0
Authors :
Christopher A.P, S. Ked Delva Swanda, S. Ked Putrigusti Admira, S. Ked Syamsiah Siregar, S. Ked
Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau 2009
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kadang-kadang timbulnya mendadak, tetapi sering pula perlahan-lahan. Rasa sakitnya dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dapat terlokalisir di suatu tempat atau di seluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul (dull pain), seperti ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dan dapat seperti dililit-lilit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-guling. Penyebab nyeri perut dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri maupun di luar perut. Sebagian besar sakit perut pada anak tidak memerlukan tindakan bedah, cukup dengan pengobatan medikamentosa.1 Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III.2 Patogenesis nyeri perut non organik atau fungsional belum diketahui secara pasti. Motilitas saluran cerna dan hipersensitivitas viseral diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri perut fungsional pada anak. Sebagian besar kasus nyeri perut pada anak merupakan nyeri perut fungsional, oleh karena itu cukup bijaksana untuk tidak segera melakukan pemeriksaan penunjang invasif. Nyeri perut yang berlangsung akut lebih sering dihubungkan dengan kelainan organik, sedangkan nyeri perut yang berlangsung kronis atau berulang lebih sering merupakan suatu kelainan non organik. Pada keadaan yang meragukan, alarm symptoms atau signal sign dapat digunakan sebagai dasar pendekatan tatalaksana. Pendekatan diagnosis yang cermat dan tepat sangat diperlukan untuk memberikan tatalaksana yang optimal.2 Apapun penyebabnya, hanya sebagian kecil dari sakit perut ini, baik akut maupun kronik yang memerlukan tindakan bedah.1
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
2 I.2 Batasan Masalah Referat ini membahas definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi patotofisiologi, kriteria diagnosis, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan nyeri perut fungsional pada anak.
I.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan referat ini adalah: 1. Untuk memahami definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, patotofisiologi, kriteria diagnosis, pemiksaan penunjang dan penatalaksanaan nyeri perut pada anak. 2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran. 3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Riau- RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
I.4 Metode Penulisan Penulisan ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada beberapa literatur.
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan regio inguinalis.4 Akut abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya.5 Dalam tulisan Markum, Appley mengatakan sakit perut berulang didefinisikan sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.1
2.2 Epidemiologi Sakit perut berulang biasanya terjadi pada anak usia 5 – 14 tahun, dengan frekuensi tertinggi pada usia 5-10 tahun. Dalam tulisan Boediarso, Appley mengatakan sakit perut terjadi pada 10 – 12% anak laki-laki usia 5 – 10 tahun dan menurun setelah usia itu. Anak perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki ( 5:3). Sakit perut ini jarang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan di atas 15 tahun.6
2.3 Klasifikasi Pada garis besarnya, sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan pediatrik. Selain itu juga dibagi berdasarkan umur penderita, yaitu umur di bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab, yaitu penyebab yang berasal dari gastrointestinal dan luar gastrointestinal.1
2.4 Etiologi Terdapat beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak. Di bawah ini merupakan tabel yang menyajikan penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak yang tidak memerlukan tindakan bedah.1
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
4 Tabel 1. Penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut akut pada anak berdasarkan umur yang tidak memerlukan tindakan bedah.1,7 • Bayi Dan Anak Dibawah Umur 2 Tahun − Dalam perut: infeksi usus halus seperti infeksi oleh Salmonella spp, Shigella spp., Campylobacter spp. − Luar perut: infeksi traktus urinarius • Anak diatas umur 2 tahun − Dalam Perut: Gastrointestinal Infeksi usus halus: Salmonella spp, Shigella spp, Campylobacter spp, Yersinia spp, keracunan makanan : Staphylococcus spp, Clostridium spp, kolitis ulseratif, kolitis amubik, adenitis mesenterikus, ileus mekonium, enteritis regionalis (penyakit Crohn) Hepatobiliaris: hepatitis, kolelitiasis Infeksi mononukleosis Pankreas: pankreatitis akut sebagai akibat parotitis epidemika Ginjal: infeksi traktus urinarius, batu, nefritis Metabolik: intoleransi karbohidrat, hiperlipidemia, ketoasidosis diabetik Ginekologik: Salpingitis − Luar perut: Pneumoia Limfadenitis inguinalis Osteomielitis (tulang punggung, tulang pinggul) Hematom otot perut Herpes zoster Kompresi susunan saraf spinal (Sumber : Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak)
Tabel 2. Penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut berulang pada anak.1,7 GASTROINTESTINAL Usus Mekanik Kongenital : malrotasi usus, hernia ingunalis strangualata, ileus mekonium, fibrosis kistik, divertikulum meckel Didapat : perlekatan pasca bedah, intususepsi, obstipasi kronik, hematom subserosa (trauma) Radang Infeksi Bakteri : Yersinia, Camphylobacter, Shigella, Salmonella, Staphylococcus (toksin), Tuberkulosis
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
5 Protozoa : Giardia lamblia Cacing : Ascaris Lain-lain : Radang usus besar (kolitis), purpura Henoch-Schonlein, gastroenteritis eosinofilik, edema angioneurotik, abses usus Metabolik : Intoleransi laktosa, porfiria Neoplasma : Limfoma Ulkus : Ulkus peptikum, duodenitis Vaskular : Iskemia usus, migrain abdominal Idiopatik : Sindroma sakit perut berulang, miopati Hepatobilier Hepatik : hepatitis, abses hati, bendungan (gagal jantung) Billier : duktus koledokus, kolelitiasis, kolesistitis Pankretik : pankreatitis, pseudokista
NON-GASTROINTESTINAL Dalam perut Traktus urinarius : infeksi, urolitiasis Traktus genitalis : penyakit peradangan panggul, dismenore idiopatik, ruptur kista ovarium, kehamilan ektopik Splenik : bendungan (hipertensi portal), neoplasma Limfatik : peradangan (inflamasi), infeksi, tumor (limfoma) Metabolik : ketoasidosis diabetik, keracunan timah Peritoneum : peritonitis primer Dinding perut : trauma otot, neurologis (herpes zoster), skeletal (tumor vertebra, infeksi), osteomielitis panggul Lain-lain : tumor Luar perut Infeksi : pneumonia, osteomielitis panggul
(Sumber : Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak)
2.5 Patofisiologi Sakit perut akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu:6 1. Organ viseral 2. Organ di luar abdomen 3. Lesi pada medula spinalis 4. Gangguan metabolik 5. Psikosomatik Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. © Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
6 Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa dari organ intra abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan para vertebra dan memasuki akar dorsal ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari viseral biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari organ viseral atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6,7,8 serta dirasakan di daerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinals segmentalis.1 Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas patofisiologi. Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak berhubungan dengan kelainan organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang fungsional dengan penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai faktor psikologik dan fisiologik
dapat
berperan
sebagai
mediator
atau
moderator.
6
Tabel 3. Mediator dan moderator dari sakit perut berulang fungsional 6 PSIKOLOGIK
FISIOLOGIK
Faktor stress
Intoleransi
Depresi
Dismotilitas usus
Ikatan Keluarga
Konsitipasi
"Operant conditioning"
Ketidak stabilan otonom
Somatisasi
(Sumber: Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang) Terdapat hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional dengan tipe
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
7 kepribadian tertentu, yaitu seperti cemas/gelisah. Pada anggota keluarga lainnya juga sering ditemukan kelainan psikosomatik seperti migrain, kolon iritabel. Hubungan antara sistim susunan saraf pusat dan saluran cerna yang sangat kompleks mungkin dapat membantu menjelaskan patofosiologi sakit perut berulang fungsional.6
(Sumber: Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang) © Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
8 2.6 Kriteria Diagnosis Pendekatan diagnosis sakit perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik.2 Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III. Komite Rome III mengatakan bahwa kriteria Rome II terbatas dalam beberapa hal, yaitu3 : 1. Kurangnya bukti dalam sub-pembagian sakit perut fungsional yang menjelaskan mengenai gejala yang lebih menonjol yang dapat membantu dalam mengidentifikasi patofisiologi. Hal ini menyebabkan sensitifitas dan spesifisitas kriteria Rome II lebih rendah daripada kriteria Rome III. 2. Penjelasan kriteria Rome II untuk sakit perut fungsional lebih luas. 3. Analisis faktor terhadap gejala sakit perut fungsional yang berhubungan dengan makanan tidak di perhitungkan dalam kriteria Rome II.
Kriteria diagnosis gangguan fungsional gastrointestinal pada anak-anak menurut kriteria Rome III :8,9 G. Functional disorders : neonates and toddlers G1. Infant regurgitation G2. Infant rumination syndrome G3. Cyclic vomiting syndrome G4. Infant colic G5. Functional diarrhea G6. Infant dyschezia G7. Functional constipation
H. Functional disorders : children and adolescents H1. Vomiting and aerophagia H1a. Adolescent rumination syndrome H1b. Cyclic vomiting syndrome H1c. Aerophagia H2. Abdominal pain-related FGIDs H2a. Functional dyspepsia
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
9 H2b. Irritable bowel syndrome H2c. Abdominal migraine H2d. Chidhood functional abdominal pain H2d1. Childhood functional abdominal pain syndrome H3. Constipation and incontinence H3a. Functional constipation H3b. Non retentive fecal incontinence
G. Functional Disorders : Neonates and Toddlers G1. Infant regurgitation Regurgitasi adalah bentuk dari gastroeosophageal reflux. Yang membedakan dengan vomiting adalah keluarnya isi lambung ke dalam mulut tanpa adanya tekanan dan tidak terjadi nausea dan retching dan tidak ada kontraksi diafragma maupun dinding perut.11 Kriteria diagnosis untuk infant regurgitation8 : Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini pada anak sehat yang berumur 3 minggu – 12 bulan : − Regurgitasi 2 kali atau lebih per hari selama 3 hari sampai beberapa minggu − Tidak ada retching (urutan spasmodik dengan penutupan glotis yang terjadi bersamaan dengan kontraksi ekspiratori otot perut), hematemesis, aspirasi, apnoe, gagal tumbuh, kesulitan makan dan menelan, atau postur tubuh yang abnormal.
G2. Infant rumination syndrome Ruminasi adalah kejadian yang secara sadar dan menyenangkan memutahkan makanan dari lambung, dikunyah-kunyah dan ditelan kembali. Anak besar atau dewasa meregurgitasikan makanan dengan cara kontraksi otot abdomen, sedangkan pada bayi mencolokkan jari ke dalam mulutnya dalam upaya untuk menimbulkan regurgitasi. Terdapat 2 bentuk ruminasi psikogenik dan self stimulating. Psikogenik biasanya terjadi pada anak normal dengan gangguan hubungan dengan orang tua, sedangkan self stimulating sering terjadi pada anak dengan keterlambatan mental.11
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
10 Kriteria diagnosis untuk infant rumination syndrome:8 Harus memenuhi semua kriteria selama paling sedikit 3 bulan : − Kontraksi berulang otot-otot abdominal, diafragma, dan lidah − Memuntahkan makanan dari lambung ke mulut, dikunyah-kunyah dan ditelan kembali. − 3 atau lebih dari 4 kriteria berikut : o Onset antara 3 – 8 bulan o Tidak respon dengan pegobatan pada gastroesophageal reflux disease atau obat antikolinergik, hand restrain (kontrol paksa dengan pengekangan tangan untuk memasukkan makanan), merubah formula makanan, gavage (pemberian makanan secara paksa melalui pipa yang dimasukkan ke lambung), dan pemberian makan melalui gastrostomy o Tidak disertai dengan tanda dari nausea atau distress o Tidak muncul selama tidur dan ketika anak berinteraksi dengan seseorang di sekitarnya.
G3. Cyclic vomiting syndrome Muntah siklik adalah muntah-muntah hebat yang terjadi di antara kondisi yang sehat, penyebabnya tidak diketahui, diagnosis dengan cara ekslusi, pengobatan biasanya simptomatik, dan prognosis tidak jelas. Mungkin merupakan diagnosa keranjang sampah (wastebasket). Hal yang perlu dicermati adalah adanya kelainan organik yang didiagnosa sebagai muntah siklik, misalnya intususepsi intermiten, volvulus, duplikasi intestinal, divertikulum, malrotasi, tekanan intrakranial yang meningkat, penyakit metabolik dan toksik.11 Kriteria diagnosis untuk cyclic vomiting syndrome:8 Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini : − Dimana mual dan mutah-muntah yang hebat terjadi di antara kondisi yang sehat yang muncul 2 kali atau lebih atau retching yang berlangsung selama berjam-jam bahkan sampai berhari-hari.8,11 − Kembali sehat selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
11 G4. Infant colic Kolik infantil didefinisikan rangsangan nyeri tiba-tiba, rewel atau menangis lebih dari 3 jam per hari, dan terjadi lebih dari 3 hari dalam seminggu. Tidak ada suatu bukti bahwa menangis pada kolik infantil disebabkan nyeri pada abdomen atau bagian tubuh lain. Meskipun demikian, biasanya orang tua mengasumsikan bahwa penyebab menangis hebat pada anak adalah nyeri perut yang berasal dari gastrointestinal.8 Kriteria diagnosis untuk infant colic8 : Harus memenuhi semua kriteria dibawah ini dari sejak lahir sampai umur 4 bulan : − Anak tiba-tiba menjadi iritable, rewel, dan menangis yang muncul dan berhenti tanpa sebab yang jelas. − Berlangsung selama 3 jam atau lebih per hari dan muncul minimal 3 hari dalam satu minggu − Tidak ada gagal tumbuh G5. Functional diarrhea Kriteria diagnosis untuk functional diarrhea8 : Harus memenuhi semua kriteria dibawah ini : − Buang air besar 3 kali atau lebih dengan konsistensi cair tanpa adanya rasa sakit. − Berlangsung selama lebih 4 minggu − Onset mulai antara umur 6 – 36 bulan − Diare muncul selama waktu terjaga − Tidak teradapat gagal tumbuh bila kalori yang masuk mencukupi.
G6. Infant Dyschezia Kriteria diagnosis untuk infant dyschezia8 : Harus mencakupi kedua kriteria dibawah ini untuk anak kurang dari 6 bulan : − Anak biasanya menangis dan tegang selama kurang lebih 10 menit sebelum berhasil buang air besar yang tidak keras − Tidak ada masalah kesehatan yang lain.
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
12 G7. Functional Constipation Kriteria diagnosis untuk functional constipation8 : Harus memenuhi sekurang-kurangnya 2 dari 6 kriteria berikut selama 1 bulan untuk anak lebih dari 4 tahun : − Buang air besar 2 kali atau kurang setiap minggu − Sekurang-kurangnya 1 kali setiap minggu mengalami inkontinensia − Riwayat menahan buang air besar yang berlebihan − Riwayat nyeri saat buang air besar dan feses yang keras − Teraba massa feses yang banyak di dalam rektum − Riwayat feses dalam diameter yang besar sehingga dapat menyumbat lubang toilet. H. Functional Disorders : Children and Adolescents H1. Vomiting dan Aerophagia H1a. Adolescent rumination syndrome Kriteria diagnosis untuk adolescent rumination syndrome9 : Semua kriteria di bawah ini harus dialami oleh pasien sekurang-kurangnya 1 kali dalam seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan : − Regurgitasi dan muntah yang berulang tanpa rasa sakit yang terjadi : o Segera setelah makan o Tidak muncul selama tidur o Tidak respons terhadap pengobatan standar untuk refluks gastroesofageal − Tidak ada retching − Tidak ada bukti adanya inflamasi, kelainan anatomi, kelainan metabolik, atau neoplasma. H1b. Cyclic vomiting syndrome Kriteria diagnosis untuk cyclic vomiting syndrome9 : Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini : − Mengalami mual yang hebat dan muntah yang tidak berhenti-henti selama 2 kali atau lebih atau retching selama berjam-jam sampai berhari-hari. − Kembali ke keadaan sehat yang berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. © Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
13 H1c. Aerophagia Kriteria diagnosis untuk aerophagia9 : Harus memenuhi sekurang-kurangnya 2 dari 3 kriteria berikut yang dialami setidaknya 1 kali seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan : − Menelan banyak udara − Distensi abdomen karena adanya udara intralumen − Sendawa yang berulang atau peningkatan frekuensi flatus. H2. Abdominal pain-related Functional GastroIntestinal Disorders (FGIDs) H2a. Functional dyspepsia Kriteria diagnosis untuk fuctional dyspepsia9 : Harus memenuhi semua criteria di bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya 1 kali seminggu selama minimal 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan : − Nyeri yang persisten atau berulang atau perasaan tidak nyaman yang berasal dari perut bagian atas (di atas umbilikus) − Nyeri tidak berkurang dengan defekasi atau tidak berhubungan dengan suatu perubahan frekeuensi buang air besar atau konsistensi feses − Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik, atau neoplasma.
H2b. Irritable bowel syndrome Kriteria diagnosis untuk irritable bowel syndrome9 : Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya 1 kali seminggu selama minimal 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan : − Perasaan tidak nyaman di bagian perut (tidak dideskripsikan sebagai rasa sakit) atau nyeri yang berhubungan dengan 2 atau lebih kriteria berikut : o Nyeri berkurang dengan defekasi o Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi buang air besar o Onset berhubungan dengan perubahan bentuk dari feses
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
14 − Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik, atau neoplasma.
H2c. Abdominal migraine Abdominal migraine adalah suatu sindrom dengan gejala abdominal periodik, terdapat nyeri epigastrik atau periumbilical yang disertai nausea, muntah, diare, panas dan menggigil, vertigo, iritable serta poliuria. Bilamana gejala abdominal disertai sakit kepala yang terjadi pada 30-40% pasien dengan migrain kepala maka diagnosis akan mudah dibuat, tetapi bila kejadian tersebut tersendiri (isolated abdominal migraine) yang biasanya terdapat pada 3% penderita, diagnosis menjadi lebih sukar, walaupun akhirnya dapat timbul migraine3. Serangan isolated abdominal pain biasanya mendadak dan berakhir dalam hitungan jam sampai hari, dimana ciri-cirinya selalu sama pada setiap serangan dan pasien tampak normal diluar serangan. Biasanya terdapat pada keluarga dengan riwayat migrain.11 Kriteria diagnosis untuk abdominal migraine9 : Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sebelumnya 2 kali atau lebih selama 12 bulan : − Serangan nyeri hebat yang akut di sekitar umbilikus yang berlangsung selama 1 jam atau lebih − Terdapat periode sehat yang berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulan − Nyeri berkurang dengan aktivitas normal − Nyeri berhubungan dengan 2 atau lebih dari kriteria berikut : o Anoreksia o Nausea o Muntah o Sakit kepala o Photophobia o Pucat
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
15 − Tidak ada bukti proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik, atau neoplasma.
H2d. Childhood functional abdominal pain. Kriteria diagnosis untuk childhood functional abdominal pain9 : Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sekali seminggu selama 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan : − Nyeri abdomen yang hilang timbul atau terus menerus − Tidak mencukupi kriteria FGIDs yang lain − Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik, atau neoplasma.
H2d1. Childhood functional abdominal pain syndrome Kriteria diagnosis untuk childhood functional abdominal pain syndrome9 : Harus memenuhi kriteria childhood functional abdominal pain minimal 25% dan 1 dari 2 kriteria berikut yang dialami minimal sekali seminggu setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan : − Gangguan dalam fungsi aktivitas sehari-hari − Gejala somatik tambahan seperti sakit kepala, nyeri ekstremitas, atau kesulitan tidur.
H3. Constipation dan Incontinence H3a. Functional constipation Kriteria diagnosis untuk functional constipation9 : Harus memenuhi 2 atau lebih dari kriteria berikut pada anak minimal umur 4 tahun yang tidak memenuhi kriteria yang cukup untuk IBS, dialami minimal 1 kali seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan : − Buang air besar 2 kali seminggu atau kurang − Mengalami setidaknya 1 kali inkontinensia feses per minggu − Riwayat retensi feses − Riwayat nyeri saat buang air besar atau feses yang keras © Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
16 − Terdapat massa feses yang besar di rektum − Riwayat diameter feses yang besar sehingga dapat menyumbat toilet. H3b. Nonretentive fecal incontinence Kriteria diagnosis untuk nonretentive fecal incontinence9 : Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami minimal 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan pada anak kurang dari 4 tahun : − Defekasi di tempat yang tidak sesuai dengan konteks sosial minimal 1 kali sebulan − Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik, atau neoplasma − Tidak ada retensi feses. Pemastian seorang anak menderita sakit perut fungsional tidak boleh hanya berdasarkan ditemukannya gangguan emosi pada anak tersebut. Oleh karena itu anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisis yang lengkap merupakan hal terpenting dalam melakukan evaluasi anak dengan sakit perut.2 Adanya suatu kelainan organik perlu dipikirkan bila pada anamnesis dan pemeriksaan fisis ditemukan beberapa hal (alarm symptoms) seperti yang tertulis di bawah ini :2 1. Lokasi nyeri jelas dan jauh dari umbilicus 2.
Nyeri berhubungan dengan fungsi saluran cerna (konstipasi, diare, inkontinensia)
3.
Muntah
4.
Serangan nyeri mendadak dan menetap dalam beberapa menit sampai hari
5.
Nyeri menjalar kepunggung, bahu, atau ekstremitas
6.
Disuria
7.
Perdarahan rectal
8. Usia kurang dari 4 tahun dan di atas 15 tahun 9. Riwayat keluarga menderita penyakit saluran cerna atau sistemik (ulkus peptikum, inflammatory bowel diseases, Helicobacter pylori. 2.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, urin lengkap dan tinja lengkap sangat penting. Ureum dan elektrolit darah penting pada diare dehidrasi. Biakan tinja untuk
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
17 menegakkan ada tidaknya entropatogen, terutama salmonella, shigella, campilobacter dan yersinita. Amebiasis, infestasi cacing (ascaris, Trichuris, dsb) dengan mudah dapat mengukur pH tinja dan tes reduksi dalam tinja (Clinitest). Pemeriksaan klirens urea, kreatinin, foto polos perut dan poielografi intravena penting untuk menegakkan diagnosis infeksi traktus urinarius dan batu di dalam saluran kemih. Foto polos 3 posisi sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya obstruksi dan kelainan di luar traktus digestivus. Foto toraks diperlukan bila diduga ada pneumonia.1 Pemeriksaan penunjang yang lebih canggih seperti USG abdomen dan CT abdomen bila benar-benar sangat perlu dikerjakan bila diduga ada kelainan perut dan hepatobilier1,10. EEG bila diduga terdapat epilepsi perut. Pemeriksaan endoskopi dapat juga dilakukan terutama untuk mendiagnosis ada tidaknya kolitis.1
2.8 Penatalaksanaan Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Pada sakit perut berulang fungsional pengobatan ditujukan kepada penderita dan keluarga, bukan hanya mengobati gejala. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta edukasi kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali dan dapat mengatasi rasa sakit sehingga efeknya terhadap keaktifan sehari-hari dapat seminimal mungkin.6 Di bawah ini merupakan bagan diagnosis dan penatalaksanaan sakit perut mendadak dan berulang pada anak.
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
18
Bagan Penatalaksanaan sakit perut akut1
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
19 Sakit Perut Berulang
C. Pemeriksaan laboratorium - Darah lengkap - Urin lengkap - Tinja lengkap
A. Anamnesis B. Pem.fisik
D. Manifestasi penyerta Dari usus halus - Tinja berdarah - Diare kronik - Muntah - Obstipasi - Ikterus
Sakit Pinggul
E. Manifestasi luar Usus halus - infeksi - Radang usus - Penyakit ginjal - Keganasan
F.Lokasi
Menyebar sekitar pusar/ sebelah kiri
Kuadran kanan atas
Epigastrik
Antasid
Tes faal hati USG
Adneksitis Tidak khas
Obsti pasi radang usus psikis
EEG
EMG
khas
Intole ransi laktosa
Respon Balik
Respon Jelek Penyakit He patu biller
Esofagitis Amilase ulkus
Spasmo filia Epilepsi perut
Abnormal
Pankreatitis
Normal
Endoskopi
Bagan Penatalaksanaan sakit perut berulang1
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
20 BAB III SIMPULAN
3.1 Simpulan Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sakit perut berulang didefinisikan sebagai rasa nyeri pada perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih sulit karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III. Terdapat beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak, dapat berasal dari dalam perut maupun dari luar perut. Sakit perut akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu organ viseral, organ di luar abdomen, lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik, psikosomatik. Kriteria diagnostik sakit perut fungsional dibagi berdasarkan Rome III, yaitu: infant regurgitation, infant rumination syndrome, cyclic vomiting syndrome, infant colic, functional diarrhea, infant dyschezia, functional constipation, vomiting dan aerophagia, abdominal pain-related FGID, constipation dan incontinence. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium darah lengkap, urin lengkap, foto polos perut dan pielografi intravena dan elektrolit darah, biakan tinja, pH tinja dan tes reduksi tinja (clinitest), USG abdomen, CT Scan abdomen, EEG, dan endoskopi. Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta edukasi kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali dan dapat mengatasi rasa sakit sehingga efeknya terhadap keaktifan sehari-hari dapat seminimal mungkin.
3.2 Saran 1. Perlunya pemahaman dalam membedakan jenis sakit perut apakah sakit perut organik atau fungsional. 2. Perlunya pemahaman mengenai gejala klinis dan kriteria diagnosis agar tidak terjadi kesalahan dalam penegakan diagnosis sehingga penanganannya menjadi lebih tepat dan
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
21 adekuat mengingat begitu banyaknya penyakit yang memberikan gejala klinis sakit perut. 3. Perlunya pertimbangan yang lebih tepat untuk menentukan jenis pemeriksaaan penunjang apa yang diperlukan sesuai dengan kecurigaaan terhadap penyakit penyebab sakit perut. 4. Perlunya pemahaman mengenai penatalaksanaaan sakit perut sesuai dengan penyakit penyebab sehingga meningkatkan angka kesembuhan pasien. 5. Perlunya informasi tentang sakit perut terhadap masyarakat.
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
22 DAFTAR PUSTAKA
1. Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1991. 493-6. 2. Syarif BH. Nyeri Perut Pada Anak. Jakarta : Divisi Gastroenterologi Anak FKUIRSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2008. 3. Chang L. From Rome to Los Angeles. The Rome III Criteria for the Functional GI Disorders. http://www.medscape.com/viewarticle/533460. [diakses 22 Juni 2008]. 4. Medical Dictionary. Abdominal Pain. http://www.medhelp.org/ [diakses tanggal 22 juli 2008] 5. Wikipedia. Abdominal Pain. http://www.en.wikipedia.org/wiki/abdominal pain/ [diakses tanggal 22 juli 2008] 6. Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang. http://www.pdpersi.co.id/ [diakses tanggal 29 Juni 2008] 7. Boediarso A.D. Sakit Perut Pada Anak. Dalam: Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1988. 219-30 8. Hyman PE dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Neonate/Toddler. Gastroenterology 2006;130:1519-26. 9. Rasquin dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Child/Adolescent. Gastroenterology 2006;130:1527-37. 10. Khan S. Funtional Abdominal in Children. http://www.acg.gi.org/ [diakses tanggal 22 Juli 2008] 11. Sudarmo SM. Penatalaksanaan Muntah pada Bayi dan Anak (Management of vomiting in infant and children). RSUD Dr. Soetomo/FK Unair : Divisi Gastroenterologi Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak.
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com