Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
MENANGANI / COPING STRESS PADA PENDIDIK PAUD SAAT AKREDITASI 1)
2)
3)
Dyah Kusbiantari , Marini , Cucu Sopiah Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email :
[email protected] Abstrak Upaya untuk mengenali dan mendeteksi serta mengevaluasi kelayakan diri dari suatu lembaga PAUD, maka dilakukan diakreditasi. Dalam pelaksanaan akreditasi terlihat tanda-tanda stress yang dialami para pendidik maupun pengelola lembaga PAUDcara untuk mengurangi dan menghilangkan stresnya atau biasa disebut dengan coping stress. Copingyang digunakan yaitu emotion-focused coping dan problem-focused coping. Emotion-focused coping digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres yang dilakukan melalui dua pendekatan yaitu perilaku dan kognitif. Kata Kunci : Penanganan Stress, Akreditasi.
I. Pendahuluan Upaya untuk mengenali dan mendeteksi serta mengevaluasi kelayakan diri dari suatu lembaga PAUD, maka lembaga PAUD perlu diakreditasi. Upaya evaluasi diri melalui akreditasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukung serta sarana prasarana juga hal lainnya yang merupakan batas minimal layanan dalam pendidikan anak usia dini. Dalam pelaksanaan akreditasi terlihat tanda-tanda stress yang dialami para pendidik maupun pengelola lembaga PAUD. Pada saat mengalami stres, orang akan mencari dan menggunakan berbagai cara untuk mengurangi dan menghilangkan stresnya atau biasa disebut dengan coping stress. Lazarus, dkk (1994) menyatakan Coping mempunyai dua macam fungsi yaitu emotion-focused coping dan problemfocused coping. Emotion-focused coping digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan respon emosi menggunakan dua pendekatan yaitu perilaku dan kognitif. Birren dan Schaie (1990) mengatakan bahwa Pendekatan perilaku termasuk dengan menggunakan alkohol, mencari social support dari teman atau keluarga, dan melakukan aktivitas lain. Sedangkan pendekatan kognitif adalah bagaimana orang berpikir mengenai situasi stressful (Sarafino, 2006). Social support merupakan perantara bagi Pendidik PAUDuntuk mengurangi stres. Penerimaan social support yang baik akan meningkatkan semangat dan mengurangi beban pada Pendidik PAUD. Di sebuah lembaga bisa terlihat munculnya tanda-tanda lain dari stress pada para pendidiknya yang terlibat dalam proses akreditasi ini dari gejala fisik seperti misalnya pusing-pusing, atau bahkan kehilangan pendidik yang berkualitas karena mengundurkan diri setelah usai visitasi. Turn over yang tinggi bisa disebabkan karena adanya stress yang dirasakan oleh anggota dari lembaga tersebut. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
49
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
Para pendidik PAUD yang merasakan adanya perubahan dalam dirinya saat menghadapi proses akreditasi dapat dijelaskan melalui reaksi mereka sebagaimana dinyatakan oleh Cannon (dalam Sarafino, 1994, h.79) bahwa reaksi fisiologis terhadap stress disebut dengan the fight or flight response yang mempersiapkan organisme untuk menyerang ancaman, atau menghindarkan diri dari ancaman tersebut. Selanjutnya Selye (dalam Sarafino, 1994, 79-80) berusaha untuk mengembangkan model reaksi fisiologis yang disebut general adaptation syndrome (GAS). Model ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu reaksi alarm, tahap pertahanan, dan tahap kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana menanggani stress pada pendidik PAUD saat proses akreditasi, mengapa stress muncul dan apa penyebabnya dan pada proses akreditasi mana stress terlihat paling sering terjadi. II. Beberapa Pandangan Tentang Penanganan Stress Sarafino (1994, h.139) mendefinisikan strategi penanggulangan merupakan suatu proses dimana individu berusaha mengelola ketidaksesuaian yang dirasakan antara tuntutan-tuntutan dan sumber-sumber dalam dirinya dan dinilai sebagai suatu situasi penuh stress, melalui transaksi kognitif dan behavioral dengan lingkungan. Menurut Lazarus (dalam Smet, 1994, h.144), faktor yang berpengaruh terhadap respon ada dua, yaitu: a. Sumber-sumber eksternal, diantaranya: 1. Sumber-sumber nyata seperti uang dan waktu. 2. Dukungan sosial. 3. Stressor kehidupan lain seperti peristiwa besar dalam kehidupan dan peristiwa kehiduan sehari-hari. b. Sumber-sumber internal, diantaranya: 1. Gaya coping yang biasa digunakan. 2. Faktor kepribadian lain. Smet (1994, h. 130) menyebutkan variabel yang berpengaruh pada stress, yaitu: a. Variabel dalam kondisi individu, terdiri dari umur, tahap kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor-faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi, kondisi fisik. b. Karakteristik kepribadian, yang terdiri dari
introvert – ekstrovert, stabilitas emosi
secara umum, tipe A, kepribadian yang tabah (hardiness), locus of control, ketahanan. c. Variabel sosial-kognitif, antara lain dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, kontrol pribadi yang dirasakan. d. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima, integrasi dalam jaringan sosial. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
50
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
e. Strategi penanggulangan (coping). Lazarus dan rekan-rekannya (dalam Sarafino, 1994, h.140-141) membagi strategi penanggulangan ke dalam dua fungsi utama, yaitu: a. Strategi penanggulangan yang berfokus pada masalah, yaitu mengurangi tuntutantuntutan akibat situasi penuh stress, atau mengembangkan sumber-sumber dalam individu untuk mengatasi situasi tersebut. b. Strategi penanggulangan yang berfokus pada emosi, yaitu mengontrol respon emosional terhadap situasi penuh stress, baik melalui pendekatan behavioral maupun kognitif. Jensen dan Bobak (1985, h.92-93) juga berpendapat bahwa mekanisme penanggulangan dapat bersifat konstruktif atau destruktif. Mekanisme penanggulangan yang konstruktif akan membantu penyelesaian masalah, sedangkan mekanisme penanggulangan yang destruktif dapat mengganggu realitas, mengganggu hubungan interpersonal, dan membatasi kemampuan dalam bekerja. Mekanisme ini bervariasi sesuai dengan tingkat kecemasan yang di alami. Atkinson (2000, h.487 dan 508) menyatakan bahwa reaksi terhadap stress dikatakan adaptif jika reaksi tersebut dapat membebaskan individu dari situasi penuh stress, dan maladaptif apabila stressor bersifat kronis (menahun) atau tidak dapat dikendalikan. Ketika menghadapi situasi penuh stress, sebagian besar orang menggunakan dua macam strategi penanggulangan yang berfokus pada masalah dan berfokus pada emosi. Strategi penanggulangan menurut Atkinson (2000, h.508-515) dibagi menjadi dua: a. Strategi penanggulangan yang berpusat pada masalah, yaitu strategi pemecahan masalah, diantaranya: menetapkan masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, mempertimbangkan alternatif berdasarkan keuntungan dan kerugian, memilih alternatif solusi dan melaksanakan alternatif yang sudah dipilih. Individu dapat mengubah sesuatu tentang dirinya di samping mengubah lingkungannya, seperti mengubah tingkat aspirasi, menemukan sumber-sumber kesenangan lain, dan mempelajari keterampilan baru. b. Strategi penanggulangan yang berpusat pada emosi. Beberapa peneliti telah membagi pendekatan ini menjadi dua: 1. Behavioral strategies, seperti olahraga, minum-minuman keras/menggunakan obatobatan, melepaskan kemarahan, mencari dukungan emosional dari teman. 2. Cognitive strategies seringkali melibatkan penilaian kembali terhadap situasi yaitu dengan mengesampingkan masalah sementara atau mengurangi ancaman dengan mengubah makna situasi penuh stress. Sejumlah orang menggunakan cara maladaptif dalam menghadapi emosi negatif: MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
51
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
1. Repressive coping, yaitu menyangkal adanya emosi negatif dan mengeluarkannya dari kesadaran. 2. Ruminative coping, yaitu membiarkan diri untuk memikirkan betapa berat apa yang dirasakan, mencemaskan konsekuensi situasi penuh stress atau keadaan emosional yang dirasakan, secara berulang membicarakan seberapa buruk hal yang dialami tanpa mengambil tindakan apapun untuk mengubahnya. Selain itu strategi penanggulangan yang berpusat pada emosi dapat dilakukan dengan menggunakan defense mechanisms, yaitu strategi yang digunakan untuk mengatasi kecemasan secara tidak sadar, diantaranya melalui: represi, rasionalisasi, reaksi formasi, proyeksi, intelektualisasi, penyangkalan, dan pemindahan. III. Proses Akreditasi Berdasarkan UU RI N0. 20/2003 Pasal 60 ayat (1) dan (3), akreditasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka. Kriteria tersebut dapat berbentuk standar seperti dalam Pasal 35. ayat (1) yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas: standar isi, stándar proses, stándar kompetensi lulusan, stándar tenaga kependidikan, stándar sarana dan prasarana, stándar pengelolaan, stándar pembiayaan, dan stándar penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Akreditasi Pendidikan Non Formal adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan suatu satuan dan program pendidikan non formal berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan. Akreditasi berujuan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Fungsi akreditasi pada dasarnya adalah melakukan penilaian terhadap program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan dengan melakukan asesmen program dan satuan pendidikan apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (confirmity). Hasilnya sebagai rekomendasi penjaminan mutu pendidikan kepada program dan/atau satuan pendidikan yang diakreditasi, dan kepada Pemerintah.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
52
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
IV. Kerangka Teori :Penanggulangan stress pada Pendidik PAUD saat proses Akreditasi Para pendidik PAUD yang merasakan adanya perubahan dalam dirinya saat menghadapi proses Akreditasi dapat dijelaskan melalui reaksi mereka sebagaimana dinyatakan oleh Cannon (dalam Sarafino, 1994, h.79) bahwa reaksi fisiologis terhadap stress disebut dengan the fight or flight response yang mempersiapkan organisme untuk menyerang ancaman, atau menghindarkan diri dari ancaman tersebut. Selanjutnya Selye (dalam Sarafino, 1994, 79-80) berusaha untuk mengembangkan model reaksi fisiologis yang disebut general adaptation syndrome (GAS). Model ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu reaksi alarm, tahap pertahanan, dan tahap kelelahan. Selain reaksi fisik, apa yang dirasakan oleh pendidik PAUD adalah reaksi psikologis terhadap stress sebagaimana dikatakan oleh oleh Lazarus dan rekan-rekannya (dalam Sarafino, 1994, h.75-77) bahwa reaksi psikologis dimulai dengan adanya penilaian kognitif, yaitu suatu proses mental yang melibatkan penilaian individu terhadap dua faktor, yaitu proses penilaian yang pertama kali coba dilakukan untuk menilai makna situasi. Namun selain reaksi di atas ada beberapa variabel lain yang ikut berperan menimbulkan stress, Smet (1994, h. 130) menyebutkan sejumlah variabel yang diidentifikasi berpengaruh pada stress, yaitu: a. Variabel dalam kondisi individu, mencakup umur, tahap kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor-faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi, kondisi fisik. b. Karakteristik kepribadian, mencakup introvert – ekstrovert, stabilitas emosi secara umum, tipe A, kepribadian ‘ketabahan’ (hardiness), locus of control, kekebalan, ketahanan. c. Variabel sosial-kognitif, mencakup dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, kontrol pribadi yang dirasakan. d. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima, integrasi dalam jaringan sosial. e. Strategi penanggulangan (coping). Upaya menanggulangi stress yang dirasakan oleh pendidik PAUD terdapat beberapa strategi, sebagaimana dinyatakan oleh Lazarus dan Folkman (dalam Smet, 1994, h.143) yang menggambarkan strategi penanggulangan sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi penuh stress. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
53
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
Jensen dan Bobak (1985, h.92-93) berpendapat bahwa penanggulangan yang dilakukan oleh seseorang bisa berupa mekanisme penanggulangan yang bersifat konstruktif atau destruktif. Mekanisme penanggulangan yang konstruktif akan membantu penyelesaian masalah, sedangkan mekanisme penanggulangan yang destruktif dapat mengganggu realitas, mengganggu hubungan interpersonal, dan membatasi kemampuan dalam bekerja. Mekanisme ini bervariasi sesuai dengan tingkat kecemasan yang dialami. Gambaran Dinamika : Penanggulangan Stress Para Pendidik PAUD Tugas Perkembangan
Usia Dewasa
FaktorIndividu (internal)
1. Respon terhadap banyaknya tugas persiapan akreditasi 2. Kenyataan persiapan material tidak sesuai dengan harapan 3. Keadaan sosial ekonomi 4. Dukungan sosial kurang
Stress Akreditasi
+
Penilaian kognitif
DIATHESIS
Penanggulangan Stress
Biologis : 1. Perubahan hormonal 2. Kelelahan fisik 3. Kesehatan fisik Psikologis : 1. Kepribadian 2. Karakteristik lain individu
Faktor Situasi
Adaptif
Masalah Selesai
Maladatif 1. Terganggu realitas 2. Terganggu hubungan interpersonal 3. Terbatas kemampuan bekerja
V. Metode Penelitian Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda kualitatif. Mulyana (2001, h. 145-146) metode kualitatif merupakan suatu metoda yang mengandalkan pembicaraan yang sebenarnya, isyarat dan tindakan sosial lainnya. Sarantakos (dalam Poerwandari, 2001, h. 56-58) mengatakan penelitian kualitatif dapat dianalogikan dengan proses penyelidikan (investigasi), oleh karena itu dalam pengambilan sampel didasarkan pada tujuan untuk mengkontraskan, mengkomparasikan / membandingkan, mengulang, MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
54
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
mengkatalogkan dan mengklasifikasi objek studi. Pemilihan subjek dalam penelitian ini adalah dengan tehnik purposif, yaitu pemilihan subjek penelitian ini berdasarkan kriteria tertentu dan sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu subjek penelitian adalah pendidik PAUD yang sudah pernah mengikuti akreditasi di wilayah Kabupaten Demak. Pengumpulan data dilakukan melalui : 1. Wawancara mendalam meliputi : a. Latar belakang subjek, meliputi tentang :identitas, tentang keluarga, situasi dan hubungan subjek dengan keluarganya. b. Kondisi lingkungan subjek, meliputi tentang : keadaan ekonomi, perubahan teknologi, perubahan peraturan. c. Keadaan lembaga PAUD : tuntutan dari tugas, tuntutan sebagai pendidik PAUD, hubungan interpersonal subjek di tempat kerja. d. Perbedaan individu subjek, meliputi : persepsi subjek, pengalaman kerja, dukungan sosial, keyakinan diri. e. Akibat dari stress, meliputi : apa yang dialami oleh pendidik pada saat persiapan akreditasi, saat visitasi dan setelah visitasi dari proses akreditasi. 2. Observasi Observasi adalah proses dimana peneliti secara berlanjut melihat perilaku publik / subjek penelitian dan tidak bermaksud memberikan analisis, sebagaimana dikatakan oleh Peter dkk (1994, h. 12) yang meliputi gambaran tanggal,
konteks
(setting
fisik,
waktu, cuaca, penerangan), gambaran partisipan / subjek penelitian (siapa
mereka, umur, jenis kelamin, etnis/suku, pakaian, bentuk fisik tubuh), gambaran observer / peneliti (seperti ikut merasakan apa yang dilihat, apa yang direkam), gambaran perilaku subjek (perilaku verbal maupun non verbal), interpretasi situasi (suasana latar belakang), pertimbangan interpretasi alternatif dari situasi (melihat situasi dari prespektif lain/berbeda) dan menjelajahi perasaan peneliti sendiri selama menjadi observer (analisis reflektif selalu penting dalam suatu penelitian kualitatif). VI. Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dari seluruh subjek diperoleh bahwa subjek 1 (M) menunjukkan latar hubungan dengan rekan kerja dan tugas mempengaruhi penanganan stress. Sedangkan pada Subjek 2 (LW), hubungan dengan rekan kerja, tugas dan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi diri seseorang dalam menangani stress yang dihadapinya, sedangkan pada subjek 3 (NH), keberhasilan menyelesaikan masalah, mengembalikan keseimbangan dalam diri individu agar dapat terhindar dari krisis.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
55
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
Suasana kerja dengan banyak tuntutan tanpa memberikan kesempatan dalam membuat
keputusan
atau
adanya
keterbatasan
waktu
dapat
mengakibatkan
bertambahnya stress yang dialami seseorang. Sikap, pola pikir dan emosi yang mempengaruhi perilakunya dalam menangani stress. Dalam menghadapi situasi penuh tekanan, individu akan bertindak melalui pengendalian perilaku, pengendalian kognitif, pengendalian keputusan yang bermanfaat dalam menentukan pilihan atau mencari alternatif solusi dalam menghadapi masalah, pengendalian informasi yang dapat berupa kesempatan memperoleh pengetahuan dan pengendalian retrospektif, suatu upaya mengenali penyebab tekanan bisa berupa situasi kerja, rekan kerja, atau banyaknya tugas. Kondisi finansial seseorang mempengaruhi perilaku seseorang terhadap stress, dalam hal ini pemberian bonus baik yang diapresiasi dengan positif maupun negatif akan mempengaruhi penanganan terhadap stress yang dihadapi.
VII. Kesimpulan Dari hasil analisis terdapat temuan respon terhadap banyaknya tekanan/ stress faktor kondisi finansial seseorang adalah sumber nyata seperti uang, dalam hal ini pemberian bonus baik yang diapresiasi dengan positif maupun negatif akan mempengaruhi penanganan terhadap stress yang dihadapi. Berdasarkan strategi penanggulangan terdapat tiga karakteristik proses penanggulangan yaitu strategi yang berhubungan dengan penilaian seseorang,
situasi dinilai sebagai penentu apa yang
akan dilakukan merupakan proses yang bersifat dinamis, dan strategi penanggulangan tertuju langsung pada tujuan, yaitu secara langsung ditujukan untuk mengelola ancaman yang dirasakan. Berdasarkan penggunaan lebih dari satu strategi dalam menanggulangi stress yang dialaminya, strategi penanggulangan yang yang digunakan berfokus pada emosi dan yang berfokus pada masalah dalam waktu bersamaan. Penanganan stress sangat dipengaruhi kemampuan individu dalam mengelola perasaannya, pengetahuan yang dimilikinya, bagaimana relasi sosialnya serta motivasi yang mendorong diri Subjek. Selain itu dukungan dari lingkungan memberikan pengaruh yang besar pula sehingga para Pendidik PAUD yang mengalami stress akibat banyaknya tekanan akibat proses Akreditasi. Upaya menangani stress pada pendidik PADU saat proses akreditasi peneliti memberikan rekomendasi penanganan yang bersifat holistik baik bagi pendidiknya maupun dari pihak manajemen atau penyelenggara dan pengelola yaitu : 1. Bagi pendidik dalam menangani stress agar mengupayakan melihat sisi positif dari tuntutan apa yang tengah dikerjakan, meningkatkan pengetahuan tentang tuntutan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
56
Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014
yang menimbulkan stress, menjaga hubungan baik dan mengkomunikasikan pemasalahan bila terjadi suatu kendala. 2. Bagi Pimpinan Lembaga PAUD, pengambilan keputusan yang cepat dan adil dalam memberikan tugas yang lebih proporsional dengan insentif yang diberikan, diharapkan dapat membantu penanganan stress yang dialami oleh para Pendidik
DAFTAR PUSTAKA Atkinson, R. L. Atkinson, R.C, Smith, E.E., Bern, D. J. 2000 Hilgard’s Introduction to Psychology : Thirteenth Edition. Orlando (USA) : Harcourt Brace College Publisher. Bishop, G.D. 1995. Health Psychology Integrating Mind and Body. Boston : Allyn & Bacon. Garmezy, N., Rutter, M. 1983. Stress, Coping and Development in Children. New York : Mc. Graw Hill Book Company, Inc. Jensen. M.D. , Bobak, I. M. 1985. Maternity and Ginecologic Care : the Nurse and Family.ST. Louis (Missouri) : The C.V. Mosby Company. Lazarus, R.S. 1976. Pattern of Adjustment : Third Edition. Tokyo : Mc. Graw Hill Kogakusha. Ltd. Moleong, L.J., 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mulyana. D. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya. Rice, P.L. (1992). Stress and Health. Ed.2. California: Brooks / Cole Publishing Company. Safarindo, E. P, 1994. Health Psychplogy : Byopsychosocial Interaction. Second Edition. New York : John Wiley & Son. Inc. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo. th
Taylor, S.E. (2003). Health Psychology 5 edition. New York: McGraw-Hill
Catatan mengenai penulis : Dyah Kusbiantari : Magister Sains Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Konsentrasi Psikologi Pendidikan, Dosen PG PAUD IKIP Veteran Semarang. Marini : Magister PAUD Universitas Negeri Jakarta, Dosen PG PAUD PAUD IKIP Veteran Semarang. Cucu Sopiah : Magister Sains Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Konsentrasi Psikologi Perkembangan, Dosen PG PAUD IKIP Veteran Semarang.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
57