CLINICAL SCIENCE SESSION 7 Rehabilitation in Respiratory Dysfunction Disusun oleh: M. Imam Santoso Preceptor: dr. H. Satryo Waspodo, Sp.RM BAGIAN REHABILITASI MEDIK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH 2010
Rehabilitasi paru: Bagian integral dari manajemen klinis dan perawatan kesehatan pasien dengan penyakit pernapasan kronis yang tetap bergejala atau terus mengalami penurunan fungsi meskipun menjalani pengobatan medis standar. Tujuan: Mengurangi gejala Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi paru-paru dan mempromosikan manajemen diri Meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan (perifer dan pernapasan) Meningkatkan toleransi latihan Mengurangi lamanya tinggal di rumah sakit Membantu berfungsi lebih baik dalam kehidupan sehari-hari Membantu dalam mengelola kecemasan dan depresi
• • • • • • •
Peripheral Muscle dysfunction Respiratory muscle dysfunction Nutritional abnormalities Cardiac impairment Skeletal disease Sensory defects Psychosocial dysfunction
Improved Exercise Capacity Reduced perceived intensity of dyspnea Improve health-related QOL Reduced hospitalization and LOS Reduced anxiety and depression from COPD Improved upper limb function Benefits extend well beyond immediate period of training.
Ventilasi menjaga suatu perbedaan tekanan antara alveolar gas dan darah vena sehingga pertukaran gas antara darah dan alveolar terjadi melalui difusi. Sistem sirkulasi mempersiapkan transport oksigen antara paru dan jaringan Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbondioksida
Ventilasi paru
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfir dan alveoli paru
• Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
Transpor oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel
• Pengaturan ventilasi dan hal-hal lain dari pernapasan
Diafragma bergerak turun naik untuk memperbesar atau memperkecil rongga dada
Depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar dan memperkecil diameter anteroposterior rongga dada
Elastic properties of the lung (sifat elastis daya lenting paru (elastic recoil)) Thorax Abdominal complex
Accessory muscle
Diaphragm Resistance
Oksigen masuk (kurangnya O2)
Karbondioksida keluar (retensi CO2)
Etiologi
Lemah otot/inefisiensi/ peningkatan kekakuan dari komponen elastis
Peningkatan resistensi aliran udara melalui tracheobronchial tree
Restrictive
Obstructive
Ditandai dengan kekakuan paru-paru, toraks atau keduanya, akibat dari:
penurunan compliance (daya kembang),
penurunan semua volume paruparu termasuk kapasitas vital
Beban kerja pernafasan semakin berat
Nafas menjadi cepat dan dangkal
Hipoventilasi alveolar dan ketidakmampuan mempertahankan tekanan gas darah normal
Penyakit yang membuat kaku hubungan costovertebral atau sternocostal
Penyakit yang menyebabkan fibrosis dari otot-otot respirasi, abdomen, atau shoulder girdle atau paruparu itu sendiri
Penyakit ekstrapulmonar • Gangguan neurologik dan neuromuskular • Gangguan pada dinding torak
Penyakit-penyakit yang menyerang pleura dan parenkim paru-paru
Penyakit obstruksi dapat menyebabkan penurunan tekanan oksigen arteri dan retensi dari karbondioksida, contohnya pada saat ada lesi di trakea
Spirometri VITAL CAPACITY
FORCED VITAL CAPACITY (% IN 1 SEC)
MAXIMAL BREATHING CAPACITY
Obstructive
Menurun
< 85%
Menurun
Restrictive
Menurun
85% atau lebih Normal atau sedikit menurun
◦ Kelemahan otot dapat dibantu oleh latihan otot respirasi.
◦ Misalnya pada pengobatan fibrosis atau sklerosis dari chest
cage dan musculature
◦ Bentuk latihannya berupa latihan volunter untuk peningkatan ventilasi sehingga terjadi peningkatan aktivitas otot untuk melakukan ventilasi
◦ Adanya fiksasi dari dada pada posisi yang lebih besar dari normal dengan peningkatan functional residual capacity dan residual volume. ◦ Kondisi tersebut menyebabkan diafragmanya menjadi flat, otot inspirasi kurang dapat di gunakan
-
-
Terapinya dengan relaksasi otot abdominal selama inspirasi dan kontraksi pada otot abdominal selama ekspirasi. Bentuk latihan juga dapat dengan bernafas dangkal melalui mulut, juga dapat dilakukan dengan bernafas pendek dan dalam
Under ventilation menyebabkan respiratori asidosis dimana CO2 meningkat O2 jumlahnya sedikit Terlihat adanya sianosis dan penurunan
capilary beds
Terapinya dengan pemberian tekanan positif pada jalan udara selama inspirasi dengan menggunakan intermiten positive pressure breathing inspiration machine (IPPB) selama 15 menit ditambah dengan pemberian bronkodilator, dekongestan dan mukolitik ke traktus respiratorius.
Pada pasien dengan gangguan obstruksi paru tidak ada usaha otot untuk melakukan ventilasi,sehingga otot aksesoris terutama pada leher berkontraksi untuk mengangkat dada dan juga terjadi kontraksi otot abdominal secara simultan.
Contoh: pneumothorax Terapi pilihan dengan fiksasi tulang rusuk IPPB digunakan sebagai treatment pilihan pada chest injury dengan under ventilation Untuk mengeluarkan sekret dan benda asing di dalam hidung perlu diberikan kelembaban dengan menggunakan air sampai dengan 100% pada suhu tubuh, Tujuannya untuk mencapai kelembaban yang relatif dilakukan selama 20 menit.
Terapi
fisik untuk mensupport ventilasi dengan cara konstraksi diafragma pada inspirasi dan otot abdominal pada ekspirasi untuk pengangkatan diafragma
Terapi fisik dada adalah aplikasi dari metode fisik pada perawatan respiratory dari pasien dengan penyakit paru. Dilakukan selama 20 menit. Treatmentnya meliputi : 1. Instruksi untuk relaksasi dan latihan pernafasan 2. Melakukan postural drainage 3. Perkusi dan vibrasi agar terjadi batuk
1. 2. 3.
meningkatkan usaha inspirasi secara langsung atau menggunakan spirometry meningkatkan volume tidal dengan menggunakan IPPB. Jika dikombinasikan dengan perubahan posisi dan aktivitas kemungkinan akan menyebabkan batuk dan mencegah atelektasis
COPD yang bermanifestasi sebagai asma, bronkitis, emfisema, bronkiektasis dan cystic fibrosis. Post opersai bedah abdomen atas, toraks, dan sistem kardiovaskular Pasien yang tergantung pada ventilator Pasien dengan penyakit neuromuskular dan hilangnya refleks batuk sehingga tidak mampu untuk sekresi mukus.
Terapi
fisik dada memerlukan perawatan secara intensif
Posisi di tempat tidur dan menggunakan bantal agar pasien rileks. Terapist mulai menginstruksi kontrol pernafasan dengan pernafasan diafragma
Terapist menempatkan ujung jari kepalan dibawah xiphoid tujuannya agar terjadi tekanan yang bertujuan untuk menurunkan diafragma pada saat inspirasi Tangan terapist ditempatkan dibawah ribs sehingga memberikan tekanan untuk memperluas bagian basal paru secara bilateral.
Digunakan untuk pasien yang sulit batuk 1. Posisi terlentang. Letakan kepala pasien lebih rendah dari posisi kaki pasien sekitar 10-150 . Posisi ini digunakan untuk drainase basal segmen. 1. Posisi telungkup dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki untuk drainase posterior basal segmen. 2. Posisi miring kanan dan miring kiri untuk drainase lobus kanan kiri dan bronkus.
Dengan cara perkusi dada, menepuk nepuk punggung dan bisa dengan cara vibrasi manual atau mekanik sehingga pasien dapat batuk untuk membersihkan sekret.
Terapi untuk pasien yang akut Terapi fisik dada dilakukan sesering mungkin yaitu setiap 2 jam dalam 2 sampai 4 kali sehari atau sesuai perintah dokter.
Rutin = setiap 2 jam, dan berkoordinasi dengan programprogram lainnya. Biasanya dilakukan 2-4 kali sehari.
Mist Inhalation
IPPB
Chest Physical Therapy
Intermittent Possitive Breathing Pressure
15 menit
Tujuan: menjadikan paru-paru sedikit hiperventilasi.
Efektif bila diberikan: bronkodilator, decongestan, dan mucolitic.
20 menit
Postural drainage
vibration
percusion
Postural Drainage Posisi terlentang. Letakan kepala pasienlebih rendah dari posisi kaki pasien sekitar 1015 derajat .Posisi ini digunakan untuk drainase basal segmen . Posisi telungkup dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki untuk drainase posterior basal segmen. Posisi miring kanan dan miring kiri untuk drainase lobus kanan kiri dan bronkus.
Perkusi dada, menepuk nepuk punggung dan bisa dengan cara vibrasi mekanik sehingga pasien dapat batuk untuk membersihkan sekret.
Sustained maximal inspiration (SMI) A component of bronchial hygiene therapy
The patient to take long, slow, deep breaths.
This is accomplished by using a device that provides patients with visual or other positive feedback when they inhale at a predetermined flowrate or volume and sustain the inflation for a minimum of 3 seconds. Tujuan: increase transpulmonary pressure and inspiratory volumes, improve inspiratory muscle perfor-mance,& re-establish or simulate the normal pattern of pulmonary hyperinflation.
40% fatality rate dalam 1 tahun
autopsy
cause of death
Kegagalan ventilasi spontan, lack of movement in intercostal, initial flacidity of abdominal musculature.
PULMONARY
Setiap 4 jam deep breathing 4 kali
Incentive Spirometry
Turning patient frequently,
Chest percussion
IPPB + aerosol (tiap 4 jam)
Injury High spinal cord Tidak ada injury LMN
Injure LMN Injury C3 C4 Phrenic nerve Diaphragm