,000.00 √ 6 Eko04.02 190,000.00 557,142.86 √ 7 Eko04.04 500,000.00 273,000.00 8 Eko04.09 50,000.00 315,000.00 √ 9 Eko04.10 110,000.00 326,666.67 √ 10 Eko04.11 75,000.00 1,633,333.33 √ 11 Eko04.14 325,000.00 250,000.00 12 Eko06.01 100,000.00 155,000.00 √ 13 Eko06.04 768,750.00 122,500.00 14 Eko06.05 270,000.00 155,000.00 15 Eko06.06 500,000.00 700,000.00 √ 16 Eko06.07 46,666.67 91,000.00 √ 500,000.00 17 Eko06.14 0 18 Eko07.02 416,666.67 120,000.00 200,000.00 19 Eko07.03 0 20 Eko07.04 73,333.33 297,500.00 √ 21 Eko09.04 350,000.00 0 22 Eko09.05 187,500.00 135,000.00 23 Eko09.06 50,000.00 35,000.00 24 Eko09.07 125,000.00 261,250.00 √ Rerata WTA>0 235,007.89 312,526.64 atau WTP>0 (Sumber : Hasil Analisis PPSPL UMRAH, 2010)
No
Rasio 1.32 0.60 1.32 6.09 2.80 2.93 0.55 6.30 2.97 21.78 0.77 1.55 0.16 0.57 1.40 1.95 0.29 4.06 0.72 0.70 2.09 1.33
Keterangan: *) Penjelasan kode dapat dilihat pada Lampiran 4
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
68 | P a g e
Hasil
perhitungan
menunjukkan
bahwa
obyek
dan
kegiatan
ekowisata
menyelusuri sungai berhutan bakau merupakan obyek ekowisata yang paling layak usaha karena memiliki nilai rasio sangat tinggi yaitu 21.78. Ini berarti bahwa wisatawan bersedia membayar paling tinggi sebesar 21.78 kali dari pada imbalan yang terendah yang diminta oleh masyarakat. Secara keseluruhan, prioritas tertinggi pengembangan suatu ekowisata adalah obyek dan kegiatan ekowisata yang memenuhi semua kriteria kelayakan yang telah diuraikan sebelumnya yaitu layak ramah lingkungan, ada kesesuaian antara kemampuan masyarakat dan keinginan wisatawan serta layak usaha. Ketentuan kriteria tersebut dipenuhi 10 obyek ekowisata. Daftar obyek dan kegiatan ekowisata tersebut kemudian diurut prioritasnya yang didasarkan pada nilai rasio terbesar sebagaimana terlihat pada Tabel 6.10. Tabel 6.10. Daftar Urutan Prioritas Pengembangan Obyek Ekowisata Kode* Eko04.11 Eko04.09 Eko07.04 Eko04.02 Eko03.03 Eko09.07 Eko06.07 Eko05.01 Eko01.03 Eko02.03
Kelayakan Ramah Lingkungan Kesesuaian Usaha Layak sesuai √ Layak sesuai √ Layak sesuai √ Layak sesuai √ Layak sesuai √ Layak sesuai √ Layak sesuai √ Layak sesuai √ Layak sesuai √ Layak sesuai √
WTA:WTP 21.78 6.30 4.06 2.93 2.80 2.09 1.95 1.55 1.32 1.32
Urutan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(Sumber : Hasil Analisis PPSPL UMRAH, 2010)
Keterangan: *) Penjelasan kode dapat dilihat pada Lampiran 4. 6.5.
Potensi Ekonomi Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari
Bila diamsusikan bahwa seorang ekowisatawan hanya akan membayar untuk satu obyek ekowisata saja selama satu kali kunjungannya maka potensi nilai ekonomi obyek dan kegiatan ekowisata bahari suatu kawasan sama dengan rata-rata WTP tiap individu wisatawan dikalikan dengan jumlah total kunjungan wisata pada kawasan tersebut dalam satu tahun. Rata-rata WTP tiap individu wisatawan ini dihasilkan dari jumlah total WTP yang diperoleh termasuk juga
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
69 | P a g e
responden yang memberi nilai WTP = 0, kemudian dibagi dengan semua responden wisatawan yang terlibat di dalamnya, dengan pendekatan seperti ini maka diperoleh total rata-rata WTP tiap individu wisatawan (mancanegera dan nusantara) sebesar Rp. 294,094.43. Namun karena data sekunder yang diperoleh hanya data kunjungan wisatawan mancanegara saja yang dimiliki dan tercatat secara resmi seperti yang disajikan pada Tabel 3.2. Hal ini diduga karena data kunjungan wisatawan mancanegara secara resmi mudah diperoleh melalui tempat-tempat penginapan (resor/ hotel) dari pada wisatawan nusantara/ domestik. Oleh karena itu, hanya potensi nilai ekonomi ekowisata bahari yang berasal dari kunjungan wisatawan mancanegara yang dapat diperoleh. Berdasarkan pada nilai rata-rata WTP individu wisatawan manca negara yaitu sebesar Rp. 370,462.00. maka potensi nilai ekonomi tersebut pada tahun 2009 dapat dihitung dengan mengalikannya terhadap Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara yang datang pada Tahun 2009. Secara ringkas perhitungannya adalah sebagai berikut: PE = WTPrerata x W = 370,462 x 296,229 = 109,741,621,510. Dimana: PE
= Potensi nilai ekonomi ekowisata
WTPrerata
= Rata-rata nilai WTP rata-rata per individu wisatawan mancanegara hasil data 2010 = Jumlah total kunjungan wisatawan mancanegara yang datang di
W
Kabupaten Bintan pada tahun 2009 Disimpulkan
bahwa
mancanegara
di
potensi
nilai
Kabupaten
ekonomi
Bintan
pada
ekowisata tahun
dari
2009
wisatawan
sebesar
Rp.
109,741,621,510.00. Nilai
tersebut
menggambarkan
bahwa
kontribusi
kunjungan
wisatawan
mancanegara dapat memberi nilai tambah ekonomi yang signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui ekowisata. Nilai tersebut bisa lebih besar atau masih dapat meningkat bila wisatawan nusantara turut diperhitungkan. Berdasarkan pada data hasil penelitian ini dan diintegrasikan
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
70 | P a g e
dengan data kunjungan wisatawan mancanegara sejak tahun 2003 (lihat Tabel 3.2) di Kabupaten Bintan yang selalu cenderung meningkat, maka melalui persamaan regresi dapat diduga perkiraan potensi nilai ekonomi ekowisata dari hasil kontribusi wisatawan manca negara hingga tahun 2015 dapat di sajikan pada Tabel 6.11. Tabel 6.11. Perkiraan Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara dan Kontribusi Potensi Nilai Ekonominya Tahun Kunjungan* Potensi Nilai Ekonomi (Rp.) 2009
296,229
109,741,621,510.00
2010
356,750
132,162,359,099.00
2011
357,425
132,412,421,026.00
2012
358,100
132,662,482,953.00
2013
358,775
132,912,544,880.00
2014
359,450
133,162,606,807.00
2015
360,125
133,412,668,733.00
Sumber : PPSPL UMRAH, 2010 (Diolah dari data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, 2009)
Keterangan: *) Didasarkan pada persamaan regresi: Y = 675X – 1,000,000 (R2 = 0.536)
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
71 | P a g e
N PENGEMBAN NGAN VII. KEBIJJAKAN EKOW WISATA A BAHA ARI DI KA ABUPAT TEN BINTAN 7.1. 7
Isu dan d Permas salahan Pen ngelolaan Ekowisata E B Bahari di Kabupaten K Binta an
Berdasarkan n pada hasiil FGD (Foccused Group p Discussion n) dengan masyarakat m dan d stakeho older terkait (secara leng gkap dan ringkas dapat dilihat pada Tabel 8.1) maka isu da an permasalahan pokokk pengelolaa an ekowisata a bahari di Kabupaten Bintan pada a dasarnya adalah a sebag gai berikut :
7.1.1. 7 Isu Ketidakha armonisan Peng gusaha Parriwisata
Hubunga an
antara
akat Masyara
dan
mempunyai persepsi bahwa umumnya pela Sebagian S m masyarakat aku usaha pariwisata yang y terdap pat di Kabup paten Bintan hanya memikirkan keuntungan k bagi pengusaha dan tidak t pernah h memperdulikan kese ejahteraan masyarakat m sekitar. s Kon ndisi demikian menimbulkan ketida akharmonisa an antara masyarakat m dan d pengusaha pariwisa ata. Hal terssebut terliha at jelas dari penolakan p m masyarakat adiran kapall speed yang membawa a wisatawan n PT. Agro Desa Mapur akan keha ort (ABR) ke perairan terumbu karan ng di Pulau Mapur. Sem mentara itu, Bintan Reso kelompok masyarakat m wisata huta an bakau Sungai Kawa al di Desa pengelola w Kawal men ngeluhkan sulitnya s bekkerjasama terutama t dalam hal pemasaran p dengan d piha ak ABR pada ahal lokasi p perusahaan berada di de esa mereka..
PPSPL UMRAH CRITC LIPI
72 |
Dalam hal lain, kehadiran perusahaan pariwisata di sepanjang pantai Trikora dan kawasan wisata di Kecamatan Teluk Sebong oleh masyarakat terutama nelayan kerap dianggap penyebab menurunnya hasil tangkap ikan. Masyarakat berpendapat bahwa kegiatan wisata seperti lalu lalangnya kapal speed, permainan banana boat, jetsky dan sebagainya menyebabkan perairan menjadi keruh sehingga ikan-ikan menjadi terganggu, lalu pergi meninggalkan daerah penangkapan.
Masyarakat
Desa
Sebong
Lagoi
mengeluhkan
kegiatan
penimbunan dan pembangunan insfrastruktur yang dilakukan perusahaan wisata di Kawasan Resor Wisata, Lagoi Bay, menimbulkan kekeruhan perairan pantai sehingga nelayan yang biasa beroperasi di tepi pantai tidak dapat melakukan aktivitas penangkapan ikan seperti biasanya.
Pihak pengusaha pariwisata sendiri berpendapat bahwa kesiapan sumberdaya manusia di masyarakat kurang memadai sehingga perusahaan enggan melibatkan terlalu jauh kelompok masyarakat yang ada. Kebanyakan wisatawan perusahaan adalah wisatawan mancanegara, mereka membutuhkan pemandu profesional
yang
Permasalahan
ini
mahir timbul
berbahasa
asing
(terutama
bahasa
Inggris).
karena
sepertinya
pihak
pengusaha
belum
mempertimbangkan keunggulan pemandu lokal yaitu mereka lebih mengenal lokasi dan budaya, kebiasaan serta adat istiadat masyarakat tempatan.
Pada dasarnya, dalam suatu bentuk hubungan bila terjalin kerjasama yang baik antara masyarakat dan perusahaan pariwisata maka akan menguntungkan kedua belah pihak. Sebenarnya, pihak masyarakat, baik di Desa Mapur maupun Desa Kawal menginginkan duduk bersama antara masyarakat dan ABR untuk membicarakan permasalahan yang timbul. Harapan yang ingin dicapai adalah memperkecil celah kesalahpahaman antara kedua belah pihak sehingga memberi peluang kesepakatan yang saling menguntungkan. Dalam hal ini masyarakat Desa Mapur menginginkan pihak ABR memahami adanya pengelolaan terumbu karang oleh masyarakat di tingkat desa dan mereka ingin ada konstribusi bagi desa dari setiap kegiatan pemanfaatan terumbu karang untuk wisata dilakukan oleh ABR.
Kerjasama antara masyarakat dan perusahaan pariwisata yang baik seharusnya akan mendukung program pengelolaan konservasi pesisir dan laut secara umum
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
73 | P a g e
dan program COREMAP, khususnya terumbu karang. Kesadaran masyarakat melindungi ekosistem pesisirnya seperti terumbu karang atau hutan bakau akan meningkat. Hal ini karena mereka segera melihat peluang ekonomi melalui manfaat jasa lingkungan berupa ekowisata. Dengan demikian peluang tujuan konservasi
akan
tercapai
menjadi
tinggi.
Lagipula,
perusahaan
akan
mendapatkan dampak positif karena dengan terjaga dan terpeliharanya lingkungan laut akan memastikan kelangsungan kegiatan pariwisatanya.
Terkait dengan isu hubungan masyarakat dan pengusaha pariwisata maka dapat disarankan yaitu perlu didorong terjalinnya kerjasama masyarakat dan perusahaan pariwisata sekitar kawasan wisata bahari di Kabupaten Bintan dengan cara sebagai berikut: -
Menyusun dan memasarkan produk paket (eko)wisata yang melibatkan aktif antara masyarakat dan pengusaha seperti perusahaan melimpahkan tamu wisatawan kepada kelompok wisata yang terdapat di masyarakat. Bentuk pemasaran yang dapat dilakukan seperti pihak hotel menjual paket ekowisata kepada tamu dan memberikan semacam komisi atau fee kepada kelompok masyarakat/ pelaku wisata perorangan yang melayaninya
-
pemberian kompensasi atau semacam konstribusi ke kelompok pengelola lingkungan lokal oleh perusahaan yang memanfaatkan jasa lingkungan sebagai lokasi kunjungan wisata bagi tamu mereka. Hal ini dapat dianggap sebagai
bentuk
Perlindungan
dukungan
Laut
(DPL)
pengelolaan yang
lingkungan
dibentuk
oleh
seperti
Lembaga
Daerah
Pengelola
Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) tingkat desa, pembibitan dan upaya reboisasi hutan bakau yang dilakukan masyarakat dan sebagainya. -
Membentuk kelompok masyarakat pengawas dan penjaga kawasan wisata laut. Mereka dapat diberdayakan misalnya, bertugas menjaga kawasan laut tempat snorkeling dan menyelam dari kegiatan yang dapat merusak terumbu karang.
7.1.2. Isu Masih kurangnya Pembinaan dan Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat oleh Pemerintah Daerah Perhatian utama pemerintah daerah selama ini masih lebih pada pengembangan pariwisata yang berorientasi pada investor besar. Masyarakat merasa kurang diperhatikan
pemerintah
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
daerah
terutama
dalam
hal
pembinaan
dan
74 | P a g e
pemberdayaan terhadap masyarakat di sekitar kawasan wisata. Masyarakat merasa dibiarkan berkembang sendiri sehingga hasil yang tercapai menjadi kurang maksimal. Akibatnya, banyak masyarakat yang merasa hanya menjadi penonton
gegap
gempita
pariwisata
tanpa
merasakan
nilai
tambah
keberadaannya. Bila hal ini dibiarkan terlalu lama, dikawatirkan akan menjadi permasalahan tersendiri yang menghambat pengembangan pariwisata di Kabupaten Bintan.
Persoalan tersebut dirasakan oleh masyarakat Desa Mapur. Walaupun potensi alamnya menjanjikan namun pariwisata belum dikembangkan secara intensif di pulau tersebut. Padahal banyak orang datang berkunjung untuk menikmati keindahan alam Pulau Mapur. Karena sulitnya transportasi dan kurangnya sarana penunjang, kegiatan pariwisata menjadi kurang berkembang. Satusatunya Resor wisata di Pulau Mapur yaitu Battuta sebenarnya sempat berkembang baik pada tahun 1990-an. Akibat imbas dari krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998, resor ini mengalami penurunan aktivitas secara drastis. Sekarang, walaupun secara fisik masih berdiri tetapi boleh dikatakan tidak beroperasional lagi.
Bila pariwisata berkembang baik di Pulau Mapur maka akan berdampak postif bagi masyarakat setempat. Sebagai contoh, masyarakat tidak perlu menjual jauh-jauh hasil produk olahan perikanan mereka seperti kerupuk dan abon ikan. Pemasaran
produk
olahan
ini
memang
menjadi
permasalahan
utama
sebagaimana yang diutarakan oleh Ketua Kelompok Masyarakat Sukma Baru. Tambahan lagi, mereka menginginkan agar pemerintah daerah ikut membantu pemasaran mereka dengan membangun sentra penjualan khusus bagi produk mereka di Kota Kijang atau Tanjungpinang. Padahal bila Pulau Mapur ramai kunjungan wisatawan maka ketergantungan pemasaran produk keluar pulau dapat dikurangi.
Masyarakat
juga
ingin
peran
pemerintah
daerah
untuk
menjembatani
penyampaian kepentingan masyarakat terhadap pengusaha pariwisata yang terdapat di Kabupaten Bintan. Masyarakat Desa Mapur dan D. Kawal merasakan peran ini kurang dijalankan secara intensif oleh pemerintah. Persoalan mereka selama ini terhadap perusahaan ABR yang berkedudukan di Desa Kawal seperti
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
75 | P a g e
ajakan kerjasama dalam mengelola kawasan terumbu karang dan hutan bakau sebagai lokasi wisata dan keluhan dampak kegiatan wisata terhadap penurunan hasil tangkap permintaan bantuan pemasaran kepada perusahaan selalu kurang ditanggapi dengan baik. Harapan masyarakat adalah pemerintah dapat memfasilitasi masyarakat mengadakan pertemuan dengan perusahaan untuk mencari penyelesaian lebih lanjut.
Gambar 7.1. Focused Group Discussion (FGD) dengan Masyarakat Desa Mapur, yang dilakukan di rumah warga bersama tokoh masyarakat, LPSTK dan Kelompok Gender. Terkait dengan isu kurangnya peran pemerintah daerah dalam pembinaan dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat maka dapat disarankan upaya sebagai berikut: -
Meningkatkan lebih intens pembinaan pariwisata berbasis masyarakat dengan membentuk lembaga pengelolaan wisata di tingkat lokal, membina kelompok masyarakat wisata yang telah ada, memberikan program pelatihan yang dapat meningkat ketrampilan penunjang pariwisata seperti dasar-dasar pemanduan dan penguasaan bahasa asing
-
Mengembangkan peran pemerintah daerah dalam pariwisata berbasis masyarakat dengan membangun pusat informasi wisata tingkat desa, merintis pondok wisata yang baik dengan memberi percontohan yang memanfaatkan beberapa rumah tinggal penduduk
-
Meninjau
ulang
pembangunan
infrastruktur
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
dokumen
Analisis dan
Dampak
kegiatan
Lingkungan
pariwisata
yang
(AMDAL) dilakukan
76 | P a g e
perusahaan
pariwisata
untuk
memperkecil
tingkat
pertikaian
antara
masyarakat dan perusahaan
7.1.3. Isu Privatisasi Lahan Pantai di Kabupaten Bintan Selama penelitian, secara mengejutkan menemukan fakta bahwa kebanyakan lahan pantai Kabupaten Bantam telah diprivatisasi dimana lahan tersebut telah dijual dan dimiliki atau dikuasai secara perorangan untuk alasan investasi. Berdasarkan pada informasi dari masyarakat, lahan-lahan pantai yang terprivatisasi ini meliputi lahan pantai kawasan wisata Lagoi, sepanjang pantai di Desa Pengudang, Pantai Trikora, D. Malang Rapat, D. Teluk Bakau, D. Kawal bahkan hingga hampir seluruh lahan pantai di Pulau Mapur.
Pendalaman informasi lebih lanjut ternyata pemilik lahan-lahan tersebut umumnya dikuasai orang luar daerah terutama para pemodal besar atau investor. Pemilik ini tidak hanya berwarga Indonesia namun terdapat terdapat warga asing. Pemilikan warga asing ini sebenarnya mengherankan mengingat secara udang-undang Republik Indonesia mengenai kepemilikan tanah bahwa warga negara asing tidak diperbolehkan memiliki tanah di Indonesia.
Menurut masyarakat, warga negara asing dapat memiliki lahan pantai karena mereka menerbitkan sertifikat tanah dengan atas nama warga setempat. Hal ini dimungkinkan bila terjadi kesepakatan sebelumnya atau bahkan melalui jalan menikahi warga tempatan. Sebagai contoh, terdapat sebagian lahan pantai dan hutan di Pulau Mapur yang dibeli dan dimiliki oleh orang Brunei. Bukti kepemilikan sertifikat tanah diatasnamakan istrinya yang ternyata berasal dari Pulau Mapur. Tidak hanya itu, Resor Baitutta di Pulau Mapur pun menurut masyarakat konon dimiliki orang Singapura demikian dengan Nikoi Island Resort, yang menguasai sebagian besar lahan Pulau Nikoi, Desa Kawal, juga milik warga asing.
Bagaimanapun gejala privatisasi lahan pantai yang timbul dan
maraknya kepemilikan atau penguasaan lahan oleh orang asing di kabupaten Bintan tidak lepas karena adanya dorongan kebijakan dari pemerintah daerah sendiri yang ingin menjadikan Pulau Bintan Kawasan Wisata Internasional
Pertikaian dapat terjadi bilamana pemilik lahan pantai memagari lahan atau mendirikan bangunan sehingga menghalangi akses masyarakat untuk menuju
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
77 | P a g e
pantai atau kapal nelayan dari laut menuju pantai untuk berlabuh. Tidak hanya itu, pemilik atau pengelola hotel pada kasus tersebut terkadang sengaja mencegah penduduk atau nelayan untuk memasuki properti atau perairan pantai mereka dengan alasan tidak ingin ketenangan tamu hotel menjadi terganggu.
Kasus tersebut dapat dijumpai dan terjadi di sepanjang pantai Desa kawal hingga pantai Trikora, di kawasan wisata Lagoi dimana banyak berdiri bangunan seperti hotel atau penginapan, rumah makan atau hanya sekedar memagari lahan yang ada. Masyarakat yang tempat tinggal atau desanya berhadapan atau berdekatan dengan hotel mengeluhkan bahwa akses mereka ke pantai menjadi terbatas dan tidak bebas. Padahal pantai adalah milik publik. Secara tradisional, masyarakat dan nelayan di sepanjang pantai Pantai Trikora selalu melakukan transaksi jual beli ikan di sepanjang pantai di pagi hari. Namun sekarang hal tersebut tidak dapat dilakukan secara bebas seperti waktu dahulu karena tidak semua pantai dapat dimasuki warga dan dilabuhi kapal nelayan.
Gambar 7.2. Selain FGD, juga dilakukan pendekatan wawancara mendalam, kepada responden yang dianggap memiliki pengetahuan tentang pengelolaan ekowisata di daerahnya.
Ketertutupan atau keterbatasan memasuki lahan pantai juga sering dikeluhkan para wisatawan. Walau hal ini belum menjadi keluhan utama di kawasan wisata di sepanjang pantai Trikora tetapi dikhawatirkan akan menjadi permasalahan
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
78 | P a g e
besar di kemudian hari bila tidak diantisipasi dengan baik. Belajar dari kasus kawasan wisata pantai di Indonesia, seperti pantai Carita, Banten, sepanjang pantai tertutup oleh bangunan hotel. Akibatnya masyarakat tidak dapat memasuki dengan bebas sehingga terkesan wisata eksklusif dan justru menghambat perkembangan pariwisata daerah tersebut. Sebagaimana kita ketahui, hasil wawancara selama penelitian mengungkapkan banyak wisatawan yang ingin menikmati secara cuma-cuma untuk dapat berjalan-jalan, berenang, dan bersantai di pantai. Terkait dengan isu privatisasi lahan pantai maka dapat disarankan upaya sebagai berikut: -
Perlu adanya kebijakan pengaturan penyediaan lahan pantai untuk ruang publik yang memadai sekaligus mencegah penguasaan lahan pantai yang terlalu berlebihan oleh kegiatan investasi. Lokasi wisata Tepi Laut Kota Tanjungpinang adalah merupakan contoh fungsi ruang publik yang baik.
-
Perlu adanya kebijakan yang dapat menekan ekses eksternalisasi yaitu kerugian yang diderita oleh pihak ketiga (misal masyarakat) diluar pihak pengguna (misal pemilik hotel tepi pantai dengan tamu) akibat privatisasi lahan
pantai.
Kebijakan
tersebut
kebalikan
eksternalisasi,
kebijakan
internalisasi yaitu mengupayakan pihak ketiga mendapatkan manfaat akibat tindakan yang dilakukan pengguna atau pemilik lahan pantai. Dalam hal ini sebagai salah satu contoh, perlu pendukungan wacana peraturan daerah Kabupaten Bintan yang mengharuskan pemilik lahan pantai membersihkan pantai sepanjang lahan mereka dan akan dikenai denda bila tidak melaksanakannya.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
79 | P a g e
Tabel 7.1. Rangkuman Isu dan Permasalahan serta Usulan Strategi Pengelolaan Wisata Bahari di Kabupaten Bintan No Isu dan Permasalahan I
Usulan Strategi
Instansi Penanggung Jawab Utama
Pendukung
- Dinas Pariwisata & kebudayaan
- Dinas Kelautan & Perikanan
Desa Mapur 1. Isu tentang operasi pengelola wisata PT. Agrowisata Bintan Resort (ABR) di Mapur ; ¾ Kapal/speed pengelola ABR melakukan lempar jangkar kapal di perairan di lokasi terumbu karang di perairan Mapur dan sekitarnya. Pembuangan jangkar dapat merusak terumbu karang padahal lokasi berada dekat DPL (Daerah Perlindungan Laut) Desa Mapur ¾ Pihak pengelola wisata agro tidak berkoordinasi kepada masyarakat ketika memasuki DPL untuk melakukan wisata penyelaman (Scuba Diving) bersama wisatawan di Perairan Mapur. ¾ Pihak ABR mendapat keuntungan jasa wisata tetapi tidak memberikan konstribusi terhadap masyarakat Pulau Mapur yang telah mengelola terumbu karang tersebut, sehingga memicu kecemburuan sosial.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
Akar Permasalahan
- Ketidaktahuan pihak ABR adanya kelompok masyarakat pengelola konservasi terumbu karang di Desa Mapur
- Masyarakat ingin duduk bersama dengan pihak ABR sehingga diharapkan adanya kerja sama dalam hal jasa wisata antara pihak ABR dengan masyarakat pengelola sumberdaya terumbu karang di Mapur, sehingga diharapkan hasil saling menguntungkan diantara kedua belah pihak.
-
80 | P a g e
2. Isu Pembinaan Wisata Bahari pemerintah belum intensif.
dari
- Perlunya ada peningkatan pembangunan pariwisata dan Program Pemerintah Daerah dlm pembinaan jasa wisata berbasis masyarakat
- Bappeda
- Dinas Pariwisata & Kebudayaan
3. Isu tidak adanya tempat penginapan yang layak bagi tamu/wisatawan yang berkunjung di Desa Mapur. Tempat tinggal masyarakat yang ada saat ini dianggap masih belum layak.
- Perlu dibangunnya Wisma Tamu atau Wisma Pemda di Desa Mapur
- Dinas Kimpraswil
- Dinas Pariwisata & Kebudayaan
4. Isu aksesibiltas/transportasi laut menuju dan kembali ke Pulau Mapur hanya dapat dilakukan dua kali dalam seminggu dengan kapal milik desa, sehingga akses menuju P. Mapur untuk wisatawan akan menjadi sulit dan biaya tinggi karena harus memakai kapal carteran.
- Perlu penambahan intensitas transportasi regular dan transportasi alternatif menuju dan keluar P. Mapur
- Dinas Perhubungan
- Bappeda - Dinas Pariwisata & Kebudayaan
- Pengembangan pasar ke luar dengan membangun sentra pemasaran khusus produk P. Mapur di Pasar Kota Kijang atau Tanjungpinang
- Badan Promosi & Investasi Terpadu
- Dinas Perindustrian & UKM - Dinas Pariwisata & Kebudayaan
5. Isu permasalahan pemasaran produk hasil Mata Pencaharian Alternatif (MPA) Kelompok Masyarakat (Pokmas) seperti “Kelompok Sukma Baru” yang pemasarannya saat ini sangat tergantung pada terhadap kedatangan tamu di P. Mapur.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
- Pemerintah masih mengabaikan aspek wisata di P. Mapur
-
- Pelanggan kurang dan pemasaran sangat tergantung kehadiran tamu yang datang dari luar P. Mapur
- Pengembangan pemasaran dalam pulau dengan menghadirkan banyak tamu melalui program ekowisata bahari di P. Mapur
81 | P a g e
II
Kecamatan Gunung Kijang 1. Isu tentang operasional PT. Agrowisata Bintan Resort (ABR) di perairan Teluk Bakau dan sekitarnya - Wisata Bahari yang dilakukan pihak ABR seperti permainan Banana Speed, menyebabkan terganggunya penangkapan ikan oleh nelayan tradisional, akibat kekeruhan yang ditimbulkan oleh objek permainan tersebut. - Pihak ABR memang mempekerjakan masyarakat lokal, tapi kegiatan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat nelayan tidak berjalan efektif.
- Ketidaktahuan pihak Agro adanya kelompok masyarakat pengelola terumbu karang di Kecamatan Gunung Kijang
2. Isu permasalahan : privatisasi lahan pantai di sepanjang Pantai Trikora
III
Sebong Lagoi 1. Kegiatan penimbunan dan pembangunan insfrastruktur yang dilakukan di Lagoi Bay menimbulkan kekeruhan, sehingga “nelayan tepi” (nelayan yang menangkap ikan di sepanjang pinggir pantai) tidak dapat melakukan aktivitas penangkapan ikan seperti biasanya akibat perairan yang keruh.
Masyarakat ingin duduk bersama dengan pihak ABR sehingga diharapkan adanya kerja sama dalam hal jasa wisata antara pihak ABR dengan masyarakat Kecamatan Gunung Kijang, Diharapkan hasil saling menguntungkan diantara ke dua belah pihak.
- Dinas Pariwisata & kebudayaan
- Dinas Kelautan Perikanan
-
Perlu adanya batas sempadan pantai yang jelas, adanya pengaturan akses publik untuk menuju pantai (pantai merupakan kawasan open akses dan dan kawasan konservasi pesisir)
- Bappeda
- Badan Pertanahan & Agraria - Dinas Kelautan & Perikanan
-
Perlu adanya peninjauan dokumen analisis dampak lingkungan dan biaya kompensasi bagi nelayan tradisional
-
-
BLH
-
Bappeda Dinas Kelautan & Perikanan
Sumber : Diolah dari Hasil FGD dan Wawancara PPSPL UMRAH, 2010
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
&
82 | P a g e
7.2.
Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari
7.2.1. Pola Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan pada saat ini Pola pengembangan ekowisata di Kabupaten Bintan telah berjalan saat in. Pola pengembangan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, melalui program Coremap II telah membentuk Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) di tingkat desa, yang terdiri dari Desa Gunung Kijang, D. Kawal, D. Teluk Bakau, D. Malang Rapat, dan D. Mapur. LPSTK membawahi beberapa Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang salah satunya adalah Pokmas yang bergerak di bidang Wisata. Pokmas wisata telah terdapat di Desa Teluk Bakau dan D. Mapur. Pokmas Wisata yang berada di lokasi pelaksanaan program Coremap II Bintan mendapatkan jasa/imbalan materi dari wisatawan yang berkunjung ke desa mereka. Jasa tersebut sebagai imbalan dari kegiatan, diantaranya : -
sewa pompong/speed untuk mengantar wisatawan memancing ikan di laut, menikmati pemandangan pulau kecil, snorkling, scuba diving, seperti yang terdapat di Desa Kawal, D. Teluk Bakau dan D. Mapur
-
Sewa motor bagi wisatawan yang ingin berkeliling sekitar desa
-
Imbalan jasa dari kompensasi pemakaian kamar (akomodasi) di rumah penduduk dan konsumsi seperti di Pulau Mapur.
-
Sebagian LPSTK telah membangun rumah singgah/homestay/pondok wisata di tepi laut yang dapat disewa oleh wisatawan untuk bersantai baik dari dana pribadi (LPSTK Teluk Bakau) maupun dari bantuan program coremap II Bintan (baru akan dibangun di Desa Mapur).
b. Dinas pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan telah membentuk kelompok masyarakat ekowisata mangrove, yang terdapat di Desa Kawal. Kelompok ini telah memiliki sebuah kapal speed fiber glass yang dirancang untuk wisatawan yang ingin menikmati ekosiwata mangrove di Sungai Kawal atau mengantar wisatawan yang ingin menuju daerah Wisata Situs Sejarah Bukit Kerang melalui jalur sungai. Fasilitas lainnya yang dimiliki kelompok wisata mangrove ini adalah “stagging” atau tempat tambat perahu yang berada di Sungai Kawal yang dibangun oleh masyarakat dekat Bukit Kerang melalui bantuan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bintan.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
83 | P a g e
c. PT. Bintan Resort Cakrawala (BRC) merupakan salah satu pelaku wisata swasta yang terdapat di Lagoi bersama Pemerintah Daerah Bintan membentuk suatu proyek Bintan Ecotourism Venture Project (BEVEP), yaitu proyek pengembangan ekowisata berbasis komunitas yang terdapat di Kecamatan Teluk Sebong. Proyek ini melibatkan masyarakat sebagai pengelola ekowisata dalam bentuk yayasan yang diberi nama Yayasan Ekowisata Tunas Harapan Teluk Sebong (YELAS). Adapun ekowisata yang ditawarkan kepada wisatawan seperti : Traditional Fishing Demonstration, jelajah mangrove dengan speed, wisata kampung di Desa Sribintan, dan sebagainya.
DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN
BINTAN RESORT CAKRAWALA
Yayasan Ekowisata Tunas Harapan ‐ Teluk Sebong
LPSTK (Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang)
Kelompok Masyarakat
Obyek/ Kegiatan Ekowisata Gambar 7.3. Pola Pengembangan Ekowisata pada saat ini di Kabupaten Bintan Pola pengembangan ekowisata tersebut saat ini telah berjalan baik di lapangan, namun masih terdapat beberapa kendala dan hambatan, diantaranya : -
Pengembangan ekowisata masih berjalan secara parsial, belum terkoordinasi dengan baik. Masing-masing sektor terkait cenderung dan terkesan melakukan pembinaan sendiri-sendiri.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
84 | P a g e
-
Fasilitas pendukung ekowisata masih minim, seperti speed/pompong yang layak angkut untuk mengantar wisatawan ke tempat yang mereka inginkan, sarana akomodasi yang dimiliki masyarakat cendrung ditawarkan apa adanya apabila diberikan sedikit modifikasi yang disesuaikan dengan karakteristik daerah tentu akan lebih menarik.
-
Lemahnya kemampuan masyarakat dalam memasarkan potensi obyek ekowisata di tempat mereka, sehingga wisatawan yang berkunjung pada umumnya wisatawan lokal.
-
Kemampuan berbahasa asing dari masyarakat yang sangat rendah, sehingga
mereka
takut
terjadi
kesalahpahaman
dengan
wisatawan
mancanegara dan tidak percaya diri dalam menjamu/melayani wisatawan asing. -
Dalam beberapa kasus terjadi konflik kepentingan antara masyarakat dan pelaku wisata swasta seperti yang terjadi antara LPSTK Mapur dan PT. Agro Bintan Resort.
7.2.2. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan Dari
hasil
penelitian
ini
dapat
direkomendasikan
kebijakan
pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten bintan sebagai berikut : a. Perlu dibentuk Lembaga Koordinasi Ekowisata di tingkat Kabupaten. Lembaga ini dibentuk berdasarkan pada Surat Keputusan Bupati Bintan. Hal ini sesuai dengan instruksi Permendagri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah. Susunan kepengurusan Tim Koordinasi Ekowisata di kabupaten terdiri atas : Ketua
: Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah kabupaten/kota
Sekretaris Anggota
: Kepala Dinas/lembaga yang membidangi pariwisata Kepala SKPD terkait, asosiasi pengusaha pariwisata, : tenaga
ahli,
akademisi
yang
berpengalaman,
dan
perwakilan masyarakat yang diperlukan.
Pendekatan ini dapat memecahkan permasalahan pengelolaan ekowisata yang saat ini berjalan secara parsial, sehingga konflik kepentingan dari pengelola ekowisata dapat diminimalisir melalui pendekatan pengelolaan lintas sektor yang terpadu dan terintegrasi. Tim Koordinasi Ekowisata PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
85 | P a g e
kabupaten merupakan wadah koordinasi dan komunikasi antar pelaku ekowisata
di
kabupaten,
sehingga
dapat
melakukan
perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian kegiatan ekowisata di Kabupaten.
b. Menyusun Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RPKD) bidang pariwisata secara terpadu dan berbasis masyarakat. RKPD ini berisi dokumen Rencana Pengelolaan, Rencana Zonasi dan Rencana Aksi pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. RKPD yang disusun akan menjadi acuan dalam setiap proses pengembangan ekowisata dan dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
c. Penguatan dan pembinaan kelembagaan kelompok masyarakat di tingkat desa sebagai pilar pengelola ekowisata di level terbawah/ lapangan. Untuk tahap awal kelembagaan yang telah ada diberdayakan dan dibina agar lebih optimal dalam melakukan pengelolaan, jika pendekatan ini berjalan efektif bukan tidak mungkin model ini akan menjamur atau diadopsi oleh tempattempat lain atau dapat dengan sengaja dikembangkan di daerah lain yang memiliki karakteristik dan potensi ekowisata yang diminati oleh wisatawan.
d. Tim Koordinasi Ekowisata Kabupaten perlu melakukan kerjasama dengan jejaring ekowisata yang ada di tingkat nasional maupun internasional, biro perjalanan/travelling dan pelaku wisata swasta, sehingga pemasaran potensi obyek ekowisata masyarakat yang pada saat ini masih sangat tergantung pada wisatawan lokal dapat meningkat dengan melalui hubungan kerjasama dengan jejaring ekowisata yang telah berpengalaman dan eksis dalam mendukung kegiatan ekowisata di kancah internasional seperti :
Asosiasi Ekowisata Internasional o
INDECON Indonesian Ecotourism Network
o
The International Ecotourism Society
o
Ecotourism Association of Australia
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
86 | P a g e
Lembaga Swadaya Masyarakat atau Non Pemerintah (LSM/ ORNOP) terkait dengan Pengembangan Ekowisata o
Rethinking Tourism
o
Tourism Concern
o
Tourism Watch
Organisasi Pengembangan International yang peduli Ekowisata o
Inter-American Development Bank
o
United Nation Environment Programme (UNEP)
o
World Tourism Organization (WTO)
Operator Ekowisata o
Baja Ecotourism and Sea Kayak Association
o
The Natural Guide - Yayasan Bumi Kita
o
Ekowisata.com Ecotourism operator in Indonesia
Lembaga Riset dan Pendidikan terkait Ekowisata o
Sustainable Ecotourism
o
Cooperative Research Centre for Sustainable Tourism
o
International Centre for Ecotourism Research (ICER)
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
87 | P a g e
JEJARING EKOWISATA
BIRO PERJALANAN (TRAVELING)
TIM KOORDINASI EKOWISATA KABUPATEN
RKPD RPJMD
PELAKU WISATA SWASTA
SEKRETARIAT TIM (DINAS YG MEMBIDANGI PARIWISATA)
Yayasan Ekowisata
Lembaga Pengelola Ekowisata Tingkat Desa
Kelompok/ Individu Masyarakat Ekowisata
Obyek / Kegiatan Ekowisata
Obyek/ Kegiatan Ekowisata
Obyek/ Kegiatan Ekowisata
Gambar 7.4. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
88 | P a g e
7.2.3. Pengembangan Produk Paket Ekowisata di Kabupaten Bintan Produk Paket Ekowisata adalah suatu perancangan terstruktur dan sistematis mengenai perencanaan perjalanan dan kegiatan ekowisata. Di dalam Produk Paket Ekowisata tersusun dengan jelas objek ekowisata yang akan dikunjungi, kegiatan yang akan dilakukan, jadwal perjalanan komponen jasa seperti pemanduan, konsumsi, transport, dan akompodasi serta komponen kuantitas seperti jumlah peserta, lama perjalanan, jauhnya jarak tempuh, dan satuan kuantitas lainnya.
Dilihat dari cara keputusan wisatawan dalam mengambil penawaran produk paket ekowisata, ada dua jenis yaitu perencanaan paket ekowisata terikat dan bebas. Paket Ekowisata Terikat artinya wisatawan tinggal mengikuti intruksi paket ekowisata yang telah disusun oleh agen atau pengelola ekowisata. Dengan demikian umumnya wisatawan tidak dimungkinkan menambah objek, kegiatan, waktu lain atau kegiatan lain selain apa yang sudah disusun. Paket Ekowisata Bebas artinya wisatawan ikut dilibatkan aktif dalam merancang rencana kegiatan ekowisata mereka. Paket ekowisata ini umumnya sangat fleksibel sehingga dimungkinkan wisatawan mengurangi atau menambah objek dan kegiatan ekowisata.
Pengembangan Produk Paket Ekowisata di Kabupaten Bintan dapat dirancang berdasarkan pada temuan objek dan kegiatan ekowisata pada hasil penelitian. Terdapat banyak kemungkinan kombinasi antara objek dan kegiatan ekowisata yang diramu menjadi suatu Produk Paket Ekowisata baik yang bersifat terikat maupun bebas. Bentuk Paket Ekowisata dapat disesuaikan berdasarkan pada tema ekowisata yang hendak disusun, daerah tujuan ekowisata, apakah itu pada tingkat desa, kabupaten, atau propinsi.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
89 | P a g e
V VIII. KE ESIMPULAN DAN SA ARAN 8.1. 8
Kesiimpulan
enelitian dap pat diambil kesimpulan k b bahwa sebag gai berikut : Dari hasil pe -
Hasil ide entifikasi dan inventarisa asi penelitia an, terdapat 62 potensi obyek dan kegiatan n ekowisata bahari yang g dapat dijad dikan Mata Pencaharian n Alternatif bagi mas syarakat Kabupaten Bin ntan
-
Ekowisa ata bahari be erpotensi sebagai mata pencaharian n alternatif masyarakat m Kabupatten Bintan ka arena: 9 masyarakat m m mempunyai an lokal yan ng luas dan n terperinci pengetahua m mengenai kon ndisi lingkun ngan dan su umberdaya p pesisir dan laut bahari ya ang berpote ensi dijadika an obyek dan kegiatan n ekowisata a bahari di da aerah sekita ar mereka 9 masyarakat m mampu dan bersedia menjadikan ekowisata sebagai bidang usaha a dan mata pencaharian p ereka alternatif me m kan masyarrakat tempa atan, menga andalkan su umberdaya 9 memberdayak lokal berupa sarana pe enunjang ya ang relatif murah, ters sedia, dan m mudah dilakukan masyarakat tempatan 9 memberi m nilai tambah ekkonomi sehingga dapat meningkatkkan tingkat pe endapatan masyarakat m
-
Obyek dan kegiatan ekowissata bahari yang dittawarkan masyarakat m engan yang g diinginkan n wisatawa an dimana Kabupatten Bintan sesuai de wisatawa an nusantarra ataupun w wisatawan mancanegara m a tertarik da an bersedia membayyar 22 obyek k dan kegiatan obyek da an kegiatan ekowisata bahari b yang ditawarkkan masyara akat
PP PSPL UMRAH CRITC C LIPI
90 |
-
Potensi ekowisata bahari di Kabupaten Bintan terbukti bersifat ramah lingkungan sehingga dapat mendukung pelestarian sumberdaya hayati laut tanpa harus menimbulkan konflik di masyarakat dimana terdapat 43 obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang layak ramah lingkungan baik secara ekologi maupun sosial-budaya
-
Terdapat 13 obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang layak usaha dengan rata-rata kesediaan membayar wisatawan adalah 1,35 kali lipat dengan ratarata imbalan yang diminta masyarakat
-
Kontribusi kunjungan wisatawan manca negara terhadap potensi ekonomi ekowisata
di
Kabupaten
Bintan
pada
tahun
2009
adalah
sebesar
Rp. 109,741,621,510,- dengan kecenderungan mengalami kenaikan sebesar 21,57 % pada tahun 2015 atau sebesar Rp. 133,412,668,733,-
Nilai tambah ekonomi yang diberikan ekowisata bahari di Kabupaten Bintan dapat menjadi sumber alternatif pembiayaan pengelolaan konservasi di Kabupaten Bintan
-
Obyek dan kegiatan ekowisata bahari prioritas untuk dikembangkan di Kabupaten Bintan karena layak dari sisi ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya adalah: 9 Menyusuri sungai berhutan bakau 9 Menyusuri hutan 9 Berkeliling dengan sepeda motor 9 Berkunjung ke pulau dengan pompong 9 Menikmati buah kelapa muda 9 Penyewaan sepeda motor 9 Penyewaan snorkling 9 Menginap di rumah tinggal orang kampong 9 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang 9 Hidangan makanan laut 9 Menyaksikan hutan bakau di pulau 9 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai 9 Snorkling di areal terumbu karang 9 Memancing di laut dengan pompong 9 Penyewaan scuba diving 9 Sewa sampan.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
91 | P a g e
8.2.
Saran
Potensi ekowisata bahari di Kabupaten Bintan perlu dikembangkan lebih lanjut sehingga menjadi produk ekowisata secara nyata sebagai sumber kesejahteraan baru bagi masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan perilaku wisatawan sebagai konsumen ekowisata melalui uji potensi obyek dan kegiatan ekowisata bahari secara langsung di lapangan.
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
92 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Bintan. 2006. Pemerintah Kabupaten Bintan. CRITC, COREMAP II, LIPI. 2007. Studi Baseline Ekologi Pulau Bintan Kabupaten Kepulauan Riau. Damanik,J dan Weber,H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi. Penerbit Andi. Yogyakarta. Departemen kebudayaan dan Pariwisata dan WWF – Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009. Laporan Tahunan, Kabupaten Bintan. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab Bintan. 2008. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kabupaten Bintan. Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Pantunru, A. A. 2004. Valuasi Ekonomi: Metode Kontinjen. Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat.LPEM-FEUI. PPSL UMRAH-CRITC LIPI. 2010. Kajian Perlindungan Penyu. Pulamahuny, F.S. 2004. Kebijakan Pengembangan Industri Pariwisata di Kabupaten Biak dan Supiori Selatan kabupaten Supiori Papua. Lokakarya: Bagaimana Membangun Wisata Bahari yang Baik di Distrik Padaido kabupaten Biak Numfor dan Distrik Suporiori Selatan Kabupaten Supiori. 11-12 Agustus 2004, Biak Numfor. Spradley, J.P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 330 hlm. Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan terhadap UU RI No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan. UNESCO Office, Jakarta. 2009. Ekowisata: Panduan Dasar Pelaksanaan. Waluyo, Harry. 2007. Pengembangan Kepariwisataan Indonesia. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. WWF Indonesia & Unilever. 2005. Laut Sehat Seafood Sehat: Panduan Konsumen untuk Seafood Ramah Lingkungan. WWF Jakarta
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI
93 | P a g e
_tÅÑ|ÜtÇ
Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER - A1 (Khusus untuk responden Wisatawan Nusantara) KUESIONER UNTUK SURVEY KAJIAN EKOWISATA SEBAGAI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF DI KABUPATEN BINTAN Ruang Lingkup Kuisioner Meliputi : A. B. C. D.
Informasi Dasar Pekerjaan Status Kunjungan Inventarisasi dan Penilaian Ekowisata
Panduan bagi Enumerator (mohon dijelaskan sebelum memulai wawancara) : PPSPL-UMRAH (Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Universitas Raja Ali Haji) Tanjungpinang, bekerjasama dengan CRITC Coremap-LIPI, melakukan Survey untuk dapat menemukan obyek (eko)wisata serta memperkirakan nilai jasa (eko)wisata, yang diinginkan oleh pengunjung dan/ atau wisatawan. Survey ini akan memakan waktu tidak lebih dari 30 menit. Identitas anda sepenuhnya akan dilindungi. Kejujuran jawaban anda akan membantu kami dalam mengidentifikasi (eko)wisata sebagai mata pencaharian alternatif masyarakat yang ramah lingkungan di Kabupaten Bintan. Arahkan Kuesioner ini kepada kepala keluarga atau perwakilannya yang dapat membuat keputusan yang terkait dengan Liburan atau Kunjungan Untuk Enumerator Wawancara ke:______________ Tanggal:
/
/_2010
Nama enumerator:
_________________________________
Lokasi wawancara:
_________________________________ A. Informasi Dasar
A 1 Anda berasal dari mana?.................................................. A 2 Umur : A 3 Jenis kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
A 4 Status keluarga
1. Kepala keluarga 2. Istri 3. anak 4. Orang tua 5. Lainnya…………………………………………………
A 5 marital status
1. Belum Kawin 3. Janda/ Duda
2. Kawin 4.
1. Tak sekolah dan buta aksara 3. SD 1-6 5. SMA/K 10-12 7. Sarjana
2. Tak sekolah dan dapat baca4. SMP 7-9 6. Diploma 8. Pasca
Lainnya:__________________ A 6 Pendidikan tulis
Lamp I ‐2
B. Pekerjaan B 1 Jenis Pekerjaan
1. Wiraswasta 3. PNS 5. Petani 7. Pensiun 9. Lainnya
2. Swasta 4. Nelayan 6. Buruh 8. Tak bekerja
B 2 Berapa lama anda telah bekerja pada pekerjaan yang sekarang
__________________________tahun
B 3 Berapa pendapatan anda rata-rata sebulan?
(Bila dalam mata uang non Rupiah konversikan ke Rupiah) 1. < Rp. 1.000,000. 2. Rp. > 1.000.000. – 2.500.000. 3. Rp. > 2.500.000. – 5.000.000. 4. Rp. > 5.000.000. – 7.500.000. 5. Rp. > 7.500.000. – 10.000.000. 6. > Rp. 10.000.000.
C. Status Kunjungan C 1 Pernah ke sini sebelumya?
1. Ya
2. Tidak ( ke C 3)
C 2 Jika ya, ini kunjungan ke berapa?
Ke _______________
C 3 Anda menginap?
1. Ya
C 4 Jika ya, dimana?
1. Hotel 2. Rumah 3. Homestay/Pondokan 4 Berkemah 5. Lainnya:_____________________________
C 5 Berapa lama rencana tinggal?
____________________________hari
C 6 Bagaimana anda datang ke sini
1. Pergi sendiri 3. Bersama kawan 5. Sedang bekerja
2. Tidak ( ke C 6)
2. Dengan agen wisata 4. Dalam perjalanan bisnis 6.
Lainnya:___________________ C 7 Berapa anggaran yang anda 1. < Rp. 500,000. rencanakan untuk pengeluaran selama 2. Rp. 500.000. – 1.000.000. kunjungan/ liburan di sini? 3. Rp. >1.000.000. – 2.000.000. 4. Rp. > 2.000.000. – .5.000.000. 5. Rp. > 5.000.000.
Lamp I ‐3
D. Inventarisasi dan Penilaian Ekowisata Persiapkan foto-foto raga yang akan diperlukan Tahap Pembukaan D 1 Pernah berkunjung ke mana saja selama di Bintan ?
D 2 Anda menyukai dan tertarik jenis wisata bahari?
____________________________ ____________________________ ____________________________ ____________________________ ____________________________ 1. Ya
2. Tidak ( ke D 4)
Tahap Eksplorasi D 3 Jika Ya, mana diantara obyek/ kegiatan wisata ini anda tertarik? (Bila perlu tunjukkan daftar obyek wisata atau foto raga yang telah ada) 1. Jalan-jalan di pantai 2. Pergi ke suatu pulau 3. Berenang di pantai 4. Snorkeling 5. Menyelam Scuba 6. Memancing 7. Berperahu 8. Menyaksikan biota/ hewan laut 9. Berkemah di pantai/ pulau 10. Bermalam di rumah penduduk 11. Bermalam dikelong Kegiatan/ obyek lainnya: 12. 13. 14. 15. 16. D 4 Selain Wisata bahari, anda tertarik terhadap wisata apa? (tunjukkan 3 paling prioritas) 1. Wisata Alam (ke gunung, pertanian, dll) 2. Wisata Budaya 3. Wisata Sejarah 4. Wisata Kuliner 5. Wisata Religius Wisata Lainnya: 6. 7. 8. 9.
Lamp I ‐4
Menelaah Persepsi D 5 Pernah mendengar ekowisata? D 6 Menurut anda, apa itu ekowisata? (Jawaban dapat lebih dari satu)
1. Ya
2. Tidak (ke D 7)
1. Wisata alam 2. Wisata berkelanjutan 3. Wisata ramah lingkungan 4. Usaha wisata oleh masyarakat 5. Wisata petualangan 6. Wisata murah 7. Wisata berbasis masyarakat 9. Keterangan lain: _________________________________________________ _________________________________________________ _________________________________________________
Tahap Penegasan D 7 Menurut anda, jenis obyek/ kegiatan wisata mana yang paling anda inginkan? (Mininimal 3, no. 1 yang paling diinginkan, berdasarkan pada pertanyaan D 3 atau D 4) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. D 8 Bila masyarakat menawarkan jasa wisata tersebut kepada anda, bersediakah untuk membayar?
1. Ya
2. Tidak
Tahap Penjelasan D 9 Tolong jelaskan layanan seperti apa yang anda ingin Tahap Penawaran WTP D 10 Berapa anda bersedia membayar untuk kegiatan tersebut? Akhir Wawancara Bersediakah bila untuk diwawancarai lagi? (buat perjanjian tentang tempat dan waktunya)
1. Ya
2. Tidak
Terima kasih Data Responden Nama Respondent _________________________________________________________ Alamat
_________________________________________________________
Negara/Kota/
_________________________________________________________
Telephone/ HP
_________________________________________________________
Email
_________________________________________________________
TTD Responden
_________________________________________________________
Lamp I ‐5
Lampiran 2. LEMBAR KUESIONER - A2 (Khusus untuk responden Wisatawan Mancanegara) QUESTIONNAIRE FOR THE STUDY OF ECOTOURISM AS COMMUNITY ALTERNATIVE LIVELIHOOD OF BINTAN A. Basic Information B. Employment Status C. Ecotourism The University Research Institution of UMRAH working together with Local Government of The Regency of Bintan and Coremap-LIPI, are currently performing survey for ecotourism object and estimate its value which is interested by visitors/ tourists. This survey will take more less about 30 minutes. These questions are completely anonymous, so your individual identity will not be shared with others. Your honest answers will help us identify ecotourism as community alternative livelihoods in environmentally friendly in the Regency of Bintan. Administer the Questionnaire to the head of the representative Who can Make Decision Regarding Holiday or Visit For Enumerator Number of interview______________ Date of interview :
/
/_______
Name of interview :_______________ Interview location :
Name of Supervisor :_____________
________________________________
A. Basic Information A 1 From which country do you come from? A 2 Age : A 3 Gender
1. Male
2. Female
A 5 Marital status
1. Single 3. Divorced/Widowed
2. Married 4. Separated
A 6 Education
1. No formal scholling and illiterate
2. No formal scholling but Can read and write 4. Junior school 7-9 6. Diploma 8. Post graduate
3. Elementary 1-6 5. High School 10-12 7. Graduate
Lamp II ‐1
B. Employment Status B 1 Type of employment
1. Entreprenur
2. Specific skill entrepreneur ( farmer, fisherman, etc ) 4. Private employee 6. Housewife 8. Unemployed
3. Civil servant 5. Student 7. Retired
B 2 How much your average income (if accounted in non IDR please converse it to IDR/Rupiah) in a month? 1. < Rp. 1.000,000. 2. Rp. > 1.000.000. – 2.500.000. 3. Rp. > 2.500.000. – 5.000.000. 4. Rp. > 5.000.000. – 7.500.000. 5. Rp. > 7.500.000. – 10.000.000. 6. > Rp. 10.000.000. B 3 How much the expense budgets (if accounted in non IDR please converse it to IDR/Rupiah) during your travelling here? 1. < Rp. 500,000. 2. Rp. 500.000. – 1.000.000. 3. Rp. >1.000.000. – 2.000.000. 4. Rp. > 2.000.000. – .5.000.000. 5. Rp. > 5.000.000. C. Ecotourism C 1 Do you ever hear/know about ecotourism?
1. Yes
C 2 If yes, in your opinion Tourism what is the ecotourism?
1. Natural Tourism 2. Environmental Friendly 3. Sustainable Tourism 4.Tourism by Local Community 5. Alternative Tourism 6. Cultural Tourism 7. Adventurous Tourism 8. Community Based Tourism 9. Other Specify: ___________________________________________________ ___________________________________________________
C 3 What kind of Tourism Attraction Are you the most interested
1. Natural Tourism 2. Cultural Tourism 3. Game and Sport 4. Recreation and Relaxing 5. Alternative Tourism 6. Culinary Tourism 7. Adventurous Tourism 8. Community Based Tourism 9. Other Specify: ___________________________________________________ ___________________________________________________
C 4 If local people offer you a tourism object or a tourism service, Do you willing/ want to pay it?
2. No (Go to Section H)
1. Don’t want to pay at all 3. Relatively want to pay 5. Really want to pay
2. Do not want to pay 4. Want to pay
Lamp II ‐2
C 5 If you want or realy want to pay, how much do you willingness to pay for following tourism object or service and please describe the tourism attraction or service you want to: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nature attraction Adventure attraction Sport and game Cultural attraction Culinary attraction Rent to local service Other.Specify:
C 6 If you don’t want to pay, why?
1. Too distant from main 2. Poor tourism attraction Destination 3. Expensive hotel prices 4. Expensive meals prices 5. Expensive goods prices 6. Expensive transportation cost 7. Expensive tourism cost 8. Unsecure (entrance fee,cost for facility,etc) 9. Dirty and unclean 10. Unfriendly natives 11. Difficult transportation 12. Poor accommodation/hotel Access (room quality,services,facilities) 13. Poor shopping places 14. Poor culinary 15. Prefer to visit other destination 16. No friends/relatives 17. other.specify________________________________
End of Interview – Thank You Data Responden Respondent Name_________________________________________________________ Address
_________________________________________________________
City – Province
_________________________________________________________
Telephone
_________________________________________________________
Celluler number (Handphone Number)_________________________________________ Email
_________________________________________________________
TTD Responden _________________________________________________________
Lamp II ‐3
Lampiran 3. LEMBAR KUESIONER - B (Khusus untuk responden masyarakat) KUESIONER UNTUK SURVEY KAJIAN EKOWISATA SEBAGAI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF DI KABUPATEN BINTAN Panduan bagi Enumerator (mohon dijelaskan sebelum memulai wawancara) : PPSPL-UMRAH (Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Universitas Raja Ali Haji) Tanjungpinang, bekerjasama dengan CRITC Coremap-LIPI, melakukan Survey untuk dapat menemukan obyek (eko)wisata serta memperkirakan nilai jasa (eko)wisata, yang diinginkan oleh pengunjung dan/ atau wisatawan. Survey ini akan memakan waktu tidak lebih dari 30 menit. Identitas anda sepenuhnya akan dilindungi. Kejujuran jawaban anda akan membantu kami dalam mengidentifikasi (eko)wisata sebagai mata pencaharian alternatif masyarakat yang ramah lingkungan di Kabupaten Bintan. Arahkan Kuesioner ini kepada kepala keluarga atau perwakilannya yang dapat membuat keputusan yang terkait dengan jasa ekowisata ini Untuk Enumerator Wawancara ke:______________ Tanggal:
/
/_2010
Nama enumerator:
_________________________________
Lokasi wawancara:
_________________________________ A. Informasi Dasar
A 1 Anda berasal dari mana?.................................................. A 2 Umur : A 3 Jenis kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
A 4 Status keluarga
1. Kepala keluarga 2. Istri 3. anak 4. Orang tua 5. Lainnya…………………………………………………
A 5 marital status
1. Belum Kawin 3. Janda/ Duda
2. Kawin 4.
1. Tak sekolah dan buta aksara 3. SD 1-6 5. SMA/K 10-12 7. Sarjana
2. Tak sekolah dan dapat baca4. SMP 7-9 6. Diploma 8. Pasca
Lainnya:__________________ A 6 Pendidikan tulis
Lamp III ‐1
B. Pekerjaan B 1 Apakah bapak nelayan?
1. Ya
2. Tidak (ke B 3)
B 2 Jika ya, nelayan apa? 1. Memancing biasa 2. Kelong (Jawaban boleh lebih dari satu) 2. Bubu 3. Buruh (ikut kapal lain) 3. lainnya, sebutkan: ______________________________________________ ______________________________________________ ______________________________________________ B 3 Jika bukan, Jenis Pekerjaan
1. Swasta 3. PNS 5. Petani 7. Tak bekerja
B 4 Berapa lama anda telah bekerja pada pekerjaan yang sekarang
__________________________tahun
B 5 Berapa pendapatan anda rata-rata sebulan?
2. Buruh 4. Wiraswasta 6. Pensiun 8. Lainnya:__________
1. < Rp. 500,000. 2. Rp. > 500.000. – 1000.000. 3. Rp. > 1000.000. – 2.000.000. 4. Rp. > 2.000.000. – 3000.000. 5. Rp. > 3000.000. – 5.000.000. 6. > Rp. 5.000.000. C. Persepsi
C 1 Kegiatan pariwisata bermanfaat secara ekonomi bagi saudara?
1. Ya
2. Tidak
C 2 Sebutkan alasannya: ___________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________ C 3 Adakah program tentang kepariwisataan dari pemerintah?
1. Ya
2. Tidak (ke C 6)
C 4 Jika ya, seperti apa? ____________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________ C 5 Saudara terlibat dalam program tersebut?
1. Ya
2. Tidak
C 6 Adakah kerjasama atau pelibatan masyarakat dari pihak hotel/ pelaku usaha wisata?
1. Ya
2. Tidak (ke C 5)
C 7 Jika ya, seperti apa? ____________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________
Lamp III ‐2
D. Inventarisasi dan Penilaian Ekowisata Persiapkan foto-foto raga yang akan diperlukan Tahap Pembukaan H 1 Pernah melakukan jasa wisata?
1. Ya
2. Tidak (ke D 3)
H 2 Jika ya, seperti apa? ____________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________ H 3 Jika ada kesempatan dan ada imbal jasa, apakah bersedia memberi jasa pelayanan wisata kepada wisatawan?
1. Ya
2. Tidak ( ke D 4)
H 4 Jika tidak, sebutkan alasannya:____________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________ Tahap Eksplorasi H 5 Jika ya, jasa layan wisata seperti apa yang paling saudara inginkan? (Jika perlu beri beberapa contoh seperti dalam daftar) ____________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________ (Catat pada Lembar Data B) Tahap Penegasan H 6 Bila wisatawan meminta jasa wisata tersebut kepada anda, yang mana anda mampu mengusahakan?
1. Ya
2. Tidak
Tahap Penjelasan H 7 Tolong jelaskan layanan seperti apa yang akan anda usahakan (Catat dan tulis pada Lembar Data C) Tahap Penawaran WTP H 8 Berapa anda bersedia menerima imbalan untuk layan jasa wisata tersebut? (Catat dalam Lembar Data D) Akhir Wawancara Bersediakah bila untuk diwawancarai lagi? (buat perjanjian tentang tempat dan waktunya)
1. Ya
2. Tidak
Terima kasih
Lamp III ‐3
Data Responden Nama Respondent _________________________________________________________ Alamat
__________________________________________________________
Kota
__________________________________________________________
Telephone/ HP
__________________________________________________________
Email
__________________________________________________________
TTD Responden __________________________________________________________
Lamp III ‐4
Lampiran 4. Daftar Nama Baku Obyek Ekowisata Bahari Kode
Tema dan Nama Baku Obyek Ekowisata Bahari
Eko01.00 Eko01.1 Eko01.2 Eko01.3 Eko01.4 Eko01.5 Eko01.6 Eko02.00 Eko02.1 Eko02.2 Eko02.3 Eko02.4 Eko02.5 Eko02.6 Eko03.00 Eko03.1 Eko03.2 Eko03.2 Eko04.00 Eko04.1 Eko04.2 Eko04.3 Eko04.4 Eko04.5 Eko04.6 Eko04.7 Eko04.8 Eko04.9 Eko04.10 Eko04.11 Eko04.12 Eko04.13 Eko04.14 Eko04.15
1. Jasa dan sewa akomodasi Berkemah di pantai Menginap di bagan berumah (kelong) Menginap di rumah tinggal orang kampung Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau Sewa rumah pondok di pulau Sewa tenda 2. Budaya Berkunjung ke situs candi Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong Menyaksikan even religius Menyaksikan pertunjukan budaya Menyaksikan situs sejarah 3. Jasa kuliner Hidangan makanan laut Hidangan makanan lokal Menikmati kelapa muda 4. Obyek Alam Berkunjung ke danau Berkunjung ke pulau dengan pompong Melepas penyu Menyaksikan hutan bakau di pulau Menyaksikan kunang‐kunang di malam hari Menyaksikan pemandangan bawah laut Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau Menyelusuri goa Menyelusuri hutan Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai Menyelusuri sungai berhutan bakau Scuba diving di terumbu karang dengan pompong Scuba diving di terumbu karang dengan speedboat Snorkeling di terumbu karang dengan pompong Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat
Lanjutan ke halaman berikut..........
Lamp IV ‐1
Lanjutan Lampiran 4. Kode Eko05.00 Eko05.1 Eko06.00 Eko06.1 Eko06.2 Eko06.3 Eko06.4 Eko06.5 Eko06.7 Eko06.6 Eko06.8 Eko06.9 Eko06.10 Eko06.11 Eko06.12 Eko06.13 Eko06.14 Eko07.00 Eko07.1 Eko07.2 Eko07.3 Eko07.4 Eko07.5 Eko08.00 Eko08.1 Eko08.2 Eko08.3 Eko08.4 Eko09.00 Eko09.1 Eko09.2 Eko09.3 Eko09.4 Eko09.5 Eko09.6 Eko09.7 Eko10.00 Eko10.1 Eko10.2
Tema dan Nama Baku Obyek Ekowisata Bahari 5. Jasa dan sewa pemanduan Pemanduan keliling sekitar lokasi 6. Jasa dan sewa permainan Bermain Voli Melakukan permainan air Memancing di kelong Memancing di laut dengan pompong Memancing di laut dengan sampan Sewa 1 set scuba diving Sewa 1 set snorkeling Sewa banana boat Sewa jetsky Sewa kayak Sewa parasut tarik (layang‐layang) Sewa pelampung renang Sewa perlengkapan renang Sewa selancar angin 7. Petualangan Berkeliling dengan mobil Berkeliling dengan pompong Berkeliling dengan sampan Berkeliling dengan sepeda motor Berkeliling dengan speetboat 8. Rekreasi & Bersantai Berenang di pantai Berjalan‐jalan di pantai Berjemur di pantai Bersantai di pantai 9.Jasa dan sewa transportasi Sewa andong Sewa becak motor Sewa dan berkeliling dengan bus Sewa pompong Sewa sampan Sewa sepeda Sewa sepeda motor 10. Lain‐lain Cinderamata kerajinan tangan SPA & pijat
(Sumber: Diolah dari data hasil survei PPSPL UMRAH, 2010)
Lamp IV ‐2
Lampiran 5. Daftar Komponen Obyek dan Kegiatan Ekowisata Hasil Survei Daya tarik Alami 1 Biota pantai 2 Danau 3 Goa 4 Hewan liar 4.1 Penyu 5 Hutan 5.1 Hutan bakau 5.2 Hutan di pulau 6 Kunang‐kunang 7 Laut 8 Pantai 8.1 Pantai surut 8.2 Pantai berpasir putih 8.3 Pantai berhutan bakau 9 Pesisir 10 Pulau 10.1 Pulau Mapur 10.2 Pulau Sentut 10.3 Pulau Beralas Bakau 10.4 Pulau Beralas Pasir 10.5 Pulau terdekat 10.6 Pulau sekitar 11 Sungai 11.1 Sungai berhutan bakau 12 Terumbu karang
Permainan 1 Berenang 1.1 Berenang bebas 1.2 Berenang dengan pelampung 1.3 Perlengkapan berenang 2 Permainan air 2.1 Banana boat 2.2 Kayak 2.3 Jetsky 2.4 Parasut tarik (layang‐layang) 2.5 Selancar angin 3 Memancing 3.1 Memancing di kelong 3.2 Memancing di laut 4 Hiking 5 Scuba diving 6 Snorkeling 7 Bola voli
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kegiatan
Berenang Berjalan‐jalan Berjemur Berkarang Berkeliling Berkemah Berkunjung Bersampan Bersantai Duduk Jalan‐jalan Mandi Melepas Penyu Melihat‐lihat Memancing Mengantar Menginap Menyantap Menyelam Menyelusuri
Budaya 1 Even 2 Kampung 2.1 Kampung nelayan 2.2 Kampung pesisir 3 Kelong 4 Perkebunan 4.1 Kebun Sawit 4.2 Kebun Kelapa 5 Situs 5.1 Situs Bukit Kerang 5.2 Situs candi 5.3 Situs sejarah 6 Umum
Lamp V ‐ 1
Lanjutan Lampiran 5......... Jasa
Transportasi 1 Andong 2 Becak Motor 3 Bus 4 Mobil 5 Motor 6 Pompong 6.1 Pompong berjendela bawah 7 Sampan 8 Sepeda 9 Sepeda motor 10 Speedboat
Akomodasi 1 Bagan berumah (kelong) 2 Pondok 2.1 Pondok teduh 2.2 Pondok teduh Apung 3 Rumah 3.1 Rumah pondok (homestay) 3.2 Rumah tinggal orang kampung 4 Tenda
Kuliner 1 Barbeque 2 Makanan laut
Layanan
2.1 Kepiting besar 2.2 Kerang 3 Makanan lokal 3.1 Suami 3.2 Perangi 4 Minum 4.1 Kelapa muda 4.2 Teh obeng 5 Kudapan
1 2 3 4 5 6 7 8
Antar‐jemput Melayani Memandu Mengantar Melayani Menjual Menyewakan Menyediakan
(Sumber: Hasil olah data survei PPSPL UMRAH, 2010)
Lamp V ‐ 2
Lanjutan Lampiran 5....... Satuan Kuantitas
Waktu 1 ≤ 5 jam 2 ≤ 6 jam 3 0,5 jam 4 1 hari 5 1 hari 1 malam 6 1 jam 7 1,5 jam 8 1/2 hari 9 3 hari 10 3 hari 2 malam 11 3 jam 12 Malam 13 Pagi‐sore 14 Siang‐sore 15 Sore‐pagi 16 waktu makan
Lain‐lain
Jarak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
≤10 mil < 25 mil <10 mil > 25 mil Dekat Jauh Kawal‐pulau2 terdekat Kawal‐Trikora Kawal‐Trikora‐ Bukit Kerang Mapur‐Trikora Teluk Bakau‐Pulau Beralas Pasir Teluk Bakau‐pulau2 sekitarnya Teluk Bakau‐Trikora
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 orang 1 sepeda 1 sepeda motor 2 orang 5 orang 8 orang Kelompok 5 orang Maks 1 orang Maks 10 orang Maks 2 orang Maks 3 orang Maks 4 orang Maks 5 orang Maks 8 orang Min 10 orang Min 2 orang Min 8 orang 2x makan/hari
1 Cinderamata 2 SPA
Lamp V ‐ 3
Lampiran 6. Hasil Penilaian Tingkat Kelayakan Obyek Ekowisata Bahari yang Ramah Lingkungan Kriteria ramah lingkungan Kode Dampak lain Saran Kelayakan Ekologi Sosial Eko01.00 1. Jasa dan sewa akomodasi Eko01.01 √ √ * Pengaturan lokasi Layak Eko01.02 √ √ * ** Layak Eko01.03 √ √ * ** Layak Eko01.04 √ √ * ** Layak Eko01.05 √ √ Layak Eko01.06 √ √ Layak Eko02.00 2. Budaya Eko02.01 √ √ * Obyek mungkin tidak ada Tidak ada Eko02.02 √ √ * ** Layak Eko02.03 √ √ * ** Layak Eko02.04 √ √ * ** Layak Eko02.05 √ √ * ** Layak Eko02.06 √ √ * ** Layak Eko03.00 3. Jasa kuliner Eko03.01 √ Bahan dari biota yang Aturan khusus Layak bersyarat dilindungi Eko03.02 √ √ * ** Layak Eko03.03 √ √ * ** Layak Eko04.00 4. Obyek Alam Eko04.01 √ √ * Pengelolaan danau bekas Layak tambang Bauksit Eko04.02 √ √ * ** Layak Eko04.03 √ √ * ** Layak Eko04.04 √ √ * ** Layak Eko04.05 √ √ * ** Layak Eko04.06 √ √ * ** Layak Eko04.07 √ √ * ** Layak Eko04.08 √ √ * Obyek mungkin tidak ada Tidak ada Eko04.09 √ √ * ** Layak Eko04.10 √ √ * ** Layak Eko04.11 √ √ * ** Layak Eko04.12 √ Harga dan perawatan Usaha bersama Layak bersyarat mahal, mewah Eko04.13 √ Harga dan perawatan Usaha bersama Layak bersyarat mahal, mewah Eko04.14 √ √ * ** Layak Eko04.15 √ Harga dan perawatan Layak bersyarat mahal, mewah Keterangan: untuk keterangan lihat halaman terakhir lampiran ini Lanjut ke halaman berikut...........
Lamp VI ‐ 1
...Lanjutan tabel Lampiran 6. Kriteria ramah lingkungan Kode Dampak lain Saran Ekologi Sosial Eko05.00 5. Jasa dan sewa pemanduan Eko06.01 √ √ * ** Eko06.00 6. Jasa dan sewa permainan Eko06.01 √ √ * ** Eko06.02 √ √ Polusi suara, gangguan Aturan khusus dan tata perairan ruang Eko06.03 √ √ Tertangkapnya biota Aturan khusus dan tata yang dilindungi ruang Eko06.04 √ √ Tertangkapnya biota Aturan khusus dan tata yang dilindungi ruang Eko06.05 √ √ Tertangkapnya biota Aturan khusus dan tata yang dilindungi ruang Eko06.06 √ Mahal dan mewah Usaha bersama Eko06.07 √ √ Eko06.08 √ Mahal, polusi suara, Aturan khusus dan tata gangguan perairan ruang Eko06.09 √ Mahal, polusi suara, Aturan khusus dan tata gangguan perairan ruang Eko06.10 √ Mahal Eko06.11 √ Mahal, polusi suara, Aturan khusus dan tata gangguan perairan ruang Eko06.12 √ √ Eko06.13 √ √ Eko06.14 √ √ Mahal dan mewah Eko07.00 7. Petualangan Eko07.01 √ √ * ** Eko07.02 √ √ * ** Eko07.03 √ √ * ** Eko07.04 √ √ * ** Eko07.05 √ √ Harga dan perawatan Kecuali kapasitas kecil mahal, mewah dan murah Eko08.00 8. Rekreasi & Bersantai Eko08.01 √ Benturan norma Pengaturan lokasi setempat Eko08.02 √ √ * ** Eko08.03 √ Benturan norma Pengaturan lokasi setempat Eko08.04 √ √ * ** Keterangan: Untuk keterangan lihat halaman terakhir lampiran ini
Kelayakan
Layak Layak Layak bersyarat Layak bersyarat Layak bersyarat Layak bersyarat Layak bersyarat Layak Tidak layak Tidak layak Tidak layak Tidak layak Layak Layak Tidak layak Layak Layak Layak Layak Layak bersyarat Layak bersyarat Layak Layak bersyarat Layak
Lanjut ke halaman berikutnya......
Lamp VI ‐ 2
...Lanjutan tabel Lampiran 6. Kriteria ramah lingkungan Kode Dampak lain Ekologi Sosial Eko09.00 9. Jasa dan sewa transportasi Eko09.01 √ √ Eko09.02 √ √ Eko09.03 √ Mahal Eko09.04 √ √ Eko09.05 √ √ Eko09.06 √ √ Eko09.07 √ √ Eko10.00 10. Lain‐lain Eko10.01 √ Bahan dari biota yang dilindungi Eko10.02 √ √ *
Saran
Kelayakan
Aturan khusus
Layak Layak Tidak Layak Layak Layak Layak Layak Layak bersyarat
**
Layak bersyarat
Keterangan: 1. Penjelasan kode dapat dilihat pada Lampiran 4. 2. √ : Adanya tanda ini berarti bahwa obyek ekowisata adalah positif memenuhi memenuhi kriteria, sebaliknya berarti negatif 3. *) Dampak negatif dapat timbul bila melewati daya dukung ekologi, fisik, dan sosial Daya dukung dapat diartikan sebagai jumlah total, atau beberapa atau salah satu komponen satuan kuantitas obyek ekowisata tersebut telah mencapai angka tertentu sebelum menimbulkan hal-hal yang tidak dapat di toleransi. 4. **) Memerlukan aturan dan etika ekowisata yang jelas dan tegas 5. Layak: Obyek : obyek ekowisata memenuhi kriteria ramah lingkungan 6. Layak bersyarat : obyek ekowisata baru layak ramah lingkungan bila telah memenuhi persyaratan tertentu
Lamp VI ‐ 3
Lampiran 7. Hasil Survey Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan dan Mampu Diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Bintan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Objek dan Kegiatan Ekowisata yang di Tawarkan Masyarakat Berkeliling dengan mobil Berkeliling dengan pompong Berkeliling dengan sampan Berkeliling dengan sepeda motor Berkeliling dengan speetboat Berkunjung ke pulau dengan pompong Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong Cinderamata kerajinan tangan Hidangan makanan laut Memancing di bagan berumah (kelong) Memancing di laut dengan pompong Memancing di laut dengan sampan Menginap di rumah tinggal orang kampung Menikmati kelapa muda Menyaksikan hutan bakau di pulau Menyaksikan kunang-kunang di malam hari Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau Menyelusuri hutan Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai Menyelusuri sungai berhutan bakau Pemanduan keliling sekitar lokasi Sewa 1 set scuba diving Sewa 1 set snorkeling Sewa kayak Sewa parasut tarik (layang-layang) Sewa pompong Sewa rumah pondok di pulau Sewa sampan Sewa selancar angin Sewa sepeda Sewa sepeda motor Snorkeling di terumbu karang dengan pompong Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat
Lamp VII ‐ 1
Lampiran 8. Hasil Survey Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan Wisatawan No Objek dan Kegiatan Ekowisata yang diminati Wisatawan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Berenang di pantai Berjalan-jalan di pantai Berjemur di pantai Berkeliling dengan pompong Berkeliling dengan sampan Berkeliling dengan sepeda motor Berkemah di pantai Berkunjung ke danau Berkunjung ke pulau dengan pompong Berkunjung ke situs candi Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong Bermain bola voli Bersantai di pantai Hidangan makanan laut Hidangan makanan lokal Melakukan permainan air Melepas penyu Memancing di laut dengan pompong Memancing di laut dengan sampan Menginap di bagan berumah (kelong) Menginap di rumah tinggal orang kampung Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau Menikmati kelapa muda Menyaksikan even religius Menyaksikan hutan bakau di pulau Menyaksikan pemandangan bawah laut Menyaksikan pertunjukan budaya Menyaksikan situs sejarah Menyelusuri goa Menyelusuri hutan Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai Menyelusuri sungai berhutan bakau
Dilanjutkan ke halaman berikut….
Lamp VIII ‐ 1
Lanjutan Lampiran 8....... 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Pemanduan keliling sekitar lokasi Scuba diving di terumbu karang dengan pompong Scuba diving di terumbu karang dengan speedboat Sewa 1 set scuba diving Sewa 1 set snorkeling Sewa andong Sewa banana boat Sewa becak motor Sewa dan berkeliling dengan bus Sewa jetsky Sewa pelampung renang Sewa perlengkapan renang Sewa pompong Sewa sampan Sewa selancar angin Sewa sepeda Sewa sepeda motor Sewa tenda Snorkeling di terumbu karang dengan pompong SPA & Pijat
Lamp VIII ‐ 2
TEAM WOR RK PPS SPL UM MRAH
Name N Work W Address A Job J on the team m e-mail e
Name N Work W Address A Job J on the team m e-mail e
Name N Work W Address A Job J on the team m e-mail e
: : : : :
: : : : :
: : : : :
Fa almy Yandri, S.Pi, S M.Si Do osen FIKP UM MRAH Ka ampus FIKP U UMRAH Tanju ungpinang Ma arine Ecotourrism Specialistt pp
[email protected]
: : : :
Meeta Yuliana Ma ahasiswi Prod di MSP - FIKP P UMRAH Tambelan – Ka abupaten Bin ntan Ad dministrasi & Field Assistan nt
: : : :
Ro osnah Ma ahasiswi Prod di MSP - FIKP P UMRAH Tanjungpinang g Fieeld Assistant & Data Entryy
Name N Work W Address A Job J on the team m
Name N Work W Address A Job J on the team m
Ariief Pratomo, S.T, M.Si Do osen FIKP UM MRAH Ka ampus FIKP U UMRAH Tanju ungpinang Ma arine Conservvasi Specialistt
[email protected] Do ony Apdillah, S.Pi, M.Si Do osen FIKP UM MRAH Ka ampus FIKP U UMRAH Tanju ungpinang Ma arine Policy Specialist S
[email protected]
Name N Work W Address A Job J on the team m
Name N Work W Address A Job J on the team m
Name N Work W Address A Job J on the team m
: : : :
: : : :
: : : :
R. Vendi V Wicakssono Ma ahasiswa Prod di IKL- FIKP UMRAH U Tan njungpinang Fieeld Assistant & Data Entry M. Ali Imron Ma ahasiswa Prod di IKL - FIKP UMRAH Tan njungpinang Fieeld Assistant & Data Entry Zallman Tusiro Ma ahasiswa Prod di IKL- FIKP UMRAH U Tan njungpinang Fieeld Assistant & Data Entry