~~~ ~~ ~@J~D
Disusun Oleh : PARTOGIH.PANGGABEAN ZUFRI WANDI SIREGAR PRIMA AGUSTYAWATI PARLINDUNGAN MANIK
MARKUS SEMBIRING
Coral Reef Rehabilitation and Management Program Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara Medan 20()9
Llpotan Reef Health Kab. Nias Vtara/CRITC RCV Sumatera Vtara/2009
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BEIAKANG
Indonesia merupakan negara kava dengan berlimpah potensi sumberdaya yang teramat bernilai. Hampir 75 % dari seluruh wilayah Indonesia merupakan perairan pesisir dan lautan. Indonesia adaiah negeri kepulauan. negeri bahari dengan 3.1 kilometer persegi lautan territorial dan archipelago. serta 2.7 juta kilometer persegi zona ekonomi eksklusif (ZEE).
Perairan
laut
Indonesia
teramat
kava
dan
beragam
biota
mengerumuni. Luasan terumbu karang Indonesia saat ini adalah 85.707 km 2 atau 18.0 persen dari luasan terumbu karang didunia. Kondisi ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke -2 yang memiliki terumbu karang terluas di dunia setelah Australia. Indonesia juga merupakan pusat segitiga terumbu karang dunia yang dikenal dengan istilah "The Coral Triangle" yang. merupakan kawasan
dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi
dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dengan lebih dari 70 genera dan 450 spesies. The Coral Triangel tersebut meliputi enam negara yaitu Malaysia. Philipina. Timor
Leste. Papua. Indonesia dan
Solomoan Islands. Posisi ini tentunya membuat terumbu karang Indonesia menjadi jauh lebih penting lagi. karena disamping menjadi sumber penghidupan masyarakat Indonesia juga bagi dunia. Sebaran terumbu karang, disamping dapat dinikmati keindahannya. juga sebagai sumber biofarmasi. Namun demikian, tekanan terhadapnya juga semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sebagian mungkin karena ketidaktahuan masyarakat akan manfaat terumbu karang. sebagian lagi mungkin juga karena keserakahan menerapkan
sebagian
terbesar
prinsip-prinsip
karena
pengelolaan
pengelolaan
yang
berkelanjutan.
belum
Kerusakan
Llpor'lO ReefHeillth K4b. NI'l5 vt'lt'l/CRITC RCV Sum'ltet'l Vt4t'l12009
terumbu karang disamping dapat disebabkan oleh faktor alam. faktor terbesar justru datang dari manusia. Dapat dikatakan bahwa kerusakannya terkadang
erat
kaitannya
dengan
kelimpahan
sumberdaya
ikan
disekitarnya. Karena ingin mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak dan lebih cepat. maka penggunaan bahan peledak dan bahan beracun
menjadi
lazim.
Lebih
menyedihkan
lagi.
ada
yang
menggunakannya untuk bahan bangunan atau langsung diperjual belikan untuk hiasan. Alasan klasik yang sering disampaikan adalah bahan ini adalah kebutuhan untuk memenuhi teriakan perut. Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan Selat Malaka dan Samudera Hindia dengan panjang garis pantai sekitar 1.300 km. memiliki potensi terumbu karang dan perikanan yang cukup besar. tetapi sangat disayangkan bahwa sebagian dari potensi tersebut telah mengalami kerusakan.
Potensi terumbu karang di Sumatera Utara terdapat di
Kabupaten Nias. Nias Selatan. Tapanuli Tengah. Mandailing Natal. Tapanuli Selatan dan Asahan.
Kerusakan terumbu karang tersebut
diakibatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dalam melakukan penangkapan ikan di lokasi sekitar terumbu karang seperti melakukan pengeboman menggunakan bahan
peledak yang dapat
menghancurkan terumbu karang serta memakai racun ikan yang sangat membahayakan bagi kelestarian terumbu karang tersebut.
Pengawasan
terhadap oknum-oknum yang melakukan aktifitas seperti ini harus segera dilakukan sehingga dapat mengurangi kerusakan terumbu karang yang ditimbulkan serta dapat memberi tindakan sesuai dengan hukum yang berlaku. Program COREMAP merupakan program pemerintah Indonesia yang berlangsung selama 15 tahun. dengan tujuan utamanya adalah merehabilitasi
dan
mengelola
ekosistem
terumbu
karang
dan
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat pesisir dalam konteks
pembangunan
yang
berkelanjutan.
2
Program
ini
berusaha
Lqpot~t1 ReefHe~lth Kab. Ni~5 vt~~/CRITC RCV Sum~tet~ V~t~/2009
mengintegrasikan kepentingan ekologis wilayah pesisir dan laut dengan melibatkan
partisipasi
masyarakat sebagai
pengelola dalam
rangka
menemukan peluang yang lebih efektif untuk meningkatkan kesejahteraan
(income generatinffJ
masyarakat
pesisir
dengan
mensinergikannya
terhadap aspek-aspek perlindungan dan konservasi yang selama ini telah mengancam ekosistem pesisir dan laut. COREMAP kini telah memasuki Fase II. Di Kabupaten Nias Lokasi COREMAP Fase 2 ini menjadi dua. yaitu di pantai utara dan di Pantai barat Pulau Nias. Kedua lokasi ini masing-masing termasuk ke wilayah Kecamatan Lahewa dan Sirombu. Secara umum iklim di P. Nias adalah iklim hujan trapis dengan curah hujan lebih dari 3000 mm pertahun. Kisaran suhu udara adalah sekitar 20 -
32°C dengan kelembaban
umumnya di atas 80%. Kondisi ini menyebabkan tingkat pelapukan relatif tinggi sehingga perkembangan tanah di P. Nias cukup baik. Solum tanah umumnya tebal (tanah-tanah atosel maupun podsolik). Karena ketebalan solum tanah yang ada maka sangat sulit di P. Nias untuk mendapatkan ataupun menemukan adanya singkapan batu. Air tanah di P. Nias umumnya baik karena Iitologinya terutama berupa batu vulkanik. Kabupaten Nias secara geografis berada di Samudera Hindia sehingga
perairan
di
kepulauan
ini
mempunyai
sistem
arus
dan
karakteristik massa air yang sangat dipengaruhi oleh sistem yang berkembang di Samudera Hindia. Topografi perairannya agak landai hingga sekitar 25-50 m dari pantai. lalu langsung curam baik di sisi Samudera Hindia maupun pada sisi yang menghadap daratan Sumatera. Mata pencaharian masyarakat P. Nias umumnya sebagai petani dan nelayan. Namun pekerjaan sebagai petani (terutama cengkeh dan kelapa) terlihat
lebih dominan.
Kegiatan
memelihara
binatang
peliharaan.
terutama babi juga banyak dijumpai di Nias. Dilihat dari sumberdaya perairannya. Kabupaten Nias memiliki potensi sumberdaya yang cukup andal bila dikelola dengan baik. Seiring dengan berjalannya waktu dan
3
l.qpOl'an Reef Health Kab, Nias Vtara/CRITC RCV Sumatera Vtara/2009
pesatnya pembangunan di segala bidang serta krisis ekonomi yang berkelanjutan telah memberikan tekanan yang lebih besar terhadap lin gkungan sekitarnya, khususnya Iingkungan perairannya, Perubahan kondisi perairan yang diakibatkan oleh perubahan fungsi hutan untuk peruntukan lahan di daratan P. Nias. terutama pada penebangan hutan yang intensif akan mengubah kondisi lingkungan. Perubahan sekecil apapun yang terjadi di daratan akan membawa pengaruh yang signifikan pada kualitas perairannya. Pengaruhnya disamping terjadi di daerah tersebut juga akan terdistribusi ke daerah lain yang terbawa oleh gerakan massa air melalui sistem arus yang berkembang di daerah ini. Peristiwa gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada tahun 2004 dan gempa bumi tanpa tsunami tahun 2005 telah berdampak buruk bagi daratan dan daerah pesisir. Terumbu karang juga menunjukkan kerusakan yang cukup parah dengan adanya pengangkatansetinggi 1 -
2 m.
Diharapkan data tentang terumbu karang dapat memberikan informasi untuk kepentingan pengelolaan di masa yang akan datang. Pengambailan data unutk baseline yang dilakukan oleh CRITC Daerah Kab. Nias paada tahun sebelumnya tidak dilakukan dan Sebagai lokasi baru COREMAP, studi baseline ekologi (ecological baseline study) sangatlah diperlukan untuk mendapatkan data dasar ekologi di lokasi tersebut, termasuk kondisi ekosistem terumbu karang. dan juga kondisi Iingkungannya. Data-data yang diperoleh diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi para "stakeholder" dalam mengelola ekosistem terumbu karang secara lestari. Selain itu, dalam kegiatan Reef health Monitoring ini juga dibuat beberapa transek permanen di masingmasing lokasi yaitu di Kec. Lahewa dilakukan 4 transek permanen adalah desa Balefadorotuho, Desa pasar Lahewa, desa Mo'awo dan Desa Siheniase dan di Kec. Sawo adalah Desa Sawo, Desa Lasara Sawo dan Desa Sisarahili teluk siabang, sedangkan untuk di desa sifahandro dan Kab. Nias barat tidak dilakukan transek permanen disebabkan kondisi cuaca. Adanya
4
transek permanen ini sebagai data awal untuk dapat mengambil data pada masa mendatang sebagai data pembanding. dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi keberhasilan COREMAP.
1.2.
TUJUAN REEF HEALTH MONITORING
Tujuan dari Reef Health Monitoring ini adalah sebagai berikut : 1.
Mendapatkan data dasar (to) kondisi terumbu karang di Kabupaten Nias Utara. termasuk kondisi ekosistem terumbu karang. dan juga kondisi Iingkungannya.
2.
Membuat transek permanen di beberapa tempat di Kabupaten Nias Utara agar dapat dipantau di masa mendatang.
1.3.
RUANG L1NGKUP KEGIATAN
Ruang Iingkup Reef Health Monitoring ini meliputi empat tahapan yaitu : 1.
Tahap persiapan. meliputi kegiatan administrasi. koordinasi dengan tim peneliti. pengadaan dan mobilitas peralatan penelitian serta perancangan penelitian untuk memperlancar pelaksanaan survey di lapangan. 5elain itu. dalam tahapan ini juga dilakukan persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penelitian yang akan dilakukan.
2.
Tahap pengumpulan data. yang dilakukan langsung di lapangan yang meliputi data tentang terumbu karang. bentos dan ikan karang.
. 3.
Tahap analisa data. yang meliputi verifikasi data lapangan dan pengolahan data sehingga data lapangan bisa disajikan dengan lebih informatif.
4.
Tahap pelaporan
5
I..
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut : Pengamatan terumbu karang dengan metode LIT yang dilakukan di 7 stasiun dijumpai persentase tutupan karang hidup antara 18.00% - 34.70% dengan rerata persentase tutupan karang hidup 24.48%. Pertumbuhan karang (rekruitmen) didominasi oleh jenis Acropora sp. Non Acropora dengan diameter < 20 em. Kelimpahan Aeanthaster planci sebesar 989 individu/ha. Diadema setosum sebesar 1826 individu/ha. drupella 153 individu/ha. karang jamur (CMR) sebesar 897 individu/ha. kima (Giant clam) yang berukuran besar (panjang >20 em) sebesar 571 individu/ha. kima yang berukuran kecil (panjang < 20 em) sebesar 275 individu/ha. serta tripang (holothurian) yang berukuran besar (diameter> 20) sebesar 816 individu/ha dan yang berukuran kecil sebesar 397 individu/ha dan Lobster sebesar 81 individu/ha sedangkan Peencil sea urchin dan troehus niloticus tidak dijumpai. "Underwater Fish Visual Census" (UVC) yang dilakukan di 7 Stasiun transek permanen menjumpai sebanyak 150 jenis ikan karang yang termasuk dalam 28 suku. dengan kelimpahan ikan karang sebesar 5622 individu per hektarnya. Jenis Caefio cuning merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi yaitu sebesar 407 individu. Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen seperti Caesio cuning (termasuk kedalam suku Caesionidae) yaitu 407 individu. ikan Caefio teref (termasuk dalam suku Caesionidae) yaitu 249 individu. Selama penelitian berlangsung di stasiun lransek permanen. ikan Napoleon (Cheilinuf undulatuf) ditemukan. Faktor fisik tampaknya mengontrol komunitas karang di daerah ini. Selain posisinya yang berada di lautan terbuka Samudera Hindia. aktivitas manusia
50
l.qpo~.n
ReefHe.lth K4b, Ni.s Vta~/CRITC RCV Sum.te~. Vt.~./2009
yang menggunakan bahan peledak dan bahan kimia beracun untuk menangkap ikan tampaknya turut berperan dalam mengontrol komunitas karang batu di daerah lni. Selama pengamatan di lapangan. banyak terlihat karang yang mati akibat pengeboman dan sianida.
4.2.
SARAN Dari
pengalaman dan
hasil
yang diperoleh
selama melakukan
penelitian di lapangan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut : Kesimpulan
yang
diambil
mungkin
tidak
seluruhnya
benar
untuk
menggambarkan kondisi peariran Kab. Nias Utara (Kec. Lahewa dan Kec. Sawo) secara keseluruhan mengingat penelitian kali ini difokuskan hanya pada daerah perairan Kab. Nias Utara tepatnya di Kec. Lahewa dan Kec. Sawo. Selain itu. jumlah stasiun yang diambil untuk transek permanen (untuk penelitian karang. megabentos dan ikan karang) yang jumlahnya 7 stasiun juga masih sangatlah terbatas di lokasi DPL Coremap II Kab. Nias Utara. Hal ini dikarenakan waktu penelitian yang sangat terbatas. Untuk itu sebaiknya jumlah stasiun transek permanen bisa ditambahkan
pada
penelitian selanjutnya. Secara umum. kualitas perairan di Kab. Nias Utara yang menjadi lokasi COREMAP Fase 2 ini yaitu Kec. Lahewa (DPL Desa Balefadorotuho. DPL desa Pasar Lahewa. DPL Desa Moawo dan DPL Desa Siheniase) dan Kec. Sawo (DPL Desa Sawo. DPL Desa Lasara Sawo dan DPL Desa Sisarahili Teluk Siabang) dapat dikatakan relatif masih baik untuk kehidupan karang serta biota laut lainnya. Keadaan seperti ini perlu dipertahankan bahkan jika mungkin. lebih ditingkatkan lagi daya dukungnya. untuk kehidupan terumbu karang dan biota lainnya. Pencemaran Iingkungan dan kerusakan Iingkungan harus dicegah sedini mungkin.
51