Chapter 1: The Evaluative Image of the Environment Riska Ariyanti (21040111130050)
Terjadinya suatu bentuk kota berbeda dengan suatu seni visual seperti lukisan atau patung. Bentuk kota selalu berubah sebagai suatu hasil dari berbagai aktivitas yang ada di dalamnya dan bersifat mempengaruhi banyak orang pada aktivitas yang sedang mereka lakukan. Untuk mengetahui tentang daya tarik dari suatu bentuk kota, seseorang harus mengukur tanggapan dari berbagai masyarakat. Sesuatu yang menyenangkan Likability mengacu pada kemungkinan lingkungan akan membangkitkan suatu respon evaluatif yang kuat dan menguntungkan pada suatu kelompok atau masyarakat mengenai evaluasi sebuah kota. Untuk menyusun sebuah rencana pembentukan kota seperti masa awalnya, kita perlu mengetahui bagaimana masyarakat menilai suatu “Cityscape” dan apa makna yang mereka lihat di dalamnya. Membangun pandangan evaluatif Pandangan evaluatif timbul dari interaksi manusia dengan lingkungan yang sedang berlangsung di antara keduanya yang mungkin bervariasi dengan kondisi biologi, kepribadian, pengalaman sosial budaya, tingkat adaptasi, tujuan, harapan, dan faktor internal maupun eksternal. Studi menunjukkan beberapa fitur visual yang berhubungan dengan makna sosial dan preferensi, dan temuan pada gambar evaluatif kota mencerminkan lima fitur tersebut: kealamian, pemeliharaan, keterbukaan, ketertiban dan sejarah penting. Identitas, struktur dan sesuatu yang menyenangkan Menurut Lynch (1960) citra lingkungan memiliki tiga bagian: identitas, struktur dan makna. Meskipun beberapa studi mempertanyakan aspek dari skema Lynch (deJonge, 1977), perbedaan yang ada berhubungan dengan konteks sosial budaya dan fisik wilayah dan populasi. Sesuatu yang bisa dijadikan teladan Untuk mengetahui makna yang disampaikan oleh bentuk kota, kita perlu mengetahui bagaimana orang mengevaluasi ciri yang menonjol. Ini menggabungkan apa yang orang tahu tentang kota mereka (kognisi lingkungan) dengan bagaimana mereka merasa tentang hal itu (lingkungan penilaian; Evans & Garling, 1991). Pendekatan ini sesuai dengan pendekatan komunikasi nonverbal yang dianjurkan oleh Rapoport (1990b).
Chapter 2: Measuring Community Appearance Barkah Wibowo (21040111130088)
Menurut penilitian yang mengevaluasi pencitraan suatu kota, kota memiliki sedikit nilai praktis dari para desainer profesional yang desampaikan melalui desain-desain, perencanaan, dan nilai-nilai dari masyarakat itu sendiri. Para perencana dan desainer telah banyak merambah daerah pinggiran, banyak gaya bangunan yang telah dibangun dan tidak berbentuk bangunanbangunan pada umumnya. Hal tersebut menunjukkan perbedaan pandangan dari suatu komunitas dengan masyarakat daerah tersebut. Manusia erat kaitannya dengan sejarah, penulisan sejarah dapat mempengaruhi perkembangan pembangunan. Seperti bangunan monumental dan ornament-ornamen tertentu. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan perencana dan desainer, yaitu secara ilmiah atau empiric. Secara ilmiah, ilmu sosial dapat mempelajari manusia secara subjektif. Ilmu sosial menggunakan metode sistematis dan pandangan skeptic untuk membangun basis ilmu pengetahuan. Gambar evaluatif mewakili pembentukan psikologi manusia yang melibatkan penilaian subyektif perasaan tentang lingkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa gambar evaluatif berisi dua hal penting, yaitu aspek visual bentuk kota dan taggapan evaluatif manusia. Dengan begitu, para perencana kota dapat mengetahui hal yang dianggap mencolok dan dapat menjadi sesuatu yang dianggap penting oleh masyarakat melalui gambar evaluatif. Pada lingkungan fisik, eksterior dari suatu bangunan mempunyai relevansi dengan penampilan komunitas di daerah tersebut. Jadi penampilan desain perkotaan memiliki fitur baik yang berada di dalam maupun berada ruang public dapat menarik minat suatu komunitas. Maka dari itu, dalam membentuk suatu kota, perencana harus emahami prinsip-prinsip yang mendasari respon evaluatif dari masyarakat agar dapat memahami komunitas yang menetapi daerah tersebut. Dengan begitu, para perencana kota dituntut untuk memiliki determinasi yang tinggi untuk memahami apa saja tentang suatu komunitas di daerah yang akan direncanakannya. Dalam merencanakan dan membangun suatu kota, para perencana harus belajar bagaimana membentuk makna tentang masa depan kota tersebut, sehingga komunitas-komunitas di dalamnya dapat menikmati hasilnya.
Chapter 3: Two Cities Nia Fitria Indah (L2D009107)
Pada dasarnya dalam mengevaluasi suatu kota lebih ditekankan kepada penilaian dari masyarakat akan elemen-elemen pembentuk citra kota. Citra kota merupakan suatu kesan atau presepsi antara pengamat dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Untuk hal tersebut, tentu saja yang berperan sebagai pengamat adalah masyarakat sekitar. Penilaian yang dilakukan dari masyarakat mengenai kondisi lingkungan sekitarnya melalui hasil wawancara yang dilakukan secara lebih mendalam dan juga dapat melalui hasil pemetaan citra kota. Pada evaluasi citra kota pada bab ini lebih membahas mengenai evaluative image of two cities. Untuk studi evaluative image of two cities yang akan dibahas yakni di Knoxville dan di Chattanooga. Baik di Knoxville maupun di Chattanooga ini dilakukan wawancara kepada masyarakat mengenai presespi masyarakat terhadap kawasan yang disukai maupun yang tidak disukai. Dalam hal tersebut masyarakat sebagai pengamat menentukan daerah-daerah yang mereka sukai secara visual. Dalam hal tersebut diperlukan peta agar dapat menunjukkan lebih jelas kawasan yang disukai dan tidak disukai oleh masyarakat. Evaluasi terhadap peta-peta tersebut menunjukkan efek dari struktur kota dan pengalaman. Kemudian juga ditunjukkan beberapa fitur yang dinginkan berupa kealamian, pemeliharaan, keterbukaan, ketertiban, dan makna sejarah. Dengan menunjukkan identitas, lokasi, dan kondisi visual tersebut, maka dari evaluasi peta tersebut dapat memberikan dasar bagi perencanaan secara visual.
Knoxville
Chattanooga
Adapun alasan yang didapat dari hasil wawancara dengan masyarakat tentang persepsi mereka menyukai dan tidak menyukai tempat, baik di Knoxville maupun di Chattanooga yaitu :
Masyarakat menyukai tempat tersebut memiliki alasan yang bermacam-macam seperti karena tempat-tempat tersebut memiliki view yang bagus, terdapat banyak vegetasi, bersih, dan tempat tersebut memiliki nila sejarah.
Sedangkan alasan masyarakt tidak menyukai tempat-tempat tersebut dikarenakan kawasan tersebut merupakan kawasan yang kurang nyaman dan memiliki kesan yang padat, kotor atau kumuh, kurang sehat dan memiliki view yang kurang bagus.
Chapter 4: Elements of Urban Likability Deny Aditya P (21040111140108)
Peta evaluatif mencerminkan citra evaluatif masyarakat kota. Ini citra publik terdiri dari gambar individu tumpang tindih banyak orang. Dapat mempengaruhi pilihan lingkungan, tempat untuk toko, tempat rekreasi, dan rute perjalanan. Kekhasan, Visibilitas, dan Penggunaan / Signifikansi Simbolik Tampak bahwa citra evaluatif berkaitan dengan kekhasan bentuk, visibilitas, dan signifikansi penggunaan, atau konvergensi dari faktor-faktor ini. Dapat diklasifikasikan alasan ini menjadi lima jenis lingkungan kealamian atribut, sopan santun, keterbukaan, makna sejarah, dan ketertiban. Di Knoxville dan Chattanooga, orang menanggapi kuat terhadap kealamian tempat. Mereka menyukai daerah alam, dan mereka tidak menyukai daerah dengan penggunaan lahan intensif seperti industri. kealamian biasanya melibatkan persepsi pengguna suatu wilayah sebagai alam atau dominasi. Pemeliharaan satu set fitur yang menonjol pada peta evaluatif harus dilakukan dengan perawatan dan pemeliharaan lingkungan. orang-orang mengingat daerah yang disukai karena diladaption, tiang, kabel, tanda-tanda, dan kendaraan dengan banyak temuan pada preferensi lingkungan. Singkatnya, evaluasi keterbukaan mungkin tergantung pada konteksnya. orang dapat menikmati ruang terbuka didefinisikan serta panorama elemen menyenangkan. mereka dapat menikmati pertama sebagai mengamati pemandangan. Selain mempelajari dari keterbukaan dan juga lainnya, kita juga mempelajari adanya historical significant dimana dengan mempelajarinya akan membuat kita lebih mengetahui daerah tersebut pada sebelumnya. Mendasari hal itu maka, selain itu kita juga dapat mempelajari adanya bentuk bangunan pada historisnya. Kompleksitas melibatkan jumlah elemen terlihat berbeda dan distictiveness antara unsur-unsur keterkaitan, Contest, dan Kontras. Apapun masalahnya, kehadiran fitur menyenangkan menciptakan tempat terindentifikasi dan sensual menyampaikan makna emosional yang menguntungkan bagi banyak orang. Rincian dan struktur peta evaluatif berbeda. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan struktur kota dan pengalaman. Struktur Kota dapat mempengaruhi apa yang orang perhatikan dan ingat.perbedaan tersebut dapat mempengaruhi adanya Peta evaluatif.
Chapter 5: Evaluating the Method Itsna Yuni Hidayati (21040111130036)
Untuk memahami tingkat kesukaan terhadap kota (urban likability) digunakan beberapa metode diantaranya metode wawancara langsung dan metode wawancara melalui telepon. Akan tetapi metode ini juga perlu dievaluasi, beberapa hala yang perlu dievaluasi diantaranya adalah. 1. Bagaimana kegunaan dari metode ini? 2. Seberapa akuratkah wawancara tersebut dalam mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan masyarakat? 3. Seberapa konsisten tanggapan dari pengukuran tersebut? 4. Dan sejauh mana hasilnya terhadap situasi dari dunia yang sebenarnya yang akan diterapkan kedepannya. Metode Penelitian di Knoxville dan chattanoga. Wawancara bisa dilakukan langsung maupun telepon dengan target bisa penghuni atau hanya pengunjung. Adapun pertanyaan antara lain berisi: 1. identifikasi ke 5 wilayah yang mereka rasa nyaman dan 5 area yang tidak nyaman. 2. Menandai batas-batas dari wilayah, bisa seperti nama, ikon kota, bangunan terkenal,dll. 3. Emberi cir-ciri fisik yang perlu dicatat dan dievaluasi 4. Elemen tempat yang mana yang perlu perbaikan 5. Data pribadi responden Hasil wawancara ini kemudian dikembangkan peta evaluatif untuk setiap responden kemudian melapisinya atas lima kelompok peta dan ditabulasi dan memetakan frekuensi tumpang tindih di daerah. peta ini digabungkan sampai memiliki data yang komposit. Kegunaan Banyak kegunaan dari metode ini. Wawancara relatif singkat memungkinkan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dari sampel yang luas dari responden cukup cepat. Terlebih lagi karena waktu yang cepat, kita bisa bertanya lebih lanjut tentang deskripsi yang lebih luas lagi. Validitas dan Kehandalan Dalam setiap kasus, perbedaan dalam kelompok pengalaman dengan kota dapat mempengaruhi bidang informasi, sehingga mempengaruhi peta evaluatif. Faktor-faktor seperti pengamat lokasi, kelas sosial, tahap dalam siklus hidup, seks atau mode perjalanan dapat mempengaruhi pengalaman orang kota. Ini mempengaruhi orang-orang memiliki informasi. Pengetahuan tentang beberapa perbedaan kelompok potensial bisa memiliki nilai untuk perencanaan kota-kota di mana kelompok yang berbeda menghuni daerah yang berbeda atau pengalaman satu sama lain.
Penemuan menyarankan mungkin ketepatan dan kehandalan evaluatif Maps untuk responden dewasa. Kita perlu mempelajari lebih lanjut memeriksa untuk sampel tanggapan dari orangorang yang sama pada kesempatan terpisah untuk mengkonfirmasi dari verbal atau sketsa peta metode. Kajian pustaka pada peta mental menegaskan bahwa sketsa peta memiliki consistenly menunjukkan kehandalan yang memadai, namun, dan ingat bahwa gratis (metode yang digunakan di sini) melebihi ingat ditunjukkan pada sketsa peta. Menyempurnakan Metode Metode perolehan evaluatif imej, meskipun efisien, mungkin memiliki beberapa kekurangan. Diskusi mengenai kebutuhan untuk mempertimbangkan sampel yang lebih representatif dan kehandalan yang lebih luas. Selain itu, beberapa keputusan tergantung pada pertimbangan peneliti. Dalam membantu responden yang menetapkan batas-batas untuk daerah, dalam mendefinisikan daerah ketika responden tidak memberikan batas-batas yang jelas, dan dalam pengelompokan alasan untuk evaluasi ke dalam kategori, peneliti harus membuat penilaian pertimbangan / seseorang bisa mendapatkan agregat lebih objektif data menggunakan teknik skala nonmetrik multidimensi atau komputer pemetaan, meskipun subjektivitas beberapa mungkin timbul selama wawancara dalam mendefinisikan batas-batas. Peneliti menjumpai trade-off antara tanggapan terbuka dan menyediakan responden dengan isyarat dan landmarks. Pendekatan pertama mungkin memperoleh jelas atau definisi-definisi batas ambigious. Kedua mungkin menyebabkan repondent. Stuides dari vancouver, Tokyo dan Universitas lingkungan menyarankan cara lain untuk berurusan dengan batas-batas. Membentuk distrik terkenal dan batas-batas mereka terlebih dahulu. Kemudian mendapatkan Réponse hanya ke distrik. Itu mungkin menghilangkan response evaluatif untuk unsur-unsur lain, seperti jalan, tepi, node, dan Landmark.Sehingga metode perlu penyempurnaan dengan cara menambahkan sitem pembentuk ruang ini dalam melakukan evaluative mapping.
Chapter 6: Other Dimension Of The Evaluative Image (part 1) Pritha Aprianoor (21040111140106)
Bab sebelum ini yang membahas mengenai penelitian di Knoxville dan Chattanooga hanya membahas satu aspek pengevaluasian citra kota yaitu preferensi orang dewasa. Bab ini akan membahas aspek lain dari pengevaluasian citra kota, antara lain: (1) pengevaluasian citra kota dari pandangan anak-anak mengenai kota kecil, (2) pengevaluasian citra kota dalam perbedaan skala wilayah termasuk dan lahan komersial, (3) Dimensi lain dari pengertian emosional, (4) Wajah dalam waktu yang berbeda, siang maupun malam. Pandangan Anak Kelas 6 SD Mengenai Kota Kecil Gilbert merupakan kota kecil dengan jumlah penduduk sekitar 29000 orang. Scott Anderso, seorang Planner di Gilbert menginterview 330 anak kelas 6 SD di 9 SD untuk mengetahui pandangan mereka mengenai wajah kota, para perencana menginterview atau memberikan kertas dan para anak-anak SD itu harus mengisikan tempat yang mereka sukai dan tidak disukai di Kota Gilbert. Para perencana mengklasifikasikan hasil interview anak-anak kedalam 3 tingkat penggambaran wajah kota. Paling mudah digambarkan atau dikenali (disebutkan oleh lebih dari 90% pelajar tersebut); Bisa digambarkan atau dikenali (disebutkan oleh antara 60%-89% pelajar tersebut); dan hampir bisa digambarkan atau dikenali (disebutkan oleh antara 30%-59%). Di Gilbert, para peneliti menemukan keterkaitan antara likability atau tingkat disukai dan imageability atau tingkat penggambaran. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tempat yang paling mudah untuk digambarkan merupakan tempat yang paling disukai pula, dan tempat yang tidak mudah digambarkan merupakan tempat yang tidak disukai. Penggambaran yang dilakukan anak-anak SD ini mengandung 5 dari 6 elemen citra kota. Elemen tersebut ialah: noda, contohnya: MC Donalds; landmark, contohnya: kantor pos; paths, contohnya: Jalan Guadalupe; edge, contohnya: Kanal dan rel kereta api; dan districts (downtown). Lingkungan Di Dalam Kota Desa German memiliki luas wilayah sebesar 233 akre. Peneliti mengetahui citra desa german ini dengan melakukan interview kepada sejumlah warga. Penelitian ini dilakukan dengan menanyakan tempat yang yang mereka sukai dan tidak, serta tempat yang ingin mereka pertahankan dan ingin mereka rubah. Dari hasil jawaban ini dapat diidentifikasi elemenelemen citra kota, seperti: landmark, contohnya gereja; noda, contohnya: du ataman dan beberapa toko; districts, contohnya: 2 area kecil di utara dn selatan edge. Dari hasil ini diketahui pula bahwa sebagian besar tempat yang ingin dipertahankan adalah tempat yang bersejarah.
Arti Yang Beragam Di Vancouver Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa di Vancouver dengan tujuan untuk mengetahui mana saja yang dirasa sebagai sebuah kawasan oleh mahasiswa tersebut dan untuk mengevaluasi tiap kawasan tersebut. Penelitian ini menghasilkan 52 kawasan di Vancouver. Kawasan-kawasan ini memiliki arti yang berbeda. Ada menyenangkan, menarik, membangkitkan, menyusahkan, tidak menyenangkan, suram, sepi dan tempat bersantai. Hal ini menunjukan 52 kawasan Vancouver untuk berbagai macam perasaan emosional. Hasil dari penelitian ini sangat berarti bagi perencana untuk merencanakan kondisi kota di masa depan, karena dengan in perencana jadi tahu tempat mana yang pantas untuk dipertahankan dan tempat mana yang dapat dirubah dan perlu diperbaiki. Arti Yang Beragam Di Tokyo Kazunori Hanyu, seorang psikolog dan perencana meneliti tentang citra Kota Tokyo dan evaluasinya. Penelitian ini dilakukan terhadap 32 muridnya. Hasil interview terhadap responden ini dibagi kedalam 6 evaluasi, yaitu: Buruk (tidak menyenangkan dan membosankan), Baik (menyenangkan dan tempat bersantai), Statis (sepi), Dinamis (membangkitkan), agak dinamis, menarik. Tempat-tempat yang masuk kedalam kategori baik atau menyenangkan biasanya memiliki sedikit tindak kriminalitas dan memiliki nilai yang tinggi, selain itu memiliki kepadatan yang rendah sehingga banyak ruang-ruang terbuka dan tidak menimbulkan kesan sumpek. Kondisi yang sebaliknya terjadi di tempat yang masuk kedalam kategori buruk. Tempat yang termasuk kedalam kategori baik antara lain: Yamanote dan tempat yang masuk kedalam kategori buruk adalah Shitamachi. Dengan beragamnya jawaban dari para responden terhadap setiap kawasan menunjukan bahwa Kota Tokyo memiliki arti yang beragam bagi warganya.
Chapter 6: Other Dimension Of The Evaluative Image (part 2) Isnu Putra Pratama (21040111130062)
Newcastle: Siang dan Malam hari Banyak sekali pengalaman yang didapat oleh manusia pada sebuah kota baik siang maupun malam hari. Kevin Lynch menunjukkan bahwa persepsi dan aktifitas kota kebanyakan pada siang hari, namun beberapa wilayah menunjukkan bahwa mereka dapat aktif di malam hari, ataupun dapat bergantian baik siang maupun malam hari. Beberapa ahli meneliti mengenai dampaknya terhadap “image” suatu kota akibat hal tersebut, mereka meneliti dengan menggunakan sekitar 120 mahasiswa antara umur 19 - 22 sebagai responden terhadap masalah ini. Para ahli meneliti dengan membuat poin mengenai deskripsi dan evaluasi beberapa lokasi yang akan dinilai oleh para responden. Dari penelitian tersebut dapat dianalisa bahwa mereka (para responden) lebih menyukai beraktifitas pada malam hari ketimbang siang, dan mereka mayoritas lebih memlih meramaikan tempat komersil atau rekreasi budaya pada malam hari. Dan pada tengah malam suasana berubah dimana kemanaan, keselamatan, dan aktifitas pada tingkat yang paling bawah atau menurun secara drastic. Para pakat tersebut, Parkers dan Thirft mendeskripsikan perubahan pada kota tersebut sebagai “pendekatan kegelapan”. Lingkungan sekitar : Siang dan Malam hari Hanyu (1995) melakukan peneletian mengenai gambaran dan keadaan lingkungan sekitar (seperti perumahan) pada siang dan malam hari. Hanyu menganalisis dengan membagi wilayah studi menjadi 20 sub area yang setiap area memiliki perbedaan karakteristik baik fisik maupun sosial. Hanyu dibantu 52 mahasiswanya dengan mendokumentasikan keadaaan baik siang dan malam hari pada sub area yang ada. Pada siang haru Hanyu memiliki data yang mencook mengenai evaluasi kombinasi antar dimensi, Kesenangan, Ketertarikan,dan santai. Untuk malam hari memiliki 4 skala Kesenangan/ Kegembiraan, Ketertarikan, Santai dan Keamanan yang bergabung membuat sebuah dimensi emosional. Dari hasil penelitiannya dapat di gambarkan bahwa kondisi aktifitas baik siang dan malam hari sebetulnya sama, meskipun pada malam hari memiliki poin yang lebih kecil, namun pada dasarnya memiliki kolerasi yang sama. Hanyu juga melihat bahwa ada hubungan yang diperoleh dari karakteristik fisik dan kualitas emosional dari sebuah kegiatan/ keadaan. Grafik evaluasi untuk kedua keadaan baik siang dan malam menunjukkan evaluasi baik terkait dengan peningkatan kewajaran,
keterbukaan dan kompleksitas. Arti bagi keadaan sing maupun malam dapat membedakan antara satu keluarga dengan beberapa keluarga pada suatu wilayah dengan tiper rumah tertenu. Sama seperti penlitian sebelumnya, Parkers dan Thirft (1980), Hanyu juga menemukan bahwa terdapat perbedaan antara keadaan pada aktifitas siang maupun malam. Dimana meskipun hubungan antara evaluatif dan skala deskriptor tetap relatif stabil, namun peringkat/ poin pada daerah tertentu bervariasi tingkatannya baik siang maupun malam, atau dari siang hingga malam. Jalur Komersial Sekarang kita menganalisa / evaluasi mengenai gambaran tiga blok bagian dari jalur komersial. Dimana salah satunya mengenai impresi lingkungan sekitar atau dalam skala kota. Kita mendapatkan responden dengan cara menginterview berdasarkan jenis kelamin dari 19 tahun sampai 41 tahun. Berbagai teknik interview baik secara lisan, tanggapan atau evaluasi pendapat. Gangguan secara visual oleh responden paling banyak didapat dari sisi negatif seperti tanda-tanda, tempat sampah, sepeda, bahkan PKL, toko buku yang sudah tua, dan jam dinding di samping bangunan menjadi tanggapan yang cukup mengejutkan dan spesifik. Namun beberapa elemen positif dari pengunjung didapat seperti keberadaan pohon pada jalur/ area komersial. Responden berpendapat bahwa mereka lebih suka untuk mengunjungi dan membeli serta menghabiskan waktu nya di area yang salah satunya dengan tingkat kompleksitas yang rata-rata dan komunikasi antar hubungan yang tinggi. Pada interview terpisah mengungkapkan bahwa mereka ingin area komersial adalah area yang menyerupai salah satu dari hal tersebut, baik kompeksitas ataupun hubungan antar pengunjung. Semua penelitian ini juga menunjukkan beberapa pola respon bersama, pada tingkat yang luas, studi mendapatkan kesimpulan adanya pola yang sama yang ditunjukkan oleh penduduk. Setiap penelitian menghasilkan kesepakatan mengenai tempat tertentu dari makna yang terkait dengan mereka. Ketika studi meneliti hal yang mendasari setiap arti dari suatu wilayah , mereka juga menyarankan beberapa rekomendasi umum yang dihubungkan dengan peraturan dan makna sosial daerah tersebut. Hal ini termasuk pemeliharaan alam ,keterbukaan dan sejarah ketika studi meneliti dimensi penilaian emosional perkotaan.
Chapter 7: Shaping the Evaluative Image Arizal Yoga Pratama (21040111140112)
Masyarakat dapat diasumsikan sebagai pembatas antara suatu fungsi dan kondisi fisik wilayah, dimana kondisi fisik wilayah mempengaruhi keberadaan fungsi. Penilaian secara objektif atau gambaran tentang suatu wilayah mempengaruhi perlakuan masyarakat terhadap penggunaan wilayah tersebut untuk suatu fungsi yang sesuai. Setiap tempat memiliki fungsinya masing-masing yang membutuhkan karakter fisik lingkungan sesuai dengan fungsi tersebut untuk mendukung keberlangsungkan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Indikator keberhasilan yang dicapai dapat dilihat dari pengaruh suatu fungsi sebagai sarana interaksi masyarakat serta kesesuaian fungsi dengan penggunaannya. Menurut penilitian dengan metode visual quality program, tempat yang nyaman dapat dibangun dengan memperhatikan beberapa aspek: 1. Elemen alam (vegetasi, air, elemen dominan) 2. Tempat/fungsi tersebut dapat menguraikan kompleksitas 3. Memiliki hubungan dan pengaruh terhadap fungsi/lokasi lain 4. Tidak merusak lingkungan 5. Mudah pemeliharannya 6. Gaya bangunan khas (sebagai nilai estetis) Menganalisis karakter lokasi menghasilkan informasi tentang koherensi, keterkaitan dengan fungsi lain serta design fisik bangunan. Pada kasus tertentu, indikator-indikator diatas masih belum mampu untuk dijadikan bahan acuan. Penelitian lebih mendalam harus dilakukan untuk mengidentifikasi ketentuan-ketentuan lain yang dapat diterapkan guna mendapatkan lokasi ideal. Menggunakan metode untuk merancang kebijakan Masyarakat mungkin mempertanyakan apakan pedoman ini akan berlaku untuk konteks lingkungan dan social budaya. Meskipun penelitian yang berulang-ulang tentang respon evaluative, kebutuhan yang unik mungkin berlaku untuk tempat-tempat tertentu, subkultur, atau tujuan. Peta evaluatif memberikan informasi yang berguna untuk perencanaan sebuah kota atau daerah di masa depan. Informasi tersebut mudah dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan publik, dan mereka menunjukkan rekomendasi, dan kontrol untuk kualitas visual. Hasil penelitian menunjukan perlunya pengurangan kontras dan kejelasan dari tanda dan untuk pemeliharaan tingkat moderat keragaman. Untuk menguranginya, kode yang disebut pembatasan tambahan pada ukuran, cahaya, dan kecerahan warna tanda dan pengurangan
semua tanda yang bebas dan memproyeksikan tanda - tanda. Dan untuk mempertahankan, kode memungkinkan beberapa variabilitas di ketinggian, bentuk, dan warna. Analisis berkelanjutan seperti evaluatif umum mengidentifikasi gambar visual kekuatan untuk melestarikan dan masalah-masalah visual untuk menghapus atau perubahan atau perubahan dan mengidentifikasi sifat-sifat ini elemen-dapat berfungsi sebagai dasar untuk perencanaan untuk masa depan bentuk visual komunitas. Arah masa depan desain dan penelitian Bentuk kota-kota dalam arti disini memerlukan penelitian tambahan pada pengaruh fisik dan sosial pada dimensi yang berbeda makna. Peta evaluasi juga dapat menunjukkan persamaan dan perbedaan di antara kota-kota, karena pengalaman berperan dalam evaluasi gambar dan makna, sehingga kita perlu mempertimbangkan potensi variasi dalam gambar yang berhubungan dengan pengalaman. Informasi tersebut dapat memperluas pengetahuan kita tentang cara untuk meningkatkan citra kota. Diperlukan juga pembelajaran evaluasi gambar dan karakteristik fisik terkait sosial budaya untuk jangkauan kota yang lebih luas. Selain itu kita harus pula melihat evaluasi gambar dari kota-kota yang sudah terkenal. Kita harus bertindak lebih lanjut tentang evaluasi gambar pada skala yang berbeda dan kelayakan metode yang berbeda pula. Pada akhirnya, kita memerlukan studi tambahan dari cara di mana evaluasi makna berubah seiring waktu. Hal ini memerlukan studi lebih lanjut tentang evaluasi gambar yang berkelanjutan dari musim ke musim, minggu ke minggu, dan waktu siang atau malam. Studi tersebut dapat membantu memperbaiki metode, penilaian, dan penerapan evaluasi gambar. Karena kami menghuni komunitas kami dari waktu ke waktu, sehingga suksesnya suatu desain harus menanggapi variasi dalam pengalaman dari waktu ke waktu.
Kesimpulan Dalam pembentukan suatu kota harus didahului dengan perencanaan secara visual. Untuk menyusun rencana seperti, kita perlu mengetahui bagaimana masyarakat menilai Cityscape dan apa makna yang mereka lihat di dalamnya (evaluasi citra kota). kita dapat mengukur preferensi untuk menentukan sejauh mana orang suka atau tidak suka terhadap berbagai bentang alam kota. Banyak pertimbangan fitur-fitur yang harus dipikirkan sebelum memutuskan untuk menentukan rencana pembangunan suatu kota. 5 fitur yang terdapat pada gambaran suatu kota adalah: kealamian, pemeliharaan, keterbukaan, ketertiban dan sejarah penting. Sejarah suatu kota turut mempengaruhi kehidupan masyarakat di suatu kota. Tidak sedikit bangunan yang terbentuk memiliki nilai sejarah, seperti bangunan monumental maupun ornament-ornamen khusus yang terdapat pada suatu bangunan. Bangunan-bangunan tersebut menggambarkan komunitas yang ada di daerah tersebut. Pada dasarnya, dalam melakukan evaluasi suatu citra kota lebih didasarkan kepada penilaian dari masyarakat akan elemenelemen pembentuk citra kota. Baik di Knoxville maupun di Chattanooga, masyarakat lebih memilih tempat disuatu kota yang memiliki keindahan visual, banyak vegetasi, bersih dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Adapun 3 faktor yangmempengaruhi citra elemen suatu kota adalah kekhasan bentuk, visibilitas, dan penggunaannya. Selain adanya faktor tersebut ada pula keterkaitan yang dapat mempengaruhi adanya peta evaluatif dari sebuah pembangunan kota antara lain keterkaitan kontras , kompleksitas, dan juga struktur kota berdasarkan dengan pengalaman yang mana digunakan untuk pembanding dalam perkembangan suatu kawasan perkotaan. Dengan demikian, tentu banyak metode yang harus dilakukan sebelum menentukan perencanaan terhadap suatu kota agar kota tersebut dapat bersinergi baik dengan masyarakatnya dan saling memberi keuntungan dimasa yang akan datang.