COPING STRESS PADA BEBAN KERJA PERAWAT RUANG UNIT PELAYANAN INTENSIVE PSIKIATRI (UPIP) DAN RUANG KRESNA DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Monica Septa Setyaning Ratri dan Damasia Linggarjati Novi Parmitasari Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membandingkan coping stress pada beban kerja perawat ruang UPIP dan ruang Kresna di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Sampel diambil menggunakan purposive sampling sebanyak empat orang perawat, dengan karakteristik subjek yaitu karyawan tetap, berusia 30-39 tahun, pendidikan DIII dan S1, jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dan bekerja di ruang UPIP dan ruang Kresna RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Analisis data dimulai dengan mengolah data yang diperoleh, melakukan koding, mengkategorisasikan data, menyusun dinamika psikologis, mengaitkan dengan teori, menganalisa, dan menarik kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa perawat menggunakan problem focused coping dengan jenis coping tindakan langsung, mencari dukungan sosial, antisipasi, apati, penghindaran, mempersiapkan diri menghadapi luka, dan kehati-hatian. Sedangkan pada emotional focused coping perawat menggunakan jenis coping penalaran, berpaling pada aktivitas lain, rasionalisasi, penerimaan diri, seeking meaning, religiusitas, pasrah, humor, penilaian positif, dan pengalihan, dimana pada pemilihan jenis coping stress tersebut dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti : usia, jenis kelamin, pendidikan, dan dukungan sosial. Kata Kunci : coping stress, beban kerja, perawat psikiatri
1
dapat menjadi mitra kerja yang
Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu rumah
baik bagi dokter. Namun pada
sangat
oleh
kenyataannya ada perawat yang
keterampilan,
masih lalai dalam menjalankan
kreativitas, dan motivasi staf dan
tugasnya karena memiliki banyak
karyawannya
ini
pekerjaan yang harus dilakukan
perawat yang selama 24 jam
dalam waktu yang bersamaan. Hal
(terbagi ke dalam 3 shift, yaitu
tersebut dapat dibuktikan dari
shift pagi, shift sore, dan shift
hasil
malam) yang berhubungan secara
lakukan bahwa ada perawat yang
langsung
lengah
sakit
ditentukan
pengetahuan,
dalam
hal
dengan
pasien.
observasi
yang
dalam
peneliti
mengawasi
Kemajuan teknologi dan ilmu
pasiennya
pengetahuan dalam dunia medis,
pekerjaan yang dilakukan.
akhir-akhir ini digunakan untuk
Ketidakmampuan
karena
banyaknya
perawat
meningkatkan kualitas pelayanan
dalam memenuhi harapan dan
kesehatan. Oleh sebab itu rumah
tuntutan di tempat kerjanya, dapat
sakit melakukan berbagai upaya
menimbulkan stres bagi perawat.
guna dapat meningkatkan kualitas
Tuntutan
pelayanan kesehatan khususnya
keperawatan rumah sakit dapat
dalam
pelayanan
keperawatan.
meningkatkan stres
Seiring
dengan
perkembangan
sumber koping yang berlebihan
jaman, perawat diharapkan dapat
dan berakibat timbulnya reaksi
menjalankan
profesinya
fisik
profesional
dan
secara
bertanggung
kerja
dan
mempengaruhi
jawab, terlebih juga dituntut untuk
pada
staf
kerja dan
emosi kesehatan
serta dan
penampilan kerja. Perawat yang
1
mengalami
stres
berat
dapat
di rawat). Banyak hasil penelitian
kehilangan motivasi mengalami
membuktikan
bahwa
stressor
kejenuhan yang berat dan tidak
kerja
perawat
sangat
masuk kerja lebih sering (Gray &
bervariasi,
Anderson, 1981).
tersebut di bawah ini: menurut
pada
antara
lain
seperti
Menurut penelitian Rosyid,
Ilmi (2005), stresor kerja pada
dkk (1997, h. 52) sumber-sumber
perawat sesuai urutannya adalah
stres dalam keperawatan antara
beban kerja berlebih sebesar 82%,
lain
berlebihan
pemberian upah yang tidak adil
(merawat terlalu banyak pasien,
58%, kondisi kerja 52%, tidak
keterbatasan
diikutkan
beban
kerja
tenaga),
kesulitan
menjalin hubungan dengan staf
dalam
pengambilan
keputusan 45%.
lain (mengalami konflik dengan
Berdasarkan wawancara awal
teman sejawat, gagal membentuk
yang
tim kerja dengan staf), kesulitan
bulan Oktober 2013 dengan salah
dalam
kritis
satu Kepala Seksi Keperawatan
(kesulitan menggunakan peralatan
Ruang Rawat Inap di RSJD Dr.
yang belum dikenal), berurusan
Amino Gondohutomo Semarang,
dengan
atau
didapatkan hasil bahwa perawat
perawatan pasien (bekerja dengan
yang memiliki tingkat stres yang
dokter
memahami
lebih tinggi karena beban kerja
kebutuhan sosial dan emosional
yang berat, terutama berada di
pasien), dan merawat pasien yang
ruang UPIP dan ruang Kresna.
gagal untuk membaik (pasien
Hal tersebut dikarenakan pada
yang kronis dan meninggal selama
ruang UPIP khusus menangani
merawat
pasien
pengobatan
yang tidak
2
dilakukan
peneliti
pada
pasien gangguan jiwa disertai
gangguan RM, epilepsi, pasien
dengan kondisi gaduh gelisah
lansia, pasien dengan penyakit
dengan karakteristik beban kerja
fisik: hipertensi, DM dan pasien
yang tinggi dapat terlihat dalam
total care, tendensi bunuh diri,
situasi-dalam
saat
asma,
pasien
susah
yang
menghadapi diarahkan,
melarikan
emergency
dan
diri,
pasien
kritis,
gaduh
banyak permintaan, sulit diberi
gelisah, mengamuk; pasien kritis
tahu, kondisi total care, gaduh
berkaitan dengan nafas & jantung;
gelisah, tentamen melarikan diri,
mengalami kejadian-kejadian tak
mengamuk,
diri;
terduga dari pasien seperti :
mengalami kejadian-kejadian tak
memecah kaca, menjebol eternit,
terduga dari pasien; pengawasan
dan
pasien secara intensive; memiliki
gangguan fisik seperti: panas,
ruang khusus bagi pasien dengan
tidak mau miunum obat, infus
penyakit
Sedangkan
dicabut sendiri, tidak mau makan,
ruang Kresna adalah ruang yang
dan ditambah lagi dengan perilaku
khusus
menangani
pasien yang berkata-kata negatif
gangguan
jiwa
dengan
bunuh
menular.
yang
gangguan
fisik
pasien disertai
lain-lain;
secara
yang
pada
pasien
terus-menerus, kedua
ruang
dengan
dimana tersebut
memiliki karakteristik beban kerja
membutuhkan pengawasan secara
tinggi yang dapat ditunjukkan
intensive
pada situasi-situasi seperti: saat
rawat inap yang lainnya.
menghadapi pasien yang susah diarahkan,
banyak
Apabila
dibandingkan
seorang
ruang
perawat
permintaan,
mengalami stres kerja maka akan
sulit diberi tahu; pasien dengan
dapat mempengaruhi kinerjanya
3
sebagai seorang perawat dalam
perawat untuk lebih berhati-hati
melaksanakan
dan
tindakan
keperawatan
terhadap
pasien.
waspada
memberikan
dalam perawatan
Oleh sebab itu seorang perawat
(Pangastiti dalam Niken, 2011).
memerlukan
untuk
Perawat yang memiliki tingkat
menyelesaikan atau menyesuaikan
stres yang lebih tinggi karena
kondisi terhadap masalah tersebut
beban kerja yang berat di RSJD
(koping)
Dr.
cara
sehingga
dapat
Amino
Gondohutomo
menjalankan
profesi
Semarang, terutama berada di
keperawatannya
secara
ruang UPIP dan Ruang Kresna.
profesional.
Hal
tersebut
karena
dapat
ruang
UPIP
terjadi (Unit
Coping Stress pada Beban Kerja
Pelayanan Intensive Psikiatri)
Perawat Ruang UPIP dan
adalah
Ruang Kresna RSJD Dr. Amino
memberikan perawatan khusus
Gondohutomo
kepada pasien-pasien psikiatri
Perawat
kesehatan
suatu
unit
yang
jiwa
dengan kondisi agresif, agitasi
adalah bagian dari perawat
verbal, agitasi motorik, resiko
umum,
tetapi
khusus
bunuh diri, dan mudah marah;
menangani
pasien
gangguan
begitu pula pada Ruang Kresna
jiwa dan umumnya bekerja di
yang memberikan perawatan
rumah
khusus pada pasien dengan
sakit
jiwa.
Perilaku
pasien gangguan jiwa yang
gangguan
sulit
dan
orientasi, pikiran, dan perasaan)
menuntut
dan gangguan fisik sehingga
diperediksikan
berbahaya
juga
4
jiwa
(gangguan
membutuhkan
tindakan
mengelola,
mengatasi
atau
keperawatan yang lebih intensif
mencegah
terjadinya
stres
dibandingkan dengan di ruang
tersebut,
sehingga
tidak
rawat inap yang lain.
menganggu
Profesi perawat kesehatan jiwa ditunut bersikap
untuk
menjalankan
(Notoatmodjo,2002).
mampu
profesional
sebab
dalam
itu
perawat
cara
untuk
menyelesaikan
banyak
atau
menyesuaikan kondisi terhadap
menghadapi berbagai tantangan
masalah
kerja
sehingga dapat
terutama
menangani
dalam
pasien
dengan
hanya
tersebut
(koping)
menjalankan
profesi keperawatannya secara
berbagai gangguan jiwa yang tidak
Oleh
seorang
memerlukan
tugasnya,
disamping itu juga
pekerjaan
profesional.
membutuhkan
Secara garis besar Lazarus
pengawasan yang ketat saja
& Folkman (1980, h. 114),
tetapi
memiliki
membagi coping stress menjadi
pengetahuan yang luas agar
dua yakni problem focused
tepat
coping dan emosional focused
juga
perlu
dalam
memberikan
penanganan kepada pasiennya,
coping.
Problem
focused
sehingga
coping
yakni
individu
seringkali
menjadi
beban kerja tersendiri bagi
mengetahui
perawat. Stres di lingkungan
harus
kerja
dapat
mengubah permasalahan antara
dapat
individu
memang
dihindarkan,
tidak yang
dilakukan adalah bagaimana
tindakan
dilakukan
lingkungannya.
5
yang untuk
dengan Sedangkan
emotional focused coping yaitu
untuk
pengaturan emosi diri pada saat
psikologis secara kuat yang
menghadapi
akan mempengaruhi individu
stres.
Perawat
mengerti
kemampuan
dalam mengatasi stres kerjanya
dalam
memutuskan
jenis
dapat
coping
stress
harus
menentukan
sendiri
yang
coping mana yang tepat sesuai
digunakan oleh individu dalam
dengan situasi yang dihadapi.
menghadapi masalah.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
seseorang
Metode Penelitian
dalam pemilihan jenis coping stress
yaitu
pendidikan, ekonomi, jenis
seperti
Pada
usia,
Coping
penelitian Stress
tentang
pada
Beban
status
sosial
Kerja
dukungan
sosial,
Pelayanan Intensive Psikiatri
karakteristik
(UPIP) dan Ruang Kresna di
kelamin,
Perawat
kepribadian, dan pengalaman.
RSJD
Faktor
Gondohutomo
lain
yang
juga
Dr.
Ruang
Unit
Amino Semarang,
mempengaruhi perawat dalam
penulis menggunakan metode
menggunakan
kualitatif dengan pendekatan
coping
stress
pada saat menghadapi stressor
fenomenologis.
dijelaskan oleh teori cognitive
Subjek penelitian ini adalah
appraisal. Lazarus & Folkman
perawat yang bekerja di ruang
(1984,
UPIP dan ruang Kresna di
h.
cognitive
24)
mengatakan
appraisal
adalah
RSJD
Dr.
Amino
sebuah proses dari beberapa
Gondohutomo
reaksi
sebanyak empat subjek dengan
singkat
dan
penting
6
Semarang
karakteristik karyawan tetap,
tidak konsisten atau, koordinasi
berusia
tahun,
yang kurang baik, jumlah perawat
pendidikan DIII dan S1, jenis
yang masih kurang, penyelesaian
kelamin
permasalahan yang lambat, saat
30-39
laki-laki
dan
perempuan.
persediaan obat-obatan habis &
Metode pengumpulan data dalam
penelitian
menggunakan observasi dengan
dan
harus
keluar,
ini
mengalami kejadian-kejadian tak
metode
terduga dari pasien, sering tidak
wawancara
pengambilan
membelikan
ada
subjek
waktu
untuk
pengawasan
secara purposive sampling.
istirahat,
pasien
secara
intensive, pasien diinfus / kritis dan tidak ditunggui keluarganya,
Hasil Penelitian dan
saat
Pembahasan
dengan perawat perempuan dan
Berdasarkan hasil penelitian,
perawat
menangani
perempuan
pasien
shift
yang
dapat diketahui beberapa beban
mengamuk,
kerja perawat pada ruang UPIP
penyakit
antara
menghadapi
proteksi diri bagi perawat masih
situasi-situasi seperti: menghadapi
kurang, mendapat komplain dari
pasien
diarahkan,
keluarga pasien, ingin dirotasi ke
banyak permintaan, sulit diberi
ruang lain, jasa pelayanan kurang
tahu, kondisi total care, gaduh
sesuai dengan beban pekerjaan.
lain
yang
saat
susah
gelisah, tentamen melarikan diri,
resiko
dari
Akibat
penularan
pasien,
dari
beban
fasilitas
kerja
mengamuk, bunuh diri, dokter
tersebut
sulit dihubungi, advice terkadang
gejala stress pada perawat antara
7
memunculkan
gejala-
lain gejala fisik seperti mudah
kerja
lelah, tidur tidak teratur (susah
menghadapi situasi-situasi seperti
tidur, kadang banyak tidur), pola
: saat menghadapi pasien yang
makan terganggu, pusing, kurang
susah
cairan sehingga tensi drop; gejala
permintaan,
emosional seperti : merasa iri
pasien dengan gangguan RM,
(mudah panas), dan mudah marah;
epilepsi, pasien lansia, pasien
gejala ikntelektual seperti : sulit
dengan penyakit fisik : hipertensi,
membuat
DM
keputusan,
berinovasi, kegiatan
malas
malas
melakukan
(membaca).
dirasakan
diarahkan,
dan
tendensi
Untuk
perawat
sulit
bunuh
banyak
diberi
pasien
saat
total
tahu,
care,
diri,
asma,
melarikan diri, pasien emergency
mengatasi stres tersebut perawat
dan
ruang UPIP menggunakan coping stress
gaduh
gelisah,
mengamuk;
menangani
pasien
focused
perempuan
yang
sedang
coping seperti tindakan langsung,
menstruasi
mencari
sosial,
cateter (bagi perawat laki-laki),
penghindaran,
pasien kritis berkaitan dengan
dan kehati-hatian. Jenis emotional
nafas dan jantung ; dokter sulit
focused coping yang digunakan
dihubungi, advice terkadang tidak
antara lain penalaran, berpaling
konsisten atau, koordinasi yang
pada aktivitas lain, rasionalisasi,
kurang baik; jumlah perawat tidak
penerimaan diri, seeking meaning,
sebanding dengan jumlah pasien,
religiusitas, pasrah, dan humor.
keterbatasan dokter yang standby;
yaitu
antisipasi,
problem
dukungan apati,
Berbeda dengan perawat yang
kritis,
/
harus
dipasang
penyelesaian permasalahan yang
bekerja di ruang Kresna, beban
lambat;
8
saat
persediaan
obat-
obatan
habis;
mengalami
stres,
perawat
ruang
Kresna
kejadian-kejadian tak terduga dari
menggunakan coping stress yaitu
pasien : memecah kaca, menjebol
problem focused coping seperti
eternit; pasien kritis yang tidak
tindakan
ditunggui
keluarganya;
dukungan sosial, antisipasi, apati,
keterbatasan alat-alat medis dan
penghindaran, dan kehati-hatian,
fasilitas untuk perawat; pasien
mempersiapkan diri menghadapi
gangguan fisik : panas, tidak mau
luka. Jenis emotional focused
miunum
coping yang digunakan antara lain
obat,
infus
dicabut
sendiri, tidak mau makan; faktor
penalaran,
fisik:
aktivitas
(subjek
2)
pernah
langsung,
mencari
berpaling lain,
pada
rasionalisasi,
mengalami patah tulang sehingga
penerimaan diri, seeking meaning,
kerjanya kurang maksimal; selain
religiusitas,
itu saat pasien berkata-kata negatif
positif, pengalihan, dan humor.
pasrah,
penilaian
secara terus-menerus. Akibat tersebut
dari
beban
memunculkan
kerja
Kesimpulan
gejala-
Berdasarkan
penelitian
gejala stress antara lain: gejala
yang telah dilakukan dengan
fisik
observasi
seperti
terganggunya
dan
wawancara,
pencernaan (terserang penyakit
maka
maag),
beberapa hal, antara lain :
mudah
lelah;
gejala
emosional seperti mudah emosi; gejala
interpersonal
dapat
1. Keempat
disimpulkan
subjek
seperti
menggunakan kedua bentuk
membicarakan kesalahan orang
coping dalam menghadapi
lain (ngerasani). Untuk mengatasi
stres di tempat kerjanya.
9
Baik
dengan
focused
coping
problem
Saran
maupun
1. Bagi Subjek Penelitian
emotional focused coping,
a. Bagi
subjek
penelitian
dimana penggunaan problem
diharapkan
focused coping lebih banyak
menggunakan
dibandingkan
stress secara tepat agar
emotional
focused coping.
dapat coping
dapat menjalankan tugas
2. Bentuk penggunaan problem
sebagai seorang perawat
focused coping yang muncul
secara
pada keempat subjek adalah
bertanggung jawab.
tindakan langsung, mencari dukungan
sosial,
b. Selanjutnya
dan
penelitian
antisipasi.
dapat
3. Bentuk
profesional
penggunaan
dan
subjek diharapkan
lebih
terbuka
dengan pihak rumah sakit,
emotional focused coping
baik
yang muncul pada keempat
dengan atasan & dokter,
subjek adalah rasionalisasi.
perawat
4. Usia,
pendidikan,
kelamin, sosial
dan
jenis
pasien
faktor-
pasien.
faktor yang mempengaruhi
c. Subjek
perawat
dalam
perawat
dengan
rekan
kerja, dan perawat dengan
dukungan
merupakan
antara
pemilihan
serta
keluarga
penelitian
diharapkan dapat secara
jenis coping stress dalam
aktif
usahanya mengatasi stres di
pertemuan-pertemuan
tempat kerjanya.
antar perawat dan dapat
10
mengikuti
mengikuti
pelatihan-
pelatihan
khusus
meningkatkan
penambahan
guna
perawat di kedua ruang
kualitas
tersebut
pelatihan
2. Bagi pihak RSJD Dr.
gangguan
khususnya
Pihak
RSJD
Amino
Gondohutomo
maupun
di
dan
menambah data-data dari pihak rumah sakit untuk
ruang
dapat mengetahui tingkat stres perawat secara lebih
perlu adanya peningkatan
membedakan
spesifik.
yang dengan
DAFTAR PUSTAKA Abraham, C. & Shanley, E. 1997. Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
perawat di ruang lain agar sebanding dengan beban kerja yang diterima. Selain juga
perlu
memperhatikan
oleh peneliti dan dapat
ruang
Kresna. Pada hal lain yaitu
pelayanan
disarankan
faktor yang telah dibahas
perawatan, khususnya di UPIP
selanjutnya
faktor-faktor lain di luar
sarana dan prasarana medis ada
peneliti
untuk
peningkatan fasilitas, serta
itu
fisik,
Bagi
Dr.
Semarang perlu melakukan
jasa
dalam
3. Bagi peneliti berikutnya
Kresna
ruang
khusus
dengan perilaku kekerasan.
ruang UPIP dan ruang
yang
pelatihan-
menghadapi pasien dengan
Gondohutomo
Semarang,
dengan
memberikan
pelayanan rumah sakit.
Amino
jumlah
Aldwin, C, M., Revenson, T. A. 1987. Does Coping Help? A
adanya 11
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma (tidak diterbitkan)
Reexamination of the Relation Between Coping and Mental Health. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 53. No 2. Hal 337-348
Azwar,
Alwasilah, A. C. 2002. Pokoknya Kualitatif. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya
Bishop, G. D. 1994. Health Psychology Integrating Mind and Body. Allyn and Bacon
Andriani, R. & Subekti, A. 2004. Pengaruh Persepsi Mengenai Kondisi Lingkungan Kerja dan Dukungan Sosial terhadap Tingkat Burnout pada Perawat IRD RSUD dr. Soetomo Surabaya. Insan Vol. 6. No. 1 (49-67). Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Brouwer, M.A.W. 1984. Psikologi Fenomenologis. Jakarta : PT. Gramedia Bungin, B. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Cahyaningrum, Tri. 2013. Coping Stress Ibu yang Memiliki Anak Penderita Thalasemia. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata
Anoraga, P. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta Anoraga, P. & Widianti, N. 1998. Psikologi dalam Perusahaan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Chaplin, J. P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Asuzu, C. C. 2009. Shift Duty and Stress Coping Strategies among Nurses in the University College Hospital, Ibadan. Anthropologist. Nigeria : Kamla-Raj. Vol. 11. No. 3 Ayu,
S. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
Davis, K. & Newstrom, J. M. 1993. Perilaku dalam Organisasi. Diterjemahkan oleh : Agung Darma. Jilid II. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga
S. 2011. Stressor dan Coping Stress pada Ibu Rumah Tangga Yang Tidak Bekerja. Skripsi. Jakarta: 12
Revisi). Jakarta: PT. Bumi Aksara
Departemen Tenaga Kerja. 1987. Klasifikasi Jabatan Indonesia. Jakarta : Arnas Duta Jaya.
Kuswanto. 2011. Judul : Observasi (Pengamatan Langsung di Lapangan). http://klikbelajar.com/umum /observasi-pengamatanlangsung-di-lapangan/. (Rabu, 5 Februari 2014;03.15)
Dewanti, F. R. 2010. Burnout yang Terjadi Pada Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD). Skripsi. Semarang : Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata (tidak diterbitkan)
Laal, M. & Aliramaie, N. 2010. Nursing and Coping With Stress. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health. Iran : Tehran University of Medical Science. Vol.2. No. 5. h. 11
Garmezy, N. & Rutter, M. 1983. Stress, Coping and Development in Children. McGrawn Hill Book Co Gibson, J. L. 1989. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Jilid 1. Jakarta: Erlangga Gillies, DA. 1989. Nursing Management A System Approach, W, B. Soundere Company, Philadelphia
Lazarus, R. S. & Folkman, S. 1984. Coping and Adaptation. In : Gantry, W. D.,(ED), Handbook of Behaviour Medicine. New York/London : The Gilford
Hardjana, A. M. 1994. Stres Tanpa Distres. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Loo, See Beh. & Loo, Leap Han. 2012. Job Stress and Coping Mechanisms among Nursing Staff in Public Health Service. International Journal of Academic Research in Business and Social Science. Malaysia : University of Malaya. Vol. 2. No. 7. h. 10-11
Hatijah Yusoff. 2000. Caring for Carers: The challenge of retaining registered nurses in the public health sector. Kuala Lumpur : Institute of Postgraduate Studies and Research Hasibuan, H. & Malayu, S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Edisi
Maramis, W. F. 2006. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan
13
Oentoro, S., Zamralita, & Lianawati. 2006. Stres Kerja dan Temperamen Perawat Bagian Psikiatri. Phronesis. Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara. Vol. 8, No. 2 (145-172)
Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press. Maslach, C. & Leither, M. P. 1997. The Thruth About Burnout : How Organization Cause Personal Stress and What to do it. San Fransisco : Jossey Bass Publisher
Pangastiti, N. K. 2011. Analisis Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Burnout pada Perawat Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa (Studi pada Prof. Dr. Soerojo Magelang). Skripsi. Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Moleong, L. J 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mulyana, D. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Poerwandari, E. K. 2001. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Munandar, A. S. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia National Safety Council. 2004. Manajemen Stres. Jakarta : EGC Nurvina, I. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Masalah Utama Menarik Diri di ruang X (Kresna RSJD Dr. Amino Gondohutomo. Skripsi. http://digilib.unimus.ac.id/fil es/disk1/135/ jtptunimus-gdl-iinnurvina6732-1-babi.pdf (6 Oktober 2013;10.30)
Prabowo, S. 2000. Membangun Perilaku Assertive Pada Komunikasi Terapeutik antara Perawat dan Pasien. Psikodimensia. Kajian Ilmiah Psikologi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata. Vol. 1, No. 1, Sep-Des 2000 (6-20)
14
Siegler, E.L & Whitney, F. W. 1996. Kolaborasi PerawatDokter : Perawatan Orang Dewasa dan Lansia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ranu, M. E. & Afia, I. N. 2013 Kontribusi Beban Kerja, Disiplin Kerja, Hubungan dengan Teman Sekerja Terhadap Produktivitas Kerja di PT. Viccon Modern Industry. Jurnal Administrasi Perkantoran (JPAP). Surabaya: Fakultas Ekonomi Unesa Surabaya
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Jogjakarta: Penerbit Andi
Robbin, S. P. 2007. Perilaku Organisasi (Konsep Kontroversi Aplikasi). Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Jakarta: PT. Prenhallindo
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo Stoner & Wankel. 1986. Manajemen Industri. Alih Bahasa : Sutanto. Jakarta : Erlangga
Rosse, N. 2011. Mengenal Unit Perawatan Intensif Psikiatri (UPIP) RS. JiwaTampan.http://ikatanpe rawatkesehatanjiwaprovriau. blogspot.com/2011/10/meng enal-unit-perawatanintensif.html (6 Oktober 2013;10.00)
Stuart, G. W. & Sundeen, S. J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sarafino, E. P. 1998. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Third Edition. United States of American: John Wiley & Sonc, Inc
Taylor, S. E. 2009. Health Psychology Sixth Edition. New York : McGraw-hill
Shaw, J. B. & Riskind, J. H. (1983). Predicting Job Stress Using Data From The Position Analysis Questionnaire. Journal of Applied Psychology. 68 (2). 253-261
Warr, P. 2001. Psychology at Work. (5th Ed). London : Penguin Books Wickens. C. D. 1992. Engineering Psychological and Human Performance. 15
Second Edition. Harper Collins Publisher Inc
dpress.com/2010/11/27/kons ep-kep-psikiatri/. (Senin 25 November 2013;14.15)
Yeho.2010.KonsepKeperawatanP sikiatri.http://lovelylive.wor
16