PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET DAN BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)
Disusun Oleh: AKHMAD ARIF IMAM SANTOSO (204081002247)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET DAN BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Akhmad Arif Imam Santoso NIM: 204081002247
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 195706171985031002
Arief Mufraini,Lc., M.Si NIP. 19770122200312
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H / 2012 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 19 Desember 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa : 1. 2. 3. 4.
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: Akhmad Arif Imam Santoso : 204081002247 : Manajemen : Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset dan Beta Saham Terhadap Return Saham” (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 19 Desember 2011
1. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si NIP. 197408102011011001
( ____________________) Ketua
2. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si NIP. 19770122200312
(
______ ) Sekretaris
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 196902032001121003
(
) Penguji Ahli
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Senin, 23 Desember 2011 telah dilakukan ujian skripsi atas Mahasiswa : 1. Nama : Akhmad Arif Imam Santoso 2. NIM : 204081002247 3. Jurusan : Manajemen 4. Judul Skripsi : Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset dan Beta Saham Terhadap Return Saham”(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 23 Desember 2011
1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 194906021978031001
( ____________________ ) Ketua
2. Suhendra, S.Ag., MM NIP. 197112062003121001
(
3. Indo Yama Nasarudin., S.E, MAB NIP. 197411272001121002
(
4. Prof. Dr.Abdul Hamid, MS NIP 195706171985031002
( ____________________ ) Pembimbing I
5. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si NIP. 19770122200312
( ____________________ ) Pembimbing II
______ ) Sekretaris
) Penguji Ahli
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Nama Mahasiswa : Akhmad Arif Imam Santoso NIM
: 204081002247
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, Desember 2011 Yang Menyatakan,
(Akhmad Arif Imam Santoso)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
:
Akhmad Arif Imam Santoso
Nim
:
204081002247
Universitas
:
Univesitas Islam Negeri Jakarta
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Program studi
:
Manajemen
Jurusan/Konsentrasi
:
Keuangan dan Pasar Modal
Tempat dan Tgl.Lahir
:
Jakarta, 04 Oktober 1985
Alamat
:
Jl. Jaha No 1 Rt 05/Rw 10, Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo 13790
Nama Orang Tua (Bapak)
:
Dr.Riza Fahlafi SE, M.Si (Alm)
:
Drs. Nurul Hidayati M.Si
:
1. Lulus Sekolah Dasar Negeri SDN 04 Tahun 1997
(Ibu ) Riwayat Pendidikan
2. Lulus Sekolah Menengah Pertama Tahun 2001 3. Lulus Madrasah Aliyah Negeri 2 Tahun 2004 4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Islam Negeri Tahun 2004
v
ABSTRACT
This study has the objective to analyze simultaneously the influence of variable exchange rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and beta stocks towards the return stock, to analyze the partial effects between variable exchange rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and shares of stock return beta, to analyze the independent variables which are the most dominant influence the dependent variable. The company used as the object of research is a registered company that included in IDX LQ 45 category. And the method used is multiple linear regression analysis. Based on multiple linear regression analysis is known that the variables that most influence on stock returns is inflation variable that has the largest beta coefficient in comparison with other independent variables. Test results (F) concluded that all the independent variables jointly affect stock returns. Adjusted R Square value is 0.527 which means 52.7%. Indicates that the exchange rate, inflation, debt to equity ratio, return on assets and stock beta may affect stock returns. While the rest of 37.3% influenced by other unknown factors.
Keywords: exchange rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and stock beta, stock returns
vi
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh secara simultan antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham, untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham, untuk menganalisis variabel independen mana yang paling dominan mempengaruhi variabel dependen. Perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar BEI yang masuk kategori LQ 45. Dan metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan analisis regresi linier berganda diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap return saham adalah variabel inflasi yang memiliki koefisien beta paling besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. Hasil Uji (F) menyimpulkan bahwa semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham. Nilai Adjusted R Square adalah 0,527 yang berarti 52,7%. Menunjukkan bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham dapat mempengaruhi return saham. Sedangkan sisanya sebesar 37,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui.
Kata kunci: nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham, return saham .
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan segala kenikmatan-Nya kepada penulis, baik itu nikmat iman, sehat dan waktu serta nikmat kemudahan jalan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Besar umat manusia Muhammad SAW, laki-laki sejati gagah berani yang membawa risalah Allah SWT dan mengajarkannya kepada manusia sehingga terhindar dari zaman kejahiliyan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan pula kepada para keluarga nabi, sahabat nabi, tabi’in, tabi-tabi’in, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis melakukan penelitian ini untuk memenuhi persyaratan akan kelulusan penulis untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Manajemen Pemasaran. Dan alhamdulillah penelitian ini dapat penulis selesaikan. Dengan selesainya penelitian ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan segenap jiwa raganya untuk mengajarkan kebenaran kepada umat manusia, sehingga terhindar dari zaman kebodohan. 2. Kedua Orang tuaku (Alm) Dr.Riza Fahlafi S.E, M.Si & Dra. Nurul Hidayati, M,Si) dan kakak tercinta Mohammad Bahrelfi Belafiff, S.Si, M.Si adiku tercinta, Nurhardiansyah Ikhromi, S.T terima kasih atas segala dukunganya dan motivasinya baik dari segi moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 3. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Dekan FEB yang telah memberikan ilmu dan waktunya untuk mendidik penulis dan Mahasiswa/i FEB UIN Jakarta. viii
5. Bapak Prof Dr. Abdul Hamid, MS . selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih atas segala bimbingan, pendapat dan waktu yang diberikan kepada penulis. 6. Bapak Prof Dr. Ahmad Rodoni, selaku Pudek I Bid Akademik yang memberikan support dan kesempatan untuk penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak M. Arif Mufraini, Lc, M.Si. Selaku dosen pembimbing kedua, Terima kasih atas segala bimbingan, pendapat, dan waktu yang diberikan kepada penulis. 8. Dosen-Dosen UIN Jakarta FEB Non Reguler yang telah mengajar dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FEB Non Reguler UIN Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang diberikan kepada penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah SWT mencatat semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga akhir zaman. Amin. 9. Kesekretariatan FEB Non Reguler UIN Jakarta dan Staf-Staf lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, terima kasih atas waktu dan pertolongannya untuk penulis. 10. Keluarga besar dari Ayahanda dan Ibunda Tercinta yang tidak bisa disebutkan satu persatu...Trimakasih doa dan motivasinya..... 11. Untuk Mahasiwa Manajemen dan Akuntansi Non Reguler (Ekstensi) angkatan tahun 2004 FEB UIN, semangat terus dan terima kasih atas dukungan, persahabatan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis. 12. Terimakasih untuk
Kekasihku Tercinta Istiana Nurmaulidawanti, SS
terimakasih atas support dan doanya serta kesabarannya untuk bersama kami….. 13. Temanku Safik Wajdilanam,SE terima kasih sudah meminjamkan Laptop dalam menyelesaikan KATA PENGANTAR skripsi ini. 14. Kawan-kawanku Asep Lulu Rahman, Anton Gusnawan, Nurul, Nayla, Fahrurozi Chambali menyelesaikan skripsi semangat selalu dalam meraih gelar sarjana
ix
15. Kawanku yang sering main ke rumah Atep yuyu, Donih, Sabarudin, Yunus, Mat Gunawan, Aray Terima kasih atas segala doa dan supportnya. 16. Terimakasih atas doanya untuk Omah Nungky dan Opah Hartono atas nasehatnya selalu 17. Terima kasih atas motivasinya dan doanya dari mbak Wiena Narulita SE. 18. Terimakasih untuk Omah Winarti yang tetap selalu bersama kami... 19. Seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas motivasinya ya..!!! Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang dilakukan penulis. Oleh karena itu penulis akan membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait penelitian ini sehingga penulis dapat memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak terkait.
Jakarta, Desember 2011
Akhmad Arif Imam Santoso
x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................ i Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................ ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iii Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .............................................. iv Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. v Abstact ............................................................................................................ vi Abstrak ........................................................................................................... vii Kata Pengantar ............................................................................................. viii Daftar Isi ........................................................................................................ xi Daftar Tabel ................................................................................................... xiv Daftar Gambar .............................................................................................. xv Daftar Lampiran ........................................................................................... xvi BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8 1. Tujuan Penelitian .................................................................. 8 2. Manfaat Penelitian ................................................................ 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10 A. Investasi ..................................................................................... 10 B. Pasar Modal ............................................................................... 11 C. Fundamental ............................................................................... 18 D. Harga Saham .............................................................................. 21 E. Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham ............................... 24 F. Return Saham ............................................................................. 28 G. Nilai Tukar ................................................................................. 30 H. Inflasi ......................................................................................... 34 xi
I. Debt To Equity Ratio (DER) ...................................................... 38 J. Return On Asset ......................................................................... 40 K. Beta Saham ................................................................................ 41 L. Perhitungan Beta Saham dengan Capital Asset Pricing Model ............................................................................ 44 M. Penelitian Sebelumnya ............................................................... 50 N. Kerangka Pemikiran .................................................................. 52 O. Hipotesis Penelitian ................................................................... 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 54 A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 54 B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 56 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 57 D. Metode Analisis Data ................................................................. 58 1. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 58 2. Perhitungan Analisis Regresi ................................................ 62 3. Uji t Parsial ............................................................................ 63 4. Uji F Simultan ....................................................................... 64 5. Koefisien Determinasi( Adjusted R Square) ......................... 65 E. Operasional Variabel ................................................................. 65 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 69 A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 69 1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia ......................................... 69 2. Struktur Pasar Modal Indonesia ............................................ 70 3. Lembaga-Lembaga Yang Terlibat Di Bursa Efek Indonesia ............................................................................... 71 4. Mekanisme Perdagangan ...................................................... 74 B. Sejarah Objek Penelitian ............................................................ 79 C. Hasil Dan Pembahasan .............................................................. 81 1. Deskriptif Data ...................................................................... 81 2. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................... 88 xii
a. Uji Normalitas Data .......................................................... 88 b. Uji Multikolinieritas ......................................................... 91 c. Uji Autokolerasi ............................................................... 92 d. Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 93 3. Uji Signifikansi ..................................................................... 94 a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) .......................................... 94 b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ..................................... 95 c. Koefisien Determinasi (Adj R Square) ............................. 96 4. Analisis Regresi Linier Berganda .......................................... 97 D. Interpretasi ................................................................................. 98 BAB V
Kesimpulan Dan Implikasi .......................................................... 101 A. Kesimpulan ................................................................................ 101 B. Saran Dan Implikasi ................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104 LAMPIRAN ................................................................................................... 106
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Terdahulu .................................................................... 52
3.1
Pengukuran Uji Autokolerasi ....................................................... 61
4.1
Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian .................................. 81
4.2
Perhitungan Nilai Tukar ............................................................... 82
4.3
Perhitungan Inflasi ....................................................................... 83
4.4
Perhitungan Debt To Equity Ratio ............................................... 84
4.5
Perhitungan Return On Asset ....................................................... 86
4.6
Perhitungan Beta Saham ............................................................. 81
4.7
Perhitungan Return Saham ........................................................... 88
4.8
Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas) ..... 91
4.9
Hasil Pengujian Multikolinieritas ................................................. 92
4.10
Hasil Pengujian Autokolerasi ........................................................ 93
4.11
Hasil Pengujian Uji t ..................................................................... 94
4.12
Hasil Pewngujian Uji F ................................................................. 95
4.13
Hasil Pengujian Adjusted R Square............................................... 96
4.14
Hasil Analisis Regresi ................................................................... 97
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran ..................................................................... 53
4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia .................................................... 70
4.2
Uji Normalitas Data (PP-Plot) ...................................................... 89
4.3
Uji Heteroskedastisitas (Scaterplot) ............................................. 93
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ................................. 106
2
Perhitungan Data Mentah Variabel Penelitian ............................ 107
3
Hasil Perhitungan SPSS .............................................................. 113
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan sektor ekonomi sangatlah dominan ditunjang baik dari segi sektor Riil dan sektor Non Riil, melihat krisis ekonomi global yang mengguncang negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa menarik untuk dicermati bagaimana dampaknya terhadap perekonomian dalam negeri, khususnya sektor Non riil. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia berdampak besar terhadap perekonomian di Indonesia, terjadinya krisis bermula dari kasus subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat. Subprime mortgage merupakan instrumen kredit untuk sektor properti, kesalahan yang terjadi adalah pemberian subprime mortgage lebih banyak kepada penduduk yang sebenarnya tidak layak mendapatkan bantuan kredit perumahan. Dikatakan tidak layak karena penduduk tersebut tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk menyelesaikan tanggungan kredit yang mereka pinjam. Hal ini memicu terjadi kredit macet di sektor properti. Kemudian kredit macet di sektor ini menyebabkan kolaps perusahaan-perusahaan besar di Amerika serikat. Kolapsnya perusahaan pembiayaan ini juga mempengaruhi lembaga keuangan di Amerika Serikat. Karena perusahaan pembiayaan pada umumnya meminjam dana jangka pendek dari pihak lain, termasuk lembaga keuangan.
1
Selain itu, dampak kolapsnya lembaga keuangan di Amerika Serikat juga mempengaruhi lembaga investasi dan investor diberbagai penjuru dunia. Khususnya bagi lembaga investasi di Indonesia memiliki dampak yang cukup besar, kuatnya pengaruh sentimen negatif krisis ekonomi global menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi di akhir triwulan ketiga yang menurun tajam sebesar 22,0%
menjadi level 1.883,
dibanding posisi IHSG akhir Triwulan kedua-2008. Krisis keuangan global terbukti memporakporandakan pasar modal dan valas. IHSG anjlok dari level 2.830 menjadi 1.111 atau turun 60 %. Nilai kurs rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi cukup dramatis dari Rp 9.076 sampai hampir menembus level Rp 13.000, atau mengalami depresiasi lebih dari 30 %.(Bank Indonesia dan BEI,2008). Tekanan yang terjadi pada pasar modal Indonesia menyebabkan terjadinya penurunan likuiditas di sektor perbankan dan institusi keuangan nonbank yang disertai berkurangnya transaksi keuangan. Hal ini dikarenakan banyaknya investor dari institusi keuangan Amerika Serikat yang melepas kepemilikan saham mereka di pasar modal Indonesia untuk menyelamatkan perusahaan mereka sendiri yang terkena krisis keuangan. Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi, sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan uangnya. Setiap investor dalam mengambil keputusan investasi akan selalu dihadapkan pada sejumlah pilihan, apakah ia menginvestasikan dananya dalam bentuk aset riil atau memilih melakukan investasi dalam bentuk aset finansial.
2
Investor melihat pergerakan yang baik dari suatu nilai saham, beradasarkan aturan yang jelas dalam setiap penghitungan dan ketetapan yang telah disepakati bersama. Untuk penentuan harga saham dapat ditentukan dengan dua metode analisa yang ada, yaitu analisa fundamental dan pendekatan teknikal. Pendekatan teknikal menggunakan data pasar untuk menganalisis harga saham secara keseluruhan ataupun harga individu dari saham tersebut (Jones, 2000). Analisa fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa mendatang melalui dua cara, pertama melakukan estimasi nilai fundamental yang mempengaruhi harga saham di waktu mendatang, kedua menerapkan hubungan tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Suad husnan, 1996). Karena itu, untuk melakukan evaluasi terhadap harga saham, diperlukan informasi tentang kinerja fundamental keuangan perusahaan (Yugo Purnomo, 1998). Analisa fundamental bertujuan untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih rendah dari harga wajar atau nilai intrinsiknya, sehingga layak dibeli. Telah diketahui bahwa analisis fundamental mencoba menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan (sehingga disebut juga dengan analisis perusahaan). Pendekatan teknikal adalah pendekatan yang menggunakan data pasar yang dipublikasikan yaitu harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham individual maupun gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan
3
penawaran saham tertentu maupun secara keseluruhan. Dalam hal ini perkembangan harga saham lebih mudah kita melihatnya dengan pendekatan analisis fundamental. Selain faktor internal perusahaan, kita juga perlu melihat faktor eksternal yang lainya, seperti kita dapat melihat kondisi Makroekonomi yang mempengaruhi harga saham suatu perusahaan yang Go Public, misalnya : kurs valuta asing (Valas), cadangan devisa, inflasi, tingkat suku bunga deposito (Djoko :54). Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian (pengujian) pengaruh antara variabel ekonomi makro terhadap perubahan indeks harga saham. Indonesia memiliki sistem nilai kurs yang mengalami perubahan setiap waktu, sebagian besar mata uang berada di antara sistem tetap dan mengambang bebas. Fluktuasi nilai tukar mata uang dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasan-batasan resmi. Hal ini sama dengan sistem tetap, dalam pemerintahan sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. Hubungan atau pengaruh nilai tukar (kurs) terhadap indeks harga saham itu sendiri sangat berkaitan erat. Hal ini dikarenakan kurs adalah salah satu faktor yang mempengaruhi indeks harga saham, sehingga indeks sebagai indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. Dalam perekonomian suatu negara biasanya dilihat berdasarkan kurs mata uang negara itu sendiri terhadap kurs valas (valuta asing). Apabila kurs menguat, maka secara tidak langsung indeks harga saham juga akan naik, tetapi bila kurs
4
mata uang melemah, maka indeks harga saham juga akan turun. Naik turunya harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik turunya permintaan saham di pasar modal oleh investor. Hubungan antara tingkat suku bunga dengan indeks harga saham, terjadi di saat apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan. Investor akan cenderung segera menempatkan uangnya pada deposito berjangka, obligasi pemerintah yang memberikan tingkat pengembalian yang tinggi serta memiliki resiko yang kecil dibandingkan menginvestasikan pada saham dengan resiko yang tinggi. Efek psikologis dan kecenderungan menghindari resiko untuk memperoleh hasil yang besar sebagai daya tarik investor untuk memilihnya. Harga saham sulit untuk diprediksi karena dipengaruhi dan sering berubah meliputi; nilai tukar (kurs), inflasi dan tingkat suku bunga yang merupakan sebagai indikator kondisi makroekonomi. Dalam hal ini memberikan penetapan pada variabel makroekonomi yaitu, inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga. Pengujian ini dilakukan terhadap variabel perubahan tersebut, apakah faktor-faktor makroekonomi (inflasi dan nilai tukar) berpengaruh signifikan terhadap harga saham yang terjadi pada keadaan sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 2008. Mempertimbangkan antara penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, hubungan antara variabel ekonomi makro (nilai tukar, inflasi dan tingkat suku bunga) terhadap indeks harga saham dengan menggunakan model OLS (ordinary least square bivariate)
5
sebagaimana yang dinyatakan (Rao,1994) bahwa data ekonomi makro memiliki sifat nonstationery dan mempunyai hubungan imbal balik (causality). Model multi faktor mengasumsikan bahwa proses penetuan harga saham melibatkan beberapa faktor, terdapat beberapa kemungkinan bahwa lebih dari satu
faktor
penyebab
(pervasive
factor)
dalam
perekonomian
yang
mempengaruhi indeks harga saham (Alexander,Bailey,1999). Situasi ekonomi mempengaruhi hampir semua perusahaan, sehingga perubahan dari perekonomian yang diramalkan memiliki dampak yang besar terhadap harga sebagian saham. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vera Yuniarti (2004) di Bursa Efek Indonesia menjelaskan adanya faktorfaktor makroekonomi (nilai tukar (kurs); suku bunga; inflasi; EPS; PER dan frekuensi perdagangan) yang mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia. Menurut Arseptin Ari Nur Anggraeni (2009) analisa pengaruh inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga pada saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh faktor makroekonomi (Nilai tukar dan Inflasi). Keberadaan faktor makroekonomi sebagai faktor eksternal suatu perusahaan ini membuat penulis merasa tertarik dalam hal penelitian yang berkaitan dengan pasar modal serta harga saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
6
Penulis mengambil variabel makroekonomi yang diuji dan diteliti oleh para pendahulu. Oleh karena itu cakupan faktor makroekonomi begitu general dan luas, untuk itulah mengambil batasan masalah. Dalam penelitian ini juga diperlukan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh besar inflasi dan nilai tukar terhadap harga saham di Busa efek Indonesia atau apakah faktor inflasi dan nilai tukar
yang sangat
berpengaruh besar terhadap harga saham. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini juga sesuai dengan variabel yang digunakan peneliti-peneliti terdahulu yaitu Rao (1994), Alexander and Bailey (1999), Vera Yuniarti (2004), Arseptin Ari Nur Anggraeni (2009). Begitu pula dengan informasi yang penulis dapat, berdasarkan faktor makroekonomi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menjadikan peneliti semakin menambah pengetahuan dan ilmu di dalam kajian manajemen keuangan dan pasar modal. Dengan segala upaya dan usaha yang penulis lakukan, tidak terlepas dari segala kekurangan dan kelemahan. Untuk itu diperlukan saran dan kritik demi menyempurnakan hasil proposal skripsi ini. Untuk itulah kami ingin mengajukan penelitian ini untuk memenuhi prasyarat untuk membuat skripsi dengan judul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, SBI, Return On Asset Dan Beta Saham Terhadap Return Saham”.
7
B. Perumusan Masalah Berdasarkan
temuan-temuan
yang
diperoleh
dari
penelitian
sebelumnya, maka penelitian yang kami lakukan untuk mengidentifikasi masalah: 1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham. 2. Apakah ada pengaruh secara parsial antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham. 3. Manakah variabel independen yang paling dominan mempengaruhi return saham.
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka kami selaku yang akan meneliti bertujuan sebagai berikut : a. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham. b. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham. c. Untuk menganalisis variabel independen mana yang paling dominan mempengaruhi variabel dependen.
8
2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Peneliti Diharapkan menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan manajemen keuangan dan pasar modal khususnya pada kajian mengenai harga saham, sehingga bukan hanya mengenal secara teori tetapi juga secara praktek langsung. 2. Bagi Perusahaan Hal-hal yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna bagi perusahaan melihat keterkaitan pengaruh harga saham terhadap faktor lain yang mempengaruhinya. 3. Bagi Akademisi Menjadi acuan peneliti selanjutnya dan diharapkan memperoleh suatu model yang dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam bidang keuangan dan pasar modal dan digunakan sebagai bahan pembanding untuk penelitian-penelitian yang lain, serta dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam mempraktekan berbagai teori yang pernah diterima selama kuliah terutama yang berhubungan dengan manajemen keuangan.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi 1. Pengertian Investasi Investasi dapat didefinisikan sebagai suatu komitmen atas sejumlah dana dalam suatu periode mendapatkan pembayaran masa depan yang akan mengkompensasikan investor untuk ; waktu dimana dana tersebut dikomitmenkan, tingkat inflasi yang diekspektasikan, ketidakpastian dari pembayaran dimasa depan. Investasi pada dasarnya merupakan sarana untuk menempatkan dana dengan ekspektasi akan menghasilkan pendapatan yang positif dan nilainya yang meningkat. Dunia investasi khususnya pada sekuritas atau surat berharga pada saat ini menunjukan perkembangan yang amat pesat. Hal ini disebabkan antara lain karena minat masyarakat yang semakin besar untuk menanamkan dana yang dimiliki ke dalam bentuk sekuritas selain ke dalam tabungan atau deposito berjangka di Bank Menurut Yuliati (1996); investasi dapat diartikan sebagai cara penanaman modal baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat (keuntungan) tertentu sebagai hasil penanaman modal tersebut.
10
Menurut Reilly (2004) mendefinisikan investasi secara lebih spesifik yaitu sebagai pengalokasian saat ini atas sejumlah uang selama periode waktu tertentu untuk memperoleh pembayaran dimasa depan yang akan memberikan imbalan kepada investor atas ; waktu selama dana dialokasikan, tingkat inflasi yang diharapkan, ketidakpastian pembayaran masa depan. Untuk mengelola investasi yang baik, diperlukan suatu ilmu yang disebut dengan manajemen investasi. Secara sederhana, manajemen investasi adalah proses untuk mengelola uang atau dana. Lebih lanjut, Fabozzi (1995) mengungkapkan bahwa terdapat lima langkah manajemen investasi : 1. Menentukan tujuan investasi 2. Menetapakan kebijakan investasi 3. Memilih strategi portofolio 4. Memilih asset, mengukur dan mengevaluasi kinerja asset.
B. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal Menurut Suad Husnan (2004:3) mendefinisikan bahwa pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public aothorities, maupun perusahaan swasta. “Pasar modal adalah pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu
11
individu-individu atau badan usaha yang kelebihan dana (surplus fund) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya di tempat ini pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing dahulu pada badan otoritas dipasar modal yang terdaftar sebagai emiten (Sunariyah, 1997: 3). Pada undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pengertian pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan menurut David L.Scott (1998), pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa, saham preferen dan obligasi diperdagangkan. Menurut Jogiyanto Hartono (2008:3) Pasar adalah suatu situasi dimana para pelakunya (penjual dan pembeli) dapat menegosiasikan pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas. Modal adalah suatu yang digunakan oleh perusahaan sebagai sumber dana untuk melaksanakan kegiatan perusahaan. Sedangkan pasar modal merupakan suatu situasi dimana para pemjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas dan komoditas yang dipertukarkan disini adalah modal”. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi dengan efek-efek yang diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem terorganisasi
12
yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Ahmad Rodoni, 2006). Efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan, misalnya : surat pengakuan hutang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti hutang, bukti right (right issue) dan waran (warrant). Pengertian efek adalah suatu sistem yang terorganisir dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual efek (pihak yang defisit dana) dengan pihak pembeli efek (pihak yang surplus dana) secara langsung atau melalui wakil-wakilnya (Agus Sartono, 1996). Melalui pasar modal masyarakat diperkenankan memiliki saham perusahaan, dengan harapan untuk ikut menikmati penghasilan perusahaan melalui sarana pembagian deviden maupun peningkatan harga saham. Keikutsertaan masyarakat didalam pemilikan modal memberikan dampak yang positif terhadap pengelolaan perusahaan, yaitu melalui mekanisme pengawasan langsung oleh masyarakat, sehingga mendorong pihak manajemen perusahaan untuk mengelola perusahaan secara lebih profesional dan transparan menuju terciptanya aktifitas usaha yang efisien. Pasar modal merupakan suatu lembaga yang dalam kegiatan operasionalnya memberikan kesempatan kepada perusahaan yang telah berkembang dengan baik untuk menerbitkan surat berharga dalam bentuk saham, obligasi dan sekuritas sehingga perusahaan tersebut akan mendapatkan tambahan dana. Diharapkan dengan menerbitkan saham
13
ataupun obligasi dipasar modal, akan dapat menarik investor dalam menanamkan modalnya kedalam perusahaan. Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi, karena pasar modal menyediakan fasilitas atau sarana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana. Sedangkan pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktifitas pasar modal, secara umum faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi aktifitas pasar modal yang berasal dari kinerja mikroekonomi, yaitu kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang mencatatkan diri dipasar modal tersebut. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas pasar modal yang berasal dari kinerja makroekonomi maupun faktor-faktor lain di luar permasalahan ekonomi, seperti kondisi politik, keamanan, kebijakan pemerintah dan lain-lain.
14
2. Pasar Modal yang Efisien Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) ingin memastikan bahwa harus terdapat transparansi dalam pengungkapan berbagai informasi yang berhubungan dengan fundamental atau kinerja dari emiten. Transparansi ini dilakukan dengan mewajibkan para emiten untuk secara periodik melaporkan hasil laporan keuanganya kepada publik. Pasar modal dikatakan efisien ketika terjadi keadaan dimana harga dari seluruh sekuritas secara cepat dan menyeluruh merefleksikan seluruh informasi yang tersedia tentang sekuritas tersebut. Tandelilin (2001:114) menyatakan bahwa pasar modal yang efisien adalah sangat erat kaitanya dengan informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan karena menyangkut bagaimana pasar dapat merespon informasi-informasi tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga sekuritas menuju keseimbangan baru. Sedangkan Sharpe (2006) lebih menekankan pengertian efisiensi pasar pada ketidakmampuan investor untuk mendapatkan keuntungan yang berlebihan atau imbalan abnormal. Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersedian informasinya saja atau dapat dilihat tidak hanya dari ketersediaan informasi, tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan
berdasarkan
analisis
dari
informasi
yang
tersedia
(Jogiyanto,2003).
15
Hal yang sama dikemukakan Tandelilin (2001) bahwa efisiensi dapat diartikan tidak seorang investor dapat mengambil untung dari pasar. Artinya, jika pasar efisien dan semua informasi dapat diakses secara mudah dan dengan biaya murah oleh semua pihak di pasar, maka harga yang terbentuk adalah harga keseimbangan, sehingga tidak seorang investor dapat memperoleh keuntungan abnormal dengan memanfaatkan informasi yang dimilikinya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa pasar modal dikatakan efisien bila harga-harga sekuritas telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Harga-harga dengan cepat menyesuaikan bila ada informasi baru dan setelah penyesuaian oleh investor, tidak akan mampu mendapatkan keuntungan abnormal dari setiap tindakannya. Sehubungan dengan pengukuran pasar yang efisien maka yang perlu untuk diperhatikan adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi yang baru. Keane. S (2008:56) dalam bukunya “The Efficient Market Hyphothesis an The Implication for Financial Reporting” menyatakan bahwa harga yang dihasilkan dalam pasar modal merupakan estimator yang baik. Fama (1998:84) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien kedalam tiga bentuk efficiency market hyphotesis yaitu : a. Efisiensi pasar dalam bentuk lemah (weak form). Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah berarti harga-harga dari sekuritas yang terbentuk sekarang akan secara penuh mencerminkan informasi masa lalu.
16
b. Efisiensi pasar dalam bentuk setengah kuat (semistrong form). Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, termasuk informasi yang ada dalam laporan keuangan perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan abnormal dalam jangka waktu yang lama. c. Efisiensi pasar dalam bentuk kuat. Pasar dikatakan efisiensi
dalam
bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. 3. Indeks Saham Pada Pasar Modal Dalam rangka memberikan informasi yang lebih lengkap kepada publik, Bursa Efek Indonesia telah menyebarkan data pergerakan saham melalui media cetak maupun media elektronik. Salah satu indeks pergerakan saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini terdapat lima macam Indeks saham, yaitu : a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan seluruh saham yang tercatat (listing) di BEI sebagai komponen perhitungan indeks. b. Indeks LQ 45, Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tertinggi dan kapitalisasi pasar terbesar. c. Indeks Sektoral, menggunakan seluruh saham yang dikelompokan kedalam masing-masing sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan kedalam sembilan sektor berdasarkan klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Clasification). 17
d. Indeks Individual, indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. e. Jakarta Islamic Index (JII), indeks dengan jumlah 30 saham yang masuk dalam kriteria syariah dan likuid.
C. Fundamental 1. Analisis Fundamental Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih rendah dari harga wajar atau nilai intrinsik, sehingga layak dibeli, serta saham dikatakan overvalue apabila saham yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, sehingga menguntungkan untuk dijual. Pendekatan teknikal menggunakan data pasar yang dipublikasikan yaitu harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham individual maupun gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran saham tertentu maupun secara keseluruhan. Suad Husnan (1998) menyatakan bahwa analisis fundamental adalah salah satu jenis yang dilakukan investor dengan memperhatikan laporan keuangan dan indikator fundamental lainya, seperti pertumbuhan, pembayaran deviden dan kualitas manajemen perusahaan daripada memperhatikan perkembangan-perkembangan harga saham tersebut dari
18
hari ke hari. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga. Ahmad Rodoni (2005) menyatakan bahwa analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan yang meliputi tiga tahap analisis: a. Ekonomi Makro: analisis ini bertujuan untuk melihat faktor yang menguntungkan dalam ekonomi makro dalam kaitannya dengan perusahaan itu sendiri. b. Industri: analisis ini lebih spesifik dan bertujuan untuk melihat kaitan industri dengan perusahaan, seperti perkembangan perusahaan pesaing, standar industri dan pertumbuhan pasar. c. Perusahaan : analisis yang bertujuan untuk melihat situasi perusahaan yang meliputi berbagai aspek perusahaan, seperti keadaan keuangan perusahaan, situasi pemasaran, produksi dan manajemen. Ahmad Rodoni (2005), di dalam analisis fundamental terdapat dua pendekatan yang biasa dilakukan, yaitu : a. Pendekatan top down. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan makro ekonomi kemudian kepada situasi dan pertumbuhan itu sendiri.
19
b. Pendekatan buttom up. Pendekatan yang dimulai dari tingkat mikro (perusahaan) yang kemudian berkembang kepada analisis industri dan pendekatan akhir pada analisis makroekonomi. Analisa fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan: a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. b. Menerapkan hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Menurut Anatasia, et al (2003:24), analisis fundamental merupakan suatu analisa mengenai kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan para karyawan, sumber bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut. Jogiyanto (2005:34), analisis fundamental juga biasa disebut analisis perusahaan, yang merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Sedangkan menurut Corrado dan Jordan (2000:46) menyatakan bahwa analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk menguji informasi pada laporan akuntansi dan informasi finansial lainya untuk menghitung nilai ekonomi suatu saham perusahaan. 20
2. Kerangka analisis Fundamental Investasi dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung maupun investasi tidak langsung. Investasi aktiva langsung dapat dilakukan dengan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan. Sedangkan investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham (surat-surat berharga) dari perusahaan investasi yang diperdagangkan di pasar modal. Beberapa penulis memberikan sumbangan pemikiran terhadap model dalam menganalisis dan menilai saham
dengan istilah yang beragam; Karen
(1971) menyebut dengan istilah a flow diagram of stock price determination; Husnan (1998) menyebut dengan analisis teknikal; sedangkan Sharpe, Alexander dan Bailey (1999) menyebut dengan istilah the big picture. Dari ketiga analisis tersebut, untuk menganalisis dan menilai perilaku harga saham dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi ekonomi atau kondisi pasar yang terdiri dari variabel makroekonomi maupun kondisi spesifik perusahaan.
D. Harga Saham Harga saham dapat dijadikan indikasi untuk melihat perkembangan atau perubahan harga saham, dimana perubahan, volume dan frekuensi perdagangan saham menjadi patokan seberapa besar saham dinilai memiliki kinerja yang baik. Volume perdagangan merupakan alat ukur aktifitas penawaran dan permintaan saham di bursa.
21
Semakin tinggi penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Semakin tinggi volume perdagangan saham menunjukan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat, sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga saham. Naiknya harga saham dipengaruhi oleh pertimbangan analisis fundamental dan analisis teknikal, padangan kedua analisis tersebut sebagai gambaran investor melihatnya sebagai informasi yang berguna didalam berinvestasi. Dalam hal ini, investor melihat analisis fundamental adalah suatu analisis yang dilakukan suatu investor yang memang ingin berinvestasi dalam jangka panjang dalam suatu invetasi saham, maka melakukan analisis fundamental ini menjadi pertimbangan mutlak yang harus dilakukan. Sebaliknya, jika investor hanya ingin sekedar mengetahui kondisi umum emiten,cukup menganalisis beberapa rasio keuangan saja. Demikian pula jika investor hanya ingin berinvestasi dalam jangka pendek (membeli kemudian sesegera mungkin menjualnya), melakukan pendekatan analisis ; yaitu investor cukup menghitung PER (price earnings ratio) saja. Dimana PER (price earnings ratio ) adalah untuk menentukan apakah suatu saham overvalue (mahal) atau under value (murah) dan menghitung pendapatan per-saham (EPS), dimana melihatnya dengan cara mencari laba bersih suatu perusahaan, mencari jumlah saham yang beredar (outstanding stock).
22
Beberapa pendekatan kedua analisis ini dijadikan patokan didalam mengambil sebuah keputusan (decision making) dalam investasi di pasar bursa saham, melihat informasi yang diperlukan dalam menginvestasikan modal dengan tepat dan sesuai dengan harapan serta keinginan investor didalam mendapat capital gain (keuntungan) yang diharapkan. Sehingga dengan mengetahui gambaran tersebut, investor dapat dengan mudah dan percaya didalam menempatkan modal investasinya dengan tepat. Harga saham di pasar modal (pasar sekunder) setiap saat bisa saja mengalami perubahan (naik-turun). Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku perubahan harga saham : 1. Harapan Investor terhadap tingkat pendapatan deviden untuk masa yang akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan deviden suatu saat stabil, maka harga saham cenderung stabil. Sebaliknya jika pendapatan dan deviden berfluktuasi karena siklus perusahaan atau perubahan teknologi maka harga saham akan cenderung berfluktuasi juga. 2. Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan berkaitan erat dengan peningkatan harga saham. Apabila tingkat pendapatan perusahaan semakin besar, maka semakin besar pula perubahan harga sahamnya. 3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian pada masa yang akan datang selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi perekonomian saat ini stabil, maka investor optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang, sehingga harga saham cenderung stabil.
23
Pada prinsipnya membeli saham adalah membeli sebagian atau suatu fraksi dari kekayaan (asset) dan keuntungan (earnings) perusahaan, serta hakhak yang melekat padanya. Oleh karena itu harga saham banyak ditentukan terutama oleh reputasi atau kinerja (performance) perusahaan itu sendiri.
E. Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham Harga saham dapat dijadikan indikasi untuk melihat kecenderungan harga saham, dimana perubahan volume dan frekuensi perdagangan saham menjadi patokan seberapa besar saham dinilai memiliki kinerja yang baik. Volume perdagangan merupakan alat ukur aktifitas penawaran dan permintaan saham di bursa. Semakin tinggi penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Semakin tinggi volume perdagangan saham menunjukan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat, sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga saham. Studi empiris yang dilakukan oleh Poon (1994) menerangkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara perubahan return saham dan volume perdagangan saham. Salah satu contoh yaitu perusahaan yang listed di Chicago Board Option Exchange dari tahun 1982-1985, menunjukan indikasi
bahwa
terdapat
perubahan
struktural
hubungan
setelah
perdagangan, menemukan bahwa terdapat perubahan return saham signifikan dan berhubungan positif dengan volume perdagangan.
24
Frekuensi dan volume perdagangan saham sebagai alat ukur terhadap likuiditas suatu saham. Semakin tinggi frekuensi dan volume perdagangan suatu saham menunjukan bahwa saham tersebut semakin aktif diperdagangkan, volume dan frekuensi transaksi penting diketahui oleh investor untuk melihat apakah efek yang dibeli tersebut merupakan efek yang aktif diperdagangkan di pasar. Ini penting untuk mengetahui tingkat likuiditas suatu efek. Karena efek yang likuid mempunyai kecenderungan harganya naik atau lebih lama bertahan karena disenangi masyarakat (Marzuki Usman. 1990:174). Ada beberapa pendapat yang dinyatakan para ahli pasar modal terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham di Bursa Efek. Inflasi adalah kecenderungan dari harga untuk naik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
inflasi,
kecuali
kenaikan
tersebut
meluas
kepada
(atau
mengakibatkan kenaikan)sebagian besar dari harga-harga lain. Boediono (2001:161). Menurut Bapak Kaum Moneterist, Milton Friedman, Inflasi yang tinggi dan terus menerus hanya akibat kenaikan uang beredar yang tinggi, baik berupa uang kartal maupun giral. Inflasi selalu dan setiap saat merupakan fenomena moneter. Tetapi pergerakan naik dalam tingkat harga merupakan fenomena moneter hanya jika dalam suatu proses yang terus menerus. Bertambahnya jumlah uang menyebabkan turunya suku bunga selama tidak berada dalam kondisi liquidity trap. Untuk mengatasi tingginya inflasi sangat sederhana yaitu dengan mengurangi tingkat pertumbuhan yang beredar ke tingkat yang rendah. 25
Menurut pandangan Keynesian, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya, sehingga menyebabkan permintaan efektif
masyarakat
terhadap barang-barang (permintaan
agregrat) melebihi jumlah barang yang tersedia (penawaran agregrat), akibatnya terjadi inflationary gap. Keterbatasan penawaran agregrat ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregrat. Sama seperti pandangan kaum monetarist, pandangan Keynesian ini lebih banyak digunakan untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Karena saham merupakan keikutsertaan dalam suatu perusahaan, maka bila hal kondisinya sama, seyogyanya secara komparatif saham tidak berpengaruh terhadap inflasi. Menurut Fama (1981:56) inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan dan pengujian yang dilakukan oleh Fama pada tahun 1981. Wahlroos dan Berglund (1986:75) menemukan bahwa hubungan antara tingkat inflasi dengan stock return adalah negatif. Inflasi yang semakin tinggi akan mengindikasikan turunya permintaan uang. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan yang rendah pada kegiatan riil, yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan sehingga harga saham menjadi turun. Dengan naiknya inflasi, maka nilai aktiva perusahaan juga naik seperti tanah, pabrik dan saham, sehingga harga-harga produk itu akan menentukan harga barang jadi (Jhon White,1997:9). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gundono (1999) inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 26
Nilai tukar (valas) dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang terhadap nilai mata uang asing (dalam hal ini melihat dollar sebagai suatu patokan), pergerakan yang terjadi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan harga saham dimana sikap para investor yang mengambil keuntungan jangka pendek (profit taking) terhadap selisih kenaikan harga yang tergambar dalam pergerakan suatu bursa. Tindakan yang terlalu tamak dan tak terencana mengakibatkan perubahan yang sangat besar terhadap harga saham, sehingga kecenderungan sikap investor yang mengambil tindakan dini dalam menanamkan modal pada pasar saham yang terdaftar dibursa efek mengakibatkan tatanan kepercayaan publik terhadap suatu emiten yang dapat mengelola modal investasi yang ada. Jika emiten memberikan gambaran informasi yang tepat dan akurat, memberikan kepercayaan yang besar pada investor untuk menanamkan modalnya secara baik dan benar. Risiko perubahan nilai tukar biasanya paling berpengaruh pada perusahaan yang sebagian bisnisnya dilakukan dengan menggunakan mata uang asing, khususnya dollar Amerika. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pengaruh nilai tukar sangat berpengaruh besar terhadap arus kas perusahaan yang diterima. Oleh karena itu harga saham berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang (nilai kurs), karena pergerakan suatu emiten yang bertransaksi dengan menggunakan mata uang asing (dollar Amerika) sebagai suatu transaksi perdagangan internasional yang sah.
27
F. Return Saham Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari kekayaan pemegang saham untuk sesuatu jangka waktu. Peningkatan dalam rupiah adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam satu jangka waktu ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang berlaku dalam jangka waktu tersebut (Ahmad Rodoni dan OthmanYong, 2002:11). Return adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan bagi para investor, dan merupakan suatu harapan bagi investor setelah melakukan investasi. Return adalah suatu harapan keuntungan di masa yang akan datang tersebut merupakan kompensasi atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi yang dilakukan (Tandelilin, 2001:47). Pengembalian suatu investasi adalah harapan yang diinginkan bagi investor, maka bagi investor return adalah alasan bagi investor untuk menanamkan modalnya. Dan bagi investor tingkat resiko suatu saham sangat dijauhi, karena sangat berpengaruh pada tingkat pengembalian saham. Maka bagi para investor harus mengetahui faktor apa saja yang menjadi pengaruh naik turunya suatu return saham, dan harus memiliki pengetahuan dalam menghindari resiko yang terjadi. Pada dasarnya return memiliki dua komponen yang dapat menaikan atau menurunkan, yaitu berdasarkan cash yang diterima dari cash dan berdasarkan keuntungan atau kerugian dari suatu investasi “ This return will usually have two component. First, you may receive some cash directly while you own the investment. This called the income component of your return. Second, the value of the asset your purchase will often change inthis case. You
28
have a capital gain or capital loss on your investment” (Ross, Westernfield, Jordan, 2008:382). Pengembalian merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Pengembalian terdiri dari : 1. Pengembalian yang terealisasi (realized return) merupakan pengembalian yang telah terjadi. Pengembalian yang terealisasi dihitung berdasarkan data historis. Pengembalian yang terealisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja dari perusahaan. Pengembalian historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan pengembalian yang diharapkan (expected return) dan resiko di masa yang akan datang 2. Pengembalian yang diperoleh (expected return) merupakan pengembalian yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan pengembalian yang terealisasi yang sifatnya telah terjadi, pengembalian yang diharapkan sifatnya belum terjadi. Resiko (risk) sering dihubungkan dengan penyimpangan dari hasil yang diterima dengan yang diharapkan. Resiko terdiri dari : 1. Resiko pengembalian yang terealisasi (risk of realized return) merupakan resiko yang telah terjadi atas pengembalian yang terealisasi. 2. Resiko pengembalian yang diharapkan (risk of expected return) merupakan resiko yang akan terjadi atas pengembalian yang diharapkan (Dermawan Sjahrial, 2009:7). Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi namun di harapkan dapat terjadi dimasa mendatang. Return realisasi
29
(Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan dihitung berdasarkan data hitoris. return ekspektasi (Expected Return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. (Jogiyanto, 2000). Tingkat keuntungan (return) adalah rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Tingkat keuntungan saham yang diterima oleh pemodal dinyatakan sebagai berikut:
Dimana : Rti: Return Saham Pti : Harga saham i pada akhir periode Pti – 1 : Harga saham i pada awal periode
G. Nilai Tukar 1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakannilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen dan lain sebagainya.
30
Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktifitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhatihati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
2. Penentuan Nilai Tukar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993): a. Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomiseperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antarnegara,ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral. b. Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. c. Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau beritaberitasudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
31
3. Sistem Kurs Mata Uang Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yangberlaku di perekonomian internasional, yaitu: a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate) Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu : 1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. 2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs. b. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan
mata
uang
negara
partner
dagang
yang
utama
“Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi
32
sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodic dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam. d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam“keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yangberbeda dengan bobot yang berbeda.
33
e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit. H. Inflasi 1. Pengertian Inflasi Inflasi adalah kecenderungan barang-barang naik secara umum dan dalam jangka waktu yang tertentu (Case dan Fair, 1999). Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruhmempengaruhi.
Istilah
inflasi
juga
digunakan
untuk
mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Pada urnumnya inflasi bermakna "kenaikan yang berterusan dalarn tingkat harga urnum". 34
2. Timbulnya Inflasi Timbulnya inflasi dapat dilihat dari : a. Berdasarkan keparahan inflasi 1) Inflasi ringan, dibawah 10% setahun 2) Inflasi sedang, antara 10% - 30% setahun 3) Inflasi berat, 30% - 100% setahun 4) Hiperinflasi di atas 100% setahun b. Berdasarkan timbulnya inflasi 1) inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), inflasi ini timbul karena defisit anggaran belanja negara dan gagalnya pasar yang berakibat harga kebutuhan pokok menjadi mahal. 2) inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) terjadi karena kenaikan harga barang di negara lain, biaya produksi barang luar negeri tinggi, kenaikan impor tarif barang c. Berdasarkan sebab-sebab timbulnya inflasi, dapat digolongkan: 1) Tarikan permintaan (demand pull inflation) Inflasi ini terjadi karena permintaan agregat masyarakat akan berbagai macam barang terus meningkat, misalnya bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru dan bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kemudahan kredit bank.
35
2) Desakan biaya (cost push inflation) Inflasi ini diakibatkan oleh kenaikan ongkos produksi, biasanya diawali dengan kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah, kenaikan harga bahan modal, berkurangnya jumlah penawaran, naiknya harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah produksi 3) Inflasi campuran, terjadi karena kombinasi unsur inflasi tarikan dan inflasi dorongan biaya. 4) Inflasi impor, terjadi karena pengaruh inflasi luar negeri dan adanya perdagangan antar negara. Misalnya: suatu negara sedang mengalami inflasi, kemudian hasil produksi dari negara tersebut dibutuhkan oleh negara lain dan diimpor, maka harga barang tersebut meningkat.
3. Cara Mengatasi Inflasi Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar. Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi: a. Kebijakan Moneter Segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan ini meliputi:
36
1) Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang. 2) Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI 3) Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang 4) Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit 5) Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp. 1 b. Kebijakan Fiskal Dapat dilakukan dengan cara: 1) menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar. 2) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah 3) Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama.
37
c. Kebijakan Non Moneter Dapat dilakukan melalui: 1) Menaikan hasil produksi, pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih produktif dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan menjadi turun. 2) Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan upah disaat sedang inflasi. 3) Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagi barang- barang tertentu.
I. Debt To Equity Ratio (DER) Debt To Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Ross et al,.2008:66) yang menyatakan bahwa “debt to equity ratio is dividing total debt with total equity”. Menurut Horne dan Wachoviz (2004:145) “Debt to equity is computed by simply dividing the total debt of the firm (lincluding current liabilities) by its shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Brealey et al. (2001:490) “Debt to equity is long term debt of the firm dividing equity“. Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham.
38
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya atau juga bisa diartikan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat perusahaan dilikuidasi. Para banker dan kreditur jangka pendek sangat berminat untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar hutangnya dalam jangka pendek. Sedangkan kreditur jangka panjang sangat berkepentingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendek dan kemampuan membayar hutang jangka panjang. Salah satu bagian dari rasio solvabilitas adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) adalah bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini berarti semakin besar sumber dana yang berasal dari hutang, sehingga aset yang dimiliki oleh perusahaan sebagian besar didanai oleh hutang dan semakin besar risiko yang akan dihadapi perusahaan. Sehingga apabila nilai debt to equity ratio nya tinggi menunjukkan tingkat hutang yang besar dan hutang yang besar itu akan mengurangi keinginan para investor dalam menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut, sehingga harga saham suatu perusahaan akan bernilai rendah dan berpengaruh terhadap return saham yang akan diperoleh.
39
Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Adapun perhitungan dari DER adalah sebagai berikut :
J. Return On Asset Aktiva suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham dan kreditor, sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi perusahaan dalam melakukan usahanya. Sedangkan hasil usaha perusahaan dinyatakan dalam bentuk laba bersih atau Net Income After Tax (NIAT). Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total assets. ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan (Gitman, 2003). Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif kinerja perusahaan. Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut dan menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang diminati oleh banyak investor karena tingkat pengembaliannya akan semakin besar (Ang, 1997). Minat yang besar dari investor berdampak
40
terhadap kenaikan harga saham perusahaan di Pasar Modal. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Dari hasil penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil ini membuktikan bahwa dalam membuat keputusan investasi saham, investor masih mempertimbangkan ROA. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :
K. Beta Saham Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, maka akan semakin besar pula risiko investasi tersebut. Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah, risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara (Tandelilin, 2001). Di samping berbagai sumber risiko di atas, dalam manajemen investasi modern dikenal juga pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu : risiko nonsistematik dan risiko sistematik. Risiko nonsistematik disebut juga sebagai risiko spesifik, yaitu risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko nonsistematik dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi
41
investasi. Risiko sistematik merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Risiko sistematik tidak dapat diminimalkan dengan diversifikasi. Perubahan pasar akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi (Brigham, 2001). Menurut Jones (2004), “Systematic risk as is shown in part two on portfolio management an investor can construct a diversified portfolio and eliminate part of the total risk. The diversiviable or non market part. What is left is the diversiviable portion or the market risk variability in a securities total return that is directly associated with overall movements in the general market or economy”. Risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap risiko pasar dapat diukur dengan beta saham. Beta suatu sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan keuntungan pasar. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Untuk menghitung Beta digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi Beta suatu sekuritas dengan menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel terikat dan return-return pasar sebagai variabel bebas. Dalam penilaian saham, terdapat beberapa model teoritis yang dapat digunakan terkait dengan analisis fundamental dan analisis teknikal. Namun secara sederhana variabilitas harga saham tergantung pada earning dan deviden suatu perusahaan seperti yang dinyatakan Fuller and Farrell (1987), “key determinant of security price is expectations concerning the firm’s earning and
42
dividends and their associated risk”. Model yang dikembangkan adalah pendekatan Gordon yaitu Devidend Discount Model (DDM) yang constant growth. Faktor-faktor tersebut sebagai variabel bebas yang didasarkan pada pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan risiko dan return yang akan diterima para pemodal atas investasinya pada saham. Rumus yang digunakan untuk mencari risiko sistematik (Beta) adalah sebagai berikut :
Dimana:
Rm = Return market IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan tahun t IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan tahun t-1 Pit = Harga Saham i tahun t Pi t-1 = Harga Saham i tahun t-1 Di = Deviden saham i Ri = Return saham i
43
L. Perhitungan Beta Saham dengan Capital Asset Pricing Model 1. Pengertian CAPM CAPM merupakan teori dari William Sharpe yang merupakan kelanjutan dari teori portofolio modern dari Harry Markowitz. Teori ini mendefinisikan hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan aktiva pada equilibrium (Lukas Setia Atmaja, 2001: 47). Model Penentuan Harga Modal (Capital Asset Pricing ModelCAPM) bertujuan menyediakan pengembalian yang lebih besar untuk risiko yang lebih besar. Model ini mengasumsikan keinginan investor untuk menahan
efek
dalam
portofolio
yang
efisien
yang
memberikan
pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu. CAPM menyatakan bahwa pengembalian yang diharapkan tiap efek berkaitan dengan risikonya. Risiko diukur sebagai pergerakan sistematis efek bersama pasar yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi portofolio. Implikasi pentingnya adalah pasar memberikan kompensasi atas risiko sistematis (β), sementara menahan risiko tidak sistematis (yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi) tidak menghasilkan pengembalian tambahan. Menurut Weston dan Copeland (1992), Husnan (1996), model equilibrium meliputi Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). CAPM merupakan model yang dapat digunakan untuk menentukan harga sekuritas dengan menganalisis hubungan risiko (risk) dan tingkat return, Van Horn (1992), Weston dan Brigham (1993), dan Fischer dan Jordan (1995).
44
CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan expected return dari suatu asset yang berisiko dengan risiko dari asset tersebut pada kondisi pasar equilibrium. CAPM dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 oleh William F. Sharpe, Litner dan Mossin. Weston, Besley dan Brigham (1996) mendefinisikan CAPM sebagai berikut: “A Model based on the proposition that any stock’s required rate of return is equal to the risk free of return plus a risk premium, when risk reflect diversification”. (p. 193) CAPM merupakan model yang memberikan tolak ukur risiko surat berharga tertentu yang konsisten dengan teori portfolio. Model ini menghitung risiko yang tidak terdiversifikasi dari suatu portfolio tunggal dan membandingkannya dengan risiko yang terdiversifikasi dari suatu portfolio yang terdiversifikasi dengan baik. CAPM didasari oleh teori portfolio yang dikemukakan oleh Markowitz.Disamping asumsi tersebut, ada 9 asumsi lain dalam CAPM yang dibuat untuk menyederhanakan realitas yang ada yaitu (Fabozzi, 2003, p. 239) yaitu : a. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return dimasa depan yang identik, karena mereka mempunyai harapan atau ekspektasi yang hampir sama. Semua investor menggunakan sumber informasi seperti tingkat return, varians return dan matriks korelasi yang sama dalam kaitannya dengan pembentukan portfolio yang efisien. b. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya satu tahun. c. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan (lending) uang pada tingkat risk free rate of return.
45
d. Tidak ada biaya transaksi. e. Tidak ada pajak pendapatan. f. Tidak ada inflasi. g. Semua aktiva bisa diperjualbelikan dalam fraksi yang kecil. h. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satupun investor yang dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas, semua investor adalah price-taker. i. Pasar dalam keadan seimbang (equilibrium). Asumsi-asumsi model CAPM memang terlihat tidak realistis, misalnya tidak adanya biaya transaksi, inflasi, pajak pendapatan dan hanya satu periode waktu. Asumsi tersebut sulit ditemui di dalam dunia nyata, akan tetapi model CAPM merupakan model yang bisa menggambarkan atau memprediksi realitas di pasar yang bersifat kompleks. Oleh karena itu, CAPM sebagai sebuah model yang seimbang, bisa membantu menyederhanakan gambaran hubungan return dan risiko dalam dunia nyata yang terkadang sangat kompleks. Jika semua asumsi-asumsi terpenuhi, maka akan terbentuk suatu pasar yang equilibrium. Dalam kondisi pasar yang equilibrium investor tidak akan bisa memperoleh abnormal return dari tingkat harga yang terbentuk, termasuk bagi investor yang mendorong semua investor untuk memilih portfolio pasar, yang terdiri dari semua asset berisiko yang ada. Portfolio pasar tersebut akan berada pada garis efficient frontier dan sekaligus merupakan portfolio yang optimal.
Hal yang paling utama dari Capital Assets Pricing Model ini adalah pernyataan mengenai hubungan antara expected risk premium dari individual assets dan systematic risk-nya. Jack Treynor, William Sharpe dan John Lintner pada sekitar tahun 1960-an memformulasikan CAPM sebagai:
46
Ri – Rf = bi*(Rm – Rf) Yang juga sering dituliskan sebagai: Ri = Rf + bi*(Rm – Rf) Formulasi di atas mengatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu saham (Ri) sama dengan tingkat resiko (Rf) ditambah dengan premi resiko [bi*(Rm-Rf)]. Semakin besar resiko saham (b), semakin tinggi resiko yang diharapkan dari saham tersebut dan dengan demikian semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan. 2. Uji Empiris Terhadap CAPM Lebih dari tiga puluh tahun, teori manajemen keuangan di dominasi pandangan dari Sharpe (1964) bahwa expected return dari sebuah saham ditentukan oleh tingkat risikonya. Para ahli keuangan telah mengembangkan dua pendekatan untuk mengukur dan menentukan besarnya risiko, yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang diperkenalkan oleh William Sharpe (1964) dan Litner (1965) merupakan harga suatu asset pada kondisi equilibrium. Dalam keadaan equilibrium, tingkat return disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut (Lilin, 2001) dalam hal ini risiko yang diperhitungkan adalah risiko sistematis yang diwakili oleh beta, dan risiko yang tidak sistematis bias diminimumkan dengan cara diversifikasi. Model ini berlandaskan pada dalil yang sederhana yaitu hubungan antara risiko dan expected return. Capital Asset Pricing Model (CAPM) menjelaskan bahwa expected return suatu sekuritas adalah jumlah dari risk free rate ditambah dengan risk
47
premium dikalikan dengan beta. Risiko hanya diukur oleh sensitivitas return sekuritas individual terhadap return indeks pasar (beta). Salah satu asumsi dalam CAPM adalah bahwa seluruh investor memiliki mindset atau cara pandang yang sama terhadap investasi khususnya dalam memperkirakan expected return dari sebuah saham. Dalam dunia nyata asumsi ini jelas memiliki kelemahan, karena tidak ada satu proxi yang cukup untuk menangkap semua kemungkinan investasi karena seringkali perubahan return suatu saham tidak dapat dijelaskan oleh satu faktor (market indexs) Peran CAPM dalam pengambilan keputusan manajerial tentu akan dipengaruhi oleh keandalan teori tersebut dalam penerapan empiris. Pengujian empiris pertama kali terhadap model CAPM diawali oleh Litner (2001), hasilnya ternyata tidak mendukung CAPM . Model CAPM ini juga mendapat tantangan dari sebagian manajer investasi yang menemukan kesulitan untuk mempercayai bahwa risiko saham sepenuhnya tercermin pada beta. Kelemahan-kelemahan empiris yang terjadi pada model CAPM mendorong para ahli manajemen keuangan untuk mencari model alternative yang menerangkan hubungan antara return dengan risiko saham. Menurut Bower, Bower dan Logue, (1998) hal ini dikarena CAPM memberikan deskripsi yang sederhana tentang risiko dan expected return, serta model tersebut dianggap sangat membatasi dan gagal menerangkan secara sistematis adanya perbedaan expected return yang berkaitan dengan size yield dan bahkan periode tahun pengujian.
Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menilai validitas CAPM. Salah satunya telah diuji secara empiris oleh Fama and
48
MacBeth(1973).
Dari
pengujian
tersebut
diperoleh
hasil
bahwa
ditemukannya hubungan yang positif antara beta (risk) dengan return, meskipun bersifat lemah. Penelitian lainnya juga dilakukan dengan sampel yang berbeda namun metodologi yang sama. Untuk mengetahui ketidak konsistenan hasil uji empiris CAPM tersebut maka Pettengill et al (1995) melakukan penelitian serupa dan berhasil menemukan hal-hal yang dapat menjelaskan mengapa terjadi hubungan yang tidak signifikan atau hubungan yang lemah antara beta dan return pada penelitian sebelumnya. Menurut Pettengill et al (1995) diperlukan sebuah penyesuaian statistik dari metodologi yang dilakukan sebelumnya, karena return yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah realized return (return yang sudah terjadi) bukan menggunakan expected retrun (return yang diharapkan). Oleh karena itu dikembangkanlah sebuah model conditional relationship antara beta dan return yang dapat membedakan dua kondisi yang mungkin terjadi yaitu saat market risk premium positif dan saat market risk premium negative. Pada periode market risk premium positif (up market) seharusnya hubungan antara beta dan return adalah positif atau searah. Sedangkan pada saat market risk negative (down market) seharusnya hubungan antara beta dan return adalah negative atau berlawanan arah. Penelitian ini menghasilkan hubungan yang sangat signifikan antara beta dan return, sehingga ,menjadi dasar bagi penelitian dalam pembuktian CAPM selanjutnya.
49
M. Penelitian Sebelumnya Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari jurnal dan skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan dengan penelitian selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan waktu yang berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
Peneliti
1.
Ratna Prihantini (2009)
2.
Intan Italia (2008)
3.
Agung Sugiarto (2011)
Judul
Variabel
Metodologi Hasil Penelitian Penelitian Analisis Inflasi, Nilai Regresi inflasi, nilai tukar dan Debt to Pengaruh Tukar, ROA, Linier Equity Ratio (DER) Inflasi, Nilai DER DAN Berganda berpengaruh negatif dan Tukar, ROA, CR, Return signifikan terhadap Return DER DAN CR Saham Saham. Terhadap Return Sedangkan Return On Asset Saham (ROA) dan Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada industri real estate and property. Analisis EVA, DER, Regresi secara silmutan EVA, DER, Pengaruh EVA, NPM, PER, Linier NPM, PER dan ROA, DER, NPM, ROA, Return Berganda berpengaruh signifikan PER DAN ROA Saham terhadap Return Saham. Dan Terhadap Return secara parsial Economic Value Saham Added (EVA) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan, sedangkan sisanya tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Analisa Beta, Size Regresi beta mempunyai dampak yang Pengaruh Beta, Perusahaan, Linier positif terhadap stock return Size Perusahaan, DER Dan PBV Berganda tetapi tidak signifikan, besar DER Dan PBV Ratio Return kecilnya perusahaan dan rasio Ratio Terhadap Saham PBV mempunyai dampak Return Saham positif dan signifikan, sedangkan rasio DER mempunyai dampak negative dan signifikan terhadap stock return.
50
Tabel 2.1 (Lanjutan) No
Peneliti
Judul
Variabel
Metodologi Penelitian Regresi Linier Berganda
4.
Dheny Wahyu Fuadi (2009)
Analisis pengaruh suku bunga, volume perdagangan dan kurs terhadap return saham sector Properti yang listed di BEI
suku bunga, volume perdagangan dan kurs, return saham
5.
L.M.C.S. Menike (2006)
The Effect of Macroeconomic Variables on Stock Prices in Emerging Sri Lankan Stock Market
money supply, exchange rate, inflation rate and interest rate
multivariate regression
6.
Suyanto (2007)
Analisis Pengaruh Nilai Tukar Uang, Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Return Saham Sektor Properti Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2005
Nilai Tukar Uang, Suku Bunga Dan Inflasi, Return Saham
Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel suku bunga berpengaruh negative dan signifikan terhadap return saham, sedangkan volume perdagangan menunjukkan hasil positif namun tidak signifikan terhadap return saham dan kurs menunjukkan pengaruh yang negative dan signifikan terhadap return saham The negative effect of Treasury bill rate implies that whenever the interest rate on Treasury securities rise, investors tend to switch out of stocks causing stock prices to fall. However, lagged money Nilai tukar uang berpengaruh negatif terhadap return saham. Suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham. Inflasi berpengaruh positif terhadap return saham.
51
N. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, terdapat 5 (lima) variabel independen yang terdiri dari Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, Beta Saham diduga berpengaruh terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Analisis pengaruh variabel independen terhadap dependen menggunakan regresi linier berganda yang akan menghasilkan suatu kesimpulan. Berdasarkan uraian di atas,
hubungan masing-masing variabel independen
yang
berpengaruh terhadap dependen dapat dijelaskan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Perusahaan Manufaktur
Variabel independen : Nilai Tukar, Inflasi, DER, ROA, Beta Saham
Variabel dependent : Return Saham
Metode regresi berganda Uji asumsi klasik Metode regresi berganda Uji signifikan
Uji t
Uji f
Koefisien determinan
Kesimpulan Dan Saran
52
O. Hipotesis Penelitian Hipotesis Penelitian ditunjukan sebagai berikut: a. H0 : bi = 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan Beta Saham tidak mempunyai pengaruh secara simultan yang signifikan terhadap return saham H1 : bi ≠ 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan Beta Saham mempunyai pengaruh secara simultan yang signifikan terhadap return saham b. H0 : bi = 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan Beta Saham tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap return saham H1 : bi ≠ 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan Beta Saham terdapat pengaruh secara parsial terhadap return saham.
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Berbagai metode pengumpulan data digunakan, ialah satu metode pengumpulan data dalam menyusun dan mengumpulkan data-data yang diperlukan adalah melalui studi kepustakaan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan pemahaman konsep serta landasan teori yang lebih mendalam tentang penelitian yang akan dilakukan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari, mengkaji serta menelaah literature yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Setelah melakukan studi kepustakaan, riset lapangan dilakukan dengan melakukan data-data sekunder yang tersedia melalui internet maupun media cetak. Data yang digunakan dalam penelitian antara lain diambil melalui perpustakaan BEI yaitu Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) untuk data indeks LQ 45 bulanan dan IHSG bulanan,sedangkan untuk data inflasi, tingkat suku bunga SBI diambil melalui situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), sedangkan untuk data kurs dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika didapatkan melalui situs oanda (www.oanda.com). Selanjutnya untuk data lainya diambil dari berbagai situs antara lain Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id) serta Bloomberg (www.bloomberg.com) maupun dari situs yahoo finance (www.finance.yahoo.com).
54
1. Sumber Data Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder atau data harga indeks LQ 45 bulanan, yang diperoleh dari perpustakaan BEI yaitu Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), Situs Bank Indonesia,serta data yang didapatkan dari situs Badan Pusat Statistik, selain itu didapatkan dari sumber-sumber dari berbagai buku teks, surat kabar, serta jurnal untuk melihat kerangka teoritis serta penelitian sebelumnya. 2. Objek Penelitian Objek penelitian skripsi ini menggunakan data sekunder perusahaan go publik LQ 45 yang listed diBursa Efek Indonesia. Indeks LQ 45 adalah indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan yang telah terpilih melalui criteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham yang memiliki liquiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ 45 memiliki kriteria dan seleksi utama yang telah ditentukan. 3. Periode Pengamatan Penelitian ini dilakukan pada jangka waktu antara Januari 2007 sampai Desember 2010, pada kurun waktu tersebut diharapkan pada masa krisis finansial global (subprime mortgage) pada pertengahan tahun 2008 diharapkan keadaan pasar modal dunia dapat pulih dan bergairah kembali setelah dihempaskan gelombang krisis finansial global. Jumlah data tersebut dianggap telah mencukupi karena telah melebihi jumlah titik minimum untuk melakukan analisis regresi.
55
4. Metode Sampling Sampling adalah teknik untuk mengambil sampel data dari suatu populasi, karena data yang diambil hanya sebagian, sehingga dari sebagian data tersebut dapat ditarik kesimpulan yang merefleksikan populasi sebenarnya. Asnawi dan Wijaya (2005:45) membagi teknik pengambilan sampel menjadi dua bagian, yang pertama adalah probability sampling dimana elemen dari populasi memiliki kesempatan yang diketahui untuk dipilih menjadi sampel, selanjutnya yang kedua adalah nonprobability sampling dimana elemen dari populasi tidak memiliki peluang untuk dipilih sebagai sampel.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi adalah semua individu atau unit-unit yang menjadi objek penelitian, sedangkan sebagian individu atau unit-unit yang diambil dari populasi disebut sampel. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengapa penelitian hanya dilakukan terhadap sampel saja, yaitu: 1. Terbatasnya dana yang tersedia. 2. Terbatasnya waktu dan tenaga dalam penelitian 3. Penelitian yang dapat dilakukan dapat mengakibatkan barang yang diteliti menjadi cacat atau rusak. 4. Individu atau unit-unit dalam populasi sifatnya homogen. 5. Ukuran populasinya sangat besar dan tak terhingga.
56
Karena sampel ini hanya merupakan sebagian dari populasi, maka hendaklah sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili populasinya atau pengambilan sampel harus representatif (Zainal Mustofa,1998:36). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sudah Go Public di Bursa Efek Indonesia dan termasuk dalam indeks LQ 45. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45 yang eksis sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, Dipilihnya perusahaan dalam indeks LQ 45 karena perusahaan tersebut memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Berada di top 95% dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler. 2. Berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar. 3. Tercatat di BEI minimal 30 hari bursa. 4. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasar. 5. Memiliki porsi yang sama dengan sektor-sektor yang lain. 6. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi. C. Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan, buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Jakarta Stock Exchange (JSX) statistic, Laporan Bursa Efek Indonesia, Jurnal-jurnal, Surat Kabar Harian, dan Literatur-Literatur lainnya yang berhubungan dengan objek yang sedang diteliti.
57
Data yang diperlukan dari penelitian ini terdiri dari : 1) Laporan Keuangan Tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan yang menjadi objek penelitian. 2) Laporan Harga Saham Penutupan Tahunan Indeks LQ45 untuk periode 2007 sampai 2010. 3) Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan untuk periode 2007 sampai 2010. 4) Buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dari tahun 2007 sampai 2010.
D. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah dengan melakukan uji statistik regresi dan korelasi untuk melihat ada tidaknya pengaruh signifikansi terhadap kedua variabel independen, yaitu inflasi, nilai tukar, SBI, Return On Asset, beta saham terhadap variabel dependen yaitu return saham. Langkah - langkah dalam menganalisis penelitian ini adalah : 1. Uji Asumsi Klasik Suatu model regresi yang menghasilkan estimator tidak bias, harus memenuhi asumsi klasik diantaranya: tidak terjadi multikolonieritas, tidak ada autokorelasi, tidak ada heteroskedastisitas, dan normalitas. Untuk mengidentifikasikan pemenuhan asumsi klasik, maka penelitian ini akan melakukan uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji autokorelas, dan uji heteroskedastisitas secara multivariate. Berikut ini pengujian asumsi klasik:
58
a. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2007:74), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen (terkait) dan variabel independen (bebas) keduanya mempunyai kontribusi normal atau kah tidak. Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. 1) Analisis grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. 2) Uji statistik Selain dengan analisis grafik maka perlu dianjurkan dengan uji statistik, agar mencapai keakuratan yang lebih baik lagi. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. b. Uji Multikoliniaritas Uji
tentang
multikolinearitas
ini
dimaksudkan
untuk
membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen) lainnya (Sudarmanto, 2005:33). Dalam analisis regresi ganda, maka akan terdapat dua atau lebih variabel bebas yang diduga akan mempengaruhi variabel tergantungnya (dependen). Pendugaan tersebut akan dapat dipertanggungjawabkan apabila tidak terjadi adanya hubungan yang linear (multikolinearitas) di antara variabel - variabel independen. 59
Adanya hubungan yang linear antar variabel independen akan menimbulkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen. Oleh karena itu kita harus benar – benar dapat menyatakan, bahwa tidak terjadi adanya hubungan linear di antara variabel – variabel independen tersebut. Cara
yang
digunakan
untuk
mendeteksi
terjadinya
multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan uji Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah (Ghozali, 2007:75) 1) Mempunyai nilai VIF < 10, 2) Mempunyai angka tolerance > 0.10
c. Uji Autokorelasi Autokorelasi
dapat
didefinisikan
sebagai
korelasi
antara
serangkaian anggota observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) atau ruang (data cross section). Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen pada tahun amatan dipengaruhi oleh variabel dependen sebelum tahun amatan. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokerelasi. Untuk mengetahui apakah dalam model persamaan regresi terdapat autokorelasi, maka dilakukan uji Durbin - Watson (uji D-W) dengan ketentuan (Jogiyanto, 2003:134).
60
Uji durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen hipotesis yang akan diuji adalah (Imam Ghozali, 2007:) : Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0) Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi Tabel 3.1 Pengukuran Uji Autokorelasi Hipotesis nol Tdk ada autokorelasi positif Tdk ada autokorelasi positif
Keputusan Tolak
Jika 0 < d < dl
No desicien dl ≤ d ≤ du
Tdk ada korelasi negatif
Tolak
Tdk ada korelasi negatif
No deeisen
4 dl d 4 4 – da ≤ d ≤ 4 - dl
Tdk ada autokorelasi positf atau Tdk ditolak Du < d < 4 - du negatif Sumber: Imam Ghozali, 2005 d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000). 61
Jika regresi tidak lolos uji heteroskedastisitas maka variance dari standar error akan bias, akibatnya uji t = b/Se (b) tidak dapat dipercaya sehingga tidak bisa diambil kesimpulan. Apabila asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas ini tidak dipenuhi, maka penaksir menjadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (Gujarati, 1978). Ada beberapa teknik yang dapat dipakai untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas, yaitu (Gujarati, 1978) : dengan melihat residual plot persamaan regresi, uji Glesjer, uji Park, uji Rank Spearman, uji Goldfeld-Quandt, uji Breuce Pagan. Dalam penelitian ini, uji yang akan digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat residual plot persamaan regresi, yang dilakukan dengan melihat (Santoso 2000) : 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 2. Perhitungan Analisis Regresi Berdasarkan data hasil perhitungan terhadap nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio Return On Asset dan beta saham dan pengaruhnya terhadap harga saham, maka dilakukan analisis regresi dan korelasi antara ke lima variabel tersebut. Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer melalui program Exel dan SPSS. Mengingat jumlah data yang banyak, maka penulis
62
menggunakan komputer, sehingga hasil yang diperoleh lebih valid daripada dihitung secara manual. Pengujian terhadap analisis regresi dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen. Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + εi
Y
: Return Saham
a
: konstanta
X1
: Nilai Tukar
X2
: Inflasi
X3
: Debt To Equity Ratio
X4
: Return On Asset
X5
: Beta Saham
εi
: Standar error
3. Uji t (Parsial) Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : a) Perumusan Hipotesis Ho : βj = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : βj = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
63
b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5% c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan melihat nilai signifikan : 1) Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima 2) Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak. d) Pengambilan keputusan.
4. Uji F (Simultan) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara simultan yang dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Langkah- langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : a) Pengujian Hipotesis Ho : βj = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Ha : βj = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5% c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan melihat nilai signifikan : 1) Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima 2) Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak. d) Pengambilan keputusan
64
5. Koefisien Determinasi( Adjusted R Square) Uji koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independent menjelaskan variable yang dilihat melalui Adjusted R Square karena variabel independennya lebih dari dua.
E. Operasional Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang memiliki karakteristik dimana besar kecilnya variabel dipengaruhi oleh banyak faktor. Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan tergantung pada perubahan satu atau lebih faktor. Sedangkan variabel independen adalah variabel yang dapat berdiri sendiri tanpa tergantung atau dipengaruhi oleh faktor lain. a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah: Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return saham Perusahaan yang terdaftar pada perusahaan LQ 45 periode tahunan.
Di mana : R
: Tingkat Keuntungan / Pengembalian
Pt
: Harga Saham Tahun Tersebut
Pt-1 : Harga Saham Tahun Sebelumnya
65
b. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah: 1) Nilai Tukar Rupiah/US$ Nilai tukar Rupiah/US$ menunjukkan nilai dari mata uang dolar AS yang ditranslasikan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh, US$ 1 = Rp 9.000,- artinya apabila 1 dollar AS dihitung dengan menggunakan rupiah maka nilainya adalah sebesar Rp 9.000,-. Data yang diambil adalah Nilai tukar Rupiah/US$ mulai bulan Januari 2007 - Desember 2010. 2) Inflasi Tingkat inflasi diperoleh dari indeks harga konsumen berdasarkan perhitungan inflasi tahunan. Dengan sumber data yang dikeluarkan Bank Indonesia atau berasal dari situs bank Indonesia (www.bi.go.id).
3) Debt To Equity Ratio Debt To Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Ross et al, 2003:66) yang menyatakan bahwa “debt to equity ratio is dividing total debt with total equity”. Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) “Debt to equity is computed by simply dividing the total debt of the firm (lincluding current liabilities) by its shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham.
66
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Brealey et al. (2001:490) “Debt to equity is long term debt of the firm dividing equity“. Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Adapun perhitungan dari DER adalah sebagai berikut:
4) Return On Asset (ROA) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Rasio keuangan aspek profitabilitas ini dapat diukur dengan formulasi return on asset
Earning After Tax Return On Asset = Total Aktiva
67
5) Beta Saham Variabel beta digunakan untuk menggambarkan risiko sistematik yang dimasukkan dalam model analisis. Semakin tinggi tingkat beta, maka semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
68
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Pasar Modal Di Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
69
2. Struktur Pasar Modal Indonesia Gambar 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia
Menteri Keuangan BAPEPAM
Bursa Efek
Perusahaan Efek
Penjamin Emisi Efek Perantara Pedagang Efek Manajer Investasi Penasehat Investasi
Lembaga Keuangan Dan Penjamin
Lembaga Penyimpanan Dan Penyelesaian
Lembaga
Profesi
Penunjang
Penunjang
Biro Adm Efek Custodian Wali Amanat Penanggung
Akuntan Konsultan Hukum Penilai Notaris
Pemodal
Domestik Asing
Emiten Perusahaan Publik Reksa Dana
Sumber:www.idx.co.id
70
3. Lembaga-Lembaga Yang Terlibat Di Bursa Efek Indonesia Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa Efek Indonesia melibatkan benyak lembaga masing-masing pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek Indonesia adalah : a. Perusahaan yang go publik (Emiten) Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna membelanjai operasi rencana investasi. b. Perusahaan Efek Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manager investasi atau penasehat investasi. c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta penitipan harta untuk pihak lain. d. Perusahaan Reksa dana Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi, investasi kembali (reinvestasi).
71
e. Lembaga Penunjang Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penaggung (gurator) adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji. Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan penting dalam regristrasi saham, setelah scripless berperan memelihara investasi hingga memantau peroleh deviden investor, penawaran perdana (IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini pencatatan semua daham investor beralih ke Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). f. Profesi Penunjang Terdiri
dari
akuntan
publik,
notaris,
perusahaan
penilai
(appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan (auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat yang berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatab notaris.
72
Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain. Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemerikasaan menurut keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha dan lain-lain. g. Pemodal (Investor) Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan. h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut : 1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien dengan maksud untuk melinduingi kepentingan para pemodal dan masyarakat. 2) Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing, settlement dan lembaga-lembaga penyimpanan reksa dana, perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para profesional.
73
3) Untuk memberikan rekomendasi tentangt pasar modal kepada Menteri Keuangan. Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengannya diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan mulai oleh badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten.
4. Mekanisme Perdagangan a. Sistem Perdagangan Bursa Efek Indonesia Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai perdagangan di Indonesia Stock Exchange Building, Jl. Jenderal Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190, hingga saat ini, instrumeninstrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah saham, bukti right, warant, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22 Mei 1995. sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern yaitu Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan kegiatan administratif dan manajemen Bursa Efek Indonesia terpusat di lantai empat gedung yang sama. b. Sistem pasar : digerakkan oleh Order dan Lelang Terbuka Bursa Efek Indonesia menganut sistem order – driven market atau pasar yang digerakkan oleh order-order dari pialang dengan sistem lelang secara terus-menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak
74
melakukan transaksi harus menghubungi perusahaan pialang. Perusahaan pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan pialang melakukan jual efek untuk dan atas nama perusahaan itu sendiri sebagai bagian dari investasi portofolio. Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan memasuki semua order yang diterima ke terminal masing-masing di lantai bursa. Orang-orang yang bertindak di perusahaan pialang tersebut disebut
Wakil
Perantara
Perdagangan
Efek
(WPPE).
Dengan
menggunakan Jakarta Automated Trading (JATS), order-order tersebut diolah
oleh
komputer
yang
akan
melakukan
matcing
dengan
mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan demikian sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia adalah sistem lelang secara terbuka yang berlangsung terus menerus selama jam bursa. Hingga saat ini, seluruh order dari perusahaan pialang memang harus dimasukkan ke dalam sistem melalui terminal yang ada di lantai bursa. Bursa Efek Indonesia telah menerapkan akses jarak jauh atau remote trading access untuk Jakarta Automated Trading System (JATS) sehingga seluruh perusahaan pialang
bisa langsung melakukan
perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan dari luar Jakarta.
75
1) Penyelesaian Transaksi Transaksi di Bursa Efek Indonesia secara umum bukan transaksi yang bersifat tunai. Bursa menentukan apabila transaksi dilakukan hari ini, maka penterahan saham dan pembayaran harus diselesaikan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari bursa ke lima (T+4) setelah terjadinya transaksi. Penyelesaian untuk transasksi obligasi dilakukan antara anggota bursa yang melakukan transaksi. Sementara itu, penyelesaian untuk transaksi right dilakukan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
2) Sistem Otomasi Perdagangan Otomasi sistem perdagangan atau Jakarta Automated Trading System (JATS) dimulai tanggal 22 Mei 1995. awalnya, Bursa Efek Jakarta menyediakan 444 unit trader work sistem di lantai perdagangan bursa. Pada bulan Mei 2000, Bursa Efek Indonesia melakukan perluasan lantai dengan 360 terminal di lantai 5 gedung bursa, perluasan ini dilakuakn untuk sementara. Terminal-terminal yang dinamakan Trader Work System atau booth dihubungkan dengan mesin utama perdagangkan (Trading Engine) melalui jakarta Stock Exchange Network.
76
Pada tahap poertama, implementasi Jakarta Automated Trading System (JATS) lebih dipusatkan pada sistem konversi dari manual ke sistem komputerisasi. Pengembangan implementasi Jakarta Automated Trading System (JATS)
terdiri dari beberapa
tahap, antara lain : a) Implementasi perdagangan tanpa warant (scriless trading) yang terintegrasi dengan sistem kliring dan penjaminan (clearing and guarante system) PT. Kliring dan Penjaminan Indonesia. b) Berkenaan
dengan
peningkatan
transaksi,
perluasan
lantai
perdagangan dengan kapasitas 804 booth dilakukan untuk mengantisipasi
kebutuhan
anggota
bursa
terhadap
fasilitas
perdagangan pada pertengahan tahun 2000. c) Pengembangan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Dengan menggunakan fasilitas ini anggota bursa dapat secara langsung mengakses Jakarta Automated Trading System (JATS) dari kantornya, kantor pusat maupun kantor cabang. 3) Biaya Transaksi Untuk membeli atau menjual saham, investor diwajibkan membayar biaya transaksi kepada perusahaan pialang berdasarkan kesepakatan. Dalam peraturan Bursa Efek Indonesia, biaya komisi setinggi-tingginya 1 % dari total nilai transaksi (beli atau jual). Sementara itu, pialang diwajibkan membayar biaya transaksi sebesar 0,04 % dari total nilai transaksi di bursa.
77
Perusahaan pilang diwajibkan membayar biaya-biaya sebagai berikut : a) Untuk transaksi saham dan right dikenakan sebesar 0,04 % dari kumulatif nilai transaksi setiap bulan dan 0,01 % dari biaya tersebut oleh PT. Kliring Penjamin efek (KPEI) dan sisanya 0,015 % untuk biaya operasional bursa dan 0,006 % untuk PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). b) Untuk transaksi obligasi atas unjuk tidak dikenakan biaya transaksi. c) Untuk transaksi warant dikenakan biaya sebesar 0,02 % dari nilai transaksi dimana 0,005 % untuk dana jaminan dan kliring di PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia. 0,0045 % untuk biaya penyelesaian dan kliring di Kliring Penjamin Efek Indonesia, dan sisasnya untuk biaya operasional bursa 0,0075 % dan untuk Kustodian Sentral efek Indonesia 0,003 %. d) Untuk anggota bursa yang tidak melakukan transaksi sama sekali, wajib membayar biaya administratif kepada bursa sebesar Rp 250.000 per bulan (untuk anggota aktif). Pengenaan komisi dan biaya-biaya transaksi ini belum termasuk Pajak Penambahan nilai (PPn) sebesar 10%. Pajak transaksi penjualan saham ditetapkan sebesar 0,1 % dari kumulatif nilai transaksi penjualan (khusus untuk saham).
78
B. Sejarah Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan LQ-45 Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang telah terpilih yang memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang terus direview setiap 6 bulan. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut : 1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir. 2. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir) 3. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan 4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler. Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 adalah perusahaan yang memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Publik. Di dalam indeks LQ 45 terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45.
79
2. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar pada bursa efek Jakarta yang masuk dalam kategori perusahaan LQ-45, yang eksis dari tahun 2007 – 2010, berdasarkan perusahaan yang menjadi objek yang eksis 2007 – 2010 ditemukan sebanyak 19 perusahaan yang menjadsi objek penelitian yang akan dijadikan penelitian, adapun daftar perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian NO EMITEN 1 AALI 2 ANTM 3 ASII 4 BNBR 5 BRPT 6 BUMI 7 INCO 8 INDF 9 INTP 10 ISAT 11 KLBF 12 LSIP 13 MEDC 14 PTBA 15 SMGR 16 TLKM 17 TINS 18 UNVR 19 UNTR Sumber: Data Diolah
Nama Perusahaan PT. Astra Agro Lestari, Tbk PT. Aneka Tambang, Tbk PT. Astra Internasional PT. Bakrie dan Brother, Tbk PT. Barito Pacific, Tbk PT. Bumi Resources, Tbk PT. International Nickel Indonesia, Tbk PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk PT. Indosat (Persero), Tbk PT. Kalbe Farma, Tbk PT. PP London Sumatera, Tbk PT. Medco Energi International, Tbk PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk PT. Semen Gresik (Persero), Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk PT. Timah (Persero), Tbk PT. Unilever Indonesia, Tbk PT. United Tractors, Tbk
80
C. Hasil Dan Pembahasan 1. Deskriptif Data Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model analisis Regresi Berganda, yaitu variabel return Saham sebagai variabel terikat, variabel Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset dan Beta Saham sebagai variabel bebas. a. Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar (valas) dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang terhadap nilai mata uang asing (dalam hal ini melihat dollar sebagai suatu patokan), pergerakan yang terjadi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan harga saham dimana sikap para investor yang mengambil keuntungan jangka pendek (profit taking) terhadap selisih kenaikan harga yang tergambar dalam pergerakan suatu bursa. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pengaruh nilai tukar sangat berpengaruh besar terhadap Harga Saham perusahaan. Oleh karena itu harga saham berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang (nilai kurs), karena pergerakan suatu emiten yang bertransaksi dengan menggunakan mata uang asing (dollar Amerika) sebagai suatu transaksi perdagangan internasional yang sah.
81
Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Tukar NO EMITEN 1 AALI 2 ANTM 3 ASII 4 BNBR 5 BRPT 6 BUMI 7 INCO 8 INDF 9 INTP 10 ISAT 11 KLBF 12 LSIP 13 MEDC 14 PTBA 15 SMGR 16 TLKM 17 TINS 18 UNVR 19 UNTR Sumber: Data Diolah
2007 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165
2008 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395
2009 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090
2010 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,040
b. Inflasi Dalam teori ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis (Boediono, dalam Setiawan: 2006), pertama demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan permintaan agregat dari masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang. Jenis yang kedua, adalah cost push inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena meningkatnya harga-harga faktor produksi sehingga menaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Maulidah (2004), pada saat terjadi inflasi, harga barang-barang cenderung naik maka hal ini menyebabkan meningkatkan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Peningkatan biaya produksi menyebabkan
82
harga jual produk meningkat sehingga akan mengurangi kuantitas produk yang dijual, akibatnya laba menurun. Dengan menurunnya kinerja keuangan perusahaan, menyebabkan deviden yang dibagikan kepada pemegang
saham
berkurang,
sehingga
investor
enggan
untuk
mempertahankan kepemilikannya atas saham perusahaan. Tabel 4.3 Perhitungan Inflasi NO EMITEN AALI 1 ANTM 2 ASII 3 BNBR 4 BRPT 5 BUMI 6 INCO 7 INDF 8 INTP 9 ISAT 10 KLBF 11 LSIP 12 MEDC 13 PTBA 14 15 SMGR 16 TLKM 17 TINS UNVR 18 19 UNTR Sumber: Data Diolah
2007 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40%
2008 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31%
2009 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90%
2010 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13%
83
c. Debt To Equity Ratio DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian DER dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas pemilik. Tabel 4.4 Perhitungan Debt To Equity Ratio EMITEN NO 1 AALI ANTM 2 ASII 3 BNBR 4 BRPT 5 BUMI 6 INCO 7 INDF 8 INTP 9 ISAT 10 KLBF 11 LSIP 12 MEDC 13 PTBA 14 15 SMGR 16 TLKM 17 TINS UNVR 18 19 UNTR Sumber: Data Diolah
2007 0.28 0.37 1.17 1.48 0.57 1.26 0.36 2.62 0.44 1.72 0.33 0.70 2.85 0.40 0.27 1.16 0.50 0.98 1.26
2008 0.23 0.26 1.21 1.86 1.22 2.02 0.21 3.11 0.33 1.95 0.38 0.54 1.68 0.51 0.30 1.38 0.51 1.10 1.05
2009 0.24 0.27 1.02 2.38 1.17 2.39 0.19 2.68 0.20 2.04 0.45 0.41 1.66 0.38 0.26 1.28 0.50 0.92 0.74
2010 0.19 0.28 1.10 1.69 1.20 4.06 0.30 1.34 0.17 1.94 0.23 0.22 1.86 0.36 0.29 0.98 0.40 1.15 0.84
84
d. Return On Asset Aktiva suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham dan kreditor, sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi perusahaan dalam melakukan usahanya. Sedangkan hasil usaha perusahaan dinyatakan dalam bentuk laba bersih atau Net Income After Tax (NIAT). Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total assets. ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan (Gitman, 2003). Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif kinerja perusahaan. Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut dan menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang diminati oleh banyak investor karena tingkat pengembaliannya akan semakin besar (Ang, 1997). Minat yang besar dari investor berdampak terhadap kenaikan harga saham perusahaan di Pasar Modal. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
85
Tabel 4.5 Perhitungan Return On Asset NO EMITEN 1 AALI 2 ANTM 3 ASII 4 BNBR 5 BRPT 6 BUMI 7 INCO 8 INDF 9 INTP 10 ISAT 11 KLBF 12 LSIP 13 MEDCO 14 PTBA 15 SMGR 16 TLKM 17 TINS 18 UNVR 19 UNTR Sumber: Data Diolah
2007 54.44 60.66 16.74 4.28 0.28 30.32 88.83 6.99 2.03 6.47 22.55 21.20 5.20 26.94 30.07 31.19 52.73 52.90 15.75
2008 60.58 18.84 19.03 (61.37) (26.21) 19.41 25.14 6.57 3.31 4.50 20.65 26.96 25.24 41.78 33.85 22.26 36.46 53.01 16.86
2009 182.58 7.89 18.44 (4.88) 6.92 6.99 11.61 10.06 28.59 4.06 22.69 20.78 2.48 46.57 35.94 22.91 11.31 56.76 22.31
2010 193.17 18.46 18.64 (26.78) 0.38 11.39 26.54 11.49 27.68 2.05 25.18 24.85 9.47 29.80 30.35 21.47 19.17 52.16 17.04
e. Beta Saham CAPM merupakan teori dari William Sharpe yang merupakan kelanjutan dari teori portofolio modern dari Harry Markowitz. Teori ini mendefinisikan hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan aktiva pada equilibrium (Lukas Setia Atmaja, 2001: 47). Model ini mengasumsikan keinginan investor untuk menahan efek dalam portofolio yang efisien yang memberikan pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu. Risiko diukur sebagai pergerakan sistematis efek bersama pasar yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi portofolio. 86
Tabel 4.6 Perhitungan Beta Saham NO EMITEN 1 AALI 2 ANTM 3 ASII 4 BNBR 5 BRPT 6 BUMI 7 INCO 8 INDF 9 INTP 10 ISAT 11 KLBF 12 LSIP 13 MEDCO 14 PTBA 15 SMGR 16 TLKM 17 TINS 18 UNVR 19 UNTR Sumber: Data Diolah
2007 183.36 96.46 108.99 129.32 514.55 867.12 319.14 67.85 60.87 38.63 4.37 89.73 64.66 365.21 (43.83) (3.92) 839.30 (1.18) 97.50
2008 1.24 (1.94) 1.18 1.54 1.47 1.57 1.79 1.22 0.89 0.71 1.29 1.37 1.22 0.86 (1.20) 0.69 1.76 (0.11) 1.15
2009 (0.92) 2.27 (2.39) 0.02 (0.76) (1.44) (0.27) (3.19) (1.92) 1.36 (2.33) (1.73) 0.61 (1.19) 0.78 0.52 (0.21) 0.45 (2.75)
2010 0.38 0.65 (2.60) 3.13 2.32 (0.30) (0.92) (1.19) 0.29 0.45 (9.20) (2.37) (1.22) 1.48 1.50 1.54 (1.20) (2.04) (2.34)
f. Return Saham Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari kekayaan pemegang saham untuk sesuatu jangka waktu. Peningkatan dalam rupiah adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam satu jangka waktu ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang berlaku
dalam
jangka
waktu
tersebut
(Ahmad
Rodoni
dan
OthmanYong, 2002:11).
87
Tabel 4.7 Perhitungan Return Saham NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
EMITEN AALI ANTM ASII BNBR BRPT BUMI INCO INDF INTP ISAT KLBF LSIP MEDCO PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2007 1.2222 0.6574 0.7389 0.8710 3.3750 5.6667 2.1048 0.4714 0.4261 0.2815 0.0588 0.6136 0.4507 2.4043 (0.2545) 0.0050 5.4859 0.0227 0.6641
2008 (0.6500) 1.2547 (0.6136) (0.8276) (0.7857) (0.8483) (0.9799) (0.6388) (0.4390) (0.3353) (0.6825) (0.7254) (0.6369) (0.4250) 0.8084 (0.3202) (0.9624) 0.1556 (0.5963)
2009 1.3214 (0.7820) 2.2891 0.7000 1.2167 1.6648 0.8912 2.8172 1.9783 (0.1783) 2.2500 1.8547 0.3102 1.5000 0.1987 0.3696 0.8519 0.4167 2.5227
2010 0.1516 0.1136 0.5720 (0.2353) (0.1203) 0.2474 0.3356 0.3732 0.1642 0.1429 1.5000 0.5389 0.3776 (0.0029) (0.0055) (0.0106) 0.3750 0.4932 0.5355
2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2005: 110-112).
88
1) Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Gambar 4.2 Uji Normalitas Data
Sumber : Data Diolah Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (mengikuti pada wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu return saham berdasarkan masukan variabel independen yaitu nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, Return On Asset dan beta saham. 89
2) Analisis Statistik Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Tabel 4.8 Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas) Nilai Tukar N Normal Parametersa
Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
76 38.5000
Inflasi
Debt to Return On Equity ratio Asset
76 .0668
76 38.5000
76 38.5000
21.41043 .02185
22.08061
22.08303
.069 .069 -.068 .600 .865
.067 .067 -.062 .588 .601
.171 .171 -.171 1.494 .073
.300 .300 -.208 2.616 .723
Beta Saham
Return Saham
76 76 49.8701 38.5000 158.0104 22.0830 1 3 .416 .062 .416 .062 -.341 -.062 3.626 .543 .930 .930
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data Diolah Berdasarkan uji kolmogorof-Smirnov di atas, terlihat nilai Asymp.Sig memiliki nilai > 0,05, Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu return saham berdasarkan masukan variabel independen yaitu nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, Return On Asset dan beta saham. Maka data penelitian layak digunakan sebagai penelitian.
90
b. Uji Multikolinieritas Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil Pengujian Multikolinearitas Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) Nilai Tukar
.193
5.178
Inflasi
.198
5.046
Debt to Equity ratio
.648
1.543
Return On Asset
.642
1.558
Beta Saham
.837
1.194
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data Diolah Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10
maka
data
di
atas
dapat
dipastikan
tidak
terjadi
gejala
multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih besar dari 10, keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.
91
c. Uji Autokolerasi Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW). Pada tabel 4.7 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 2,099 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sample (n) 76 dan jumlah variabel independen (k) adalah 5. Maka dari tabel didapat nilai du = 1,245 dan 4 – du = 4 – 1,245 = 2.755. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1.245 < 2,099 < 2,755 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif. Tabel 4.10 Hasil Pengujian Autokolerasi Model
R
1
.748a
R Square .559
Adjusted R Square .527
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 15.18289
2.099
a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data Diolah
92
d. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak equal
terhadap
variabel
independen.
Konsekuensi
adanya
heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter plot diagram. Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data Diolah Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
93
3. Uji Signifikansi a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari dari nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return Saham di Bursa Efek Indonesia secara parsial. Tabel 4.11 Hasil Pengujian Uji t Unstandardized Coefficients Model
B
Standardized Coefficients
Std. Error
1 (Constant)
85.565
9.280
Nilai Tukar
.578
.186
-1054.183
Inflasi Debt to Equity ratio
Beta
t
Sig.
9.220
.000
.561
3.103
.003
180.237
-1.043
-5.849
.000
-.064
.099
-.064
-.651
.517
Return On Asset
.035
.099
.035
.350
.728
Beta Saham
.044
.012
.313
3.606
.001
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data diolah Variabel nilai tukar, dengan nilai thitung sebesar 3,103 > 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti nilai tukar berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham. Variabel inflasi, dengan nilai thitung sebesar -5,423 < 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti inflasi berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham.
94
Variabel debt to equity ratio, dengan nilai thitung sebesar -0,651 < 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,517 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham. Variabel return on asset, dengan nilai t hitung sebesar 0,351 < 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,728 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti return on asset tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham. Variabel beta saham, dengan nilai thitung sebesar 3,606 > 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,001 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti beta saham berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return Saham secara simultan atau serentak. Tabel 4.12 Hasil Pengujian Uji F Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
20438.097
5
Residual
16136.403
70
Total
36574.500
75
F
4087.619 17.732
Sig. .000a
230.520
a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data Diolah
95
Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 17,732 dengan signifikan 0,000. Dengan mencari pada tabel F, diperoleh nilai Ftabel 2,35. Dengan kondisi dimana Fhitung lebih besar daripada Ftabel dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha (0,05), maka dapat diambil kesimpulan adalah H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel-variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap return saham. c. Koefisien Determinasi (Adj.R Square) Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien 2
2
determinasi (Adj.R ). Dari koefisien determinasi (Adj.R ) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai 2
(Adj.R ) = 0,527 yaitu persentase pengaruh variabel nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham sebesar 52,7%. Tabel 4.13 Hasil Pengujian Adj R Square Model
R
1
.748a
R Square .559
Adjusted R Square .527
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 15.18289
2.099
a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data Diolah
96
4. Analisis Regresi Linier Berganda Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham di BEI dalam kategori LQ 45 pada tahun 2007 - 2010 adalah sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Analisis Regresi Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
85.565
9.280
Nilai Tukar
.578
.186
.561
-1054.183
180.237
-1.043
Inflasi Debt to Equity ratio
-.064
.099
-.064
Return On Asset
.035
.099
.035
Beta Saham
.044
.012
.313
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data diolah Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham sebagai berikut: Y = 85,565 + 0,578 x1 - 1054,183 x2 + 0,044 x5 + ei Keterangan : Y
= Return Saham
a
= konstanta
x1
= Nilai Tukar
x2
= Inflasi
x5
= Beta Saham
ei
= error term 97
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 85,565 menunjukkan bahwa jika variabel nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham bernilai nol maka nilai return saham adalah 85,565 satuan. Sedangkan variabel nilai tukar sebesar 0,578 menunjukkan bahwa jika variabel nilai tukar meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return saham
sebesar
0,578
satuan.
Variabel
Inflasi
sebesar
-1054,184
menunjukkan bahwa jika variabel inflasi meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return saham sebesar -1054,184 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel beta saham sebesar 0,044 menunjukkan bahwa jika variabel beta saham meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return saham sebesar 0,044 satuan.
D. Interpretasi Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang berpengaruh dan signifikan mempengaruhi return saham adalah variabel nilai tukar, inflasi dan beta saham dengan nilai signifikansi dibawah 0,05. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Prihantini (2009). Dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER DAN CR Terhadap Return Saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi, nilai tukar dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham. Sedangkan Return On Asset (ROA) dan Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada industri real estate and property.
98
Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap return saham. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Intan Italia (2008), dengan judul penelitian Analisis Pengaruh EVA, DER, NPM, PER DAN ROA Terhadap Return Saham. Analisis yang digunakan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara silmutan EVA, DER, NPM, PER dan ROA, berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Dan secara parsial Economic Value Added (EVA) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan, sedangkan sisanya tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel beta saham memiliki pengaruh terhadap return saham, hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung Sugiarto (2011). Analisis yang digunakan menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan analisis regresi, beta mempunyai dampak yang positif terhadap stock return tetapi tidak signifikan, besar kecilnya perusahaan dan rasio PBV mempunyai dampak positif dan signifikan, sedangkan rasio DER mempunyai dampak negative dan signifikan terhadap stock return. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel nilai tukar memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Prihantini (2009), dalam penelitianya yang berjudul Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER DAN CR Terhadap Return Saham. Analisis yang digunakan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi, nilai tukar dan Debt to
99
Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
Return
Saham. Sedangkan Return On Asset (ROA) dan Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada industri real estate and property.
100
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil uji regresi menyatakan bahwa seluruh variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham 2. Hasil Uji regresi secara parsial ditemukan bahwa variabel yang berpengaruh dan signifikan terhadap return saham adalah nilai tukar, inflasi dan beta saham sedangkan debt to equity ratio, return on asset dan beta saham tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 3. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap return saham adalah inflasi. Dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien beta yang paling besar antara variabel independent lainya. Dengan nilai 1,043 adalah nilai paling besar dengan variabel independen lainya. 4. Nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adj.R Square) sebesar 0,527. Hal ini berarti 52,7 % dari return saham dapat dijelaskan oleh variabel independen (nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham). Dan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini sebesar 41,3%.
101
B. Saran Dan Implikasi Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan peneliti, penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian-penelitian berikutnya, beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian yang lebih baik lagi, adapun sarannya sebagai berikut : 1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia. 2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data. 3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi harga saham sehingga dapat menjadi luas penelitian 4. Mencari teori yang relevan dengan keadaan sekarang. Implikasi : return Saham dalam suatu investasi sangat diperlukan sebagai informasi dari seorrang investor, maka perlu adanya suatu alat analisis untuk mengetahui return saham selanjutnya, maka perlu adanya penelitian yang dapat mempengaruhi return saham, karena pentingnya return saham dalam memprediksi keuntungan investasi. Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu:
102
1. Implikasi Bagi Investor Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko maka pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan saja tetapi investor harus bersedia menanggung risiko atas investasinya. Oleh karena itu dalam melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan
investasi
yang
dilakukannya,
sehingga
menghasilkan
keuntungan yang lebih baik lagi dan untuk mengetahui perubahanperubahan sehingga tidak salah dalam melakukan investasi. 2. Implikasi Bagi Perusahaan Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang berhubungan dengan investasi. 3. Implikasi Bagi Akademis Penilaian analisis Pengaruh nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
103
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rodoni dan Herni Ali, “Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2010. Almas, Hijriah, “Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti Di Bursa Efek Jakarta”, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, 2007 Annissa, Yunita Uli, “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi DI BEI”, Universitas Gunadarma: Jakarta, 2009 Arsyad Lincoln.”Peramalan Bisnis”, Edisi 1 BPFE-Yogyakarta,1997 Arseptin, Ari Nur Anggraeni, “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Perbankan”, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah: Surakarta, 2009 Bayu, Cahyosusilo, “Pengaruh Kurs Dollar, Inflasi Dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham Di BEI”, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah: Surakarta, 2008 Bodie, Keane, Marcus, “Investment”, Edisi 6 Salemba Empat, Jakarta 2008 Donna Menina, Della Maryanne, “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Volume Perdagangan Saham, Inflasi Dan Beta Saham Terhadap Harga Saham”, Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro: Semarang, 2009 Fahlafi, Riza, “Cointegration And Backward Looking Approach Pada Determinasi Perilaku Harga Saham Sebelum Dan Sesudah Krisis Ekonomi Di Indonesia”, Buletin Ekonomi, Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan Ekonomi Pembangunan Vol 5 No.2,Agustus 2007, Fakultas Ekonomi UPN “VETERAN”, Yogyakarta Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang, 2005 Hartono, “SPSS 16”. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008 Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Sklripsi”. Cetakan 1, FEIS Press, Jakarta, 2007
104
Husnan, Suad, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi 1 UPP AMPYKPN- Yogyakarta, 1993 L.M.C.S. Menike, “The Effect of Macroeconomic Variables on Stock Prices in Emerging Sri Lankan Stock Market”, Department of Accountancy & Finance Sabaragamuwa University, Belihuloya, 2006 Santoso, Singgih. ”SPSS Statistik Parametrik”. Cetakan Pertama, Jakarata, PT. Elexmedia Komputindo, 2000 Jogiyanto H.M, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi 2 BPFEYogyakarta, 2000 Kuncoro, Mudrajad, Phd, “Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Perekonomian Rakyat”, Jurnal DIALOG Kebijakan Publik, KEMENKOMINFO, 2009 Njo, Anastasia, “Analisis Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti Di BEJ”, Universitas Kristen Petra, 2003 Rodoni, Ahmad. “Analisis Teknikal dan Fundamental pada Pasar Modal”. Edisi Pertama, Jakarta : CSES Press, 2005. Riyanto, Bambang, Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:BPFE. 2001 Tandelilin, Eduardus, ”Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio”, PT.BPFE, Yogyakarta, 2001.
105
Lampiran 1: Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
EMITEN AALI ANTM ASII BNBR BRPT BUMI INCO INDF INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
Nama Perusahaan PT. Astra Agro Lestari, Tbk PT. Aneka Tambang, Tbk PT. Astra Internasional PT. Bakrie dan Brother, Tbk PT. Barito Pacific, Tbk PT. Bumi Resources, Tbk PT. International Nickel Indonesia, Tbk PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk PT. Indosat (Persero), Tbk PT. Kalbe Farma, Tbk PT. PP London Sumatera, Tbk PT. Medco Energi International, Tbk PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk PT. Semen Gresik (Persero), Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk PT. Timah (Persero), Tbk PT. Unilever Indonesia, Tbk PT. United Tractors, Tbk
106
Lampiran 2: Data Mentah Perhitungan Variabel Perhitungan Nilai Tukar NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
EMITEN AALI ANTM ASII BNBR BRPT BUMI INCO INDF INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2007 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165 9,165
2008 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395 9,395
2009 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090 9,090
2010 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,039 9,040
107
Perhitungan Inflasi NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
EMITEN AALI ANTM ASII BNBR BRPT BUMI INCO INDF INTP ISAT KLBF LSIP MEDC PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2007 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40% 6.40%
2008 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31% 10.31%
2009 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90% 4.90%
2010 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13% 5.13%
108
Perhitungan Debt To Equity Ratio NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
EMITEN 2007 0.28 AALI 0.37 ANTM 1.17 ASII 1.48 BNBR 0.57 BRPT 1.26 BUMI 0.36 INCO 2.62 INDF 0.44 INTP 1.72 ISAT 0.33 KLBF 0.70 LSIP 2.85 MEDC 0.40 PTBA 0.27 SMGR 1.16 TLKM 0.50 TINS 0.98 UNVR 1.26 UNTR
2008 0.23 0.26 1.21 1.86 1.22 2.02 0.21 3.11 0.33 1.95 0.38 0.54 1.68 0.51 0.30 1.38 0.51 1.10 1.05
2009 0.24 0.27 1.02 2.38 1.17 2.39 0.19 2.68 0.20 2.04 0.45 0.41 1.66 0.38 0.26 1.28 0.50 0.92 0.74
2010 0.19 0.28 1.10 1.69 1.20 4.06 0.30 1.34 0.17 1.94 0.23 0.22 1.86 0.36 0.29 0.98 0.40 1.15 0.84
109
Perhitungan Return On Asset EMITEN AALI ANTM ASII BNBR BRPT BUMI INCO INDF INTP ISAT KLBF LSIP MEDCO PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2007 54.44 60.66 16.74 4.28 0.28 30.32 88.83 6.99 2.03 6.47 22.55 21.20 5.20 26.94 30.07 31.19 52.73 52.90 15.75
2008 60.58 18.84 19.03 (61.37) (26.21) 19.41 25.14 6.57 3.31 4.50 20.65 26.96 25.24 41.78 33.85 22.26 36.46 53.01 16.86
2009 182.58 7.89 18.44 (4.88) 6.92 6.99 11.61 10.06 28.59 4.06 22.69 20.78 2.48 46.57 35.94 22.91 11.31 56.76 22.31
2010 193.17 18.46 18.64 (26.78) 0.38 11.39 26.54 11.49 27.68 2.05 25.18 24.85 9.47 29.80 30.35 21.47 19.17 52.16 17.04
110
Perhitungan Beta Saham NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
EMITEN 2007 183.36 AALI 96.46 ANTM 108.99 ASII 129.32 BNBR 514.55 BRPT 867.12 BUMI 319.14 INCO 67.85 INDF 60.87 INTP 38.63 ISAT 4.37 KLBF 89.73 LSIP 64.66 MEDCO 365.21 PTBA (43.83) SMGR (3.92) TLKM 839.30 TINS (1.18) UNVR 97.50 UNTR
2008 1.24 (1.94) 1.18 1.54 1.47 1.57 1.79 1.22 0.89 0.71 1.29 1.37 1.22 0.86 (1.20) 0.69 1.76 (0.11) 1.15
2009 (0.92) 2.27 (2.39) 0.02 (0.76) (1.44) (0.27) (3.19) (1.92) 1.36 (2.33) (1.73) 0.61 (1.19) 0.78 0.52 (0.21) 0.45 (2.75)
2010 0.38 0.65 (2.60) 3.13 2.32 (0.30) (0.92) (1.19) 0.29 0.45 (9.20) (2.37) (1.22) 1.48 1.50 1.54 (1.20) (2.04) (2.34)
111
Perhitungan Return Saham NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
EMITEN AALI ANTM ASII BNBR BRPT BUMI INCO INDF INTP ISAT KLBF LSIP MEDCO PTBA SMGR TLKM TINS UNVR UNTR
2007 1.2222 0.6574 0.7389 0.8710 3.3750 5.6667 2.1048 0.4714 0.4261 0.2815 0.0588 0.6136 0.4507 2.4043 (0.2545) 0.0050 5.4859 0.0227 0.6641
2008 (0.6500) 1.2547 (0.6136) (0.8276) (0.7857) (0.8483) (0.9799) (0.6388) (0.4390) (0.3353) (0.6825) (0.7254) (0.6369) (0.4250) 0.8084 (0.3202) (0.9624) 0.1556 (0.5963)
2009 1.3214 (0.7820) 2.2891 0.7000 1.2167 1.6648 0.8912 2.8172 1.9783 (0.1783) 2.2500 1.8547 0.3102 1.5000 0.1987 0.3696 0.8519 0.4167 2.5227
2010 0.1516 0.1136 0.5720 (0.2353) (0.1203) 0.2474 0.3356 0.3732 0.1642 0.1429 1.5000 0.5389 0.3776 (0.0029) (0.0055) (0.0106) 0.3750 0.4932 0.5355
112
Lampiran 3: Hasil Perhitungan SPSS
Descriptive Statistics Mean Return Saham Nilai Tukar Inflasi Debt to Equity ratio Return On Asset Beta Saham
Std. Deviation
38.5000 38.5000 .0668 38.5000 38.5000 49.8701
N
22.08303 21.41043 .02185 22.08061 22.08303 158.01041
76 76 76 76 76 76
Correlations Return Saham Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
Debt to Equity ratio
Inflasi
Return On Asset
Beta Saham
Return Saham
1.000
-.316
-.565
-.101
.106
.437
Nilai Tukar
-.316
1.000
.880
.103
.044
.146
Inflasi
-.565
.880
1.000
.075
.033
-.036
Debt to Equity ratio
-.101
.103
.075
1.000
-.574
.010
Return On Asset
.106
.044
.033
-.574
1.000
.139
Beta Saham
.437
.146
-.036
.010
.139
1.000
.
.003
.000
.192
.182
.000
Return Saham
N
Nilai Tukar
Nilai Tukar
.003
.
.000
.188
.352
.104
Inflasi
.000
.000
.
.260
.389
.377
Debt to Equity ratio
.192
.188
.260
.
.000
.465
Return On Asset
.182
.352
.389
.000
.
.116
Beta Saham
.000
.104
.377
.465
.116
.
Return Saham
76
76
76
76
76
76
Nilai Tukar
76
76
76
76
76
76
Inflasi
76
76
76
76
76
76
Debt to Equity ratio
76
76
76
76
76
76
Return On Asset
76
76
76
76
76
76
Beta Saham
76
76
76
76
76
76
Model Summaryb Model
R
1
.748a
R Square .559
Adjusted R Square .527
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 15.18289
2.099
a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar b. Dependent Variable: Return Saham
113
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
20438.097
5
4087.619
Residual
16136.403
70
230.520
Total
36574.500
75
F
Sig.
17.732
.000a
a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar b. Dependent Variable: Return Saham
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Nilai Tukar
Standardized Coefficients
Std. Error
85.565
Beta
Collinearity Statistics t
9.280
Sig.
9.220
.000
Tolerance
VIF
.578
.186
.561
3.103
.003
.193
5.178
-1054.183
180.237
-1.043
-5.849
.000
.198
5.046
-.064
.099
-.064
-.651
.517
.648
1.543
Return On Asset
.035
.099
.035
.350
.728
.642
1.558
Beta Saham
.044
.012
.313
3.606
.001
.837
1.194
Inflasi Debt to Equity ratio
a. Dependent Variable: Return Saham
Charts
114
115
Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas) Nilai Tukar N Normal Parametersa
Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
76 38.5000
Inflasi
Debt to Return On Equity ratio Asset
76 .0668
76 38.5000
76 38.5000
21.41043 .02185
22.08061
22.08303
.069 .069 -.068 .600 .865
.067 .067 -.062 .588 .601
.171 .171 -.171 1.494 .073
.300 .300 -.208 2.616 .723
Beta Saham
Return Saham
76 76 49.8701 38.5000 158.0104 22.0830 1 3 .416 .062 .416 .062 -.341 -.062 3.626 .543 .930 .930
a. Test distribution is Normal.
116